BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laut merupakan suatu tempat mata pencaharian bagi orang – orang diseluruh dunia yang telah berabad – abad lamanya. dapat diketahui bahwa lautan banyak mengandung sumber – sumber alam yang melimpah jumlahnya dan bernilai jutaan dolar, dimana pada saat ini kebanyakan dari sumber – sumber alam tersebut sebagian besar masih belum dikelola dan akan dapat menjadi penting artinya dimasa yang akan datang mengingat masih terus meningkatnya jumlah penduduk di dunia dan makin meningkatnya pula kebutuhan mereka untuk dapat hidup yang lebih layak (Hutabarat, dan Steward,1985). Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi sumberdaya ikan yang sangat besar dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, dimana perairan indonesia memiliki 27,2% dari seluruh spesies flora dan fauna yang terdapat di dunia yang meliputi 12,0% Mamalia, 23,8% Amphibia, 31,8% Reptilia, 44,7% Ikan, 40,0% Moluska Dan 8,6% Rumput Laut. Nelayan tradisional adalah subyek yang secara langsung memanfaatkan potensi sumberdaya alam indonesia, khususnya potensi perikanan yang melimpah. namun dalam kenyataan kebanyakan mereka merupakan kelompok masyarakat yang sedikit pengetahuan tentang 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laut merupakan suatu tempat mata pencaharian bagi orang – orang
diseluruh dunia yang telah berabad – abad lamanya. dapat diketahui bahwa lautan
banyak mengandung sumber – sumber alam yang melimpah jumlahnya dan
bernilai jutaan dolar, dimana pada saat ini kebanyakan dari sumber – sumber alam
tersebut sebagian besar masih belum dikelola dan akan dapat menjadi penting
artinya dimasa yang akan datang mengingat masih terus meningkatnya jumlah
penduduk di dunia dan makin meningkatnya pula kebutuhan mereka untuk dapat
hidup yang lebih layak (Hutabarat, dan Steward,1985).
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi sumberdaya ikan yang
sangat besar dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, dimana perairan
indonesia memiliki 27,2% dari seluruh spesies flora dan fauna yang terdapat di
dunia yang meliputi 12,0% Mamalia, 23,8% Amphibia, 31,8% Reptilia, 44,7%
Ikan, 40,0% Moluska Dan 8,6% Rumput Laut.
Nelayan tradisional adalah subyek yang secara langsung memanfaatkan
potensi sumberdaya alam indonesia, khususnya potensi perikanan yang melimpah.
namun dalam kenyataan kebanyakan mereka merupakan kelompok masyarakat
yang sedikit pengetahuan tentang sumberdaya kelautan. hal ini disebabkan oleh
kurangnya akses terhadap informasi dan penguasaan teknologi yang membantu
nelayan untuk memperoleh hasil tangkap yang optimal. penentuan daerah
penangkapan ikan misalnya, lebih didasarkan pada pengetahuan secara turun
temurun (mitos) ataupun lebih dibentuk karena pengalamanya selama menjadi
nelayan. akibatnya dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan mereka
memperoleh hasil tangkapan yang minim.
Menurut Sutanto (1994), teknologi penginderaan jarak jauh adalah alternatif
yang tepat dalam menyediakan informasi tersebut. penginderaan jauh adalah ilmu
dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan
1
jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak
langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji.
Ada empat komponen penting dalam system penginderaan jauh adalah (1)
sumber tenaga elektromagnetik, (2) atmosfer, (3) interaksi antara tenaga dan
objek, (4) sensor. secara skematik dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Sistem Penginderaan Jauh
(Sumber : Sutanto, 1994)
Tenaga panas yang dipancarkan dari obyek dapat direkam dengan sensor
yang dipasang jauh dari obyeknya. penginderaan obyek tersebut menggunakan
spektrum inframerah termal (Paine, 1981 dalam Sutanto, 1994). dengan
menggunakan satelit maka akan memungkinkan untuk memonitor daerah yang
sulit dijangkau dengan metode dan wahana yang lain. satelit dengan orbit tertentu
dapat memonitor seluruh permukaan bumi. satelit-satelit yang digunakan dalam
penginderaan jauh terdiri dari satelit lingkungan, cuaca dan sumberdaya alam.
Permintaan untuk memenuhi kebutuhan akan data potensi sumberdaya
perikanan yang cepat, akurat dan murah, mengakibatkan pemetaan sumberdaya
potensi perikanan merupakan suatu kebutuhan yang penting.
Penginderaan jauh merupakan suatu cara pengamatan objek tanpa
menyentuh objek secara langsung. sistem ini dapat mencakup suatu areal yang
luas dalam waktu bersamaan, selain itu sistem ini relatif lebih murah
dibandingkan dengan penelitian secara langsung. penginderaan jauh dapat
digunakan untuk mendeteksi sebaran konsentrasi klorofil dan suhu pemukaan laut
secara cepat untuk wilayah yang luas.
2
Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh mempunyai arti yang sangat
strategis bagi indonesia. menurut Sutanto (1986), bahwa remote sensing atau
yang akrab disebut dengan istilah penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk
memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala, dengan jalan
menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak
langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji. alat yang dimaksud
adalah sensor dari satelit sedangkan data yang dihasilkan berupa citra satelit. sejak
1996, teknologi penginderaan jauh sudah menyentuh sektor perikanan juga yang
dimana antara salah satunya departemen kelautan, khususnya badan riset kelautan
dan perikanan, sudah mengaplikasikan teknologi ini dalam bentuk berupa peta
prakiraan daerah potensi ikan (PDPI), dan informasi ini disebarkan ke berbagai
instansi, seperti dinas kelautan dan perikanan tingkat provinsi atau kabupaten,
selanjutnya diharapkan dapat diditribusikan sehingga Informasi Zona Potensi
Penangkapan Ikan (ZPPI) dapat mendukung peningkatan hasil tangkapan ikan
bagi para nelayan dan mengurangi biaya operasi penangkapan ikan.
B. Tujuan Dan Kegunaan
1. Tujuan praktek kerja lapang
Kegiatan praktek kerja lapang bertujuan untuk menambah pengalaman
dan ilmu pengetahuan penulis dari berbagai kegiatan yang direncanakan
dalam suatu instansi, sehingga dapat menerapkan apa yang diperoleh
dibangku perkuliahan agar sesuai dengan tuntutan yang dibutuhkan di dunia
kerja.
Secara umum pelaksanana praktek kerja lapang bertujuan untuk
“Penerapan dan Pengembangan pengetahuan serta ketrampilan yang
dimiliki penulis selama belajar di suatu instansi”.
Secara khusus tujuan dari Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah :
a. Membekali penulis dengan pengalaman kerja sebenarnya didalam
dunia kerja.
b. Memantapkan ketrampilan penulis yang diperoleh selama masa
perkuliahan.
3
c. Mengetahui dan dapat mengaplikasikan teknologi sistem informasi
geografis yang dipadukan dengan beberapa software seperti ER
Mapper, ENVI, dan ArcGIS dalam menentukan Zona Potensi
Penangkapan Ikan.
d. Mendapatkan informasi tentang fungsi dari Lembaga Penerbangan
Dan Antariksa (LAPAN) Deputi Pengindraan Jauh Pare Pare sebagai
tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang.
e. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi di
Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Muslim Indonesia.
2. Kegunaan Praktek Kerja Lapang
a. Mampu membandingkan antara ilmu yang diperoleh di bangku
perkuliahan secara teori dan selama mengikuti Praktek Kerja Lapang.
b. Melatih dan menambah pengalaman serta meningkatkan ketrampilan
penulis dalam melakukan pekerjaan sebagai bekal dalam memasuki
dunia pekerjaan.
c. Menjalin dan meningkatkan hubugan kerja sama yang harmonis antara
Balai Pengindraan Jauh Pare-Pare dan Universitas Muslim Indonesia
umumnya serta Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan khususnya.
4
BAB II
METODOLOGI PRAKTEK
A. Waktu Dan Tempat
Praktek kerja lapang dilaksanakan dari tanggal 1 Februari sampai 28 Maret
2014. pelaksanaan praktek kerja lapang ini bertempat di kantor LAPAN Deputi
Pengindraan Jauh, Kabupaten Kota Pare Pare Sulawesi Selatan, khususnya di
bagian pengolahan dan pemetaan.
B. Alat Dan Bahan
1. Alat
a. 1 (satu) unit laptop Porcessor Intel(R) Core(TM) i3 M380 @
2,53GHz, 32-Bit Operation System, Windosw 7
b. Perangkat lunak ArcGIS 10.1
c. Perangkat lunak ErR Mapper 7.0
d. Perangkat lunak ENVI 4.7
e. Modul pengenalan tingkat dasar
f. Alat tulis menulis
g. Microsoft 2010
2. Bahan
a. Data Citra Modis-Terra Tanggal 07 Maret 2014,
b. Peta tematik dan peta dasar sebagai rujukan dalam proses layout peta.
C. Metode Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan pada Praktek Kerja Lapang (PKL) ini pada
tahap pertama yaitu perkenalan diri kepada pimpinan dan seluruh staf kantor balai
pengindaraan jauh dan dilanjutkan dengan pengenalan dan pembelajaran modul
tingkat dasar Zona Potensi Pengkapan Ikan (ZPPI) setelah itu penyedian citra
yang akan di proses yaitu citra terra modis. citra terra modis diperoleh dari
pembimbing lapang dan staf pengolahan.
D. Kegiatan
Secara umum lingkup kegiatan praktek kerja lapan ini yaitu Penentuan
Zona Potensi Penangkapan Ikan ( ZPPI) dengan menggunakan citra modis serta
memadukan Pengindraan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk
5
memetakan Zona Potensi Penangkapan Ikan. untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada diagram alir ZPPI (Lampiran).
6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Lokasi
1. Sejarah Berdirinya LAPAN Pare - Pare
LAPAN Parepare merupakan lembaga non-departemen yang didirikan
pada tanggal 27 November 1963 berdasarkan Keputusan Presiden No. 236
tahun 1963.seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, fungsi,
tugas maupun peran LAPAN telah diperbaharui dan disempurnakan guna
mengarah kepada optimasi kedalam bidang penelitian dan teknologi
kedirgantaraan serta pemanfaatannya berdasarkan keputusan presiden No.
17/2001. dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya LAPAN
membentuk tiga deputi yaitu deputi pengindraan jauh, deputi sains, pengkajian
dan informasi kedirgantaraan, dan deputi bidang teknologi dirgantara, lihat
Gambar 2
Gambar 2. Kantor Balai Pengindraan Jauh Pare Pare Sulawesi Selatan
Pada tahun 1986-1999 merupakan tahun dimana telah adanya keputusan
tentang pengembangan stasiun bumi pengindraan jauh yaitu Instalasi Pengindraan
7
Jauh Sumber Daya Alam LAPAN Parepare (IISDA Lapan Parepare). IISDA
LAPAN Parepare merupakan salah satu fasilitas struktur organisasi LAPAN,
LAPAN Parepare terletak dibawah pusat data pengindraan jauh. IISDA LAPAN
Parepare mampu menerima data satelit Landsat TM (Thematic Mapper) dan ETM
(Enhanced Thematic Mapper), satelit SPOT 1,2,dan 4 (Sysem Protoire de
Observation de la Terra), satelit ERS-1 (Eart Resources Satelit-1), JERS-1
(Japanese Earth Resources Satelit-1), SAR (syntetic Aperture Radar), Satelit
Modis-Aqua dan Modis Terra.
Lembaga penerbangan dan antariksa nasional merupakan lembaga
pemerintah non-departemen yang berkedudukan dibawah tanggung jawab bapak
presiden republik indonesia. didalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya
dikoordinasi oleh menteri riset dan teknologi republik indonesia.
Secara garis besar LAPAN didalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya dipimpin oleh kepala LAPAN yang dibawahi secara langsung oleh
presiden indonesia. dalam pelaksanaan tugas LAPAN membagi dua bagian yaitu
inspektorat dan sekertaris umum. adapun struktur organisasi Balai Pengindraan
Jauh Pare-Pare sebagai berikut, lihat Gambar 3.
8
Gambar 3. Struktur Organisasi Balai pengindraan Jauh Parepare
9
2. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi stasiun bumi satelit penginderaan jauh multimisi berstandar
internasional yang mampu memenuhi kontinuitas ketersediaan data
nasional.
b. Misi
1) Mempertahankan kontinuitas ketersediaan datapenginderaan jauh
resolusi rendah, menengah dan tinggi
2) Memperkuat kemampuan dan kemandirian dalam penguasaan
pengoperasian dan integrasi sistem stasiun bumi
3) Serta meningkatkan kualitas, produksi, promosi dan penyebarluasan
data/informasipenginderaan jauh.
3. Tugas
Melaksanakan penerimaan, perekaman, dan pengolahan data satelit
penginderaan jauh sumber daya alam, lingkungan dan cuaca, serta
distribusi dan pelayanan teknis pemanfaatan data satelit penginderaan
jauh.
4. Fungsi
a. Penyiapan dan penyusunan program dan kegiatan balai.
b. Pelaksanaan penerimaan, perekaman, dan pemeliharaan peralatan teknis
stasiun bumi.
c. Pelaksanaan pengolahan data satelit dan produksi data master serta
katalog.
d. Pelayanan pengguna, sosialisasi pemanfaatan data satelit dan penyiapan
bahan pelaksanaan kerja sama teknis di bidangnya.
e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai.
5. Tujuan :
10
a. Melaksanakan operasional dan integrasi sistem stasiun bumi multimisi
dalam rangka mendukung dan mempertahankan ketersediaan data
penginderaan jauh.
b. Melaksanakan pengembangan dan operasional sistem produksi dan
pengolahan data awal/lanjut serta distribusi data satelit penginderaan
jauh pada para pengguna.
c. Meningkatkan partisipasi stakeholder dalam pemanfaatan data satelit
penginderaan jauh untuk perencanaan dan pemantauan pembangunan
nasional.
6. Sarana Prasarana
Adapun sarana prasarana balai pengindraan jauh parepare antara lain yaitu :
a. Pos Jaga
b. Ruang Diklat Dan Administrasi
c. Aula
d. Stasiun Perekaman
e. Antena
f. Gedung Pengolahan Data
g. Tempat Parker
h. Lapangan Tennis
i. Musholla
j. Mesh
k. Gudang Dan Ruang Genset
l. Jaringan Internet
m. Perpustakaan.
B. Sistem Informasi Geografis (SIG)
SIG merupakan suatu system informasi spasial berbasis computer yang
mempunyai fungsi pokok untuk menyimpan, memanipulasi, dan menyajikan
semua bentuk informasi spasial. SIG juga merupakan alat bantu manajemen
informasi yang terjadi dimuka bumi dan bereferensi keruangan (spasial). Sistem
Informasi Geografi bukan sekedar system computer untuk pembuatan peta,
11
melainkan juga merupakan juga alat analisis. Keuntungan alat analisis adalah
memeberikan kemungkinan untuk mengidentifikasi hubungan spasial diantara
feature data geografis dalam bentuk peta (Prahasta, 2004)
C. Hubungan Aplikasi SIG dengan potensi penangkapan ikan
Masalah yang umum dihadapi adalah keberadaan daerah penangkapan ikan
yang bersifat dinamis, selalu berubah/berpindah mengikuti pergerakan ikan.
Secara alami, ikan akan memilih habitat yang sesuai, sedangkan habitat tersebut
sangat dipengaruhi kondisi oseonografi perairan. Dengan demikian daerah
potensial penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh factor oseonografi perairan.
Kegiatan penangkapan ikan akan lebih efektif dan efisien apabila daerah
penagkapan ikan dapat diduga terlebih dahulu, sebelum armada penagkapan ikan
berangkat dari pangkalan. Salah satu cara untuk mengetahui daerah potensial
penangkapan ikan adalah melalui study daerah penangkapan ikan dan
hubungannya dengan fenomena oseonografi secara berkelanjutan (Priyanti, 1999).
Menurut Zainuddin (2006), Salah satu alternative yang menawarkan solusii
terbaik adalah pengkombinasian kemampuan SIG dan pengindraan jauh. Dengan
teknologi inderaja factor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi,
migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan
cakupan daerah yang luas. Pemanfaatan SIG dalam perikanan tangkap dapat
mempermudah dalam operasi penangkapan ikan dan penghematan waktu dalam
pencarian fishing ground yang sesuai (Dahuri, 2001). Dengan menggunakan SIG
gejala perubahan lingkungan berdasarkan ruang dan waktu dapat disajikan,
tentunya dengan dukungan berbagai informasi data, baik survei langsung maupun
dengan pengidraan jarak jauh (INDERAJA),
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan Aplikasi SIG dengan
potensi penangkapan ikan,di antaranya sebagai berikut :
1. Suhu
Suhu adalah salah satu faktor penting dalam mengatur proses
kehidupan dan penyebaran organisme. Pada umumnya bagi organisme
yang tidak dapat mengatur suhu tubuhnya memiliki proses metabolisme
yang meningkat dua kali lipat untuk setiap kenaikan suhu 10 0C
12
(Nybakken, 1992). Selanjutnya dikatakan walupun fluktuasi suhu air
kurang bervariasi, tetapi tetap merupakan faktor pembatas kerana
organisme air mempunyai kisaran toleransi suhu sempit (stenoterm).
Perubahan suhu air juga akan mempengaruhi kehidupan dalam air.
Selain itu suhu berpengaruh terhadap keberadaan organisme di perairan,
banyak organisme termasuk ikan melakukan migrasi karena terdapat
ketidak sesuaian lingkungan dengan suhu optimal untuk metabolisme.
Menurut Pralebda dan Suyuti (1983), Indrawatit (2000), Risamasu
(2011), dengan melihat pola distribusi suhu permukaan laut, maka dapat
diidentifikasi pula parameter-parameter laut lainnya, seperti arus laut,
upwelling, dan front. Peristiwa upwelling merupakan fenomena atau
kejadian bergeraknya massa air laut secara vertikal. Penyebab dar
upwelling ini adalah adanya statifikasi densitas air laut. Semakin dalam
perairan maka suhu akan semakin menurun dan densitas meningkat, hal
ini menimbulkan pergerakan air secara vertikal. Massa air yang beasal
dari bawah yang kaya akan zat hara atau nutrient akan naik keatas,
sehingga akibat dari peristiwa ini adalah pencampuran secara merata
antara nutrient dasar dan nutrient permukaan. Front berperan penting
dalam produktivitas perairan di laut, karena zat hara atau nutrient yang
terbawa dari air yang dingin bercampur dengan kandungan hara pada
air yang hangat. Kondisi seperti ini akan memacu peningkatan
pertumbuhan plankton. Daerah yang kaya akan makanan biasanya
menjadi feedingground bagi ikan – ikan pelagis.
2. Klorofil-a
Klorofil-a merupakan salah satu parameter yang sangat
menentukan produktivitas primer di laut. Sebaran dan tinggi rendahnya
konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan kondisi oseanografis suatu
perairan. Kandungan klorofil-a dapat digunakan sebagai ukuran
banyaknya fitoplaknton pada suatu perairan tertentu dan dapat
digunakan sebagai petunjuk produktivitas perairan.
13
Tingginya Sebaran klorofil-a di laut bervariasi secara geografis
maupun berdasarkan kedalaman perairan. Variasi tersebut diakibatkan
oleh perbedaan intensitas cahaya matahari, dan konsentrasi nutrien yang
terdapat di dalam suatu perairan. Di Laut, sebaran klorofil-a lebih tinggi
konsentrasinya pada perairan pantai dan pesisir, serta rendah di perairan
lepas pantai. Tingginya sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan pantai
dan pesisir disebabkan karena adanya suplai nutrien dalam jumlah besar
melalui run-off dari daratan, sedangkan rendahnya konsentrasi klorofil-
a di perairan lepas pantai karena tidak adanya suplai nutrien dari
daratan secara langsung. Namun pada daerah daerah tertentu di perairan
lepas pantai dijumpai konsentrasi klorofil-a dalam jumlah yang cukup
tinggi. Keadaan ini disebabkan oleh tingginya konsentrasi nutrien yang
dihasilkan melalui proses fisik massa air, dimana massa air dalam
mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke lapisan permukaan
( Presetiahadi, 1994).
3. Upwelling
Proses upwelling adalah suatu proses naiknya massa air yang
berasal dari dasar perairan. Menurut Realino et al. (2005), upwelling
dapat terjadi karena 3 proses, yaitu:
a. Upwelling terjadi pada waktu arus dalam (deep current) bertemu
dengan suatu rintangan seperti mid-ocean ridge (suatu ridge yang
berada di tengah lautan) dimana arus tersebut dibelokkan ke atas dan
selanjutnya air mengalir deras ke permukaan.
b. Upwelling terjadi ketika dua massa air bergerak berdampingan,
misalnya saat massa air di utara berada di bawah pengaruh Gaya
Coriolis dan massa air di selatan ekuator bergerak ke arah selatan di
bawah Gaya Coriolisjuga, keadaan tersebut akan menimbulkan ruang
kosong pada lapisan di bawahnya, hal ini terjadi karena adanya
divergensi pada perairan tersebut.
c. Upwelling dapat pula disebabkan oleh arus yang menjauhi pantai
akibat tiupan angin yang terus-menerus selama beberapa waktu. Arus
14
ini membawa massa air di permukaan pantai ke laut lepas yang
mengakibatkan ruang kosong di daerah pantai yang kemudian diisi
oleh massa air di bawahnya.
Peristiwa timbal balik merupakan gejala alam biasa yang terjadi
jika terjadi penurunan suhu lapisan air permukaan lebih rendah dari
suhu lapisan air di bawahnya. Dalam hal ini peristiwa downwelling
dan upwelling terjadi serentak. Downwelling untuk massa air yang
turun dan upwelling bagi massa air yang naik. Gejala ini memang
tidak ada yang mempermasalahkan karena memang seharusnya
begitulah yang terjadi (Masyamir, 2006).
D. Pengolahan Data Citra
Pengolahan data untuk penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI)
menggunakan data citra satelit MODIS mencakup data level-1 dan level-2.
Sedangkan sebagai pelengkap digunakan pula data arus yang berfungsi sebagai
informasi tambahan bagi pengguna. Selain data, diperlukan pula software
pendukung, sebagai contoh dalam laporan ini digunakan software image
processing ENVI dan ER Mapper.
Langkah-langkah pengolahan data untuk penentuan ZPPI terbagi dalam
beberapa bab diantaranya :
1. Pra Pengolahan
Pra pengolahan yaitu tahap persiapan data citra sebelum diolah lebih
lanjut yang mencakup tahapan koreksi geometrik. Tahap pra-
pengolahan citra MODIS dilakukan dengan menggunakan software
ENVI.
2. Pengolahan
Tahap pengolahan merupakan proses pengolahan data citra lebih
lanjut meliputi proses pemisahan daratan dan awan dengan wilayah
laut menggunakan metode scattering. Selain itu, dilakukan
transformasi citra dengan memberikan formula (rumus) ke dalam citra
yang diolah serta proses filtering sehingga menghasilkan nilai Suhu
15
Permukaan Laut (SPL) dan Klorofil-a. Tahapan pengolahan ini
menggunakan software ER Mapper.
3. Analisis Zona Potensi Penagkapan Ikan (ZPPI)
Tahapan analisis ZPPI merupakan tahap akhir dalam pengolahan citra,
dimana dalam tahapan ini mencakup pembuatan dan analisis kontur
Suhu Permukaan Laut yang dipadukan dengan informasi Klorofil-a
sehingga didapatkan informasi spasial ZPPI
E. Proses Pra Pengolahan
1. Pengolahan Citra 1 Km (Rgb) Data Terra Modis Level 1
Pengolahan awal citra MODIS meliputi proses koreksi geometri citra
yang menggunakan software ENVI 4.7 Software ENVI (Environment for
Visualizing Images) merupakan software yang digunakan untuk analisis
komprehensif data penginderaan jauh sistem satelit maupun foto udara.
Secara umum proses dalam ENVI menggunakan pendekatan file-based dan
band-based untuk pengolahan citra (RSI, 2003). Berikut disajikan gambar
tampilan awal berikut keterangan tampilan awal ENVI 4.7, lihat Gambar 5
16
Gambar 4
a. Membuka dan Menampilkan Data
1) Sebelum memulai proses, disarankan untuk membuat folder yang
nantinya digunakan untuk menyimpan keseluruhan proses pengolahan
data. Nama folder disertakan tanggal perekaman citra untuk
mempermudah penyusunan database.
2) Buka software ENVI dari Start Menu atau dari icon desktop
komputer.
3) Klik file Open Image File pilih file citra MODIS Terra
1km/1000m (Pada contoh ini dipakai ( t1.14066.0208.1000m.hdf )
Klik Open maka muncul beberapa pilihan pada Available Band
List, pilih salah satunya kemudian Klik Load Band. lihat
Gambar 5
Gambar 5. Proses Open Image File Citra 1000m
Dapat dilihat bahwa citra dengan format hitam putih telah tampil pada
window. Citra masih belum tepat dari segi geometriknya yaitu dilihat dari belum
17
tepatnya posisi satu pulau dengan pulau lain secara relatif. Untuk itu, diperlukan
pembenaran letak citra dengan memberikan sistem proyeksi dan nilai koordinat.
b. Koreksi Geometri
1) Klik Map Georeference MODIS Pada Input MODIS File,
Pilih data 1km/1000m (bagian paling atas)
2) Klik Spatial Subset Pilih band 3 sampai Band 7 Klik OK Klik
OK, lihat Gambar 6
Gambar 6. Proses Koreksi Geometrik Citra 1000m
3) Pada Georeference MODIS Parameters pilih Geographic
Lat/Lon Klik Choose untuk memilih lokasi penyimpanan GCP
(simpan dengan nama gcp_1km pada folder yang telah dibuat)
Klik OK, lihat Gambar 7
18
Gambar 7. Proses Penyimpanan Data GCP Citra 1000m
4) Pada jendela Registration Parameters Isikan X dan Y Pixel Size
sebesar 0.009
5) Arahkan ke Enter Output FilenameKlik Choose untuk memilih
lokasi penyimpanan (simpan dengan nama 1KM) Klik Open
Kemudian Klik OK (Proses koreksi berlangsung), lihat Gambar 8
Gambar 8. Proses Tahap Akhir Dalam Koreksi Geometri Citra 1000m
6) Setelah proses koreksi geometri selesai, pada Available Band List
pilih RGB Color Isi R dengan band 7, G dengan Band 5, dan B
dengan. band 3 pada citra 1KM klik Load RGB maka muncul
tampilan citra yang telah terkoreksi. lihat Gambar 9
19
Gambar 9. Hasil Akhir Proses Koreksi Geometri Citra 1000m
c. Export File (Menyimpan file dalam format PCI)
1) Klik FileSave File AsPCI akan muncul window Output to
PCI Input Filename Pilih data yang akan diekspor yaitu file 1KM
OK, lihat Gambar 10
Gambar 10. Proses Ekspor Data Citra 1000m Dalam Format PCI
2) Klik Choose untuk tempat penyimpanan (simpan di folder yang telah
dibuat dengan nama 1KM_pci) klik OK, lihat Gambar 11
20
Gambar 11. Proses Save Fail Citra 1000m Dalam Format PCI
2. Pra Pengolahan SPL Dan SST dan Klorofil-a (CHL) Data Terra
MODIS Level-2
a. Membuka dan Menampilkan Data
Pada dasarnya langkah koreksi geometri untuk data SST dan
Klorofil-a sama dengan langkah koreksi geometri untuk citra 1 km.