PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL ORDE PERTAMA BAB III TEORI PERSAMAAN LINIER DAN KUASI LINIER ORDE PERTAMA Pada bab ini akan kita pelajari persamaan kuasi linier (dan linier) orde pertama. Teori dan metode dari solusi masalah nilai awal untuk persamaan tersebut didapatkan sebagai suatu aplikasi langsung dari teori dan metode dalam kontruksi integral kurva dan permukaan dari medan vektor yang dijelaskan pada Bab II. Pada bagian 1, kita akan mendefinisikan apa yang dimaksud solusi dari persamaan orde pertama dan kita klasifikasi/kelompokan persamaan orde pertama berdasarkan kelinieritasannya. Pada bagian 2, kita definisikan integral umum dari persamaan kuasi linier orde pertama dan metode untuk mendapatkannya. Integral umum adalah rumus yang sering menghasilkan solusi dari persamaan. Pada bagian 3, kita akan mendeskripsikan masalah nilai awal untuk persamaan kuasi linier orde pertama dan mendapatkan kondisi dimana terdapat solusi unik/tunggal untuk masalah ini. Pada bagian 4, kita akan melihat bagaimana jika kondisi tidak dipenuhi yang kemudian biasanya tidak terdapat solusi untuk masalah ini, dan pada kasus khusus dimana terdapat solusi, terdapat tak terhingga solusi yang ada. Pada bagian 5, kita mengaplikasikan teori umum untuk mempelajari hukum konservasi yang merupakan persamaan kuasi linier orde pertama yang dibangkitkan pada berbagai bagian dari fisika. Solusi dari persamaan tersebut biasanya mengembangkan
238
Embed
persamaan diferensial parsial dari persamaan linear dan kuasi orde pertama sampai materi persamaan Laplace
persamaan diferensial parsial dari persamaan linear dan kuasi orde pertama sampai materi persamaan Laplace.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL ORDE PERTAMA
BAB III
TEORI PERSAMAAN LINIER DAN KUASI LINIER ORDE PERTAMA
Pada bab ini akan kita pelajari persamaan kuasi linier (dan linier) orde pertama. Teori dan
metode dari solusi masalah nilai awal untuk persamaan tersebut didapatkan sebagai suatu
aplikasi langsung dari teori dan metode dalam kontruksi integral kurva dan permukaan dari
medan vektor yang dijelaskan pada Bab II.
Pada bagian 1, kita akan mendefinisikan apa yang dimaksud solusi dari persamaan orde
pertama dan kita klasifikasi/kelompokan persamaan orde pertama berdasarkan kelinieritasannya.
Pada bagian 2, kita definisikan integral umum dari persamaan kuasi linier orde pertama dan
metode untuk mendapatkannya. Integral umum adalah rumus yang sering menghasilkan solusi
dari persamaan. Pada bagian 3, kita akan mendeskripsikan masalah nilai awal untuk persamaan
kuasi linier orde pertama dan mendapatkan kondisi dimana terdapat solusi unik/tunggal untuk
masalah ini. Pada bagian 4, kita akan melihat bagaimana jika kondisi tidak dipenuhi yang
kemudian biasanya tidak terdapat solusi untuk masalah ini, dan pada kasus khusus dimana
terdapat solusi, terdapat tak terhingga solusi yang ada. Pada bagian 5, kita mengaplikasikan teori
umum untuk mempelajari hukum konservasi yang merupakan persamaan kuasi linier orde
pertama yang dibangkitkan pada berbagai bagian dari fisika. Solusi dari persamaan tersebut
biasanya mengembangkan diskontinuitas yang disebut shocks atau gelombang shock, yang
diketahui sebagai fenomena pada gas dinamik. Dua contoh yang ada adalah pada arus lalu lintas
dan gas dinamik, didiskusikan secara detail pada bagian 6. Terakhir, pada bagian 7, kita
perlihatkan aplikasi penting dari persamaan linier orde pertama untuk peluang, secara spesifik
untuk mempelajari proses stokastik. Kita diskusikan pada dua contoh yang detail, yaitu mengenai
masalah trunking sederhana pada jaringan telepon dan kontrol dari penyakit tropis. Berbagai
contoh lain juga dideskripsikan dalam soal-soal pada bagian ini.
1. Persamaan Diferensial Parsial Orde Pertama
Sebuah persamaan diferensial parsial orde pertama dalam dua variabel independen x,y dan
z yang tidak diketahui adalah persamaan yang dapat dibentuk dalam
(1.1) F (x , y , z , z x , z y )=0
Fungsi F (x , y , z , zx , z y ) didefinisikan pada suatu domain di R5. (x , y , z , p ,q) digunakan
sebagai kordinat untuk titik-titik di R5. Solusi persamaan (1.1) di domain Ω adalah sebuah fungsi
z=f (x , y ) yang terdefinisi dan C1 di Ω sehingga dua kondisi di bawah ini harus dipenuhi:
i. Untuk setiap (x , y )∈Ω , titik (x , y , z , z x , z y) terdapat pada domain di fungsi F.
ii. Ketika z=f (x , y ) disubstitusikan ke persamaan (1.1) menghasilkan sebuah persamaan
identitas di x , y untuk setiap ( x , y )∈Ω
Persamaan diferensial parsial orde pertama dapat dikelompokan berdasarkan bentuk
istimewa dari fungsi F. Pengelompokan persamaan diferensial parsial adalah sebagai berikut:
1. Persamaan kuasi linier
Bentuk persamaan kuasi linier adalah
(1.2) P ( x , y , z ) zx+Q ( x , y , z ) z y=R ( x , y , z )
Pada persamaan di atas, fungsi F adalah sebuah fungsi linier pada turunan zx dan z y
dengan koefisien P , Q, R bergantung pada variabel independen x , y seperti pada variable z
yang tidak diketahui.
2. Persamaan hampir linier
Bentuk persamaan hampir linier adalah
(1.3) P ( x , y ) zx+Q ( x , y ) z y=R (x , y , z)
Pada persamaan di atas, koefisien dari turunan zx dan z y adalah fungsi variabel independen
x , y .
3. Persamaan linier
Bentuk persamaan linier adalah
(1.4) a ( x , y ) z x+b ( x , y ) z y+c ( x , y ) z=d (x , y )
Pada persamaan di atas, fungsi dari F adalah linier pada zx , z y dan z dengan semua
koefisien hanya bergantung kepada variabel independen x dan y.
Apabila suatau persamaan tidak memenuhi bentuk di atas maka persamaan disebut persamaan
non-linier.
Untuk lebih memahami ketiga bentuk pengelompokan yang telah dijelaskan, akan
disajikan beberapa contoh bentuk persamaan serta pengelompokan sebagai berikut:
1. Persamaan diferensial parsial berikut
(1.6) a ( z ) zx+ z y=0
memiliki koefisien zx berupa fungsi a (z) yang bergantung dengan variabel z. Persamaan
(1.6) merupakan persamaan kuasi linier.
2. Persamaan diferensial parsial yang disebut euler’s relation berikut
(1.7) x z x+ y z y=nz
dapat kita tulis sebagai x z x+ y z y−nz=0 sehingga memiliki bentuk fungsi F yang linier
pada zx , z y dan z dengan koefisien-koefisien yang bergantung hanya pada variabel x dan y.
Sehingga, persamaan (1.7) merupakan persamaan linier.
3. Persamaan diferensial parsial berikut
(1.8) x z x+ y z y=z2
memiliki koefisien zx dan z y yang bergantung hanya pada variabel x dan y, serta fungsi di
ruas kanan hanya bergantung pada variabel z yaitu z2. Sehingga, persamaan (1.8)
merupakan persamaan hampir linier.
4. Persamaan diferensial parsial berikut
(1.9) zx2+z y
2=1
tidak memenuhi ketiga pengelompokan persamaan diferensial yang ada. Sehingga,
persamaan (1.9) merupakan persamaan non-linier.
Pada bab ini, kita mempelajari persamaan diferensial parsial kuasi linier orde pertama.
Ingat bahwa persamaan linier dan hampir linier adalah kasus khusus dari persamaan kuasi linier.
Soal
1.1 Misalkan f merupakan fungsi C1 pada R2 dan perhatikan bahwa untuk beberapa bilangan
bulat n 1, f memenuhi kondisi
(1.12) f (tx , ty)=t n f (x , y)
Untuk semua t∈R1 dan semua (x,y)∈R2. Maka fungsi tersebut dikatakan homogen pada
derajat n.
(a) Berikan contoh fungsi yang homogen pada derajat 1, 2, dan 3
- Contoh fungsi yang homogen pada derajat 1 adalah
f(x,y) = x+y
karena f(tx,ty)=tx+ty= t(x+y)=t1f(x,y)
- Contoh fungsi yang homogen pada derajat 2 adalah
f(x,y)=x2+y2
karena f(tx,ty)=(tx)2+(ty)2=t2x2+t2y2=t2(x2+y2)=t2f(x,y)
- Contoh fungsi yang homogen pada derajat 3 adalah
f(x,y)=x3+y3
karena f(tx,ty)=(tx)3+(ty)3=t3x3+t3y3=t3(x3+y3)=t3f(x,y)
(b) Buktikan bahwa jika f homogen pada derajat n maka z=f(x,y) memenuhi persamaan
diferensial parsial (1.7) [Petunjuk : Turunkan (1.12) terhadap t dan substitusi t=1.]
f homogen pada derajat n artinya f(tx,ty)=tnf(x,y), misalkan f(x,y)=z maka f(tx,ty)=tnz
apabila masing-masing ruas diturunkan terhadap t akan didapat
∂ f (tx ,ty)∂ t
=ð (t n z )
∂ t⟺
∂ f (tx , ty)∂ t
=n tn−1 z∂ z∂ t
apabila disubstitusi t=1 maka akan didapat
∂ f (x , y)∂ t
=nz∂ z∂ t
1.2 Buktikan assertion pada contoh 1.4
2. Integral Umum dari Persamaan Kuasi Linier
Pada persamaan kuasi linier berikut
(2.1) P(x , y , z) zx+Q(x , y , z )z y=R( x , y , z )
diasumsikan bahwa fungsi P , Q, R terdefinisi dan C1 pada suatu domain ~Ω dari R3 dan tidak
terhubung secara simultan pada beberapa titik dalam domain. Suatu solusi dari persamaan (2.1)
pada domain dari R3 adalah fungsi z=f (x , y ) yang terdefinisi dan C1 terdapat pada sehingga
dua kondisi berikut terpenuhi:
(i) Untuk setiap (x , y )ϵ , titik (x , y , f (x , y )) termasuk domain ~Ω dari fungsi P, Q, R.
(ii) Saat z=f(x,y) disubstitusikan pada (2.1), hasilnya merupakan identitas pada x , y untuk semua
(x , y )ϵ .
Suatu solusi
(2.2) z=f (x , y ) ,(x , y )ϵ
dari persamaan (2.1) dapat dilihat sebagai suatu permukaan dari R3, yang disebut solusi
permukaan dari persamaan (2.1). Vektor normal permukaan (2.2) dapat dihitung dengan
menggunakan gradien dari fungsi (2.2) pada titik (x , y , z) yang hasilnya adalah
( f x , f y ,−1 )=(zx , z y ,−1). Apabila vektor normal (zx , z y ,−1) dikalikan dengan V=(P , Q, R)
hasilnya akan sama dengan nol, sehingga vektor V ortogonal/ tegak lurus dengan vektor normal
( z x , z y ,−1 ) di setiap titik pada persamaan (2.2). Jadi, suatu permukaan S disebut suatu solusi
permukaan dari persamaan (2.1) jika S dapat dinyatakan sebagai persamaan (2.2) dan jika pada
setiap titik dari S, vektor V=(P , Q, R) adalah tangen/ vektor singgung dari S.
Suatu solusi permukaan dari persamaan (2.1) adalah integral permukaan dari medan vektor
V=(P , Q, R) yang dapat dinyatakan sebagai persamaan (2.2). Ini menyatakan bahwa untuk
mencari suatu solusi permukaan dari persamaan (2.1) perlu dicari integral permukaan V terlebih
dahulu atau solusi permukaan dari persamaan diferensial parsial
(2.3) P ux+Q uy+R uz=0
yang dapat dinyatakan sebagai persamaan (2.2).
Solusi permukaan dari (2.3) merupakan permukaan ketinggian, yaitu
(2.4) u(x , y , z )=0 ,(x , y , z )ϵ~
dari suatu solusi u(x , y , z ) dari (2.3). Jika persamaan (2.4) dapat diselesaikan untuk z dalam
bentuk x dan y, maka hasil dari fungsinya adalah solusi dari persamaan (2.1). Sehingga
didapatkan Lemma berikut ini:
Lemma 2.1
Misalkan u ada pada C1(~Ω) dan perhatikan bahwa setiap titik pada ketinggian
permukaan (2.4) memenuhi dua kondisi berikut : (i) P ux+Q uy+R uz=0(ii) uz 0
kemudian persamaan (2.4) menyebabkan definisi zsebagai fungsi dari xdan y dan fungsi ini memenuhi persamaan diferensial parsial (2.1)
Bukti :
Dari teorema fungsi implisit, didapatkan
zx=−ux
uz
, z y=−u y
uz
dan karena itu, didapat
P zx+Q z y=−P ux+Q u y
uz
=−−R uz
uz
=R
Lemma 2.1 memperlihatkan bagaimana mendapatkan solusi persamaan (2.1) dari solusi
persamaan (2.3). Karena kita telah mengetahui solusi umum dari persamaan (2.3), Lemma 2.1
menghasilkan kelas yang lebih besar dari solusi persamaan (2.1).
Teorema 2.1 Misalkan u1 dan u2 adalah dua solusi yang bebas fungsional dari persamaan
(2.3) pada domain ~Ω pada R3. Misalkan F (u1 ,u2) merupakan suatu fungsi C1
dari dua variabel dan perhatikan permukaan ketinggian
(2.5) F (u1(x , y , z) , u2(x , y , z))=0
Maka, setiap bagian dari permukaan ini memiliki vektor normal dengan komponen tak nol z, persamaan (2.5) mendefinisikan z secara implisit sebagai suatu fungsi dari x dan y dan fungsi ini adalah suatu solusi dari persamaan (2.1)
Definisi 2.1 Persamaan (2.5) disebut integral umum dari persamaan (2.1) pada ~Ω
Telah diketahui bahwa tidak setiap solusi dari persamaan (2.1) dapat dihasilkan dari
integral umum (2.5) seperti yang dijelaskan pada Teorema (2.1). Oleh karena itu, persamaan
(2.5) tidak bisa disebut solusi umum dari persamaan (2.1).
Pada penggunaannya fungsi u1 dan u2 yang dihasilkan dari integral umum (2.5) diperoleh
dari penyelesaian yang berhubungan dengan sistem persamaan
(2.6)dxp=dy
Q=dz
R
seperti yang sudah dijelaskan pada BAB 2 bagian 2.
Untuk lebih memahami materi di atas, perhatikan beberapa contoh berikut:
Contoh 2.1
Carilah integral umum dari
(2.7) x z x+ y z y=z
Sistem yang berhubungan dengan persamaan di atas adalah
dxx=dy
y=dz
z
Dan dapat diambil u1=yx
, u2=zx
. Integral umumnya adalah
(2.8) F ( yx
,zx )=0
dimana F adalah sembarang fungsi 2 variabel pada C1. Jika dipilih F (u1 ,u2)=u1 –u2, (2.8)
menjadi
yx− z
x=0
Selesaikan z sehingga didapatkan z= y yang jelas merupakan solusi dari (2.7) pada R2. Jika
dipilih F (u1 ,u2)=u12 –u2, akan didapatkan solusi z= y2
x yang terdefinisi pada domain x>0 atau
x<0. Jika dipilih F (u1 ,u2)=u1 –u22 maka persamaan (2.8) menjadi
yx− z2
x2=0
Bagian dari permukaan dengan z>0 mendefinisikan z sebagai fungsi dari x dan y,
z=√ xy
Ini adalah solusi dari (2.7) pada salah satu domain x>0 , y>0 atau x<0 , y<0.
Perlu diperhatikan bahwa jika salah satu dari integral pertama yang bebas linier secara
fungsional, misalkan u1, tidak bergantung pada z, maka secara umum, integral umum (2.5) dapat
ditulis dalam bentuk
(2.9) u2(x , y , z)=f (u1(x , y ))
Dimana F adalah sembarang fungsi 1 variabel pada C1.
Contoh 2.2
Perhatikan persamaan linier berikut:
(2.10) a (x , y )z x+b (x , y )z y=0
Dimana a dan b adalah fungsi dari C1 dan tidak kosong secara silmultan. Integral umum dari
(2.10) adalah sebagai berikut
(2.11) z=f (x , y )
Dimana F adalah sembarang fungsi 1 variabel pada C1 dan u ( x , y )=c adalah solusi umum dari
persamaan diferensial biasa
dxa(x , y)
= dyb(x , y)
Tentunya, sistem dari persamaan difernsial biasa yang berhubungan dengan (2.10) adalah
dxa(x , y)
= dyb(x , y)
=dz0
Dan dua integral pertama yang bebas linier secara fungsional dari sistem ini adalah fungsi
u(x , y) dan z. Dapat ditunjukan bahwa (2.11) adalah solusi umum dari (2.10).
Soal
2.1. Untuk setiap persamaan berikut tentukan integral umum dan cari tiga solusi yang berbeda.
Jelaskan pada domain bidang (x,y) yang mana solusi tersebut terdefinisi?
(a) x2 z x+ y2 z y=2 xy
(b) z z x+ y z y=x
Jawaban:
Dari persamaan di atas, nilai P=z ,Q= y , dan R=x.
Untuk mencari u1 ,u2,dan u3 ,, selesaikan sistem persamaan berikut:
dxP=dy
Q=dz
R⟺ dx
z=dy
y=dz
x
1. Pilih persamaan dxz=dz
x
dxz=dz
x
⟺ x dx=z dz
(integralkan keduaruas )⟺∫ x dx=∫ zdz
⟺ 12
x2+c1=12
z2+c2
⟺ c=12
x2−12
z2
Pilih u1=12
x2−12
z2, periksa apakah u1=
12
x2−12
z2 merupakan solusi?
Turunkan terhadap x , y , zsehingga didapat
u1 x=x ,u1 y=0 , u1 z=−z
Substitusi pada P∂u1
∂ x+Q
∂ u1
∂ y+R
∂ u1
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak?
(Bila bernilai nol, maka u1 adalah solusi.)
P∂u1
∂ x+Q
∂ u1
∂ y+R
∂ u1
∂ x=zu1 x+ yu1 y+x u1 z
¿ z (x )+ y (0 )+x (−z )
¿ zx+0−xz
¿0
Jadi, u1=12
x2−12
z2, merupakan solusi.
2. Pilih persamaan d (x+z)( z+x )
=dyy
d (x+z)( z+x )
=dyy
(integralkan keduaruas)⟺∫ d (x+ z)(z+x )
=∫ dyy
⟺∫(x+z )−1 d( x+z )=∫ y−1 dy
⟺ ln ( x+z )+c1=ln y+c2
⟺c=ln (x+z )−ln y
⟺c=ln( x+zy )
⟺c¿=eln( x +z
y )
⟺ c¿=( x+zy )
Pilih u2=x+z
y, periksa apakah u2=
x+zy
merupakan solusi?
Turunkan terhadap x , y , zsehingga didapat
u2 x=1y
,u2 y=−x+z
y2, u2 z=
1y
Substitusi pada P∂u2
∂ x+Q
∂ u2
∂ y+R
∂ u2
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak?
(Bila bernilai nol, maka u2 adalah solusi.)
P∂u2
∂ x+Q
∂ u2
∂ y+R
∂ u2
∂ x=zu2 x+ yu2 y+x u2 z
¿ z ( 1y )+ y (−x+ z
y2 )+ x( 1y )¿ z
y+(−x+z
y )+ xy
¿0
Jadi, u2=x+z
y, merupakan solusi.
3. Pilih persamaan d (x−z )(z−x)
=dyy
d (x−z )(z−x)
=dyy
( integralkan keduaruas )⟺∫ d ( x−z )( z−x )
=∫ dyy
⟺∫−d ( x−z )x−z
=∫ dyy
⟺∫−( x−z )−1 d (x−z )=∫ y−1 dy
⟺−ln ( x−z )+c1=ln y+c2
⟺c=ln (x−z )+ ln y
⟺c=ln ((x−z ) y )
⟺c¿=e ln (( x−z ) y )
⟺c¿=( x−z ) y
Pilih u3= (x−z ) y , periksa apakah u3= (x−z ) y merupakan solusi?
Turunkan terhadap x , y , zsehingga didapat
u3 x= y ,u3 y=( x−z ) ,u3 z=− y
Substitusi pada P∂u3
∂ x+Q
∂ u3
∂ y+R
∂ u3
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak?
(Bila bernilai nol, maka u3 adalah solusi.)
P∂u3
∂ x+Q
∂ u3
∂ y+R
∂ u3
∂ x=z u3 x+ y u3 y+xu3 z
¿ z ( y )+ y ( x−z )+x (− y )
¿ zy+( yx− yz )+(−xy )
¿0
Jadi, u3= (x−z ) y, merupakan solusi.
Untuk membuat suatu integral umum, gunakan 2 buah solusi dari 3 solusi yang
tersedia, misalkan diambil u2 dan u3. Lakukan pengecekan terlebih dahulu apakah u2
dan u3 bebas secara fungsional atau tidak. Cara melakukan pengecekan bebas secara
fungsional adalah dengan menghitung gradu2 x grad u3, bila hasilnya bukan nol, maka
u2 dan u3 bebas secara fungsional.
gradu2 x grad u3=|i j k
∂u2
∂ x
∂ u2
∂ y
∂ u2
∂ z∂u3
∂ x
∂ u3
∂ y
∂u3
∂ z|
¿| i j k1y− (x+z )
y2
1y
y ( x−z ) − y|
¿( x+zy− x−z
y,−2 ,
x−zy− z+x
y )¿( 2 z
y,−2,−2 z
y )Nilainya ≠ 0. Jadi, u2 dan u3 bebas secara fungsional.
Karena u2 dan u3 bebas secara fungsional, kita dapat membentuk suatu integral umum
dari u2 dan u3. Integral umumnya adalah
F ( x+zy
, ( x−z ) y)=0
dengan Fmerupakan fungsi C1 dari dua variabel. Jika diambil F (u2 , u3 )=u2−u3 maka
F ( x+zy
, ( x−z ) y)=0⟺ x+zy−( x−z ) y=0
⟺x+z− (x−z ) y2
y=0
⟺ x+z−x y2+z y2
y=0
⟺x(1− y2)+z (1+ y2)
y=0
⟺ x (1− y2)+z (1+ y2)=0
⟺ z (1+ y2)=−x (1− y2)
⟺ z=−x (1− y2 )(1+ y2 )
⟺ z=x ( y2−1 )(1+ y2 )
sehingga didapatkan z=x ( y2−1 )(1+ y2 )
yang merupakan solusi dari z z x+ y z y=x di seluruh
R2.
(c) x2 z x+ y2 z y=(x+ y ) z
(d) z y=3 y2
Jawaban:
Dari persamaan di atas, nilai P=0 ,Q=1 ,dan R=3 y2.
Untuk mencari u1 ,u2,dan u3 ,, selesaikan sistem persamaan berikut:
dxP=dy
Q=dz
R⟺ dx
0=dy
1= dz
3 y2
1. Pilih persamaan dx0=dy
1
dx0=dy
1
⟺dx=0
( integralkan keduaruas )⟺∫ dx=0
⟺ x+c1=0
⟺ x=−c1
⟺ x=c
Pilih u1=x , periksa apakah u1=x merupakan solusi?
Turunkan terhadap x , y , zsehingga didapat
u1 x=1, u1 y=0 ,u1 z=0
Substitusi pada P∂u1
∂ x+Q
∂ u1
∂ y+R
∂ u1
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak?
(Bila bernilai nol, maka u1 adalah solusi.)
P∂u1
∂ x+Q
∂ u1
∂ y+R
∂ u1
∂ x=0 u1 x+1 u1 y+3 y2u1 z
¿0 (1 )+1 (0 )+3 y2 (0 )
¿0+0+0
¿0
Jadi, u1=x, merupakan solusi.
2. Pilih persamaan dy1= dz
3 y2
dy1= dz
3 y2
⟺3 y2 dy=dz
( integralkan keduaruas )⟺∫3 y2 dy=∫ dz
⟺ y3+c1=z+c2
⟺c= y3−z
Pilih u2= y3−z, periksa apakah u2= y3−z merupakan solusi?
Turunkan terhadap x , y , zsehingga didapat
u2 x=0 ,u2 y=3 y2 , u2 z=−1
Substitusi pada P∂u2
∂ x+Q
∂ u2
∂ y+R
∂ u2
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak?
(Bila bernilai nol, maka u2 adalah solusi.)
P∂u2
∂ x+Q
∂ u2
∂ y+R
∂ u2
∂ x=0 u2 x+1 u2 y+3 y2u2 z
¿0 (0 )+1 (3 y2 )+3 y2 (−1 )
¿0+3 y2−3 y2
¿0
Jadi, u2= y3−z, merupakan solusi.
3. Pilih persamaan dy1=
d (x+z )3 y2
dy1=
d (x+z )3 y2
⟺3 y2 dy=d (x+z)
( integralkan keduaruas )⟺∫3 y2 dy=∫ d ( x+z )
⟺ y3+c1=( x+z )+c2
⟺c=x+z− y3
Pilih u3=x+z− y3 periksa apakah u3=x+z− y3 merupakan solusi?
Turunkan terhadap x , y , zsehingga didapat
u3 x=1 ,u3 y=−3 y2 , u3 z=1
Substitusi pada P∂u3
∂ x+Q
∂ u3
∂ y+R
∂ u3
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak?
(Bila bernilai nol, maka u3 adalah solusi.)
P∂u3
∂ x+Q
∂ u3
∂ y+R
∂ u3
∂ x=0 u3 x+1u3 y+3 y2 u3 z
¿0 (1 )+1 (−3 y2 )+3 y2 (1 )
¿0−3 y2+3 y2
¿0
Jadi, u3=x+z− y3 merupakan solusi.
Untuk membuat suatu integral umum, gunakan 2 buah solusi dari 3 solusi yang
tersedia, misalkan diambil u2 dan u3. Lakukan pengecekan terlebih dahulu apakah u2
dan u3 bebas secara fungsional atau tidak. Cara melakukan pengecekan bebas secara
fungsional adalah dengan menghitung gradu2 x grad u3, bila hasilnya bukan nol, maka
u2 dan u3 bebas secara fungsional.
gradu2 x grad u3=|i j k
∂u2
∂ x
∂ u2
∂ y
∂ u2
∂ z∂u3
∂ x
∂ u3
∂ y
∂u3
∂ z|
¿|i j k0 3 y2 −11 −3 y2 1 |¿ (0 ,−1 ,−3 y2 )
Nilainya ≠ 0. Jadi, u2 dan u3 bebas secara fungsional.
Karena u2 dan u3 bebas secara fungsional, kita dapat membentuk suatu integral umum
dari u2 dan u3. Integral umumnya adalah
F ( y3−z , x+z− y3 )=0
dengan Fmerupakan fungsi C1 dari dua variabel. Jika diambil F (u2 , u3 )=u2−u3 maka
F ( y3−z , x+z− y3 )=0⟺ ( y3−z )−(x+z− y3 )=0
⟺−2 z−2 y3−x=0
⟺2 z=−2 y3−x
⟺ z=− y3− x2
sehingga didapatkan z=− y3− x2
yang merupakan solusi dari z y=3 y2 di seluruh R2.
(e) ( y+z )zx+ y z y=x− y
Jawaban:
Dari persamaan di atas, nilai P= ( y+z ) , Q= y ,dan R=(x− y ).
Untuk mencari u1 ,u2,dan u3 , selesaikan sistem persamaan berikut:
dxP=dy
Q=dz
R⟺ dx( y+z )
=dyy= dz(x− y )
1. Pilih persamaan d (x+ z)( y+ z )+(x− y )
=dyy
d (x+ z)( y+ z )+(x− y )
=dyy
⟺d (x+ z)(x+z )
=dyy
( integralkan keduaruas )⟺∫ d (x+z)(x+ z)
=∫ dyy
⟺ ln (x+z )+c1=ln y+c2
⟺c3=ln (x+z )−ln y
⟺ c3= lnx+z
y
⟺ ec3=eln x+ z
y
⟺ c= x+zy
Pilih u1=x+z
y, periksa apakah u1=
x+zy
merupakan solusi?
Turunkan terhadap x , y , zsehingga didapat
u1 x=1y
,u1 y=−x+z
y2, u1 z=
1y
Substitusi pada P∂u1
∂ x+Q
∂ u1
∂ y+R
∂ u1
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak?
(Bila bernilai nol, maka u1 adalah solusi.)
P∂u1
∂ x+Q
∂ u1
∂ y+R
∂ u1
∂ x=( y+z )u1x+ yu1 y+(x− y )u1 z
¿ ( y+z )( 1y )+ y (−x+z
y2 )+(x− y)( 1y )¿ y+ z
y− x+z
y+ x− y
y
¿ y+ z−x−z+x− yy
¿0
Jadi, u1=x+z
y merupakan solusi.
2. Pilih persamaan d (x− y )( y+ z )− y
= dz(x− y )
d (x− y )( y+ z )− y
= dz(x− y )
⟺d ( x− y )
z= dz( x− y )
⟺ ( x− y )d ( x− y )=zdz
( integralkan keduaruas )⟺∫ ( x− y )d ( x− y )=∫ zdz
⟺ 12(x− y)2+c1=
12
z2+c2
⟺ c3=12(x− y )2−1
2z2
⟺2 c3=(x− y)2−z2
⟺ c=(x− y )2−z2
Pilih u2=(x− y )2−z2, periksa apakah u2=(x− y )2−z2 merupakan solusi?
Turunkan terhadap x , y , zsehingga didapat
u2 x=2 ( x− y ) , u2 y=−2(x− y ), u2 z=−2 z
Substitusi pada P∂u2
∂ x+Q
∂ u2
∂ y+R
∂ u2
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak?
(Bila bernilai nol, maka u2 adalah solusi.)
P∂u2
∂ x+Q
∂ u2
∂ y+R
∂ u2
∂ x=( y+z )u2x+ yu2 y+(x− y )u2 z
¿ ( y+z ) (2 ( x− y ) )+ y (−2 ( x− y ) )+(x− y ) (−2 z )
¿2 y ( x− y )+2 z ( x− y )−2 y ( x− y )−2 z (x− y )
¿ ( y+z ) (−2 x )+ y (2 ( y+ z ))+(x− y ) (2( y+z))
¿−2x ( y+z )+2 y ( y+z )+2 x ( y+z )−2 y ( y+z )
¿0
Jadi, u3=( y+z )2−x2 merupakan solusi.
Untuk membuat suatu integral umum, gunakan 2 buah solusi dari 3 solusi yang
tersedia, misalkan diambil u2 dan u3. Lakukan pengecekan terlebih dahulu apakah u2
dan u3 bebas secara fungsional atau tidak. Cara melakukan pengecekan bebas secara
fungsional adalah dengan menghitung gradu2 x grad u3, bila hasilnya bukan nol, maka
u2 dan u3 bebas secara fungsional.
gradu2 x grad u3=|i j k
∂u2
∂ x
∂ u2
∂ y
∂ u2
∂ z∂u3
∂ x
∂ u3
∂ y
∂u3
∂ z|
¿| i j k2(x− y) −2(x− y ) −2 z−2x 2( y+ z) 2( y+z )|
¿¿
−[ (2 ( x− y ) .2 ( y+z ) )— 2 z (−2 x )] ,[2(x− y ).2( y+z )−(−2(x− y )) .(−2 x)]¿
¿¿
4 x ( z−x )+4 y (2 x− y−z ))
Nilainya ≠ 0 asalkan x , y , z≠ 0. Jadi, u2 dan u3 bebas secara fungsional.
Karena u2 dan u3 bebas secara fungsional, kita dapat membentuk suatu integral umum
dari u2 dan u3. Integral umumnya adalah
F ((x− y )2−z2 ,( y+z)2−x2 )=0
dengan Fmerupakan fungsi C1 dari dua variabel. Jika diambil F (u2 , u3 )=u2+u3 maka
F ( (x− y )2−z2, ( y+z )2−x2 )=0
⟺((x− y )¿¿2−z2)+(( y+z )2−x2)=0¿
⟺ (x2−2 xy+ y2−z2 )+( y2+2 yz+z2−x2)=0
⟺2 y2−2 xy+2 yz=0
⟺2 y ( y−x+z )=0
⟺ y−x+z=0
⟺ z=x− y
sehingga didapatkan z=x− y yang merupakan solusi dari( y+z ) z x+ y z y=x− y di
seluruh R2.
(f) x z x+ y z y=xy (z2+1)
(g) x ( y−z )z x+ y (z−x) z y=z (x− y )
(h) z z y=− y
2.2. Perlihatkan bahwa integral umum dari relasi Euler (1.7) mengarahkan kita kepada solusi
dari bentuk z=xn f ( y /x ) dimana f merupakan fungsi dari satu variabel. Periksa bahwa
solusi tersebut merupakan fungsi homogen dengan derajat n.
Jawaban:
Relasi Euler : x z x+ y z y=nz
Dari persamaan di atas, didapat nilai P=x , Q= y , R=nz.
Untuk mencari u1 dan u2, selesaikan sistem persamaan berikut:
dxP=dy
Q=dz
R⟺ dx
x=dy
y=dz
nz
1. Pilih persamaan dxx=dy
y
dxx=dy
y
( integralkan keduaruas )⟺∫ dxx=∫ dy
y
⟺ ln x+c1=ln y+c2
⟺c3= lnyx
⟺ec3=eln y
x
⟺c= yx
Pilih u1=yx
, periksa apakah u1=yx
merupakan solusi?
Turunkan terhadap x , y , zsehingga didapat
u1 x=− y
x2,u1 y=
1x
,u1 z=0
Substitusi pada P∂u1
∂ x+Q
∂ u1
∂ y+R
∂ u1
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak? (Bila
bernilai nol, maka u1 adalah solusi.)
P∂u1
∂ x+Q
∂ u1
∂ y+R
∂ u1
∂ x=xu1 x+ yu1 y+nz u1 z
¿ x (− y
x2 )+ y ( 1x )+nz (0 )
¿− yx+ y
x+0
¿0
Jadi, u1=yx
merupakan solusi.
2. Pilih persamaan dxx=dz
nz
dxx=dz
nz
( integralkan keduaruas )⟺∫ dxx=∫ dz
nz
⟺ ln x+c1=1n
ln z+c2
⟺ ln x+c1=ln z1n+c2
⟺ c3= ln z1n− ln x
⟺ c3= lnz
1n
x
⟺ec3=eln
z1n
x
⟺c=z
1n
x
Pilih u2=z
1n
x, periksa apakah u2=
z1n
x merupakan solusi?
Turunkan terhadap x , y , zsehingga didapat
u2 x=−z
1n
x2 , u2 y=0 ,u2 z=z
1n−1
nx
Substitusi pada P∂u2
∂ x+Q
∂ u2
∂ y+R
∂ u2
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak? (Bila
bernilai nol, maka u2 adalah solusi.)
P∂u2
∂ x+Q
∂ u2
∂ y+R
∂ u2
∂ x=xu2 x+ yu2 y+nzu2 z
¿ x (−z1n
x2 )+ y (0 )+nz ( z1n−1
nx )¿−
z1n
x+0+
z1n
x
¿0
Jadi, u2=z
1n
x, merupakan solusi.
Untuk membuat suatu integral umum, gunakan 2 buah solusi yang tersedia, yaitu u1 dan u2.
Lakukan pengecekan terlebih dahulu apakah u1 dan u2 bebas secara fungsional atau tidak.
Cara melakukan pengecekan bebas secara fungsional adalah dengan menghitung
gradu1 x grad u2, bila hasilnya bukan nol, maka u1 dan u2 bebas secara fungsional.
gradu1 x grad u2=|i j k
∂ u1
∂ x
∂ u1
∂ y
∂u1
∂ z∂ u2
∂ x
∂ u2
∂ y
∂u2
∂ z|
¿|i j k− yx2
1x
0
−z1n
x2 0z
1n−1
nx|
¿( z1n−1
n x2 ,y z
1n−1
n x3 ,z
1n
x3 )
Nilainya ≠ 0 asalkan x≠ 0. Jadi, u1 dan u2 bebas secara fungsional.
Karena u1 dan u2 bebas secara fungsional, kita dapat membentuk suatu integral umum dari
u1 dan u2. Karena u1=yx
danu2=z
1n
x, dapat kita lihat u1bebas dari z, sehingga integral
umum dapat ditulis sebagai berikut
u2(x , y , z)=f (u1(x , y ))
dengan f adalah fungsi C1 dari satu variabel. Sehingga
u2 ( x , y , z )=f (u1 ( x , y ) )⟺ z1n
x=f ( y
x )⟺ z1n=xf ( y
x )⟺ z=(xf ( y
x ))n
⟺ z=xn( f ( yx ))
n
Jadi, integral umumnya adalah z (x , y )=xn( f ( yx ))
n
. Akan diperiksa apakah
z (x , y )=xn( f ( yx ))
n
merupakan fungsi yang homogen pada derajat n atau tidak, artinya
harus diperiksa apakah z (x , y )=xn( f ( yx ))
n
memenuhi f ( tx ,ty )=t n f (x , y ) untuk setiap
t ϵ R1 .
Ambil sebarang t ϵ R1 ,
z (tx ,ty )=(tx )n( f ( tytx ))n
=t n xn( f ( yx ))
n
=t n z (x , y )
Karena untuk sebarang t ϵ R1 z memenuhi f (tx ,ty )=t n f (x , y ) maka untuk setiap t ϵ R1 z
memenuhi f (tx ,ty )=t n f (x , y ). Jadi, z (x , y )merupakan fungsi yang homogen pada derajat n
.
2.3. Tunjukan bahwa (2.11) adalah solusi umum dari (2.10). Lebih tepat lagi, buktikan
pernyataan berikut ini: Misalkan u ( x , y )=c adalah solusi umum dari dx /a=dy /b pada
domain Ω di R2, misalkan z (x , y ) dari solusi umum (2.10) pada Ω dan misalkan (x0 , y0)
merupakan suatu titik di Ω. Maka terdapat suatu fungsi f (u) dari satu variabel sehingga
z (x , y )=f (u ( x , y )) untuk semua (x , y ) pada suatu lingkungan dari (x0 , y0). [Petunjuk:
gunakan fakta bahwa u dan z memenuhi (2.10) dan fakta bahwa a dan b tidak kosong
secara simultan untuk menunjukan bahwa ( z ,u )( x , y )
= 0. Kemudian terapkan teorema V,
Bagian 9.6 dari Taylor.]
2.4. PDP kuasi linier
zx+ y (1−z ) z y=( y−1 ) z
Cari satu integral pertamanya. Bukan pekerjaan mudah untuk mencari sebuah integral
pertama yang kedua.
Jawaban:
Dari persamaan di atas didapat nilai P=1 ,Q= y (1−z ) , dan R=( y−1 ) z . Untuk mencari
suatu integral pertama selesaikan sistem persamaan berikut:
dxP=dy
Q=dz
R⟺ dx
1= dy
y (1−z )= dz( y−1 ) z
Pilih persamaan dy
y (1−z )= dz( y−1 ) z
dyy (1−z )
= dz( y−1 ) z
⟺( y−1 )dy
y=(1−z )dz
z
⟺(1− 1y )dy=( 1z−1)dz
( integralkan keduaruas )⟺∫(1− 1y )dy=∫( 1z−1)dz
⟺ y−ln y+c1=ln z−z+c2
⟺c= y+z−ln y−ln z
⟺c= y+z−( ln y+ln z )
⟺c= y+z−ln yz
⟺c= y+z+ ln ( yz )−1
⟺ c= y+z+ ln1yz
Pilih u= y+ z+ ln1yz
, periksa apakah u merupakan integral pertama atau bukan?
Turunkan terhadap x , y , zsehingga didapat
ux=0 , uy=1+ yz .1z
.(−1
y2 )=1−1y
,uz=1+ yz .1y
.(−1
z2 )=1−1z
Substitusi pada P∂u∂ x+Q
∂ u∂ y+R
∂ u∂ x
dan periksa apakah bernilai nol atau tidak? (Bila
bernilai nol, maka u2 adalah integral pertama.)
P∂u∂ x+Q
∂ u∂ y+R
∂ u∂ x=1ux+ y (1−z )uy+( y−1 ) z uz
¿1 (0 )+ y (1−z )(1− 1y )+( y−1 ) z (1−1
z )¿0+ y (1−z )( y−1
y )+ ( y−1 ) z( z−1z )
¿0+(1−z ) ( y−1 )+ ( y−1 ) ( z−1 )
¿0+ y−1−zy+z+ yz− y−z+1
¿0
Jadi, u= y+ z+ ln1yz
merupakan integral pertama.
2.5. Anggap pdp kuasi linier oder pertama dalam variabel yang tak diketahui, z, dan n variabel
bebas x1 , ... , xn ,
(2.12) P1 (x , z ) z x1+…+Pn ( x , z ) zxn
=R( x , z)
Dimana x=(x1 ,…, xn). Diasumsikan bahwa fungsi P1 , …, Pn , Rterdefinisi dan C1 pada
suatu domain pada Rn+1 dan tidak hilang secara simultan pada setiap titik
( x , z )=(x1, …, xn , z ) pada .
(a) Definisikan apa yang dimaksud dari solusi (2.12) di suatu domain pada Rn.
Untuk mencari solusi (2.12) kita mencari solusi u ( x , z )=u (x1 , …, xn , z) pada
(2.13) P1 (x , z )ux1+…+Pn ( x , z )uxn
+R (x , z )uz=0
Solusi ini u(x , z) adalah integral pertama dari bidang vektor V (x , z) atau dari sistem
PDB yang bersangkutan.
(2.14) dx1
P1(x , z)=…=
dxn
Pn(x , z)= dz
R(x , z)
Dalam praktiknya, n solusi bebas secara fungsional dari (2.13) diperoleh dengan
memecahkan sistem (2.14) menggunakan metode yang dijelaskan di bab II. Sebuah
tinggi permukaan solusi dari (2.13), mengatakan
(2.15) u (x1, …, xn , z )=0
menghasilkan sebuah solusi dari (2.12), jika (2.15) dapat diselesaikan dalam z.
(b) Nyatakan dan buktikan perluasan Lemma 2.1 untuk n dimensi.
(c) Nyatakan dan buktikan perluasan Teorema 2.1 yang dengan singkat mengatakan
bahwa integral umum dari (2.12) diberikan oleh
(2.16) F (u1 ( x , z ) , …, un (x , z ))=0
Di mana F (u1 ,…, un ) adalah sebuah sembarang fungsi C1 dari n variabel dan (16)
adalah n integral pertama yang bebas fungsional dari (2.14). Integral umum (2.16)
mengimplikasikan sebagian besar solusi dari (2.12).
2.6. Untuk setiap persamaan yang diberikan, tentukan integral umum dan hitung tiga solusi
berbeda.
(a) x1 z x1+x1 x2 zx2
+x1 x3 zx3=z
(b) x1 z x1+x1 x2 zx2
+z zx3=z
3. Masalah Nilai Awal untuk Persamaan Kuasi Linier Orde Pertama. Keberadaan dan
Keunikan Solusi.
Pada bagian ini, akan dibahas masalah nilai awal, atau masalah Cauchy, untuk persamaan
diferensial parsial kuasi linier orde pertama.
(3.1) P ( x , y , z ) zx+Q ( x , y , z ) z y=R(x , y , z )
Ingat kembali bahwa masalah nilai awal untuk sebuah persamaan diferensial biasa orde pertama
menginginkan sebuah solusi dari persamaan yang diberikan pada sebuah titik di R1. Masalah
nilai awal untuk persamaan diferensial parsial (3.1) menginginkan solusi dari (3.1) yang telah
diberi nilai pada suatu kurva yang diberikan pada R2.
Masalah Nilai Awal
Misalkan C sebuah kurva yang diberikan di R2
(3.2) x=x0 ( t ) , y= y0 ( t ); t∈ I
Di mana x0 (t ) , y0 ( t ) berada pada C1(I ). Misalkan z0(t) adalah sebuah fungsi yang diberikan pada
C1(I ). Fungsi z0(t) dapat dianggap sebagai fungsi yang mendefinisikan pada kurva C. Masalah
nilai awal untuk persamaan (3.1) menginginkan sebuah fungsi z=z (x , y) terdefinisi pada sebuah
domain dari R2 memuat kurva C dan sehingga:
(i) z=z (x , y) adalah sebuah solusi dari (3.1) pada .
(ii) Pada kurva C, z sama dengan fungsi z0 yang diberikan, contohnya,
(3.3) z ( x0 (t ) , y0 ( t ) )=z0 ( t ) , t∈ I .
Kurva C disebut kurva awal dari persoalan, sementara fungsi z0 disebut data awal. Persamaan
(3.3) disebut kondisi awal dari persoalan.
Gambar 3.1
Jika dipandang suatu solusi z=z (x , y) dari (3.1) sebagai solusi permukaan dari (3.1), dapat
diberikan suatu pernyataan geometri sederhana dari masalah di atas yaitu cari sebuah solusi
permukaan dari (3.1) yang memuat kurva ~C di R3, dideskripsikan secara parametrik oleh
persamaan
(3.4) x=x0 ( t ) , y= y0 ( t ) , z=z0 (t ) ; t I
Teorema di bawah menegaskan bahwa pada kondisi tertentu masalah dapat diselesaikan secara
lokal, yaitu dapat dicari solusi unik dari permasalahan di lingkungan pada suatu titik ~C dimana
kondisi tertentu dipenuhi. Solusinya dapat dicari dengan menggunakan metode untuk
membentuk suatu integral permukaan dari medan vektor V=(P , Q, R) yang memuat kurva yang
diberikan.
Misalkan (x0 , y0 , z0) merupakan suatu titik dari sebuah kurva ~C yang bersesuaian dengan
nilai parameter t=t 0 I ; sebagai contoh (x0 , y0, z0 )=(x0(t 0) , y0(t 0) , z0( t0)). Misalkan ~Ω
merupakan domain di R3 yang memuat (x0 , y0, z0 ) dan misalkan
(3.5) u(x , y , z )=0
merupakan suatu integral permukaan dari medan vektor V=(P , Q, R), atau, secara ekuivalen,
solusi permukaan dari persamaan
(3.6) P ux+Q uy+R uz=0
dalam ~Ω memuat bagian dari ~C pada ~Ω , sebagai contoh
(3.7) u (x0 ( t ) , y0 (t ) , z0 ( t ) )=0
Misalkan, selanjutnya,
(3.8) uz(x0 , y 0 , z0)≠ 0
Kemudian, oleh Lemma 2.1, persamaan (3.5) secara implisit mendefinisikan suatu fungsi
z=z (x , y) di lingkungan U dari (x0 , y0), dan fungsi ini merupakan solusi dari masalah nilai
awal untuk (3.1) di U (lihat Gambar 3.2).
Gambar 3.2
Dengan menggabungkan pengamatan di atas dengan teorema 4.2 bab II diperoleh teorema
dasar berikut.
Teorema 3.1.
Misalkan P , Q, R adalah kelas C1 dalam ~ dari R3 yang mengandung titik
(xo , y0 , z0) dan misalkan bahwa
(3.9) P(xo , y0 , z0)d y0(t 0)
dt−Q(x0 , y0 , z0)
d x0(t 0)dt
≠ 0
Maka pada lingkungan U dari (xo , y0) terdapat solusi yang unik dari persamaan
(3.1) yang memenuhi kondisi awal (3.3) pada setiap titik C yang termuat di U.
Bukti:
Catat bahwa kondisi pertama (3.9) menyebabkan vektor V=(P , Q, R) tidak bersinggungan
dengan kurva ~C pada titik (xo , y0 , z0) (mengapa?). Dengan teorema 4.2 bab II dikatakan bahwa
pada lingkungan dari (xo , y0 , z0) terdapat integral permukaan yang unik dari persamaan (3.6)
yang memuat bagian dari ~C di lingkungan ini. Integral permukaan ini dapat ditulis dalam bentuk
(3.5). Untuk menunjukkan kondisi (3.8) terpenuhi dapat diselesaikan (3.5) untuk z. Kondisi (3.8)
dilanjutkan dari kondisi (3.9). Pada kenyataannya, pada titik (xo , y0 , z0), grad u adalah ortogonal
terhadap V (dari persamaan (3.6)) dan vektor singgung T terhadap ~C (dari persamaan (3.7)).
Oleh karena itu, grad u sejajar dengan V xT . Sekarang, persamaan sebelah kiri dari (3.9)
merupakan komponen z dari V xT pada (xo , y0 , z0). Oleh karena itu, kondisi (3.9) menyiratkan
bahwa komponen z dari grad u berbeda dengan nol pada (xo , y0 , z0), yang berarti bahwa kondisi
(3.8) terpenuhi.
Keunikan dari teorema dilanjukan dari fakta bahwa setiap kurva integral dari V melewati
suatu titik dari ~C harus berada pada solusi permukaan dari (3.1) yang memuat ~C .
Secara geometri, kondisi (3.9) menyatakan bahwa proyeksi dari vektor V (xo , y0 , z0) pada
bidang (x , y ) tidak bersinggungan dengan kurva awal C pada (xo , y0).
Metode konstruksi solusi untuk masalah nilai awal terdiri atas melihat kondisi awal sebagai
suatu kurva yang diberikan ~C di R3 dan membentuk, dengan metode bagian 4 bab II, permukaan
integral dari V=(P , Q, R) yang memuat kurva ~C . Kondisi (3.9) dari teorema 3.1 menjamin
bahwa dapat diselesaikan persamaan (3.5) dari integral permukaan untuk z dalam x dan y pada
lingkungan U di titik (xo , y0). Ukuran dari lingkungan U tergantung pada persamaan diferensial,
pada kurva awal ~C dan data awal z0. Dapat diilustrasikan metode solusi ini dalam contoh
berikut.
Contoh 3.1
Perhatikan persamaan kuasi linier
(3.10) ( y+z ) z x+ y z y=x− y
Misalkan kurva awal C diberikan oleh
(3.11) y=1 ,−∞<x<∞
Cari solusi z=z (x , y) dari persamaan (3.10) dimana kurva awal C mempunyai nilai
(3.12) z=1+x
Pertama, nyatakan kondisi awal (3.11) dan (3.12) dalam bentuk parametrik. Kurva C
diberikan oleh
(3.13) x=t , y=1;−∞<t<∞
Dan pada C solusi harus memiliki nilai
(3.14) z=1+t
Pada bentuk geometri masalah yang ada adalah mencari solusi permukaan z=z (x , y) dari
persamaan (3.10) yang berisi kurva ~C yang diberikan oleh
(3.15) x=t , y=1 , z=1+t ;−∞< t<∞
Untuk persamaan (3.10), dimiliki
V=(P , Q, R)=( y+z , y , x− y )
dan pada kurva ~C ,
Pdydt−Q
dxdt=(1+1+t )0−1× 1=−1
Jadi, kondisi (3.9) terpenuhi pada setiap titik dari ~C dan dengan teorema 3.1 diketahui bahwa ada
solusi unik/tunggal untuk masalah pada persekitaran dari setiap titik di C. Dengan menggunakan
metode yang telah dideskripsikan dalam bagian 4, bab II, untuk mencari solusi. Sistem
persamaan yang berkaitan dengan medan vektor V adalah
dxy+ z=dy
y= dz
x− y
Sistem ini diselesaikan dalam contoh 2.3 bab II dimana ditemukan dua buah integral pertama
u1=x+z
y, u2=( x− y)2−z2
Integral pertama ini terdefinisi dan bebas secara fungsional dalam domain y>0 yang memuat
kurva ~C . Untuk mencari integral permukaan dari V yang berisi ~C dihitung
U 1=1+2 t ,U 2=−4 t
dan dengan mengeliminasi t diperoleh
2 U 1−2+U2=0
Integral permukaan yang disyaratkan adalah
2x+z
y−2+(x− y)2−z2=0
Persamaan ini memiliki dua solusi untuk z dan untuk memilih satu yang diinginkan, gunakan
kondisi awal persamaan (3.11)-(3.12). Jadi, didapatkan
(3.17) z= 2y+x− y
Ini diserahkan kepada pembaca untuk memeriksa bahwa persamaan (3.17) memenuhi persamaan
diferensial parsial (3.10) dan kondisi awal persamaan (3.11) dan (3.12) dan oleh karena itu,
solusi yang diisyaratkan pada masalah nilai awal. Catat bahwa solusi (3.17) didefinisikan dalam
domain y>0.
Kita tutup subbab ini dengan aplikasi teorema 3.1 untuk menlanjutkan masalah nilai awal
khusus yang sering muncul dalam aplikasi,
(3.18) P ( x , y , z ) zx+z y=R(x , y , z )
(3.19) z (x , 0 )=f ( x ) ,
dimana f (x) adalah fungsi yang terdefinisi untuk setiap x∈ R1. Mudah diperiksa untuk kasus itu,
kondisi (3.9) selalu memenuhi setiap titik kurva awal, yang dalam kasus ini merupakan sumbu x.
Untuk itu teorema 3.1 mengakibatkan adanya keberadaan dan keunikan solusi.
Akibat 3.1
Misalkan P dan R merupakan kelas C1 di R3 dan f merupakan kelas C1 di R1. Maka dalam sebuah persekitaran pada setiap titik di sumbu x terdapat solusi unik masalah nilai awal (3.18), (3.19).
Soal
3.1. Selesaikan masalah nilai awal berikut. Deskripsikan dengan hati-hati domain dari solusi-solusinya.(a) zx+z y=z ; z=cos t pada kurva awal C: x=t , y=0 ,−∞< t<∞
(b) x2 z x+ y2 z y=z2; z=1 pada kurva awal C: y=2 x
Jawaban:Pertama nyatakan kondisi awal dari soal di atas pada bentuk parametrik.Kurva C diberikan sebagai berikut
x=t , y=2t ,−∞<t<∞dan pada C, solusi harus memenuhi nilai
z=1Pada bentuk geometri, permasalahannya adalah mencari solusi permukaan z=z (x , y), dari x2 z x+ y2 z y=z2 yang memuat kurva C yang diberikan oleh
x=t , y=2t , z=1 ,−∞<t<∞
Dari persamaan di atas, kita memiliki
V= (P , Q , R )=(x2 , y2 , z2)dan pada kurva C,
Pdydt−Q
dxdt=(x2 )2−( y2 )1=2 x2− y2
Karena Pdydt−Q
dxdt
≠ 0, maka terdapat solusi yang tunggal. Untuk mencari solusinya,
selesaikan sistem persamaan yang bersesuaian berikut:dxP=dy
Q=dz
R⟺ dx
x2=dy
y2=dz
z2
1. Pilih persamaan dx
x2=dz
z
dx
x2=dz
z2
⟺ x−2 dx=z−2 dz
(integralkan keduaruas)⟺∫ x−2 dx=∫ z−2 dz
⟺−1x+c1=
−1z+c2
⟺c=1z−1
x
Pilih u1=1z−1
x , periksa apakahu1=
1z−1
x merupakan solusi?
Turunkan u1 terhadap x , y , dan z
u1 x=1
x2, u1 y=0 , u1 z=
−1
z2
Substitusi pada P∂u1
∂ x+Q
∂ u1
∂ y+R
∂ u1
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak?
(Bila bernilai nol, maka u1 adalah solusi.)
P∂u1
∂ x+Q
∂ u1
∂ y+R
∂ u1
∂ x=x2u1 x+ y2 u1 y+z2u1 z
¿ x2( 1
x2 )+ y2 (0 )+z
2(−1
z2 )¿1+0−1
¿0
Jadi, u1=1z−1
x merupakan solusi.
2. Pilih persamaan dy
y2=dz
z2
dy
y2=dz
z2
⟺ y−2 dy=z−2 dz
( integralkan keduaruas )⟺∫ y−2dy=∫ z−2dz
⟺−1y+c1=
−1z+c2
⟺c=1z− 1
y
Pilih u2=1z− 1
y, periksa apakah u2=
1z− 1
y merupakan solusi?
Turunkan terhadap x , y , zsehingga didapat
u2 x=0 ,u2 y=1
y2,u2 z=
−1
z2
Substitusi pada P∂u2
∂ x+Q
∂ u2
∂ y+R
∂ u2
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak?
(Bila bernilai nol, maka u2 adalah solusi.)
P∂u2
∂ x+Q
∂ u2
∂ y+R
∂ u2
∂ x=x2u2 x+ y2u2 y+z2u2 z
¿ x2 (0 )+ y
2( 1
y2 )+z2(−1
z2 )¿0+1−1
¿0
Jadi, u2=1z− 1
y, merupakan solusi.
Lakukan pengecekan apakah u1 dan u2 bebas secara fungsional atau tidak. Cara
melakukan pengecekan bebas secara fungsional adalah dengan menghitung
gradu1 x grad u2, bila hasilnya bukan nol, maka u1 dan u2 bebas secara fungsional.
gradu1 x grad u2=|i j k
∂ u1
∂ x
∂ u1
∂ y
∂u1
∂ z∂ u2
∂ x
∂ u2
∂ y
∂u2
∂ z|
¿|i j k1
x2 0−1
z2
01y2
−1z2|
¿( 1
y2 z2 ,1
x2 z2 ,1
x2 y2 )Nilainya ≠ 0 asalkan x , y , z≠ 0. Jadi, u1=
1z−1
x dan u2=
1z− 1
y bebas secara fungsional.
Untuk mencari integral permukaan dari V yang memuat C, kita hitung
U 1=1−1t
dan U 2=1− 12 t
Lakukan eliminasi t, sehingga kita dapatkan
U 1−2 U 2+1=0
Integral permukaan yang disyaratkan adalah
( 1z−1x )−2( 1z− 1
y )+1=0
Selesaikan persamaan di atas1z− 1
x−2
z+ 2
y+1=0⟺−1
z−1
x+ 2
y+1=0
⟺ 1z=−1
x+ 2
y+1
⟺ 1z=− y+2 x+ xy
xy
⟺ z= xy− y+2 x+xy
Jadi, solusinya adalah
z= xy− y+2 x+xy
yang terdefinisi di seluruh R kecuali di x , y ≠ 0.
(c) x ( y−z ) z x+ y ( z−x ) z y=z ( x− y ); z=t pada kurva awal C:
x=t , y=2t /( t2¿−1), 0< t<1¿(d) x z x− y z y=0 ; z=x2 pada kurva awal C : y=x , x>0
Jawaban:Pertama nyatakan kondisi awal dari soal di atas pada bentuk parametrik.Kurva C diberikan sebagai berikut
x=t , y=t , t>0
dan pada C, solusi harus memenuhi nilai
z=t 2
Pada bentuk geometri, permasalahannya adalah mencari solusi permukaan z=z (x , y), dari x z x− y z y=0 yang memuat kurva C yang diberikan oleh
x=t , y=t , z=t 2 , t>0Dari persamaan di atas, kita memiliki
V= (P , Q , R )=(x ,− y ,0)dan pada kurva C,
Pdydt−Q
dxdt=( x )1− (− y )1=x+ y
Karena Pdydt−Q
dxdt
≠ 0, maka terdapat solusi yang tunggal. Untuk mencari solusinya,
selesaikan sistem persamaan yang bersesuaian berikut:dxP=dy
Q=dz
R⟺ dx
x= dy− y=dz
0
1. Pilih persamaan dxx= dy− y
dxx= dy− y
⟺ dxx=−dy
y
(integralkan keduaruas )⟺∫ dxx=∫−dy
y⟺ ln x+c1=−ln y+c2
⟺c3=ln x+ ln y
⟺c3=ln xy
⟺ec3=e ln xy
⟺c=xy
Pilih u1=xy , periksa apakahu1=xy merupakan solusi?
Turunkan u1 terhadap x , y , dan zu1 x= y ,u1 y=x , u1 z=0
Substitusi pada P∂u1
∂ x+Q
∂ u1
∂ y+R
∂ u1
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak?
(Bila bernilai nol, maka u1 adalah solusi.)
P∂u1
∂ x+Q
∂ u1
∂ y+R
∂ u1
∂ x=xu1 x− y u1 y+(0)u1 z
¿ x ( y )− y (x )+(0 )0
¿ xy−xy+0
¿0
Jadi, u1=xy merupakan solusi.
2. Pilih persamaan dxx=dz
0
dxx=dz
0⟺0=dz⟺dz=0
( integralkan keduaruas )⟺∫ dz=0
⟺ z+c1=0
⟺c=z
Pilih u2=z , periksa apakah u2=z merupakan solusi?
Turunkan terhadap x , y , zsehingga didapat
u2 x=0 ,u2 y=0 , u2 z=1
Substitusi pada P∂u2
∂ x+Q
∂ u2
∂ y+R
∂ u2
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak?
(Bila bernilai nol, maka u2 adalah solusi.)
P∂u2
∂ x+Q
∂ u2
∂ y+R
∂ u2
∂ x=xu2 x− y u2 y+(0)u2 z
¿ x (0 )− y (0 )+(0)(1 )
¿0+0+0
¿0
Jadi, u2=z, merupakan solusi.
Lakukan pengecekan apakah u1 dan u2 bebas secara fungsional atau tidak. Cara
melakukan pengecekan bebas secara fungsional adalah dengan menghitung
gradu1 x grad u2, bila hasilnya bukan nol, maka u1 dan u2 bebas secara fungsional.
gradu1 x grad u2=|i j k
∂ u1
∂ x
∂ u1
∂ y
∂u1
∂ z∂ u2
∂ x
∂ u2
∂ y
∂u2
∂ z|
¿| i j ky x 00 0 1|
¿ ( x ,− y , 0 )
Nilainya ≠ 0 asalkan x , y ≠ 0. Jadi, u1=xy dan u2=z bebas secara fungsional.
Untuk mencari integral permukaan dari V yang memuat C, kita hitung
U 1=t 2 dan U 2=t2
Lakukan eliminasi t, sehingga kita dapatkan
U 1−U 2=0
Integral permukaan yang disyaratkan adalahxy−z=0
Bila persamaan di atas diselesaikan, maka akan didapatkan solusinya adalahz=xy
yang terdefinisi di seluruh R1.
(e) y zx−x z y=2xyz ; z=t 2 pada kurva awal C : x=t ; y=t ; t>0
(f) x z x+ y z y=z ; z=1 pada kurva awal C: y=x2 ; x>0Jawaban:Pertama nyatakan kondisi awal dari soal di atas pada bentuk parametrik.Kurva C diberikan sebagai berikut
x=t , y=t2 , t>0dan pada C, solusi harus memenuhi nilai
z=1Pada bentuk geometri, permasalahannya adalah mencari solusi permukaan z=z (x , y), dari x z x+ y z y=z yang memuat kurva C yang diberikan oleh
x=t , y=t2 , z=1 ,t>0Dari persamaan di atas, kita memiliki
V= (P , Q , R )=(x , y , z )dan pada kurva C,
Pdydt−Q
dxdt=( x )2 t−( y )1=2 tx− y
Karena Pdydt−Q
dxdt
≠ 0, maka terdapat solusi yang tunggal. Untuk mencari solusinya,
selesaikan sistem persamaan yang bersesuaian berikut:dxP=dy
Q=dz
R⟺ dx
x=dy
y=dz
z
1. Pilih persamaan dxx=dy
ydxx=dy
y
⟺ dxx=dy
y
(integralkan keduaruas)⟺∫ dxx=∫ dy
y⟺ ln x+c1=ln y+c2
⟺c3=ln x−ln y
⟺ c3= lnxy
⟺ ec3=eln x
y
⟺ c= xy
Pilih u1=xy
, periksa apakahu1=xy
merupakan solusi?
Turunkan u1 terhadap x , y , dan z
u1 x=1y
,u1 y=−x
y2,u1 z=0
Substitusi pada P∂u1
∂ x+Q
∂ u1
∂ y+R
∂ u1
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak?
(Bila bernilai nol, maka u1 adalah solusi.)
P∂u1
∂ x+Q
∂ u1
∂ y+R
∂ u1
∂ x=xu1 x+ yu1 y+z u1 z
¿ x ( 1y )+ y (−x
y2 )+z (0)
¿ xy− x
y+0
¿0
Jadi, u1=xy
merupakan solusi.
2. Pilih persamaan dxx=dz
z
dxx=dz
z
( integralkan keduaruas )⟺∫ dxx=∫ dz
z⟺ ln x+c1=ln z+c2
⟺c3=ln z−ln x
⟺ c3= lnzx
⟺ ec3=eln z
x
⟺ c= zx
Pilih u2=zx
, periksa apakah u2=zx
merupakan solusi?
Turunkan terhadap x , y , zsehingga didapat
u2 x=−z
x2,u2 y=0 ,u2 z=
1x
Substitusi pada P∂u2
∂ x+Q
∂ u2
∂ y+R
∂ u2
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak?
(Bila bernilai nol, maka u2 adalah solusi.)
P∂u2
∂ x+Q
∂ u2
∂ y+R
∂ u2
∂ x=xu2 x+ yu2 y+z u2 z
¿ x (−z
x2 )+ y (0 )+z ( 1x )¿− z
x+0+ z
x
¿0
Jadi, u2=zx
, merupakan solusi.
Lakukan pengecekan apakah u1 dan u2 bebas secara fungsional atau tidak. Cara
melakukan pengecekan bebas secara fungsional adalah dengan menghitung
gradu1 x grad u2, bila hasilnya bukan nol, maka u1 dan u2 bebas secara fungsional.
gradu1 x grad u2=|i j k
∂ u1
∂ x
∂ u1
∂ y
∂u1
∂ z∂ u2
∂ x
∂ u2
∂ y
∂u2
∂ z|
¿|i j k1y−x
y2 0
−zx2 0
1x|
¿(−1
y2 ,−1xy
,−z
x y2 )Nilainya ≠ 0 asalkan x , y ≠ 0. Jadi, u1=
xy
dan u2=zx
bebas secara fungsional.
Untuk mencari integral permukaan dari V yang memuat C, kita hitung
U 1=1t
dan U 2=1t
Lakukan eliminasi t, sehingga kita dapatkan
U 1−U 2=0
Integral permukaan yang disyaratkan adalahxy− z
x=0
Selesaikan persamaan di atas, xy− z
x=0⟺ x
y= z
x⟺ z= 1
yJadi, didapatkan solusinya adalah
z= 1y
yang terdefinisi di seluruh y>0.(g) z z x+ y z y=x ; z=2 t pada kurva awal C: x=t ; y=1 ,−∞<t<∞
Jawaban:Pada bentuk geometri, permasalahannya adalah mencari solusi permukaan z=z (x , y), dari z z x+ y z y=x yang memuat kurva C yang diberikan oleh
x=t , y=1 , z=2 t ,−∞<t<∞Dari persamaan di atas, kita memiliki
V= (P , Q , R )=(z , y , x )dan pada kurva C,
Pdydt−Q
dxdt=( z )0−( y )1=− y
Karena Pdydt−Q
dxdt
≠ 0, maka terdapat solusi yang tunggal. Untuk mencari solusinya,
selesaikan sistem persamaan yang bersesuaian berikut:
dxP=dy
Q=dz
R⟺ dx
z=dy
y=dz
x
1. Pilih persamaan dxz=dz
xdxz=dz
xxdx=zdz
(integralkan keduaruas)∫ xdx=∫ zdz
12
x2+c1=12
z2+c2
c3=12
x2−12
z2
2 c3=x2−z2
c=x2−z2
Pilih u1=x2−z2 , periksa apakahu1=x2−z2 merupakan solusi?
Turunkan u1 terhadap x , y , dan zu1 x=2 x , u1 y=0 , u1 z=−2 z
Substitusi pada P∂u1
∂ x+Q
∂ u1
∂ y+R
∂ u1
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak?
(Bila bernilai nol, maka u1 adalah solusi.)
P∂u1
∂ x+Q
∂ u1
∂ y+R
∂ u1
∂ x=zu1 x+ yu1 y+x u1 z
¿ z (2 x )+ y (0 )+x (−2 z)
¿2 xz+0−2 xz
¿0
Jadi, u1=x2−z2 merupakan solusi.
2. Pilih persamaan d (x+z)
z+x=dy
y
d (x+z)z+x
=dyy
d (x+z)x+z
=dyy
( integralkan keduaruas )∫ d (x+z )(x+z)
=∫ dyy
ln (x+z )+c1=ln y+c2
c3=ln (x+z)−ln y
c3=lnx+z
y
ec3=eln x+ z
y
c= x+zy
Pilih u2=x+z
y, periksa apakah u2=
x+zy
merupakan solusi?
Turunkan terhadap x , y , zsehingga didapat
u2 x=1y
,u2 y=−x+z
y2, u2 z=
1y
Substitusi pada P∂u2
∂ x+Q
∂ u2
∂ y+R
∂ u2
∂ xdan periksa apakah bernilai nol atau tidak?
(Bila bernilai nol, maka u2 adalah solusi.)
P∂u2
∂ x+Q
∂ u2
∂ y+R
∂ u2
∂ x=zu2 x+ yu2 y+x u2 z
¿ z ( 1y )+ y (−x+ z
y2 )+ x( 1y )¿ z
y− x+z
y+ x
y
¿ z−x−z+ xy
¿0
Jadi, u2=x+z
y, merupakan solusi.
Lakukan pengecekan apakah u1 dan u2 bebas secara fungsional atau tidak. Cara
melakukan pengecekan bebas secara fungsional adalah dengan menghitung
gradu1 x grad u2, bila hasilnya bukan nol, maka u1 dan u2 bebas secara fungsional.
gradu1 x grad u2=|i j k
∂ u1
∂ x
∂ u1
∂ y
∂u1
∂ z∂ u2
∂ x
∂ u2
∂ y
∂u2
∂ z|
¿| i j k2 x 0 −2 z1y−x+z
y2
1y|
¿(−2 z (x+z )y2 ,−
2 x+2 zy
,−2x ( x+z )
y2 )Nilainya ≠ 0 asalkan y ≠ 0. Jadi, u1=x2−z2 dan u2=
x+zy
bebas secara fungsional.
Untuk mencari integral permukaan dari V yang memuat C, kita hitung
U 1=−3t 2 dan U 2=3 t
Lakukan eliminasi t, sehingga kita dapatkan
3 U 1−U 22=0
Integral permukaan yang disyaratkan adalah
3 (x2−z2 )−( x+zy )
2
=0
Selesaikan persamaan di atas,
3 (x2−z2 )−( x+zy )
2
=0⟺3 (x¿¿2−z2)−( x+z )2
y2 =0¿
⟺3 y2(x2−z2)
y2 −(x+z )2
y2 =0
⟺3 y2(x2−z2)− (x+z )2=0
⟺3 y2(x2−z2)= (x+z )2
⟺3 y2 ( x−z )(x+z )=( x+z )2
⟺3 y2 ( x−z )=(x+z)⟺3 y2 x−x=3 y2 z+z
⟺ x (3 y2−1)=z (3 y2+1)
⟺ z=x (3 y2−1 )
3 y2+1
⟺ z=x (3 y2−1 )
3 y2+1Jadi, didapatkan solusinya adalah
z=x (3 y2−1 )
3 y2+1yang terdefinisi di seluruh R.
3.2. Jawab “Mengapa?” dalam pembuktian teorema 3.1.
3.3. Periksa bahwa untuk masalah (3.18), (3.19), kondisi (3.9) selalu memenuhi pada setiap titik garis awal y=0.Jawaban:
P ( x , y , z ) zx+z y=R(x , y , z )
z (x , 0 )=f (x )
Akan dibuktikan bahwa kondisi 3.9 selalu dipenuhi pada setiap titik pada garis awal y=0
Yang mana berlaku untuk semua n ≥ 1 dan 0 < t < ∞. Akan muncul persamaan berikut ini jika n = 0
(7.3) P0 ’( t)=−λ P0( t)+µ P1(t )
Karena probabilitas awal Pn(0), 0 ≤ n < ∞, diasumsikan telah diketahui, masalah menemukan
probabilitas Pn(t) untuk semua t > 0 telah berkurang menjadi seperti persamaan (7.2), (7.3). Pertanyaan
mengenai ada tidaknya dan keunikan dari masalah nilai awal ini tidaklah mudah. Sekarang, kita akan
menjabarkan metode menemukan solusi untuk masalah nilai awal dalam persamaan diferensial parsial
linear orde satu.
(7.4) G(t , s)=∑n=0
∞
Pn ( t ) sn
Rumus diatas dikenal sebagai fungsi hasil probabilitas untuk probabilitas Pn(t). Sebagai konsekuensi
sistem o.d.e.’s (7.2), G(t,s) mesti memenuhi persamaan diferensial parsial linear orde satu. Dengan
mendiferensiasikan rumus (7.4), kita dapatkan rumus:
(7.5) ∂ G∂ s=∑
n=1
∞
nPn ( t ) sn−1=∑
n=0
∞
(n+1 )Pn+1 (t ) sn
(7.6) ∂ G∂ t=∑
n=0
∞
Pn (t ) sn
Substitusi rumus (7.2) dan (7.3) untuk Pn’(t) ke dalam rumus (7.6), diikuti dengan penyusunan ulang dan
identifikasi rumus (7.4) dan (7.5) menghasilkan p.d.e. untuk G
(7.7)∂ G∂ t+µ (s−1 ) ∂G
∂ s=λ (s−1 )G
Di sisi lain, pengetahuan tentang probabilitas awal Pn(0) menyebabkan kondisi awal G sejalan dengan t =
0 dari bidang (t,s),
(7.8) G(0 , s)=g(s) ,
Dimana
(7.9) g(s)=∑n=0
∞
Pn (0 ) sn
Untuk mendapatkan solusi masalah nilai awal rumus (7.7) dan (7.8). Sistem asosiasi o.d.e.’s dari rumus
(7.7) adalah
dt1= ds
μ(s−1)= dG
λ ( s−1 )G
Dan dua rumus integral fungsional independen pertama yaitu
(7.10) u1=e−µt (s – 1 ) ,u2=e−λπ
sG
karenau1 tidak bergantung dengan nilai G, integral umum untuk rumus (7.7) adalah
u2 = f(u1)
dimanaf adalah fungsi C1 dari variabel tunggal. Dengan mensubstitusikan rumus (7.10) dalam integral
umum dan penyelesaian nilai G, kita dapatkan solusi rumus (7.7),
(7.11) G(t , s)=e−λπ
sf (e−μt (s−1 ))
Kondisi awal rumus (7.8) menentukan fungsi f. Dengan mengatur t = 0 dalam rumus (7.11) dan dengan
menggunakan rumus (7.8) menghasilkan
g(s)=e−λπ
sf (s−1 )
dan selanjutnya,
(7.12) f (s )=g(s+1)e−λπ(s+1)
Terakhir, dengan mensubstitusikan rumus (7.12) ke dalam rumus (7.11) dan menyederhanakannya, kita
dapatkan solusi permasalahan nilai awal (7.7) dan (7.8)
(7.13) G(t , s)=g (1+e−µt (s – 1))exp[ λμ (s−1)(1−e−μt)]Ketika fungsi hasil probabilitas G(t,s) telah ditemukan, probabilitas Pn(t) dapat ditemukan dari rumus
yang sudah lazim untuk koefisien Taylor (7.4)
(7.14) Pn(t )=1n! [ ∂n
∂ sn G (s ,t )]s=0
Untuk mengilustrasikan metode fungsi hasil probabilitas (p.g.f.), digunakanlah t = 0 yang berarti seperti
berikut
(7.15) P1(0)=1 dan Pn(0)=0untuk n≠1
Maka,
(7.16) g(s)=∑n=0
∞
Pn ( t 0 ) sn=s
Substitusi rumus (7.16) ke dalam (7.13) menghasilkan rumus p.g.f.
(7.17) G(t , s)=[1+e−µt (s – 1)]exp [ λμ (s−1)(1−e−μt)]Probabilitas Pn(t) dapat ditentukan menggunakan rumus (7.14). Untuk nilai n = 0 dan n = 1 kita dapatkan
Cauchy (2.7)-(2.8) memiliki solusi u (t , x1 ,…, xn ) yang terdefinisi dan analitik pada persekitaran di titik
asal diRn+1 dan solusinya unik dalam kelas fungsi analitik.
Misalkan diketahui
(2.1 ) dudt=F( t , u)
(2.2 )u (0 )=u0
adalah masalah nilai awal untuk persamaan diferensial biasa berorde satu dengan variabel yang tidak diketahui u dan variabel bebas t .
Akan dicari solusi u (t ) dari masalah (2.1)-(2.2) yang terdefinisi di beberapa interval pada sumbu-t yang memuat titikt=0.
Asumsikan bahwa fungsi F analitik pada persekitaran titik (t ,u )=(0 , u )∈ R2, sehingga F memiliki deret
Taylor yang konvergen terhadap F (t , u) untuk setiap titik (t ,u) pada persekitaran titik (0 , u0 ) . Maka
teorema Cauchy-Kovalevsky menunjukkan masalah nilai awal (2.1)-(2.2) memiliki solusi u(t ) yang terdefinisi dan analitik pada interval yang memuat titik t=0.
Bagaimana mencari deret Taylor u(t ) di sekitar titik t=0?
Selanjutnya, misalkan diketahui
(2.4 ) ∂ u∂ t=F (t , x ,u ,
∂ u∂ x )
(2.5 )u (0 , x )=ϕ (x ) .
adalah masalah nilai awal atau masalah Cauchy untuk persamaan diferensial parsial berorde satu dengan variabel tidak diketahui u dan dua variabel bebas t dan x . Diberikan fungsi ϕ yang terdefinisi pada beberapa interval C dari sumbu-x yang memuat titik asal. Akan dicari suatu solusi
u(t , x ) dari masalah Cauchy (2.4)-(2.5) yang terdefinisi
untuk (t , x ) di beberapa domain Ω pada bidang-(t , x ) yang memuat kurva awal C.
Asumsikan bahwa fungsi ϕ (x ) yang diberikan, analitik pada persekitaran titik asal di sumbu-x. Maka, dari kondisi awal (2.5) dapat dihitung seluruh turunan parsial dariu terhadap x pada titik asal,
∂n u∂ xn
(0,0 )=ϕ(n) (0 ) , n=0,1,2 , …
Asumsikan juga bahwa fungsi F analitik di persekitaran titik (0,0 , ϕ (0 ) , ϕ (1) (0 )) di R4. Maka teorema
Cauchy-Kovalevsky menyatakan bahwa masalah (2.4)-(2.5) memiliki solusi u (t , x ) yang terdefinisi dan analitik pada persekitaran titik asal dari bidang – (t , x ).
Untuk mencari deret Taylor dari u (t , x ) di sekitar titik asal, harus dihitung nilai dari semua turunan parsial u pada titik asal.
Turunan dari ∂n u/∂ xn dapat dihitung dari kondisi awal (2.5). Dengan mensubstitusikan pada
(2.4) nilai t=0, x=0 dan nilai u yang telah diperoleh sebelumnya. dan ∂ u∂ x
pada (0,0), diperoleh nilai
turunan ∂ u∂ t
pada titik asal.
∂ u∂ t
(0,0 )=F (0,0 , ϕ (0 ) , ϕ (1 ) (0 ) )
untuk memperoleh nilai ∂2 u/∂ x ∂t , turunkan (2.4) terhadap x sehingga diperoleh
∂2 u∂ x∂ t
=F2 (t , x , u , ux)+F3 ( t , x , u , ux )ux+F4 (t , x , u ,ux )uxx
kemudian substitusikan t=0 , x=0 dan nilai u ,ux . uxx pada (0,0) yang telah diperoleh sebelumnya.
Selanjutnya, untuk mencari ∂2 u/∂ t 2, turunkan (2.4) terhadap t ,
∂2u∂ t 2=F1 (t , x , u , ux)+F3 (t , x , u , ux)ut+F4 (t , x , u ,ux )uxt
dan substitusikant=x=0 dan nilai u ,ux , ut dan uxt pada titik asal yang telah diperoleh sebelumnya.
Dengan menurunkan (2.4) terhadap t dan x dan mensubstitusikan nilai u dan turunannya, diperoleh semua nilai turunan parsial dari u pada titik asal.
Deret Taylor untuk u(t , x ) di sekitar titik asal adalah
∑(αt , α x)
Dtα t Dx
α x u (0,0 )αt !α x !
t αt xα x
Teorema Cauchy-Kovalevsky menunjukkan bahwa deret ini konvergen untuk semua (t , x ) di beberapa persekitaran U dari domain asli dan mendefinisikan solusi
(2.6 )u ( t , x )=∑(αt , α x)
Dtα t D x
α x u(0,0)α t! α x !
tα t xα x
fungsi yang didefinisikan oleh (2.6) memenuhi p.d.p. (2.4) untuk setiap(t , x )∈U dan kondisi awal (2.5) untuk setiap titik (0 , x) dari C yang termuat di U .
Misalkan diketahui
(2.7 ) ∂ u∂ t=F( t , x1 , …, xn , u , ux 1 ,… ,uxn)
(2.8 )u (0 , x1, …, xn )=ϕ (x1 , …, xn)
adalah masalah nilai awal (masalah Cauchy) yang melibatkan sebuah persamaan diferensial parsial orde satu dalam satu variabel yang tidak diketahui u dan n+1 variabel bebas t , x1 ,…, xn. Fungsi
F (t , x1 , …, xn , u , x1 , …, xn ) adalah sebuah fungsi dari 2 n+2 variabel.
Teorema (Cauchy-Kovalevsky)Misalkan fungsi ϕ analitik pada persekitaran titik asal dari Rn dan misalkan fungsi F analitik
Maka masalah Cauchy (2.7)-(2.8) memiliki solusi u (t , x1 ,…, xn ) yang terdefinisi dan analitik
pada persekitaran di titik asal di Rn+1dan solusinya unik dalam kelas fungsi analitik.
Teorema ini menyatakan 2 hal yaitu :1. Terdapat solusi analitik di beberapa persekitaran titik asal2. Solusi unik pada kelas fungsi analitik
Maksud dari keberadaan adalah terdapat sebuah fungsi u (t , x1 ,…, xn ) yang terdefinisi dan
analitik di persekitaran U dari titik asal di Rn+1 sehingga pada setiap titik (t , x1 , …, xn ) dari U ,
memenuhi u (t , x1 ,…, xn ) memenuhi (2.7) dan pada setiap titik (0 , x1 , …, xn ) pada bagian S yang
termuat di U memenuhi (2.8) kondisi awal.
bukti keberadaan menunjukan bahwa koefisien deret taylor adalah
(2.9 ) ∑(α t , α1 , …, α n)
Dtα t D1
α 1 … Dnα nu (0 ,…, 0)
αt ! α1 !…α n!
Contoh 2.1
Temukan semua suku yang berorde ≤ 3 dalam deret Taylor di sekitar titik asal dari solusi masalah nilai awal
(2.10) ut=u ux
(2.11) u (0 , x )=1+x2
Pada masalah ini ϕ ( x )=1+x2 dan fungsi adalah fungsi ϕ analitik pada persekitaran titik asal dari
sumbu-x (pada kenyataannya analitik di seluruh sumbu-x). ux (0,0 )=ϕ ' ( x )=0.
Selain itu, F ( t , x , u , p )=up dan fungsi ini analitik di persekitaran dari (0,0,1,0) di R4(pada
kenyataannya fungsi tersebut analitik di seluruh R4 ). Oleh karena itu, dengan menggunakan teorema Cauchy-Kovalevsky, masalah Cauchy (2.10)-(2.11) memiliki solusi analitik di persekitaran titik asal pada bidang (t , x ). . Kita harus menghitung semua turunan dari u berorde ≤ 3 di titik asal.
Dari (2.11) kita memiliki
u (0 , x )=1+x2, ux (0 , x )=2 x , uxx (0 , x )=2 , uxxx (0 , x )=0
ang yang panjangnyaL dengan permukaan silinder yang terisolasi,
diberikandistribusisuhuawaldaribatangpadasaatt=t 0 dan suhu pada bagian
ujung batang untuk setiap t ≧ t0.
3. Persamaan Laplace
Persamaan Laplace
(3.1 ) ∂2u∂ x2+
∂2 u∂ y2+
∂2 u∂ z2=0
13
Berkembang dari studi tentang kelas besar dari fenomena fisika yang diketahui
sebagai fenomena keadaan tetap. Fenomena-fenomena ini dikarakterisasi oleh
kenyataan bahwa fenomena-fenomena tersebut tidak bergantung pada variabel
waktu t . Mari kita pertimbangkan kasus fungsi distribusi suhu dalam keadaan
tetap yang homogen dan isotropik. Karena fungsi u tidak bergantung pada
variabel waktu t , ∂ u∂ t=0 dan persamaan konduksi kalor menjadi persamaan
laplace (3.1).Jika Ω adalah notasi untuk bagian dalam benda, fungsi temperatur
keadaan tetap u ( x , y , z , ) pasti memenuhi persamaan (3.1) pada setiap titik
( x , y , z , ) pada Ω.
Persamaan (3.1) memiliki banyak solusi tak terbatas. Untuk menentukan
solusi khusus yang mendeskripsikan distribusi temperatur yang sebenarnya pada
benda, kondisi tambahan harus dispesifikkan. Kenyataan ini sangat kontras
dengan persamaan kalor (2.8) yang mendeskripsikan fenomena yang bergantung
pada waktu, tidak ada kondisi awal yang dibutuhkan untuk menspesifikkan
persamaan (3.1). Formula yang tidak bergantung pada waktu pada kondisi terbatas
(2.10), (2.11) dan (2.12) adalah
(3.2)u ( x , y , z )=f ( x , y , z , ); ( x , y , z )∈∂ Ω
(3.3 ) ∂u∂ n
( x , y , z , )=g (x , y , z , t ) ; ( x , y , z )∈∂ Ω
(3.4 )α ( x , y , z ) ∂u∂ n
( x , y , z )+ β ( x , y , z )u ( x , y , z )=h ( x , y , z ); ( x , y , z )∈∂ Ω
Masalah mencari solusi dari Persamaan Laplace (3.1) yang memenuhi
salah satu dari kondisi batas (3.2), (3.3), atau (3.4) disebut Masalah Nilai Batas.
Lebih spesifiknya, masalah masalah mencari solusi dari (3.1) yang memenuhi
kondisi batas (3.2) dikenal sebagai Masalah Dirichlet. Masalah untuk
menyelesaikan subjek (3.1) terhadap kondisi batas (3.3) dikenal sebagai Masalah
Neumann. Terakhir, masalah untuk menyelesaikan subjek (3.1) terhadap kondisi
14
batas (3.4) dikenal sebagai Masalah Campuran atau Masalah Nilai Batas Ketiga.
Masalah-masalah ini akan lebih lanjut dipelajari pada Chapter VII.
Dalam kasus sebuah lempengan dengan ketebalan yang konstan,
temperatur keadaan tetap u adalah fungsi dengan hanya dua variabel dan
memenuhi Persamaan Laplace Dua Dimensi.
Persamaan Laplace dua dimensi mengatur bentuk dari sebuah selaput
lentur seperti contoh selaput drum. Selaput tersebut merupakan selaput yang
tahan akan segala jenis perentangan atau penarikan ke segala arah tanpa
mengubah bentuk aslinya .Misalkan selaput lentur tersebut menempati daerah
pada bidang (x,y) yang dibatasi oleh kurva mulus C, dan Ω menyatakan interior
dari daerah tersebut. Sumbu u ortogonal ke bidang (x,y)(lihat Gambar 3.1).
Misalkan batas kurva mulus C diparametrikkan oleh persamaan
Misalkan setiap titik di batas selaput dipindahkan sepanjang garis tegak
lurus bidang (x,y) dan batas tersebut terikat di sepanjang kurva .
Kurva memproyeksikan bidang (x,y) atas kurva C dan diberi persamaan
Selaput tersebut kemudian mengambil bentuk permukaan yang diberikan
oleh persamaan berbentuk
Sekarang kita membuat asumsi:
(a) Pada saat kita memindahkan selaput dari bidang (x,y) ke bentuk akhirnya
yaitu u = u(x, y), setiap titik di selaput bergerak hanya pada sepanjang garis
yang paralel ke sumbu u.
15
∂2u∂ x2+ ∂
2u∂ y2=0 .. .(3 .5 )
x=x (s ), y= y ( s ); s∈ I .
~C
~C
x=x (s ), y= y ( s ) , u=φ(s ) ; s∈ I .
u=u( x , y ); (x , y )∈~ .
(b) Selaput bentuknya hanya berubah sedikit, oleh karena itu nilai turunan
dan adalah kecil.
Dari kedua asumsi (a) dan (b) dapat ditunjukkan bahwa fungsi u(x, y)
haruslah memenuhi Persamaan Laplace Dua Dimensi (3.5).Jadi, untuk
menentukan bentuk akhir dari selaput tersebut kita harus menyelesaikan Masalah
Dirichlet.
Gambar 3.1
16
∂u /∂ y∂u /∂ x
∂2u∂ x2+ ∂
2u∂ y2=0 ; ( x, y )∈
u( x, y )=φ (x , y ) ; ( x, y )∈C
Persamaan Laplace juga muncul dalam pembelajaran medan gaya yang
“dapat diturunkan dari sebuah potensial”. Sebagai contoh misalakan F adalah
medan gaya yang disebabkan dari distribusi muatan listrik di ruangan. F(x, y, z)
adalah vektor gaya yang bertindak sebagai sebuah unit muatan yang ditempatkan
di titik (x, y, z). Dapat ditunjukkan bahwa F dapat diturunkan dari sebuah fungsi
potensial u; sebagai contoh, terdapat fungsi u sebagai berikut
F = - grad u.
Potensial u memenuhi Persamaan Laplace di setiap titik di ruangan yang
bebas dari muatan listrik. Medan gaya gravitasi oleh karena distribusi massa di
ruangan tersebut juga dapat diturunkan dari sebuah potensial dan fungsi potensial
itu sendiri memenuhi Persamaan Laplace di setiap titik di ruangan yang bebas dari
massa.
Bab VI
PERSAMAAN FISIKA MATEMATIKA
4. Persamaan Gelombang
Fenomena getaran dan perambatan gelombang dapat dibentuk sebuah
persamaan diferensial parsial yang dikenal sebagai persamaan gelombang.
Misalkan kita pertimbangkan getaran pertama pada sebuah bidang benang
atau dawai seperti dawai pada gitar. Andaikan panjang pada dawai adalah L dan
ketika dawai dalam keseimbangan, dawai tersebut menempati bagian dari sumbu
x dari x = 0 sampai x = L (lihat Gambar 4.1)
17
Kita asumsikan dawai tersebut bergetar pada sebuah bidang, bidang (x ,u),
dan setiap titik pada pergerakan dawai hanya sepanjang garis yang tegak lurus
dengan sumbu x (parallel dengan sumbu u). u(x , t) menotasikan perpindahan
pada saat t dari titik pada ditempatkannya dawai di x (ketika dalam
keseimbangan). Dibawah penambahan asumsi ∂ u∂ x
kecil (yaitu getaran pada dawai
memiliki amplitude yang kecil) dapat ditunjukan u(x , t) harus memenuhi
persamaan diferensial parsial
(4.1 )T ∂2u∂ x2− ρ
∂2 u∂ t 2=0
dimana T adalah tegangan pada dawai dan ρ adalah kepadatan linear. Persamaan
(4.1) dikenal dengan persamaan getaran dawai atau persamaan dawai. Ini juga
dikenal dengan persamaan gelombang satu dimensi. Dengan membuat c=(Tρ )12 ,
persamaan (4.1) menjadi
T∂2 u∂ x2− ρ
∂2 u∂ t 2=0
T∂2 u∂ x2= ρ
∂2 u∂ t 2
Tρ
∂2u∂ x2=
∂2 u∂t 2
18
c2 ∂2u∂ x2=
∂2u∂t 2
∂2 u∂ x2=
1c2
∂2u∂ t2
(4.2 ) ∂2 u
∂ x2−1c2
∂2u∂ t2=0
Seperti yang akan kita lihat pada Bab VIII, c adalah kecepatan rambatan
gelombang pada dawai. persamaan (4.2) dapat disederhanakan dengan mengganti
skala waktu. Atur t '=ct kemudian turunkan, (4.2) menjadi :
Dengan t '=ct , maka
t '=ct⟺ ∂ t'
∂ t= ∂
∂ t(ct )
∂ t'
∂ t=c
t= t'
c⇔
∂ t∂t '=
∂∂ t ' ( t'
c )∂ t
∂ t'=1
c
↔∂ u
∂ t '=∂ u
∂t∙
∂ t
∂ t'
↔∂ u
∂ t '=∂ u
∂t∙
1c
atau
↔∂ u∂t=∂ u
∂ t' ∙∂ t'
∂ t
↔∂ u∂t=∂ u
∂ t'∙ c
Sehingga
∂2u∂ t 2=
∂∂ t
∙( ∂ u∂ t )
¿∂∂ t ( ∂ u
∂ t' ∙ c)
19
¿c ∙∂
∂ t ( ∂ u
∂ t' )¿c ∙
∂
∂ t' ( ∂u∂ t )
¿c ∙∂
∂ t' ( ∂u
∂t ' ∙ c)¿c2 ∙
∂2u∂ t'2
Sehingga persamaan
∂2 u∂ x2−
1c2
∂2u∂ t2=0
↔∂2u∂ x2−
1c2 (c2 ∙
∂2u∂ t'2 )=0
↔∂2u∂ x2−
∂2u∂t '2=0
Misalkan kembali t '=t( t baru) sehingga,
(4.3 ) ∂2u
∂ x2−∂2 u∂t 2=0
Fungsi u(x , t) menggambarkan sejarah dari pergerakan pada dawai harus
memenuhi persamaan (4.3) untuk setiap titik x pada interval terbuka 0<x<L dan
untuk setiap t . Persamaan (4.3) memiliki tak terhingga banyaknya solusi dan
supaya memilih solusi khusus yang menggambarkan getaran yang sebenarnya
pada dawai kondisi tambahan harus ditentukan. Seperti dalam kasus persamaan
kalor, kondisi ini berada dalam dua kategori, kondisi awal dan kondisi batas.
Berbeda dengan persamaan kalor, dua kondisi awal perlu ditetapkan pada saat
awal t 0,
(4.4 )u (x , t 0 )=ϕ ( x ) ,0≦ x ≦L
(4.5 ) ∂ u∂ t
( x , t )=ψ ( t ) ,0≦ x ≦ L
Kondisi (4.4) menentukan pemindahan awal pada dawai, sementara kondisi (4.5)
menentukan kecepatan awal. Beberapa jenis batasan kondisi pada ujung-ujung
x=0 dan x=L pada dawai yang mungkin, tergantung pada cara dimana ujungnya
20
diikat atau dilepas. Kondisi ini menentukan nilai dari u atau turunan ∂ u∂ x
pada
ujung-ujung dawai untuk semua t ≧ t0. Untuk contoh, jika kedua ujung dawai
tetap, maka
(4.6 )u (0 ,t )=0 , u (L ,t )=0 , t ≧ t0
Masalah menemukan solusi dari persamaan gelombang (4.3) bergantung pada
kondisi awal (4.4), (4.5), dan untuk kondisi batas (4.6) adalah sebuah masalah
nilai awal terbatas.
Jika dawai tak terhingga tidak ada batas kondisi harus ditentukan, dan
masalah menemukan solusi dari persamaan gelombang (4.3) bergantung pada
kondisi awal
(4.7 )u (x , t0 )=ϕ ( x ) ,−∞<x<∞
(4.8 ) ∂ u∂ t
(x , t0 )=ψ (x ) ,−∞< x<∞
adalah sebuah masalah nilai awal atau masalah Cauchy (bandingkan dengan Bab
IV). Solusi dari masalah ini dapat diperoleh menggunakan solusi umum (7.22)
dari persamaan gelombang yang berasal di Bab V.
Persamaan Gelombang Dimensi 2
Salah satu contoh gelombang pada dimensi 2 adalah pada membrane yang
bergetar. Karena ketebalan nya sangat tipis maka diabaikan sehingga hanya ada
ukuran panjang dan lebar, maka persamaan gelombangnya ada pada dimensi 2.
Misalkan u(x , y ,t) menunjuka perpindahan saat t pada titik dalam membran yang
berlokasi pada (x , y ) lihat gambar berikut
21
Dengan asumsi lokasi pada bagian 3 (persamaan la place), dapat ditunjukan
bahwa u(x , y ,t) harus memenuhi persamaan
∂2 u∂ x2−
∂2u∂ y2−
1c2
∂2 u∂ t 2=0⋯(4.9)
Dimana c= (T / ρ )1 /2, T adalah tegangan membrane dan ρ adalah kerapatan
permukaan. Persamaan (4.9) dikenal sebagai persamaan dari getaran membrane
atau persamaan gelombang dua dimensi. Sebagaimana halnya pada getaran
dawai, 2 kondisi harus ditetapkan,
u (x , y , t 0 )=ϕ ( x ) ,( x , y )∈Ω⋯ (4.10)
∂ u∂ t
(x , y , t 0 )=ψ (t ) ,(x , y)∈Ω⋯(4.11)
Juga batas-batas kondisi bermacam-macam dapat ditetapkan, tergantung
kecepatan menggetarkan membran. Untuk contoh, kondisi batas dipercepat
22
sepanjang kurva bidang saat melayang pada bidang (x , y ) , batas kondisi harus
ditetapkan sebagai
u ( x , y , t )=0 , (x , y )∈Ω , t ≧ t 0⋯(4.12)
Persamaan Gelombang Dimensi 3
Terakhir kita ingat kembali getaran dari gelombang suara atau bunyi. Ini
merupakan getaran yang kecil dari gas, seperti udara, menempati sebuah daerah
pada ruang dimensi tiga. Misalkan Ω menotasikan bagian dalam dari daerah ini
dan misalkan u(x , y , z , t) menotasikan deviasi/penyimpangan dari tekanan
lingkungan (normal) dari gas pada titik (x , y , z) dari Ω dan saat t . Dibawah
beberapa hipotesis, ini dapat ditunjukan bahwa u harus memenuhi persamaan
differensial parsial,
∂2 u∂ x2−
∂2u∂ y2−
∂2 u∂ z2−
1c2
∂2u∂ t2=0⋯(4.13)
Dimana c adalah kecepatan merambat suara di udara.persamaan (4.13) dikenal
sebagai persamaan bunyi atau persamaan gelombang dimensi tiga. Kondisi awal
dan kondisi batas dihubungkan dengan persamaan (4.13) sama halnya pada
kasusu persamaan gelombang dimensi satu dan dua.
Getaran yang lain dan phenomena perambatan gelombang seperti pada getaran
gelombang elektromagnetik yang dapat digambarkan oleh persamaan gelombang.
Masalah 4.1
Pada bab V sub b 7, kita telah menunjukkan bahwa solusi umum dari persamaan
gelombang dimensi 1 (4.3) sebagai berikut:
u ( x , t )=F ( x+t )+G(x−t)
Dimana F dan G adalah sembarang fungsi satu variabel.
a) Gunakan solusi umum ini untuk menentukan solusi dari masalah nilai awal
(4.3), (4.7), (4.8) dengan t o=0
23
(4.14 )u (x , t )=12[ϕ ( x+t )+ϕ (x−t) ]+ 1
2∫x−t
x +t
ψ (τ )dτ
b) Tunjukkan dengan subtitusi langsung bahwa (4.14) memenuhi persamaan
gelombang (4.3) dan kondisi awal (4.7) dan (4.8) dengan t0 = 0.
Jawab :
Persamaan gelombang:
∂2 u∂ x2−
∂2u∂ t 2=0
Masalah nilai awalnya adalah
(4.7 )u ( x , 0 )=ϕ ( x )
(4.8 )u t ( x ,0 )=ψ (x)
Solusi umum
u ( x , t )=F ( x+t )+G ( x−t )(1)
Misalkan
ξ=x+t ,η=x−t
Sehingga persamaan (1) dapat ditulis menjadi U (ξ ,η )=F (ξ )+G(η)
Perhatikan bahwa
U t ( ξ ,η )=U ξ ξ t+U ηηt
¿ F ' (ξ )−G '(η)
Akibatnya,
U t ( x , t )=F ' (x+t )−G' ( x−t )
U t ( x , 0 )=F ' ( x )−G '( x)
Dari persamaan (4.8) kita peroleh F ' ( x )−G' (x )=ψ (x). Dengan mengintegralkan
kedua ruas diperoleh
∫F ' ( x )−G' ( x )=∫ψ (x )
F ( x )−G ( x )=∫a
x
ψ (τ )dτ , a∈R (2)
Dari (4.7) kita peroleh F ( x )+G ( x )=ϕ (x )(3)
Selesaikan persamaan (2) dam (3)
24
F ( x )−G ( x )=∫a
x
ψ (τ )dτ
F ( x )+G ( x )=ϕ (x )
2 F ( x )=( x )+∫a
x
ψ ( τ )dτ
F ( x )=12
ϕ ( x )+ 12∫a
x
ψ (τ )dτ
+¿
Sehingga diperoleh G ( x )=ϕ ( x )−F ( x )=12
ϕ ( x )−12∫
a
x
ψ ( τ )dτ
Karena
u ( x , t )=F ( x+t )+G ( x−t ) , maka
u ( x , t )=[ 12 ϕ ( x+t )+ 12∫a
x+t
ψ ( τ )dτ ]+[ 12 ϕ ( x−t )−12∫
a
x−t
ψ ( τ )dτ ]¿ 1
2ϕ ( x+t )+ 1
2ϕ ( x−t )+ 1
2∫a
x+t
ψ ( τ )dτ−12∫
a
x−t
ψ ( τ )dτ
¿ 12(ϕ ( x+ t )+ϕ ( x−t ) )+1
2∫x−t
a
ψ ( τ )dτ+ 12∫
a
x+t
ψ ( τ )dτ
u ( x , t )=12(ϕ ( x+ t )+ϕ ( x−t ) )+ 1
2∫x−t
x+t
ψ ( τ )dτ
Merupakan solusi khususnya.
u (x ,t 0=0 )=12(ϕ ( x+0 )+ϕ ( x−0 ) )+ 1
2∫x−0
x+0
ψ (τ )dτ
¿ 12(ϕ ( x )+ϕ ( x ) )+ 1
2∫x
x
ψ (τ )dτ
¿ 12(2 ϕ (x ) )+0=ϕ ( x )
u ( x , 0 )=ϕ ( x ), persamaan (4.7) terpenuhi.
∂ u(x ,0)∂ t
= ∂∂ t
(ϕ ( x ) )=0=ψ (x ), persamaan (4.8) terpenuhi.
∂ u∂ x= ∂
∂ x ( 12 ϕ ( x+t )+ 12
ϕ ( x−t )+12∫x−t
x+t
ψ ( τ )dτ )¿ 1
2ϕ ' ( x+t )+ 1
2+1
2ψ ( x+t )−1
2ψ ( x−t )
25
∂2 u∂ x2=
∂∂ x ( 12 ϕ' (x+t )+ 1
2+ 1
2ψ ( x+t )−1
2ψ ( x−t ))
¿ 12
ϕ ' '(x+t)+ 12
ψ ' ( x+ t )−12
ψ ' ( x−t )
∂ u∂ t= ∂
∂t (12 ϕ ( x+t )+12
ϕ ( x−t )+ 12∫x−t
x+ t
ψ ( τ )dτ)¿ 1
2ϕ ' ( x+t )−1
2+ 1
2ψ ( x+ t )+ 1
2ψ ( x−t )
∂2u∂ t 2=
∂∂ t ( 12 ϕ ' ( x+ t )−1
2+1
2ψ ( x+t )+ 1
2ψ ( x−t ))
¿ 12
ϕ ' '(x+t)+ 12
ψ ' ( x+ t )−12
ψ ' ( x−t )
Sehingga
∂2 u∂ x2−
∂2u∂ t 2=[ 12 ϕ ' ' ( x+ t )+ 1
2ψ ' ( x+t )−1
2ψ ' ( x−t ) ]−[ 12 ϕ ' ' (x+t)+ 1
2ψ ' (x+t )−1
2ψ ' ( x−t )]
∂2 u∂ x2−
∂2u∂ t 2=0
Persamaan (4.3) terpenuhi.
5. Masalah Well Posed
Pada pembahasan sebelumnya,kita telah melihat banyak fenomena fisika
yang mengandung Persamaan Diferensial Parsial. Sebagai contoh bisa kita lihat
pada dua permasalahan sederhana berikut. Jika u ( x , y ) merupakan distribusi
keadaan mantap temperatur dalam ruang yang dibatasi plat homogen isotropik dan
jika temperatur pada plat yang dibatasi itu diketahui, maka u haruslah solusi
masalah nilai terbatas.
(5.1 ) ∂2u∂ x2+
∂2 u∂ y2=0 , ( x , y )∈Ω
(5.2 )u (x , y )=f (x , y ) , ( x , y )∈∂ Ω
Dimana Ω adalah bagian dalam dari plat dan ∂ Ω adalah batas. Jika u(x,t)
merupakan perpindahan dari dawai yang “tak hingga” dan jika perpindahan dan
26
kecepatannya diketahui pada t awal t=t o, maka u haruslah solusi dari masalah
nilai awal
(5.3 ) ∂2u∂ x2−
∂2u∂ t2=0 ;−∞<x<∞, t 0< t
(5.4 )u ( x ,t )=ϕ ( x ) ,−∞<x<∞
(5.5 ) ∂u∂ t
(x ,t 0 )=ψ ( x ) ,−∞<x<∞
Hal ini masuk akal, untuk mengetahui temperatur pada batas plat untuk
menentukan temperatur pada setiap titik plat. Begitu juga, untuk permasalahan
selanjutnya, yaitu kita mengetahui perpindahan dan kecepatan pada dawai pada
waktu awal t o untuk menentukan gerakan dawai untuk setiap t ≧ t0.
Definisi 5.1
Masalah yang melibatkan persamaan differensial parsial dikatakan masalah well-
posed jika memenuhi tiga syarat:
(a) Ada solusi
(b) Solusi tunggal
(c) Solusi tergantung pada kekontinuan data dari masalah
Mempelajari fenomena fisika dengan menjadikan masalah yang melibatkan
persamaan diferensial parsial, tidak cukup membuat masalah memiliki solusi
tunggal. Ini penting untuk mengetahui bahwa solusi tergantung pada kekontinuan
data dari masalah. Sebaliknya kita tidak yakin solusi dari masalah
menggambarkan fenomena fisika diperlukan tingkat ketelitian.
Tujuan mempelajari persamaan diferensial parsial adalah:
1. Menentukan kondisi masalah well-posed
2. Menggambarkan cara menemukan solusi atau pendekatan solusi dari masalah
well-posed
3. Menentukan sifat-sifat umum dari solusi
Kita akan menunjukkan pada Bab VIII bahwa memenuhi asumsi masalah nilai
batas (5.1), (5.2) adalah well-posed. Memenuhi asumsi, masalah nilai awal (5.3),
(5.4), (5.5) juga well-posed. Nyatanya kita sudah menentapkan solusi pada
27
masalah 4.1 karena (4.14) adalah solusi dari masalah. Pada bab VIII kita akan
menunjukkan solusi tunggal (4.14). Menggunakan rumus solusi, kita juga akan
menunjukkan solusi tergantung pada kekontinuan data.
Perlu ditekankan bahwa tidak setiap masalah dikatakan well-posed. Sebagian
besar fenomena fisika mengarah pada masalah nilai awal, atau batas, atau batas
awal yang well-posed.
Ternyata setiap persamaan diferensial parsial memiliki beberapa masalah yang
berkaitan dengan well-posed walaupun masalah lain tidak well-posed. Supaya
mengilustrasikan hal ini, kita perhatikan lagi masalah nilai batas (5.1), (5.2) dan
masalah nilai awal (5.3), (5.4), (5.5). Masalah ini well-posed, meskipun
persamaan Laplace dan persamaan gelombang hanya berbeda tanda. Periksa juga
masalah nilai awal (masalah Cauchy) untuk persamaan Laplace dan masalah nilai
batas (masalah Dirichlet) untuk persamaan gelombang. Ternyata masalah ini
bukan well-posed. Masalah nilai awal untuk persamaan Laplace bukan well-posed
yang ditunjukkan Hadamard (lihat masalah 5.2). Kita tahu dari teorema Cauchy-
Kovalevsky bahwa masalah memiliki solusi tunggal jika data awal diasumsikan
analitik. Tetapi, masalah tersebut bukan well-posed karena solusi tidak tergantung
pada kekontinuan data awal. Contohnya masalah nilai batas untuk persamaan
gelombang yang bukan well-posed digambarkan dalam masalah 5.3. Masalah ini
bukan well-posed karena memiliki solusi tak terhingga.
Masalah 5.3
Masalah Dirichlet untuk persamaan gelombang,
∂2 u∂ x2−
∂2u∂ t 2=0 ;0<x<T , 0<t<T ,
u (0 , t )=u (L, t )=0 ;0≦ t ≦T ,
u ( x , 0 )=u ( x ,T )=0 ;0≦ x ≦L
dimana rasio T/Ladalah bilangan rasional, katakan T/L = m/n dimana m dan n
adalah bilangan bulat positif.
u ( x , t )=Csinnπx
Lsin
mπtT
28
adalah solusi dari permasalahan setiap konstan C yang berubah-ubah, dan selain
itu masalah ini memiliki solousi tak berhingga.
Masalah 5.2
Contoh Hadamard, bagian a dan c
a. Perhatikan masalah Cauchy untuk persamaan Laplace di R2
(5.6 ) ∂2u∂ y2+
∂2 u∂ x2=0
u (x ,0 )=0
uy ( x , 0 )=1n
sin nx
dimana n bilangan bulat positif, tunjukkan bahwa
(5.7 )u ( x , y )= 1
n2sinh ny sin nx
merupakan suatu solusi
c. Misal f dan g analitik, u1 solusi dari masalah Cauchy
∂2u∂ y2+
∂2 u∂ x2=0
(5.8 )u ( x , 0 )=f (x )
uy ( x ,0 )=g(x )
dan u2 solusi dari masalah Cauchy
∂2u∂ y2+
∂2 u∂ x2=0
(5.9 )u ( x , 0 )=f (x )
uy ( x ,0 )=g ( x )+ 1n
sin nx
tunjukkan bahwa
(5.10 )u2 (x , y )−u1 ( x , y )= 1
n2sinh ny sin nx
Jawab :
a. Akan ditunjukkan u ( x , 0 )=0
29
u ( x , y )= 1n2 sinh ny sin nx= 1
n2
eny−e−ny
2sin nx
u ( x , 0 )= 1n2 sinh 0 sin nx= 1
n2
e0−e0
2sin nx= 1
n2 0sin nx=0
Jadi, terbukti bahwa
u(x , 0)=0
Akan ditunjukkan uy ( x ,0 )=1n
sin nx
u ( x , y )= 1
n2sinh ny sin nx
uy ( x , y )= 1n2 coshny sin nx= 1
n2
eny+e−ny
2sin nx
uy ( x ,0 )= 1n2 cosh 0 sin nx= 1
n2
e0+e0
2sin nx= 1
n2
1+12
sin nx= 1n2 sin nx
Jadi, terbukti bahwa
uy ( x ,0 )=1n
sin nx
Akan ditunjukkan ∂2u∂ y2+
∂2 u∂ x2=0
u ( x , y )= 1
n2sinh ny sin nx
Dari pengerjaan sebelumnya didapat :
uy ( x , y )= 1
n2coshny sin nx
dengan demikian
∂2u∂ y2=
1n2 sinh ny sin nx
Sedangkan untuk ∂2 u∂ x2
ux ( x , y )= 1
n2sinh ny cosnx
∂2 u∂ x2=
−1n2 sinh ny sin nx
Oleh karena itu
30
∂2u∂ y2+
∂2 u∂ x2=
1n2 sinh ny sin nx+(−1
n2 sinh ny sin nx )=0
Jadi terbukti bahwa
∂2u∂ y2+
∂2 u∂ x2=0
Karena
u ( x , y )= 1
n2sinh ny sin nx
memenuhi
∂2u∂ y2+
∂2 u∂ x2=0
u ( x , 0 )=0
uy ( x ,0 )=1n
sin nx
maka terbukti bahwa u ( x , y )= 1
n2sinh ny sin nx merupakan suatu solusi.
c. Diketahui :
u1 solusi dari masalah Cauchy (5.8)
∂2u∂ y2+
∂2 u∂ x2=0
u ( x , 0 )=f (x)
uy ( x ,0 )=g(x )
dari pengerjaan soal bagian a, kita dapatkan
u ( x , y )= 1
n2sinh ny sin nx
merupakan solusi dari masalah Cauchy
∂2u∂ y2+
∂2 u∂ x2=0
u ( x , 0 )=0
uy ( x ,0 )=1n
sin nx
Kita misalkan u=u3 sehingga
31
u ( x , y )=u3(x , y )= 1
n2sinh ny sin nx
Akan dibuktikan ∂2 (u1+u3 )
∂ y2 +∂2 (u1+u3 )
∂ x2 =0
∂2 (u1+u3 )∂ y2 +
∂2 (u1+u3 )∂ x2
¿∂2 (u1 )∂ y2 +
∂2 (u3 )∂ y2 +
∂2 (u1 )∂ x2 +
∂2 (u3 )∂ x2
¿( ∂2 (u1 )∂ y2 +
∂2 (u1 )∂ x2 )+( ∂
2 (u3 )∂ y2 +
∂2 (u3 )∂ x2 )=0+0=0
Jadi terbukti bahwa
∂2 (u1+u3 )∂ y2 +
∂2 (u1+u3 )∂ x2 =0
Akan dibuktikan (u1+u3) (x , 0 )=f (x )
(u1+u3 ) ( x , 0 )=(u1 ) ( x , 0 )+(u3 ) ( x , 0 )=f ( x )+0=f ( x )
Jadi terbukti bahwa
(u1+u3) (x , 0 )=f (x )
Akan dibuktikan (u1+u3 ) y ( x , 0 )=g ( x )+ 1n
sin nx
(u1+u3 ) y ( x , 0 )=(u1 ) y ( x ,0 )+(u1 )y ( x ,0 )=g (x )+ 1n
sin nx
Karena f dan g analitik maka u2 haruslah sama dengan u1+u3
u2=u1+u3=u1+1
n2sinh ny sin nx
Sehingga didapat
u2−u1=u1+1
n2sinh ny sin nx−u1=
1
n2sinh ny sin nx
Jadi terbukti
u2−u1=1
n2sinh ny sin nx
32
LapLace’s Equation
Bab ini dikhususkan mempelajari persamaan Laplace. Persamaan ini mempunyai ketertarikan yang sangat besar oleh matematikawan, insinyur, dan ilmuwan, karena persamaan ini bangkit dalam pembelajaran banyak fenomena fisika. Dalam subbab 1, fungsi harmonik didefinisikan sebagai solusi persamaan Laplace yang turunan keduanya kontinu. Dalam subbab 2 dan 3, banyak fungsi harmonik yang diperoleh dengan menggunakan metode pemisahan variabel, pergantian variabel dan invers yang bekerja pada lingkaran dan bola. Pada subbab 4, masalah nilai batas yang berkaitan dengan persamaan Laplace dijelaskan dan diilustrasikan dengan contoh fisika. Pada bab 5, ...
1. Fungsi Harmonik
Persamaan Laplace
∂2 u∂ x1
2 +∂2u∂ x2
2+…+ ∂2 u∂ xn
2=0
Merupakan persamaan diferensial parsial dari elliptic type yang sangat
sederhana dan sangat penting.
Definisi 1.1
Misal Ω merupakan domain di Rn. Sebuah fungsi u ϵ C2(Ω) yang memenuhi
persamaan Laplace di Ω disebut fungsi harmonik di Ω .
Fungsi harmonik didefinisikan sebagai fungsi kontinu yang memenuhi
persamaan Laplace.
Teorema 1.1
Misal u adalah solusi dari persamaan Laplace yang kontinu di domain Ω . Maka
u analitik di Ω.
Problems 1.1
Buktikan bahwa semua fungsi linear
33
u=a1 x1+a2 x2+…+an xn+a0
Adalah harmonik di Rn.
1.ux 1=a1;ux 2=a2 ;…;uxn=an
2.ux 1 x 1=0 ;ux 2 x 2=0 ;…;uxnxn=0
3.ux 1 x 1+ux2 x2+…+uxnxn=0
Karena fungsi linear u kontinu di Rn dan dapat didiferensialkan dua kali serta u
memenuhi persamaan Laplace, jadi u adalah fungsi harmonik di Rn.
Problems 1.2 (a)
Tunjukkan bahwa u=xy dan u=x2− y2 harmonik di R2.
u=xy • u=x2− y2
1.ux= y ;u y=x ; 1.ux=2x ;uy=−2 y ;
2.uxx=0 ;uyy=0 ; 2.uxx=2 ;u yy=−2 ;
3.uxx+u yy=0+0=0 3.uxx+u yy=2+(−2)=0
2. Beberapa Fungsi Harmonik Dasar Metode Pemisahan Variabel
Telah Dibahas pada bab VI bahwa potensial elektrostatis pada sebarang titik ( x , y , z )≠(0,0,0), berkaitan dengan sebuah unit charge pada titik asal di R3,
adalah sebanding dengan 1r
dengan r=(x2+ y2+ z2)12 merupakan jarak (x , y , z)
dari titik asal. Ini dikenal di Fisika dimana potensial berkaitan dengan sebarang distribusi dari charges yang memenuhi persamaan Laplace pada sebarang titik di space free from charge.
u=1r
,r ≠ 0 …(2.1)
adalah sebuah fungsi harmonik di R3 kecuali di titik asalnya.Fungsi (2.1) dibedakan oleh simetrinya pada titik asal, ini hanya bergantung pada jarak radial r dari titik asal dan tidak bergantung pada variabel sudut θ dan ϕ.
34
35
x
y
z
Δ adalah operator Laplace di Rn yang berkaitan dengan koordinat bola (koordinat polar
di R2).
Di R2, Δu=1r
∂∂r (r ∂ u
∂r )+ 1r2
∂2u∂ θ2
Di Rn dengan n>2, Δu= 1
rn−1
∂∂r (rn−1 ∂ u
∂ r )+∆nu
Dimana ∆n adalah operator diferensial parsial orde kedua yang hanya berkenaan dengan variabel sudut.
Karena fungsi harmonik hanya bergantung pada r di Rn, fungsi harmonik u(r) harus memenuhi persamaan
1r
∂∂r (r ∂ u
∂r )=0
Fungsi 1 , log r (n=2)adalah dua solusi untuk persamaan di atas yang bebas linear dan solusi umumnya mengandung seluruh kombinasi linear dari fungsi-fungsi di atas.
Di Rn, dengan n>2 fungsi harmonik u(r) harus memenuhi persamaan
1
rn−1
∂∂r (rn−1 ∂ u
∂ r )=0
dan dua solusi bebas linear untuk persamaan di atas adalah
1 ,1
rn−2(n>2).
Penggunaan metode pemisahan variabel atau fourier method untuk memperoleh fungsi harmonik lainnya. Pada R2 , metode ini dimulai dengan mencoba menemukan fungsi harmonik u(r,θ) yang memiliki bentuk khusus
u(r,θ) = R(r)ϴ(θ) (2.9)
Asumsikan u(r,θ) adalah hasil perkalian dari fungsi r dan fungsi θ. Substitusi (2.9) ke persamaan Laplace di koordinat polar, diperoleh
R”ϴ+ R’ϴ+ Rϴ” = 0
Dengan membagi persamaan dengan Rϴ dan mengalikan dengan r2, diperoleh
r2 R over R =- Θ ^ n over Θ ¿¿ (2.10)
36
Sisi kiri persamaan 2.10 adalah fungsi dari r dan sisi kanan adalah fungsi dari θ. Maka 2.10 adalah setara dengan r2 R over R = μ=- Θ ^ n over Θ ¿¿.
Atau dengan pasangan persamaan r2+r R'−μR=0(2.11) Θ' '+μΘ=0(2.12)
Dimana μ konstan. Dapat disimpulkan bahwa untuk u(r,θ) dari bentuk (2.9) untuk memenuhi persamaan Laplace, fungsi R dan φ harus memenuhi persamaan diferensial biasa (2.11) dan (2.12). Persamaan 2.11 dikenal sebagai persamaan Euler dan memiliki dua solusi bebas linear.
Rμ (r )=1, log r if∧μ=0r√μ , r−√μif μ ≠ 0
(2.13)
Dua solusi bebas linear dari (2.12) adalah
Θμ (θ )= 1 ,θ if∧μ=0cos√μ θ , sin√ μθ if μ ≠ 0
(2.14)
tidak dapat diasumsikan bahwa, untuk setiap nilai μ dan untuk fungsi (2.13) dan (2.14) bentuk berikut uμ (r , θ )=Rμ (r )Θμ(θ) (2.15)
terdefinisi sebagai sebuah fungsi harmonik di setiap domain Ω dari R2. Hal ini hanya berlaku jika (2.15) adalah fungsi yang ‘well defined’ (C2) di Ω.
Ini berarti bahwa agar (2.15) untuk menentukan fungsi ‘nilai tunggal’ di Ω, fungsi Θμ (θ) harus periodik dengan periode 2 π (misalkan) dan harus memenuhi kondisi berikut
Θμ (θ+2 π )=Θ μ (θ ) ,∀ θ (2.16)
Jika Ω adalah domain yang berisi kurva mengelilingi titik asal, fungsi angular yang dapat digunakan dalam (2.15) untuk menentukan fungsi harmonik di Ω adalah
Jika Ω tidak mengandung titik asal R2 , semua fungsi di (2.19) harmonik di Ω. Jika Ω mengandung titik asal, hanya fungsi pada baris pertama adalah harmonik di Ω.
Misalkan Ω adalah domain dari R2 yang tidak mengandung titik asal. Maka
u(r,θ) = θ (2.20)
Pada koordinat segiempat, fungsi harmonik (2.20) adalah
u ( x , y )=arctan( yx ) , 0<x<∞,−∞< y<∞ (2.21)
u ( x , y )= π2−arctan ( xy ) ,−∞<x<∞,0< y<∞ (2.22)
Menerapkan metode pemisahan variabel untuk mendapatkan fungsi harmonik dalam domain dari R3. Dalam hal ini dicari fungsi harmonik u(r,θ,φ) dari bentuk
u(r,θ,φ) = R(r)Y(θ,φ) (2.23)
Dengan mensubstitusi (2.23) ke persamaan laplace, diperoleh
(r2 R' )'−μR=0 (2.24)
Λ3 Y +μY=0 (2.25)
Dua solusi bebas linear dari (2.24) adalah
rα 1 ,r α2(2.26)
Dimana α1 dan α2 adalah akar dari persamaan
α (α+1) – μ=0
Persamaan (2.25) memiliki solusi nontrivial hanya ketika μ sama dengan salah satu dari nilai
μn = n(n+1), n=0,1,2,…
Untuk setiap μn , ada 2n+1 solusi bebas linear dari (2.25), disimbolkan dengan
Solusi ini disebut harmonik Laplace bola, dimana μ=μn , maka fungsi radial nya
rn, r-n-1; n=0,1,2,…
dan fungsi harmonik (2.23) adalah
38
3. Mengganti Variabel Untuk Menghasilkan Fungsi Harmonik Baru Invers Terhadap Lingkaran dan Bola
Pada bagian sebelumnya kita memperoleh koleksi fungsi harmonik dengan metode pemisahan variabel. Dengan prinsip superposisi semua kombinasi linear dari fungsi ini juga harmonik. Dalam bagian ini dijelaskan cara untuk memperoleh fungsi harmonik baru dari satu yang diketahui dengan merubah variabel.
Pertama-tama kita pertimbangkan fungsi harmonik di R2. Diberikan Ω dan Ω’ adalah domain di R2, misalkan ada pemetaan satu-satu dari Ω ke Ω’ diberikan oleh :
x’ = x’(x,y) y’=y’(x,y), (3.1)
dengan pemetaan invers dari Ω’ ke Ω diberikan oleh :
x=x(x’,y’) y=y(x’,y’) (3.2)
Kita asumsikan fungsi x’(x,y) dan y’(x,y) ada di C2(Ω), sedangkan fungsi x(x’,y’) dan y(x’,y’) ada di C2(Ω’).
Diberikan u(x,y) adalah fungsi yang terdefinisi di Ω dan u(x’,y’) adalah fungsi yang terdefinisi di Ω’ dengan rumus :
u(x’,y’) = u(x(x’,y’) , y(x’,y’)) (3.3)
pemetaan (3.1), (3.2) dapat dikatakan sebagai transformasi koordinat atau perubahan variabel.
Transformasi Dasar :
1. Translasi
x’ = x + x0, y’ = y + y0;
x = x’ – x0, y = y’ – y0,
dimana (x0, y0) adalah titik yang ditetapkan di R2.
x = (cos α)x’ – (sin α)y’, y = (sin α)x’ + (cos α)y’,
dimana α adalah sudut yang ditetapkan.
3. Refleksi : refleksi garis lurus di R2
contoh :
x’ = x, y’ = -y; x = x’, y = -y’
merupakan refleksi terhadap sumbu-x
x’ = -x, y’ = y; x = -x’, y = y’,
merupakan refleksi terhadap sumbu-y
dan
x’ = y, y’ = x; x = y’, y = x’,
merupakan refleksi terhadap garis x = y.
4. Transformasi yang dilatasi
x’ = λx, y’ = λy;x = (1/ λ)x’, y = (1/ λ)y’,
dimana λ adalah konstanta yang tak nol.
Contoh 3.2
Dengan rotasi bentuk (2.19) menjadi
Fungsi pada baris pertama harmonik di R2. Dimana, fungsi pada baris kedua juga harmonik di R2 kecuali di titik (0,0).
Pada transformasi dasar yang telah kita definisikan di R2 memiliki analog yang jelas dalam R3 dan dalam ruang dimensi yang lebih tinggi. Contoh,
(x2 + y2 + z2)-1/2
fungsi ini harmonik dalam R3 kecuali di titik asal dan dengan translasi
40
[(x-x0)2+(y-y0)2+(z-z0)2]-1/2
fungsi ini harmonik dalam R3 kecuali titik (x0, y0, z0).
Pada notasi vector, r =(x,y,z), r0 =(x0,y0,z0), fungsi tersebut dapat ditulis menjadi
|r-r0|-1 (3.8)
Dan fungsi ini harmonic di R3 dengan titik awal r0.
Kecuali untuk translasi, semua transformasi dasar di Rn diberikan oleh persamaan dengan bentuk xi = i=1,…,n (3.9)
Atau dalam notasi matriks x=Ax’ (3.10)
Dan A = [aij] adalah matiks non singular nxn dengan invers A-1 oleh karena itu x’=A-1x (3.11)
Sebuah transformasi pada bentuk (3.10), (3.11) disebut transformasi linear dari koordinat di Rn dan apabila diberikan sebuah matriks A.
Pertanyaan : mana transformasi linear dari koordinat yang dapat mempertahankan keharmonikan dari sebuah fungsi? Jawaban atas pertanyaan ini diberikan dalam teorema berikut.
Teorema 3.1Sebuah transformasi linear dari koordinat mempertahankan keharmonikan dari setiap fungsi harmonik jika dan hanya jika diberikan oleh matriks A dari bentuk
A=λB (3.12)
B adalah sebuah matriks orthogonal dan λ positif konstan. B dikatakan orthogonal jika
∑k=1
n
bik b jk 1if i= j0 if i ≠ j
(3.12) dapat ditulis dengan A=(λI )B
Dimana I adalah matriks kesatuan dan λI mendefinisikan transformasi kesamaan.
41
Teorema 3.1 menegaskan bahwa transformasi linear yang mempertahankan keharmonikan adalah komposisi dari transformasi kesamaan, rotasi dan refleksi.
Sekarang beralih ke diskusi lain, transformasi penting dan berguna untuk R2 dikenal sebagai inversi sehubungan dengan lingkaran.
Misalkan S (0,a) menunjukkan batas lingkaran di R2 dengan pusat (0,0) dan jari-jari a. Dalam koordinat polar, titik (r,θ) dan (r,θ*) dikatakan inversi sehubungan dengan S(0,a) jika r r¿=a2 , θ¿=θ (3.13)
Perhatikan bahwa dua titik inversi sehubungan dengan S(0,a) terletak pada garis radial yang sama. Pemetaan yang memetakan titik (r, θ) ke (r*,θ*) diberikan oleh
r¿=a2
r, θ¿=θ (3.14)
Dengan pemetaan invers yang diberikan oleh
` r=a2
r¿, θ=θ¿ (3.15)
Pemetaan (3.14) didefinisikan untuk semua titik (r,θ) dalam R2 kecuali titik (0,0). Peta dari titik di luar lingkaran S(0,a) ke titik dalam S(0,a) dan sebaliknya, sementara poin yang terletak pada lingkaran S(0,a) telah ditetapkan. Sebuah Ω adalah domain yang terletak di luar S(0,a) dipetakan ke domain Ω* dalam S(0,a).
Misalkan Ω berupa domain dalam R2 yang tidak mengandung titik (0,0) dan u(r,θ) harmonik di Ω. Kemudian u(r*,θ*) fungsi yang diperoleh dari u(r,θ) dengan mengganti r dengan a2/r* dan θ dengan θ*, adalah harmonik dalam Ω*. Inversi sehubungan dengan bola dalam R3 didefinisikan dengan cara yang sama. Misalkan S(0,a) adalah permukaan bola dengan pusat (0,0) dan jari-jari a.
Dalam koordinat bola, titik (r,θ,φ) dan (r*,θ*,φ*) dikatakan Inversi sehubungan dengan S(0,a) jika r r¿=a2 , θ¿=θ ,φ¿=φ (3.16)
42
Misalkan Ω menjadi domain dalam R3 yang tidak memuat titik (0,0) dan u(r,θ,φ) fungsi harmonik di Ω. Misalkan Ω* menjadi citra omega berdasarkan inversi (3.16) dan menentukan fungsi u*(r*,θ*,φ*) di Ω* oleh rumus
u¿ (r¿ , θ¿ , φ¿)=u( a2
r¿,θ¿ , φ¿) (3.17)
Maka u* harmonic di Ω* yang tergantung pada variabel r*,θ*,φ*. Dalam invers, itu sering menggunakan notasi vektor. Jika r dan r* merupakan vektor posisi dari dua titik Inversi sehubungan dengan S(0,a) maka
r¿
r¿= r
r,|r|=r ,|r¿|=r¿ , (3.18)
dan karenanya,
r¿= r¿
r¿r¿= r
rr¿=a2
r¿r . (3.19)
sehingga,
r=rr
r= r¿
r¿r= a2
r¿2r¿ . (3.20)
Dalam R2, jika u(r) adalah harmonik dalam domain Ω, maka
u( a2
r¿ 2 r¿) (3.21)
harmonik di Ω*. Dalam R3, jika u(r) adalah harmonik dalam domain Ω, maka u
u¿ (r ¿)= ar¿
u( a2
r¿2r ¿) (3.22)
harmonik di Ω*.
4. Masalah Nilai Batas yang Terkait dengan Persamaan Laplace
Persamaan laplace muncul dalam banyak fenomena fisika. Contohnya, jika fungsi u menyatakan distribui temperatur keadaan tetap, dalam tubuh isotropik homogen, maka pada setiap titik interior untuk tubuh, u harus memenuhi persamaan Laplace. Tentu saja, fakta ini saja tidak cukup untuk menentukan u karena ada solusi tak terhingga dari persamaan laplace. Jika kita mempunyai informasi tambahan sehingga distribusi temperatur pada batas tubuh atau fluks panas diseluruh batas, maka u harus memenuhi kondisi pada batas disebut kondisi batas. Masalah dalam menentukan fungsi u yang memenuhi persamaan laplace di interior tubuh dan kondisi batas disebut masalah nilai batas. Dalam sesi ini kita menetapkan tiga dasar masalah nilai batas yang terkait dengan persamaan laplace.
43
Masalah Dirichlet atau masalah nilai batas pertama
Diberikan omega domain terbatas di Rn dengan batas mulus di ∂ Ω, dan f fungsi yang diberikan terdefinisi dan kontinu di∂ Ω . Cari fungsi u yang terdefinisi dan kontinu di akhir(penutup) Ω pada Ω sehingga u harmonik di Ω dan u sama dengan f di∂ Ω. Lebih eksplisitnya, cari fungsi u dimana dalam
C2(Ω) dan dalam C0(Ω) dan memenuhi ∆ u=0 (4.1) u ( x )=f ( x ) , x∈∂ Ω (4.2)Persamaan (4.2) disebut kondisi batas dari masalah dan f fungsi yg diberikan disebut sebagai data batas.
Dalam definisi masalah Dirichlet, kondisi yang kita telah kenakan pada Ω, ∂ Ω dan f terlalu ketat. kita melakukan ini dalam rangka untuk membuat diskusi, setidaknya pada awalnya sesederhana mungkin. Nanti kita akan mempertimbangkan masalah dimana Ω domain dapat tak terbatas, batas ∂ Ω mungkin memiliki sudut dan fungsi f mungkin diskontinu. Ketika Ω adalah bagian luar dari daerah dibatasi, maka masalah ini disebut masalah Dirichlet eksterior.
Itu selalu berguna untuk diingat contoh fisika. diberikan fungsi u menggambarkan distribusi temperatur steady state dalam tubuh isotropik homogen interior yang merupakan Ω domain. Dan biarkan f fungsi yang diberikan menggambarkan distribusi temperatur pada permukaan tubuh. Dalam rangka untuk mencari u distribusi temperatur kita harus memecahkan masalah Dirichlet.
Dimana Ω adalah domain terbatas di Rn. Dan c adalah konstanta yang diberikan.Dalam masalah ini f (x) = c. Hal ini jelas bahwa fungsi konstan u(x) = c adalah solusi untuk masalah ini. Kami akan lihat nanti dalam bab ini bahwa ini adalah satu-satunya solusi untuk masalah ini. Dalam hal contoh fisika kita, ini berarti bahwa jika permukaan tubuh yang terbatas disimpan pada suhu c konstan, suhu steady state di setiap titik di dalam tubuh juga sama dengan c. Masalah Neumann atau masalah nilai batas kedua
Diberikan Ω menjadi domain terbatas di Rn dengan batas halus ∂ Ω, dan biarkan n = n (x) menjadi vektor satuan luar normal doomega pada titik x. Biarkan f menjadi fungsi terdefinisi dan kontinu pada doomega. Cari fungsi u didefinisikan dan kontinu di Ωsehingga u harmonik di Ω dan sedemikian rupa sehingga luar biasa derivatif ∂ u/∂ n pada ∂ Ω sama dengan f.
Δu=0 , dalam Ω (4.3)
∂ u(x)
∂n=f (x ) , x∈∂ Ω (4.4)
44
Sebuah contoh fisik yang terkait dengan masalah Neumann ini, cari distribusi temperatur steady state yang stabil dalam tubuh isotropik homogen jika hukum fluks panas di permukaannya dikenal. Jika misalnya permukaan tubuh disekat , fungsi f di kondisi batas Neumann (4.4) adalah nol.
Contoh 4.3 Selesaikan masalah NeumannΔu=0 , dalam Ω
∂ u (x )
∂ n=0 , x∈∂ Ω
Dimana Ω domain terbatas di Rn dan jelas di semua fungsi konstan
u ( x )=cDimana c adalah setiap konstan, merupakan solusi dari masalah. Dengan
demikian, masalah ini memiliki takterhingga banyaknya solusi. Dalam hal contoh fisika kita ini berarti bahwa distribusi temperatur steady state dalam tubuh dengan permukaan yang disekat adalah konstan. Dalam rangka untuk menentukan suhu konstan ini cukup untuk mengetahui suhu tubuh pada satu titik.
Kombinasi kondisi batas Dirichlet dan Neumann juga muncul dalam masalah konduksi panas dan menyebabkan masalah nilai batas. Masalah Mixed (campuran) atau masalah nilai batas ketiga
Diberikan Ω menjadi domain terbatas di Rn dengan batas halus ∂ Ω, dan biarkan n = n (x) menjadi vektor satuan luar normal ∂ Ω pada x. Biarkan α , β, dan f menjadi fungsi yang diberikan didefinisikan dan terus menerus pada ∂ Ω. Cari u fungsi yang ditetapkan dan kontinu dalam Ω.
Tiga tujuan utama dari bab ini adalah sebagai berikut;1. Untuk menentukan kondisi di mana masalah nilai batas well-posed, yakni, masalah memiliki solusi unik yang tergantung terus menerus pada data batas.2. Untuk menggambarkan metode untuk menemukan solusi dari masalah well-posed/3. Untuk menentukan sifat umum dari solusi.
Perlu ditekankan bahwa tidak setiap masalah yang kelihatannya masuk akal well-posed Kita akan lihat misalnya bahwa Neumaan tidak memiliki solusi kecuali fungsi f adalah sedemikian rupa sehingga terpisahkan selama ∂ Ω sama dengan nol. Bahkan saat ini kondisi yang diperlukan keberadaan solusi dipenuhi, masalahnya mungkin memiliki solusi tak terhingga banyaknya seperti dalam kasus dengan masalah contoh 4.3. Sebagai contoh lain, masalah Dirichlet eksterior dalam dua variabel saling bebas memiliki takterhingga banyaknya solusi kecuali kita memaksakan kondisi bahwa solusi tersebut harus dibatasi.
Setelah kita tahu bahwa masalah well-posed kita dapat mencoba untuk menemukan solusinya. Kecuali bila masalahnya adalah khusus sederhana, kita tidak bisa berharap untuk menemukan rumus sederhana untuk solusi. Namun,
45
kami selalu dapat menemukan pendekatan numerik untuk solusi, mungkin dengan bantuan komputer.
Dalam studi masalah batas nilai yang berkaitan dengan persamaan Laplace ini linearitas operator Laplacian memainkan peran yang sangat penting. Misalkan misalnya bahwa u1 merupakan solusi dari masalah Dirichlet
Δu=0∈Ω ;u=f 1 on ∂ Ω
Dan u2 merupakan solusi dari masalah DirichletΔu=0∈Ω ;u=f 2 on ∂ Ω
Kemudian untuk setiap c1 dan c2 konstan dan kombinasi linear u=c1u1+c2u2 merupakan solusi dari masalah Dirichlet
Δu=0∈Ω ;u=c1 f 1+c2 f 2on ∂ Ω
Secara khusus, jika u1 dan u2 merupakan solusi dari masalah Dirichlet yang sama
maka perbedaan u=u1−u2 merupakan solusi dari masalah Dirichlet dengan data batas nol.
Δu=0∈Ω ;u=0 on ∂ Ω (4.7)Dengan demikian, untuk membuktikan keunikan solusi dari masalah Dirichlet (4.1), (4.2) itu sudah cukup untuk menunjukkan bahwa satu-satunya solusi untuk (4.7) adalah fungsi yang identik dengan nol.