PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PERAN TUTOR DALAM PELAKSANAAN SEVEN JUMPS PADA DISKUSI TUTORIAL MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Karya Tulis Ilmiah Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta SRI MUHARNI 20040320039 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2008
80
Embed
PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PERAN TUTOR DALAM …thesis.umy.ac.id/datapublik/t9634.pdf · memenuhi tantangan masa depan. Menurut Nursalam (2001) peran perawat masa depan harus berkembang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PERAN TUTOR DALAM PELAKSANAAN SEVEN JUMPS PADA DISKUSI TUTORIAL MAHAS ISWA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
Karya Tulis Ilmiah Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
SRI MUHARNI
20040320039
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA 2008
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PERAN TUTOR DALAM
PELAKSANAAN SEVEN JUMPS PADA DISKUSI TUTORIAL MAHAS ISWA
Tabel 2 Persepsi Mahasiswa Terhadap Peran Tutor Dalam Memberikan
Pemahaman Tentang Seven Jumps…………………………………..39
Tabel 3 Persepsi Mahasiswa Terhadap Peran Tutor Dalam Pelaksanaan Seven
Jumps Tahap Pertama ……………………………………………….40
Tabel 4 Persepsi Mahasiswa Terhadap Peran Tutor Dalam Pelaksanaan Seven
Jumps Tahap Kedua …………………………………………………41
Tabel 5 Persepsi Mahasiswa Terhadap Peran Tutor Dalam Pelaksanaan Seven
Jumps Tahap Ketiga………………………………………………....42
Tabel 6 Persepsi Mahasiswa Terhadap Peran Tutor Dalam Pelaksanaan Seven
Jumps Tahap Keempat……………………………………………….43
Tabel 7 Persepsi Mahasiswa Terhadap Peran Tutor Dalam Pelaksanaan Seven
Jumps Tahap Kelima………………………………………………...44
Tabel 8 Persepsi Mahasiswa Terhadap Peran Tutor Dalam Pelaksanaan Seven
Jumps Tahap Keenam……………………………………………….45
Tabel 9 Persepsi Mahasiswa Terhadap Peran Tutor Dalam Pelaksanaan Seven
Jumps Tahap Ketujuh………………………………………………46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Konsep………………………………………………….24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar permohonan menjadi responden
Lampiran 2. Lembar persetujuan menjadi responden
Lampiran 3. Lembar kuesioner
Lampiran 4. Hasil uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 5. Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam
memberikan pemahaman tentang seven jumps, Angkatan 2006
Lampiran 6. Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam
pelaksanaan seven jumps tahap pertama, Angkatan 2006
Lampiran 7. Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam
pelaksanaan seven jumps tahap kedua, Angkatan 2006
Lampiran 7. Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam
pelaksanaan seven jumps tahap ketiga, Angkatan 2006
Lampiran 8. Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam
pelaksanaan seven jumps tahap keempat, Angkatan 2006
Lampiran 9. Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam
pelaksanaan seven jumps tahap kelima, Angkatan 2006
Lampiran 10. Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam
pelaksanaan seven jumps tahap keenam, Angkatan 2006
Lampiran 11. Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam
pelaksanaan seven jumps tahap ketujuh, Angkatan 2006
Lampiran 12. Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam
memberikan pemahaman tentang seven jumps, Angkatan 2007
Lampiran 13. Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam
pelaksanaan seven jumps tahap pertama, Angkatan 2007
Lampiran 14. Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam
pelaksanaan seven jumps tahap kedua, Angkatan 2007
Lampiran 15. Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam
pelaksanaan seven jumps tahap ketiga, Angkatan 2007
Lampiran 16. Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam
pelaksanaan seven jumps tahap keempat, Angkatan 2007
Lampiran 17. Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam
pelaksanaan seven jumps tahap kelima, Angkatan 2007
Lampiran 18. Distribusi frekuensi persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam
pelaksanaan seven jumps tahap keenam, Angkatan 2007
Lampiran 19. Distribusi frekuensi proporsi persepsi mahasiswa terhadap peran tutor
dalam pelaksanaan seven jumps tahap ketujuh, Angkatan 2007
Lampiran 20. Surat permohonan izin uji validitas dan reliabilitas kepada Ketua Prodi
PSIK FK UMY
Lampiran 21. Surat permohonan izin penelitian kepada Ketua Prodi PSIK FK UMY
Sri Muharni. (2008). Persepsi Mahasiswa Terhadap Peran Tutor Dalam Pelaksanaan Seven Jumps Pada Diskusi Tutorial Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pembimbing: Uswatun Khasanah, MNS
INTISARI
Diskusi tutorial adalah jantung dari PBL. Kesuksesan PBL dalam menghasilkan output pendidikan akan sangat ditentukan oleh proses yang terjadi dalam diskusi tutorial. Sedangkan keberhasilan dari diskusi tutorial akan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah peran tutor dalam pelaksanaan seven jumps.
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam pelaksanaan seven jumps pada diskusi tutorial mahasiswa PSIK FK UMY.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan dari bulan Mei sampai Juni 2008. Jumlah sampel 80 orang. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang disusun berdasarkan teori Harsono dan Tridjoko. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi.
Hasil penelitian persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam memberikan pemahaman tentang seven jumps adalah cukup (51%). Persepsi mahasiswa PSIK FK UMY terhadap peran tutor dalam pelaksanaan seven jumps adalah cukup pada 4 tahap dari 7 tahapan seven jumps. Pada tahap I baik (50%), tahap II baik (47%), tahap III baik (45%), tahap IV cukup (56%), tahap V cukup (46%), tahap VI cukup (48%), dan tahap VII cukup (52%). Diharapkan tutor dapat melaksanakan perannya terutama dalam memberikan pemahaman tentang seven jumps dan dalam pelaksanaan setiap tahapan seven jumps untuk mencapai tujuan Problem Based Learning yang diinginkan. Kata Kunci: Persepsi, Peran tutor, Seven jumps
Sri Muharni. (2008). The student perception to role of tutor in implementation of seven jumps at tutorial discussion student PSIK FK UMY. Research Project. School of Nursing’s. Muhammadiyah University of Yogyakarta.
Advisers : Uswatun Khasanah, MNS
ABSTRACT
Tutorial discussion is the core of problem based learning. The success of
problem based learning in create education output will determined by process that happens in tutorial discussion. While The successful of tutorial discussion will be influenced in many factors involved tutor‘s act in implementation seven jumps.
This research focused to know the student perception to role of tutor in implementation seven jumps at tutorial discussion School of Nursing’s student, Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Yogyakarta
The method of the research is descriptive Kuantitatif with cross sectional study approach. The research done from Mei until June 2008. The total number of the sample is 80 respondents. Research instrument is questionnaire with random sampling which is compiled refer to Harsono and Tridjoko theory. Data analyze this research use frequency distribution formula.
Result from research the student perception to role of tutor in giving understanding about seven jumps is enough (51%). The student perception to role of tutor in implementation of seven jumps is enough at 4 steps from 7 seven jumps step. At 1st step is good (50%), at 2nd step is good (47%), at 3rd step is good (45%), at 4th is step enough (56%), at 5th step is enough (46%), at 6th step s enogh (48%), and 7th is step enough (52%). Hopefully, the tutor could execute their role especially in giving understanding about seven jumps and in the implementation of every seven jumps steps to achieve the problem based learning goals desire.
Key Word: Perception, role of tutor, seven jumps
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan dan
merupakan bagian yang sangat vital dari sebuah sistem pelayanan kesehatan.
Sistem pelayanan kesehatan akan dikatakan berkualitas jika kualitas
pelayanan keperawatannya bagus. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab
bagi setiap institusi pendidikan tinggi keperawatan untuk mengupayakan
strategi pendidikan yang mendukung tercetaknya perawat profesional yang
berkualitas. Mengikuti perkembangan keperawatan dunia, para perawat
menginginkan perubahan yang mendasar dalam kegiatan profesinya. Pola
pendidikan mulai berkembang pesat, bilamana dulu perawat sebagian besar
adalah lulusan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan) yang setara dengan tingkat
pendidikan SMA, kini telah sejajar dengan pendidikan tinggi setara D III
(Akademi Keperawatan), Sarjana (S1 Keperawatan) dan bahkan sampai pada
tingkat Magister atau S2, S3, Keperawatan (Nurse Activity, 2006).
Perawat profesional yang berkualitas berarti perawat yang mampu
memenuhi tantangan masa depan. Menurut Nursalam (2001) peran perawat
masa depan harus berkembang seiring dengan perkembangan IPTEK dan
tuntutan kebutuhan masyarakat. Disebutkan lebih lanjut pendidikan tinggi
perawat tidak hanya bertanggung jawab pada perubahan sisi kognitif saja tapi
juga bertanggung jawab pada perubahan sisi afektif dan psikomotor perawat.
Pendidikan perawat harus terintegrasi, tidak hanya berfokus pada ilmu dasar
keperawatan saja tapi juga memperhatikan soft skills mahasiswanya.
Tuntutan yang tersebut diatas menjadi kewajiban bagi seorang perawat
untuk memenuhinya. Implikasinya adalah pendidikan tinggi perawat yang
ada, harus menyediakan dan memberi kesempatan pada mahasiswanya untuk
mendapatkan sebanyak mungkin ilmu dan informasi yang dibutuhkan
(Nursalam, 2001).
Melihat berbagai perubahan diatas Fakultas Kedokteran Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta sejak tahun 2002 sudah merencanakan inovasi
pembelajaran yang terintegrasi bagi mahasiswanya yaitu Hybrid Problem
Based Learning (hPBL), tapi baru dapat diterapkan sejak tahun ajaran
2004/2005 untuk kedokteran umum dan kedokteran gigi. Sedangkan pada
Program Studi Ilmu Keperawatan sendiri baru dapat diterapkan pada angkatan
2006/2007. Pendidikan konvensional yang bersifat teacher – centered sedikit
demi sedikit diubah kearah student – centered (Buku Panduan Akademik
PBL KU FK UMY, 2005).
Penerapan PBL di pendidikan kedokteran pertama kali di Mc Master
University Canada pada tahun 1969, akhirnya PBL berkembang dengan pesat
hingga di Indonesia. Problem Based Learning adalah proses pembelajaran
yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu
dari masalah tersebut mahasiswa dirangsang untuk mempelajari masalah
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punya
sebelumnya/prior knowledge (Zulharman 2008).
Tujuan dari PBL adalah untuk mengembangkan knowledge, skills dan
attitudes (Harsono, 2004). Ini berarti PBL dapat digunakan untuk
mengembangkan kognitif, afektif dan psikomotor perawat. Selain itu
Zulharman (2007) menyatakan manfaat dari pelaksanaan PBL
mengembangkan skill seperti critical thinking skill, self directed learning
skill, clinical reasoning skill, problem solving skill yang nantinya akan beguna
dimasa yang akan datang.
Dalam pelaksanaannya PBL mengedepankan diskusi tutorial. Harsono
(2004) menyatakan bahwa diskusi tutorial adalah jantung dari PBL.
Kesuksesan PBL dalam menghasilkan output pendidikan yang berkualitas
akan sangat ditentukan oleh proses yang terjadi dalam diskusi tutorial.
Sedangkan keberhasilan dari diskusi tutorial akan sangat dipengaruhi oleh
tahapan terstruktur yang harus dijalani oleh mahasiswa yang disebut dengan
seven jumps method.
Mahasiswa sebagai pemeran tutorial harus memahami apa yang
dimaksud dengan seven jumps, manfaatnya dan langkah – langkahnya serta
bagaimana mensukseskannya agar dapat berjalan dengan baik. Dalam tutorial
mahasiswa harus memiliki kecakapan tertentu yaitu kerjasama dalam
kelompok, kerjasama antar mahasiswa di luar diskusi kelompok, memimpin
kelompok, mendengarkan pendapat anggota kelompok yang lain, mencatat hal
– hal yang didiskusikan, menghargai pendapat/pandangan kawan, bersikap
kritis terhadap literatur, belajar mandiri, mampu menggunakan sumber belajar
secara efektif dan keterampilan presentasi (Harsono, 2004).
Namun ada mahasiswa yang tidak terbiasa dengan pola diskusi. Mereka
lebih suka diam dari pada mengembangkan skills diskusi dan interpersonal
mereka. Bahkan ada kecenderungan untuk bosan dan tidak maksimal seiring
bertambahnya usia akademik. Jelas hal ini akan mempengaruhi pencapaian
tujuan PBL yang diinginkan (Harsono, 2004).
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan PBL. Namun disini
peneliti akan menfokuskan pada peran tutor terhadap pelaksanaan seven jumps
pada diskusi tutorial. Tutor adalah seorang pakar yang paham dan
melaksanakan active listening, selalu memperhatikan harga diri mahasiswa,
dan cakap untuk menyelenggarakan pertemuan kelompok dengan cara khas
yang menghasilkan penekanan terhadap pengalaman intelektual bagi seluruh
anggota kelompok. Tutor juga mempunyai peran untuk memahamkan kembali
apakah seven jumps yang sebenarnya dan bagaimana realisasinya karena
semuanya akan berjalan sempurna jika dimulai dari kepahaman (Harsono,
2004). John dan Ronald (2005) menambahkan untuk mencapai hasil yang
maksimal dalam diskusi tutorial tutor harus mengenal mahasiswanya terlebih
dahulu, sebelum memulai diskusi tutorial tutor berperan memberikan
pemahaman tentang proses yang akan terjadi dalam diskusi tutorial.
Mercer University, Georgia (2005) mengungkapkan bahwa tutor
merupakan role model bagi mahasiswanya, untuk lebih efektif seorang tutor
harus to be positive, interested, and enthusiastic. Sementara itu menurut
Sudarman (2007) tutor disebut juga sebagai fasilitator, yang berperan
mendorong mahasiswa untuk mengeksplorasi pengetahuan yang telah mereka
miliki dan mendorong terciptanya diskusi antar mahasiswa. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan Saryono & dkk (2006) didapat data bahwa 70%
mahasiswa menyatakan dengan pelaksanaan PBL pengetahuan mahasiswa
lebih luas dibandingkan dengan model kuliah konvensional. Dari penelitian
Saryono (2006) juga didapatkan, 81% mahasiswa menyatakan dengan metode
PBL sasaran belajar mahasiswa telah tersusun dengan jelas.
Program PBL suatu metode belajar yang baru bagi mahasiswa PSIK FK
UMY. Angkatan 2004 sendiri baru semester 5 dikenalkan tentang tutorial,
baru pada angkatan 2006 tutorial dimulai sejak semester pertama. Jadi peneliti
ingin melihat apakah metode PBL ini sesuai untuk mahasiswa PSIK FK
UMY. Berdasarkan data tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti persepsi
mahasiswa terhadap peran tutor dalam pelaksanaan seven jumps pada diskusi
tutorial mahasiswa PSIK FK UMY.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka penulis merumuskan
bahwa rumusan masalah penelitian ini adalah ”Bagaimanakah persepsi
mahasiswa terhadap peran tutor dalam pelaksanaan seven jumps pada diskusi
tutorial mahasiswa PSIK FK UMY?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam
pelaksanaan seven jumps pada diskusi tutorial mahasiswa PSIK FK UMY.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui persepsi mahasiswa mengenai peran tutor dalam
memberikan pemahaman tentang seven jumps dalam diskusi tutorial
mahasiswa PSIK FK UMY.
b. Diketahuinya persepsi mahasiswa mengenai peran tutor dalam
pelaksanaan seven jumps tahap pertama sampai tahap ketujuh pada
diskusi tutorial mahasiswa PSIK FK UMY.
D. Manfaat Penelitan
1. Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan tentang problem based learning.
b. Meningkatkan kemampuan dalam penelitian dan membuat karya tulis
ilmiah.
2. Bagi Mahasiswa Keperawatan
a. Memberi kesempatan untuk mengevaluasi metode belajar yang telah
dijalani.
b. Mengajak mahasiswa untuk dapat menjalankan perannya dengan baik
demi tercapainya tujuan dari diskusi tutorial.
3. Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan
a. Memberikan informasi sejauh mana peran tutor dalam pelaksanaan
seven jumps dalam diskusi tutorial.
b. Memberikan masukan untuk peningkatan kualitas pendidikan PSIK
FK UMY.
4. Bagi Tutor Diskusi Tutorial
a. Sebagai evaluasi bagi tutor terhadap pelakasanaan diskusi tutorial
yang telah dijalani.
b. Memberikan masukan bagi tutor, khususnya dalam memberikan
pemahaman tentang seven jumps.
E. Penelitian Terkait
Penelitian ini dititikberatkan pada peran tutor dalam pelaksanaan seven
jumps pada diskusi tutorial mahasiswa PSIK FK UMY, sepengetahuan
peneliti penelitian sejenis belum pernah dilakukan di PSIK FK UMY.
Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Zaenal Arifin (2000), mahasiswa
PSIK FK UGM. Arifin meneliti persepsi mahasiswa terhadap PBL pada
subjek yang lebih luas yaitu mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
baik itu program A maupun program B dengan hasil secara umum mahasiswa
menyetujui adanya pembelajaran tutorial. Penelitian Arifin menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional dan kuesioner sebagai
alat penelitiannya. Perbedaan penelitian ini dengan Arifin adalah pengambilan
subjek penelitian, peneliti mengambil subjek penelitian mahasiswa yang
masih dalam jenjang akademik belum pernah memasuki dunia klinik.
Penelitian dari Cahyono (2004), tentang Evaluasi Pelaksanaan Tiap
Tahapan Seven Jumps dalam Pelaksanaan Diskusi Tutorial (PBL) mahasiswa
program A PSIK FK UGM menggunakan metode dekskriptif dengan
pendekatan cross sectional dengan wawancara sebagai instrumen
penelitiannya, dengan hasil tidak semua tahapan dalam pelaksanaan seven
jumps dapat terlaksana. Perbedaan penelitian ini dengan Cahyono ada pada
variabel penelitian. Penelitian Cahyono hanya melihat aspek pelaksanaan
tahapan seven jumps pada diskusi tutorial mahasiswa PSIK FK UGM
sedangkan peneliti melihat persepsi mahasiswa terhadap peran tutor dalam
pelaksanaan tiap tahapan seven jumps.
Penelitian Saryono, Thianti, Sumoprawiro (2006), tentang Evaluasi
Pelaksanaan Problem Based Learning (PBL) di Program Pendidikan Dokter
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto yang merupakan penelitian non
eksperimental dengan rancangan cross sectional study dan kuesioner sebagai
alat penelitiannya, dengan hasil yang menunjukkan 90,2% mahasiswa
menyatakan bahwa konsep dasar tentang belajar berdasarkan masalah (PBL)
telah dipahami dengan baik. Perbedaan penelitian ini dengan Saryono & Dkk
adalah pada variabel penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Persepsi
Persepsi pada hakekatnya merupakan proses kognitif yang dialami
oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang
lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan dan penciuman (Thoha, 1999. cit. Azwar, 2000). Sedangkan
menurut (Robbins, 1999 cit. Arifin, 2000), persepsi adalah suatu proses
mana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indra
mereka untuk memberikan makna terhadap lingkungannya.
Pembentukan persepsi dalam individu dipengaruhi oleh pengalaman
proses belajar, wawasan berfikir dan pengetahuan terhadap suatu obyek
atau lingkungan. Perbedaan persepsi individu yang satu dan yang lain
ditentukan oleh : 1) perbedaan pengalaman, motivasi, keadaan, 2)
perbedaan kapasitas alat indra, 3) perbedaan sikap, nilai dan kepercayaan
(Azwars, 2000).
Pelaksanaan seven jumps dalam diskusi tutorial (PBL) melibatkan
banyak pihak diantaranya dosen sebagai tutor dan mahasiswa. Persepsi
mahasiswa dapat dijadikan bahan untuk memperoleh gambaran secara
lebih mendalam terhadap keberhasilan pelaksanaan seven jumps.
Berdasarkan definisi di atas persepsi bersifat sangat individual. Meskipun
seorang tutor merasa bahwa tutor telah berperan baik dalam pelaksanaan
seven jumps pada diskusi tutorial. Bisa jadi mahasiswanya mempunyai
persepsi yang berbeda bahwa tutornya belum berperan dengan baik dalam
pelaksanaan seven jumps pada diskusi tutorial.
2. Problem Based Learning
Menurut Zulharman (2007), PBL adalah suatu proses pembelajaran
yang titik awalnya berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dari
masalah tersebut mahasiswa dirangsang untuk mempelajarinya
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai
sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan
terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Sementara menurut Wood
(2003), PBL merupakan suatu proses pembelajaran yang tidak hanya
berfokus pada pemecahan masalah tetapi juga menggunakan permasalahan
tersebut untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan.
PBL dipahami sebagai suatu strategi instruksional dimana
mahasiswa mengidentifikasi pokok bahasan (issues) yang dimunculkan
oleh masalah spesifik. Pokok bahasan tersebut membantu dan mendorong
mahasiswa untuk mengembangkan pemahaman tentang berbagai konsep
yang mendasari masalah serta prinsip pengetahuan lainnya yang relevan
(Harsono, 2004). Menurut Emilia & dkk (2006) ciri utama dari PBL
adalah belajar berfokus pada mahasiswa, proses belajar menggunakan
diskusi kelompok kecil, dosen berperan sebagai fasilitator, problem
merupakan cara untuk mengorganisir dan memicu belajar, problem
digunakan sebagai media untuk mengembangkan keterampilan dalam
pemecahan masalah.
Ada dua jenis pelaksanaan PBL, yaitu hybrid PBL (hPBL) dan PBL
curriculum (PBLc). Menurut Harsono (2004) kurikulum pada hPBL,
materi yang akan diberikan kepada mahasiswa merupakan sebagian kecil
dari kurikulum konvensional yang ada. Mengingat pelaksanaan PBLc
yang membutuhkan banyak persiapan oleh karena itu Program Studi ilmu
Keperawatan FK UMY hingga saat ini masih menggunakan hPBL. Secara
operasional (hPBL) menggunakan strategi SPICES (student centered,
problem-based learning, community oriented, early clinical exposure,
self-directed learning) dengan tetap memperhatikan adanya pengulangan
materi yang bersifat spiral atau helix. Model kurikulum seperti ini tidak
menggangu kurikulum konvensional yang ada (Harsono, 2004).
3. Tujuan Problem Based Learning
Kaufman (1985), menyebutkan bahwa PBL memiliki tujuan:
a) Self directed learning. Mahasiswa harus mampu menggunakan
pengalaman diskusi mereka sebagai stimulasi untuk pembelajaran
lebih lanjut, dan bagaimana mereka belajar mandiri.
b) Clinical reasoning and problem solving. Melalui diskusi kelompok
mahasiswa akan terbiasa dengan tahap – tahap dalam penalaran klinik,
mulai dari identifikasi masalah, identifikasi hipotesis, uji hipotesis,
identifikasi isu belajar, sampai ke identifikasi dan penggunaan sumber
– sumber belajar secara tepat.
c) Communication skills. Mahasiswa bisa melatih keterampilan
komunikasi secara efektif melalui diskusi kelompok kecil karena
adanya interaksi personal yang lebih intensif. Pelatihan kepemimpinan
dari mahasiswa juga merupakan salah satu dari communication skills,
bagaimana seorang mahasiswa mampu memimpin diskusi kecil
kelompoknya.
d) Self and peer evalution. Mahasiswa akan terlatih dan trampil menilai
kekuatan dan kelemahan diri, serta kekuatan dan kelemahan rekan
diskusi sehingga dapat mengembangkan strategi untuk peningkatan.
e) Support. Mahasiswa akan memperoleh dukungan emosi, interaksi
sosial serta perkembangan diri yang berefek positif.
Sementara Harsono (2004), mengungkapkan bahwa pelaksanaan
PBL bertujuan agar mahasiswa mampu memperoleh dan membentuk
pengetahuannya secara efisien dan terintegrasi. Semua hal yang
disebutkan Harsono (2004) & Kaufman (1985) sangat diperlukan oleh
setiap sarjana keperawatan. Sudah menjadi keharusan bagi institusi
pendidikan tinggi keperawatan untuk menfasilitasi mahasiswanya agar
mampu mengembangkan knowledge, skills, attitudes. Oleh karena itu
kesuksesan pelaksanaan PBL dalam pendidikan PSIK menjadi hal yang
sangat penting untuk mencetak sarjana – sarjana keperawatan yang handal
dimasa mendatang.
4. Kelebihan Problem Based Learning
Menurut Harsono (2004), PBL memiliki kelebihan :
a) Student centered – PBL mendorong active learning, memperbaiki
pemahaman, retensi, dan pengembangan life-long learning skills.
b) Generic competencies – PBL memberi kesempatan kepada mahasiswa
untuk mengembangakan generic skills dan attitudes yang diperlukan
dalam praktiknya di kemudian hari.
c) Integration – PBL memberi fasilitasi tersusunnya integrated core
curriculum.
d) Motivation – PBL cukup menyenangkan bagi mahasiswa dan tutor,
dan prosesnya membutuhkan partisipasi seluruh mahasiswa dalam
proses pembelajaran.
e) Deep learning – PBL mendorong pembelajaran yang lebih mendalam.
Mahasiswa berinteraksi dengan materi belajar, menghubungkan
konsep – konsep dengan aktivitas keseharian, dan meningkatkan