ANALISIS TIPE PERILAKU KONSUMEN MINYAK GORENG DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN BOYOLALI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : WAHYU RISTIANI H 0306034 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
82
Embed
ANALISIS TIPE PERILAKU KONSUMEN MINYAK GORENG DI …/Analisis... · Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur 45 3. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan 46 4. Karakteristik
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS TIPE PERILAKU KONSUMEN MINYAK GORENG
DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN BOYOLALI
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh :
WAHYU RISTIANI
H 0306034
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS TIPE PERILAKU KONSUMEN MINYAK GORENG
DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN BOYOLALI
yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Wahyu Ristiani
H 0306034
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 14 Juli 2010
Wahyudi, Habib, Bagus, Firzadi, Antok dan semua sahabat-sahabat
Agrobisnis 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan
dan kebersamaannya yang secara langsung maupun tidak langsung membantu
penulis dalam menghimpun semangat. Kebersamaan yang telah kita jalin
merupakan salah satu hal indah yang tak cukup penulis ungkapkan hanya
lewat kata.
13. HIMASETA FP UNS, seluruh pengurus dan anggota periode 2008-2009 dan
2009-2010, khususnya bidang Kesekretariatan, yang telah memberikan
kesempatan untuk berkembang dan mendapat pengalaman yang luar biasa.
11, 12, 13, 14
Thanks for always be there for me, thanks for the lesson i learned.
14. Semua pihak yang tidak dapat Penyusun sebutkan satu persatu, terimakasih
atas semua bantuannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan karya ilmiah ini.
Akhir kata semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... ii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
RINGKASAN x
SUMMARY xi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Perumusan Masalah 5 C. Tujuan Penelitian 6 D. Manfaat Penelitian 6
II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu 8 B. Tinjauan Pustaka 9
1. Minyak Goreng 9 2. Pemasaran 13 3. Perilaku Konsumen 14 4. Keterlibatan Konsumen 16 5. Atribut 17 6. Pasar Tradisional 20
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah 21 D. Hipotesis 23 E. Asumsi 23 F. Pembatasan Masalah 23 G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel 23
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian 27 B. Metode Pengumpulan Data 27
1. Metode Penentuan Daerah Penelitian 27 2. Metode Pengambilan Sampel 28
C. Jenis dan Sumber Data 30 D. Teknik Pengumpulan Data 30 E. Metode Analisis Data 31
vi
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 35 B. Keadaan Penduduk 38
1. Keadaan Penduduk menurut Jenis Kelamin 38 2. Keadaan Penduduk menurut Umur 39 3. Keadaan Penduduk menurut Pendidikan 41 4. Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian 42
C. Keadaan Perekonomian 43
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 44
1. Karakteristik Responden menurut Jenis Kelamin 44 2. Karakteristik Responden menurut Kelompok Umur 45 3. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan 46 4. Karakteristik Responden menurut Mata Pencaharian 47 5. Karakteristik Respoden menurut Pendapatan Rumah Tangga 48 6. Karakteristik Responden menurut Jumlah Anggota Keluarga 49
B. Keterlibatan Konsumen Dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Minyak Goreng di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali 50
C. Perbedaan Antar Merek Minyak Goreng Menurut Konsumen di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali 56
D. Tipe Perilaku Konsumen Minyak Goreng di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali 63
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 66 B. Saran 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Standar Mutu Minyak Goreng Berdasarkan SNI………………. 2 Tabel 2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Boyolali……... 27 Tabel 3 Rata-rata Konsumsi Minyak dan Lemak Penduduk Kabupaten
Boyolali Per Bulan.......................................................................
28 Tabel 4 Pembagian Jumlah Responden Pada Pasar Tradisional Di
Kabupaten Boyolali…………………………………………….
30 Tabel 5 Inventaris Keterlibatan Pribadi………………………………… 31 Tabel 6 Pembobotan Atribut Minyak Goreng………………………….. 33 Tabel 7 Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan (Ha) di Kabupaten
Boyolali Tahun 2008…………………………………………...
38 Tabel 8 Komposisi Penduduk Kabupaten Boyolali Menurut Jenis
Kelamin dan Sex Rationya Tahun 2003-2008………………….
39 Tabel 9 Penduduk Kabupaten Boyolali Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin Tahun 2008..........................................................
40 Tabel 10 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten
Boyolali Tahun 2008...................................................................
41 Tabel 11 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten
Boyolali Tahun 2008...................................................................
42 Tabel 12 Jenis dan Jumlah Sarana Perekonomian di Kabupaten Boyolali
Tahun 2008……………………………………………………..
43 Tabel 14 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin……………... 44 Tabel 15 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur................... 45 Tabel 16 Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan............... 46 Tabel 17 Karakteristik Responden Menurut Mata Pencaharian 47 Tabel 18 Karakteristik Responden Menurut Pendapatan Rumah Tangga.. 48 Tabel 19 Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga.... 49 Tabel 20 Hasil Analisis Keterlibatan Konsumen Minyak Goreng di Pasar
Tradisional Kabupaten Boyolali…………………………
51 Tabel 21 Perhitungan Persepsi Kualitas Merek-merek Minyak Goreng
Menurut Konsumen di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali...
57 Tabel 22 Perhitungan Beda Antar Merek Minyak Goreng Menurut
Konsumen di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali…………..
57 Tabel 23 Perbandingan Konsumsi Minyak Goreng Jenis Kelapa dan
Kelapa Sawit Oleh Konsumen di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali…………………………………………………………..
59
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah 22 Gambar 2. Tipe perilaku Konsumen Menurut Henry Assael 34 Gambar 3. Hasil Kombinasi Analisis Keterlibatan Konsumen dan Beda
Antar Merek Minyak Goreng 64
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Identitas Responden Lampiran 2. Kebiasaan Konsumsi Minyak Goreng Responden Lampiran 3. Persepsi Kualitas Merek Minyak Goreng Menurut Konsumen
Minyak Goreng di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali Lampiran 4. Perhitungan Keterlibatan Konsumen Minyak Goreng di Pasar
Tradisional Kabupaten Boyolali Lampiran 5. Hasil Uji One way anova Lampiran 6. Peta Kabupaten Boyolali Lampiran 7. Foto Dokumentasi Penelitian Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian
x
RINGKASAN
Wahyu Ristiani. H0306034. 2010. Analisis Tipe Perilaku Konsumen Minyak Goreng Di Pasar Tradisional Kabupaten Boyolali. Di bawah bimbingan Erlyna Wida Riptanti, SP. MP dan Nuning Setyowati, SP. MSc Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterlibatan konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali, beda antar merek minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali dan tipe perilaku konsumen minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali.
Metode dasar dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah convenience sampling dimana peneliti melakukan wawancara di tempat penelitian. Jumlah sampel yang diambil adalah 100 orang konsumen di pasar tradisional Kabupaten Boyolali dengan menggunakan dasar confident level sebesar 95 %. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan pencatatan. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan model tipe perilaku konsumen menurut Henry Assael yang menggembangkan dua faktor yaitu keterlibatan konsumen yang dianalisis dengan metode Zaichowsky dan beda antar merek yang dianalisis dengan uji Anova satu arah.
Hasil analisis keterlibatan konsumen menunjukkan bahwa keterlibatan konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali tergolong tinggi dengan rata-rata jumlah skor 35,10 > 28. Sedangkan hasil uji Anova satu arah menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 23,730 dengan signifikasi sebesar 0,000 (<0,05) artinya konsumen minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali menyadari perbedaan yang jelas antar berbagai merek minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali. Hasil pengkombinasian analisis keterlibatan konsumen dan beda antar merek tersebut menunjukkan bahwa tipe perilaku konsumen minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali adalah tipe perilaku pembelian komplek yang mempunyai keterlibatan yang tinggi dan konsumen menyadari perbedaan antar berbagai merek.
xi
SUMMARY
Wahyu Ristiani. H0306034. 2010. Analyse of The Consumer Behavior Type to The Frying Oil in Traditional Market Boyolali Regency. Erlyna Wida Riptanti, SP. MP dan Nuning Setyowati, SP. MSc as advisors. Agriculture Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta.
The aims of this research are to know the level of consumer involvement to the frying oil buying decision making process in Boyolali regency traditional market, differentes among the frying oil brands according to the consumer in Boyolali regency traditional market and the consumer behavior type to the frying oil in Boyolali regency traditional market.
The basic method of this research is used analytic descriptive method. Location research selected by purposive method. Consumer’s sample method that used in this research is convenience sampling, with interview. The researcher takes 100 samples of consumer in Boyolali regency traditional market with used confident level 95 %. Data resources of this research are primary and secondary data. The data collected with the observation, interview and recording. This research uses a Henry Assael’s consumer behavior type model which develops two factor, those are involvement which is analyzed by Zaichowsky methode and differentes among brands which is analyzed by one way Anova.
The result of consumer involvement analyze indicate that the level of consumer involvement to the frying oil buying decision making process in Boyolali regency traditional market represent the high involvement with the mean sum up score 35,10 > 28. While the result of one way Anova indicate that F value equal to 23,730 by signification equal to 0,000 (<0,05) that mean the consumer of frying oil consider a lot of differentes among brands of frying oil in Boyolali regency traditional market. The result of consumer involvement and differentes among brands analyze combination indicated that the consumer behavior type to the frying oil in Boyolali regency traditional market is complex buying behavior which have high consumer involvement and consumer have considered differentes among brands.
xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu produk industri hasil pertanian adalah minyak goreng.
Minyak goreng yang beredar di pasaran umumnya bersumber nabati, seperti
dari bunga matahari, kacang kedelai, kacang tanah, kelapa atau kelapa sawit.
Meskipun berbeda bahan dasar, namun hampir semua minyak goreng
memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai pengantar panas untuk
mematangkan makanan (Anonima, 2007).
Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok
masyarakat Indonesia sehingga permintaan akan produk ini selalu ada.
Kondisi yang terjadi pada saat krisis ekonomi beberapa tahun yang lalu, di
mana sempat terjadi kelangkaan minyak goreng di pasar lokal memperlihatkan
pentingnya minyak goreng sebagai kebutuhan sehari-hari. Minyak goreng erat
dengan aktivitas masyarakat khususnya ibu rumah tangga yang dilakukan di
dapur untuk memenuhi kebutuhan pangan setiap harinya.
Produk minyak goreng merupakan salah satu produk yang banyak
tersedia di pasaran. Banyaknya produk minyak goreng yang beredar di
pasaran membuat posisi persaingan antar merek minyak goreng di pasar
menjadi ketat. Persaingan penjualan minyak goreng di pasar yang semakin
ketat memicu produsen minyak goreng untuk berusaha agar produknya laku di
pasar. Produsen melakukan berbagai cara untuk meningkatkan penjualannya
seperti dengan meningkatkan fungsi merek dan kemasan sebagai pembeda
dengan produk minyak goreng yang lain, sehingga konsumen lebih tertarik
pada produk tersebut.
Berbagai macam kemasan minyak goreng di pasar tradisional yaitu
botol, refill, derrigent dan plastik untuk minyak goreng curah dengan berbagai
ukuran volume sehingga konsumen lebih memiliki banyak pilihan. Warna,
kejernihan dan atribut minyak goreng yang lain juga menjadi pertimbangan
konsumen dalam membeli minyak goreng. Besar kandungan gizi yang
dimiliki minyak goreng pun berbeda antar merek. Berdasarkan rumusan yang
1
xiii
ada dari BSN (Badan Standarisasi Nasional) tentang mutu minyak goreng
berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia) yaitu SNI 01-3741-2002,
menetapkan bahwa stadar mutu minyak goreng antara lain :
Tabel 1. Standar Mutu Minyak Goreng
Persyaratan No. Kriteria uji Satuan Mutu I Mutu II
1. Keadaan 1.1 Bau Normal Normal 1.2 Rasa Normal Normal 1.3 Warna Putih, kuning pucat sampai kuning 2. Kadar air % Maks 0,1 Maks 0,3 3. Bilangan asam KOH/gr Maks 0,6 Maks 2 Asam linoleat
ABT (Angka Beban Tanggungan) = % 100 x produktif Σ
produktifnon Σ
= % 100 x 596.087353.507
= 59,30 %
Angka beban tanggungan adalah perbandingan jumlah penduduk
yang tidak produktif dengan jumlah penduduk yang produktif selama 1
lii
tahun. Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten
Boyolali merupakan kelompok usia produktif. Jumlah kelompok usia non
produktif yang lebih kecil dari kelompok usia produktif menunjukkan
bahwa beban tanggungan yang ditanggung kelompok produktif terhadap
kelompok usia non produktif lebih ringan. Artinya setiap 100 orang usia
produktif menanggung 59 orang usia non produktif.
3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Menurut data BPS Kabupaten Boyolali tahun 2008, keadaan
penduduk Kabupaten Boyolali menurut tingkat pendidikan adalah sebagai
berikut :
Tabel 10. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Boyolali Tahun 2008
No. Tingkat Pendidikan Jumlah 1. Tamat PT / D IV 12.515 2. Tamat Akademi / Diploma 10.814 3. Tamat SLTA 3.054 4. Tamat SLTP 118.825 5. Tamat SD 303.758 6. Tidak / Belum Tamat SD 271.515 Jumlah 720.481
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali, 2008
Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui jumlah penduduk di
Kabupaten Boyolali yang terbesar adalah penduduk yang tamat SD yaitu
sebesar 303.758 jiwa. Terbesar kedua adalah jumlah penduduk yang
belum tamat SD. Secara umum penduduk Kabupaten Boyolali memiliki
pendidikan yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk Kabupaten Boyolali belum memahami akan pentingnya
pendidikan. Hal ini berpengaruh pada pola konsumsi penduduk Kabupaten
Boyolali karena dengan pendidikan yang rendah penduduk akan
cenderung lebih sulit menerima dan menyerap informasi dan wawasan
terlebih mengenai konsumsi makanan yang sehat bagi kebutuhan tubuh.
4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
liii
Menurut data BPS Kabupaten Boyolali tahun 2008, keadaan
penduduk Kabupaten Boyolali menurut mata pencaharian utama adalah
sebagai berikut :
Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Boyolali Tahun 2008
No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%) 1. Pertanian Tanaman Pangan 243.264 30,38 2. Perkebunan 16.733 2,09 3. Perikanan 1.262 0,16 4. Peternakan 51.172 6,39 5. Pertanian Lainnya 25.126 3,13 6. Industri Pengolahan 43.455 5,43 7. Perdagangan 51.366 6,41 8. Jasa 54.015 6,75 9. Angkutan 7.128 0,89 10. Lainnya 307.284 38,37
Jumlah 800.805 100
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali, 2008
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa penduduk di
Kabupaten Boyolali yang bekerja di sektor pertanian paling besar.
Pertanian tanaman pangan sendiri memiliki tenaga kerja sebesar 243.264
jiwa atau 30,38% dari total penduduk yang berusia sepuluh tahun ke atas.
Penduduk di Kabupaten Boyolali banyak yang bekerja pada lapangan
pekerjaan ini karena sebagian besar lahan di Kabupaten Boyolali
digunakan untuk bercocok tanam khususnya pertanian dengan sistem
kebun sehingga memerlukan banyak pekerja untuk menanganinya. Jenis
lapangan pekerjaan yang paling sedikit pekerjanya adalah pekerjaan di
bidang perikanan yaitu 1.262 jiwa atau hanya 0,16% dari total penduduk
yang berusia sepuluh tahun ke atas. Hal ini disebabkan karena perikanan
membutuhkan banyak air, sedangkan akses untuk mendapatkan air di
Kabupaten Boyolali tidak terlalu lancar. Pekerjaan lainnya, yang dimaksud
disini adalah lapangan pekerjaan selain yang telah disebutkan pada no. 1
hingga no. 9. Jumlah pekerja yang termasuk dalam kategori ini sebanyak
307.284 jiwa atau 38,37% dari 800.805 jiwa. Hal ini disebabkan karena
lapangan pekerjaan ini terdiri dari berbagai jenis pekerjaan, seperti
liv
pekerjaan yang bergerak di bidang pertambangan, bangunan/konstruksi,
keuangan, dan persewaan.
Jenis pekerjaan akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang
diterima oleh seseorang. Tingkat pendapatan yang diterima akan
mempengaruhi pola konsumsi seseorang, semakin tinggi pendapatan maka
proporsi pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan semakin meningkat.
C. Keadaan Perekonomian
Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan suatu usaha
masyarakat untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan miningkatkani
tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan ekonomi di suatu
daerah berbeda-beda tergantung dari potensi daerah, peran pemerintah, dan
juga masyarakat sebagai pelaku pembangunan. Ketiga faktor tersebut harus
dapat berjalan secara berkesinambungan sehingga tujuan pembangunan yang
telah ditetapkan dapat dicapai. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat jenis dan
banyaknya sarana perekonomian di Kabupaten Boyolali.
Tabel 12. Jenis dan Jumlah Sarana Perekonomian di Kabupaten Boyolali Tahun 2008
No Sarana Perekonomian Jumlah (unit) 1. 2. 3.
Koperasi Bank BRI Pasar a. Pasar Tradisional b. Pasar Modern c. Pasar Hewan
967 25
105 26 7
Jumlah 1.130
Sumber : BPS Kabupaten Boyolali, 2008
Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa di Kabupaten Boyolali
terdapat tiga sarana perekomonian yaitu Koperasi sebanyak 967 unit yang
terdiri KUD, non KUD, koperasi industri, koperasi peternakan/pertanian,
koperasi jasa, koperasi fungsional dan koperasi simpan pinjam, Bank BRI
sejumlah 25 unit, dan Pasar sebanyak 138 unit yang terdiri dari 10 unit pasar
tardisional, 26 pasar modern dan 7 unit pasar hewan.
lv
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Pengelompokkan konsumen merupakan hal yang penting dalam
pemasaran guna mengetahui konsumen sasaran yang tepat bagi produknya
yang dalam penelitian ini adalah minyak goreng. Masyarakat terdiri dari
kelompok kecil yang dicirikan oleh adanya perbedaan perilaku antar
kelompok kecil tersebut. Perbedaan kelompok tersebut berdasarkan kepada
perbedaan karakteristik sosial, ekonomi dan demografi konsumen. Beberapa
karakteristik demografi yang sangat penting untuk memahami konsumen
adalah jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, pendapatan dan jumlah
anggota keluarga (Sumarwan, 2003). Hasil penelitian menunjukkan
karakteristik konsumen minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten
Boyolali adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 orang responden
yang diambil sebagai sampel, terdiri dari perempuan dan laki-laki.
Perbandingan jumlah responden perempuan dan laki-laki dapat dilihat
pada Tabel 13.
Tabel 13. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Responden Persentase (%) Perempuan Laki-laki
92 8
92 8
Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 1
Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa dari 100 responden, jumlah
responden perempuan lebih banyak dari pada responden laki-laki yaitu
sebanyak 92 orang, sedangkan responden laki-laki hanya 8 orang. Jumlah
responden perempuan lebih dominan daripada responden laki-laki terjadi
karena pada umumnya perempuan lebih memperhatikan kebutuhan
anggota keluarga terutama dalam memenuhi kebutuhan konsumsi rumah
tangga. Minyak goreng juga merupakan salah satu kebutuhan pokok yang
44
lvi
sering digunakan oleh perempuan khususnya ibu rumah tangga dalam
memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, sehingga peran perempuan
dalam keputusan pembelian minyak goreng sangat besar. Hal ini
ditunjukkan dengan peran perempuan yang pada umumnya lebih
melibatkan diri dalam memutuskan pembelian minyak goreng dari pada
laki-laki. Namun dalam penelitian ini masih ditemui sebagian kecil laki-
laki sebagai konsumen minyak goreng dengan alasan istri sedang bekerja
atau seorang yang sedang mengisi waktu luang dengan membantu istri
berbelanja.
2. Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur
Memahami umur konsumen merupakan hal yang penting dalam
pemasaran suatu produk. Perbedaan umur akan mengakibatkan perbedaan
selera dan kesukaan konsumen terhadap merek (Sumarwan, 2003).
Pemasar minyak goreng perlu mengetahui komposisi umur penduduk di
suatu wilayah yang dijadikan target pasarnya guna menunjang
keberhasilan pemasaran minyak goreng. Karakteristik responden dari
konsumen minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali
menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur
Umur (Tahun) Responden Persentase (%)
19-24 2 2
25-35 20 20
36-50 60 60
51-65 17 17
> 65 1 1
Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 1
Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen minyak
goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali adalah konsumen pada
kelompok umur antara 36-50 tahun sebesar 60% yaitu 60 responden.
lvii
Menurut Sumarwan (2003), kelompok umur tersebut merupakan
kelompok umur separuh baya. Kelompok umur tersebut pada umumnya
cenderung berpikir rasional dimana konsumen mengerti tentang minyak
goreng yang akan dipilih yaitu sesuai dengan selera konsumen dan
memiliki pertimbangan tertentu dalam mengambil keputusan pembelian
minyak goreng. Pertimbangan tersebut seperti mengenai kejernihan,
warna, merek dan harga minyak goreng yang akan dibeli konsumen.
Sedangkan usia antara 51-65 dan > 65 tahun pada umumnya merupakan
konsumen yang cenderung tidak memiliki banyak pertimbangan dalam
pembelian melainkan berdasarkan kebiasaan konsumen yang sudah sering
konsumen lakukan pada setiap pembelian minyak goreng.
3. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Pemasar harus memahami kebutuhan konsumen dengan tingkat pendidikan
yang berbeda. Tingkat pendidikan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara
pandang, cara berpikir bahkan persepsinya terhadap suatu masalah (Sumarwan,
2003). Selain itu tingkat pendidikan juga menentukan seseorang dalam menerima
pengetahuan dan informasi. Konsumen yang memiliki pendidikan lebih baik akan
responsif terhadap informasi, selain itu juga mempengaruhi konsumen dalam
memilih produk maupun merek. Karakteristik responden menurut tingkat
pendidikan dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%) SD 23 23 SMP 29 29 SMA 33 33 D1 2 2 D3 8 8 S1 5 5 Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 1
lviii
Irianto (2007) dalam penelitiannya mengatakan bahwa tempat pembelian
di pasar tradisional lebih banyak dilakukan konsumen dengan tingkat pendidikan
SMP dan SMA. Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa jumlah responden
berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi adalah responden dengan tingkat
pendidikan SMA yaitu sebanyak 33 responden dan diikuti konsumen dengan tingkat
pendidikan SMP yaitu 29 orang. Konsumen dengan pendidikan cukup tinggi
memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup luas terhadap minyak goreng
seperti harga, kejernihan, warna dan ukuran volume minyak goreng yang
selanjutnya dipertimbangkan untuk sampai pada keputusan pembelian minyak
goreng. Hal ini mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan keputusan
pembelian minyak goreng.
4. Karakteristik Responden menurut Mata Pencaharian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen minyak goreng di pasar
tradisional Kabupaten Boyolali terdiri dari beragam mata pencaharian.
Karakteristik responden berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel
16.
Tabel 16. Karakteristik Responden Menurut Mata Pencaharian
Mata Pencaharian Responden Persentase (%) Ibu Rumah Tangga 28 28 PNS 12 12 Wiraswasta 54 54 Swasta 6 6
Jumlah 100 100
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 1
Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa sebagian besar konsumen
bermatapencaharian sebagai wiraswasta seperti pedagang sayur, pedagang buah,
lix
pedagang pakaian, penyetor susu, home industry dan penjahit yaitu sebanyak 54
responden diikuti ibu rumah tangga yaitu sebanyak 28 responden. Pekerjaan
wiraswasta yang tidak terpaku dengan waktu cenderung memiliki waktu luang yang
lebih banyak untuk berbelanja. Waktu lebih banyak yang dimiliki konsumen,
menjadikan konsumen lebih memperhatikan dan mempertimbangkan atribut
minyak goreng yang akan dibelinya. Konsumen memilih berbelanja di pasar
tradisional karena pada umumnya tempat bekerja mereka berada di sekitar atau
dekat dengan pasar tradisional. Sedangkan kegiatan ibu rumah tangga sehari-hari
adalah mengurus rumah tangga sehingga memiliki waktu yang lebih banyak untuk
mengatur pengeluaran atau kebutuhan keluarga, termasuk salah satunya
berbelanja minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Karakteristik Responden menurut Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan adalah sumber daya material yang sangat penting bagi
konsumen, karena dengan pendapatan konsumen dapat membiayai konsumsinya.
Jumlah pendapatan menggambarkan besarnya daya beli dari seorang konsumen.
Daya beli akan menggambarkan banyaknya minyak goreng yang dapat dibeli oleh
konsumen. Oleh karena itu, pemasar minyak goreng perlu mengetahui pendapatan
konsumen yang menjadi sasaran pasarnya (Sumarwan, 2003). Pendapatan yang
diukur dari semua pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga
konsumen. Karakteristik responden menurut pendapatan rumah tangga dapat
dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Karakteristik Responden Menurut Pendapatan Rumah Tangga
Gambar 3. Hasil Kombinasi Analisis Keterlibatan Konsumen dan Beda Antar Merek Minyak Goreng
Perilaku pembelian komplek (complex buying behavior) ini
mempunyai keterlibatan konsumen yang tinggi dan konsumen menyadari
adanya perbedaan antar berbagai merek minyak goreng di pasar tradisional
Kabupaten Boyolali. Keterlibatan tinggi artinya sebelum memutuskan untuk
membeli suatu produk minyak goreng konsumen bersedia mencurahkan
waktunya untuk mencari informasi mengenai produk tersebut yang
selanjutnya dievaluasi sebelum pada akhirnya menentukan keputusan
pembelian minyak goreng yang terbaik. Perbedaan antar merek yang nyata
(significant) berarti konsumen menilai antar merek minyak goreng tersebut
sangat berbeda sehingga konsumen mempertimbangkan merek minyak goreng
yang akan dibeli. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa
teori tentang perilaku konsumen tidak selalu sesuai dengan kenyataan dalam
kehidupan konsumen.
Perbedaan antara hasil penelitian dengan hipotesis tersebut
dipengaruhi oleh beberapa factor. Kotler dan Susanto (2000) mengatakan
bahwa faktor kebudayaan. faktor sosial, faktor kepribadian dan faktor
psikologi sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen. Peran
faktor-faktor tersebut berbeda untuk produk yang berbeda. Terdapat faktor
yang dominan pada pembelian suatu produk sementara faktor lain kurang
berpengaruh. Berdasarkan hasil observasi pada saat penelitian menujukkan
bahwa faktor sosial dan faktor kepribadian konsumen minyak goreng di pasar
tradisional Kabupaten Boyolali berpengaruh dalam pembelian minyak goreng.
Faktor sosial, yaitu kelompok rujukan yang terdiri dari teman,
tetangga dan penjual minyak goreng itu sendiri. Kelompok rujukan tersebut
merupakan titik perbandingan dalam pembentukan sikap konsumen.
Kelompok rujukan sebagai sumber informasi yang mempengaruhi keputusan
pembelian minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali selain iklan
televisi. Informasi yang mereka dapat dijadikan pertimbangan untuk memilih
sebuah merek minyak goreng. Namun, tetap respon dari konsumen setelah
lxxvii
menggunakan produk tersebutlah yang menjadi pertimbangan akhir yaitu
cocok atau tidak dengan minyak goreng yang dibeli.
Faktor kepribadian, yaitu usia, pekerjaan, keadaan ekonomi,
pendidikan dan gaya hidup. Konsumen minyak goreng di pasar tradisional
Kabupaten Boyolali mempunyai pendidikan yang cukup tinggi sehingga
memiliki pengetahuan mengenai kesadaran kesehatan konsumen. Konsumen
mementingkan merek karena pertimbangan kecocokan dalam mengkonsumsi
suatu merek minyak goreng. Konsumen tidak menginginkan resiko yang
berarti dalam mengkonsumsi minyak goreng seperti menyebabkan lekak dan
tengik, sehingga mereka tidak berganti-ganti merek minyak goreng saat proses
pembelian minyak goreng selanjutnya.
Perilaku konsumen merupakan hal yang komplek untuk diamati karena
akan berubah seiring dengan berjalannya waktu, tetapi pemasaran yang
terampil dapat mempengaruhi perilaku tersebut. Kepuasan konsumen
merupakan kunci berhasil tidaknya produk dipasarkan. Penelitian tentang tipe
perilaku konsumen dilakukan dan selanjutnya dapat digunakan dalam
mengurangi resiko kegagalan pemasaran produk minyak goreng.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
lxxviii
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan dalam
penelitian Analisis Tipe Perilaku Konsumen Minyak Goreng di Pasar
Tradisional Kabupaten Boyolali dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Keterlibatan konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian
minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten Boyolali tergolong tinggi,
artinya konsumen bersedia mencurahkan pikiran dan waktu untuk
mengevaluasi informasi mengenai minyak goreng sehingga diperoleh
keputusan terbaik yang didasarkan pada konsekuensi positif dan negatif
merek minyak goreng yang dibeli.
2. Beda antar merek minyak goreng menurut konsumen di pasar tradisional
Kabupaten Boyolali adalah nyata (significant), artinya konsumen melihat
ada perbedaan yang jelas antar merek minyak goreng yang ada di pasaran.
3. Tipe perilaku konsumen minyak goreng di pasar tradisional Kabupaten
Boyolali adalah tipe perilaku pembelian komplek (complex buying
behavior) artinya konsumen minyak goreng sangat melibatkan diri dalam
mempertimbangkan informasi mengenai minyak goreng sampai pada
keputusan pembelian minyak goreng serta konsumen menyadari adanya
perbedaan yang jelas antar merek minyak goreng di pasar tradisional
Kabupaten Boyolali.
B. SARAN
1. Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa konsumen minyak goreng
di pasar tradisional Kabupaten Boyolali memiliki keterlibatan tinggi dalam
membuat keputusan pembelian minyak goreng dan menyadari adanya
perbedaan antar merek minyak goreng yang ada di pasaran.
Memperhatikan hal tersebut, hendaknya produsen suatu merek minyak
goreng mempertahankan dan meningkatkan atribut yang melekat pada
minyak goreng seperti kejernihan, warna, kemasan, harga, kandungan gizi,
jenis dan promosi minyak goreng. Dengan demikian diharapkan produsen
dan atau pemasar mampu menimbulkan persepsi yang kuat oleh konsumen 66
lxxix
terhadap minyak goreng yang diproduksinya dan tidak mudah beralih
merek lain sehingga dapat meningkatkan penjualan minyak goreng.
2. Bagi konsumen, dalam mengambil keputusan pembelian minyak goreng
sebaiknya memilih minyak goreng yang baik bagi kesehatan seperti
berwarna putih kekuningan hingga kuning muda ( pucat ) dan jernih
karena hal tersebut menunjukkan kehigienisan minyak goreng. Selain hal
tersebut, sebaiknya konsumen mengkonsumsi minyak goreng yang
mengandung omega 3, 6 dan 9 yang berfungsi untuk mengurangi
timbulnya beberapa penyakit seperti jantung dan kanker akibat konsumsi
minyak goreng karena dengan mengkonsumsinya kadar kolesterol dalam
darah tidak akan meningkat.
lxxx
DAFTAR PUSTAKA
Abidanish. 2010. Produk Olahan Hasil Kelapa-Standar Mutu Minyak Goreng Kelapa. http://produkkelapa.wordpress.com. Diakses tanggal 4 Juli 2010.
Ambadar, Jackie, Miranty abiding dan Yanti Isa. 2007. Mengelola Merek. Yayasan Bina Karsa Mandiri. Jakarta.
Anonima. 2007. Gizi dan Nutrisi : Mengenali Minyak Goreng Sehat. http://www.jawaban.com/news/health/main.php. Diakses tanggal 31 Desember 2009.
b. 2009. Fleksibilitas Pasar Tradisional http://www.pikiran.rakyat.com diakses tanggal 31 Desember 2009.
______c. 2008. Sehat dengan Kedelai. http://www.lautanindonesia.com. Diakses pada tanggal 15 Januari 2010.
______ d. 2008. Penggunaan Dalam Negeri dan Ekspor CPO. http://seafast.ipb.ac.id. Diakses pada tanggal 15 Januari 2010.
______ e. 2000. Mengenal Jenis Minyak Goreng. http://www.hanyawanita.com. Diakses tanggal 25 Desember 2009.
f. 2009. Panduan Pasar Berseri 5. http://www.menlh.go.id/pasarberseri. Diakses tanggal 18 Desember 2009.
Boyd, Harper W.; Orville C. Walker dan Jean-Claude L. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid I Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta.
BPS. 2006. Pemerataan Pendapatan Dan Pola Konsumsi Penduduk Jawa Tengah 2006. BPS Propinsi Jawa Tengah
BPS. 2008. Boyolali Dalam Angka 2008. BPS Boyolali.
Churchill, G. 2005. Dasar-Dasar Riset Pemasaran Edisi 4 jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Damayanti .A, Suprapti .S, Erlyna W.R. 2009. Analisis Faktor Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Minyak Goreng Pada Pasar Swalayan Di Kota Surakarta. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (SEPA): Vol. 6 No. 1.
Dinas Perindustrian Perdagangan Dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Boyolali. Data Potensi Pasar Se-Kabupaten Boyolali Tahun 2009. Disperindag Boyolali.
Djarwanto dan Pangestu. 1996. Statistik Induktif. BPFE. Yogyakarta.
Firmanjaya. 2008. Minyak Kedelai. http://firmanjaya.files.wordpress.com. Diakses pada 12 Januari 2009.
lxxxi
Hiam, Alexander dan Charles D. Schewe, 1994. Portable MBA Pemasaran. Binarupa Aksara, Jakarta.
Irianto, Heru. 2007. Perilaku Konsumen Minyak Goreng Sawit Di Kota Surabaya. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (SEPA): Vol. 3 No. 3 Februari 2007: 97-107.
Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali. Pola Konsumsi Pangan Dan Tingkat Kecukupan Gizi Penduduk Kabupaten Boyolali 2008. Boyolali.
. Pola Konsumsi Pangan Dan Tingkat Kecukupan Gizi Penduduk Kabupaten Boyolali 2009. Boyolali.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta.
Kurniawati, Nia. 2005. Perilaku Konsumsi Ikan Pada Wanita Dewasa Di Wilayah Pantai Dan Bukan Pantai Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. http://iirc.ipb.ac.id. Diakses tanggal 10 Juni 2010.
Kotler, P. 1996. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
. 1999. Marketing Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Kotler, P. dan A.B. Susanto. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Salemba Empat, Jakarta.
Lamb, C. W., Hair Joseph F., Mc Daniel, Carl. 2001. Pemasaran. Salemba Empat. Jakarta.
Mintaryo. 2006 Pengaruh motivasi dan persepsi terhadap loyalitas konsumen dalam membeli produk minyak goreng Filma di gudang rabat Alfa Rungkut Surabaya. other thesis. Petra Christian University.
Prasetijo, Ristiayanti dan John J.O.I Ihalauw. 2005. Perilaku Konsumen. Andi. Yogyakarta.
Purna, Ibnu. 2009. Perkembangan Harga tujuh Pokok Komoditi. http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task. Diakses Tanggal 25 Desember 2009.
Purwitaningsih. 2002. Study Terhadap Pengambilan Keputusan Dalam Pembelian Minyak Goreng (Kasus Pada Konsumen Rumah Tangga). Undergraduate Theses from JIPTUMM, Dept. of Agribusiness. http://digilib.itb.ac.id. Diakses tanggal 25 Mei 2010.
Ruslan, Rusady, 2003. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Santoso, Urip. 2009. Label Non Kolesterol dalam Minyak Goreng. Jurnal Urip Santoso. http://www.uripsantoso.wordpress.com. Diakses tanggal 25 Mei 2010.
Simamora, Bilson. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
lxxxii
. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Pt. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta.
Stanton, William J. 1996. Prinsip Pemasaran Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen Teori Dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Sumawihardja, Surachman, Suwandi Suparlan dan Sucherly. 1991. Intisari Manajemen Pemasaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Surachman. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Merek. Bayu Media Publishing. Jawa Timur.
Surakhmad, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar, Metode dan Teknik. CV. Tarsito. Bandung.
Sutanto, Adi. 2008. Minyak Goreng. http://www.ntust-isa.org. Diakses tanggal 18 Desember 2010.
Wibowo, S. 2008. Virgin Coconut Oil Terpuruk Karena Bisnis Amerika. http://www.suaramerdeka.com. Diakses pada 12 Januari 2010.
Wikipedia. 2009. Minyak Goreng. http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_goreng. Diakses tanggal 25 Desember 2010.
Wilkie, William L. 1990. Consumer Behavior. Second Edition. John Wiley & Son, Inc., Canada.
Wirya, Iwan. 1999. Kemasan Yang Menjual. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.