A. JUDUL PROGRAM : PROSPEK TEPUNG SUKUN SEBAGAI BAHAN PANGAN LOKAL ALTERNATIF UNTUK BERBAGAI PRODUK MAKANAN DALAM UPAYA MENUNJANG DIVERSIFIKASI PANGAN B. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara agraris dengan plasma nutfah yang berlimpah. Sebagai negara agraris, mayoritas penduduk Indonesia bermatapencaharian di bidang pertanian. Peran strategis sektor pertanian antara lain yaitu menghasilkan bahan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar manusia dan menjadi hak azasi setiap insan. Oleh sebab itu, upaya pemenuhan kebutuhan pangan harus dilaksanakan secara adil dan merata bagi seluruh penduduk Indonesia. Upaya pemenuhan kebutuhan pangan harus terus dilakukan. Fakta menunjukkan bahwa pangan pokok penduduk yang bertumpu pada satu sumber karbohidrat, melemahkan ketahanan pangan, dan menghadapi kesulitan dalam pengadaannya. Jumlah penduduk Indonesia yang kini lebih dari 200 juta jiwa dengan laju pertumbuhan di atas 1,7% per tahun dan angka konsumsi beras 136 kg/tahun merupakan tantangan yang tidak ringan. Ditinjau dari potensi sumberdaya wilayah, sumberdaya alam Indonesia memiliki potensi ketersediaan pangan yang beragam, dari satu wilayah ke wilayah lainnya, baik bahan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
A. JUDUL PROGRAM : PROSPEK TEPUNG SUKUN SEBAGAI BAHAN PANGAN
LOKAL ALTERNATIF UNTUK BERBAGAI PRODUK MAKANAN DALAM
UPAYA MENUNJANG DIVERSIFIKASI PANGAN
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia merupakan negara agraris dengan plasma nutfah yang berlimpah. Sebagai
negara agraris, mayoritas penduduk Indonesia bermatapencaharian di bidang pertanian.
Peran strategis sektor pertanian antara lain yaitu menghasilkan bahan pangan bagi seluruh
penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan mengingat pangan
merupakan kebutuhan dasar manusia dan menjadi hak azasi setiap insan. Oleh sebab itu,
upaya pemenuhan kebutuhan pangan harus dilaksanakan secara adil dan merata bagi
seluruh penduduk Indonesia. Upaya pemenuhan kebutuhan pangan harus terus
dilakukan. Fakta menunjukkan bahwa pangan pokok penduduk yang bertumpu pada satu
sumber karbohidrat, melemahkan ketahanan pangan, dan menghadapi kesulitan dalam
pengadaannya. Jumlah penduduk Indonesia yang kini lebih dari 200 juta jiwa dengan laju
pertumbuhan di atas 1,7% per tahun dan angka konsumsi beras 136 kg/tahun merupakan
tantangan yang tidak ringan.
Ditinjau dari potensi sumberdaya wilayah, sumberdaya alam Indonesia memiliki
potensi ketersediaan pangan yang beragam, dari satu wilayah ke wilayah lainnya, baik
bahan pangan sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin maupun mineral. Pangan
sumber karbohidrat biasanya berasal dari serealia, umbi-umbian, dan buah-buahan.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduk Indonesia yang hidup dalam
lingkungan yang majemuk dan memiliki anekaragam kebudayaan dan potensi sumber
pangan spesifik, strategi pengembangan pangan perlu diarahkan pada potensi sumberdaya
pangan wilayah.
Penganekaragaman pangan (diversifikasi pangan) merupakan jalan keluar yang saat
ini dianggap paling rasional untuk memecahkan masalah pemenuhan kebutuhan pangan
(khususnya sumber karbohidrat). Melalui penataan pola makan yang tidak tergantung
pada satu sumber pangan, memungkinkan masyarakat dapat menetapkan pangan pilihan
sendiri, membangkitkan ketahanan pangan keluarga masing-masing, yang berujung pada
peningkatan ketahanan pangan nasional.
Masalah pangan dalam negeri tidak lepas dari persoalan beras dan terigu. Meski di
beberapa wilayah, penduduk masih mengkonsumsi pangan alternatif gaplek, beras jagung,
sagu ataupun ubi jalar, tetapi fakta menunjukkan bahwa terigu lebih adaptif dan adoptif
daripada pangan domestik tersebut. Gejala ini bukan saja bagi golongan menengah ke atas,
tetapi kalangan bawah pun sudah terbiasa mengkonsumsi mie, jajanan, roti atau kue yang
semua berbasis terigu.
Belajar dari kenyataan di atas, teknologi tepung campuran (tepung komposit)
tampaknya cukup prospektif sebagai pendorong diversifikasi pangan. Pendekatan ini tentu
saja tidak sesederhana yang dibayangkan, melainkan tetap memerlukan berbagai
pengkajian. Sebagai contoh, pencampuran bahan membawa konsekuensi perubahan
karakter bahan dan perubahan mutu produk pangan. Preferensi dan budaya makan daerah
yang sangat beragam merupakan modal dasar sebagai acuan bentuk pangan yang
berdiversifikasi.
Sumber karbohidrat dari buah-buahan masih relatif tertinggal pemanfaatannya
dibandingkan dengan bahan pangan sumber karbohidrat asal serealia dan umbi-umbian.
Salah satu jenis buah-buahan yang potensial dikembangkan sebagai sumber karbohidrat
ialah sukun (Artocarpus commuris). Berdaasarkan hal di atas, maka penulis ingin mengkaji
lebih dalam tentang pemanfaatan dan keunggulan buah sukun ini sebagai alternatif bahan
pangan lokal pengganti beras.
C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah
sebagai berikut :
1. Apakah keunggulan dari buah sukun sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif
bahan pangan lokal ?
2. Bagaimana cara pengolahan sukun agar dapat menjadi olahan pangan yang
berkualitas ?
D. TUJUAN PROGRAM
Tujuan umum dari program kreativitas mahasiswa bidang kewirausahaan ini
adalah untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan mahasiswa sebagai intelektual muda
Indonesia sehingga dapat digunakan sebagai bekal untuk menghadapi hidup mandiri
setelah studi.
Tujuan khusus dari program kreativitas mahasiswa ini adalah :
1. Untuk mengetahui keunggulan dari buah sukun sehingga dapat dijadikan sebagai
bahan pangan lokal alternatif.
2. Untuk mengetahui cara pengolahan buah sukun agar menjadi produk olahan pangan
yang berkualitas seperti kue dari tepung sukun, puding sukun yang menghasilkan
keuntungan bagi pelaksana program.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari kegiatan kreativitas mahasiswa di bidang
kewirausahaan ini adalah :
1. Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa
Adanya kegiatan program kreativitas mahasiswa bidang kewirausahaan ini secara
tidak langsung telah mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan dari mahasiswa.
Sehingga kehidupan mahasiswa khususnya pelaksana program tidak hanya berkutat
pada perkuliahan di dalam kelas saja namun juga mampu mengaplikasikan ilmunya
dalam kehidupan yang nyata. Dan bagi mahasiswa yang menekuni bidang ilmu di
luar kewirausahaan akan memiliki pengalaman tersendiri untuk menjalani kehidupan
setelah selasai mengikuti studi.
2. Dihasilkan bahan pangan alternatif sebagai pengganti beras
Ditengah kelangkaan pangan dewasa ini, maka sukun dapat dijadikan sebagai
alternatif sumber karbohidrat, disamping itu sukun merupakan salah satu komoditas
buah yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi karena dapat dijual dalam bentuk
segar maupun olahan sebagai alternatif pangan pengganti beras. Pada daerah tertentu
umumnya tanaman sukun ditanam pada lahan-lahan pekarangan rumah dengan
pemilikan pohon antara 1-5 pohon per keluarga. Seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk Indonesia, maka permintaan terhadap pangan terutama beras, terus
meningkat. Padahal sebagaimana dimaklumi upaya peningkatan produksi beras di
tanah air tidak mudah untuk dilakukan karena sudah mengalami kejenuhan. Oleh
karena itu, perlu adanya terobosan mencari bahan pangan alternatif pengganti beras.
Salah satu bahan pangan yang direkomendasikan sebagai substitusi beras adalah buah
sukun karena mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi. Berdasarkan
penelitian diketahui bahwa dari setiap 100 gram buah sukun segar mengandung 27,12