PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN SKRIPSI (Declaration of Authorship) Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Antoni Bayu Prathama NPM : 2015420095 Alamat : Taman Modern Blok C7 no. 16, Cakung, Jakarta Timur Judul Skripsi : Arsitektur Gedung Sate Ditinjau dari Relasinya dengan Arsitektur Dinasti Mughal dan Candi Jawa dalam Tata Massa, Sosok dan Ornamen Dengan ini menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa : 1. Skripsi ini sepenuhnya adalah hasil karya saya pribadi dan di dalam proses penyusunannya telah tunduk dan menjunjung Kode Etik Penelitian yang berlaku secara umum maupun yang berlaku di lingkungan Universitas Katolik Parahyangan. 2. Jika dikemudian hari ditemukan dan terbukti bahwa isi di dalam skripsi ini, baik sebagian maupun keseluruhan terdapat penyimpangan-penyimpangan dari Kode Etik Penelitian antara lain seperti tindakan merekayasa atau memalsukan data atau tindakan sejenisnya, tindakan plagiarisme atau autoplagiarisme, maka saya bersedia menerima seluruh konsekuensi hukum sesuai ketentuan yang berlaku. Bandung, 12 Mei 2020 Antoni Bayu Prathama
33
Embed
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN SKRIPSI Declaration of …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN SKRIPSI
(Declaration of Authorship)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Antoni Bayu Prathama
NPM : 2015420095
Alamat : Taman Modern Blok C7 no. 16, Cakung, Jakarta Timur
Judul Skripsi : Arsitektur Gedung Sate Ditinjau dari Relasinya dengan
Arsitektur Dinasti Mughal dan Candi Jawa dalam Tata Massa,
Sosok dan Ornamen
Dengan ini menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa :
1. Skripsi ini sepenuhnya adalah hasil karya saya pribadi dan di dalam proses
penyusunannya telah tunduk dan menjunjung Kode Etik Penelitian yang
berlaku secara umum maupun yang berlaku di lingkungan Universitas Katolik
Parahyangan.
2. Jika dikemudian hari ditemukan dan terbukti bahwa isi di dalam skripsi ini,
baik sebagian maupun keseluruhan terdapat penyimpangan-penyimpangan
dari Kode Etik Penelitian antara lain seperti tindakan merekayasa atau
memalsukan data atau tindakan sejenisnya, tindakan plagiarisme atau
autoplagiarisme, maka saya bersedia menerima seluruh konsekuensi hukum
sesuai ketentuan yang berlaku.
Bandung, 12 Mei 2020
Antoni Bayu Prathama
i
Abstrak
ARSITEKTUR GEDUNG SATE DITINJAU DARI RELASINYA
DENGAN ARSITEKTUR DINASTI MUGHAL DAN CANDI
JAWA DALAM TATA MASSA, SOSOK DAN ORNAMEN
Oleh
Antoni Bayu Prathama
NPM: 2015420095
Gedung Sate menjadi sebuah objek arsitektur yang penting untuk diteliti, karena hingga
sekarang kondisi Gedung Sate masih kokoh berdiri, dan masih cukup terawat bila dibandingkan
dengan gedung-gedung kontemporer dengan fungsi publik di jaman yang sama.
Penelitian akan relasi antara Gedung Sate dengan arsitektur Mughal menjadi penting, karena
arsitektur Mughal menjadi arsitektur Muslim yang memiliki keunikannya sendiri, dapat terlihat
dengan jelas bahwa arsitektur Mughal ini menekankan simetri dan hierarki, terkenal dengan kubah
bulat, menara ramping dengan kubah di keempat sudutnya, ruang yang luas, gerbang berkubah besar
dan ornamen halus . Arsitektur ini memiliki kemiripan dalam prinsip tatanannya dengan Gedung
Sate. Arsitektur Candi Jawa menjadi faktor penting dalam penelitian ini, karena eksistensinya sudah
lama berada sebelum Belanda datang ke Indonesia, juga banyaknya peninggalan arsitektur Hindu
Jawa yang bertahan hingga sekarang (setelah melalui proses pemugaran, seperti candi).
Johan Gerber, sebagai seorang arsitek muda, di bawah pengaruh Berlage, juga dibawah
pengaruh aliran arsitektur Amsterdam School, mengikuti pendapat Schoemaker bahwa sebuah
produk arsitektur di Hindia Belanda harus melihat India sebagai contoh. Dengan demikian, juga
didukung kebutuhan monumentalisme Gedung Sate sebagai calon pusat pemerintahan baru ibukota,
maka menjadikan arsitektur Mughal sebagai referensi, didukung dengan elemen-elemen arsitektur
dari candi-candi di Jawa.
Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui bagaimana percampuran arsitektur Mughal dan
Candi Jawa dalam arsitektur Gedung Sate. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, data
diperoleh dari studi literatur, pengamatan langung ke lapangan.
Diperoleh kesimpulan bahwa Gedung Sate merupakan bangunan dengan arsitektur Mughal
yang di-Jawa-kan. Tata massa dan sosok Gedung Sate condong ke arsitektur Dinasti Mughal, dan
ornamen Gedung Sate condong ke arsitektur candi-candi di Jawa.
Kata-kata kunci: Gedung Sate, Mughal, candi Jawa, Johan Gerber
ii
iii
Abstract
GEDUNG SATE ARCHITECTURE STUDY REVIEWED FROM
THE RELATIONSHIP WITH MUGHAL AND JAVA TEMPLE IN
MASS, SOSOK AND ORNAMENT PROCEDURES
by
Antoni Bayu Prathama
NPM: 2015420095
Gedung Sate is an important architectural object to be investigated, because until now the
condition of Gedung Sate is still strong standing, and it is still quite well maintained when compared
to contemporary buildings with public functions in the same era.
Research on the relationship between Gedung Sate and Mughal architecture is important,
because Mughal architecture is a Muslim architecture that has its own uniqueness, it can be clearly
seen that this Mughal architecture emphasizes symmetry and hierarchy, famous for its round domes,
slender towers with domes in all four corners, spaces spacious, large domed gate and delicate
ornamentation. This architecture bears a resemblance to the principle of its arrangement with
Gedung Sate. Javanese temple architecture is an important factor in this study, because its existence
was long before the Dutch came to Indonesia, also the many relics of Javanese Hindu architecture
that have survived until now (after going through a process of restoration, such as the temple).
Johan Gerber, as a young architect, under the influence of Berlage, also under the influence
of the Amsterdam School of architecture, followed Schoemaker's opinion that an architectural
product in the Dutch East Indies should look to India as an example. Thus, it is also supported by
the monumentalism needs of Gedung Sate as a candidate for the capital's new central government,
thus making Mughal architecture as a reference, supported by architectural elements from temples
in Java.
The purpose of this study is to find out how the mixing of Mughal architecture and Javanese
temple in Gedung Sate architecture.
The method used is descriptive qualitative, data obtained from literature studies, direct
observations to the field.
It was concluded that Gedung Sate is a building with Javanese Mughal architecture. The
mass arrangement and the figure of Gedung Sate leaned to Mughal Dynasty architecture, and the
ornaments of Gedung Sate leaned to the architecture of temples in Java.
Keywords: Gedung Sate, Mughal, Javanese Temple, Johan Gerber
iv
v
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
Skripsi yang tidak dipublikasikan ini, terdaftar dan tersedia di Perpustakaan
Universitas Katolik Parahyangan, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak
cipta ada pada penulis dengan mengikuti aturan HaKI dan tata cara yang berlaku di
lingkungan Universitas Katolik Parahyangan.
Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan
hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk
menyebutkan sumbernya.
Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh skripsi haruslah seijin
Rektor Universitas Katolik Parahyangan.
vi
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir Fakultas
Teknik Program Studi Arsitektur, Universitas Parahyangan. Selama proses penelitian
berlangsung, penulis mendapatkan bimbingan, arahan, dukungan, dan saran. Untuk itu rasa
terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:
Dosen pembimbing, Bapak Dr. Rahadhian Prajudi Herwindo, S.T., M.T. atas
saran, pengarahan, dan masukan yang telah diberikan serta berbagai ilmu yang
berharga.
Dosen penguji, Bapak Dr. Yuswadi Saliya, Ir., M.Arch dan Ibu Indri Astrina, ST.,
MA. atas masukan dan bimbingan yang diberikan.
Orang tua yang telah menyemangati dan mendoakan selama proses pengerjaan
skripsi
Ibu Dr. Ing. Ir. Himasari Hanan MAE. atas saran dan pandangannya terhadap
Gedung Sate juga candi-candi di Jawa sehingga skripsi ini dapat lebih dalam
dibahas
Rekan-rekan kelompok sidang KBI STEFA 3 atas suasana kondusif dan dukungan
yang diberikan selama proses skripsi ini
Dan yang terakhir namun tidak kalah pentingnya, Clarissa atas semangat dan
dukungan yang telah diberikan dari awal hingga akhir proses pengerjaan tugas
Gedung Sate (Departement van Gouvernmentsbedrijven) adalah gedung dinas
Gubernur Jawa Barat. Gedung Sate selesai dibangun pada tahun 1920, didesain oleh Ir.
Johan Gerber, seorang arsitek Belanda. Nama ‘Gedung Sate’ sendiri diambil dari salah satu
atribut gedung yang menyerupai sate di bagian teratas gedung. Desain Johan Gerber
dianggap paling cocok untuk Gedung Sate karena desain Gerber dianggap memprioritaskan
sintesa arsitektur lokal dan non-lokal.
Pengaruh arsitektur lokal di dalam Gedung Sate yaitu arsitektur candi-candi Jawa.
Di sisi lain, ada kesenian Dinasti Mughal1 yang masuk sebagai sebuah faktor kebudayaan
ke Indonesia. Bagaimana Gerber menggunakan arsitektur Mughal untuk berdialog dengan
arsitektur Candi Jawa menjadi sebuah faktor penting dalam pemilihan penelitian ini.
Permasalahan yang ada dengan perancangan Gedung Sate ini adalah kurangnya data
sejarah, baik konsep maupun Johan Gerber. Johan Gerber, seorang arsitek muda lulusan
Universitas Delft di Belanda tahun 1917, merupakan seorang arsitek muda yang dinilai
brilian, dapat dilihat dari penunjukkannya sebagai arsitek anggota kelompok perancang
kompleks Departement van Gouvernmentsbedrijven.
Gambar 1.1. Sebuah surat kabar di Belanda yang memuat berita tentang Johan Gerber
Sumber: Google Image
1 Kesultanan Mughal, Mogul, atau bisa juga disebut Kerajaan Moghul. Banyak nama namun tetap satu kerajaan.
2
Seperti pada gambar surat kabar memuat berita duka di Belanda tersebut, pada kotak
merah ditulis: “Ir. Johan Gerber lahir 6 Desember 1885. Ia belajar arsitektur di
Universitas Teknologi Delft dan sebagai insinyur struktural ia berangkat pada 1917 ke
departemen perusahaan pemerintah di Bandoeng. Beberapa tahun kemudian dia kembali
dari Indie untuk menjadi direktur kotamadya…..”
Sebagai seorang arsitek muda, Gerber tidak memiliki portofolio karya-karya apa saja
yang telah dirancang olehnya. Pada kesempatan ini diketahui bahwa proyek Departement
van Gouvernmentsbedrijven merupakan proyek pertama Gerber, sedangkan arsitek
maupun biro lain yang mengikuti sayembara ini mayoritas sudah berada di Hindia Belanda
sejak lama dan sudah memiliki banyak proyek dan gayanya sendiri. Menjadi sebuah
kewajaran bahwa banyak pandangan dan komentar tak sependapat yang ditujukan kepada
Gerber karena hasil rancangannya tersebut.
Namun yang menjadi menarik dalam peristiwa ini adalah kondisi Belanda maupun
Hindia Belanda yang berada pada masa transisi menuju masyarakat Belanda yang lebih
menghargai kebudayaan lokal negara jajahannya, seperti Indonesia. Dengan adanya
perubahan di kalangan arsitek dan adanya dukungan pemerintah membuat berkembangnya
arsitektur yang mengimplementasikan adanya penghargaan terhadap elemen lokalitas
tempat berdirinya sebuah karya arsitektur.
Gedung Sate menjadi sebuah objek arsitektur yang penting untuk diteliti, karena
hingga sekarang kondisi Gedung Sate masih kokoh berdiri, dan masih cukup terawat bila
dibandingkan dengan gedung-gedung kontemporer dengan fungsi publik di jaman yang
sama.
Menurut Purnama Salura dan Bachtiar Fauzy, Gedung Sate memiliki tatanan
keseimbangan antara relasi antar bagian dan keseluruhan bangunan, tatanan itu antara lain:
axis, datum, repetisi, dan ritme. Sementara inti dari penerapan tatanan ini adalah
keseimbangan yang diterapkan pada hierarki bangunan.
Gambar 1.2. Gedung Sate
Sumber: Wikipedia
3
Fenomena yang ada bahwa sering ditemukannya kemiripan antara Gedung Sate
dengan gedung-gedung formal2 hasil peninggalan Dinasti Mughal.
Mughal, suku nomaden dari Asia Tengah, terkenal akan penjarahannya ke berbagai
daerah. Setelah mereka melepaskan gaya hidup nomaden mereka dan mulai mencari tempat
untuk menetap, mengganti kepercayaan mereka dari animisme menjadi Islam, bangsa
Mughal mengambil berbagai gaya arsitektur dari banyak daerah, paling terlihat yaitu Iran
dan Samarkand. Kebudayaan mereka mencapai puncaknya pada tahun 1628 hingga tahun
1707.
Peninggalan arsitektur utama dari bangsa Mughal yaitu makam, istana, masjid,
benteng, dan taman. Salah satu objek arsitektur yang menunjukkan gaya arsitektur klasik
Mughal yaitu Masjid Agung di Fatehpur Sikri3.
Gambar 1.3. Masjid Agung di Fatehpur Sikiri
Sumber: Wikipedia
Penelitian akan relasi antara Gedung Sate dengan arsitektur Mughal menjadi
penting, karena arsitektur Mughal menjadi arsitektur Muslim yang memiliki keunikannya
sendiri, dapat terlihat dengan jelas bahwa arsitektur Mughal ini menekankan simetri dan
hierarki, terkenal dengan kubah bulat, menara ramping dengan kubah di keempat sudutnya,
ruang yang luas, gerbang berkubah besar dan ornamen halus4. Arsitektur ini memiliki
kemiripan dalam prinsip tatanannya dengan Gedung Sate.
Salah satu faktor yang membuat arsitektur Mughal tidak terlalu signifikan dalam
penelitian – juga banyak arsitektur lokal dalam daerah-daerah di Asia lainnya, adalah
banyaknya penulis – yang berasal dari Eropa dan dunia barat – mengikuti kebiasaan orang
2 Gedung formal yang dimaksud yaitu dengan fungsi pemerintahan dan memiliki relasi dengan raja, seperti
istana, masjid (karena kerajaan islam), dan makam raja-raja. 3 Mughal Architecture and Gardens, Guha, Martin 4 https://www.indiapicks.com/annapurna/S_Mughal.htm, diakses tanggal 4 Februari 2020, pukul 20:00 WIB.