PERSPEKTIF AGRIBISNIS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DAN PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Kasus Program FEATI (Farmers Empowerment Through Agricultural Technology Innovation) di Kabupaten Malang) Keberhasilan pembangunan dengan pendekatan agribisnis ditentukan oleh konsistensi pengelolaan antar subsistem agribisnis hulu, budidaya, agribisnis hilir, dan jasa penunjang agribisnis. Oleh karena itu, keberhasilan itu akan sangat ditentukan keharmonisan kerjasama tim sumberdaya manusia baik pada masing-masing sub sektor. Hasil studi mengungkapkan bahwa ketidakefisienan, kelambatan perkembangan dan kekurangmampuan beradaptasi dari suatu agribisnis banyak bersumber dari ketidakharmonisan kerjasama tim di agribisnis itu sendiri. Persoalan khusus di Indonesia adalah bahwa SDM agribisnis yang tersedia umumnya memiliki perbedaan dan variasi pendidikan dan pengalaman yang cukup kontras. Selain itu wawasan SDM masih terbatas pada level mikro. Menghadapi mutu SDM yang demikian perlu mengembangkan suatu sistem pengembangan mutu SDM yang terencana dan memberi akses kepada SDM yang ada untuk memiliki aspek mikro – makro – global dari agribisnis. Pemberdayaan Penyuluh Petani melalui Teknologi Informasi Pertanian, yang diterapkan di Kabupaten Malang adalah suatu proyek yang unik. Keunikannya yaitu meningkatkan aktivitas kegiatan agribisnis di pedesaan melalui perubahan pola pikir petani dari pertanian subsistem tradisional ke pertanian modern dengan tumbuhnya sikap kewirausahaan yang handal untuk mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan petani dan mengentaskan kemiskinan. Pola pikir yaitu perilaku dan sikap petani itu diubah dengan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Dalam perkembangannya terdapat 4 faktor yang perlu mendapat perhatian oleh pengelola sehingga keberlanjutan agribisnis ini dapat berlangsung dengan baik yaitu : perubahan perilaku dan sikap petani dapat berlangsung dalam jangka
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERSPEKTIF AGRIBISNIS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DAN
PENGENTASAN KEMISKINAN
(Studi Kasus Program FEATI (Farmers Empowerment Through Agricultural
Technology Innovation) di Kabupaten Malang)
Keberhasilan pembangunan dengan pendekatan agribisnis ditentukan
oleh konsistensi pengelolaan antar subsistem agribisnis hulu, budidaya,
agribisnis hilir, dan jasa penunjang agribisnis. Oleh karena itu, keberhasilan itu
akan sangat ditentukan keharmonisan kerjasama tim sumberdaya manusia baik
pada masing-masing sub sektor. Hasil studi mengungkapkan bahwa
ketidakefisienan, kelambatan perkembangan dan kekurangmampuan
beradaptasi dari suatu agribisnis banyak bersumber dari ketidakharmonisan
kerjasama tim di agribisnis itu sendiri.
Persoalan khusus di Indonesia adalah bahwa SDM agribisnis yang
tersedia umumnya memiliki perbedaan dan variasi pendidikan dan pengalaman
yang cukup kontras. Selain itu wawasan SDM masih terbatas pada level mikro.
Menghadapi mutu SDM yang demikian perlu mengembangkan suatu
sistem pengembangan mutu SDM yang terencana dan memberi akses kepada
SDM yang ada untuk memiliki aspek mikro – makro – global dari agribisnis.
Pemberdayaan Penyuluh Petani melalui Teknologi Informasi Pertanian,
yang diterapkan di Kabupaten Malang adalah suatu proyek yang unik.
Keunikannya yaitu meningkatkan aktivitas kegiatan agribisnis di pedesaan
melalui perubahan pola pikir petani dari pertanian subsistem tradisional ke
pertanian modern dengan tumbuhnya sikap kewirausahaan yang handal
untuk mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan petani dan
mengentaskan kemiskinan. Pola pikir yaitu perilaku dan sikap petani itu diubah
dengan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Dalam perkembangannya
terdapat 4 faktor yang perlu mendapat perhatian oleh pengelola sehingga
keberlanjutan agribisnis ini dapat berlangsung dengan baik yaitu :
perubahan perilaku dan sikap petani dapat berlangsung dalam jangka
pendek, menengah atau panjang, tergantung pada obyek atau
contoh dalam proses pembelajaran
obyek atau contoh yang diperagakan dalam kegiatan sesuai dengan
potensi lokal dan kepentingan petani agar menarik minat petani
peserta dan dapat memperpendek perubahan perilaku dan sikap petani.
kurikulum pelatihan relevan dengan aspek agribisnis, dan mampu
meningkatkan "managerial skill” petani peserta.
pelatih dan fasilitator mempunyai jiwa kewirausahaan; lebih diidamkan
adalah pelaku agribisnis yang terbukti berhasil.
Kalau kronologi proyek-proyek perbantuan Bank Dunia dan Bank
Pembangunan Asia ditelaah secara mendalam, maka FEATI adalah evolusi
dari proyek-proyek sebelumnya dengan pendekatan baru yang merupakan
improvisasi dari pendekatan lama. Setiap pendekatan baru tidak saja harus
dicoba, tetapi juga harus dinilai berdasarkan umpan balik dari lapangan.
Umpan balik yang dimaksud bukan hanya berkenaan dengan dampaknya
terhadap pembangunan pertanian di pedesaan, tetapi juga terhadap psikologi
dan sosial masyarakat petani. Pendekatan-pendekatan yang lebih efektif dan
efisien masih belum berakhir, dan pencarian itu ke depan harus dilaksanakan
oleh lembaga-lembaga pemerintah sendiri, karena transaction cost-nya akan
jauh lebih rendah.
Banyak proyek pembangunan ekonomi pedesaan dengan tujuan dan
sasaran yang bersifat top-down dengan pendekatan paternalisme hadial.
Proyek proyek demikian umumnya tidak efektif dan akhirnya gagal (Bunch,
2001) 1. Proyek yang diarahkan ke sifat bottom-up,memberikan kesempatan
serta kemampuan petani ditingkatkan melalui program pembelajaran. Akan
tetapi kalau program pembelajaran itu salah langkah, dan tidak dipersiapkan
dengan benar dan seksama, tujuan dan sasaran tidak tercapai.
Pilar Inisiasi dan Pengembangan Agribisnis pada Kelompoktani
PAI-UN (1996)2 mendefinisikan agribisnis sebagai "kegiatan
menyeluruh mulai dari manufaktur dan penjualan sarana produksi pertanian
untuk mendukung proses produksi komoditas pertanian, diikuti oleh
pengelola hasil, penyimpanan dan distribusi produk produknya sesuai
dengan permintaan pasar, dan hal-hal yang timbul dari semua kegiatan
tersebut".
Dalam menginisiasi dan mengembangkan agribisnis konsultan/
Penyuluh lokal, pemandu atau fasilitator kegiatan petani, gabungan kelompok
tani (Gapoktan) dan Asosiasi Gapoktan atau FMA (Farmer's Managed
Activity), harus menempuh langkah-langkah berikut: (a) pemilahan klaster
agribisnis, (b) perencanaan bisnis yang tepat, (c) penelusuran peluang, (d)
orientasi kemitraan dengan analis, (e) analisis informasi pasar, (f)
perhitungan pendanaan yang diperlukan, (g) ketersediaan modal (kredit
Bank atau skema kredit yang lain), dan (h) pelaksanaan agribisnis sesuai
dengan rencana (dari Gapoktan / asosiasi Gapoktan).
Keterkaitan Produsen dengan konsumen
Petani individual yang bergabung dengan Gapoktan / asosiasi
Gapoktan adalah produsen komoditas pertanian, sedangkan konsumennya
adalah masyarakat desa, kecamatan, kabupaten, dsb. Konsumen tersebut
memanfaatkannya dalam bentuk bahan mentah secara langsung seperti
beras, sayuran, buah-buahan. Hasil komoditas pertanian yang lain ada yang
dikonsumsi dalam bentuk olahannya. Jadi, industri pertanian adalah pasar
komoditas pertanian yang memberi nilai hasil pertanian lebih tinggi dari yang
dinilai oleh konsumen langsung.
Industri pertanian mempunyai selera yang berbeda dengan konsumen
bahan segar (masyarakat kebanyakan di pedesaan dan perkotaan) pada
tingkat pendapatan menengah kebawah, sebab itu perlu memahami perbedaan
karakteristik pertanian dan industri pertanian (Tabel 1)
Tabel 1. Perbedaan ciri utama pertanian dan industri
Penciri Pertanian Agrobisnis
• Hasil produktifitas - Sangat dipengaruhi oleh
iklim / cuaca
- Tidak dipengaruhi oleh iklim
dan cuaca • Kualitas - Tidak konsisten - konsisten
• Harga - Fltuktuatif (rendah pada
puncak panen)
- Stabil (cenderung naik secara
bertahap) • Tenaga kerja (SDM) - Tradisional - Profesional (terlatih)
Kelemahan pertanian dalam menunjang pengembangan agroindustri,
disebabkan karena tiadanya kesinambungan suplai bahan baku industri, dan
bahan baku yang tersedia kualitasnya tidak memenuhi kualitas standar dari
industri. Banyak contoh dari penutupan pabrik-pabrik pengolahan hasil
pertanian akibat dari ketidaksinambungan ketersediaan bahan baku dengan
kualitas baik dan terjamin.
Program Pelatihan bagi petani anggota Gapoktan dan pengurus
Gapoktan / Asosiasi Gapoktan bertujuan untuk menjadikan mereka sebagai
petani tangguh pula. Petani yang tangguh akan menjadikan pertanian yang