i APLIKASI DESAIN FAKTORIAL 2 3 DALAM OPTIMASI FORMULA GEL SUNSCREEN EKSTRAK KENTAL APEL MERAH (Pyrus malus L.) : TINJAUAN TERHADAP BASIS CARBOPOL 940 DENGAN HUMEKTAN GLISEROL DAN PROPILENGLIKOL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Bella Swandayani Sutrisno NIM : 078114058 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Embed
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17512/2/078114058_Full.pdfii aplikasi desain faktorial 23 dalam optimasi formula gel sunscreen ekstrak kental apel merah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
APLIKASI DESAIN FAKTORIAL 23 DALAM OPTIMASI FORMULA GEL SUNSCREEN EKSTRAK KENTAL APEL MERAH (Pyrus malus L.) : TINJAUAN TERHADAP BASIS CARBOPOL 940 DENGAN HUMEKTAN
GLISEROL DAN PROPILENGLIKOL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Bella Swandayani Sutrisno
NIM : 078114058
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
APLIKASI DESAIN FAKTORIAL 23 DALAM OPTIMASI FORMULA GEL SUNSCREEN EKSTRAK KENTAL APEL MERAH (Pyrus malus L.) : TINJAUAN TERHADAP BASIS CARBOPOL 940 DENGAN HUMEKTAN
GLISEROL DAN PROPILENGLIKOL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Bella Swandayani Sutrisno
NIM : 078114058
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Dear God, I don’t ask You to make my life easier. But I ask You
to give me strength to face all my trouble
Isaiah 41:10
So do not fear, for I am with you; do not dismayed, for
I am your God. I will strengthen you and help you; I will
uphold you with my righteous right hand
Matthew 17:20
If you have faith as a grain of mustard seed, you will say
to your mountain, “MOVE!” and it will move.. and
NOTHING will be impossible for YOU!
Matthew 19:26
With men it is impossible; but to God all things are possible
Do my best and God will perfect it
Karya ini kupersembahkan untuk :
“Jesus Christ” untuk segala cinta dan kebaikan-Nya
Papi, Mami, Ko nino dan Cie Liya untuk semua dukungan dan doa
Yohanes Muliadi untuk semua semangat dan kasih sayang
Teman-teman dan almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas kasih, anugerah dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Aplikasi Desain Faktorial 23 dalam Optimasi Formula Gel Sunscreen Ekstrak
Kental Apel Merah (Pyrus malus L.) : Tinjauan terhadap Basis Carbopol 940
dengan Humektan Gliserol dan Propilenglikol” dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan.
Namun dengan adanya bimbingan, dukungan, doa dan bantuan dari berbagai
pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini.
1. “Jesus Christ” atas semua cinta kasih serta kebaikan-Mu sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Ipang Djunarko, M. Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Rini Dwiastuti, M. Sc., Apt. selaku pembimbing skripsi yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan atas segala bimbingan yang diberikan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dewi Setyaningsih, M. Sc., Apt. selaku dosen penguji atas segala kritik
dan saran yang diberikan.
5. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
dosen penguji atas bimbingan, dukungan selama ini serta saran dan kritik yang
diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
6. Pak Musrifin, Mas Ottok, Mas Bimo, Mas Agung, Pak Iswandi serta laboran-
laboran lain atas bantuan dan kerja sama yang diberikan selama ini.
7. Papi, Mami, Ko Nino, Cie Liya dan segenap keluarga besarku atas segala
dukungan, perhatian dan doa yang telah diberikan selama penyusunan skripsi
ini.
8. Yohanes Muliadi atas segala doa, dukungan, semangat, perhatian dan kasih
sayang yang telah diberikan selama ini.
9. Teman-teman skripsi sekelompok (Mala, Tika, Puput) atas suka duka, kerja
sama, dukungan, canda tawa dan keluh kesah selama penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
APLIKASI DESAIN FAKTORIAL 23 DALAM OPTIMASI FORMULA GEL SUNSCREEN EKSTRAK KENTAL APEL MERAH (Pyrus malus L.) : TINJAUAN TERHADAP BASIS CARBOPOL 940 DENGAN HUMEKTAN
GLISEROL DAN PROPILENGLIKOL
Bella Swandayani Sutrisno 07 8114 058
INTISARI
Apel merah (Pyrus malus L.) mengandung senyawa polifenol terutama
kuersetin yang merupakan senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan. Oleh sebab itu senyawa ini dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel sunscreen sehingga dapat mengurangi oksidasi dari ROS serta acceptable bila digunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang dominan dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas gel antara carbopol 940, gliserol, propilenglikol ataupun interaksi ketiganya serta mengetahui area optimum gel sunscreen Ekstrak kental apel merah (Pyrus malus L.) jika dilihat dari sifat fisis dan stabilitas gel yang diperoleh dari komposisi carbopol 940, gliserol, dan propilenglikol.
Penelitian ini menggunakan rancangan desain faktorial dengan 3 faktor yaitu perbedaan komposisi antara carbopol 940, gliserol dan propilenglikol serta 2 level dari tiap-tiap faktor tersebut yaitu level rendah 1 g dan level tinggi 2 g untuk carbopol 940, level rendah 10 g dan level tinggi 20 g untuk gliserol dan level rendah 5 g dan level tinggi 15 g untuk propilenglikol. Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan design expert dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa carbopol 940 merupakan faktor yang dominan dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas gel sunscreen. Berdasarkan tabel point prediction, ditunjukkan bahwa formula optimum dari gel sunscreen ini diperoleh dengan penggunaan 2 g carbopol 940, 20 g gliserol, dan 10,81 g propilenglikol. Kata kunci: Gel sunscreen, Apel merah (Pyrus malus L.), Carbopol 940, Gliserol, Propilenglikol, Desain Faktorial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiii
ABSTRACT
Red apple (Pyrus malus L.) has contained polyphenol compounds, especially quercetin, which is a potent antioxidant. Therefore these compounds can be formulated in sunscreen gel to reduce oxidation of ROS and can be acceptable to use. This research aimed to find the dominant factor in determine physical properties and stability of sunscreen gel between carbopol 940, glycerol, propylenglycol and its interaction and find the optimum area of sunscreen gel from red apple (Pyrus malus L.) polyphenol extract if viewed from physical properties and stability of gel from composition of carbopol 940, glycerol, and propylenglycol. This research used the factorial design with 3 factors is the differences composition between carbopol 940, glycerol and propylenglycol and 2 levels of each factors is 1 g as low level and 2 g as high level of carbopol 940, 10 g as low level and 20 g as high level of glycerol and 5 g as low level and 15 g as high level of propylenglycol. Data were analyzed statistically with Design Expert with 95% level of confidence. The results show that carbopol 940 was dominant factor in determine physical properties and stability of sunscreen gel. Based on point prediction table of carbopol 940, glycerol, and propylenglycol, the optimum compotition was obtained by using 2 g of carbopol 940, 20 g of glycerol, and 10,81 g of propylenglycol. Keywords : Sunscreen gel, Red apple (Pyrus malus L.), Carbopol 940, Glycerol, Propylenglycol, Factorial design
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Pancaran radiasi matahari sangat bermanfaat untuk membantu dalam
produksi vitamin D dan memperlancar aliran darah, tetapi disamping itu juga
paparan sinar matahari yang berlebihan ternyata juga dapat menimbulkan
kerugian seperti sunburn yang menyebabkan eritema, hiperpigmentasi, penuaan
dini, edema, dan kanker kulit (Ley and Reeve, 1997). Radiasi dari sinar matahari
tersebut mengandung spektrum UV, di mana terdapat UV A (320-400 nm)
penyebab pigmentasi kulit, UV B (290-320 nm) penyebab eritema dan UV C
(200-290 nm) penyebab kerusakan jaringan pada kulit (Harry, 1982). Spektrum
UV C dan sedikit dari spektrum UV B tertahan pada lapisan ozon di stratosfer
sehingga tidak sampai ke bumi. Namun, spektrum UV A dan sedikit UV B dapat
menembus lapisan ozon tersebut dan sampai ke bumi. UV A dapat merusakkan
melanosit pada kulit sehingga menyebabkan melanoma, sedangkan UV B
menyebabkan kanker kulit squamous cell carcinoma (SCC) dan basal cell
carcinoma (BCC) (Jones, 2006).
Sunscreen diaplikasikan untuk meminimalkan kerugian yang ditimbulkan
dari efek berbahaya radiasi sinar UV. Sunscreen adalah suatu senyawa kimia yang
mampu mengabsorpsi dan atau memantulkan sinar UV sebelum mencapai kulit
(Stanfield, 2003). Sunscreen kimia mengandung molekul aromatik terkonjugasi
dengan gugus karbonil yang dapat mengabsorpsi radiasi UV berenergi tinggi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
melepaskannya kembali sebagai panas. Kemampuan molekul mengabsorpsi
radiasi ultraviolet tergantung dari sistem konjugasinya serta jumlah dan jenis
gugus fungsional yang ada (Roberts, 2004).
Polifenol merupakan salah satu senyawa yang berpotensi sebagai
sunscreen karena memiliki gugus kromofor dan auksokrom yang dapat menyerap
radiasi sinar ultraviolet. Selain itu, polifenol juga dikenal sebagai salah satu
senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan (Waji dan Sugrani, 2009).
Apel merah (Pyrus malus L.) mengandung banyak senyawa polifenol,
terutama kuersetin. Kuersetin adalah salah satu zat aktif kelas flavonoid yang
secara biologis memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dibanding dengan
flavonoid lain. Bila vitamin C mempunyai aktivitas antioksidan 1, maka quercetin
memiliki aktivitas antioksidan 4,7 (Waji dan Sugrani, 2009). Mekanisme
kuersetin sebagai penangkal radikal bebas adalah dengan cara memberikan
elektron bebasnya pada radikal bebas sehingga radikal bebas tersebut tidak reaktif
lagi (menetralkan radikal bebas).
Dalam penelitian ini, sediaan sunscreen dibuat dalam bentuk gel. Gel
merupakan sediaan semisolid yang mengandung bahan aktif tunggal maupun
campuran dengan pembawa senyawa hidrofilik atau hidrofobik atau dapat juga gel
didefinisikan sebagai sistem dua komponen dari sediaan semipadat yang kaya
akan cairan (Barry, 1983). Dipilih bentuk gel karena memiliki beberapa
keuntungan dibandingkan dengan sediaan lainnya. Sediaan gel relatif nyaman
dalam pemakaian karena memberikan sensasi dingin pada kulit, mudah dicuci
dengan air karena tidak mengandung minyak sehingga meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
acceptability dari penggunanya, dan memiliki kemampuan untuk menjebak zat
aktif di dalam matriks polimer sehingga kestabilan dari zat aktif tersebut dapat
terjaga.
Acceptability konsumen tergantung dari mudah tidaknya gel tersebut
untuk dikeluarkan dari tempatnya, kemampuan melekat pada tempat aplikasi
selama waktu tertentu, kemampuan gel dalam menyebar merata, dan
menghasilkan efek perlindungan yang optimal. Semua hal ini terkait dengan sifat
fisis dan stabilitas gel. Sifat fisis dan stabilitas gel sangat dipengaruhi oleh
komposisi dan kombinasi dari gelling agent dan humektan. Gelling agent yang
digunakan pada sediaan gel ini adalah carbopol 940. Dipilih carbopol 940 karena
bersifat inert, aman dan tidak reaktif dengan komponen lain dalam formula. Selain
itu carbopol 940 memiliki viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
natural gum. Viskositas mempengaruhi daya sebar gel. Dalam penelitian ini
digunakan 2 humektan yaitu propilenglikol dan gliserol. Humektan berfungsi
untuk memberikan proteksi terhadap kehilangan air pada gel karena evaporasi air
yang cepat dapat mempengaruhi daya sebar sediaan. Kedua humektan ini
memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Gliserol merupakan humektan
yang paling umum digunakan namun cenderung menimbulkan rasa berat (heavy)
dan basah (tacky) yang dapat ditutupi dengan mengkombinasikan bersama
humektan lain (Zocchi, 2001). Propilenglikol memiliki berat molekul yang lebih
kecil, viskositas yang lebih rendah dan kemampuan menguap yang tinggi
dibandingkan dengan gliserol (Sagarin, 1957).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Dengan demikian dengan adanya optimasi faktor-faktor tersebut dapat
diperoleh gel sunscreen dengan sifat fisis dan stabilitas yang optimum.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang diambil
dalam penelitian ini adalah:
a. Apakah ada pengaruh antara faktor carbopol 940, gliserol, propilenglikol
maupun interaksi ketiganya dalam menentukan sifat fisis gel (daya sebar
dan viskositas) dan stabilitas gel (pergeseran viskositas) dalam sediaan
gel sunscreen ekstrak kental apel merah (Pyrus malus L.)?
b. Apakah didapatkan area optimum gel sunscreen ekstrak kental apel
merah (Pyrus malus L.) jika dilihat dari sifat fisis dan stabilitas gel yang
diperoleh dari komposisi carbopol 940, gliserol, dan propilenglikol?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran yang dilakukan penulis, penelitian tentang Optimasi
Formula Gel Sunscreen ekstrak kental apel merah (Pyrus malus L.) : Tinjauan
terhadap Basis Carbopol 940 dan Humektan Gliserol dan Propilenglikol dengan
Metode Desain Faktorial belum pernah dilakukan. Penelitian serupa antara lain
adalah penelitian tentang formulasi gel sunscreen polifenol teh hitam (Anggraeni,
2008).
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan informasi bagi perkembangan dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
kefarmasian mengenai aplikasi metode desain faktorial dengan tiga
faktor dalam formulasi sediaan gel sunscreen dari ekstrak bahan alam.
b. Manfaat praktis. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan alternatif sediaan sunscreen ekstrak bahan alam pada
masyarakat sehingga masyarakat lebih memilih dan mengembangkan
potensi bahan alam khususnya apel sebagai sediaan sunscreen.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Membuat formula optimum sediaan sunscreen dengan zat aktif yang
berasal dari bahan alam yaitu ekstrak kental apel merah (Pyrus malus L.) dalam
bentuk sediaan gel yang memenuhi parameter sifat fisis gel yang baik.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengaruh antara faktor carbopol 940, gliserol, propilenglikol
maupun interaksi ketiganya dalam menentukan sifat fisis gel (daya sebar
dan viskositas) dan stabilitas gel (pergeseran viskositas) dalam sediaan
gel sunscreen ekstrak kental apel merah (Pyrus malus L.).
b. Mengetahui area optimum gel sunscreen ekstrak kental apel merah
(Pyrus malus L.) jika dilihat dari sifat fisis dan stabilitas gel yang
diperoleh dari komposisi carbopol 940, gliserol, dan propilenglikol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Apel (Pyrus malus L.)
Apel mengandung flavonoid dalam jumlah yang besar. Konsentrasi
kandungan polifenol utama dalam 100 gram buah apel adalah quercetin
glycosides 13.2 mg; vitamin C 12.8 mg; procyanidin B 9,35 mg; chlorogenic acid
9,02 mg; epicatechin 8,65 mg; dan phloretin glycosides 5,59 mg (Boyer and Liu,
2004).
Procyanidins, catechin, epicatechin, chlorogenic acid, phloridzin, dan
konjugat-konjugat quercetin paling banyak ada dalam kulit buah apel. Dalam
daging buah terdapat catechin, procyanidin, epicatechin, dan phloridzin, tetapi
dalam jumlah yang lebih rendah dibanding dalam kulit buah apel (Boyer and Liu,
2004).
Apel memiliki aktivitas antioksidan yang poten terutama dibagian kulit
apel karena lebih banyak mengandung kuersetin, sehingga memiliki aktivitas
antioksidan yang lebih besar daripada daging buah. Aktivitas antioksidan total
dari buah apel dengan kulitnya kira-kira sebesar 83 µmol vitamin C, yang berarti
bahwa aktivitas antioksidan dari 100 gram apel sebanding dengan 1.500 mg
vitamin C (Boyer and Liu, 2004).
Procyanidins, epicatechin, dan catechin memiliki aktivitas antioksidan
yang kuat dan dapat mencegah oksidasi Low Density Lipoprotein; sehingga
mencegah terbentuknya radikal bebas (Boyer and Liu, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
B. Teknik Penyarian
1. Ekstraksi Tanaman
Suatu kegiatan penarikan kandungan kimia yang terlarut supaya terpisah
dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair disebut dengan ekstraksi.
Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan
senyawa yang tidak dapat larut dalam cairan penyari. Ekstrak merupakan sediaan
kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati
atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa yang tersisa diperlakukan sama
sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 2000).
Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak
dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis
yang telah dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur
secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau
tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah (Anonim, 2008).
Penyiapan bahan yang akan diekstrak dan pelarutnya harus memenuhi
syarat antara lain selektivitas, kelarutan, kemampuan tidak saling campur,
reaktivitas, titik didih (Anonim, 2008).
Cairan penyari dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang
optimal untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan
demikian senyawa tersebut dapat terpisah dari bahan dan dari senyawa kandungan
lainnya Pelarut yang diperbolehkan adalah air dan alkohol (etanol) serta
campurannya. Jenis pelarut lain seperti metanol, heksana, toluen, kloroform,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
aseton, umumnya digunakan sebagai pelarut untuk tahap pemurnian (Anonim,
2000).
2. Metode Penyarian
Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia dalam pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan.
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut, dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka
larutan yang terpekat didesak keluar. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang
sederhana (Anonim, 1986).
C. Kuersetin
Kuersetin adalah salah satu zat aktif kelas flavonoid yang secara biologis
amat kuat. Bila vitamin C mempunyai aktivitas antioksidan 1, maka quercetin
memiliki aktivitas antioksidan 4,7. Flavonoid merupakan sekelompok besar
antioksidan bernama polifenol yang terdiri atas antosianidin, biflavon, katekin,
flavanon, flavon, dan flavonol. Kuersetin termasuk dalam kelompok flavonol
on atau 3,5,5,3’,4’-pentahidroksiflavon), adalah senyawa kimia golongan
flavonoid yang terdapat dalam bentuk aglikon. Kuersetin memiliki sifat kimia
seperti fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
bersifat kurang sehingga cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter
atau kloroform (Markham, 1988).
Kuersetin dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa jenis penyakit
degeneratif dengan cara mencegah terjadinya proses peroksidasi lemak. Kuersetin
memperlihatkan kemampuan mencegah oksidasi dari Low Density Lipoproteins
(LDL) dengan cara menangkap radikal bebas dan mengkhelat ion logam transisi
(Waji dan Sugrani, 2009).
Kuersetin menunjukkan kemampuan tertinggi sebagai antiradikal
dibandingkan dengan flavonoid lain terhadap radikal hidroksil, perosil, anion
superoksida. Kemampuan ini disebabkan oleh adanya tiga gugus fungsi aktif
dalam strukturnya yaitu, struktur o-dihidroksi (katekol) pada cincin B, ikatan
rangkap pada posisi 2-3 yang berkonjugasi dengan 4-okso pada cincin C, dan
keberadaan kedua gugus hidroksil pada posisi 3 dan 5 pada cincin A (Casagrande,
Sandra, Waldiceu, José, Antonio, and Maria, 2006).
O
O
HO
OH
OH
OH
OH
A C
B
Gambar 1. Struktur kuersetin (Anonim, 2008)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
D. Gel
1. Definisi gel
Gel adalah sistem sediaan semisolid yang terdiri dari suspensi yang
terbuat dari partikel inorganik kecil atau molekul organik besar yang terpenetrasi
oleh sebuah liquid. Gel merupakan sistem semirigid yang terdiri dari gerakan
medium dispers yang ketat dengan suatu interlacing jaringan tiga dimensi dari
partikel atau solvated macromolecules dari fase dispers. Viskositas yang
meningkat disebabkan oleh interlacing dan konsekuensi dari friksi internal yang
merupakan respon untuk semisolid state (Allen, 2002).
Beberapa sistem gel jernih karena tampilan dari air; lainnya keruh karena
bahan-bahannya tidak terdispersi molekuler atau mereka membentuk agregat,
yang bersinar. Untuk menarik konsumen, gel harus memiliki clarity dan kilau
(Allen, 2002).
2. Klasifikasi gel
Gel dikategorikan menjadi dua sistem klasifikasi. Sistem pertama
membagi gel menjadi inorganik dan organik; yang lainnya membedakan mereka
dengan klasifikasi hidrogel dan organogel. Gel inorganik biasanya sistem dua
fase, sedangkan gel organik umumnya sistem satu fase. Hidrogel mengandung
bahan yang terdispersi seperti koloid atau terlarut pada air; meliputi hidrogel
organik, natural dan gum sintetik, dan hidrogel inorganik. Pada konsentrasi tinggi,
koloid hidrofilik membentuk gel semisolid, juga disebut jelly. Organogel meliputi
hidrokarbon, minyak hewan/tumbuhan, soap base greases, dan hidrofilik
organogel (Allen, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Hidrogel adalah sistem hidrofilik yang utamanya terdiri dari 85-95% air
atau campuran aqueous-alcoholic dan gelling agent. Hidrogel akan memberikan
efek mendinginkan karena evaporasi pelarut. Hidrogel mudah diaplikasikan dan
memberi kelembaban secara instan tetapi pada penggunaan jangka panjang akan
membuat kulit kering. Dengan demikian, diperlukan humektan seperti gliserol
(Buchmann, 2001).
3. Stabilitas gel
Ketidakstabilan gel pada kondisi normal menunjukkan perubahan
rheology secara irreversible sehingga menyebabkan hasil akhir yang tidak dapat
diterima bila digunakan. Faktor yang bertanggungjawab terhadap pergeseran
viskositas adalah perubahan agen pembentuk viskositas, interaksi dengan sistem
pada kondisi istirahat, dan pertumbuhan partikel yang tergantung pada kandungan
polimer, meskipun adanya polimer dapat mengurangi kecepatan perubahan
ukuran partikel. Hasil depolimerisasi akan menurunkan rata-rata berat molekul
sehingga akan menurunkan viskositas (Zatz, Berry, dan Alderman, 1996). Banyak
gel, khususnya dari polisakarida alam akan mudah mengalami degradasi
mikrobial. Oleh karena itu perlu penambahan preservatif untuk mencegah
serangan mikrobial (Zatz dan Kushla, 1996).
Peningkatan suhu penyimpanan dapat menyebabkan efek yang
berlawanan pada stabilitas polimer sehingga menghasilkan viskositas yang
berubah dari waktu ke waktu. Selama penyimpanan 2 bulan, terjadi pergeseran
viskositas yang kecil pada suhu ruangan atau pendingin. Akan tetapi, pada suhu
400C terjadi pergeseran viskositas 15% atau lebih (Zatz et al., 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
4. Karakteristik gel
Sifat umum yang diinginkan dari sediaan gel adalah dapat diterima oleh
konsumen karena memiliki sifat tertentu yaitu mudah dikeluarkan dari wadah,
sensasinya ketika kontak dengan kulit, kemampuan melekat pada tempat aplikasi
selama waktu tertentu sebelum dibilas atau luntur, residu yang tidak
meninggalkan rasa lengket setelah aplikasi dan efikasi klinis yang terkait
pelepasan obat dan absorpsi. Hal ini terkait dengan daya sebar dan viskositas
sediaan sehingga perlu diperhatikan dalam formulasinya (Garg, Aggarwal, Garg,
dan Singla, 2002).
Daya sebar berhubungan dengan sudut kontak tiap tetes cairan atau
preparasi semisolid yang berhubungan langsung dengan koefisien friksi. Faktor
yang mempengaruhi daya sebar adalah formulanya kaku atau tidak, kecepatan dan
lama tekanan yang menghasilkan kelengketan, temperatur pada tempat aksi.
Kecepatan penyebaran bergantung pada viskositas formula, kecepatan evaporasi
pelarut dan kecepatan peningkatan viskositas karena evaporasi (Garg et al., 2002).
The parallel-plate method merupakan metode yang paling sering
digunakan dalam menentukan dan mengukur daya sebar sediaan semisolid.
Metode ini adalah mudah dan relatif murah. Adapun kelemahan metode ini yaitu
kurang presisi, kurang sensitif dan perlu interpretasi data (Garg et al., 2002).
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk
mengalir; makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya (Martin,
Swarbrick, dan Cammarata, 1993). Viskositas, elastisitas dan rheology merupakan
karakteristik formulasi yang penting dalam produk akhir sediaan semisolid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Peningkatan viskositas akan menaikkan waktu retensi pada tempat aksi tetapi
akan menurunkan daya sebar (Garg et al., 2002). Gel pada penggunaan topikal
sebaiknya tidak terlalu lengket karena dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.
Penggunaan konsentrasi gelling agent yang terlalu tinggi atau penggunaan gelling
agent dengan bobot molekul yang terlalu besar akan menghasilkan gel yang susah
diaplikasikan (Zatz dan Kushla, 1996).
Beberapa faktor yang bertanggungjawab terhadap pergeseran viskositas
adalah perubahan agen pembentuk viskositas atau interaksi dengan sistem pada
kondisi istirahat. Hasil depolimerisasi akan menurunkan rata-rata berat molekul
sehingga akan menurunkan viskositas. Pada umumnya, viskositas akan mencapai
nilai plateau setelah satu atau dua minggu. Gel akan menunjukkan pergeseran
viskositas yang kecil pada variasi temperatur penyimpanan yang normal (Zatz dan
Kushla, 1996).
Thiksotropy merupakan suatu pemulihan yang isoterm dan lambat pada
pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena shearing.
Thiksotropy hanya dapat diterapkan untuk bahan-bahan dengan tipe aliran plastis
dan pseudoplastis (Martin et al., 1993). Dalam penyimpanannya, gel dapat berupa
thiksotropy, membentuk semisolid jika dibiarkan dan menjadi cair pada
pengocokan (Anonim, 1995 b).
E. Gelling agent
Gelling agent (basis) harus inert, aman dan tidak reaktif terhadap
komponen yang lainnya. Penambahan preservatif perlu dilakukan ntuk mencegah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
serangan mikrobial yang dapat menyebabkan degradasi mikrobial (Zatz dan
Kushla, 1996).
Carbopol 940 merupakan polimer sintesis dari kelompok acrylic
polymers yang membentuk rantai silang dengan polyalkenil ether (Zatz dan
Kushla, 1996). Carbopol 940 membentuk gel pada konsentrasi 0,5%. Carbopol
940 merupakan material koloid hidrofilik yang mengental lebih baik daripada
natural gum. Carbopol 940 didispersikan ke dalam air membentuk larutan asam
yang keruh dengan pH 2,8 sampai 3,2 tetapi tidak larut yang kemudian
dinetralkan dengan basa kuat seperti sodium hidroksida, trietanolamin, atau
dengan basa inorganik lemah seperti amonium hidroksida, sehingga akan
meningkatkan konsistensi dan mengurangi kekeruhan. Gel carbopol 940 yang
tidak dinetralkan dapat menurunkan viskositas lebih banyak dibandingkan yang
dinetralkan karena ikatan hidrogen pada struktur gel yang tidak dinetralkan mudah
putus (Barry, 1983).
Jika konsentrasi carbopol 940 rendah, gel bersifat pseudoplastis,
sebaliknya jika konsentrasi carbopol 940 tinggi akan menjadi plastis. Carbopol
940 tidak toksik, tidak mensentisasi, dan tidak mempengaruhi aktivitas biologi
obat tertentu (Barry, 1983).
Di dalam gel carbopol 940 dapat digunakan untuk mengontrol dan
meningkatkan viskositas (thickener) pada pH antara 3,5 sampai 11 (Weiner dan
Bernstein, 1989). Carbomer 1% mempunyai pH 3. Pada pH 6-11 viskositas gel
akan meningkat. Viskositas gel akan menurun pada pH kurang dari 3 atau lebih
dari 12 dan bila terdapat elektrolit kuat. Viskositas gel berkurang dengan cepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
bila terpapar sinar matahari tetapi reaksi ini dapat dikurangi lajunya dengan
menambahkan antioksidan (Boyland, Cooper, dan Chowhan, 1986).
Carbomer bersifat stabil, higroskopik, penambahan temperatur berlebih
dapat mengakibatkan kekentalan menurun sehingga mengurangi stabilitas.
Carbomer 940 NF mempunyai viskositas antara 40.000-60.000 (cP) digunakan
sebagai bahan pengental yang baik, viskositasnya tinggi, menghasilkan gel yang
bening. Carbomer 940 digunakan untuk bahan pengemulsi pada konsentrasi 0,1-
0,5%, bahan pembentuk gel pada konsentrasi 0,5-2,0%, bahan pensuspensi pada
konsentrasi 0,5-1,0% (Rowe, Shesky, dan Owen, 2006).
Dalam suasana asam sebagian gugus karboksil pada rantai polimer putus
untuk membentuk gulungan yang lentur. Dengan penambahan basa, gugus
karboksil yang putus lebih banyak dan gaya tolak menolak elektrostatik antara
bagian-bagian yang diserang memperbesar molekul sehingga gel lebih kaku dan
mengembang. Bila penambahan basa berlebihan gel akan menjadi encer karena
kation-kation melindungi gugus karboksil dan gaya tolak menolak elektrostatik
berkurang. Jika penambahan amina berlebihan konsistensi gel dengan dispersi
carbopol 940 tidak berkurang, kemungkinan karena efek sterik mencegah
perlindungan gugus karboksil yang diserang (Barry, 1983).
C CH
H
H
C
O
OH
Gambar 2. Struktur Carbopol 940 (Stephenson dan Karsa, 2000)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
F. Humektan
Humektan adalah bahan higroskopis yang mempunyai sifat menyerap
uap air dari udara lembab sehingga dapat mempertahankan kelembaban kulit.
Selain itu, humektan juga dapat mencegah keriput dan efek jangka panjang lain
yang ditimbulkan oleh sinar UV (Harry, 1982; Johnson, 1992).
1. Gliserol
Nama lain dari gliserol adalah gliserin, dengan rumus molekul C3H8O3.
Pemerian: cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, berbau khas
lemah, higroskopik, dan netral terhadap lakmus. Kelarutan: dapat bercampur
dengan air dan etanol; tidak larut dalam kloroform, minyak lemak, eter, dan
minyak menguap (Anonim, 1995 a). Gliserol dapat digunakan sebagai emmolient,
humektan, plasticizer, pelarut, dan pengisotonis dalam produk farmasetis. Gliserol
harus mampu meningkatkan kelembutan dan daya sebar sediaan serta melindungi
sediaan dari kemungkinan kering. Gliserol digunakan sebagai humektan dalam
produk topikal dengan konsentrasi 0,2 sampai 65,7% (Smolinske, 1992). Gliserol
merupakan humektan yang paling sering digunakan untuk produk kosmetik,
bersifat berat (heavy) dan menimbulkan rasa basah. Gliserol dapat dikombinasi
dengan humektan lain untuk menutupi sifat tersebut (Zocchi, 2001). Gliserol
digunakan sebagai humektan dalam produk topikal dengan konsentrasi kurang
dari atau sama dengan 30% (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
H C
OH
C
H
C H
OH
H
H
OH
Gambar 3. Struktur gliserol (Anonim, 1995 a)
2. Propilenglikol
Propilenglikol mengandung tidak kurang dari 99,5% C3H8O2.
Pemeriannya berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak
berbau, dan menyerap air pada udara lembab. Dapat bercampur dengan air,
dengan aseton dan kloroform; larut dalam eter dan beberapa minyak essensial,
tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak (Anonim, 1995 a).
Pada konsentrasi 15% sampai 30% propilenglikol berfungsi sebagai
pengawet (Rowe et al., 2006). Propilenglikol digunakan sebagai humektan pada
konsentrasi 10% sampai 20% (Voight, 1994).
Propilenglikol merupakan bahan yang tidak berbahaya dan aman
digunakan pada produk kosmetik dengan konsentrasi lebih dari 50%.
Propilenglikol tidak menyebabkan iritasi lokal bila diaplikasikan pada membran
mukosa, subkutan atau injeksi intramuskular, dan telah dilaporkan tidak terjadi
reaksi hipersensitivitas pada 38% pemakai propilenglikol secara topikal (Loden,
2001).
H3C HC
OH
H2C OH
Gambar 4. Struktur propilenglikol (Anonim, 1995 a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
G. Triethanolamine
Triethanolamine merupakan campuran basis yang dibuat dari reaksi
antara etilen oksida dengan amonia (Stephenson dan Karsa, 2000).
Triethanolamine adalah cairan higroskopis yang bening, tidak berwarna atau
berwarna kuning pucat, kental, tidak berbau atau sedikit berbau amonia.
Triethanolamine dapat bercampur dengan air dan alkohol, larut dalam kloroform,
sedikit larut dalam eter. Dalam air 10% larutan triethanolamine bersifat basa
terhadap kertas lakmus (Anonim, 1999 a).
HO
NHO
OH
Gambar 5. Struktur triethanolamine (Stephenson and Karsa, 2000)
H. Sunscreen
Sunscreen adalah sediaan kosmetika yang digunakan dengan maksud
memantulkan atau menyerap secara efektif sinar matahari terutama pada daerah
emisi gelombang ultraviolet (UV) sehingga dapat mencegah gangguan kulit
karena sinar matahari (Harry, 1982). Biasanya sunscreen merupakan kombinasi
dari dua zat aktif atau lebih, jika hanya digunakan satu zat aktif, sunscreen
tersebut hanya mampu mengabsorpsi UV pada spektrum yang terbatas (Stanfield,
2003).
Berdasarkan mekanisme aksinya, topikal sunscreen dapat dikelompokkan
menjadi sunscreen fisika dan kimia. Sunscreen fisika bekerja dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
memantulkan atau menghamburkan radiasi UV. Sunscreen ini merupakan
substansi buram yang memantulkan dan menyebarkan cahaya sehingga mencegah
radiasi sinar matahari yang akan mencapai kulit (Bondi, Jegosthy, dan Lazarus,
1991).
Sunscreen kimia mengandung molekul aromatik terkonjugasi dengan
gugus karbonil. Struktur tersebut membuat molekul dapat mengabsorpsi intensitas
sinar UV berenergi tinggi dan tereksitasi ke energi yang lebih tinggi. Energi yang
hilang mengakibatkan molekul kembali ke energi yang lebih rendah (ground
state) (Levy, 2001). Kemampuan molekul mengabsorpsi energi radiasi UV
tergantung dari sistem konjugasinya (kromofor) serta jumlah dan jenis gugus
fungsional yang ada. Kromofor adalah molekul atau bagian dari molekul yang
dapat mengabsorpsi energi UV. Semakin terkonjugasi suatu molekul, semakin
besar panjang gelombang absorpsinya (Roberts, 2004).
I. Sun Protection Factor (SPF)
Kemanjuran produk sunscreen dapat ditentukan dengan nilai SPF (Sun
Protection Factor). Semakin besar nilai SPF, semakin besar pula nilai
perlindungan terhadap paparan radiasi UV yang dapat diberikan (Stacener, 2003).
SPF merupakan perbandingan antara jumlah radiasi UV yang diperlukan untuk
menghasilkan eritema (Minimal Erythema Dose) pada kulit yang terlindungi
dengan kulit yang tidak terlindungi sunscreen (Walters, Wigal, Johnston, dan
Cornelius, 1997). Nilai SPF berbanding terbalik dengan besarnya radiasi UV yang
diteruskan ke kulit (Stanfield, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
s
S
m
s
y
y
m
s
s
d
g
d
m
S
2
Sun
sunscreen te
SPF merup
manusia ya
sunscreen. S
yang dapat m
yang dapat
matahari yan
sunscreen ad
Uji
spektrofotom
dengan sina
gelombang
daerah sinar
merupakan a
Kat
SPF yang di
1. Minima
dari sun
2. Modera
sunburn
n Protection
erhadap sina
pakan perba
ang terlindu
Sunscreen de
menyebabka
menyebabk
ng dapat me
dalah 2 mg/c
SPF secara
meter. Sinar
ar matahari
sinar elektr
r UV, diperh
antilog nilai
tegori menu
ianjurkan ya
al Sun Protec
nburn dan su
ate Sun Prot
ning tapi beb
n Factor (S
ar matahari
andingan M
ungi oleh su
engan SPF 2
an sunburn, S
kan sunburn
enyebabkan
cm2 (Stanfie
a in vitro dap
r UV yang
yang sesun
romagnetik
hitungkan da
absorbansi r
urut Harry (
itu:
ction Produc
untanning.
tection Prod
berapa suntan
SPF) adalah
yang dapat
MED (Minim
unscreen de
2 akan ment
SPF 15 ment
, dan SPF
sunburn. Ko
ld, 2003).
pat dilakuka
digunakan a
ngguhnya. D
yang berpo
alam penent
rata-rata (Pe
1982), produ
ct : nilai SP
duct : nilai S
nning.
h tingkatan
menyebabk
mal Erythem
engan MED
transmisikan
transmisikan
30 mentran
ondisi tes st
an dengan si
adalah sinar
Dengan kata
otensi menc
tuan nilai SP
etro, 1981).
uk sunscree
F 2-4, sanga
SPF 4-6, cu
perlindung
kan sunburn
ma Dose) p
D tanpa pe
n 50% energ
n 6,7% energ
nsmisikan 3,
tandar diteta
.............
(Wal
inar UV me
r polikroma
a lain, semu
capai kulit,
PF. Nilai pr
en dengan v
at kurang me
ukup mempr
20
an produk
n (eritema).
pada kulit
erlindungan
gi matahari
gi matahari
,3% energi
apkan dosis
......(1)
lters, 1997)
nggunakan
atik, serupa
ua panjang
khususnya
ediksi SPF
variasi nilai
emproteksi
roteksi dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
3. Extra Sun Protection Product : nilai SPF 6-8, proteksi ekstra dari sunburning
dan sedikit suntanning.
4. Maximal Sun Protection Product : nilai SPF 8-15, proteksi maksimal dari
sunburning dan sedikit atau tidak suntanning.
5. Ultra Sun Protection Product : nilai SPF >15, proteksi paling besar dari
sunburning dan tidak suntanning.
J. Metode Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan metode rasional untuk menyimpulkan dan
mengevaluasi secara obyektif efek dari besaran yang berpengaruh terhadap
kualitas produk. Desain faktorial digunakan dalam penelitian di mana efek dari
faktor atau kondisi yang berbeda dalam penelitian akan diketahui. Desain faktorial
merupakan desain yang dipilih untuk mendeterminasi efek-efek secara simultan
dan interaksi antar efek tersebut. Dengan demikian metode ini merupakan metode
yang sesuai untuk menentukan formula yang optimum dalam gel, di mana dalam
gel ada kombinasi dua humektan yang digunakan dalam berbagai konsentrasi.
Dengan metode ini akan dapat dilihat efek konsentrasi tiap-tiap humektan dan
dapat pula terlihat bagaimana hasil interaksi kedua humektan tersebut (Bolton,
1990).
Metode desain faktorial memungkinkan kita mengetahui faktor dominan
yang berpengaruh terhadap kualitas produk atau mengetahui interaksi di antara
faktor-faktor tersebut (Voight, 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Perencanaan percobaan secara faktorial juga dinyatakan sebagai
perencanaan percobaan faktorial (desain faktorial). Dengan model ini dapat
dilakukan percobaan untuk mengoptimasi formula (Voight, 1994). Desain
faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan
model hubungan antara respon faktorial dengan satu atau lebih faktorial bebas.
Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika
(Bolton, 1990).
Desain faktorial mengandung beberapa pengertian, yaitu faktorial, level,
efek, dan respon. Faktor yang dimaksudkan sebagai setiap besaran yang
mempengaruhi harga kebutuhan produk pada prinsipnya dapat dibedakan antara
faktor kuantitatif dan kualitatif (Voight, 1994). Level merupakan nilai atau tetapan
untuk faktor. Pada percobaan dengan desain faktorial perlu ditetapkan level yang
diteliti yang meliputi level rendah dan level tinggi. Efek adalah perubahan respon
yang disebabkan variasi tingkat faktor. Efek faktor atau interaksi merupakan rata-
rata respon pada level tinggi dikurangi rata-rata respon pada level rendah. Respon
merupakan sifat atau hasil percobaan yang diamati. Respon yang diukur harus
dapat dikuantitatifkan (Bolton, 1990).
Desain faktorial tiga faktor dan dua level berarti ada tiga faktor yaitu
faktor A, faktor B, dan faktor C yang masing-masing diuji pada level yang
berbeda yaitu level rendah dan level tinggi. Rancangan desain faktorial untuk 2
level dan 3 faktor adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Tabel I. Skema Rancangan Desain Faktorial 23 (Voight, 1994)
Formula Faktor Interaksi
A B C AB AC BC ABC (1) - - - + + + - a + - - - - + + b - + - - + - + ab + + - + - - - c - - + + - - + ac + - + - + - - bc - + + - - + - abc + + + + + + +
Keterangan : + = level tinggi - = level rendah A = faktor A (Carbopol 940) B = faktor B (Gliserol) C = faktor C (Propilenglikol) Formula (1) = level rendah Carbopol 940. Gliserol dan Propilenglikol Formula a = level tinggi Carbopol 940, level rendah Gliserol dan Propilenglikol Formula b = level tinggi Gliserol, level rendah Carbopol 940 dan Propilenglikol Formula ab = level tinggi Carbopol 940 dan Gliserol, level rendah Propilenglikol Formula c = level tinggi Propilenglikol, level rendah Carbopol 940 dan Gliserol Formula ac = level tinggi Carbopol 940 dan Propilenglikol, level rendah Gliserol Formula bc = level tinggi Gliserol dan Propilenglikol, level rendah Carbopol 940 Formula abc = level tinggi Carbopol 940, Gliserol, dan Propilenglikol Rumus desain faktorial yang berlaku adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
dikatakan bahwa faktor berpengaruh signifikan dan persamaan desain faktorial
yang dihasilkan juga signifikan sehingga dapat digunakan untuk memprediksi
respon daya sebar. Signifikansi dapat juga terlihat dari nilai F hitung (43,08) > F
tabel (F0,05 (7,24) = 3,41). Nilai F yang diperoleh dari perhitungan ANOVA
menunjukkan bahwa nilai F dari carbopol 940 memiliki nilai yang paling besar
sehingga dapat dikatakan bahwa carbopol 940 memberikan pengaruh yang paling
dominan dalam menentukan respon daya sebar.
Dari perhitungan desain faktorial, maka dapat diperoleh besarnya nilai
efek dari carbopol 940, gliserol dan propilenglikol serta interaksinya yang
menentukan respon daya sebar menggunakan desain faktorial. Hasil perhitungan
efek adalah pada tabel VIII berikut ini.
Tabel VIII. Perhitungan Efek dalam Menentukan Daya Sebar Faktor Nilai Efek % Contribution
A │-0.97│ 75,04 B │-0,17│ 2,28 C 0,21 3,40
AB │-0,13│ 1,38 AC │-0,13│ 1,38 BC 0,069 0,38
ABC 0,33 8,77 Keterangan: A = Carbopol 940; B = Gliserol; C = Propilenglikol; AB = Interaksi Carbopol 940 dan Gliserol; AC = Interaksi Carbopol 940 dan Propilenglikol; BC = Interaksi Gliserol dan Propilenglikol; ABC = Interaksi Carbopol 940, Gliserol, dan Propilenglikol
Dari perhitungan efek (tabel VIII) tersebut dapat diketahui yang paling
menentukan respon daya sebar adalah carbopol 940, di mana memiliki efek paling
besar untuk menurunkan daya sebar. Gliserol juga akan menurunkan respon daya
sebar tetapi efeknya kecil. Sementara propilenglikol memiliki efek meningkatkan
daya sebar. Oleh sebab itu, maka penggunaan carbopol 940 dalam formulasi gel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
sunscreen ini harus diperhatikan dengan baik agar diperoleh respon daya sebar
yang optimal. Interaksi faktor juga dapat terlihat dari tabel tersebut. Interaksi
faktor carbopol 940 dengan gliserol ataupun interaksi carbopol 940 dengan
propilenglikol akan menurunkan respon daya sebar. Sedangkan interaksi faktor
gliserol dan propilenglikol maupun interaksi carbopol 940 dengan gliserol dan
propilenglikol akan meningkatkan daya sebar. Interaksi antar faktor terlihat jelas
pada gambar 11-19.
Gambar 11. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Gliserol pada Level
Rendah Propilenglikol pada Respon Daya Sebar Pada gambar 11 terlihat bahwa pada propilenglikol level rendah, semakin
meningkatnya jumlah carbopol 940 pada penggunaan gliserol level rendah dan
level tinggi akan menurunkan daya sebar. Adanya perpotongan pada grafik
menunjukkan adanya interaksi antara carbopol 940 dengan gliserol. Hal ini
ditunjukkan pada tabel VIII. Interaksi yang ada dapat menurunkan daya sebar,
namun interaksi yang dihasilkan kecil. Perubahan komposisi propilenglikol yang
digunakan dapat mengubah interaksi antara carbopol 940 dan gliserol sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
dapat mempengaruhi respon daya sebar. Rekomendasi untuk grafik tersebut
adalah dengan penggunaan gliserol level rendah sudah dapat menurunkan daya
sebar pada penggunaan propilenglikol 5 gram.
Gambar 12. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Gliserol pada Level Tengah Propilenglikol pada Respon Daya Sebar (prediksi design expert)
Dari grafik pada gambar 12 terlihat bahwa dengan semakin
meningkatnya jumlah carbopol 940 pada penggunaan gliserol level rendah dan
level tinggi akan menurunkan daya sebar pada level 10 gram propilenglikol.
Dengan demikian dengan penggunaan gliserol level rendah sudah dapat
menurunkan daya sebar pada penggunaan propilenglikol 10 gram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Gambar 13. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Gliserol pada Level
Tinggi Propilenglikol pada Respon Daya Sebar Dari grafik tersebut (gambar 13) menunjukkan bahwa pada level 15 gram
propilenglikol, semakin meningkatnya jumlah carbopol 940 pada penggunaan
gliserol level rendah dan level tinggi akan menurunkan daya sebar. Perpotongan
pada grafik menunjukkan adanya interaksi antara carbopol 940 dengan gliserol
yang ditunjukkan pada tabel VIII. Interaksi yang ada dapat menurunkan daya
sebar, namun interaksi yang dihasilkan kecil. Rekomendasi grafik tersebut adalah
bahwa dengan penggunaan jumlah gliserol 10 gram sudah dapat menurunkan daya
sebar pada penggunaan propilenglikol 15 gram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Gambar 14. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Propilenglikol pada
Level Rendah Gliserol pada Respon Daya Sebar
Pada gambar 14 terlihat bahwa pada gliserol 10 gram, semakin
meningkatnya jumlah carbopol 940 pada penggunaan propilenglikol level rendah
dan level tinggi akan menurunkan daya sebar. Dari gambar tersebut (gambar 14)
terlihat adanya perpotongan antara grafik propilenglikol level rendah dan level
tinggi. Ini menunjukkan adanya interaksi antara carbopol 940 dengan
propilenglikol. Hal ini ditunjukkan pada tabel VIII. Interaksi yang ada dapat
menurunkan daya sebar, namun interaksi yang dihasilkan kecil. Perubahan
komposisi gliserol yang digunakan dapat mengubah interaksi antara carbopol 940
dan propilenglikol sehingga dapat mempengaruhi respon daya sebar. Penurunan
daya sebar sudah dapat dilakukan dengan penggunaan gliserol 10 gram (level
rendah) dan penggunaan propilenglikol 5 gram (level rendah).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Gambar 15. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Propilenglikol pada
Level Tengah Gliserol pada Respon Daya Sebar (prediksi design expert)
Pada grafik di atas (gambar 15) terlihat bahwa dengan semakin
meningkatnya jumlah carbopol 940 pada penggunaan propilenglikol level rendah
dan level tinggi akan menurunkan daya sebar pada level 15 gram gliserol,
sehingga dengan penggunaan propilenglikol level rendah sudah dapat
menurunkan daya sebar pada penggunaan gliserol 15 gram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Gambar 16. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Propilenglikol pada
Level Tinggi Gliserol pada Respon Daya Sebar Pada gambar 16 ditunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya
jumlah carbopol 940 pada penggunaan propilenglikol level rendah dan level tinggi
akan menurunkan daya sebar pada level 20 gram gliserol. Dengan demikian
dengan menggunakan propilenglikol 5 gram (level rendah) sudah dapat
menurunkan respon daya sebar pada penggunaan gliserol 20 gram (level tinggi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Gambar 17. Grafik Hubungan Antara Gliserol dengan Propilenglikol pada Level
Rendah Carbopol 940 pada Respon Daya Sebar Pada grafik tersebut (gambar 17) ditunjukkan bahwa pada level rendah
carbopol 940, semakin meningkatnya jumlah gliserol pada penggunaan
propilenglikol level rendah akan meningkatkan daya sebar. Sebaliknya, semakin
meningkatnya jumlah gliserol pada penggunaan propilenglikol level tinggi akan
menurunkan daya sebar pada level 1 gram carbopol 940. Rekomendasi dari grafik
tersebut adalah bahwa harus dibutuhkan propilenglikol 5 gram untuk
meningkatkan daya sebar dan diperlukan propilenglikol 15 gram untuk
menurunkan daya sebar pada penggunaan carbopol 1 gram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Gambar 18. Grafik Hubungan Antara Gliserol dengan Propilenglikol pada Level
Tengah Carbopol 940 pada Respon Daya Sebar (prediksi design expert) Gambar 18 menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya jumlah
gliserol pada penggunaan propilenglikol level rendah dan level tinggi akan
menurunkan respon daya sebar pada level 1,5 gram carbopol 940. Penurunan daya
sebar sudah dapat dilakukan dengan menggunakan propilenglikol 5 gram pada
penggunaan carbopol 1,5 gram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Gambar 19. Grafik Hubungan Antara Gliserol dengan Propilenglikol pada Level
Tinggi Carbopol 940 pada Respon Daya Sebar Pada gambar 19 terlihat bahwa pada level 2 gram carbopol 940 dengan
semakin meningkatnya jumlah gliserol pada penggunaan propilenglikol level
rendah akan menurunkan daya sebar. Sebaliknya, semakin meningkatnya jumlah
gliserol pada penggunaan propilenglikol level tinggi akan meningkatkan daya
sebar pada level 2 gram carbopol 940. Adanya perpotongan pada grafik
menunjukkan adanya interaksi antara gliserol dan propilenglikol dalam
meningkatkan daya sebar. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel VIII. Interaksi
yang dihasilkan sangat kecil. Pada penggunaan propilenglikol level rendah sudah
dapat menurunkan daya sebar tetapi untuk meningkatkan daya sebar diperlukan
propilenglikol level tinggi pada penggunaan carbopol 2 gram.
2. Viskositas
Tujuan diamati respon viskositas adalah untuk mengetahui apakah gel
acceptable untuk digunakan atau tidak. Viskositas gel yang terlalu rendah akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
menyebabkan gel memiliki waktu retensi yang singkat pada kulit sementara
viskositas gel yang terlalu tinggi akan menyebabkan gel sulit untuk dikeluarkan
dari tempatnya. Pengukuran viskositas dilakukan setelah 48 jam bertujuan agar
terbentuk sistem gel yang utuh dengan kejernihan yang optimal. Hasil pengukuran
viskositas sediaan gel setelah 48 jam penyimpanan terlihat pada tabel IX.
Tabel IX. Hasil Pengukuran Viskositas Gel Sunscreen Ekstrak Kental Apel Merah (setelah 48 jam penyimpanan)
Formula Viskositas (d.Pas) (1) 250,00 ± 4,08 a 273,75 ± 2,50 b 247,50 ± 6,46 c 230,00 ± 7,07
ab 318,75 ± 12,50 ac 296,25 ± 4,79 bc 242,50 ± 2,89 abc 286,25 ± 7,50
Untuk mengetahui adanya perbedaan signifikan antara ketiga faktor dan
interaksinya dapat dilihat dari tabel X berikut ini.
Tabel X. Hasil Perhitungan ANOVA pada Respon Viskositas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Dari tabel X dapat terlihat perbedaan signifikan dari ketiga faktor pada
respon viskositas yang dihasilkan, yang ditunjukkan dengan adanya p-value.
Apabila p<0,050 maka faktor memberikan pengaruh signifikan pada respon
viskositas. Dari perhitungan ANOVA tersebut didapat p<0,0001 sehingga dapat
dikatakan bahwa faktor berpengaruh signifikan dan persamaan desain faktorial
yang dihasilkan juga signifikan sehingga dapat digunakan untuk memprediksi
respon viskositas. Signifikansi dapat juga terlihat dari nilai F hitung (83,92) > F
tabel (F0,05 (7,24) = 3,41). Nilai F yang diperoleh dari perhitungan ANOVA
menunjukkan bahwa nilai F dari carbopol 940 memiliki nilai yang paling besar
sehingga dapat dikatakan bahwa carbopol 940 memberikan pengaruh yang paling
dominan dalam menentukan respon viskositas.
Besarnya nilai efek dari carbopol 940, gliserol dan propilenglikol serta
interaksinya yang menentukan respon viskositas diperoleh menggunakan desain
faktorial. Hasil perhitungan efek adalah pada tabel XI berikut ini.
Tabel XI. Perhitungan Efek dalam Menentukan Viskositas Faktor Nilai Efek % Contribution
A 51,25 76,72 B 11,25 3,70 C │-8,75│ 2,24
AB 6,25 1,14 AC 3,75 0,41 BC │-10,00│ 2,92
ABC │-17,50│ 8,95 Keterangan: A = Carbopol 940; B = Gliserol; C = Propilenglikol; AB = Interaksi Carbopol 940 dan Gliserol; AC = Interaksi Carbopol 940 dan Propilenglikol; BC = Interaksi Gliserol dan Propilenglikol; ABC = Interaksi Carbopol 940, Gliserol, dan Propilenglikol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Dari perhitungan efek (tabel XI) dapat diketahui yang paling menentukan
respon viskositas adalah carbopol 940, di mana memiliki efek paling besar untuk
meningkatkan viskositas. Gliserol juga akan meningkatkan respon viskositas.
Sebaliknya propilenglikol memiliki efek menurunkan viskositas. Viskositas yang
dihasilkan akan berbanding terbalik dengan daya sebar. Interaksi faktor carbopol
940 dengan gliserol ataupun interaksi carbopol 940 dengan propilenglikol akan
meningkatkan respon viskositas. Sedangkan interaksi faktor gliserol dan
propilenglikol maupun interaksi carbopol 940 dengan gliserol dan propilenglikol
akan menurunkan viskositas. Interaksi yang lebih jelas dapat terlihat pada gambar
20-28 berikut.
Gambar 20. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Gliserol pada Level Rendah Propilenglikol pada Respon Viskositas
Pada gambar 20 terlihat bahwa pada level 5 gram propilenglikol dengan
semakin meningkatnya jumlah carbopol 940 pada penggunaan gliserol level
rendah dan level tinggi akan meningkatkan respon viskositas. Perpotongan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
grafik menunjukkan adanya interaksi antara carbopol 940 dengan gliserol. Hal ini
dapat ditunjukkan pada tabel XI. Interaksi yang ada dapat meningkatkan
viskositas dengan nilai interaksi yang tidak begitu besar. Perubahan komposisi
propilenglikol yang digunakan dapat mengubah interaksi antara carbopol 940 dan
gliserol sehingga dapat mempengaruhi respon viskositas. Dengan penggunaan
gliserol 10 gram sudah dapat meningkatkan viskositas pada level rendah
propilenglikol.
Gambar 21. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Gliserol pada Level
Tengah Propilenglikol pada Respon Viskositas (prediksi design expert) Gambar 21 menunjukkan grafik hubungan antara carbopol 940 dengan
gliserol di mana pada level 10 gram propilenglikol dengan semakin meningkatnya
jumlah carbopol 940 pada penggunaan gliserol level rendah dan level tinggi akan
meningkatkan respon viskositas. Dengan demikian viskositas sudah dapat
ditingkatkan dengan menggunakan gliserol level rendah pada penggunaan
propilenglikol 10 gram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Gambar 22. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Gliserol pada Level Tinggi Propilenglikol pada Respon Viskositas
Pada gambar 22 terlihat bahwa pada level tinggi propilenglikol dengan
semakin meningkatnya level carbopol 940 pada penggunaan gliserol level rendah
dan level tinggi akan meningkatkan respon viskositas. Perubahan level carbopol
940 dan gliserol dapat mengubah interaksi antar keduanya sehingga akan
mempengaruhi respon viskositas yang dihasilkan pada level 15 gram
propilenglikol. Perpotongan pada grafik menunjukkan adanya interaksi antara
carbopol 940 dengan gliserol. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel XI. Interaksi
yang ada dapat meningkatkan viskositas. Nilai interaksi yang dihasilkan tidak
begitu besar. Pada pengunaan gliserol 10 gram dan propilenglikol 15 gram sudah
dapat meningkatkan viskositas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Gambar 23. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Propilenglikol pada Level Rendah Gliserol pada Respon Viskositas
Gambar 23 menunjukkan bahwa pada level 10 gram gliserol dengan
semakin meningkatnya jumlah carbopol 940 pada penggunaan propilenglikol
level rendah dan level tinggi akan meningkatkan respon viskositas. Adanya
perpotongan pada grafik menunjukkan adanya interaksi antara carbopol 940
dengan propilenglikol. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel XI. Interaksi yang ada
dapat meningkatkan viskositas dengan nilai interaksi yang lebih kecil daripada
nilai interaksi antara carbopol 940 dengan gliserol. Peningkatan viskositas sudah
dapat dilakukan dengan penggunaan level rendah propilenglikol dan gliserol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gambar 24. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Propilenglikol pada Level Tengah Gliserol pada Respon Viskositas (prediksi design expert)
Grafik di atas (gambar 24) terlihat bahwa dengan semakin meningkatnya
level carbopol 940 pada penggunaan propilenglikol level rendah dan level tinggi
akan meningkatkan respon viskositas pada level 15 gram gliserol. Peningkatan
viskositas sudah dapat dilakukan pada 5 gram propilenglikol dan 15 gram gliserol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Gambar 25. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Propilenglikol pada
Level Tinggi Gliserol pada Respon Viskositas
Dari grafik hubungan antara carbopol 940 dengan propilenglikol di atas
(gambar 25) terlihat bahwa pada level 20 gram gliserol dengan semakin
meningkatnya jumlah carbopol 940 pada penggunaan propilenglikol level rendah
dan level tinggi akan meningkatkan respon viskositas. Artinya adalah dengan
menggunakan level rendah propilenglikol sudah dapat meningkatkan viskositas
pada penggunaan gliserol level tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Gambar 26. Grafik Hubungan Antara Gliserol dengan Propilenglikol pada Level
Rendah Carbopol 940 pada Respon Viskositas
Pada gambar 26 terlihat bahwa pada level 1 gram carbopol 940 dengan
semakin meningkatnya jumlah gliserol pada penggunaan propilenglikol level
rendah akan menurunkan viskositas. Sebaliknya, semakin meningkatnya jumlah
gliserol pada penggunaan propilenglikol level tinggi akan meningkatkan
viskositas pada level 1 gram carbopol 940. Rekomendasi dari grafik ini adalah
bahwa viskositas sudah dapat ditingkatkan pada penggunaan propilenglikol 15
gram bersama dengan carbopol 1 gram. Jika ingin menurunkan viskositas dapat
digunakan propilenglikol 5 gram dan carbopol 1 gram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Gambar 27. Grafik Hubungan Antara Gliserol dengan Propilenglikol pada Level
Tengah Carbopol 940 pada Respon Viskositas (prediksi design expert) Dari grafik tersebut (gambar 27) ditunjukkan bahwa pada 1,5 gram
carbopol 940 dengan semakin meningkatnya jumlah gliserol pada penggunaan
propilenglikol level rendah dan level tinggi akan meningkatkan viskositas.
Perubahan komposisi antara gliserol dan propilenglikol dapat mengubah interaksi
antar keduanya sehingga akan mempengaruhi respon viskositas yang dihasilkan
pada level 1,5 gram carbopol 940. Adanya perpotongan pada grafik menunjukkan
adanya interaksi antara carbopol 940 dengan gliserol. Hal ini dapat ditunjukkan
pada tabel XI. Interaksi yang ada dapat meningkatkan viskositas dengan nilai
interaksi yang tidak begitu besar. Peningkatan viskositas sudah dapat dilakukan
dengan menggunakan level rendah propilenglikol dan 1,5 gram carbopol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Gambar 28. Grafik Hubungan Antara Gliserol dengan Propilenglikol pada Level
Tinggi Carbopol 940 pada Respon Viskositas Pada gambar 28 terlihat bahwa pada level tinggi carbopol 940 dengan
semakin meningkatnya jumlah gliserol pada penggunaan propilenglikol level
rendah akan meningkatkan viskositas. Sebaliknya, semakin meningkatnya jumlah
gliserol pada penggunaan propilenglikol level tinggi akan menurunkan viskositas
pada level 2 gram carbopol 940. Dari gambar 28 terlihat adanya perpotongan
antara grafik propilenglikol level rendah dan level tinggi. Ini menunjukkan adanya
interaksi antara gliserol dengan propilenglikol dalam menurunkan viskositas. Hal
ini ditunjukkan pada tabel XI. Interaksi yang dihasilkan lebih besar daripada
interaksi carbopol 940 dengan gliserol. Dari grafik ini terlihat bahwa peningkatan
viskositas dapat dilakukan hanya dengan menggunakan 5 gram propilenglikol dan
2 gram carbopol dan jika ingin menurunkan viskositas dapat dilakukan dengan
menggunakan propilenglikol 15 gram dan 2 gram carbopol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
3. Pergeseran viskositas
Tujuan pengamatan respon pergeseran viskositas adalah untuk melihat
stabilitas gel selama penyimpanan 1 bulan. Gel pada saat penyimpanan dapat
mengalami sineresis yaitu kontraksi gel sehingga gel akan mengerut dan cairan
yang terperangkap dalam sistem gel keluar dan terkumpul di permukaan gel (Zatz
dan Kushla, 1996). Pergeseran viskositas yang optimum adalah kurang dari 10%.
Hasil perhitungan pergeseran viskositas setelah 1 bulan penyimpanan adalah pada
tabel XII berikut.
Tabel XII. Hasil Pengukuran Pergeseran Viskositas Gel Sunscreen Ekstrak Kental Apel Merah (setelah 1 bulan penyimpanan)
Formula Pergeseran Viskositas (%)
(1) 6,02 ± 3,70 a 5,95 ± 4,05 b 10,07 ± 2,72 c 16,32 ± 2,89
ab 4,26 ± 4,02 ac 7,65 ± 5,91 bc 6,14 ± 4,98 abc 4,40 ± 3,43
Untuk mengetahui adanya perbedaan signifikan antara ketiga faktor dan
interaksinya dapat dilihat dari tabel XIII berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel XIII. Hasil Perhitungan ANOVA pada Respon Pergeseran Viskositas
Perbedaan signifikan dari ketiga faktor pada respon pergeseran viskositas
yang dihasilkan dapat terlihat dari tabel XIII, yang ditunjukkan dengan adanya p-
value. Apabila p<0,050 maka faktor memberikan pengaruh signifikan pada respon
pergeseran viskositas. Dari perhitungan ANOVA tersebut didapat p-value sebesar
0,0065 sehingga dapat dikatakan bahwa faktor berpengaruh signifikan dan
persamaan desain faktorial yang dihasilkan juga signifikan sehingga dapat
digunakan untuk memprediksi respon pergeseran viskositas. Signifikansi dapat
juga terlihat dari nilai F hitung (3,80) > F tabel (F0,05 (7,24) = 3,41). Nilai F yang
diperoleh dari perhitungan ANOVA menunjukkan bahwa nilai F dari carbopol
940 memiliki nilai yang paling besar sehingga dapat dikatakan bahwa carbopol
940 memberikan pengaruh yang paling dominan dalam menentukan respon
pergeseran viskositas.
Dari perhitungan desain faktorial, maka dapat diperoleh besarnya nilai
efek dari carbopol 940, gliserol dan propilenglikol serta interaksinya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
menentukan respon pergeseran viskositas menggunakan desain faktorial. Hasil
perhitungan efek adalah pada tabel XIV.
Tabel XIV. Perhitungan Efek dalam Menentukan Pergeseran Viskositas Faktor Nilai Efek % Contribution
A │-4,07│ 15,73 B │-2,77│ 7,26 C 2,05 4,00
AB 0,30 0,084 AC │-1,13│ 1,22 BC │-3,95│ 14,79
ABC 3,16 9,49 Keterangan: A = Carbopol 940; B = Gliserol; C = Propilenglikol; AB = Interaksi Carbopol 940 dan Gliserol; AC = Interaksi Carbopol 940 dan Propilenglikol; BC = Interaksi Gliserol dan Propilenglikol; ABC = Interaksi Carbopol 940, Gliserol, dan Propilenglikol
Dari perhitungan efek tersebut (tabel XIV) dapat diketahui yang paling
menentukan respon pergeseran viskositas adalah carbopol 940, di mana memiliki
efek paling besar untuk menurunkan pergeseran viskositas. Gliserol juga akan
menurunkan respon pergeseran viskositas. Sebaliknya propilenglikol memiliki
efek meningkatkan pergeseran viskositas. Semakin kecil pergeseran viskositas
yang dihasilkan berarti viskositas gel tidak mengalami perubahan secara
signifikan selama penyimpanan. Semakin banyak carbopol 940 yang digunakan
sebagai gelling agent akan membentuk suatu sistem gel dengan ikatan yang rapat
dan kuat. Dengan demikian sistem gel tersebut akan lebih stabil selama
penyimpanan sehingga pergeseran viskositas yang dihasilkan lebih rendah.
Interaksi faktor juga dapat terlihat dari tabel tersebut. Interaksi faktor carbopol
940 dengan gliserol serta interaksi carbopol 940 dengan gliserol dan
propilenglikol akan meningkatkan pergeseran viskositas. Sebaliknya interaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
carbopol 940 dengan propilenglikol ataupun interaksi gliserol dengan
propilenglikol akan menurukan pergeseran viskositas. Adapun keterangan lebih
lanjut tentang interaksi adalah sebagai berikut.
Gambar 29. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Gliserol pada Level Rendah Propilenglikol pada Respon Pergeseran Viskositas
Dari grafik di atas (gambar 29) terlihat bahwa pada level rendah
propilenglikol dengan semakin meningkatnya jumlah carbopol 940 pada
penggunaan gliserol level rendah akan meningkatkan pergeseran viskositas.
Sebaliknya, semakin meningkatnya jumlah carbopol 940 pada penggunaan
gliserol level tinggi akan menurunkan pergeseran viskositas. Perubahan level
antara carbopol 940 dan gliserol dapat mengubah interaksi antar keduanya
sehingga akan mempengaruhi respon pergeseran viskositas yang dihasilkan pada
level 5 gram propilenglikol. Perpotongan pada grafik menunjukkan adanya
interaksi antara carbopol 940 dengan gliserol. Efek interaksinya kecil dalam hal
meningkatkan pergeseran viskositas. Hal ini ditunjukkan pada tabel XIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Rekomendasi dari grafik ini adalah pergeseran viskositas hanya dapat diturunkan
dengan menggunakan level tinggi gliserol pada penggunaan 5 gram propilenglikol
dan tidak bisa menggunakan level rendah gliserol.
Gambar 30. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Gliserol pada Level Tengah Propilenglikol pada Respon Pergeseran Viskositas (prediksi design expert)
Pada gambar 30 dapat dilihat bahwa pada level 10 gram propilenglikol
dengan semakin meningkatnya jumlah carbopol 940 pada penggunaan gliserol
level rendah dan level tinggi akan menurunkan pergeseran viskositas, sehingga
dengan menggunakan gliserol level rendah saja sudah dapat menurunkan
pergeseran viskositas pada penggunaan propilenglikol 10 gram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Gambar 31. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Gliserol pada Level
Tinggi Propilenglikol pada Respon Pergeseran Viskositas Pada gambar 31 terlihat bahwa pada level 15 gram propilenglikol dengan
semakin meningkatnya jumlah carbopol 940 pada penggunaan gliserol level
rendah dan level tinggi akan menurunkan pergeseran viskositas. Jadi dengan
menggunakan level rendah gliserol saja sudah dapat menurunkan pergeseran
viskositas pada penggunaan level tinggi propilenglikol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Gambar 32. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Propilenglikol pada Level Rendah Gliserol pada Respon Pergeseran Viskositas
Pada grafik tersebut (gambar 32) dapat dilihat dengan semakin
meningkatnya jumlah carbopol 940 pada penggunaan propilenglikol level rendah
dan level tinggi akan menurunkan pergeseran viskositas pada level 10 gram
gliserol. Dengan penggunaan propilenglikol 5 gram sudah dapat menurunkan
pergeseran viskositas namun sangat kecil, tetapi baik propilenglikol level rendah
maupun level tinggi dapat digunakan untuk menurunkan pergeseran viskositas
pada penggunaan gliserol 10 gram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Gambar 33. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Propilenglikol pada
Level Tengah Gliserol pada Respon Pergeseran Viskositas (prediksi design expert) Pada gambar 33 terlihat bahwa pada level 15 gram gliserol dengan
semakin meningkatnya level carbopol 940 pada penggunaan propilenglikol level
rendah dan level tinggi akan menurunkan pergeseran viskositas. Dengan demikian
hanya dengan menggunakan propilenglikol 5 gram saja sudah dapat menurunkan
pergeseran viskositas pada penggunaan gliserol 15 gram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Gambar 34. Grafik Hubungan Antara Carbopol 940 dengan Propilenglikol pada
Level Tinggi Gliserol pada Respon Pergeseran Viskositas Gambar 34 menunjukkan bahwa pada level 20 gram gliserol dengan
semakin meningkatnya jumlah carbopol 940 pada penggunaan propilenglikol
level rendah dan level tinggi akan menurunkan pergeseran viskositas. Perubahan
komposisi antara carbopol 940 dan propilenglikol dapat mengubah interaksi antar
keduanya sehingga akan mempengaruhi respon pergeseran viskositas yang
dihasilkan pada level 20 gram gliserol. Perpotongan pada grafik antara
propilenglikol level rendah dan level tinggi menunjukkan adanya interaksi antara
carbopol 940 dengan propilenglikol. Efek interaksinya lebih besar daripada
interaksi carbopol 940 dengan gliserol. Interaksinya adalah dalam hal menurunkan
pergeseran viskositas. Hal ini ditunjukkan pada tabel XIV. Menurut grafik ini,
penurunan pergeseran viskositas sudah dapat dilakukan dengan menggunakan
level rendah propilenglikol pada penggunaan gliserol 20 gram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Gambar 35. Grafik Hubungan Antara Gliserol dengan Propilenglikol pada Level
Rendah Carbopol 940 pada Respon Pergeseran Viskositas Pada grafik di atas (gambar 35) terlihat bahwa pada level rendah
carbopol 940 dengan semakin meningkatnya jumlah gliserol pada penggunaan
propilenglikol level rendah akan meningkatkan pergeseran viskositas. Sebaliknya,
semakin meningkatnya jumlah gliserol pada penggunaan propilenglikol level
tinggi akan menurunkan pergeseran viskositas level 1 gram carbopol 940. Gambar
35 menunjukkan adanya perpotongan pada grafik yang menunjukkan adanya
interaksi antara gliserol dengan propilenglikol. Efek interaksinya lebih besar
daripada interaksi carbopol 940 dengan propilenglikol. Interaksinya menurunkan
pergeseran viskositas. Hal ini ditunjukkan pada tabel XIV. Sehingga pada grafik
ini untuk menurunkan respon pergeseran viskositas harus digunakan
propilenglikol level tinggi pada penggunaan carbopol level rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Gambar 36. Grafik Hubungan Antara Gliserol dengan Propilenglikol pada Level Tengah Carbopol 940 pada Respon Pergeseran Viskositas (prediksi design expert)
Pada gambar 36 terlihat bahwa pada level 1,5 gram carbopol 940 dengan
semakin meningkatnya jumlah gliserol pada penggunaan propilenglikol level
rendah akan meningkatkan pergeseran viskositas. Sebaliknya, semakin
meningkatnya jumlah gliserol pada penggunaan propilenglikol level tinggi akan
menurunkan pergeseran viskositas. Adanya perpotongan pada grafik yang
menunjukkan adanya interaksi antara gliserol dengan propilenglikol. Interaksinya
menurunkan pergeseran viskositas. Hal ini ditunjukkan pada tabel XIV.
Perubahan level antara gliserol dan propilenglikol dapat mengubah interaksi antar
keduanya sehingga akan mempengaruhi respon pergeseran viskositas yang
dihasilkan pada level 1,5 gram carbopol 940. Menurut grafik ini, penurunan
pergeseran viskositas hanya dapat terjadi jika digunakan level tinggi
propilenglikol pada 1,5 gram carbopol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gambar 37. Grafik Hubungan Antara Gliserol dengan Propilenglikol pada Level
Tinggi Carbopol 940 pada Respon Pergeseran Viskositas Gambar 37 menunjukkan bahwa pada level 2 gram carbopol 940 dengan
semakin meningkatnya jumlah gliserol pada penggunaan propilenglikol level
rendah dan level tinggi akan menurunkan pergeseran viskositas, sehingga untuk
menurunkan pergeseran viskositas hanya cukup dengan menggunakan level
rendah dari propilenglikol saja pada penggunaan carbopol level tinggi.
F. Optimasi Formula Gel Sunscreen Ekstrak Kental Apel Merah
Tujuan dari optimasi formula adalah untuk memperoleh formula
optimum yang memenuhi sifat fisis dan stabilitas gel yang dikehendaki. Optimasi
dilakukan terhadap daya sebar, viskositas dan pergeseran viskositas. Hasil
optimasi diharapkan memiliki daya sebar serta viskositas yang baik seperti yang
dikehendaki. Pergeseran viskositas dilakukan untuk optimasi stabilitas gel setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
penyimpanan 1 bulan, hasil yang diharapkan adalah pergeseran yang minimum
mengingat bahwa viskositas sediaan gel yang tinggi.
Dari perhitungan ANOVA didapatkan nilai p<0,050 yang menunjukkan
bahwa persamaan tersebut valid dan dapat digunakan untuk melakukan prediksi
respon daya sebar. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan desain faktorial
diperoleh persamaan daya sebar gel yaitu : Y = 2,61250 + 1,67500(A) +
Dari tabel XV diperoleh suatu titik sifat fisis dan stabilitas gel sunscreen
(point prediction) yang paling optimum yang diperoleh dari ketiga persamaan
desain faktorial. Viskositas diambil yang paling besar namun tidak melebihi 300
d.Pas karena memudahkan dalam penuangan sediaan gel, selain itu dipilih yang
paling menghasilkan daya sebar kecil namun tidak kurang dari 3 cm sehingga
penyebaran gel dapat merata di kulit, dan pergeseran viskositas paling kecil
karena akan paling stabil pada saat penyimpanan. Perubahan faktor seperti
carbopol 940, gliserol serta propilenglikol dapat mempengaruhi respon yang ada
yaitu daya sebar, viskositas (sifat fisis gel) dan pergeseran viskositas (stabilitas
gel).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ada pengaruh antara faktor carbopol 940, gliserol dan propilenglikol maupun
interaksinya dalam menentukan respon daya sebar, viskositas dan pergeseran
viskositas.
2. Didapatkan area optimum gel sunscreen ekstrak kental apel merah (Pyrus
malus L.) yang diwakili dengan point prediction yang didalamnya terdapat
titik komposisi optimum carbopol 940, gliserol, dan propilenglikol.
B. Saran
1. Perlu dilakukan uji keamanan gel sunscreen ekstrak kental apel merah (Pyrus
malus L.) dalam penelitian ini.
2. Perlu dilakukan penentuan nilai SPF secara in vivo sehingga diperoleh
hubungan antara nilai SPF secara in vivo dan in vitro.
3. Gel sunscreen ekstrak kental apel merah (Pyrus malus L.) perlu disimpan
pada wadah yang tidak tembus cahaya matahari dan pada temperatur ruangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Jr., Loyd., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding, 2nd ed., American Pharmaceutical Association, USA, pp. 301-315.
Anggraeni, M.R., 2008, Optimasi Formula Gel Sunscreen Ekstrak Kering
Polifenol Teh Hitam (Camellia sinensis L.) Basis Carbopol 940 dengan Humektan Gliserol dan Propilenglikol menggunakan Metode Desain Faktorial, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 5-26, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995 a, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 712, 721.
Anonim, 1995 b, Official Methods of Analysis of AOAC International, Chapter 45,
Arlington, USA, pp. 4. Anonim, 1999 a, Martindale The Complete Drug Reference, thirty-second edition,
edited by Kathleen Parfitt, Pharmaceutical Press, USA, pp. 1471, 1486, 1585-1586, 1622, 1693.
Anonim, 1999 b, Sunscreen Drug Products for Over-The-Counter Human Use, An
Update, Food and Drug Administration, HHS, http://www.fda.gov/cder/otcmonograph/Sunscreen/sunscreen(352).pdf, diakses tanggal 8 Februari 2010.
Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2005, Struktur Molekul Quersetin,
http://www.3dchem.com/molecules.asp?ID=445, diakses tanggal 03 April 2010.
Anonim, 2007, Aloe Vera Gel, International Journal of Pharmaceutical
industri/teknologi-proses/ekstraksi/, diakses tanggal 03 April 2010. Barry, B.W., 1983, Dermatological Formulation, Marcell Dekker Inc., New York,
pp. 52-53, 300-304.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistics Practical and Clinical Applications, 2nd ed., Marcell Dekker Inc., New York, pp. 308-553, 610-619.
Bondi, E.E., Jegosthy, B.W., dan Lazarus, G.S., 1991, Dermatology Diagnosis
and Therapy, 1st ed., Prentice Hall International Inc., Philadelphia, pp. 364-365.
Boyer, L., and Liu, R.H., 2004, Apple Phytochemical and Their Health Benefits,
Nutrition Journal, 3(5), 1-15. Boyland, J.C., Cooper, J., dan Chowhan, Z.T., 1986, Handbook of
Pharmaceutical Excipients, American Pharmaceutical Association, Washington DC, pp. 41-42, 241.
Buchmann, Stephan, 2001, Main Cosmetic Vehicles, in Barel, A., O., Paye, M.,
Maibach, H.I., Handbook of Cosmetic Science and Technology, Marcell Dekker Inc., New York, pp. 150-152, 155, 165-166.
Casagrande, R., Sandra R. G., Waldiceu A.V., José R.J., Antonio C.S., and Maria
J.V.F, 2006, Evaluation of Functional Stability of Quercetin as a Raw Material and in Different Topical Formulations by its Antilipoperoxidative Activity, AAPS PharmSciTech., 7(1), E1.
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., dan Singla, A. K., 2002, Spreading of Semisolid
Formulation : An Update, Pharmaceutical Technology, 84-105, http://www.pharmtech.com, diakses tanggal 03 April 2010.
Harry, R.G., 1982, Cosmeticology, The Principles and Practice of Modern
Cosmetic, 6th ed., Leonard Hill Book, London, pp. 306-320;702-705. Harry, R.G., 1982, Harry’s Cosmeticology, 7th ed., Edited by Wilkinson, J.B.,
Moore, R.J., Chemical Publishing Company Inc., New York, pp. 226, 231, 251, 641.
Johnson, A.W., 2002, The Skin Moisturizer Marketplace, in Leyden, James J.,
Rawlings, Anthony V., Skin Moisturization, Marcell Dekker Inc., New York, pp. 5.
Jones, M., 2006, Dermatological Effects from Years in the Sun: Compounding
Opportunities, International Journal of Pharmaceutical Compounding, 10(5), 336-342.
Levy, S.B., 2001, UV Filters, in Barel, A.O., Paye, M., Maibach, H.I., (Eds),
Handbook of Cosmetic Science and Technology, Marcell Dekker Inc., New York, pp. 452-453.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Ley, R.D., and Reeve, V.E., 1997, Chemoprevention of Ultraviolet Radiation-induced Skin Cancer, Enviromental Health Perspectives, 105S, 981-984.
Lindorst, K., 1998, Antioxidant Activity of Phenolic Fraction of Plant Products
Ingested by The Maasai, Thesis, 13-20, School of Dietetics and Human Nutrition McGill University, Montreal.
Loden, Marie, 2001, Hydrating Substance, in Barel, A., O., Paye, M., Maibach,
H.I., Handbook of Cosmetics Science and Technology, Marcell Dekker Inc., New York, pp. 355-356.
Markham, K.R., 1988, Cara Mengindentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, hal.1, 3, 15. Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata, A., 1993, Physical Pharmacy
diterjemahkan oleh Yoshita, Edisi 3, Universitas Indonesia Press, Jakarta, hal. 1019-1053, 1077-1119.
Petro, A. J., 1981, Correlation of Spectrophotometric Data with Sunscreen
Protection Factor, International Journal of Cosmetic Science , 3, 185-196.
Roberts, B., 2004, What is The Difference Between a Sunscreen and Sun Block
http://www/sas/upenn.edu/~cogswell/Sunscreen.htm, diakses tanggal 11 Februari 2010.
Rowe, R.C., Shesky, P.J., dan Owen S.C., 2006, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 5th ed., Pharmaceutical Press, London, pp. 111-113, 300-303, 624-625.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., dan Quinn, M. E., 2009, Handbook of
Pharmaceutical Excipients, 6th ed., Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association, Washington D. C., pp. 118-121, 283-285, 441-444, 592-593.
Sagarin, E., 1957, Cosmetic Science and Technology, Interscience Publisher Inc.,
New York, pp. 147-181. Sastrohamidjojo, Hardjono, 1991, Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta, hal. 5-8. Singleton, V.L., and Rossi J.A., 1965, Colorymetry of total phenolics with
phosphomolybolic-phosphotungstic acid reagents. Am. J. Enol. Vitic. 16, 144-158.
Smolinske, S.C., 1952, Handbook of Food, Drug and Cosmetic Excipients, CRC
Press, USA, pp. 199, 203.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Stacener, M.D., 2003, Sunscreen vs Sunblock & Which One to Tan With, http://www/longerliving.com/skin_care/tan_differences_sunscreen_vs_sunblock.html., diakses tanggal 03 April 2010.
Stanfield, J.W., 2003, Sun Protectants: Enhancing Product Functionality with
Sunscreens, in Schueller, R., Romanowski, P., (Eds.), Multifunctional Cosmetics, Marcell Dekker Inc., New York, pp. 145-148.
Stephenson, R.A. dan Karsa, D.R., 2000, Excipient and Delivery Systems for
Pharmaceutical Formulation, Anthony Rowe Ltd., Chippenham, UK, 35-47.
Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, diterjemahkan
oleh Soendani Noerono, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal. 141-145, 165-169, 171-174, 179-180, 316-343, 434-436, 578-580.
Waji, R. A., Sugrani, A., 2009, Flavonoid (Quercetin), Makalah, Universitas
Hasanudin, Makassar. Walters, C., Keeney, A., Wigal, C.T., Johnston, dan C.R., Cornellius, R.D., 1997,
The Spectrophotometric Analysis and Modelling of Sunscreens, in Journal of Chemical Education, Vol. 74 January 1997, Lebanon Valley College, Annville, 99-102.
Weiner, M., dan Bernstein, I.L., 1989, Adverse Reactions to Drug Formulation
Agent: A Handbook of Excipient, Marcell Dekker Inc., New York, pp. 125.
Zatz, J.L., Berry, J.J., dan Alderman, D.A., 1996, Viscosity-Imparting Agents, in
Lieberman H. A., Lachman, L., and Schwatz, J. B., Pharmaceutical Dosage Form : Disperse Systems, Vol. I, 2nd ed., Marcell Dekker Inc., New York, pp. 287-312, 340-389.
Zatz, J.L., dan Kushla, G.P., 1996, Gels, in Lieberman, H. A., Lachman, L., and
Schwatz, J. B., Pharmaceutical Dosage Form : Dysperse System, Vol. 2, 2nd ed., Marcell Dekker Inc., New York, pp. 399-417.
Zocchi, G., 2001, Skin-Feel Agents, in Barel, A.O., Paye, M., Maibach, H.I.,
(Eds), Handbook of Cosmetic Science and Technology, Marcell Dekker Inc., New York, pp. 406-407.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 1. Penetapan Kadar Polifenol dalam Ekstrak Kental Apel Merah (Pyrus malus L.)
a. Penimbangan baku kuersetin
Berat wadah = 14,984 g Berat wadah + zat (kasar) = 15,012 g Berat wadah + zat (analitik) = 15,0100 g Berat wadah + sisa = 14,9827 g Berat zat = 0,0273 g = 27,3 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
e. Perhitungan kadar polifenol apel merah
Replikasi Absorbansi 1 0,318
2 0,314
3 0,312
4 0,316
5 0,317
6 0,310
1. Replikasi 1
Y = 0,7402x + 0,1601 0,318 = 0,7402x + 0,1601 X = 0,2133 mg/mL x faktor pengenceran X = 0,2133 mg/mL x 100 X = 21,33 mg/mL Jumlah dalam 25 mL aseton = 21,33 mg/mL × 25 mL
= 533,25 mg/25 mL
Berat ekstrak yang ditimbang = 1004,4 mg Kadar polifenol = ,
, 100 53,09 %
2. Replikasi 2
Y = 0,7402x + 0,1601 0,314 = 0,7402x + 0,1601 X = 0,2079 mg/mL x faktor pengenceran X = 0,2079 mg/mL x 100 X = 20,79 mg/mL Jumlah dalam 25 mL aseton = 20,79 mg/mL × 25 mL = 519,75 mg/25 mL Berat ekstrak yang ditimbang = 1001,2 mg Kadar polifenol = ,
, 100 51,91 % b
b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
3. Replikasi 3
Y = 0,7402x + 0,1601 0,312 = 0,7402x + 0,1601 X = 0,2052 mg/mL x faktor pengenceran X = 0,2052 mg/mL x 100 X = 20,52 mg/mL Jumlah dalam 25 mL aseton = 20,52 mg/mL × 25 mL = 513,00 mg/25 mL Berat ekstrak yang ditimbang = 1005,5 mg Kadar polifenol = ,
, 100 51,02 % b
b
4. Replikasi 4
Y = 0,7402x + 0,1601 0,316 = 0,7402x + 0,1601 X = 0,2106 mg/mL x faktor pengenceran X = 0,2106 mg/mL x 100 X = 21,06 mg/mL Jumlah dalam 25 mL aseton = 21,06 mg/mL × 25 mL = 526,50 mg/25 mL Berat ekstrak yang ditimbang = 1006,5 mg Kadar polifenol = ,
, 100 52,31 % b
b
5. Replikasi 5
Y = 0,7402x + 0,1601 0,317 = 0,7402x + 0,1601 X = 0,2120 mg/mL x faktor pengenceran X = 0,2120 mg/mL x 100 X = 21,20 mg/mL Jumlah dalam 25 mL aseton = 21,20 mg/mL × 25 mL = 530,00 mg/25 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Berat ekstrak yang ditimbang = 1002,9 mg Kadar polifenol = ,
, 100 52,85 % b
b
6. Replikasi 6
Y = 0,7402x + 0,1601 0,310 = 0,7402x + 0,1601 X = 0,2025 mg/mL x faktor pengenceran X = 0,2025 mg/mL x 100 X = 20,25 mg/mL Jumlah dalam 25 mL aseton = 20,25 mg/mL × 25 mL = 506,25 mg/25 mL Berat ekstrak yang ditimbang = 1001,1 mg Kadar polifenol = ,
, 100 50,57 % b
b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 2. Penetapan Nilai SPF a. Penimbangan ekstrak
Penimbangan Replikasi I Replikasi II Replikasi III Wadah (g) 14.43321 14.39465 14.43334 Wadah + zat (g) 20.28125 20.84680 20.61512 Wadah + sisa (g) 14.53780 14.92898 14.77726 Zat (g) 5.74345 5.91782 5.83786 Bobot polifenol dalam ekstrak (g) 2,9842 3,0748 3,0333
Kadar stok polifenol 2,9842%b/v 3,0748%b/v 3,0333%b/v
b. Konversi kadar polifenol 1,8%b/v menjadi %(b/b)
Berat wadah = 15,9667 g Berat wadah + larutan = 25,4234 g Berat larutan = 9,4567 g Konsentrasi polifenol 1,8 %(b/v) = 0,18 g/10 mL 1,8 g/10 mL = 0,18 g/9,4567 g 1,9034 g/100 g = 1,9034 %(b/b) Berat ekstrak dalam formulasi adalah setara dengan konsentrasi polifenol 1,9034 %(b/b) yaitu 3,66 gram ekstrak. Berat ekstrak =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
c. Perhitungan SPF
0,6 % 1,2 % 1,8 %
I AUC II AUC III AUC I AUC II AUC III AUC I AUC II AUC III AUC