PERJUANGAN TUANKU TAMBUSAI DI DAERAH ROKAN KANAN TAHUN 1820-1839 Skripsi Oleh: Serli Yani Saputri FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018
PERJUANGAN TUANKU TAMBUSAI DI DAERAH ROKAN KANAN
TAHUN 1820-1839
Skripsi
Oleh:
Serli Yani Saputri
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PERJUANGAN TUANKU TAMBUSAI DI DAERAH ROKAN KANAN
TAHUN 1820-1839
Oleh :
Serli Yani Saputri
Perjuangan Tuanku Tambusai dimulai setelah sepulangnya beliau dari Mekkah
pada Tahun 1820. Tuanku Tambusai membuat Belanda kewalahan karna Tuanku
Tambusai memiliki sikap anti penjajah hal inilah yang membuat Belanda
melancarkan penyerbuan terhadap Tuanku Tambusai, akibat penyerbuan yang
dilakukan Belanda yang secara bertubi-tubi mengakibatkan Tuanku Tambusai
mundur ke Dalu-dalu dan membuat benteng pertahanan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah perjuangan Tuanku
Tambusai di Daerah Rokan Kanan Tahun 1820-1839?. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui perjuangan Tuanku Tambusai di Daerah Rokan Kanan
Tahun 1820-1839. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian sejarah dengan tahapan yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan
historiografi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan dan
dokumentasi.Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah Perjuangan Tuanku Tambusai di
daerah Rokan Kanan Tahun 1820-1839. Perjuangan yang dimana terjadi adalah
sebuah kompetitor dari pihak Tuanku Tambusai dan Belanda dengan bentuk Non
fisik yakni Tuanku Tambusai Melakukan Dakwah didaerah-daerah yang belum
mengenal ajaran Agama Islam dan fisik dilakukan dengan jalan peperangan
seperti yang terjadi diberbagai daerah seperti terjadinya pengepungan di Natal,
pertempuran di Rao, pertempuran di Mandailing, pengepungan di Air Bangis,
pertarungan di Bonjol, dan pertempuran di Dalu-Dalu. Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah perjuangan Tuanku Tambusai dilakukan dalam bentuk non
fisik dan fisik
Kata kunci : Tuanku Tambusai, Rokan Kanan.
PERJUANGAN TUANKU TAMBUSAI DI DAERAH ROKAN KANAN
TAHUN 1820-1839
Skripsi
Oleh :
Serli Yani Saputri
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara oleh
pasangan Bapak Purwanto dan Ibu Priyani yang dilahirkan di
Gunung Sugih, tanggal 10 Juli 1993.
Penulis mengawali masa pendidikannya dimulai dari sekolah
Dasar , berikut ini pendidikan formal yang pernah ditempuh:
1. Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 01 Gunung Sugih, Kabupaten Lampung
Tengah yang selesai pada tahun 2007
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 01 Gunung Sugih,
Kabupaten Lampung Tengah, yang selesai pada tahun 2010
3. Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 01 Gunung Sugih,
Kabupaten Lampung Tengah, yang selesai pada tahun 2013
Penulis kemudian terdaftar sebagai mahasiswi Program Studi Pendidikan Sejarah
Universitas Lampung di Tahun 2013, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswi, penulis pernah mendapatkan beasiswa Bidik Misi
selama 4 tahun dan aktif dalam organisasi kampus terutama dalam Organisasi
Internal Program Studi Pendidikan Sejarah.
Pada tahun 2014 penulis melaksanakan KKL dengan tujuan Yogyakarta-Jawa
Tengah- Jakarta. Tahun 2016 penulis melaksanakan KKN selama 40 hari di
Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah dan Praktik Profesi
Kependidikan (PPK) di SMA Negeri Rumbia.
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikannya maka penulis melaksanakan
Penelitian di bidang Sejarah dalam bentuk skripsi dengan judul “Perjuangan
Tuanku Tambusai Di Daerah Rokan Kanan Tahun 1820-1839”.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin,
Puji Syukur kepada Allah SWT atas segala hidayah dan karunia-Nya. Dengan keikhlasan
hati dan mengharap ridho-Nya kupersembahkan karyaku ini kepada :
Kedua Orang tuaku tercinta Bapak Purwanto dan Ibu Priyani yang telah membesarkanku
dengan keikhlasan hatinya serta selalu mendoakan demi tercapainya cita-citaku.
Kakakku tercinta Panji Saputra dan Adikku tersayang Suranti yang selalu kudoakan untuk
kesuksesannya selalu serta keluarga besarku tercinta yang selalu menyertakan doanya untuk
setiap langkahku.
Para pendidik yang senantiasa membimbing dan memberikan saran, masukan dan ilmu karna
jasa merekalah aku bisa berada dititik kejayaan.
Sahabat-sahabat seperjuanganku di Program Studi Pendidikan Sejarah 2013
Yang selalu kompak.
Almamaterku tercinta
Universitas Lampung
MOTTO:
BARANG SIAPA YANG INGIN DAMAI BERSIAPLAH UNTUK PERANG
(ROLAND REAGAN)
JIKA HATI INI PENUH DENGAN RASA SYUKUR, HANYA SEDIKIT RUANG
YANG TERSISA UNTUK PUTUS ASA
(ANONIM)
SANWACANA
Assalamualikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karuniaNya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perjuangan Tuanku Tambusai di Daerah Rokan Kanan Tahun 1820-1839”
sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung . Tidak lupa pula shalawat dan salam
selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Sunyono, M.Si. Wakil Dekan I bidang Akademik dan Kerjasama
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd Wakil Dekan II Bidang Keuangan, umum, dan
Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;
4. Ibu Dr. Riswanti Riri, M.Si Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan
Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Universitas Lampung;
6. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah dan
sebagai Dosen Pembimbing I yang telah dengan ikhlas membimbing dan
memberikan saran selama penyusunan skripsi bagi penulis.
7. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd. M.Hum sebagai Dosen Pembimbing
Akademik sekaligus menjadi Dosen Pembimbing II yang dengan ikhlas,
sabar, dan penuh perhatian, selalu memberikan motivasi tanpa mengenal
lelah, saran dan bimbingannya kepada penulis dengan baik dalam
menyelesaikan skripsi dan selama menjadi mahasiswi Program Studi
Pendidikan Sejarah .
8. Bapak Hendry Susanto, S.S, M.Hum., sebagai Dosen Pembahas dari skripsi
penulis yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,
memberikan saran, dan kritik yang bermanfaat bagi penulis.
9. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung Drs. Wakidi, M.Hum , Drs. H. Ali Imron M.Hum., Drs. H. Iskandar
Syah, Drs. H. Maskun M.H., (Almarhum) Drs. Tontowi Amsia M.Si., Dr.
R.M Sinaga, M.Hum., M. Basri, S.Pd, M.Pd., Suparman Arif, S.Pd, M.Pd.,
Cheri Saputra, S.Pd, M.Pd., Myristica Imanita, S.Pd, M.Pd, Valensy
Rachmedita, S.Pd, M.Pd, Sumargono, S.Pd, M.Pd, dan Anisa Septianingrum,
S.Pd, M.Pd.
10. Bapak Marzius Insani, S.Pd, M.Pd sebagai tenaga kependidikan sejarah serta
sebagai dosen di Sejarah, yang bersedia memberikan motivasi bagi penulis,
serta Bapak dan Ibu staff tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.
11. Sahabat-sahabatku tercinta GeCe Titin, Agnes, Pipin,Yana, Dona, Gina,
brother-brother terbaik Danu, Nyoman, Asep ,Abdul , Adi, Antonius, , Edo,
terima kasih telah menjadi warna-warni dari perjuangan hidup penulis.
12. Teman-teman satu Pembimbing Akademik Riya, Tia, Septi, Tiara dan Sony
terima kasih atas kesedian kalian menemaniku selama ini. Serta Teman-teman
KKN-PPL kecamatan Rumbia, desa RB IV Fince , Aldo , Prayit, Ades,
Rahma, Dewi, Lia, Amel, dan Tasya terimakasih sudah menemaniku selama
40 hari susah senang kita bersama.
13. Terima kasih spesial untuk Dwinita Melia Sari yang telah memberikan
dukungan dan semangat sampai saat ini.
14. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2013 Pendidikan Sejarah Ratu
Hardiyanti Basri YE, Puji Umayah, Sarah Dhibah, Karlina, Putu, Lukita,
Kiki, Johan, Kadek, Alidya, Wita, Yesi, Zizah, Atikah, Diora, dan teman-
temanku lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu kalian adalah
Sejarah Hidup bagi penulis.
15. Segenap pihak yang membentu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
terimakasih banyak semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan kita
semua. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, Desember 2018
Penulis
Serli Yani Saputri
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................. i
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
1.4. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 9
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 9
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................. 10
2.1.1 Konsep Perjuangan .................................................................... 10
2.1.2 Konsep Bentuk Perjuangan ........................................................ 11
2.1.3 Jihad Fisabilillah ........................................................................ 13
2.1.4 Tuanku Tambusai....................................................................... 14
2.1.5 Revivalisme................................................................................ 15
2.1.6 Konsep Rokan Kanan ................................................................ 16
2.1.7 Nilai-nilai Kepahlawanan .......................................................... 17
2.2 Kerangka Pikir .................................................................................... 19
2.3 Paradigma ............................................................................................ 21
III. METODE PENELITIAN
3.1. Metode yang digunakan ..................................................................... 22
3.1.1 Metode Penelitian Sejarah......................................................... 23
3.1.2 Langkah-langkah Penelitian Sejarah ......................................... 23
3.2 Variabel Penelitian .............................................................................. 27
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 28
3.3.1 Teknik Kepustakaan .................................................................. 28
3.3.2 Teknik Dokumentasi ................................................................. 29
3.4 Teknik Analisis Data ........................................................................... 30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL ................................................................................................. 33
4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ......................................... 33
4.1.1.1 Riau Awal Kedatangan Belanda .................................... 33
4.1.1.2 Perkembangan Agama di Riau ....................................... 37
4.1.2 Kedaulatan Rokan ...................................................................... 38
4.1.2.1 Persaingan Hak atau Kekuasaan Tertinggi di Rokan ..... 38
ii
4.1.3 Biografi Tuanku Tambusai ....................................................... 41
4.1.4 Perjuangan Tuanku Tambusai .................................................. 44
4.1.4.1 Bentuk Kompetitor ..................................................... 44
4.1.4.1.1 Non Fisik .................................................... 44
4.1.4.1.2 Fisik ............................................................. 50
4.1.4.2 Proses Kompetitor ...................................................... 50
4.1.4.2.1 Pengepungan di Natal .................................. 50
4.1.4.2.2 Pertempuran di Rao ..................................... 53
4.1.4.2.3 Pertempuran di Mandailing ......................... 58
4.1.4.2.4 Pengepungan di Air Bangis ......................... 59
4.1.4.2.5 Pertempuran di Bonjol ................................ 63
4.1.4.2.6 Pertempuran di Dalu-Dalu (Rokan) ............ 66
4.1.4.3 Hasil Kompetitor ........................................................ 70
4.2 Pembahasan......................................................................................... 71
4.2.1 Perjuangan Tuanku Tambusai.................................................... 71
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 79
5.2 Saran .................................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Persetujuan Judul Skripsi ........................................................................ 82
2. Surat Izin Penelitian di Perpustakaan Universitas Lampung .................. 85
3. Surat Keterangan telah melakukan penelitian di perpustakaan
Universitas Lampung .............................................................................. 90
4. Foto Tuanku Tambusai ........................................................................... 91
5. Peta Riau Sebelum Tahun 1824 .............................................................. 91
6. Peta Riau Sesudah Tahun 1824-1839 (Reseidentie Riau) ...................... 92
7. Peta Perdagangan dan pelabuhan-pelabuhan di Riau ............................. 92
8. Peta rute perang Tuanku Tambusai ........................................................ 93
9. Denah Benteng Tujuh Lapis Dalu-Dalu dan peta Kabupaten Rokan Hulu 94
10. Foto salah satu sudut dari Benteng Tujuh Lapis ..................................... 94
11. Denah Benteng Tujuh Lapis Dalu-Dalu tahun 1838 .............................. 95
12. FotoTanggul Benteng Tujuh Lapis ......................................................... 95
13. Foto salah tanggul Benteng Tujuh Lapis ................................................ 96
14. Bekas tempat pengintaian yang menjadi rumah warga di Dalu-Dalu .... 96
15. Foto salah satu Tanggul BentengTujuh Lapis ........................................ 97
16. Foto banggunan rumah disekitar Benteng Tujuh Lapis .......................... 97
17. Foto Benteng Tujuh Lapis Dalu-Dalu Sekarang..................................... 98
18. Peta Kerajaan-kerajaan di Riau abad ke-19 ............................................ 98
19. Peta Riau ................................................................................................. 99
20. Peta Sumatar Utara ................................................................................. 100
21. Peta Sumatar Barat.................................................................................. 100
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara Kepulauan, bagian barat Kepulauan Indonesia
terletak Pulau Sumatra yang telah berdiri kerajaan-kerajaan yang dimana
keberadaanya silih berganti, baik kerajaan yang bercorak agama Hindu-Buddha
maupun bercorak agama Islam. Kerajaan Sriwijaya yang merupakan Kerajaan
Maritim di Pulau Sumatra yang bercorak agama Buddha telah melakukan
perluasan kekuasaanya hampir di seluruh Pulau Sumatra. Kekuatan Kerajaan
Sriwijaya sendiri pada saat itu sangat diperhitungkan dan berpengaruh untuk
kerajaan-kerajaan yang ada di Sumatra. Hampir semua kegiatan yang ada di Pulau
Sumatra dipegang oleh Kerajaan Sriwijaya, sehinga banyak kerajaan-kerajaan di
Sumatra menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Sriwijaya. Namun setelah
kemunculan kerajaan-kerajaan yang bercorak agama Islam di Indonesia dan
khususnya di bagian utara Sumatra (Riau), maka berakhirlah kerajaan-kerajaan
yang bercorak agama Hindu-Buddha di Sumatra, termasuk Kerajaan Sriwijaya.
Setelah pada akhir abad XIII Sriwijaya mengalami keruntuhan, maka
daerah bagian barat Indonesia tidak mempunyai ikatan dalam satu tangan
yang kuat lagi. Demikian pula di Riau pada waktu itu berdaulat sendiri
kerajaan-kerajaan Melayu yaitu :
a. Kerajaan Bintan/Tumasik dan Melaka
b. Kerajaan Kandis/Kuantan
c. Kerajaan Keritang dan Inderagiri
d. Kerajaan Gasib
2
e. Kerajaan Rokan
f. Kerajaan Segati
g. Kerajaan Pekan Tua
h. Pemerintahan Andiko Nan 44/Kampar
(Syair, Amwar, Umar Amin, Ahmad Yusuf., dkk, 1977/1978 : 37)
Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya sendiri memberikan dampak keuntungan bagi
kerajaan-kerajaan yang ada di Sumatra yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Sriwijaya. Kerajaan-kerajaan tersebut akhirnya dapat berdaulat sendiri dan
membangun kerajaanya tanpa ada ketergantungan pada satu kerajaan lagi.
Berdaulat atau berdiri sendiri dalam memajukan sebuah kerajaan bukanlah
perkara yang mudah apalagi seperti kerajaan-kerajaan yang ada di Riau, jika
diibaratkan seperti bayi yang baru lahir belum bisa berbuat apa-apa, namuun hal
tersebut tidak terjadi pada salah satu kerajaan yuang telah berdaulat sendiri yaitu
Kerajaan Rokan yang mengalami perkembangan yang sangat pesat diantara
kerajaan-kerajaan Melayu lainya seperti Kerajaan Bintan/Tumasik dan Melaka,
Kerajaan Kandis/Kuntan, Kerajaan Keritang dan Inderagiri, Kerajaan Gasib,
Kerajaan Segati, Kerajaan Pekan Tua, dan Pemerintah Andiko Nan 44/ Kampar
yang ada di Riau, Kerajaan Rokan melakukan politik hidup berdampingan (co
existence policy).
Namun setelah adanya peristiwa Malaka dikalahkan Portugis Kerajaan Rokan
mengalami kemunduran sebab mendapat ancaman dari Aru dan Aceh, dan saat
itulah Kerajaan Rokan menghilang dan tidak ada yang menyebutkannya lagi.
Keadaan kerajaan-kerajaan di Riau terus saja mengalami kemunduran sebab
perkembangan kerajaan-kerajaan yang ada di Riau dalam perkembanganya
mendapatkan campur tanggan Belanda yang dimana sudah menduduki Riau yang
3
diperkirakan sejak Tahun 1815 dan dengan kedatangan Belanda ke Riau maka
muncullah sebuah babakan baru.
Belanda yang secara berangsur-angsur terus melakukan penaklukan di seluruh
Daerah Rokan dan setelah berhasil Belanda berkerja sama dengan Raja-raja
Rokan mengatur pemerintahan sebab Daerah Rokan terdiri dari 5 kerajaan yaitu
Kerajaan Tambusai di Dalu-dalu, Kerajaan Rambah di Pasir Pengaraian, Kerajaan
Kepenuhan di Koto Tengah, Kerajaan Kunto Dar Es Salam di Kota Lama dan
Kerajaan Rokan di Rokan IV Koto. Raja yang dimana disebut dengan Landschaap
sedangkan kekuasaan Belanda disebut dengan Gubernemen. Para raja-raja
mengatur sistem pemerintahanya sendiri dan tidak melanggar perjanjian yang
telah disepakati dengan pihak Belanda, adapun perjanjian yang telah disepakati
tersebut adalah :
Perjanjian yang diadakan antara Raja-raja dan kerapatan dengan pihak
Belanda disebut Akte van Verband, dan Korte Verklaring. Isi perjanjian ini
antara lain adalah :
1. Belanda mengakui daerah atau hak kerajaan
2. Raja-raja mengakui bahwa kekuasaan tertinggi dipegang pemerintahan
Belanda
Secara defakto Raja-raja Rokan telah takluk kepada pemerintah Hindia
Belanda, tetapi Belanda nampaknya masih mengakui Raja-raja Rokan
sekedar simbol di mata rakyat bahwa Belanda tidak menjajah. Secara
yuridis Raja-raja Rokan terus diberikan hak otonomi dengan adanya Akte
van Verband (Lutfi, Muchtar, Suwardi MS., dkk, 1977 : 369).
Belanda yang terkenal dengan politik devide et impera atau yang kita kenal
dengan politik pecah belah atau politik adu domba terus mencari simpati dari
Rakyat dan Raja-raja Rokan. Kedatangan Belanda ke Daerah Rokan sangat
mempengaruhi pemerintahan yang ada di Daerah Rokan, dalam sistem
4
pemerintahan yang dijalankan di Daerah Rokan ada dua struktur pemerintahan
yang dijalankan di Daerah Rokan yang dimana Belanda sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi di Daerah Rokan, Raja-raja Rokan yang berfikir bahwa
Belanda ada dipihak mereka maka ini membuat kekuasaanya semakin kuat karena
mendapat dukungan dari Belanda, namun hal ini disadari oleh para Raja-raja
Rokan dan lama-kelamaan rakyat pun menyadari bahwa terjadi adu domba diatara
rakyat dan raja Rokan, dan semua ini hanya siasat licik Belanda yang dimana agar
mereka dapat berkuasa dan tinggal lebih lama lagi di Daerah Rokan.
Belanda selain menjalankan politik devide et impera mereka juga melakukan
sistim pemungutan belasting (pajak kekayaan) dan rodi yang dilaksanakan oleh
raja bersama datuk-datuk terhadap Rakyat Rokan itu sendiri, semula kebijakan
yang dilakukan ini berjalan dengan sewajarnya namun hal ini berubah dengan
seirinya waktu terus berjalan, belasting dan rodi menyita waktu dan
kesejahterahan Rakyat Rokan tidak adanya kesempatan hidup secara layak bagi
Rakyat Rokan akibat kebijakan ini, sangatlah menyedihkan sekali hidup dalam
penjajahan. Seperti halnya apa yang dirasakan oleh Rakyat Rokan, Belanda yang
memperoleh kekayaan secara berlimpah akibat kebijakan belasting dan rodi yang
mereka jalankan. Belanda yang menjalankan kerja rodi di Daerah Rokan terus
saja memperdaya Rakyat Rokan dalam penanaman karet dan perbaikan jalan yang
dimana semata-mata hanya untuk kepentingan bagi pihak Belanda itu sendiri.
Belanda terus melakukan segala macam usaha agar mendapat keuntungan yang
sebesar-besarnya dan dapat mengisi kas negaranya mereka yang kosong, Rakyat
Rokan yang diperlakukan tidak adil oleh Belanda dan sudah tidak tahan lagi
dengan tindakan Belanda yang semakin hari semakin sewenang-wenang. Tanah
5
yang digunakan sebagai ladang penanaman karet sangatlah luas sedangkan
pekerja yang di pekerjakan masih sangat kekurangan tenaga kerja jika dilihat hal
ini sangatlah tidak sesuai dan dapat mengakibatkan penyiksaan bagi Rakyat
Rokan, Belanda yang menjadi pemegang kekuasaan tertinggi di Daerah Rokan
dalam penyerahan hasil dari belasting disetor oleh para raja yang kemudian
disetorkan kepada Controleur dari pihak Belanda yang ada di Pasirpengaraian
penyetoran ini dilakukan sebulan sekali, raja-raja Rokan yang melakukan
perkumpulan di Pasirpengaraian sebulan sekali disebut “rekening courant" yang
dimana Belanda memberikan subsidi atau berupa bantuan kepada kerajaan-
kerajaan yang ada di Daerah Rokan apa bila pendapatan kerajaan-kerajaan di
Daerah Rokan kurang atau menurun. Belanda sangat pandai dalam hal apa pun
demi untuk mendapatkan keutungan bagi negaranya.
Daerah Rokan terletak disebuah sungai yang bernama sungai Rokan, Sungai
Rokan sendiri memilki dua hulu atau cabang yakni Sungai Rokan Kanan dan
Sungai Rokan Kiri, di sepanjang sungai berdiri kerajaan-kerajaan yang telah
disebutkan diatas, Kerajaan Tambusai merupakan salah satu kerajaan yang
dimana tempat kelahiran dari Muhammd Saleh atau yang lebih kita kenal dengan
sebutan Tuanku Tambusai, nama “Tuanku” merupakan sebuah gelar yang dimana
memilki arti yakni pemuka atau tokoh agama, dan sedangkan “Tambusai” sendiri
merupakan nama kampung halamnya tempat kelahiran dari Tuanku Tambusai
sendiri . Atas saran ayahnya yakni Maulana Qadhi yang merupakan salah satu
pemuka agama di Kerajaan Tambusai pada saat itu, Tuanku Tambusai pergi ke
Bonjol untuk memperdalam ilmu agamanya dan beliau disana belajar kepada
Tuanku Imam Bonjol.
6
Tuanku Tambusai dilahirkan di Kerajaan Tambusai dimasa kekuasaan Raja
Duli Yang Dipertuan Besar. Ayahnya Imam Maulana Kali yang menjadi wali
syara’ di Kerajaan Tambusa. Ibunya berasal dari Tambusai dari suku
Kandang Kopuh. Beliau memperoleh pendidikan agama dari ayahnya,
kemudian dikirim ke Bonjol untuk melanjutkan belajar agama kepada
Tuanku Imam Bonjol dan Para Padri di Bonjol dan di Rao. Karena pada saat
itu Bonjol telah menjadi pusat pengajaran agama ( Ginda 2013: 111).
Tuanku Tambusai yang dikabarkan telah kembali dari mekkah tahun 1820 setelah
kembalinya Tuanku Tambusai ke kampung halamanya dari belajar ilmu agama di
Bonjol, saat itulah Tuanku Tambusai ditujuk oleh ayahjnya untuk menggantikan
kedudukan ayahnya sebagai Imam di Kerajaan Tambusai, dikerajaan Tambusai
dan dengan ilmu agama yang telah dimilikinya Tuanku Tambusai kemudian
berfikir melakukan pembaharuan dalam bidang ilmu keagamaan Islam, yang
dimana pada saat itu kegiatan keagamaan di lakukan di surau-surau dan hanya
tertuju pada hal ubudiyah atau akhirat saja, Tuanku Tambusai merubahnya dan
melakukan kegiatan keagamaannya atau dakwah dalam penyebaran agama Islam
dilakukan secara langsung atau menyebarkan ketengah-tengah kehidupan
masyarakat, Tuanku Tambusai dan pembaharuanya diterima oleh sebagian
masyarakat di Tambusai, namun hal ini juga menimbulkan perselisihan dengan
penguasa setempat. Peselisihan antara penguasa setempat dan Tuanku Tambusai
dimenangkan oleh Tuanku Tambusai, dengan terselesainya persilisihan ini
Tuanku Tambusai pun menyebarkan ajaran Islam ke seluruh Riau, di Dalu-Dalu
Tuanku Tambusai membentuk sebuah komunitas baru (surau) atau mendirikan
sebuah sekolah membaca Al-Quran, hadist-hadist, memberikan tabligh-tabligh
(ceramah/dakwah) yang dimana dilakukan secara rutin.
7
Surau-surau yang didirikan oleh Tuanku Tambusai telah menjadi sebuah sarana
utama dalam transformasi dan internalisasi ajaran-ajaran Islam kepada
masyarakat, dan bagi murid-muridnya surau sendiri dijadikan sebagai sarana
untuk memperkuat mental mereka dan menggembleng fisik agar menjadi seorang
prajurit yang tangguh, Tuanku Tambusai sendiri selain mengajarkan ilmu agama,
beliau juga mengajarkan kepada murid-muridnya ilmu perang agar murid-
muridnya menjadi kuatdan pemberani. Tuanku Tambusai diperintahkan oleh para
guru-gurunya yang ada di Bonjol untuk menunaikan Ibadah Haji ke Mekkah
untuk lebih memperdalam ilmu agamanya. Tahun 1820 Tuanku Tambusai
kembali dari menunaikan Ibadah Hajinya di Mekkah. Tuaku Tambusai yang
merupakan tokoh ulama besar tak lupa membagikan ilmu yang beliau peroleh
selama di Mekkah kepada murid-muridnya. Kegiatan tersebut dilakukan oleh
Tuanku Tambusai untuk mengembangkan ajaran Islam, selama Tuanku Tambusai
berdakwah maka pada saa iruterjadii peristiwa Perang Padri yang diperkirakan
pada 1821 pecahlah Perang Padri di Sumatra Barat antara Belanda dan Kaum
Padri. Dalam Perang Padri yang terjadi di Sumatra Barat perjuangan dari Kaum
Padri dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Rao, dan Tuanku Tambusai
siap berjuang melawan Belanda. Tuanku Rao yang gugur pada tahun 1833 dan
tertawanya Tuanku Imam Bonjol pada Tahun 1837, perjuangan pun dilakukan
oleh Tuanku Tambusai. Berdasarkan latar belakang penulisan di atas, maka
penulis tertarik untuk meneliti tentang perjuangan fisik Tuanku Tambusai
melawan Penjajah Belanda.
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimanakah perjuangan Tuanku Tambusai di Daerah Rokan Kanan Tahun
1820-1839?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perjuangan Tuanku Tambusai di
Daerah Rokan Kanan Tahun 1820-1839.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Menambah pengetahuan penulis mengenai sejarah lokal, khususnya
mengenai perjuangan Tuanku Tambusai di daerah Rokan Kanan, Dalu-
dalu, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau.
2. Sebagai referensi mengenai perjuangan Tuanku Tambusai di daerah Rokan
Kanan, Dalu-dalu, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau.
3. Sebagai tambahan ilmu dan wawasan bagi mahasiswa sejarah dalam
mempelajari sejarah lokal khususnya perjuangan Tuanku Tambusai
melawan penjajah Belanda.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
a. Objek Penelitian :
Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah Perjuangan Tuanku
Tambusai di Daerah Rokan Kanan Tahun 1820-1839.
9
b. Subjek Penelitian :
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah fakta-fakta berupa informasi
yang berhubungan dengan Perjuangan Tuanku Tambusai
c. Tempat Penelitian : Perpustakaan Universitas Lampung
Waktu Penelitian : Tahun 2017-2018
d. Konsentrasi Ilmu : Ilmu Sejarah
10
REFERENSI
Syair, Amwar, Umar Amin, Ahmad Yusuf., dkk. 1977/1978. Sejarah Daerah
Riau. Jakarta : PN Balai Pustaka. Halaman 37
Lutfi, Muchtar, Suwardi MS., dkk. 1977. Sejarah Riau. Pekanbaru : Percetakan
Riau. Halaman 369
Ginda. 2013. Aktivitas Dakwah Tuanku Tambusai dalam Proses Perkembangan
dan Pembaharuan Islam di Daerah Rokan Hulu dan Sekitarnya Awal
Abad ke-19. UIN Suska Riau. Halaman 111
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
2.1 Tinjuan Pustaka
2.1.1 Konsep Perjuangan
Perjuangan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk meraih sesuatu yang
diharapkan demi kemuliaan dan kebaikan. Perjuangan dalam segala hal dilakukan
dengan pengorbanan, peperangan, dan diplomasi untuk mencapai kemerdekaan
(Susanto Tritoprojo, 1982:7).
Kata Perjuangan berasal dari kata juang yang berarti berlaga; berlawanan;
memperebutkan sesuatu dengan mengadu tenaga; berperang; berkelahi;
Berlanggaran (Hoetoma M.A .2005 : 224).
Beberapa pengertian Perjuangan adalah :
2.1 Perjuangan berarti segala sesuatu yang dilakukan untuk mencapai
suatu tujuan. Dalam sebuah perjuangan terdapat berbagai macam
hambatan. Semakin kita sering mengalami berbagai masalah maka
semakin kuat pula kita.
2.2 Arti perjuangan adalah usaha dan kerja keras dalam meraih hal
yang baik sebagai kunci menuju kesuksesan.
2.3 Perjuangan merupakan suatu usaha untuk meraih sesuatu yang
diharapkan demi kemuliaan dan kebaikan.
2.4 Pada masa penjajahan, perjuangan adalah segala sesuatu yang
dilakukan dengan pengorbanan, peperangan dan diplomasi untuk
memperoleh kemerdekaan.
2.5 Perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan. Perjuangan
mempunyai arti luas, sehingga apa yang dilaksanakan oleh
pahlawan-pahlawan di Nusantara merupakan peristiwa-peristiwa
dalam perjuangan nasional Indonesia Perbedaan antara
11
“perjuangan” dan“pergerakan”. Pergerakan mempunyai arti yang
khas, yaitu perjuangan untuk mencapai kemerdekaan dengan
menggunakan organisasi yang teratur.
(http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/08/seputar
pengertian-perjuangan.html).
Menurut Kansil dan Julianto, membedakan antar perjuangan dan pergerakan. Jika
pergerakan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan
dengan menggunakan wadah organisai, maka perjuangan adalah upaya yang nyata
dilakukan dengan menggunakan gerakan fisik dan menggunakan alat (Kansil dan
Julianto, 1988:15).
Menurut Slamet Muljana perjuangan seseorang harus berusaha sekeras-kerasnya
untuk melaksanakan cita-citanya, dan untuk mencapai tujuan yang
mempertaruhkan jiwanya untuk memenangkan dalam peperangan (Slamet
Muljana, 1983 : 138).
Dari penjelasan di atas,maka perjuangan adalah dilakukan dengan mengunakan
gerakan fisik dan diplomasi demi untuk mencapai tujuan.
2.1.2 Konsep Bentuk Perjuangan
Tabel1. Bentuk Perjuangan
Sumber: Sagimun MD 1989 : 331
NO BentukPerjuangan
PerjuanganNon Fisik PerjuanganFisik
1 Mengadakan perundingan-
Perundingan
Perjuangan yang mengandalkan
kekuatan militer atau senjata
2 Menarik simpati dari dunia
Internasional
Dilakukan dengan pertempuran
3 Membentuk organisasi Menimbulkan banyak korban
4 Melakukan propaganda
5 Mengahsilkan sebuah kesepakatan
12
Sudiyo ( 2004 :112 ) memberikan alasan mengapa para pejuang dalam
menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia
melakukan dua cara perjuangan yaitu dengan cara Non Fisik dan
dengan cara Fisik (bersenjata). Alasan mengapa para pejuang
melakukan perjuangan secara Non Fisik adalah : 1. Dalam pembukaan UUD 1945 pada alenia 4 terdapat kata-kata
yang berbunyi :... “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan...
2. Jepang walaupun sudah kalah perang dengan Sekutu, namun masih bersenjata lengkap. Oleh karena itu, berjuang dengan senjata akan menimbulkan korban cukup besar. Sebaliknya, alasan yang dikemukakan oleh para pejuang yang memilih perjuangan Fisik ( bersenjata) adalah : 1. Bagi tenaga-tenaga pejuang yang pernah dipersiapkan dengan
latihan kemiliteran, tentu sangat senang mempertahankan kemerdekaan dengan kekuatan bersenjata. Hal ini merupakan tanggung jawab mereka terhadap negara dan bangsa, sehingga berani berjuang dengan semboyan Merdeka atau Mati.
2. Ingin menunjukan kepada dunia internasional bahwa mereka sanggup menjaga dan mempertahankan negara merdeka, apabila ada pihak penjajah ( Belanda ) ingin kembali ke Indonesia.
3. Rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah terkait
dari berbagai organisasi politik dan kemasyarakatan yang selama
penjajahan selalu ditekan oleh pihak penjajah, maka telah
menunjukan tekad untuk bangkit melawan secara Fisik ( bersenjata
) demi tegaknya Indonesia.
Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia oleh Iskandar Syah menyatakan bahwa
perjuangan sesudah tahun 1908 atau setelah lahirnya Budi Utomo mempunyai
corak/sifat :
a. Perjuangan Nasional, meliputi untuk kepentingan dan cita-cita seluruh
tanah air atau Bangsa Indonesia.
b. Timbul atas kesadaran nasional karena persamaan nasib dan hasrat untuk
bersatu.
c. Didasarkan pada suatu pola organisasi perjuangan yang teratur.
d. Lahirnya golongan muda (elite nasional) yang menjadi pelopor perjuangan
(Iskandar Syah,2005:78).
Hal serupa diungkapkan pula oleh Moedjanto(1988 : 25) bahwa perjuangan
ataureaksi rakyat terhadap kolonialisme dan imperialisme di nusantarasebelum
tahun 1900 mempunyai ciri :
1. perjuangan bersifat kedaerahan atau lokal
2. menggantungkan pada tokoh kharismatik
3. belum ada tujuan yang jelas
13
sementara itu perjuangan setelah 1900 (setelah berdirinya
BudiUtomo)sampai dengan agresi militer II mempunyai ciri :
1. Perjuangan bersifat nasional
2. Perlawanan yang positif dengan senjata dan taktik yang modern
berupa diplomasi.
3. Perjuangan dengan organisasi modern (Moedjanto, 1988 :25).
Dari penjelasan di atas bentuk perjuangan Tuanku Tambusai termasuk ke dalam
bentuk perjuangan sebelum tahun 1900 yaitu dalam melawan penjajah Belanda
dilakukan dengan cara perjuangan fisik dan perjuangan non fisik
2.1.3 Jihad Fisabilillah
Jihad fi sabilillah (Bahasa Arab) ditakrifkan sebagai pengerahan
kekuatan untuk memerangi musuh dalam rangka meninggikan kalimat
Allah; dengan peperangan terus di medan pertempuran ataupun
memberikan bantuan kewangan, logistik, bahkan pandangan dalam
strategi dan taktik memenangkan pertempuran, termasuk memberikan
pidato yang membakar semangat para mujahidin agar siap menyongsong
kemenangan atau mati syahid. Hukum-hukum berkaitan dengan
peperangan yang sering dikenal dengan istilah jihad fi sabilillah untuk
melindungi dakwah Islam serta kehormatan, harta, jiwa, dan kaum
Muslimin
(Jihad%20fi%20sabilillah%20%20Wikipedia%20Bahasa%20Melayu,%2
0ensiklopedia%20bebas.html).
Dalam Al-Quan ditemukan sebanyak 50 kali pernyataan Jihad dikaitkan
dengan ungkapan Fisabilillah, dan semuanya terdapat pada ayat-ayat
tentang Jihad periode Madinah, pada ayat-ayat periode Mekkah tidak
ditemukan penjelasan Jihad diikuti ungkapan Fisabilillah. Menurut
Muhammad Husain at-Thabathaba’i, pengkupan Jihad yang tidak diikuti
dengan ungkapan Fisabilillah dalam Al-Quran cenderung menunjukkan
Jihad dalam pengertian yang sangat umum. Sedangkan yang diikuti
dengan ungkapan Fisabilillah, maka yang dimaksud ialah Jihad dalam
pengertian perang (Rohimin 2006 : 150).
Mahmud Syaltut dalam menafsirkan fisabilillah dengan kemaslahatan
umum yang bukan milik perorangan, tidak hanya dimanfaatkan oleh
seseorang, pemiliknya hanya untuk Allah dan kemanfaatannya untuk
makhluk Allah. Yang paling utama adalah untuk mempersiapkan perang
dalam rangka menolak orang-orang jahat, memelihara kemuliaan agama,
14
Mencakup pula dalam makna ini adalah persiapan da`i-dai muda yang
kuat untuk menjelaskan ketinggian Agama dan hukum-hukumnya, serta
melemahkan argumentasi orang-orang yang ingin menjelek-jelekkan dan
menghancurkan Islam.
Fisabilillah adalah para pejuang suka rela yang turun dalam perjuangan
membela agama. Mereka bukan tentera yang diangkat oleh penguasa.
Oleh karena itu hak ketentaraan yang dianggarkan negara tidak
didapatkannya. Perjuangan mereka dilakukan atas kehendak sendiri dan
tidak terikat dengan aturan berkelompok. Bila keadaan sehat dan kuat,
perjuangan terus dilakukan. Sebaliknya mereka akan kembali menjadi
masyarakat biasa, bekerja seperti biasa, di kala keadaan tidak mampu
berjuang (Abdul Azis Dahlan 1996: 1524).
Dari penjelasan diatas maka Jihad Fisabilillah Tuanku Tambusai adalah perang
serta perjuangan yang dilakukan oleh Tuanku Tambusai perang dijalan Allah
untuk memerangi orang-orang jahat (Penjajah Belanda). Tuanku Tambusai juga
telah melakukan pemurnian ditanah Batak dengan melakukan dakwah.
2.1.4 Tuanku Tambusai
Tuanku Tambusai adalah nama yang diberikan Gerakan Wahabi kepadanya.
Tuanku maksudnya pimpinan Padri (Jendral) di dalam kemiliteran. Sedang
Tambusai adalah nama daerah di Riau sebesar kecamatan. Dalu-Dalu adalah
ibukota Kecamatan Tembusai. Karena dari Dalu-Dalu inilah titik tolak Tuanku
Tambusai dalam mengislamlkan daerah bagian timur Tapanuli
(http://wartasejarah.blogspot.co.id/2013/10/perjuangan-tuanku-tambusai.html).
Ulama dan pahlawan ini telah menyemaikanbenih anti penjajah di
Nusantara. Beliau ikutdalam peperangan Imam Bonjol di Sumatera
Barat.Akhirnya terpaksa hijrah ke Negeri Sembilan meninggal dunia di
sana. Ketika Muhammad Shalih(nama kecil Tuanku Tambusai) dewasa
beliau belajar ke Rao yang lokasinya berdekatan denganTambusai. Setelah
mendapat pendidikan Islam Rao dan Bonjol beliau lebih dikenali dengan
15
nama“Faqih Shalih”. Tuanku Tambusai menjadikan pusatperjuangan,
pentadbiran dan pertahanan di DaluDalusekarang di daerahRiau Daratan (
Subroto. K 2015: 31).
Tuanku Tambusai sangat cerdik dan gesit sehingga sukar terkalahkan dan Belanda
menjulukinya “De Padriesche Tiger Van Rokan-Harimau Paderi dari Rokan”,
pantang menyerah dan berdamai dengan Belanda, beliau lahir di Tambusai, Rokan
Hulu, Riau. Orang tuanya merupakan perantauan dari Minang (Mirnawati, 2012 :
58).
Tengku Luckman Sinar, S.H., dari buku yang ditulis oleh Dr. F.M
Schnitger yang berjudu Forgoten Kingdom in Sumatra (p.83-84) yang
isinya antara lain, “ Beliau bagaikan seorang pemimpin yang diutus
Tuhan. Ia selalu berlaku lemah lembut dan memimpin secara adil dan
selalu dihormati oleh pengikutnya. Ia juga selalu membahagiakan
rakyatnya dan selalu menepati janji. Suatu saat, ia siap menghunus
pedangnya memimpin peperangan dan menyimpannya kembali ketika
perang telah usai, sehingga membuat daerahnya menjadi aman dan tentram
( Juni Sjafrien Jahja 2015:5).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka Tuanku Tambusai adalah sosok ulama yang
mempengaruhi untuk melawan penjajah Belanda, yang memiliki kecerikan
sehinga Belanda menjulukinya “De Padriesche Tiger Van Rokan-Harimau Paderi
dari Rokan”.
2.1.5 Revivalisme
Menurut Kamus Teologi, revivalisme merupakan usaha sistematis untuk
membangkitkan semangat baru di antara orang-orang beriman yang tidak
menjalankan imannya dengan berbagai cara yang diharapkan membangkitkan
tanggapan religius massal (Gerald O’Collins, Edward G.Farrungia, 2000: 278).
Keberadaan revivalisme dalam Islam adalah sebuah tuntutan dari sejarah
panjang perjalanan Islam, yang telah malang melintang melewati batas
16
geografis dan lintas budaya masyarakat Islam di seantero jagad raya ini,
dan telah mengalami pasang naik dan pasang surutnya. Terjadinya saling
mempengaruhi antara Islam dengan budaya masyarakat yang dimasukinya
adalah suatu keniscayaan. Dalam hal ini, pengaruh dalam masyarakat yang
nota bene melakukan pemikiran yang ingin mengembalikan kepada
“Islam yang murni” (Murkilim, 2017 : 165-166).
Revivalisme adalah Istilah lain dari kebangkitan Islam, merupakan gerakan
keagamaan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Umat Islam khawatir akan
tergerusnya nilai dan ajaran Islam akibat dari meluasnya pengaruh kolonialisme
dan imperialisme Barat ( F Firdaus , 2014 : 25).
Brdasarkan penjelasan di atas Revivalisme adalah sebuah gerakan pembaharuan
dalam Islam, perjuangan Tuanku Tambusai dapat dikatan gerakan Revivalisme
sebab Tuanku Tambusai melakukan pemurnian di Tanah Batak saat dalam
pengejaran oleh pasukan Belanda karna jasanya Tuanku Tambusai diberi gelar
“Ompu Baleo”.
2.1.6 Konsep Rokan Kanan
Sebelum tahun 1903 daerah Provinsi Riau sekarang ini terbagi atas daerah-daerah
administratif yaitu Geweestn, Afdeeling dan Onderafdeelingen yang berada
dibawah kekuasaan seorang Pamongpraja bangsa Belanda/Europes
Bestuurambtenaar seperti Residen, Asisten Residen, dan Countroler (Sejarah
Kebangkitan Nasional Daerah Riau 1982/.1983 : 19).
Sungai Rokan sebelumnya disebut dengan Sungai Rotan, lalu menjadi
sungai Rok`an dan akhirna menjadi sungai Rokan yang terbagi menjadi
tiga sungai besar yaitu : Sungai Rokan Kiri, Sungai Rokan Kanan, dan
Sungai Sosa, sedangkan Sungai Rokan Kanan lazim juga disebut orang
Sungai Batang Lubuh. Nama Rokanpun dibuat menjadi sebuah nama
Kerajaan Rokan yang diperkirakan berdiri pada abad ke-13. Dinamakan
sungai Rokan Kiri dan Rokan Kanan semasa Sultan Jangguik dan Sultan
17
Harimau yang datang dari selat Malaka menelusuru sungai Rokan ini ke
Hulu, sesampainya di Kuala Sako (muara sungai Rokan Kiri dan Kanan)
kedua kaka beradik ini terpisah, Sultan Harimau meneruskan perjalanan ke
Hulu Sungai Rokan sebelah kiri, sedangkan Sultan Jangguik meneruskan
perjalanan ke Hulu sungai Rokan sebelah Kanan, kedua orang ini juga
disebut-sebut asal usul keturunan masyarakat Rokan Hulu
(http://lentaraguru.blogspot.co.id/2016/11/bukik-simo-lombu.html).
Riau yang terletakk di perairan Selat Malaka merupakan daerah yang strategis
dalam arus lalu lintas Selat Malaka, dilengkapi pula dengan kekayaan alamnya
yang menghasilkan benda-benda dagang berharga, serta penduduknya yang
berdarah pelaut (Sejarah Daerah Riau, 1977/1978 : 30)
Rokan adalah nama sungai yang bermuara ke Selat Malaka. Sungai ini bercabang
dua yang dikenal dengan Rokan Kiri dan Rokan Kanan. Di aliran sungai ini
ditemukan sisa-sisa Kerajaan Rokan (Team Penyusun dan Penulisan Sejarah Riau,
1977 : 15).
Berdasarkan penjelasan di atas Rokan Kanan adalah cabang dari Sungai Rokan
yang ada di Riau yang bermauara ke Selat Malaka.
2.1.7 Nilai-nilai Kepahlawanan
Menurut Charles F. Adrain (dalam Effendy, 2004) mengatakan bahwa nilai
mewakili konsep umum dari tujuan sah yang dikehendaki yang membimbing
kegiatan melalui saluran tertentu. Dalam proses komunikasi nilai dikelompokkan
pada tiga jenis nilai inti, yakni logika, nilai etika, dan nilai estetika.
Menurut Badrun (2006) Pahlawan bagi sebuah bangsa adalah spirit yang terus
menyala dan menyejarah, ia memberi warna bagi sejarah bangsanya bahkan bagi
18
sejarah kemanusiaan dan peradaban dunia. Namun sering kali karena
kontribusinya pada suatu bangsa, sang pahlawan menjadi milik sebuah
bangsa saja, ia bukan milik bangsa lain.
Pahlawan adalah seorang yang mempunyai sikap patriotik dalam
perjuangan dan berjasa bagi negara, perilakunya dianggap patut dicontoh
dan ditiru. Adapun sikap patriotik menurut Badrun (2006) meliputi hal-
hal sebagai berikut: Tahan uji/ ulet; Berani karena benar; Rela berkorban;
Berjiwa ksatria; Bertanggung jawab; Berjiwa pemimpin; Keteladanan;
Cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan; Heroik; dan Berjiwa pelopor.
Sikap Patriotik tersebut juga berimplikasi terhadap kesadaran Nasional
sebagi suatu bangsa yang meliputi : kepercayaan terhadap Tuhan YME,
Disiplin, tertib, waspada, dapat bekerja sama, bangga sebagai bangsa,
memiliki harga diri, mengakui persamaan derajat, taat dasn menghormati
norma, berjiwa kesatuaan dan persatuan, cinta budaya bangsa, percaya
pada kemampuan diri sendiri
Bedasrkan penjelasan diatas dapat disimpulkan Tuanku Tambusai sosok
pahlawan yang patut diteladani karna Beliau memiliki beberapa sikap
kepahlawanan seperti tahan uji/ ulet; Berani karena benar; Rela berkorban;
Berjiwa ksatria; Bertanggung jawab; Berjiwa pemimpin; Keteladanan; Cinta
damai tetapi lebih cinta kemerdekaan; Heroik; dan Berjiwa pelopor. Yang dapat
diimplemintasikan dengan beberapa nilai-nialai terhadap kesadaran Nasional
kepercayaan terhadap Tuhan YME, Disiplin, tertib, waspada, dapat bekerja sama,
bangga sebagai bangsa, memiliki harga diri, mengakui persamaan derajat, taat
dasn menghormati norma, berjiwa kesatuaan dan persatuan, cinta budaya bangsa,
percaya pada kemampuan diri sendiri
19
2.2 Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori diatas dapat diketahui Perjuangan Tuanku Tambusai di
Rokan Kanan merupakan salah satu Jihat Fisabilillah yang dimana memerangi
orang kafir yakni Penjajah Belanda. Belanda yang dianggab oleh para Kaum Padri
sebagai orang kafir harus diperangi dan diusir dari tanah pribumi, Perjuangan
Tuanku Tambusai dimulai pada Tahun 1821 yang dimana pada saat itu Perang
Padri di Sumatra Barat pecah yang dilatar belakangi oleh perang antara Kaum
Adat dan Kaum Padri yang kemudian berubah menjadi perang antara Belanda dan
Kaum Padrii.
Pada Tahun 1821 ketika dimana Perang Padri di Sumatra Barat semakin
memanas. Pada saat itu perjuangan Kaum Padri dipimpin langsung oleh Tuanku
Tambusai setelah pada Tahun 1833 Tuanku Rao gugur di medan perang dan
ditawanya Tuanku Imam Bonjol pada Tahun 1838, kekuatan Tuanku Tambusai
sangat diperhitungkan oleh Belanda sehinga mereka menjuluki Panglima Paderi
ini dengan julukan “De Padriesche Tiger Van Rokan-Harimau Paderi dari
Rokan”. Kebencian Tuanku Tambusai terhadap Belanda sangatlah besar beliau.
Perjuangan yang dilakukan secara fisik atau pertempuran dengan berperang
menggunakan senjata dan sikap Tuanku Tambusai sendiri tidak pernah melakukan
kompromi, tidak pernah dapat ditangkap atau ditawan oleh Belanda,
Tuanku Tambusai dalam perjuanganya mengusir Penjajah Belanda melakukan
pembaharuan (Revivalisme) atau pemurnian agama diwilayah yang belum
mengenal atau tersentuh oleh ajaran agama Islam, dalam menyebarkan ajaran
Agama Islam Tuanku Tambusai melakukan Dakwah yang dimana cara ini
20
dianggab oleh Beliau paling baik dalam menyampaikan sebuah pembaharuan
disuatu daerah yang tidak mengenal ALLAH SWT.
Tuangku Tambusai sendiri dalam perjuanganya melawan penjajah Belanda telah
dapat menyatukan pengikutnya yang dimana pengikutnya ini terdiri dari 3
kelompok etnis yang berbeda, yaitu etnis Melayu Riau, Mandailing, dan
Minangkabau yang secara administratif bagian dari Provinsi Riau (25 Juli 1958),
Sumatra Utara (15 April 1948), dan Sumatra Barat (3 Juli 1958).
Perang yang terjadi antara pasukan Belanda dan Pasukan Tuanku Tambusai
memakan banyak korban dari kedua belah pihak, Belanda yang terus melakukan
penyerangan secara bertubi-tubi serta pengejaran terhadap Tuanku Tambusai,
akhirnya Belanda berhasil memukul mundur pasukan Tuanku Tambusai menuju
Dalu-dalu yakni kampung halaman beliau, di sinilah perjuangan Tuanku
Tambusai semakin panas. Perjuangan Tuanku Tambusai melawan penjajah
Belanda tidak terhenti begitu saja di benteng pertahanan yang didirikan dengan
kuat dan canggih di Dalu-dalu, merupakan benteng yang dibuat untuk
pertahannannya saat menyusun kekuatan dan kembali maju menyerang Belanda,
benteng tersebut diberi nama dengan Benteng Tujuh Lapis.
21
2.3 Paradigma
Keterangan Garis
: Garis Kegiatan
: Garis Tujuan
Perjuangan Tuanku Tambusai
Kedaulatan Rokan
Hak X Kekuasaan Tertinggi
1 Bentuk Kompetitor
a. Fisik
b. Non fisik
2. Proses Kompetitor
3.Hasil Kompetitor
22
REFERENSI
Tirtoprojo, Susanto. 1982. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Jakarta: PT.
Pembangunan. Halaman 7
Hoetomo M.A.2005.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Mitra Pelajar.
Halaman 224
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/08/seputar-pengertian-
perjuangan.html (Diakses pada Jumat 20 April 2018 pukul 21.00 wib)
Kansil, C.S.T. dan Julianto. 1988. Sejarah Perjuangan dan Pergerakan
Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Erlangga. Halaman 15
Slamet Muljana, 1983. Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit. Intiidayu
: Jakarta. Halaman 138
Sagimun MD.1989. Peranan Pemuda.Jakarta : Bina Aksara. Halaman 331
Syah, Iskandar. 2005. Sejarah Nasional Indonesia. Bandar Lampung : Penerbit
Universitas Lampung. Halaman 78
G.Moedjanto.1988. Indonesia Abad Ke-20.Buku I.Yogyakarta.Kanisius. Halaman
25.
http://wartasejarah.blogspot.co.id/2013/10/perjuangan-tuanku-tambusai.html
(Diakses pada Jumat 20 April 2018 pukul 21.10 wib).
Jihad%20fi%20sabilillah%20%20Wikipedia%20Bahasa%20Melayu,%20ensiklop
edia%20bebas.html (Diakses pada Senin 18 September 2018 pukul 08.15
wib).
Rohimin. 2006. Jihad Makna & Hikmat . Jakarta : Penerbit Erlangga. Halaman
150
………., Fiqh al-Zakat, Terj. Salman Harun dkk, Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa, 2006.
Dahlan, Abdul Azis, Ensiklopedi Hukum Islam V. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoever, 1996.halaman 1524
Subroto. K. 2015. Tuanku Imam Bonjol & Gerakan Padri. Lembaga Kajian
Syamina. Halaman 31
23
Minawarti. 2012. Kumpulan Pahlawan Indonesia Terlengkap. Jakarta : CIF.
Halaman 58
Jahja, Juni Sjafrien. 2015. Perang Tuanku Tambusai Sang Harimau Rokan
Melawan Penjajah Belanda. Jakarta : Visimedia. Halaman 5
Gerald O’Collins, Edward G.Farrungia. 2000. Kamus Teologi, tej. Suharyo, (Yogyakarta: Kanisius) cet V, Halaman 278.
Mukilim 2017. http:/ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/nuansa/article/view/65
(Diakses pada Senin 18 September 2018 pukul 08.00 wib).
F Firdaus. 2014. http://digilib.uinsby.ac.id/550/5/Bab%202.pdf. Halaman 25
(Diakses pada Senin 18 September 2018 pukul 08.00 wib).
Asmuni, Marleily Rahim.1982/1983. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Riau
. Riau : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Halaman 19
http://lentaraguru.blogspot.co.id/2016/11/bukik-simo-lombu.html (Diakses pada
Jumat 20 April 2018 pukul 21.10 wib)
Syair, Amwar, Umar Amin, Ahmad Yusuf., dkk. 1977/1978. Sejarah Daerah
Riau. Jakarta : PN Balai Pustaka. Halaman 30
Lutfi, Muchtar, Suwardi MS., dkk. 1977. Sejarah Riau. Pekanbaru : Percetakan
Riau. Halaman 15
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Yang Digunakan
Metode penelitian merupakan cara untuk memecahkan suatu masalah yang
menentukan keberhasilan suatu penelitian. Metode penelitian merupakan metode
yang menyangkut masalah kerja yakni cara kerja untuk dapat memahami objek
yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Husin Sayuti, 1998:32).
Menurut L. Gottschalk 1956; G.J Garraghan, 1957 pada umumnya yang
disebut metode adalah cara atau prosedur untuk mendapatkan objek. Juga
dikatakan bahwa metode adalah cara untuk berbuat atau mengerjakan
sesuatu dalam suatu sistem yang terencana dan teratur. Jadi, metode selalu
erat hubunganya denga prosedur, proses, atau teknik yang sistematis untuk
melakukan penelitian disiplin tertentu. Hal ini dimasudkan untuk
mendapatkan objek penelitian (Suhartono W. Pranoto, 2006 : 11).
Metode itu sendiri berarti suatu cara, prosedur, atau teknik untuk mencapai suatu
tujuan secara efektif dan efesien. Metode, karenanya, merupakan salah satu ciri
kerja ilmiah (A. Daliman, 2012 : 27).
Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli di atas, maka metode merupakan suatu
cara, proses atau teknik untuk melakukan penelitian, demi untuk memperoleh
sebuah objek penelitian sejarah. maka metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian sejarah.
34
3.1.1 Metode Penelitian Sejarah
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan oleh penulis, maka metode
yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian sejarah.
Richard F. Clarice (1927:462) dalam bukunya Logic (London and New York,
1927) mengartikan metode sejarah sebagai sistem prosedur yang benar untuk
mencapai kebenaran sejarah (A. Daliman, 2012 : 28).
Kuntowijoyo (2003 : xix) mengemukakan pendapat bahwa metode sejarah
ialah petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis tentang bahan, kritik,
interpretasi, dan penyajian sejarah. Jadi, metode mempunyai hubungan
dengan prosedur, proses atau teknis yang sistematis dalam penyelidikan
suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang
diteliti. Dalam kaitannya dengan ilmu sejarah, dengan sendirinya berarti
“bagaimana mengetahui sejarah” ( Helius Sjamsuddin, 1996:03).
Menurut Gilbert J. Garragan, S.J (1957:33) dalam bukunya A Guide to
Historical Method mendefinisikan metode sejarah sebagai seperangkat asas
dan aturan yang sistematik yang didesain guna membantu secara efektif
untuk mengmpulkan sumber-sumber sejarah, menilainya secara krisis dan
menyajikan sintensis hasil-hasil yang dicapainya, yang pada umumnya
dalam bentuk tertulis (A. Daliman, 2012 : 27-28).
Berdasarkan pendapat diatas maka metode penelitian sejarah adalah suatu cara
yang sistematis untuk mendapatkan sumber-sumber sejarah yang akan kita teliti
dan mengetahui kebenaranya.
3.1.2 Langkah-langkah Penelitian Sejarah
Sebuah penelitian ilmiah pasti memilki langka-langkah dalam penulisannya, dan
dalam penulisan skripsi ini penulis mengunakan metode sejarah adapun langkah-
langkah penelitian sejarah adalah :
Louis Gottschalk (1987;18) menyimpulkan bahwa prosedur penelitian dan
penulisan sejarah bertumpu pada empat kegiatan pokok, yaitu:
35
1. Pengumpulan objek yang berasal dari dari suatu zaman dan pengumpulan
bahan-bahan tertulis dan lisan yang relevan
2. Menyingkirkan bahan-bahan yang tidak otentik
3. Menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya dari bahan-bahan yang
otentik
4. Penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi suatu kisah atau
suatu penyajian yang berarti(A. Daliman, 2012 : 28).
Nugroho Notosusanto (1964: 22-23) sesuai dengan langkah-langkah yang
diambil dalam keseluruhan prodesur, metode sejarah biasanya dibagi atas
empat kelompok kegiatan, yakni:
1. Heuristik, ialah kegiatan menghimpun sumber-sumber sejarah
2. Kritik (verifikasi), meneliti apakah sumber-sumber itu sejati, baik bentuk
maupun isinya
3. Interpretasi, untuk menetapkan makna dan saling-hubungan dari fakta-
fakta yang telah diverifikasi
4. Historiografi, penyajian hasil sintesis yang diperoleh dalam bentuk suatu
kisah sejarah.
Berdasarkan penjelasan langkah-langkah penelitian sejarah diatas, maka langkah-
langkah kegiatan penelitian sejarah yang akan peneliti lakukan adalah :
1. Heuristik
Langkah pertama yang di lakukan oleh peneliti dalam penelitian sejarah adalah
heuristik, Menurut terminologi heuristik (heuristic) dari bahasa Yunani
heuristiken = mengumpulkan atau menemukan sumber (Suhartono W. Pranoto,
2014 : 29). Heuristik, merupakan tahapan untuk mengumpulkan sumber-sumber
sejarah. Maka dalam tahapan ini, peneliti mencoba mencari sumber-sumber yang
berkaitan mengenai Perjuangan Tuanku Tambusai di Daerah Rokan Kanan (Dalu-
Dalu, Provinsi Riau) baik dalam bentuk catatan , buku sumber, literatur, arsip dan
sebagainya. Buku-buku dan jurnal sumber yang digunakan dalam penelitian ini,
antara lain :
36
1. Sejarah Nasional Indonesia Jilid IV pengarang Marwati Djoened
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto
2. Team Penyusun dan Penulis Sejarah Riau Universitas Riau,
Sejarah Daerah Riau sebuah Proyek Penelitian dan Pencatatan
Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
3. Kumpulan Pahlawan Indonesia Terlengkap penulis Mirnawati,
4. Perang Tuanku Tambusai Sang Harimau Rokan Melawan
Penjajah Belanda penyunting Juni Sjafrien Jahja,
5. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Riau dengan pengarang
Marleily Rahim Asmuni, Tuanku Imam Bonjol & Gerakan Padri
penulis K. Subroto,
6. Aktivitas Dakwah Tuanku Tambusai dalam Proses Perkembangan
dan Pembaharuan Islam di Daerah Rokan Hulu dan Sekitarnya
Awal Abad ke-19 penulis Ginda.
2. Kritik
Setelah selesai dilaksanakanya langkah pengumpulan sumber-sumber sejarah
dalam bentuk dokumen-dokumen maka yang harus dilaksanakan berikutnya
adalah mengadakan kritik (verifikasi) sumber ( A. Daliman, 2012 ; 64-65).
Peneliti melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah didapat untuk
menguji kevalidan, keaslian, dan kesahihannya.
Kritik merupakan tahapan untuk memeriksa apakah sumber-sumber yang telah
diperoleh apakah sumber itu merupakan sumber yang dikehandaki atau tidak.
Dalam hal ini, peneliti berusaha mencari informasi-informasi yang diperlukan
37
berdasarkan sumber yang telah diperoleh melalui refrensi buku, arsip, jurnal, data
yang diperoleh dari Perpustakaan Universitas Lampung dan Internet. Bentuk
kegiatan yang dilakukan penulis pada tahapan kritik misalnya dalam sebuah buku
sumber, peneliti mengambil beberapa kalimat atau paragraf yang sesuai dengan
penelitian agar dapat dijadikan sebagai sumber untuk memberikan argumentasi
pada tahapan interpretasi.
3. Interpretasi
Setelah peneliti mampu menghasilkan sumber yang valid dari langkah kritik,
maka langkah ke tiga adalah interpretasi, interpretasi adalah merangkai berbagai
sumber-sumber data yang telah dikritik menjadi satu kesatuan yang mampu
menerangkan objek penelitian (Nugroho Notosusanto, 1971 : 18). Peneliti akan
menafsirkan, mengaitkan dan mulai merekonstruksi hingga sumber-sumber
tersebut mampu menjadi sebuah cerita yang kronologis dan berkaitan dengan
objek penelitian yaitu Perjuangan Tuanku Tambusai. Interpretasi merupakan
tahapan/kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang sudah dikumpulkan.
4. Historiografi
Setelah melakukan heuristik, kritik (verifikasi), dan interpretasi langkah terakhir
yang dilakukan peneliti adalah penulisan atau historiografi. Penulisan sejarah
(historiografi) menjadi sarana mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang
diungkap, diuji (verifikasi) dan diinterpretasikan. Kalau peneliti sejarah bertugas
merekonstruksi sejarah masa lampau, maka rekonstruksi itu hanya akan menjadi
eksis apabila hasil-hasil pendirian tersebut ditulis (A. Daliman, 2012 : 99).
Dilangkah historiografi peneliti mulai menuangkan hasil penelitian ini kedalam
38
tulisan, yang nantinya akan peneliti jadikan sebagai tugas akhir perkuliahan. Di
tahap ini peneliti mengaitkan fakta-fakta sejarah tentang Perjuangan Tuanku
Tambusai yang telah diinterpretasikan dan kemudian peneliti menyampaikan
sintesis yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan dan disampaikan dalam
bentuk karya ilmiah atau tulisan tentan Tuanku Tambusai, merangkaikan fakta
berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan
sejarah sebagai kisah.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu konsep yang dibernilai, sedangkan variabel dalam suatu
penelitian merupakan hal yang paling utama karena merupakan suatu konsep
dalam suatu penelitian. Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi
inti perhatian suatu penelitian (Arikunto,1990:91).
Variabel adalah suatu atribut atau sifat nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 61). Menurut Ibnu Hadjar
variabel sebagai objek pengamatan atau fenomena yang diteliti (Ibnu Hadjar,
1996: 156).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka variabel penelitian adalah objek
yang menjadi pusat perhatian dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini
variabel yang digunakan adalah variabel tunggal dengan fokus penelitian pada
Perjuangan Tuanku Tambusai Dalam Melawan Penjajah Belanda di Daerah
Rokan Kanan Tahun 1820-1839.
39
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dan alat yang digunakan akan menentukan kualitas
penelitian. Teknik pengumpulan data adalah suatu kegiatan operasional agar
tindakannya masuk pada pengertian penelitian yang sebenarnya. (Subagyo, 2006 :
37). Oleh karena itu teknik pengumpulan data harus diusahakan cara yang cermat
dan memenuhi syarat-syarat pengumpulan data yang reabilitas dan validitas,
dengan demikian relevansi data yang diperoleh akan menentukan tujuan
penelitian, sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Untuk memperoleh data yang
relevan dan sesuai dengan masalah yang akan di bahas maka peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
3.3.1 Teknik Kepustakaan
Menurut Joko Subagyo teknik kepustakaan adalah suatu cara untuk mendapatkan
informasi secara lengkap serta untuk menentukan tindakan yang akan diambil
sebagai langkah penting dalam kegiatan ilmiah (Subagyo, 2006:109). Teknik yang
digunakan untuk memperoleh informasi tentang objek-objek yang diamati secara
terperinci melalui buku-buku yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti
sehingga memperluas pengetahuan dan menganalisa permasalahan.
Menurut Hadari Nawawi Teknik kepustakaan merupakan studi penelitian yang
dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh di
perpustakaan yaitu melalui buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti (Nawawi,1993: 133).
40
Sementara itu Menurut Mestika Zed, metode kepustakaan adalah serangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca
dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. (Mestika Zed, 2004 : 4)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka teknik kepustakaan adalah
mengumpulkan data-data serta informasi dengan bantuan material berupa buku-
buku, majalah, naskah, catatan-catatan, kisah sejarah, dokumen, jurnal,
ensiklopedia yang relevan dengan masalah penelitian yang sesuai dengan
kebutuhan penelitian.
Langkah-langkah dalam teknik kepustakaan:
1. Menyiapkan alat perlengkapan berupa pulpen dan kertas
2. Menyusun bibliografi kerja, yaitu catatan mengenai bahan sumber
utama yang akan dipergunakan untuk keputusan penelitian
3. Mencari daftar katalog tentang alat bantu bibiografi seperti: buku
bibliografi, ensiklopedia, kamus khusus, indek jurnal ( majalah dan
koran), katalog, daftar koleksi utama dan sumber lainnya
4. Mengatur waktu
5. Membaca dan membuat catatan penelitian (Mestika Zed, 2004: 17-
22).
3.3.2 Teknik Dokumentasi
Menurut pendapat Suharsimi Arikunto, 2002 : 206, teknik dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
biografi, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan lain
sebagainya.
Sementara itu menurut Basrowi dan Suwardi, mengatakan bahwa teknik
dokumentasi juga dapat diartikan sebagai suatu metode atau cara mengumpulkan
data yang menghasilkan catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, bukan berdasarkan perkiraan
(Basrowi dk, 2008:158).
41
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dengan menggunakan
teknik dokumentasi peneliti berusaha untuk mengumpulkan data yang berupa
catatan-catatan (dokumen) yang relevan dengan masalah yang diteliti.
3.4 Teknik Analisis Data
Setelah tahap pengumpulan data dilakukan maka hal selanjutnya yang dilakukan
peneliti adalah analisis data. Analisis data adalah bagian terpenting dalam metode
ilmiah, karena analisis data digunakan untuk memecahkan masalah penelitian.
Menurut Matt Holland, menyebutkan bahwa analisis data adalah suatu proses
menata, menyetrukturkan dan memaknai data yang tidak teratur (Matt Holland
dalam C. Daymon dan Immy Holloway, 2008 : 368).
Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka data yang terdapat dalam
penelitian ini adalah data kualitatif, dengan demikian tehnik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik analisis data kualitatif, menurut
Miles dan Huberman pengumpulan data kualitatif lebih memudahkan peneliti
untuk mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab
akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat serta memperoleh penjelasan
yang banyak dan bermanfaat (Miles dan Huberman, 1992 : 77). Pada penelitian
ini menggunakan metode analisis data yang dikembangkan oleh Miler dan
Huberman yang mencakup tiga tahapan yaitu; reduksi data, penyajian data, dan
verifikasi.
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstraksian
dan pentransformasian data kasar dari lapangan (Basrowi, 2008:209). Proses ini
42
berlangsung selama penelitian dilakukan dari awal sampai akhir penelitian.
Fungsinya untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan mengorganisasi sehingga interpretasi bisa ditarik. Dalam proses
reduksi dalam penelitian ini peneliti melakukan langkah:
a) Mengumpulkan data pustaka, arsip yang mendukung dan
mengumpulkan narasumber yang memiliki informasi tentang penelitian.
b) Memilah data dan sumber berdasarkan keotentikan dan kriteria.
c) Penelitian fokus kepada subyek dan obyek penelitian.
2. Penyajian data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan (Basrowi,
2008 : 209) Tujuannya adalah untuk memudahkan membaca dan menarik
kesimpulan. Dalam proses ini peneliti melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Mencari informasi mengenai obyek penelitian dan melakukan wawancara
dengan narasumber.
b) Mendeskripsikan hasil temuan dari pustaka maupun dari kegiatan
wawancara terhadap informan dan diorganisir dalam bentuk matriks yang
naratif.
3. Verifikasi
Verifikasi adalah penarikan kesimpulan yang dapat menjawab rumusan masalah
yang dirumuskan sejak awal sesuai dengan keadaan yang berkembang di lapangan
(Sugiyono, 2009 : 252). Verifikasi merupakan langkah ketiga analisis data pada
43
penelitian ini, penarikan kesimpulan ini bersifat hipotesis yang dilakukan,
kemudian apabila data yang telah disajikan didukung dengan data yang kuat maka
kesimpulan tersebut kredibel dan bermakna.
44
REFERENSI
Sayuti, Husin. 1998. Pengantar metodologi Riset. Jakarta : Fajar Agung. Halaman
32
Pranoto, Suhartono W. 2006. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Graha
Ilmu. Halaman 11
Daliman, A. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta : Ombak. Halaman 27
Sjamsudin, Helius. 1996. Metodologi Sejarah. Jakarta: Depdikbud. Halaman 3
Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. Halaman 79
Daliman, A. Op, Cit,. Halaman 28
Suryabrata, Sumadi.2012.Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali. Halaman 73
Notosusanto, Nugroho. 1984, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu
Pengalaman). Jakarta : Yayasan Penerbit UI. Halaman 11
Pranoto, Suhartono W. Op, Cit,. Halaman 29
Daliman, A. Op, Cit,. Halaman 64-65
Pranoto, Suhartono W. Op, Cit,. Halaman 36
Ibid,. Halaman 37
Notosusanto, Nugroho. Op, Cit,. Halaman 18
Daliman, A. Op, Cit,. Halaman 99
Arikunto, Suharsimi. 1990. Dasar-dasar evaluasi pendidikan, Jakarta : Bumi
Aksara. Halaman 91
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta. Halaman 61
Hadjar,Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi penelitian kwantitatif dalam
pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Halaman 156
Subagyo, Joko.P. 2006. Metode Penelitian : Dalam Teori dan Praktek. Jakarta
:Rineka Cipta. Halaman 37
45
Ibid., Halamana 109
Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Gajah
Mada University Press. Halaman 133
Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia. Halaman 17
Arikunto,Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta
: Bina Aksara. Halaman 206
Basrowi dan Suwardi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT.
Rineka Cipta. Halaman 158
Daymon, C dan Immy Holloway. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif dalam
Public Relation dan Marketing Communication. Yogyakarta : PT. Benteng
Pusaka. Halaman 368
Sjamsudin, Helius. Op, Cit,. Halaman 89
Abdurahman, Dudung. 2007.Metodologi Penelitian Sejarah.Yogyakarya: Ar-
Ruzz Media. Halaman 73
Pranoto, Suhartono W. Op, Cit,. Halaman 153
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.halaman 2
Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah: Pengantar Metode Sejarah
(Terjemahan). Jakart: Universitas Indonesia.halaman 39
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa perjuangan Tuanku Tambusai di daerah Rokan Kanan Tahun 1820-1839.
Merupakan perjuangan yang dimana sebuah perkompetitoran antara Belanda dan
Tuanku Tambusai yang sama-sama memiliki tujuan yang sama kuat, Tuanku
Tambusai sebagi pribumi berhak mempertahankan Tanah Airnya dari cengkraman
tanggan Belanda, yang dimana Belanda sendiri setelah kedatanganya ke Riau
melakukan banyak perluasaan keberbagai daerah tidak terkecuali daerah Rokan
Kanan (Dalu-Dalu, Rokan Hulu, Riau). Belanda yang dapat mengusai sebagian
Riau telah membuat sebuah peraturan yang dimana Belandalah yang menjadi
pemegang kekuasaan tertinggi di Rokan.
Perkompetitoran anatar Belanda dan Tuanku Tambusai yang dimana dilakukan
dua bentuk yakni non fisik dan fisik, bentuk non fisik yakni Dakwah yang
dilakukan Tuanku Tambusai dalam perjuanganya menyerang, diserang, dan
dipukul mundur oleh Belanda, Beliau melakukan Dakwahnya diberbagai daerah
singgahanya selama melawan Belanda. Bentuk fisik dari perkompetitoran ini
adalah perjuangan Tuanku Tambusai diberbagai daerah yang masuk dalam proses
competitor yakni :
80
1. Perjuangan fisik Tuaku Tambusai di Natal terjadi pada tahun 1823,
pengepungan pasukan Belanda di Natal melalui pedalaman Natal dan
pengepungan melalu jalur laut
2. Perjuangan Fisik Tuanku Tambusai di Rao terjadi pada September 1832,
perjuangan fisik di Rao merebutan Benteng Fort Amerongen
3. Perjuangan Fisik Tuanku Tambusai di Mandailing pada Tahun 1833,
Belanda yang berusaha mengajak damai Tuanku Tambusai di tolak secara
tegas,Belanda melancarkan serangan ke Mandailing pada malam hari.
4. Perjuangan Fisik Tuanku Tambusai di Air Bangis, pejuanga Tuanku
Tambusai di Air Bagis melakukan pengepungan pasukan Belanda di Natal
melalui pedalaman Natal dan pengepungan melalu jalur laut
5. Perjuangan Fisik Tuanku Tambusai di Bonjol, perjuangan di Bonjol
mengalami kekalahan dari pihak Padri dengan ditawana Tuanku Imam
Bonjol dan direbutnya Benteng Bonjol
6. Perjuangan Fisik Tuanku Tambusai di Dalu-Dalu, Benteng Tujuh Lapis
dapat dikuasai oleh Belanda dan Tuanku Tambusai, keluarga dan sisa
pasukanya melarikan diri ke Malaysia.
Setelah Belanda dapat memasuki Benteng Tujuh Lapis maka perjuangan Tuanku
Tambusai mulai dapat dipatahkan oleh Belanda, Belanda setelah dapat menguasai
Bentreng Tujuh Lapis. Pasukam Padari, Tuanku Tambusai dan beserta
keluarganya mundurnya Negara tetanga yakni Malaysia, dapat disimpulkan bahwa
Belanda lah sebagai pemenang dari competitor yang telah terjadi.
81
5.2 Saran
Perjuangan Tuanku Tambusai dalam melawan penjajah Belanda sangatlah luar
biasa. Oleh sebab itu penulis memberikan saran untuk beberapa pihak yang
terkaid anatar lain :
1. Kepada pemerintah Provinsi Riau, Provinsi Sumatra Barat, dan Sumatra
Utara semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi dalam
mengenang sejarah perjuangan Tuanku Tambusai dalam melawan penjajah
Belanda.
2. Menghargai jasa-jasa para pahlawan khususnya Tuanku Tambusai yang
telah berjuang dan mempertaruhkan hidupnya demi untuk dapatmengusir
penjajah dari Tanah Air kita yakni Indonesia.
3. Setiap Individu terkhusus mahasiswa Sejarah terus menanamkan rasa
Nasionalisme dan terus mempelajar isejarah bangsanya serta agar tidak
mudah terperdaya oleh hasutan-hasutan dari pihak yang tidak bertanggung
jawab hanya untuk kepentingan individu tersebut dan memecah belah
bangsa.
82
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1990. Dasar-dasar evaluasi pendidikan, Jakarta : Bumi
Aksara.
Arikunto,Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta
: Bina Aksara.
Asmuni, Marleily Rahim. 1982/1983. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah
Riau . Riau : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Basrowi dan Suwardi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Dahlan, Abdul Azis. 1996. Ensiklopedi Hukum Islam V. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoever.
Daliman, A. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta : Ombak.
Daymon, C dan Immy Holloway. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif dalam
Public Relation dan Marketing Communication. Yogyakarta : PT. Benteng
Pusaka.
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. 1982/.1983. Sejarah Kebangkitan
Nasional Daerah Riau. Jakarta
………., Fiqh al-Zakat, Terj. Salman Harun dkk, Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa, 2006.
G.Moedjanto. 1988. Indonesia Abad Ke-20. Buku I. Yogyakarta. Kanisius. Ha
Gerald O’Collins, Edward G.Farrungia. 2000. Kamus Teologi, tej. Suharyo,
(Yogyakarta: Kanisius) cet V
Ginda. 2013. Aktivitas Dakwah Tuanku Tambusai dalam Proses Perkembangan
dan Pembaharuan Islam di Daerah Rokan Hulu dan Sekitarnya Awal
Abad ke-19. UIN Suska Riau
Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah : Pengantar Metode Sejarah
(Terjemahan). Jakarta : Universitas Indonesia
Hoetomo M.A. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Mitra
Pelajar.
83
Hadjar, Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi penelitian kwantitatif dalam
pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Jahja, Juni Sjafrien. 2015. Perang Tuanku Tambusai Sang Harimau Rokan
Melawan Penjajah Belanda. Jakarta : Visimedia.
Kansil, C.S.T. dan Julianto. 1988. Sejarah Perjuangan dan Pergerakan
Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Tirta Wacana.
Kuntowijoyo. 1995. Penghantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Yayasan Bentang
Budaya.
Lutfi, Muchtar, Suwardi MS., dkk. 1977. Sejarah Riau. Pekanbaru : Percetakan
Riau.
Miles, Matthew B dan huberman, A Michael. 1992. Analisis Data
Kualitatif. Jakarta. Universitas Indonesia Press
Minawarti. 2012. Kumpulan Pahlawan Indonesia Terlengkap. Jakarta : CIF
Muljana, Slamet. 1983. Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit.
Intiidayu : Jakarta.
Muhaimin, Yahya A. 1982. Perkembangan Militer Dan Politik Di Indonesia
1945-966. Gajah Mada University Press.
Nugroho, Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Notosusanto, Nugroho. 1984, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu
Pengalaman). Jakarta : Yayasan Penerbit UI.
Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Gajah
Mada University Press.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah
Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta : Balai Pustaka.
Pranoto, Suhartono W. 2014. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Rohimin. 2006. Jihad Makna & Hikmat . Jakarta : Penerbit Erlangga.
Sagimun MD. 1989. Peranan Pemuda. Jakarta : Bina Aksara.
Sayuti, Husin. 1998. Pengantar metodologi Riset. Jakarta : Fajar Agung
Sjamsudin, Helius. 1996. Metodologi Sejarah. Jakarta: Depdikbud
Subroto. K. 2015. Tuanku Imam Bonjol & Gerakan Padri. Lembaga Kajian
Syamina.
84
Sudiyo. 2004. Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan
Kemerdekaan. Jakarta : Rineka Cipta.
Subagyo, Joko.P. 2006. Metode Penelitian : Dalam Teori dan Praktek. Jakarta
:Rineka Cipta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Syah, Iskandar. 2005. Sejarah Nasional Indonesia. Bandar Lampung : Penerbit
Universitas Lampung
Syair, Amwar, Umar Amin, Ahmad Yusuf., dkk. 1977/1978. Sejarah Daerah
Riau. Jakarta : PN Balai Pustaka.
Tirtoprojo, Susanto. 1982. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Jakarta: PT.
Pembangunan.
Yusfa Hendra Bahar, fitra Arda. 2014: Benteng Tujuh Lapis Dalu-dalu. Balai
Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau.
Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Universitas Sumatar Utara. 2013. Gambaran Umum : Sejarah Daerah Riau.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41632/Chapter%20
II.pdf?sequence=4&isAllowed=y. (Diakses pada kamis 25 Januari 2018
pukul 08.59 wib).
https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/sumatera/sibayak-sarinembah-
kerajaan-karo/peta-kerajaan-kerajaan-riau-abad-ke-19/(diakses senin 18
Desember 2017 pukul 04.00 WIB).
https://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/benarkah-si-raja-batak-
nenek-moyang-bangso-batak-dan-toba-induk-bangso-batak-6-
habis_569e70f7747a61b70bb1b002 (Diakses pada senin 18 Desember
2017 pukul 05.15 WIB).
https://nusantara-budaya-indonesia.blogspot.co.id/2012/06/sumatera-barat.html
(Diakses pada senin 18 Desember 2017 pukul 05.30 WIB).
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/08/seputar-pengertian-
perjuangan.html (Diakses pada Jumat 20 April 2018 pukul 21.00 wib)
http://wartasejarah.blogspot.co.id/2013/10/perjuangan-tuanku-tambusai.html
(Diakses pada Jumat 20 April 2018 pukul 21.10 wib).
Jihad%20fi%20sabilillah%20%20Wikipedia%20Bahasa%20Melayu,%20ensiklop
edia%20bebas.html (Diakses pada Senin 18 September 2018 pukul 08.15
wib).
85
Mukilim 2017. http:/ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/nuansa/article/view/65
(Diakses pada Senin 18 September 2018 pukul 08.00 wib).
F Firdaus. 2014. http://digilib.uinsby.ac.id/550/5/Bab%202.pdf. Halaman 25
(Diakses pada Senin 18 September 2018 pukul 08.00 wib).