Top Banner
Erna Puji Astuti et al.; Persepsi Kelompok Tani Mustika terhadap Budi Daya Kelinci Hyla, Hycole dan Rex di DKI Jakarta Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 47 Persepsi Kelompok Tani Mustika terhadap Budi Daya Kelinci Hyla, Hycole dan Rex di DKI Jakarta Erna Puji Astuti, Syamsu Bahar, Neng Risris Sudolar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta Jln. Raya Ragunan No. 30 Pasar Minggu, Jakarta 12540 Email: [email protected] ABSTRAK Kelinci sebagai ternak pedaging memiliki beberapa keunggulan di antaranya yaitu daya reproduksi tinggi dengan pertumbuhan yang cepat. Kelinci Hyla dan Hycole merupakan rumpun kelinci dengan potensi sebagai pedaging unggul yang baru dikembangkan di Indonesia karena kemampuan pertumbuhan cepat dan produktivitas tinggi. Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok tani Mustika di Kramatjati, Jakarta Timur, pada Februari-Mei 2019, dengan jumlah responden sebanyak 15 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi partisipatoris, angket dan wawancara mendalam. Data yang dianalisis pada penelitian ini adalah data mengenai persepsi masyarakat terhadap aroma lingkungan kandang, limbah, dan manfaat dari peternakan kelinci. Pengumpulan data dilakukan dengan metode trianggulasi dan dianalisis dengan menggunakan analisis miles interaktif. Hasil persepsi masyarakat terhadap peternakan kelinci yang berada di Kramatjati, Jakarta Timur sebagai berikut: (1) faktor yang paling mempengaruhi persepsi responden adalah kerumitan dalam budidaya kelinci oleh masyarakat dengan inovasi teknologi yang ditawarkan sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat; (2) ditinjau dari aspek limbah, menunjukkan bahwa keberadaan peternakan kelinci tersebut tidak mengganggu masyarakat; (3) Ditinjau dari segi manfaat, peternakan kelinci sangat bermanfaat bagi masyarakat. Untuk keberlanjutannya peternak kelinci yang berada di Kramatjati, Jakarta Timur lebih memperhatikan kebersihan peternakan- nya. Kata kunci: Persepsi, Kelinci, Hyla, Hycole, Rex ABSTRACT Rabbit meat types have several advantages including high reproductive power with rapid growth. Hyla and Hycole rabbits are breed of rabbit with the potential to become superior meat type rabbit which were developed in Indonesia due to their fast growth capabilities and high productivity. This research was conducted at Mustika farmer group in Kramatjati, East Jakarta, during February- May 2019, with 15 respondents. Data collection techniques used in this study were participatory observation techniques, questionnaires and in-depth interviews. The data analyzed in this study were the respondent's perception on the environment, the smell of cages, waste, and the benefits of rabbit farming. The data collection was done by using triangulation technique and were analyzed using interactive miles analysis. The results of respondent's perception on rabbit farming located in Kramatjati, East Jakarta were as follows: (1) the most influence factors on respondent’s perception were the complexity of technological innovations in rabbit
12

Persepsi Kelompok Tani Mustika terhadap Budi Daya Kelinci ...jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/artikel bptp/Buletin...ternak kelinci. Peternakan kelinci mempunyai sifat jarak beranak

Feb 03, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Erna Puji Astuti et al.; Persepsi Kelompok Tani Mustika terhadap Budi Daya Kelinci Hyla, Hycole dan Rex

    di DKI Jakarta

    Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 47

    Persepsi Kelompok Tani Mustika terhadap Budi Daya

    Kelinci Hyla, Hycole dan Rex di DKI Jakarta

    Erna Puji Astuti, Syamsu Bahar, Neng Risris Sudolar

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta

    Jln. Raya Ragunan No. 30 Pasar Minggu, Jakarta – 12540

    Email: [email protected]

    ABSTRAK

    Kelinci sebagai ternak pedaging memiliki

    beberapa keunggulan di antaranya yaitu

    daya reproduksi tinggi dengan

    pertumbuhan yang cepat. Kelinci Hyla

    dan Hycole merupakan rumpun kelinci

    dengan potensi sebagai pedaging unggul

    yang baru dikembangkan di Indonesia

    karena kemampuan pertumbuhan cepat

    dan produktivitas tinggi. Penelitian ini

    dilaksanakan pada kelompok tani Mustika

    di Kramatjati, Jakarta Timur, pada

    Februari-Mei 2019, dengan jumlah

    responden sebanyak 15 orang. Teknik

    pengumpulan data dalam penelitian ini

    menggunakan teknik observasi

    partisipatoris, angket dan wawancara

    mendalam. Data yang dianalisis pada

    penelitian ini adalah data mengenai

    persepsi masyarakat terhadap aroma

    lingkungan kandang, limbah, dan manfaat

    dari peternakan kelinci. Pengumpulan data

    dilakukan dengan metode trianggulasi dan

    dianalisis dengan menggunakan analisis

    miles interaktif. Hasil persepsi masyarakat

    terhadap peternakan kelinci yang berada

    di Kramatjati, Jakarta Timur sebagai

    berikut: (1) faktor yang paling

    mempengaruhi persepsi responden adalah

    kerumitan dalam budidaya kelinci oleh

    masyarakat dengan inovasi teknologi yang

    ditawarkan sesuai dengan kondisi

    lingkungan dan kebutuhan masyarakat; (2)

    ditinjau dari aspek limbah, menunjukkan

    bahwa keberadaan peternakan kelinci

    tersebut tidak mengganggu masyarakat;

    (3) Ditinjau dari segi manfaat, peternakan

    kelinci sangat bermanfaat bagi

    masyarakat. Untuk keberlanjutannya

    peternak kelinci yang berada di

    Kramatjati, Jakarta Timur lebih

    memperhatikan kebersihan peternakan-

    nya.

    Kata kunci: Persepsi, Kelinci, Hyla,

    Hycole, Rex

    ABSTRACT

    Rabbit meat types have several

    advantages including high reproductive

    power with rapid growth. Hyla and

    Hycole rabbits are breed of rabbit with the

    potential to become superior meat type

    rabbit which were developed in Indonesia

    due to their fast growth capabilities and

    high productivity. This research was

    conducted at Mustika farmer group in

    Kramatjati, East Jakarta, during February-

    May 2019, with 15 respondents. Data

    collection techniques used in this study

    were participatory observation techniques,

    questionnaires and in-depth interviews.

    The data analyzed in this study were the

    respondent's perception on the

    environment, the smell of cages, waste,

    and the benefits of rabbit farming. The

    data collection was done by using

    triangulation technique and were analyzed

    using interactive miles analysis. The

    results of respondent's perception on

    rabbit farming located in Kramatjati, East

    Jakarta were as follows: (1) the most

    influence factors on respondent’s

    perception were the complexity of

    technological innovations in rabbit

    mailto:[email protected]

  • Erna Puji Astuti et al.; Persepsi Kelompok Tani Mustika terhadap Budi Daya Kelinci Hyla, Hycole dan Rex

    di DKI Jakarta

    Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 48

    farming which offered according to

    environmental conditions and community

    needs; (2) in terms of waste, showed that

    the existence of the rabbit farm dit not

    interfere with the community; (3) In terms

    of benefits, rabbit farming was very

    beneficial for the community. For its

    sustainability, rabbit breeders in

    Kramatjati, East Jakarta need to pay more

    attention to the cleanliness of their farms.

    Keywords: Perception, Rabbit, Hyla,

    Hycole, Rex

    PENDAHULUAN

    eternakan yang

    dikembangkan di Indonesia

    cukup banyak, salah satunya

    ternak kelinci. Peternakan kelinci

    mempunyai sifat jarak beranak yang

    pendek sehingga mampu menghasilkan

    jumlah anak yang cukup banyak dalam

    waktu yang singkat. Ternak kelinci

    memiliki beberapa keuntungan antara lain;

    (1) modal usaha yang relatif kecil, pakan

    sangat mudah diperoleh dan tidak

    tergantung pada pakan pabrik; (2)

    menghasilkan beragam produk selain

    daging seperti kulit, kulit-bulu, pupuk

    organik, kelinci hias, serta (3) kualitas

    daging mengandung protein tinggi dan

    rendah kolesterol (Sartika, 1998). Selain

    keuntungan tersebut terdapat dampak

    negatifnya, yaitu limbah yang dihasilkan

    menimbulkan permasalahan yang

    kompleks bagi lingkungan sekitar seperti

    aroma yang tidak sedap dan kotoran

    kelinci yang berserakan.

    Kelinci merupakan ternak yang

    memiliki potensi tinggi untuk

    menghasilkan daging, kulit-rambut

    bermutu, merupakan hewan kesayangan/

    hewan hias, serta sebagai objek penelitian

    di laboratorium (Raharjo et al., 2001).

    Permintaan daging kelinci dewasa ini

    semakin meningkat seiring dengan mulai

    dikenalnya usaha beternak kelinci baik

    melalui percontohan/transfer informasi,

    maupun teknologi. Permintaan daging

    kelinci di Jawa meningkat signifikan

    selama 2019-2020 dan kebanyakan dari

    pedagang satai kelinci. Jumlah permintaan

    daging kelinci naik signifikan dari

    biasanya hanya setengah hingga 1 ton per

    hari, menjadi 3 ton terutama menghadapi

    momentum Natal dan tahun baru

    (Liputan6.com, 2019). Salah satu

    keunggulan ternak kelinci adalah bisa

    dikembangkan pada skala rumah tangga

    (skala kecil) berdasarkan kearifan lokal

    dalam hubungannya dengan peternakan

    rakyat.

    Salah satu upaya untuk mendukung

    dan mendorong ternak kelinci dilakukan

    melalui budidaya kelinci Hyla, Hycole

    dan Rex. Kelinci Hyla dan Hycole adalah

    kelinci tipe pedaging untuk dikembangkan

    di Indonesia, sedangkan kelinci Rex

    adalah kelinci tipe pedaging yang sudah

    eksis. Ciri khas kelinci Hyla adalah warna

    putih dan memiliki bercak hitam

    kecoklatan dibagian hidung dan telinga.

    Kelinci Hycole memiliki warna putih

    polos, dengan bagian kepala lonjong ke

    depan, sedangkan kelinci Rex memiliki

    warna hitam, putih, atau coklat yang

    menyebar dengan bulu halus dan tebal.

    Kelinci Hyla turunan dari Cina, kelinci

    Hycole turunan dari Perancis sedangkan

    kelinci Rex terseleksi dari Balai Penelitian

    Ternak Ciawi.

    Kelinci termasuk kelompok hewan

    herbivora yang mengkonsumsi pakan

    berupa hijauan dan dapat tumbuh serta

    berkembangbiak dengan cepat. Dalam

    P

  • Erna Puji Astuti et al.; Persepsi Kelompok Tani Mustika terhadap Budi Daya Kelinci Hyla, Hycole dan Rex

    di DKI Jakarta

    Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 49

    rangka mendukung pemenuhan gizi

    masyarakat sesuai dengan potensi dan

    kearifan lokal, maka telah dilakukan

    pengkajian tentang budidaya dan

    produktivitas kelinci pedaging Hyla,

    Hycole, dan Rex di Kelompok Tani

    Mustika Kelurahan Kramatjati,

    Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur.

    Sumber pakan ternak kelinci tersebut

    adalah limbah sayuran yang diperoleh dari

    pasar-pasar tradisional. Limbah sayuran

    merupakan bagian dari sayuran yang

    sudah tidak digunakan atau dibuang.

    Limbah sayuran yang dijadikan sebagai

    pakan kelinci dipilah-pilah terlebih dahulu

    dan harus masih layak dan tidak tercemar.

    Sayuran yang dapat diambil adalah wortel,

    selada, kangkung, tomat, biji-bijian, kubis,

    ketela dan ubi jalar, dan lain sebagainya.

    Limbah sayuran tersebut memiliki nilai

    ekonomis karena dapat menghasilkan

    berbagai produk pakan yang berguna dan

    harganya yang murah, mudah didapat dan

    tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.

    Limbah organik pasar banyak dijumpai di

    Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur.

    Pasar Induk Kramatjati menyandang

    predikat sebagai pasar penyumbang

    sampah organik terbanyak (Trubus News,

    2019).

    Dalam observasi yang telah

    dilakukan diketahui bahwa masyarakat

    yang bermukim di sekitar peternakan

    kelinci yang jarak rumahnya sekitar 100

    meter sering merasakan bau menyengat

    yang berasal dari kotoran dan limbah

    kelinci, akan tetapi bila dilihat dari

    perkembangan usaha peternakan kelinci

    yang semakin besar tidak menunjukan

    adanya keresahan masyarakat terhadap

    bau dan limbah yang ditimbulkan

    peternakan kelinci tersebut. Peternakan

    kelinci yang ada belum sepenuhnya

    berjalan sesuai dengan tujuan yang

    diharapkan yaitu dalam rangka

    meningkatkan swasembada daging, Hal

    ini disebabkan oleh beberapa kendala

    antara lain daging kelinci belum

    memasyarakat. Selain itu, harga daging

    kelinci belum terjangkau oleh daya beli

    masyarakat dikarenakan kurang gencarnya

    promosi tentang mengkonsumsi daging

    kelinci, sehingga produsen daging kelinci

    belum berani memproduksi dalam jumlah

    banyak. Oleh karena itu, pengembangan

    ternak kelinci masih memerlukan inovasi

    yang intensif, sehingga mampu

    memberikan keutungan bagi produsen dan

    bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.

    Berdasarkan latar belakang di atas,

    maka tujuan dalam penelitian ini adalah

    untuk menganalisis persepsi kelompok

    tani mustika terhadap budidaya kelinci

    Hyla, Hycole, dan Rex.

    METODOLOGI PENELITIAN

    Penelitian ini dilaksanakan pada

    kelompok tani Mustika di Kramatjati,

    Jakarta Timur, pada bulan Februari-Mei

    2019, dengan jumlah responden sebanyak

    15 orang. Alasan pemilihan lokasi

    penelitian adalah tercukupinya sampel

    penelitian dan terdapat masalah

    peternakan kelinci di daerah tersebut yang

    perlu diberikan solusi yang tepat.

    Pengambilan sampel responden ini sudah

    mencakup segala kalangan masyarakat

    yang diambil secara random sampling.

    Kegiatan penelitian mencakup persiapan

    penelitian, pelaksanaan penelitian,

    pengumpulan dan pengolahan data, serta

    penyusunan laporan penelitian. Penelitian

    ini menggunakan pendekatan deskriptif

  • Erna Puji Astuti et al.; Persepsi Kelompok Tani Mustika terhadap Budi Daya Kelinci Hyla, Hycole dan Rex

    di DKI Jakarta

    Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 50

    kualitatif. Iskandar (2013) menyatakan

    bahwa penelitian kualitatif dilaksanakan

    melalui proses yang berangkat dari khusus

    ke umum, konseptualisasi, kategorisasi

    dan deskripsi masalah yang diteliti.

    Selanjutnya Noor (2011) menyatakan

    bahwa penelitian deskriptif adalah

    penelitian yang berusaha mendiskripsikan

    suatu gejala, peristiwa, kejadian yang

    terjadi saat sekarang.

    Teknik pengumpulan data dalam

    penelitian ini menggunakan teknik

    observasi partisipatoris, angket dan

    wawancara mendalam dengan

    menggunakan instrumen berupa pedoman

    observasi, angket dan pedoman

    wawancara. Instrumen penelitian yang

    digunakan telah divalidasikan dengan

    contruct validity dan content validity. Data

    yang terkumpul dilakukan teknik

    triangulasi untuk mengetahui keterkaitan

    dan kesepadanan data. Setelah itu data

    dianalisis menggunakan analisis miles

    interaktif (Miles dan Huberman, 1992;

    Gambar 1).

    Gambar 1. Komponen analisis data model interaktif (Miles dan Huberman, 1992)

    Data yang dianalisis pada penelitian

    ini adalah data mengenai persepsi

    masyarakat terhadap aroma lingkungan

    kandang, limbah, dan manfaat dari

    peternakan kelinci. Data dianalisis secara

    deskriptif, dengan menggunakan model

    pengelompokan, penyederhanaan, serta

    penyajian seperti tabel distribusi frekuensi

    dengan pengukuran menggunakan skala

    “likert”. Menurut Ridwan (2010), skala

    likert digunakan untuk mengukur sikap,

    pendapat, persepsi seseorang atau

    sekelompok seseorang atau sekelompok

    tentang kejadian gejala sosial. Pada

    penggunaan skala likert variabel yang

    akan diukur dijabarkan menjadi indikator-

    indikator yang dapat diukur, dapat berupa

    menjadi pernyataan atau pertanyaan yang

    selanjutnya dikategorikan ke dalam skor.

    Variabel pertama dalam analisis ini

    adalah aroma lingkungan kandang dengan

    indikator mencakup kategori sangat

    berbau, bau terus menerus, kadang kadang

    tercium dan tidak tercium. Selanjutnya,

    variabel kedua adalah manfaat dengan

    indikator mencakup membuka lapangan

    kerja, memberikan pengetahuan

    peternakan kelinci.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Karakteristik Responden

    Karakteristik penduduk yang

    menjadi responden dalam persepsi petani

  • Erna Puji Astuti et al.; Persepsi Kelompok Tani Mustika terhadap Budi Daya Kelinci Hyla, Hycole dan Rex

    di DKI Jakarta

    Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 51

    terhadap budidaya kelinci meliputi jenis

    kelamin, kelompok umur, tingkat

    pendidikan, pendapatan dan pengeluaaran

    serta mata pencaharian (Tabel 1).

    Berdasarkan hasil penelitian

    responden penelitian berjenis kelamin

    laki-laki adalah sebanyak 15 responden

    86% berjenis kelamin laki laki dan

    berjenis kelamin perempuan sebanyak

    13%. Kisaran umur responden diantara

    24-28 tahun sebanyak 21%, 29-33 tahun

    sebanyak 14%, 34-38 tahun sebanyak

    29%, 39-43 tahun sebanyak 7%, 44-48

    tahun sebanyak 7%, 49-53 tahun sebanyak

    7%, 54-58 tahun sebanyak 14%.

    Tabel 1. Karakteristik responden

    No Karakteristik Kategori Jumlah Persentase (%)

    1. Umur 24 Tahun - 28 Tahun

    29 Tahun - 33 Tahun

    34 Tahun – 38 Tahun

    39 Tahun - 43 Tahun

    44 Tahun – 48 Tahun

    49 Tahun – 53 Tahun

    54 Tahun – 58 Tahun

    3

    2

    4

    2

    1

    1

    2

    20

    13

    27

    13

    7

    7

    13

    2 Jenis Kelamin Laki-laki

    Perempuan

    13

    2

    86

    13

    2. Pendidikan 6 Tahun

    9 Tahun

    12 Tahun

    16 Tahun

    3

    3

    7

    2

    20

    20

    47

    13

    3. Daerah asal Jakarta

    Wonogiri

    Karanganyar

    Yogyakarta

    Surakarta

    Bogor

    8

    3

    1

    1

    1

    1

    53

    20

    7

    7

    7

    7

    4 Nama Poktan Mustika 15 100

    5. Pekerjaan PPSU Kelurahan Kramatjati

    RPTRA

    Petani

    Bengkel

    Pensiunan Karyawan Swasta

    Pensiunan

    Wiraswasta

    4

    2

    4

    2

    1

    1

    1

    27

    13

    27

    13

    7

    7

    7

    Jenis pendidikan terakhir dari

    peternak kelinci adalah mayoritas dari

    lulusan sekolah menengah atas/sekolah

    menengah kejuruan sebanyak 47%,

    selanjutnya pendidikan sekolah dasar dan

    sekolah menengah pertama masing

    masing sebanyak 20% dan dari

    pendidikan sarjana sebanyak 13%.

    Anggota kelompok tani mustika ini

    berasal dari beragam daerah asal.

    Mayoritas responden berasal dari daerah

    Jakarta sebanyak 53%, dari Wonogiri

  • Erna Puji Astuti et al.; Persepsi Kelompok Tani Mustika terhadap Budi Daya Kelinci Hyla, Hycole dan Rex

    di DKI Jakarta

    Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 52

    sebanyak 20%, dari daerah Karanganyar,

    Yogyakarta, Surakarta, dan Bogor masing

    masing sebanyak 7%. Selain itu, jenis

    pekerjaan yang digeluti oleh responden

    pun juga bearagam. Responden sebagai

    PPSU Kelurahan Kramatjati sebanyak

    27%. RPTRA sebanyak 13%, Petani

    sebanyak 27%, Di bengkel sebanyak 13%,

    pensiunan karyawan swasta sebanyak 7%,

    Pensiunan lainnya dan wiraswasta masing

    masing sebanyak 7%. Terdapat hubungan

    responden dengan umur. Responden yang

    usianya lebih muda akan mudah dalam

    menerima informasi dan arahan yang

    diberikan. Selanjutnya tingkat Pendidikan

    responden juga mempengaruhi daya

    tangkap terhadap informasi yang

    diberikan. Dalam hal ini dipengaruhi oleh

    umur, tingkat Pendidikan dan jenis

    pekerjaan responden dalam menerima

    informasi yang diberikan.

    Persepsi Budidaya Kelinci

    Berdasarkan pengamatan penerima,

    maka inovasi mempunyai lima sifat

    (Rogers dan Shoemaker, 1987). Kelima

    sifat inovasi tersebut adalah keuntungan

    relatif, kompabilitas, kompleksitas,

    triabilitas dan observabilitas. Sifat

    keuntungan relatif adalah tingkatan –

    tingkatan suatu ide baru yang dianggap

    sudah lebih baik daripada ide yang ada

    sebelumnya. Hal ini sering disebut

    keuntungan ekonomis. Selanjutnya sifat

    kompabilitas adalah sejauh mana suatu

    inovasi dianggap konsisten dengan nilai-

    nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan

    kebutuhan penerima. Sifat selanjutnya

    yaitu kompleksitas adalah tingkat

    inovasidapat mencoba dalam skala kecil.

    Ide baru yang dapat di coba biasanya

    diadopsi lebih cepat dan pada inovasi

    yang tidak bisa dicoba terlebih dahulu.

    Sifat terakhir adalah observabilitas yaitu

    tingkat hasil-hasil suatu inovasi dapat

    dilihat oleh orang lain. Hasil inovasi

    tertentu mudah dilihat dan

    dikomunikasikan kepada orang lain,

    sedangkan beberapa yang lainnya tidak.

    Hasil uji persepsi responden

    terhadap budidaya kelinci yang meliputi

    persepsi terhadap tingkat kesesuaian,

    tingkat kerumitan, tingkat kemudahan

    dapat dicoba, dan tingkat kemudahan

    untuk dilihat hasilnya termasuk dalam

    katagori cukup baik. Hal ini menunjukkan

    bahwa teknologi ini dapat diterima dan

    berpeluang untuk diadopsi oleh pengguna.

    Nilai persepsi terhadap tingkat kerumitan

    untuk dicoba oleh masyarakat pengguna

    menunjukkan nilai yang paling tinggi

    yaitu 84,44% (Tabel 2). Hasil tersebut

    menunjukkan bahwa faktor yang paling

    mempengaruhi persepsi terhadap

    budidaya kelinci adalah kerumitan dalam

    budidaya kelinci oleh masyarakat dengan

    inovasi teknologi yang ditawarkan sesuai

    dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan

    masyarakat.

    Persepsi Masyarakat terhadap aroma

    (limbah) adalah tanggapan yang diberikan

    oleh masyarakat mengenai keberadaan

    peternakan kelinci ditinjau dari aroma

    (limbah). Indikator pengukurannya adalah

    tingkat gangguan indera penciuman

    masyarakat, dengan kategori yaitu sangat

    mengganggu, cukup mengganggu dan

    tidak mengganggu. Dari hasil yang

    didapatkan dilokasi, dapat diketahui

    bahwa masyarakat dilokasi tidak

    terganggu dengan adanya bau yang

    ditimbulkan dari peternakan kelinci

    tersebut. Hal ini disebabkan karena

    peternak kelinci yang ada dilokasi mampu

  • Erna Puji Astuti et al.; Persepsi Kelompok Tani Mustika terhadap Budi Daya Kelinci Hyla, Hycole dan Rex

    di DKI Jakarta

    Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 53

    mengelolah peternakan kelincinya dengan

    baik sehingga bau yang ditimbulkan tidak

    mengganggu masyarakat. Para peternak

    kelinci menggunakan limbah kotoran

    ternaknya sebagai pupuk yang diberikan

    pada tanaman yang khusus ditanam

    sebagai pakan untuk ternak kelincinya.

    Salah satu upaya untuk mengurangi

    limbah adalah mengintegrasikan dengan

    usaha pembuatan kompos serta upaya

    memadukan tanaman, ternak dan ikan di

    lahan pertanian, sehingga memiliki

    manfaat ekologis dan ekonomis.

    Tabel 2. Penilaian persepsi teknologi olahan kelinci

    Persepsi Pengguna Tingkat Persepsi (%) Kategori Skor

    Kesesuaian/kompabilitas (kondisi lingkungan dan kebutuhan)

    83, 33% Baik

    Kerumitan/ complexity 84,44% Baik Tingkat kemudahan untuk dicoba

    dan diterapkan (Trialibilitas)

    82,50% Baik

    Tingkat kemudahan untuk dilihat hasilnya (Observabilitas)

    83,33% Baik

    Total nilai yang didapat dikelompokkan berdasarkan rentang skala, 0–33,3 = tidak baik; 33,4–66,7 = cukup

    baik; 66,8–100 = baik (Vredenbregt, 1987).

    Manfaat atau keuntungan adalah

    sesuatu yang dapat memberikan dampak

    positif terhadap masyarakat disekitar

    peternakan kelinci di Kramatjati. Indikator

    pengukurannya adalah tingkat

    kesejahteraan masyarakat, dengan

    kategori yaitu sangat bermanfaat, cukup

    bermanfaat, tidak bermanfaat. Dari

    keseluruhan responden (100%)

    menyatakan bermanfaat. Hal ini

    disebabkan karena ternak kelinci yang ada

    dilokasi sangat memberi manfaat kepada

    masyarakat di lokasi khususnya

    masyarakat yang tidak mempunyai mata

    pencaharian. Sebagian besar masyarakat

    dilokasi menjadikan peternakan kelinci

    sebagai mata pencaharian pokok, hewan

    piaraan dan mata pencaharian sampingan

    untuk menambah pendapatan dan

    memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain

    itu, sangat memberi manfaat yang besar

    seperti membuka lapangan pekerjaan bagi

    masyarakat yang tidak mempunyai

    pekerjaan, sehingga hal ini dapat

    membantu mengurangi tingkat

    pengangguran di daerah tersebut.

    Persepsi Masyarakat terhadap aroma

    (limbah) adalah tanggapan yang diberikan

    oleh masyarakat mengenai keberadaan

    peternakan kelinci ditinjau dari aroma

    (limbah) Indikator pengukurannya adalah

    tingkat gangguan indera penciuman

    masyarakat, dengan kategori: sangat

    mengganggu, cukup mengganggu, tidak

    mengganggu. Selanjutnya manfaat atau

    keuntungan adalah sesuatu yang dapat

    memberikan dampak positif terhadap

    masyarakat di sekitar peternakan kelinci.

    Indikator pengukurannya adalah tingkat

    kesejahteraan masyarakat, dengan

    kategorinya adalah sangat bermanfaat,

    cukup bermanfaat, dan tidak bermanfaat.

  • Erna Puji Astuti et al.; Persepsi Kelompok Tani Mustika terhadap Budi Daya Kelinci Hyla, Hycole dan Rex

    di DKI Jakarta

    Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 54

    Tabel 3. Tingkat persepsi masyarakat terhadap aroma (bau)

    No Kategori Frekunsi Bobot Nilai Jumlah Persentase (%)

    1

    2

    3

    Sangat Menganggu

    Menggangu

    Tidak Menganggu

    -

    8

    7

    3

    2

    1

    0

    16

    7

    0

    70

    30

    Jumlah 15 23 100

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    masyarakat dilokasi tidak terganggu

    dengan adanya bau yang ditimbulkan dari

    peternakan kelinci tersebut (Tabel 3). Hal

    ini disebabkan karena peternak kelinci

    yang ada di lokasi mampu mengelola

    peternakan kelincinya dengan baik

    sehingga bau yang ditimbulkan tidak

    mengganggu masyarakat. Salah satu

    upaya untuk mengurangi limbah adalah

    mengintegrasikan usaha tersebut dengan

    beberapa usaha lainnya, seperti

    penggunaan suplemen pada pakan, usaha

    pembuatan kompos, budidaya ikan,

    budidaya padi sawah, sehingga menjadi

    suatu sistem yang saling sinergis, serta

    upaya memadukan tanaman, ternak dan

    ikan di lahan pertanian memiliki manfaat

    ekologis dan ekonomis. Hal ini sesuai

    dengan hasil penelitian Sholikhah et al.,

    (2018) bahwa pemanfaatan dan

    pengolahan limbah urin ternak kelinci

    menjadi pupuk dan pestisida organik

    mempunyai prospek yang cukup cerah

    guna mengatasi permasalahan yang

    dihadapi oleh masyarakat petani. Urin

    kelinci yang sudah diolah menjadi pupuk

    organik dan pestisida organik, tidak hanya

    bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman

    dan mengembalikan kesuburan lahan,

    tetapi juga untuk mengurangi biaya yang

    harus dikeluarkan dalam kegiatan

    usahatani serta lebih ramah lingkungan.

    Dari 10 ekor kelinci bisa diperoleh 2 liter

    urin per hari. Namun perlu dipahami urin

    kelinci terbaik berasal dari air kencing

    kelinci berumur 6–8 bulan karena urinnya

    sudah terbukti mengandung paling banyak

    unsur N, P, dan K (Balai Besar Litbang

    Sumberdaya Lahan Pertanian. 2010). Hal

    ini juga sejalan dengan Sutaryo et al.,

    (2018) yang menyatakan bahwa upaya

    yang dapat dilakukan untuk

    meminimalisir dampak negatif dari limbah

    peternakan terhadap lingkungan

    diantaranya dapat dilakukan dengan

    penanganan dan pengolahan limbah

    peternakan yaitu dengan penanganan

    limbah secara anaerob untuk produksi

    biogas ataupun penanganan limbah secara

    aerob untuk produksi kompos.

    Selanjutnya terkait dengan tingkat

    kebermanfaatan peternakan kelinci dapat

    dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

    Tabel 4. Tingkat persepsi masyarakat terhadap kebermanfaatan

    No Kategori Frekunsi Bobot Nilai Jumlah Persentase (%)

    1

    2

    3

    Sangat Bermanfaat

    Bermanfaat

    Tidak Bermanfaat

    6

    9

    -

    3

    2

    1

    18

    18

    0

    50

    50

    0

    Jumlah 15 36 100

  • Erna Puji Astuti et al.; Persepsi Kelompok Tani Mustika terhadap Budi Daya Kelinci Hyla, Hycole dan Rex

    di DKI Jakarta

    Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 55

    Terkait dengan tingkat

    kebermanfaatan peternakan kelinci

    terdapat keseimbangan dalam hal

    kebermanfaatan peternakan kelinci

    berdasarkan kategori sangat bermanfaat

    dan bermanfaat (Tabel 4). Hal ini

    disebabkan karena dari aspek sosialnya

    peternakan kelinci yang ada dilokasi

    sangat memberi manfaat yang besar

    dalam membuka lapangan pekerjaan bagi

    masyarakat yang tidak mempunyai

    pekerjaan dan dapat membantu

    mengurangi tingkat pengangguran di

    lokasi tersebut. Dari aspek ekonomi dapat

    dijadikan sebagai pendapatan pokok

    peternak dan sebagai pendapatan

    tambahan bagi para petani dan pekerja

    lainnya, karena dari beternak kelinci para

    peternak dapat memperoleh keuntungan

    dari kelinci yang mempunyai nilai jual

    yang tinggi. Hal ini sesuai dengan

    Kuntana, Partasasmita, dan Fitriani

    (2012) yang menyatakan bahwa usaha

    budidaya ternak kelinci lebih

    menguntungkan dibandingkan dengan

    ternak lain, seperti sapi dan domba

    dikarenakan kelinci merupakan ternak

    profilik, dapat bunting dan menyusui

    pada waktu yang bersamaan, memiliki

    pertumbuhan dan interval beranak yang

    cepat. Hasil ini sesuai dengan hasil

    penelitian dari Swatika, Azizah dan

    Kusumastuti (2017) yang menyatakan

    bahwa ternak kelinci merupakan jenis

    ternak yang mempunyai banyak

    keunggulan seperti mampu berproduksi

    dengan cepat dan menghasilkan banyak

    anak, mudah dan sederhana dalam

    pemeliharaannya serta tidak memerlukan

    lahan yang luas. Selanjutnya penelitian

    lain oleh Ridho dan Prayuginingsih

    (2018) memberikan hasil Penelitian yaitu

    : (1) tingkat keuntungan peternak kelinci

    sistem kandang batere di desa Umbulrejo,

    Kecamatan Umbulsari, Kabupaten

    Jember sebesar Rp 2.245.050 per 10 ekor

    induk kelinci per tahun atau rata-rata per

    bulan Rp 187.088, (2) penggunaan biaya

    usaha pembesaran gurami effisien

    ditunjukkan dengan nilai R/C ratio

    sebesar 1,81. dan (3) Rentabilitas usaha

    sebesar 115,29 %. Berdasarkan nilai

    tersebut maka usaha budidaya kelinci

    sistem batrai lebih menguntungkan

    daripada menyimpan uang di Bank

    dengan suku bunga bank yang

    diasumsikan sebesar 12% per tahun.

    Penelitian lain dari Suryana (2017)

    menunjukan adanya perubahan perilaku

    lebih baik yang meliputi aspek

    pengetahuan, keterampilan dan sikap

    peternak dalam mengolah hasil produksi

    kelinci.

    Kelinci adalah hewan yang

    memiliki banyak manfaat. Hal ini sesuai

    dengan hasil penelitian dari Harahap,

    Saleh dan Jannah (2019) yang

    menyatakan bahwa Kelinci adalah salah

    satu jenis satwa harapan yang memiliki

    prospek cukup baik. Ternak kelinci

    memiliki beberapa keunggulan yaitu

    menghasilkan daging yang berkualitas

    tinggi dengan kadar lemak yang rendah;

    tidak membutuhkan areal yang luas

    dalam pemeliharaannya, dapat

    memanfaatkan bahan pakan dari berbagai

    jenis hijauan dan sisa dapur. Pakan

    kelinci umumnya diberikan dalam bentuk

    hijauan segar atau hijauan yang telah

    dilayukan. Kelinci merupakan hewan

    herbivora non ruminansia yang sebagian

    besar kebutuhan pakannya berasal dari

    hijauan.

  • Erna Puji Astuti et al.; Persepsi Kelompok Tani Mustika terhadap Budi Daya Kelinci Hyla, Hycole dan Rex

    di DKI Jakarta

    Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 56

    Masalah dan kendala dalam budidaya

    kelinci

    Masalah/kendala yang dihadapi

    oleh peternak kelinci sangat beragam.

    Masalah tersebut antara lain: 1) suhu

    musim kemarau yang terlalu panas; 2)

    tidak ada mesin pencacah pakan; 3)

    kesulitan membuat pakan pelet; 4) belum

    pernah budidaya kelinci; 5) pakan pelet

    mahal; 6) kelinci ada yang mati; 7)

    anakan banyak yang mati. Dari beragam

    permasalahan tersebut diselesaikan

    dengan cara dan strategi yang berbeda

    beda disesuaikan dengan permasalahan

    yang dialami. Sebagian masalah yang

    dialami oleh peternak terletak pada suhu

    musim kemarau yang terlalu panas

    sehingga banyak kelinci dan anakannya

    yang mati. Hal ini sejalan dengan

    penelitian dari Iswandi, Dahlan &

    Wahyuning (2016) yang menyatakan

    bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

    minat budidaya ternak kelinci di

    Kecamatan Bluluk Kabupaten Lamongan

    adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

    minat budidaya ternak kelinci masuk

    dalam rata-rata sebagai berikut faktor

    produksi 72,93 pakan dan kandang 73,16

    pemasaran 72,23 aspek sosial 67,99. Di

    peroleh nilai rata-rata tertinggi pada

    faktor pakan dan kandang 73,16 dengan

    kisaran antara 60-80%. Selanjutnya hasil

    penelitian lain dari Darman (2011)

    menyatakan bahwa terdapat faktor teknis

    berupa kematian yang menjadi kendala

    pada teknis budidaya, sedangkan faktor

    nonteknis adalah masalah psikologis dan

    daya beli mayarakat masih rendah.

    Promosi pengembangan kelinci melalui

    pengenalan produk-produk olahan

    sehingga masyarakat mempunyai pilihan

    atas produk daging kelinci. Di bidang

    pertanian dan peternakan, peran teknologi

    di bidang pascapanen atau pengolahan

    hasil sangat penting untuk meningkatkan

    nilai tambahnya.

    Masalah dalam peternakan kelinci

    sangat beragam. Seperti yang

    diungkapkan dalam penelitian dari

    Charisma (2012) menunjukkan bahwa

    pelaksanaan pemberdayaan masyarakat

    melalui program aksara kewirausahaan

    ternak kelinci dilakukan dengan tahapan

    perencanaan, pelatihan, pelaksanaan, dan

    pendampingan, pelaksanaannya program

    aksara kewirausahaan ternak kelinci

    dapat meningkatkan pengetahuan dan

    penghasilan warga belajar terlihat dari

    semakin meningkatnya keberaksaraan

    dan penghasilan warga belajar. Faktor

    pendukung yaitu respon positif dari

    masyarakat, adanya dukungan dari Dinas

    Pendidikan dan Dinas Peternakan, adanya

    kerjasama dari berbagai instansi dan

    potensi alam Desa Pagersari yang

    memadai. Sedangkan faktor penghambat

    yaitu kurangnya pengetahuan warga

    belajar tentang penanganan dan

    penanggulangan penyakit. Simpulan

    dalam penelitian ini adalah pelaksanaan

    program aksara kewirausahaan ternak

    kelinci berjalan sesuai dengan tujuan

    Saran dalam penelitian adalah perlunya

    peningkatan jumlah materi pada proses

    pelatihan dan tindak lanjut yang

    dilakukan secara terpadu dan

    berkelanjutan.

    Dalam meningkatkan produksi

    kelinci sehingga meningkatkan

    pendapatan peternak dan masyarakat

    sekitar diperlukan strategi pertumbuhan

    yang tepat. Hal ini sesuai dengan hasil

    penelitian dari Siregar, Nuraini dan

  • Erna Puji Astuti et al.; Persepsi Kelompok Tani Mustika terhadap Budi Daya Kelinci Hyla, Hycole dan Rex

    di DKI Jakarta

    Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 57

    Bramantiyo (2014) yang menyatakan

    bahwa pertumbuhan kelinci yang efisien

    dan produktivitas karkas yang optimal

    pada umur 12 minggu. Pertumbuhan dan

    produksi karkas k pelinci ada umur

    potong 12 minggu dapat mengurangi

    masa pemeliharaan, yang dapat menjadi

    acuan umur potong yang optimal,

    sehingga dapat memproduksi kelinci

    pedaging yang berkualitas dalam waktu

    yang efisien.

    Berdasarkan permasalahan yang

    telah dialami oleh responden yang berasal

    dari kelompok tani Mustika terdapat

    berbagai harapan kedepan yang harus

    diupayakan. Harapan tersebut yaitu

    mampu membuat pellet sendiri, mampu

    menjual kelinci hasil budidaya kelinci

    baik secara online maupun secara offline,

    mampu membuat dan menjual hasil

    olahan dari kelinci, mampu berbudidaya

    kelinci di lingkungan perkotaan, mampu

    membuka warung sate kelinci di Jakarta.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Persepsi masyarakat terhadap

    peternakan kelinci yang berada di

    Kramatjati, Jakarta Timur terhadap

    tingkat kerumitan untuk dicoba oleh

    masyarakat pengguna menunjukkan nilai

    yang paling tinggi yaitu 84,44%. Hasil ini

    menunjukkan bahwa faktor yang paling

    mempengaruhi persepsi terhadap

    budidaya kelinci adalah kerumitan dalam

    budidaya kelinci oleh masyarakat dengan

    inovasi teknologi yang ditawarkan sesuai

    dengan kondisi lingkungan dan

    kebutuhan masyarakat. Ditinjau dari

    aspek limbah (aroma), diperoleh hasil

    bahwa keberadaan peternakan kelinci

    tersebut tidak mengganggu masyarakat.

    Selanjutnya dari segi kebermanfaatnya,

    keberadaan peternakan kelinci sangat

    bermanfaat bagi masyarakat.

    Sebaiknya peternak kelinci yang

    berada di Kramatjati, Jakarta Timur lebih

    menjaga kebersihan peternakannya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Ketahanan Pangan. 2018. Lokasi

    Prioritas Pencegahan Stunting.

    Lampiran Surat Sekretaris Badan

    Ketahanan Pangan. Kementerian

    Pertanian. Jakarta.

    Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan

    Pertanian. 2010. Peranan Unsur

    Hara N,P,K dalam Proses

    Metabolisme Tanaman Padi. Badan

    Penelitian dan Pengembangan

    Pertanian. Bogor.

    Charisma, D. 2012. Pemberdayaan

    Masyarakat Melalui Program Aksara

    Kewirausahaan Ternak Kelinci

    (Penelitian Deskriptif Di Balai

    Belajar Bersama Hj. Mudrikah Desa

    Pagersari, Kecamatan Patean

    Kabupaten Kendal). Journal of Non

    Formal Education and Community

    Empowerment. 1(1). 68-80.

    Darman. 2011. Analisis Ekonomi Usaha

    Ternak Kelinci. Binus Business

    Review. 2 (2): 914-922.

    Harahap, A.E., E. Saleh, E., Jannah, N.

    2019. Penampilan Produksi Kelinci

    Periode Pertumbuhan Yang Diberi

    Pakan Wafer Limbah Daun Ubi Jalar

    (Ipomoeabatatas) Dengan

    Penambahan Berbagai Level

    Molases. Jurnal Peternakan. 16 (2).

    55-60.

    Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian

    Pendidikan dan Sosial. Jakarta:

    Referensi.

    Iswandi, Dahlan, M., Wahyuning, D.

    2016. Gambaran Faktor-faktor yang

    Mempengaruhi Minat Peternakan

    dalam Budidaya Ternak Kelinci Di

  • Erna Puji Astuti et al.; Persepsi Kelompok Tani Mustika terhadap Budi Daya Kelinci Hyla, Hycole dan Rex

    di DKI Jakarta

    Buletin Pertanian Perkotaan Volume 10 Nomor 1, 2020 | 58

    Kecamatan Bluluk Kabupaten

    Lamongan Rabbit Livestock

    Cultivation Influence Factors

    Analisys in Bluluk Subdistrict

    Lamongan Regency. Jurnal Fakultas

    Peternakan Universitas Islam

    Lamongan. 1(1). 1-9.

    Kuntana, Y.P., Partasasmita, R. dan

    Fitriani, N. 2012. Penyuluhan

    Mengenai Budidaya Kelinci

    Pemberdayaan Petani Miskin Di Desa

    Depok Dan Sukanagara Kecamatan

    Cisompet Kabupaten Garut. Jurnal

    Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat,

    1(2). 74-79.

    Liputan6. 2019. Permintaan Daging

    Kelinci 2019. Diakses:

    https://surabaya.liputan6.com/read/41

    41769/permintaan-daging-kelinci-

    melonjak saat-libur-akhir-tahun.

    Miles, M.B. dan Huberman, M. 1992.

    Analisis Data Kualitatif. Jakarta:

    Penerbit Universitas Indonesia.

    Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian.

    Jakarta: Kencana Prenada Media

    Group.

    Raharjo YC, Gultom D, Iskandar S,

    Prasetyo LH. 2001. Peningkatan

    produktivitas, mutu produk dan nilai

    ekonomi kelinci eksotis melalui

    pemuliaan dan nutrisi. Laporan Hasil

    Penelitian. Proyek Pembinaan

    Kelembagaan Penelitian dan

    Pengembangan Pertanian/ARMP-II.

    Bogor (Indonesia): Balitnak

    bekerjasama dengan Badan Litbang

    Pertanian.

    Ridho, A., A., Prayuginingsih, H. 2018.

    Analisis Kelayakan Usahatani Kelinci

    Di Desa Umbulrejo Kecamatan

    Umbulsari Kabupaten Jember.

    Agribest, 2(1). 70-77.

    Ridwan (2010). Skala Pengukuran

    Variabel-Variabel Penelitian.

    Bandung: Alfabeta.

    Rogers EM. dan Shoemakers F.

    Comunication of Inovation,

    Terjemahan oleh Hanafi A. 1987.

    Memasyarakatkan Ide-ide Baru.

    Usana Offset Printing. Surabaya.

    Sartika. 1998. Peluang Ternak Kelinci

    Sebagai Sumber Daging Yang

    Potensial Di Indonesia .Bandung.

    Sholikhah, U., Magfiroh, I., Fanata,

    2018. Pemanfaaatan Limbah Urine

    Kelinci Menjadi Pupuk Organik Cair

    (POC). AJIE - Asian Journal of

    Innovation and Entrepreneurship,

    3(2). 204-208.

    Siregar, G.A.W., Nuraini, H.,

    Brahmantiyo, B. 2014. Pertumbuhan

    Dan Produksi Karkas Kelinci Rex

    Pada Umur Potong Yang Berbeda.

    Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi

    Hasil Peternakan. 2(1). 196-200.

    Suryana, N., K. 2017. Peningkatan

    Pendapatan Kelompok Peternak

    Kelinci Melalui Nilai Tambah

    Produksi. Jurnal Pengabdian

    Masyarakat Borneo. 1(2). 14-24.

    Sutaryo, Utami L.S., Purnomoadi, A.,

    Hastuti, D. 2018. Kandungan Nutrien

    Feses Dan Konsumsi Bahan Organik

    Ransum Pada Kelinci New Zealand

    White Akibat Pemberian Pakan

    Dengan Sumber Serat Yang Berbeda.

    Mediagro, 15(2). 58-63.

    Swastika, N. A., Azizah, S dan

    Kusumastuti, A., E. 2017. Model

    Pemberdayaan Kelompok Ternak

    Kelinci melalui Program Pelatihan

    Pertanian dan Perdesaan Swadaya

    (studi kasus Kelompok Ternak

    Kelinci “Mandiri Jaya” di Desa

    Ngijo, Kecamatan Karangploso,

    Kabupaten Malang). Jurnal Ilmu-

    Ilmu Peternakan. 27 (3): 1- 6.

    Trubus News. 2019.

    https://news.trubus.id/baca/7521/pasa

    r-induk-kramatjati-penyumbang-

    sampah-organik-terbanyak.

    Vredenbregt, J. 1987. Metode dan Teknik

    Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.

    Gramedia.

    https://surabaya.liputan6.com/read/4141769/permintaan-daging-kelinci-melonjak%20saat-libur-akhir-tahunhttps://surabaya.liputan6.com/read/4141769/permintaan-daging-kelinci-melonjak%20saat-libur-akhir-tahunhttps://surabaya.liputan6.com/read/4141769/permintaan-daging-kelinci-melonjak%20saat-libur-akhir-tahunhttps://news.trubus.id/baca/7521/pasar-induk-kramatjati-penyumbang-sampah-organik-terbanyakhttps://news.trubus.id/baca/7521/pasar-induk-kramatjati-penyumbang-sampah-organik-terbanyakhttps://news.trubus.id/baca/7521/pasar-induk-kramatjati-penyumbang-sampah-organik-terbanyak