Top Banner
Perkembangan Islam Di Asia Hingga saat ini, diskursus tentang Sejarah masuknya Islam di Asia Tenggara masih menjadi polemik panjang yang berstatus debatable di kalangan sejarawan, agamawan, arkeolog, hingga intelektual.banyak pernyataan dan pemahaman berbeda dari penelitian dan analisis yang mereka lakukan, hal antara lain karena tidak adanya kesepahaman cara pandang terkait proses masuknya Islam itu sendiri di Asia Tenggara. Terlepas dari permasalahan diatas, bagaimanapun Islam telah mampu memberikan pandangan hidup (way of life) baru bagi penduduk Asia Tenggara. Dikatakan demikian karena penduduk yang pada mulanya tidak mempunyai embel-embel agama yang kuat, sejak datangnya Islam, mereka kemudian mempunyai agama dan berketuhanan. Yang perlu diapresiasi adalah bahwa Islam datang di Asia Tenggara tidak serta merta menghilangkan budaya atau lokalitas penduduk. Islam justru menjadi bingkai dan turut mewarnai jalannya tradisi penduduk. Muslim Asia Tenggara pun kerap kali disebut dengan muslim periferi (pinggiran) karena jauh dari Jantung Islam di Timur tengah, namun komitmen mereka kepada Islam baik secara spiritual maupun psikologis sangatlah dinamis serta tidak banyak berbeda dengan masyarakat Muslim lainnya di mana pun juga. Secara intelektual, Muslim Asia Tenggara selalu bersikap terbukti dan reseptif terhadap proses Islamisasi yang berlangsung terus menerus yang merupakan cirri masyarakat itu selama berabad-abad. Sebaliknya, dengan cirri yang sama dangan kaum Muslim lainnya mereka juga merupakan masyarakat yang mudah terkena oleh
35

Perkembangan islam di asia

Jul 30, 2015

Download

Documents

Micko Febriant
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Perkembangan islam di asia

Perkembangan Islam Di Asia

Hingga saat ini, diskursus tentang Sejarah masuknya Islam di Asia Tenggara

masih menjadi polemik panjang yang berstatus debatable  di kalangan

sejarawan, agamawan, arkeolog, hingga intelektual.banyak pernyataan dan

pemahaman berbeda dari penelitian dan analisis yang mereka lakukan, hal

antara lain karena  tidak adanya kesepahaman cara pandang terkait proses

masuknya Islam itu sendiri di Asia Tenggara.

Terlepas dari permasalahan diatas, bagaimanapun Islam telah mampu

memberikan pandangan hidup (way of life) baru bagi penduduk Asia

Tenggara. Dikatakan demikian karena penduduk yang pada mulanya tidak

mempunyai embel-embel agama yang kuat, sejak datangnya Islam, mereka

kemudian mempunyai agama dan berketuhanan. Yang perlu diapresiasi

adalah bahwa Islam datang di Asia Tenggara tidak serta merta

menghilangkan budaya atau lokalitas penduduk. Islam justru menjadi bingkai

dan turut mewarnai jalannya tradisi penduduk.

Muslim Asia Tenggara pun kerap kali disebut dengan muslim periferi

(pinggiran) karena jauh dari Jantung Islam di Timur tengah, namun komitmen

mereka kepada Islam baik secara spiritual maupun psikologis sangatlah

dinamis serta tidak banyak berbeda dengan masyarakat Muslim lainnya di

mana pun juga. Secara intelektual, Muslim Asia Tenggara selalu bersikap

terbukti dan reseptif terhadap proses Islamisasi yang berlangsung terus

menerus yang merupakan cirri masyarakat itu selama berabad-abad.

Sebaliknya, dengan cirri yang sama dangan kaum Muslim lainnya mereka

juga merupakan masyarakat yang mudah terkena oleh perubahan yang

mengganggu mereka dari waktu ke waktu. Meskipun demikian upaya yang

mencapai tingkat ketakwaan tertinggi serta kesempurnaan dalam Islam

terus menerus menempati pikiran sejumlah besar kaum Muslim di Asia

Tenggara, yang dibatasi hanya oleh kapasitas individual mereka masing-

masing.

Bagaimanapun juga, Asia Tenggara tidak monolitik. Gambaran

kompleksitas suku di wilayah ini sangatlah menakjubkan, bahkan di

Page 2: Perkembangan islam di asia

kalangan Muslim. Diakui Islam memang telah mengomogenkan dan

menyatukan segmen-segmen penduduk Asia Tenggara yang besar. Namun

tetap tidak seluruhnya. Lepas dari pola keseragaman beragama secara

kelahiriah dan kesamaan identitas yang dapat diamati, Muslim Asia

Tenggara dalam beberapa hal tetap berbeda satu sama lainbaik itu bahasa,

suku, dan barangkali lebih penting dari itu semua, nasionalitas.  Di satu sisi,

kaum Muslim Asia Tenggaramerasa di ayomi oleh Islamyang bisa melampau

batas-batas Negara dan aliansi. Di sisi lain, mereka juga diharap mentaati

peraturan kenegaraan dan kewarganegaraan yang sering menimbulkan

petentangan dan loyalitas primordial dan keagamaan mereka.[1]

Sejarah Islam Asia tenggara luar biasa galau dan rumit. Kegalauan dan

kerumitan  itu bukan hanya disebabkan oleh kompleksitas di sekitar sosok

Islam itu sendiri sebagaimana direfleksikan oleh kaum Muslimin di kawasan

ini, baik melalui historiografi maupun dalam praktek kehidupan sehari-hari,

melainkan juga karena pengkajian-pengkajian sejarah Islam dengan

berbagai aspeknya di Asia tenggara, baik yang dilakukan oleh kalangan

sejarahwan asing maupun pribumi, hinga kini belum mampu merumuskan

suatu paradigma historis yang dapat dijadikan pegangan bersama.terdapat

perbedaan-perbedaan dasar di kalangan para ahli dalam mengkaji Islam di

Asia Tenggara, yang kadang sulit  dipertemukan satu sama lain. [1]

            Sebagai Contoh, menyangkut  sosok Islam dan islamisasi di Asia

Tenggara, belum ada kesepakatan di antara para ahli dalam menentukan

tolak ukur yang digunakan untuk melihat sejauh mana tingkat penetralisasi

Islam pada masa awal dan di kalangan masyarakat pribumi. Perbedaan

perbedaan ini selain dsebabkan oleh perbedaan-perbedaan kategori yang

digunakan dalam melihat sosok islam tersebut, dan juga berkaitan erat

dengan perbedaan dalam memahami apa yang dimaksud dengan Islam.

Sebagian Ahli melihat tingkat penetrasi islamisasi berdasarkan kriteria

minimal formal  keagamaan, semacam pengucapan dua kalimat

syahadat,penggunaan nama muslim at pemakaia aksara arab pada batu

nisan atau pada pengambilan beberapa kata atau istilah yang berasal dari

“pusat” dunia Islam, seperti Timur tengah atau persia. Pengertian Islam

seperti ini terutama dianut sebagian besar sejarahan lokal, da sejumlah

sejarahwan asing. Pada pihak lain,sebagian sejarahwan lain lebih

mengartikan Islam dari aspek sosiologis, dalam pengertian sejauh mana

islam dan perangkat institusinya berungsi secara aktual dan secara

keseluruhan di dalam masyarakat muslim setempat. Menurut pandangan

ini,  pengucapan kalimat syahadat semata -sekalipun secara formal

keagamaan sudah memadai untuk membuat seseorang menjadi muslim-

adalah secara superfisial dan tidak dapat dijadikan tolak ukur penetrasi Islam

di seluruh wilayah tertentu. Kalaupun diakui sebagai penganut Islam, mereka

Page 3: Perkembangan islam di asia

digolongkan sebagai muslim ‘nominal” yang dipertentangkan dengan

muslim yang mempraktekan ajaran Islam secara lebih taat dalam kehidupan

sehari-harinya.

              Namun lebih jauhnya, mengenai tempat asal datangnya Islam ke

Asia Tenggara, sedikitnya ada tiga teori besar. Pertama, teori yang

menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab, atau tepatnya di

Hadramaut. Teori ini dikemukakan Crawfurd (1820), Keyzer (1859). Crawfurd

menegaskan Islam datang langsung dari Arab, meskipun ia ,menyebut

adanya hubungan dengan orang-orang “Mohammedan” di India Timur.

Keyzer beranggapan bahwa Islam bahwa Islam datang dari Mesir yang

bermazhab syafi’ie seperti yang dianut kaum muslimin nusantara pada

umumnya. Teori ini juga dipegang oleh Niemann dan oleh Hollander, tetapi

dengan meyebut Hadramaut, bukan mesir, sebagai sumber datangnya Islam,

sebab Islam Hadramaut adalah pengikut  mazhab Syafi’i seperti yang

diyakini mayoritas muslim nusantara. Sedangkan Veth hanya menyebut

“Orang-orang arab”, tanpa menunjuk asal mereka di Timur tengah maupun

kaitanya (kalau ada) dengan Hadramaut, Mesir, atau India.

              Teori Kedua, teori yag mengatakan bahwa Islam pertama kali

datang dari India pertama kali dikemukakan oleh  Pijnapel (1872).

Berdasarkan terjemahan Perancis tentang catatan Perjalanan Sulaiman,

Marco Polo, dan Ibnu Battuta, ia menyimpulka bahwa orang-orang Arab yang

bermazhab Syaf’i dari gujarat dan Malabar di India yang membawa Islam ke

Asia tenggara. Dia mendukung teori ini dengan menyatakan bahwa melalui

perdagangan, amat memugkinkan terselenggaranya hubungan antara kedua

wilayah ini, ditambah lagi dengan umumnya istilah-istilah persia-yang

dibawa dari India-digunakan oleh masyarakat kota-kota pelabuhan

nusantara. Teori ini lebih lanjut ditegaskan oleh Snouck Hurgronje yang juga

menyatakan bahwa para pedagang dari kota pelabuhan Dakka di India

Selatan sebagai pembawa Islam ke wilayah Asia Tenggara tersebut.

            Teori ketiga, yang dikembangkan oleh Fatimi menyatakan bahwa

Islam datang dari benggali (kini Bangladesh). Ia Mengutip keterangan Tome

Pures, yang mengungkapkan bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai

adalah orang Benggali atau keturunan mereka. Dan Islam muncul pertama

kalidi semenanjung malaya, dari arah pantai Timur, bukan dari  barat

(Malaka), pada abad ke 11, melalui kronton, Phanrang (Vietnam), Leran dan

Trengganu.

Berbeda dari pemaparan diatas, Menurut Uka Tjandrasasmita, prorses

masukya Islam ke Asia Tenggara yang berkembang ada enam, yaitu[2]:

a.     Saluran perdagangan

Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui

perdagangan. Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-

Page 4: Perkembangan islam di asia

16 membuat pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil

bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan

Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini sangat

menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan

perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Mereka

berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar

sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim

itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-

penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan

di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor

politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi karena factor hubungan

ekonomi drengan pedagang-rpedrarrgarng Muslim.

Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih

perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.

b.         Saluran perkawinan

Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang

lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi

terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-

saudagar itu. Sebelum dikawin mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah

mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya

timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim.

Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini

oleh keturunan bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih

dahulu. Jalur perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara

saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati,

karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat

proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau

sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri

Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai keturunan

Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.

c.         Saluran Tasawuf

Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang

bercampur dengana jaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat

Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan mempunyai kekuatan-

kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka juga ada yang mengawini

puteri-puteri bangsawab setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang

diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam

pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama

baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang

memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran

Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang,

Page 5: Perkembangan islam di asia

dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan

di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.

d.        Saluran pendidikan

Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun

pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di

pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat

pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke

kampung masing-masing atau berdakwak ketempat tertentu mengajarkan

Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta

Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Kleuaran pesantren ini banyak yang

diundang ke Maluku untuk mengajarkan Agama Islam.

e.     Saluran kesenian

Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah

pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling

mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah

pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya

mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik

dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam serita itu di sisipkan

ajaran nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lainnya juga

dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni

bangunan dan seni ukir.

f.      Saluran politik

Di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam

setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat

membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera

dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik,

kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam.

Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk

kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.[3]

          Akhirnya semua teori diatas jelaslah belum final. Meskipun telah

banyak sejarahwan yang menulis tentang masalah ini, kesempatan masih

tetap terbuka bagi munculya penafsiran-penafsiran baru berdasarkan

penelitian atas sumber-sumber sejarah yang ada berdasarkan penelitian dan

penulisan lebih lanjut menyangkut sifat penyebaran Islam di kawasan ini.

Negara dan Kesultanan Islam di Asia Tenggara

a.       Malaysia

Malaysia merupakan kerajaan federal di Asia Tenggara yang terletak di

Semenanjung Malaka dan sebagian Kalimantan Utara. Malaysia terdiri dari

dua bagian yaitu Malaysia Barat dan Malaysia Timur. Kerajaan federal

Malaysia meliputi 13 negara bagian,11 negara bagian Malaysia Barat yaitu

Page 6: Perkembangan islam di asia

Johor, Kedah, Kelantan, Malaka, Negeri Sembilan, Pahang, Penang, Perak,

Perlis, Selangor, Trengganu dan dua negara bagian Malaysia Timur yaitu

Sabah dan Serawak. Pada setiap negara dipimpin oleh Sultan dan Menteri

Besar dengan kepala negara seorang raja yang dipilih oleh para Sultan

negara bagian. Kepala Pemerintahannya adalah Perdana Menteri. Penduduk

sebagian besar terdiri dari suku melayu pribumi dan para pendatang terdiri

dari orang muslim dan non muslim, yaitu orang muslim dari Indonesia

(Minangkabau, Jawa, Banjar, Bugis, Aceh, Mandailing) dan orang muslim dari

India, Arab, Cina, Pakistan, Persia, Turki. Sedangkan penduduk non muslim

adalah Cina dan India. Mayoritas penduduknya adalah muslim Sunni

pengikut Madzhab Syafi’i dan islam sebagai agama resmi negara ini.

Tidak adanya dokumen yang lengkap mengenai kedatangan islam ke

Malaysia menyebabkan munculnya berbagai teori tentang kapan dan dari

mana Islam pertama kali menyebar di negara ini. Akan tetapi, sejarah

masuknya Islam di Malaysia tidak bisa terlepas dari kerajaan-kerajaan

Melayu. Sebelum kedatangan islam, Semenanjung Malaka berada dibawah

pengaruh Sriwijaya dan kemudian Majapahit. Di Semenanjung Malaya pada

abad ke 10 M daerah kekuasaan kerajaan Malaka telah menerima islam.

Sampai saat ini islam menjadi agama resmi negara federasi Malaysia.

Undang-Undang Malaka (dikompilasi pada1450) dengan jelas berisi hukum

islam yang menetapkan bahwa pemerintahan Malaka harus dijalankan

sesuai dengan hukum Qurani. Prasasti Trengganu pada 1308 juga secara

jelas menunjukkan pelaksanaan hukum islam di kerajaan tersebut. Di dalam

UU Pahang terdapat sekitar 42 pasal di luar keseluruhan pasal yang

berjumlah 68 yang hampir identik dengan hukum madzhab syafi’i.[1] Ada

yang mengatakan bahwa kedatangan islam dan proses islamisasi

berlangsung melalui jalur perdagangan atas peranan para pedagang muslim

dan mubaligh dari Arab dan Gujarat, para dai setempat dan penguasa islam.

Malaysia merupakan negara yang mempunyai peranan strategik di kawasan

Asia Tenggara pada khususnya dan dunia pada umumnya. Berada pada

kedudukan geografik yang menjadi lintas perdagangan antarabangsa sejak

zaman dahulu. Proses islamisasi yang berjalan baik dan terbentuknya

komunitas-komunitas islam melahirkan pusat-pusat kekuasaan islam.

Kerajaan Islam yang pertama di Semenanjung Malaka adalah Kerajaan Islam

Kelantan (pada pertengahan abad ke 12 M).[2] Berbeda dengan yang

dikemukakan oleh Fatimi, bahwa islam datang pertama kali sekitar abad ke-

8 H (14 M). Ia berpegang pada penemuan Batu bersurat  di Trenganu yang

bertanggal 702H (1303M). Batu bersurat itu ditulis dengan aksara Arab, pada

sebuah sisi memuat pernyataan yang memerintahkan para penguasa dan

pemerintah untuk berpegang teguh pada keyakinan Islam dan ajaran

Rasulullah.[3] Pada abad ke 14 M Trengganu menjadi pusat penyebaran

Page 7: Perkembangan islam di asia

islam di pantai timur Semenanjung Malaka dan sampai sekarang disebut

Daarul Iman (negeri iman).

Kerajaan Islam yang terkuat dan berpengaruh besar dalam

menyebarkan islam Malaysia adalah Kerajaan Islam Malaka yang berdiri

pada awal abad ke 15. Menurut sejarah melayu, rajanya yang pertama

adalah Parameswara Iskandar Syah yang memeluk agama islam pada tahun

1414 dengan gelar Sultan Muhammad Syah. Beliau dan iparnya yang

bernama Abdul Malik Syah sangat berjasa dalam menyebarkan agama islam.

Wilayah kekuasaan Malaka sebagai pusat perdagangan dan kubu keimanan

islam. Kerajaan ini juga dicatat sebagai kerajaan pertama di Malaysia yang

memiliki Undang-Undang tertulis yang disebut dengan Undang-Undang

Malaka. Sebelum masuknya pengaruh Inggris, undang-undang asas atau

undang-undang islam bersama adat melayu. Ketika diperintah oleh Inggris

sejak tahun 1795 islam masih tetap berkembang, hal ini terlihat dengan

tumbuhnya lembaga-lembaga pendidikan islam seperti Ma’had

Mahmud(Kedah), Ma’had Johor dan Ma’had Al Muhammadi (Kelantan).

Kemudian setelah masa pendudukan Jepang (1941-1942), Inggris

membentuk Union of Malaya pada 1 April 1946 yang kemudian menjadi

Federation of Malaya dan islam menjadi agama resmi.

Kodifikasi hukum Islam di Malaysia setelah kemerdekaan(tahun 1957),

otoritas legislatife dalam hal agama dan Hukum Islam diserahkan oleh

konstitusi federal kepada negara-negara bagian. Kepala agama islam di

setiap negara bagian dipegang oleh para penguasanya dan bagi negara

bagian yang memiliki penguasa dipegang langsung oleh raja. Raja juga

menjadi kepala agama di wilayah federal yang ditetapkan sejak tahun 1987.

Sampai saat ini hukum Inggris tetap diberlakukan dan ditetapkan pada

sebagian besar legislasi dan yurisprudensi. Dan hukum islam hanya dapat

diterapkan pada wilayah yang terbatas yaitu berhubungan dengan keluarga

dan pelanggaran agama, itupun hanya untuk orang islam saja.

Berbicara tentang Perkembangan Islam di Malaysia, hal tersebut

umumnya ditandai dengan tumbuhnya institusi-institusi dengan baik. Hal ini

menyebabkan peningkatan kesadaran beragama dalam sosial keagamaan,

politik, ekonomi dan lain-lainnya, sebagai contoh sebuah oposisi Islam

berkembang yaitu organisasi Kesatuan Nasional Melayu (UMNO) berusaha

menyokong oposisi keagamaannya sendiri melalui perekrutan tokoh-tokoh

agama dan berjanji memperjuangkan kepentingan Islam dan Pan-Melayu

Islamic Party (P.M.I.P) yang menjadi juru bicara bagi permusuhan komunitas

Muslim terhadap warga cina dan India. Orientasi keislaman P.M.I.P tidak

hanya kepudulian ekonomi tetapi juga kepedulian terhadap Perkembangan

Islam. Malaysia  dewasa ini semakin menunjukkan adanya pluralitas

keberagamaan yang dapat memberi perlindugan bagi masyarakat non

Page 8: Perkembangan islam di asia

melayu yang pada umumnya menganut agama non Islam, sehingga mereka

hidup berdampingan satusama lain tanpa menimbulkan gejolak.[4]

Di Malaysia, penduduk Muslim tidak lebih dari 55% dari seluruh jumlah

penduduk. Meskipun tidak semua orang muslim adalah melayu, secara

konstitusional orang melayu pasti muslim.[5] Citra dan nuansa islam lebih

kentara daripada agama yang lain. Ini dapat dilihat dari perbandingan

sejumlah negara yang berpenduduk muslim dan non-muslim yang hampir

seimbang, hanya Malaysia yang memberikan banyak tekanan pada symbol-

simbol, lembaga dan pengamalan islam. Hal ini dapat dibuktikan mulai dari

deklarasi pemerintah untuk merevisi sistem hukum nasional agar lebih

selaras dengan hukum islam, deklarasi pemerintah untuk menyusun kembali

model dan sistem ekonomi Malaysia menjadi model islam, selanjutnya diikuti

oleh penyediaaan infrastuktur dan instusi-instusi islam seperti Bank Islam,

Asuransi Islam, Penggadaian Islam, Yayasan Ekonomi Islam, pembentukkan

kelompok number daya islam, serta kelompok khusus penegakkan islam.

Nuansa Islam lebih kuat di Malaysia dibandingkan dengan Indonesia yang

penduduknya 90% bergama islam. Hal ini disebabkan oleh faktor sejarah

perkembangan islam yang telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

perkembangan politik melayu sejak masa kesultanan. Islam bagi orang

Melayu bukan hanya sebatas keyakinan tetapi juga telah menjadi identitas

mereka dan menjadi dasar kebudayaan melayu. Pakaian tradisional melayu

misalnya telah disesuaikan dengan apa yang dianjurkan oleh Islam.[6]

Disepanjang sejarah asosiasi yang sangat erat antara islam dengan

kebudayaan, identitas melayu ini merupakan sesuatu yang diterima secara

umum. “ Sejak membuang kepercayaan Animisme dan memeluk islam selain

kerajaan Malaka ( abad ke- 15 ), Bangsa melayu tidak pernah berubah

agama. Islam telah menjadi bagian yang menyatu dengan identitas nasional,

sejarah, hukum, entitas politik dan kebudayaan melayu. Oleh karena itu,

tidak mengherankan bila islam dianggap sebagi komponen utama budaya

melayu, dan sebagai unsur utama identitas melayu.

Dalam bidang politik pemerintahan, juga terdapat konsepsi dan

pemikiran politik yang dipengaruhi oleh ajaran islam. Sehingga tradisi politik

melayu yang berbasis hindu budha sebelum kedatangan islam telah

digantikan dengan ide-ide yang diilhami oleh al-quran dan sumber-sumber

islam lainnya. Namun akibat kolonialisasi inggris, identitas keislaman Melayu

itu mengalami degradasi,  karena tidak jarang pihak kolonial membuat

berbagai kebijakan yang melemahkan fungsi dan peran islam dalam Melayu.

Penjajah tanah Melayu, oleh Inggris telah menyebabkan melemahnya nilai-

nilai Islam yang telah meresap dalam tatanan tradisonal Melayu. Penjajahan

itu tidak terbatas hanya pada aspek ekonomi dan politik saja tapi termasuk

juga penjajahan pikiran dan kebudayaaan.[7]

Page 9: Perkembangan islam di asia

a.    Kesultanan Malaka ( Abad ke-15 )

Kesultanan ini terletak di semenanjung Malaka berasal dari kesultanan

Samudra Pasai. Pendirinya adalah seorang pangeran Majapahit

Parameswara, yang mengembara ke Tumasik (Singapura).Parameswara

menikah dengan putrid Sultan Samudra Pasai dan kemudian masuk Islam.

Kemudian ia mendirikan kerajaan Malaka.[8]

Berkaitan dengan asal usul nama Malaka, bisa dirunut dari kisah

berikut. Menurut sejarahnya nama Malaka dihubungkan dengan istilah Arab,

malaqah (tempat pertemuan) / malakat (perhimpunan segala dagang) /

malqa (tempat bertemu). Sedangkan versi orang pribumi mengatakan

bahwa asal usul nama Malaka adalah nama sepohon kayu Melaka ditebing

muara Sungai Malaka.

Adapun Sultan-sultan yang pernah memimpin kesultanan Malaka antara

lain[9]:

a.                        Parameswara (Megat Iskandar Syah 1402-1424)

b.                       Sultan Muhammad Syah (1424-1444)

c.                        Sri Prameswara Dewa Syah (1446-1459)

d.                       Sultan Muzaffar Syah (1459-1477)

e.                        Sultan Mansyur Syah (1459-1477)

f.                                  Sultan Madmud Syah (1488-1528)

Parameswara (pendiri Kesultanan Malaka) adalah keturunan Raden

Wijaya, raja pertama (1293-1309) dan penggagas Kerajaan Majapahit yang

menikahi Sri Gayatri Rajapatni, putri dari Sri Kertanegara raja terakhir (1268-

1292) Kerajaan Singasari. Raden Wijaya juga menikahi Ranamenggala, dan

memiliki anak bernama Parameswara yang lahir tahun 1344 pada saat

neneknya, Ratu Tribuana Tunggadewi memerintah Majapahit.

 

Pada awalnya Malaka bukanlah sebuah Kerajaan beragama Islam. Hal

ini berubah ketika Parameswara menikah dengan Putri Sultan Zainal Abidin

dari Pasai dan masuk Islam pada tahun 1406, ia mengubah namanya

menjadi Muhammad Iskandar Syah, dan menjadi Sultan Malaka. Posisi

Malaka yang sangat strategis menyebabkannya cepat berkembang dan

menjadi pelabuhan yang ramai.

Pemerintahan Parameswara berkembang sangat pesat hingga

menjadikan Malaka sebagai pelabuhan yang sangat penting di Kepulauan

Melayu, pada abad ke 15 (diteruskan hingga abad ke 16). Tambahan pula

Page 10: Perkembangan islam di asia

Malaka merupakan tempat perdagangan rempah dengan berfungsi sebagai

pintu kepada negeri-negeri rempah untuk memasarkan rempah mereka. Hal

ini digambarkan ”Duarte Barbosa” yang berkata : ”Barangsiapa mampu

menguasai Malaka, berarti dia dapat menguasai perdagangan dunia”.

Parameswara wafat pada pada 1424 dan estafet kepemimpinananya

dilanjutkan oleh oleh anaknya, Sri Maharaja yang kemudian bergelar Sultan

Muhammad Syah (1424-1444).

Malaka Sebagai Pusat Penyebaran Agama Islam

Sebelum muncul dan tersebarnya Islam disemenanjung Arabia, para

pedagang Arab telah lama mengadakan hubungan dagang disepanjang jalan

perdagangan antara Laut Merah dengan Negeri Cina. Berkembangnya

Agama Islam semakin memberikan dorongan pada perkembangan

perniagaan Arab, sehingga jumlah kapal maupun kegiatan perdegangan

mereka dikawasan timur semakin besar.

Sebagai salah satu bandar ramai dikawasan timur, Malaka juga ramai

dikunjungi oleh para pedagang Islam. Lambat laun, agama ini mudah

menyebar di Malaka. Alam perkembangannya, Raja pertama Malaka, yaitu

Parameswara akhirnya masuk Islam pada tahun 1414 M. dengan masuknya

Raja kedalam agama Islam, maka Islam kemudian menjadi agama resmi di

kerajaan Malaka, sehingga banyak rakyatnya yang ikut masuk Islam.

 Malaka menjadi pusat perkembangan agama Islam di Asia Tenggara,

hingga mencapai puncak kejayaan dimasa pemerintahan Sultan Mansyur

Syah (1459-1477). Kebesaran Malaka ini berjalan seiring dengan

perkembangan agama Islam. Negeri-negeri yang berada dibawah taklukan

Malaka banyak yang memeluk agama Islam. Untuk mempercepat proses

penyebaran islam, maka dilakukan perkawinan antar keluarga.

Sejarah melayu juga membicarakan soal kedudukan alim ulama dalam

sosio masyarakat melayu Malaka. Dalam hal ini, golongan alim ulama

mempunyai kedudukan tata taraf yang istimewa dalam kerajaan melayu

Malaka. Perananan mereka bukanlah setakat mengislamkan pemerintah dan

rakyat, tetapi juga menjaga institusi pemerintah dari sudut agama.

Walaupun mereka tidak menjadi keluarga istana tetapi mereka mempunyai

hubungan yang rapat dengan raja-raja Malaka.

Masa Kejayaan dan Kemunduran Kesultanan Malaka

Page 11: Perkembangan islam di asia

Kegemilangan yang dicapai Kesultanan Malaka disebabkan oleh

beberapa faktor penting. Faktor awal adalah, ketika Parameswara

mengambil kesempatan untuk menjalin hubungan baik dengan negara

Tiongkok ketika Laksmana Yin Ching mengunjungi Malaka pada tahun 1402.

Hubungan erat ini memberi banyak manfaat pada Malaka, salah satunya

mereka mendapat perlindungan ketika mengelak dari serangan Siam.

Pada tahun 1459, Sultan Mansur Shah (1459-1477) menaiki tahta.

Disebabkan kedudukannya yang strategik, Melaka menjadi sebuah

pangkalan luar yang penting bagi kapal-kapal. Bagi mengeratkan hubungan

diplomatik dengan Melaka, Maharaja China telah menganugerahkan anaknya

Puteri Hang Li Po dengan tujuan untuk dikahwinkan dengan Sultan Mansur

Shah. Untuk menyambut Hang Li Po, Sultan Mansur Shah juga menghantar

Tun Perpateh Puteh dengan segolongan pengiring ke negeri China untuk

mengiringnya. Hang Li Po tiba di Melaka pada tahun 1458 bersama-sama

500 orang pengiring.

Diantara bukti kemajuan kesultanan malaka antara lain :

a. Wilayah Kekuasaan

Dalam masa kejayaannya, Malaka mempunyai kontrol atas daerah-daerah

berikut

1. Semenanjung Tanah Melayu (Patani, Ligor, Kelantan, Trengganu, dsb)

2. Daerah Kepulaun Riau

3. Pesisir Timur Sumatra Bagian Tengah

4. Brunai dan Serawak

5. Tanjung Pura (Kalimantan Barat)

b. Mempunyai Angkatan Tentara yang Kuat

Sebuah kerajaan perlu mempunyai angkatan tentara yang kuat untuk

mempertahankan kerajaannya daripada dicerobohi oleh musuh. Malaka

memiliki angkatan laut yang besar. Orang laut menjadi tenaga penting

dalam angkatan laut Malaka. Selain itu, Malaka turut mempunyai pahlawan-

pahlawan yang gagah perkasa, berani dan setia kepada Sultan. Antara

pahlawan-pahlawan yang terkenal ialah Hang Tuah, Hang Jebat, Hang

Page 12: Perkembangan islam di asia

Kasturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu.

Sebahagian besar kelengkapan tentera Malaka terdiri dari pada kapal,

bahtera, ghali, ghalias, jong dan lancara. Peralatan senjatanya pula terdiri

dari pada panah, keris, lembing, meriam, lela, rentakal, istinggar dan

pemuras. Kekuatan tentara Malaka terbukti semasa pemerintahan Sultan

Muzaffar Syah apabila Melaka dapat mematahkan serangan Siam sebanyak

2 kali tanpa bantuan China.

c. Sistem Pemerintahan yang Cakap dan Jujur

Sejak awal pengasasan Malaka, telah wujud sistem pemerintahan yang

tegas dan teratur. Kerajaan Malaka telah diketuai oleh seorang Sultan yang

akan dibantu oleh para pembesar. Para pembesar mempunyai tugas dan

tanggungjawab masing-masing. Bendahara merupakan penolong Sultan dan

penasihat Baginda. Penghulu Bendahari bertanggungjawab menjaga semua

harta kerajaan. Temenggung pula ditugaskan menjaga keamanan di darat

dan turut menjadi pengawal pribadi sultan. Semasa pemerintahan Sultan

Muzaffar Syah, Baginda telah memperkenalkan jawatan Laksamana. Tugas

utama Laksamana ialah menjadi ketua angkatan laut. Selain itu, pembesar-

pembesar berempat ini dibantu oleh pembesar delapan dan seterusnya.

Raja yang memerintah Kesultanan Malaka disebut sebagai sumber dan

pusat kuasa secara sekuler. Dengan kedudukan raja yang istimewa dalam

sistem berkerajaan, sumber kuasa yang dimiliki oleh Raja, iaitu restu dari

pada daulat yang dimiliki Raja tadi, disalurkan pula bagi menggerakkan

jentera serta tenaga pemerintahan.

d. Politik Negara

Dalam menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata

para Sultan menganut politik hidup berdampingan secara damai (co-

existenci policy) yang dijalankan secara efektif. Polik hidup berdampingan

secara damai dilakukan melalui hubungan diplomatic dan ikatan perkawinan.

Politik ini dilakukan untuk menjaga keamanan internal dan eksternal Malaka.

Dua kerajaan besar pada waktu itu yang harus diwasadai adalah Cina dan

Page 13: Perkembangan islam di asia

Majapahit. Maka, malaka kemudian menjalin hubungan damai dengan kedua

kerajaan besar ini. Sebagai tindak lanjut dari politik negara tersebut,

Parameswara kemudian menikah dengan salah seorang putri Majapahit.

Dimasa sultan Mansur Syah, juga terjadi perkawinan antara Hang Lipo,

putri raja Yung Lo dari dinasti Ming, dengan sultan Mansur Syah. Dalam

prosesi perkawinan ini, sultan Mansur Syah mengirim Tun Perpateh Puteh

dengan serombongan pengiring kenegeri Cina untuk menjemput dan

membawa Hang Lipo ke Malaka, rombongan ini tiba ke Malaka pada tahun

1458 dengan 500 orang pengiring. Demikianlah, malaka terus berusaha

menjalankan politik damai dengan kerajaan-kerajaan besar.dalam

melaksanakan politik bertetangga yang baik,

Masa pemerintahan Sultan Mansur Syah, Kesultanan Malaka mencapai

kemuncak kekuasaannya dan terdiri daripada Semenanjung Malaysia,

Singapura, dan sebagian besar Sumatera. Pesaing utama Malaka adalah

Siam di Utara dan Majapahit di selatan. Majapahit kemudian tumbang pada

kurun ke 15. Siam pula telah menyerang Malaka sebanyak tiga kali tetapi

kesemuanya gagal.

Masa Kemerosotan Malaka

a. Kesultanan Terakhir Malaka (Sultan Mahmud Syah)

Pada tahun 1488, Sultan Mahmud Shah mewarisi Melaka yang telah

mencapai kemuncak kuasa dan merupakan pusat dagangan yang unggul di

Asia Tenggara. Bendahara Tun Perak, pencipta keunggulan Melaka, telah

tua. Begitu juga dengan Laksamana Hang Tuah. Pemerintahan Sultan

Mahmud Shah juga mengalami rancangan jahat dan pilih kasih. Beliau bukan

seorang raja yang cekap, akan tetapi beliau juga seorang mangsa keadaan.

Ayahandanya (Sultan Alaudin Riayat Shah) mangkat pada usia yang masih

muda. Oleh itu baginda menaiki takhta ketika masih kanak-kanak. Portugal

(25) pada awal abad ke-16 sedang mengasaskan sebuah empayar luar

negeri. Pada tahun 1509, Diego Lopez de Sequiera dengan 18 buah kapal

dari Angkatan diRaja Portugal tiba di Melaka. Mereka merupakan orang

Eropa pertama yang tiba di Asia Tenggara dan digelar "Benggali Putih" oleh

orang tempatan. Oleh kerana orang-orang Portugis membuat kacau di

Melaka seperti mengusik gadis-gadis dan mencuri, disamping perselisihan

faham, Sultan Mahmud Shah kemudiannya mengarahkan supaya orang-

orang Portugis dihalau dari Melaka. Angkatan Portugis diserang dan 20 anak

kapalnya ditahan.

Page 14: Perkembangan islam di asia

Pada 10 Agustus 1511, sebuah armada laut Portugis yang besar dari

India diketuai oleh Alfonso de Albuquerque (27) kembali ke Malaka.

Albuquerque membuat beberapa permintaan membina markas Portugis di

Malaka tetapi perrmintaannya ditolak oleh Sultan Mahmud Shah. Selepas 10

hari mengepung, pihak Portugis berjaya menawan Kota Malaka pada 24

Agustus. Sultan Mahmud Shah terpaksa melarikan diri ke Bertam, Batu

Hampar, Pagoh and seterusnya ke Pahang di pantai timur di mana beliau

gagal dalam percubaannya mendapat pertolongan daripada negera China.

Kemudian, Sultan Mahmud Shah berpindah ke selatan dan

mengasaskan Kesultanan Johor sebagai pusat dagangan saingan kepada

Melaka. Dengan ibu kotanya di pulau Bentan yang terletaknya berdekatan

dengan Temasuk (Singapura), beliau terus menerima ufti dan kesetiaan dari

kawasan-kawasan sekeliling yang diberinya sewaktu beliau masih menjadi

Sultan Melaka. Sultan Mahmud Shah menjadi ketua gabungan Melayu dan

berkali-kali menyerang Melaka. Pada tahun 1525, Laksamana Hang Nadim

berhasil mengepung Kota A Famosa sehingga pihak Portugis terpaksa

membuat catuan makanan dari Goa.

Di Bentan, Sultan Mahmud Shah mengumpulkan semula semua

askarnya dan menyerang Melaka beberapa kali dan membuat sekatan

perdagangan. Portugis merana kerana banyak serangan dilakukan oleh

Sultan Mahmud Shah. Beberapa percubaan untuk menewaskan askar-askar

Sultan Mahmud Shah dilakukan. Akhirnya, pada tahun 1526, seangkatan

kapal yang besar di bawah Pedro Mascarenhaas dihantar oleh negeri

Portugal untuk memusnahkan bandar Bentan.

Pada 1526, pihak Portugis membalas dengan seangkatan kapal yang

besar di bawah Pedro Mascarenhaas dan memusnahkan ibu kota Bentan.

Sultan Mahmud Shah melarikannya ke Kampar, Sumatera tetapi anaknya,

Tengku Alauddin Shah tinggal dan mengembangkan Johor sebagai sebuah

Kesultanan yang berkuasa dan yang mencapai keunggulannya pada abad

ke-18 dan ke-19. Seorang lagi anaknya Sultan Mahmud Shah, Tengku

Muzaffar Shah, dijemput oleh orang-orang utara untuk menjadi sultan

mereka dan beliau mengasaskan Kesultanan Perak. Sultan Mahmud Shah

mangkat dua tahun kemudian di Kampar pada tahun 1526.

Page 15: Perkembangan islam di asia

b.      Brunei Darussalam

Islam merupakn agama kerajaan Brunai Darussalam. Kesultanan Brunei

telah mengislamkan wilayah-wilayah yang berada dalam kekuasaaannya.

Situasi politik di Negara Brunei Darussalam tampaknya sangat tenang,

bahkan kerajaan Brunei ini mengalami kemajuan pada masa Sultan Bolkiah.

Namun sesudah kepemimpinannya, kerajaan Brunei mulai goyah akibat

jajahan dari kolonialisme Eropa.

Upaya penaklukan kerajaan Brunei bermula ketika pihak kolonial

Spanyol menyampaikan surat yang berisi permohonan kepada baginda raja

Sultan Saiful Rijal agar memberi keluasan kepada para misionarisuntuk turut

mrenyebarkan ajaran kristiani dan memberikan jaminan keselamatan bagi

mereka di Brunei. Bahkan isi surat tersebut menjadikan baginda sultan

marah besar. Bulan April1578 M, terjadilah pertempuran antara Kerajaan

Brunei dengan pihak penjajah yang memakan banyak korban jiwa dari pihak

tentara Brunei. Selain itu terjadi perampasan harta benda milik Istana dan

pembesar-pembesar kerajaan oleh kolonial Spanyol. Meskipun  sempat

porak-poranda akibat pertempuran itu, namun semangat juang  rakyat

Brunei berhasil memukul mundur musuhnya pada bulan Juli 1578.

Sultan Saiful Rijal meninggal pada tahun 1581, dan digantikan oleh

Sultan Shah Brunei. Namun pada masa kepemimpinanya terbilang sangat

singkat. Kemudian di teruskan oleh Sultan Muhammad Hasan. Dialah yang

berhasil mengembalikan masa kejayaan kerjaan Brunei.  Hal ini terlihat

kemajuan di berbagai bidang, di antaranya bidang pendidikan, keagamaan,

serta perdagangan. Kemajuan ini dibidang pendidikan di tandai dengan

banyaknya sekolah-sekolah Islam yang didirikan, di bidang keagamaan,

kegiatan dakwah Islam ramai dikunjungi orang. Saat itu perdangan juga

berjalan dengan sangat baik sehingga kemasyhuran terdengar dimana-

mana.[10]

Masa kejayaan tersebut terenggut sejak Brunei dibawah kolonial Inggris,

yang menyerang Brunei hingga kerajaan Brunei kehilangan kekuasaannya

atas Serawak. Sedikit demi sedikit kekuasaan Brunei mulai terkikis. Meskipun

demikian, susunan Hierarki tradisional tetap bertahan. Agama dan

pendidikan agama tetap memainkan peranan penting dalam kehidupan

masyarakat, yang menyadarkan identitas Islam orang-orang Melayu Brunei.

Bahasa Melayu tetap manjadi media pengajaran keagamaan dan komunikasi

di antara kaum Muslim Brunei.

Pada tahun 1960 terjadi peristiwa penting mengenai pembentukan

Negara Malaysia.  Brunei menolak bergabung dengan Negara Malaysia

Page 16: Perkembangan islam di asia

karena tidak memberikan jaminan kepada kerajaan Brunei di masa

mendatang. Akhirnya pada tanggal 1 Januari 1984 kala itu bertepatan

dengan kepemimpinan Sultan Hasanah Bolkiah Brunei memperoleh

kemerdekaan penuh. System politik tradisional diberlakukan kembali dalam

bentuk modern dengan keluarga raja sebagai pemegang kepemimpinan

kerajaan yang bernama Kerajaan Brunei Darussalam.

Brunei berpenduduk 227.000jiwa (1998) dengan kaum muslim sebagai

mayoritas. Sebagai agama resmi Islam mendapatkan perlindungan dari

Negara. Konstitusinya menyatakan bahwa Negara trsebut menganut aliran

ahlus sunah wal jamaah.[11]

Sebagai agama resmi, Islam mendapat perlindungan dari Negara.

Dominasi keluarga kerajaan di bidang pemerintahan dan tidak adanya

demokrasi politik memungkinkan pemerintah memberlakukan kebijaksanaan

di bidang agama dan umum lainnya tanpa banyak kesulitan. Brunei sangat

berhati-hati terhadap pengaruh luar.

Kerajaan Brunei Darussalam merdeka pada tahun 1984 ini,

konstitusinya secara tegas menyatakan bahwa Negara tersebut adalah

Negara Islam yang beraliran Ahlu Sunnah Wal Jamaah.

Peristiwa itu benar-benar gejala baru yang menerobos tradisi politik.

Seperti yang telah mapan dalam pemerintahan dengan system kekhalifahan

masa-masa yang lampau. Perkembangan dan pandangan politik umat Islam

tersebut erat dengan perkembangan pemikiran terhadap nash yang

berkaitan dengan kepemimpinan. Apaba kita melihat perkembangan Brunei,

tampak sejaalan dengaan prinsip-prinsip Ahlu Sunnah wal Jamaah yang

berimplikasi politik pada kehidupan umat Islam di Brunei Darussalam.

Sejak akhir abad XIX sampai abad XX, terlihat perkembangan kehidupan

keagamaan masyarakat Brunei sangat signifikan baik pada tingkat

kelembagaan maupun penerapan ide-ide reformis. Dengan masuknya orde

Sufi Shadiliyyah dan Qodiriyah wa an-Naqsabandiyah serta penekanan teks

standar fiqih, secara langsung berpengaruh pada perkembangan

skripturalisasi kehidupan beragama. Perubahan administrasi ketatanegaraan

pada peralihan abad ini juga besar pengaruhnya terhadap  proses

skripturalisasi dan reformasi keagamaan, karena sulytan memilki wewenang

penuh dalambidang agama, bahkan karena wewenang itulah hubungan

antara sulatan dan agama menjadi sangat kuat.[12]

Dengan demikian, perubahan politik dan dinamika agama yang

dilancarkan pemerintah juga berimbas pada reformasi kehidupan umat

beragama. Reformasi dalam boidang pendidikan agama yang semula

dilakukan secara pribadi oleh para ulama melalui lembaga pendidikan yang

dimilikinya. Namun di periode modern, pendidikan agama yang lebih

sistemaatik mulai diperkenaalkan. Guru-guru agama harus ditatar di

Page 17: Perkembangan islam di asia

sekolaah agama yang di kenal. Agama juga menjadi salah satu mata

pelajaran yang diterapkan di seluruh sekolah.

Bukti kemajuan Brunei Darussalam adalah, dengan menggunakan

hukum Syara’ sebagai Hukum Perundang-undangan. Undang-undang

tersebut mencakup Hukum Islam, Muamalat, Undang-undang Keluarga dan

keterangan Acara. Penerapan Hukum Islam ini tak lain karena penaruh kuat

dari Sultan Syarif Ali yang kukuh ingin menjadikan penduduk Brunei sebagai

Muslim sejati. Hal ini kemudian  berimplikasi terhaadap perilaku penduduk

yang senantiasa berdasarkan perilakunya sesuai dengan syariat Islam.

Cara pengamalan Islam di Brunei didasarkan pada madzhab Syafi’I

dalam bidang Fikih dan Ahlu Sunnah wal Jamaah di bidang akidah.

Bukti kemundurannya adalah adanya penjajahan dari Kolonialisme

Eropa, yaitu Negara Spanyol. Setelah Brunei berusaha bangkit kembai

diteruskan dengan jajahan Inggris. Dan saat itulah Brunei benar-benar dalam

masa disintegrasi. Kemudian pada tahun 1884 Brunei memproklamirkaan

bahwa negaranya telah merdeka, dengan sultan sebagai kepala negaranya.

Kesultanan Brunei Darussalam

Kesultanan Brunei terletak di Asia Tenggara dengan luas wilayah 7565

, di huni oleh penduduk yang mayoritas beragama Islam.Islam

merupakan agama kerajaan Brunei Darussalam. Kesultanan Brunei telah

mengislamkan wilayah-wilayah kekuasaannya.

Raja Brunei  Awang Alak Betatar mula-mula belum menganut agama

Islam. Lalu datang ulama dari Arab yang sebelumnya ke tanah melayu Johor.

Diantara ulama penyiar Islam adalah Syarif Ali, yang berasal Thaif, sebuah

kota kecil dekat dengan tempat umat Islam menuju kiblat untuk Shalat.

Syarif Ali melakukan pengajaran Islam kepada para penduduk Brunei.

Raja Awang Alak Betatar tertarik menerima Islam dan mengganti

namanya menjadi Sultan Muhammad Syah. Lalu seluruh keluarga istana

masuk Islam, termasuk putra Sultan yang kelak menggantikannya, yaitu

Sultan Ahmad.[13]

Setelah 17 tahun berkuasa, sultan Ahmad wafat dan di gantikan oleh

menantunya, sultan Syarif Ali. Hal itu dikarenakan Sultan Ahmad tidak

mempunyai anak laki-laki.

Islam mulai berkembang dengan pesat di Kesultanan Brunei sejak Syarif

Ali diangkat menjadi Sultan ke-3 Brunei pada tahun 1425. Sultan Syarif Ali

Page 18: Perkembangan islam di asia

adalah seorang Ahlul Bait dari keturunan cucu Rasulullah SAW, Hasan,

sebagaimana yang tercantum dalam Batu Tarsilah atau prasasti dari abad

ke-18 M yang terdapat di Bandar Sri Begawan, ibu kota Brunei Darussalam.

[14]

Ketika menjadi raja, sultan Syarif Ali berjuang keras menyebarkan

ajaran Islam kepada penduduk Brunei. Meski Islam telah ada di Brunei

semenjak abad ke-9, namun banyak pengaruh Hindu dan Budha dalam

keseharian masyarakat. Konon Sultan Syarif Ali membangun masjid

bertingkat tiga dan banyak meninggalkan warisan kebudayaan Islam yang

agung. Sultan Syarif Ali menerapkan corak kepemimpinan yang adil dan

teratur dengan berasaskan  hukum Isam. Pada masa ini, Brunei merupakkan

Negara yang aman dan sentosa. Itulah sebabnya, kemudian Brunei

mendapat sebutan “Brunei Darussalam” yang berarti negeri yang aman.

Kerajaan Brunei yang aman sentosa semakin berjaya setelah jatuhnya

kerajaan Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511 M, karena sultan

Brunei pada saat itu, Sultan Bolkiah mengambil alih kepemimipinan Islam

dari Malaka sehingga Brunei menjadi pusat perkembangan Islam di wilayah-

wilayah taklukan dan sekitarnya. Sejak saat itulah kesutanan Brunei

mencapai zaman kegemilangannya. Kebesaran dan kegagahan Brunei pada

zaman pemerintahan Sultan Bolkiah dianggap sebagai zaman keemasan

Brunei. Pada masa ini wilayah pemerintahan tak hanya mencakup

keseluruhan Borneo, namun hingga Pulau Pahlawan, Sulu, Balayan, Mindoro,

Bonbon, Balabak, Balambangan, Bangi, Mantanai dan Saludang. Sayangnya,

kegemilangan dan kejayaan ini tidak berlangsung lama. Sultan Bolkiah

meninggal pada tahun 1524 M. estafet kepemimpinan Brunei diberikan

kepada sultan Abduh Kahar. Pada masa Sultan Abdul Kahar inilah mulai

terjadi Kolonialisme Eropa di Asia Tenggara, tak terkecuali di Kerajaan Brunei

Darussalam.

c.        Thailand

Di muangthai (Thailand), kedatangan islam telah terasa pada masa

pemerintahan Kerajaan Sukhotai di abad XIII M. perdagangan merupakan

faktor-faktor dominan yang mendekatkan islam dengan Kerajaan Ayyuthaya.

Peran orang-orang muslim sebagai menteri dan saudagar yang dekat

dengan raja menjadikan mereka kelompok yang berpengaruh d istana.

Kaum muslimin tidak hanya mampu mengontrol jalur perdagangan yang

melintasi semenanjung, namun juga mampu mengamankan kunci perjanjian

administratif diseluruh kerajaan Ayutthaya. Rapuhnya melayu pattahani di

Thai selatan, lunturnya kekuatan politik dan hilangnya peran elit tradisional

mereka menimbulkan efek melemahkan umat. Bahasa melayu yang menjadi

perekat identitas mereka menimbulkan efek melemahkan umat. Bahasa

Page 19: Perkembangan islam di asia

melayu yang menjadi perekat identitas mereka dan media dalam sistem 

pengajaran dihapuskan karena mendapat pengawasan dari penguasa Thai.

Komunitas Thailand yang berjumlah dua juta jiwa mengalami dilema

yang kompleks. Diperburuk oleh keadaan kelompok muslim yang berpusat di

provinsi bagian.  Langkah pertama yang dilakukan Thailand adalah intregasi

administratif yang dirancang untuk memasukkan daerah-daerah muslim itu

kedalam system politik nasional yang berpusat di Bangkok. Kerajaan

Thailand bukan Negara sekular, tetapi sepanjang abad XX undang-undang

negeri ini termasuk semua konstitusi sejak tahun 1934 mengizinkan

kebebasan beragama dalam pengertian yang serupa dengan kebebasan

beragama dikebanyakan Negara demokrasi sekular.  Di Thailand, kaum

minoritas muslim dipandang dengan sikap negatif sebagai orang khaek.

Kesultanan Ayutthaya

Ayutthaya adalah ibukota kuno kerajaan Siam. Kata "  Ayutthaya "

sendiri berasal dari legenda Ramayana, yaitu  ibukota Rama, Ayodhya. Kata

“Ayodhya” yang sama juga  menjadi dasar kata “Ngayogya karta” atau

Jogjakarta  modern. Kerajaan Ayutthaya (bahasa Thai: อ า ณ า จั� ก ร อ ยุ ธ ยุ า )

merupakan kerajaan bangsa Thai yang berdiri pada kurun waktu 1350

sampai 1767 M. Nama Ayyuthaya diambil dari Ayodhya, nama kerajaan yang

dipimpin oleh Sri Rama, tokoh dalam Ramayana. Pada tahun 1350 Raja

Ramathibodi I (Uthong) mendirikan Ayyuthaya sebagai ibu kota kerajaannya

dan mengalahkan dinasti Kerajaan Sukhothai, yaitu 640 km ke arah utara,

pada tahun 1376.[15]

Dalam perkembangannya, Ayyuthaya sangat aktif melakukan

perdagangan dengan berbagai negara asing seperti Tiongkok, India, Jepang,

Persia dan beberapa negara Eropa. Penguasa Ayyuthaya bahkan

mengizinkan pedagang Portugis, Spanyol, Belanda, dan Perancis untuk

mendirikan pemukiman di luar tembok kota Ayyuthaya. Raja Narai (1656-

1688) bahkan memiliki hubungan yang sangat baik dengan Raja Louis XIV

dari Perancis dan tercatat pernah mengirimkan dutanya ke Perancis.

Setelah melalui pertumpahan darah perebutan kekuasaan antar dinasti,

Ayutthaya memasuki abad keemasannya pada perempat kedua abad ke-18.

Di masa yang relatif damai tersebut, kesenian, kesusastraan dan

pembelajaran berkembang. Perang yang terjadi kemudian ialah melawan

bangsa luar. Ayyuthaya mulai berperang melawan dinasti Nguyen (penguasa

Vietnam Selatan) pada tahun 1715 untuk memperebutkan kekuasaan atas

Kamboja.

Meskipun demikian ancaman terbesar datang dari Birma dengan

pemimpin Raja Alaungpaya yang baru berkuasa setelah menaklukkan

wilayah-wilayah Suku Shan. Pada tahun 1765 wilayah Thai diserang oleh dua

Page 20: Perkembangan islam di asia

buah pasukan besar Birma, yang kemudian bersatu di Ayutthaya.

Menghadapi kedua pasukan besar tersebut, satu-satunya perlawanan yang

cukup berarti dilakukan oleh sebuah desa bernama Bang Rajan. Ayutthaya

akhirnya menyerah dan dibumihanguskan pada tahun 1767 setelah

pengepungan yang berlarut-larut. Berbagai kekayaan seni, perpustakaan-

perpustakaan berisi kesusastraan, dan tempat-tempat penyimpanan

dokumen sejarah Ayutthaya nyaris musnah; dan kota tersebut ditinggalkan

dalam keadaan hancur.

Dalam keadaan negara yang tidak menentu, provinsi-provinsi

melepaskan diri dan menjadi negara-negara independen di bawah pimpinan

penguasa militer, biksu pemberontak, atau sisa-sisa keluarga kerajaan.

Bangsa Thai dapat terselamatkan dari penaklukan Birma karena terjadinya

serangan Tiongkok terhadap Birma serta adanya perlawanan dari seorang

pemimpin militer bangsa Thai bernama Phraya Taksin, yang akhirnya

mengembalikan kesatuan negara.

Peninggalan yang cukup menarik dari kota tua Ayutthaya hanyalah

puing-puing reruntuhan istana kerajaan. Raja Taksin lalu mendirikan ibukota

baru di Thonburi, yang terletak di seberang sungai Chao Phraya berhadapan

dengan ibukota yang sekarang, Bangkok. Peninggalan kota bersejarah

Ayutthaya dan kota-kota bersejarah sekitarnya yang terdapat pada

lingkungan Taman Bersejarah Ayutthaya telah dimasukkan oleh UNESCO

sebagai Warisan Dunia UNESCO. Kota Ayutthaya yang baru kemudian

didirikan di dekat lokasi kota lama, dan sekarang merupakan ibukota dari

Provinsi Ayutthaya.

 Karena dikelilingi oleh tiga sungai, maka kota Ayutthaya  menjadi jalur

penting perdagangan di masa lalu. Karena  kesuksesannya, konon kuil-kuil di

Ayutthaya dilapisi emas.  Sayang, kesuksesan ini membangkitkan rasa iri di

negeri  tetangga, Burma , yang berulang kali menyerang kerajaan

Ayutthaya ini. Akhirnya Burma berhasil mengalahkan kerajaan Ayutthaya ,

yang kelak mendirikan kerajaan baru berpusat di Bangkok . Saat Burma

menjajah, mereka merampas semua barang berharga, terutama emas. Dan

untuk menyelamatkan emas yang melapisi kuil, terpaksa kuil-kuil itu dibakar

agar emasnya meleleh. Peristiwa ini dikenang penduduk Thailand sebagai “

the burning of Ayutthaya ”.

Kerajaan Sukhohtai

Kerajaan Sukhothai (Bahasa Thailand: อาณาจั�กรสุโขทั�ยุ) adalah salah satu

kerajaan tertua di Thailand yang berpusat di sekitar kota Sukhothai, berdiri

sejak tahun 1238 sampai 1438. Bekas ibukota Kerajaan Sukhothai lama

berada sekitar 12 km dari kota Sukhothai modern, yaitu di Tambon Muang

Kao. Saat ini yang tertinggal di kota lama hanyalah puing-puing kota dan

Taman Bersejarah Sukhothai.[16]

Page 21: Perkembangan islam di asia

Kota Sukhothai sebelumnya merupakan bagian dari Kerajaan Khmer

sampai dengan tahun 1238, yaitu pada saat dua pemimpin bangsa Thai, Pho

Khun Pha Muang dan Pho Khun Bang Klang Hao, menyatakan kedaulatannya

dan mendirikan kerajaan untuk bangsa Thai. Pho Khun Bang Klang Hao

kemudian menjadi raja pertama Sukhothai, dan menamakan dirinya Pho

Khun Si Indrathit (atau Intradit). Kejadian ini secara tradisi dianggap

merupakan awal berdirinya negara Thai modern, meskipun terdapat

beberapa kerajaan Thai yang tidak begitu terkenal, seperti Lanna, Phayao

dan Chiang Saen, yang juga didirikan sekitar waktu yang sama.

Sukhothai berkembang dengan cara membentuk aliansi dengan

kerajaan-kerajaan Thai lainnya, dimana kerajaan-kerajaan tersebut memeluk

agama Buddha Theravada sebagai agama negara dengan bantuan dari para

biksu dari Sri Lanka. Pemerintahan Intradit dilanjutkan oleh anaknya Pho

Khun Ban Muang, yang pada tahun 1278 diikuti oleh saudaranya Pho Khun

Ramkhamhaeng. Di bawah pemerintahannya, yang juga disebut dengan

nama Raja Ramkhamhaeng Agung, Sukhothai menikmati masa keemasan

sebagai puncak kemakmurannya. Ramkhamhaeng dianggap sebagai

pencipta alfabet Thai (secara tradisional diperkirakan tahun 1283, dengan

bukti kontroversial berupa batu Ramkhamhaeng, yaitu suatu batu

berinskirpsi yang dianggap merupakan bukti tulisan Thai tertua).

Pada puncaknya, Sukhothai diperkirakan terbentang meliputi Martaban

(sekarang di Myanmar) sampai Luang Prabang (sekarang Laos), serta ke

arah selatan di Semenanjung Malaysia sampai sejauh Nakhon Si Thammarat

(Tambralinga). Dengan demikian pengaruhnya lebih luas daripada Thailand

modern, meskipun tingkat kekuasaan yang diterapkan terhadap wilayah-

wilayah tersebut berbeda-beda.

Setelah kematian Ramkhamhaeng, Sukhothai melemah dan berbagai

kerajaan bawahannya mulai melepaskan diri. Sementara itu Kerajaan

Ayutthaya yang merupakan saingannya semakin meningkat kekuasaannya.

Pada akhirnya Raja Thammaracha II dari Sukhothai tahun 1378 terpaksa

menyerahkan kekuasaannya, dan Sukhothai menjadi negara bawahan

Ayutthaya. Sekitar tahun 1430, Raja Thammaracha IV memindahkan ibukota

Sukhothai ke Phitsanulok, dan setelah kematiannya tahun 1438, status

Sukhothai berubah hanya menjadi sekedar provinsi dari Ayutthaya.

d.      Filipina

Dahulu Islam tersebar di Filipina, hampir mencapai seluruh

kepulauannya. Disana juga telah berdiri pemeritahan Islam, seperti halnya

yang terjadi di Indonesia. Akan tetapi secara tiba-tiba muncul arus pemikiran

keagamaan yang di bawa oleh penjajah spanyol.

Page 22: Perkembangan islam di asia

Pada tahun 1521 M, secara mendadak Spanyol menyerbu kepulauan-

kepulauan Filipina. Mereka datang dengan membawa seluruh dendam orang-

orang salib terhadap kaum muslimin. Maka situasi difilipina pada masa itu

hampir sama dengan situasi yang di alami oleh muslim di Andalusia.

Penjajah spanyol berada di Filipina ini hingga tahun 1898 M, hampir

mencapai 4 abad.[17]

   Pada 1896,  presiden Mc Kinley dari AS memutuskan untuk menduduki

Filipina untuk “meng-kristenkan dan membudayakan” rakyat sebgaimana ia

ajukan. Amerika berhasil menaklukan jajahan spanyol ini pada 1898 M,

tetapi Negara muslim sulu melawan. Sulu jatuh ketangan Amerika pada 1914

setelah berjuang lama dan gagah berani. Utuk pertamakali dalma sejarahnya

bangsa Moro (nama muslim untuk tanah air mereka di Filipina) jatuh

ketentara non muslim dan kehilangan kemerdekaannya. Pada 11 maret

1915, sultan muslim dipaksa turun tahta , tetapi diakui sebagai ketua

komunitas muslim.[18] Amerika lalu mengumumkan kemerdekaan bagi

Filipina pada tahun 1946. Sekarang ini Islam hanya tinggal ada di wilayah

selatan Filipina, yang sampai saat ini masih menuntut pemerintahan otonom

dengan segala upayanya.[19]

Kemerdekaan yang didapatkan Filipina pada 4 Juli 1946 M dari Amerika

Serikat ternyata tidak memiliki arti khusus bagi Bangsa Moro. Hengkangnya

penjajah pertama (Amerika Serikat) dari Filipina ternyata memunculkan

penjajah lainnya (pemerintah Filipina). Namun patut dicatat, pada masa ini

perjuangan Bangsa Moro memasuki babak baru dengan dibentuknya front

perlawanan yang lebih terorganisir dan maju, seperti MIM (Mindanao

Independece Movement),MNLF, MILF, MNLF-Reformis, BMIF. Namun pada

saat yang sama, juga merupakan masa terpecahnya kekuatan Bangsa Moro

menjadi faksi-faksi yang melemahkan perjuangan mereka secara

keseluruhan.

Tekanan semakin terasa hebat dan berat ketika Ferdinand Marcos

berkuasa (1965-1986). Dibandingkan dengan masa pemerintahan semua

presiden Filipina dari Jose Rizal sampai Fidel Ramos maka masa

pemerintahan Ferdinand Marcos merupakan masa pemerintahan paling

represif bagi Bangsa Moro. Pembentukan Muslim Independent Movement

(MIM) pada 1968 dan Moro Liberation Front (MLF) pada 1971 tak bisa

dilepaskan dari sikap politik Marcos. Perkembangan berikutnya, MLF sebagai

induk perjuangan Bangsa Moro akhirnya terpecah. Pertama, Moro National

Liberation Front (MNLF) pimpinan Nur Misuari yang berideologikan

nasionalis-sekuler. Kedua, Moro Islamic Liberation Front (MILF) pimpinan

Hashim Salamat, seorang ulama pejuang, yang murni berideologikan Islam

dan bercita-cita mendirikan negara Islam di Filipina Selatan.

Page 23: Perkembangan islam di asia

Namun dalam perjalanannya, ternyata MNLF pimpinan Nur Misuari

mengalami perpecahan kembali menjadi kelompok MNLF-Reformis pimpinan

Dimas Pundato (1981) dan kelompok Abu Sayyaf pimpinan Abdurrazak

Janjalani (1993). Tentu saja perpecahan ini memperlemah perjuangan

Bangsa Moro secara keseluruhan dan memperkuat posisi pemerintah Filipina

dalam menghadapi Bangsa Moro. Ditandatanganinya perjanjian perdamaian

antara Nur Misuari(ketua MNLF) dengan Fidel Ramos (Presiden Filipina) pada

30 Agustus 1996 di Istana Merdeka Jakarta lebih menunjukkan

ketidaksepakatan Bangsa Moro dalam menyelesaikan konflik yang telah

memasuki 2 dasawarsa itu.[20]

Disatu pihak mereka menghendaki diselesaikannya konflik dengan cara

diplomatik (diwakili oleh MNLF), sementara pihak lainnya menghendaki

perjuangan bersenjata/jihad (diwakili oleh MILF). Semua pihak memandang

caranyalah yang paling tepat dan efektif. Namun agaknya Ramos telah

memilih salah satu diantara mereka walaupun dengan penuh resiko. "Semua

orang harus memilih, tidak mungkin memuaskan semua pihak," katanya.

Dan jadilah bangsaMoro seperti saat ini, minoritas di negeri sendiri. Menurut

Majul, minimal ada tiga alasan yang menjadi penyebab sulitnya bangsa Moro

berintegrasi secara penuh kepada pemerintah Republik Filipina.[21]

Pada dekade 70-an, Michael O. Masturs dan Adip Majul telah mengisi

kekosongan kritis dalam literature ilmu sosial tentang kaum muslim di

Filipina. Dalam kebijakan publik, keduanya berhasil membuat draf kitab

undang-undang bagi kaum muslim Filipina yang sekarang disahkan sebagai

PD No. 1083. Ini tellah melahirkan arah penelitian baru bagi reformasi hokum

dan administrasi pengadilan syariah di Asia Tenggara.

Perubahan rezim politik telah membuka jalan bagi reformasi ekonomi.

Kedua sarjana tersebut telah mendesak H.B 4996 yang drafnya ia buat untuk

Piagam Bank Investasi Islam Filipina. Dengan bank ini, diharapkan kaum

muslim dapat masuk ke arus utama teknik keuangan kontemporer. Dalam

beberapa hal ini berarti sumbangan pikiran dari keduanya telah

mengonkretkan aspirasi sosial ekonomi kaum muslim Filipina.

Pendekatan baru telah pula menyumbangkan terminology baru dalam

masalah hukum perdagangan dan perbankan. Terdapat kesesuaian antara

ide interpretasi hukum melalui ijtihad dan tujuan legislative melalui siyasah

seperti yang kita lihat.

Langkah penerapan hukum ini telah membuka jalan bagi prosedur

institusional untuk membuat konsensus internasional yang dilaksanakan oleh

badan tersebut guna mendirikan persatuan bank Islam. Dengan ini ijma

sudah dapat dibuat. Perkembangan UU yang mengatur bank Islam

membutuhkan suatu “pemanduan hukum)”. Undang-undang tersebut

menjadi sumber hukum transaksi di Malaysia, Pakistan, Bangladesh, Mesir,

Page 24: Perkembangan islam di asia

Iran, Sudan, Nigeria dan negara-negara teluk serta dalam skal keci, Filipina.

Kerangka konseptual tentang mudharabah, musyarakah dan murabahah

telah diterapkan secara nyata yang dengan sendirinya akan menciptakan

suatu yurisprudensi.[22]

Salah satu bukti kejayaan islam pada masa lampau di Filipina yakni

Trasila Sulu yang berisi catatan sejarah dan atau silsilah kerajaan sulu. Pada

akhir abad 19, sebuah bertahan lama tarsila catatan (catatan garis

keturunan silsilah di Sulu) diberikan kepada penulis Najeeb M. Saleeby oleh

Haji Abdul Baqi Buto, yang menjabat sebagai Perdana Menteri ke politik yang

berkuasa lalu Sultan Sulu - Jamal ul-Karim II. Melalui tarsila, Saleeby

berdasarkan buku terkenal yang berjudul 'Sejarah Sulu', diterbitkan oleh

pemerintah kolonial AS di Filipina pada 1908.

Buku Saleeby tidak hanya menceritakan sejarah silsilah dari Kerajaan

Kesultanan Sulu, serta yang naik dan turun dari kekuasaan, tetapi juga

kronik bagaimana iman Islam, diperkenalkan di dalam negeri melalui

kepulauan Sulu.

Kemunduran islam di Filipina mulai Nampak ketika spanyol datang

menjajah Negara ini. Kemudian disusul kristeisasi besar-besaran serta

penindasan terhadap muslim moro. Namun sampai sekarang hanya sedikit

masyarakat islam yag tersisa di Negara Filipina yakni sekitar wilayah selatan

Filipina.

Kesultanan Sulu

Kesultanan Sulu merupakan kesultanan  yang berada di Filiphina

bagian selatan. Islam masuk dan berkembang melalui orang Arab yang

melewati jalur perdagangan Malaka dan Filiphina. Pembawa Islam di Sulu

adalah Syarif Karim al-Makdum, mubaligh arab yang ahli dalam pengobatan.

Abu Bakar seorang da’i Arab yang menikah dengan putrid dari pangeran

Bawansa dan kemudian memerintah Sulu dengan mengangkat dirinya

sebagai sultan. Sayyid Abu Bakar menerapkan Islam  dalam pemerintahan

ataupun kehidupan masyarakat. Para penguasa kesultanan dimulai sejak

Syarif abu Bakar (Sultan Syarif al-Hasyim 1405-1420) hingga Sultan Jamalul

Kiram II (1887) berjumlah 32 sultan.

e.       Kamboja

Beberapa ahli sejarah beranggapan bahwa Islam sampai di Kamboja

pada abad ke-11 Masehi. Ketika itu kaum muslimin berperan penting dalam

pemerintahan Kerajaan Campa, sebelum keruntuhannya pada tahun 1470 M,

setelah itu kaum muslimin memisahkan diri.[23]

Pada permulaan tahun 70-an abad ke-20, jumlah kaum muslimin di

Kamboja sekitar 700 ribu jiwa. Mereka memiliki 122 mesjid, 200 mushalla,

Page 25: Perkembangan islam di asia

300 madrasah islamiyyah dan satu markaz penghafalan al-Qur’an al-Karim.

Namun karena berkali-kali terjadi peperangan dan kekacauan perpolitikan di

Kamboja dalam decade 70-an dan 80-an lalu, mayoritas kaum muslimin

hijrah ke negara-negara tetangga dan bagi mereka yang masih bertahan di

sana menerima berbagai penganiayaan; pembunuhan, penyiksaan,

pengusiran dan penghancuran mesjid-mesjid dan sekolahan, terutama pada

masa pemerintahan Khmer Merah, mereka dilarang mengadakan kegiatan-

kegiatan keagamaan, hal ini dapat dimaklumi, karena Khmer Merah

berfaham komunis garis keras, mereka membenci semua agama dan

menyiksa siapa saja yang mengadakan kegiatan keagamaan, muslim, budha

ataupun lainnya. Selama kepemerintahan mereka telah terbunuh lebih dari 2

juta penduduk Kamboja, di antaranya 500.000 kaum muslimin, di samping

pembakaran beberapa mesjid, madrasah dan mushaf serta pelarangan

menggunakan bahasa Campa, bahasa kaum muslimin di Kamboja.

Baru setelah runtuhnya kepemerintahan Khmer Merah ke tangan

pemerintahan baru yang ditopang dari Vietnam, secara umum keadaan

penduduk Kamboja mulai membaik dan kaum muslimin yang saat ini

mencapai kurang lebih 45.000 jiwa dapat melakukan kegiatan keagamaan

mereka dengan bebas. Di samping mulai bermunculan organisasi-organisasi

keislaman, seperti Ikatan Kaum Muslimin Kamboja, Ikatan Pemuda Islam

Kamboja, Yayasan Pengembangan Kaum Muslimin Kamboja dan Lembaga

Islam Kamboja untuk Pengembangan. Di antara mereka juga ada yang

menduduki jabatan-jabatan penting dipemerintahan, seperti wakil perdana

menteri, menteri Pendidikan, wakil menteri Transportasi, dua orang wakil

menteri agama dan dua orang anggota majlis ulama.

Sekalipun kaum muslimin dapat menjalankan kegiatan kehidupan

mereka seperti biasanya dan mulai mendirikan beberapa madrasah, mesjid

dan yayasan, namun program-program mereka ini mengalami kendala

finansial yang cukup besar, melihat mereka sangat melarat. Ini dapat dilihat

bahwa gaji para tenaga pengajar tidak mencukkupi kebutuhan keluarga

mereka. Disamping itu sebagian kurikulum pendidikan di beberapa sekolah

agama sangat kurang dan tidak baku.

Saat ini kaum muslimin Kamboja berpusat di kawasan Free Campia

bagian utara sekitar 40 % dari penduduknya, Free Ciyang sekitar 20 % dari

penduduknya, Kambut sekitar 15 % dari penduduknya dan di Ibu Kota Pnom

Penh hidup sekitar 30.000 muslim. Namun sayang, kaum muslimin Kamboja

belum memiliki media informasi sebagai ungkapan dari identitas mereka, hal

ini dikarenakan kondisi perekomomian mereka yang sulit.

Kaum muslimin Kamboja khususnya dan beberapa kawasan Islam di

bagian timur Asia pada umumnya membutuhkan kucuran bantuan dari

Page 26: Perkembangan islam di asia

saudara-saudara mereka, khususnya yayasan-yayasan sosial dan lembaga-

lembaga kemanusiaan, mereka sangat membutuhkan program-program

yang dapat meninggikan taraf kehidupan mereka, karena selama ini

sebagian besar dari mereka bergantung dari pertanian dan mencari ikan,

dua pekerjaan yang akhir-akhir ini sangat berbahaya, karena sering terjadi

banjir dan angin topan yang menyebabkan kerugian besar bagi kaum

muslimin dan membawa mereka sampai ke bawah garis kemiskinan.

Kaum muslimin Kamboja juga membutuhkan pembangunan beberapa

sekolah dan pembuatan kurikulum Islam yang baku, karena selama ini

sekolah-sekolah yang berdiri saat ini berjalan berdasarkan ijtihad masing-

masing, setiap sekolah ditangani oleh seorang guru yang membuat

kurikulum sendiri yang umumnya masih lemah dan kurang, bahkan ada

beberapa sekolah diliburkan lantaran guru-gurunya berpaling mencari

pekerjaan lain yang dapat menolong kehidupan mereka. Mereka juga sangat

membutuhkan adanya terjemah al-Qur’an al-Karim dan buku-buku Islami,

khususnya yang berkaitan dengan akidah dan hukum-hukum Islam.

f.       Singapura

Pada tahun 1965 Singapura menjadi negara yang independen dan

bergabung dalam Persemakmuran Bangsa-Bangsa pada 9 Agustus 1965.

Belakangan, Singapura di tahun 1965 secara resmi menjadi bagian dari

Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan September. Sejak, kemerdekaannya

Singapura telah berhasil lolos dari belenggu hegemoni dan standar hidup

mereka telah meningkat secara drastis.

Ada 15 persen penduduk Singapura yang Muslim. Sebagian besar orang

adalah Melayu. Pengikut lain termasuk dari komunitas India dan Pakistan

serta sejumlah kecil dari Cina, Arab dan Eurasia. 17 persen dari Muslim di

Singapura berasal dari India. Sementara mayoritas Muslim di Singapura

secara tradisional adalah Muslim Sunni yang mengikuti mazhab Syafi'i, ada

juga Muslim yang mengikuti mazhab Hanafi serta sedikit Muslim Syiah.

Islam di Singapura tidak bisa dipisahkan dari sejarah kolonial. Pada

tahun 1915, penguasa kolonial Inggris mendirikan Dewan Penasihat Islam.

Dewan ini bertugas untuk memberikan nasihat kepada penguasa kolonial

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam dan adat-

istiadatnya.

Seperti di negara-negara sekuler lainnya, Islam di Singapura tidak

mendapatkan tempat yang cukup. Misalnya saja, tidak boleh ada

kumandang adzan. Seseorang boleh melakukan adzan di masjid, namun

suaranya tak boleh keluar dari masjid. Ini yang diberlakukan oleh MUIS

(Majelis Ugama Islam Singapura)—sebuah lembaga semacam MUI di

Indonesia yang memegang penuh otoritas beragama Islam di sini. Ini supaya

Page 27: Perkembangan islam di asia

orang non-muslim yang mayoritas tidak terganggu. Tak ada usaha dari MUIS

untuk melakukan protes dan aksi untuk memperbaiki keadaan ini.

Pada 1966, parlemen mengesahkan Administration of the Muslim Law

Act (AMLA). Undang-undang yang mulai berlaku pada 1968 tersebut

menetapkan kewenangan dan yurisdiksi tiga lembaga  Islam, yaitu:

1.                       Islamic Religious Council of Singapore atau Majelis

Ugama Islam Singapura (MUIS) Islamic Religious Council of Singapore atau

Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) merupakan badan yang memiliki

peran penting dalam urusan agama Islam.

2.                        Syariah Court

Pada 1880, pemerintah kolonial Inggris mengeluarkan peraturan

tentang pernikahan pemeluk Islam, yakni Mahomedan Marriage Ordinance.

Ordonansi ini mengakui status hukum pribadi kaum muslim di Singapura.

Pada 1958, berdasarkan Muslim Ordinance (Ordonansi Muslim) 1957,

didirikan Syariah Court (Pengadilan Syariah), dengan kewenangan

mendengarkan dan memutuskan perselisihan yang berkaitan dengan

pernikahan dan kasus perceraian pemeluk Islam.

Pengadilan ini menggantikan peran kadi (hakim Islam) yang

sebelumnya berwenang memberi keputusan dalam kasus perceraian dan

warisan dengan mengikuti tradisi kelompok etnik tertentu atau penafsiran

mereka terhadap hukum Islam.

3.                       Registry of Muslim Marriages (ROMM).

Registry of Muslim Marriages bertugas mencatat pernikahan pasangan

muslim (keduanya muslim). Pernikahan pasangan berbeda agama dicatat

pada Registry of Marriages.

Sebelumnya, registrasi pernikahan umat Islam juga perceraian,

dilaksanakan dalam satu unit, yakni Syariah Court. Registry of Muslim

Marriages semula berkantor di sebuah rumah peristirahatan di Fort Canning,

kemudian pindah ke Canning Rise pada 1983.[24]