PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Herly Novitasari NIM : 106070002245 Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Spiritualitas Dengan Kinerja Karyawan PT. Heriromadiali” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang- Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan karya orang lain Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya. Jakarta, 21 Juni 2010 Herly Novitasari NIM : 106070002245 Email : [email protected]
78
Embed
PERNYATAAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2066/1/HERLY... · Nama : Herly Novitasari . NIM : ... penulis mendapatkan banyak pengalaman
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Herly Novitasari
NIM : 106070002245
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Antara
Spiritualitas Dengan Kinerja Karyawan PT. Heriromadiali” adalah benar
merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan
skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-
Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan karya
orang lain
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
(A) Fakultas Psikologi (B) Juni 2010 (C) Herly Novitasari (D) Hubungan Antara Spiritualitas Dengan Kinerja Karyawan PT.
Heriromadiali. (E) xi + 62 Halaman + 8 lampiran (F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara spiritualitas
(Meaning, connected, transcendence, value, becoming) dengan kinerja karyawan PT. Heriromadiali. Dalam sebuah perusahaan, kinerja para karyawan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan. Spiritualitas dapat meningkatkan kinerja karyawan, dikarenakan dengan nilai-nilai spiritualitas, maka terjadi perubahan sikap mental karyawan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional pada karyawan PT. Heriromadiali, dimana populasi berjumlah 180 karyawan dengan jumlah sampel dalam penelitian ini melibatkan 60 karyawan yang ditentukan dengan menggunakan teknik simple random sampling, yaitu metode yang memberikan hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Untuk instrumen pengumpulan data, digunakan skala spiritualitas dan skala kinerja. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik regresi berganda dengan menggunakan program SPSS versi 16,0 pada komputer.
Dari hasil perhitungan, diketahui F hitung sebesar 7, 819 pada taraf signifikansi 0,000 (dimana 0,000< 0,005) dengan F tabel sebesar 2,52 dengan demikian F hitung > dari F tabel (7,819> 2,52) sehingga keputusannya adalah menerima hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara spiritualitas (meaning, connected, transendence, value, becoming) dengan kinerja karyawan dan diperoleh prosentase pengaruh dengan koefisien determinasi (R Square) sebesar 42%, dengan sisanya sebesar 58% berasal dari variabel lain diluar indikator-indikator spiritualitas. Dari kelima aspek spiritualitas, diketahui bahwa yang memberikan hubungan positif terbesar ialah aspek meaning sebanyak 21%, sedangkan aspek value dan becoming memberikan pengaruh atau kontribusi positif yang terkecil yaitu sebesar 0,1%.
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran untuk pimpinan perusahaan hendaknya memfasilitasi karyawan dengan kegiatan atau suasana kerja yang dapat memunculkan lingkungan kondusif untuk karyawan memahami dan meningkatkan spiritualitas dalam bekerja sehingga akan berdampak pada meningkatnya kinerja karyawan. Salah satu contohnya dengan mengadakan training bertajuk meningkatkan spiritualitas dalam dunia kerja.
Untuk para karyawan, hendaknya untuk lebih meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai dalam mensinergikan antara tujuan hidup dengan bekerja.
(G) Daftar Pustaka : 25 (1979 – 2009) + 4 Jurnal (2003, 2007 dan 2010).
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam, yang telah menghamparkan bumi
tanpa batas dan mendirikan langit tanpa tiang penyangga, yang menguasai kerajaan langit dan
bumi, yang memberikan begitu banyak kenikmatan iman, kenikmatan islam, dan hidayah-Nya
kepada kita semua.
Shalawat teriring salam kepada qudwah hasanah, Nabi Muhammad SAW yang telah
mengajarkan kita mengenai indahnya nilai-nilai islam, yang membawa risalah kebenaran kepada
umat manusia, membawa cahaya kebenaran, rahmatan lil’alamin, kepada keluarga beliau, dan
para sahabatnya serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Syukur Alhamdullilah dihaturkan atas terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak luput
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph. D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta
jajarannya.
2. Dosen-dosen pembimbing yaitu Bapak Prof.DR.Abdul Mujib,M. Ag dan Bapak Miftahuddin
M.Si yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan saran dengan kesabaran serta
memberikan dukungan yang membuat penulis merasa sangat beruntung karena arahan dan
bimbingan yang diberikan terasa sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. Cholilludin, MA selaku Dosen pembimbing akademik.
4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan.
iii
5. Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan dan perpustakaan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Direktur PT. Heriromadiali dengan seluruh jajaran staffnya yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian disana.
7. Kedua orang tua penulis, papa yang penulis yakin walau tidak banyak kata yang diucapkan
namun selalu mendoakan dalam setiap shalatnya. Juga untuk mama yang sangat mahir dalam
memberikan dukungan kepada penulis serta meyakinkan bahwa mama memiliki kekuatan
berupa doa seorang ibu kepada anaknya.
8. Aa yang dengan perhatian dan pengorbanannya selalu bersedia memberikan bantuan disaat
penulis membutuhkannya. Mia dan icha, kedua adik yang selalu memberikan dukungan
kepada penulis dengan bertanya kapan kakak lulus kuliah. Engkong yang dengan baik selalu
bersedia membantu saat penulis membutuhkannya, juga untuk bibi yang juga turut
mendoakan penulis agar dimudahkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua keluarga besar yang telah mendoakan penulis.
10. Keluarga besar LDK SYAHID UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan LDK Komda Psikologi
yang dengan adanya kalian, penulis mendapatkan banyak pengalaman dari arti sebuah
persahabatan, perjuangan, dan pengorbanan.
11. Keluarga besar Kongres Mahasiswa Universitas (KMU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
periode 2007-2008.
12. Keluarga besar Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPMU) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta periode 2008-2009.
13. Keluarga besar Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada angkatan firdaus.
iv
14. Keluarga besar Ikatan Alumni Muslim At-Tarbiyah (ILMA) SMAN 6 Bogor.
15. Keluarga besar DPP PIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2009-2010, mba ulfah dan
anis terima kasih untuk dukungan dan kerjasama yang terjalin dengan baik.
16. Teman-teman kelompok KKL dan keluarga besar RSKJDG, dimana kita melewatkan waktu
bersama dan belajar memahami tentang makna kehidupan dan dinamika sebuah persahabatan.
17. Teman-teman fakultas psikologi angkatan 2006, khususnya kelas C dan juga sahabat-sahabat,
teh Erna, Wenny, ka Indra, teh Ina, ka Hari, Mira, Tika, Diana, Nuy, dan Reta, yang turut
merangkai guratan-guratan garis kenangan di kanvas hidup penulis, yang dengannya jadi
lebih terasa penuh warna.
18. Teman-teman kostan ibu Zul, mba liya, mba zum, nurul, arie haura, eni, reni, kaha, ida, huda,
nisa dan mayang dimana kita menghabiskan waktu bersama di kostan dalam suka dan duka.
19. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral serta pengertian
mereka penulis bisa menyelesaikan laporan ini. Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan
semoga pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan yag berlipat
ganda dari Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberika manfaat khususnya bagi
Source: Adapted from M. Blumberg and C.D. Pringle, “The Missing Opportunity Organizational Research: Some Implications for a Theory of Work Performance,”Academy of Management Review, October 1982, p. 565.
in
E X H I B I T 6–9
Gambar 2.1 Dimensi Kinerja Sumber: Organisational Behavior
Leading and Managing in Australia and New Zeland 3rd Ed. (2001).
13
1. Aspek kemampuan (Ability)
Menurut Gibson, Ivancevich dan Donnely (2000), ability ialah karakter yang
menyebabkan seseorang mampu melakukan sesuatu baik secara psikologis
maupun fisiologis. Menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2000)
kemampuan terdiri dari knowledge + skill sehingga ability termasuk pendidikan
yang memadai untuk pekerjaan dan terampil dalam mengerjakan tugas sehari-
hari. Dengan demikian perlu juga untuk menempatkan karyawan sesuai dengan
keahliannya.
2. Aspek Motivasi (Motivation)
Robbins (1992) mengatakan salah satu dari pengertian definisi (tanpa
mengurangi makna substansinya) ialah bersemangat untuk melakukan sesuatu,
dan merupakan kondisi yang disebabkan oleh kemampuan bertindak untuk
kepuasan beberapa kebutuhan. Menurut Mangkunegara (2000) Motivasi
diartikan sebagai suatu (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja
(situation) di lingkungan organisasinya.
3. Aspek Peluang (Opportunity)
Peluang merupakan fungsi dari tiadanya rintangan-rintangan yang
mengendalakan karyawan itu (Rivai, 2005). Mangkunegara (2000) memiliki
pendapat yang sama dengan teori konvergensi dari Willian Stern yang
mengatakan bahwa kinerja terkait dengan lingkungan organisasinya. Lingkungan
14
organisasi yang dimaksud ialah kondisi fisik meliputi sistem kerja, peraturan. Dan
perlengkapan kerja meliputi sistem upah dan pelatihan.
2.1.3 Faktor-Faktor Kinerja Karyawan
Proses kinerja dalam sebuah perusahaan atau organisasi dapat dipengaruhi
oleh banyak faktor. Menurut Rivai (2005) berikut adalah faktor-faktor yang
terkait dengan kinerja, yaitu:
a. Kebutuhan yang dibuat pekerja.
Kinerja individu dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu
sendiri ialah perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa
suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan
mampu memuaskan kebutuhannya
b. Tujuan yang khusus.
Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan organisasi untuk dicapai. Setiap
organisasi, tim ataupun individu dapat menentukan tujuannya sendiri. Sesuai
dengan jenjang organisasi yang dimiliki, selanjutnya tujuan yang dirumuskan
dirinci lebih lanjut menjadi tujuan di tingkat yang lebih rendah. Apabila orang
mengetahui dan memahami apa yang diharapkan dari mereka dan mengambil
bagian dalam membentuk harapan tersebut, mereka akan memberikan usaha
terbaiknya untuk mendapatkannya (Wibowo, 2007).
15
c. Komitmen
Menurut Wibowo (2007) bawahan akan meningkat kinerjanya apabila
mempunyai komitmen terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya.
d. Umpan balik
Umpan balik memungkinkan pengalaman yang diperoleh dari pekerjaan
oleh individu dipergunakan untuk memodifikasi tujuan organisasi. Dengan
demikian, umpan balik juga dapat dipergunakan untuk meninjau kembali
perencanaan kinerja (Wibowo, 2007).
e. Situasi
Kinerja suatu organisasi juga dipengaruhi oleh lingkungan kerja atau
situasi kerja dimana situasinya dapat memberikan kenyamanan sehingga
mendorong kinerja karyawan. Juga termasuk bagaimana kondisi hubungan
antarmanusia di dalam organisasi, baik antara atasan dengan bawahan maupun
diantara rekan sekerja (Wibowo, 2007).
f. Pembatasan.
Sistem penilaian memerlukan standar kinerja yang mencerminkan
seberapa jauh keberhasilan sebuah pekerjaan telah berhasil dicapai. Agar
efektif, standar perlu berhubungan dengan hasil yang diinginkan dari tiap
pekerjaan. Hal tersebut dapat diuraikan dari analisis pekerjaan dengan
16
menganalisis hubungannya dengan kinerja karyawan saat sekarang. Untuk
menjaga akuntabilitas karyawan, harus ada peraturan-peraturan tertulis dan
diberitahukan kepada karyawan (Rivai, 2009).
g. Ketekunan.
Menurut Robert dan John (2006) banyak faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan individual, usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi
yang diterimanya. Sebagian unit SDM dalam organisasi ada untuk
menganalisis dan menyampaikan bidang ini. Peran yang sebenarnya dari unit
SDM dalam organisasi ”seharusnya” tergantung pada apa yang diharapkan
oleh manajemen atas. Sehubungan dengan fungsi manajemen manapun,
aktivitas manajemen SDM harus dikembangkan, di evaluasi, dan diubah bila
perlu sehingga mereka dapat memberikan kontribusi pada kinerja kompetitif
organisasi dan individu di tempat kerja.
Menurut A. Dale Timple dalam Mangkunegara (2000), faktor-faktor kinerja
terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (disporsisional)
yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang, misalnya seseorang itu
tipe pekerja keras. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
seseorang yang berasal dari lingkungan seperti perilaku, sikap dan tindakan-
tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi.
Faktor internal dan faktor eksternal ini merupakan jenis-jenis atribusi yang
mempengaruhi kinerja seseorang.
17
Menurut Mangkunegara (2000),Kinerja individu akan tercapai apabila
didukung oleh atribut (individu), upaya kerja (work effort) dan dukungan
organisasi.
2.1.4 Langkah-langkah peningkatan kinerja
Robert Bacal dalam Mangkunegara (2000) menerangkan 24 (dua puluh
empat) poin praktis untuk meningkatkan kinerja karyawan sebagai berikut:
1. Membuat pola pikir yang modern.
Pimpinan harus meninggalkan cara dan gagasan lama tentang cara
menyelesaikan pekerjaan, seperti mengancam, membujuk, mengintimidasi,
menyalahkan, menyerang kepribadian dan sikap karyawan. Pimpinan
menggunakan pola pikir yang modern dengan tujuan mengoptimalkan
keberhasilan karyawan atau kelompok kerja dengan memberikan panutan
dalam hal waktu dan usaha, membegi tanggung jawab dengan komunikasi dua
arah dan menemukan kebijaksanaan karyawan.
2. Kenali manfaat.
Para manajer biasanya cenderung melompati proses manajemen kinerja
karena belum mengerti akan manfaatnya. Padahal manajemen kinerja dapat
digunakan untuk memastikan bahwa setiap pekerjaan karyawan berkontribusi
bagi sasaran kelompok kerja, sehingga dapat mengurangi pengawasan,
meningkatkan produktivitas, dan tindakan mendokumentasikan masalah
maupun penyelesaiannya.
18
3. Kelola kinerja
Yang paling penting ialah merencanakan kinerja dan
mengkomunikasikannya berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data yang
dimiliki termasuk rintangan-rintangan atau hambatan yang telah dan akan
dihadapi.
4. Bekerjalah bersama karyawan.
Karyawan merupakan kontributor sejajar dalam proses manajemen
kinerja, karena karyawan harus menjadi peserta aktif dan antusias dengan
menjalankan setiap proses kerja sesuai dengan ketentuan yang telah
diinformasikan sehingga keterlibatannya akan membangun rasa memiliki dan
tanggung jawab. Dalam hal ini, karyawan tidak merasa diperintah sehingga
konfrontasi atau konflikpun akan berkurang.
5. Rencanakan secara tepat dengan sasaran jelas.
Perencanaan kinerja yang tepat dan sasaran yang jelas sehingga dapat
diukur dalam hasil pencapaiannya sehingga karyawan mengerti tujuan mana
yang paling penting dan yang kurang penting untuk menentukan prioritas
pekerjaan yang akan dilakukan.
6. Satukan sasaran karyawan.
Keseluruhan proses manajemen kinerja akhirnya akan menjadi usaha
yang sia-sia bila sasaran dan tanggung jawab karyawan tidak langsung
dihubungkan dengan sasaran dan misi kelompok kerja. Logikanya adalah bila
tiap karyawan mencapai sasaran maka kelompok kerjanya juga mencapai
sasaran yang ditugaskan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh
19
organisasi secara keseluruhan, sehingga semua karyawan akan terlibat, dan
memperoleh lebih banyak kepuasan dalam melakukan pekerjaannya.
7. Tentukan insentif kinerja.
Insentif sedikit berbeda dengan imbalan yang akan selalu diberikan bila
karyawan melakukan kinerja normal, sedangkan insentif bila melakukan
pekerjaan dengan kinerja yang luar biasa. Bentuk insentif bisa berupa bonus,
pertimbangan promosi, atau sedikit kenaikan upah.
8. Jadilah orang yang mudah ditemui.
Komunikasi yang dilakukan secara dua arah merupakan tulang punggung
manajemen kinerja yang efektif dimana komunikasi harus diarahkan pada
pengenalan dan pemecahan bukannya untuk menyalahkan. Dengan demikian,
karyawan percaya dan dengan tanggapan pada setiap masalah yang dilakukan
akan didapatkan informasi terus menerus yang berguna untuk menghilangkan
hambatan-hambatan pada proses pekerjaan untuk mencapai sasaran organisasi
yang telah ditetapkan.
9. Berfokuslah pada komunikasi.
Komunikasi merupakan bagian penting untuk membangun relasi dan
menciptakan suatu kerjasama yang harmonis.
10. Lakukan tatap muka.
Penggunaan teknologi seperti sistem informasi berbasis computer yang
dikembangkan memang bermanfaat untuk mempercepat proses pekerjaan
yang dilakukan. Tetapi, jangan sampai program computer mengurangi
interaksi langsung antar karyawan baik untuk atasan mapun untuk bawahan,
20
karena program computer hanya berguna untuk menyimpan informasi dan
data yang relevan serta mempercepat proses kerja.
11. Hindarkan resiko pemeringkatan.
Pemeringkatan tidak selalu berhubungan dengan perilaku spesifik
sehingga akan bersifat subjektif dan kadang tidak memberikan informasi yang
spesifik. Karena itu jelaskan arti dari setiap peringkat sebelum pemerngkatan
dilakukan dan diskusikan maknanya sera tanyakan pemahamannya pada
setiap karyawan mengenai pemeringkatan tersebut.
12. Jangan lakukan penggolongan.
Penggolongan karyawan sebagai salah satu ukuran produktivitas tidaklah
lumrah, karena sistem ini dalam jangka pendek akan mendorong sebagian
karyawan untuk bekerja lebih keras, aktif dan sebagian lagi sebaliknya,
sehingga akan mengganggu kerja karyawan lain.
13. Persiapkan penilaian.
Peninjaun kinerja harus dipersiapkan secara detail mulai dari sistem
manajemen kinerja, seperti deskripsi pekerjaan, tanggung jawab kerja,
rencana kerja yang terlaksana berdasarkan dokumentasi yang ada dan terkait
satu sama lain.
14. Awali tinjauan secara benar.
Penilaian kinerja bagi karyawan merupakan pengalaman yang tidak
menyenangkan, karena menganggap penilaian tidak membantu karyawan
dalam mencapai sasaran pekerjaan. Oleh karena itu, ciptakanlah iklim dimana
karyawan merasa nyaman, aman dan mau mengerti tentang penilaian kinerja.
21
15. Kenali sebab.
Analisis penyebab kenapa kinerja tidak maksimal sehingga diketahui
dengan cepat masalahnya untuk diperbaiki atau dioptimalkan secara akurat.
16. Akui keberhasilan.
Karyawan yang berhasil harus diperhatikan, diakui, dan dihargai sehingga
akan terus melakukannya, memberikan kontribusi dan rela berkorban untuk
pekerjaan yang dilakukan secara maksimal.
17. Gunakan komunikasi yang kooperatif.
Komunikasi dengan menggunakan bahasa yang kooperatif akan
mengurangi konflik dan karyawan tidak merasa bersalah sehingga dapat
bekerja dengan rasa aman, nyaman dan tenang.
18. Berfokuslah pada komunikasi dan hasil.
Sikap dan kepribadian karyawan tidak akan mempengaruhi keberhasilan
kerja, karena sikap tidak dapat diamati langsung. Oleh sebab itu, perhatian
utama harus ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja yang
merupakan hasil dan perilaku karyawan.
19. Perjelas kinerja.
Karyawan memerlukan umpan balik yang tetap dan spesifik seputar
kinerja, sehingga dapat diketahui saat mana kinerjanya sangat baik dan dapat
ditingkatkan.
20. Perlakukan konflik dengan apik.
Ketidaksetujuan dan konflik adalah hal yang normal dalam hubungan
antara dua belah pihak dan justru sebenarnya khawatir bila tidak pernah
22
terjadi konflik atau ketidaksetujuan. Oleh karena itu, bila hal tersebut terjadi,
jangan gunakan faktor kekuasaan tetapi identifikasi masalah lebih awal untuk
dapat mempercepat proses pemecahan masalah dan menemukan jalan keluar
yang terbaik.
21. Gunakan disiplin bertahap.
Mendisplinkan karyawan bukan berarti menghukum karyawan, tetapi
merupakan proses untuk menjaga agar karyawan tetap bertanggung jawab
terhadap tindakannya dengan menerapkan konsekuensi, seperti percobaan,
penurunan pangkat atau skorsing secara bertahap sesuai dengan jenis
pelanggaran yang dibuat.
22. Kinerja dokumen.
Dokumentasi setiap informasi tentang kinerja karyawan baik itu
mengenai kinerja, catatan-catatan permasalahan kinerja maupun tindakan
indispliner yang dapat digunakan untuk bahan kajian dan perbaikan bagi
karyawan maupun atasan.
23. Kembangkan karyawan.
Di tempat kerja yang terus mengalami perubahan, keahlian yang
dibutuhkan bagi keberhasilan karyawan pun akan berubah sepanjang waktu.
Untuk itu, kembangkanlah karyawan sesuai dengan keahliannya.
24. Tingkatkan terus sistem kerja.
Tingkatkan terus sistem manajemen kinerja sehingga tidak merusak
kredibilitas manajemen dengan memodifikasinya sesuai dengan hambatan
yang ditemui selama perencanaan kinerja dilaksanakan.
23
2.2 Spiritualitas
2.2.1 Pengertian Spiritualitas
Spiritualitas diartikan sebagai aspek penting dalam eksistensi manusia yang
berhubungan dengan struktur yang memberikan makna secara signifikan dan
mengarahkan hidup seseorang dan dapat membantu seseorang menghadapi
perubahan dalam hidup. Hal ini dikaitkan dengan pencarian makna, tujuan,
pengetahuan diri, hubungan yang bermakna, cinta dan kesadaran akan nilai-nilai
suci. Ini mungkin atau tidak mungkin berkaitan dengan sistem agama secara khusus
(Swinton and Pattison dalam Gilbert, 2007).
Salah satu kajian yang paling menarik adalah dalam buku seratus tokoh yang
paling berpengaruh dalam sejarah karya Michael H.Hart dimana ia menyusun 100
anak manusia yang diyakininya menentukan arahnya sejarah. Perlu ditegaskan,
mereka-mereka itu bukanlah manusia-manusia dalam artian ”terbesar”, tetapi paling
berpengaruh dalam sejarah (satu parameter yang paling efektif). Hasil kerja Hart itu
memberikan hasil untuk 6 tokoh teratas adalah : Nabi Muhammad, Issac Newton,
Nabi Isa, Budha, Kong Hu Cu, dan St. Paul. Lima dari enam tokoh teratas itu adalah
tokoh-tokoh agama, para pemimpin spiritual. Jelaslah bahwa manusia yang
menentukan arahnya sejarah adalah manusia yang memiliki kualitas spiritual tinggi.
(Nggermanto, 2001)
Berdasarkan beberapa definisi mengenai spiritualitas di atas, maka penulis
menyimpulkan bahwa spiritualitas adalah aspek penting berupa semangat atau energi
24
dalam diri seseorang yang dapat memberikan makna secara signifikan dan
mengarahkan hidup seseorang untuk mencapai eksistensi diri.
2.2.2 Aspek-Aspek Spiritualitas
Swinton and Pattison dalam Gilbert (2007) menjelaskan tentang dimensi
spiritualitas, yaitu:
1. Meaning (Makna)
Signifikansi ontology dalam hidup, membuat dan merasakan situasi kehidupan
juga mencapai eksistensi diri yang berasal dari tujuan hidup (Swinton dan Pattison
dalam Gilbert, 2007). Danah zohar dan Ian Marshall (2005) mengatakan bahwa
kesadaran diri berarti mengetahui apa yang diyakini oleh seseorang dan mengetahui
hal apa yang sungguh-sungguh akan mendorong yang paling dalam dari dirinya dan
juga kesadaran akan tujuan hidup yang paling dalam dari diri seseorang.
2. Connected (Tersambung atau terhubung)
Swinton dan Pattison dalam Gilbert (2007) menjelaskannya sebagai hubungan
yang terjalin dengan diri, orang lain, dan Tuhan (kekuatan terbesar). Shilston (2003)
menuliskan bahwa jika seseorang bisa fokus, menjaga komunikasi dan mampu
merencanakan maka hal tersebut akan membantunya dalam menyeimbangkan kinerja
maksimum.
25
3. Transcendence (Transenden)
Swinton dan Pattison dalam Gilbert (2007) menjelaskannya sebagai pengalaman
dan apresiasi di luar diri, serta memperluas batas-batas diri. Danah Zohar dan Ian
Marshall (2005) menjelaskannya sebagai rasa keterpanggilan untuk melayani sesuatu
yang lebih besar dibandingkan dengan dirinya sendiri dan berterima kasih kepada
orang lain
4. Value (Nilai)
Kepercayaan dan standar yang dihargai harus berurusan dengan kebenaran,
keindahan, nilai pikir, objek atau perilaku, dan seringkali didiskusikan sebagai nilai
akhir (Swinton dan Pattison dalam Gilbert, 2007). Value didefinisikan sebagai
bagian dari kepercayaan yang mengatur tentang cara berperilaku dalam memenuhi
keinginan terdalamnya. Puncak dari sebuah nilai ialah kerjasama dan dukungan yang
dirasakan terutama dengan relasi, produktif dan kinerja inovatif yang berimplikasi
pada kegembiraan orientasi keinginan dan kebutuhan diri sendiri (Rokeach dalam
Robert, 2004).
5. Becoming (Menjadi)
Swinton dan Pattison dalam Gilbert (2007) menjelaskannya mengembangkan
tuntutan hidup atas refleksi dan pengalaman, termasuk rasa yang ada dan bagaimana
seseorang tersebut mengetahui dan mendapatkannya. Dalam Danah zohar dan Ian
Marshall (2005) menyebutnya sebagai rekontekstualisasi, yaitu sistem-sistem yang
26
membingkai ulang perkembangan internal ketika melaksanakan rekontekstualisasi
(mempelajari ulang) batas-batas dan sifat lingkungan mereka.
2.2.3 Faktor-faktor spiritualitas
Swinton dan Pattison dalam Gilbert (2007) menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi spiritualitas yaitu:
The Diamond of Self and Others
Gambar 2.2 The Diamond of Self and Others (Gilbert 2005)
Dari gambar di atas, dimana penjelasannya ialah bahwa pada dasarnya diri
seseorang itu memiliki empat keterkaitan, yaitu:
27
1. Diri : Identitas, kesadaran, berpusat pada nilai-nilai inti, memperoleh
keseimbangan antara yang sedang dan akan terjadi.
2. Di luar dirinya : Tuhan, filosofi, dan sistem nilai
3. Orang lain : Keluarga, teman, kolega, dan jaringan dukungan
4. Dunia fisik: Pemandangan, pemandangan laut, dunia animal mineral dan bunga,
dll.
Supriyono (2007) menyebutkan bahwa kecerdasan spiritual adalah sebuah
paradigma bepikir yang menjadikan diri seseorang menjadi kecil dibandingkan
keluasan alam semesta. Buzan dalam Supriyono (2007) menyusun 10 konsep dasar
yang menjadi kunci tingginya kecerdasan spiritual, yaitu sebagai berikut:
1. Mendapatkan gambaran menyeluruh. Buzan mengawali konsep kecerdasan
spiritual dengan pemahaman bahwa setiap individu manusia adalah sebuah
keajaiban. Untuk menjadi cerdas spiritual, pemahaman akan apa dan bagaimana
dirinya sendiri sebagai individu manusia sudah cukup untuk mengantarkan
seseorang akan kesadaran kecerdasan spiritual yang mendasar.
2. Menggali nilai-nilai. Nilai adalah panduan untuk bertindak atau bersikap yang
berasal dari diri sendiri tentang menjalani hidup dan mengambil keputusan.
Kejujuran, kebenaran, keadilan, dan kehormatan adalah beberapa contoh dari niai-
nilai kehidupan seseorang.
3. Visi dan panggilan hidup. Visi adalah kemampuan berpikir atau merencanakan
masa depan dengan bijak dan imajinatif, menggunakan gambaran mental tentang
situasi yang dapat dan mungkin terjadi pada masa yang akan datang.
28
4. Belas kasih. Buzan menulis bahwa belas kasih kepada diri sendiri jauh lebih berat
daripada belas kasih kepada orang lain.. setiap orang perlu hormat kepada diri
sendiri, menolong diri sendiri, sayang kepada diri sendiri, dan bertanggung jawab
untuk menolong diri sendiri agar menjadi yang terbaik. Dengan cara inilah,
seseorang dapat mengungkapkan belas kasih terhadap orang lain.
5. Memberi dan menerima. Prinsip ini mengantarkan seseorang untuk selalu
menunjukkan sikap hangat, jujur, murah hati, dan mengalah kepada orang yang
dicintai/ disayangi. Inilah implikasi dari semangat kemurahan hati.
6. Kekuatan tawa. Selera humor merupakan salah satu kualitas utama kecerdasan
spiritual. Tawa akan menghilangkan rasa stress, meningkatkan kesejahteraan secara
umum dan menambah jumlah teman. Tawa dapat menciptakan kehidupan yang lebih
bahagia, ceria dan semangat.
7. Menjadi kanak-kanak kembali. Konsep ini bukanlah berarti tingkah laku kekanak-
kanakan, melainkan seseorang harus mempunyai pandangan polos seperti anak kecil
yang berupa : energi dan semangat tanpa batas, cinta tak bersyarat, kegembiraan,
spontanitas, dan keceriaan, semangat petualang, kejujuran, kepercayaan, kebenaran,
kemurahan hati, keingintahuan, rasa penasaran, keheranan dan kekaguman.
8. Kekuatan ritual. Ibadah rutin yang dijalankan seseorang akan menjadi pintu
pembuka bagi kepekaan hati nurani menuju kepada kebaikan .
9. Ketenteraman, dimana maksudnya ialah kondisi dimana seseorang bebas dari
kecemasan, kekacauan atau kesedihan.
29
10. Cinta. Cinta terhadap diri sendiri, sesama dan jagad raya dapat dianggap
sebgai tujuan hidup dan spiritual paling akhir. Hidup adalah cinta, dan cinta adalah
kehidupan.
2.3 Kerangka Berpikir
Kinerja karyawan tentunya dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti
bagi kinerja dan kemajuan perusahaan. Kinerja karyawan sebagai salah satu modal
terpenting bagi keberlangsungan sebuah perusahaan, karena kinerja karyawan pun
turut menentukan tingkat produktivitas perusahaan. Semakin produktif pekerja pada
perusahaan tempat dimana ia bekerja, maka akan semakin membantu
mempertahankan keberadaan perusahaan dalam dunia bisnis. Pun dengan persaingan
yang semakin ketat.
Perusahaan sebagai organisasi, tentunya terdiri dari beberapa komponen, dan
karyawan termasuk salah satu komponen terpentingnya. Karena karyawan/ sumber
daya manusialah yang bisa berproduktivitas dan memiliki kinerja yang tinggi. Untuk
mendapatkan produktivitas tinggi, suatu ketetapan mutlak bahwa perusahaan harus
mengupayakan karyawannya menjadi produktif dan hal tersebut dapat tercermin dari
kinerja karyawan yang ditunjukkan.
Karyawan tentunya memiliki potensi-potensi yang jika dikembangkan maka
akan menghasilkan manfaat bagi perusahaan dalam pengembangannya. Beberapa hal
tentu saja berhubungan dengan upaya mengembangkan potensi guna menghasikan
30
kinerja yang baik pada diri karyawan. Dan peneliti berasumsi bahwa spiritualitas
termasuk salah satunya.
Spiritualitas dalam diri seseorang memberikan makna kepada setiap individu
untuk membuat hidup menjadi lebih bermakna. Dengan menerapkan unsur
spiritualitas dalam perusahaan kepada karyawannya, maka hal tersebut tentu akan
memunculkan perasaan memiliki terhadap perusahaan dimana ia bekerja. Sehingga
pekerjaan yang harus ia lakukan tidak semata-mata dinilai sebagai sebuah keharusan
yang akan dijalani dengan terpaksa, melainkan karena sudah merasa memiliki akan
perusahaan itu, maka ia akan bekerja dengan menunjukkan kinerja yang baik, sesuai
dengan visi dan misi perusahaan dimana ia bekerja. hal tersebut didukung dengan
pemahaman bahwa bekerja bagi karyawan bukan hanya sekedar menjalani
kewajiban, tetapi lebih kepada pemaknaan hidup yang lebih mendalam.
Spiritualitas dengan dimensi-dimensi yang dimiliknya yaitu: Meaning,
connectede, transcendence, value dan becoming dimana dengan menerapkan
spiritualitas, berarti perusahaan telah memanusiakan manusia, yang memang modal
utama dari perusahaan itu ialah seorang manusia yang masih bisa terus
dikembangkan potensinya untuk terus memiliki kinerja yang baik.
31
Spiritualitas:
• Meaning • Connected • Transendence • Value • Becoming
Kinerja
2.4 Hipotesis
• Ha = Ada hubungan antara spiritualitas (Meaning, connected, transcendence,
value, becoming) dengan kinerja karyawan PT. Heriromadiali.
• Ho = Tidak ada hubungan antara spiritualitas (Meaning, connected,
transcendence, value, becoming) dengan kinerja karyawan PT. Heriromadiali.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran data tersebut, serta penampilan hasilnya.
(Arikunto, 2002).
3.1.2 Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Gay
dalam Sevilla (1993) mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai
kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau
menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang
berjalan dari pokok suatu penelitian. Jenis penelitian yang digunakan
menggunakan penelitian korelasi, yaitu penelitian yang dirancang untuk
menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu
populasi. Penelitian korelasi digunakan untuk menentukan besarnya arah
hubungan (Sevilla, 1993).
33
3.2 Variabel Penelitian
Sutrisno Hadi (Dalam Arikunto, 2000) mendefinisikan variabel sebagai
gejala yang bervariasi atau objek penelitian yang bervariasi. Jadi, variabel ialah
objek penelitian yang menjadi perhatian suatu penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yaitu: variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Arikunto
(2002) mendefinisikan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
mengakibatkan hasil, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau hasil dari penelitian. Dalam penelitian ini variabel-variabelnya
a. Spiritualitas diartikan sebagai aspek penting dalam eksistensi manusia
yang berhubungan dengan struktur yang memberikan makna secara signifikan
dan mengarahkan hidup seseorang dan dapat membantu seseorang menghadapi
perubahan dalam hidup. Hal ini dikaitkan dengan pencarian makna, tujuan,
pengetahuan diri, hubungan yang bermakna, cinta dan kesadaran akan nilai-
nilai suci. Ini mungkin atau tidak mungkin berkaitan dengan sistem agama
secara khusus (Swinton and Pattison, dalam Gilbert, 2007).
34
b. Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A),
motivasi atau motivation (M) dan peluang atau opportunity (O), yaitu kinerja = f
(A x M x O) (Robbins , 2001).
3.2.2 Definisi Operasional
a. Kinerja dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dengan
menggunakan skala likert dari sebanyak 60 orang karyawan PT. Heriromadiali
yang didasarkan atas teori Robbins dengan meliputi aspek fungsi interaksi
antara kemampuan atau ability (A), motivasi atau motivation (M) dan Peluang
atau opportunity (O).
b. Spiritualitas dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dengan
menggunakan skala likert dari sebanyak 60 orang karyawan PT. Heriromadiali
yang didasarkan atas teori Swinton dan Pattison dengan meliputi aspek
Meaning, Value, Transendence, Connected, dan Becoming.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Arikunto (2002) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan karyawan PT.
Heriromadiali yang berjumlah 180 karyawan.
35
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi , misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu
(Sugiyono, 2009).
Adapun sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 orang karyawan PT.
Heriromadiali. Hal tersebut berdasarkan teori Gay seperti yang dikutip Sevilla
(1993) subjek dalam penelitian korelasional minimum 30 (tiga puluh) subjek.
Untuk Try Out dalam penelitian ini, dipilih subyek sebanyak 30 orang karyawan
PT. Heriromadiali yang nantinya tidak akan dilibatkan kembali dalam field test.
3.3.3 Teknik pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
simple random sampling, yaitu metode yang memberikan hak yang sama
kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel
(Arikunto, 2002). Teknik ini digunakan apabila anggota populasi dianggap
hmogen dan dikatakan seerhana (simple) karena pengambilan sampel anggota
poulasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada di populasi
(Sugiyono, 2009).
3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
36
3.4.1 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah dengan metode non tes, sedangkan instrumen yang digunakan berupa
skala. Yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan mengenai pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui
(Arikunto, 2002). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah skala
model Likert, dimana variabel yang di ukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan (Sugiyono,
2009). Skala yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala kinerja
karyawan dan skala spiritualitas. Kedua skala tersebut disusun oleh peneliti
dengan menggunakan pembagian dua kategori item pernyataan, favorabel dan
unfavorabel dengan menentukan bobot nilai.
Tabel 3.1
Nilai Skor Jawaban
Kategori Pilihan Favorable Unfavorable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
37
3.4.2 Instrumen Penelitian
Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Skala Spirtualitas dan Skala Kinerja karyawan.
Tabel 3.2
Blue Print Spiritualitas
Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Jumlah Makna ontologis terhadap kehidupan
1,2 3*,4* 4
Membuat dan merasakan situasi kehidupan
5*,6,7* 8*,9*,10* 6
Meaning
Mencapai eksistensi diri yang berasal dari tujuan hidup
11,12 13*,14* 4
Value Kepercayaan dan standar yang dihargai harus berurusan dengan kebenaran, keindahan, nilai pikir, objek atau perilaku, dan seringkali didiskusikan sebagai nilai akhir.
15*,16*,17*
18*,19,20 6
Pengalaman dan apresiasi di luar diri
21*,22 23*,24 6 Transcendence Memperluas batas-batas diri 25,26*,27 28*,29*,30 6
Connected
Hubungan yang terjalin dengan diri sendiri, orang lain dan Tuhan (kekuatan terbesar)
31,32,33*,34,
35,36,37*
38,39,40*,41*,42,43,44
*
6
Becoming Mengembangkan tuntutan hidup atas refleksi dan pengalaman, termasuk rasa yang ada dan bagaimana seseorang tersebut mengetahui dan mendapatkannya.
45,46*,47 48*,49,50* 6
Total 25 25 50
*invalid item pasca try out
38
Tabel 3.3
Blue Print Kinerja Karyawan
Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Jumlah
Wawasan yang sesuai jabatan 1,2 3,4* 4
Terampil dalam mengerjakan tugas
5,6,7 8,9,10 6
Kemampuan (Ability)
Ditempatkan sesuai dengan Keahlian
11*,12 13*,14* 4
Memahami tujuan utama organisasi
15,16,17 18*,19*,20 6
Mendapatkan penghargaan 21,22* 23,24 4
Motivasi (Motivation)
Kebutuhan pribadi terpenuhi 25*,26* 27*,28* 4
Sistem kerja 29*,30,31 32*,33*,34 6
Peraturan organisasi 35,36,37 38*,39,40* 6
Perlengkapan kerja memadai 41,42*,43 44,45*,46 6
Peluang (Opportunity)
Pembekalan 47,48,49 50*,51*,52* 6
Total 26 26 52
*invalid item pasca try out
3.4.3 Teknik Uji Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini teknik uji instrumen penelitian yang dilakukan ialah
a. Uji Validitas
Untuk memperoleh pengukuran yang valid dilakukan pengkorelasian
skor item dengan skor total. Bila korelasi antara skor item dengan skor total
menghasilkan korelasi yang rendah, maka item dinyatakan gugur atau
39
dimodifikasi, sedangkan bila korelasi yang didapat menghasilkan skor yang
tingi maka item tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat
ukur.
Untuk menguji tingkat validitas, peneliti menggunakan uji korelasi
product moment. Validitas suatu butir pernyataan dapat dilihat pada hasil
output SPSS 16,0.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah keterercayaan menunjuk kepada pengertian apakah
sebuah instrument dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari
waktu ke waktu. Jadi, kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu instrument
pengukur adalah konsistensi, Nurgiyantoro, (2004). Tes dikatakan reliabilitas
tinggi apabila skor tampak tes itu berkorelasi dengan skor murninya sendiri.
Tabel 3.4
Kaidah Reliabilitas Guilford
Kriteria Koefisien Reliabilitas
Sangat Reliabel > 0,9
Reliabel 0,7 – 0,9
Cukup Reliabel 0,4 – 0,7
Kurang Reliabel 0,2 – 0,4
Tidak Reliabel <0,2
40
Dari hasil uji reliabilitas skala spiritualitas dengan menggunakan rumus
Alpha Cronbach diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,799. Kemudian
setelah dibandingkan dengan kaidah reliabilitas dari Guildford diketahui
bahwa 0,799 berada di kategori 0,7 – 0,9 yang berarti bahwa skala
spiritualitas pada penelitian ini termasuk dalam criteria reliabel.
Sedangkan hasil uji reliabilitas skala kinerja karyawan dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh koefisien reliabilitas sebesar
0,873. Kemudian setelah dibandingkan dengan kaidah reliabilitas dari
Guildford diketahui bahwa 0,873 berada di kategori 0,7 – 0,9 yang berarti
bahwa skala spiritualitas pada penelitian ini termasuk dalam kriteria reliabel.
3.4 Teknik Analisa data
Setelah data terkumpul, data diberi kode untuk mengklasifikasikan data
sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data. Saat masih di lapangan, data
disunting untuk meneliti kembali kelengkapan data yang dikumpulkan.
Editing ini dilakukan dengan cara meneliti setiap daftar pernyataan (skala)
yang telah diisi untuk memastikan kelengkapan pengisian, konsistensi, dan
relevansi pilihan pernyataan serta keterbatasan pengisian responden.
Selanjutnya data dimasukkan ke komputer untuk dilakukan analisis lebih
lanjut dengan menggunakan SPSS untuk di analisa dengan menggunakan uji
regresi berganda.
41
3.5 Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dimulai dengan perumusan masalah, menentukan
variable penelitian, melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan
gambaran dan landasan teoritis yang tepat, menentukan, menyusun, dan
menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu skala
spiritualitas dan skala kinerja yang kemudian dilakukan pengecekan
pembimbing terlebih dahulu. Setelah skala dikatakan baik, maka penulis
melakukan uji coba (try out) instrument dan langkah selanjutnya ialah
mendatangi lokasi untuk penelitian yaitu PT. Heriromadiali.
2. Pengujian alat ukur (try out)
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan uji
instrumen kepada 30 orang karyawan PT. Heriromadiali yang kemudian tidak
diikutsertakan dalam penelitan yang sesungguhnya. Try out dilaksanakan
pada tanggal 25 mei 2010.
3. Tahap pelaksanaan penelitian
Penelitian ini melibatkan 60 responden dari jumlah populasi sebanyak
180 orang karyawan PT. Heriromadiali. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan
sejak tanggal 29 mei 2010 sampai dengan 1 juni 2010.
42
4. Tahap pengolahan data
Setelah data terkumpul, dilakukan pengkodean dan scoring terhadap hasil
skala yang telah diisi oleh responden. Kemudian dilakukan penghitungan dan
memasukkan data yang diperoleh pada computer. Selanjutnya dilakukan
analisis dengan menggunakan metode statistic melalui komputer dengan
bantuan program SPSS versi 16,0. Langkah terakhir adalah membuat laporan
dan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.
43
BAB IV
PRESENTASI DAN ANALISA DATA
Pada bab ini akan diuraikan hasil pengolahan data yang diambil pada penelitian,
gambaran umum serta hasil penelitian yang telah dilaksanakan.
4.1 Gambaran Umum Responden
Penelitian ini dilakukan di PT. Heriromadiali yang telah berdiri sejak tahun 2001.
PT. Heriromadiali adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa perbengkelan
Performance Car Care.
Penelitian dilakukan pada tanggal 29 mei 2010 sampai dengan 1 juni 2010
dengan melibatkan 60 orang karyawan yang berbeda dari try out yang telah
dilaksanakan sebelumnya pada tanggal 25 mei 2010. Kemudian dilihat dari usia,
rentang usia responden dari 18-36 tahun. Hal tersebut berarti karyawan yang bekerja
pada PT. Heriromadiali tergolong dalam usia produktif dan baik untuk bekerja.
Adapun dari lamanya bekerja, rentang waktu responden yang bekerja di PT.
Heriromadiali terhitung satu responden sejak tahun 2001, tiga responden sejak tahun
2003, dua responden sejak tahun 2004, satu orang sejak tahun 2005, Sembilan
responden sejak tahun 2007, sepuluh responden sejak tahun 2008, lima belas
responden sejak tahun 2009, dan Sembilan belas responden sejak tahun 2010. Hal
tersebut menandakan dinamisasi perusahaan terus berlangsung dikarenakan
perusahaan yang menerima pertambahan karyawan setiap rentang waktunya.
44
4.2 Presentasi Data
Berikut akan dijelaskan mengenai presentasi data penelitian:
4.2.1 Deskripsi Statistik
Berikut akan di uraikan deskripsi hasil perhitungan statistik skor subjek
penelitian yang dibantu dengan penyajian dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Skor Spiritualitas dan Kinerja Karyawan
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
diketahui bahwa yang memberikan hubungan positif terbesar ialah aspek
meaning sebesar 21%, sedangkan aspek value dan becoming memberikan
pengaruh atau kontribusi positif yang terkecil yaitu sebesar 0,1%.
5.2 Diskusi
Berdasarkan kesimpulan diatas, bahwa antara spiritualitas dengan kinerja
karyawan terdapat hubungan positif yang signifikan. Hal tersebut berarti seseorang
57
yang memiliki spiritualitas tinggi dalam dirinya akan memiliki kinerja yang lebih
baik, karena dengan adanya nilai-nilai spiritualitas, maka seorang karyawan akan
merasakan pekerjaan yang sedang dijalaninya bukan hanya sebagai sebuah kewajiban
melainkan karena dengan bekerja seseorang itu merasa mendapatkan eksistensi
dirinya. Ketika seorang karyawan memiliki kinerja yang baik, maka yang akan
merasakan manfaatnya bukan hanya perusahaan melainkan juga kembali kepada
individunya masing-masing.
Penelitian dengan kinerja yang terkait dan telah telah diteliti yaitu penelitian yang
berjudul “Spirituality and Performance in Organizations: A Literature Review” oleh
Fahri Karakas didapatkan kesimpulan bahwa spiritualitas dapat meningkatkan
kualitas dalam hidup pekerja, spiritualitas melengkapi rasa kepemilikan dari tujuan
dan makna dalam bekerja, dan spiritualitas membantu mengembangkan rasa
ketersatupaduan dengan komunitas. Ketiga perspektif tersebut dapat memberikan
pengaruh positif yang signifikan dengan peningkatan kinerja. Hal ini semakin
menambah bukti bahwa spiritualitas memang memberikan kontribusi yang dapat
meningkatkan kinerja seorang karyawan.
Sebagaimana dijelaskan pada bab II yang dimaksud dengan kinerja merupakan
fungsi interaksi antara ability (A), motivation (M) dan opportunity (O), yaitu kinerja =
f (A x M x O) artinya kinerja merupakan fungsi dan kemampuan, motivasi dan
peluang.
Spiritualitas diartikan sebagai aspek penting dalam eksistensi manusia yang
berhubungan dengan struktur yang dapat memberikan makna secara signifikan dan
58
mengarahkan hidup seseorang dan membantu dalam kesepakatan dengan perubahan-
perubahan. Dengan dimensi spiritualitas, yaitu: Meaning, Connected, Transendence,
Value, dan Becoming. Dengan menerapkan spiritualitas, maka seorang karyawan akan
mendapatkan energi yang lebih besar yang mengarahkan seseorang tersebut untuk
mencapai eksistensi dirinya.
Adapun dapat dilihat pengaruh untuk masing-masing indikator spiritualitas yang
memberikan pengaruh mulai dari yang pengaruh dengan signifikansi terbesar hingga
pengaruh signifikansi yang terkecil. Dari hasil tersebut, perusahaan bisa mencoba
menerapkan indikator-indikator yang sesuai dengan hasil penelitian yang dapat
memberikan pengaruh positif signifikan agar dapat meningkatkan kinerja karyawan
di perusahaannya. Sehingga ketika kinerja karyawan masih bisa terus diperbaiki,
maka perusahaan tentunya juga akan mendapatkan dampak yang positif.
Setelah diketahui bahwa ternyata aspek meaning dan connected yang memberikan
pengaruh signifikan positif terbesar, maka untuk aspek meaning hal tersebut yang
membantu karyawan untuk mengarahkannya dalam upaya mencapai eksistensi diri
sehingga dengan alasan itulah maka pekerjaan bagi seorang karyawan bukan hanya
menjadi kewajiban, melainkan dengan bekerja maka hal tersebut dapat membantunya
dalam mencapai eksistensi diri. Adapun dengan aspek connected, yaitu ketika seorang
karyawan memiliki hubungan yang terjalin dengan baik dengan diri sendiri, orang
lain dan dengan Tuhan. Dengan menjalin hubungan yang baik dengan dirinya sendiri,
maka seorang karyawan akan mampu menempatkan dirinya sesuai dengan porsi yang
seimbang di tempat bekerja. Sebagaimana diketahui bahwa dalam hampir sebagian
59
besar waktu yang dilewatkan oleh seorang karyawan ialah saat-saat dimana ia bekerja
dan menyelesaikan pekerjaan, maka hubungan harmonis yang terjalin dengan orang
lain, akan membantu meningkatkan kinerjanya karena saat bekerja tentunya akan
menuntut kerjasama yang terjalin dengan baik. Selain itu, dengan aspek connected
pula maka ketika seorang karyawan memaknai bekerja sebagai bentuk pengabdian
dan ibadah bukan hanya semata-mata kewajiban maka hal tersebut juga dapat
meningkatkan kinerja karyawan di sebuah perusahaan.
Pada awalnya, mungkin tidak semua perusahaan mau menerima atau
memperhatikan potensi spiritualitas terhadap kinerja karyawannnya, tetapi semakin
dengan tuntutan persaingan antar perusahaan yang kerapkali menuntut kinerja
karyawan agar memberikan hasil bagi sehingga perusahaan itu bisa terus bertahan,
maka cara atau metode ini bisa coba di terapkan.
5.3 Saran
Ada dua saran yang dianjurkan dari penelitian ini, yaitu saran teoritis dan saran
praktis. Berikut uraiannya:
5.3.1 Saran Teoritis
Sehubungan dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka
penulis merasa perlu memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya yang serupa, disarankan agar lebih
memperhatikan item-item pernyataan pada skala, baik dari segi
60
kuantitas maupun kualitasnya pernyataan agar dapat lebih mengukur
apa yang ingin di ukur.
2. Peneliti selanjutnya di anjurkan untuk menambah jumlah
responden dengan perusahaan yang bergerak dibidang yang berbeda
dengan penelitian ini.
3. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk memperhatikan
aspek demografi, karena tentu saja hal tersebut selain akan menambah
khazanah pengetahuan dan dapat memberikan gambaran yang lebih
spesifik tentang hubungan spiritualitas dengan kinerja karyawan.
5.3.2 Saran Praktis
Dalam hal praktis, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Untuk pimpinan perusahaan hendaknya memfasilitasi karyawan
dengan kegiatan atau suasana kerja yang dapat memunculkan
lingkungan kondusif untuk karyawan memahami dan meningkatkan
spiritualitas dalam bekerja sehingga akan berdampak pada
meningkatnya kinerja karyawan, salah satu contohnya dengan
mengadakan training bertajuk meningkatkan spiritualitas dalam dunia
kerja.
2. Untuk para karyawan, hendaknya untuk lebih meningkatkan
kesadaran akan nilai-nilai dalam mensinergikan antara tujuan hidup
dengan bekerja.
61
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M. S. (2007). Muhammad SAW : The super leader super manager. Jakarta: ProLM Centre.
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineke Cipta.
Driscoll, C. & Wiebe, E. (2007). Technical spirituality at work: Jacques Ellul on workplace spirituality. Journal of Management Inquiry” 16; 333 di unduh dari DOI: .1177/1056492607305899.
Gilbert, P., Mary E. C. & Vicky N. (2007). Spirituality, values, and mental health : jewels for the journey. USA: Library of Congress Catalog in Publication Data.
Ihsan, S. (2007). Into the soul dari pencarian nalari ke rohani.Jakara: Paramuda Advertising.
Ilyas, Y. (2002). Kinerja: teori, penilaian dan penelitian. Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKMUI.
Jean & Claude. G. &Zamar.(2003). Workplace spirituality and organizational performance dalam Public Administration Review Vol. 63 No. 3 p. 355.
Karakas, F. (2010). Spirituality and performance in organization: a literature review dalam Journal of Bussiness ethics: Vol. 94 Number 1 p.94:89-106. Springer Netherlands.
Kast, F. E. & James E. R. (1991). Organisasi dan manajemen 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Kreitner, Robert & Angelo K. (2004). Organizational behavior. New York: Library of Congress Catalog in Publication Data.
Mathis, R. L. & John H. J. (2009). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Salemba Empat.
Muafi. (2003). Pengaruh motivasi spiritual karyawan terhadap kinerja religius: studi empiris di kawasan industri rungkut surabaya (sier) dari Jurnal Siasat Bisnis No. 8 Vol. 1.
Mitchell, Terence R. (1978). People in organization understanding their behavior.McGraw-Hill: Library of Congress Catalog in Publication Data.
62
Nggermanto, A. (2001). Quantum quotient (kecerdasan quantum) cara cepat melejitkan IQ, EQ dan SQ secara harmonis. Bandung: Nuansa.
Nurgiyantoro, Burhan & Gunawan & Marzuki. (2004). Statistik terapan untuk penelitian ilmu-ilmu sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Oxford Learner’s Pocket Dictionary : Oxford University Press.
Rivai, H. V. (2005). Performance appraisal sistem yang tepat untuk menilai kinerja karyawan dan meningkatkan daya saing perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
__________. (2009). Manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan: dari teori ke praktek. Jakarta: Rajawali Pers.
Robbins, S. (1979). Organizational behavior. New Jersey: Prentice-Hall.
_________. (1992). Essentials of organizational behavior. New Jersey: Prentice-Hall.
_________. (2001). Organisational behavior: leading and managing in Australia and New Zeland 3rd ed. Australia: Prentice Hall.
Sevilla, Consuelo G…[et all]. (1993). Pengantar metode penelitian.Jakarta: UI-Press.
Shilstone, M. (2003). Maximum energy for life: a 21-day strategic plan to feel great, reverse the aging process and optimized your health. New Jersey: Library of Congress Catalog in Publication Data.
Sugiyono. (2009). Metode penelitian bisnis (pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta CV.
Sunyoto, D. (2009). Analisis regresi dan uji hipotesis. Yoyakarta: MedPress.
Supriyono, I. (2007). Memahami, mengukur, dan melejitkan financial spiritual quotient untuk keunggulan diri, perusahaan dan masyarakat. Surabaya: Kerjasama Lutfansah Mediatama dan SNF Consulting.
Wibowo. (2007). Manajemen kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Zohar, Danar & Ian M. (2005). Spiritual capital memberdayakan SQ di dunia bisnis. Bandung: Mizan.