Top Banner
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN DI DESA PASIR PUTIH KECAMATAN SAWA KABUPATEN KONAWE SKRIPSI O L E H : A S N I Stb. 201 221 068 Pembimbing I MUH. AMIN, SE. MS NIP. 131 430 503 Hj. HALIS WIATI, SE., MS NIP. 132 133 706 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat merupakan satu rangkaian dari tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan pembangunan nasional guna mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan yang dicapai untuk memberdayakan masyarakat selalu mengarah pada pemenuhan kebutuhan hidup baik kebutuhan sandang maupun kebutuhan pangan. Pemenuhan kebutuhan hidup dapat dilakukan secara berkelompok atau sendiri-sendiri namun akhirnya akan kembali kepada diri individu masing-masing seperti kebutuhan akan bahan makanan (ikan, beras, pakaian, air bersih) dan kebutuhan lainnya. Adanya persepsi terhadap pemenuhan kebutuhan tersebut, maka setiap orang dituntut oleh kebutuhannya sendiri untuk bekerja dan mencari sumber pendapatan guna memenuhi kebutuhannya baik melalui usaha sendiri maupun bekerja pada instansi pemerintah maupun swasta sesuai dengan kemampuannya. Lapangan kerja dan kesempatan kerja yang terbatas memacu masyarakat untuk membuka lapangan kerja dengan menggunakan modal kerja dan peralatan serta fasilitas kerja yang digunkan untuk menunjang kelancaran usaha tersebut. Usaha yang dilakukan tersebut tentunya mengarah pada perbaikan ekonomi rumah tangga dan pekerjanya. Pekerjaan yang dilakukan dalam setiap kegiatan usaha bertujuan pada peningkatan pendapatan. .Tinggi rendahnya pendapatan seseorang dalam bekerja ditunjang oleh faktor pendidikan, keterampilan, kemampuan kerja, disiplin kerja, dan pengalaman kerja serta faktor pribadi, sikap keluarga dan budaya yang membentuk diri setiap individu. Faktor-faktor ini bagi orang awam tidak diperhitungkan, namun bagi orang berpengetahuan, diperhitungkan apalagi mereka mempunyai pekerjaan dan menggunakan tenaga kerja, faktor-faktor tersebut diperhitungkan dengan matang sehingga mereka tidak mengalami kerugian akibat kelalaian tenaga kerja. Sehubungan dengan lapangan kerja, atau mata pencaharian, masyarakat yang berada di wilayah pesisir mempunyai mata pencaharian sebagian besar sebagai nelayan, kegiatan tersebut ditunjang oleh lingkungan alam dan sumberdaya yang PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com
25

Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

Jun 25, 2015

Download

Documents

breemerj5626

Pembangunan daerah tertinggi di Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe Utara sangat besar manfaatnya untuk menjadi kota yang besar dibagian utara Sulawesi Tenggara
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN DI DESA PASIR PUTIH KECAMATAN

SAWA KABUPATEN KONAWE

SKRIPSI

O L E H :

A S N I

Stb. 201 221 068

Pembimbing I MUH. AMIN, SE. MS NIP. 131 430 503 Hj. HALIS WIATI, SE., MS NIP. 132 133 706

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat merupakan satu

rangkaian dari tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan

tujuan pembangunan nasional guna mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan yang

dicapai untuk memberdayakan masyarakat selalu mengarah pada pemenuhan

kebutuhan hidup baik kebutuhan sandang maupun kebutuhan pangan.

Pemenuhan kebutuhan hidup dapat dilakukan secara berkelompok atau

sendiri-sendiri namun akhirnya akan kembali kepada diri individu masing-masing

seperti kebutuhan akan bahan makanan (ikan, beras, pakaian, air bersih) dan

kebutuhan lainnya. Adanya persepsi terhadap pemenuhan kebutuhan tersebut, maka

setiap orang dituntut oleh kebutuhannya sendiri untuk bekerja dan mencari sumber

pendapatan guna memenuhi kebutuhannya baik melalui usaha sendiri maupun bekerja

pada instansi pemerintah maupun swasta sesuai dengan kemampuannya.

Lapangan kerja dan kesempatan kerja yang terbatas memacu masyarakat

untuk membuka lapangan kerja dengan menggunakan modal kerja dan peralatan serta

fasilitas kerja yang digunkan untuk menunjang kelancaran usaha tersebut. Usaha

yang dilakukan tersebut tentunya mengarah pada perbaikan ekonomi rumah tangga

dan pekerjanya.

Pekerjaan yang dilakukan dalam setiap kegiatan usaha bertujuan pada

peningkatan pendapatan. .Tinggi rendahnya pendapatan seseorang dalam bekerja

ditunjang oleh faktor pendidikan, keterampilan, kemampuan kerja, disiplin kerja, dan

pengalaman kerja serta faktor pribadi, sikap keluarga dan budaya yang membentuk

diri setiap individu. Faktor-faktor ini bagi orang awam tidak diperhitungkan, namun

bagi orang berpengetahuan, diperhitungkan apalagi mereka mempunyai pekerjaan dan

menggunakan tenaga kerja, faktor-faktor tersebut diperhitungkan dengan matang

sehingga mereka tidak mengalami kerugian akibat kelalaian tenaga kerja.

Sehubungan dengan lapangan kerja, atau mata pencaharian, masyarakat yang

berada di wilayah pesisir mempunyai mata pencaharian sebagian besar sebagai

nelayan, kegiatan tersebut ditunjang oleh lingkungan alam dan sumberdaya yang

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 2: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

2

tersedia di wilayah tersebut. Wilayah pesisir yang ditujukan merupakan wilayah yang

berada pada daratan yang berbatasan dengan laut atau pengaruh suasana laut

Umumnya desa-desa di Sulawesi Tenggara berada di wilayah pesisir dan salah

satunya adanya Desa Pasir Putih di Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe. Desa

Pasir Putih terletak pada daerah dataran dengan ketinggian antara 0 - 4 m dari

permukaan laut. Masyarakat di desa ini mempunyai matapencaharian sebagai nelayan

penangkap ikan. Kondisi wilayah desa ini terdiri dari berbagai potensi alam seperti

hasil perkebunan kelapa dan kopi serta jambu, namun sebagian besar masyarakat di

desa Pasir Putih juga meluangkan waktunya untuk mencari ikan di laut guna

menambah pendapatan mereka.

Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh masyarakat pesisir,

menggunakan peralatan tangkap seperti perahu motor, jaring, pancing dan umpan.

Kegiatan ini dilakukan di tengah laut, tepatnya pada lokasi dimana terdapat sumber

ikan yang akan ditangkap oleh nelayan. Kegiatan penangkapan dilakukan secara

berkelompok sesuai dengan sarana perahu motor yang ada dan juga terdapat

sebagian masyarakat yang melakukan penangkapan sendiri dengan peralatan

sederhana seperti kail dan pancing.

Hasil tangkapan ikan diperoleh para nelayan, baik secara kelompok maupun

perorangan dijual secara langsung kepada masyarakat. Jenis ikan yang ditangkap

terdiri dari ikan ekor kuning, ikan tenggiri, ikan layang, ikan katamba dan ikan kerapu.

Jenis ikan tersebut diperoleh dari kegiatan nelayan yang ada di Desa Pasir Putih.

Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Pasir

Putir selama ini menggunakan tenaga kerja yang bekerja pada jam operasi perahu

untuk proses penangkapan ikan. Selain itu jenis umpan yang digunakan untuk disebar

dalam proses penangkapan. Umpan biasanya terbuat dari udang, cumi dan ikan teri

yang dicampur menjadi satu. Banyaknya umpan yang digunakan dalam kegiatan

penangkapan ikan tergantung pada jam operasi peragu, semakin lama jam operasi

perahu, semakin banyak umpan yang dibutuhkan. Hasil tangkapan ikan tersebut

dipasarkan kepada masyarakat dengan tingkat harga jual berdasarkan jenis ikan

untuk memperoleh pendapatan guna meningkatkan kelangsungan usaha penangkan

ikan.

Selain itu hasil tangkapan yang diperoleh dari kegiatan penangkapan ikan ini

dijual kepada masyarakat dengan tingkat harga yang disesuai untuk setiap jenis ikan

hasil tangkapan tersebut. Hal ini menjadi sumber pendapatan serta dapat

meningkatkan kegiatan nelayan dalam proses penangkapan ikan di Desa Pasir Putih..

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk

meneliti lebih lanjut dengan mengangkat judul Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Nelayan di Desa Pasir Putih Kecamatan Sawa

Kabupaten Konawe

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka permasalahan

dalam penelitian ini adalah : Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat

pendapatan nelayan di Desa Pasir Putih Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan di Desa Pasir Putih Kecamatan Sawa

Kabupaten Konawe

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 3: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

3

1.3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1. Sebagai bahan masukkan bagi masyarakat nelayan di Desa Pasir Putih dalam

rangka pengembangan usaha penangkapan ikan.

2. Sebagai bahan masukkan bagi pengambilan kebijaksanaan dalam rangka

pengembangan usaha penangkapan ikan di Desa Pasir Putih.

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan

penelitian ini

1.4. Ruang Lingkup

Penelitian ini dikaji dan dibahas dalam ruang lingkup tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan nelayan pesisir pantai di Desa Pasir Putih

Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe yang meliputi harga jual ikan, biaya umpan,

jumlah tenaga kerja dan jam operasi perahu..

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ekawani Susanti (2000) tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan ikan di Desa Bungi Kecamatan

Wajo Kabupaten Buton dengan menggunakan analisis regresi berganda menyimpulkan

bahwa tenaga kerja, modal kerja, biaya dan jumlah umpan mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap hasil tangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di Desa Bungi.

Persamaan dengan penelitian ini adalah meneliti tentang kegiatan

penangkapan ikan sebagai salah satu matapencaharian yang menunjang ekonomi

masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan ikan, dengan memperhatikan

faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usaha tersebut.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan nelayan, dimana faktor-faktor tersebut mempunyai hubungan yang tidak

dapat dipisahkan satu dengan yang lain dan yang akan diteliti faktor mana yang

signifikan, oleh karena itu dilakukan penelitian ini sebagai penelitian yang bersifat

teorikal atau penelitian yang didasarkan pada teori-teori dan pengalaman masa lalu.

2.2. Konsep Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir dalam kajian ilmu ekonomi, menurut Suparmoko, (1992 : 23)

bahwa wilayah atau daerah yang terletak di pesisir pantai dengan tinggi dataran

antara 0 – 5 m dpl (dari permukaan laut). Wilayah ini sering ditumbuhi tanaman

bakau dan berbatu karang.

Winkel, (1993 : 110) mengemukakan bahwa wilayah pesisir cenderung berada

pada garis tepi laut dengan kondisi alam yang dikelilingi oleh daerah pantai.

Dikemukakan pula bahwa perekonomian pada wilayah pesisir pada umumnya berjalan

lambat dan tingkat pendidikannya rendah oleh karena minimnya sumber daya

masyarakat pesisir.

Jarwanto, (1995 : 2) mengemukakan bahwa wilayah pesisir dapat menjadi

sumber pendapatan bila wilayah tersebut dikelola dan dimanfaatkan sumberdaya

alamnya mulai dari sumberdaya manusia sebagai nelayan hingga sumberdaya alam

seperti hasil laut dan perikanan.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 4: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

4

Dalam penelitian ini konsep dari Jarwanto telah dilakukan secara klasual oleh

masyarakat di Desa Pasir Putih, namun belum mengarah pada pengembangan usaha

yang optimal. Hal ini menunjukkan bahwa teori dapat dilakukan secara sengaja

maupun tidak sengaja.

Definisi atau pengertian wilayah pesisir dikemukakan oleh Purwadarminta

(1993 : 228) sebagai sebuah wilayah yang terdiri dari sejumlah ekosistem yang

saling berhubungan atau bergantung untuk mempertahankan hidup.

Definisi tersebut mengarah pada konsep lingkungan wilayah pesisir dengan

habitat di dalam lingkungan tersebut yang hidupnya saling bergantungan. Adanya

sinergi di antara habitat dalam ekosistem tersebut membuat lingkungan wilayah

pesisir menjadi wilayah yang khusus.

2.3. Pengertian Perikanan

Bagi masyarakat, perikanan sebagai suatu usaha yang dilakukan dalam bentuk

tertentu, antara lain :

1. Penangkapan ikan dan udang di laut, rawa-rawa dan sungai yang dilakukan oleh para nelayan.

2. Pemeliharaan ikan dan binatang air lainnya yang dilakukan pada tambak, sawah,

kolam-kolam air dan lain sebagainya.

Menurut Mubyarto (1992 : 56) memberikan pengertian perikanan, yaitu : perikanan

merupakan segala usaha penangkapan, budidaya, serta pengolahan sampai

pemasaran hasilnya. Sedangkan yang dimaksud dengan sumber perikanan adalah

binatang dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di perairan baik darat maupun laut.

Jadi perikanan di sini diartikan sebagai suatu kegiatan yang meliputi

penangkapan, budidaya, pengolahan dan pemasarannya.

Lebih lanjut menurut Syamsuddin, AR (1994 : 64), memberikan pengertian

perikanan adalah daya mengelola untuk menggali sumber-sumber hayati perairan

guna dimanfaatkan bagi kepentingan dan kebutuhan hidup.

Selain itu menurut Slamet Soesono (1994 : 27), pengertian perikanan adalah

salah satu kegiatan dalam bidang penangkapan atau pemeliharaan ikan dan binatang

air lainnya serta beberapa tanaman air yang mempunyai arti ekonomi.

Dari ketiga kutipan tersebut di atas, maka sektor perikanan tidak lain adalah

salah satu kegiatan bidang ekonomi yang menitik beratkan pada pemanfaatan sumber

daya perairan untuk memenuhi kebutuhan penduduk atau masyarakat luas.

Pengertian lain tentang perikanan yang dikemukakan oleh Enteng

Sastraatmaja (1994 : 3), bahwa perikanan adalah alat pemerintah untuk memberikan

penjelasan-penjelasan pada masyarakat nelayan di dalam hal mencapai produksi yang

setinggi-tingginya sesuai dengan tujuan pemerintah.

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan

bahwa perikanan itu tidak hanya meliputi penangkapan dan pemeliharaan atau

pembudidayaan ikan saja akan tetapi menyangkut penangkapan dan pemeliharaan

binatang air lainnya serta pembudidayaan tanaman air.

2.4. Pengertian dan Konsep Pendapatan

Dalam menguraikan pengertian pendapatan, penulis akan bertitik tolak pada

2 aspek yaitu pengertian pendapatan hubungannya dengan rumah tangga negara/

daerah (pendapatan negara/regional). dan pengertian pendapatan dalam hubungan

seseorang warga masyarakat secara individu (pendapatan warga

negara/masyarakat).

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 5: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

5

Untuk memberikan pengertian pendapatan dalam hubungannya dengan

negara/daerah (pendapatan nasional/regional), maka menurut Sadono Sukirno (1993 :

138), pendapatan didefinisikan sebagai nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa yang

diproduksi sebagai nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa yang diproduksikan suatu

negara dalam satu tahun tertentu.

Dari definisi yang dikemukakan di atas, maka yang dimaksud dengan

pendapatan nasional atau regional adalah jumlah nilai produksi barang dan jasa yang

dihasilkan oleh suatu negara atau daerah dalam satu periode tertentu. Dengan

demikian istilah pendapatan nasional adalah mewakili arti produk domestik bruto atau

produk nasional bruto. Produk domestik bruto merupakan jumlah barang dan jasa

yang dihasilkan oleh faktor-faktor yang ada di dalam suatu negara serta faktor-faktor

negara asing misalnya penanaman modal asing sedangkan produk nasional bruto

merupakan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor produksi yang ada di

dalam negeri maupun yang berada di luar negeri misalnya tenaga kerja.

Dalam pembicaraan secara umum apabila dinyatakan pendapatan nasional,

yang dimaksud adalah produk nasional atau produk domestik bruto. Sadono Sukirno

(1993 : 123). Dari kutipan ini, dapat diketahui bahwa meskipun banyak istilah dalam

menggambarkan pendapatan nasional suatu negara, namun pada dasarnya

pendapatan nasional dalam artian lain adalah nilai barang-barang jadi dan jasa-jasa

yang dihasilkan dalam suatu perekonomian yang dihitung berdasarkan nilai uang dari

barang-barang dan jasa-jasa itu.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka pada dasarnya

pendapatan seseorang warga masyarakat sudah inklusif dalam pendapatan

nasional/regional, hal ini dapat dipahami mengingat warga masyarakat/penduduk yang

ada di suatu negara atau daerah adalah merupakan pemilik faktor-faktor produksi

yang digunakan dalam suatu proses produksi di suatu negara / daerah. Menurut

Sadono Sukirno, (1993 :126) income atau pendapatan dari seorang warga

masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya

kepada sektor-sektor produksi.

Di sini pendapatan seseorang diartikan sebagai hasil penjualan faktor-faktor

produksi yang dimilikinya. Ini mengandung pengertian bahwa besar kecilnya

pendapatan seseorang akan ditentukan oleh 2 hal yaitu :

1. Jumlah faktor produksi atau kekayaan yang dimilikinya

2. Harga zat perunit dari setiap kekayaan atau faktor-faktor produksi yang dimilikinya.

2.5. Aspek-Aspek Produksi

Secara umum produksi diartikan sebagai aktivitas untuk menciptakan barang

dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia, jadi produksi adalah aktivitas yang

menciptakan atau menambahkan utility suatu barang dan jasa untuk memenuhi

kebutuhan manusia.

Sofyan Assauri (1993 : 54 ) mengemukakan bahwa produksi adalah

kegiatan menciptakan atau menambah kegunaan ( utility ) sesuatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber – sumber ( tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dan

modal ) yang ada.

Sedangkan Wasis ( 1992 : 40 ) menjelaskan bahwa produksi adalah

perubahan bahan atau komponen (produksi) menjadi barang jadi dengan menggunakan

peralatan mesin.. I Gusti (1994 : 19 ) mengemukakan bahwa produksi adalah

sebagai hasil dari proses aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan sumberdaya yang

tersedia serta yang memiliki potensi sebagai faktor produksi.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 6: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

6

Fadholi Hermanto ( 1995 : 32 ) mengemukakan bahwa produksi adalah suatu

proses untuk memenuhi kebutuhan untuk menyelenggarakan jasa- jasa lain yang

dapat memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena itu produksi merupakan tindakan

manusia untuk menciptakan atau menambah nilai guna barang sesuai dengan yang

dikehendaki.

Menurut Mubyarto (1992 : 25) produksi petani adalah hal yang diperoleh

sebagai akibat bekerjanya faktor produksi tanah, modal, dan tenaga kerja secara

simultan.

Dalam melakukan usahatani, seorang pengusaha atau katakanlah seorang

petani akan selalu berpikir bagaimana mengalokasikan input seefisien mungkin untuk

memperoleh produksi yang maksimal. Cara pemikiran yang demikian adalah wajar,

mengingat petani melakukan konsep bagaimana memaksimumkan keuntungan. Dalam

ilmu ekonomi cara berpikir demikian sering disebut dengan pendekatan maksimum

keuntungan atau profit maximization.

Kartosapoetra (1992 : 43 ) mengemukakan bahwa produksi merupakan hasil

yang diperoleh yang berkaitan dengan berlangsungnya proses produksi. Kuantitas

dan kualitas hasil (output) tersebut tergantung pada keadaan input yang telah

diberikan. Jadi antara input dan output terdapat kaitan yang jelas dan tertentu.

Dalam bidang pertanian istilah yang dimaksud yaitu hasil dari pekerjaan

beberapa faktor produksi secara sekaligus Mubyarto (1992 : 30), oleh karena itu

faktor-faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap produksi khususnya lahan, dan

modal. Dimana istilah lahan yang dimaksud mengandung dimensi luas lahan, tingkat

kesuburan dan faktor-faktor lain yang melekat dalam faktor lahan itu sendiri.

Soekartawi dkk (1996 : 78) mengemukakan bahwa dalam menghitung

produksi usahatani biasanya dibedakan antara konsep produksi per unit usahatani

(cabang usahatani ) oleh produksi total usahatani. Produksi per unit usahatani adalah

kuantitas hasil yang dipergunakan pada suatu jenis usahatani selama satu periode

tertentu.

Produksi ditinjau dari segi teknis merupakan suatu proses pendayagunaan

faktor-faktor produksi dengan harapan hasil yang dicapai lebih dari pengorbanan yang

dikeluarkan. Selain itu dikemukakan oleh Sofyan Assauri, (1993 : 48) bahwa

produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan

sesuatu barang atau jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi

yang dalam ilmu ekonomi berupa, tenaga kerja, modal dan skill.

Aspek-aspek produksi adalah semua barang ,baik yang disediakan oleh alam

maupun yang diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi

berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan. Bishop dan Toussaint, (1993 : 20)

Sofyan Assauri (1993 : 84) mengemukakan bahwa faktor-faktor produksi

adalah sejumlah input yang menjadi dasar dalam kegiatan produksi, apabila salah

satu faktor tidak dipenuhi, maka kegiatan produksi tidak dapat berlangsung. Dengan

kata lain faktor produksi merupakan sumberdaya yang saling mempengaruhi dalam

kegiatan produksi dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya..

Bishop dan Toussaint (1992 : 27) memberikan definisi fungsi produksi adalah

suatu hubungan matematis yang menggambarkan suatu cara dimana jumlah dari

hasil produksi tertentu tergantung pada jumlah input tertentu yang dipergunakan.

Sedangkan Winardi (1992 : 12) mengemukakan bahwa fungsi produksi

merupakan sebuah schedule (suatu tabel persamaan matematis) yang menunjukkan

hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor- faktor produksi.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 7: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

7

Menurut Soekartawi (1996 : 3) fungsi produksi merupakan hubungan antara

faktor produksi (input) dan produk (output). Hubungan antara input dan output ini

disebut dengan “Faktor Relationship” (FR). Dalam rumus matematis, FR ini dapat

dituliskan sebagai berikut :

Y= f (x1 , x2, ………xf,………xn )

Dimana :

Y : produk atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi x, dan

X : faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi y.

Sadono Sukirno (1993 :152 ) menyebutkan bahwa kaitan antara faktor faktor

produksi dengan tingkat produksi yang diciptakan dinamakan fungsi produksi.

Selanjutnya fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut :

Q: f ( K L R T )

Dimana;

Q : Jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor –faktor produksi

K : Jumlah stok modal

L : Tenaga Kerja

R : Kekayaan alam

T : Tingkat tehnologi yang digunakan

Pengertian lain tentang fungsi produksi yang dikemukakan oleh Ami Sudarma

(1992 : 8), bahwa fungsi produksi adalah suatu schedule (tabel persamaan

matematis) yang menggambarkan jumlah output maksimum yang dihasilkan dari

suatu faktor produksi tertentu dan pada tingkat teknologi tertentu pula, singkatnya

faktor produksi adalah katalok kemungkinan hasil produksi.

Selanjutnya Bruce R. Beattic- O.Robbert Tailor (1994: 4) mengemukakan

tentang pengertian fungsi produksi sebagai sebuah definisi matematis atau

kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan- kemungkinan produksi teknis yang

dihadapi oleh suatu perusahaan. Fungsi produksi memberikan output maksimum

dalam pengertian fisik dari tiap –tiap tingkat input dalam pengertian fisik.

Menurut Scheldland, (1995 : 112) faktor produksi adalah bahan baku, tenaga

kerja, modal peralatan yang dihubungkan menjadi satu kesatuan dalam proses

produksi dengan menjalankan fungsi produksi untuk menghasilkan output yang

diinginkan.

Berdasarkan pendapat–pendapat dan teori yang telah dikemukakan, terlihat

bahwa fungsi produksi adalah merupakan hubungan antar macam–macam input

dengan output disamping hubungan tersebut terdapat pula kombinasi faktor input

yang menghasilkan faktor output. Dengan kata lain bahwa besar kecilnya faktor

output yang diperoleh tergantung dari banyaknya faktor –faktor produksi yang

digunakan.

Sebagaimana yang telah dikemukakan tentang produksi dan fungsi produksi,

maka berikut ini akan kami kemukakan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

produksi. Ada beberapa faktor yang menentukan dan sangat berpengaruh dalam

suatu produk dalam hal ini keberhasilan suatu produk,. seperti ; tanah, bahan baku,

peralatan, modal, tenaga kerja, dan skill. Faktor-faktor produksi ini tidak dapat

dipisahkan dalam proses produksi, baik itu produksi dalam industri besar maupun

industri kecil seperti industri tegel.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 8: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

8

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka berikut ini akan kami kemukakan

beberapa faktor yang mempengaruhi produksi dan akan diuraikan pentingnya masing–

masing faktor produksi yang dimaksud.

2.6. Kerangka Pikir

Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan dan masyarakat yang

ada di Desa Pasir Putih merupakan sumber mata pencaharian yang menunjang

pendapatan masyarakat yang ada di desa tersebut. Kegiatan nelayan di desa Pasir

Putih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terdiri dari harga jual ikan, jumlah ikan ,

jumlah nelayan, dan peralatan tangkap yang digunakan. Faktor-faktor tersebut

merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan yang faktor alam seperti arus air

laut (gelombang), angin, dan faktor lain yang tidak diperhitungkan dan terjadi dalam

waktu yang tidak menentu.

Faktor harga dan jumlah tangkapan merupakan faktor yang juga memberikan

pengaruh terhadap pendapatan nelayan yang diperoleh dari hasil penjualan ikan.

Untuk menganalisis penelitian ini digunakan analisis regrasi linear berganda

untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan pesisir

pantai. Dengan demikian diperoleh rekomendasi tentang peningkatan pendapatan

nelayan pesisir pantai di Desa Pasir Putih Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe.

Untuk jelasnya dapat disajikan pada skema berikut :

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 9: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

9

Skema 1.

Kerangka Pikir

2.7. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian inin, maka

hipotesis penelitian adalah tingkat pendapatan nelayan dipengaruhi oleh harga jual

ikan, biaya umpan, jumlah tenaga kerja, dan jam operasi perahu.

Hipotesis kerja

Ho = Tidak ada pengaruh harga ikan, jumlah tenaga kerja, biaya umpan, dan jam

operasi perahu terhadap pendapatan nelayan

Ha = Ada pengaruh harga ikan, jumlah tenaga kerja, biaya umpan, dan jam operasi

perahu terhadap pendapatan nelayan

Nelayan di Pesisir Pantai Desa Pasir Putih

KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan. - Harga Jual Ikan - Biaya Umpan - Jumlah Tenaga Kerja - Jam Operasi

ALAT ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

REKOMENDASI

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 10: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

10

Syarat penerimaan hipotesis :

Tolak Ho, terima Ha jika thiutng > ttabel

Terima Ho, Tolak Ha jika thiutng < ttabel

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Pasir Putih Kecamatan Sawa dengan

pertimbangan bahwa masyarakat di desa ini mempunyai mata pencaharian sebagian

besar sebagai nelayan.

3.2. Jenis dan Sumber Data

3.2.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer meliputi data jumlah nelayan, umpan ikan, perahu motor,

harga jual ikan dan jumlah ikan.

b. Data sekunder meliputi data harga ikan dan jenis ikan serta data lain yang

relevan dengan penelitian ini.

3.2.2. Sumber Data

Data primer yang dikumpulkan, bersumber dari obyek penelitian

sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi lainnya yang berhubungan

dengan penelitian ini.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah seluruh nelayan yang ada di Desa Pasir Putih

Kecamatan Sawa yang memiliki pekerjaan utama sebagai nelayan yakni berjumlah 40

orang, sehingga teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus atau

sampel adalah keseluruhan dari jumlah populasi.

3.4. Tehnik Pengumpulan Data

a. Wawancara, yakni mengadakan wawancara langsung dengan masyarakat nelayan

pesisir pantai di Desa Pasir Putih tentang hal-hal yang berhubungan dengan

penelitian ini.

b. Kuisioner, yaitu mengadakan tanya jawab tertulis dengan menggunakan lembaran

pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian.

c. Dokumentasi yakni mengadakan pengamatan terhadap data-data yang telah

didokumentasikan pada Kantor Desa Pasir Putih, dan Instansi yang terkait

dengan penelitian ini.

3.5. Peralatan Analisis

Untuk menjawab permasalahan/menguji hipotesis digunakan analisis regresi

linear berganda dengan formulasi :

1. Model Regresi Linear Berganda. Djawarto PS, (1984: 168)

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e

Keterangan :

Y = Pendapatan Bersih (Rp.)

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 11: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

11

a = Konstanta

X1 = Harga ikan (Rupiah/per kg)

X2 = Biaya Umpan (dalam satuan rupiah)

X3 = Jumlah Tenaga Kerja (Rp)

X4 = Jam operasi kapal (dalam satuan jam)

b1 , b2 , b3 , b4 = Koefisien Regresi

e = Disturband error

Hasil perhitungan regresi linear berganda akan diuji dengan menggunakan uji

F, untuk menguji pengaruh secara simultan pada tingkat kepercayaan 95 % atau α

= 0,05 derajat bebas dengan kriteria sebagai berikut :

Jika thitung > ttabel maka ha di terima ho ditolak

Jika thitung < ttabel maka ha di ditolak ho diterima

3.6. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan batasan atau pengertian dari istilah yang

digunakan dalam penulisan ini, untuk memperjelas ruang lingkup dari penelitian :

a. Pendapatan bersih yaitu pendapatan yang diperoleh nelayan dari hasil penjualan

ikan hasil tangkapan dikurangi dengan biaya-biaya dalam setiap operasi

penangkapan ikan (dihitung dalam rupiah).

b. Harga ikan adalah taksiran nilai finansial untuk setiap kg hasil tangkapan

(dinyatakan dalam rupiah per kg)

c. Tenaga nelayan adalah jumlah orang yang dilibatkan di dalam operasi penangkapan

ikan. Variabel ini dinyatakan dalam rupiah, yang merupakan hasil perkalian jumlah

tenaga nelayan dikalikan dengan upah untuk setiap kali operasi.

d. Umpan adalah bahan yang dijadikan pancingan untuk menangkap ikan. Variabel ini

dinyatakan dalam rupiah pembelian bahan yang merupakan hasil kali antara

volume pemakaian umpan dengan harga satuannya dalam setiap kali melakukan

operasi penangkapan ikan.

e. Perahu motor adalah perahu yang digunakan untuk menangkap ikan, variabel ini

dinyatakan dalam jumlah jam kerja dalam setiap kali operasi.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Lokasi Penelitian

Penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pendapatan Nelayan di Desa Pasir Putih Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe

dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan

nelayan penangkap ikan yang berada di desa Pasir Putih.

Desa Pasir Putih merupakan salah satu desa yang berada di wilayah

Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe dengan batas-batas wilayah yang dapat

dijelaskan sebagai berikut.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 12: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

12

Sebelah Utara berbatasan dengan Lauk Banda

Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Taipa

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lembo

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Padaleu

Kondisi wilayah Desa Pasir Putih berada di pinggiran pantai yang banyak

ditumbuhi hutan bakau, karang dan pasir putih yang terbentang sepanjang pantai

yang menyebabkan desa ini menjadi sebuah desa dengan nama pasir putih sesuai

kondisi wilayah desa tersebut.

4.1.2. Kondisi Geografis

Kondisi geografi lokasi penelitian menunjang kegiatan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Lokasi Desa Pasir Putih yang diteliti pada umumnya

merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian lebih kurang 35 meter di atas

permukaan laut (dpl) dengan tingkat kemasaman tanah pH sebesar 5,2. yang berarti

kondisi tanah pada wilayah ini adalah tanaman pinus dan kelapa serta tanaman bakau.

Desa Pasir Putih merupakan wilayah yang baru dibentuk dan dipisahkan dari

desa Lembo dan desa Padaleu. Luas wilayah desa Pasir Putih mencapai 173 ha yang

telah dimanfaatkan untuk pemukiman penduduk dan perkebunan kelapa, selain itu

desa ini masih dikelilingi oleh hutan bakau yang menyebar di pesisir pantai.

Pemanfaatan lahan desa tersebut dapat disajikan pada tabel berikut :

Tabel 1 Luas Wilayah Desa Pasir Putih Berdasarkan Pemanfaatannya Tahun 2004

No. Luasan Wilayah Luas

( Ha )

Persentase

( % )

1

2

3.

4.

5.

Pemukiman Penduduk

Perkebunan

Perkantoran

Sekolah

Hutan Bakau

60,4

37,5

1,5

2,5

71,1

34,91

21,68

0,87

1,45

41,10

Jumlah 173 100,00

Sumber Data : Kantor Desa Pasir Putih, 2005

Tabel 1 menunjukkan luas wilayah desa Pasir Putih yang telah dimanfaatkan

meliputi pemukiman penduduk seluas 60,4 ha atau 34,91 % dari luas desa Pasir

Putih, areal perkebunan yang dikelola masyarakat, luasnya mencapai 37,5 ha dan

sebagian besar ditanaman dengan pohon kelapa. Areal untuk perkantoran 1,5 ha dan

sekolah 2,5 ha, selain itu luas lahan hutan bakau yang terbentang dipesisir pantai

seluas 71,10 ha. Kawasan hutan bakau ini mempunyai fungsi istimewa untuk

menahan deras ombak dan arus air laut yang menuju ke perkampungan penduduk.

4.1.3. Keadaan Iklim

Lokasi penelitian mempunyai perubahan iklim yang sama dengan daerah-

daerah lainnya di Sulawesi Tenggara, khususnya di Kecamatan Sawa. Berdasarkan

data yang diperoleh, Desa Pasir Putih beriklim tropis yang pada umumnya sama

dengan di daerah lain yang ada di Kecamatan Sawa Kabupaten Konawe, yang beriklim

tropis dengan peluang musim hujan selama 7 bulan dan musim kemarau selama 5

bulan, sedangkan curah hujan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir rata-rata adalah

173 mm perbulan. Keadaan iklim kadangkala berubah-ubah tapi sesuai kondisi di

Desa Pasir Putih pada umumnya sama dengan di daerah lain yang ada di Kabupaten

Konawe yaitu pada bulan Oktober sampai bulan Maret berlangsung musim kemarau

dan dari bulan April sampai dengan bulan September berlangsung musim penghujan.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 13: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

13

Namun demikian, kondisi iklim tersebut ada kalanya tidak menentu, tetapi sesuai tipe

iklim yang dimiliki pada Desa Pasir Putih peluang musim penghujan lebih besar

ketimbang musim kemarau dalam setiap tahunnya.

4.1.3. Kondisi Kependudukan

Berdasarkan hasil registrasi penduduk sampai dengan tahun 2004 penduduk

Desa Pasir Putih berjumlah 489 Jiwa yang terdiri dari 123 kepala keluarga.

Penduduk dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 242 jiwa dan perempuan berjumlah

247 jiwa. Struktur umur penduduk sebagian besar penduduknya masih tergolong

usia produktif karena mereka merupakan penduduk yang aktif bekerja pada bidangnya

masing-masing untuk memperoleh tingkat pendapatan. Untuk lebih jelasnya tentang

hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Pasir Putih Menurut Umur Dirinci Perjenis Kelamin

Tahun 2004

Jenis Kelamin Kelompok

Umur

Laki-2

(Jiwa)

Perempuan

(Jiwa)

Jumlah

Jiwa

( % )

0 - 4

5 - 9

10 - 14

15 - 19

20 – 24

25 – 29

30 - 24

35 - 29

40 - 44

45 - 49

50 - 54

55 - 59

60 Keatas

17

26

28

33

29

23

14

10

11

18

13

8

12

15

30

29

34

28

23

16

15

12

12

15

7

11

32

56

57

67

57

46

30

25

23

30

28

15

23

6,67

11,40

11,64

13,80

11,56

9,01

6,14

5,18

4,70

6,06

5,74

3,03

4,78

Jumlah 242 247 489 100,00

Sumber Data : Kantor Desa Pasir Putih, 2005

Dari tabel 2 tersebut, dapat dijelaskan bahwa kelompok umur yang belum

tergolongan angkatan di Desa Pasir Putih tergolong bayi dan anak-anak yang berumur

(0 - 14 tahun) sebanyak 145 jiwa, kelompok umur yang tergolongan usia angkatan

kerja atau dapat dijadikan sebagai angkatan kerja di Desa Pasir Putih berumur antara

15 - 59 tahun sebanyak 321 jiwa dan kelompok umur yang angkatan kerja yang sudah

tidak bekerja merupakan kelompok masyarakat yang berumur 60 tahun ke atas

sebanyak 23 jiwa.

Kontribusi produktivitas penduduk berdampak pada kemakmuran desa,

sehingga besar kecilnya kontribusi penduduk yang produktif menunjukkan kemakmuran

desa seperti Desa Pasir Putih yang sebagian besar mempunyai masyarakat yang

tergolong masih produktif. Disisi lain ada juga masyarakat yang tidak produktif karena

kendala umum yang semakin senja dan hanya mengharapkan bantuan dari masyarakat

yang produktif untuk dapat memenuhi sebagian kebutuhannya.

Selain itu kondisi penduduk Desa Pasir Putih ditinjau struktur mata

pencaharian, sebagian besar atau 58,33 persen adalah nelayan dan selebihnya

41,67 persen bermata pencaharian utama sebagai petani, pegawai, pedagang dan lain

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 14: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

14

sebagainya. Untuk lebih jelasnya mengenai mata pencaharian penduduk Desa Pasir

Putih dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 3. Penduduk Desa Pasir Putih Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Tahun

2004

No. Jenis Mata

Pencaharian

Jumlah

(Orang)

Persentase

( % )

1.

2.

3.

4.

5.

Petani

Pegawai/Karyawan

Pedagang

Buruh Tani

Nelayan

75

6

10

42

187

23,33

2,01

3,15

13,18

58,33

Jumlah 321 100,00

Sumber Data : Kantor Desa Pasir Putih, 2005

Pada tabel 3 di atas dapat dijelaskan bahwa penduduk Desa Pasir Putih

sebanyak 321 jiwa mempunyai struktur mata pencaharian yang berbeda-beda.

Penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani terdapat sebanyak 75 orang

atau 23,33 persen, pegawai berjumlah 6 oarang atau 2,01 persen, pedaganga

berjumlah 10 orang, atau 3,15 persen dan penduduk yang bekerja sebagai buruh tani

berjumlah 42 orang atau 13,18 persen sedangkan penduduk yang bermata

pencaharian sebagai nelayan berjumlah 187 orang atau 58,33 persen. Banyak

penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan didukung oleh potensi wilayan

Desa Pasir Putih yang letaknya dipesisir pantai sedangkan yang aktif dalam

melakukan kegiatan penangkapan ikan adalah sebanyak 40 orang atau 15,87 persen

dari jumlah nelayan yang ada di Desa Pasir Putih.

Penduduk desa yang berprofesi sebagai petani dan buruh tani juga melakukan

kegiatan penangkapan ikan pada musim tertentu dan jika mereka tidak ada kegiatan

atau sedang menunggu musim panennya. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan penduduk.

Penduduk Desa Pasir Putih mempunyai tingkat pendidikan yang tergolong

rendah atau sebagian besar masyarakat tidak sekolah dengan kata lain mereka tidak

sempat mengikuti pendidikan formal. Walaupun demikian terdapat penduduk desa

yang menyelesaikan pendidikannya pada jenjang pendidikan menengah atas sebanyak

17,08 persen, untuk jelasnya penulis sajikan pada tabel berikut :

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 15: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

15

Tabel 4. Komposisi Penduduk Desa Pasir Putih Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2004

No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang Prosentase

(%)

1.

2.

3.

4.

5.

Belum Sekolah

Tidak Tamat SD

SD

SMP

SMA

143

60

91

111

84

29,33

12,32

18,65

22,62

17,08

Jumlah 489 100,00

Sumber Data : Kantor Desa Pasir Putih, 2005

Pada tabel 4 diketahui bahwa tingkat pendidikan masyarakat Desa Pasir Putih

masih sangat rendah, dimana jumlah angkatan belajar belum sekolah berjumlah 143

orang atau 29,33 persen dari jumlah penduduk. Penduduk desa yang tidak tamat SD

berjumlah 60 orang, penduduk desa yang tamat SD berjumlah 91 orang, penduduk

desa yang berpendidikan SMP berjumlah 11 orang atau 22,62 persen dan penduduk

desa yang berpendidikan SMA berjumlah 84 orang atau 17,08 persen.

4.2. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti pendapatan nelayan penangkap ikan di

Desa Pasir Putih. Penduduk desa yang melakukan kegiatan penangkapan ikan

sebanyak 252 orang dan bekerja untuk menangkap ikan dengan menggunakan

peralatan tangkap. Dalam penelitian ini populasi nelayan yang bekerja untuk

menangkap ikan terbagi dalam kelompok-kelompok dengan menggunakan perahu

motor untuk menangkap ikan sebanyak 40 orang yang akan diteliti lebih lanjut dan

untuk memudahkan penelitian, sampel dari populasi ditetapkan dengan menggunakan

sampel sensus atau penetapan sampel secara keseluruhan dari jumlah populasi.

Responden nelayan penangkap ikan yang diteliti dalam penelitian ini

mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, hal tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut :

4.2.1. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal

responden yang diperoleh jenjang sekolah yang dilaluinya. Adapun tingkat pendidikan

responden nelayan penangkap ikan dapat disajikan pada tabel berikut :

Tabel 5. Karakteristik Responden di Desa Pasir Putih Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2004

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Prosentase

(%)

1.

2.

3.

SD

SMP

SMA

15

20

5

37,50

50,00

12,50

Jumlah 40 100,00

Sumber Data : Kantor Desa Pasir Putih, 2005

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 16: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

16

Berdasarkan data pada tabel 5 dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan

responden masih sangat rendah, dimana jumlah angkatan belajar yang berpendidikan

tamatan SD sebanyak 15 responden atau sebesar 37,50 persen responden yang

berpendidikan SMP berjumlah 20 responden atau sebesar 50,00 persen. Sedangkan

responden yang berpendidikan SMA sebanyak 5 responden atau 12,50 persen. Hal

ini juga memberikan gambaran bahwa tingkat pendidikan responden dalam kegiatan

penangkapan ikan hanya terbatas pada jenjang pendidikan SMA.

Jenjang pendidikan untuk pekerjaan penangkapan ikan dalam penelitian ini

masih tergolong rendah namun demikian tidak dapat ditingkatkan karena jauhnya

lokasi sekolah dan transportasi yang cukup mahal sehingga penduduk desa hanya

mampu untuk jenjang pendidikan SMA.

4.2.2. Karakteristik Responden menurut Tingkat Umur

Penduduk yang melakukan pekerjaan sebagai nelayan mempunyai tingkat umur

yang berbeda-beda, adapun karakteristik responden dilihat dari tingkat umur

responden disajikan pada tabel berikut :

Tabel 6. Karakteristik Responden di Desa Pasir Putih Menurut Kelompok Umur

Tahun 2004

No Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah (Orang) Persentase

(%)

1.

2.

20 - 49

50 ke atas

30

10

75,00

25,00

Jumlah 40 100,00

Sumber : Kantor Desa Pasir Putih, 2005

Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa umur antara 20 - 49 tahun

merupakan umur produktif dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan di Desa Pasir

Putih atau sebanyak 75,00 % dari jumlah responden yang diteliti, sedangkan

responden yang berumur 50 tahun ke atas, ikut melakukan kegiatan penangkapan

ikan, namun disesuaikan dengan kemampuannya dan sebagian besar dari mereka

menggunakan perahu dan alat pancing sederhana.

4.2.3. Karakteristik Responden menurut Tanggungan Keluarga

Selain itu perlu juga diketahui jumlah tanggungan keluarga masing-masng

responden, karena hal ini turut mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga

nelayan, untuk jelaskan disajikan pada tabel berikut :

Tabel 7.Karakteristik Responden di Desa Pasir Putih Menurut Jumlah Tanggungan

Tahun 2004

Jumlah Tanggungan

Keluarga (Orang)

Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

2 – 3

4 - 5

6 - 7

18

13

9

45,00

32,50

22,50

40 100,00

Sumber Data : Kantor Desa Pasir Putih, 2005

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 17: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

17

Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa tanggungan keluarga merupakan

beban yang harus dipikul oleh setiap kepala keluarga, dalam penelitian ini beban

responden adalah memenuhi jumlah tanggungan keluarganya. Jumlah tanggungan

keluarga antara 2 – 3 ditanggung oleh responden sebanyak 18 orang, jumlah

tanggungan antara 4 – 5 orang ditangggung oleh 13 orang responden, jumlah

tanggungan antara 6 – 7 orang ditanggung oleh 9 responden yang ada di Desa

Pasir Putih. Jika jumlah pendapatan usaha yang diperoleh nelayan dapat menutupi

kebutuhan jumlah yang ditanggung, maka kehidupan keluarga akan sejahtera, tetapi

jika jumlah pendapatan tidak memenuhi kebutuhan tertanggung, maka dengan

sendirinya nelayan belum dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

4.3. Deskripsi Penelitian4.3. Deskripsi Penelitian4.3. Deskripsi Penelitian4.3. Deskripsi Penelitian

Penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan di Desa Pasir Putih. Hasil penelitian

diperoleh bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan

meliputi harga jual ikan, umpan, tenaga kerja nelayan dan jam operasi perahu. Untuk

jelasnya faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

4.3.1. Har4.3.1. Har4.3.1. Har4.3.1. Harga Jual Ikan (Xga Jual Ikan (Xga Jual Ikan (Xga Jual Ikan (X1111))))

Harga jual ikan untuk setiap jenis ikan dari hasil tangkapan nelayan dalam

penelitian ini disajikan pada tabel berikut

Tabel 8 Sebaran Nelayan Menurut Harga Jual Ikan untuk 1 Kali Operasi

Harga Jual Ikan Rata-rata (Rp) Responden

Persentase

(%)

< 5.000

5.100 – 6.000

6.100 – 7.000

7.100 – 8.000

> 8.000

6

13

10

7

4

15,00

32,5

25,00

17,50

10,00

40 100,00

Sumber Data : Data primer diolah, 2005

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa harga jual ikan

dari setiap responden berbeda-beda, terdapat 6 responden atau 15,00 persen

menjualan ikan dengan harga yang kurang dari Rp.5.000 persen, 13 responden atau

32,5 persen menjualan ikan dengan rata-rata sebesar Rp.5.100 – 6.000, 10

responden ataur 25,00 persen yang menjual ikan dengan harga antara Rp.6.100 –

7.000, 7 responden atau 17,50 persen yang menjual ikan dengan harga antara Rp.

7.100 – 8.000, sedangkan 4 responden atau 10 persen menjual ikan dengan harga

yang lebih dari Rp.8.000.

Penetapan harga jual ikan oleh responden terhadap penjualan ikan

disesuaikan dengan jumlah biaya dan jenis ikan serta banyaknya ikan yang ditangkap.

4.3.2. Umpan (XUmpan (XUmpan (XUmpan (X2222))))

Umpan yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan terdiri dari ikan kecil

(ikan teri) dan cumi yang diolah menjadi pakan atau umpan. Dalam penelitian ini,

umpan diukur dengan biaya umpan dan besarnya biaya umpan yang digunakan dalam

kegiatan penangkapan disajikan pada tabel berikut :

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 18: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

18

Tabel 9 Sebaran Nelayan Menurut Banyaknya Biaya Umpan Untuk Satu Kali Operasi

Besaran Biaya Umpan (Rp)

Responden (Orang) Persentase (%)

< Rp. 50.000

50.000 – 100.000

101.000 – 150.000

151.000 – 200.000

> 200.000

2

8

10

16

4

5,00

20,00

25,00

40,00

10,00

40

Sumber : Data Primer diolah, 2005

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa responden

menggunakan biaya untuk menyediakan umpan yang akan disebarkan dalam kegiatan

penangkapan ikan. Hasil penelitian diperoleh sebanyak 2 responden atau 5,00 persen

menggunakan biaya kurang dari Rp.50.000 untuk menyediakan umpan dalam proses

penangkapan ikan, 8 responden atau 20, 00 persen mengeluarkan biaya antara

Rp.50.000 – 100.000, terdapat 10 responde atau 25,00 persen mengeluarkan

biaya umpan antara Rp.101.000 – Rp.150.000, terdapat 16 responden atau 40,00

persen mengeluarkan biaya antara Rp.151.000 – Rp.200.000, selain itu dapat juga

4 responden atau 10,00 persen mengeluarkan biaya umpan lebih dari Rp.200.000 .

4.3.3. Jumlah Tenaga Kerja Nelayan (X4.3.3. Jumlah Tenaga Kerja Nelayan (X4.3.3. Jumlah Tenaga Kerja Nelayan (X4.3.3. Jumlah Tenaga Kerja Nelayan (X3333))))

Jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam satu kali operasi penangkapan ikan

adalah bervariasi. Ada nelayan yang hanya menggunakan 2 orang tenaga kerja, tapi

banyaknya pula yang menggunakan lebih dari 2 orang tenaga kerja.

Banyaknya tenaga kerja yang digunakan atau dilibatkan dalam operasi

penangkapan ikut menentukan jumlah hasil tangkapan karena seluruh alat tangkap

yang disediakan dapat lebih efektif digunakan . Berikut ini dapat kita lihat

penggunakan tenaga kerja dari 40 orangn nelayan yang dijadikan sampel.

Tabel 10. Sebaran Nelayan Menurut Jumlah Tenaga Kerja Untuk Satu Kali Operasi

Jumlah Tenaga Kerja yang

digunakan (Orang)

Responden (Orang) Persentase (%)

2

2 – 4

> 4

2

28

10

5,00

70,00

25,00

40 100,00

Sumber Data : Data primer diolah, 2005

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa tenaga kerja

yang digunakan dalam kegiatan penangkapan. Terdapat 2 responden atau sebesar

5,00 persen mengunakan tenaga kerja sebanyak 2 orang, 28 responden atau 70

persen menggunakan tenaga kerja antara 2 – 4 orang, 10 responden atau 25,00

persen menggunakan tenaga kerja lebih dari 4 orang.

Variabel tenaga kerja nelayan yang diteliti sebagai variabel yang

mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan, ditinjau dari banyaknya nelayan yang

melakukan kegiatan penangkapan ikan dan bertempat tinggal di Desa Pasir Putih dan

variabel ini diukur dengan biaya per orang.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 19: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

19

4.3.4. 4.3.4. 4.3.4. 4.3.4. Jam Operasi Perahu (X (X (X (X4444))))

Jam operasi perahu dalam penelitian diteliti untuk mengetahui waktu yang

digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan. Jam operasi perahu dalam penelitian ini

penulis sajikan pada tabel berikut :

Tabel 11. Sebaran Nelayan Menurut Jam Operasi Perahu Untuk Satu Kali

Operasi

Jam Operasi Perahu (Jam) Responden (Orang) Persentase (%)

1 – 2

2,1 – 3

3,1 – 4

4,1 – 5

5,1 – 6

> 6

3

5

8

11

7

6

7,50

12,50

20,00

27,50

17,50

15,00

40 100,00

Sumber : Data primer diolah, 2005

Berdasarkan data pada tabel 11 dapat dijelaskan bahwa jam operasi perahu

menunjukkan lamanya proses penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan dengan

tenaga kerjanya selama di laut. Hasil penelitian diperoleh sebanyak 3 responden atau

7,50 persen mengunakan jam operasi antara 1 – 2 jam, 5 responden atau 12,50

menggunakan waktu 2,1 – 3 jam, 8 responden atau 20,00 persen menggunakan

waktu 3,1 – 4 jam, 11 responden atau 27,50 persen menggunakan waktu 4,1 – 5

jam, terdapat 7 responden 17,50 persen menggunakan waktu 5,1 – 6 jam, dan 6

responden atau 15,00 responden

Jam operasi persahu yang digunakan tergantung dari kemampuan nelayan

untuk menyediakan peralatan dan kebutuhan terutama pancing, kail, dan umpan

serta perlengkapan pancing lainnya yang dibutuhkan dalam kegiatan penangkapan

ikan. Peralatan tangkap yang digunakan tergantung pada kegiatan penangkapan

seperti nelayan yang menggunakan perahu, alat tangkap berbeda dengan nelayan

yang menggunakan perahu motor dan tenaga kerja yang lebih dari 5 orang untuk

setiap kegiatan penangkapan guna meningkatkan pendapatan nelayan tersebut.

Dalam penelitian ini yang diteliti adalah nelayan yang menggunakan alat

tangkap pancing dan kail dengan perahu sebagai sarana penangkapan ikan. Hal ini

ditujukan untuk mengetahui pendapatan nelayan dari hasil kegiatan penangkapan ikan

di Desa Pasir Putih.

4.4.4.4.4.4.4.4. Analisis PendapatanAnalisis PendapatanAnalisis PendapatanAnalisis Pendapatan

Analisis pendapatan yang dilakukan dalam penelitian ini ditujukan untuk

mengetahui tingkat pendapatan nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan oleh

nelayan di Desa Pasir Putih. Pendapatan tersebut diperoleh dari harga jual ikan yang

dilakukan oleh nelayan pada tingkat harga jual ikan rata-rata. Adapun besarnya

pendapatan yang diperoleh dari penjualan ikan, penulis sajikan pada tabel berikut :

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 20: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

20

Tabel 12. Sebaran Nelayan Menurut Pendapatan Untuk Satu Kali Operasi

Tingkat pendapatan Rata-

rata (Rp)

Responden

(Orang)

Persentase (%)

< 100.000

100.000 – 200.000

201.000 – 300.000

301.000 – 400.000

401.000 – 500.000

> 500.000

2

4

10

11

8

5

5,00

10,00

25,00

27,50

20,00

12,50

40 100,00

Sumber : Data primer diolah, 2005

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa jumlah

pendapatan yang diperoleh dari penjualan hasil tangkapan ikan, terdapat 2 responden

atau 5,00 persen mempunyai pendapatan kurang dari Rp.100.000, 4 responden

atau 10 persen memperoleh pendapatan antara Rp.100.000 – 200.000, 10

responden atau 25,00 persen memperoleh pendapatan antara Rp.201.000 –

300.000, 11 responden atau 27,50 persen memperoleh pendapatan antara

Rp.301.000 – 400.000, 8 responden atau 20,00 persen memperoleh pendapatan

antara Rp.401.000 – 500.000, selain itu terdapat 5 responden atau 12,5 persen.

Pendapatan yang diperoleh nelayan tersebut masih harus dikurangi dengan

biaya-biaya yang dikeluarkan oleh nelayan dalam kegiatan penangkapan. Dalam

penelitian ini variabel biaya tidak dibahas secara detail dan yang dijelaskan hanyalah

besarnya pendapatan penjualan ikan dari setiap nelayan.

4.5.4.5.4.5.4.5. Analisis Regresi BergandaAnalisis Regresi BergandaAnalisis Regresi BergandaAnalisis Regresi Berganda

Penelitian yang dilakukan untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan

dalam penelitian ini, mengemukakan faktor-faktor yang dianggap berpengaruhi dan

akan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji

pengaruh faktor harga jual ikan, jumlah ikan, jumlah nelayan dan peralatan tangkap.

Hasil penelitian diperoleh data yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 13. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Variabel Bebas Koefisien

Regresi

Standar

Error

t hitung Signifikan

t.

X1

X2

X3

X4

15,312

0,874

13977,787

68104,228

31,707

0,321

12320,186

13801,694

0,483

2,726

1,135

4,934

0,632

0,010

0,264

0,000

Sumber : Hasil Perhitungan

Konstanta ( a ) = 288.550,3

Koefisien korelasi = 0,912

Koefisien determinasi = 0,955

F. Ratio = 90,444

Signifikan F = 0,000

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 21: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

21

Berdasarkan hasil analisis regresi yang diperoleh maka diperoleh persamaan

regresi sebagai berikut :

Y = 288.550,3 + 15,312X1 + 0,874X2 + 13.977,787X3 + 68.104,228 X4

Hasil uji regresi linear berganda diperoleh bahwa nilai a = 1,483 ini

mempunyai arti bahwa pendapatan nelayan yang besarnya tidak dipengaruhi oleh

harga jual ikan (X1), biaya umpan (X2), jumlah tenaga kerja (X3) dan jam operasi perahu

(X4) adalah sebesar Rp.288.550,3 atau Rp.288.500.

Nilai b1 = 15,312 yang artinya jika harga jual ikan naik sebesar Rp.1 akan

menaikan pendapatan nelayan sebesar Rp.15,312. Nilai b2 = 0,874 yang artinya

bahwa jika biaya umpan dinaikan sebesae Rp 1, maka akan menaikkan pendapatan

sebesar Rp.0,874, Nilai koefisien b3 =13.977,787 yang artinya untuk setiap

penambahan Rp. 1 biaya tenaga kerja, maka akan menaikkan pendapatan nelayan

sebesar Rp.13.977,787 atau Rp.13.978. sedangkan Nilai b4 = 68.104,228 yang

artinya untuk setiap penambahan jam operasi kapal dapat menaikkan pendapatan

nelayan sebesar Rp.68.104,228 atau Rp.68.100.

a. Uji simultan (Uji F)

Nilai F ratio yang diperoleh sebesar 90,444 dengan signifikan F sebesar 0,000

berarti secara simultan X1,X2,X3, dan X4 secara bersama sama memiliki

signifikan yang nyata terhadap tingkat pendapatan nelayan. Dengan kata lain

dapat dipercayai bahwa keempat variabel yang dimasukkan dalam penelitian ini

secara bersamaan memiliki pengaruh yang bermakna terhadap tingkat

pendapatan nelayan yang berada di Desa Pasir Putih.

b. Uji Parsial (Uji t – Student)

b-1 Signifikan X1 terhadap Y apabila X2,X3,dan X4 konstan, hasil print out

komputer menunjukkan bahwa thitung X1 sebesar 0,483 dengan signifikan

0,632. Hal ini berarti bahwa secara partial X1 tidak signifikansi karena

signifikan thitung = 0,632 lebih dari α = 0,05 oleh karena itu secara statistika variabel X1 merupakan variabel presiktor yang tidak bermakna

terhadap tingkat pendapatan nelayan di Desa Pasir Putih.

b-2 Signifikan X2 terhadap Y apabila X1,X3,dan X4 konstan, hasil print out

komputer menunjukkan bahwa thitung X2 sebesar 2,726 dengan probabilitas

0,010. dengan demikian tingkat signifikansi X2 terhadap Y lebih kecil α = 0,05 maka secara statistika variabel X2 signifikasi terhadap Y artinya

jumlah X2 merupakan variabel yang signifikan terhadap tingkat pendapatan

nelayan di Desa Pasir Putih.

b-3 Signifikan X3 terhadap Y apabila X1,X2,dan X4 konstan, hasil print out

komputer menunjukkan bahwa thitung X3 sebesar 1,135 dengan probabilitas

0,264 lebih dari α = 0,05 oleh karena itu secara statistika variabel X1

merupakan variabel presiktor yang tidak bermakna terhadap tingkat

pendapatan nelayan di Desa Pasir Putih.

b-4 Signifikan X4 terhadap Y apabila X1,X2,dan X3 konstan, hasil print out

komputer menunjukkan bahwa nilai thitung X4 sebesar 4,934 dengan

probabilitas 0,000, dengan demikian tingkat signifikansi X4 terhadap Y lebih

kecil α = 0,05 maka secara statistika variabel X4 signifikasi terhadap Y

artinya jumlah X4 merupakan variabel yang signifikan terhadap tingkat

pendapatan nelayan di Desa Pasir Putih.

Berdasarkan hasil pengujian parsial (uji t) yang diperoleh, maka fungsi

pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja dapat ditulis sebagai

berikut :

Y = 288.550,3 + 0,874X2 + 68.104,228 X4

Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh bahwa secara secara parsial hanya X2,

dan X4 berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan nelayan dan simultan

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 22: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

22

atau bersama-sama variabel X1,X2,X3, dan X4 berpengaruh nyata terhadap tingkat

pendapatan, oleh karena itu hipotesis penelitian ini dapat diterima.

4.6. 4.6. 4.6. 4.6. PembahasanPembahasanPembahasanPembahasan

Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di Desa Pasir Putih

merupakan bagian dari mata pencaharian dan kebiasaan nelayan dengan

menggunakan peralatan tangkap yang menunjang kegiatan penangkapan ikan,

kegiatan tersebut dilakukan untuk meningkatkan usaha penjualan ikan dan

pendapatan nelayan.

Ditinjau dari pendapatan, tingkat pendapatan nelayan dari hasil penangkapan

didukung oleh harga jual ikan dan jumlah ikan yang terjual kepada masyarakat.

Penjualan ikan tidak hanya berkisar pada Desa Pasir Putih, namun mencakup daerah

sekitarnya seperti desa Padaleu, Lembo, Taipa dan desa Lemo Bajo. Hal ini dilakukan

untuk memperoleh pendapatan guna melanjutkan kegiatan penangkapan ikan

berikutnya.

Hasil analisis yang diperoleh bahwa faktor harga jual, jumlah ikan, jumlah

umpan, tenaga kerja dan jam operasi perahu mempunyai pengaruh terhadap tingkat

pendapatan nelayan di Desa Pasir Putih dengan faktor lain dianggap cateri paribus.

4.6.1.4.6.1.4.6.1.4.6.1. Harga jual ikan (XHarga jual ikan (XHarga jual ikan (XHarga jual ikan (X1111))))

Hasil analisis diperoleh bahwa harga jual ikan yang ditetapkan untuk

memperoleh tingkat pendapatan dalam penjualan ikan ditetapkan sesuai dengan

harga yang berlaku bagi setiap jenis ikan, dan diperoleh bahwa harga jual ikan tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pendapatan nelayan yang ada

di desa Pasir Putih.

4.6.2.4.6.2.4.6.2.4.6.2. JuJuJuJumlah Umpan (Xmlah Umpan (Xmlah Umpan (Xmlah Umpan (X2222))))

Dalam kegiatan penangkapan ikan, umpan merupakan bahan pakan yang

digunakan untuk menangkap ikan. Banyaknya umpan yang digunakan dalam kegiatan

penangkapan ikan dapat meningkatkan jumlah tangkapan nelayan sehingga umpan

merupakan bagian penting dalam kegiatan penangkapan ikan yang pada akhirnya akan

meningkatkan jumlah pendapatan nelayan.

4.6.3.4.6.3.4.6.3.4.6.3. Jumah Tenaga Kerja Nelayan (XJumah Tenaga Kerja Nelayan (XJumah Tenaga Kerja Nelayan (XJumah Tenaga Kerja Nelayan (X3333))))

Dalam kegiatan penangkapan ikan, tenaga kerja digunakan untuk membantu

kelancaran kegiatan penangkapan. Jumlah tenaga kerja yang digunakan tergantung

pada kondisi nelayan yang ada di Desa Pasir Putih. Kemampuan penangkapan ikan

dari tenaga kerja menunjukkan kemampuan nelayan untuk menangkap ikan, terdapat

neyalan yang menggunakan tenaga kerja kurang dari 5 orang dan ada juga nelayan

yang menggunakan tenaga kerja yang lebih dari 5 orang. Hal ini tergantung dari

kebutuhan nelayan dalam penggunakan tenaga kerja untuk kegiatan penangkapan

ikan.

4.6.4.4.6.4.4.6.4.4.6.4. Jam Operasi Perahu (XJam Operasi Perahu (XJam Operasi Perahu (XJam Operasi Perahu (X4444))))

Kegiatan penangkapan ikan di laut menggunakan waktu-waktu tersebut dan

kegiatan tersebut berada dalam orientasi waktu operasi atau jam operasi perahu

yang digunakan. Lamanya waktu operasi memberikan pengaruh terhadap jumlah

penangkapan ikan yang dilakukan oleh responden. Dengan demikian jam operasio

perahu dapat berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan ikan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang diteliti mempunyai

pengaruh terhadap tingkat pendapatan nelayan di Desa Pasir Putih.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 23: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

23

BAB VBAB VBAB VBAB V

KESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARAN

5.1.5.1.5.1.5.1. Kesimpulan Kesimpulan Kesimpulan Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian diperoleh bahwa kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di Desa Pasir Putih dipengaruhi oleh variabel harga jual, umpan, jumlah

tenaga kerja dan jam operasi perahu guna meningkatkan pendapatan nelayan di

Desa Pasir Putih.

2. Hasil analisis diperoleh bahwa secara simultan variabel harga jual, umpan, jumlah

tenaga kerja dan jam operasi perahu berpengaruh signifikan terhadap pendapatan

nelayan, hal ini ditunjukkan Fratio sebesar 90,444 dengan signifikansi 0,000 yang

lebih kecil dari α = 0,05 pada ting kepercayaan 95 %.

3. Hasil uji partial (uji-t) diperoleh bahwa jumlah umpan dan jam operasi mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan nelayan, sedangkan harga jual dan

tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan, hal ini disebabkan oleh karena harga

jual ikan tergantung pada jenis ikan dan jumlah ikan yang diperoleh nelayan, selain

itu tenaga kerja dalam kegiatan penangkapan ikan tergantung pada kebutuhan

nelayan atas jumlah tenaga kerja tersebut.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat

disarankan sebagai berikut :

1. Untuk lebih meningkatkan jumlah tangkapan ikan, nelayan di Desa Pasir Putih

harus melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan umpan yang

banyak dan jam operasi yang lama, sehingga nelayan dapat meningkatkan

pendapatannya.

2. Untuk meningkatkan pendapatan, maka harga jual ikan yang ditetapkan nelayan

harus disesuaikan dengan jenis ikan dan jumlah ikan yang dijual sehingga nelayan

dapat meningkatkan pendapatannya.

3. Untuk dapat meningkatkan kegiatan penangkapan, maka nelayan dapat

menetapkan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan. Sehingga dapat

meningkatkan jumlah tangkapan ikan dapat setiap kali penangkapan.

DAFTAR PUSTAKA

Ami Sudarma. 1992. Pengolahan Hasil Produksi dan Pemasarannya, Pengolahan Hasil Produksi dan Pemasarannya, Pengolahan Hasil Produksi dan Pemasarannya, Pengolahan Hasil Produksi dan Pemasarannya, PT.Gunung Agung, Jakarta.

Bishop dan Toussaint,1992, Pemasaran HasilPemasaran HasilPemasaran HasilPemasaran Hasil----Hasil Pertanian dan AplikasinyaHasil Pertanian dan AplikasinyaHasil Pertanian dan AplikasinyaHasil Pertanian dan Aplikasinya, Erlangga, Jakarta.

,1993, Pengantar Ilmu PerikananPengantar Ilmu PerikananPengantar Ilmu PerikananPengantar Ilmu Perikanan, Erlangga, Jakarta. Bruce R. Beattic- O.Robbert Tailor, 1994, Perencanaan Usahatani, Edisi Terjemahan

Sukamto dkk, LPUI-Jakarta.

Djarwanto, PS. 1984, StatistikStatistikStatistikStatistik, BPEF-UGM, Yogyakarta

Ekawani Susanti, 2000 FaktorFaktorFaktorFaktor----Faktor Yang MemFaktor Yang MemFaktor Yang MemFaktor Yang Mempengaruhi Hasil Tangkapan Ikan Di Desa pengaruhi Hasil Tangkapan Ikan Di Desa pengaruhi Hasil Tangkapan Ikan Di Desa pengaruhi Hasil Tangkapan Ikan Di Desa Bungi Kecamatan Wajo Kabupaten ButonBungi Kecamatan Wajo Kabupaten ButonBungi Kecamatan Wajo Kabupaten ButonBungi Kecamatan Wajo Kabupaten Buton, Skripsi Unhalu.

Enteng Sastraatmaja 1994 Ekosistem dan Biota LautEkosistem dan Biota LautEkosistem dan Biota LautEkosistem dan Biota Laut, Rajawali Press Jakarta Fadholi Hermanto 1995, Pengelolaan Hasil Pertanian dan Aplikasinya, PT. Rinake Cipta,

Jakarta.

I Gusti, 1994, Ekonomi Pertanian, Ekonomi Pertanian, Ekonomi Pertanian, Ekonomi Pertanian, Bina Aksara, Jakarta Jarwanto, 1995, Ekonomi PublikEkonomi PublikEkonomi PublikEkonomi Publik, BPFE-UGM, Yogyakarta.

Kartosapoetra 1992. Manajemen UsahataniManajemen UsahataniManajemen UsahataniManajemen Usahatani, Bina Aksara, Jakarta

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 24: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

24

Mubyarto 1992 Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Usaha KeciIlmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Usaha KeciIlmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Usaha KeciIlmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Usaha Kecillll, , , , LP3ES, Jakarta

Purwadarminta 1993 Pembangunan Ekonomi,Pembangunan Ekonomi,Pembangunan Ekonomi,Pembangunan Ekonomi, Elex Media Komputerindo, Jakarta

Sadono Sukirno 1993 Teori Ekonomi, BPFE- UGM, Yogyakarta

Scheldland, 1995, Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Pemanfaatannya, Penebar Swadaya,

Jakarta.

Slamet Soesono, 1994 Ilmu PerikananIlmu PerikananIlmu PerikananIlmu Perikanan, Gajah Mada University Press, Jakarta.

Soekartawi dkk 1996, Teori Ekonomi dan Faktor ProduksiTeori Ekonomi dan Faktor ProduksiTeori Ekonomi dan Faktor ProduksiTeori Ekonomi dan Faktor Produksi, Rajawali Press, Jakarta. Sofyan Assauri 1993 Ekonomi PertanianEkonomi PertanianEkonomi PertanianEkonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta Suparmoko, 1992, Ekonomi PembangunanEkonomi PembangunanEkonomi PembangunanEkonomi Pembangunan, Cetakan Keempat, Salemba Empat, Jakarta.

Syamsuddin, AR 1994. Budidaya Hasil PerikananBudidaya Hasil PerikananBudidaya Hasil PerikananBudidaya Hasil Perikanan. PT. Rineka Cipta, Jakarta Wasis, 1992. Produksi PertanianProduksi PertanianProduksi PertanianProduksi Pertanian, PT. Rineka Cipta, Jakarta Winardi (1992:12) Pengantar Ilmu Ekonomi dan Bisnis ModernPengantar Ilmu Ekonomi dan Bisnis ModernPengantar Ilmu Ekonomi dan Bisnis ModernPengantar Ilmu Ekonomi dan Bisnis Modern, Media Grafika, Jakarta.

Winkel, 1993, TeoriTeoriTeoriTeori Ekonomi Ekonomi Ekonomi Ekonomi, Bima Grafika, Jakarta

HASIL UJI REGRESI BERGANDA Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables Removed

Method

1 X4, X3, X2, X1 . Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y Model Summary

Change Statistics

Durbin-Watson

M

odel

R R

S

quar

e

Adj

uste

d R

S

quar

e

Std. Error of the

Estimate R Square Change

F Change

df1

df2

Sig. F

Change

.955 .912 .902 63315.9645

.912 90.444 4 35 .000 1.899

a Predictors: (Constant), X4, X3, X2, X1 b Dependent Variable: Y ANOVA

Model Sum of Squares

df Mean Square

F Sig.

1 Regression 1450325602268.392

4 362581400567.098

90.444 .000

Residual 140311897731.609

35 4008911363.760

Total 1590637500000.000

39

a Predictors: (Constant), X4, X3, X2, X1 b Dependent Variable: Y Coefficients

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

95% Confidence Interval

for B

Correlations

Mod

el

(Con

stan

t)

B

Std. Error

Beta

t Sig.

Lower Bound

Upper Bound

Zero-order

Par

tial

P

art

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Page 25: Perikanan di daerah tertinggal dan Kecamatan Baru di Kebupaten Konawe Utara

25

1 -288550.32

4

127281.465

-2.267 .030 -546945.43

6

-30155.211

X1 15.312 31.707 .077 .483 .632 -49.055 79.680 .909 .081 .024 X2 .874 .321 .306 2.726 .010 .223 1.525 .876 .418 .137 X3 13977.787 12320.186 .109 1.135 .264 -

11033.520 38989.094 .804 .188 .057

X4 68104.228 13801.694 .530 4.934 .000 40085.300 96123.156 .916 .641 .248a Dependent Variable: Y Casewise Diagnostics

Case Number

Std. Residual

Y

23 -3.121 250000.0 a Dependent Variable: Y Residuals Statistics

Minimum Maximum Mean Std. Deviation

N

Predicted Value -24882.5078 627082.3750 276250.0000 192841.4788

40

Residual -197606.0625 123648.0547 5.457E-11 59981.1718 40 Std. Predicted

Value -1.562 1.819 .000 1.000 40

Std. Residual -3.121 1.953 .000 .947 40 a Dependent Variable: Y

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com