PERUBAHAN KARAKTERISTIK KIMIA MINYAK SELAMA DIGUNAKAN DALAM PENGGORENGAN TAHU BAKSO BERULANG-ULANG Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : IBNATUL MASTURINA J310150063 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PERUBAHAN KARAKTERISTIK KIMIA MINYAK SELAMA
DIGUNAKAN DALAM PENGGORENGAN TAHU BAKSO
BERULANG-ULANG
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
IBNATUL MASTURINA
J310150063
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
ii
iii
iv
1
PERUBAHAN KARAKTERISTIK KIMIA MINYAK SELAMA
DIGUNAKAN DALAM PENGGORENGAN TAHU BAKSO BERULANG-
ULANG
Abstrak
Minyak goreng yang digunakan secara berulang-ulang akan mengalami
kerusakan.Untuk mengurangi kerusakan dan memperbaiki mutu minyak goreng
bekas dapat diupayakan dengan metode penggorengan deep frying. Suhu pada
proses penggorengan dengan metode deepfrying adalah 1700C, selama 5-10
menit. Bahan baku yang digunakan untuk menggoreng adalah tahu bakso. Untuk
mengetahui kualitas minyak goreng dapat diuji dengan metode angka asam, angka
peroksida. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui tingkat kerusakan yang
terjadi pada minyak goreng yang digunakan secara berulang-ulang dengan
menganalisis angka peroksida dan angka asam. Jenis penelitian ini adalah
eksperimen dengan rancangan acak lengkap dengan tiga kali perlakuan, dengan
jenis sampel minyak kelapa sawit. Data hasil uji angka peroksida dan angka asam
dianalisis dengan menggunakan uji annova,kemudian dilanjutkan dengan uji
Duncan multiple range test. Hasil penelitian ini menunjukkan penggorengan tahu
bakso pada perlakuan ke 6 dan ke 9 mengalami perbedaan signifikan terhadap
angka peroksida karena p<0.05 Penggorengan tahu bakso pada perlakuan ke 6
dan ke 9 mengalami perbedaan signifikan terhadap angka asam karena hasilnya
p< 0.05. Diharapkan menggunakan minyak goreng maksimal 3 kali perlakuan
supaya tidak menurunkan Kualitas minyak goreng.
Kata Kunci : minyak kelapa sawit, angka peroksida, angka asam, tahu bakso
Abstract
Cooking oil is often used in the process of repetitive frying. Cooking oils that are
repeatedly used will suffer damage. To reduce damage and improve the quality of
used cooking oil can be sought by frying deep frying method. The temperature in
the frying pan with the deep frying method is 1700 C, for 5-10 minutes. The raw
material used for frying is the tahu bakso. To find out the quality of cooking oil
can be tested by the method of acid numbers, peroxide numbers. This study aims
to determine the level of damage that occurs in cooking oil that is used repeatedly
by analyzing the number of peroxide and acid numbers. This type of research is
an experiment with a randomized complete design with three treatments, with a
type of palm oil sample. Peroxide test results and acid number data were analyzed
using the Annova test, then followed by the Duncan multiple range test. The
results of this study indicate the tahu bakso frying in the 6th and 9th treatments
experienced significant differences in the peroxide number because p <0.05 The
tahu bakso frying in the 6th and 9th treatments experienced a significant
difference in the acid number because the results were p <0.05. Expected to use
cooking oil a maximum of 3 times the treatment so as not to reduce the quality of
cooking oil.
Keywords :palm oil, number peroxide, acid number, tahu bakso
2
1. PENDAHULUAN
Minyak goreng merupakan media penghantar panas baik dalam proses penumisan
maupun penggorengan. Salah satu fenomena yang dihadapi dalam proses
penggorengan adalah menurunnya kualitas minyak setelah digunakan secara
berulang pada suhu yang relatif tinggi (160-180ºC). (yoon and choe, 2007). Untuk
mengurangi kerusakan dan memperbaiki mutu minyak goreng bekas dapat
diupayakan dengan metode penggorengan deep frying. Metode Deep frying
merupakan proses pengolahan pangan yang dilakukan dengan cara merendam
pangan dalam minyak pada suhu tinggi.( Matthaus, 2007)
Tahu merupakan makanan yang berbahan dasar kacang kedelai yang sehat,
bergizi dan digemari masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik,terdapat
38% kedelai di Indonesia dikonsumsi dalam bentuk produk tahu (BPS, 2017).
Bakso merupakan salah satu produk olahan daging yang bergizi tinggi. Bahan
penyusun utamanya adalah daging dan tepung tapioka. Bahan baku bakso
dimasyarakat selama ini menggunakan daging sapi. Disisi lain ada jenis penyakit
yang mengancam seperti: hiperkolesterol, jantung dan kanker. (Singgih, 2009)
Angka peroksida merupakan nilai terpenting untuk menentukan derajat
kerusakan minyak. Semakin tinggi bilangan peroksida semakin rendah kualitas
minyak. Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar
peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi
lemak. (SII 0062-75)
Angka asam merupakan jumlah milligram KOH yang dibutuhkan untuk
menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak. Bilangan
asam digunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam
satu gram minyak atau lemak. (Raharjo, 2006)
2. METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen laboratorium dengan
rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan penelitian Karakteristik Minyak goreng
dengan menggunakan metode deep frying yang terdiri dari tiga perlakuan . Tiga
perlakuan itu adalah, frekuensi penggorengan 3x, frekuensi penggorengan 6x, dan
3
frekuensi penggorengan 9x. Dengan masing-masing diulang sebanyak 3 kali
ulangan.
Pengolahan analisis data menggunakan software spss 16. Analisis
karakteristik kimia minyak dengan penggorengan tahu bakso menggunakan uji
metode Duncan multiple range test.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil pengujian angka peroksida
Perlakuan Rata-rata Kadar Angka
Asam (mg KOH/g)
Kontrol 0.270 a±0.000
3 0,793 b
± 0,196
6 1,020 b
± 0.000
9 1,473 c ± 0,392
Sig 0.005
Pada tabel menunjukkan bahwa Angka Peroksida minyak goreng berkisar
antara 0.340 – 1.360 mg O2/100 g. Angka Peroksida pada 3 taraf perlakuan itu
menunjukkan hasil sedikit lebih tinggi dari yang diisyaratkan menurut SNI 01-
3741-2002 maksimum (1.00 mg O2 /100g). Hal ini kemungkinan disebabkan
karena minyak kemasan yang dibeli dari swalayan menggunakan kemasan tembus
cahaya matahari atau bisa juga karena kandungan air yang terkandung dalam
bahan pangan yang digoreng. Bahan pangan yang digunakan untuk menggoreng
dapat mempengaruhi peningkatan bilang peroksida. Dalam penelitian ini bahan
pangan yang digunakan untuk menggoreng adalah tahu bakso. Menurut hasil
survei, kandungan air yang terdapat dalam tahu bakso itu menyebabkan terjadinya
hidrolisis yang dapat meningkatkan bilangan peroksida.
Hasil analisis One Way Anova dengan post Hoc menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pada angka peroksida pada perlakuan ke enam dan ke
sembilan sig 0.000 (p <0.05)
4
Tabel 2 Hasil pengujian angka asam
Pada tabel Angka asam minyak goreng berkisar antara 0.270 – 0.970 mg
KOH/g. Angka Asam pada 3 taraf perlakuan itu menunjukkan hasil sedikit lebih
tinggi dari yang diisyaratkan menurut SNI 01-3741-2002 maksimum (0.60 mg
KOH/g). Tingginya angka asam ini artinya setara dengan tinggi pula kadar asam
lemak bebasnya. Trigliserida yang terkandung di dalam sudah banyak yang terurai
menjadi asam lemak bebasnya akibat reaksi hidrolisa. Hal ini bisa terjadi pada
proses pemanasan minyak pada suhu tinggi dan berulang-ulang.
Hasil analisis One Way Anova dengan post Hoc menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pada angka asam pada perlakuan ke sembilan sig
0.000 (p <0.05).
4. PENUTUP
Kualitas suatu minyak goreng yang digunakan secara berulang-ulang sampai
pada level yang tidak layak untuk digunakan adalah pada perlakuan ke- 9.Analisis
angka peroksida pada minyak yang digunakan untuk penggorengan tahu bakso
secara berulang-ulang : berkisar antara 0.340 – 1.360 mg O2/100 g. Angka
Peroksida pada 3 frekuensi pengulangan menunjukkan hasil sedikit lebih tinggi
dari yang diisyaratkan menurut SNI 01-3741-2002 maksimum (1.00 mg O2
/100g).Signifikan pada angka peroksida p = 0,000 (<0.05). Analisis Angka asam
pada minyak yang digunakan untuk penggorengan tahu bakso secara berulang-
ulang : berkisar antara 0.270 – 0.970 mg KOH/g. Angka Asam pada 3 frekuensi
pengulangan itu menunjukkan hasil sedikit lebih tinggi dari yang diisyaratkan
menurut SNI 01-3741-2002 maksimum (0.60 mg KOH/g). Sig pada angka
peroksida p = 0,000(<0,05).
Perlakuan Rata-rata Kadar Angka Asam (mg
KOH/g)
Kontrol 0.270 a ±0.000
3 0,489b ± 0.029
6 0,664b ±0.030
9 0,942 c± 0.154
Sig 0.000
5
DAFTAR PUSTAKA
BSN. 1995.Bakso Daging SNI 01-3818-1995. Badan Standarisasi Nasional.
Jakarta
Matthäus, B. 2007.Use of palm oil for frying in comparison with other
high‐stability oils. European Journal of Lipid Science and
Technology, 109(4): 400-409.
Raharjo,S. 2006. Kerusakan Oksidatif pada makanan . Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
Wibowo, Singgih. 2009. Membuat Bakso Sehat dan Enak. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Yoon, Y., and Choe, E. 2007. Oxidation of Corn Oil During Frying of Soy-Flour-
Added Flour Dough. Journal of Food Science. Vol 72, Nr.6, Institut of