Top Banner
AKUNTANSI MANAJEMEN 1. RMK Chapter 12: The Balanced Scorecard 2. Critical Review: Linking Balanced Scorecard with Size and market Factors: Impact on Organizational Performance -Hoque and James (2000) Dosen Pengampu : Dra. Y Anni Aryani, M Prof Acc., Ph.D., Ak, CA Oleh Kelompok 4: LELYA FETRI APRILIANA S431402016 MILA PURANI SISTIYAN S431402020 OKTA JONATHAN SIPASULTA S431402025 Semester 1, Kelas Reguler 1
22

Pertemuan 11 Balanced Scorecard

Dec 19, 2015

Download

Documents

milapurani

akuntansi manajemen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pertemuan 11 Balanced Scorecard

AKUNTANSI MANAJEMEN

1. RMK Chapter 12:

The Balanced Scorecard

2. Critical Review:

Linking Balanced Scorecard with Size and market Factors:

Impact on Organizational Performance -Hoque and James

(2000)

Dosen Pengampu : Dra. Y Anni Aryani, M Prof Acc., Ph.D., Ak, CA

Oleh Kelompok 4:

LELYA FETRI APRILIANA S431402016

MILA PURANI SISTIYAN S431402020

OKTA JONATHAN SIPASULTA S431402025

Semester 1, Kelas Reguler 1

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2014

Page 2: Pertemuan 11 Balanced Scorecard

RMK Chapter 12: THE BALANCED SCORECARD

Definisi Balanced Scorecard

Balanced Scorecard (BSC) adalah penjabaran misi dan strategi organisasi ke dalam

seperangkat ukuran kinerja untuk mengendalikan kegiatan organisasi. Dengan balance

scorecard, tujuan sebuah divisi dalam perusahaan tidak hanya dinyatakan dalam suatu

ukuran keuangan, melainkan dijabarkan lebih lanjut ke dalam ukuran non keuangan.

Links effects (disebut juga dengan tujuan organisasional seperti tingkat keuntungan)

dengan penyebab, seperti pelanggan atau kepuasan karyawan.

Hubungan Balanced Scorecard dengan Perencanaan Perusahaan

Dalam kaitannya dengan proses perencanaan perusahaan, balanced scorecard

memungkinkan perusahaan untuk dapat mengintegrasikan antara perencanaan strategik

dengan proses penyusunan anggaran tahunan. Dalam menetapkan target dengan jangka

waktu 3-5 tahun untuk pengukuran statejik, manajer sekaligus harus juga meramalkan

target tahunan yang harus dicapai agar dapat mencapai target jangka panjang tersebut.

Dengan demikian anggaran tahunan yang dibuat oleh perusahaan akan mencerminkan

rencana perusahaan yang sudah sesuai dengan strategi bersaing perusahaan.

Proses Penjabaran Strategi ke Inisiatif

Visi dan strategi

Keuangan Pelanggan Proses Infrastruktur

Keuangan

Ukuran

Target

Inisiatif

Page 3: Pertemuan 11 Balanced Scorecard

Proses Penjabaran Strategi ke Ukuran Kinerja

Balanced Scorecard dan Pengukuran Kinerja

BSC adalah filosofi pengukuran kinerja. Konsep BSC mengakui pentingnya mengukur

kinerja pada beberapa dimensi keuangan dan non keuangan untuk mempengaruhi kinerja

bisnis.

Bagaimana BSC Dapat Meningkatkan Perusahaan Dalam Memenuhi Strategi?

1. Menyelaraskan sistem pengukuran kinerja dengan tujuan dan strategi dari perusahaan

2. Menyediakan sejumlah indikator kinerja utama yang diarahkan pada pengukuran

pencapaian strategi organisasi

3. Empat perspektif yang tercakup dalam BSC antara lain: perspektif keuangan,

perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis intern, dan prespektif pembelajaran

serta pertumbuhan (infrastruktur).

Keterbatasan Penggunaan BSC

1. BSC tidak mudah diimplementasikan

2. Harus memiliki fasilitas atau teknologi informasi yang tepat

3. Visi, misi, strategi harus jelas

4. Kesediaan manajer untuk penerapannya, dll

BSC dan TQM

TQM adalah filosofi didasarkan pada gagasan perbaikan secara terus menerus. BSC

menyediakan mekanisme umpan balik untuk mengukur keberhasilan organisasi dalam

pencapaian kualitas dalam semua dimensi organisasi. Agar efektif dalam mencapai tujuan

TQM, perusahaan yang menerapkan TQM harus menerapkan sistem pengukuran kinerja

seperti BSC.

Faktor Kontingen

1. Ukuran

2. Siklus hidup produk

3. Posisi pasar, dll

Financial

Vision and Strategy

Learning and Growth

Internal Business Process

Customer

Source: Kaplan and Norton (1996a, p. 76)

Sumber: Kaplan dan Norton (1996a, p. 76)

Page 4: Pertemuan 11 Balanced Scorecard

Critical Review:

Linking Balanced Scorecard with Size and market Factors: Impact

on Organizational Performance

- Hoque and James (2000) -

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pakar dan praktisi yang

menyatakan keprihatinan dengan pengukuran kinerja secara tradisional yang

hanya berfokus pada pengukuran keuangan seperti tingkat pengembalian investasi

(ROI) ataupun laba bersih. Pendekatan Balanced Scorecard (BSC) bagi

manajemen telah menjadi terkenal dalam penelitian akuntansi manajemen sebagai

cara untuk mengintegrasikan ukuran kinerja keuangan dan non keuangan. BSC

memandang kinerja organisasi dari empat dimensi yaitu: keuangan (atau

shareholder), pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan

pertumbuhan. Namun, masih sedikit bukti yang tersedia dalam praktek saat ini di

luar Amerika Serikat yang mencatat bahwa BSC merupakan salah satu yang

berkembang secara signifikan dalam akuntansi manajemen dan dengan demikian,

selayaknya untuk mendapatkan perhatian intensif dalam penelitian. Penelitian

yang dilakukan oleh Hoque dan James ini merupakan kontribusi pada

keterbatasan pengetahuan dari BSC tersebut.

B. Tujuan Penelitian

Sebuah penelitian dilakukan dengan adanya dorongan tertentu untuk

memenuhi rasa keingintauan peneliti atau memenuhi kebutuhan tertentu dalam

membuktikan suatu fakta lapangan. Hal inilah yang dimaksudkan dengan tujuan

penelitian, hal-hal yang mendorong peneliti melakukan penelitian. Tujuan dari

penelitian yang dilakukan oleh Hoque dan James ini adalah untuk mencari

hubungan penggunaan BSC dengan ukuran organisasi, tahapan siklus hidup

produk, dan kekuatan posisi pasar. Penelitian juga mencari hubungan kontinjensi

antara kinerja organisasi (variabel hasil) dan disandingkan antara penggunaan

Page 5: Pertemuan 11 Balanced Scorecard

BSC dan tiga variabel kontekstual yang dijelaskan di atas. Berikut ini adalah

kerangka penelitiannya:

C. Varibel dan Hipotesis Penelitian

1. Balanced Scorecard (BSC)

BSC dilihat dari empat perspektif utama, yaitu:

a. Perspektif Keuangan

Perspektif keuangan ini meliputi pengukuran profitabilitas seperti

pendapatan operasi, pengembalian modal, pertumbuhan penjualan, generasi

arus kas, dan ekonomi bernilai tambah.

b. Perspektif Pelanggan

Perspektif ini meliputi pengukuran atas kepuasan pelanggan, retensi

pelanggan, akuisisi pelanggan baru, waktu yang dibutuhkan untuk merespon

pelanggan, market share, dan profitabilitas pelanggan.

c. Perspektif Proses Bisnis Internal

Pengukuran utama dalam perspektif ini meliputi desain produk,

pengembangan produk, pelayanan purna jual, efisiensi manufaktur, kualitas,

dan lainnya.

d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Perspektif ini mengukur kemampuan karyawan, sistem informasi, dan

prosedur organisasional dalam mengelola bisnis serta kemampuan

beradaptasi dengan perubahan.

Page 6: Pertemuan 11 Balanced Scorecard

2. Ukuran Organisasi

Teori kontinjensi organisasi telah banyak dikembangkan oleh peneliti

yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dapat mempengaruhi jalannya

desain organisasi dan penggunaan sistem manajemennya. Selain itu, peneliti

juga memberikan klaim bahwa proses pertumbuhan organisasional

meningkatkan masalah komunikasi dan pengendalian. Ketika ukuran sebuah

perusahaan meningkat, proses pengendalian dan akuntansi menjadi lebih

khusus dan canggih. Ukuran juga terkait dengan desentralisasi dan penataan

aktifitas yang lebih besar karena keterbatasan pengolahan informasi di antara

manajemen senior. Kebutuhan dalam merangsang komunikasi yang lebih

efektif diperlukan dalam ukuran organisasi yang lebih besar, sehingga

karakteristik dalam organisasi kecil tidak lagi bisa bekerja. Akibatnya, dalam

perusahaan yang lebih besar memerlukan satu set informasi dan pengukuran

masalah yang lebih luas. Perusahaan yang lebih kecil sering tidak memerlukan

teknik evaluasi kinerja yang rumit, strategi yang ada biasanya pemilik dekat

dengan tindakan. Berdasarkan pada penjelasan ini, maka diusulkan bahwa

organisasi yang lebih besar cenderung mengandalkan pendekatan BSC pada

manajemen daripada perusahaan yang lebih kecil.

3. Tahap Siklus Hidup Produk

Literatur mengenai strategi organisasi mengklasifikasikan tahap siklus

hidup produk menjadi empat kategori, yaitu emerging, growing, maturing, dan

declining. Pada tahap emerging, produk diluncurkan dengan penjualan rendah

pada harga yang tinggi. Penjualan mulai meningkat dengan pesat pada tahap

growing karena promosi dan kesadaran pelanggan mulai tumbuh. Pada tahap

maturing, tidak ada lagi pertumbuhan penjualan sebagai gambaran mulai

habisnya jumlah pelanggan baru. Pada titik ini, penjualan telah mencapai

puncaknya dengan harga yang tetap rendah. Penjualan mulai berkurang pada

tahap declining dikarenakan produk tergantikan dengan inovasi atau versi yang

telah disempurnakan. Organisasi dengan produk pada tahap siklus hidup

produk awal cenderung memanfaatkan lebih sedikit alat pengendalian

keuangan tradisional seperti anggaran, dibandingkan dengan organisasi dengan

Page 7: Pertemuan 11 Balanced Scorecard

produk pada siklus hidup produk tahap akhir. Hal ini dapat dihubungkan pada

hubungan antara penggunaan BSC dengan siklus hidup produk. Kaplan dan

Norton mengusulkan bahwa BSC mempertahankan pengukuran keuangan

sebagai ukuran hasil kinerja manajerial dan bisnis, tetapi juga mencakup

seperangkat yang lebih umum dari pengukuran yang menghubungkan arus

pelanggan, proses bisnis internal, karyawan, dan kesuksesan keuangan jangka

panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan pengendalin keuangan

kurang bermanfaat pada tahap awal siklus hidup produk dibanding pada tahap

akhir, hal ini dikarenakan hasil keuangan pada tahap awal siklus hidup belum

tentu, sehingga pengukuran yang paling relevan pada tahap ini adalah

perusahaan sekedar hanya “sudah melakukan dengan benar.” Selain itu, hasil

kinerja keuangan mungkin terlalu jauh ke masa depan bila digunakan dalam

keputusan perusahaan dalam tahap awal siklus hidup produk, dan pengukuran

non keuangan seperti pengembangan produk baru dan pengukuran respon

kepada pelanggan memberika indikasi awal apakah keputusan yang tepat sudah

dibuat.

4. Posisi Pasar

Posisi pasar dalam penelitian ini mengacu pada pembagian pendapatan

perusahaan dalam kaitannya dengan pesaingnya dalam pasar tertentu.

Perusahaan-perusahaan dalam posisi pasar yang lemah, permintaan untuk

adaptasi dan kreativitas akan lebih besar daripada permintaan untuk

komunikasi internal, sedangkan untuk perusahaan-perusahaan dalam posisi

pasar yang kuat, permintaan untuk intern komunikasi akan lebih besar. Ketika

suatu organisasi memiliki posisi pasar yang kuat, penggunaan anggaran untuk

pengendalian internal akan lebih menonjol daripada untuk sebuah perusahaan

dalam posisi pasar yang lemah. BSC dapat memenuhi kebutuhan perusahaan

untuk komunikasi internal yang lebih baik, karena memfasilitasi keputusan dan

tindakan yang mendukung strategi yang didasarkan pada kebutuhan pemangku

kepentingan, pelanggan internal dan eksternal, badan regulasi, manajer, serta

karyawan dan membutuhkan keterlibatan semua tingkat organisasi. Sehingga

organisasi dengan posisi pasar yang kuat memiliki permintaan yang lebih besar

Page 8: Pertemuan 11 Balanced Scorecard

untuk komunikasi intern, dan dengan demikian cenderung untuk menempatkan

penekanan lebih besar pada penggunaan BSC. Sebaliknya, posisi lemah dalam

pasar tertentu dapat menciptakan permintaan yang lebih rendah untuk

komunikasi intern. Permintaan yang lebih rendah untuk komunikasi internal

menunjukkan bahwa penggunaan sistem manajemen seperti BSC juga lebih

rendah.

Melalui berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan hipotesis seperti

di bawah ini:

H1 : Pemakaian Balanced Scorecard secara positif terkait dengan: (a) Ukuran

organisasi yang lebih besar (b) Bisnis dengan produk pada tahap

awal/pertumbuhan dan (C) Bisnis dengan posisi pasar yang kuat.

5. Faktor Kontekstual, Penggunaan BSC, dan Kinerja Organisasional

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang menguji efek dari variabel

kontekstual pada desain dan penggunaan sistem pengendalian serta kinerja,

hubungan kontingen antara kinerja organisasi sebagai variabel dependen dan

karakteristik organisasi serta penggunaan BSC sebagai variabel independen

seperti yang dijelaskan di atas. Hipotesis yang tepat dalam penelitian ini

berhubungan dengan motivasi yang lebih besar pada ketergantungan dari hasil

BSC dalam peningkatan kinerja organisasi yang lebih besar, pada awal siklus

hidup produk, atau posisi yang kuat di pasar. Hipotesis pertama mengusulkan

bahwa karena organisasi besar mengandalkan lebih lanjut mengenai informasi

dan sistem pengendalian sebagai ukuran yang beragam, mereka akan

memperoleh manfaat lebih dari ketergantungan pada BSC dibandingkan

dengan organisasi yang lebih kecil.

H2 : Pengaruh ketergantungan BSC pada kinerja organisasi akan lebih

bermanfaat bagi organisasi-organisasi besar daripada untuk organisasi

kecil.

Seperti halnya hipotesis kedua yang berasal dari motivasi bahwa

organisasi pada tahap awal siklus hidup produk, mereka akan lebih bergantung

pada informasi dan sistem pengendalian sebagai ukuran yang beragam, mereka

Page 9: Pertemuan 11 Balanced Scorecard

akan menerima manfaat lebih dari penggunaan BSC dibandingkan dengan

organisasi dalam fase mature.

H3 : Pengaruh dari ketergantungan BSC pada kinerja organisasional akan

lebih bermanfaat bagi organisasi dengan produk pada tahap siklus hidup

awal daripada organisasi dengan produk pada tahap mature.

Hipotesis ketiga berkaitan dengan ekspektasi bahwa organisasi dalam

posisi pasar yang kuat lebih bergantung pada komunikasi intern dan sistem

pengendalian dalam penggunaan ukuran yang beragam, mereka akan

memperoleh manfaat lebih besar dari ketergantungan pada BSC dibanding

dengan organisasi yang lemah posisinya di pasar.

H4 : Pengaruh ketergantungan BSC pada kinerja organisasi akan lebih

bermanfaat bagi organisasi dengan posisi pasar yang kuat daripada

organisasi dengan posisi pasar yang lemah.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan kesioner yang dikirimkan kepada chiief

financial controller di 188 perusahaan manufaktur Australia pada Juli 1997.

Perusahaan dipilih secara acak dari Business Who’s Who of Australia. Pengiriman

dilakukan dua kali, pengiriman pertama terdapat 43 kuesioner yang kembali, dan

27 kuesioner di pengiriman kedua. Dari 70 responden, terdapat 4 responden yang

tidak melengkapi kuesioner.

Peneliti melakukan uji t-test atas pengembalian pertama dan kedua. Hasil

pengujian menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan atas skor rata-rata

pada kedua pengelompokan.

Pengukuran variabel:

1. Ukuran organisasi

Ukuran organisasi diukur menggunakan tiga pengukuran, yaitu sales

turnover, total aset, dan jumlah karyawan. Peneliti melakukan analisis

menggunakan masing-masing pengukuran sebagai proksi ukuran, dan hasil

pengujiannya adalah serupa. Konsisten dengan penelitian sebelumnya, hanya

menggunakan jumlah karyawan yang dilaporkan. Dikarenakan adanya

Page 10: Pertemuan 11 Balanced Scorecard

nonnormality atas “ukuran”, variabel tersebut ditransformasikan menggunakan

square root dalam regresi.

2. Tingkat siklus hidup produk

Tingkat siklus hidup produk diukur menggunakan instrumen yang

diadaptasi dari Merchant (1984). Responden diminta menjawab pertanyaan

mengenai tingkat maturity produk. Peneliti memberikan daftar deskripsi

keempat tingkat siklus hidup produk, responden diminta mengisi persentase

atas produk yang dimiliki perusahaan. Persentase tersebut dikelompokkan

dalam satu variabel tingkat siklus hidup produk, untuk masing-masing

perusahaan dengan menjumlahkan persentase emerging dan growth dan

dikurangi dengan jumlah persentase mature dan declining.

3. Posisi pasar

Posisi pasar diukur menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh

Merchant (1984) dengan menggunakan lima point skala Likert yang

mengindikasikan tingkat pendapatan perusahaan responden, dari nilai 1

(“Pangsa pasar perusahaan Anda kecil dan tidak signifikan dibandingkan

Page 11: Pertemuan 11 Balanced Scorecard

leading firm) sampai 5 (“Perusahaan Anda merupakan perusahaan yang

dominan pada segmen pasar Anda”).

4. Pemakaian BSC

Pemakaian BSC diukur menggunakan skala 20 item yang

dikembangkan oleh Hoque et al. (1997). Instrumen terdiri dari item-item yang

menggabungkan keempat dimensi BSC oleh Kaplan and Norton’s (1992).

Peneliti menggunakan lima point skala Likert dari nilai 1 (not at all) sampai

dengan 5 (great extent). Uji reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach alpha

0.81, di atas nilai yang dapat diterima.

5. Kinerja Organisasi

Kinerja organisasi diukur dengan menilai 5 dimensi dari kinerja: return

on investment, margin on sales, capacity utilization, kepuasan pelanggan, dan

kualitas produk. Responden diminta menjawab pertanyaan untuk

mengindikasikan kinerja organisasinya dibandingkan pesaing mereka atas

kelima dimensi dimulai dari nilai 1 = di bawah rata-rata sampai 5 = di atas rata-

rata. Skala Cronbach alpha menunjukkan nilai 0.75 yang memenuhi

persyaratan reliabilitas.

Page 12: Pertemuan 11 Balanced Scorecard

E. Hasil Pengujian

Penggunaan BSC positif dan signifikan dihubungkan dengan ukuran

perusahaan (r = 0.25, p < 0.10), tingkat siklus hidup produk (r = 0.26, p < 0.05),

dan kinerja organisasi (r = 0.46, p < 0.01), sedangkan posisi pasar tidak signifikan

(r = 0.18, p > 0.10).

Variabel ukuran organisasi, tingkat siklus hidup produk, dan kekuatan

posisi pasar tidak signifikan satu dengan yang lain yang mengindikasikan bahwa

tidak terjadi multikolinearitas, selain itu juga bisa dilihat pada nilai tolerance atau

VIF pada tabel 4.

Hipotesis 1 : analisis regresi

Model regresi untuk hipotesis 1:

Dengan X4 = penggunaan BSC, X1 = ukuran organisasi, X2 = tingkat siklus

hidup produk, X3 = kekuatan posisi pasar, dan e = error term. Dari analisis

regresi, nilai adjusted R2 menunjukkan nilai 19.6%, F = 5.714, p = 0.018. Nilai

standardized beta coefficient, untuk variabel size = 0.29, p = 0.005, variabel

tingkat siklus hidup produk = 0.29, p = 0.005. Untuk variabel posisi pasar, nilai

koefisiennya negatif, akan tetapi hasil pengujian menunjukkan tidak signifikan (p

= 0.325). Dengan demikian, hasil pengujian mendukung hipotesis bahwa

pemakaian BSC akan lebih tinggi jika diasosiasikan dengan ukuran organisasi

Page 13: Pertemuan 11 Balanced Scorecard

yang lebih besar dan bisnis dengan produk pada tingkat awal/growth. Hasil

pengujian tidak mendukung hipotesis bahwa pemakaian BSC akan lebih tinggi

pada bisnis dengan posisi pasar yang kuat.

Untuk analisis lebih jauh, peneliti melakukann pengujian menggunakan

keempat perspektif BSC. Hasil analisis mengindikasikan ukuran organisasi

signifikan terhadap semua perspektif BSC (p values < 0.10). Tingkat siklus

produk hanya signifikan dengan perspektif inovasi (koefisien = 1.79, t = 2.79, p =

0.005). Secara keseluruhan F-test untuk perspektif financial dan inovasi positif

dan signifikan (F= 3.501, p = 0.01, dan F = 3.068, p = 0.018) dengan adjusted R2,

12.4% dan 10.1%.

Hipotesis 2,3, dan 4: ANOVA

Untuk menguji H2, H3, dan H4 menggunakan prosedur two way ANOVA.

ANOVA digunakan karena kualitas data yang tidak mencukupi (ukuran sampel

yang kecil) untuk membenarkan Moderated Regression Analysis.

Hasil pengujian ANOVA mendukung pengaruh pemakaian BSC terhadap kinerja

organisasi (F-values masing-masing pengujian signifikan). Akan tetapi, untuk

interaksi antara pemakaian BSC dan masing-masing variabel prediktor pada

kinerja tidak signifikan. Dengan demikian, hasil pengujian tidak mendukung

untuk H2, H3, dan H4.

Page 14: Pertemuan 11 Balanced Scorecard

F. Kesimpulan

1. Penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara ukuran dan

penggunaan BSC seperti hipotesis, organisasi yang besar membuat

memungkinkan menggunakan lebih atas penerapan BSC.

2. Semakin besar organisasi, organisasi tersebut menemukan bahwa lebih baik

untuk melakukan praktik dan menggunakan penempatan BSC dalam

organisasinya dimana mendukung dalam pembuatan putusan stretejik,

sepanjang kerja sama BSC lebih luas dalam mengukur kinerja organisasi. Hal

ini didukung dengan adanya bukti yang bepengaruh antara ukuran organisasi

dan praktik pengendalian anggaran/budget dengan BSC.

3. Adanya hubungan positif antara tahap awal siklus hidup produk dengan

besarnya ketepatan BSC.

4. Tidak adanya hubungan positif antara posisi kekuatan pasar dengan besarnya

ketepatan BSC. Sebagai penerapannya bahwa organisasi yang memiliki posisi

Page 15: Pertemuan 11 Balanced Scorecard

pasar lemah juga dapat dimotivasi dalam merubah strategi organisasinya bila

memerlukan BSC untuk mengkomunikasikan dan menerapkan strategi

organisasi yang baru.

5. Besarnya penggunaan BSC digabungkan dengan peningkatan kinerja

organisasi, namun tidak signifikan jika bergantung pada besarnya ukuran

organisasi, siklus hidup produk atau posisi pasar.

G. Implikasi

1. Dalam organisasi yang besar penggunaan BSC lebih banyak manfaatnya

khususnya dalam mengukur kinerja usahanya, karena organisasi tersebut lebih

memperhatikan pandangan publik terhadap organisasinya.

2. Perusahaan yang membuat produk yang baru lebih menggunakan pengukuran

pengembangan produk baru, meskipun tidak diketahui cara yang

menyebabkan produk tersebut dapat bertahan.

H. Critical Review

Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan antara lain:

1. Pengukuran perluasan penggunaan BSC. Instrumen penelitian gagal dalam

mengambil hubungan stratejik BSC secara nyata. Menggunakan pengukuran

yang berbeda-beda memang diperlukan akan tetapi tidak cukup kondisinya

dalam penggunaan BSC, dimana juga memerlukan pemilihan pengukuran

untuk fokus strategi dan hubungan sebab akibat.

2. Penelitian ini hanya pada perusahaan manufaktur. Hasil yang diperoleh tidak

dapat digeneralisasi ke perusahaan yang bergerak di bidang lain. Jika mau

diterapkan harus berhati-hati.

3. Penelitian ini menggunakan ukuran sampel yang kecil, sehingga hasil

penelitian ini belum cukup memadai. Pendekatan alternatif yang mungkin

dapat dilakukan adalah melalui penelitian studi kasus untuk menyelidiki

mengapa dan bagaimana sebuah perusahaan menggunakan BSC.

Page 16: Pertemuan 11 Balanced Scorecard

DAFTAR PUSTAKA

Hoque, Zahirul. 2006. Strategic Management Accounting: Concepts, Processes and Issues 2nd ed.

Australia: Pearson Prentice Hall

Krismiaji dan Aryani, Y A. 2011. Akuntansi Manajemen, Edisi kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta

(KA).

Hoque and James (2000). Linking Balanced Scorecard with Size and market Factors: Impact on

Organizational Performance. Journal of Management Accounting Research.