-
1
PENDAHULUAN
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar pada
hakikatnyamerupakan peningkatan kemampuan siswa dalam berbahasa
Indonesiasetelah siswa memiliki bahasa pertama yakni bahasa Ibu.
Peran aktif gurudalam mengajarkan materi pelajaran bahasa Indonesia
yang baik dan benar disekolah dasar, sangat membutuhkan keahlian
dan pengalaman. Untuk itu,buku ini disajikan secara teori dan
praktik agar guru/calon guru sekolah dasardapat:a. Menjelaskan
hakikat bahasa dan teori Pemerolehan Bahasa.b. Menjelaskan prinsip
pembelajaran Bahasa Indonesia di SD dalam
kurikulum.c. Memilih dan menerapkan pendekatan, metode,
strategi, dan teknik
pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar secara kreatif
daninovatif.
d. Memilih dan mengembangkan materi ajar Bahasa Indonesia di SD
sesuaikurikulum, tingkat perkembangan peserta didik, lingkungan,
danketersedian sarana.
e. Memahamai dan mampu melakukan asesmen pembelajaran
BahasaIndonesia di SD.
Pencapaian kompetensi ini dilakukan dengan berbagai aktivitas
antaralain melalui kegiatan diskusi, penugasan, pengamatan, dan
portopolio. Untukmengevaluasi ketercapaian tujuan, digunakan tes
tertulis, penilaian proses,hasil, portopolio, unjuk kerja, dan
simulasi. Kiranya uraian ini dapatmembantu memberikan pemahaman
sesuai kompetensi.
-
2
BAB IHAKIKAT BAHASA DAN TEORI
PEMEROLEHAN BAHASA
A. Hakikat BahasaBahasa merupakan salah satu aspek yang
digunakan untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan. Komunikasi dalam kehidupan
sehari-hari ditunjang oleh penguasaan bahasa dengan menggunakan
simbol. Betapapentingnya peranan bahasa bagi perkembangan manusia
memberikansumbangan yang besar dalam perkembangan anak menjadi
manusiadewasa. Akhadiah dkk (1992/1993) menyatakan bahwa dengan
bantuanbahasa, anak dapat tumbuh dari organisme biologis menjadi
pribadi didalam kelompok. Pribadi itu berpikir, merasa, bersikap,
berbuat, sertamemandang dunia dan kehidupan seta masyarakat di
sekitarnya.
Pada dasarnya bahasa merupakan rangkaian bunyi yangmelambangkan
pikiran, perasaan, serta sikap. Dengan demikian, bahasamerupakan
sistem lambang yang digunakan sesuai dengan kaidah yangberlaku, di
antaranya kaidah pembentukan gabungan kata, klausa, dankalimat.
Manusia pun dapat berpikir dan berbicara tentang sesuatu
yangabstrak, di samping yang konkret; misalnya seseorang tidak
perlumenghadirkan harimau untuk menjelaskan kepada mahasiswa bahwa
adaharimau masuk ke kampus mereka. Lambang-lambang bunyi
bahasaterbentuk berdasarkan kesepakatan masyarakat pemakai
bahasa.Maksudnya tidak ada alasan logis untuk memberi nama
sesuatu.Apakah peranan bahasa?1. Bahasa merupakan sarana utama
untuk berpikir dan bernalar.
Untuk itu manusia berpikir tidak hanya dengan otaknya,
melainkandengan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi,
menyampaikanhasil dan mengendalikan pemikiran atau penalaran,
sikap, sertaperasaannya.
2. Sebagai alat penerus dan pengembang kebudayaan. Melalui
bahasanilai-nilai dalam masyarakat dapat diwariskan dari satu
generasi kegenerasi selanjutnya. Dengan bahasa pula ilmu dan
teknologidikembangkan.
3. Bahasa mempunyai peranan yang penting dalam
mempersatukananggota masyarakat. Sekelompok pengguna bahasa yang
sama akanmerasakan adanya ikatan batin di antara sesamanya.
-
3
Kemampuan berbahasa dan berpikir inilah yang membedakanmanusia
dengan binatang, serta yang memungkinkannya untukberkembang. Dengan
bahasa manusia dapat berpikir lebih lanjut sertamencapai kemajuan
teknologi yang semakin pesat. Penggunaan bahasadalam berpikir,
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis bukanlahmerupakan
kemampuan yang bersifat alamiah, sebagaimana kemampuanhidup dan
bernafas. Kemampuan itu tidak dibawa sejak lahir dandikuasai dengan
sendirinya, melainkan harus dipelajari, sertadipengaruhi oleh
lingkungannya.
Apakah setiap alat komunikasi dapat disebut bahasa?
Apakahpenanda khusus bahasa manusia sebagai alat komunikasi
yangmembedakan dengan alat komunikasi yang lain? Perhatikan
ilustarsi kasusberikut ini:
Pada suatu hari dalam perjalanan menumpangi mobilangkot. Dua
penumpang yang masih muda belia tertawa, tetapitidak terdengar
mereka melakukan interaksi secara verbal. Setelahmencoba
memperhatikan apa yang mereka lakukan. Ternyatamereka adalah
siswa-siswa tuna rungu sedang asyikberkomunikasi, akan tetapi
komunikasi yang dilakukan tidakmenggunakan suara. Mereka
menggunakan jari-jari tangan untukberkomunikasi dengan bahasa
isyarat.
Lain halnya dengan kasus, ketika mengikuti kegiatanperkemahan
pramuka. Hanya bunyi sempruitan mereka salingberbalasan antara
kelompok satu dengan kelompok lain. Demikianpula dengan sandi morse
yang hanya menggunakan kode rahasiaatau tanda tertentu yang dipakai
dalam berkomunikasi padakegiatan pramuka. Hanya dengan mengerakkan
bendera, merekadapat memahami maksud perintah untuk berkumpul di
lapangan.Ilustasi yang digambarkan di atas membuktikan bahwa
ternyata
alat komunikasi sangat beragam. Ada yang menggunakan
benda-benda,tanda, atau bunyi-bunyian. Bahasa, berupa bunyi-bunyi
yang dihasilkanoleh alat ucap manusia adalah juga alat komunikasi.
Secara umum,komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal.Komunikasi verbal adalah komunikasi yang
menggunakan bunyi-bunyibahasa yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia yang merujuk pada bahasatertentu misalnya bahasa Indonesia
atau bahasa yang lain. Sedangkankomunikasi nonverbal adalah
komunikasi yang tidak menggunakan bunyi-bunyi bahasa yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Akan tetapi
-
4
menggunakan alat-alat/tanda misalnya dengan gerakan jari
tangan,ekspresi wajah, menggunakan benda-benda tertentu.
Perlu pula diketahui bahwa tidak semua ujaran atau bunyi
bahasayang dihasilkan alat ucap manusia dapat dikatakan bahasa,
karena ujarandapat dikatakan sebagai bahasa apabila mengandung
makna. Perhatikankata [sedih], [rumah], [lari], adalah contoh kata
yang mempunyai maknadan dapat disebut bahasa. Lain halnya [isedh],
[muhra], merupakan contohbunyi yang tidak bermakna atau bukan
bahasa.
Setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti
tertentupula. Kesatuan-kesatuan arus ujaran yang mengandung suatu
maknatertentu, mengikuti gelombang ujaran sesuai kaidah, secara
bersama-samamembentuk perbendaharaan kata dari suatu masyarakat
bahasa yang telahmembentuk relasi antar anggota-anggota
masyarakat.Sifat-sifat Bahasa
Bahasa sebagai alat komunikasi, memiliki beberapa sifat,
Santoso(Paisal, 2009) antara lain: (a). Sistematik, (b). Mana suka,
(c). Ujaran, (d).Manusiawi, dan (e). Komunikatif.
Bahasa dikatakan bersifat sistematik maksudnya bahwa
bahasamemiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar dapat
dipahami olehpemakainya. Bahasa diatur oleh dua sistem yaitu sistem
bunyi dan sistemmakna.
Bahasa dikatakan mana suka maksudnya bahwa bahasa disebutmana
suka karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa
dasar.Contoh, kata lemari, pintu, batu, halaman, dsb. Kata-kata
tersebut tidakada hubungan logis antara bunyi dan makna yang
disimbolkannya. Bukanpula atas dasar kriteria dan standar tertentu,
akan tetapi unsur-unsurbahasa dipilih secara mana suka. Demikian
pula bahasa disebut ujarankarena bentuk dasar bahasa adalah ujaran
dan media bahasa adalah bunyi.Bahasa disebut bersifat manusiawi
karena bahasa dapat berfungsi selamamanusia memanfaatkannya. Adapun
bahasa disebut bersifat komunikatifkarena fungsi utama bahasa
adalah sebagai alat komunikasi atau alatpenghubung antara
anggota-anggota masyarakat.
B. Bahasa Siswa Sekolah Dasar (SD)Bertambahnya usia anak berarti
bertambah pula kemampuan
berbahasanya. Bayi yang baru lahir belum dapat berbuat apa-apa
kecualihanya dapat meronta dan menangis jika basah, lapar atau
sakit. Ketikausianya tiga minggu, ia mulai tersenyum dan pada usia
dua atau tiga bulan
-
5
ia mulai mengeluarkan bunyi-bunyi vokal. Kira-kira pada usia
enam bulan iamulai memperlihatkan reaksi terhadap rangsangan yang
diberikan dan mulaimengucapkan suku-suku kata secara spontan dan
tak lama kemudianmeraban. Menjelang usia satu tahun, biasanya ia
sudah memahami beberapanama benda dan dapat mengucapkan kata-kata
seperti papa, mama, baba dansebagainya. Setelah berumur satu tahun,
ia pandai membuat kalimat satu kata.
Pada usia menjelang dua tahun ia sudah dapat membuat kalimatdua
kata. Perkembangannya berlangsung cepat. Demikian pula kosakatanya
bertambah dengan pesat, demikian pula kemampuannya dalammembuat
kalimat yang lebih panjang. la sering kali mencoba
menggunakankata-kata baru, meniru orang dewasa. Pada usia
prasekolah ia mulaimenguasai bahasa ibunya sebagaimana bahasa orang
dewasa di sekitarnya.
Masa bayi dan masa prasekolah merupakan waktu yang palingpenting
dalam perkembangan seseorang untuk belajar bahasa. Masa itudisebut
usia keemasan untuk belajar berbahasa. Karena itu, peranan
paraorang tua sangat diperlukan dalam membantu perkembangan
tersebutdengan sebaik-baiknya. Jika kesempatan itu terlewati dengan
sia-sia,maka hilanglah peluang anak untuk menguasai bahasanya
dengan baik.
Dari uraian di atas jelas bahwa pada saat anak memasuki
SekolahDasar (SD), ia telah siap menerima informasi dalam bahasa
yangdikuasainya. Oleh karena itu, penggunaan bahasa daerah
dibolehkan sebagaibahasa pengantar pada pengajaran di kelas I, II,
III sekolah dasar yangterletak di pelosok desa.
C. Permasalahan Bahasa pada Awal Masa SekolahSekolah merupakan
dunia baru bagi anak. Sebagian anak
menunggunya dengan tidak sabar dan penuh kegembiraan; sebagian
lagimenghadapinya dengan rasa cemas serta keraguan. Bagi peserta
didik yangtelah melalui pendidikan prasekolah misalnya taman
kanak-kanak (TK) atauPendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tentulah
mereka lebih siap belajar.Sementara itu, tidak semua anak Indonesia
mempunyai kesempatan untukmengenyam pendidikan prasekolah tersebut.
Sejauh ini sebagian besarTK/PAUD berada di perkotaan dan pada
umumnya anak-anak dari tingkatsosial-ekonomi kelas menengah ke atas
yang mampu membayar biayapendidikan. Padahal yang lebih memerlukan
pendidikan prasekolah justruanak-anak desa dan anak dari masyarakat
yang kurang mendapat rangsanganyang cukup baik secara intelektual
maupun emosional. Pengalamanprasekolah memengaruhi kemampuan
peserta didik dalam belajar di sekolah.
-
6
Berkaitan dengan masa tersebut, ada lima permasalahan yang
yangdihadapi guru dalam menghadapi anak pada awal masuk sekolah
antaralain:
1. Memulai bersekolah bagi anak berarti memasuki lingkungan
sosialbaru. Anak telah mampu berkomunikasi dengan orang tua
atauanggota keluarganya sendiri, namun ia belum mempunyai
pengalamandengan teman-teman barunya yang mungkin berasal dari
lingkungandan taraf sosial ekonomi yang berbeda.
2. Ada kalanya anak-anak masih menggunakan bentuk bahasa
kanak-kanak yang hanya dipahami oleh orang tuanya. Kata-kata
tersebutdalam "bahasa sekolah" berasosiasi dengan kata-kata
yangdianggap tabu di rumah. Hal-hal di atas menyulitkan
timbulnyakesiapan membaca.
3. Mungkin pula anak belum dapat mengucapkan beberapa
bunyidengan betul.
4. Anak tidak memahami bahasa guru. Kata-kata yang digunakan
olehguru banyak yang masih asing dan kerapkali juga sulit
diucapkan,karena kata-kata tersebut tidak pernah digunakan di
rumah.
5. Di rumah atau di tempat bermain anak menggunakan bahasa
yangtidak baku/tidak resmi dalam situasi yang bebas dan santai.
Beberapapenulis mengemukakan bahwa di dalam sehari anak
menggunakansekitar tiga puluh ribu kata dalam situasi tersebut.
Sementara itukegiatan di sekolah lebih bersifat formal dengan
berbagai keterbatasandan aturan. Tidaklah terlalu mudah mengalihkan
anak dari situasibebas, santai, dan tidak resmi kepada situasi
terbatas yang resmi.Permasalahan itulah yang harus dihadapi guru
SD, terutama di
kelas-kelas permulaan. Untuk mengatasinya guru harus
memilikipengetahuan tentang anak-anak, kesabaran, ketekunan, dan
pengabdianyang dilandasi rasa kasih sayang. Guru harus dapat
menciptakan situasiyang dapat menumbuhkan kegairahan belajar. Dalam
hal ini tidak tepatlahsikap guru yang menuntut anak duduk diam
tangan dilipat dan diletakkan diatas meja serta kaki rapat dengan
sangat tertib.
LATIHANUntuk memantapkan pemahaman, kemukakanlah satu contoh
kesulitan yang dihadapi guru kelas I di daerah
masing-masing.Bagaimana mengatasinya?
-
7
D. Proses Pemerolehan BahasaWaktu Pemerolehan Bahasa Dimulai
Kapan sebenarnya anak mulai berbahasa? Atau kapan anak
memerolehbahasa pertama (B1). Karena berbahasa mencakup komprehensi
maupunproduksi maka sebenarnya anak sudah mulai berbahasa sebelum
dia dilahirkan.Melalui saluran intrauterine anak telah terekspos
pada bahasa manusiawaktu dia masih janin (Kent dan Miolo 1996:
304). Kata-kata dari ibunya tiaphari dia dengar dan secara biologis
kata-kata itu '`masuk" ke janin. Kata-kata ibunya ini rupanya
"tertanam" pada janin anak. Itulah salah satusebabnya mengapa di
mana pun anak selalu lebih dekat pada ibunyadaripada ayahnya.
Seorang anak yang menangis akan berhentimenangisnya bila digendong
oleh ibunya. Cara-cara lain juga dipakaiseperti pengukuran detak
jantung yang bertambah atau menurun waktusebelum/sesudah
diperdengarkan musik atau bunyi-bunyi tertentu.
Pemerolehan bahasa dimulai sejak bayi masih berada
dalamkandungan. Sang ibu bisa mengajak bayi berkomunikasi tentang
hal yangpositif. Kontak batin antara ibu dan janin akan tercipta
dengan baik bilakondisi psikhis ibu dalam keadaan stabil.
Keharmonisan yang terjalin lewatkomunikasi bisa memengaruhi
kejiwaan anak. Orang tua bisa mengajak anakbercerita tentang
kebesaran Sang Pencipta dan alam ciptaan-Nya;mengenalkannya pada
kicau burung, kokok ayam, rintik hujan, desir angin;memperdengarkan
Kalam Ilahi atau membacakan kisah-kisah bijak.
Pemerolehan bahasa meskipun dengan landasan filosofis
yangmungkin berbeda-beda, pada umumnya kebanyakan ahli kini
berpandanganbahwa anak di mana pun juga memeroleh bahasa ibunya
denganmenggunakan strategi yang sama. Kesamaan ini tidak hanya
dilandasioleh biologi dan neurologi manusia yang sama tetapi juga
olehpandangan mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah
dibekalidengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. Di samping itu,
dalam bahasajuga terdapat konsep universal sehingga anak secara
mental telahmengetahui kodrat-kodrat yang universal ini. Chomsky
mengibaratkananak sebagai entitas yang seluruh tubuhnya telah
dipasang tombol sertakabel listrik: mana yang dipencet, itulah yang
akan menyebabkan bolalampu tertentu menyala. Maksudnya adalah
bahasa mana dan wujudnyaseperti apa ditentukan oleh lingkungan
sekitarnya.
Istilah pemerolehan bahasa mengacu pada penguasaan bahasa
secaratidak disadari dan tidak terpengaruh oleh pengajaran bahasa
tentang sistemkaidah dalam bahasa yang dipelajari. Dengan demikian
pemerolehan bahasa
-
8
adalah proses anak mulai mengenal komunikasi dengan
lingkungannya secaraverbal. Pemerolehan bahasa biasanya didapatkan
dari hasil kontak verbaldengan penutur asli lingkungan bahasa itu.
Jika anak memeroleh bahasapertama (B1) atau bahasa ibu secara
alamiah secara tidak sadar dilingkungan keluarga pengasuh anak-anak
tersebut, maka selanjutnya anakakan mengalami proses pemerolehan
bahasa kedua (B2) melaluipembelajaran bahasa. Namun perlu hati-hati
dalam penggunaan istilahbahasa ibu karena banyak kasus terjadi di
kota besar yang multilingual.Bahasa ibu atau bahasa pertama anak
adalah bahasa Indonesia, bukanbahasa yang digunakan oleh orang tua
mereka. Jadi lebih tepat jikadigunakan istilah bahasa pertama dan
bahasa kedua. Yang dimaksud bahasaibu sebenarnya adalah “bahasa
asuh” yang digunakan seorang ibu ketikaberkomunikasi dengan anaknya
sejak lahir atau masa paling dini.
Strategi Pemerolehan Bahasa anak dapat dilakukan dengan:•
Peniruan; meniru bahasa yang digunakan oleh ibu, pengasuhnya.•
Pengalaman langsung: Setiap pengalaman indrawi yang dialami
anak, terekam dalam benaknya. Pada tahap awal belajar
bahasa,anak mulai membangun pengetahuan tentang kombinasi
bunyi-bunyitertentu yang menyertai dan merujuk pada sesuatu yang
dia alami.Ingatan ini akan semakin kuat, terutama bila penyebutan
akan bendaatau peristiwa tertentu terjadi berulang-ulang. Dengan
cara ini anakakan mengingat kata-kata tentang sesuatu sekaligus
mengingat pulacara mengucapnya.
• Mengingat; memainkan peranan penting dalam belajar bahasa
anakatau belajar apa pun, karena anak mengingat tentang
pengalamanlangsung yang telah dialaminya.
• Bermain; Dalam kegiatan bermain, anak-anak merasa
senangbermain peran yaitu memerankan perilaku orang dewasa
atauperilaku orang lain yang ada di sekitarnya.
• Penyederhanaan; maksudnya adalah bahwa ketika berbicara
anak-anak pada awalnya cenderung menyederhanakan model tuturanorang
dewasa. Ada beberapa fonem bahkan kata yang dihilangkanpada saat
bertutur. Walaupun dalam bertutur, anak-anak hanyamenggunakan satu
kata tetapi memiliki cakupan makna yang luas(Tarigan
dkk...1998)Bahasa mempunyai tiga komponen utama, yakni,
fonologi,
sintaksis, dan semantik, oleh sebab itu pembahasan juga terbagi
menjadi tiga.
-
9
Di samping itu, ada bahasan pula mengenai pemerolehan pragmatik,
yakni,bagaimana anak memroleh kelayakan dalam berujar.
1. Pemerolehan dalam Bidang FonologiManusia ketika baru lahir,
hanya memiliki sekitar 20% dari otak
dewasanya. Berbeda dengan binatang yang sudah memiliki
sekitar70%. Karena perbedaan inilah maka binatang sudah dapat
melakukanbanyak hal segera setelah lahir, sedangkan manusia hanya
bisamenangis dan menggerak-gerakkan badannya. Adanya
perbedaanproporsi ini sejalan dengan pertumbuhan otak dengan
pisiknya.
Pada umur sekitar 40 hari, anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyi
yang mirip dengan bunyi konsonan atau vokal namun belumjelas.
Proses mengeluarkan bunyi-bunyi seperti ini dinamakan cooing,yang
telah diterjemahkan menjadi dekutan (Dardjowidjojo 2000: 63).Anak
mendekutkan bermacam-macam bunyi yang belum jelasidentitasnya.
Pada sekitar umur 6 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyikonsonan
dengan vokal yang dalam bahasa Inggris disebutbabbling, yang telah
diterjemahkan menjadi celotehan (Dardjowidjojo2000: 63). Celotehan
dimulai dengan konsonan dan diikuti olehsebuah vokal. Konsonan yang
keluar pertama adalah konsonan bilabialhambat dan bilabial nasal.
Vokalnya adalah /a/. Dengan demikian,strukturnya adalah CV
Ciri lain dari celotehan adalah bahwa CV ini kemudian
diulangsehingga muncullah struktur seperti berikut:C1, V1, C1, V1,
C1, V1, .., papapa mamama bababa ...Celotehan seperti itu akhirnya
orang tua kemudian mengaitkan "kata"papa dengan ayah dan mama
dengan ibu meskipun apa yang ada dibenak anak tidaklah kita
ketahui; tidak mustahil celotehan itu hanyalahsekedar latihan
artikulatori belaka (lihat Jakobson 1971; Ingram 1990;Gass dan
Selinker 2001). Konsonan dan vokalnya secara gradualberubah
sehingga muncullah kata-kata seperti dadi, dida, tita, dita,mama,
mami, dsb.
Anak umur sekitar 1 tahun, kata sudah mulai muncul. PadaEcha
(Dardjowidjojo 2000), Seperti kata sepeda dikatakan /da/.
Anakcenderung memperhatikan suku akhir dari kata yang
diucapkan.Konsonan pada akhir kata sampai dengan umur sekitar 2;0
banyakyang tidak diucapkan sehingga mobil akan diujarkan sebagai
/biI/.
-
10
Sampai sekitar umur 3;0 anak belum dapat mengucapkan gugus
konsonansebagai contoh kata (Eyang) Putri akan disapanya dengan
Eyang /ti/.
Anak mula-mula menguasai bunyi konsonan bilabial dengan
vokal/a/, kemudian alveolar dan velar. Pada umur sekitar 2:6 kata
Farahmasih diucapkan sebagai /Fa-ah/ atau nenek /nek/. Sekalipun
dipaksa untukmengatakannya dengan benar, Echa berkata "Ndak bisa,
”Bunyi /r/. Danbiasanya muncul pada Echa saat dia berumur 4;9.
Sekalipun demikian, yang perlu dipahami bahwa patokantahun
penguasaan kata atau bunyi tertentu sangat relatif. Ukurantidak
boleh tahun kalender tetapi harus tahun neurobiologis, artinya,pada
tahap perkembangan neurobiologi mana seorang anak dapatmengucapkan
bunyi-bunyi tertentu. Karena biasanya Si adik malah telahdapat
mengucapkan bunyi /r/ pada umur 3;0. Jadi, yang universal itu
bukantahunnya tetapi urutan pemunculan bunyi-bunyi itu.
2. Pemerolehan dalam Bidang SintaksisKapankah seorang anak dapat
mengucapkan satu kata (atau
bagian kata)? Jika anak sudak dapat mengucapkan satu kata
berartisebenarnya bagi anak telah menguasai kalimat penuh, tetapi
karena diabelum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya
mengambilsatu kata dari seluruh kalimat itu. Sebagai contoh kalimat
Reny maududuk, maka dia akan mengatakan /Ni du’/
Dari segi sintaksisnya, Ujaran Satu Kata sangatlah
sederhanakarena memang hanya terdiri dari satu kata saja; bahkan
untuk bahasaseperti bahasa Indonesia hanya sebagian saja dari kata
itu. Namun darisegi semantiknya, anak yang mengatakan /eka/ untuk
boneka bisabermaksud mengatakan:
a. Ma, itu boneka.b. Ma, ayo lihat bonekal.c. Aku mau beli
bonekal.d. Aku mau bermain boneka.e. Aku tidak suka bonekaf. Ini
bonekaku, dsbUjaran Satu Kata (USK) yang mempunyai berbagai makna
ini
dinamakan ujaran holofrastik (holophrastic). Di samping ciri
ini, USKjuga mempunyai ciri-ciri yang lain. Pada awalnya USK hanya
terdiridari CV saja. Bila kata itu CVC maka C yang kedua
dilesapkan. Padaperkembangannya kemudian, konsonan akhir ini mulai
muncul. Pada
-
11
umur 2;0, misalnya, Echa menamakan ikan sebagai /tan/, persis
samadengan kata untuk bukan. Demikian seterusnya hingga Ucapan
DuaKata, Tiga Kata, dst.
Bentuk Tata bahasa pada AnakPada bahasa-bahasa seperti bahasa
Indonesia, di mana bentuk
pasif sangat dominan, anak sering mendapat masukan yang
berupakalimat pasif dan karenanya membentuk pula pola kalimat pasif
jauhlebih awal daripada anak Inggris (Dardjowidjojo 2000:
136).Menjelang umur 4;0 anak sudah mulai memakai kalimat
komplek.
3. Pemerolehan pada Bidang LeksikonSebelum anak dapat
mengucapkan kata, dia memakai cara lain
untuk berkomunikasi: dia memakai tangis dan gestur
(gesture,gerakan tangan, kaki, mata, mulut, dsb). Pada mulanya
kitakesukaran memberi makna untuk tangis yang kita dengar
tetapilama-kelamaan kita tahu pula akan adanya tangis-sakit,
tangis-lapar, dan tangis-basah (pipis/eek). Pada awal hidupnya
anakmemakai pula gestur seperti senyum dan juluran tangan
untukmeminta sesuatu. Dengan cara-cara seperti ini anak
sebenarnyamemakai "kalimat" yang protodeklaratif dan protoimperatif
(Gleasondan Ratner 1998: 358).
Penguasaan kataKata-kata apa yang akan diperoleh anak pada awal
ujarannya
ditentukan oleh lingkungannya. Pada anak yang berasal dari
golonganmenengah dan terdidik yang tinggal di kota dan cukup mampu
untukmembelikan bermacam-macam mainan, buku gambar, dan di
rumahnyajuga terdapat alat-alat elektronik, orangtuanya juga
mempunyai waktuuntuk membawanya bermain di Mall, bergaul banyak
dengan anaknya,maka anak akan memeroleh kata-kata nomina yang lebih
sesuai denganapa yang pernah didengar dan dilihatnya. Demikian pula
untuk verba jugaakan diperoleh verba seperti perkembangan yang
diperoleh sesuailingkungannya.
E. Perkembangan Bahasa Anak Usia SDPerkembangan bahasa berjalan
terus sepanjang hayat, meskipun
sudah dewasa atau tidak bersekolah lagi. Bayi mulai memeroleh
bahasa
-
12
ketika berumur kurang dari satu tahun sebelum dapat mengucapkan
satu kata.ereka memperhatikan muka orang dewasa dan menanggapinya,
meskipuntentu saja belum menggunakan bahasa dalam arti yang
sebenarnya. Merekajuga dapat membedakan beberapa ucapan orang
dewasa. (Eimas LewatGleason, 1985: 2).
Ketika bayi berumur satu tahun, mulailah mengoceh, bermain
denganbunyi seperti halnya ketika bermain dengan jari-jari tangan
dan jari kakinya.Kemampuan berbicara anak-anak sedunia mulai pada
umur yang hampirsama dan dengan arah yang hampir sama pula.
Perkembangan bahasa padapriode ini disebut pralinguistik (Gleason,
1985: 3}
Selanjutnya, pada saat bayi mulai dapat mengucapkan beberapa
kata,perkembangan bahasa mereka juga memiliki ciri universal.
Bentuk ucapanyang digunaan hanya satu kata, kata-katanya sederhana
yaitu yang mudahdiucapkan dan memiliki arti konkrit. Kata-kata
tersebut adalah nama benda,kejadian atau orang yang ada di sekitar
anak, misalnya mama, papa, meong,dll. Perkembangan fonologis mulai
tampak pada priode umur ini, demikianjuga perkembangan semantik
yaitu pengenalan makna oleh anak.
Kira-kira anak berumur dua tahun, setelah mengetahui kurang
lebihlima puluh kata, kebanyakan anak mulai mencapai tahap
kombinasi dua kata. Kata-kata yang diucapkan ketika menapai tahap
satu kat dikombinasikandalam ucapan pendek tanpa kata penunjuk,
kata depan atau bentuk lain yangseharusnya digunakan. Di samping
itu, ana mulai dapat mengucapkan ,”Ma,mimi” maksudnya “Mama, saya
mau minum.” Pada tahap dua kata ini anakmulai mengenal berbagai
makna kata tetapi tidak menggunakan bentukbahasa yang menunjukkan
jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinyaperistiwa. Selanjutnya
anak mulai dapat membuat kalimat pendek.
Pada waktu mulai masuk taman kanak-kanak, anak telah
memilikisejumlah besar kosa kata. Mereka dapat membuat
pertanyaan-pertanyaannegatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk
kalimat. Mereka memahamikosa kata lebih banyak. Mereka dapat
bergurau, bertengkar dengan temannyadan berbicara dengan orang tua
dan guru mereka (Zuhdi dan Budasih,1996:5).
Selama usia SD, anak diharapkan pada tugas utama
mempelajaribahasa tulis. Hal ini hampir tidak mungkin kalau belum
menguasai bahasalisan . Perkembangan bahasa anak pada priode usia
SD ini meningkat daribahasa lisan ke bahasa tulis. Kemampuan mereka
menggunakan bahasaberkembang. Masa usia sekolah dasar disebut juga
masa intelektual, karena
-
13
keterbukaan dan keinginan anak untuk mendapatkan pengetahuan
danpengalaman. Beberapa sifat khas anak pada usia ini adalah
sebagai berikut:1. Keadaan jasmani tumbuh sejalan dengan prestasi
sekolah.2. Sikap tunduk kepada peraturan permainan yang
tradisional.3. Ada kecendrungan suka memuji diri sendiri.4. Suka
membandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu
menguntungkan.5. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu soal,
maka soal itu dianggapnya
tidak penting.6. Pada masa ini anak menghendaki nilai yang baik
tanpa mengingat apakah
prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.7. Minat
kepada kehidupan praktis sehari-hari.8. Realistis dan ingin tahu.9.
Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal mata
pelajaran-
mata pelajaran khusus.10. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak
membutuhkan pengajar atau
orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya.11.
Setelah umur 11 tahun umumnya anak-anak beruaha menyelesaikan
tugasnya sendiri.Rubin Dorothy dalam Teaching Elementary
Language Arts An
Integrated Approach, yang diadaptasi oleh Aminuddin (1997:3)
memaparkanperkembangan anak mulai sejak lahir sampai masuk di kelas
awal SD (6 th =72 bulan) sebagai berikut:
USIA TAHAP KARAKTERISTIK
0 – 1 th RandomBunyi lisan, babling, misalnya
ma-ma-ma,pemerolehan bunyi dalam bentuk kata-katatertentu secara
tetap.
1 – 2 th UnitariMenggunakan kata sebagai kalimat
untukmenyampaikan keinginn tertentu, misalnya“makan” untuk “Saya
ingin makan.”
2 – 4 th PerluasanKata-kata pivot, misalnya, main bola,
mainkuda. Anak juga mulai menghasilkan kata-katayang dianjurkan
dalam kesatuan misalnya“yatadi rimen” untuk “Saya tadi
diberipermen.”
4 – 5 th StrukturalPenguasaan kosa katanya berkembang
sesuaibentukan lingkungannya. Anak juga sudahmenguasai struktur
kalimat SPO yang seara
-
14
umum digunakan untuk menyatakan sesuatuseperti: “Saya makan
nasi.” Pada tahap inikadang kala anak menggunakan kalimat yangtidak
gramatikal “Pergi jangan dia.”
5 – 6 th OtomatikAnak dapat menggunakan kalimat untukmaksud
tertentu secara otomatis. Anak jugadapat mengoreksi kesaahan
tuturannya namunbelum mampu memberi alasannya. Juga anaksudah dapat
menginternalisasikan berbagaisistem dan kaidah kebahasaan sesuai
denganlingkungannya.
6 th KreatifAnak mampu menggunakan kata-kata yangpengertiannya
abstrak, menyusun konsep,mengemukakan pendapat. Perkembangn
bahasaanak terus berkembang sesuai dengan dayakreativitas yang
dibentuk oleh kebiasaanmembaca, mendengar, wicara, dan menulisyang
dilakukannya dari hari ke hari.
Dalam perkembangan bahasa seperti di atas, anak
menempuhnyamelalui asosiasi: membayangkan hubungan kata dengan
objek yang diamati,imitasi: menirukan dan mengulang sendiri
penggunaan kata-katasebagaimana tergambar dalam pikirannya. Gejala
seperti itu ada yangmenyebut “kegilaan” karena anak suka berbicara
sendiri yang sebenarnya takperlu ditanggapi, elaborasi: perluasan
penggunaan kata dan struktur kalimatsecara coba-coba, dan pemberian
renforcement, perhatian dan tanggapanpositif orang dewasa, misalnya
anak disuruh berlatih melafalkan “orang itubaik” bukan “olang itu
baik”, apabila bias digendong di halaman rumah.
Perkembangan bahasa erat hubungannya dengan kemampuanberpikir.
Piaget, dan Vygotsky telah mengemukakan teori perkembangankognitif
paling konprehensif (Athey lewat Ross dan Roe, 1990: 36).
MenurutVygotsky, bahasa merupakan dasar bagi pembentukan konsep dan
pikiran;kemampuan berpikir tak mungkin terjadi tanpa menggunakan
kata untukmengungkapkan pikiran, dan bahasa diperlukan untuk tiap
jenis kegiatanbelajar. Sedang Piaget mengatakan bahwa bahasa itu
penting untuk beberapajenis kegiatan belajar tetapi tidak untuk
semua kegiatan belajar. Piaget yakinbahwa perkembangan kognitif
anak mendahului perkembangan bahasanya.
Piaget menawarkan empat fase perkembangan
kognotif:sensoromotori, praoperasional, operasi konkrit, dan
operasi formal.Kebanyakan pembelajaran bahasa terjadi pada akhir
fase sensorimotor dan
-
15
selama fase praoperasional. Pada fase itu anak memroleh bahasa
dengancepat (Bewall dan Straw, lewat Ross dan Roe, 1990: 37)
menyimpulkanbahwa ada kesenjangan antara fase perkembangan menurut
Piaget tersebutdengan fase perkembangan bahasa. Perbandingan
perkembangan kognitifmenurut Piaget dan perkembangan bahasa dapat
dilihat pada figure berikut(Ross dan Roe, 1990: 38).
Pada priode usia sekolah, perkembangan bahasa paling jelas
tampakadalah perkembangan semantik dan pragmatik disbanding
perkembanganfonologis, morfologis dan sintaksis. Di samping
memahami bentuk baru,anak belajar menggunakannya untuk
berkomunikasi secara efektif (Obler,1985 lewat Owens 1992: 355).
Selain itu, kemampuan metalinguistik(kesadaran yang memungkinkan
penggunaan bahasa untuk berpikir tentangbahasa dan menggalakkan
refleksi) juga semakin berkembang. Kemampuan
PERKIRAANUSIA
FASE PERKEMBANGANKOGNITIF
FASE PERKEM-BANGANBAHASA
0 – 2 th Sensorimotor:anak memanipulasiobjek di lingkungannya
dan mulaimembentuk konsep.
Fonologis: Anakbermain denganbunyi bahasa mulaimengoceh
sampaimenyebutkan kata-kata sederhana.
2 – 7 th Praoperasional:Anak memahami pikiran simbolik tetapi
belum berpikirlogis
sintaktik:Anak menunjukkankesadaran
gramatis:berbicaramenggunakankalimat.
7 – 11 th Operasional konkret:anak dapat berpipikir logis
Semantik: anakdapat membedakankata sebagai simboldan konsep
yangterkandung dalamkata.
11-12/18 th Operasional formal:anak mampu berpikir abstrakdan
logis dengan menggunakan pola pikir“kemungkinan”
memahami dandapat menarikkesimpulan
-
16
tersebut tercermin dalam perkembangan kemampuan membaca dan
menulis(Owens, 1992: 335).
Membaca dan menulis memerlukan perubahan pokok dalampenggunaan
bahasa. Bahasa baku atau teks menjadi lebih penting dari padabahasa
untuk hubungan sosial dan antar pribadi, yakni anak dituntut
dapatmenggunakan kata-kata dengan makna yang tepat. Anak Indonesia
yangkebanyakan mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua
mungkintidak mudah menghadapi hal ini.
Berikut ini akan diuraikan secara luas tentang perkembangan
bahasaanak SD yang meliputi perkembangan: fonologis, morfologis,
sintaksis, dansemantik/ kosa kata dan pragmatik serta perkembangan
lainnya.
a. Perkembangan FonologisAnak telah menguasai sejumlah fonem/
bunyi bahasa sebelum masuk
SD, tetapi masih ada beberapa fonem yang sulit diucapkan dangan
tepat.Menurut Woolfolk (1990: 69) sekitar 10% anak umur 8 tahun
masihmempunyai masalah dengan bunyi s, z, v. Hasil penelitian
Budiasih danZuhdi (1995: 29) menunjukkan bahwa anak kelas dua dan
tiga melakukankesalahan pengucapan f, sy, dank s diucapan p, s, k.
Tompkins !991: 13) jugamenyatakan bahwa ada sejumlah bunyi bahasa
yang belum diperoleh naksampai menginjak usia kelas awal SD,
khususnya bunyi tengah dan akhir,misalnya v, zh, sh, ch. Bahkan
pada umur 7 atau 8 tahun anak masihmembuat bunyi pengganti pada
bunyi konsonan kluster.
Kaitannya dengan anak Indonesia pun diduga mengalami
kesulitandalam pengucapan r, z, v, f, kh, sh, sy, x, dan bunyi
kluster misalnya str, pr,pada kata struktur dan pragmati. Di
samping itu anak SD bahkan orangdewasa kadang kala ada yang
kesulitan mengucapkan bunyi kluster pada katakomplek dan
administrasi. Agar hal tersebut tidak terjadi, sejak di SD
anakperlu dilatih mengucapkan kata-kata tersebut.
b. Perkembangan morfologisAfiksasi bahasa Indonesia merupakan
salah satu aspek fonologi yang
kompleks. Hal ini satu kata dapat berubah makna karena proses
afiksasinya(prefiks, sufiks, similfiks) berubah-ubah. Misalnya kata
satu dapat berubahmenjadi: bersatu, menyatu kesatu, satuan, satukan
disatukan, persatuan,kasatuan, kebersatuan, mempersatukn, dst.
Zuhdi dan Budiasih (1996: 15)menyatakan bahwa anak-anak mempelajari
morfem mula-mula bersifat
-
17
hafalan. Hal ini kemudian diikuti dengan membuat simpulan secara
kasartentang bentuk dan makna morfem. Akhirnya anak membentuk
kaidah.Proses yang rumit ini dimulai pada priode prasekolah dan
terus berlangsungsampai pada masa adolosen.
Berdasarkan kerumitan afiksasi terseut perkembangan
morfologisatau kemampuan menggunakan morfem / afiks anak SD dapat
diduga sebagaiberikut:1. Anak kelas awal SD telah dapat menggunakan
kata berprefiks dan
bersufiks seperti melempar dan makan.2. Anak kelas menengah SD
telah dapat menggunakan kata berimbuhan
simulfiks/ konfiks sederhana seperti menjauhi, disatukan.3. Anak
kelas atas SD telah dapat menggunakan kata berimbuhan konfiks
yang sudah kompleks misalnya diperdengarkan, memberlakukan
dalambahasa lisan atau tulisan. (Khalik, 1997: 4)
c. Perkembangan SintaksisDilihat dari segi frase, menurut
Budiasih dan Zyhdi (1996) bahwa
frase verba lebih sulit dikuasai oleh anak SD dibanding dengan
frase nominadan frase lainnya. Kesulitan ini mungkin berkaitan
dengan perbedaan bentukkata kerja yang menyatakan arti berbeda.
Misalnya ditulis, menuliskan,ditulisi dan seterusnya.
Dari segi pola kalimat lengkap, anak kelas awal
cenderungmenggunakan struktur sederhana bila berbiara. Mereka sudah
mampumemhami bentuk yang lengkap namun belum dapat memahami
bentukkompleks seperti kalimat pasif. (Wood dalam Crown, 1992: 70).
MenurutEmingran (1975) siswa kelas atas SD menggunakan struktur
yang lebihkompleks dalam menulis dari pada dalam berbicara
(Tompkins, 1989: 13).
Pada umumnya anak SD mengenal pasif dari preposisi
“oleh”misalnya “buku itu dibeli oleh Ali”. Dengan emikian kalimat
pasif yang tidakdisertai kata “oleh” merea menganggapnya bukan
kalimat pasif, misalnya“Saya melempar mangga” (kalimat aktif)
menjadi “Mangga sayalempar”(kalimat pasif) bukan “Mangga dilempar
oleh saya.”(salah).
Anak biasanya menggunakan kalimat pasif yang subjeknya dar
kataganti/ dapat dibalik secara seimbang. Namun, anak sering
mengalamikesulitan dalam mebuat kalimat dan menafsirkan makna
kalimat pasif yangdapat dibalik (subjeknya bukan kata ganti).
Menjelang umur 8 tahun merekamulai lebih banyak menggunakan kalimat
pasif yang tidak dapat dibalik(subjeknya kata ganti). Pada umur 9
tahun, anak mulai banyak menggunakan
-
18
bentuk pasif yang subjeknya dari kata ganti. Dan pada umur 11-
13 tahunmerea banyak menggunakan kalimat yang subjeknya dari kata
ganti.
Penggunaan kata penghubung juga meningkat pada usia SD. Anak
dibawah umur 11 tahun sering menggunakan kata “dan”pada awal
kalimat.Pada umur 11- 14 tahun, penggunaan “dan” pada awal kalimat
mulai jarangmuncul.
Anak sering mengalami kesulitan penggunaan kata
penghubung“karena” dalam kalimat seperti “Saya menghadiri pertemuan
itu karenadiundang.” Anak SD bingung membedakan kata hubung
“karena, dan, lalu”dilihat dari segi urutan waktu kejadiannya.
Yakni diundang dahulu baru pergike pertemuan, Oleh karena itu
kadang kala ada anak TK yang mengucaukan“Saya sakit karena saya
tidak masuk sekolah” padahal maksudnya “Sayatidak masuk sekolah
karena sakit” Pemahaman kata penghubung“karena”baru mulai
berkembang pada umur 7 tahun. Pemahaman yang benardan konsisten
baru terjadi pada umur sekitar 10- 11 tahun.
d. Perkembangan Semantik1). Perkembangan kosa kataSelama priode
usia sekolah dan dewasa ada dua jenis penambahan makna
kata. Secara horizontal, nak semakin mampu memahami dan
dapatmenggunakan suatu kata dengan nuansa makna yang agak berbeda
searatepat. Penambahan vertical berupa penambahan jumlah kata yang
dapatdipahami dan digunakan dengan tepat. Owens, 1992: 375).
Menurut Lindfors (1980) perkembangan semantik berlangsungdengan
sangat pesat di SD. Kosa kata anak bertambah sekitar 3000 kata
pertahun (dalam Topkins, 1989: 14) Sedang Barger (1986) menyatakan
bahwaantara 2-6 rata-rata anak mempelajari 6-10 kata per hari. Ini
berarti bahwarata-rata anak umur 6 tahun mempunyai kata 8000-
14.000. Dan pada usia 9-10 tahun sekitar 5000 kata baru dalam
perbendaharaan kosa katanya(Woolfol, 1990:70).
Menurut kurikulum 94, perbendaharaan kata siswa SD diharapkan
lk.6000 kata. Dengan demikian pendapat Berger di atas sangat
tinggi. Pendapatyang relatif mendekati harapan Kurikulum 94 adalah
hasil temuan penelitianSlegers (1940) bahwa rata-rata anak masuk
kelas awal dengan pengetahuanmakna sekitar 2500 kata dan meningkat
rata-rata 1000 kata per tahun di kelasawal dan menengah SD dan 2000
kata di kelas atas sehingga perbendaharaankosakata siswa berjumlah
8500 di kelas VI (dalam Harris da Sipay, 1980:449).
-
19
Kemampuan anak kelas rendah SD dalam mendefenisikan
katameningkat dengan dua cara. Pertama, secara konseptual yakni
dari definisiberdasar pengalaman individu ke makna yang bersifat
sosial atau maknayang dibentuk bersama. Kedua, anak bergerak secara
sintaksis dari definisikata-kata lepas ke kalimat yang menyatakan
hubungan kompleks (Owens,1992: 376).
Pengetahuan kosa kata mempunyai hubungan dengan
kemampuankebahasaan secara umum. Anak yang menguasai banyak kosa
kata lebihmudah memahami wacana denganbaik. Selama priode usia SD,
anak menjadisemakin baik dalam menemukan makna kata berdasarkan
konteksnya. Anakusia 5 tahun, mendefinisikan kata secara sempit
sedang anak berusia 11 tahunmembentuk definisi dengan menggabungkan
makna-makna yang talahdiketahuinya. Dengan demikian definisinya
menjadi lebih luas, misalnyakucing ialah binatang yang biasa
dipelihara di rumah-rumah penduduk.
Terakhir perkembangan kosa kata dilihat dari jenis kelamin
berbeda.Anak perempuan biasanya memilih kata yang lebih sopan atau
lembut danmenghindari kata-kata yang berisi umpatan. Sedang anak
laki-laki cenderungmenggunakan kata yang berisi umpatan, seperti
bedebah, sialan, dsb.(Bilaanak tersebut kurang didasari pendidikan
keagamaan).
2). Perkembangan Bahasa FiguratifAnak usia SD mengembangkan
bahasa figurative yang
memungkinkan penggunaan bahasa secara kreatif. Bahasa
figurativemenggunakan kata secara imajinatif, tidak secara literal
atau maknasebenarnya untuk menciptakan kesan emosianal, yang
termasuk bahasafigurative adalah (a) ungkapan misalnya: kepala
dingin, (b) metafora ,misalnya, :Suaranya membelah bumi” , (c)
kiasan, misalnya, “Wajahnyaseperti bulan purnama.” (d) pribahasa,
misalnya, “Menepuk air di ulang,terpecik muka sendiri.”
Anak usia kelas awal dan menengah masih mengalami kesulitandalam
memahami makna ungkapan. Mereka enderung memakainya secara
arisebenarnya (denotative), misalnya ringan tangan diartikan tidak
berat tangan.Akan tetapi pada usia kelas 4-6, mereka telah memiliki
kemampuanpemahaman dan penggunaan ungkapan secara tepat dalam
erkomunikasi.
Anak prasekolah biasanya menciptakan metafora dan kiasan,
namunhal ini tidak berarti mereka dapat menggunakan bahasa
figurative. Kreativitasanak keil dalam berbahasa disebabkan oleh
keterbatasan penguasaan bahasa,misalnya makna yang lebar seperti
topi disebut juga topi. Setelah berumurlebih dari 6 tahun,
pengunaan metafora secara spontan dalam percakapan
-
20
manjadi berkurang. Penyebabnya adalah (a) anak telah memiliki
sejumlahkosa kata dasar, (b) adanya latihan berbahasa sesuai kaiah
yang diberikan disekolah membatasi kreativitas.
Penggunaan metafora dan kiasan menurun pada usia 5-8 tahun,namun
pada usia 9 ke atas, anak mulai kembali meningkat
penggunaan/memahami metafora dan kiasan seiring dengan perkembangan
kemampuankognitif/ psikologisnya. Anak tidak lagi memaknai bahasa
figurative searaliteral tetapi konotatif, misalnya: meja hijau
adalah bukan meja berwarnahijau tetapi pengadilan.
Anak usia 6-8 tahun menafsirkan pribahasa secara denotatif /
literal,tetapi pada usia 9 tahun ke atas anak secara perlahan-lahan
dapat memahamipenggunaan pribahasa secara tepat. Perkembangan ini
bervariasi antara anakyang satu dengan yang lainnya bergantung
antara lain pada pengalamanbelajarnya, ketersediaan bacaan,
lingkingan keluarga, dll.
Pembelajaran bahasa figuratif lebih mudah dipahami dalam
konteksdaripada secara terpisah oleh anak. Makna bahasa figuratif
disimpulkan anakdari penggunaan baerulang-ulang dalam konteks yang
berbeda. Kejelasanmetaforik yakni hubungan makna denotatif dengan
makna konotatifnyamemudahkan penafsiran bagi siswa, misalnya tutup
mulut lebih mudahdipahami daripada makan hati.
e. Perkembangan PragmatikPerkembangan pragmatik atau penggunaan
bahasa merupakan hal
paling penting dibanding perkembangan aspek bahasa lainnya pada
usia SD.Hal ini pada usia prasekolah anak belum dilatih menggunakan
bahasa secaraakurat, sistematis, dan menarik.
Berbicara tentang pragmatik ada 7 faktor penentu yang
perludipahami anak (1) kepada siapa berbicara, (2) untuk tujuan
apa, (3) dalamkonteks apa, (4) dalam situasi apa, (5) dengan jalur
apa, (6) melalui mediaapa, (7) dalam peristiwa apa (Tarigan,
1990:321). Ketujuh faktor penentukomunikasi tersebut berkaitan erat
dengan fungsi (penggunaan) bahasa yangdikemukakan oleh M.A.K.
Halliday: instrumental, regulator,interaksional,personal,
imajinatif, heuristik, dan informative.
Pannel (1975) dalam penelitiannya tentang penggunaan fungsi
bahasadi SD kelas awal menemukan bahwa umumnya anak menggunakan
fungsiinteraksonal (untuk berkomunikasi) dan jarang menggunakan
fungsiheuristic (menggunakan bahasa untuk mencari ilmu pengetahuan
saat belajardan berbicara dalam kelompok kecil).
-
21
Dilihat dari perkembangan kemampuan bercerita, anak umur 6
tahunsudah dapat bercerita secara sederhana tentang acara televisi/
film yangmereka lihat. Kemampuan ini selanjutnya berkembang secara
teratur dansedikit demi sedikit. Mereka belajar menghubungkan
kejadian tetapi bukanyang mengandung hubungan seba akibat. Kata
penghubung yang digunakan:dan, lalu.
Pada usia 7 tahun mulai dapat membuat cerita yang agak
padu.Mereka sudah mulai mengemukakan masalah, rencana mengatasi
masalahdan penyelesaian masalah tersebut meskipun belum jelas siapa
yangmelakukannya.
Pada umur 8 tahun anak menggunakan penanda awal dan akhir
erita,misalnya, “Akhirnya mereka hidup rukun”. Kemampuan membuat
alur ceritayang agak jelas baru mulai diperoleh anak pada usia
lebih dari 8 tahun. Paaumur terseut barulah mereka dapat
mengemukakan pelaku yang mengatasimasalah dalam cerita. Anak-anak
mulai dapat menarik perhatian pendengaratau pembaca cerita yang
mereka buat. Struktur cerita mereka semakinmenjadi jelas.
Kaitannya dengan gaya bercerita antara anak laki-laki
denganperempuan memiliki perbedaan. Anak perempuan menganggap
bahwaperanannya dalam percakapan adalah sebagai fasilitator
sehingga merekamenggunakan cara yang tidak langsung dalam meminta
persetujuan dan lebihbanyak mendengar, misalnya “Ibu tidak marah
kan?”.Sedangkan anak laki-laki menganggap dirinya sebagai pemberi
informasi sehingga cenderungmemberitahu.
Anak laki-laki iasanya kurang berbicara dan lebih banyak
berbuatnamun kadangkala bertindak keras dan percakapan digunakannya
untukberjuang agar tidak dikuasai oleh anak lain atau kelompok
lain, sedangkananak perempuan cenderung banyak bicara dengan
pasangan akrabnya, danaling menceritakan rahasianya, masalah
pribadinya dikemukakan pada teman,dan temannya biasanya menyetujui
dan dapat memahami masalah tersebut(Owens, 1993: 31).
f. Perkembangan Membaca dan Menulis1). Perkembangan MembacaPada
awal anak belajar membaca, sebaiknya orang tua memperkenalkan
buku cerita kepada anak sedini mungkin. Buku yang digunakan
adalah bukubergambar yang berwarna-warni sehingga menarik perhatian
anak. Padaawalnya anak hanya memperhatikan gambar yang ada dalam
buku, lama-
-
22
kelamaan bila orang tua sering membacakan cerita yang ada di
sampinggambar tersebut, secara tak langsung mengajarkan kepada anak
tentangsusunan ceritanya.
Dalam fase perkembangan, pramembaca yang terjadi sebelum umur
6th, anak-anak mempelajari perbedan huruf dan angka yang satu
denganlainnya lalu dapat mengenal setiap huruf dan angka. Umumnya
anak dapatmengenal nama jika ditulis. Biasanya, dengan belajar
lewat lingkunganmisalnya tanda-tanda dan nama benda yang
dilihatnya.
Pada fase ke-1, yaitu sampai kira-kira kelas dua, anak
memusatkanpada kata lepas dalam cerita sederhana. Supya dapat
membaca, anak perlumengetahui sistem tulisan, cara mencapai
kelancaran membaca, untuk ituanak harus dapat mengintegrasikan
bunyi dan tulisan.
Pada fase ke-2, kira-kira di kelas 3-4, anak dapat menganalisis
katayang tidak diketahuinya meggunakan pola tulisan dan simpulan
yangdidasarkan pada konteksnya. Pada fase ke-3, dari kelas 4- kelas
2 SLTPtampaknya anak mengalami perkembangan pesat dalam membaca
yaitutekanan membaca tidak lagi pada pengenalan tulisan tetapi pada
pemahaman(Owens, 1992: 400)
2)Perkembangan MenulisTerdapat kesejajaran antara perkembangan
kemampuan membaca dan
menulis. Pada umumnya anak yang baik menulisnya juga baik
dalammembaca, demikian pula sebaliknya. Proses menulis dekat
denganmenggambar dalam hal keduanya mewakili simbol tertentu. Namun
menulisberbeda dengan menggambar, dan hal ini diketahui oleh anak
ketika berumursekitar 3 th (Gibson dan Levin, lewat Owens, 1992:
403).
Anak mulai menggambar lalu menulis cakar ayam barulah
membuatbentuk huruf. Mulanya anak sekolah menulis meskipun ia tidak
mengetahuinama huruf. Kata yang dikenalnya dengan baik, misalnya
namanya sendirimenolong anak belajar bahwa huruf yang berbeda
melambangkan bunyi yangberbeda.
Kesalahan ejaan banyak terjadi di kelas rendah SD yang
bersifatfonologis, yakni berupa penghilangan, penggantian, atau
penambahan fonem,khususnya bunyi kluster dan penggantian bunyi
berdasarkan persamaanfonologis (bawa diganti pawa). Mungkin ada
persamaan dalam hal kesalahanejaan dan ucapan anak. Hal ini perlu
diteliti.
Tentu saja menulis tidak hanya melibatkan ejaan. Anak yang
barubelajar menulis sering lupa akan kebutuhan pembaca. Anak umur 6
th kurangsekali memperhatikan format, jarak tulisan, ukuran huruf,
dan tanda baca.
-
23
Apabila salah satu segi diutamakan, segi yang lainnya memburuk.
Misalnyaketika anak mulai diajar menulis huruf latin (dari huruf
cetak ke huruf latin),ejaan dan struktur kalimat banyak yang salah.
Terlepas dari kekurangantersebut cerita yang ditulis anak sering
bersifat langsung dan sederhana tapicukup indah.
Anak kelas rendah SD belum memperhatikan pembaca, masih
bersifategosentrik. Kira-kira ketika berada di kelas 3 dan 4
barulah terjadi perubahan.Mereka mulai memperhatikan reaksi
pembaca. Mereka mulai merevisi danmenyunting tulisannya (Berlett,
lewat Owens, 1992: 406). Hal inidipengaruhi oleh pengetahuan
sintaktik yang mereka kuasai. Pada umumnyapada priode usia SD
terjadi perkembangan kemampuan menggunakankalimat dengan lengkap
baik secara lisan maupun secara tertulis. Terjadi pulapeningkatan
penggunaan klausa dan frase yang kompleks serta penggunaankalimat
yang bervariasi.
-
24
BAB IIMATERI PEMBELAJARAN
Komponen pembelajaran yang perlu dipersiapkan sebelum
mengajarantara lain salah satunya menyusun materi ajar atau materi
pembelajaran.Adapun materi pembelajaran mencakup pengetahuan,
keterampilan, dansikap atau nilai yang harus dipelajari oleh siswa
dalam membantu mencapaikompetensi yang telah ditetapkan..
Memilih dan menentukan materi pembelajaran untuk
selanjutnyadisusun secara sistematis agar seoptimal mugkin membantu
siswa dalammencapai kompetensi. Jenis materi pembelajaran mencakup
pengetahuan(fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, sikap
atau nilai. Masalah-masalah yang timbul berkenaan dengan pemilihan
materi pembelajaranmenyangkut jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan
terhadap materipembelajaran tersebut. Jenis materi pembelajaran
perlu diidentifikasi dengantepat karena setiap jenis materi
pembelajaran memerlukan strategi, media,dan cara mengevaluasi yang
berbeda-beda. Cakupan atau ruang lingkup sertakedalaman materi
perlu diperhatikan agar tidak kurang atau tidak lebih.Materi yang
memerlukan hafalan, pemahaman, dan aplikasi perlu dipilihsetepat
mungkin agar tidak terjadi kekeliruan dalam mengajarkannya.Demikian
pula harus diperhatikan materi mana yang lebih dahulu diajarkan
A. Pengertian Materi PembelajaranMateri Pembelajaran merupakan
pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh siswa
dalam rangkamencapat kompetensi yang telah ditentukan. Sebagaimana
telahdikemukakan bahwa jenis-jenis materi pembelajaran terdiri
atas: fakta,konsep, prinsip, prosedur, dan sikap atau nilai.
Termasuk materi fakta adalahnama-nama objek, peristiwa sejarah,
lambang, nama tempat, nama orang, dansebagainya. Termasuk materi
konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus,komponen atau
bagian suatu objek. Termasuk materi prinsip adalah dalil,rurnus,
adagium, postulat, teorema atau hubungan antarkonsep
yangmenggambarkan "jika..maka misalnya "Jika logam dipanaskan, maka
akanmemuai". Prosedur adalah langkah-langkah secara sistematis atau
berurutandalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya, langkah-langkah
menuliskarangan, menyusun rencana pembelajaran, dan sebagainya.
Sikap atau nilaimerupakan hasil belajar aspek afektif, misalnya
nilai kejujuran, kasih sayang,aktif bertanya, menghargai pendapat
teman, dan sebagainya.
-
25
Materi pembelajaran harus diajarkan dan dipelajari siswa
sebagaisarana pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang akandinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang
disusun berdasarkanindikator pencapaian hasil belajar.
B. Prinsip-Prinsip Penyusunan Materi PembelajaranBeberapa
prinsip yang pertu diperhatikan dalam penyusunan materi
pembelajaran yaitu prinsip relevansi, konsistensi, dan
kecukupan. Prinsipretevansi artinya adanya keterkaitan materi
pembelajaran dengan pencapaianstandar kompetensi dan kompetensi
dasar. Jika kemampuan yang diharapkandikuasai siswa berupa
menghafal fakta, maka materi pembelajaran yangdiajarkan harus
berupa fakta.
Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan. Jika kompetensi
dasaryang harus dikuasai siswa ada tiga aspek, maka materi yang
harus diajarkanjuga harus meliputi tiga aspek. Misalnya, kompetensi
dasar yang harusdikuasai siswa adalah membaca permulaan dengan
penekanan lafal, intonasi,maka materi yang diajarkan juga harus
meliputi teknik membaca dengan lafaldan intonasi yang tepat.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya
cukupmemadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar
yangdiajarkan. Materi tidak boteh terlalu sedikit, dan tidak boleh
terlalu banyak.Karena, jika terlalu sedikit maka kurang membantu
pencapaian kompetensidasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak
berdampak pada pemborosan waktudan tenaga untuk mempelajarinya.
C. Langkah-langkah Pemilihan Materi PembelajaranMateri mana yang
akan dipilih hendaknya benar-benar dapat menunjangtercapainya
kompetensi dasar dan indikator yang telah ditentukan.Adapun
langkah-langkah pemilihan materi pembelajaran adalah
sebagaiberikut:
1. Identifikasi Kompetensi DasarDalam menentukan materi
pembelajaran, terlebih dahulu perlu
diidentifikasi kompetensi dasar apa yang harus dipelajari atau
dikuasaisiswa. Kompetensi tersebut perlu ditetapkan, karena setiap
aspekkompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda
dalamkegiatan pembelajaran. Apakah kompetensi yang akan dicapai
termasuk:
1) kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
-
26
sintesis, analisis, dan evaluasi;2) psikomotorik yang meliputi
gerak awal, semi rutin, dan rutin;3) sikap (afektif) yang meliputi
pemberian respon, apresiasi,
penilaian, dan internalisasi.
2. Identifikasi Materi Pembelajaran Berdasarkan pada
TingkatPerkembangan Peserta Didik
Materi pembelajaran hendaknya dipilih yang sesuai dengan
tingkatperkembangan peserta didik. Sebagaimana Piaget (Zuchdi,
1996/1997: 6-7) menyatakan ada empat fase perkembangan bahasa anak,
yaitusensorimotor, praoperasional, operasional-konkret, dan
operasional-formal. Ketika awal usia sekolah merupakan periode
berkembangankreativitas kebahasaan yang dapat diberikan berupa
sajak, nyanyian, danpermainan kata. Pada periode ini anak sudah
dapat menggunakan bahasauntuk berkomunikasi dengan lebih
efektif.
Dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak senang
menyanyikannyanyian berisikan permainan bunyi. Misalnya beryanyi
seperti:.....Kring, kring, kring bunyi sepeda.... dst.
Untuk materi ajar prosa, anak usia 6 sampai 9 tahun menyukai
ceritasederhana dari kehidupan sehari-hari sampai dengan dongeng
hewan.Mereka juga menyukai cerita lucu, seperti Pak Raden dalam
cerita SiUnyil, Mr. Been dan sebagainya. Pada usia 9-12 tahun anak
sudah mulaimenyenangi cerita yang bertemakan pahit-manisnya
kehidupan, ceritafantastis, dan petualangan
3. Pemilihan Bahan Ajar Didasarkan pada LingkunganLingkungan
merupakan salah satu syarat yang harus diperhatikan
dalam pemilihan bahan ajar seperti lingkungan sekolah atau
tempattinggal anak. Contoh dalam pembelajaran menulis atau
mengarang makatema yang dipilih sebaiknya berkaitan dengan
perikehidupan dilingkungan peserta anak atau tema yang pernah
terjadi di tempattinggalnya, misalnya memilih tema mengarang
tentang "KeindahanPantai Losari” untuk anak yang tinggal di kota
Makassar. Jangan untukanak yang tinggal di daerah pegunungan
misalnya Enrekang.
Untuk pengajaran apresiasi puisi, akan lebih efektif jika
diawalidengan penyajian puisi yang memiliki suasana lingkungan yang
akrabdengan peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar mereka merasa
kenal danmudah membacanya. Jika anak sudah mengenal lingkungannya
sendiribarulah kita mengenalkan lingkungan orang lain.
-
27
4. Pemilihan bahan ajar didasarkan pada ketersediaan saranaSalah
satu aspek yang perlu menjadi pertimbangan dalam memilih
bahan ajar bahasa Indonesia adalah ketersediaan sarana, karena
tanpasarana tidaklah mungkin pembelajaran Bahasa Indonesia
berlangsungsecara optimal. Sarana yaitu segala sesuatu yang dapat
dipakai untukmencapai tujuan. Sarana disebut juga media.
Media pembelajaran dibedakan atas media yang
komersial,diperjual-belikan dan media buatan sendiri. Media
dikelompokkan jugaatas media yang didengar (auditory), yang dilihat
(visual), yang didengardan yang dilihat (audio-visual).
Cakupan Dan Urutan Materi PembelajaranDalam menentukan cakupan
atau ruang lingkup materi pembelajaran
harus diperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif
(fakta, konsep,prinsip, prosedur), aspek afektif, ataukah aspek
psikomotorik, Penentuancakupan tersebut diperlukan untuk menentukan
strategi dan mediapembelajaran yang akan digunakan.
Selain itu harus juga mernerhatikan keluasan dan
kedalamanmaterinya. Keluasan cakupan materi rnenggarnbarkan berapa
banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi
pembelajaran, sedangkankedalaman materi menyangkut seberapa detail
konsep-konsep yangterkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai
oleh siswa. Sebagai contoh,keterampilan membaca dapat diajarkan
mulai dari jenjang sekolah dasarsampai Perguruan Tinggi, namun
keluasan dan kedalaman pada setiapjenjang pendidikan tersebut akan
berbeda-beda. Semakin tinggi jenjangpendidikan akan semakin luas
cakupan aspek dan semakin detail pula setiapaspek yang
dipelajari.
Kecukupan (cdequacy) atau memadainya cakupan materi juga
perludiperhatikan dalam pengertian bahwa memadainya cakupan aspek
materi darisuatu materi pembelajaran akan sangat membantu
tercapainya penguasaankompetensi dasar yang telah ditentukan.
Misalnya, jika suatu pelajarandimaksudkan untuk memberikan
kemampuan kepada siswa pada kemampuanmenulis surat, maka uraian
materinya mencakup: (1) penguasaan tentangpengertian surat,
bagian-bagian surat, jenis-jenis surat; (2) pengetahuantentang
Ejaan yang Disempurnakan; dan (3) penerapan/aplikasi
menulissurat.
Cakupan atau ruang, lingkup materi perlu ditentukan
untukmengetahui apakah materi yang akan diajarkan terlalu sedikit,
atau telahmemadai sehingga sesuai kompetensi dasar yang ingin
dicapai. Misalnyadasar pelajaran Bahasa Indonesia: salah satu
kemampuan diharapkan dimilikisiswa 'Membuat Surat Dinas".
diidentivikasi, ternyata materi pembelajaran
-
28
untuk kemampuan membuat surat dinas tersebut jenis prosedur.
Jika kitaanalisis, secara garis besar cakupan yang harus dipelajari
siswa agar mampumembuat surat dinas meliputi: (1) pembuatan draft
atau konsep surat,pengetikan surat, (3) pemberian nomor agenda,
pengiriman. Setiap jenis darikeempat materi tersebut dapat
diperinci lebih lanjut.
a. Mengurutkan Materi PembelajaranUrutan penyajian berguna untuk
menentukan urutan mempelajari atau
mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa
materipembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat
akanmenyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Contoh materi dikte
(imlak) siswaakan mengalami kesulitan menulis jika materi
pengenalan huruf belumdipelajari.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang
sertakedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok,
yaitu:pendekatan prosedural dan hierarkis.
1. Pendekatan ProseduralUrutan materi pembelajaran secara
prosedural menggambarkan langkah-
langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan
suatutugas. Misatnya langkah-langkah menulis surat, langkah-langkah
membuatmasakan tertentu, dan sebagainya.
2. Pendekatan HierarkisUrutan materi pembelajaran secara
hierarkis menggambarkan urutan yang
bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah.
Materisebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk
mempelajarimateri berikutnya.
Contoh : Urutan Hierarkis (berjenjang)Perkalian diajarkan
setelah dikuasai penjumlahan karena
perkalian merupakan penjumlahan berulang. Setelah perkalian,
barulahdiperkenalkan pembagian.
b. Penentuan Sumber Materi PembelajaranSumber materi
pembelajaran dapat kita gunakan untuk mendapatkan
mater pembelajaran dari setiap kompetensi dasar, seperti: buku
teks, laporanhasil penelitian, jurnal (penerbitan hasil penelitian
dan pemikiran ilmiah),majalah ilmiah, pakar bidang
studi/profesional, buku kurikulum, internet,
-
29
media audio visual (tv, video, vcd, kaset audio); dan lingkungan
(alam,sosial, seni budaya, teknik, industri, dan ekonomi).
-
30
BAB IIIPENGEMBANGAN MATERI AJAR
Pengembangan materi ajar hendaknya dilakukan sebelum
prosespembelajaran berlangsung. Sebagai guru bahasa Indonesia yang
baik,sebaiknya melakukan pengembangan materi ajar tersebut.
Kegiatanpengembangan materi ajar ini dapat dilakukan melalui
berbagai cara yangsesuai dengan keadaan, ketersediaan sumber, dan
keahlian yang dimiliki olehseorang guru.
Ada sejumlah cara yang dapat digunakan untuk mengembangkanmateri
ajar bahasa Indonesia, secara garis besar digolongkan tiga cara,
yaituadopsi, adaptasi, dan menulis sendiri. Pada bagian ini,
Saudara dituntutmemiliki kompetensi memahami teori pengembangan
materi ajar dalambahasa Indonesia SD. Dalam subunit ini akan
diuraikan hal-hal sepertiberikut.
1. Adopsi materi ajar.2. Adaptasi materi ajar.3. Menulis sendiri
materi ajar.Di dalam sebuah kelas, seorang guru melakukan banyak
hal sebagai
bagian dari proses instruksional. Seorang guru seringkali
berperan sebagaiseorang motivator, seorang sumber informasi,
seorang pemandu aktivitaspembelajaran, dan juga sebagai seorang
penguji. Seorang guru adalahseorang pembuat keputusan yang
mempengaruhi sekelompok siswa ataupunseorang siswa. Seorang guru
biasanya terikat pada sebuah strategi dan harusbergerak ke sana ke
mari di dalam kelas atau mengatur keseluruhan kelaspada saat
tertentu sampai dia merasakan bahwa murid-muridnya telahmemahami
apa yang dipelajari.
Sebuah ciri yang lasim dari suatu pembelajaran adalah banyak
dariproses pembelajaran biasanya dilaksanakan oleh seorang guru
terhadapsekelompok siswa, namun sekarang juga lazim dilakukan pada
seorangsiswa. Hal ini dimungkinkan dengan adanya atau tersedianya
materi ajar. Halini tidaklah berarti keberadaan seorang guru tidak
diperlukan dalam sebuahaktivitas pembelajaran. Bahkan peranan
seorang guru lebih penting daripadasebelumnya. Seorang guru
tetaplah berperan sebagai seorang motivator,konselor, evaluator,
dan pembuat keputusan.
Seorang guru biasanya terlibat dalam tiga tingkatan yang berbeda
didalam mendesain dan melaksanakan pembelajaran. Perbedaan di
antara ketiga tingkatan tersebut terletak pada peranan yang
dimainkan seorang guru
22
-
31
dalam mengembangkan pembelajaran dan dalam pelaksanaan
pembelajaranyang sebenarnya terhadap siswa.
Pada tahap pertama, ketika seorang guru mendesain
danmengembangkan materi ajar yang berdiri sendiri atau materi ajar
yang dapatdiberikan secara terpisah, peranan scorang guru dalam
proses pembelajarantentulah pasif. Dalam hal ini, peranannya selama
proses pembelajaranhanyalah sebagail pemonitor dan pembimbing
kemajuan siswa melalui materiajar. Siswa dapat maju sesuai dengan
kecepatannya masing-masing melaluipembelajaran, sedangkan guru
berperan menyediakan bantuan bagi siswayang membutuhkannya.
Kecuali untuk pretes dan postes, semua kegiatan pembelajaran
jugamelibatkan pengembangan materi ajar. Dalam beberapa hat,
termasuk dalampretes dan postes, pe-ngembangan materi ajar juga
diperlukan.Pada tahap kedua, saat seorang guru memilih dan
mengadaptasi materi ajaryang sesuai dengan tujuan pembelajaran,
memungkinkan bagi seorang gurumenjalankan peranan lebih, dalam
proses pembelajaran. Beberapa materi ajarmungkin bisa berdiri
sendiri, tetapi apabila tidak, guru harus menyediakanpembelajaran
khusus yang sesuai dengan tujuan, tetapi tidak ditemukandalam
materi aj ar.
Apabila guru menggunakan bermacam-macam sumber pembelajaran,dia
memainkan sebuah peranan besar dalam mengelola materi ajar.
Denganmenyediakan sebuah panduan bagi siswa terhadap materi ajar
yang tersedia,seorang guru mungkin bisa meningkatkan
ketidaktergantungan dari materiajar dan membebaskannya dari tugas
tambahan dalam membimbing bagisiswa yang membutuhkan.
Pada tahap ketiga, pembelajaran betul-betul bergantung pada
seorangguru. Gurulah yang melaksanakan semua proses pembelajaran
sesuai dengantujuan yang telah ditentukan. Hal ini umumnya terjadi
pada sekolah-sekolahnegeri karena ketersediaan dana untuk pengadaan
materi ajar sangatlahterbatas atau substansi materi yang diajarkan
selalu berganti dengan cepat.
Model pclaksanaan pembelajaran dalam setiap proses
pembelajaranmerupakan sebuah hal yang penting untuk dipertimbangkan
dalampengembangan materi ajar berdasarkan tujuan pembelajaran yang
telahdirencanakan. Apabila pembelajaran didesain sebagai
pembelajaran mandiri,maka materi ajar yang dikembangkan haruslah
mencakup aktivitaspembelajaran mulai dari tujuan. Dalam hal ini
seorang guru tidaklahdiharapkan berperan sebagai aktor dalam
pembelajaran.
-
32
Apabila seorang guru merencanakan untuk menggabungkan
tujuanpembelajaran, maka tujuan pembelajaran guru pun harus
menggabungkanmateri ajar dan penyajiannya. Seorang guru dalam hal
ini tidaklah diharuskanmengembangkan materi ajar yang baru.
Banyaknya materi ajar yangdikembangkan pada jenis pembelajaran ini
sangatlah bergantung padaketersediaan waktu, anggaran, dan dukungan
dari institusi.
Apabila seorang guru merencanakan untuk melaksanakanpembelajaran
denganmateri ajar seperti diktat, maka dia perlu untuk
mengembangkannya sedikitdengan menyediakan materi ajar
tambahan.
Keputusan seorang guru tentang model pelaksanaan
pembelajarandalam setiap proses pembelajaran haruslah
mempertimbangkan materi ajaryang akan digunakan. Keputusan akan
mempengaruhi perkembanganaktivitas pembelajaran, anggaran, dan
tenaga pengajar.
A. Adopsi Materi AjarLangkah pengembangan materi ajar adalah
menentukan
(mengevaluasi) apakah ada materi ajar yang sudah tersedia yang
sesuaidengan tujuan pembelajaran. Evaluasi materi ajar ini
dimaksudkan untukmengadopsi materi ajar yang cocok yang akan kita
pakai dalam prosespembelajaran. Dalam beberapa situasi kita dapat
menemukan banyaksekali materi ajar yang tersedia, baik yang
bersifat umum maupun yangkhusus. Sebaliknya, sedikit sekali dari
materi ajar itu yang sesuai dengantujuan pembelajaran yang akan
kita capai.
Tujuan pembelajaran dapat menjadi acuan dalam memutuskan
apakahmateri ajar yang tersedia sesuai dengannya atau apakah materi
ajar ituperlu diadaptasi sebelum digunakan. Materi ajar dapat
dievaluasi untukmenentukan apakah (1) unsur motivasi cukup terasa
dalam materi tersebut,(2) isinya sesuai, (3) urutannya benar, (4)
semua informasi yangdibutuhkan tersedia, (5) latihan soal tersedia,
(6) mengandung umpanbalik yang memadai, (7) test yang cocok
disediakan, (8) arah tindak lanjutdiberikan dengan cukup, (9)
panduan diberikan secara memadai.
Tujuan pembelajaran haruslah digunakan dalam mengevaluasi
setiaprujukan (materi ajar) yang dipilih. Dalam kaitan ini, sangat
dimungkinkanuntuk menggabungkan beberapa rujukan dalam rangka
menghasilkanmateri ajar yang lebih baik. Apabila materi ajar
tersebut kekurangan satuatau beberapa hal yang berhubungan dengan
aktivitas pembelajaranseperti motivasi, keterampilan prasyarat, dan
lain lain, maka materi itu
-
33
dapat diadaptasi sehingga bagian yang kurang dapat dipenuhi agar
dapatdigunakan oleh siswa. Apabila tidak ada materi yang cocok dari
yangtersedia, maka seorang guru diharuskan menulis sendiri materi
ajartersebut.
a. Mengapa perlu mengevaluasi materi ajar?Evaluasi dalam hal ini
diperlukan untuk melihat ketepatan dari suatu
materi ajar dalam menyesuaikan dengan tujuan
pembelajaran.Berdasarkan pada kebutuhan tertentu di tengah-tengah
bertumpuknyamateri yang tersedia, maka pastilah ada sejumlah materi
ajar itu yangdapat menjadi pilihan terbaik. Evaluasi dalam hat ini
berhubungandengan kesesuaian. Tidak ada pilihan yang benar-benar
bagus atau benar-benar jelek yang ada hanyalah kadar kecocokan
terhadap tujuan yangingin dicapai yang mendasarinya.
Dalam setiap evaluasi, keputusan akhir yang diambil
dianggapsebagai sebuah keputusan terbaik. Hasil dari evaluasi
mungkin mengarahpada investasi sejumlah uang pada sebuah mata
pelajaran atau sebuahinvestasi yang besar terhadap waktu dalam
memproduksi ataumengadaptasi materi ajar.
b. Bagaimana mengevaluasi materi ajar?Evaluasi materi ajar pada
dasarnya merupakan proses mencocokkan,
mencocokkan kebutuhan terhadap kemungkinan yang tersedia.
Apabilaproses mencocokkan ini dilakukan seobjektif mungkin, ada
baiknyauntuk melihat kebutuhan dan ketersediaan secara terpisah.
Dalam analisisterakhir, pilihan yang mana pun akan dilakukan secara
subjektif. Sebagaicontoh, apabila Anda sedang memilih sebuah mobil,
Anda mungkin akanmemilih karena Anda suka dengan tampilannya atau
karena Anda tahumobil tersebut memiliki kecepatan 100 mph dalam 10
detik. Hal itubergantung pada apa yang kita anggap paling penting.
Bahayanya,apabila faktor-faktor subjektif sejak awal turut
mempengaruhipengambilan keputusan, maka hal ini dapat menjadikan
kita beralih darialternatif-alternatif yang sebetulnya lebih
bagus.
Proses evaluasi materi ajar dapat dibagi menjadi empat
langkahpokok, yaitu: (1) menentukan kriteria, (2) analisis
subjektif, (3) analisisobjektif, dan (4) mencocokkan. Dua dari
empat hal di atas, dilakukanpada saat seorang guru membuat
perencanaan pembelajaran.Proses Evaluasi Materi Ajar
-
34
Proses evaluasi akan sangat bermanfaat untuk membuat
kriteriapemilihan materi dan memudahkan kita membuat perbandingan
terhadapsejumlah materi ajar yang ada. Jangan sekali-kali Anda
membuat analisissubjektif sebagai sebuah kebutuhan. Anda sebaiknya
menjadikan prosesevaluasi sebagai sebuah cara bertanya dan
mengembangkan ide-ideberdasarkan kebutuhan. Hal ini juga akan
sangat bermanfaat dalammembuat rangking (tingkatan) faktor-faktor
yang dipentingkan.Walaupun mungkin akan terjadi konflik.
Sebagai contoh, sebuah materi ajar (buku) mungkin
memenuhikriteria, dalam hal isi dan bahasanya, tetapi materi ajar
yang lainnyamungkin lebih unggul dari sisi metodologinya.
Bagaimanakah Andamemilihnya? Dalam hal ini, Anda perlu
mempertimbangkan yang manayang lebih penting bagi sejumlah orang
yang terkait scperti guru-guru,siswa-siswa, dan penyandang dana.
Anda juga perlu mempertimbangkanfitur-fitur yang kurang memuaskan
yang mana lebih mudah untukdiremedi. Apakah lebih mudah untuk
mengadaptasi isi atau metodologi?Anda mungkin merasakan sulit untuk
mendapatkan materi alternatif,sementara lebih mudah untuk mengganti
latihan-latihan yang adaberdasarkan teks-teks.
B. Adaptasi Materi Ajar
Kebanyakan dari materi (buku) ajar yang diproduksi secara
komersialdapat di-adaptasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan
tujuan-tujuanyang tidak dibayangkan sebelumnya oleh si penulis.
Walaupun demikian,sebelum mengadaptasi buku ajar, haruslah diingat
bahwa buku ajar daripenulis dan percetakan yang telah mempunyai
reputasi telah ditulis denganhati-hati dan telah sering
diujicobakan adalah lebih baik, maka dari itu sangatdisarankan
untuk menggunakan buku seperti ini, paling tidak,
sebagaimanadisarankan oleh si penulis sebelum Anda berusaha untuk
mengadaptasinya.
Adaptasi materi adalah kemungkinan lain yang dapat dilakukan
olehseorang guru dalam rangka pengadaan buku ajar. Adaptasi materi
ajar adalahmembuat perubahan terhadap materi yang sudah ada dalam
rangkamemperbaikinya atau menjadikannya lebih cocok untuk siswa
tertentu.
Kebanyakan guru bukanlah penulis buku ajar, melainkan
penyeliabuku ajar yang baik. Dudley-Evans and St. John (1998:173)
menyatakanbahwa seorang penyelia buku ajar dapat: (1) menyeleksi
secara baik dari apayang tersedia, (2) kreatif dengan apa yang ada,
(3) memodifikasi aktivitas
-
35
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dan (4)
melengkapidengan menyediakan aktivitas tambahan. Buku-buku komersil
(yang ditulisoleh orang lain dan dijual di pasaran) biasanya jarang
dapat digunakan begitusaja tanpa memerlukan adaptasi yang
diperlukan dalam rangkamenjadikannya lebih cocok terhadap konteks
tertentu pada saat buku itu akandipakai. Adaptasi semacam ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara seperti(1) memodifikasi isi, (2)
menambahkan atau mengurangi, (3) menyusunkembali isi, (4)
menghilangkan bagian tertentu, (5) memodifikasi tugas, dan(6)
mengembangkan tugas yang ada.
Memodifikasi isi, isi buku ajar mungkin perlu untuk diubah
karenatidak cocok dengan siswa yang belajar. Hal ini mungkin karena
pertimbanganfaktor-faktor yang berhubungan dengan siswa seperti
umur, jenis kelamin,status sosial, pekerjaan, agama, ataupun latar
belakang budaya.
Menambahkan atau mengurangi isi, scbuah buku ajar mungkin
terdiriatas terlalu banyak atau terlalu sedikit isinya. Sebagian
unit mungkin perludihilangkan atau subunit tertentu dari sebagaian
besar isi buku perludihilangkan. Sebagai contoh, sebuah buku
aktivitasnya difokuskan padaketerampilan menyimak dan berbicara,
namun buku tersebut juga berisiaktivitas-aktivitas keterampilan
menulis. Namun, karena keterampilanmenulis tidaklah menjadi bagian
materi yang kita inginkan, maka aktivitas-aktivitas keterampilan
menulis yang ada pada buku ajar asalnya dapatdihilangkan pada buku
yang sudah diadaptasi.
Menyusun kembali isi, seorang guru dapat memutuskan
untukmenyusun kembali silabus dari buku tersebut, dan mengatur
unit-unit padaurutan yang dianggapnya lebih cocok. Atau bahkan
dalam suatu unit, gurudapat memutuskan untuk tidak mengikuti
rangkaian aktivitas-aktivitas padaunit itu, tetapi menyusunnya
kembali dengan alasan tertentu.
Menghilangkan bagian tertentu, dalam suatu teks mungkin
adabagian-bagian tertentu yang dapat dihilangkan oleh guru karena
dianggapkurang penting. Sebagai contoh, guru dapat menambahkan
aktivitas kosakataatau aktivitas tata bahasa pada satu unit,
sebagai pengganti yang dihilangkan.
Memodifikasi tugas, latihan-latihan dan aktivitas-aktivitas
mungkinperlu diubah untuk memberikan fokus tambahan. Sebagai
contoh, sebuahaktivitas menyimak mungkin hanya difokuskan pada
menyimak informasi,jadi perlu diadaptasi sehingga siswa dapat
mendengarkan dua atau tiga kaliuntuk tujuan yang berbeda. Atau
sebuah aktivitas dapat dikembangkan untukmemberikan kesempatan
berlatih lebih personal.
-
36
Mengembangkan tugas yang ada, latihan-latihan mungkin terdiri
ataslatihan-latihan yang tidak cukup sehingga tugas latihan
tambahan perlu untukditambahkan.
Kemampuan dalam mengadaptasi buku ajar seperti ini
merupakansebuah keterampilan penting bagi guru untuk dikembangkan.
Melalui prosesadaptasi, guru menjadikan buku tersebut lebih
personal, menjadikannyasebuah sumber mengajar yang lebih baik, dan
mengkhususkannya bagisekelompok khusus siswa. Lasimnya, proses
seperti ini berlangsung secarabertahap sejalan dengan guru semakin
paham dengan buku tersebut.
C. Menulis Materi AjarKemungkinan ketiga yang dapat dilakukan
oleh seorang guru dalam
pengadaan materi (buku) ajar adalah dengan cara menulis sendiri
materi ajartersebut. Menurut Tomlinson (1999:2), menulis materi
ajar merupakankegiatan dalam rangka seorang guru mengadakan sumber
belajar danmenggunakan sumber tersebut untuk memaksimalkan
pencapaianpemahamannya. Dengan kata lain, menyediakan informasi
tentang dan/ataupengalaman tentang bahasa dengan cara yang
dirancang untuk memajukanpembelajaran bahasa. Dalam hal ini, jika
seorang guru bahasa itu seorangpengembang materi, dia mungkin
menulis buku, menulis cerita, membawamembawa iklan ke dalam kelas,
atau menunjukkan contoh-contohpenggunaan bahasa. Apa pun yang
disediakan, guru melakukan itu denganmerujuk pada apa yang
diketahui tentang bagaimana bahasa dapat secaraefektif
dipelajari.
Membuat sendiri materi ajar tentunya banyak sekali
membutuhkanwaktu. Jadi seberapa sering guru melakukan ini akan
bergantung padaketersediaan waktu dan kebutuhannya. Tampaknya,
menulis sendiri materiajar bukanlah sesuatu pekerjaan yang mudah,
apalagi seseorang itu belummempunyai pengalaman sama sekali yang
berhubungan dengan penulisanmateir ajar. Padahal memiliki
pengetahuan tentang ini merupakan suatu yangdisarankan. Dalam
kesempatan ini ada baiknya kita lihat beberapa langkahdalam proses
penulisan materi ajar.
Ilustrasi yang digambarkan tersebut, nampaknya tidak mudah
untukditerapkan, khususnya bagi penulis pemula. Usaha untuk itu,
mungkin akansangat menyita waktu. Jadi seberapa sering seorang guru
melakukan inibergantung pada waktu yang dimiliki dan kebutuhannya.
Sebagian gurumenghasilkan sendiri materi ajar mereka dalam bentuk
worksheet, handouts,teks, dan lain lain dari waktu ke waktu secara
bertahap.
-
37
-
38
BAB IVPRINSIP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Pelaksanaan prinsip-prinsip pembelajaran Bahasa Indonesia di
SDtentunya tidak asing lagi bagi guru sekolah dasar yang sudah
terbiasamengajarkan lima mata pelajaran pokok. Ada beberapa prinsip
pembelajaranbahasa Indonesia antara lain; prinsip kontekstual,
integratif, fungsional, danapresiatif.
A. Prinsip KontekstualPurnomo (2002:10) mengungkapkan bahwa
kontekstual adalah
pembelajaran yang dilakukan secara konteks, baik konteks
linguistik maupunkonteks nonlinguistik. Sementara Depdiknas
(2002:5) menjelaskan bahwapembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang mengaitkan materi yangdiajarkan dengan dunia
nyata peserta didik dan mendorong peserta didikmembuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya denganpengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, dijelaskan pulabahwa
pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen
untukpembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme, bertanya,
menemukan,masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian
sebenarnya.
1. Konstruktivisme (Constructivism)Dalam teori konstruktivisme
dijelaskan bahwa struktur pengetahuan
dikembangkan oleh otak manusia melalui dua cara, asimilasi dan
akomodasi.Asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibangun
atas dasarpengetahuan yang sudah ada. Sementara itu, akomodasi
adalah strukturpengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk
menampung danmenyesuaikan hadirnya pengalaman baru. Bagaimana
pelaksanaannya dikelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia
sehari-hari adalah dapatdiwujudkan dalam bentuk peserta didik
disuruh menulis/mengarang dan ataubercerita di depan kelas.
2. Menemukan (Inquiry)Komponen inkuiri merupakan bagian inti
dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh pesertadidik bukan hasil mengingat seperangkat fakta,
melainkan dari hasilmenemukan sendiri. Kegiatan inkuiri dilakukan
dengan langkah-langkahsebagai berikut.
-
39
a. Merumuskan masalahb. Mengamati/melakukan observasic.
Menganalisis dan menyajikan hasild. Mengkomunikasikan kepada
pembaca
3. Bertanya (Questioning)Bertanya merupakan strategi utama dalam
pembelajaran berbasis
kontekstual. Tujuan bertanya adalah untuk menggali
informasi,mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan
mengarahkan perhatiankepada aspek yang belum diketahuinya. Kegiatan
bertanya dapat diterapkandalam bentuk ketika peserta didik
berdiskusi, bekerja dalam kelompok,menemui kesulitan, mengamati
sesuatu. Kegiatan bertanya ini dapatdilakukan antara sesama peserta
didik, guru dengan peserta didik, pesertadidik dengan guru, peserta
didik dengan nara sumber.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)Ciri kelas berbasis
masyarakat belajar adalah pembelajaran dilakukan
dalam bentuk kelompok-kelompok. Hasil pembelajaran diperoleh
dari kerjasama. Kelompok belajar disarankan terdiri atas peserta
didik yangkemampuannya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah,
yang sudahtahu membimbing yang belum tahu, yang memiliki gagasan
segeramenyampaikan usulnya. Kelompok belajar bisa bervariasi, baik
jumlahnya,maupun keanggotaannya, bisa juga melibatkan peserta didik
di kelas atasnya.
5. Pemodelan (Modeling)Pemodelan dalam pembelajaran dilakukan
dengan cara memberikan
model atau contoh yang perlu ditiru. Anda yang merasa kurang
mampumembacakan puisi, atau bermain drama, tidak perlu cemas karena
guru bukansatu-satunya yang dapat dijadikan model. Anda dapat
meminta kepada temansejawat, atau mendatangkan pihak luar, pembaca
puisi, atau pemain dramayang sudah terkenal. Dengan demikian Anda
pun dapat melaksanakanpembelajaran puisi drama lewat model tadi.
Demikian pula pembelajaranmenulis/mengarang kita dapat memberikan
contoh-contoh tulisan yang baikyang telah kita pilih.
6. Refleksi (Reflection)Anda mungkin sudah mendengar istilah
“refleksi”, tetapi jangan keliru
dengan refleksi yang berkaitan dengan dunia “urut” atau “panti
pijat”.
-
40
Refleksi yang dimaksud di sini adalah cara berpikir tentang apa
yang barudipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang baru
dilakukan.Refleksi juga merupakan tanggapan terhadap kegiatan yang
baru dilakukanatau pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir
pembelajaran, kitamenyediakan waktu sejenak agar peserta didik
melakukan refleksi. Kegiatanrefleksi ini diwujudkan dalam bentuk:a.
pernyataan langsung tentang semua yang diperolehnya,b. catatan di
buku peserta didik,c. kesan dan saran peserta didik tentang
pembelajaran yang telahd. berlangsung,e. diskusi; danf. hasil
karya.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)Penilaian
pembelajaran berbasis kontekstual ini dilakukan dengan
mengamati peserta didik menggunakan bahasa, baik di dalam kelas
maupundi luar kelas. Kemajuan belajar juga dinilai dari proses,
bukan semata-matadari hasil. Penilaian bukan hanya oleh guru,
melainkan bisa juga dari temanatau orang lain. Asesmen autentik
dilaksanakan selama dan sesudah prosespembelajaran berlangsung
secara berkesinambungan dan terintegrasi.Asesmen tersebut pun
dilaksanakan untuk keterampilan performansi.
Contoh Penerapan ketujuh komponen pendekatan
kontekstualPelaksanaan pelajaran Bahasa Indonesia di kelas
menurut
konstruktivisme diwujudkan dalam bentuk peserta didik
disuruhmenulis/mengarang dan bercerita.
Kegiatan inkuiri dilakukan dengan langkah-langkah: (1)merumuskan
masalah, (2) melakukan pengamatan, (3) menganalisis
hasilpengamatan, dan (4) mengkomunikasikan kepada orang lain.
Kegiatan bertanya diterapkan pada waktu diskusi, kerja
kelompok,menemui kesulitan, dan mengamati sesuatu.
Prinsip “komponen masyarakat belajar” menghendaki agar
kelasdibagi atas beberapa kelompok. Pemodelan dalam pembelajaran
dilakukandengan cara memberikan contoh yang harus ditiru oleh
peserta didik.Refleksi dilakukan untuk berpikir tentang apa yang
baru dilakukan, untukdirenungkan. Penilaian dilakukan dari proses
dan hasil belajar.Berdasarkan prinsip integratif pembelajaran
bahasa dilakukan secaraterpadu antara beberapa unsure kebahasaan,
dan aspek berbahasa.
-
41
Tujuan akhir yang hendak dicapai dalam pembelajaran
bahasaberdasarkan prinsip komunikatif adalah peserta didik dapat
menggunakanbahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.
B. Prinsip IntegratifMaksan (1994: 2) yang mengatakan, bahwa
bahasa adalah suatu sistem.
Hal tersebut berarti suatu keseluruhan kegiatan yang satu dengan
yanglainnya saling berkaitan untuk mencapai tujuan berbahasa
yaituberkomunikasi.
Manakah yang dimaksud dengan subsistem dari bahasa itu?
TentuAnda masih ingat. Subsistem bahasa adalah fonologi, morfologi,
sintaksis,dan semantik. Keempat subsistem ini tidak dapat berdiri
sendiri. Artinya,pada saat kita menggunakan bahasa, tidak hanya
menggunakan salah satuunsur tersebut saja. Pada waktu berbicara,
kita menggunakan kata. Katadisusun menjadi kalimat. Kalimat
diucapkan dengan menggunakan intonasiyang tepat. Dalam kaitan ini,
secara tidak sadar, kita telah memadukan unsurfonologi (lafal,
intonasi), morfologi (kata), sintaksis (kalimat), dan
semantik(makna kalimat).
Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran bahasa
hendaknyatidak disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran Bahasa
Indonesia harussecara terpadu atau terintegratif. Kita mengajarkan
kosa kata, bisa dipadukanpada pembelajaran membaca, menulis, atau
berbicara. Mengajarkan kalimat,bisa kita padukan dengan menyimak,
berbicara, membaca, atau menulis.
Demikianlah pula pada saat pembelajaran keempat aspek
keterampilanberbahasa disajikan, kita tidak hanya mengajarkan
berbicara saja, tetapisecara tidak langsung kita pun mengajarkan
menyimak. Kegiatan berbicaratidak dapat berlangsung tanpa ada
kegiatan menyimak. Begitu pula pada saatpembelajaran menulis atau
mengarang berlangsung, akan berpadu pulalahdengan pembelajaran
membaca.
Jadi jelaslah, bahwa pembelajaran bahasa Indonesia tidak
dapatdisajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa Indonesia
harusdiajarkan secara terpadu.
C. Prinsip FungsionalKurikulum 2004 dinyatakan bahwa tujuan
pembelajaran bahasa
Indonesia adalah agar peserta didik dapat menggunakan bahasa
Indonesiadalam berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal ini sejalan
dengan prisippembelajaran bahasa yang fungsional, yaitu
pembelajaran bahasa harus
-
42
dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam berkomunikasi maupun
dalammemenuhi keterampilan untuk hidup (Purnomo, 2002: 10-11).
Prinsip fungsional pembelajaran bahasa pada hakikatnya
sejalandengan konsep pembelajaran pendekatan komunikatif. Konsep
pendekatankomunikatif mengisyaratkan bahwa guru bukanlah penguasa
dalam kelas.Guru bukanlah satu-satunya pemberi informasi dan sumber
belajar.Sebaliknya, guru sebagai penerima informasi (Hairuddin,
2000:136). Jadipembelajaran didasarkan pada multisumber. Dengan
kata lain, sumber belajarterdiri atas guru, peserta didik, dan
lingkungan. Lingkungan terdekat adalahkelas. Lebih tegas lagi
Tarigan (dalam Hairuddin, 2000: 136)mengungkapkan bahwa dalam
konsep pendekatan komunikatif peran guruadalah sebagai pembelajar
dalam proses belajar-mengajar, di sampingsebagai pengorganisasi,
pembimbing, dan peneliti.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa di kelas yang fungsional ini
adalahmenggunakan teknik bermain peran.
D. Prinsip ApresiatifApa sebenarnya prinsip apresiatif ini?
Prinsip apresiatif lebih
ditekankan pada pembelajaran sastra. Istilah prinsip apresiatif
berasal darikata kerja dalam bahasa Inggris ”appreciati” yang
berarti menghargai,menilai, menjadi kata sifat “appresiative” yang
berarti senang (Echols danShadely, Hasan, 1993:35). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia(Depdikbud, 1988:46) kata “apresiasi” berarti
“penghargaan”. Dalam bukuajar ini istilah apresiatif dimaknai yang
“menyenangkan”. Jadi prinsipapresiatif berarti prinsip pembelajaran
yang menyenangkan.
Menilik artinya tersebut berarti prinsip ini tidak hanya berlaku
bagipembelajaran sastra, tetapi juga bagi pembelajaran aspek yang
lain, bahkanuntuk mata pelajaran di luar mata pelajaran bahasa
Indonesia. Namun, karenayang menggunakan istilah ini hanya
pembelajaran sastra, seperti yangtercantum dalam Kurikulum 2004,
apresiasi sastra merupakan salah satukomponen dari standar
kompetensi di SD dan MI (madrasah ibtidaiyah) yangdiintegrasikan
pada aspek keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca,dan
menulis.
-
43
BAB VPENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR
A. Hakikat Pembelajaran Bahasa IndonesiaPengajaran bahasa
Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran
keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Tata
bahasa,kosakata, dan sastra disajikan dalam konteks, yaitu dalam
kaitannya denganketerampiln tertentu yang sedang diajarkan. Tata
bahasa, kosakata, dan sastrasekedar sebagai pendukung (Kurikulum
94:2).
Keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan adalah
keterampilanreseptif (membaca-menyimak) dan produktif
(menulis-berbicara). Pengajaranbahasa diawali dengan keterampilan
reseptif lalu dilanjutkan denganketerampilan produtif. Pada tahap
selanjutnya peningkatan keduaketerampilan itu dan tata bahasa serta
kosakata menyatu sebagai kegiatanberbahasa yang terpdu. Hal ini
antara komponen-komponen itu salingberkaitan dalam
penggunaanya.
Penerapan keterampilan berbahasa (keterampilan membaca,
menulis,berbicara, menyimak) pelaksanaannya pada umumnya melalui
beberapatahap: persiapan, pelaksanaan, tindak lanjut, dengan kata
lain dikenalprabaca/ pramenulis/ pramenyimak/ praberbicara,
saatbaca/ saatmenulis,saatmenyimak/ saatberbiara, pascabaca/
pascamenulis/ pascamenyimak/pascaberbicara.
B. Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran BahasaPendekatan
dalam pengajaran bahasa mengacu kepada teori-teori
tentang hakikat bahasa yang berfungsi sebagai landasan/ prinsip
pengajaranbahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi
dan tesistentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur
bahasa, serta fungsidan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam
suatu masyarakatbahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses
psikologi dalam belajarbahasa sebagaimana dikemukakan dalam
psikolinguistik. Pendekatan bersifataksiomatik dalam arti bahwa
kebenaran teori linguistik dan belajar bahasayang digunakan tak
perlu dipersoalkan. Misalnya tesis yang dikemukakanPendekatan
Struktural bahwa bahasa terdiri atas kaidah fonologis,morfologis,
sintaksis, dan semantik; as