A. Judul “Potensi Abon Jambu Mete Sebagai Peluang UKM Industri Makanan Untuk Menggerakkan Ekonomi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di Desa Pandangan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang” B. Latar Belakang Masalah Pada umumnya pasar atau permintaan yang ada dalam sektor mikro berasal dari rumah tangga dan perusahaan yang bergerak secara unregulated dan sektor ekonomi yang informal. Usaha mikro ini lebih kecil dibanding pasar ritel (atau kita kenal sebagai istilah usaha kecil). Kondisi Umum Pasar dalam sektor mikro adalah : langka modal, kepemilikan keluarga, skala kecil, status tidak legal, beroperasi di pasar unregulated, relatif mudah keluar masuk pasar, padat karya, pendidikan informal dan ketrampilan rendah, jam kerja tidak tertentu, sedikit pemakaian alat, pengguna sumber daya sendiri, penjualan domestik. Profil usaha mikro yang selama ini berhubungan dengan Lembaga Keuangan, adalah: 1. Tenaga kerja, mempekerjakan 1-5 orang termasuk anggota keluarganya. 2. Aktiva Tetap, relatif kecil, karena labor-intensive. 3. Lokasi, di sekitar rumah, biasanya di luar pusat bisnis. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
A. Judul
“Potensi Abon Jambu Mete Sebagai Peluang UKM Industri Makanan
Untuk Menggerakkan Ekonomi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Di
Desa Pandangan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang”
B. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya pasar atau permintaan yang ada dalam sektor
mikro berasal dari rumah tangga dan perusahaan yang bergerak secara
unregulated dan sektor ekonomi yang informal. Usaha mikro ini lebih
kecil dibanding pasar ritel (atau kita kenal sebagai istilah usaha kecil).
Kondisi Umum Pasar dalam sektor mikro adalah : langka modal,
kepemilikan keluarga, skala kecil, status tidak legal, beroperasi di pasar
unregulated, relatif mudah keluar masuk pasar, padat karya, pendidikan
informal dan ketrampilan rendah, jam kerja tidak tertentu, sedikit
pemakaian alat, pengguna sumber daya sendiri, penjualan domestik.
Profil usaha mikro yang selama ini berhubungan dengan Lembaga
Keuangan, adalah:
1. Tenaga kerja, mempekerjakan 1-5 orang termasuk anggota
keluarganya.
2. Aktiva Tetap, relatif kecil, karena labor-intensive.
3. Lokasi, di sekitar rumah, biasanya di luar pusat bisnis.
4. Pemasaran, tergantung pasar lokal dan jarang terlibat kegiatan ekspor-
impor.
5. Manajemen, ditangani sendiri dengan teknik sederhana.
6. Aspek hukum: beroperasi di luar ketentuan yang diatur
7. Hukum: perijinan, pajak, perburuhan, dll.
Di sekeliling kita, banyak dijumpai usaha mikro yang terus
berjalan meskipun terjadi krisis ekonomi di Indonesia. Maka, usaha mikro
termasuk usaha yang tahan dalam menghadapi krisis, karena umumnya
tidak mendapat pinjaman dari luar, pasar domestik, biaya tenaga kerja
murah karena dibantu oleh anggota keluarga. Saat inipun, pasar tradisional
masih ramai pengunjung, bahkan banyak pasar kaget yang hanya ada pada
1
hari-hari tertentu tetap ramai. Diakui bahwa usaha UKM menguntungkan,
karena sekitar 53% memiliki margin keuntungan antara 10%-50%, dan
35% memiliki margin keuntungan lebih dari 50%.
Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale, L) yang tergolong
dalam famili Anacardiceae merupakan tanaman yang banyak dijumpai di
desa Pandangan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang. Tanaman jambu
mete ini merupakan tanaman ekspor nontradisional yang memiliki nilai
ekonomi tinggi yang mudah dikembangkan di daerah- daerah beriklim
kering maupun pada lahan kritis. Sehingga, tanaman jambu mete ini
memiliki adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan. Oleh karena itu, jambu
mete dapat dimanfaatkan untuk merehabilitasi lahan- lahan kritis sebagai
tanaman penghijauan dan tanaman konservasi.
Tanaman jambu mete mempunyai banyak manfaat, mulai dari akar,
batang, daun, dan buahnya. Seperti, biji mete dapat digoreng menjadi
kacang mete. Buah mete semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk
olahan seperti sari buah mete, anggur mete, manisan kering, selai mete,
buah kalengan, dan jem jambu mete. Pengolahan mete, di samping
menghasilkan biji, juga limbah berupa buah semu. Total produksi
gelondong mete hanya 10% saja yang baru dimanfaatkan untuk produk
pangan, sisanya terbuang dengan percuma sebagai limbah. Seperti buah
semu mete yang hingga kini belum banyak yang memanfaatkannya
sehingga pengolahan tanaman mete di desa Pandangan ini belum
dilakukan secara optimal.
Waktu panen jambu mete hanya berlangsung sekitar 3 bulan
dalam setahun. Sehingga pada saat panen akan terjadi penumpukan limbah
buah semu jambu mete yang melimpah. Ini karena masyarakat kurang
memanfaatkan buah semu jambu mete yang disebabkan oleh tingginya
kandungan tanin yang menimbulkan rasa sepat pada buah semu jambu
mete sehingga kurang disukai. Oleh karena itu, sebagai usaha untuk
meningkatkan nilai tambah jambu mete dan mengoptimalkan teknologi
2
pengolahan jambu mete agar tidak terbuang menjadi limbah, maka buah
semu jambu mete dapat diolah manjadi abon nabati. Abon nabati jambu
mete ini merupakan produk makanan yang sehat dan bergizi untuk
dikonsumsi masyarakat yang juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Pengolahan abon jambu mete ini memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai peluang usaha yang menjanjikan dalam industri makanan yang
dapat dilaksanakan oleh masyarakat kecil menengah di desa Pandangan
untuk meningkatkan pendapatannya yang relatif rendah.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka muncul permasalahan,
yaitu :
1. Bagaimana membuat abon dari buah semu jambu mete yang bercita
rasa tinggi, sehat dan tahan lama?
2. Bagaimana meningkatkan potensi ekonomis buah semu jambu mete
sebagai peluang UKM pada industri makanan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat di desa Pandangan?
D. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari program kreativitas ini adalah
sebagai berikut :
1. Mendayagunakan buah semu jambu mete menjadi abon nabati yang
memiliki nilai ekonomis dan bercita rasa tinggi.
2. Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengolahan abon dari
buah semu jambu mete sebagai peluang UKM pada industri makanan.
E. Luaran Yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dalam program ini adalah :
1. Produk abon nabati dari bahan dasar buah semu jambu mete sebagai
makanan lauk yang sehat dan bergizi dengan harga terjangkau.
2. Terciptanya UKM pengolahan abon jambu mete.
3
F. Kegunaan
Kegunaan dari program ini, antara lain :
1. Menjadi salah satu bentuk dari penerapan teknologi dalam pengolahan
buah semu jambu mete menjadi abon yang sehat dan bergizi.
2. Memberikan alternatif produk makanan yang bergizi dengan harga
yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
3. Menciptakan peluang usaha baru pada industri makanan
G. Gambaran Umum Rencana Usaha
Potensi sumber daya
Buah jambu mete terdiri atas dua bagian, yaitu buah sejati (kacang
mete) dan buah semu (tangkai buah yang membesar). Pada umumnya yang
sering dimanfaatkan adalah buah sejatinya, karena dapat diolah menjadi
kacang mete yang harganya cukup mahal. Sedangkan untuk buah semu
jambu mete belum dimanfaatkan secara maksimal karena rasa buahnya
yang sepet dan agak gatal yang disebabkan oleh zat tanin dan astringen
yang terkandung di dalamnya, sehingga kurang disukai. Rasa sepat ini
dapat dihilangkan dengan cara pengukusan atau penambahan garam.
Daging buah semu jambu mete memiliki tekstur lunak, berserabut
dan banyak mengandung air. Sehingga dapat diolah menjadi produk
makanan yang sehat. Salah satunya adalah diolah menjadi abon nabati
sebagai makanan lauk yang bergizi dan harga terjangkau. Sehingga aman
dan murah untuk dikonsumsi.
Analisis usaha
1. Asumsi
a. Setiap bulan digunakan 300 Kg buah semu jambu mete
b. Setiap 1 kg buah semu menghasilkan 10 bungkus (kemasan 1/2
kg) abon.
c. Setiap bulan dihasilkan 3000 bungkus abon jambu mete.
4
2. Investasi
a. Kukusan
1 buah @ Rp 150.000,00 (UEK 2 tahun) = Rp. 150.000,00
b. Seperangkat penggorengan
2 @ Rp50.000,00 (UEK 2 tahun) = Rp. 100.000,00
c. Kompor
3 buah @ Rp 50.000,00 (UEK 2 tahun) = Rp. 150.000,00
d. Panci
2 buah @ Rp 50.000,00 (UEK 2 tahun) = Rp. 100.000,00
e. Seperangkat cobek
1 buah @ Rp 25.000,00 (UEK 3 tahun) = Rp. 100.000,00
f. Pisau
4 buah @ Rp 7.500,00 (UEK 1 tahun) = Rp. 30.000,00
g. Baskom
3 buah @ Rp 5.000,00 (UEK 1 tahun) = Rp. 15.000,00