STRUKTUR PUISI “SAJAK IBU” KARYA WIJI THUKUL DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS X SEMESTER I SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun oleh : SUKRISTI 061224023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Embed
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · 2018. 3. 12. · Sajak Ibu’s poetry figurative language is used by the poet is metaphor and repetition. In Sajak Ibu’s poetry contain
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STRUKTUR PUISI “SAJAK IBU” KARYA WIJI THUKUL DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
KELAS X SEMESTER I
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh :
SUKRISTI
061224023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
STRUKTUR PUISI “SAJAK IBU” KARYA WIJI THUKUL DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
KELAS X SEMESTER I
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh :
SUKRISTI
061224023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhanaku ini aku persembahkan untuk,
Kakek dan Nenekku tercinta
( simbah Noto Utomo berdua )
“Aku mempersembahkan karya sederhanaku ini istimewa untuk kakek dan nenekku sebagai ungkapan terima kasihku atas cinta, doa, dan bimbingan
kalian kepadaku”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO HIDUP
Untuk mencapai hal-hal yang hebat, kita tidak hanya berusaha tetapi juga harus bermimpi
Tidak hanya berencana, tetapi juga percaya. (Anatole France)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Agustus 2011
Penulis,
Sukristi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Sukristi,
Nomor Induk Mahasiswa : 061224023,
demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul
STRUKTUR PUISI “SAJAK IBU” KARYA WIJI THUKUL DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
KELAS X SEMESTER I
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara
terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 25 Agustus 2011
Yang menyatakan
Sukristi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Sukristi. 2011. Struktur Puisi “Sajak Ibu” Karya Wiji Thukul dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA Kelas X Semester I. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian tentang struktur puisi “Sajak Ibu” karya Wiji Thukul,
bertujuan mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin puisi “Sajak Ibu” karya Wiji Thukul. Penelitian ini juga menjelaskan implementasi struktur puisi sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Pendekatan tersebut untuk menganalisis struktur fisik dan struktur batin yang terdapat dalam puisi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dengan metode ini, peneliti menggambarkan fakta-fakta yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, kemudian mengolah dan menafsirkannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa puisi terdiri dari dua struktur pokok yaitu struktur fisik puisi dan struktur batin puisi.
Diksi dalam puisi “Sajak Ibu” menggunakan bahasa sehari-hari dan sudah diberi makna khusus oleh penyair sehingga pembaca menjadi lebih mudah memahami isi puisi tersebut. Pengimajian dalam puisi “Sajak Ibu” lebih menekankan pada gambaran konkret tentang kasih sayang ibu kepada anak-anaknya. Pengimajian dalam puisi tersebut digambarkan atas bayangan konkret tentang apa yang dirasakan penyair. Bahasa figuratif dalam puisi “Sajak Ibu” yang dipergunakan oleh penyair adalah metafora dan repetisi. Dalam puisi “Sajak Ibu” terdapat dua rima yaitu rima tengah dan rima akhir. Tipografi yang tampak dalam puisi “Sajak Ibu” adalah penggunaan huruf kecil pada setiap awal barisnya dan penyusunan kata-kata yang mewujudkan larik-larik panjang dan pendek.
Puisi “Sajak Ibu” bertemakan kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya yang dipadu dengan budi pekerti. Puisi ini bernada lugas, penyair hanya ingin bercerita tentang kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya. Suasana yang muncul dalam puisi tersebut adalah suasana rasa haru dan bangga. Melalui puisi tersebut, penyair juga menyampaikan amanatnya kepada pembaca. Amanat-amanat dalam puisi tersebut adalah (1) menghargai besarnya kasih sayang ibu terhadap anak-anaknya, (2) menghargai segala harapan baik ibu terhadap anak-anaknya, (3) menghormati orang tua kita, (4) mencintai ibu dengan tulus seperti ketulusan cinta ibu kepada anak-anaknya, dan (5) menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan.
Hasil analisis struktur puisi “Sajak Ibu” karya Wiji Thukul dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas X semester I. Tujuan pembelajarannya adalah memahami, menikmati, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Sukristi. 2011. The Structure of Wiji Thukul’s Sajak Ibu Poetry and The Implementatioin in Literature Study in The First Grade of Senior High School in The First Semester. Thesis. Yogyakarta: Indonesian, Local language and Literature Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.
The purpose of the research about Wiji Thukul’s Sajak Ibu poetry
structure is to describe the physic and inner structure of Sajak Ibu poetry by Wiji Thukul’s. The research also explains the implementation of poetry structure as a literature study in senior high school. The approach which is used in the research is structural approach. It’s used to analyze physical and inner structure that contain in the poetry.
The method that is used for the research is qualitative method. By this method researcher describes the facts that have relationship with the problem researched then to be managed and interpreted. The result of the analysis shows the poetry consist of two main structures, physical and inner.
The diction in Wiji Thukul’s poetry uses daily language and has been given special meaning by the poet, so the reader can comprehend the content of the poetry easier. The imaging of Sajak Ibu’s poetry is more emphasize on the actual image about maternal affection from the mother to thier children. The imaging from the poetry is defined by the real image is felt by the poet. Sajak Ibu’s poetry figurative language is used by the poet is metaphor and repetition. In Sajak Ibu’s poetry contain two rhymes, middle and closing rhymes. The visible typography from Sajak Ibu’s poetry is the using lower case on every beginning the line and the composition of words that show the long and short rows. The theme of Sajak Ibu’s poetry is about maternal affection form the mother to her children combined with good manner. The tone is simple, the poet just wants to tell about the affection of a mother to their children. The poetry creates the commotion and proud ambiences. By the poetry, the poet wants to give mandates to their readers. The mandates are (1) Appreciate maternal affection from a mother to their children (2) Appreciate maternal hope from a mother to their children (3) Respect our parents (4) Love our mother with honest just like her love to their children (5) Do His command and avoid His prohibition. The result of the Wiji Thukul’s Sajak Ibu Poetry structure analysis can be use as a literature study in the first grade of Senior High School in the first semester. The aim for the study is to comprehend, enjoy, and exploit the literature to develop the personality, expand the life point of view, and also to increase the language knowledge and language ability of student.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
melimpahkan berkat dan karuniaNya yang luar biasa, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul Struktur puisi “Sajak Ibu” Karya Wiji Thukul dan
Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra di SMA Kelas X Semester 1 dengan
baik. Skripsi tersebut ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan
Daerah.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini berkat dukungan,
semangat, bimbingan, kerjasama, nasihat, dan doa dari berbagai pihak. Oleh sebab
itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu membimbing dan
melimpahkan berkatNya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. J. Prapta Diharja, S. J., M. Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang
telah dengan penuh kesabaran dan ketelitian dalam memberikan
bimbingan, pengarahan dan nasihat-nasihat kepada peneliti dalam
mengerjakan skripsi ini
3. Drs. G. Sukadi selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan, bimbingan, serta masukan-masukan yang sangat bermanfaat
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Ketua Program Studi PBSID yang selalu
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis agar cepat
menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Seluruh dosen PBSID yang dengan penuh kesabaran, kedisiplinan, dan
kesetiaan dalam mendidik, membimbing, dan mendampingi penulis
selama menempuh perkuliahan di PBSID.
6. C. Suparjono, S. Pd., selaku guru bahasa Indonesia SMA Stella Duce
Bantul, Yogyakarta yang telah memberikan dukungan serta masukan-
masukan bagi penulis dalam proses penyusunan skripsi.
7. Kakek dan Nenek saya tercinta yang tak henti-hentinya memberikan
dukungan kepada penulis baik melalui doa maupun nasihat-nasihat yang
sangat bermanfaat bagi penulis.
8. Bapak dan Ibu saya, Valentinus Sumartono dan Valentina Tawanti yang
selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan studi.
9. Adik-adik saya tercinta, Cicilia Christanti dan Laura Krisna Anggraeni
yang selalu mewarnai hari-hari penulis dan memberi semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan studi.
10. FX. Sudadi, karyawan sekretariat PBSID yang selalu sabar dan memberi
kelancaran bagi penulis selama berproses dalam kuliah dan menyelesaikan
skripsi.
11. Teman-teman PBSID angkatan 2006, khususnya kelas A, atas kerja sama
dan semangatnya.
12. Seluruh karyawan, staff, dan para satpam Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
13. Filipus Kristanto Ariadi, yang telah dengan sabar dan setia mendampingi
dan menemani penulis serta memberikan dukungan, semangat, dan
nasihat-nasihat bagi penulis dalam menyelesaikan studi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Format 3
Silabus
Nama Sekolah : ..........................
Mata Pelajaran : ..........................
Kelas/ Semester : ..........................
I. Standar kompetensi : ..............................................
II. Kompetensi dasar : ..............................................
III. Materi pokok : ..............................................
IV. Pengalaman belajar : ..............................................
V. Indikator : ..............................................
VI. Penilaian : ..............................................
VII. Alokasi waktu : ..............................................
VIII. Sumber belajar : ..............................................
Sumber : Muslich, Masnur (2010)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2.6.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
1. Pengertian RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.
RPP merupakan komponen yang penting dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), yang dalam pengembangannya harus dilakukan secara
profesional (Mulyasa, 2007: 213).
2. Fungsi RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada hakekatnya merupakan
perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang
akan dilakukan dalam proses pembelajaran. Fungsi RPP terdiri atas dua hal yaitu:
a. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan RPP dalaam KTSP adalah bahwa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan
pembelajaran dengan suatu perencanaan yang matang.
b. Fungsi Pelaksanaan
Dalam pengembangan KTSP, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus
disusun secara sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan
penyesuaian dengan situasi pembelajaran yang aktual. Dengan demikian, Rencana
Pelaksaaan Pembelajaran sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dalam hal
ini, materi standar yang dikembangkan dan dijadikan bahan kajian oleh peserta
didik harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, mengandung nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
fungsional, praktis, serta disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan,
sekolah, dan daerah.
3. Cara Pengembangan RPP
Cara pengembangan RPP dalam garis besarnya dapat mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengisi kolom identitas.
b. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang
telah ditetapkan.
c. Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta
indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah
disusun.
d. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi
dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah disusun.
e. Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok atau
pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi standar merupakan
uraian dari materi pokok.
f. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.
g. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari
kegiatan awal, inti, dan akhir.
h. Menentukan sumber atau media belajar yang akan digunakan dalam
pembelajaran secara konkret dan untuk setiap bagian atau unit
pertemuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
i. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan
teknik penskoran.
4. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan Pendidikan : ................................ Mata Pelajaran : ................................ Kelas/ Semester : ................................ Standar Kompetensi : ................................ Kompetensi Dasar : ................................ Indikator : ................................ Alokasi Waktu : .... x ...... menit (..... pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran .....................................................................
B. Materi Pembelajaran .....................................................................
C. Metode Pembelajaran .....................................................................
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Kegiatan awal : (dilengkapi dengan alokasi waktu) ..................................................................... Kegiatan inti : (dilengkapi dengan alokasi waktu) ..................................................................... Kegiatan penutup ..................................................................... Pertemuan 2 ..................................................................... Dan seterusnya.
E. Sumber Belajar (sebutkan secara konkret) .....................................................................
F. Penilaian Teknik ..................................................................... Bentuk instrumen ..................................................................... Contoh instrumen (soal atau tugas): (ditambah kunci jawaban atau pedoman penilaian) ..................................................................... ........................, ................... Mengetahui, Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran .......................... .....................................
Sumber : Muslich, Masnur (2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Uraian tentang metodologi penelitian ini meliputi jenis penelitian,
pendekatan penelitian, metode penelitian, sumber data, instrumen penelitian,
teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian “Struktur puisi “Sajak Ibu” Karya Wiji Thukul dan
Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra di SMA Kelas X Semester I”
termasuk penelitian kualitatif dan pengembangan. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang memandang objek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi
pemikiran dan interpretasi terhadap segala yang diamati serta utuh karena setiap
aspek dari objek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
(Sugiyono, 2010: 10-11). Realitas dalam penelitian kualitatif tidak hanya yang
tampak (teramati), tatapi sampai di balik yang tampak tersebut.
Penelitian dengan topik di atas juga termasuk penelitian pengembangan.
Penelitian ini juga mengembangkan silabus dan materi pembelajaran sastra siswa
SMA kelas X. Produk yang dihasilkan berupa silabus dengan materi pembelajaran
sastra yaitu puisi.
3.2 Pendekatan Penelitian
Pendekatan merupakan seperangkat asumsi dan prinsip yang berhubungan
dengan sifat-sifat puisi atau karya sastra (Atmazaki, 1993:123). Sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu analisis, maka pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Pendekatan
struktural merupakan pendekatan dalam penelitian yang berpandangan bahwa
karya sastra merupakan sebuah struktur yang unsur-unsur pembentuknya saling
berkaitan erat satu sama yang lain. Unsur-unsur yang membentuk karya sastra
tidak berdiri sendiri tetapi merupakan satu kesatuan yang membentuk suatu sistem
(Nurgiyantoro, 1995: 36-37).
3.3 Metode Penelitian
Penelitian kualitatif merupakan penelitian di mana peneliti menjadi kunci
(key instrumen), baik pada pengumpulan data maupun pada saat menganalisis data
tersebut. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode kualitatif dan analisis.
Metode kualitatif tersebut dapat kita pahami dengan terlebih dahulu melihat
pengertiannya yang diuraikan oleh dua pendapat. Pertama, (Bogdan dan Taylor
via Moelong, 1989: 3) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Kedua, senada dengan pendapat
tersebut (Kirt dan Miller via Moelong, 1989: 3) mendefinisikan metode kualitatif
sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental
bergantung pada pengawasan manusia dalam kawasan sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasa peristilahannya. Keempat, metode
penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah; disebut juga sebagai metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
etnografi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk
penelitian bidang antropologi budaya; disebut juga sebagai penelitian kualitatif,
karena data yang terkumpul dan analisisnya yang lebih bersifat kualitatif
(Sugiyono, 2010: 8). Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang
sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang
tampak.
Metode analisis merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan suatu
pokok atas berbagai bagian dan penelaahan bagian tersebut serta hubungan antar
bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan
(Purwodaminto, 1989: 32). Dalam upaya mendapatkan pengertian dan
pemahaman puisi yang mendalam serta menyeluruh, penelitian ini akan
menggunakan metode kualitatif dan metode analisis.
3.4 Sumber Data
Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah sebuah buku kumpulan
puisi berjudul Aku Ingin Jadi Peluru karya sastrawan Indonesia yakni Wiji
Thukul. Buku kumpulan puisi tersebut diterbitkan di kota Magelang, Yogyakarta
pada tahun 2004 melalui penerbit Indonesia Tera. Buku kumpulan puisi tersebut
berisi 223 halaman. Judul puisi yang diteliti dari kumpulan puisi tersebut adalah
“Sajak Ibu”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3.5 Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya, meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap
fenomena sosial maupun alam. Karena pada prinsipnya meneliti adalah
melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam
penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi, instrumen penelitian
adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial
yang diamati (Sugiyono, 2010: 102).
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan
manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala
sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Segala sesuatunya masih perlu
dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan
tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat
satu-satunya yang dapat mencapainya (Nasution via Sugiyono, 2010: 223).
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2010: 224). Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan. Dalam proses pengumpulan data dari puisi, peneliti menggunakan
teknik observasi pada suatu karya sastra yang bersangkutan kemudian mencatat
hal-hal penting yang akan dianalisis.
Dalam tahap pengumpulan data terkait dengan silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), peneliti menggunakan penilaian dari para guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
bahasa Indonesia yang telah ditunjuk oleh peneliti. Di bawah ini disajikan kisi-kisi
penilaian untuk produk silabus dan RPP yang akan digunakan oleh peneliti.
Tabel 3.6a Kisi-kisi Penilaian Produk Silabus Pembelajaran Sastra untuk Siswa
SMA (Sekolah Menengah Atas) Kelas X semester I.
No. Komponen yang dinilai Skor (1-5) Alasan
1. Kejelasan identitas silabus
2. Ketepatan kompetensi dasar
3. Ketepatan materi pokok
pembelajaran
4. Ketepatan kegiatan
pembelajaran
5. Ketepatan indikator
6. Ketepatan penilaian
7. Ketepatan alokasi waktu
8. Ketepatan sumber/ alat/ bahan
belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel 3.6b Kisi-kisi Produk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sastra
untuk Siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) Kelas X Semester I
No. Komponen yang dinilai Skor (1-5) Alasan
1. Kejelasan identitas RPP
2. Ketepatan kompetensi dasar
3. Ketepatan indikator
4. Ketepatan alokasi waktu
5. Ketepatan tujuan pembelajarn
6. Ketepatan materi pembelajaran
7. Ketepatan metode pembelajaran
8. Ketepatan langkah-langkah
pembelajaran
9. Ketepatan sumber/ alat/ bahan
belajar
10. Ketepatan penilaian
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik adalah implementasi dari pendekatan dan metode. Teknik adalah
kegiatan analisis itu sendiri yang secara operasional dilakukan oleh peneliti atau
penganalisis (Atmazaki, 1993: 125).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Teknik analisis data yang akan digunakan oleh peneliti adalah teknik
simak dan catat. Teknik simak adalah teknik dimana peneliti berhadapan langsung
dengan teks yang dijadikan sebagai objek penelitian. Dalam menyimak sebuah
teks, peneliti akan menemukan hal-hal yang penting yang akan menjadi objek
penelitiannya. Sesudah langkah menyimak ini, peneliti kemudian memberi tanda
pada hal-hal yang dianggap penting dalam teks. Selanjutnya, data yang diperoleh
dari hasil simak tersebut kemudian dicatat. Teknik catat adalah teknik yang
digunakan untuk mendapatkan data dengan jalan mencatat apa yang ditemukan
pada saat seorang peneliti menyimak sebuah teks (Sudaryanto, 1993:113-115).
Puisi “Sajak Ibu” dibaca dan dipahami dengan analisis struktural. Dalam analisis
struktural puisi “Sajak Ibu” dianalisis unsur-unsur fisik dan unsur-unsur struktur
batinnya. Hal-hal penting yang diperoleh dalam analisis ini dicatat untuk
memperoleh analisis berikutnya.
Sesudah menganalisis struktur-struktur puisi “Sajak Ibu” kemudian
peneliti akan mengimplementasikan dalam bentuk silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kemudian menarik kesimpulan dan menyajikan
dalam bentuk laporan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
BAB IV
ANALISIS PUISI “SAJAK IBU” KARYA WIJI THUKUL
Dalam bab ini, penulis akan mengemukakan analisis struktur puisi “Sajak
Ibu” karya Wiji Thukul. Unsur-unsur yang akan dibahas antara lain unsur-unsur
struktur fisik puisi yang terdiri dari: diksi, denotasi dan konotasi, pengimajian dan
kata konkret, versifikasi (rima), dan tipografi. Unsur-unsur struktur batin terdiri
dari: tema, nada dan suasana, perasaan dalam puisi, dan amanat. Selain membahas
dua struktur puisi tersebut, penulis akan menganalisis keterkaitan antar unsur yang
terdapat dalam puisi “Sajak Ibu’ karya Wiji Thukul.
4.1 Analisis Struktural
4.1.1 Struktur Fisik Puisi “Sajak Ibu”
Sebelum lebih jauh menganalisis struktur puisi “Sajak Ibu”, berikut ini
akan disajikan gambaran umum isi puisi “Sajak Ibu” yang merupakan karya
sastrawan Wiji Thukul dalam buku kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru
diterbitkan pada tahun 2004 oleh Indonesia Tera.
Sajak Ibu
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah tetapi menangis ketika aku susah ibu tak bisa memejamkan mata bila adikku tak bisa tidur karena lapar ibu akan marah besar bila kami merebut jatah makanan yang bukan hak kami ibuku memberi pelajaran keadilan dengan kasih sayang ketabahan ibuku mengubah rasa sayur murah jadi sedap ibu menangis ketika aku mendapat susah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
ibu mengangis ketika aku bahagia ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara
ibu adalah hati yang rela menerima selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban Tuhan membangkitkan haru insan
dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan (“Sajak Ibu”, hlm. 14)
4.1.1.1 Diksi
Seorang penyair selalu mempunyai tujuan dalam melahirkan karya-
karyanya. Dalam upaya tersebut, penyair selalu mencurahkan segala perasaannya
melalui karya-karyanya. Dalam menuliskan karya-karyanya, seorang penyair,
khususnya penulis sajak selalu berupaya menemukan kesan puitis dalam setiap
karyanya. Kesan puitis dari sebuah sajak didapat dari pilihan kata-kata yang
terdapat di dalam sebuah sajak. Pemilihan kata dalam sebuah sajak disebut diksi
(Pradopo, 2005: 54). Di dalam puisi “Sajak Ibu” karya Wiji Thukul terdapat diksi
yang pada akhirnya mampu merangkai sebuah kalimat. Di bawah ini adalah puisi
dan penekanan diksi pada karya Wiji Thukul.
Sajak Ibu
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah ....................................................... .................................................. ............................................................... ..................................... bila kami merebut jatah makanan ........................................ ......................................................... ............................................. ................................ ....................................... ......................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
.................................................................. ibu adalah hati yang rela menerima ................................................. ...................................... ......................... adalah kilau sinar kegaiban Tuhan membangkitkan haru insan
dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan (“Sajak Ibu”, hlm. 14)
Dalam puisi di atas, diksi yang ada pada baris pertama adalah kata
minggat. Kata minggat dipakai oleh penyair untuk mendapatkan kesan puitis
yaitu ketika seorang ibu benar-benar marah kepada anaknya, ibu tersebut akan
mengatakan minggat dengan maksud menyuruh anaknya pergi. Apa yang
diucapkan oleh ibu dituangkan secara langsung oleh penyair dalam puisinya agar
puisi tersebut mempunyai jiwa tegas seperti ketika seorang ibu marah.
Pada baris berikutnya terdapat diksi merebut dalam kalimat merebut jatah
makanan. Pilihan kata merebut dikmaksudkan penyair untuk memperluas kata
mencuri (yang dalam kalimat tersebut dituliskan merebut jatah makanan yang
bukan hak kami). Pilihan kata selanjutnya adalah kata hati. Hati dalam baris
puisi tersebut mengandung arti seorang ibu yang mempunyai perasaan rela dan
menerima dalam hatinya. Karena segala perasaan bersumber dari hati yang ada di
dalam jiwa, penyair menggunakan pilihan kata hati untuk mewakili kata perasaan.
Pemilihan kata yang mempunyai maksud menimbulkan efek puitis selain
kata-kata yang disebut di atas adalah diksi pada kata kilau. Kilau dalam baris
puisi tersebut adalah kata untuk mewakili kata pancaran. Kata kilau tersebut
digunakan penyair agar puisi yang ia tulis mempunyai kesan puitis. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
kata kilau nantinya akan merangkai bentuk rima yang akan membuat kata-kata
puisi tersebut terkesan harmonis.
Diksi lain yang masih terdapat dalam puisi “Sajak Ibu” adalah kegaiban
dalam barisan kata kilau sinar kegaiban Tuhan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Hasan Alwi edisi ketiga yang diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun
2005, kata gaib mengandung arti tidak kelihatan atau tersembunyi. Kata kegaiban
dipakai oleh penyair untuk menyampaikan bahwa kasih sayang seorang ibu adalah
pancaran dari Tuhan. Kita semua tahu bahwa di dunia ini kita tidak dapat melihat
Tuhan dengan mata kita. Pilihan kata berikutnya yang dipakai oleh penyair adalah
haru insan. Tentu saja kata ini dipakai oleh penyair dengan maksud menambah
efek puitis dari puisi “Sajak Ibu”. Kata haru mengandung arti perasaan yang
peka. Kata haru dalam puisi tersebut akan membentuk rima dari kata kilau, oleh
sebab itu penulis menggunakan kata haru. Diksi berikutnya yang terdapat dalam
satu baris setelah diksi haru adalah diksi insan. Insan adalah manusia. Kata insan
dipakai oleh penyair selain merupakan pilihan kata yang sangat puitis juga akan
mendukung keselarasan rima. Keselarasan rima tersebut didapat dari kata di baris
sebelumnya yaitu kata Tuhan.
Diksi pada bait terakhir yang terdapat dalam puisi tersebut yang pertama
adalah diksi kebajikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Hasan Alwi edisi
ketiga yang diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun 2005, kata kebajikan
mengandung arti sesuatu yang mendatangkan kebaikan. Penulis menggunakan
kata kebajikan sebagai diksi dalam puisinya agar puisi tersebut mempunyai jiwa
yang tegas dalam memberikan pesan bahwa kebajikan adalah segala bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
perbuatan baik yang pada nantinya akan melahirkan hal yang baik pula. Diksi
kebajikan juga mendukung keselarasan rima dengan baris-baris sebelumnya atau
sesudahnya. Diksi kedua dalam bait terakhir puisi “Sajak Ibu” adalah kata
mengenalkan. Diksi mengenalkan digunakan oleh penyair karena dengan kata
kenal maka akan ada kemungkinan lain setelah kenal, yaitu dekat. Dalam puisi
tersebut mempunyai arti bahwa ketika seorang ibu mengenalkan kita pada Tuhan,
maka sesudah itu kita diharapkan dekat kepada Tuhan sehingga segala perbuatan
yang kita lakukan adalah perbuatan baik.
4.1.1.2 Denotasi dan Konotasi
Kata-kata bahkan kalimat dalam suatu puisi mempunyai dua arti. Arti yang
dimaksud adalah arti kata secara denotasi dan arti kata secara konotasi. Dalam
memilih kata-kata supaya tepat, menimbulkan gambaran yang jelas, dan dan padat
itu penyair harus mengerti denotasi dan konotasi sebuah kata (Pradopo, 2005: 58).
Denotasi merupakan arti yang menunjuk pada satu hal saja atau arti yang secara
ideal. Sedangkan konotasi adalah arti tambahan yang muncul dari tafsiran arti
ideal atau denotasinya. Di bawah ini akan diuraikan kata-kata yang mengandung
makna denotasi dan konotasi dari puisi “Sajak Ibu” karya Wiji Thukul.
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah tetapi menangis ketika aku susah ibu tak bisa memejamkan mata bila adikku tak bisa tidur karena lapar ibu akan marah besar bila kami merebut jatah makanan yang bukan hak kami ibuku memberi pelajaran keadilan dengan kasih sayang ketabahan ibuku mengubah rasa sayur murah jadi sedap ibu menangis ketika aku mendapat susah ibu mengangis ketika aku bahagia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara
ibu adalah hati yang rela menerima selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban Tuhan membangkitkan haru insan
dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan
(“Sajak Ibu”, hlm. 14)
Penyair menggunakan banyak konotasi dalam puisinya. Konotasi yang
digunakan oleh penyair dalam kalimat-kalimatnya adalah ibu tak bisa
memejamkan mata. Memejamkan mata adalah menutup mata yang dalam arti
tambahan atau konotasinya adalah tidur. Kalimat berikutnya adalah Ibu akan
marah besar bila kami merebut jatah makanan yang bukan hak kami. Kalimat
tersebut adalah bentuk konotasi dari ibu tidak suka jika kami melakukan hal yang
tidak baik, merebut jatah makanan dalam puisi tersebut secara denotasi adalah
jika ada orang lain yang mempunyai makanan atau jatah makanan, kami akan
mengambil makanan itu dengan paksa (merebut), sedangkan pemaknaan secara
konotasi adalah mencuri apapun yang bukan merupakan milik kami (tidak hanya
berupa makanan).
Ibu memberi pelajaran keadilan dengan kasih sayang. Dalam arti
denotasi memberi pelajaran keadilan adalah dengan menasehati atau menegur
kami. Makna tambahan atau konotasi dari kalimat tersebut adalah dengan sabar
dan penuh kasih sayang serta dengan contoh hidup yang diajarkan ibu kita, ibu
selalu membimbing kita dan mengajarkan kepada kita tentang keadilan. Dalam
baris berikutnya yaitu ketabahan ibuku mengubah rasa sayur murah jadi sedap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
secara denotasi tidak dapat kita artikan secara logis karena yang mampu membuat
suatu makanan menjadi lebih sedap adalah garam, penyedap rasa, dan mungkin
rempah-rempah. Dalam hal ini ketabahan ibuku tidak mampu dipahami sebagai
suatu benda yang mampu mengubah rasa sayur yang murah menjadi lebih sedap.
Dalam arti konotasi, baris ketabahan ibuku mengubah rasa sayur murah
menjadi sedap sangat mudah dipahami yaitu bahwa dengan ketabahan ibu selama
ini, telah mengajarkan kepada kami untuk menjadi tabah sehingga dalam
menjalani hidup sesulit apapun, segalanya akan terasa bahagia.
Dalam baris berikutnya yang terdapat dalam satu bait penuh,
ibu menangis ketika aku mendapat susah ibu mengangis ketika aku bahagia ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara ..................................................................... Baris-baris tersebut secara denotasi akan mengandung arti bahwa setiap
hari, ibu hanya menangis, menangis, dan, menangis. Apapun yang terjadi pada
kami (membahagiakan atau menyedihkan) ibu selalu menangis. Dalam arti
konotasi baris-baris pada bait tersebut dapat diartikan bahwa ketika aku mendapat
susah (menangis), aku merasa sedih oleh sebab itu, ibu juga akan merasa sedih
seperti apa yang aku rasakan bahkan ibu menangis. Ketika aku merasa bahagia,
ibu akan menangis (terharu) karena merasa lebih bahagia. Ketika adik mencuri
sepeda, adik sama dengan melakukan hal yang tidak baik. Pada saat adik
melakukan hal yang tidak terpuji, ibu akan merasa sangat kecewa dan sedih, ibu
tidak senang melihat anaknya berbuat tidak baik ( mencuri sepeda) walau di balik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
itu ibu tahu bahwa adik mencuri sepeda karena adik ingin sekali mempunyai
sepeda sementara ibu tidak mampu membelikan adik sepeda. Tokoh ibu di dalam
baris tersebut menangis karena merasa sedih tidak mampu membelikan sepeda
dan merasa kecewa karena pelajaran yang selama ini dia berikan dilanggar oleh
anaknya. Baris berikutnya, ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara
mempunyai makna konotasi yaitu ibu merasa sangat bahagia karena pada
akhirnya adik terlepas dari hukumannya. Sejahat dan seburuk apapun perbuatan
adik, ibu tetap sayang kepada adik oleh sebab itu, ibu merasa bahagia dan lega
ketika akhirnya adik bebas dan dapat berkumpul lagi dengan keluarga.
Bait berikutnya yang mengandung makna denotasi dan konotasi adalah
pada baris ibu adalah hati yang rela menerima. Secara denotasi pada baris
tersebut diungkapkan bahwa ibu adalah hati, sedangkan dalam makna
konotasinya adalah ibu bukan hati, melainkan seorang manusia yang mempunyai
hati dan di dalam hatinya mempunyai perasaan yang selalu rela menerima atau
ikhlas. Selanjutnya, dalam puisi tersebut terdapat baris kasih sayang ibu adalah
kilau sinar kegaiban Tuhan membangkitkan haru insan. Baris tersebut secara
denotasi bahwa kasih sayang ibu adalah apa yang dapat kita rasakan namun tak
dapat kita lihat. Sama halnya dengan dengan sinar kegaiban Tuhan. Secara
denotasi, baris tersebut kurang logis karena kilau sinar kegaiban Tuhan sendiri
contohnya adalah matahari. Matahari bersinar karena seperti yang kita yakini
bahwa matahari adalah ciptaan Tuhan dan kasih sayang ibu tidak bersinar seperti
matahari yang secara nyata mampu kita lihat sinarnya pagi dan hari. Dalam makna
konotasi, baris puisi tersebut dapat kita artikan yaitu bahwa kasih sayang ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
kepada anaknya selalu terpancar dan selalu ada untuk anaknya. Kasih sayang ibu
tulus kepada kita seperti kasih sayang Tuhan kepada kita yang selama ini kita
rasakan meskipun kita sendiri tidak pernah melihat Tuhan. Dalam baris berikutnya
yaitu membangkitkan haru insan, secara konotasi bermaksud bahwa dengan
kasih sayang dari seorang ibu yang tulus, akan membuat semua orang (insan)
merasa bahagia.
Pada baris terakhir puisi “Sajak Ibu” tersebut terdapat kalimat dengan
kebajikan ibu mengenalkan aku pada Tuhan. Secara denotasi, kalimat tersebut
dipahami bahwa kebajikan merupakan sebuah alat (yang dapat kita lihat) yang ibu
gunakan untuk mengenalkan kita pada Tuhan. Arti secara konotasi kalimat
tersebut adalah bahwa ibu selalu memberi kita contoh-contoh perbuatan baik
untuk mengajarkan kepada anaknya supaya anaknya juga berbuat baik dan
mengikuti jalan Tuhan.
4.1.1.3 Pengimajian dan Kata Konkret
Dalam puisi “Sajak Ibu” baris-baris yang menunjukkan adanya
pengimajian adalah sebagai berikut:
................................................................. ................................................................. ................................................................. ................................................................. ....................................... ............................................................ ..................................... ............................................................... ........................................ ketabahan ibuku mengubah rasa sayur murah jadi sedap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
........................................................... ibu adalah hati yang rela menerima .......................................................... ......................................... kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban Tuhan membangkitkan haru insan
dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan
Kalimat-kalimat yang penuh dengan imajinasi pada puisi di atas untuk
mengongkretkan gambaran tentang ketabahan ibuku mengubah rasa sayur
murah menjadi sedap yang dalam puisi tersebut dimaknai sebagai sikap tabah
yang dimiliki ibu telah membuat hidup merasa damai dan bahagia. Kalimat lain
yang juga mengandung imajinasi adalah ibu adalah hati yang rela menerima
yang dalam puisi tersebut dimaknai bahwa hati seorang ibu adalah hati yang
ikhlas. Kalimat lain yang masih mengandung imaji adalah dalam penggalan bait
kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban Tuhan membangkitkan haru
insan. Kalimat tersebut mengandung arti bahwa meskipun kasih sayang ibu tidak
mampu kita lihat bagaimana bentuknya namun kasih sayang ibu dapat kita
rasakan dan kasih sayang ibu sangat tulus kepada kita seperti kasih sayang Tuhan
kepada umatnya.
Puisi “Sajak Ibu” merupakan puisi naratif sehingga pengimajian dan kata-
kata konkretnya tidak sebanyak dalam puisi lirik. Puisi “Sajak Ibu” ini ingin
menyampaikan kebesaran rasa sayang ibu kepada anak-anaknya.
Pengimajian ditandai dengan penggunaan kata-kata yang konkret dan
khas. Pengimajian digambarkan atas bayangan konkret tentang apa yang dapat
dihayati dengan nyata (Waluyo, 1987: 78-79).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
4.1.1.4 Bahasa Figuratif (Majas)
Bahasa kiasan merupakan salah satu unsur kepuitisan dalam sebuah puisi.
Bahasa kiasan menjadikan sebuah puisi menari perhatian, menimbulkan kesegaran
hidup, memberikan suatu kejelasan khayalan dari penyair yang diungkapkan
dalam puisi atau karyanya. Bahasa kiasan yang mempengaruhi puisi “ Sajak Ibu”
adalah metafora dan repetisi. Metafora adalah pemakaian kata atau kelompok kata
bukan dengan arti yang sebenarnya melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan
persamaan atau perbandingan. Bahasa figuratif yang lain adalah repetisi. Repetisi
merupakan perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam satu kalimat.
Berikut ini adalah penggolongan gaya bahasa kiasan menurut Gorys Keraf dalam
bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa cetakan pertama tahun 1981 yang
di dalamnya termasuk beberapa gaya bahasa yang terdapat dalam puisi “Sajak
Ibu”.
Di bawah ini akan disajikan puisi dari Wiji Thukul berjudul “Sajak Ibu”
dan akan diuraikan baris-baris kalimat yang mengandung metafora.
Sajak Ibu ......................................................... ..................................................................
ibu adalah hati yang rela menerima selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban Tuhan membangkitkan haru insan
dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan
(“Sajak Ibu”, hlm. 14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Pada bait-bait puisi “Sajak Ibu” mengungkapkan kebanggaan anak kepada
ibunya dan menyampaikan bahwa ibu adalah hati yang rela menerima. Secara
metafora kalimat tersebut dimaknai sebagai ibu bukanlah sebuah hati, melainkan
seorang manusia yang mempunyai hati dan di dalam hatinya mempunyai perasaan
yang selalu rela menerima atau ikhlas. Kasih sayang ibu adalah kilau sinar
kegaiban Tuhan, baris tersebut secara metafora dimaknai sebagai kasih sayang
ibu yang sangat indah dan tulus kepada anak bagaikan kilau sinar dari Tuhan (
sinar yang setiap hari memancar kepada kita dan selalu memberi kahangatan serta
harapan kepada kita).
Baris terakhir puisi tersebut yang masih mengungkapkan kebanggaan anak
terhadap ibu adalah dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan.
Secara metafora, baris tersebut dimaknai sebagai ibu mengajarkan kepada kita
segala yang baik (segala perbuatan yang baik dan menghasilkan kebaikan) seperti
apa yang dikehendaki Tuhan.
Bahasa figuratif selanjutnya yang terdapat dalam puisi sajak ibu adalah
repetisi. Menurut Gorys Keraf dalam buku karangannya berjudul Diksi dan Gaya
Bahasa cetakan pertama tahun 1981, repetisi adalah perulangan kata-kata yang
penting atau kata-kata kunci untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang
sesuai (Keraf, 1981: 109. Repetisi termasuk dalam ragam gaya bahasa menurut
struktur kalimat. Berikut ini akan disajikan repetisi yang terdapat pada puisi
“Sajak Ibu” karya Wiji Thukul.
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah ...................................................... ibu tak bisa memejamkan mata .................................................................... ibu akan marah besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ibu menangis ketika aku mendapat susah ibu mengangis ketika aku bahagia ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara
ibu adalah hati yang rela menerima ................................................ .................................. ibu mengenalkan aku kepada Tuhan (“Sajak Ibu”, hlm. 14)
Dalam puisi di atas jelas terlihat pengulangan kata ibu sebagai repetisi
dalam puisi tersebut. Hal itu merupakan penegasan untuk puisi karena jiwa dalam
puisi tersebut ingin mengungkapkan tentang ibu dan kebanggaan seorang anak
kepada ibu. Dalam puisi tersebut juga terdapat bait yang penuh dengan repetisi
ibu menangis ketika aku mendapat susah ibu mengangis ketika aku bahagia ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara
repetisi dalam baris-baris tersebut juga bermaksud untuk memberi penegasan
tentang apa yang dirasakan ibu (dikemas dalam satu frase yang sama ibu
mengangis ketika aku dan ibu menangis ketika adikku) baik dalam keadaan
menyenangkan maupun menyedihkan.
4.1.1.5 Versifikasi
Bunyi merupakan bagian dari versifikasi. Macam bunyi yang sering
muncul dalam puisi adalah rima. Rima yang terdapat dalam puisi “Sajak Ibu”
berfungsi sebagai salah satu unsur kepuitisan, yaitu sajak , dan sajak akhir. Rima
tersebut akan dibicarakan satu persatu di bawah ini:
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah tetapi menangis ketika aku susah ibu tak bisa memejamkan mata bila adikku tak bisa tidur karena lapar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
ibu akan marah besar bila kami merebut jatah makanan yang bukan hak kami ibuku memberi pelajaran keadilan dengan kasih sayang ketabahan ibuku mengubah rasa sayur murah jadi sedap
ibu menangis ketika aku mendapat susah ibu mengangis ketika aku bahagia ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara
ibu adalah hati yang rela menerima selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban Tuhan membangkitkan haru insan
dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan
(“Sajak Ibu”, hlm. 14)
Pada contoh di atas sajak tengah ditunjukkan dengan menggunakan kata
/bu/, /ku/, /is/, /ka/, /u/, dan /ti/. Rima tengah tersebut berfungsi sebagai
penunjang kelirisan bunyi yang terdapat pada puisi tersebut.
Rima berikutnya adalah rima akhir. Rima akhir terdapat di akhir baris.
Contoh-contoh rima akhir tersebut sebagai berikut:
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah tetapi menangis ketika aku susah ibu tak bisa memejamkan mata iila adikku tak bisa tidur karena lapar ibu akan marah besar bila kami merebut jatah makanan yang bukan hak kami ibuku memberi pelajaran keadilan dengan kasih sayang ketabahan ibuku mengubah rasa sayur murah jadi sedap
ibu menangis ketika aku mendapat susah ibu mengangis ketika aku bahagia ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
ibu adalah hati yang rela menerima selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban Tuhan membangkitkan haru insan
dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan
(“Sajak Ibu”, hlm. 14)
Pada contoh di atas, rima akhir ditunjukkan dengan menggunakan bunyi
/ah/, /ar/, /an/, dan /a/. Rima akhir yang ada dalam puisi di atas berfungsi sebagai
penambah liris bunyi yang terdapat pada puisi tersebut.
4.1.1.6 Tipografi
Tipografi merupakan susunan tulisan. Hal tersebut memanfaatkan bentuk
visual untuk memberi arti tambahan (Pradopo, 2009: 210). Tipografi yang tampak
dalam puisi “Sajak Ibu” adalah keajegan penggunaan huruf kecil pada setiap awal
barisnya. Keajegan penggunaan huruf kecil di awal baris adalah sebagai berikut:
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah tetapi menangis ketika aku susah ibu tak bisa memejamkan mata bila adikku tak bisa tidur karena lapar ibu akan marah besar bila kami merebut jatah makanan yang bukan hak kami ibuku memberi pelajaran keadilan dengan kasih sayang ketabahan ibuku mengubah rasa sayur murah jadi sedap ibu menangis ketika aku mendapat susah ibu mengangis ketika aku bahagia ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara
ibu adalah hati yang rela menerima selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban Tuhan membangkitkan haru insan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan
(“Sajak Ibu”, hlm. 14)
Tipografi yang lain adalah penyusunan kata-kata yang mewujudkan larik-larik
panjang dan pendek. Penyusunan kata-kata seperti itu membentuk suatu kesatuan
padu. Pergantian larik panjang dan pendek sangat variatif dan harmonis sehingga
menimbulkan ritma yang padu.
4.1.2 Struktur Batin Puisi “Sajak Ibu”
4.1.2.1 Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan
oleh penyair. Dalam puisi “Sajak Ibu” karya Wiji Thukul di atas mengandung
tema kasih sayang ibu yang sangat besar kepada anak-anaknya. Meskipun seorang
ibu kadang-kadang bersikap kejam kepada anaknya bahkan sampai mengusir
anaknya minggat dari rumah namun tokoh ibu dalam puisi tersebut tetap
memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya (pelajaran tentang keadilan,
pelajaran tentang kebajikan, dan mengenalkan anaknya pada Tuhan) dan hal
tersebut merupakan wujud dari kasih sayang ibu kepada anak-anaknya.
Berikut ini akan diuraikan tema secara umum yang terkandung dalam puisi
“Sajak Ibu” karya Wiji Thukul beserta tema-tema dalam baris-baris puisi tersebut.
Pada awal puisi tersebut, penyair menyampaikan baris-baris puisi dengan tema
ketegasan dan kasih sayang ibu terhadap anak-anaknya.
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah tetapi menangis ketika aku susah
Dalam baris puisi tersebut, penyair menyampaikan tema kasih sayang ibu
terhadap tokoh “ aku”. Meskipun ibu terkesan kejam dan galak kepadaku karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
telah mengusirku minggat dari rumah, namun dalam hatinya ibu sangat
menyayangi aku.
Baris berikutnya masih merupakan baris dengan tema kasih sayang, yakni
ibu tak bisa memejamkan mata bila adikku tak bisa tidur karena lapar
Dalam baris puisi di atas, penyair masih mengungkapkan perihal kasih sayang
seorang ibu namun tidak lagi terhadap tokoh “aku“ melainkan kepada tokoh
“adikku”.
Dalam baris puisi di atas menggambarkan kegelisahan dari seorang ibu
yang meluhat anaknya lapar. Ibu tidak akan mampu tidur nyenyak dan merasa
tenang jika aku atau saudaraku merasa lapar.
Dari keempat baris di atas, penyair menyampaikan secara jelas bahwa tema yang
merangkai baris-baris awal puisi tersebut adalah suatu ungkapan kasih sayang ibu
kepada anak-anaknya.
Baris-baris puisi berikutnya adalah baris puisi yang berisi tema pendidikan
ibu akan marah besar bila kami merebut jatah makanan yang bukan hak kami ibuku memberi pelajaran keadilan dengan kasih sayang
Pada baris-baris puisi di atas penyair menyampaikan tema pendidikan dari
seorang ibu, yaitu bagaimana seorang ibu dengan segala yang ia punya, ia
berusaha mendidik anak-anaknya sebaik mungkin agar mampu bersikap adil
terhadap sesama. Selain itu, baris-baris puisi di atas juga menggambarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
menggambarkan situasi meskipun berasal dari keluarga yang miskin, namun ibu
tetap tegas dalam mengajarkan keadilan.
Baris berikutnya adalah baris baris puisi dengan tema ketabahan seorang ibu.
ketabahan ibuku mengubah rasa sayur murah jadi sedap
Dalam baris-baris puisi di atas tampak secara jelas bahwa tema yang terkandung
di dalamnya adalah ketabahan dari seorang ibu kepada anak-anaknya.
Dalam baris puisi tersebut menggmbarkan ketabahan ibu dalam menghadapi
segala permasalahan hidup mampu membuat kita merasa nyaman dan tenang.
Baris puisi berikutnya adalah baris-baris puisi dengan tema empati yang besar dari
seorang ibu.
ibu menangis ketika aku mendapat susah ibu mengangis ketika aku bahagia ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara
Berdasarkan baris-baris puisi tersebut, tampak sekali bahwa penyair
menyampaikan seorang ibu mempunyai empati yang sangat besar terlebih
terhadap anak-anaknya terutama ketika anaknya (dalam puisi tersebut ditulis
sebagai tokoh “aku”) sedang dalam situasi yang susah.
Dalam baris puisi tersebut, ibu selalu menangis ketika aku atau saudaraku
menghadapi kesusahan dan kebahagiaan. Ibu selalu menitikkan air mata ketika
aku sedang susah karena ketika aku atau saudaraku mendapat masalah atau sedang
susah, ibu akan lebih susah sehingga ibu akan menangis merasakan apa yang kami
rasakan. Sebaliknya, jika aku atau saudaraku sedang bahagia, ibu juga akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
menitikkan air mata karena terharu dan merasa bahagia seperti apa yang kami
rasakan.
Baris-baris berikutnya dalam puisi ‘Sajak Ibu’ adalah baris puisi yang
mengandung tema rela, kesabaran, ketabahan, penuh maaf, dan kasih sayang yang
dimiliki oleh seorang ibu.
ibu adalah hati yang rela menerima selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun
Dalam baris puisi tersebut menggambarkan ibu yang selalu rela dan tabah ketika
anak-anak yang telah ia rawat dan ia besarkan bersikap kurang baik bahkan
sampai menyakiti hatinya. Apapun yang telah diperbuat anak-anaknya, ibu selalu
memberikan maaf dan ampun. Hal tersebut tak lepas dari sikap seorang ibu yang
rela, pemaaf, pengampun, sabar, dan penuh kasih sayang.
Baris berikutnya adalah baris puisi yang mengandung tema kasih.
kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban Tuhan membangkitkan haru insan
Di dalam baris-baris puisi tersebut, kasih seorang ibu diibaratkan sebagai sinar
yang menerangi kita semua (keluarga).
Kasih sayang yang tak berkesudahan dari seorang ibu selalu memancar dan
memberi inspirasi hidup bagi sesama. Terlebih bagi anak-anaknya.
Baris-baris puisi terakhir adalah baris-baris puisi yang mengandung tema
pendidikan.
dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Melalui baris tersebut, penyair ingin menyampaikan bahwa ibu selalu
mengajarkan kepada kita tentang hal-hal yang baik (seturut jalan Tuhan).
Dalam baris puisi tersebut, melalui segala kebaikan dan kebajikan, ibu
mengenalkan aku kepada sosok Tuhan yang rela, sabar, ikhlas, tabah, dan pemaaf
kepada umatNya.
Secara umum, berikut ini kerangka tema yang diungkapkan penyair dalam
puisi “Sajak Ibu” karya Wiji Thukul
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah ketegasan tetapi menangis ketika aku susah ibu tak bisa memejamkan mata kasih sayang bila adikku tak bisa tidur karena lapar ibu akan marah besar bila kami merebut jatah makanan yang bukan hak kami pendidikan ibuku memberi pelajaran keadilan dengan kasih sayang ketabahan ibuku mengubah rasa sayur murah ketabahan jadi sedap ibu menangis ketika aku mendapat susah ibu mengangis ketika aku bahagia ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda empati ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara
ibu adalah hati yang rela menerima selalu disakiti oleh anak-anaknya rela, sabar, pemaaf, tabah penuh maaf dan ampun kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban Tuhan kasih membangkitkan haru insan
dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan pendidikan (“Sajak Ibu”, hlm. 14)
4.1.2.2 Nada dan Suasana
Seorang penyair dalam menulis puisi mempunyai sikap tertentu terhadap
pembaca. Sikap-sikap yang muncul antara lain: menasehati, mengejek, menyindir,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
atau bersikap lugas hanya menyampaikan atau menceritakan sesuatu kepada
pembaca.
Nada yang terdapat dalam puisi “Sajak Ibu” adalah bersikap lugas yaitu
hanya ingin bercerita tentang kasih sayang dari seorang ibu yang dirasakan tokoh
aku. Hal tersebut terbukti melalui baris-baris puisi di bawah ini,
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah tetapi menangis ketika aku susah ................................................................... ibuku memberi pelajaran keadilan dengan kasih sayang ................................................................. ibu menangis ketika aku mendapat susah ibu mengangis ketika aku bahagia
Suasana yang muncul dalam puisi tersebut adalah rasa haru dan bangga.
Rasa haru dan bangga tersebut muncul ketika baris-baris pada puisi “Sajak Ibu”
karya Wiji Thukul mengarah pada segala kabaikan dan ketulusan kasih sayang ibu
kepada kita.
................................................................... ibu akan marah besar bila kami merebut jatah makanan yang bukan hak kami .................................................................... ketabahan ibuku mengubah rasa sayur murah jadi sedap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
........................................................... ibu adalah hati yang rela menerima selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun ........................................................ dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan
Maka, melalui puisi tersebut pembaca diharapkan lebih bisa memahami
keberadaan seorang ibu dan bagaimana ketabahan serta pengorbanan ibu bagi
anak-anaknya. Setelah membaca puisi tersebut, pembaca juga diharapkan merasa
bangga kepada ibu karena melalui ibu dan kasih sayang ibu kita semua dibimbing
pada kebaikan terhadap sesama.
Berikut ini akan disajikan gambaran umum nada dan suasana yang
terdapat dalam puisi “Sajak Ibu” karya Wiji Thukul.
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah tetapi menangis ketika aku susah ibu tak bisa memejamkan mata bila adikku tak bisa tidur karena lapar ibu akan marah besar keharuan bila kami merebut jatah makanan yang bukan hak kami ibuku memberi pelajaran keadilan dengan kasih sayang ketabahan ibuku mengubah rasa sayur murah kebanggan jadi sedap ibu menangis ketika aku mendapat susah ibu mengangis ketika aku bahagia ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda keharuan ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara
ibu adalah hati yang rela menerima selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban Tuhan kebanggaan membangkitkan haru insan
dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan (“Sajak Ibu”, hlm. 14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
4.1.2.3 Perasaan dalam Puisi
Perasaan yang tampak dalam puisi “Sajak Ibu” adalah perasaan bangga
ibu adalah hati yang rela menerima selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban Tuhan membangkitkan haru insan
dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan
Penyair mempunyai kebanggan yang besar kepada ibu karena dengan
segala tingkah yang telah diperbuat oleh sang anak, ibu tetap tabah dan tulus
ikhlas dalam menyayangi anak-anaknya.
Bait puisi di atas merupakan bagian dari puisi “Sajak Ibu” yang
mengungkapkan perasaan bangga tokoh aku terhadap segala ketulusan ibu.
4.1.2.4 Amanat Puisi
Setelah memahami tema, perasaan, nada, dan suasana penyair yang
terdapat dalam puisi “Sajak Ibu” maka, amanat yang terkandung di dalam puisi
tersebut dapat diungkapkan. Amanat yang terdapat dalam puisi tersebut sebagai
berikut:
a. Menghargai besarnya kasih sayang ibu terhadap anak-anaknya
Melalui apa yang selalu diperbuat ibu kepada kita, segalanya tak
lepas dari kasih sayang ibu yang besar kepada kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah tetapi menangis ketika aku susah ibu tak bisa memejamkan mata bila adikku tak bisa tidur karena lapar ............................................................
ibu adalah hati yang rela menerima selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban Tuhan membangkitkan haru insan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
ibu menangis ketika aku mendapat susah ibu mengangis ketika aku bahagia ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara
ibu adalah hati yang rela menerima selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun
ibu adalah hati yang rela menerima selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban Tuhan membangkitkan haru insan
.................................................
Baris-baris puisi di atas telah menegaskan bagaimana ibu telah dengan
tulus mencintai dan menyayangi kita dengan segala kerelaan, ketabahan ,
dan keikhlasan. Melalui cinta dari ibu juga telah menciptakan inspirasi
terbaik bagi anak-anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
e. Menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan.
Segala harapan yang baik dari ibu kepada anak-anaknya telah
mendorong ibu untuk mendidik dan mengajarkan kepada kita bagaimana
hidup yang baik dan seturut jalan Tuhan.
.............................................. ibu akan marah besar bila kami merebut jatah makanan yang bukan hak kami ibuku memberi pelajaran keadilan dengan kasih sayang ..............................................................
dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan
Baris-baris di atas menguraikan bagaimana ibu mengajarkan hal-hal yang
baik kepada kita, oleh sebab itu, pesan yang dapat kita tarik adalah
melakukan hal-hal terbaik seperti apa yang dikehendaki Tuhan melalui
ajaran-ajaran yang muncul dari ibu.
4.2 Keterkaitan Antar Unsur
Puisi “Sajak Ibu” karya Wiji Thukul mengandung tema kasih sayang ibu
yang sangat besar kepada anak-anaknya. Diksi dalam puisi “Sajak Ibu” dari bait
pertama sampai bait terakhir yang berkaitan erat dengan tema adalah diksi tentang
gambaran ketulusan menyayangi, ketegasan, dan ketabahan dari seorang ibu. Hal
tersebut diungkapkan dengan contoh diksi yaitu minggat. Diksi minggat dalam
puisi tersebut erat kaitannya dengan kemarahan ibu. Dibalik kemarahannya itu,
ibu sangat sayang kepada anaknya sehingga muncul kata minggat. Ketulusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
menyayangi, ketegasan, dan ketabahan dari seorang ibu adalah wujud dari kasih
sayang ibu yang sangat besar kepada anak-anaknya. Penggunaan kata minggat
dalam puisi tersebut juga erat kaitannya dengan makna denotasi dan konotasi.
Pemggunaan diksi yang mempunyai arti denotasi dan konotasi pada akhirnya
berkaitan dengan tema yang diungkap penyair, yaitu kasih sayang ibu kepada
anak-anaknya. Agar lebih jelas, akan ditampilkan dalam tabel berikut ini.
Diksi Makna Tema
Denotasi Konotasi
“minggat” Pergi Wujud ketegasan Kasih sayang
Pengimajian dan penggunaan kata konkret dalam puisi tersebut
mempunyai kaitan yang erat dengan tema. Sebagai contoh, ibu adalah hati yang
rela menerima. Makna imaji dari baris tersebut adalah bahwa hati ibu selalu
ikhlas untuk anak- anaknya. Hal tersebut masih berkaitan erat dengan tema dalam
puisi tersebut yaitu kasih sayang ibu kepada anak-anaknya. Penggunaan bahasa
figuratif dalam puisi ‘Sajak Ibu’ juga sangat berkaitan dengan tema, sebagai
contoh, pada bait yang menyampaikan bahwa ibu adalah hati yang rela
menerima. Secara metaforis kalimat tersebut dimaknai sebagai ibu bukanlah
sebuah hati, melainkan seorang manusia yang mempunyai hati dan di dalam
hatinya mempunyai perasaan yang selalu rela menerima atau ikhlas. Hal tersebut
sangat jelas terlihat bahwa ibu sangat sayang kepada anak- anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Baris Figuratif Makna Tema
Imajinatif Figuratif
“Ibu adalah hati yang
rela menerima”
Ikhlas Perasaan Kasih sayang
Nada dalam puisi ‘Sajak Ibu” adalah bersikap lugas yaitu hanya ingin
bercerita tentang kasih sayang dari seorang ibu yang dirasakan tokoh aku. Diksi
yang berkaitan dengan nada dan suasana tersebut adalah baris- baris puisi yang
mengungkapkan secara lugas maksud penulis. Penulis hanya ingin menceritakan
apa yang dia rasakan agar pembaca juga turut merasakan apa yang dia rasakan.
Sebagai contoh, penggunaan kata minggat.
Diksi Nada
“minggat” Lugas
Ketika ibu mengucapkan kata minggat untuk sang anak, penulis
menyampaikannya secara lugas dalam puisi tersebut.
Denotasi dan konotasi yang berkaitan erat dengan nada dalam puisi
tersebut adalah barisan kata-kata yang mempunyai arti lugas, yaitu gambaran
langsung tentang ketegasan seorang ibu. Contohnya Ibu akan marah besar bila
kami merebut jatah makanan yang bukan hak kami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Baris Denotasi Konotasi Nada
“Ibu akan marah besar bila
kami merebut jatah
makanan yang bukan hak
kami”
Merebut
makanan orang
lain
Mencuri apapun
milik orang lain
(tidak hanya
makanan)
Lugas
Kalimat tersebut adalah bentuk konotasi dari ibu tidak suka jika kami melakukan
hal yang tidak baik, merebut jatah makanan dalam puisi tersebut secara denotasi
adalah jika ada orang lain yang mempunyai makanan atau jatah makanan, kami
akan mengambil makanan itu dengan paksa (merebut), sedangkan pemaknaan
secara konotasi adalah mencuri apapun yang bukan merupakan milik kami (tidak
hanya berupa makanan).
Pengimajian dan penggunaan kata konkret yang berkaitan dengan tema
dalam puisi tersebut adalah ketabahan ibuku mengubah rasa sayur murah
menjadi sedap yang dalam puisi tersebut dimaknai sebagai sikap tabah yang
dimiliki ibu telah membuat hidup merasa damai dan bahagia.
Baris Nada
“Ketabahan ibuku mengubah rasa sayur murah menjadi
sedap”
Lugas
Dari baris tersebut, sangat jelas terlihat bahwa penulis menyampaikan secara lugas
tentang ketabahan yang dimiliki oleh seorang ibu. Sedangkan bahasa figuratif
yang berkaitan erat dengan nada puisi tersebut adalah penggunaan repetisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Penggunaan repetisi dalam puisi tersebut berfungsi untuk mempertegas makna
puisi sehingga membuat nada dari puisi tersebut semakin lugas.
Suasana dalam puisi tersebut adalah haru dan bangga. Dalam kaitannya
dengan suasana haru dan bangga, penulis menggunakan diksi yang mampu
mendukung suasana tersebut. Contohnya, penggunaan kata hati dalam baris ibu
adalah hati yang rela menerima. Kita akan selalu merasa haru dan bangga ketika
ibu kita selalu menerima kita dengan rela dan ikhlas walau bagaimanapun keadaan
kita.
Unsur yang masih berkaitan dengan suasana haru dan bangga adalah
bahasa figuratif. Contoh baris yang mengungkapkan suasana tersebut adalah pada
baris dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan. Secara metaforis,
baris tersebut dimaknai sebagai ibu mengajarkan kepada kita segala yang baik
(segala perbuatan yang baik dan menghasilkan kebaikan) seperti apa yang
dikehendaki Tuhan.
Perasaan dalam puisi “Sajak Ibu” adalah perasaan bangga. Dalam hal ini
diksi, denotasi dan konotasi, pengimajian dan kata konkret, dan bahasa figuratif
yang berkaitan erat dengan perasaan puisi tersebut telah diuraikan bersamaan
dengan suasana, yaitu pada paragraf sebelumnya. Perasaan bangga yang dirasakan
oleh penyair terungkap dari penggalan bait-bait yang secara lugas menunjukkan
kebanggaan penyair terhadap ibu.
Amanat yang terdapat dalam puisi ‘Sajak Ibu” karya Wiji Thukul tersirat
dalam pilihan kata-kata yang diungkapkan melalui tema, suasana, dan perasaan
yang ditemukan setelah membaca puisi tersebut. Amanat yang diungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
adalah menghargai dan menghormati ibu kita secara tulus seperti ketulusan
seorang ibu dalam menyayangi, mendidik dan membesarkan kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
BAB V
IMPLEMENTASI PUISI “SAJAK IBU” KARYA WIJI THUKUL DALAM
PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS X SEMESTER I
Banyak usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia saat ini, khususnya dari Departemen Pendidikan
Nasional (Depdiknas) dengan menciptakan kondisi dan sistem pendidikan yang
sesuai dengan budaya dan hakikat pendidikan itu sendiri. Salah satu usaha yang
dilakukan oleh pemerintah adalah adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran
bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan perserta didik untuk
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan
manusia Indonesia. Ruang lingkup dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dalam
kurikulum tersebut mencakup empat hal yaitu mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis. Oleh sebab itu, sekolah dapat menyusun program
pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta
didik dan sumber belajar yang tersedia.
KTSP merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 atau yang juga
dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). KTSP memberikan
kebebasan yang besar kepada sekolah untuk menyelenggarakan program
pendidikan yang sesuai dengan (1) kondisi lingkungan sekolah, (2) kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
peserta didik, (3) sumber belajar yang tersedia, dan (4) kekhasan daerah. Dalam
program pendidikan ini, orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif.
KTSP dikembangkan dan disusun oleh satuan pendidikan atau sekolah
sesuai dengan kondisinya masing-masing, setiap sekolah mempunyai kurikulum
yang berbeda. Dengan demikian, bahan ajar yang digunakan juga mempunyai
perbedaan. Tidak ada ketentuan tentang buku pelajaran yang dipakai dalam
KTSP. Buku pelajaran yang telah ada dapat digunakan karena pembelajaran
didasarkan pada kurikulum yang dikembangkan sekolah, bahan ajar harus
disesuaikan dengan kurikulum tersebut. Oleh karena itu, guru dapat mengurangi
dan menambah isi buku pelajaran yang digunakan. Dengan demikian, guru harus
mandiri dan kreatif. Guru harus menyeleksi bahan ajar yang digunakan dalam
pembelajaran sesuai dengan kurikulum sekolahnya. Guru dapat memanfaatkan
bahan ajar dari berbagai sumber (surat kabar, majalah, radio, televisi, internet,
dsb.). Bahan ajar dikaitkan dengan isu-isu lokal, regional, nasional, dan global
agar peserta didik nantinya mempunyai wawasan yang luas dalam memahami dan
menanggapi berbagai macam situasi kehidupan.
Bahan pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam proses belajar-
mengajar dan menempati kedudukan yang menentukan keberhasilan akan
tercapainya tujuan pengajaran, serta menentukan kegiatan belajar-mengajar. Oleh
sebab itu, perencanaan bahan pembelajaran perlu mendapatkan pertimbangan
yang cermat. Bahan pembelajaran bukan semata-mata berarti semua uraian yang
tertera dalam buku sumber atau sumber cetak lainnya, melainkan acuan yang
berkaitan dengan semua bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Berdasarkan acuan tersebut guru memilih bahan mana yang akan disajikan dalam
perencanaan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
sebelumnya. Sebagai kerangka acuan bahan pembelajaran pada umumnya
diklasifikasikan dalam tiga bidang, yakni: pengetahuan, keterampilan, dan afektif
(Hamalik, 1990: 169). Puisi “Sajak Ibu” memenuhi ketiga klasifikasi tersebut.
“Sajak Ibu” dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai
struktur puisi, baik struktur batin, maupun struktur fisik. Keterampilan siswa pun
akan terangsang dengan menganalisis sebuah puisi. Selain itu, afektif siswa juga
akan lebih terasah dengan mempelajari puisi “Sajak Ibu” yang di dalamnya
terkandung nilai-nilai moral, yaitu: menghormati orang tua khususnya ibu, lebih
taat kepada orang tua yang telah menyayangi kita, membahagiakan orang tua, dan
lebih mampu menghargai hidup bersama orang-orang yang kita sayangi dan yang
menyayangi kita.
Puisi “Sajak Ibu” sesuai diajarkan kepada siswa SMA kelas X karena
bahan tersebut memenuhi kriteria pemilihan bahan pembelajaran yang baik. (1)
menarik, (2) isinya relevan dengan tujuan belajar sehingga tujuan belajar dapat
tercapai, (3) mempunyai urutan penyajian dari yang sederhana hingga yang
kompleks, dan (4) memuat informasi yang dibutuhkan, dan seperti yang telah
disampaikan di atas yaitu dapat merangsang keterampilan bersastra, baik aspek
mendengarkan, membaca, maupun menulis.
Puisi “Sajak Ibu” dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di
SMA karena sesuai dengan tujuan pembelajaran sastra yang terdapat dalam
KTSP. Tujuan tersebut adalah agar peserta didik mampu menikmati dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi
pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Pembelajaran puisi dapat berhasil dengan baik apabila menggunakan metode yang
tepat dalam penyampaiannya. Menurut Meier via Astuti (2002: 106-108) agar
pembelajaran menjadi lebih terarah perlu adanya langkah-langkah praktis. Berikut
ini langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan:
Pertama, persiapan. Langkah tersebut mengandung arti persiapan yang
harus dilakukan oleh guru dan siswa. Persiapan yang harus dilakukan terlebih
dahulu oleh seorang guru yaitu membaca teks puisi ”Sajak Ibu” atau
mendengarkan terlebih dahulu rekaman kaset atau CD pembacaan puisi yang kaan
disampaikan kepada siswa. Hal itu dilakukan agar guru memahami isi, makna,
dan pesan yang terkandung dalam puisi. Sedangkan hal yang harus ditanamkan
kepada siswa pada tahap ini adalah anggapan bahwa mempelajari puisi bukan saja
sebagai hiburan semata, tetapi dengan mempelajari puisi (khususnya “Sajak Ibu”)
dapat digunakan sebagai sarana memperoleh pelajaran dan informasi. Hal-hal
yang dapat dilakukan oleh guru antara lain sebagai berikut: guru menceritakan
secara singkat isi puisi “Sajak Ibu”, serta menyampaikan manfaat-manfaat yang
dapat dipetik dengan mempelajari puisi tersebut.
Kedua, penyampaian. Langkah tersebut adalah penyampaian materi puisi
“Sajak Ibu”. Siswa diperdengarkan rekaman pembacaan puisi ( dapat juga guru
memperagakan cara membacakan puisi “Sajak Ibu” dengan baik), hendaknya
siswa benar-benar memperhatikan pelafalan dan intonasi dalam pembacaan puisi
tersebut. Hal itu dimaksudkan agar siswa mendapatkan gambaran yang nyata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
dalam membacakan puisi “ Sajak Ibu” dengan memperhatikan intonasi, lafal, serta
mimik. Hal berikutnya yang dapat dilakukan adalah salah seorang siswa diminta
membacakan puisi “Sajak Ibu” dengan memperhatikan pelafalan, intonasi, mimik,
serta ekspresi yang tepat sesuai dengan isi puisi. Kegiatan selanjutnya adalah
siswa mencatat hal-hal yang dianggap penting dalam puisi “Sajak Ibu”. Setelah
itu, guru dan siswa bersama-sama membahas hal-hal penting yang diperoleh pada
saat menyimak pembacaan puisi.
Ketiga, pelatihan. Langkah yang ketiga ini adalah pelatihan atau
pemberian tugas kepada siswa. Tugas tersebut bertujuan untuk membuat siswa
paham terhadap isi puisi “Sajak Ibu”. Hal-hal yang harus dipahami oleh siswa
adalah unsur-unsur struktur fisik dan unsur-unsur struktur batin, kemudian
merangkumnya. Siswa secara berkelompok membaca teori tentang unsur-unsur
tersebut, sebelumnya jika terdapat hal-hal yang belum dipahami, siswa dapat
bertanya kepada anggota kelompok, dan jika anggota kelompok tidak dapat
menyelesaikan persoalan tersebut dapat ditanyakan kepada guru. Siswa
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas menggunakan bahasa yang hidup.
Siswa juga diminta untuk memparafrasekan puisi “Sajak Ibu’ agar siswa dapat
menentukan makna, pesan, dan tema yang terkandung dalam puisi tersebut.
Keempat, penampilan hasil. Langkah yang keempat berupa evaluasi (tes)
ujian harian atau ujian semester dengan memuat keseluruhan mata pelajaran yang
sudah diterima siswa, dapat juga berupa latihan-latihan yang terdapat dalam
Lembar Kerja Siswa agar siswa lebih memahami semua pelajaran yang telah
diterima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Penyampaian pembelajaran agar menjadi terarah pun harus diatur
sedemikian rupa, salah satunya dengan menyusun silabus. Silabus tersebut
merupakan seperangkat rencana dan pelaksanaan pembelajaran beserta
penilaiannya. Komponen-komponen yang harus tercantum dalam silabus adalah:
1. Identitas pelajaran. Identitas dalam hal ini adalah identitas berupa nama mata
pelajaran, satuan pendidikan, kelas/ semester, alokasi waktu, aspek, dan sub-
aspek.
2. Standar kompetensi. Standar kompetensi yang dimaksud adalah program untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap
bahasa Indonesia.
3. Kompetensi dasar. Kompetensi dasar yaitu uraian mengenai hal yang memadai
atas kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam berkomunikasi lisan
(mendengarkan dan berbicara) dan berkomunikasi tulis (membaca dan menulis)
serta sastra dan kebahasaan.
4. Materi pokok. Materi pembelajaran yang dimaksud adalah bahan yang harus
dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi tertentu.
5. Pengalaman Belajar. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut berisi tentang
keterlibatan siswa secara optimal dalam rangka mencapai kompetensi tertentu
melalui materi pembelajaran. Pengalaman belajar juga memuat rangkaian kegiatan
yang harus dilakukan oleh guru secara berurutan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
6. Indikator hasil belajar. Indikator hasil belajar mencakup uraian kompetensi
yang harus dikuasai siswa dalam berkomunikasi. Indikator tersebut merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
penjabaran dari KD yang meninujkkan tanda-tanda, perbuatan atau respons yang
dilakukan atau ditampilkan oleh perserta didik.
7. Penilaian. Penilaian disusun dan diberikan untuk mengukur tingkat
ketercapaian siswa terhadap materi yang diperolehnya. Penilaian dilakukan
dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan,
pengamatan kerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk,
portofolio, dan penilaian diri.
8. Alokasi Waktu. Alokasi yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar.
9. Sumber Belajar. Sumber belajar adalah rujukan, objek atau bahan yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak
dan elektronik, narasumber, lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Berikut ini adalah salah satu model Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk pembelajaran sastra di SMA kelas X semester I, Standar
Kompetensi tentang: Memahami puisi yang disampaikan secara langsung atau
tidak langsung. Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi
yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman.
Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang akan disajikan peneliti,
sebelumnya telah dikonsultasikan kepada Bapak C. Suparjono, S. Pd., yaitu guru Bahasa
Indonesia di SMA Stella Duce Bantul Yogyakarta. Hal ini dilakukan guna mengetahui
apakah Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat peneliti sudah
sesuai dengan standar dan dapat digunakan untuk pembelajaran di kelas. Hasil penilaian
konsultasi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) akan disajikan peneliti
di lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : X/ 1
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok
Pengalaman
Belajar
Indikator Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
5. Memahami puisi
yang disampaikan
secara langsung atau
tidak langsung
5.1 Mengidentifikasi
unsur- unsur bentuk
suatu puisi yang
disampaikan secara
langsung ataupun
melalui rekaman
1.Definisi puisi
2.Contoh- contoh
puisi karya
sastrawan
Indonesia
3.Unsur- unsur
puisi
1. Siswa
membentuk
kelompok
2. Siswa
menyebutkan
definisi puisi
3. Siswa
mendengarkan
rekaman puisi
4. Siswa
mengidentifikasi
unsur- unsur dari
puisi yang
didengar
5.1.1 Siswa
mampu
menjelaskan
definisi puisi
5.1.2 Siswa
mampu
mengidentifikasi
unsur-unsur fisik
puisi “Sajak Ibu”
yang didengar,
secara tepat
5.1.3 Siswa mampu
mengidentifikasi
unsur-unsur batin
Tes Tertulis:
1. Kemampuan
siswa dalam
memahami
definisi puisi,
memberikan
contoh puisi,
dan
menganalisis
unsur-unsur
puisi”Sajak
Ibu”
Tes Kinerja:
1. Kemampuan
4 x 45
menit
(2 x
pertemuan)
1. Buku teks
• Tim
Edukatif.
2007.
Kompe-
tensi
Berbaha-
sa
Indonesia.
Jakarta:
Erlangga.
• Tukan,
Paulus.
2006.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Yogyakarta, ...........................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Hasil analisis struktural yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: kesatu, struktur fisik. Diksi dalam puisi “Sajak Ibu” menggunakan bahasa
sehari-hari dan sudah diberi makna khusus oleh penyair sehingga pembaca
menjadi lebih mudah memahami isi puisi tersebut. Penggunaan kata-kata seperti
itu akan lebih memudahkan siswa untuk memahami isi puisi “ Sajak Ibu”. Kata-
kata yang mendukung puisi tersebut adalah kata-kata yang memiliki makna
denotatif dan makna konotatif. Penggunaan kedua makna ini bertujuan untuk
menambah variasi kata dalam puisi “ Sajak Ibu”.
Pengimajian dalam puisi “Sajak Ibu” lebih menekankan pada gambaran
konkret tentang ketabahan dan kasih sayang ibu kepada anak-anaknya.
Pengimajian dalam puisi tersebut digambarkan atas bayangan konkret tentang apa
yang dirasakan penyair. Bahasa figuratif dalam puisi “Sajak Ibu” yang
dipergunakan oleh penyair adalah metafora dan repetisi. Bahasa figuratif metafora
digunakan oleh penyair agar mampu melukiskan persamaan atau perbandingan
antara kasih sayang ibu dengan hal-hal yang ada di sekitar kita. Bahasa figuratif
yang lain adalah repetisi. Penggunaan repetisi dalam puisi tersebut dimaksudkan
untuk lebih memberi tekanan pada konteks yang sesuai agar maksud yang ingin
disampaikan penyair kepada pembaca lebih mudah dipahami oleh pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Versifikasi (rima) yang terdapat dalam puisi ‘Sajak Ibu” ada dua, yaitu
rima tengah dan rima akhir. Kedua rima tersebut digunakan pengarang untuk
menciptakan efek kepuitisan dan keindahan sehingga pembaca lebih tertarik untuk
membaca puisi tersebut. Struktur fisik yang terakhir adalah tipografi. Tipografi
yang tampak dalam puisi “Sajak Ibu” adalah penggunaan huruf kecil pada setiap
awal barisnya dan penyusunan kata-kata yang mewujudkan larik-larik panjang
dan pendek. Penyusunan kata-kata seperti itu membentuk suatu kesatuan padu.
Pergantian larik panjang dan pendek sangat variatif dan harmonis sehingga
menimbulkan ritma yang padu.
Kedua, struktur batin. Penyair menyajikan tema kasih sayang seorang ibu
kepada anak-anaknya yang dipadu dengan budi pekerti. Tema tersebut ingin
ditanamkan penyair kepada pembacanya agar pembaca pun sependapat dengan
penyair untuk mencintai, menghormati, menghargai, taat dan patuh kepada orang
tua khususnya ibu.
Nada yang terdapat dalam puisi “Sajak Ibu” adalah bersikap lugas yaitu
hanya ingin bercerita tentang kasih sayang dari seorang ibu yang dirasakan tokoh
aku. Suasana yang muncul dalam puisi tersebut adalah rasa haru dan bangga.
Melalui puisi tersebut pembaca diharapkan lebih bisa memahami keberadaan
seorang ibu dan bagaimana ketabahan serta pengorbanan ibu bagi anak-anaknya.
Setelah membaca puisi tersebut, pembaca juga diharapkan merasa bangga kepada
ibu seperti perasaan bangga penyair kepada ibu. Hal tersebut diungkapkan karena
melalui ibu dan kasih sayang ibu kita semua dibimbing pada kebaikan terhadap
sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Melalui puisi tersebut, penyair juga menyampaikan amanatnya kepada
pembaca. Amanat-amanat tersebut adalah (1) menghargai besarnya kasih sayang
ibu terhadap anak-anaknya, (2) menghargai segala harapan baik ibu terhadap
anak-anaknya, (3) menghormati orang tua kita,(4) mencintai ibu dengan tulus
seperti ketulusan cinta ibu kepada anak-anaknya, dan (5) menjalankan perintah
Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan.
Langkah konkret pembelajaran puisi ‘Sajak Ibu” sebagai materi
pembelajaran sastra disajikan dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Silabus dan RPP tersebut digunakan untuk SMA kelas X semester I
karena disesuaikan dengan kemampuan siswa dan perkembangan materi yang
sudah dan harus dikuasai siswa.
6.2 Implikasi
Penelitian terhadap struktur puisi “Sajak Ibu” menemukan dua struktur
puisi yang dapat digali sebagai bahan pembelajaran bahasa Indonesia dan dapat
digunakan sebagai bahan refleksi hubungan antara seorang anak dengan ibu.
Analisis struktural tersebut juga dapat menambah pengetahuan untuk bidang
kajian sastra.
Melalui hal tersebut, puisi “Sajak Ibu” dapat dipergunakan sebagai bahan
pembelajaran sastra di SMA khususnya untuk siswa SMA kelas X semester I.
Siswa dapat memahami puisi melalui kegiatan mendengarkan rekaman puisi,
menganalisis puisi berdasarkan struktur-strukturnya, dan mampu merumuskan
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran puisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
6.3 Saran
Penelitian terhadap puisi “Sajak Ibu” karya Wiji Thukul diharapkan dapat
bermanfaat bagi ilmu sastra. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan alternatif untuk pembelajaran sastra di SMA. Mengingat melalui
penelitian ini dapat diketahui nilai-nilai yang terkandung dalam suatu puisi, maka
perlu upaya yang lebih serius dalam pembelajaran apresiasi puisi di SMA agar
nilai-nilai tersebut tampak lebih nyata. Penelitian ini baru sampai pada taraf
menganalisis struktur puisi baik struktur fisik maupun struktur batin serta
implementasi pembelajaran sastra untuk siswa SMA. Peneliti menyarankan agar
peneliti selanjutnya dapat mengangkat penelitian yang berbeda dari sudut pandang
lain sebagai objek penelitian misalnya, meneliti kemampuan siswa menganalisis
puisi berdasarkan struktur puisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. Editor. 2002. Telaah Bahasa dan Sastra: Persembahan kepada Prof. Dr. Anton M. Moeliono. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Atmazaki. 1993. Analisis Sajak: Metodologi dan Aplikasi. Bandung: Penerbit
Angkasa. Badrun, Ahmad. 1989. Teori Puisi. Jakarta: Depdikbud. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Gani, Risaur. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia Respon dan Analisis. Jakarta:
Depdikbud. Hamalik, Oemar. 1990. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Bandung: Cipta Aditya Bakti. Hartanto, Andreas Sri. 1999. “Analisis Struktur Bahasa Puisi Kumpulan Sajak
Nikah Ilalang, Karya: Dorothea Rosa Herliany”. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Hendy, Zaidan. 1988. Pelajaran Sastra 1 untuk SMU. Jakarta: PT. Gramedia. Imron, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Jaya. Jabrohim. 1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________ (ed). 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita. Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia. Luxemburg, Jan Van, dkk. 1984. Tentang Sastra. Diindonesiakan oleh Ikram.
Jakarta: Intermasa. Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook: Panduan Kreatif dan
Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan; Terjemahan. Rohmadi Astuti; ed. Hernowo. Bandung: Kaifa.
Moria. 2002. “Analisis Metafora dalam Kumpulan Sajak Sepatu- sepatu Tua,
Karya: Rendra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMU”. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Muslich, Masnur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual Panduan bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
. 2010. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Dasar Pemahaman dan Penembangan Pedoman bagi Pengelola Lemaga Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Dewan Sekolah, dan Guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurgiyantoro, Burhan. 1993. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. . 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Analisis Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gajah Mada University. Purwodarminto. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. . 1990. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. . 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. . 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta:
Penerbit Gama Media. Pranowo, dkk. 2005. Bahasa, Sastra dan Pengajarannya. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta; Penerbit Kanisius. Rombepajung, J. P. 1988. Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa Asing: Sebuah
Kumpulan Artikel. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sabirin, Anis. 1989. Mengenal Puisi. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Kementrian Pendidikan Malaysia. Sayuti, Suminto A. 1978. Evaluasi Teks Sastra. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra: Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University.
Sumardi, dkk. 1985. Pedoman Pengajaran Apresiasi Puisi. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Thukul, Wiji. 2004. Aku Ingin Jadi Peluru: Kumpulan Puisi. Magelang: Indonesia
Tera. Tjahjono, Liberatus Tengsoe. 1988. Sastra Indonesia: Pengantar Teori dan Apresiasi. Ende- Flores: Nusa Indah. Waluyo, Herman, J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Widharyanto, B. 2002. “Active Learning dalam Konteks Pembelajaran Bahasa
Indonesia”. Seminar Pendidikan: PBSID USD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 1: Puisi “Sajak Ibu” karya Wiji Thukul
Sajak Ibu
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah
tetapi menangis ketika aku susah
ibu tak bisa memejamkan mata
bila adikku tak bisa tidur karena lapar
ibu akan marah besar
bila kami merebut jatah makanan
yang bukan hak kami
ibuku memberi pelajaran keadilan
dengan kasih sayang
ketabahan ibuku
mengubah rasa sayur murah
jadi sedap
ibu menangis ketika aku mendapat susah
ibu mengangis ketika aku bahagia
ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara
ibu adalah hati yang rela menerima
selalu disakiti oleh anak-anaknya
penuh maaf dan ampun
kasih sayang ibu
adalah kilau sinar kegaiban Tuhan
membangkitkan haru insan
dengan kebajikan
ibu mengenalkan aku kepada Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Lampiran 2: Identitas buku kumpulan puisi “Aku Ingin Jadi Peluru” karya Wiji Thukul
Buku kumpulan puisi berjudul “Aku Ingin
Jadi Peluru” adalah buku karya sastrawan
Indonesia yakni Wiji Thukul. Buku kumpulan
puisi tersebut diterbitkan di kota Magelang,
Yogyakarta pada tahun 2004 melalui penerbit
Indonesia Tera. Buku kumpulan puisi tersebut
berisi 223 halaman. Judul salah satu puisi yang
ada dalam buku tersebut adalah “Sajak Ibu”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lampiran 3: Biografi Wiji Thukul
Biografi Wiji Thukul
Wiji Thukul lahir 26 Agustus 1963 di Kampung Sorogenen, Solo, yang
mayoritas penduduknya tukang becak dan buruh. Dia sendiri datang dari keluarga
tukang becak. Sebagai anak tertua dari tiga bersaudara dia berhasil menamatkan
SMP (1979), masuk SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia) jurusan tari,
tetapi tidak tamat (1982).
Wiji Thukul selanjutnya berjualan koran, kemudian oleh tetangganya dia
diajak bekerja di sebuah perusahan mebel antik sebagai tukang pelitur. Pada
waktu bekerja sebagai tukang pelitur itu dia dikenal sebagai penyair pelo (cadel)
yang sering mendeklamasikan puisinya untuk teman-teman sekerjanya.
Wiji Thukul menulis puisi sejak masih duduk di bangku SD. Dia mulai tertarik
pada teater ketika SMP. Dia bergabung dalam kelompok teater JAGAT (Jagalan
Tengah). Bersama kelompok ini dia pernah keluar masuk kampung ngamen puisi
dengan iringan berbagai instrumen musik: rebana, gong, suling, kentongan, gitar,
dsbnya. Tiga bulan menjadi wartawan Masa Kini.
Istrinya Sipon bekerja sebagai tukang jahit. Wiji Thukul juga membantu
istrinya dengan menerima pesanan sablonan kaos, tas, dll. Dia memiliki dua orang
anak: Fitri Nganti Wani dan Fajar Merah. Prestasi tertinggi di bidang sastra: dia
menerima WERTHEIM ENCOURAGE AWARD (1991) dari Wertheim Stichting
di Negeri Belanda bersama WS Rendra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Sejak Peristiwa 27 Juli 1996 yang menghebohkan, Wiji Thukul menjadi
salah seorang korban politik Orde Baru. Hingga sekarang belum juga diketahui di
mana Wiji Thukul berada.
Karya-karya Wiji Thukul telah dihimpun dalam sebuah buku yang diberi judul
“Aku Ingin Jadi Peluru” (2000) dan diterbitkan Penerbit Indonesia Tera,
Magelang. Penerbit ini sangat berjasa dalam menghimpun karya-karya Thukul
yang semula tersebar di berbagai manuskrip dan terbitan. Dari Taman Budaya
Surakarta, diperoleh dua buah manuskrip, yakni “Darman dan Lain-lain”, dan
“Puisi Pelo”. Kumpulan terakhir “Baju Loak Sobek Pundaknya” diperoleh dari
Jaap Erkelens (Perwakilan KITLV di Indonesia). Sisanya diperoleh dari Mbak
Sipon (istri Wiji Thukul). Terbitnya buku ini sangat memudahkan kita menelusuri
karya-karya Wiji Thukul.
“Aku Ingin Jadi Peluru” berisi 136 puisi yang dibagi atas lima buku atau
lima kumpulan puisi. Buku 1: “Lingkungan Kita Si Mulut Besar” berisi 46 puisi..
Buku 2: “Ketika Rakyat Pergi” berisi 17 puisi. Buku 3: “Darman dan Lain-lain”
berisi 16 puisi. Buku 4: “Puisi Pelo” berisi 29 puisi. Dan Buku 5: “Baju Loak
Sobek Pundaknya” berisi 28 puisi. Dalam catatan penerbit, Buku 5 merupakan
kumpulan sajak-sajak yang ditulis Wiji Thukul ketika ia berada di masa pelarian.
Dalam proses kreatifnya, Wiji Thukul memiliki prinsip tersendiri. Puisi
bagi dia adalah media yang mampu menyampaikan permasalahan dirinya selaku
orang kecil, orang-orang tertindas, yang secara kebetulan mewakili suara kaum
tertindas pada umumnya. Dia sesungguhnya tidak bermasud membela rakyat
(penyair kerakyatan), melainkan membela dirinya sendiri, lingkungan, komunitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI