7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
1/29
Pembangunan Agribisnis Peternakan20072012Pembangunan Peternakan berwawasan Agribisnis dan BerkelanjutanOleh : Ir. R o h m a d
Makalah disampaikan pada Pelatihandi Desa NGINO Kecamatan PLEMAHAN Kabupaten KEDIRIHari Rabu, 9 Nopember 2011
PENGERTIAN AGRIBISNISEra globalisasi membawa konsekuensi perlunya perubahan struktur ekonomi,
industri dan perdagangan. Pemerintah dan masyarakat Indonesia khususnya
para wirausahawan bidang pertanian harus sudah mengantisipasi masalah-
masalah yang akan dihadapi pada era perdagangan bebas dengan mengubah
orientasi produksi menjadi orientasi Agribisnis yang diharapkan dapat
mengintegrasikan sektor pertanian (Inti dan Turunannya) dalam sistem
perdagangan internasional.
Menurut Bungaran Saragih (2004) pengertian Agribisnis itu sendiri meliputi
semua aktivitas sebagai suatu rangkaian sistem yang terdiri dari :
1.Sub Sistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi, teknologi danpengembangan sumberdaya pertanian.
2.Sub Sistem Produksi dan Usaha Tani3.
Sub Sistem Pengolahan Hasil-Hasil Pertanian atau Agroindustri.
4.Sub Sistem distribusi dan Pemasaran Hasil Pertanian.Dengan demikian Sistem Agribisnis merupakan rangkaian kegiatan yang
berkesinambungan mulai dari hulu sampai hilir, dimana keberhasilan
http://rohmatfapertanian.wordpress.com/2012/07/20/pembangunan-agribisnis-peternakan/kepala-halaman-3/7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
2/29
pengembangan agribisnis sangat bergantung pada kemajuan-kemajuan yang
dapat dicapai pada setiap simpul yang menjadi Sub Sistemnya.
EVALUASI KEBIJAKANEvaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan.
1.Pertama, dan yang paling penting, evaluasi memberi informasi yang validdan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu, seberapa jauh
kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan
publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-
tujuan tertentu (misalnya, perbaikankesehatan) dan target tertentu.
2.Kedua, evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadapnilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelasdengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target. Nilai
juga dikritik dengan menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan
dan target dalam hubungan dengan masalah yang dituju. Dalam
menanyakan kepantasan tujuan dan sasaran, analis dapat menguji
alternatif.sumber nilai maupun landasan mereka dalam berbagai bentuk
rasionalitas (teknis, ekonomis, legal, sosial, substantif).
3.Ketiga, evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metodeanalisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah danrekomendasi. Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan
dapat memberi sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan,
sebagai contoh, dengan menunjukkan bahwa tujuan dan target perlu
didefinisikan ulang. Evaluasi dapat pula menyumbang pada definisi
alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan
menunjukkan bahwa alternatif kebijakan yang diunggulkan sebelumnya
perlu dihapus dan diganti dengan yang lain.
Dalam menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan, digunakan tipe
kriteria yang berbeda untuk mengevaluasi hasil kebijakan. Perbedaan utama
antara kriteria untuk evaluasi dan kriteria untuk rekomendasi adalah pada
waktu ketika kriteria diterapkan atau diaplikasikan. Kriteria untuk evaluasi
diterapkan secara restrospektif (ex post), sedangkan kriteria untuk
rekomendasi diterapkan secara prospektif (ex ante). Mengingat kurang jelasnya
http://webpustaka.com/berita/category/kesehatan/http://webpustaka.com/berita/category/kesehatan/http://webpustaka.com/berita/category/kesehatan/http://webpustaka.com/berita/category/kesehatan/7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
3/29
arti evaluasi di dalam analisis kebijakan, menjadi sangat penting untuk
membedakan beberapa pendekatan dalam evaluasi kebijakan, yaitu evaluasi
semu, evaluasi formal, dan evaluasi teoritis keputusan.
Pengertian Sistem AgribisnisIstilah agribisnis yang terungkap sejauh ini memberikan kesan kepada kita
bahwa agribisnis adalah suatu corak pertanian tertentu dengan jati diri yang
berbeda dengan pertanian tradisional (yang dilakoni mengikuti budidaya yang
berakar pada adat istiadat dari komunitas tradisional) maupun dari pertanian
hobi yang tidak mendambakan nilai tambah komersial. Agribisnis adalah
pertanian yang organisasi dan manajemennya secara rasional dirancang untuk
mendapatkan nilai tambah komersial yang maksimal dengan menghasilkan
barang dan/atau jasa yang diminta pasar. Oleh karena itu dalam agribisnis
proses transformasi material yang diselenggarakan tidak terbatas kepada
budidaya proses biologik dari biota (tanaman, ternak, ikan) tetapi juga proses
pra usahatani, pasca panen, pengolahan dan niaga yang secara struktural
diperlukan untuk memperkuat posisi adu tawar (bargaining) dalam interaksi
dengan mitra transaksi di pasar. Ikatan keterkaitan fungsional dari kegiatan
pra usahatani, budidaya, pasca panen, pengolahan, pengawetan dan
pengendalian mutu serta niaga perlu terwadahi secara terpadu dalam suatu
sistem agribisnis yang secara sinkron menjamin kinerja dari masing-masingsatuan sub proses itu menjadi pemberi nilai tambah yang menguntungkan, baik
bagi dirinya maupun secara keseluruhan.
Sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem,
yaitu (a) subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan
pengembangan sumberdaya pertanian; (b) subsistem budidaya atau usahatani;
(c ) subsistem pengolahan hasil atau agroindustri, dan (d) subsistem pemasaran
hasil; (e) subsistem prasarana dan (f) subsistem pembinaan.
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP AGRIBISNIS1.Agribisnis itu adalah suatu sistem yang utuh mulai sub-sistem
penyediaan sarana produksi dan peralatan pertanian; sub-sistem usaha
tani; sub-sistem pengolahan atau agroindustri dan sub-sistem
pemasaran. Agar sub-sistem ini bekerja dengan baik maka diperlukan
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
4/29
dukungan sub-sistem kelembagaan sarana dan prasarana serta sub-
sistem pembinaan.
2.Umumnya kelemahan dari pelaksanaan sistem agribisnis ini terletak padalemahnya keterkaitan sub-sistem tersebut. Apa yang terjadi di lapangan
adalah bahwa sub-sistem tersebut bekerja sendiri-sendiri.
3.Agar pelaksanaan sistem agribisnis berjalan lancar dan agar keterkaitanantarsub-sistem bertambah kuat maka diperlukan dukungan
sumberdaya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM). Penekanan
pada SDA terletak pada bagaimana menerapkan sistem agribisnis yang
memperhatikan aspek keberlanjutan (sustainibility). Penekanan pada
SDM terletak pada bagaimana meningkatkan kualitas SDM di berbagai
sektor kegiatan sistem agribisnis.
Pentingnya Memahami Wawasan AgribisnisKita akan membahas Pentingnya Memahami Wawasan Agribisnis dalam arti
mengapa perlu agribisnis dalam pembangunan pertanian? Pengalaman
menunjukkan bahwa pembangunan yang berwawasan agribisnis ini mampu:
1.meningkatkan pendapatan produsen;2.meningkatkan penyerapan tenaga kerja;3.meningkatkan perolehan devisa; dan4.menambah jumlah agroindustri baru.
Untuk itu pengalaman juga menunjukkan bahwa hal tersebut disebabkan
didukung oleh strategi pertanian tangguh. Petaninya, pembinanya dan
lembaganya harus tangguh. Ini artinya SDM dan lembaga pendukungnya
(agrisupport activities) harus tangguh.
Kondisi lain yang mendukung keberhasilan pembangunan pertanian tersebut
adalah karena kondisi agroklimat yang ada sangat menguntungkan dan
kemauan politik pemerintah juga sangat mendukung. Walaupun demikian di
sana-sini masih banyak kekurangan. Ini dapat dibuktikan dari produktivitas
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
5/29
(produksi per hektar) komoditas yang sama dari yang dihasilkan oleh negara
lain. Ini lazimnya lebih dikenal dengan istilah kalah bersaing.
Kondisi kalah bersaing pada masa mendatang dalam era globalisasi atau era
GATT, maka hal tersebut akan lebih serius lagi. Oleh karena itu upaya-upayauntuk meningkatkan daya saing perlu terus ditingkatkan lagi.
Untuk meningkatkan daya saing ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain dengan penggunaan teknologi baru, melakukan efisiensi di segala
bidang agar biaya produksi dapat ditekan, produksi dapat ditingkatkan dan
keuntungan yang lebih besar dapat diraih. Juga melaksanakan usahanya
dengan sentuhan-sentuhan sistem agribisnis, sebab dengan sentuhan sistem
agribisnis maka keuntungan akan lebih besar lagi. Untuk mengawali
peningkatan daya saing itu perlu diberikan prioritas pada komoditas unggulan.
Keterkaitan Pelaku Ekonomi AgribisnisPelaku ekonomi atau yang lazim disebut pula dengan dunia-usaha terdiri dari
BUMN, Swasta dan Koperasi. Pembagian seperti ini tentunya tergantung dari
kebutuhan, namun pembagian dunia usaha menjadi BUMN, Swasta dan
Koperasi adalah lazim digunakan dalam terminologi yang ada. Ketiga pelaku
ekonomi ini saling bekerja sama satu sama lain menurut kepentingannya
masing-masing.
Hal ini disebabkan baik BUMN, Swasta maupun Koperasi mempunyai kekuatan
dan kelemahan masing-masing. Karena itu mereka saling membutuhkan satu
sama lain. Begitu pula halnya dengan usaha pengembangan agribisnis, ketiga
pelaku ekonomi ini saling bekerja sama menurut kepentingannya masing-
masing.
Agribisnis sebagai Suatu PendekatanAgribisnis itu adalah suatu sistem pendekatan pembangunan yang utuh. Sistem
ini terdiri dari empat subsistem yaitu penyediaan sarana produksi dan
peralatan, usahatani, pengolahan dan pemasaran. Dalam pelaksanaan lebih
lanjut agar empat subsistem dapat berjalan dengan baik maka diperlukan dua
subsistem lagi, yaitu subsistem infrastruktur dan subsistem pembinaan.
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
6/29
Oleh karena itu pelaksanaan agribisnis memerlukan koordinasi dari berbagai
pendekatan pembangunan pertanian. Profesor Mosher dengan pendekatan lima
prinsip utama, Soekartawi dengan RTIC-endowment, Schultz dengan konsep
traditional agrivulture dan sebagainya.
Setelah koordinasi tersebut berjalan lancar, maka diperlukan penciptaan
kondisi yang kondusif yang memadai di pedesaan atau di daerah di mana
agribisnis tersebut dilaksanakan. Kondisi kondusif ini antara lain adalah
1.tersedianya komponen agribisnis secara lengkap di pedesaan;2.adanya wirausaha dan kemitraan dan3.kondisi lain yang mendukung.
Analisis SWOTSecara asasi karena sifatnya sebagai industri yang bertumpu kepada proses
biologis, dunia peternakan adalah dunia pedesaan. Data statistik menunjukkan
lebih dari 54 persen dari angkatan kerja pedesaan bermata pencaharian di
bidang pertanian/peternakan dengan rata-rata pendapatan relatif lebih rendah
dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang bekerja di sektor lain dan yang
tinggal di perkotaan. Rendahnya pendapatan penduduk pedesaan, terutama
yang bekerja di sektor perrtanian-peternakan ada hubungannya dengan
struktur pedesaan yang kurang kondusif bagi perkembangan agribisnis yang
dinamik dan kompetitif, karena sosok usahatani peternakan yang lemah
prasarana, fisik dan non fisik yang masih belum memadai, serta terbatasnya
jangkauan pasar. Kita semua mengetahui bahwa hampir sebagian besar
produksi hasil peternakan adalah hasil jerih payah nelayan yang bertumpu
kepada usahatani keluarga , yang didukung dengan sumberdaya manusia dan
iptek yang masih tertinggal. Kondisi struktural demikian itu menyebabkan
terbatasnya kemampuan nelayan untuk menjangkau sarana produksi dankesempatan memperoleh sinergi yang diperlukannya untuk berkembang
Ditinjau dari aspek dukungan pendanaan dari perbankan, ternyata investasi
peternakan juga sangat kurang diminati dunia usaha.. Hal ini menjadi salah
satu indikator dari adanya suku bunga perbankan yang dirasakan terlalu tinggi
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
7/29
untuk usahatani di pedesaan dan fakta bahwa lembaga dan sistem perbankan
belum sepenuhnya menjangkau nelayan, baik dari segi kelembagaan maupun
prosedurnya. Andaikata jangkauan tersebut sampai kepada sasarannya,
ternyata lembaga perbankan justru telah menjadi sarana untuk mengalirnya
dana dari pedesaan ke perkotaan, karena pedesaan lebih banyak menyimpan
daripada meminjam. Disini terlihat bahwa ketertinggalan dan keterbatasan
nelayan ternyata merupakan faktor kondisional yang berada dibalik
mengalirnya dana dari pedesaan ke perkotaan tersebut.
Kondisi lain yang ikut memperlambat laju penanaman modal di sektor
pertanian khususnya peternakan adalah keharusan untuk sejak awal
menerapkan pendekatan terpadu yang utuh. Produk peternakan mempunyai
karakteristik yang mudah rusak dan bervolume dengan dibandingkan nilainya.
Penanganan pasca panen, penyimpanan , pengolahan, pengangkutan dan
lancarnya pemasaran menjadi sangat penting. Apabila penanam modal tidak
mampu menerapkan prinsip integrasi vertikal dalam investasinya, maka ia
terpaksa harus bergantung kepada adanya investasi lain yang menjamin
hadirnya semua mata rantai yang diperlukan agar produknya dapat dipasarkan
dengan baik.
Hal-hal lain yang juga memberikan peran dalam memperlebar kesenjangan
antar wilayah maupun diantara masyarakat pedesaan sendiri, adalah apa yangkita sebut sebagai kegagalan pasar. Dari pengalaman selama ini dapat
ditunjukkan bahwa perkembangan ekonomi yang mengandalkan pada kekuatan
pasar saja justru hanya dinikmati oleh masyarakat kelas menengah keatas.
Masyarakat ekonomi lemah termasuk didalamnya nelayan di pedesaan tidak
sepenuhnya mampu memanfaatkannya.
Berhadapan dengan berbagai tantangan yang menggugah tekad untuk
menghadapinya itu, terbuka luas peluang berkembangnya agribisnis untuk
memenuhi permintaan pasar dalam negeri maupun luar negeri akan berbagai
hasil peternakan, yang lokasi dan sumberdayanya berada di Indonesia, serta
didukung dengan sumberdaya manusia, ilmu dan teknologi, organisasi dan
manajemen, serta modal, kekayaan sosial ekonomi dan sosial budaya bangsa
Indonesia sebagai bangsa pejuang yang handal.
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
8/29
Peluang dari segi permintaan timbul disamping karena dinamika pertumbuhan
penduduk, juga karena dinamika pertumbuhan ekonomi, sosial budaya dan
arus globalisasi. Penduduk yang bertambah, pertumbuhan perkotaan,
industrialisasi, peningkatan pendapatan, peningkatan kecerdasan/pendidikan
dan lain-lainnya, merupakan perubahan lingkungan strategik dari sisi
permintaaan yang manakala diantisipasi dan diapresiasi secara tepat akan
menjadi peluang usaha agribisnis yang menjanjikan nilai tambah. Dari segi
penawaran, peluang tersebut terbuka karena kemampuan ekonomi pedesaan
yang semakin besar dan semakin terbuka sebagai hasil dari perubahan dan
kemajuannya dalam transformasi struktural peternakan terdisional menjadi
peternakan dan pedesaan maju. Berkat pengalaman dan pelajaran yang diraih
dalam proses pembangunan dan modernisasi pertanian untuk mencapai
swasembada pangan, ekonomi pedesaan sudah menjadi bagian integral darisistem ekonomi nasional. Proses perubahan untuk menjawab kebutuhan
pangan nasional tersebut telah mengembangkan kelembagaan sistem
agribisnis di pedesaan yaitu perangkat yang menjadi penghantar masukan iptek
sarana, dana dan jasa, serta industri pengolahan hasil secara meluas di seluruh
pedesaan.
Tantangan dan peluang serta kondisi sumberdaya pertanian termasuk
peternakan yang merupakan kekayaan sumberdaya potensial dalam menapak
era pembangunan PJP II dan yang dilengkapi dengan kebijaksanaan
pembangunan yang berorientasi ke pedesaan, menempatkan pembangunan
pertanian pada posisi sebagai arena pembangunan ekonomi yang perlu
melakukan penyesuaian dalam pendekatan, yaitu dari orientasi usahatani untuk
mencukupi kebutuhan menjadi pendekatan agribisnis untuk meraih nilai
tambah bagi wilayah pedesaan melalui kemampuannya untuk bersaing guna
mencapai kesejahteraan yang adil dan merata.
Strategi pembangunan pertanian termasuk peternakan yang berwawasanagribisnis merupakan upaya sistematik yang dipandang ampuh dalam mencapai
beberapa tujuan ganda antara lain 1) menarik dan mendorong sektor
peternakan, 2) menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien dan
fleksibel, 3) menciptakan nilai tambah, 4) meningkatkan penerimaan devisa, 5)
menciptakan lapangan kerja dan 6) memperbaiki pembagian pendapatan.
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
9/29
Dengan sistem agribisnis sebagai perangkat penggerak pembangunan
peternakan, sektor peternakan akan dapat memainkan pernan positip dalam
pembangunan nasional, baik dalam pertumbuhan, pemerataan maupun
stabilisasi. Adalah wajar apabila ternyata masyarakat pembangunan selalu
dihadapkan dengan kenyataan bahwa sasarannya selalu meningkat di satu
pihak, sementara kendalanya ternyata mengikat di pihak lainnya.. Pencapaian
semua tujuan dan sasaran yang menjadi harapan tersebut akan sangat
tergantung kepada kehandalan dari sistem agribisnis yang dikembangkan.
Beberapa faktor strategik yang terkait dengan kehandalan tatanan agribisnis
yang dikembangkan itu adalah 1) lingkungan strategik;2) permintaan; 3)
sumberdaya, serta 4) ilmu dan teknologi.
1) Lingkungan StrategikPengaruh globalisasi dengan sangat cepat menyusup pada struktur dan strategi
badan-badan usaha multinasional. Persaingan antar industri telah berubah
dengan munculnya kerjasama antara badan-badan usaha yang selama ini saling
bersaing, untuk mencapai tingkat keuntungan ekonomi yang tinggi. Dampak
daripadanya seringkali sulit untuk diantisipasi karena pengaruhnya dapat saja
melanggar kaidah-kaidah ekonomi yang fundamental. Gambaran tersebut
sesungguhnya menunjukkan betapa teori keunggulan komparatif tidak lagi
sesuai dengan perkembangan ekonomi dunia dewasa ini.
Jelas bahwa cepatnya fenomena globalisasi ekonomi tersebut membawa
dampak yang sulit, baik untuk negara-negara industri maupun negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Keadaan di atas seringkali lebih dipersulit
dengan semakin tampaknya sifat proteksionistis negara-negara maju dalam
perdagangan, persaingan tidak sehat antara sesama badan usaha multinasional
dalam upaya melestarikan kegiatan ekonominya dan lain sebagainya. Di pihak
lain, seringkali tuntutan keseimbangan neraca perdagangan antar negara
mengakibatkan bentuk perdagangan menjadi semakin tidak dilandasi oleh
prinsip-prinsip keunggulan komparatifnya, karena hubungan bilateral menjadi
prinsip utama dibandingkan prinsip persaingan. Dengan demikian menjadi
semakin penting bagi kita untuk menanamkan wawasan competitiveness
sebagai landasan pembangunan peternakan.
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
10/29
2) PermintaanBagi dunia peternakan, dampak globalisasi ekonomi akan segera terlihat pada
sektor-sektor produksi dari berbagai komoditas peternakan. Jika ingin terus
meningkatkan kemampuan bersaing komoditas peternakan kita di pasarInternasional, maka mau tidak mau kita harus menangkap setiap gejala ataupun
pergerakan yang terjadi pada pasar internasional tersebut. Jelas bahwa
kecendrungan peningkatan produksi komoditas primer di satu pihak, yang
disertai lambannya pertumbuhan permintaan, telah menimbulkan kelebihan
penawaran yang pada gilirannya akan semakin menajamkan persaingan antar
sesama negara produsen. Sementara itu negara-negara konsumen menjadi
semakin sadar akan kepentingannya dalam menghadapi negara produsen,
sehingga sistim produksi peternakan harus senantiasa dikelola dengan
berorientasi pada permintaan pasar.
Perubahan perilaku dan selera pasar yang semakin cepat sangat sulit untuk
diantisipasi dengan tepat oleh negara-negara produsen. Teknologi industri
yang semakin canggih semakin menuntut keefisienan ekonomi, kehandalan
kualitas, disiplin serta profesionalisme dengan segala etika yang terkait
dengannya.
3) SumberdayaIndonesia adalah negara yang sangat kaya sumberdaya alam. Masalahnya
adalah bagaimana mengelola, memanfaatkan secara optimal dan sekaligus
memperluas resource base dari sumberdaya alam dimaksud, sebagaimana
diisyaratkan oleh UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Secara hakiki, upaya
pembangunan yang sedang ditempuh pada saat ini dapat dilakukan dengan
mendayagunakan berbagai sumberdaya potensial yang tersedia di setiap
wilayah maupun yang dapat diusahakan dari luar wilayah yang bersangkutan.
Diantara sumberdaya potensial tersebut, ada yang berupa sumberdaya alam(natural resources), sumberdaya manusia (human resources) serta sumberdaya
buatan (man-made resources).
Potensi sumberdaya alam yang cukup besar dan beragam dari tanah air
Indonesia tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
11/29
masyarakat. Namun demikian, perlu disadari bahwa pengelolaan sumberdaya
potensial (potential endowment resources) semacam itu mempunyai sifat
khas, yaitu keterkaitan (interdependency) yang kompleks dan rumit, yang pada
gilirannya berpengaruh kepada kelestarian (sustainability) sumberdaya
tersebut.
Dengan demikian semakin jelas terlihat, bahwa dalam pemanfaatan
sumberdaya pembangunan selalu terkait pada persoalan-persoalan spesifik
dari sumberdaya. Selain sifat langka dan uniknya, pertimbangan perlu
diberikan kepada adanya masalah eksternalitas, tidak terbelahkan atau
indivisibility, public goods, property right, serta kelangkaan spasial yang
merupakan sumber dari monopoli alami atau natural monopoly.
Kesemua gambaran tersebut pada dasarnya menunjukkan bahwa potensi
sumberdaya pertanian, khususnya peternakan memberikan kesempatan yang
sangat luas untuk mengembangkan prinsip-prinsip keunggulan kompetitif
tanpa meninggalkan dua prinsip penting yaitu (a) wawasan agroekosistem dan
(b) wawasan lokalita/wilayah/regional. Kedua wawasan tersebut pada dasarnya
memberikan arah agar kegiatan agribisnis selalu memperhatikan kondisi dan
potensi sumberdaya alam dan lingkungannya.
4) Ilmu dan TeknologiIlmu dan teknologi merupakan perangkat instrumental hasil karya manusia
untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi karyanya, termasuk karya
dalam menumbuhkembangkan agribisnis di pedesaan. Peningkatan
produktivitas dan efisiensi setiap simpul dalam rangkaian sistem agribisnis
akan menghasilkan perbaikan dalam perolehan nilai tambah secara
proporsional bagi setiap pelaku di dalam rangkaian sistem tersebut.
Sebagai hasil karya manusia, ilmu dan teknologi merupakan sumberdaya
dinamik yang universal dan mempunyai mobilitas tinggi.. Pengembangan,penyebaran, penerapan dan alih teknologi tentunya perlu diberi isi kearifan
pertimbangan agar bersifat selektif dan tepat guna serta sesuai dengan nilai
budaya bangsa. Penerapan iptek tersebut seyogyanya dilakukan sesuai
keragaman dan karakteristik wilayah baik dari segi lahan,agroklimat maupun
sosial ekonomi, sosial budaya serta tingkat kemampuan masyarakat setempat
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
12/29
dalam mengadopsinya. Iptek juga berarti kemampuan rekayasa dan rancang
bangun sebagai hasil daya cipta dan daya kreatif manusia. Disinilah relevansi
peranan perguruan tinggi dan lembaga penelitian untuk menumbuhkan budaya
iptek yang bermuara pada tumbuhnya dinamika dalam menciptakan rakitan
teknologi yang kompatibel dengan keunikan dari masing-masing wilayah.
Berkembangnya iptek yang spesifik lokasi tersebut, pada gilirannya akan
menghasilkan suatu pola pengembangan agribisnis yang dilandaskan pada
keunggulan kompetitif wilayah, sebagai warna dan nuansa dari pengembangan
agribisnis di Indonesia. Sarana pengembangan dan penyebaran serta adopsi
iptek oleh sistem agribisnis tidak cukup hanya dengan eksistensi lembaga
perguruan tinggi dengan litbang saja, tapi juga memerlukan hadirnya secara
menyeluruh di pedesaan fasilitas belajar seperti adanya lembaga penyuluhan
peternakan, sekolah-sekolah kejuruan, berbagai kursus ketrampilan, serta jugalembaga konsultasi yang tersebar dan bergerak melayani masyarakat
nelayan/pedesaan.
Berbagai tantangan, peluang, lingkungan strategik, permintaan/penawaran,
sumberdaya dan iptek, beserta iklim kondusif yang diciptakan oleh perangkat
kebijakan dan pengaturan adalah komponen fungsional /struktural dari
perangkat masyarakat ekonomi yang menjadi wadah dari proses transformasi
pembentukan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sebagai
komponen tentunya dia hanya akan berarti manakala berada dalam tatanan
tertentu yang memberinya posisi, aturan, daya, arah, takaran dan ukuran yang
tepat, guna terwujudnya transformasi masukan menjadi luaran secara efisien
dan menghasilkan nilai tambah yang optimal. Ini berarti dibutuhkan suatu
sistem yang tepat agar pembangunan peternakan dapat menghantarkan
peternakan kepada kondisi yang tangguh, maju dan efisien. Sistem inilah yang
disebut sistem agribisnis.
Kebijakan Peternakan yang disusun diatas telah memenuhi sistem agribisnis
yang diharapkan., yaitu salah satunya adalah berusaha meningkatkanketerkaitan antara subsistem sehingga setiap kegiatan pada masing-masing
subsistem dapat berjalan secara berkelanjutan dengan tingkat efisiensi yang
tinggi.
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
13/29
Dalam rangka mewujudkan usaha peternakan yang berwawasan agribisnis,
telah dikembangkan sentra-sentra produksi antara lain di Jawa Barat,
dikembangkan budidaya Tuna/Cakalang. Diharapkan di daerah ini telah
dibangun pula prasarana dan sarana yang memadai guna mendukung budidaya
Tuna tersebut, antara lain tersedianya jalur transportasi yang layak guna,
adanya proses pengolahan walaupun dalam skala rumah tangga, tersedianya
pasar yang dapat menampung hasil produksi tersebut, dan adanya pembinaan
yang kontinu dari aparat pembuat kebijakan. Akan lebih terlihat keberhasilan
suatu kebijakan apabila pada salah satu programnya terdapat pilot proyek
yang benar-benar mengikuti aturan yang ada pada kebijakan tersebut.
Prospek Pengembangan Usahatani Yang Berwawasan Agribisnis PolaKemitraanPemasyarakatan AgribisnisPemasyarakatan agribisnis melalui pengembangan usaha pertanian yang
berorientasi agribisnis menitik beratkan pada upaya pengembangan
instrument-instrumen agribisnis sebagai sesuatu sistem ditingkat makro, yaitu
: peningkatan mutu hasil pertanian, pengembangan pasar dan informasi pasar,
pengembangan usaha dan hubungan kelembagaan serta pengembangan
investasi yang berwawasan lingkungan. Ditingkat makro yaitu penerapan-
penerapan konsep pengembangan sentra komoditi yang merupakan satuan
kawasan pengembangan agribisnis lokalita (KAPAL).
Peningkatan Mutu Hasil PertanianKebijaksanaan operasional untuk pengembangan standarisasi dan akreditas
hasil pertanian yang diarahkan pada pengembangan/pemasyarakatan sistem
jaminan mutu mulai dari hulu (tingkat petani) sampai dengan hilir.
Di tingkat petani pemasyarakatan mutu, yang dimulai dari pengelolaan
budidaya sampai pada tingkat manajemen budidaya. Sementara ditingkat hilir,
pemasyarakatan standar mutu produk diarahkan pada permintaan pasar.
Pengembangan Pasar dan Informasi Pasar
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
14/29
Kebijakan makro yang perlu diambil dalam rangka perbaikan struktur dan
sistem pasar, antara lain ialah :
Adanya perumusan aturan main antara pelaku, sehingga masing-masing pelakudapat bertransaksi secara seimbang, dan tidak terjadi eksploitasi antara pelaku.
Penerapan model-model kelembagaan yang dapat menciptakan transparasipembentukan harga (price discovery) dan menghilangkan kolusi.
Melancarkan arus informasi pasar dari dan ke, antara sentra produksi dan pasarbaik domestik maupun internasional.
Pengembangan Usaha dan Hubungan Kelembagaan
Kebijaksanaan untuk menumbuhkan usaha dibidang pertanian sertameningkatkan peranan kelembagaan diarahkan pada :
Pengembangan usahatani melalui pola kemitraan usaha dan kewirausahaan. Pengembangan kelembagaan agribisnis di pedesaan. Meningkatkan keterkaitan antara sektor pertanian dengan sector-sektor hilir. Pengembangan sumber daya dan sarana agribisnis, serta Peningkatan kerjasama organisasi profesi.
Pengembangan Investasi Berwawasan LingkunganGuna mendorong pengembangan investasi dan aspek permodalan dibidang
agribisnis ditempuh dengan cara mengupayakan agar investasi agribisnis
sejalan dengan insentif pada sektor lainnya baik melalui kebijakan moneter,
fiskal maupun teknis. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan modal
investasi.
HARMONISASI DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASISSISTEM PERTANIAN ORGANIKPertanian organik semakin mendapat perhatian dari sebagian besar masyarakat,
baik di negara maju maupun negara berkembang, khususnya mereka yang
sangat memperhatikan kualitas kesehatan, baik kesehatan manusia maupun
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
15/29
lingkungan. Produk pertanian organik diyakini dapat menjamin kesehatan
manusia dan lingkungan karena dihasilkan melalui proses produksi yang
berwawasan lingkungan. Trend masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back
to nature) telah menyebabkan permintaan produk pertanian organik di seluruh
dunia tumbuh pesat sekitar 20 30 % per tahun. Berdasarkan hal tersebut,
diperkirakan pada tahun 2012 , pangsa pasar dunia terhadap produk pertanian
organik akan mencapai U$ 100 milyar.
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable
resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources),
untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap
lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi :
penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya.
Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada
penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan.
Pertanian organik merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian
berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian,
seperti tumpangsari (intercropping), penggunaan mulsa, penanganan tanaman
dan pasca panen. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan
sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaanproduktivitas tanah. The International Federation of Organic Agriculture
Movements (IFOAM) menyatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk: (1)
menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai,
(2) membudidayakan tanaman secara alami, (3) mendorong dan meningkatkan
siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian, (4) memelihara dan
meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang, (5) menghindarkan seluruh
bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian, (6) memelihara
keragaman genetik sistem pertanian dan sekitarnya, serta (7)mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem
usaha tani.
Beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan
kontribusi dalam meningkatkan keuntungan harmonisasai produktivitas
pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan kualitas lingkungan, serta
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
16/29
meningkatkan kualitas hidup masyarakat tani adalah sebagai berikut: (1)
pengendalian hama terpadu, (2) aplikasi sistem rotasi dan budidaya rumput, (3)
konservasi lahan, (4) menjaga kualitas air/lahan basah, (5) aplikasi tanaman
pelindung, (6) diversifikasi lahan dan tanaman, (7) pengelolaan nutrisi tanaman,
(8) agroforestri (wana tani), (9) manajemen pemasaran, dan (10) audit dan
evaluasi manajemen pertanian secara terpadu dan holistik.
Berdasarkan penjabaran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa pertanian organik merupakan salah satu teknologi alternatif
pertanian yang memberikan berbagai hal positif, yang dapat diterapkan pada
usaha tani, sehingga produk-produk hasil pertanian dapat bernilai komersial
tinggi, menjamin pemenuhan kebutuhan pangan dan keamanan pangan, dan
dapat memberikan kesadaran masyarakat dan petani khususnya dalam
melestarikan ekosistem lingkungan. Oleh karena itu, untuk menerapkan sistem
pertanian ramah lingkungan yang harmonis dan berkelanjutan, perlu dilakukan
upaya antara lain : (1) sosialisasi pemasyarakatan mengenai pentingnya
pertanian yang ramah lingkungan, (2) penggalakkan konsumsi produk hasil
pertanian organik, (3) diperlukan lebih banyak kajian/penelitian untuk
mendapatkan produk organik yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu perlu
ditekankan bahwa usaha tani yang berorientasi pasar global perlu menekankan
aspek kualitas, keamanan, kuantitas dan harga yang bersaing. Mari kita sambut
dan sukseskan realisasi program kerja Go Organic
MEMBANGUN INDUSTRI PETERNAKAN BERKELANJUTANMelalui kemajuan teknologi khususnya teknoligi biologis dan kimiawi yang
disebut sebagai revolusi hijau (green revolution), telah membawa perubahan
besar baik di bidang pertanian maupun pada ekosistem secara keseluruhan.
Kemajuan teknologi ini menyebabkan manusia mampu menghasilkan produk-
produk pertanian, khususnya bahan pangan yang jauh lebih besar daripadakemampuan produksi alamiah dari alam.
Perkembangan yang bersifat trade off tersebut di satu sisi mampu
meningkatkan produksi dan produktivitas sektor peternakan dalam memenuhi
kebutuhan manusia yang semakin meningkat sejalan dengan meledaknya
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
17/29
jumlah penduduk. Di sisi lain menyebabkan penurunan (worse off) kualitas
lingkungan hidup. Hal ini menyebabkan sektor peternakan menjadi semakin
tergantung dengan input luar yang tinggi dengan penggunaan teknologi
canggih. Sistem peternakan yang semakin tergantung dengan dengan input
luar yang berlebihan dan tidak seimbang, tidak hanya berdampak pada ekologi
dan lingkungan, tetapi juga terhadap situasi ekonomi, sosial dan politik
diantaranya dengan adanya ketergantungan pada impor peralatan, bibit serta
input lainnya.
Perubahan konsep agriculture (budaya bertani) menjadi agribusines (bisnis
pertanian) yang lebih berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dengan
tuntutan efisiensi yang tinggi telah memunculkan paradigma baru dalam
peternakan dengan menggunakan teknologi canggih (sophisticated) yang
cenderung kurang memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Perkembangan ini
telah menyebabkan ketidakseimbangan biokimia ekosistem yang terwujud
dalam bentuk kemerosotan bahkan kerusakan ekosistem mulai dari skala
mikro, makro, dan skala global (misalnya : global warming, ozon layer
depletion, global klimat change), yang pada akhirnya dapat mengancam
kesejahteraan dan keberlanjutan hidup manusia.
Meningkatnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan,
telah meningkatkan perhatian konsumen tentang aspek informasi nutrisi darimakanan yang akan dikonsumsi. Konsumen yang kita hadapi saat ini dan yang
akan datang telah menuntut (demanding demand) kualitas bahan makanan
konsumsi yang aman dan menyehatkan. Secara keseluruhan hal ini telah
menyebabkan peningkatan tuntutan akan keberagaman (increased demand for
variety), tuntutan akan atribut gizi yang lengkap (increased nutritional
information), dan peningkatan tuntutan akan kenyamanan dalam menkonsumsi
(increased demand for convenience).
Perkembangan mutahir dari preferensi konsumen yang secara konvergen telah
merubah perilaku konsumen dalam mengevaluasi produk yang akan dibeli.
Dewasa ini konsumen telah menuntut atribut produk yang lebi rinci dan
lengkap. (1) Bahan pangan aman untuk kesehatan (food safety attributes),
seperti kandungan patogen (food bone patogens), kandungan logam berat
(heavy metals) dan sebagainya. (2) Bahan makanan mengandung nutrisi yang
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
18/29
dapat mendukung kesehatan (nutritional attributes), seperti kandungan lemak
(fat content), kandungan serat (fiber), kandungan mineral, asam amino dan lain
sebagainya. (3) Kandungan nilai dari bahan makanan (value attributes), seperti
kemurnian (purity), komposisi kimia apakah alamiah atau diperkaya
(enrichment), ukuran (size), penampilan (appearance), rasa (tastes), dan aspek
nilai penyajian (konventence of preparation). (4) Bagaimana pengepakan
dilakukan (package attributes), apa materialnya, label dan informasi lainnya.
Dalam ligkungan dan iklim seperti ini maka yang menjadi perhatian untuk
dapat memanfaatkan peluang adalah suatu industri peternakan yang efisien
dan berwawasan lingkungan, yang mampu memanfaatkan potensi sumber daya
alam setempat secara optimal bagi tujuan pembangunan pertanian yang
berkelanjutan. Oleh karena itu pendekatan pembangunan peternakan dengan
paradigma lama perlu dikembangkan dan disesuaikan dengan melakukan
perubahan yang sistematis dan integratif dalam paradigma pembangunan.
Perubahan preferensi konsumen yang lebih menginginkan produk yang ramah
lingkungan perlu diikuti perkembangannya dan diendogenuskan dalam
pembangunan industri agribisnis berbasis peternakan. Untuk itu perlu
dilakukan pengkajian kembali terhadap pemanfaatan teknologi agar tidak
hanya berorientasi pada penggunaan input energi secara maksimal, tetapi perlu
diarahkan pada penggunaan teknologi yang ramah lingkungan. Tujuan
pembangunan harus tetap berjalan seimbang yaitu peningkatan produktivitas
dan produksi dalam memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat
dan disisi lain harus memperhatikan pencapaian keberlanjutan sistem produksi,
peningkatan kesejahteraan petani, dan pelestarian lingkungan hidup yang
memerlukan langkah terobosan di bidang penelitian.
Degradasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan dan Implikasinya BagiPembangunan Peternakan BerkelanjutanPembanguan ekonomi yang cepat akan menyebabkan adanya penurunan nilai
(degradasi) terhadap sumber daya alam dan lingkungan. Kerusakan terhadap
sumber daya alam tersebut dapat berupa perusakann/penggundulan hutan
(deforestation), daerah aliran sungai (watershed), kehilangan keragaman biologi
(biodiversity), erosi yang berlebihan, kerusakan yang dicirikan oleh meluasnya
padang alang-alang, kelebihan tangkapan ikan (overfishing), ikan mati akibat
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
19/29
pemupukan berat dan residu pestisida dan pencemaran air oleh zat-zat kimia
yang berbahaya.
Saptana et al. (1995) dalam Dewi et al. (1999) mengemukakan bahwa
kerusakan sumber daya alam dan lingkungan yang disebabkan oleh : Sistemekonomi yang salah arus sehingga menghasilkan keragaman yang buruk (bad
economy), dan keadaan ekonomi yang buruk ditimbulkan oleh kebijaksanaan
pemerintah yang salah arah (goverment failure), terutama berkaitan dengan
distorsi dalam ekonomi pasar. Distorsi tersebut kemudian menimbulkan
terjadinya isyarat-isyarat harga pasar yang salah (false price signal) kepada
produsen dan konsumen, sehingga kejadian tersebut mengarah mislokasi
sumber daya yang tidak efisien berupa kemubasiran dalam pemanfaatan
sumber daya alam tersebut. Sumber daya alam sebagai hak milik bersama
(common property resources), dimana hak pemilikannya (property right) tidak
jelas yang cenderung untuk tidak dihargai sehingga cenderung terjadi
eksploitasi sumber daya alam.
Paradigma pembangunan yang tidak pernah mempertimbangkan perubahan
aset produktif berupa cadangan sumber daya alam yang semakin menipis
(resourece stock depletion).
Untuk mempertahankan keberlanjutan aliran serta kualitas cadangan sumber
daya pertanian sepanjang waktu, maka harus menerima dan melaksanakankaidah-kaidah berikut (Saptana et al., 1995 dalam Dewi et al., 1999) : Untuk
sumber daya yang dapat pulih (renewable resource) agar diusahakan
pengguanaan lebih kecil atau sama dengan daya laju pertumbuhan alamiah
untuk mempermudahnya kembali. Untuk pemakainnya sumber daya yang tidak
dapat pulih (exhausthable resource) agar diusahakan optimalisasi tingkat
penggunaanya, dengan syarat agar dicarikan substansinya dari sumber daya
lainnya dan untuk meningkatkan efisiensi pemakainnya agar digunakan
teknologi maju yang hemat energi.
Agar dapat memanfaatkan sumber daya alam secara efisien maka nilai jasa
lingkungan dan cadangan sumber daya alam bersangkutan harus
diperhitungkan analisis neraca ekonomisnya.
Membangun Industri Peternakan Berwawasan Lingkungan
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
20/29
Pembangunan peternakan harus dilakukan dengan pola pembagunan
berkelanjutan yang diartikan sebagai upaya pengelolaan dan konservasi sumber
daya peternakan (lahan, air, dan sumber daya genetik) melalui orientasi
perubahan teknologi dan kelembagan sedemikian rupa sehingga menjamin
tercapainya kebutuhan yang diperlukan secara berkesinambungan dari waktu
ke waktu.
Pembangunan peternakan berkelanjutan yang memperhatikan aspek konservasi
sumber daya alam, air dan sumber daya genetik tanaman dan hewan tersebut
harus berwawasan ligkungan, artinya: tidak menimbulkan pencemaran serta
degradasi dalam mutu lingkungan hidup, yakni secara teknis tepat guna, secara
ekonomi layak diusahakan, secara sosial dapat diterima, secara ekologis tetap
menjamin keseimbangan ekosistem lainnya. Implikasinya pembangunan
peternakan berwawasan lingkungan adalah : (1) terpeliharanya kapasitas
produksi sumber daya alam, (2) mengurangi dampak pencemaran dan
penurunan kualitas linkungan hidup, (3) dapat menghasilkan produk primer
maupun sekunder yang berkualitas dan higienis dan berdaya saing tinggi, serta
(4) dapat menyediakan lapangan kerja dan pendapatan yang memadai bagi
peternak.
Dilihat dari basis sumber daya yang digunakan, agribisnis peternakan sangat
tergantung pada faktor ekosistem atau lingkungan. Oleh karena itupembangunan peternakan dengan pendekatan agribnisnis dapat terus tumbuh
secara berkelanjutan sesuai dengan ekosistem spesifik lokasi dimana agribisnis
dikembangkan. Strategi pembangunan peternakan yang berkelanjutan pada
sistem produksi dilakukan dengan pendekatan usahatani (farming system)
berupa integrasi tanaman dan ternak, pendaurulang bahan organik, pengolahan
lahan konservasi, pengurangan bahan input kimia (LISA = Low Input
Sustainable Agriculture), pengendalian hama terpadu dan sistem produksi
tanaman-ternak. Pada subsitem agroindustri dilakukan pengolahan produksipeternakan primer menjadi sekunder atau tersier serta pengolahan limbah.
Beberapa keuntungan pembangunan peternakan yang berkelanjutan dengan
pendekatan agribisnis antara lain :
Pengembangan agribisnis peternakan didasarkan atas sumber daya alam yangdapat diperbaharui (renewable) tidak akan pernah habis.
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
21/29
Kegiatan agribsinis peternakan dapat diintegrasikan dengan mudah sehinggainteraksi masyarakat dengan lingkungan dapat dipertahankan.
Dapat membuka peluang kesempatan kerja dan peningkatan pendapatandengan adanya nilai tambah hasil produksi peternakan bersifat standar,
berkualitas baik dan berdaya saing tinggi.
DASASILA PETERNAKAN DALAM PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI INDONESIAeternakan diakui sebagai salah satu komoditas pangan yang memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi devisa negara dan harus dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Pada kenyataannya, target
kebutuhan protein hewani asal ternak sebesar 6 g/kapita/hari masih jauh dari
terpenuhi. Ada sedikitnya sepuluh permasalahan yang dihadapi oleh bangsaIndonesia dalam mengembangkan peternakan yaitu pemerataan dan standar
gizi nasional belum tercapai, peluang ekspor yang belum dimanfaatkan secara
maksimal, sumber daya pakan yang minimal, belum adanya bibit unggul
produk nasional, kualitas produk yang belum standar, efisiensi dan
produktivitas yang rendah, sumber daya manusia yang belum dimanfaatkan
secara optimal, belum adanya keterpaduan antara pelaku peternakan,
komitmen yang rendah dan tingginya kontribusi peternakan pada pencemaran
lingkungan.
Bahkan, akhir-akhir ini produk ternak dari luar negeri semakin membanjiri
pasar Indonesia dengan harga yang lebih murah dan mutu yang lebih baik. Hal
ini sangat sulit untuk dihindari, karena adanya kecenderungan adanya
perdagangan bebas dan Indonesia mau tidak mau harus menghadapinya. Hal
ini tentu saja mengancam perkembangan peternakan di Indonesia.
Untuk mengantisipasi terpaan dari luar, peternakan di Indonesia harus
mengubah strategi agar mampu bertahan dan bahkan mampu bersaing dengan
produk luar baik dalam memperebutkan pasar nasional maupun pasar
internasional.
A. Dasasila Peternakan
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
22/29
Dalam kaitannya dengan hal tersebut di atas, penulis mengemukakan selupuh
dasar peternakan yang harus dikembangkan dan diterapkan di Indonesia.
Sepuluh dasar tersebut yang penulis namakan Dasasila Peternakan telah
diseminarkan di forum seminar nasional yang diselenggarakan pada tanggal 17
Mei 2004 di Bengkulu. Konsep ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.Interaksi Pelaku Peternakan yang Harmonis.2.Interaksi Pelaku Peternakan dengan Lingkungan yang Harmonis.3.Pengembangan Pakan Berbasis Bahan Baku Lokal yang Kompetitif.4.Penciptaan Bibit Unggul.5.Perencanaan Usaha Terintegratif.6.Penciptaan Tatalaksana Berbasis Peternakan Berkelanjutan.7.Kesehatan yang Optimal bagi Ternak, Peternak dan Masyarakat.8.Pengelolaan Keuangan,Kemudahan Berusaha & Kemudahan Mendapatkan
Modal Usaha.
9.Pemasaran Terpadu.10. Kesejahteraan bagi Ternak, Peternak dan Masyarakat Luas.
Sepuluh sila tersebut telah ada dan telah dimengerti dan dipahami oleh dunia
peternakan di Indonesia. Namun dalam kenyataannya kebijakan pemerintah dan
juga strategi swasta masih terkotak-kotak. Belum terintegrasi.
Interaksi Pelaku Peternakan yang HarmonisSila pertama dan kedua merupakan sila yang amat fundamental. Kedua sila ini
merupakan atmosfir ideal yang hendak diraih, dan juga merupakan intisari dari
sila-sila selanjutnya.
Pada sila pertama dikemukakan bahwa untuk mencapai dunia peternakan yang
ideal, para pelaku peternakan baik yang terkait secara langsung ataupun tidak
langsung harus berinteraksi secara harmonis. Yang dimaksud dengan para
pelaku peternakan antara lain pemerintah (dalam hal ini Departemen Pertanian
sub peternakan beserta jajarannya, Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas-dinas
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
23/29
Peternakan dll.), Asosiasi-asosiasi Peternakan, Bank, Pengusaha, Peternak,
Perguruan Tinggi dan lain sebagainya yang terkait dengan dunia usaha
peternakan.
Interaksi antar pelaku peternakan yang harmonis dapat diamati pada Bagan 1 dibawah ini. Dari bagan tersebut, pemerintah berperan sebagai koordinator
semua kegiatan peternakan, dimana dalam membuat kebijakan umum harus
melakukan koordinasi dengan seluruh komponen yang terlibat dalam
peternakan. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan kebijakan yang
menguntungkan semua pihak.
Dalam implementasinya maka kesejajaran antara pelaku peternakan di bawah
koordinasi pemerintah, sehingga satu dengan yang lainnya tidak bersifat
dominan. Untuk mencapai kesejajaran, maka peternak harus berada dalam
suatu wadah yang kokoh yaitu koperasi mandiri yang menasional, yang
mempunyai kekuatan tawar dengan pelaku peternakan lainnya. Semua elemen
pelaku peternakan secara bebas memberi umpan balik kepada perintah dan
dapat memberi input terhadap elemen lainnya. Pemerintah selain sebagai
koordinator, ia juga sebagai pihak evaluator dan pengontrol pelaksanaan
kebijakan di lapangan. Jadi, untuk menghasilkan interaksi yang harmonis perlu
adanya sistem peternakan yang baik.
Dalam konsep sistem peternakan meliputi proses, struktur dan fungsi. Proses
merupakan pola-pola yang dibuat oleh manusia dalam mengatur hubungan
antara satu dengan lainnya. Dalam sistem peternakan lembaga seperti
departemen pertanian, direktorat jenderal peternakan, asosiasi-asosiasi,
birokrasi dll. tidak lain adalah proses-proses. Lembaga-lembaga ini
mempunyai kehidupan masing-masing. Mereka mencerminkan struktur
perilaku. Struktur ini meliputi lembaga-lembaga formal dan informal.
Sementara fungsi adalah membuat keputusan-keputusan yang mengikat
seluruh masyarakat seperti kebijakan umum dan pengalokasian nilai-nilai
dalam masyarakat peternakan.
Dalam sistem peternakan ada 4 komponen yang harus diperhatikan yaitu
kekuasaan, kepentingan, kebijakan dan budaya peternakan. Kekuasaan adalah
cara untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam alokasi sumber daya di antara
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
24/29
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Kepentingan adalah sebagai tujuan-
tujuan yang ingin dikejar oleh pelaku peternakan. Kebijakan sebagai hasil
interaksi antara kekuasaan dan kepentingan, biasanya dalam bentuk undang-
undang. Budaya peternakan adalah sebagai orientasi subjektif individu terhadap
sistem peternakan yang berlaku. Keempat komponen tersebut harus dibangun
secara bersama, agar dicapai kesepakatan yang memuaskan semua pihak yang
bergerak di bidang peternakan.
Interaksi Pelaku Peternakan dengan Lingkungan yang HarmonisSila kedua pelaku peternakan juga harus berinteraksi secara harmonis dengan
lingkungannya. Lingkungan tersebut berupa lingkungan fisik dan lingkungan
sosial.
Lingkungan fisik ada yang bersifat mikro dan ada pula yang bersifat makro.
Nah, dalam kaitannya dengan lingkungan fisik ini pelaku peternakan selain
menggunakan sumber daya alam secara optimal juga harus menjaga
keseimbangan lingkungan fisik di mana mereka berusaha. Hal ini berarti setiap
limbah yang dihasilkan harus diolah sedemikian rupa sehingga limbah sebelum
dialirkan ke sumber air harus bebas dari kontaminan. Selain itu, peternakan
harus dikelola dengan menghasilkan tingkat polusi seminimal mungkin.
Yang dimaksud dengan lingkungan sosial adalah dapat berupa lingkungan
sosial dalam sistem kegiatan peternakan itu sendiri dan dapat pula berupa
masyarakat luas di mana mereka beraktivitas. Kegiatan peternakan sebaiknya
memperhatikan aspirasi masyarakat di sekitar mereka. Agar supaya kehadiran
mereka dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar, maka sudah selayaknya
mereka merekrut masyarakat sebagai pekerja atau tenaga professional serta
melatih mereka agar mendapat pekerjaan dan masa depan yang lebih baik.
Dengan cara ini sebenarnya menghindarkan perusahaan peternakan dari sikap
dan perilaku negatif dari masyarakat.
Disamping itu, para pelaku peternakan harus memperhatikan hak-hak
konsumen seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Para pelaku diharapkan tidak
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
25/29
melakukan hal-hal yang merugikan konsumen seperti menyembunyikan
kualitas produknya.
Pengembangan Pakan Berbasis Bahan Baku Lokal yang KompetitifSila ketiga merupakan salah satu jabaran sila pertama. Untuk mengembangkan
peternakan yang mempunyai kekuatan pasar yang tinggi, maka dunia
peternakan harus mengembangkan pakan yang mempunyai nilai kompetitif
yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pakan menempati porsi terbesar dari
total produksi. Kita tidak bisa mengandalkan begitu saja negara lain sebagai
pensuplai pakan ternak. Sebab, hal ini sangat rawan bagi dunia peternakan
nasional. Kita bisa saja membentuk suatu asosiasi multinegara untuk
mengembangkan pakan tersebut, asalkan kita mempunyai kekuatan yang
seimbang.
Artinya kita harus berusaha untuk mengembangkan salah satu sumberdaya
pakan yang amat penting bagi kegiatan peternakan di negara lain, sementara
negara lain yang tergabung dalam ikatan perjanjian tersebut memproduksi
bahan pakan lain. Dengan cara ini, Indonesia mempunyai kekuatan tawar yang
tinggi. Mungkin kita bisa mulai kerjasama dengan negara tetangga yang
tergabung dalam negara ASEAN.
Penciptaan Bibit UnggulSila keempat yaitu penciptaan bibit unggul. Idealnya, jika sistem peternakan
yang bersifat universal terbentuk, maka bibit unggul tidaklah harus diproduksi
di masing-masing negara. Namun, dalam alam empiris hal ini sangat sulit
untuk diterapkan. Oleh sebab itu, agar dunia peternakan dapat berkembang di
tingkat nasional, kita seharusnya menciptakan bibit unggul yang khas. Mungkin
kita akan kalah bersaing dengan negara lain dalam hal penciptaan ternak
unggul yang sudah ada. Oleh sebab itu, kita dapat mengembangkan bibitunggul yang belum dikembangkan oleh negara lain. Alam telah menyediakan
hal tersebut di negara kita yaitu berupa plasma nutfah yang beraneka ragam.
Tinggal kita mau dan mempunyai kemampuan untuk menggali dan
mengembangkannya. Saya yakin, kita telah banyak memiliki ahli pemuliaan,
namun pada kenyataannya belum dimanfaatkan seoptimal mungkin.
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
26/29
Kita mempunyai banyak plasma nutfah untuk keperluan pengembangan bibit
unggul. Sebagai contoh kita dapat mengembangkan budidaya ayam hutan
merah dan hijau untuk keperluan pengembangan ayam hias yang khas. Sebagai
contoh ayam Burgo yang merupakan hasil persilangan ayam hutan merah dan
ayam kampung menghasilkan ayam hias yang bagus pada ayam jantan,
sedangkan ayam betina mempunyai produksi telur yang lebih tinggi dari ayam
kampung. Kita juga mempunyai ayam Arab yang produksi telurnya menyamai
ayam ras. Kita juga mempunyai domba Garut sebagai penghasil wol yang halus.
Kita juga mempunyai kerbau asli seperti kerbau Enggano dan kerbau Benuang
yang mempunyai postur tubuh yang besar. Dan jangan lupa, kita juga
mempunyai rusa Sambar yang mempunyai tubuh yang besar. Dan juga masih
mempunyai kambing gunung yang berbadan besar. Dan, masih banyak lagi
plasma nutfah yang belum digali. Semua plasma nutfah tersebut memerlukanpenangan serius agar diperoleh bibit unggul yang mampu menembus pasar
internasional.
Perencanaan Usaha TerintegratifSila kelima adalah perencanaan usaha terintegratif. Artinya dalam
merencanakan usaha peternakan kita tidak dapat hanya merencanakan usaha
di masing-masing perusahaan, tetapi juga melakukan perencanaan usaha
menyeluruh secara nasional.
Perencanaan memang perlu dalam pengembangan perusahaan peternakan yang
handal. Dewasa ini, peternak kecil dan menengah kurang mempunyai
perencanaan yang baik, sehingga mereka kurang dapat memprediksi
perkembangan pasar. Hal ini berakibat dalam pengembangan usaha mereka
hanya berdasarkan perkiraan saja. Memang, pada perusahaan besar, telah
dilakukan perencanaan yang baik, sehingga mereka mampu mengendalikan
pasar. Namun, ketika perusahaan besar berhadapan dengan perusahaan besar
dari negara lain maka daya tahan mereka masih cukup rawan. Oleh sebab itu,
mereka harus mampu membuat perencanaan yang mampu mengimbangi
invansi perusahaan dari luar.
Nah, untuk menghadapi invansi dari luar, maka perusahaan tidak dapat
mengandalkan kekuatan perusahaan itu sendiri. Juga, bukan sekedar
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
27/29
mengandalkan kekuatan asosiasi perusahaan tersebut secara terpisah dengan
asosiasi pelaku peternakan lainnya. Akan tetapi, para pelaku peternakan harus
secara terpadu bekerja sama dan membuat perencanaan terpadu secara
nasional, dari perusahaan hulu sampai dengan perusahaan hilir.
Penciptaan Tatalaksana Berbasis Peternakan BerkelanjutanSila keenam adalah penciptaan atau pekembangan teknologi tata laksana
berbasis peternakan berkelanjutan. Sila keenam ini merupakan salah satu
jabaran sila kedua. Artinya dalam kegiatan usaha peternakan harus
memperhatikan keserasian dan keseimbangan lingkungan fisik. Kegiatan-
kegiatan peternakan diupayakan menghasilkan dampak negatif terhadap
lingkungan yang paling rendah. Memang, hal ini memerlukan biaya yang tinggi.
Namun itulah yang seharusnya dilakukan oleh para pelaku peternakan. Dewasa
ini telah dilakukan penelitian-penelitian untuk mengurangi gas metan dan gas
amoniak. Gas metan dikenal sebagai salah satu gas rumah kaca yang berbahaya
bagi lapisan ozon, sedangkan gas amoniak dapat menimbulkan hujan asam,
menurunkan pH tanah dan air.
Dalam tatalaksana peternakan berkelanjutan, maka pemeliharaan ternak diatur
sedemikian rupa sehingga menghasilkan produksi dan efisiensi produksi yang
menguntungkan bagi peternak tetapi menghasilkan polusi seminimal mungkin.
Salah satu caranya adalah dengan menyusun ransum yang bermutu baik,
sehingga kemungkinan nutrisi tersebut terbuang menjadi feses berkurang
drastis. Hal ini akan mengurangi produksi feses. Feses yang diproduksi dapat
langsung diolah menjadi pupuk kandang pada areal terpisah. Demikian pula
limbah cair yang dihasilkan ternak dapat diproses menjadi senyawa yang
berguna bagi tanaman. Seperti diketahui urin ternak mengadung banyak
senyawa aktif untuk berbagai kepentingan, misalnya untuk merangsang
pertumbuhan tanaman karena urin mengandung hormon pengatur tumbuh.
Kesehatan yang Optimal bagi Ternak, Peternak dan MasyarakatSila ketujuh kesehatan yang optimal bagi ternak, peternak, dan masyarakat.
Dalam kegiatan usaha peternakan factor kesehatan harus menjadi prioritas
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
28/29
utama. Kesehatan yang harus diperhatikan meliputi kesehatan ternak,
kesehataan pelaku peternakan itu sendiri dan juga kesehatan masyarakat.
Kesehatan peternak, dapat dicapai jika dalam pengelolaannya memperhatikan
sila keenam. Dengan pengelolaan yang baik, maka kandang menjadi tidakberbau, menghasilkan gas beracun yang masih dalam ambang toleransi dll.
Dengan cara ini kesehatan peternak dan pekerjanya menjadi terjamin.
Kesehatan ternak dapat dicapai jika peternak memperhatikan semua aspek
yang dibutuhkan ternak seperti kebutuhan pakan, air minum, lingkungan mikro
yang sehat, dan juga kasih saying peternak. Dalam era sekarang, peternak juga
dituntut untuk memperhatikan kesejahteraan ternaknya. Jadi, selain memenuhi
kebutuhan fisik, peternak juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan non-fisik
ternak seperti kebutuhan bersosialisasi dll. Memang, jika peternak dituntut
seperti ini, maka biaya produksi meningkat. Ini memang menjadi problema kita
bersama.
Memperhatikan kesehatan masyarakat berarti seorang peternak harus
memproduksi produk ternak yang bergizi dan aman dikonsumsi. Aman berarti
produk tersebut bebas dari mikrobia patogen dan bebas dari residu obat-
obatan, rendah kandungan zat-zat yang dapat menimbulkan dampak penyakit
dan sebagainya. Selain itu, peternak juga harus memperhatikan bahwa
kegiatannya tidak menimbulkan gangguang bagi kesehatan masyarakat di
sekitarnya. Artinya, peternak harus meminimisasi polusi yang diakibatkan oleh
kegiatan peternakannya.
Pengelolaan Keuangan, dan Kemudahan Berusaha serta Kemudahan
Mendapatkan Modal Usaha. Usaha peternakan tidak akan berjalan dengan baik
jika tidak ada pengelolaan keuangan yang baik, kemudahan dalam berusaha
serta ketersediaan modal yang memadai. Point ini dituangkan dalam sila ke
delapan. Seringkali peternak terutama peternak kecil sulit mendapatkan modalusaha terutama dari bank. Meskipun ada program pemerintah tentang hal ini,
namun pada kenyataannya peternak masih mendapatkan kesulitan dalam
mengurus permodalan. Untuk mempermudah mendapat modal usaha, maka
peternak dapat bergabung membentuk koperasi atau badan usaha bersama.
7/28/2019 Pembangunan Agribisnis
29/29
Pemasaran TerpaduSebagai konsekwensi sila pertama maka dalam dunia ideal pelaku peternakan
seharusnya melakukan pemasaran terpadu atau terintegratif. Dalam dunia
ideal, dalam proses kegiatan pemasaran tidak ada satu pihakpun yangdirugikan kepentingannya. Pada kenyataan empiris pemasaran lebih banyak
dikuasai oleh individu atau lembaga tertentu. Bahkan sering terjadi adanya
mafia perdagangan dan adanya persaingan bebas. Hal ini menyebabkan
peternak kecil dalam posisi tawar yang rendah dan tidak berdaya.
Kesejahteraan bagi Ternak, Peternak dan Masyarakat LuasDan sila terakhir adalah merupakan tujuan akhir dari semua kegiatan
peternakan yaitu terciptanya kesejahteraan baik lahir maupun batin.Kesejahteraan ini tidak saja menyangkut seluruh pelaku peternakan, tetapi juga
masyarakat dan bahkan juga kesejahteraan ternak. Kesejahteraan bagi pelaku
peternakan dapat diartikan bahwa mereka mendapat penghasilan yang
memadai untuk keperluan hidup yang standar, ketenangan dan keamanan
dalam berusaha dll.
Kesejahteraan bagi masyarakat dapat diartikan bahwa masyarakat dapat
memperoleh kebutuhan gizinya terutama protein asal produk ternak dengan
harga yang terjangkau, keamanan pangan terjamin. Diharapkan pula pelaku
peternakan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas dalam arti
mampu memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan pendapatan
masyarakat luas. Selain itu, peternak dalam aktivitasnya harus pula
memperhatikan hak-hak yang seharusnya diperoleh oleh seekor ternak. Jadi
ternak, jangan hanya dijadikan objek untuk menddapatkan penghasilan, tetapi
peternak harus juga memperhatikan keperluan dan kebutuhan mereka seperti
makan, minum, kebutuhan akan interaksi antara mereka, kasih saying dari
peternak dll.
Demikian yang bisa saya sampaikan dalam mendukung Pembangunan
Peternakan yang berwawasan agribisnis dan berkelanjutan. Terimakasi