-
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PATCH ANTIPIRAI DARI AKAR SIDAGURI (Sida rhombifolia L.)
BIDANG KEGIATAN:
PKM GAGASAN TERTULIS ( PKM-GT )
Diusulkan oleh:
NAUVAL AUDIA ANDAMDEWI NIM. 1204015293/ TA : 2012
HERANI PRATIWI NIM. 1204015192/ TA : 2012
NANDA SAVIRA NIM. 1204015291/ TA : 2012
ISTIKOMAH NIM. 1304015249/ TA : 2013
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
JAKARTA
2015
-
ii
-
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
............................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN
................................................................................
ii
DAFTAR ISI
.....................................................................................................
iii
RINGKASAN
...................................................................................................
iv
PENDAHULUAN
..............................................................................................
1
Latar belakang
......................................................................................
1
Tujuan dan manfaat
.............................................................................
2
GAGASAN
........................................................................................................
3
Kondisi kekinian
..................................................................................
3
Solusi yang pernah diterapkan
............................................................. 3
Seberapa jauh kondisi kekinian dapat diperbaiki
.................................. 3
Pihak-pihak yang dipertimbangkan membantu
mengimplementasikan
gagasan
................................................................................................
6
Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan
.................................. 7
KESIMPULAN
..................................................................................................
8
DAFTAR PUSTAKA
.........................................................................................
9
LAMPIRAN
.....................................................................................................
11
-
iv
RINGKASAN
Pirai merupakan salah satu penyakit dengan pravalensi yang
tinggi di
Indonesia. Pirai menjadi sebuah penyakit yang sering kali di
alami oleh orang-
orang yang berusia 30 tahun keatas, dimana menimbulkan rasa
nyeri yang hebat.
Salah satu tanaman obat asli Indonesia yang digunakan masyarakat
dalam
pengobatan penyakit pirai yaitu Sidaguri (Sida rhombifolia
L.).
Gagasan ini bertujuan untuk mengkaji potensi akar sidaguri
(Sida
rhombifolia L.) yang dapat dimanfaatkan menjadi bentuk sediaan
patch
transdermal. Sebagai salah satu upaya untuk melakukan inovasi
baru untuk
mengobati penyakit pirai dan meningkatkan pemanfaatan tanaman
sidaguri yang
banyak tumbuh di Indonesia.
Pada penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa flavonoid dari
ekstrak etanol
80% akar Sidaguri (Sida rhombifolia L.) berpotensi menghambat
aktifitas xantin
oksidase dengan persentase penghambatan 33,42% (Laurens, 2010).
Beberapa
penelitian juga melaporkan ekstrak sidaguri menunjukkan
aktivitas sebagai
antioksidan (Dhalwal et al, 2007), antibakteri (Islam et al,
2003), antitumor dan
anti HIV (David et al, 1995).
Keuntungan formulasi obat dalam bentuk transdermal adalah sangat
mudah
digunakan, langsung masuk ke pembuluh darah, dapat tinggal pada
tempat
aplikasi sampai 7 hari (tergantung pada sistem), mudah
dilepaskan dari kulit,
mengurangi frekuensi pemberian dosis, menghasilkan level obat
dalam plasma
yang terkontrol, cenderung menghindari efek samping yang mungkin
diperoleh
dengan rute pemberian oral, serta menghindari metabolisme lintas
pertama di hati
(Antonius et.al., 2010; Swarbricks, 2002). Penggunaan sistem
matriks memiliki
keuntungan yaitu membentuk suatu sediaan patch yang tipis dan
elegan sehingga
nyaman untuk digunakan serta proses pembuatannya yang mudah,
cepat dan
murah.
Oleh sebab itu, patch antipirai dari akar sidaguri (Sida
rhombifolia L.)
merupakan salah satu pengobatan penyakit pirai yang memiliki
efektivitas dan
aman karena mengandung bahan alam. Penggunaan patch tersebut
diharapkan
dapat mengurangi jumlah penderita penyakit pirai yang terjadi di
Indonesia.
-
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Asam urat atau Gout berasal dari Bahasa Latin yaitu gutta, yang
berarti
tetesan. Menurut kepercayaan bahwa racun menetes ke dalam tulang
sendi dan
menyebabkan gout. Gout (Pirai) ialah penyakit inflamasi khusus
yang diakibatkan
oleh penimbunan asam urat di persendian atau di jaringan. Asam
urat bersumber
dari hasil metabolisme asam nukleat ( DNA, RNA) atau senyawa
purin yang
sudah tidak dapat dimanfaatkan tubuh, oleh karena itu harus
dibuang (Priyanto,
2010). Senyawa purin terdapat pada makanan yang berasal dari
makhluk hidup,
seperti jeroan, dan kacang-kacangan. Tahun 1848, Sir Alfred
Garrod
menghubungkan gout dengan hiperurisemia. Hiperurisemia adalah
peningkatan
kadar asam urat dalam darah yang melewati batas normal (Hawkins
& Rahn,
2005). Pada hiperurisemia terjadi akumulasi kristal asam urat
pada persendian
yang mengakibatkan gout (Shaefer & Pierre, 1992).
Beberapa kelompok obat untuk terapi penyakit gout adalah
anti-inflamasi
nonsteroid, urikosurik yaitu obat yang dapat meningkatkan
ekskresi asam urat dan
urikostatik yaitu obat yang dapat menghambat pembentukan asam
urat (Hawkins
& Rahn, 2005). Terapi untuk mengatasi gout umumnya
membutuhkan waktu yang
lama dan memiliki efek samping yang tidak ringan. Seperti
alopurinol, obat yang
dewasa ini digunakan untuk pengobatan penyakit gout (Connor,
2009) memiliki
efek samping yang merugikan, yaitu reaksi kulit (kulit menjadi
kemerahan),
reaksi alergi, gangguan saluran cerna, depresi sumsum tulang,
anemia aplastik,
trombositopenia, agranulositosis dan retinopati (Ganiswarna,
1995). Walaupun
alopurinol merupakan pengobatan jalur utama untuk gout, tetapi
efek samping
yang ditimbulkan sangat berbahaya apalagi untuk pemakaian dalam
jangka waktu
lama. Oleh karena itu diperlukan obat hipourisemik yang memiliki
efektivitas dan
keamanan yang lebih tinggi dengan efek samping yang rendah.
Daun Sidaguri (Sida rhombifolia L.) mengandung alkaloid, kalsium
oksalat,
tanin, saponin, fenol, asam amino, dan minyak asiri. Batang
Sidaguri (Sida
rhombifolia L.) mengandung kalsium oksalat dan tanin. Sementara
bagian akar
mengandung alkaloid, steroid, dan ephedrine (Djauhariya, 2004).
Bagian akar
juga mengandung flavonoid dan polifenol (Anonim, 2001).
Pada penelitian (Laurens, 2010) didapatkan kesimpulan bahwa
flavonoid
dari ekstrak etanol 80% akar Sidaguri (Sida rhombifolia L.)
berpotensi
menghambat aktifitas xantin oksidase dengan persentase
penghambatan 33,42%
(Laurens, 2010). Khasiat antihiperurisemia yang dimiliki
sidaguri ini diharapkan
menjadi obat alternatif untuk menurunkan kadar asam urat dalam
tubuh.
-
2
Kandungan steroid pada akar berkhasiat antiradang dan
menghilangkan
rasa nyeri pada rematik gout akut yang timbul akibat adanya
fluktuasi kadar asam
urat darah. Kandungan polifenol dan flavonoid pada akar bersifat
diuretik,
sehingga asam urat akan luruh dan terbuang bersama urin melalui
proses diuresis.
Flavonoid yang terkandung juga memiliki efek inhibitor xantin
oksidase sehingga
dapat mengurangi produksi asam urat yang berlebih (Yettrie B.C,
2012). Enzim
xantin oksidase mengubah hipoxantin menjadi xantin dan xantin
menjadi asam
urat. Dengan demikian produksi asam urat berkurang dan produksi
xantin maupun
hipoxanthin meningkat.
Formulasi sediaan obat bahan alam sekarang ini sangat beragam,
mulai dari
bentuk yang sederhana yaitu tablet, kapsul, emulsi, suspensi,
krim, gel, dan
suppositoria sampai sistem penghantaran obat yang rumit seperti
patch
transdermal dan pompa intravena. Saat ini, sediaan yang banyak
dikembangkan
adalah sediaan transdermal. Keuntungan formulasi obat dalam
bentuk transdermal
adalah sangat mudah digunakan, langsung masuk ke pembuluh darah,
dapat
tinggal pada tempat aplikasi sampai 7 hari (tergantung pada
sistem), mudah
dilepaskan dari kulit, mengurangi frekuensi pemberian dosis,
menghasilkan level
obat dalam plasma yang terkontrol, cenderung menghindari efek
samping yang
mungkin diperoleh dengan rute pemberian oral, serta menghindari
metabolisme
lintas pertama di hati (Antonius et.al., 2010; Swarbricks,
2002). Ditinjau dari
keuntungan ini, sediaan patch transdermal merupakan bentuk
penghantaran obat
bahan alam yang menjanjikan.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan gagasan tertulis ini sebagai salah
satu
bentuk kajian akan pentingnya potensi akar sidaguri (Sida
rhombifolia L.) yang
dapat dimanfaatkan sebagai bentuk sediaan transdermal. Salah
satu upaya untuk
melakukan inovasi baru pada pengobatan penyakit antipirai dan
memaksimalkan
pemanfaatan tanaman sidaguri yang banyak tumbuh di Indonesia.
Selain itu
hasil dari pengembangan inovasi ini akan menguntungkan banyak
pihak, tidak
hanya instansi kesehatan, industri farmasi tetapi juga
masyarakat yang akan
merasakan manfaatnya secara langsung.
-
3
GAGASAN
Kondisi kekinian
Saat ini penyakit pirai atau penyakit asam urat lebih dikenal
oleh
masyarakat luas. Penyakit pirai terbagi menjadi dua yaitu pirai
primer dan pirai
sekunder. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah
pirai primer.
Pirai primer merupakan akibat dari hiperurisemia primer,
hiperurisemia primer
terjadi karena penurunan ekskresi (80-90%) dan produksi yang
berlebih (10-20%).
Sehingga dengan adanya pemanfaatan akar sidaguri ini sebagai
antipirai
dapat mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia sebagai obat dan
dapat
meningkatkan produksi bahan alami sebagai obat. Umumnya yang
terserang asam
urat adalah para pria, sedangkan pada perempuan persentasenya
kecil dan baru
muncul setelah menopause. Kadar asam urat kaum pria cenderung
meningkat
sejalan dengan peningkatan usia.
Solusi yang pernah diterapkan
Beberapa solusi yang pernah ditawarkan atau diterapkan dalam
pengobatan
asam urat atau pirai adalah dengan menggunakan 5 jenis obat
kimia, pertama
yaitu dengan obat anti-inflamasi non-steroid yang berfungsi
untuk mengatasi nyeri
sendi akibat peradangan contoh : ibuprofen, allupuinol, yang
kedua dari jenis obat
kortikosteroid berfungsi sebagai anti-radang contohnya
deksametason, yang
ketiga dari jenis obat pengubah perjalanan penyakit atritis
reumatoid, yang
keempat dengan obat imunosupresif berfungsi untuk menekan reaksi
imun dan
jenis obat yang terakhir dengan suplemen anti-oksidan. Tetapi,
penggunaan obat
kimia dapat menimbulkan efek samping. Sehingga diperlukan
pemanfaatan
tanaman obat yang tidak menimbulkan efek samping dan efisien
(Radar
Sumedang, 2012).
Pada saat ini, ada beberapa tanaman obat yang dapat mengatasi
asam urat
diantaranya yaitu mahkota dewa, sambiloto, temulawak dan daun
salam. Namun,
sudah menjadi hal umum bahwa tanaman obat berkhasiat sebagai
terapi atau
pengobatan pada pasien penderita asam urat. Penggunaan tanaman
obat sebagai
sediaan patch merupakan hal yang inovatif dan masih banyak
masyarakat luas
belum mengetahuinya
Seberapa jauh kondisi kekinian dapat diperbaiki (Solusi
Kekinian
Pengobataan Penyakit Pirai)
Penggunaan tanaman herbal dalam pengobatan penyakit pirai
merupakan
pilihan pengobatan yang lebih aman bagi kesehatan dan tidak
menimbulkan efek
samping. Pemakaian obat kimia yang sangat efektif sebagai
antipirai tetap
dihindari pemakaiannya karena menimbulkan efek samping dari
ringan sampai
berat.
-
4
Salah satu tumbuhan yang secara empirik digunakan sebagai obat
bahan
alam oleh masyarakat sebagai antipirai adalah tanaman Sidaguri
(Sida rhombifolia
L.) terutama pada bagian akar. Jenis sediaan patch transdermal
yang digunakan
yaitu tipe matriks karena membentuk suatu sediaan patch yang
tipis dan elegan
sehingga nyaman dalam penggunaan serta proses pembuatannya yang
mudah,
cepat dan murah. Pada tipe matriks ini senyawa aktif akan
terdispersi homogen
dalam matriks polimer yang dapat bersifat hidrofob atau lipofil.
Lapisan terluar
dari formulasi tipe matriks dilindungi oleh lapisan penyangga
(Backing layer).
Sistem penghantaran ini akan membuat sediaan patch tertahan pada
kulit dengan
garis polimer adhesif. Formulasi matriks dapat disiapkan dengan
mendispersikan
senyawa aktif pada polimer adhesif yang sensitif terhadap adanya
tekanan
langsung dan terlindungi oleh lapisan penyangga yang bersifat
impermeable.
Formulasi tipe matriks akan melepaskan senyawa aktif dari
matriks semi-solid
tidak dikontrol oleh lapisan membran apapun, pelepasan pada
sistem ini
tergantung pada luas area permukaan patch yang diaplikasikan
pada kulit
(Delgado & Guy, 2001; Williams, 2003). Komponen utama dari
sistem matriks
yaitu bahan adhesif dan backing.
Gambar 1. Tipe matriks dari sediaan patch transdermal
Akar sidaguri (Sida rhombifolia L.) diolah dalam bentuk ekstrak
terlebih
dahulu dengan metode sokhletasi menggunakan pelarut ethanol 95%
dan
dipekatkan konsentrasinya menggunakan alat vacum rotary
evaporator (Logeswari
et.al., 2013). Setelah itu, ekstrak akar sidaguri (Sida
rhombifolia L.) yang
didapatkan dibuat dalam bentuk sediaan patch transdermal.
Keuntungan formulasi obat dalam bentuk transdermal adalah sangat
mudah
digunakan, langsung masuk ke pembuluh darah, dapat tinggal pada
tempat
aplikasi sampai 7 hari (tergantung pada sistem), mudah
dilepaskan dari kulit,
mengurangi frekuensi pemberian dosis, menghasilkan level obat
dalam plasma
yang terkontrol, cenderung menghindari efek samping yang mungkin
diperoleh
dengan rute pemberian oral, serta menghindari metabolisme lintas
pertama di hati
(Antonius et.al., 2010; Swarbricks, 2002). Pada umumnya
formulasi sediaan patch
transdermal tipe matriks terdiri dari :
-
5
a. Senyawa aktif
Senyawa aktif merupakan faktor penting bagaimana sediaan
transdermal
diformulasikan dengan pertimbangan karakteristik fisika
kimianya. Senyawa aktif
harus memiliki bobot molekul yang rendah (
-
6
Pihak-pihak yang dipertimbangkan membantu
mengimplementasikan
gagasan
Dalam mengimplementasikan gagasan ini tentunya dibutuhkan
banyak
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang nantinya akan
memegang
peranannya masing-masing. Pihak-pihak yang diharapkan dapat
membantu
mengimplementasikan gagasan ini adalah :
a. Balitro (Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik)
Balitro berperan dalam pengadaan akar sidaguri (Sida rhombifolia
L.) yang
mengandung senyawa aktif murni. Bahan alam ini nantinya akan
kami jadikan
sebagai zat berkhasiat dalam pembuatan patch. Selanjutnya, bahan
alam tersebut
dilakukan proses lebih lanjut. Selain itu tanaman sidaguri (Sida
rhombifolia L.)
pun harus dilakukan budidaya tanaman agar tidak punah.
b. Universitas dan Dosen
Universitas berperan dalam kegiatan ini adalah sebagai pemberi
izin,
pengadaan alat-alat yang akan kami gunakan selama pembuatan
patch dan
mengawasi jalannya kegiatan yang kami lakukan. Dosen berperan
sebagai
pembimbing dan pendamping dengan memberikan kritik dan saran yg
mendukung
selama proses kegiatan berlangsung demi tercapainya tujuan
kegiatan.
c. Industri Farmasi
Industri farmasi berperan sebagai wadah untuk pengadaan bahan
kimia
sebagai eksipien dalam sediaan patch. Apabila pembuatan ini
berhasil, industri
farmasi nantinya dapat berperan dalam proses produksi secara
besarbesaran agar
bisa digunakan oleh masyarakat luas.
d. Pemerintah (Badan Pengawasan Obat dan Makanan)
Pemerintah (BPOM) berperan dalam mendukung, mempercayai dan
mengawasi adanya produk baru yang akan kami buat yaitu patch
bahan alam dari
akar sidaguri (Sida rhombifolia L.) yang khasiatnya lebih
efektif dan aman
sebagai antipirai.
e. Masyarakat dan Instansi Kesehatan
Masyarakat merupakan salah satu komponen sangat penting yang
nantinya
akan menerapkan produk pada lingkungan pasar global untuk
mengobati penyakit
pirai secara mudah, efektif dan efisien. Sediaan patch dari akar
sidaguri (Sida
rhombifolia L.) dapat dimanfaatkan sebagai obat asam
urat/antipirai terbaru dan
terkini. Instansi Kesehatan berperan dalam memasarkan produk
patch bahan alam
dari akar sidaguri ini sebagai obat antipirai ter-up to date
disetiap instalasi farmasi
atau apotek agar lebih mudah masyarakat mendapatkan patch
antipirai ini.
-
7
Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan
Langkah langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan patch
antipirai
dari akar sidaguri adalah : langkah pertama yaitu mendapatkan
akar sidaguri (Sida
rhombifolia L.) yang memiliki kandungan senyawa aktif yang murni
sebagai zat
berkhasiat dalam pembuatan patch dengan melibatkan Balitro
(Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik). Selain itu, melakukan budidaya
tanaman sidaguri
agar tidak punah dan langka. Langkah kedua yaitu meminta izin
untuk
menggunakan alat-alat, laboratorium, melakukan bimbingan dan
studi penelitian
dengan melibatkan pihak terkait yaitu Universitas dan Dosen.
Selain itu, kami
melakukan desain patch akar sidaguri (Sida rhombifolia L.) agar
memberikan efek
sebagai antipirai.
Langkah ketiga adalah mendapatkan bahan tambahan sebagai
kelengkapan
komposisi pembuatan patch dengan melibatkan pihak terkait yaitu
industri
farmasi. Industri farmasi ikut andil berperan dalam pelaksanaan
kegiatan ini.
Dalam pembuatan patch dibuat semenarik mungkin agar
konsumen/masyarakat
tidak hanya medapatkan khasiat melainkan juga kenyamanan
dalam
pemakaiannya. Selanjutnya, melakukan evaluasi dari sediaan patch
dengan syarat
yang terstandar dan uji aktivitas dari patch akar sidaguri yang
memberikan efek
antipirai. Jika patch tersebut memenuhi syarat secara
farmasetika dan terbukti
memberikan efek antipirai, langkah selanjutnya yaitu mendapatkan
dukungan,
kepercayaan, dan pengawasan dari pemerintah atau Badan
Pengawasan Obat dan
Makanan. Pemerintah (BPOM) berperan mengawasi setiap proses
pembuatan
patch antipirai dari akar sidaguri (Sida rhombifolia L.) yang
nantinya akan
mensukseskan produk dipasar global serta dapat diterima
dimasyarakat luas.
Langkah kelima yaitu pengenalan luas tentang patch antipirai
dari akar
sidaguri (Sida rhombifolia L). Selain itu, mensosialisasikan
produk tersebut
kepada seluruh instansi kesehatan baik negeri maupun swasta,
apotek dan instalasi
farmasi Rumah Sakit tentang manfaat dan cara pemakaian patch
secara langsung
sehingga konsumen dapat mengetahui secara tepat dan jelas dalam
penggunaan
patch tersebut sehingga manfaat dari produk ini dapat tercapai.
Selain itu juga
bekerja sama dengan industri farmasi berbasis herbal untuk bisa
di produksi
secara besar-besaran sehingga masyarakat luas dapat dengan
mudah
mendapatkannya.
-
8
KESIMPULAN
Inti gagasan
Patch antipirai dari akar sidaguri (Sida rhombifolia L.)
merupakan suatu
inovasi dalam pengobatan penyakit pirai dengan bahan aktif
berbasis herbal.
Dimana memiliki banyak khasiat dalam pengobatan pirai.
Teknik implementasi gagasan
Metode yang digunakan dalam pembuatan ekstrak akar sidaguri
(Sida
rhombifolia L.) yaitu dengan cara sokhletasi dengan pelarut
ethanol 95% dan
dipekatkan konsentrasinya menggunakan vacum rotary evaporator.
Pada patch
tipe matriks ini senyawa aktif akan terdispersi homogen dalam
matriks polimer
yang dapat bersifat hidrofob atau lipofil. Lapisan terluar dari
formulasi tipe
matriks dilindungi oleh lapisan penyangga (Backing layer).
Sistem penghantaran
ini akan membuat sediaan patch tertahan pada kulit dengan garis
polimer adhesif.
Formulasi matriks dapat disiapkan dengan mendispersikan senyawa
aktif pada
polimer adesif yang sensitif terhadap adanya tekanan langsung
dan terlindungi
oleh lapisan penyangga yang bersifat impermeabel.
Prediksi Hasil yang akan Diperoleh
Patch antipirai dari akar sidaguri (Sida rhombifolia L.) dapat
bermanfaat
bagi masyarakat luas dan mengembangkan potensi dari tanaman obat
asli
Indonesia. Patch tersebut memiliki banyak khasiat dalam
pengobatan penyakit
pirai yaitu :
a. Menurunkan kadar asam urat dalam darah karena memiliki
aktivitas
mengihibisi enzim xantin oxidase dan meluruhkan asam urat
melalui proses
diuresis.
b. Meringankan rasa nyeri.
c. Menghilangkan inflamasi pada persendiaan.
-
9
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 2.
Jakarta :
Departement Kesehatan & Kesejahteraan Sosial RI Badan
Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Antonius, Lukman, M., Natania, E. & Mariaty, S. 2010.
Testing and
Transdermals Formulation of Leaf Extract Pterocarpus indicus the
Shade
Street to Lower Blood Sugar Rate. International Conference on
Medicinal
Plants, Vol. II.
Delgado-Charro, M.B. & Guy, R.H., 2001. Transdermal Drug
Delivery, In: Drug
Delivery and Targeting for Pharmacists and Pharmaceutical
Scientists.
A.M. Hillery, A.W. Lloyd, J. Swarbrick (Ed.), 189-214,
Taylor&Francis,
ISBN 0-4152-7198-3, London, UK
Bharadwaj, Snigdha., dkk, 2011, Recent Advancement In
Transdermal Drug
Delivery System(online),
http://ijbtr.com/journal/June_2011_Volume-
1_Issue-1-articleNo-6.pdf, (Diakses 6 Februari 2015 pukul 20:15
WIB)
Connor, Mark. 2009. Allupurinol for Pain Relief : More Than Just
Crystal
Clearance?. British Journal for Pharmacology.
Dever Volland. 2012. Mengatasi Rematik dan Asam Urat secara
Medis dan
Tanaman Obat. RADAR SUMEDANG. 25 Juni 2012.
Djauhariya, E. dan Hernani. 2004. Tanaman Berkhasiat Obat.
Penebar Swadaya.
Jakarta.
Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4.
Jakarta : bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Guy, R.H. 1996. Current Status and Future Prospects of
Transdermal Drug
Delivery. Pharmaceutical Research, Vol.13, No.12, (Aug 1996),
pp. 1765-
1769 ISSN 0724-8741
Hawkins, D. W, & Rahn, D.W. 2005. Gout and hyperuricemia:
pharmacotherapy
a pathophysiological approach. Mc Graw-Hill.
Islam, M.E., Haque, M.E., Mosaddik, M.A. 2003. Cytotoxicity and
antibacterial
activity of Sida rhombifolia (Malvaceae) grown in
Bangladesh.
Phytotherapy Research, 17(8),.
Laurens, Deddy Rifandi. 2010. Skrining dan Identifikasi
Aktifitas Penghambatan
Enzim Xantin Oksidase oleh Beberapa Tanaman Obat di Indonesia
yang
Berkhasiat sebagai Anti Hiperurisemia. Depok : FMIPA UI
Lin, S.Y.; Lee, C.J. & Lin, Y.Y. 1991. The Effect of
Plasticizers on Compatibility,
Mechanical Properties and Adhesion Strength of Drug Free
Eudragit E
Films. Pharmaceutical Research, Vol.8, No.9, (September 1991),
pp. 1137-
1143, ISSN 0724-8741
Logeswari., dkk. 2013. IN-VIVO ANTI-INFLAMMATORY EFFECT OF
AQUEOUS AND ETHANOLIC EXTRACT OF SIDA RHOMBIFOLIA L.
ROOT . IJPSR, Vol. 4(1): 316-321, ISSN: 0975-8232
-
10
Nicoli, S.; Penna, E.; Padula, C.; Colombo, P. & Santi, P.
2006. New Bioadhesive
Transdermal Film Containing Oxybutynin: In Vitro Permeation
Across
Rabbit Ear Skin. International Journal of Pharmaceutics,
Vol.325, No.1-2,
(November 2006), pp.2- 7, ISSN 0378-5173
Priyanto. 2010. Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi
dan
Keperawatan. Jakarta : LESKONFI.
Swarbrick, J., dan J. C. Boylan. 2002. Encyclopedia of
Pharmaceutical
Technology Second Edition Volume 3. Marcel Dekker, Inc: New
York.
Shaefer, M.S., & Pierre, A.M. 1992. Clinical pharmacy an
theraupetics. (5
edition). Maryland: William & Wilkins.
Williams, A., 2003. Transdermal and Topical Drug Delivery: From
Theory to
Clinical Practice. Pharmaceutical Press, 169-194, ISBN
0-85369-489-3,
London, UK.
Yettrie, B.C., Simarmata, Awaluddin Saragih dan Saiful Bahri.
2012. Efek
Hipourikemia Ekstrak Daun Sidaguri (Sida Rhombifolia L) Pada
Mencit
Jantan. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1
(1): 21-
28.
-
11
-
12
-
13
-
14
-
15
-
16
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Penyusun Dan Pembagian
Tugas
No
. Nama / NIM
Program
Studi
Bidang
Ilmu
Alokasi
Waktu Uraian Tugas
1. Nauval Audia
Andamdewi /
1204015293
Farmasi Kesehatan 10
jam/2
minggu
a. Bertanggungjawab
dalam membuat
outline dan
pengembangan ide
PKM GT
b. Pengeditan dan
penyesuaian
proposal dengan
format PKM GT
2. Herani Pratiwi
/ 1204015192
Farmasi Kesehatan 10
jam/2
minggu
a. Bertanggungjawab
dalam
berkordinasi
dengan dosen
pembimbing
b. Bertanggungjawab
dalam packaging
ide (hardcopy dan
softcopy)
3. Nanda Savira /
1204015291
Farmasi Kesehatan 10
jam/2
minggu
a. Bertanggungjawab
terhadap
pembuatan desain
patch akar sidaguri
4. Istikomah /
1304015249
Farmasi Kesehatan 10
jam/2
minggu
a. Bertanggungjawab
dalam
mengumpulkan
referensi yang
terkait