Top Banner
PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA Oct 11 Posted by Mustaqim Bukti-bukti Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia 1. Berita Cina dari Dinasti Tang Memberitakan bahwa pada sekitar tahun 674 M, orang-orang Ta Shih (orang-orang dari Arab dan Persia) membatalkan niatnya menyerang kerajaan kalingga karena ratu Sima yang berkuasa dikerajaan tersebut masih sangat kuat. 1. Berita India Bahwa para pedagang India dari Gujarat mempunyai peranan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam kepada setiap masyarakat yang dijumpainya. Penyebar Agama Islam di Indonesia 1. Pedagang dari Arab yang mula-mula memperkenalkan agama Islam di Indonesia, kemudian disusul oleh pedagang Islam dari Mesir, Persia dan Gujarat memiliki tugas menyebarkan ajaran Islam sesuai dengan kemampuannya masing-masing. 2. Golongan Mubaligh atau guru agama Islam, yaitu golongan yang pekerjaannya memang khusus untuk mengajarkan agama Islam. 3. Golongan Sufi (ahli tasawuf) diperkirakan masuk ke indonesia sejak abad ke 13. 4. para wali yang dikenal sebagai wali songo terdiri dari: Sunan Maulana Malik Ibrahim (gresik) Sunan Ampel atau Raden Rahmat (Ampel denta) Sunan Bonang atau Raden Maulana Makdum Ibrahim (Tuban) Sunan Drajat atau Syarifudin (sedayu) Sunan Giri (Gresik) Sunan Kalijaga (Demak )
60

Perkembangan Islam Di

Aug 09, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Perkembangan Islam Di

PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIAOct 11

Posted by Mustaqim

Bukti-bukti Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia

1. Berita Cina dari Dinasti Tang

Memberitakan bahwa pada sekitar tahun 674 M, orang-orang Ta Shih (orang-orang dari Arab dan Persia) membatalkan niatnya menyerang kerajaan kalingga karena ratu Sima yang berkuasa dikerajaan tersebut masih sangat kuat.

1. Berita India

Bahwa para pedagang India dari Gujarat mempunyai peranan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam kepada setiap masyarakat yang dijumpainya.

Penyebar Agama Islam di Indonesia

1. Pedagang dari Arab yang mula-mula memperkenalkan agama Islam di Indonesia, kemudian disusul oleh pedagang Islam dari Mesir, Persia dan Gujarat memiliki tugas menyebarkan ajaran Islam sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

2. Golongan Mubaligh atau guru agama Islam, yaitu  golongan  yang  pekerjaannya memang khusus untuk mengajarkan agama Islam.

3. Golongan Sufi (ahli tasawuf) diperkirakan masuk ke indonesia sejak abad ke 13.4. para wali yang dikenal sebagai wali songo terdiri dari:

Sunan Maulana Malik Ibrahim (gresik) Sunan Ampel atau Raden Rahmat (Ampel denta) Sunan Bonang atau Raden Maulana Makdum Ibrahim (Tuban) Sunan Drajat atau Syarifudin (sedayu) Sunan Giri (Gresik) Sunan Kalijaga (Demak) Sunan Kudus (kudus) Sunan Muria (kudus) Sunan Gunung Jati (Cirebon)

Kerajaan – kerajaan Islam di Indonesia

Kerajaan Samudra Pasai

Page 2: Perkembangan Islam Di

Samudra Pasai terletak di pesisir timur laut Aceh dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia, diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M dengan raja yang pertamanya adalah Malik al-Saleh dengan pusat kerajaanya ada di Muara Sungai Peusangan. Kerajaan berlangsung sampai abad 1524 M Samudra Pasai ditaklukkan Portugis dan akhirnya pada tahun 1524 M di aneksasi oleh raja Aceh, Ali Mughayat Syah dan selanjutnya ada di bawah pengaruh kesultanan Aceh.

Kerajaan Aceh Darussalam

Kerajaan Aceh terletak di Aceh Besar (sekarang), berdiri pada tahun ke-15 M dengan raja Ali Mughayat Syah. Puncak kekuasaan terletak pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1608-1637 M), kerajaan Aceh telah menjalin hubungan dengan kerajaan Turki Usmani pada saat itu. Pada masa itu daerah sekitarnya sudah memeluk Islam kecuali rakyat Batak. Runtuhnya Aceh ketika tonggak kepemimpinan dipimpin oleh seorang perempuan pada tahun 1641-1699, beberapa wilayah taklukannya lepas dan terpecah belah hingga akhirnya pada abad ke-18 M Kesultanan Aceh tinggal bayangan belaka.

Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan pertama di Pulau Jawa dengan rajanya Raden Patah, terjadi kurang lebih sekitar abad ke-15 hingga awal abad ke-16.

Kerajaan Pajang

Pajang merupakan lanjutan dari kerajaan Demak terletak di Kartasura, kerajaan Pajang merupakan kerajaan pertama di pedalaman pulau Jawa. Sultan pertamanya adalah Jaka Tingkir atau Adiwijaya. Pada masa sejarah Islam di Jawa yang asalnya berada di pesisir pantai kini berpindah ke pedalaman yang membawa akibat besar dalam perkembangan Islam di Jawa. Riwayat kerajaan Pajang berakhir tahun 1618.

Kerajaan Mataram

Pendiri kerajaan Mataram adalah Ki Ageng Pamanahan, yang mana mendapat tanah Mataram dari Sultan Adiwijaya (penguasa Pajang) untuk  memberontak Aria Penangsang, dan Ki Ageng Pamanahan mendapatkan kemenangan, hingga akhirnya di sana mulai ditempati pada tahun 1577 M dan menjalankan pemerintahan. Pada masa Sultan Agung kontak-kontak bersenjata antara kerajaan Mataram dengan VOC mulai terjadi.

Konflik datang bertubi-tubi, dalam setiap konflik yang tampil sebagai lawan adalah mereka yang didukung oleh para ulama yang bertolak dari keprihatinan agama, hingga terjadi pemerontakan-pemberontakan yang mengakibatkan runtuhnya Keraton Mataram.

Kerajaan Cirebon

Kesultanan Cirebon adalah kerajaan yang pertama yang ada di Jawa Barat, pendirinya adalah Sunan Gunung Jati pada abad ke-16.

Page 3: Perkembangan Islam Di

Kerajaan Banten

Pendiri kerajaan Banten adalah Hasanuddin putra dari Sunan Gunung Jati pada tahun 1568 dan beliau adalah raja pertamanya. Kesultanan bergantian secara turun temurun hingga akhirnya pada masa Sultan Abul Fath terjadi beberapa kali peperangan antar Banten dan VOC yang berakhir dengan disetujuinya perjanjian perdamaian tahun 1659 M.

Kerajaan Makassar

Pendirinya adalah Pangeran Samudera atau Sultan Suryatullah / Suryan Syah setelah berhasil menghalau serangan dari Daha berkat bantuan Demak. Kerajaan ini merupakan penerus dari kerajaan Daha yang mayoritas masih menganut agama Hindu-Budha.

Kerajaan di Maluku

Sekitar tahun 1460 M raja Ternate, Vongi Tidore memeluk agama Islam, raja yang benar-benar muslim adalah Zayn al-‘Abidin (1486-1500 M), karena usia Islam masih muda di Ternate, Portugis yang tiba dari sana tahun 1522 M, berharap dapat menggantikannya dengan agama Kristen, tetapi usaha mereka hanya mendatangkan hasil yang sedikit.

Kerajaan di Sulawesi

Kerajaan ini bernama kerajaan Gowa-Tallo, kerajaan kembar yang saling berbatasan, biasanya disebut kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di Semenanjung Barat Daya pulau Sulawesi, raja pertamanya adalah Alauddin (1591-1636 M), karena tradisi seorang raja menyampaikan pesan, maka dengan itu kerajaan Soppeng, Wajo, Bone pun akhirnya menerima Islam.

Page 4: Perkembangan Islam Di

Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam Di Indonesia

Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam Di Indonesia

KARAKTERISTIK MASUKNYA ISLAM DI INDONESIAMasuknya pengaruh agama dan kebudayaan Islam di Indonesia memiliki latar berlakang yang sama dengan agama Hindu-Budha, yaitu melalui jalur perdagangan dengan pedagang Arab, India dan Cina yang terlebih dahulu telah memeluk agama Islam.Agama Islam diperkenalkan dan disebarluaskan dengan cara yang damai, tidak melalui peperangan atau pemaksaan. Peranan wali dari penduduk asli Indonesia turut serta dalam penyebaran agama Islam, yang menjadi menarik perhatian masyarakat adlah mereka tidak membuat dirinya menjadi berbeda dengan lainnya. Penggunaan pakaian dan pendekatan bahasa adalah cara yang efektif, diperkenalkannya unsur-unsur kesenian menambah khasanah kebudayaan IndonesiaPROSES MASUKNYA AGAMA ISLAMRute perdagangan melalui laut yang sering dipakai dalam oleh bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lainnya adalah Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Samudera Indonesia, Teluk Persia, Laut Merah, Laut Hitam, sampai Laut Tengah.Sejak abad ke 7, sistem perdagangan Islam sudah terasa lebih maju dari bangsa-bangsa lainnya. Hal ini ditandai dengan :1. Munculnya sistem perdagangan bebas, yaitu jual beli barang tanpa batas syarat.2. Menggunakan perdagangan saham, bagi bangsawan bisa memberikan modal kepada suatu perusahaan dagang dengan membeli saham.3. Banyaknya pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai oleh pedagang Islam.Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam Di IndonesiaSUMBER BUKTI MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA :a. Catatan Pedagang ArabBerdasarkan catatan dari Ibnu Hordadzbeth (844-848), Sulayman (902), Ibnu Rosteh (903), Abu Zayid (916) dan Mas’udi (955) menyebutkan bahwa Kerajaan Sriwijaya melakukan perdagangan dengan kerajaan Oman dengan menjual kayu, timah, gading, rempah-rempah, merica, pala dan lain-lain. Ini terjadi pada tahun 7 saat Sriwijaya dipimpin oleh Raja Zabaq.b. Catatan Ibnu BatutaIbnu Batuta mendapat tugas untuk melakukan pelayaran ke Cina atas perintah Moh. Ibn Tuglag dari India. Ia mengemukakan bahwa di Indonesia sudah menggunakan nama-nama yang bernuansa Arab, yakni Syekh dan Malik.c. Catatan MarcopoloSaat perjalanan pulang Marcopolo dari Cina dan singgah di Perlak sudah melihat adanya kerajaan Islam di Tumasik dan Samudera Pasai. Kedua kerajaan tersebut menguasai Selat Malaka dan melakukan hubungan dagang ke Gujarat dan Benggalad. Catatan Ma HuanPada tahun 1400 M, Ma Huan adalah seorang penulis muslim asal Cina ikut serta bersama Laksamana Cheng-Ho yang juga Muslim melakukan eskpedisi ke tanah Jawa. Catatannya yang ditulis dalam buku Yingyai Seng-lan, menuturkan bahwa orang Cina yang bermukim di Jawa berasal dari Kanto, Zhangzhou, dan Quanzhou, kebanyakan dari mereka telah masuk Islam dan mentaati agama.e. Catatan Tome PiresDalam catatan orang Portugis yang bernama Tome Pires menyebutkan bahwa pada awal abad

Page 5: Perkembangan Islam Di

XVI kerajaan-kerajaan di Sumatera telah menganut ajaran Islam, di Tuban dan Gresik sudah terdapat keturunan ketiga para pengusaha-pengusaha beragama Islam.f. Batu NisanDitemukannya batu nisan yang memiliki corak bernuansa Islam, antara lain:1. Makam Fatimah binti Maimun, diperkirakan meninggal pada tahun 1025.2. Makam Sultan Malik al-Saleh, meninggal tahun 1297.3. Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim, meninggal tahun 1419

WALI SONGO :1. Maulana Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi, menyebarkan agama Islam di Gresik dengan menggunakan pendekatan pergaulan.2. Sunan Ampel, menyebarkan agama Islam di Surabaya.3. Sunan Bonang putra Sunan Ampel, menyebarkan Islam di Tuban.Sunan Drajat putra ketiga Sunan Ampel, menyebarkan Islam di Sedayu (Surabaya).4. Sunan Giri (Raden Paku) murid Sunan Ampel, menyebarkan Islam di Gresik5. Sunan Muria, menyebarkan Islam di daerah pedalaman Kudus.6. Sunan Kudus (Udung), menyebarkan Islam di Kudus.7. Sunan Kalijaga (Joko Said), menyebarkan Islam di Kadilangu (Demak).Sunan8. Gunung Jati (Fatahillah), menyebarkan Islam di Cirebon

PENGARUH DAN PENINGGALAN BUDAYA WALI SONGO• Raden Fatah sewaktu menjadi raja Demak tidak memakaipakaian adat Arab, tetapi memakai kuluk, jamang dan sumping.• Cerita wayang lebih bervariasi, diambil cerita-cerita rakyat dan cerita dari kitab Mahabarata dan Ramayana. Bentuk wayang yang semula boneka dimodifikasi menjadi pipih terbuat dari kulit.• Menara Mesjid Kudus mirip dengan candi dengan bentuk atap menyerupai pura.• Sunan Giri menciptakan lagu-lagu bernuansa Islam, seperti Ilir-ilir dan Jamuran

AKULTURASI BUDAYA HINDU-BUDDHA DENGAN SILAM• UPACARA ADATPada tahun 1284 Saka atau 1362 M, raja Hayam Wuruk melakukan acara srada untuk memperingati wafatnya Rajapatni. Tradisi penghormatan terhadap roh nenek moyang terasa masih sangat kental, walaupun sudah masuk agama Hindu-Budha. Di saat masuknya agama Islam, upacara seperti ini tidak hilang malah dibumbui dengan unsur-unsur Islam.• SENI BANGUNANArsitektur bangunan mesjid dibuat secara khusus untuk membedakan dengan bangunan lainnya. Biasanya atap mesjid dibuat bertingkat, denah persegi panjang, memiliki serambi depan atau samping, dikelilingi benteng dan gerbang berbentuk gapura. Contoh-contoh mesjid seperti ini dapat dijumpai pada Mesjid Marunda, Mesjid Agung Demak, Mesjid Agung Banten, dan Mesjid Agung Cirebon.• SENI SASTRASastra karya Hamzah Fanshuri merupakan contoh hasil akulturasi kebudayaan Islam dengan Budha, seperti terlihat dalam karyanya yang berjudul Syair Perahu yang mengibaratkan hidup manusia di dunia bagaikan mengarungi lautan, dan Syait Si Burung Pingai yang menggambarkan jiwa manusia sama seperti burung yang sama seperti dzat TuhanSejarah Masuk dan Perkembangan Islam Di Indonesia1. SAMUDRA PASAI• Orang Gujarat, Persia dan Arab yang berdagang dan menetap di muara Sungai Perlak dan muara Sungai Pasai mendirikan sebuah kesultanan. Dinasti Fatimiah runtuh tahun 1268 dan digantikan oleh dinasti Mamaluk yang beraliran Syafi’i, mereka menumpas orang-orang Syiah di

Page 6: Perkembangan Islam Di

Mesir, begitupula di pantai Timur Sumatera.• Utusan dinastri Mamaluk yang bernama Syekh Ismail mengangkat Marah Silu menjadi sultan di Pasai, dengan gelar Sultan Malikul Saleh. Marah Silu yang semula menganut aliran Syiah berubah menjadi aliran Syafi’i.• Sultan Malikul Shaleh digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Malikul Thahir, putra keduanya yang bernama Sultan Malikul Mansur memisahkan diri dan kembali menganut aliran Syiah.• Saat Majapahit melakukan imperium ke seluruh Nusantara, kesultanan di Pasai tunduk dan berada di bawah kekuasaan Majapahit.• Nama-nama sultan pengganti Sultan Malikul Saleh yang pernah berkuasa di Samudera Pasai adalah1) Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malikul Tahir (1297-1363).2) Sultan Ahmad yang bergelar Sultan Malik Az-Zahir (1326-1348).3) Sultan Zainal Abidin (1348-1383)• Sumber-sumber yang menyatakan keberadaan kesultanan di Pasai didapat dari catatan Ibnu Batuta saat ekspedisi dari India ke Cina tahun 1345 dan catatan Marcopolo dari Venesia tahun 1292.

2. KERAJAAN MALAKA• Didirikan oleh Paramisora, pangeran Majapahit yang melarikan diri ke Tumasik setelah terjadi Perang Paregreg (1401-1406). Pelariannya ke Tumasik (Singapura) dilanjutkan ke Semenanjung Malaka.• Paramisora membuat pelabuhan sebagai tempat singgah para pedagang dari luar negeri maupun dalam negeri.• Paramisora mengganti agama lamanya dengan agama Islam dan berganti nama menjadi Sultan Iskandar Syah.• Kesultanan berikutnya adalah Muhammad Iskandar Syah (1414-1424) yang menikah dengan putri dari Pasai.• Sultan Mudzafat Syah menggantikan Muhammad Iskandar Syah melalui kudeta, selanjutnya kesultanan dilanjutkan Sultan Mansur Syah (1458-1477), Sultan Mahmud Syah (1488-1511).• Tahun 1511 saat Kerajaan Malaka dipimpin Sultan Mahmud Syah, terjadi penyerbuan oleh bangsa Portugis yang dipimpin oleh Alfonso d’Alburquerque.• Sultan Mahmud Syah melarikan diri ke Johor dan mendirikan kerajaan Johor• Masalah perpajakan diurus seorang tumenggung yang menguasai wilayah tertentu, urusan perdagangan laut diurus oleh syahbandar dan urusan perkapalan diurus oleh laksamana.

3. KERAJAAN ACEH• Kerajaan Aceh didirikan Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1530• Tahun 1564 Kerajaan Aceh di bawah pimpinan Sultan Alaudin al-Kahar (1537-1568).• Pada masa kerajaan Aceh dipimpin oleh Alaudin Riayat Syah datang pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman untuk meminta ijin berdagang di Aceh.• Penggantinya adalah Sultan Ali Riayat dengan panggilan Sultan Muda, ia berkuasa dari tahun 1604-1607. Portugis melakukan penyerangan tapi usaha ini tidak berhasil.• Setelah Sultan Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Muda dari tahun 1607-1636, kerajaan Aceh mengalami kejayaan dalam perdagangan. Banyak terjadi penaklukan di wilayah yang berdekatan dengan Aceh seperti Deli (1612), Bintan (1614), Kampar, Pariaman, Minangkabau, Perak, Pahang dan Kedah (1615-1619).• Gejala kemunduran Kerajaan Aceh muncul saat Sultan Iskandar Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Thani (1637-1642). Pada masa ini terjadi pertikaian antara golongan bangsawan (Teuku) dengan golongan agama (Teungku), sedangkan golongan agama sendiri tidak pernah bersatu karena terdapat dua aliran yang berbeda, Syiah dan Sunni.

Page 7: Perkembangan Islam Di

4. KERAJAAN DEMAK• Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Fatah. Yaitu keturunan Raja Brawijaya V yang menikah dengan putri Cina. Ketika Majapahit masih berkuasa walaupun dalam keadaan lemah, Raden Fatah diangkat menjadi bupati di Bintoro (Demak) dengan gelar Sultan Alam Akbar al Fatah. Tahun 1500 Demak menyerang Majapahit dan memindahkan pusat pemerintahan di Demak.• Setelah Raden Fatah wafat, Demak diserahkan kepada Cu-cu atau Sumangsang, Selanjutnya Demak diperintah oleh Dipati Unus dari tahun 1507.• Tahun 1513 Demak memimpin pasukan yang dipimpin oleh Dipati Unus melakukan usaha merebut Selat Malaka dari Portugis. Karena kejadian itu, Dipati Unus dikenal dengan panggilan Pangeran Sabrang Lor atau Pangeran yang menyeberang ke Utara.• Sultan Trenggana menggantikan saudaranya Dipati Unus dari tahun 1521-1546. Sultan Trenggana memperluas wilayah kekuasaan Demak ke Madiun (1529), Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535), Lamongan, Blitar, Wirasaba (1535), Kediri (1539), dan Blambangan (1546). Usaha Demak memperluas wilayah dilanjutkan ke Banten, Cirebon dan Jayakarta pada tahun 1525 dibawah pimpinan Fatahillah.• Wafatnya Sultan Trenggana saat penaklukan Blambangan menimbulkan konflik keluarga yang ingin menguasai tahta kerajaan Demak. Adiknya yang bernama Pangeran Seda ing Lepen menjadi raja Demak, namun tidak berlangsung lama dan digantikan oleh Pangeran Prawata putra Sultan Trenggana. Namun Arya Penangsang putra Pangeran Seda ing Lepen sama-sama menginginkan tahta kerajaan Demak.Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam Di Indonesia5. KERAJAAN BANTEN• Untuk mengurangi pengaruh Portugis di Nusantara, Fatahillah membuat kerajaan Banten sebagai kerajaan bawahan Demak. Fatahillah melanjutkan penaklukannya ke Cirebon, dan kekuasaan Banten diserahkan kepada puteranya yang bernama Hasannudin.• Pada tahun 1522 Banten memutuskan untuk melepaskan diri. Dengan demikian, Hasanuddin adalah pendiri dan peletak cikal-bakal kerajaan Banten. Hasanuddin dinikahkan dengan putri Sultran Trenggono• Hasanuddin memiliki dua putera yaitu Maulana Yusuf dan Pangeran Jepara. Pangeran Jepara menikah dengan putri penguasa Jepara, Ratu Kali Nyamat dan menjadi pengganti penguasa Jepara.• Pada tahun 1570 Banten diperintah Maulana Yusuf. Ia melakukan penaklukan ke kerajaan Pajajaran yang masih beragama Hindu.• Setelah Maulana Yusuf wafat tahun 1580, kekuasaan diberikan kepada Maulana Muhammad. Proses peralihan kekuasaan ini mendapat tentangan dari Pangeran Jepara. Usaha Pangeran Jepara untuk menguasai Banten dilakukan dengan penyerangan, namun gagal karena Maulana Yusuf dibantu oleh para ulama.• Tahun 1651-1682, Banten mengalami kejayaan saat diperitah oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Ia sangat keras terhadap Belanda. Anehnya, Sultan Haji (putra Sultan Ageng Tirtayasa) tidak menyetujui dan malah bersekutu dengan Belanda.

6. KERAJAAN MATARAM• Jaka Tingkir menantu Pangeran Trenggono memindahkan pusat pemerintahan dari Demak ke Pajang, dan kemudian mendirikan kerajaan Pajang dan menjadi raja pertama di Pajang dengan gelar Hadiwijaya.• Jaka Tingkir melakukan penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan kecil di Jawa Timur. Ia memberikan hadiah kepada dua orang yang telah berjasa selama penaklukan, mereka adalah Ki Ageng Pamanahan yang ditempatkan di Mataram dan Ki Ageng Panjawi yang ditempatkan di Panjawi.• Pada tahun 1578 didirikan keraton oleh Pamanahan di Plered sebagai ibukota wilayah

Page 8: Perkembangan Islam Di

Mataram. Setelah Pamanahan, kekuasaan wilayah dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Senapati. Kelak, Senapati yang menjadi peletak cikal-bakal kerajaan Mataram.• Pada tahun 1613-1645, Sultan Agung membawa Kerajaan Mataram ke dalam masa kejayaan.• Amangkurat I putera dari Sultan Agung melakukan kerjasama dengan Belanda untuk dapat mengatasi pemberontakan-pemberontakan di daerah. Belanda berkeinginan untuk menguasai tanah Jawa yang subur dengan memecah Mataram menjadi beberapa kerajaan kecil dan memaksa untuk dilakukan Perjanjian Giyanti (1755). Isi dari Perjanjian Giyanti adalah membagi kerajaan Mataram menjadi dua wilayah kekuasaan, yaitu Kesultanan Yogyakarta dengan Mangkubumi sebagai raja dengan gelar Sultan Hamengkubuwono I, dan Kasunanan Surakarta dengan raja Susuhunan Pakubuwono III.• Tahun 1813, oleh Belanda wilayah Mataram dibagi menjadi 4 bagian yaitu Yogyakarta, Surakarta, Pakualaman dan Mangkunegaran.

7. KERAJAAN GOA TALLO• Goa dan Tallo merupakan kerajaan kembar, pada tahun 1603 Goa menjadi kerajaan Islam Daeng Manrabia masuk Islam dan bergelar Alauddin, Tallo menjadi kerajaan Islam saat Kraeng Matoaya masuk Islam dan bergelar Sultan Abdullah. Wilayahnya meliputi sebagian besar Sulawesi dan bagian timur Nusa Tenggara.• Setelah Alaudin meninggal, tahta diserahkan kepada Hasanuddin (1654-1660). Usaha ayahnya menentang Belanda dilanjutkan, bahkan kegigihannya sangat merepotkan. Oleh karena itu Hasanuddin dikenal dengan “ayam jantan dari timur”. Penguasa Makassar selanjutnya adalah Mapasomba, putra Hasanuddin.• Bone merupakan wilayah kekuasaan Makassar yang dipimpin oleh Aru Palaka menawarkan kerjasama untuk membantu Belanda. Tahun 1667, Belanda dapat menghancurkan Makassar dan memaksa dilakukan Perjanjian Bongaya, yang isinya antara lain1) Pengakuan hak monopoli Belanda.2) Belanda dapat mendirikan benteng-benteng pertahanan di Makassar.3) Makassar melepaskan daerah-daerah kekuasaan.4) Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone

8. KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE• Di pulau Maluku terdapat empat kerajaan besar, yaitu Jailolo, Bacan, Ternate dan Tidore. Ternate dan Tidore merupakan kerajaan besar yang menguasai persaingan perdagangan dibandingkan dengan lainnya. Dalam persaingannya Ternate membentuk Uli lima (persekutuan lima) yang terdiri dari Bacan, Obi, Seram dan Ambon, sedangkan Tidore membentuk Uli siwa (persekutuan sembilan) yang terdiri dari Jailolo, Makian, dan pulau-pulau kecil di Maluku sampai Irian.• Portugis bersekutu dengan Ternate dan Spanyol bersekutu dengan Tidore. Dengan perjanjian Saragosa Spanyol menguasai Filipina dan Portugis menguasai Maluku.• Sultan Tabariji dari Ternate ditangkap tanpa alasan jelas dan dibuang ke Goa. Melihat kejadian tersebut Sultan Hairun sebagai penguasa kerajaan Ternate secara terang-terangan menentang hak monopoli Portugis di Maluku, dengan tipu muslihat Sultan Hairun dibunuh oleh bangsanya sendiri.• Tahun 1570 Sultan Baabulah berhasil mengusir Portugis dari tanah Ternate. Akhirnya Portugis keluar dari Maluku dan tinggal di daerah Timor Timur.

Page 9: Perkembangan Islam Di

Sejarah Perkembangan Islam Di Indonesia A. Kedatangan dan Penyebaran Islam di Indonesia

Pada abad ke-1 hingga ke-7 M, pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa sering disinggahi pedagang asing, seperti Pelabuhan Lamuri (Aceh), Barus dan Palembang di Sumatra serta Pelabuhan Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa.

Cikal bakal keberadaan Islam di Nusantara telah dirintis pada periode abad ke-1 hingga ke-5 H atau abad ke-7 hingga ke-8 M. Pada periode ini, para pedagang dan mubalig membentuk komunitas Islam. Para mubalig memperkenalkan dan mengajarkan Islam kepada penduduk setempat tentang Islam. Ajaran-ajaran Islam tersebut antara lain sebagai berikut :1. Islam mengajarkan toleransi terhadap sesama manusia, saling menghormati dan tolong menolong.2. Islam mengajarkan bahwa dihadapan Allah, derajat semua manusia sama, kecuali takwanya.3. Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang, dan mengharamkan manusia saling berselisih, bermusuhan, merusak, dan saling mendengki.4. Islam mengajarkan agar manusia menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukannya serta senantiasa setiap saat berbuat baik terhadap sesama manusia tanpa pilih kasih.

Ajaran Islam ini sangat menarik perhatian penduduk Indonesia. Dengan demikian, dakwah dan pengaruh Islam makin meluas, baik di kalangan masyarakat biasa, maupun bangsawan atau penguasa.

Proses Islamisasi diperkirakan sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi. Di Aceh, kerajaan Islam Samudra Pasai berdiri pada pertengahan abad ke-13 M sehingga perkembangan masyarakat muslim di Malaka semakin pesat. Ibnu Batutah menceritakan, Sultan Kerajaan Samudra Pasai, Sultan Al Malik Az Zahir dikelilingi oleh ulama dan mubalig Islam.

Sementara itu di Jawa proses penyebaran Islam sudah berlangsung sejak abad ke-11 M dengan

Page 10: Perkembangan Islam Di

ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang bertahun 475 H/1082 M.Pengaruh Islam yang masuk ke Indonesia bagian timur, terutama Maluku, tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang sepanjang pusat lalu lintas pelayaran internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku.

Menurut Tome Pires, masyarakat yang masuk Islam di Maluku dimulai kira-kira tahun 1460-1465 M. Mereka datang dan menyebarkan pembelajaran Islam melalui perdagangan, dakwah, dan perkawinan.

Sulawesi, terutama bagian selatan, sejak abad 15 M sudah didatangi oleh pedagang-pedagang muslim yang kemungkinan berasal dari Malaka, Jawa, dan Sumatra. Pada abad ke-16 di daerah Goa sebuah kerajaan terkenal di daerah itu telah terdapat masyarakat muslim.

B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan1. Ilmu-ilmu KeagamaanPerjuangan itu dilakukan, diberbagai aspek antara lain pendidikan, kesehatan, dakwah, sosial, politik hingga teknologi. Setidaknya ada dua cara yang dilakukan oleh para ulama dalam menumbuhkembangkan ajarannya yaitu sebagai berikut :a. Membentuk kader-kader ulama yang akan bertugas sebagai mubalig ke daerah-daerah yang lebih luas.b. Melalui karya-karya tulisan yang tersebar dan dibaca di seluruh Nusantara. Karya-karya itu mencerminkan perkembangan pemikiran dan ilmu-ilmu agama di Indonesia pada masa itu.

Ilmuwan-ilmuwan muslim di Indonesia tersebut, antara lain :a. Hamzah Fansuri (sufi) dari Sumatera Utara. Karyanya yang berjudul Asrar Al Arifin fi Bayan ila Suluk wa At Tauhid.b. Syamsuddin As Sumatrani dengan karyanya berjudul Mir’atul Mu’min (Cermin Orang Beriman).c. Nurrudin Ar Raniri, yaitu seorang yang berasal dari India keturunan Arab Quraisy Hadramaut. Karya-karyanya meliputi ilmu fikih, hadis, akidah, sejarah, dan tasawuf yang diantaranya adalah As Sirat Al Mustaqim (hukum), Bustan As Salatin (sejarah), dan Tibyan fi Ma’rifat Al Adyan (tasawuf).d. Abdul Muhyi yang berasal dari Jawa. Karyanya adalah kitab Martabat Kang Pitu (Martabat yang Tujuh).e. Sunan Bonang dengan karyanya Suluk Wijilf. Ronggowarsito dengan karyanya Wirid Hidayat Jatig. Syekh Yusuf Makasar dari Sulawesi (1629-1699 M). Karya-karyanya yang belum diterbitkan sekitar 20 buah yang masih berbentuk naskah.h. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (1812 M) seorang ulama produktif yang menulis kitab sabitul Muhtadil (fikih).i. Syekh Nawawi Al Bantani yang menulis 26 buah buku diantaranya yang terkenal Tafsir Al Murisj. Syekh Ahmad Khatib dari Minangkabau (1860-1916 M)

2. Arsitektur BangunanIndonesia yang terdiri dari ribuan pulau memiliki penduduk yang juga terdiri dari beragam suku,

Page 11: Perkembangan Islam Di

bangsa, adat, kebiasaan dan kebudayaan masing-masing. Oleh karena itu perbedaan latar belakang tersebut, arsitektur bangunan-bangunan Islam di Indonesia tidak sama antara satu tempat dengan tempat yang lainnya. Beberapa hasil seni bangunan pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam di Indonesia antara lain. Masjid-masjid kuno di Demak, Sandang Duwur Agung di Kasepuhan Cirebon, Masjid Agung Banten dan Masjid Baiturahman di Aceh.

Beberapa masjid masih memiliki seni masih memiliki seni bangunan yang menyerupai bangunan merupai pada zaman Hindu. Ukiran-ukiran pada mimbar, hiasan lengkung pola kalamakara, mihrab dan bentuk mastaka atau memolo menunjukkan hubungan yang erat dengan kebudayaan agama Hindu, seperti Masjid Sendang Duwur.

C. Peranan Umat Islam pada Masa Penjajahan, Masa Kemerdekaan dan Masa Perkembangan1. Masa penjajahanJauh sebelum Belanda masuk ke Indonesia, sebagian besar masyarakat Nusantara telah memeluk agama Islam yang ajarannya penuh kedamaian, saling menghormati, dan tidak bersikap buruk sangka terhadap bangsa asing. Semula bangsa asing seperti Portugis dan Belanda datang ke Indonesia hanya untuk berdagang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya niat itu berubah menjadi keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai koloni di bawah kekuasaan dan jajahannya. Portugis berhasil meluaskan wilayah dagangnya dengan menguasai Bandar Malaka di tahun 1511 sehingga akhirnya mereka dapat masuk ke Maluku, Ternate dan Tidore.

Portugis juga mematikan aktivitas perdagangan kaum muslim Indonesia di daerah lainnya seperti Demak. Pada tahun 1527 M, Demak di bawah pimpinan Fatahillah berhasil menguasai Banten. Banten dan Aceh kemudian menjadi pelabuhan yang ramai menggantikan Bandar Malaka.

Dilandasi semangat tauhid dan hasil pendidikan yang diperoleh dari pesantren menyebabkan semakin bertambahnya kader pemimpin dan ulama yang menjadi pengayom masyarakat. Kaum bangsawan dan kaum adat yang semula tidak memahami niat para ulama untuk mempertahankan Indonesia dari cengkeraman penjajah secara perlahan bersatu padu untuk mempertahankan Nusantara dari ekspansi Belanda.

Contoh perlawanan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut antara lain:1. Tuanku Imam Bonjol melalui Perang Paderi (1821-1837) di Sumatera Barat.2. Pangeran Diponegoro (1815-1838) melalui Perang Diponegoro di Jawa Tengah.3. Perang Aceh (1873-1904) di bawah pimpinan Panglima Pilom, Teuku Cik Ditiro, Teuku Umar, dan Cut Nyak Din.

2. Masa KemerdekaanUmat Islam kemudian mengganti perjuangannya melawan penjajahan dengan strategi atau jalan mendirikan organisasi-organisasi Islam yang diantaranya sebagai berikut :a. Syarikat Dagang IslamSyarikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam berdiri pada tahun 1905 dipimpin oleh H. samanhudi, A.M. Sangaji, H.O.S. Cokroaminoto dan H. Agus Salim. perkumpulan ini berdiri dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup bangsa ndonesia, terutama dalam dunia perniagaan.

Page 12: Perkembangan Islam Di

b. Jam’iatul KhairBerdiri pada tahun 1905 M di Jakarta adalah pergerakan Islam yang pertama di pulau Jawa. Anggotanya kebanyakan keturunan (peranakan) Arab.

c. Al IrsyadAl Irsyad adalah organisasi Islam yang didirikan tahun 1914 M oleh para pedagang dan ulama keturunan Arab, seperti Syekh Ahmad Sorkali.

d. Perserikatan UlamaGerakan modernis Islam yang berdiri pada tahun 1911 M oleh Abdul Halim dan berpusat di Majalengka Jawa Barat. Organisasi ini diakui keberadaannya oleh Belanda tahun 1917 dan bergerak dibidang ekonomi dan sosial, seperti mendirikan panti asuhan yatim piatu pada tahun 1930 M.

e. MuhammadiyahMuhammadiyah didirikan di Yogyakarta 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan bertepatan tanggal 8 Zulhijah 1330. Muhammadiyah bukan merupakan partai politik, tetapi gerakan Islam yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan.

f. Nahdatul UlamaDidirikan pada bulan Januari 1926 oleh KH. Hasyim Asy’ari yang bertujuan membangkitkan semangat para ulama Indonesia dengan cara meningkatkan dakwah dan pendidikan karena saat itu Belanda melarang umat Islam mendirikan sekolah-sekolah yang bernafaskan Islam seperti Pesantren.

3. Masa PerkembanganDi masa perkembangan atau setelah memperoleh kemerdekaan, umat Islam juga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya memajukan bangsa dan negara. Peran-peran tersebut antara lain dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut.

a. Membentuk Departemen AgamaTujuan dan fungsi Departemen Agama dirumuskan sebagai berikut:1) Mengurus serta menuntut pendidikan agama di sekolah-sekolah serta membimbing perguruan-perguruan agama.2) Mengikuti dan memperhatikan hal-hal yang bersangkutan dengan agama dan keagamaan.3) Memberi penerangan dan penyuluhan agama.

b. Di Bidang PendidikanSalah satu bentuk pendidikan Islam tertua di Indonesia adalah pesantren yang tersebar di berbagai pelosok daerah. Lembaga ini dipimpin oleh seorang kyai dan saat ini sudah banyak muncul pesantren yang bersifat modern. Artinya, pendidikan Islam tersebut memiliki kurrikulum dan jenjang-jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar (ibtidaiyah), menengah (tsanawiyah), dan tingkat atas (aliyah), bahkan sampai ke tingkat perguruan tinggi, seperti Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang sekarang telah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).

Page 13: Perkembangan Islam Di

c. Majelis Ulama IndonesiaSelain Departemen Agama, pemerintah Indonesia juga mendirikan Majelis Ulama Indonesia (MUI), yaitu suatu wadah kerja sama antara pemerintah dan ulama dalam urusan keorganisasian, khususnya agama Islam. Majelis Ulama Indonesia bergerak dalam bidang dakwah dan pendidikan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat berdiri pada bulan Oktober 1962 yang memiliki tujuan awal antara lain sebagai berikut :1) Pembinaan mental dan agama bagi masyarakat.2) Ikut ambil bagian dalam penyelenggaraan revolusi dan pembangunan semesta berencana dalam rangka demokrasi terpimpin.

D. Hikmah Sejarah Perkembangan Islam di IndonesiaSetelah memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil hikmah, diantaranya sebagai berikut:1. Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.2. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.3. Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.

E. Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di IndonesiaBanyak manfaat yang dapat kita ambil untuk dilestarikan diantaranya sebagai berikut:1. Kehadiran para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di bumi Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan yang sudah ada di nusantara ini.2. Hasil karya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.3. Kita dapat meneladani Wali Songo telah berhasil dalam hal-hal seperti berikut.a. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al Quran.b. Mampu membangun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur hingga ke seluruh pelosok Nusantara4. Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama, baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.5. Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktikkan tingkah laku yang penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.6. Para ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan yang tidak sebanding.

F. Perilaku Penghayatan Sejarah Perkembangan Islam di IndonesiaAda beberapa perilaku yang merupakan cerminan dari penghayatan terhadap manfaat yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam, yaitu antara lain sebagai berikut:1. Berusaha menjaga persatuan dan kerukunan antaraumat beragama, saling menghormati, dan tolong menolong.2. Menyikapi kejadian masa lalu dengan sikap sabar dan tetap meyakini bahwa setiap kejadian pasti ada hikmahnya.

Page 14: Perkembangan Islam Di

3. Sumber ilmu pengetahuan yang berupa karya tulis dari para ulama hendaknya terus digali atau dipelajari dan dipahami maksudnya.

Sejarah Ormas-Ormas Islam di Indonesia23 November 2012

Historigrafi Indonesia tidak pernah bisa dilepaskan dari peran pemeluk agama Islam. semenjak era pra-kemerdekaan hingga saat ini sudah banyak capaian-capaian membanggakan umat Islam untuk kemerdekaan dan kemajuan Indonesia. Tidak heran jika sampai sekarang ini relasi antara Islam dan Indonesia begitu intim tak terpisahkan.

Salah satu bukti peran penting Islam dalam sejarah kemerdekaan Indonesia adalah berdirinya organisasi-organisasi Islam pada waktu itu. Waktu itu salah satu strategi perjuangan untuk melawan penjajah yang paling jitu adalah dengan mendirikan perkumpulan, persyarikatan atau organisasi. Melalui wadah komunal inilah umat Islam berkontribusi langsung kepada rakyat Indonesia dalam berbagai bidang seperti pendidikan, budaya, sosial, ekonomi dan politik.

Berikut beberapa organisasi Islam yang berdiri di era kemerdekaan Indonesia:

Jam’iatul Khair

Berdiri pada tahun 1905 M di Jakarta adalah pergerakan Islam yang pertama di pulau Jawa. Anggotanya kebanyakan keturunan (peranakan) Arab.

Syarikat Dagang Islam

Syarikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam berdiri pada tahun 1905 dipimpin oleh H. samanhudi, A.M. Sangaji, H.O.S. Cokroaminoto dan H. Agus Salim. perkumpulan ini berdiri dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup bangsa ndonesia, terutama dalam dunia perniagaan.

Perserikatan Ulama

Gerakan modernis Islam yang berdiri pada tahun 1911 M oleh Abdul Halim dan berpusat di Majalengka Jawa Barat. Organisasi ini diakui keberadaannya oleh Belanda tahun 1917 dan bergerak dibidang ekonomi dan sosial, seperti mendirikan panti asuhan yatim piatu pada tahun 1930 M.

Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan bertepatan tanggal 8 Zulhijah 1330. Muhammadiyah bukan merupakan partai politik, tetapi gerakan Islam yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan.

Page 15: Perkembangan Islam Di

Al Irsyad

Al Irsyad adalah organisasi Islam yang didirikan tahun 1914 M oleh para pedagang dan ulama keturunan Arab, seperti Syekh Ahmad Sorkali.

Thawalib Sumatera

Tanggal 15 Februari 1920 oleh Syekh Ahmad Abdullah, Haji Abbas Abdullah, Haji Abdul Karim Amrullah, Jalaluddin Thaib dkk mendirikan Thawalib Sumatera. Organisasi ini merupakan perkembangan dari Surau Jembatan Besi yang berdiri tahun 1899 di Padang Panjang menjadi suatu organisasi pendidikan yang lebih Modern yang lebih teratur.

Persatuan Islam

Tanggal 17 September 1923 KH. Zamzam dan M. Yunus mendirikan Persis (Persatuan Islam) di Bandung. Organisasi ini muncul lantaran kehidupan keagamaan di Jawa yang masih terbelakang dan rakyat awam masih butuh akan aturan-aturan Agama, sehingga kerapkali ajaran-ajaran Islam menyimpang dari jalurnya.

Nahdatul Ulama

Didirikan pada bulan Januari 1926 oleh KH. Hasyim Asy’ari yang bertujuan membangkitkan semangat para ulama Indonesia dengan cara meningkatkan dakwah dan pendidikan karena saat itu Belanda melarang umat Islam mendirikan sekolah-sekolah yang bernafaskan Islam seperti Pesantren.

Majelis Islam A’la Indonesia

Majelis Islam A’la Indonesia atau MIAI adalah badan federasi bagi ormas Islam yang dibentuk dari hasil pertemuan 18-21 September 1937. KH Hasyim Asy’ari merupakan pencetus badan kerja sama ini, sehingga menarik hati kalangan modernis seperti KH Mas Mansur dari Muhammadiyah dan Wondoamiseno dari Syarekat Islam. MIAI mengoordinasikan berbagai kegiatan dan menyatukan umat Islam menghadapi politik Belanda seperti menolak undang-undang perkawinan dan wajib militer bagi umat Islam. KH Hasyim Asy’ari menjadi ketua badan legislatif dengan 13 organisasi tergabung dalam MIAI.

 

Masyumi

(Majelis Syura Muslimin Indonesia) menggantikan MIAI yang dibubarkan pada bulan oktober 1943, Tujuan didirikannya adalah selain untuk memperkokohkan Persatuan Umat Islam di Indonesia, juga untuk meningkatkan bantuan kaum muslimin kepada usaha peperangan Jepang.

Page 16: Perkembangan Islam Di

MuhammadiyahDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Muhammadiyah

Logo Muhammadiyah

Pembentukan 18 November 1912

Jenis Organisasi

Tujuan Keagamaan dan sosial (Islam)

Kantor pusat Kota Yogyakarta, DIY, Indonesia

Wilayah layanan Indonesia

Keanggotaan 29 juta

Ketua Umum Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin

Situs web www.muhammadiyah.or.id

Artikel ini adalah bagian dari seri

Islam

Rasul

Page 17: Perkembangan Islam Di

Nabi Muhammad SAW.

Kitab Suci

Al-Qur'an.

Rukun Islam

1. Syahadat · 2. Salat · 3. Zakat4. Puasa · 5. Haji

Rukun Iman

Iman kepada: 1. Allah2. Malaikat · 3. Kitab Allah ·4. Rasul

5. Hari Akhir · 6. Qada & Qadar

Tokoh Islam

Nabi & RasulSahabat

Ahlul BaitAs-Sabiqun al-Awwalun

Salaf as-Shalih

Kota Suci

Mekkah · & · Madinah

Kota suci lainnya

Yerusalem · Hebron · Bayt LahmIstanbul · Ghadir Khum

Hari Raya

Idul Fitri · & · Idul Adha

Hari besar lainnya

RamadhanIsra & Mi'raj · Maulid Nabi

Page 18: Perkembangan Islam Di

Tahun baru Islam · Lailatul Qadar

Arsitektur

Masjid ·Menara ·MihrabKa'bah · Arsitektur Islam

Jabatan Fungsional

Khalifah ·Ulama ·MuadzinImam·Mullah·Mufti

Hukum Islam

Al-Qur'an ·HadistSunnah · Fiqih · Fatwa

Syariat · Ijtihad

Manhaj

Salafiyyah

Mazhab

Sunni:Hanafi ·Hambali

Maliki ·Syafi'i

Lain-lain:Ibadi · Barelwi · Deobandi

Khawarij·Syi'ahMurji'ah·Mu'taziliyah

Mujassimah·Asy'ariyah

Lihat Pula

Portal Islam

Indeks mengenai Islam

lihat • bicara • sunting

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.

Page 19: Perkembangan Islam Di

Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.

Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Akan tetapi, ia juga menampilkan kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang ekstrem.

Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya.

Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.

Daftar isi

1 Sejarah 2 Organisasi

o 2.1 Jaringan Kelembagaan o 2.2 Pembantu Pimpinan Persyarikatan o 2.3 Organisasi Otonom o 2.4 Daftar Ketua Umum

3 Amal Usaha 4 Rujukan 5 Bacaan lanjut 6 Lihat pula 7 Pranala luar

Sejarah

Page 20: Perkembangan Islam Di

Pusat Dakwah Muhammadiyah di Jakarta

Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H).[1]

Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Muhammadiyah (sekarang dikenal dengan Madrasah Mu'allimin _khusus laki-laki, yang bertempat di Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan Mu'allimaat Muhammadiyah_khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta).

Pada masa kepemimpinan Ahmad Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan seperti: Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah Pekalongan sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.

Organisasi

Jaringan Kelembagaan

1. Pimpinan Pusat, Kantor pengurus pusat Muhammadiyah awalnya berada di Yogyakarta. Namun pada tahun 1970, komite-komite pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan kesejahteraan berpindah ke kantor di ibukota Jakarta. Struktur Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2010 - 2015 terdiri dari lima orang Penasehat, seorang Ketua Umum yang dibantu dua belas orang Ketua lainnya, seorang Sekretaris Umum dengan dua anggota, seorang Bendahara Umum dengan seorang anggotanya.

2. Pimpinan Wilayah, setingkat Propinsi, terdapat 33 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah.3. Pimpinan Daerah, setingkat Kabupaten/ Kotamadya.

Page 21: Perkembangan Islam Di

4. Pimpinan Cabang/ Cabang Istimewa, setingkat Kecamatan sedangkan Cabang Istimewa adalah Cabang di luar negeri.

5. Pimpinan Ranting/ Ranting Istimewa, setingkat Kelurahan sedangkan Ranting Istimewa adalah Ranting pada Cabang Istimewa.

Pembantu Pimpinan Persyarikatan

1. Majlis o Majelis Tarjih dan Tajdido Majelis Tabligho Majelis Pendidikan Tinggio Majelis Pendidikan Dasar dan Menengaho Majelis Pendidikan Kadero Majelis Pelayanan Sosialo Majelis Ekonomi dan Kewirausahaano Majelis Pemberdayaan Masyarakato Majelis Pembina Kesehatan Umumo Majelis Pustaka dan Informasio Majelis Lingkungan Hidupo Majelis Hukum Dan Hak Asasi Manusiao Majelis Wakaf dan Kehartabendaan

2. Lembaga o Lembaga Pengembangan Cabang dan Rantingo Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangano Lembaga Penelitian dan Pengembangano Lembaga Penanggulangan Bencana o Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah o Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publiko Lembaga Seni Budaya dan Olahragao Lembaga Hubungan dan Kerjasama International

Organisasi Otonom

Muhammadiyah juga memiliki beberapa organisasi otonom, yaitu:

Aisyiyah (Wanita Muhammadiyah) Pemuda Muhammadiyah Nasyiatul Aisyiyah (Putri Muhammadiyah) Ikatan Pelajar Muhammadiyah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Hizbul Wathan (Gerakan kepanduan) Tapak Suci Putera Muhammadiyah (Perguruan silat)

Daftar Ketua Umum

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar Ketua Umum Muhammadiyah

Page 22: Perkembangan Islam Di

No Nama Awal Jabatan Akhir Jabatan

1 KH Ahmad Dahlan 1912 1923

2 KH Ibrahim 1923 1932

3 KH Hisyam 1932 1936

4 KH Mas Mansur 1936 1942

5 Ki Bagoes Hadikoesoemo 1942 1953

6 Buya AR Sutan Mansur 1953 1959

7 KH M Yunus Anis 1959 1962

8 KH Ahmad Badawi 1962 1968

9 KH Faqih Usman1968 1971

10 KH AR Fachruddin1971 1990

11 KH A Azhar Basyir 1990 1995

12 Prof Dr H Amien Rais1995 2000

13 Prof Dr H Ahmad Syafi'i Ma'arif2000 2005

14 Prof Dr H Din Syamsuddin2005 2010

2010 2015

Amal Usaha

Amal usaha Muhammadiyah terutama bergerak di bidang Pendidikan serta layanan Kesehatan dan Sosial dalam wadah Pembina Kesejahteraan Umat (PKU), yaitu:

Pendidikan [2] 1. TK/TPQ, jumlah TK/TPQ Muhammadiyah adalah sebanyak 4623.2. SD/MI, jumlah data SD/MI Muhammadiyah adalah sebanyak 2604.3. SMP/MTs, jumlah SMP/MTs Muhammadiyah adalah sebanyak 1772.4. SMA/SMK/MA, jumlah SMA/MA/SMK Muhammadiyah adalah sebanyak 1143.

Page 23: Perkembangan Islam Di

5. Perguruan Tinggi Muhammadiyah , jumlah Perguruan Tinggi Muhammadiyah adalah sebanyak 172.

Kesehatan: 1. Rumah Sakit, jumlah Rumah Sakit Umum dan Bersalin Muhammadiyah/ Aisyiyah yang

terdata sejumlah 72 [3].2. Balai Kesehatan Ibu dan Anak3. Balai Kesehatan Masyarakat4. Balai Pengobatan5. Apotek

Sosial 1. Panti Asuhan Yatim2. Panti Jompo3. Balai Kesehatan Sosial4. Panti Wreda/ Manula5. Panti Cacat Netra6. Santunan (Keluarga, Wreda/ Manula, Kematian)7. BPKM (Balai Pendidikan dan Keterampilan Muhammadiyah)8. Rehabilitasi Cacat9. Sekolah Luar Biasa10. Pondok Pesantren

Rujukan

1.  ̂  Alfian (1989). hlm. 152.2.  ̂  Pusat Data Muhammadiyah3.  ̂  Website Resmi Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah (Muhammadiyah Disaster

Management Center)

Bacaan lanjut

Djurdi, S. (2010). 1 abad Muhammadiyah. Penerbit Buku Kompas. ISBN 979-709-498-7. Alfian (1989). Muhammadiyah: the political behavior of a Muslim modernist organization under

Dutch colonialism. Gadjah Mada University Press. ISBN 979-420-118-9. DAR! Mizan (2007). Komik Muhammadiyah. DAR! Mizan. ISBN 979-752-808-1.

Page 24: Perkembangan Islam Di

Persatuan IslamDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari Lihat pula: Persis

Persatuan Islam

250pxPembentukan 12 September 1923Jenis Organisasi

TujuanKeagamaan dan pendidikan (Islam)

Kantor pusat Bandung, Jawa Barat, IndonesiaWilayah layanan Indonesia

Ketua UmumProf.Dr.H. Maman Abdurrahman, MA

Situs web http://persis.or.id/

Persatuan Islam (disingkat Persis) adalah sebuah organisasi Islam di Indonesia. Persis didirikan pada 12 September 1923 di Bandung oleh sekelompok Islam yang berminat dalam pendidikan dan aktivitas keagamaan yang dipimpin oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus.

Persis didirikan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman Islam yang sesuai dengan aslinya yang dibawa oleh Rasulullah Saw dan memberikan pandangan berbeda dari pemahaman Islam tradisional yang dianggap sudah tidak orisinil karena bercampur dengan budaya lokal, sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan tidak mau menggali Islam lebih dalam dengan membuka Kitab-kitab Hadits yang shahih. Oleh karena itu, lewat para ulamanya seperti Ahmad Hassan yang juga dikenal dengan Hassan Bandung atau Hassan Bangil, Persis mengenalkan Islam yang hanya bersumber dari Al-Quran dan Hadits (sabda Nabi).

Organisasi Persatuan Islam telah tersebar di banyak provinsi antara lain Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Bengkulu, Riau, Jambi, Gorontalo, dan masih banyak provinsi

Page 25: Perkembangan Islam Di

lain yang sedang dalam proses perintisan. Persis bukan organisasi keagamaan yang berorientasi politik namun lebih fokus terhadap Pendidikan Islam dan Dakwah dan berusaha menegakkan ajaran Islam secara utuh tanpa dicampuri khurafat, syirik, dan bid'ah yang telah banyak menyebar di kalangan awwam orang Islam.

Tokoh Tokoh Persatuan Islam

Muhammad Isa Anshary Politikus dan Pejuang Indonesia. Mohammad Natsir Mantan Perdana Menteri Indonesia KH.Ahmad Hassan Teman Debat Soekarno Ketika di Bandung Haji ZamZam Pendiri Persis Haji Mohammad Yunus Pendiri Persis KH.Shidiq Amien Mantan Ketua Umum persis KH.Ikin Shadikin Ulama Terkemuka Persis KH. Usman Sholehudin Ketua Dewan Hisbath

Nahdlatul UlamaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasLangsung ke: navigasi, cari

Nahdlatul Ulama

Bendera Nahdlatul UlamaPembentukan 31 Januari 1926Jenis Organisasi

TujuanKeagamaan dan sosial (Islam)

Kantor pusat DKI Jakarta, IndonesiaWilayah layanan IndonesiaKeanggotaan 30 juta[rujukan?]

Rais Aam SyuriahK.H. M. Ahmad Sahal Mahfudz

Ketua Umum Tanfidziyah

Dr. K.H. Said Aqil Siradj, MA

Situs web Situs web resmiArtikel ini adalah bagian dari seri

Islam

Page 26: Perkembangan Islam Di

Rasul

Nabi Muhammad SAW.

Kitab Suci

Al-Qur'an.

Rukun Islam

1. Syahadat · 2. Salat · 3. Zakat4. Puasa · 5. Haji

Rukun Iman

Iman kepada: 1. Allah2. Malaikat · 3. Kitab Allah ·4. Rasul

5. Hari Akhir · 6. Qada & Qadar

Tokoh Islam

Nabi & RasulSahabat

Ahlul BaitAs-Sabiqun al-Awwalun

Salaf as-Shalih

Kota Suci

Mekkah · & · Madinah

Kota suci lainnya

Yerusalem · Hebron · Bayt LahmIstanbul · Ghadir Khum

Hari Raya

Idul Fitri · & · Idul Adha

Hari besar lainnya

RamadhanIsra & Mi'raj · Maulid Nabi

Tahun baru Islam · Lailatul Qadar

Arsitektur

Masjid ·Menara ·MihrabKa'bah · Arsitektur Islam

Jabatan Fungsional

Khalifah ·Ulama ·MuadzinImam·Mullah·Mufti

Hukum Islam

Al-Qur'an ·HadistSunnah · Fiqih · Fatwa

Page 27: Perkembangan Islam Di

Syariat · Ijtihad

Manhaj

Salafiyyah

Mazhab

Sunni:Hanafi ·HambaliMaliki ·Syafi'i

Lain-lain:Ibadi · Barelwi · Deobandi

Khawarij·Syi'ahMurji'ah·Mu'taziliyah

Mujassimah·Asy'ariyah

Lihat Pula

Portal Islam

Indeks mengenai Islam

lihat • bicara • sunting

Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam besar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.

Daftar isi

1 Sejarah 2 Paham keagamaan 3 Daftar pimpinan 4 Basis pendukung 5 Organisasi

o 5.1 Tujuan o 5.2 Usaha o 5.3 Struktur o 5.4 Lembaga o 5.5 Lajnah o 5.6 Badan Otonom

6 NU dan politik 7 Lihat pula 8 Referensi 9 Pranala luar

Sejarah

Page 28: Perkembangan Islam Di

Masjid Jombang, tempat kelahiran organisasi Nahdlatul Ulama

Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana - setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.

Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

K.H. Hasyim Asyhari, Rais Akbar (ketua) pertama NU.

Berangkan komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan

Page 29: Perkembangan Islam Di

Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar.

Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Paham keagamaan

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur'an, sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fiqih lebih cenderung mengikuti mazhab: imam Syafi'i dan mengakui tiga madzhab yang lain: imam Hanafi, imam Maliki,dan imam Hanbali sebagaimana yang tergambar dalam lambang NU berbintang 4 di bawah. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.

Gagasan kembali kekhittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskankembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.

Daftar pimpinan

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

Berikut ini adalah daftar Ketua Rais Aam (pimpinan tertinggi) Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama:

No Nama Awal Jabatan Akhir Jabatan1 KH Mohammad Hasyim Asy'arie 1926 19472 KH Abdul Wahab Chasbullah 1947 19713 KH Bisri Syansuri 1972 19804 KH Muhammad Ali Maksum 1980 19845 KH Achmad Muhammad Hasan Siddiq 1984 19916 KH Ali Yafie (pjs) 1991 19927 KH Mohammad Ilyas Ruhiat 1992 19998 KH Mohammad Ahmad Sahal Mahfudz 1999 Petahana

Basis pendukung

Page 30: Perkembangan Islam Di

Dalam menentukan basis pendukung atau warga NU ada beberapa istilah yang perlu diperjelas, yaitu: anggota, pendukung atau simpatisan, serta Muslim tradisionalis yang sepaham dengan NU. Jika istilah warga disamakan dengan istilah anggota, maka sampai hari ini tidak ada satu dokumen resmipun yang bisa dirujuk untuk itu. Hal ini karena sampai saat ini tidak ada upaya serius di tubuh NU di tingkat apapun untuk mengelola keanggotaannya.

Apabila dilihat dari segi pendukung atau simpatisan, ada dua cara melihatnya. Dari segi politik, bisa dilihat dari jumlah perolehan suara partai-partai yang berbasis atau diasosiasikan dengan NU, seperti PKBU, PNU, PKU, Partai SUNI, dan sebagian dari PPP. Sedangkan dari segi paham keagamaan maka bisa dilihat dari jumlah orang yang mendukung dan mengikuti paham kegamaan NU. Maka dalam hal ini bisa dirujuk hasil penelitian Saiful Mujani (2002) yaitu berkisar 48% dari Muslim santri Indonesia. Suaidi Asyari[1] memperkirakan ada sekitar 51 juta dari Muslim santri Indonesia dapat dikatakan pendukung atau pengikut paham keagamaan NU. Jumlah keseluruhan Muslim santri yang disebut sampai 80 juta atau lebih, merupakan mereka yang sama paham keagamaannya dengan paham kegamaan NU. Namun belum tentu mereka ini semuanya warga atau mau disebut berafiliasi dengan NU.

Berdasarkan lokasi dan karakteristiknya, mayoritas pengikut NU terdapat di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra. Pada perkembangan terakhir terlihat bahwa pengikut NU mempunyai profesi beragam, meskipun sebagian besar di antara mereka adalah rakyat jelata baik di perkotaan maupun di pedesaan. Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi, karena secara sosial ekonomi memiliki problem yang sama, serta selain itu juga sama-sama sangat menjiwai ajaran ahlus sunnah wal jamaah. Pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.

Basis pendukung NU ini cenderung mengalami pergeseran. Sejalan dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi, maka penduduk NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota memasuki sektor industri. Maka kalau selama ini basis NU lebih kuat di sektor petani di pedesaan, maka saat di sektor buruh di perkotaan, juga cukup dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basis intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya mobilitas sosial yang terjadi selama ini. Belakangan ini NU sudah memiliki sejumlah doktor atau magister dalam berbagai bidang ilmu selain dari ilmu ke-Islam-an baik dari dalam maupun luar negeri, termasuk negara-negara Barat. Namun para doktor dan magister ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para pengurus NU hampir di setiap lapisan kepengurusan NU.

Organisasi

Tujuan

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Usaha

Page 31: Perkembangan Islam Di

1. Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.

2. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.Hal ini terbukti dengan lahirnya Lembaga-lembaga Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar di berbagai daerah khususnya di Pulau Jawa.

3. Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.

4. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT dan Badan Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu masyarakat.

5. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas. NU berusaha mengabdi dan menjadi yang terbaik bagi masyrakat.

Struktur

1. Pengurus Besar (tingkat Pusat).2. Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi), terdapat 33 Wilayah.3. Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) atau Pengurus Cabang Istimewa untuk

kepengurusan di luar negeri, terdapat 439 Cabang dan 15 Cabang Istimewa.4. Pengurus Majlis Wakil Cabang / MWC (tingkat Kecamatan), terdapat 5.450 Majelis

Wakil Cabang.5. Pengurus Ranting (tingkat Desa / Kelurahan), terdapat 47.125 Ranting.

Untuk Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap kepengurusan terdiri dari:

1. Mustasyar (Penasihat)2. Syuriyah (Pimpinan tertinggi)3. Tanfidziyah (Pelaksana Harian)

Untuk Ranting, setiap kepengurusan terdiri dari:

1. Syuriyah (Pimpinan tertinggi)2. Tanfidziyah (Pelaksana harian)

Lembaga

Merupakan pelaksana kebijakan NU yang berkaitan dengan suatu bidang tertentu. Lembaga ini meliputi:

1. Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) 2. Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU) 3. Lembaga Pelayanan Kesehatan Nahdlatul Ulama ( LPKNU ) 4. Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) 5. Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LP2NU)

Page 32: Perkembangan Islam Di

6. Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) 7. Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) 8. Lembaga Takmir Masjid (LTM) 9. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia NU 10. Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (SARBUMUSI) 11. Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) 12. Lajnah Bahtsul Masail (LBM-NU)

Lajnah

Merupakan pelaksana program Nahdlatul Ulama (NU) yang memerlukan penanganan khusus. Lajnah ini meliputi:

1. Lajnah Falakiyah (LF-NU) 2. Lajnah Ta'lif wan Nasyr (LTN-NU) 3. Lajnah Auqaf (LA-NU) 4. Lajnah Zakat, Infaq, dan Shadaqah (Lazis NU)

Badan Otonom

Merupakan pelaksana kebijakan NU yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu. Badan Otonom ini meliputi:

1. Jam'iyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah 2. Muslimat Nahdlatul Ulama 3. Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) 4. Fatayat Nahdlatul Ulama 5. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) 6. Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) 7. Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) 8. Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa (IPS Pagar Nusa) 9. Jami'iyyatul Qurro wal Huffadz (JQH)

NU dan politik

Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan diri dengan Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti pemilu 1955. NU cukup berhasil dengan meraih 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa Demokrasi Terpimpin NU dikenal sebagai partai yang mendukung Sukarno. Setelah PKI memberontak, NU tampil sebagai salah satu golongan yang aktif menekan PKI, terutama lewat sayap pemudanya GP Ansor.

NU kemudian menggabungkan diri dengan Partai Persatuan Pembangunan pada tanggal 5 Januari 1973 atas desakan penguasa orde baru. Mengikuti pemilu 1977 dan 1982 bersama PPP. Pada muktamar NU di Situbondo, NU menyatakan diri untuk 'Kembali ke Khittah 1926' yaitu untuk tidak berpolitik praktis lagi.

Page 33: Perkembangan Islam Di

Namun setelah reformasi 1998, muncul partai-partai yang mengatasnamakan NU. Yang terpenting adalah Partai Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan oleh Abdurrahman Wahid. Pada pemilu 1999 PKB memperoleh 51 kursi DPR dan bahkan bisa mengantarkan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI. Pada pemilu 2004, PKB memperoleh 52 kursi DPR.

PEMBAHARUAN MUHAMMADIYAH, PERSIS, NU DAN MASYUMI

 

DARI BERBAGAI SUMBER PENDAHULUAN

Masyarakat Indonesia dewsa ini merupakan masyarakat peralihan yang mengalami transformasi sosial, politik ekonomi dan budaya yang cepat serta memperoleh pengaruh dari dunia luar secara

intens, industrialisasi, urbanisasi, sekulerisasi, polarisasi masyarakat Indonesia yang cendrung menjadi berbagai kelas merupakan proses yang terus berjalan dengan segala macam

implikasinya. Dalm kontekes perubahan atau pembaharuan inilah organisasi islam yang berkembang dalam bidang agama dan politik yang banyak di bahas di kalangan masayarakat luas, dan juga di makalah ini terdapat empat organisasi islam yang berkembang di Indonesia

yang berkenaan dengan masalah keagamaan dan politik dari prasejarah hinga hingga pembaharuan keislamannya.

PEMBAHASAN

A. Muhammadiyah

Ketika Muhammadiyah didirikan oleh KH, Ahmad Dahlan pada tahun 1912, umat islam sedang dalam kondisi yang sangat terpuruk, Bersama seluruh bangsa Indonesia, mereka terbelakang dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah kemakmuran dan ekonomi yang parah serta

kemampuan politis yang tidak berdaya. Lebih memperhatinkan lagi identitas keislaman merupakan salah satu poin negatif kehidupan umat, Islam waktu itu identik dengan profil kaum santri yang selalu mengurusi kehidupan akhirat sementara tidak tahu dan tidak mau tahu dengan

perkembangan zaman, Sementara lembaga organisasi keagamaan juga masih berkelut dengan urusan yang tidak banyak bersentuh dengan dinamika realitas sosial apalagi berusaha untuk

memajukan.

Ajaran islam seakan menjadi belenggu yang semakin membenamkan umatnya kepada situasi yang tidak berharga dan tidak berdaya, disisi lain kelompok masyarakat yang terdidik menjadi

alergi dengan islam dan kaum muslim karena dianggap sebagai sumber keterbelakangan masyarakat dan tidak bisa dijadikan jalan untuk membangun masa depan yang lebih baik. 

Page 34: Perkembangan Islam Di

Sebagaimana tercermin dalam profil pendirinya Muhammadiyah hadir sebagai pendobrak di inspirasikan oleh gerakan pembaharuan islam di dunia internasional yang ditokohi jamaludin Al-afgani, Muhammad abduh, Rasyid Ridho dan lain-lain, Muhammadiyah bergerak menggali nilai-

nilai islam yang benar dan universal sebagai petunjuk hidup dan kehidupan. Kemudian Muhammadiyah berkembang dalam arah gerakan modernis, sebagai avan grade masyarakat

Indonesia yang sedang bangkit dari tidur panjang selama tiga setengah abad di bawah kolonialisme, sejalan dengan logika modernisme secera akumulatif Muhammadiyah berkembang menjadi jaringan organisasi besar dengan amal usaha yang makin meningkat dalam jumlah dan

ragamnya. 

Ada dua arah perkembangan Muhammadiyah dalam kerangka kemodernanya, yaitu yang pertama pertumbuhan dan kemajuan ide tentang pertumbuhan growth dan kemajuan progress

merupakan dua kata kunci utama kebudayaan modern yang menggambarkan akumulasi jumlah quantity dan peningkatan keragaman diversity.Keduanya merupakan rumusan atau turunan dari

ciri utama modernisme dan materialisme Muhammadiyah mencoba menyuntikkan nilai-nilai materialisme kedalam masyarakat yang telah keropos karena mengaggap kehidupan materi

duniawi tidak memiliki nilai-nilai secara religius.

Arah perkembangan kedua adalah sistematisasi, yang merupakan rumusan turunaan dari prinsip modernisme, sistematisasi ini tidak mengarah organisasional dengan dibentuknya berbagai majelis dan organisasi otonom melainkan juga dalam kehidupan beragama, mulai di bentuk lembaga untuk mensisitematisir pemahaman, pemikiran dan pelaksanaan peribadatan yaitu

majelis tarjih dan hasilnya disistematisir dalam sebuah manual himpunan putusan tarjih, kedua trobosan tersebut, pertumbuhan, perkembangan, kemajuan dan upaya membangun masyarakat umat islam dari masyarakat bodoh, miskin terbelakang dan terjajah hinga menjadi masyarakat

yang mandiri, makmur dan berpendidikan. (Abdul Munir Mulkhan. 1990, hal; 1-2)

Dua arah perkembangan tersebut di jadikan oleh organisasi Muhammadiyah dalam kerangka modernisasi dan sistematisasi itu merupakan rumusan untuk memajukan agama islam yang

murni menurut Al-Qur’an dan sunnah rosull 

Karanka pandangan dunia modernis makin lama makin banyak maendapat kritik karena dianggap tidak lagi sesuai, orang-orang modrnis dianggap telah melangkah terlalu jauh dengan

menjadikan rasionalisme dan materialisme bukan lagi perangkat analisis, melainkan sebagai ideologi, dengan menjadikan materialisme dan rasionalisme sebagai ideologi orang-orang

modernis telah mutlak kedua nilai tersebut dan gagal melihat berbagai keterbatasan yang inheren di dalamnya. 

Orang-orang muhamadiyah belum mampu memahami bahwa bentuk gerakan mereka merupakan sebuah hasil pemikirannya untuk mengatasi tuntutan keadaan, krangka organisasi modernis

hanyalah sarana untuk mengaktualisasikan nilai-nilai keislaman dalam konteks masyarakat pada waktu itu, modernisme bisa dikatakan bukan substansi gerakan yang di bangun oleh K.H.A

Dahlan hingga kinipun orang lebih mengenal gerakan anti TBC (tahayul, bid’ah, dan curafat) dan bukan gerakan sosial dan budaya.

Page 35: Perkembangan Islam Di

Prinsip utama gerakan Muhammadiyah merupakan hasil pemahaman terhadap ajaran islam yang termaktub dalam al-qur’ann dan sunnah hasil pemahaman demikian dirumuskan sebagai pola kelakuan perjuangan muhammadiyah yang kemudian mendorong memberi arah dan bentuk setiap aktifitas Muhammadiyah, keseluruhan dari prinsip perjuangan Muhammadiyah dapat

dikelompokan menjadi lima prinsip yaitu; Prinsip gerakan islam

1. Prinsip gerakn sosial2. Prinsip gerakan dakwah

3. Prinsip gerakan ilmu4. Prinsip gerakan tajdid 

Dari 5 prinsip tersebut merupakan sistem gerakan muhammadiyah dalam pembaharuan islam, Dilain pihak KH, Ahmad Dahlan juga melihat perlunya dilakukan pembaharuan system

pendidikan islam dari pesantren menjadi system pendidikan modern, karena itu tidak mengherankan jika berdirinya muhammadiyah diawali dengan “pendiri sekolah islam, yaini gabungan antara pendidikan umum dengan system madrasah, dirumah sendiri dikampung

kauman yogyakarta, melalui lembaga pendidikan inilah pendiri Muhammadiyah ini mencoba merealisasikan gagasannya untuk menjadi organisasi sosial keagamaan berlebel Reformasi.

(Abdul MM, 2000: 157), hubungan sistematik kelima prinsip gerakan Muhammadiyah menjadikan setiap akivitas harus menjalankan kelima prinsip tersebut, hal ini berarti bahwa suatu

kegiatan sebagai penerapan satu prinsip lainnya bahkan sekaligus merupakan penrapan prinsip lainnya, namun demikian karena prioritas nya diterapkan sebagai nsatu prinsip gerakan tertentu,

maka arh utama dari kegiatan tetap didasarkan pada prinsip garakan. 

Kehadiran sebuah organisasi sosial keagamaan dengan predikat pembaharu pada dasa warsa kedua, abad kedua puluh ini dipandang sebagai satu kemajuan besar dikalangan umat islam..

Tradisi keagamaan yang dipengaruhi oleh budaya keraton dan sinkretis, menyebabkan K.H.A. Dhlan memilih pembaharuan sebagai upaya memurnikan ajaran islam, dengan cara

mengembalikannya kepada dua sumber utama yaitu; Al-Qur’an dan As-sunnah. (M.Rusli Karim, 1986; 17-18)

Sejak Muhammadiyah didirikan “bernawitu” menjadi gerakan islam sesuai dengan bimbingan Allah dalam A-Qur’an serta teladan Rosulullah dalam fikiran modern yang selaras dengan kedua

basis sebelumnya, dengan dasar-dasar tersebut Muhammadiyah mampu menumbuhkan cara hidup yang dinamik, rasional, dan individualistic serta gaya hidup kota yang duniawi dan mampu mengkombinasikan pola dan metodeorganisasi barat yang modern dengan prinsip dan nilai islam

mempunyai kepercayaan pada diri sendiri, jadi jelas pilihan yang dijatuhkan, sebagai gerakan tjdid menempati dua sisi mata uang yang sama. Pemurnian islam dari segala bentuk bid’ah dan

kurafat serta penerapan islam dalam masyarakat dengan pola dan metode modern.

Dengan Islam benar Muhammadiyah menjadi kokoh, teguh dan berpribadi dengan ilmu-ilmu modern Muhammadiyah lebih mudah menerapkan islam dalam kehidupan masyarakat.

Etos Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan islam terlalu sederhana untuk hanya dikaitkan dengan masalah kekuasaan politik apa lagi jabatan presiden, menteri atau DPR. Karena itu, penting bagi Muhammadiyah untuk tetap konsisten pada jati dirinya sebagai gerakan sosial

Page 36: Perkembangan Islam Di

dan budaya, jika pada satu masa nampak ketergiuran kader gerakan ini pada permainan kekuasan adalah pertanda dari sebagai pusat keunggulan peradaban, walaupun demikian, bagi

muhammmadiyah, kejkuasaan atau partai politik bukansesuatu yang di pandang tidak panting atu di luar keberadaan dirinya sebagai gerakan sosial atau kebudayaan.

Di dalam dinamika demokrasi politik kebangsaan dan orientasi pad aide masyarakat madani di masa depan peran penting Muhammadiyah justeru terletak psda kemampuan gerakan

menempatkan diri sebagai pencerah peradaban sebagai etos gerakannya. Inilah sebenarnya pesan pembaharuan kiayi Ahmad Dahlan, sehingga pada awal kemunculannya ia mampu menyerap

berbagai pusat keunggulan pada masanya.

Gerakan tersebut mulai berubah lagisetelah mengalami formalisasi atas pembaharuannya dalam berbagai lembaga dan terutama sesudah pengembangan Tarjih sebagai lembaga fatwa hukum

fikih, sejak itu tidak lama pendiri wafat, sebenarnya gerakan ini mulai mengalami proses tradisionalisasi, Muhammadiyah seolah-olah identik dengan tarjih yang kemudian diartikan

hanya sebagai lembaga fatwa syariah (fikih).

Formalisasi dan tradisionalisasi itu menjadi lebih hebat sesudah ketertarikan Muhammadiyah terhadap kekuasaan dan permainan politik praktis menjadi semakin besar tidak lama sesudah

kemerdekaan, tahun 1945 khususnya bersamaan dengan berdirinya Masyumi, salah satu penyebabnya ialah kekaguman para aktivis Muhammadiyah terhadap keberhasilan kiayain

Ahmad Dahlan dalam membangkitkan semangat sosial dan kebudayaan pemeluk islam, demikian pula keberhasilan kyaiA hmad Dahlan mendorong tumbuhnya berbagai amal usaha atau berbagai lambaga sosial yang terus bertambah hampir tanpa seinngat terutama di bidang

pendidikan dan kesehatan, pemujaan kebesaran diri itulah kemudian yang menyebabkan aktivisnya merupakan peran sejarah yang bisa dan harus dimainkannya.

B. PERSIS (PERSATUAN ISLAM)

PERSIS sebagai organisasi yang berlebel Modernis lahirnya persatuan islam di telah memberi warna baru bagi sejarah peradaban islam di Indonesia, persis yang lahir pada abad ke-20

merupakan respon terhadap kerakter keberagaman masyarakat islam di Indonesia yang cendrung sinkretik, akibat pengaruh prilaku keberagaman masyarakat, Indonesia sebelum kedatangan

islam praktik-2 sinkretisme ini telah berkembang subur, akibat sikap akomodatif para penyebar islam di Indonesia terhadap adat-istidat yang sebelumnya telah mapan. Meskipun tidak dapat di

pungkiri, bahwa keberhasilan penyeberan islam juga tidak lepas dari sikap akomodatif. Bagi

Page 37: Perkembangan Islam Di

PERSIS, praktik sinkretisme merupakan kesesatan yang tidak boleh dibiarkan berkembang dan harus segera dihapus karena bias merusak sendi-sendi fundamental agama islam.

Hal lain yang mejadi sasaran reformasi yang dilakukan persis adalah kejumudan berfikir yang dialami oleh sebagian besar umat islam Indonesia akibat tklid buta yamg mereka lakukan dalam

menjalankan syari’at agama. Sebagai mana diketahui, bahwa praktik peribadatan masyarakat Indonesia pada umumnya didasarkan pada hasil rumusan para imam mazhab 800 tahun silam,

Mereka beranggapan bahwa, hasil ijtihad para imam mazhab tesebut merupakan keputusan terbaik dan harus di ikuti apa adanya.(M.muksin, 2007; 224) 

Dilacak dari akar sejarahnya, reformasi yang diusung persis merupakan pengaruh dari faham wahabi melalui para pendirinya, yaitu ketika organisasi persis pertama kali didirikan dikaota, di pelopori oleh H. Zam-zam dan H. Muhammad Yunus, mereka adalah ulama persis yang pernah

pengenyam pendidikan di darul ulum, mekkah tempat berkembangnya paham wahabi. Hasil beklajar H. Zam-Zam ini kemudian di tularkan kepada segenap rekannya seperti H. Muhammad Yunus dan beberapa rekan lainnya yang sama-sama melakukan kenduri secara rutin di bandung,

yang di isi dengan kajian-kajian keislaman dan teks-teks klasik dari ulama salafi. Muhammad yunus sendiri, meskkipun dia tdak pernah belajar di mekkah, dia memiki kemampuan bahasa

arab, serta memiliki semangat yang tinggi untuk mengkaji kitab-kitb bahasa arab yang di belinya, dari hasil kajian-kajian inilah kemudian lahir pemikiran gerakan dan keislaman sebagai refleksi kritis terhadap situasi dan kndisi masyarakat islam indonesi, pemikir pembaharu yang

banyak menentang praktik keagamaan yang tradisional dan banyak di pengaruhi oleh pemikiran salafi. (Muksin jamil, 2007: 225-227) 

Dalam kepemimpinan persis periode pertama (1923-1942) berada di bawah pimpinan H. Zam-zam, Muhammad yunus, Ahmad hasan, dan Muhammad Natsir yang menjalanka roda organisasi pada masa penjajahan colonial belanda, dan menghadapi tntangan yang berat dalm menyebarkan

ide-ide dan pemikiranna. Pada masa penduduk jepang (1942-1945), ketika semua organisasi islam dibekukan, para para pemimpin dan anggot persis bergerak sendiri-sendiri menentang usaha Niposisasi dalam pemusyrikan ala jepang,hingga menjelang proklamasi kemerdekaan

pasca kemerdekaan, persis mulai reorganisasi yang telah di bekukan selama penduduk jepang, Melalui reorganisasi tahun 1941, kepemimpinan persis di pegang oleh para ulama generasi kedua diantaranya KH. M. Isa Anshari, sebagai ketua umum persis (1948-1960), K.H.E. Abdurahman,

Fakhrudin Al-khahiri, K.H.O. Qomaruddin Saleh, dan lain-lain.

Pada masa ini persis dihadapkan pada pergolakan politik yang belum stabil, pemerintah republik Indonesia seperti mulai tergiring kearah demokrasi terpimpin yang di rancangkan oleh presiden Soekarno dan mengarah pada pembentuk negara dan masyarakat dengan ideologi Nasionalis,

agama, komonis (NASAKOM), Setelah berakhirnya periode kepemimpina K.H. Muhammad Isa Ansshary, kepemimpinan persis di pegang oleh K.H..E. Abdurahman (162-1982) yang

dihadapkan pada berbagai persoalan eksternal dengan munculnya berbagai aliran keagamaan yang menyesatkan seperti aliran pembaharu isa bugis, isa bugis, islam jama’ah, darul hadist,

inkarus sunnah, syi’ah, ahmadiyah dan faham sesat lainnya. Kepemimpinan K.H.E Abdurahman dilanjutkan oleh K.H.A LAtif Muctar, MA (1983-1997) dan K.H. Shiddiq Amien (1997-2005) yang merupakan proses regenerasi dari tokoh-tokoh persis kepada eksponen organisasi otonom

kepemudaan (pemuda persis). 

Page 38: Perkembangan Islam Di

Pada masa kini persis berjuang menyesuaikan diri dengan kebutuhan umat pada masanya yang lebih realitis dan kritis, Gerak perjuangan persis tidak terbatas pada persoalan ibadah dalam arti sempit, tetapi meluas pada persoalan-persoalan ibadah dalam arti sempit, tetapi meluas kepada

persoalan strategis yang di butuhkan oleh umat islam terutama pada urusan muamalah dan peningkatan pengkajian pemikir keislaman.(http://persatuan islam.wordpress.com, 2010, 14:30)

Jadi persis pada saat ini sangat dibutuhkan oleh umat islam terutama pada urusan muamalah dan pengkajian pemikiran keislaman dan juga gerak perjuangan persis itu tidak terbatas pada

persoalan ibadah dalam arti sempit, tetapi juga meluas pada persoalan strategis.

Pada dasarnya, perhatian persis ditujukan terutama pada faham Al-Qur’an dan sunnah, hal ini dilakukan berbagai macam aktifitas diantaranya dengan mengadakan pertemuan-pertemuan umum, tablgh, khutbah, kelompok studi, tadarus, mendirikan sekolah-sekolah (pesantren ),

menerbitkan majalah-majalah dan kitab-kitab, serta, serta berbagai aktifitas keagamaan lainnya, tujuan utmanya adalah terlaksananya syari’at islam secara kaffa dalam segala aspek kehidupan, untuk mencapai tujuan jam’iyyah, persis melaksanakan berbagai kegiatan antara lain pendidikan

yang mulai dengan mendirikan pesaantren persis pada tanggal 4 maret 1936, dari pesantren persis ini kemudian berkembang berbagai lembaga pendidikan mulai dari Raudlatul Athfal

(taman kanak-kanak ) hingga perguruan tinggi, kemudian menerbitkan berbagai buku, kitab-kitb, dan majalah antaralain majalah pembela Islam (1929 ), majalah Al-fatwa,(1931), Al-lissan (1935), majalah At-taqwa (1937) majalah Al-hikam (1939), majalah Aliran islam (1948), majalah risalah (1962), serta berbagai majalah yang di terbitkan di cabang-cabang persis.

Selain pendidikan dan penerbitan, kegiatan rutin adalah menyelenggarakan pengajian dan diskusi yang banyak di gelar di daerah-daerah, baik atas inisiatif pimpinan pusat persis maupun

permintaan dari cabang-cabang persis, undang-undang dari organisasi islam lainnya, serta masyarakat luas.. 

C. Nahdatul Ulama (NU)

Nahdatul ulama (NU) lahir pada tanggal 31 januari 1926 di Surabaya, organisasi ini di prakarsai oleh sejumlah ulama terkemuka, yang artinya kebangkitan para ulam, NU didirikan untuk

menampung gagasan keagamaan para ulama tradisional, atau sebagai reaksi atas prestasi ideologi gerakan modernisme islam yang mengusung gagasan purifikasi puritanisme, pembentukan NU merupakan upaya peorganisasian dan peran para ulama, pesantren yang sudah ada sebelumnya, agar wilayah kerja keulamaan lebih ditingkatkan, dikembangkan dan di luaskan jangkauannya dengan kata lain didirikannya NU adalah untuk menjadi wadah bagi usaha mempersatukan dan

menyatukan langkah-langkah para ulama dan kiai pesantren. (Muksin jmil, 2007; 227)

Dalam pandangan NU tidak semua tradisi buruk, usang, tidak mempunyai relevansi kekirian, bahkan tidak jarang, tradisi biasa memberikan inspirasi bagi munculnya modernisasi islam penegasan atas pemihakkan terhadap “warisan masa lalu “ islam di wujudkan dalam sikap

bermazhab yang menjadi typical NU, dalam memahami maksud Al-Qur’an dan hadist tanpa

Page 39: Perkembangan Islam Di

mempelajari karya dan pemikiran-pemikiran ulama-ulama besar seperti, Hanafi, Syafi’I, Maliki, dan Hambali hanya akan sampai pada pemahaman ajaran islam yang keliru.

Demikian juga dalam pandangan kiai, hasyim yang begitu jelas dan tegas mengenai keharusan umat Islam untuk memelihara dan menjaga tredisi islam ditorehkan para ulama klasik. Dalam rangka memelihara system mazhab kiai Hasyim merumuskan gagasan ahlusunnah waljama’ah

yang bertumpa pada pemikiran, AbuHasan al-asyari, Mansur Al-Maturdi imam Hana fi, Maliki, syafi’I, dan Hambali, serta ima Al-ghozali, junaid Albaghdadi dan imam mawrdi.

Pada dasawarsa 1980 dan 1990 terjadi perubahan mengejutkan didalam lingkungan Nahdatul Ulama ormas terbesar di Indonesia. Perubahan yang paling disoroti media massa dan sering menjadi bahan kajian akademis ialah proses kembali ke khitthah 1926: NU menyatakan diri

keluar dari politik praktis dan kembali menjadi jam’iyyah diniyyah, bukan lagi wadah politik, dengan kata lain, sejak muktamar sutibondo (1984)p ara kiai bebas berafiliasi dengan partai

politik manapun mksudnya dengan partai golkar dan menikmati kedekatan pemerintah, NU tidak asing lagi oleh pemerintah, sehingga segala aktifitasnya, pertamuan, seminar tidak lagi dilarang

dan malah sering difasilitasi.(http://organiasi islam.wordpres.com, 207, 11:05).

Jadi, dapat di pahami perubahan tersebut merupakan momentum dalam politik orde baru, NUsebagai politik sunni, yang selalu mencari akomodasi dengan penguasa.

Terdapat pula perubahan lainnya dikalangan generasi muda NU terlihat dinamika baru dengan menjamurnya aktivitas sosial dan intelektual, yang nyaris tak tertandingi oleh kalangan

masyarakat lain, selama ini NU di anggap ormas yang paling konservatif dan tertutup, dan sedikit sekali punya sumbangan kepada perkembangan pemikiran keagamaan maupun pemikiran

sosial dan politik, prihal pemikiran keagamaan NU justru didirikan sebagai wadah para kiai untuk bersama-sam bertahan terhadap garakn pembaharuan pemikiran islm yang di wakili oleh Muhammadiyah, Al-irsyad dan persis, Nu hanya manerima interprestasi islam yang tercantum

dalam kitab kuning “ortodoks” al-kutub al- mu’tabarah, terutama fiqh Syafi’I dan aqidah menurut mazhab asy’ari, dan menekan tklid kepada ulama besar pada masa lalu. 

Dengan latar belakang aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan ekonomi di sekitar pesantren yang mulai menjamur pada akhir dasawarsa 1970 dan 1980, muncul wacana-wacana baru, yang berani

mempertanyakan interprestasi khazana klasik yang sudah mapan dan mencari relevansi tradisi islam untuk msyarakat yang sedang mengalami perubahan secara cepat, merupakan suatu

perkembangan revolusioner, baik daalam aktivitas LSM maupun dalam wacana yang berkembang.

Perhatian mulai bergeser dari para kiai sebagai tonggak organisasi NU kepada massa besar, akar rumput yang merupakan mayoritas jama’ahnya tetapi kepentingannya selama ini lebih sering

terabaikan. Dominasi akivitas dan wcana NU dan keturunan mereka (kaum Gus-gus), telah mulai terdobrak, sebagian besar aktivis dan pemikir muda yang memberi nuansa kepada NU pada

Page 40: Perkembangan Islam Di

dasawarsa 1980 dan 1990 tidak berasal dari kasta kiai melainkan dari keluarga awam, yang mengalami mobilitas sosial, tetapi perlu kita dicatat bahwa mereka bias muncul karena

mnendapat dukungan dan perlindungan dari sejumlah tokoh muda dari kalangan elit seperti, Fahmi sifuddin, Mustafa bisri, dan Abdurahman Whid. 

Nahdatul Ulama (NU) adalah salah satu organisasi Massa Islam yang sangat berperan dalam pembentukan Masyumi, tokoh NU, K.H. Hasyim asy’ari terpilih sebagai pimpinan tertinggi

masyumi pada saat itu, tokoh-tokoh NU lainnya banyak yang duduk dalam pengurusan Masyumi dank arena keterlibatan NU dalam masalah politik menjadi sulit dihindari.

Nahdatul ulama kemudian keluar dari masyumi melalui surat keputusan pengurusan besar Nahdatul Ulama (PBNU) pada tanggal 5 april 1952 akibat adanya pergesekan politik diantara kaum intelektual Masyumi yang ingin melokalisasikan para kiai NU pada persoalan agamanya

saja.(http://organisasi Islam, worrdpress.com) Hubungan antara kedua partai tersebut NU keluar dari partai Masyumi diakibatkan, pergesekkan politik kaum intelektual partai Masyumi yang

ingin melokalisasi para kiai NU yang mengurusi pada persoalan agama saja.

D. MASYUMI

Proklamasi kemerdekaan RI membawa angin Segar bagi perkembangan politik dan demokrasi bangsa ini, setiap anak bangsa larut dalam keindahan nasionalisme, hal itu juga terjadi pada

tokoh-tokoh Islam saat itu sebelum kemerdekaan mereka begitu semangat untuk menegakkan cita-cita islam.

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia PNI menjadi partai Negara, namun menjelang Oktober 1945, PNI muncul dengan wajah baru karena di mulainya system banyak partai yang juga berarti terbukanya kembali ruang bagi kalangan islam untuk ikut serta di dalamnya serta sebagai sarana

bagi mereka untuk menegakkan cita-cita islam

Kebijakan pemarintah dalam pendirian partai-partai ini pada awalnya banyak disesalkan oleh kalangan Islam, argument mereka antara lain didasarkan pada penikiran bahwa di waktu genting setelah proklamasi yang di butuhkan persaudaraan rakyat bukan malah kebijakan atau penerapan

sistem banyak partai justru dapat memicu terjadinya perpecahan.

Masyumi didirikan pad 24 oktober 1943 sebagai pengganti MIAI karena jepang memerlukan satu badan untuk menggalang dukungan masyarakat Indonesia melalui lembaga agama islam, meskipun demikian, jepang tidak terlalu tertarik dengan partai-partai islam yang telah ada di zaman belanda yang kebanyakan berlokasi di perkotaan dan berpola piker modern, sehingfga

pada minggu-minggu pertama, jepang telah melarang partai sarikat islam Indonesia (PSII) dan partai islam Indonesia (PII). 

Pada tanggal 7-8 Oktober diadakan muktamar islam di yogyakarta yang di hadiri oleh hamper semua tkoh berbagai organisasi islam dari masa sebelum perang serta masa pendudukan jepang.

Page 41: Perkembangan Islam Di

Kongres memutuskan untuk mendirikan syuro pusat bagi umat islam Indonesia , masyumi yang dianggap sebagai satu-satunya partai politik bagi umat islam pada awal pendiri masyumi, hanya empat organisasi yang masuk masyumi yaitu; Muhammadiyah, NU, perikatan ulama islam, dan

persatuan umat islam.

Setelah itu barulah organisasi islam yang lainnya ikut bergabung kemasyumi antara lain persatuan islam (bandung), al-irsyad (Jakarta), Al-jamiatul Washliyah dan Al-ittihadiyah (dari

sumatera utara), selain itu pada tahun 1949 setelah rakyat pendudukan belanda mempunyai hubungan leluasa dengan rakyat di daerah yang dikuasai oleh RI, banyak di antara organisasi

islam di daerah pendudukan itu bergabung dengan masyumi mudahnya persyaratan untuk masuknya organisasi isalam kedalam Masyumi menjadi slah satu penyebab banyaknya

organisasi-organisasi islam yang masuk kedalamnya, namun yang lebih penting mengenai alas an mereka masuk kedalam Masyumi di karenakan semus pihak merasa perlu bergabung dan

memperkuat barisan islam. (organisasi islam wordpress.com)

Hampir di seluruh wilayah Indonesia terdapat cabang Masyumi atau organisasi-organisasi islam yang bergabung dengan Masyumi, disamping afiliasi organisasi -organisasi, Faktor penyebab Masyumi cepat berkembang, ialah peranan ulama masing-masing daerah serta ukhwa islamiah

yang relatif tinggi pada masa-masa sesudah revolusi. 

Tanpa mengetahui dengan dalam dasar dan cita-cita perjuangan Masyumi itu merupakan partai islam, setelah banyak orang yang dalam politik mengidenkkan dengan dirinya dengan partai

tersebut. Pada awal pendirinya, yang menjadi perdebatan yaitu mengenai struktur masyumi yang ideal, hal itu disebabkan karena masyumi adalah sebuah organisasi yang terdiri dari berbagai

organisasi islam yang mnembuat setiap pembahasan hal itu selalu dinamis. Diantara tokoh-tokoh masyumi yang cukup terkenal adalah:

1. K..H. Hasyim ASy”ri

2. K.H.Wahid Hasyim

3. H. Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka)

4. Muhammad Nasir

5. Syafrudin Prawiranegara.

Setelah diproklamirkannya kemerdekaan RI, Islam merupakan agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat Indonesia, namun dengan kemayoritasan itu tidak dibarengi dengan adanya

pandangan yang sama terhadap Islam dan Politik, Dalam hal ini ada dua pandangan masyarakat Indonesia mengenai hubungan tersebut, yang pertama bahwa, Islam merupakan agama yang lengkap, yang mengatur semua sendi kehidupan, termasuk di dalamnya, mengatur hubungan

dengan politik (Negara). Sedangkan pandangan kedua, bahwa Islam sebagai sebuah panduan dan kode etik dalam kehidupan bernegara, bahkan juga terdapat pemisahan total antara keduanya.

Page 42: Perkembangan Islam Di

Masyumi, yang didirikan oleh hampir semua organisasi Islam, baik pasca maupun pra kemerdekaan RI, adalah sebagai partai yang berniat merealisasikan pandangan Islam dan Politik

di Indonesia, Lahirnya partai ini ditujukan guna untuk menjaga dan memperjuangkan kepentingan tanggal 7 November 1945, diadakanlah muktamar umat Islam Indonesia di

Yogyakarta, di dalam keputusannya, diambil kesepakatan bahwa diperlukannya suatu wadah untuk menampung aspirasi umat Islam dan menyalurkannya melalui wadah tersebut.

Maka, partai Masyumi pun dibentuk, Besarnya partai Masyumi ternyata tidak bisa dielakkan dari perpecahan bahkan terjadi pembubaran pada tahun 1960 oleh rezim pada saat itu, Setelah

bergantinya dua rezim, ternyata tidak mampu menghilangkan roh partai itu, justru sebaliknya, sisa-sisa para pegiatnya sanggup membangkitkan dan melahirkannya kembali, Namun,

disayangkan persatuan para pegiatnya itu tidak ada, sehingga melahirkan beberapa bentuk partai Islam yang berbeda dari partai Masyumi atau sebagai metamorfosis partai Masyumi.

Hubungan yang terjadi antara Masyumi dengan partai yang lahir dalam pemilu 1999 dan partai apa yang merupakan partai metamorfosis dari partai Masyumi Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari penyusunan ini, maka pendekatan yang digunakan adalah sosio-historis, yaitu

menela’ah fenomena sosial dan partai-partai yang lahir pada pemilu 1999 dengan memaparkan perjalanan Masyumi dari awal berdirinya (1945) hingga partai ini dibubarkan (1960), Kemudian

data yang terkumpul dianalisis secara kuantitaif dengan metode berpikir deduktif-induktif Dengan menggunakan pendekatan dan metode tersebut di atas menunjukkan bahwa, mendirikan

partai Islam merupakan suatu kemaslahatan bagi umat. Sebagaimana Masyumi, pembentukan partai tersebut selain bertujuan untuk kelangsungan demokrasi, juga untuk mendapatkan

keridhaan dari Allah.

Demikian juga dengan partai-partai Islam yang lahir pada pemilu 1999, adanya kesamaan-kesamaan antara partai Masyumi dengan partai-partai Islam yang lahir pada pemilu 1999 baik

dari perjuangannya, ideologinya, asasnya, nama partainya, tanda gambarnya, maupun basis massanya, maka hal ini dapat disimpulkan bahwa adanya sebuah hubungan historis perjuangan yang tidak terputus antara partai-partai Islam 1999 seperti PBB, PMB, PPIM dan, PPP dengan

partai Islam Masyumi.