w PERENCANAAN PAJAK {TAX PLANNING) SUATU UPAYA MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASBLAN BADAN PADA PT SEMESTA KERAMDKA RAYA Skripsi Dibuat Oleh; Ema Herawati 022108062 FAKULTAS EKONOMI UNrVERSITAS PAKUAN BOGOR APRIL 2012
w
PERENCANAAN PAJAK {TAX PLANNING) SUATU UPAYAMEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASBLAN BADAN
PADA PT SEMESTA KERAMDKA RAYA
Skripsi
Dibuat Oleh;
Ema Herawati
022108062
FAKULTAS EKONOMI
UNrVERSITAS PAKUAN
BOGOR
APRIL 2012
PEkKNCANAAN PAJAK (TAXPLANNING) SUATU UPAYAMEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN
PADA PT SEMESTA KERAMIKA RAYA
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana Ekonomi JurusanAkuiitansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan
Bogor
Mengelahui,
Dekan iltas Ekonomi Ketua Jurusan Akuntansi
V
(Prof. Dr. Eddy Mulyadi Soepardi, MM., SE., Ak ) (Dr. YohanesJndrayono .TVlM., SE., Ak)
PERENCANAAN PAJAK (TAXPLANNING) SUATU UPAYAMEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN
PADA PT SEMESTA KERAMIKA RAYA
Skripst
Telah disidangkan dan dinyatakan lulusPadaHari: Sabtu, Tanggal 21 April 2012
Menyetujui,
Dosen Penguji,
(Kctut Sunarta, MM., Drs.,Ak)
Pembimbing, Co. Pembimbing,
■
(Dr. Yohanes Indrayono, MM., SE. Ak) (Ellyn Octavianty, MM., SE)
ABSTRAK
ERNA HERAWATI. NPM 022108062. Perencanaan Pajak {Tax Planning)
Suatu Upaya M0minimaIkan Beban Pajak Penghasilan Badan Pada PT
Semesta Keramika Raya. Dibawah Bimbingan: YOHANES INDRAYONO
dan ELLYN OCTAVIANTY.
PT Semesta Keramika Raya merupakan perusahaan manufaktur yang bergerakdalam pembuatan tableware (produk untuk rumah tangga) yang beriokasi di JalanRaya Tlanjung Udik No. 88 Gunung Putri, Bogor. PT Semesta Keramika Rayaberdiri pada tahim 2001 dengan tujuan untuk memenuhi permintaan pasar keramiklokal dan export. Beberapa produk yang diproduksi dan dipasarkan adalahtableware (produk untuk rumah tangga) yang terdiri dari mug, piring, mangkokdan cup saucer. Dengan perkembangan waktu dan permintaan pasar PT SemestaKeramika Raya memproduksi untuk market property dengan melunctirkanRooster untuk bahan bangiman.
Permasalahan yang terjadi pada perusahaan ini yaitu dari hasil penelitian yangdilakukan, beban pajak penghasilan PT Semesta Keramika Raya masih terlalubesar yang dapat terlihat dari besamya biaya yang tidak dapat dikurangkan daripenghasilan bruto seperti biaya entertain atau jamuan, biaya pengobatan danpendapatan jasa giro yang tidak direncanakan sehingga menyebabkan tingginyapenghasilan kena pajak dan beban PPh terutang belum minimal. Upayapenghematan pajak yang seharusnya dapat memberikan manfaat dalam mencapaibeban pajak yang minimal belum terealisasi dengan baik akibat kurangoptimalnya perencanaan pajak tersebut.
Untuk kepentingan pembahasan masalah tersebut, maka penulis membuatoperasionalisasi variabel dengan alat ukur untuk variabel independen yaituperencanaan pajak (tax planning) sedangkan untuk variabel dependen yaitu pajakpenghasilan badan terutang PT Semesta Keramika Raya.
Berdasarkan permasalahan yang teqadi dapat diambil dugaan sementara yaitu
perencanaan pajak (tax planning) belum berjalan dengan baik akibatnya bebanpajak penghasilan pajak belum minimal.
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan maka metode penelitianyang digunakan terdiri dari desain penelitian yang mencakup jenis penelitian yaituDeskriptif Kuantitatif dan Kualitatif (nonstatistik), yaitu menggambarkan keadaanobjek penelitian yang sebenamya dan mengumpulkan data relevan yang tersedia,kemudian disusun, dlpelajari, dan dianalisis lebih lanjut. Untuk memperoleh datadan informasi yang diperlukan, maka penulis melakukan penelitian terhadap unitanalisis individual, yaitu sumber data yang unit analisisnya merupakan unitfiingsional dari suatu organisasi. Dalam skripsi ini sumber data diperoleh dariresponden bagian akuntansi dan keuangan PT Semesta Keramika Raya.
Ill
KATA PENGANTAR
Fuji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta saiam semoga tercurah bagi uswatun hasanah, Nabi Muhammad
SAW juga kepada para keluarganya, para sahabatnya, dan semoga kita dapat
menjadi pengikutnya yang istiqomah dan tawakal hingga akhir zaman.
Skripsi ini berjudul "PERENCANAAN PAJAK {TAX PLANNING)
SUATU UPAYA MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN
BADAN PADA PT SEMESTA KERAMIKA RAYA".
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat lulus
pada Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Bogor.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besamya kepada:
1. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa, kasih sayang,
dorongan dan semangat yang tiada hentinya.
Bapak Prof. Dr. Eddy Mulyadi Soepardi, MM., SE., Ak., selaku
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, Bogor.
Bapak Dr. Yohanes Indrayono, MM., SE., Ak., selaku Dosen
Pembimbing dan Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pakuan, Bogor.
Ibu Ellyn Octavianty, MM., SE., selaku Koordinator Pembimbing dan
Sekertaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan,
Bogor.
Ibu Siti Haryani., selaku Marketing PT Semesta Keramika Raya.
IV
6. Bapak Edy Chandra, SE., seiaku Accounting PT Semesta Keramika
Raya.
7. Kakak-kakakku Yayah, Asep dan Yanto yang selalu berdoa dan
memberikan semangat untuk menjadi orang sukses.
8. Sahabat-sahabat baikku Ayumi, Hendi, Avril, Santi, Elih, Anton, Ovit,
Reza, A ucup, A Taufik yang selalu memberikan masukan yang
positif.
9. Ismatul Hadi atas motivasi, bantuan dan doanya.
10. Semua teman-teman dan semua pihak yang telah membantu, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu terima kasih atas doa dan
dukungannya.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. AMIN.
Bogor, April 2012
Penulis
DAFTARISI
HalJUDUL iLEMBAR PENGESAHAN iiABSTRAKSI iuKATA PENGANTAR ivDAFTAR ISl viDAFTAR TABEL viiiDAFTAR GAMBAR ixDAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Later Belakang Penelitian 11.2. Perumusan dan Identifikasi Masalah 3
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 41.4. Kegunaan Penelitian 41.5. Kerangka Pemikiran dan Paradigma Penelitian 6
1.5.1. Kerangka Pemikiran 61.5.2. Paradigma Penelitian 14
1.6. Hipotesis Penelitian 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Tentang Pajak 162.1.1. Deflnisi Pajak 162.1.2. Ftmgsi Pajak 172.1.3. Jenis-jenis Pajak 18
2.2. Perencanaan Pajak {Tax Planning) 202.2.1. Definisi Perencanaan Pajak 202.2.2. Tujuan Perencanaan Pajak 212.2.3. Jenis-Jenis Perencanaan Pajak 222.2.4. Hal-hal yang hams Diperhatikan Dalam
Perencanaan Pajak 242.2.5. Aspek-aspek dalam Perencanaan Pajak 242.2.6. Tahapan-tahapan Dalam Perencanaan Pajak 252.2.7. Prinsip Taxable (dapat dipajaki) dan Prinsip
Deductible dapat dikurangi) 27
2.3. Upaya Meminimalkan Beban Pajak Penghasilan Badan 312.3.1. Pengertian Pajak Penghasilan 312.3.2. Subjek Pajak 33
2.3.2.1 Subjek Pajak Dalam Negeri 332.3.2.2 Subjek Pajak Luar Negeri 34
2.3.3. Objek Pajak Penghasilan 352.3.4. Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan 372.3.5. Macam-Macam Objek Penghasilan 39
VI
2.3.6. Tarif Pajak Penghasilan dan Dasar PengenaanPajak 40
2.3.7. Strategi Meminimalkan Beban Pajak Penghasilan... 412.3.8. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial ke
Laporan Keuangan Flskal 42
2.4. Perencanaan Pajak {Tax Planning) Suatu UpayaMeminimalkan Beban Pajak Penghasilan Badan 44
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian 473.2. Metode Penelitian 48
3.2.1. Desain Penelitian 48
3.2.2. Operasionalisasi Variabel 503.2.3. Prosedur Pengumpulan Data 523.2.5. Metode Analisis 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 54
4.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 544.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan 56
4.2. Isi dan Pembahasan 60
4.2.1. rax Planning atas Pajak Penghasilan Badan 604.2.1.1. Aspek Formal dan Administrasi serta
Aspek Materil dalam Perencanaan Pajak.... 604.2.2. Beban Pajak Penghasilan Badan 66
4.2.3. Perencanaan Pajak (Tax Planning) Suatu UpayaMeminimalkan Beban Pajak Penghasilan Badan 85
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan 905.1.1. Simpulan Umum 905.1.2. Simpulan Khusus 91
5.2. Saran 93
JADWAL PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Vll
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel I. Tarif Penyusutan Harta Berwujud j 1
Tabel 2. Operasionalisasi Variabel 5j
Tabel 3. Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal 67
Tabel 4. Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Akuntansi 81
Tabel 5. Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Pajak 82
Tabel 6. Selisih Biaya Penyusutan Menurut Akuntansi dan Pajak 83
Tabel 7. Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Setelah Perencanaan 87
VIII
daftarlampiran
Lampiran 1. Surat Keterangan Riset
Lampiran 2. Struktur Organisasi Perusahaaii
Lampiran 3. Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal
Lampiran 4. Daftar Penyusutan Aktiva Tetap
BABl
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Sektor perpajakan merupakan sektor yang beiperan sangat besar Halam
hal penerimaan negara. Pajak dapat meticiptakan kemandirian Bangsa
Indonesia tanpa hams terlalu banyak menggantungkan harapan dengan negara
Iain untuk mendapatkan pinjaman atau bantuan luar negeri. Pajak mempakan
salah satu sumber penerimaan negara yang paling potensial bagi
kelangsungan pembangunan Negara Indonesia karena penerimaan pajak
meningkat seiring dengan meningkamya perekonomian dan taraf hidup suatu
bangsa.
Dari segi ekonomi pajak men^akan pemindahan sumber daya dari
sektor privat ke sektor public. Pemindahan sumber d^a tersebut nif»m
mempengaruhi daya beli (purchasing power) atau kemampuan belanja
(spending power) dari sektor privat. Agar tidak t^adi gangguan yang serius
teihadap jalannya pemsahaan, maka pemenuhan kewajiban perpajakan hams
dikelola dengan baik karena bagaimanapun pajak bagi pemsahaan,
mempakan beban yang akan mengurangi laba bersih.
Dalam pelaksanaaimya terdapat peibedaan kepentingan antara wajib
pajak dengan pemerintah. Wajib pajak beranggapan pajak akan mengurangi
kemampuan ekonomis sehingga wajib pajak bemsaha membayar pajak
sekecil mungkin sedangkan pemerintah menginginkan pajak yang dibayarkan
sebesar mungkin karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan
negara.
Dalam upaya untuk mempedcecil kewajiban pajak agar pajak
penghasilan badan tenitang berada dalam jumlah yang minimal ataupun
mengatur sehingga pajak yang dibayar tidak lebih dari jumlah yang
seharusnya, perusahaan dapat mengelola kewajiban tersebut dengan suatu
perencanaan pajak {tax planning).
Umumnya perencanaan pajak merujuk kepada proses merekayasa ngaha
dan transaksi wajib pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang
minimal tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Perencanaan pajak
yang efektif dapat mendorong perusahaan untuk mancapai efisiensi dalam
pembayaran pajaknya dan ini tentu saja merupakan penghematan pajak yang
bisa dihemat oleh perusahaan.
Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan
wajib pajak yang bersangjcutan doigan nama dan bentuk apapun. Penghasilan
merupakan suatu objek pajak, baik penghasilan orang pribadi m^upim
penghasilan badan.
PT Semesta Keramika Raya merupakan perusahaan manuthktur yang
bergerak dibidang pembuatan tableware (produk untuk rumah tangga) yang
terdiri dari, mug, piling, man^ok dan cup saucer. PT Semesta Keramika
R^a sebagai pengusaha kena pajak tentu tidak twlepas dari pemenuhan
semua kewajiban perpajakannya sebagaimana yang ditentukan dalam undang-
undang perpajakan. Agar tidak tegadi gangguan yang serius terhadap
jalannya penisahaan maka pemenuhan kewajiban peipajakan harus dikelola
dengan baik. Namun, dari hasil penelitian yang dilakukan, beban pajak
penghasilan PT Siesta Keramika Raya masih terlalu besar yang dapat
terlihat dari besamya biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto sepali biaya entertain atau jamuan, biaya pengobatan dan poidapatan
jasa giro yang tidak direncanakan sehingga menyebabkan tingginya
penghasilan kena pajak dan efisiensi beban PPh terutang belum tercapai.
Hal ini menandakan bahwa penerapan tax planning belum dijalankan
dengan baik sehingga pajak terutang penisahaan belum efisien.
Berdasaikan unuan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dan mencoba membahas pennasalahan tersebut dengan judul
"Perencanaan Pajak (Fax Planning) Suatu Upaya Meminimalkan Beban
Pajak PenghasOan Badan Pada PT Semesta Keramika Raya**.
1.2. Penimusan dan Identifikasi Masalah
Untuk menentukan pembahasan dalam makalah ini, maifn penulis
merumuskan dan mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan pajak (tax planning) pada PT Semesta Keramika
Raya?
2. Bagaimana meminimalkan beban pajak penghasilan badan pada PT
Semesta Keramika Raya?
3. Bagaimana perencanaan pajak (tax planning) dalam upaya
meminimalkan beban pajak penghasilan badan pada PT Semesta
Keramika Raya?
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk menambah pemahaman
pengetahuan penulis dan memperoleh data-data serta informasi yang
berhubungan dengan identifikasi permasalahan yang akan dibahas dalam
penyusunan makalah ini. Selain itu, sebagai bahan dalam penulisan skripsi
sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi Universitas
Pakuan Bogor.
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perencanaan pajak (tax planning) PT Semesta
Keramika Raya.
2. Untuk mengetahui beban pajak penghasilan badan PT Semesta Keramika
Raya.
3. Untuk mengetahui perencanaan pajak (tax planning) terhadap upaya
meminimalkan beban pajak penghasilan badan pada PT Semesta
Keramika Raya.
1.4. Kegunaan Penelitian
Dengan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan oleh penulis,
besar harapan penulis penelitian ini dapat memberikan kegunaan penelitian
sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
a. Kegunaan bagi penulis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis dalam mengembangkan ilmu yang dimililfi dan
mengetahui man&at dari diterapkannya tax plaming terhadap beban
pajak yang diminimalkan perusahaan.
b. Kegunaan bagi pembaca
Dengan adanya penelitian ini dfliarapkan dapat menambah wawasan
pembaca mengenai masalah yang dibahas tentang manfaat penerapan tax
planning terhadap beban pajak perusahaan sehingga dapat dijadikan
sumber informasi yang beimanfiiat dan bahan perbandingan bagi
pembaca yang akan melakukan penelitian doigan tema yang «wn«
2. Kegunaan Praktis
Dari penelitian ini diharapkan dapat membantu memecahkan dan
mengantisipasi masalah di PT Semesta Keramika Raya serta mftnghagilifan
suatu saran dan masukan sebagai dasar perbaikan. Dengan paielitian ini
Juga diharapkan bisa memberikan informasi yang berman&at dan dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk kemajuan perusahaan kearah
positifyang sesuai dengan harapan.
1.5. Kerangka Pemildran dan Paradigma Penelitian
1.5.1. Kerangka Pemikiran
Pajak merupakan pungutan yang berdasaritan undang - undang
oleh pemerintah, yang sebagian dipakai iintuk penyediaan barang dan
jasa publik. Bagi perusahaan pajak merupakan beban yang akan
mengurangi laba perusahaan, yang hams diminimaiifan guna
mengoptimalkan laba. Perencanaan merapakan salah satu fimgsi iitamn
dari manajemen. Secara umum perencanaan merupakan proses
penentuan tujuan pemsahaan dan kemudian menyajikan
(mengartikulasikan) dengan jelas strategi-strategi dan tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh.
Dalam upaya untuk memperkecil kewajiban pqak atau
berada dalam jumlah yang minimal tetapi masih dalam hingkai
peraturan peipajakan perusahaan dapat mengelola kewajiban tersebut
dengan suatu pwencanaan pajak {tax planning) yang baik. Perencanaan
pajak yang baik dapat menjadi sumber poiyediaan modal kega
pemsahaan.
Perencanaan pajak (tax planning) adalah langkah awaldalam manajemen pajak. Pada tahap ini diiflknVanpengumpulan dan penelitian terhadap peraturanpeipajakan agar dapat diseleksi jenis tindakanpenghonatan pajak yang akan dilakukan.
(Erly Suandy, 2008,6)
Daii pengertian di atas jelas mengapa perusahaan melakukan
perencanaan pajak, suatu perencanaan yang tepat akan menghasilkan
beban pajak yang minimal yang merupakan basil dari pen^ematan
pajak dan atau penghindaran pajak yang dapat diterima oleh fi us.
Beban pajak (tax expense ) adalah jumlah agregat masakini (current tax) dan pajak tangguhan ( deffered tax )yang diperhitungkan dalam perhitungan laba nigiakuntansi pada suatu atau dalam periode begalan sebagaibeban atau pengbasilan.
(IAI,PSAKNo46)Beban pajak dibagi ke dalam dua kategori yaitu beban pajak
langsung dan beban pajak tidak langsung. Beban pajak langsimg
umumnya ditanggung oleh orang atau badan yang menerima atau
memperoleh pengbasilan. Sedangkan beban pajak tidak langsimg
ditanggung oleb masyarakat. Bagi pmisabaan, pajak yang dikenakan
teibadap pengbasilan yang diterima atau diperoldi dapat Hiangg^
sebagai biaya (cost) atau beban (expense) dalam menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan maupun distribusi laba kepada pemeiintah.
Pajak yang tmitang ditentukan dari pengbasilan kena pajak
(taxable income) yang dikalikan dengan tarif pajak. Semakin besar
pen^asilan kena pajak (PKP) maka makin besar pula pajak yang bams
ditanggung, makin besar biaya yang dikeluarkan maka PKP akan makin
kecil sebingga pajak yang dibayar juga kecil. Dalam bubimgannya
dengan penerapan perencanaan pajak, pemsabaan bemsaha untuk
meminimalkan beban pajak tersebut, sebingga di dapat laba yang
maksimal yang dapat mendukimg tujuan pemsabaan baik tujuan jangka
pendek maupun jangka panjang.
8
Menunit Aries P. Ompusunggu (2011, 6-11) ada beberapa
strategi perencanaan pajak untuk menghemat beban pajak di akhir
tahun.
1. Memaksimalkan Penghasdan Yang DikecualikanDalam melaksanakan perencanaan wajib pajakberupaya untuk meminimalkan pajak, salah satui^aadalah memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan.Sesuai aturan Undang-Undang Peipajakan No. 36 tahun2008 penghasilan yang dikecualikan dalam objek pajakantaralain:
a. Bantuan atau sumbanganb. Haita hibahanc. Warisan
d. Harta atau setoran badan sebagai pengganti sahnme. Penggantian Nontunaif Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada
orang pribadi sehubungan dengan asuiansikesehatan, asuiansi kecelakaan, asuransi jiwa,asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.
g. Dividenh. luran yang diterima atau diperoidi dana penshm
yang pendiriannya telah disahkan MenieriKoiangan.
i. Penghasilan dari modal yang ditfliwmlfan oldidana pension
2. Memaksimalkan Biaya-biaya Fiskal dan ManinimalkanBiaya yang Tidak Dapat DikurangkanSonakin besar biaya yang tidak dapat dilnirnnglffln daripmgharilan bruto menyebabkan penghaQilan sdielumpajak akan lebih besar dari yang sesungguhnya dan hal ituakan mengakibatkan pajak yang tCTutang akan ld>ihbesar. Oleh karoia itu perlu diketahui apa saja yang tidakd^ diakui sdiagai biaya dalam peipajakan a^ tidairt^adi kesalahan dalam melakukan poencanaan pajak.Biaya yang tidak dapat dikurangkan moiurut Undang-Undang No. 36 tahun 2008 pasal 9 ayat (l)yaitu:a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk
ap^un s^erti dividen, termasuk dividen yangdibayarkan oleh perusahaan asuransi kepadapemegang polis, dan ponbagian sisa haril ii«ihakopeiasL
b. Bi^ yang dibebankan atau dikeluaikan untukkqientingan pribadi pemegang saham, sdoitu, atauanggota.
c. Pemboitukan atau ponupukan dana naHang^kecuali:
1. Cadangan piutang tak tertagih untukusaha bank dan badan usaha lain yangmenyalurkan kredit, sewa guna usahadengan hak opsi, perusahaan pembiayaankonsumen, dan penisahaan anjak piutang.
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasukcadangan bantuan sosial yang dibentuk oldiBadan PenydoiggaiB Jaminan Sosial.
3. Cadangan penjaminan untuk LembagaPenjamin Simpanaa
4. Cadangan biaya reklamasi untuk nsnha
5. Cadangan biaya penanaman kembali untukusaha kehutan^ dan
6. Cadangan biaya penutupan dan pemelihaiaantenq)at pembuangan limbah industii imhilfusaha poi^Iahan limbah industii, yangketentuan dan syaiat-syaratnya Hiatiirdengan atau beidasaikan Poatuian MentalKoiangan.
d. I*remi asuiansi kesdiatan, asuiansi kecelakaan,asuransi jiwa, asuiansi dwiguna, dan asuransibeasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak oiangpribadi, kecuali jika di^ar oleh pemberi k^adan pioni teisebut dihitung sdiagai penghasflmbagi Wajib Pajak yang bersan^cutaa
e. Penggantian atau imbalan sehubungan doiganpekegaan atau jasa yang diberikan dalam benliiknatuia dan kenikmatan, kecuali penymtiaanmakanan dan minuman bagi seluruh pegawai sotapenggantian atau imbalan dalam bentuk natuiadan kenikmatan di daerah tertentu dan yangbericaitan dengan pelaksanaan pekegaanyangdiatur dengan atau bodasaikan PoatuianMaitoi Koiangan.
£ Jumlah yang melebihi kewqaian yang dib^'aikankepada ponegang saham atau kqiadapihak yangmempunyai hubungan istimewa sebagaiimbalan sehubungan dengan pekeqaan yangdilakukaa
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumhang^n^dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4ayat (3) huiuf a dan huruf b, kecuali sumbangans^agaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)huruf i sanqiai dengan huruf m seita rakat yangditoimaol^ badan amil zakat atau lemhaga amii
10
3.
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh ponerintahatau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajibbagi pemeluk agama yang diakui di Indnnftsiayang diteiima oleh lonbaga keagamaan yangdibentuk atau disahkan oleh pemointah, yangk^oiluannya diatur dengan atau beidasaikanPeiaturan Pemenntah.
h. Pajak Pen^iasilan.i. Biaya yang dibebankan atau dikehiaikan untuk
kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yangmenjadi tanggungannya
j. Gaji yang dibayaikan kqiada anggotaposdcutuan, finna, atau perseroan knmanrihfryang nuxlaliQ^ tidak tobagi alas wham
k. Sanksi administrasi bempa bunga, denda, dankenaikan serta sanksi pidana bempa denda yangbericsiaan dengan pelaksanaan pefundangundansandi bidang popajakan.
Ponilihan Metode Penyusutan Aktiva TetapDari beberapa stiat^ untuk siensi bd)an pajak, wlalisatunya adalah dengan menoapkan paighematan pajakdoigan poQresuaian penggolongan aktiva tet^ melaluibeban penyusutan yang dapat dikurangkau daripaigbasilan bruto. Pmyusutan adalah proses atnimgisebagian harga perolehan aktiva menjadi biaya (costallocation), sehingga bi^ twsdjut mmgnrangi labausaha. Penyusutan dilakuimn sdtab masa manfeat dan
Dalam sistem penyusutan maiurut UU PPh, semua aktivatetap bowujud yang memsiuhi syarat pei^msutan fiskaihams dikelompdkkan terlebih dahulu menjadi 2 goloogan; harta bowujud kelompok bukan bangunan dan hartaberwujud kelompok bangunan, metode petQoisutan yangboleh digunakan menurut undang-undang pajak adaiaiimetode garis lurus (straight line method^ dan metode saldomaiurun (declining balance methoe^. Untuk kqtentingan
td^ dipergunakan taiif penyusutan sesuai dengan Pasal11 Ayat 6 Undang-Undang Peipajakan No. 36 tahun 2008.
11
Tabell
TaiifPenyusutan Harta Bawujuc
Kelompok Harta Berwujud Masa
Manfaat
Tarif penyusutansebagalmana dimaksud
dalam
Ayat (1) Ayat (2)1. Bukan bangunan
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
Kelompok 2 Btahun 12,5% 25%
kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan Permanen 20tahun 5%
Tidak Permanen 10 tahun 10%
Sumber data: Undang-Undang Perpajakan Pasal 11 Ayat (6)
Sebelum perencanaan pajak dilakukan, tentunya ada bebeiapa
hal yang memotivasi wajib pajak dalam melaksanakan pOTencanaan pajak.
Menurut Erly Suandy (2008, 11) motivasi yang mendasari
dilakukannya suatu perencanaan pajak umunmya bersumber dari tiga
unsur peipajakan, yaitu:
a. Kebijakan Perpajakan (Tax Policy)
b. Undang-Undang Peipajakan (7<xc Lcm).
c. Administrasi Perpajakan {Tax Administration).
Menurut Erly Suandy (2008, 8-9) ada dua aspek didalam
perencanaan pajak tersebut diantaranya:
1. Aspek formalAspek formal adalah upaya pengbonatan pajak
sesuai dengan tata cara atau prosedur yang ditentukandengan undang-undang. Aspek formal dalam perencanaanpajak meliputi1.
2.
3.
4.
5.
Kewajiban mendaAarkan diri untuk memperolehNomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan NomorPengukuhan Pengusaha Kena Pajak PPKP)Menyelenggarakan Pembukuan atau pencatatanMembayar PajakMenyampaikan Surat PemberitahuanMemotong dan/atau Memungut Pajak
12
2. Aspek materialPajak dikenakan terhadap objek pajak yang dapat
berupa keadaan, perbuatan maupun peristiwa. Makauntuk mengoptimalkan alokasi sumber dana, manajemenakan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebihkarena dapat mengurangi optimalisasi alokasi sumberdaya dan tidak kurang agar tidak membayar sanksiadministratif yang merupakan pemborosan dana. Olehkarena itu objek pajak hanis dilapoikan secara benar daniengkap.
Di dalam kebijakan peipajakan di Indonesia, tdah disebutkan
bahwa pembayaran pajak yang berlaku saat ini dilandasi oleh sistem
pemungutan yang dikenal dengan sebutan self assessment stem, dimana
setiap Wajib Pajak diwajfckan menghitung, mengisi, membayar, dan
melapoikan sendiri jumlah pajak yang tahutang sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan pajak, sdiingga penentuan besaraya pajak teiiiutang
berada pada wajib pajak sendiri. Selain itu wajib pajak diwajibkan pula
melaporkan secara teratur jumlah pajak yang teiutang dan yang telah
dibayar sebagaunana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
peipajakan.
Jumlah pajak yang dipotong, dipungut ataupun yang hams dibayar
sendiri oleh wajib pajak setelah tiba saat atau masa pelunasan pemb^aran,
oleh wajib pajak hams disetorkan ke kas negara melalui kantor pos dan
atau bank badan usaha milik negara atau bank badan usaha miliif daerah
atau tempat pembayaran Iain yang ditetapkan Menteri Keuangaa
Sebuah perencanaan pajak (tax planning) yang baik yaitu dengan
melaksanakan peraturan-peraturan peipajakan, menguasai perhitungan
pajak, serta menguasai strategi dalam mengefisienkan beban pajak
pemsahaan tanpa melanggar peraturan perundang-imdangan dan
13
raelakukan pengisian surat pemberitahuan (SPT) dengan benar,
perusahaan dapat teriiindar dari pajak lebih bayar, tentunya dengan
menerapkan strategi*strategi tax planning yang tepat didalam
mengefisienkan beban PPh tenitangnya sehingga ditahim selanjutnya tidak
terjadi lagi pajak yang kurang atau lebih bayar.
Perracanaan pajak yang efektif dapat mendorong perusahaan untuk
mencapai efisiensi dalam pembayaran pajaknya. Penghematan pajak
biasanya jumlah yang signifikan sehingga dapat menambah pemasukan
untuk saldo kas perusahaannya. Dengan demikian, perusahaan dapat
mengelola dan mengatur manajemen kasnya secara efektif untuk
kelancaran usaha, memanfeatkan peluang-peluang bisnis yang
menguntungkan dan bersaing dengan perusahaan lain
14
1.5.2. Paradigma Penelitian
Perencanaan Pajak {Tax Planning) Suatu Upaya Meminimalkan BebanPajak Penghasilan Badan Pada PT Semesta Keramika Raya
Penerapan Tax Planning
PT Semesta Keramika Raya
Pajak PenghasilanBadan Terutang
- Aspek Fonnal
- Aspek Material
Metode Analisis:
Deskriptif Kuantitatif danKualitatif
(non statistik)
Hipotesis:Adanya pengaruh praerapan Tax
Planning dalam upayameminimalkan beban pajak
• Penghasilan Bnito• Unsur Penguiang
Pen^asilan Bruto• Penghasilan Kena Pajak• Tarif
Permasalahan:
Efisiensi beban PPh terutang belumtercapai akibat kurang efektifiiyapenerapan tax planning sehinggamenyebabkan pembayaran paj^
menjadi kurang optimal.
Memaksimalkan Penghasilan yangdikecualikan
Memaksimalkan Biaya-biaya Fiskal danMemimmalkan Biaya yang tidak dapatdikuiangkanPenulihan Metode Pei^msutan Aktiva
Tetao.
15
1.6. Hipotesis Penelitian
Berdasaikan uraian yang telah dijelaskaa diatas, maka penulis
merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. PT Semesta Keiainika Raya belum optinial dalam menerapkan Tax
Planning atas pajak penghasilan.
2. Beban Pajak yang teihutang pada PT Semesta Keramika Raya belum
minimal
3. Perencanaan pajak {tax planning) teifaadap upaya meminimalkan beban
pajak PT Semesta Keramika Raya belum terpenuhi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pajak
2.1.1. Definisi Pajak
Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang
pajak, pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan
pengertian pajak sehingga mudah dipahami. Berikut definisi atau
pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa:
Pajak adalah Kontribusi wajib kepada negara yangterutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifatmemaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidakmendapat imbalan secara langsung dan digunakanuntuk keperluan negara bagi sebesar-besamyakemakmuran rakyat.
Definisi pajak yang disampaikan Adriani dikutip oleh Hilarius
Abut (2007,1) definisi pajak adalah sebagai berikut:
Pajak merupakan iuran kepada negara, yang dapatdipaksakan dan terhutang oleh yang wajib pajakmembayamya menurut peraturan, dengan tidakmendapat prestasi kembali, yang langsung dapatditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayaipengeluaran umum berhubungan dengan tugas negarauntuk menyelenggarakan pemerintahan.
Sedangkan menurut Tulis S. Meliala dan Fransisca Widianti
Oetomo (2008,4) menyatakan bahwa:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negaraberdasarkan undang-undang sebagai perwujudanpengabdian dan peran serta rakyat untuk membiayainegara dan pembangunan nasional.
16
17
Darl definisi diatss terlihat ada beberapa hal pokok yang
dapat disimpulkan, yaitu:
1. Pajak dipungut dari rakyat untuk menibiayai program
pemerintah
2. Pajak dipungut secara paksa (compulsory), bukan secara
sukarela (voluntary)
3. Tidak mendapatkan kontraprestasi, jadi rakyat yang
membayar pajak tidak merasakan manfaatnya secara
langsung. Karena manfaat yang diterima masyarakat
adalah berupa pelayanan yang diberikan pemerintah
secara umum ataupun menikmati hasii pembangunan
yang dilakukan pemerintah.
2.1.2. Fungsi Pajak
Fungsi pajak tidak terlepas dari tujuan pajak, sementara tujuan
pajak tidak terlepas dari tujuan negara. Baik tujuan pajak maupim
tujuan negara semuanya berakar pada tujuan masyarakat. Setiap
negara yang memungut pajak kepada rakyatnya pasti mempunyai
tujuan, yaitu untuk membiayai pemerintahan yang dijalankan dalam
rangka memenuhi kebutuhan rakyat itu sendiri.
Fungsi pajak dapat dibedakan atas dua, yaitu:
1. Fungsi Budgeter
Yaitu fungsi yang letaknya di sektor publik yangmerupakan suatu alat (suatu sumber) untukmemasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalamkas negara yang pada waktunya dapat digunakanimtuk membiayai pengeluaran negara.
18
2. Fungsi Regulerend (Mengatur)
Fungsi mengatumya pajak digunakan sebagai suatualat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yangletaknya di luar bidang keuangan dan fungsimengatur ini banyak ditujukan terhadap sektorswasta.
(Hilarius Abut, 2007,3)
Sedangkan menurut Y. Sri Pudyatmo (2009, 16), ada dua
fungsi pajak, yaitu;
a. Fungsi AnggaranPajak mempimyai fungsi sebagai alat atau instrumenyang digunakan untuk memasukkan dana sebesar-besamya ke dalam kas negara.
b. Fungsi Mengatur
Dalam hal ini pajak digunakan untuk mengatur danmengarahkan masyarakat ke arah yang dilcehenHflin'pemerintah. Fungsi mengatur ini menggunakan pajakuntuk dapat mendorong dan mengendalikan Icagifltflnmasyarakat agar sejalan dengan rencana dan keinginanpemerintah.
2.1.3. Jenis-jenis Pajak
Dalam rangka memungut pajak oleh pemerintah dari
masyarakat maka pemerintah dalam melaksanakannya
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam yaitu;
1. Menurut Sifatnyaa. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul
sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapatdibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.Misalnya: Pajak Penghasilan (PPh).
b. Paj^ Tidak Langsung, yaitu pajak yang padaakhimya dapat dibebankan atau dilimpahkankepada orang lain.Misalnya: Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut Sasarannya/ Objeknyaa. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal
atau berdasarkan pada subjeknya, yaitu kepadawajib pajak itu sendiri.
3.
19
Misalnya: Pajak Penghasilanb. Pajak Objektif, yaitu pajak yang patokaimya
kepada objek yang dikenai pajaknya,Misalnya: Pajak Peitambahan Nilai Baiang danJasa dan Atas Barang Mewah.
Menunit Lembaga Pemungutnyaa. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat, yang digunakan untukpembangunan dan pengeluaran negara (baikpusat maupun daerah). Misalnya : PajakPenghasilan, Pajak Peitambahan Nilai Barangdan Jasa dan Penjualan atas Barang Mewah,Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Materai.
b. Pajak yang Dipungut oleh Daerah, yaitu pajakyang kewenangannya dipungut oleh pemerintahdaerah, untuk kepentingan pembiayaan rumahtangga daerah tersebutPajak Daerah terdiri atas:1) Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan
Beimotor, dan Pajak Bahan Bakar KendaraanBennotor.
2) Pajak Kabupaten/kota, contoh: Pajak Hotel,Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan.
(Wirawan B. Ilyas, 2008,29)
Sedangkan menunit Kerry Purwono (2010, 10) penggolongan
pajak dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Berdasaikan Wewenang Pemungutana. Pajak Negara (pusat) adalah pajak yang wewenang
pemungutannya dimiliki oleh Pemerintah Pusat.
Contoh: PPh, PPN dan PPnBM, PBB dan Bea Materai
b. Pajak Daerah adalah pajak yang wewenangpemungutannya dimiliki oleh Pemerint^ Daerah.
2. Berdasarkan Administrasi dan Pembebanana. Pajak Langsung, yang dapat dibagi menunit pengertian
secara:
Administrasi: berkohir (surat ketetapan pajak) dandikenakan secara berkala (berulang pada waktu tertentumisalnya setiap tahun).Ekonomis: beban pajak harus ditanggung sendiri Hantidak dapat dilimpahkan kepada orang Iain.Contoh: Pajak Penghasilan
20
b. Pajak Tidak Langsung, yang dapat dibagi menurutpengertian secara;Administrasi: tanpa berdasar kohir (surat ketetapan pajak)dan dikenakan hanya bila terjadi hal atau peristiwa yangdikenakan pajak.Ekonomis.' beban pajak dapat dilimpahkan kepada oranglain.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak PenjualanatasBarangMewah
2.2. Perencanaan Pajak (TiwP/fl/iw/ig^
2.2.1. Definisi Perencanaan Pajak
Pcrencanaan p^ak merupakan langkah awal dalam man^emen
pajak, pada tahap ini ditentukan strategi penghematan pajak yang
akan dilakukan. Suatu perencanaann yang tepat akan fnftngli«di]|<^»Ti
beban pajak yang minimal yang merupakan basil dari peibuatan
penghematan pajak dan atau penghindaran pajak yang dapat diterima
oleh fiskus dan sama sekali bukan karena penyelundupan pajak yang
tidak akan ditolerir. Adapun pengertian perencanaan pajak menurut
beberapa pakar sebagai berikut:
Menurut Mohammad Zain (2008,67)
Perencanaan pajak adalah merupakan tindakanpenstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensipajakny^ yang tekanannya kepada pengendalian setiaptransaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannyaadalah bagaimana pengendalian tersebut dapatmengefisiensikan jumlah pajak yang akan ditransfer kepemerintah, melalui apa yang disebut sebagaipenghindaran pajak {tax avoidance) dan bukanpenyelundupan pajak {tax evasion) yang merupakantindak pidana fiskal yang tidak akan ditoleransi.
Sedangkan pengertian perencanaan pajak menurut Pardiat
(2009,2) sebagai berikut:
21
Perencanaan pajak adalah usaha memperkecilpembayaran pajak (semua jenis pajak) atau menundapembayaran pajak ke tahun<tahun berikutnya tanpamelanggar ketentuan undang-undang peipajakan yangberlaku.
Dari definisi perencanaan pajak yang dikemukakan oleh para
pakar dapat disimpulkan bahwa perencanaan pajak adalah sejumlah
perencanaan dibidang perpajakan yang dibentuk untuk
meningkatkan efisiensi pengelolaan pajak, untuk dapat menyususn
perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan yang baik diperlukan
pemahaman terhadap peraturan perpajakan. Selanjutnya, selaras
dengan pengelompokkan hukum pajak administratif maupun aspek
material substantif perlu untuk dimengerti dan dipahami agar dapat
terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana.
2.2.2. Tujuan Perencanaan Pajak
Implementasi perencanaan pajak dalam kegiatan nsaha wajib
pajak adalah untuk mencapai sasaran wajib pajak dalam pemenuhan
kewajiban perpajakan, dengan cara perencanaan pajak secara
lengkap, benar dan tepat waktu yang sesuai dengan undang-undang
perpajakan, sehingga tidak terkena sanksi administratif (denda,
bunga, kenaikan pajak) dan sanksi pidana. Tujuan dilakukannya
perencanaan pajak oleh suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Membuka kesadaran akan pentingnya perencanaan perpajakan
untuk wajib pajak
b. Membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
22
c. Membuat metode perhitungan dalam efesiensi pembayaran
pajak secara legal.
Perencanaan pajak disini bukanlah untuk merugikan
penerimaan negara, karena tujuannya untuk mengatur agar pajak
yang dibayar dapat diminimalisasi dari jumlah yang seharusnya tidak
melanggar dari ketentuan yang berlaku.
2.2.3. Jenis-jenis Perencanaan Pajak
Perencanaan pajak yang baik memerlukan suatu pemahaman
terhadap undang-undang dan peraturan peipajakan. Peratuian
perpajakan yang berlaku pada saat ini perlu dicermati hanya untuk
memahami bagaimana perpajakan mempengaruhi keputusan bisnis.
Berapa pun besamya pajak penghasilan yang akan dikenakan
hams dikeluarkan oleh perusahaan. Adapun jenis-jenis perencanaan
pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Perencanaan Pajak Nasional {National Tax Planningb. Perencanaan Pajak International {International Tax
Planning)(Erly Suandy, 2008, 110)
Dalam melakukan perencanaan pajak baik nasional maupun
intemasional yang sering dilakukan adalah dengan melakukan:
a. Penghindaran tarif pajak tertinggi, baik denganmemanfaatkan bunga, investasi maupun arbitiasekemgian
b. Percepatan pengakuan pendapatan (temtama untukPPN)
c. Alokasi pajak ke beberapa Wajib Pajak maupunTahun Pajak
d. Penangguhan pembayaran pajak
23
e. Tax exclusive maximization misalnya denganpengaturan tempat melakukan jasa)
f. Tansformasi pendapatan yang terkena pajak kependapatan yang tidak terkena pajak
g. Transformasi beban yang tidak boleh dikurangi pajakke beban-beban yang boleh dikurangi pajak
h. Penciptaan maupun percepatan beban-beban yangboleh dikurangi pajak.
^ (Erly Suandy,2008, 111)
Perbedaan utama perencanaan pajak nasional dengan
perencanaan pajak intemasional adalah peraturan pajak yang ak^n
digunakan. Dalam perencanaan pajak nasional hanya memperhatikan
undang-undang domestik, tetapi kalau perencanaan pajak
intemasional disamping undang-undang domestik juga
memperhatikan peijanjian pajak dan undang-undang dari negara-
negara yang terlibat. Dalam perencanaan pajak nasional pemilihan
atas dilaksanakan atau tidak suatu transaksi hanya bergantung
terhadap transaksi tersebut. Artinya, untuk mengurangi/menghindari
pajak, Wajib Pajak dapat memilih jenis transaksi apa yang hams
dilaksanakan sesuai dengan hukum pajak yang ada.
Lain halnya dengan perencanaan pajak intemasional, yang
dipilih adalah negara (yurisdiksi) mana yang akan digunakan imtuk
suatu transaksi. Dengan kata lain, dalam perencanaan pajak
intemasional seorang pembayaran pajak bisa dengan bebas
ditentukan dinegara hukum mana ia akan dikenakan pajak dan pada
tingjcat berapa.
24
2.2.4. Hal-hal yang harus Diperhatikan dalam Perencanaan Pajak
Suatu perencanaan pajak yang tepat akan menghasilkan
beban pajak yang minimal yang merupakan hasil dari perbuatan
pengehematan pajak dan/atau penghindaran pajak yang dapat
diterima oleh fiskus dan sama sekali bukan karena penyeludupan
pajak yang tidak dapat diterima oleh fiskus dan tidak aifan ditoielir.
Menurut Erly Suandy (2008, 9) setidak-tidaknya terdapat tiga hal
yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak {tax
planning)-.
a. Tidak melanggar ketentuan perpajakan, Bila suatuperencanaan pajak ingin dipaksakan denganmelanggar ketentuan perpajakan, buat Wajib Pajakmerupakan resiko yang sangat berbahaya danmengancam keberhasilan perencanaan pajak tersebut.
b. Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajakitu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dariperencanaan menyeluruh {global strategy)perusahaan baik jangka panjang maupun jangkapendek, maka perencanaan pajak yang tidak masukakal akan memperlemah perencanaan itu sendiri.
c. Bukti-bukti pendukungnya memadai, misalnyadukungan peijanjian, faktur, dan juga perlakuanakimtansinya {accounting treatmera).
(Erly Suandy 2008,9)
2.2.5. Aspek-aspek dalam Perencanaan Pajak
Perencanaan pajak adalah upaya penghematan dengan cara
menekan jumlah kewajiban pajak tanpa bertentangan dengan UU
Pajak yang berlaku. Perencanaan perpajakan umumnya selalu
dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi atau fenomena
terkena pajak. Kalau fenomena tersebut terkena pajak, apakah dapat
25
diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya,
selanjutnya apakah pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda
pembayarannya, dan lain sebagainya. Ada dua aspek dalam
perencanaan pajak {tax planning) yaitu:
1. Aspek FonnalKewajiban perpajakan bermula dari implementasiundang-undang perpajakaa Oleh karena itu, ketidakpatuhan terhadap undang-undang dapat dikenakansanksi pidana. Sanksi administrasi maupun pidanamerupakan sumber daya sehingga perlu dihindarimelalui perencanaan pajak yang baik. Untuk dapatmenyusun perencanaan pemenuhan kewajibanperpajakan yang baik ^perlukan pemahamanterhadap peiaturan perpaja^. Selaras denganpengelompokan hukum pajak aspek formaladministratif maupun aspek material substantif perludimengerti dan dipahami untuk dapat menghindarisanksi administrasi maupun pidana.
2. Aspek MaterialPajak dikenakan terhadap objek pajak yang dapatberupa keadaan, perbuatan maupun peristiwa. Basisperhitungan adalah objek pajak. Maka untukmengoptimalkan alokasi sumber dana, manajemenakan merencanakan pembayaran pajak yang tidaklebih (karena dapat mengurangi optimalisasi alokasisumber daya) dan tidak kuiang (supaya tidakmembayar sanksi administrasi yang merupakanpemborosan dana). Untuk itu objek pajak hamsdilakukan secara benar dan lengkap. Pel^mran objekpajak yang benar dan lengkap hams bebas dariberbagai rekayasa negatif.
(Erly Suandy, 2008,8)
2.2.6. Tahapan-tahapan Dalam Perencanaan Pajak
Dalam ams globalisasi dan tingkat persaingan yang semakin
tinggi, seorang manajer dalam membuat suatu perencanaan pajak
sebagaimana strategi perencanaan pemsahaan secara keseluruhan
hams memperhitungkan adanya kegiatan yang bersifat lokal maupun
26
intemasional. Agar perencanaan pajak berhasil sesuai yang
diharapkan maka rencana itu seharusnya dilakukan melalui berbagai
unitan tahapan-tahapan berikut;
1. Menganalisis informasi yang adaTahap pertama dan proses tax planning adalahmenganalisis komponen yang berbeda atas pajakyang terlibat dalam suatu proyek dan menghitungseakurat mungkin beban pajak yang hamsditanggung.Hal ini hanya bisa dilakukan denganmempertimbangkan masing-masing elemen daripajak, baik secara sendiri-sendiri maupun secaiatotal pajak yang hams dapat dimmuskan sebagaiperencanaan pajak yang paling efisien. Penting jugauntuk memperhitungkan kemungkinan besamyapenghasilan dari suatu proyek dan pengeluaran-pengeluaran lain di luar pajak yang mungkin teqadi.Untuk itu, seorang manajer perpajakan hamsmemerhatikan &ktor-&ktor baik internal mauppnekstemal, yaitu:a. Faktor yang relevan
b. Faktor pajak
c. Faktor nonpajak lainnya
2. Buat satu model atau lebih rencana besamya pajakPa^ tahap ini penentuan model rencana besamyap^ak j/ang disesuaikan dengan peratuian p^ak yangberlaku, sehingga perhitungan beban pajak dapatakuiat.
3. Evaluasi atas perencanaan pajakP^a tahap ini dilakukan evaluasi untuk melihatsejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaanpajak terhadap beban pajak. Perbedaan laba kotordan pengeluaran selain pajak atas berbagai alltematifperencanaan. Variabel-variabel tersebut akandihitung seakurat mungkin dengan hipotesis sebagaiberikut:
a. Bagaimana jika rencana tersebut tidakdilaksanakan.
b. Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakandan berhasil dengan baik.
c. Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakantapi gagal.
27
4. Mencan kelemahan dan kemudian memperbaikikembali rencana pajakPada tahap ini terkadang rencana yang sudah dibuathams diubah mengingat adanya pembahanperaturan/pemndang-undangan. Tindakan pembahanhams tetap dijalankan walaupun memerlukanpenambahan biaya sepanjang penghematan pajakmasih besar, karena bagaimanapun juga kemgianyang ditanggung mempakan kemgian yang minimal.
5. Memutakhirkan rencana pajakMeskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakandan proyek juga telah beijalan, tetap perludiperhitung^can setiap pembahan yang tegadi baikdan undang-undang maupun pelaksanaannya.Pemutakhiran suatu rencana adalah konsekuensiyang perlu dilakukan oleh masyarakat Denganmemberikan perhatian terhadap perkembangan yangakan datang maupun situasi yang teijadi saat ini,seorang manajer akan mampu mengurangi akibatyang memgikan dari adanya pembahan, dan padasaat yang bersamaan mampu mengambil kesempatanuntuk memperoleh manfeat yang potensial.
(Erly Suandy, 2008,13)
2.2.7. Prinsip Taxable (dapat dipajaki) dan Deductible (dapat dikuiangi)
Prinsip Taxable (dapat dipajaki) dan Deductible ( dapat
dikurangi) mempakan prinsip jrang lazim dipakai dalam perencanaan
pajak, yang pada umumnya mengubah biaya yang tidak boleh
dikurangkan menjadi biaya yang boleh dikurangkan atau sebaliknya
mengubah penghasilan yang mempakan objek pajak menjadi
penghasilan yang bukan objek pajak, dengan konsekuensi teijadinya
pembahan pajak terutang akibat pembahan tersebut.
Semakin besar biaya yang tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan broto menyebabkan penghasilan sebelum pajak akan
lebih besar dari yang sesungguhnya dan hal itu akan menyebabkan
pajak yang terutang akan lebih besar dan begitu sebaliknya. Semakin
28
besar biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
menyebabkan penghasilan sebelum pajak akan lebih kecil dan
otomatis mengurangi jumlah pajak yang terutang. Oleh karena itu
perlu diketahui apa saja yang dapat dan tidak dapat diakui sebagai
biaya dalam perpajakan agar tidak teijadi kesalahan dalam
perencanaan pajak {taxplanning).
Pasal 6 Undang-Undang Pajak Penghasilan menyatakan bahwa
untuk menghitung besamya Penghasilan Kena Pajak dalam negeri
dan Bentuk Usaha Tetap ditentukan berdasarkan penghasilan bnito
dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihaia
pen^asilan termasuk:
a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsungberkaitan dengan kegiatan usaha antara lain:1. Biaya pembelian bahan2. Biaya yang berkaitan dengan pekeijaan atau jasa
temiasuk upah, gaji, honorarium, bonus,gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan Halambentuk uang.
3. Bunga, sewa, royalti4. Biaya perjalanan5. Biaya pengolahan limbah6. Premi asutansi7. Biaya promosi dan pei^ualan yang diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan8. Biaya adminsitrasi, dan9. Pajak kecuali pajak penghasilanBiaya yang dimaksud adalah biaya yang lazimnyadisebut dengan biaya sehari-hari yang dibebankan padat^un pengeluaran yang diperlukan persyaratanhubungan langsung dengan usaha atau kegiatan untukmendapatkan, menagih, dan memelihaia penghasilanyang merupakan Objek Pajak.
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh hartaberwujud dan amortisasi atas pengeluaran untukmemperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyaimasa man&at lebih dari l(satu) tahun.
29
c. luran kepada dana pensiun yang pendiriannya telahdisahkan oleh Menteri Keuangan.
d. Kenigian karena penjualan atas pengalihan harta yangdimiliki dan digunakan dalam pemsahaan atau dimilikiuntuk mendapakan, menagih dan memeliharapenghasilan.
e. Kerugian selisih kus mata uang asingKerugian selisih kurs mata uang asing diakibatkanadanya fluktuasi kurs sehari-hari terutama dalamkon<hsi krisis moneter. Pembebanan selisih kurs
dialkuakn berdasarkan sistem pembukuan pemsahaandengan syarat taat asas (konsisten).
f. Biaya penelitian dan pengembangan pemsahaan yangdilakul^ di Indonesia
g. Biaya beasiswa, magang dan pelatihanh. Piutang yang nyata sudah dapat ditagih dengan syarat:
1) Tel^ dibebankan sebagai biaya dalam loporanlaba mgikomersial
2) Wajib Pajak hams menyerahkan da^ piutangyang tidak dapat ditagih kepada Direktorat JendralPajak.
3) Telah diserahkan perkara penagihannya kepadaPengadilan Negeri atau instansi pemeiintah yngmanangani piutang negara, atau adanya peganjiantertulis mengenai penghapusanpiutang/pembebasan utang antara l^editur dandebitur yang bersngkutan, atau lebih dipubliksikandalam penertbitan umum atau khusus atau adanyapengakuan dari debitur bahwa utangnya telahdihapuskan untuk jumlah utang tertentu.
4) Syarat pada angka 3) tidak berlaku untukpenghapusan piutang tak tertagih debitur kecil(Pasal 4 Ayat (1) humf "k")
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan benacanayang ditetapkan dengan Peratuaran Pemeiintah.
j. Sumbangan dalam rangka penelitian danpengembangan yang dilakukan di Indonesia yangketentuannya diatur dengan ketentuan pemerintah
k. Biaya yang pembangunan in&astmktur sosial yangketentuannya diatur dengan ketentuan pemerinatah
1. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuanhyadiatur dengan Ketentuan Pemerintah dan
m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olah raga yangketentuannya diatur dalam Ketentuan Pemerintah
(Waluyo, 2008,103)
30
Biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan dalam rangka
menghitung. Pen^iasilan Kena Pajak diatur dalam Pasal 9 Undang-
Undang PPh diantaranya:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentukapapun seperti deviden, termasuk deviden yangdibayarkan oieh penisahaan asuransi kepadapemegang polis, dan pembagian sisa basil usahakoperasi.
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untukkepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,atauanggota.
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan,kecuali:
1) Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bankdan badan usaha lain yang menyalurkan kredit,sewa guna usaha dengan hak opsi, penisahaanpembiayaan komsumen, dan penisahaan anjakpiutang.
2) Cadangan untuk usaha asuransi termasukcadangan bantuan sosial yang dibentuk olehBadan Penyelenggara Jaminan Sosial.
3) Cadangan penjaminan untuk Lembaga PenjaminSimpanan
4) Cadangan biaya reklamasi untuk usahapertambangan
5) Cadangan biaya penanaman kembali untuk usahakehutanan, dan
6) Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaantempat pembuangan limbah industri untuk usahapengolahan limbah industri yang ketentuan dansyarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkanPeraturan Menteri Keuangan.
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,asuransi jiwa, asuaiansi dwiguna Wajib Pajak yangbersangkutan
e. Penggantian atau imbalan sehubungan denganpekegaan atau jasa yang diberikan dalam bentuknatura dan kenikmatan di daerah tertentu yangberkaitan dengan pelaksanaan pekeijaan, yangditetapkan dengan atau berdasarkan Peraturan MenteriKeuangan.
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkankepada pemegang saham atau kepada pihak yangmempunyai hubungan istimewa sebagai imbalansehubungan dengan pekegaan yang dilakukan.
31
g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan danwarisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat(3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Ayat (1) hurufi, huruf j, huruf k, huruf 1, dan huruf m, Undang-undang Pajak Penghasilan serta zakat yang diterimaoleh badan amil zakat yang dibentuk atau disahkanoleh pemeiintah atau sumbangan keagamaan yangsifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui diIndonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaanyang dibentuk atau disahkan oleh pemeiintah, yangketentuannya diatur dengan atau berdasarkanPeraturan Pemeiintah.
h. Pajak Penghasilan, yang dimaksud dengan PajakPenghasilan dalam ketentuan ini adalah PajakPenghasilan yang temtang oleh Wajib Pajak yangbersangkutan.
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untukkepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yangmenjadi tanggungannya.
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan.Firma, atau perseroan, komanditer yang modalnyatidak terbagi atas saham
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda dankenaikan serta sanksi pidW berupa denda yangbeilcenaan dengan pelaksanaan pemndang-nnHangandi bidang perpajakan.
(Pardiat, 2010,21)
Dengan adanya pengecualian ini diharapkan perusahaan dapat
mengambil keuntungan yang sebesar-besamya dari berbagai
pengecualian, potongan atau pengurangan atas penghasilan kena pajak
yang diperbolehkan undang-undang.
2.3. Upaya Meminimalkan Beban Pajak Penghasilan Badan
2.3.l.Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada
penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak
32
penghasilan bisa diberlakukan progresif, proposional, atau regresif
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama
satu tahun pajak. Beban pajak atau pajak penghasilan terdiri dari
Beban Pajak Kini (pajak tahun beqalan) dan Beban Pajak Beijalan
(Pajak Penghasilan Tangguhan)
Beban pajak atau pajak penghasilan terdiri dari Beban Pajak
Kini (pajak tahun beqalan) dan Beban Pajak Tangguhan (pajak
penghasilan tangguhan). Menurut PSAK No. 46 ada beberapa istilah
yang perlu dipahami, antara lain:
a. Beban {tax expense) atau manfaat pajak {tax benefit)adalah jumlah agregat pajak kini {current tax) danpajak tangguhan {deffered tax) yang ikutdiperhitungkan dalam perhitungan laba atau rugiakuntansi pada suatu atau dalam periode begalan.
b. Pajak kini {current tax) adalah jumlah pajakpenghasilw yang terutang atas penghasilan kena pajakdalam periode atau tahun pajak beijalan.
c. Pajak penghasilan adalah pajak penghasilan yangdihitung berdasarkan peraturan perpajakan ataspenghasilan kena pajak.
d. Pajak penghasilan — final adalah pajak penghasilanatas penghasilan tertentu yang dikenakan pajaktersendiri. yang bersifet final tidak digabungkandengan penghasilan objek pajak tarif pasal-17 sebagaikomponen penghasilan kena pajak yang dikenakanpajak tidak bersifat final. Penghasilan tertentu yangdikenakan pajak tersendiri dan bersifat final adalahpenghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaansebagai Wajib Pajak, yang berasal dari transaksi,kegiatan atau usaha tertentu (menurut ketentuan yangditetapkan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilantahun 2000).
e. Laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih dfllam satuperiode akuntansi sebelum dikurangi beban pajak -Laba (Rugi) Sebelum Pajak.
f. Laba atau Rugi Fiskal {taxable income or loss) ataupenghasilan kena pajak adalah laba atau rugi dalamsatu tahun pajak yang dihitung berdasar peraturan
33
perpajakan dan menjadi dasar perhitungan pajakpenghasilan yang terutang dalam tahun pajak beijalan.
2.3.2. Subjek Pajak
Subjek pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Dapat diartikan sebagai pihak yang menunit undang-undang
perpajakan dapat dilekati dengan hak dan kewajiban perpajakan.
Subjek pajak juga bisa berarti pihak yang memiliki potensi untuk
membayar pajak.
MenurutSigit Hutomo (2009, 15) yang menjadi subjek
pajak terdiri dari:
a. . 1. Orangpribadi atau perseorangan;2. warisan yang belum terbagi sebagai satukesatuan menggantikan yang berhak
b. Badan
0. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Sedangkan menurut Djoko Mulyono (2010, 2) yang
menjadi objek pajak terdiri dari:
1. Subjek Pajak Dalam Negeri, terdiri dari:
a Orang Pribadi,b. Badan
c. Warisan
2. Subjek Pajak Luar Negeri, terdiri dari:
a Orang Pribadi bukan Bentuk Usaha Tetap(BUT)
b. Badan bukan Bentuk Usaha Tetap (BUT)
c. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
2.3.2.1. Subjek Pajak Dalam Negeri
Subjek pajak dalam negeri terdiri dari:1. Subjek Pajak Orang Pribadi, yaitu:
34
a. Orang pribadi yang bertempat tinggal diIndonesia, orang pribadi yang berada diIndonesia lebih dari 183 (seratus delapanpuiuh tiga) ban dalam janglra waktu 12 (duabelas) bulan, atau
b. Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajakberada di Indonesia dan mempunyai niatuntuk tinggal di Indonesia.
2. Subjek Pajak Badan, yaitu:Badan yang didirikan atau bertempat kedudukandi Indonesia.
3. Subjek Pajak Warisan, yaitu;Warisan yang belum terbagi sebagai satukesatuan menggantikan yang berhak.
(Mardiasmo, 2008,130)
2.3.2.2. Subjek Pajak Luar Negeri
Subjek pajak luar negeri terdiri dari:
1. Subjek pajak orang pribadi, yaitu:
Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal diIndonesia, orang pribadi yang berada diIndonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapanpuluh tiga) hari dalam jangka waktu 12(duabelas) bulan yang:
a. menjalankan usaha atau melakukankegiatan melalui bentuk usaha tetap diIndonesia.
b. Dapat menerima atau memperolehpenghasilan dari Indonesia bukan darimenjalankan usaha atau melakukankegiatan melalui bentuk usaha tetap diIndonesia.
2. Subjek Pajak badan, yaitu:
Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempatkedudukan di Indonesia, yang:
a. meiyalankan usaha atau melakukankegiatan melalui bentuk usaha tetap diIndonesia.
35
b. Dapat menerima atau memperolehpenghasilan dari Indonesia bukan darimenjalankan usaha atau melakukankegiatan melalui bentuk usaha tetap diIndonesia.
(Mardiasmo, 2008,130)
2.3.3. Objek Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan dikenakan atas penghasilan yang diterima
oleh Wajib Pajak badan maupun Wajib Pajak orang pribadi. Oleh
karena penghasilan digunakan sebagai dasar dalam menentukan
jumlah pajak, maka berarti penghasilan merupakan objek p^ak.
Objek pajak dapat diartikan sebagai sasaran pengenaanpajak dan dasar untuk menghitung pajak terhutang. Yangmenjadi objek PPh adalah penghasilan atau setiaptambahan kemampuan ekonomis yang diterima ataudiperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesiamaupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untukkonsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajakyang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentukapapun.
(Waluyo, 2008,99)
Objek pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiaptambahan kemampuan ekonomis yang diterima ataudiperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesiamaupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untukkonsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajakyang bersangkutan dengan nama dan dalam bentukapapun.
(Djoko Mulyono, 2009,17)
Berdasarkan pasal 4 Ayat (1) UU PPh objek pajak adalah
penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajb Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
36
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekeijaanatau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji,upah, tunjangan, komisi, bonus, gratifikasi, uangpensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecualiditentukan lain dalam Undang-Undang PajakPenghasilan.
b. Hadiah dari undian atau pekegaan atau kegiatan, danpenghargaan.
c. Laba usaha.
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihanharta termasuk:1) Keuntungan kerena pengalihan harta kepada
perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagaipengganti saham atau penyertaan modal.
2) Keuntungan karena pengalihan harta kepadapemegang saham, sekuritas, atau anggota yangdiperoleh perseroan, persekutuan dan badanlainnya.
3) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan,peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau organisasi dengan nama dandalam bentuk apapun.
4) Keuntungan karena pengalihan harta berupahibah,bantuan, atau sumbangan kecuali yang dibetikankepada keluarga sedarah dalam garis keturunanlurus satu derajat, dan badan keagamaan ataubadan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,koperasi atau orang pribadi 3rang manjalankanusaha mikro dan kecil yang ketentuannya diaturlebih lanjut dengan Peraturan Menteii Keuangan,sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha,pekeijaan, kepemilikan, atau penguasaan antarapihak-pihak yang bersangkutan.
5) Keuntungan karena penjulan atau pengalihansebagian atau seluruh hak penambangan, tandaturut serta dalam pembiyaan, atau pemodalandalam perusahaan pertambangan.
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telahdibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahanpengembalian pajak.
f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalankarena jaminan pengembalian utang.
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapnntermasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
37
pemegang polis dan pembagian sisa hasil usahakoperasi.
h. Royalti, atau imbalan atas penggunaan hak.i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan hartaj. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkalak. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai
dengan jumlah tetentu yang ditetapkan denganperaturan pemerintah.
1. Keuntungan selisih kurs mata uang asing.m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.n. Premi asuransi
0. luran yang diterima atau diperoleh perkumpulan darianggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yangmenjalankan usaha atau pekeijaan bebas.
p. Tambahan kekayaan netto yang berasal daripenghasilan yang belum dikenai pajak.
q. Penghasilan dari usaha yang berbasis syariahr. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dantata caia peipajakan dan
s. Surplus Bank Indonesia.
2.3.4. Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan
Penghasilan merupakan objek pajak. Tetapi ada beberapa
penghasilan yang dikecualikan menjadi objek pajak.
Pengecualian objek pajak diatur dalam Pasal 4 Ayat (3) UU
PPh yaitu;
a Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yangditerima oleh badan amil zakat atau lembaga amiizakat yang dibentuk atau disahkan oleh ponerintah danyang diterima oleh penerima zakat yang berhak atausumbangan keagamaan yang siiatnya wajib bagipemeluk agama yang diakui di Indonesia, yangterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk ataudisahkan oleh pemerintahan yang diterima olehpenerima sumbangan yang berhak, yangketentuannya diatur dengan atau b^dasaikanperaturan pemerintah.
b. Harta hitehan yang diterima oleh fceluarga sedaiahdalam garis keturunan lunis satu derajat, badankeagamaan, badan pendidikan, badan sosial
38
tennasuk yayasan, koperasi, alau orang pribadiyang menjalankan usaha mikro dan kecil, yangketentuannya diatiir dengan atau beidasarkan PetatiuanMenteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungandengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaandi antara pihak-pihak yang bersangkutm
c. Warisaa
d. Harta termasuk setoian tunai yang diterima olehbadan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)hunif b sebagai pengganti saham atau sebagaipengganti penyertaan modal.
e. Penggantian atau imbalan sehubunganpekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh Haiambentuk nature dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajakatau PenKiintah, kecuali yang diberikan oleh bukanWajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secarafinal atau Wajib Pajak yang men^unakan normapeai^tungankhusus(dfee/nerf/>rtj/?/) seba^imanadimaksud dalam Pasal 15.
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orengpribadi sehubungan dengan asuransiasurensi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransidwiguna, dan asuransi beasiswa.
g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperolehpcrseroan terbatas sd)agai W^ib Pajak Halnm ne^ii,kcqioasi, badan usaha milik negara, atau ncahamilikdaerah, dari penyertaan modal pada haHat^ usahayang didiiikan dan beitempatkedudukandi Indonesiadengan syarat;1. Dividai beiasal dari cadangan laba yang ditahan,dan
2. Bagi perseroan terbatas, badan ii«»ha miliknegara dan badan usaha milik daerah yangmenerima dividen, kepemilikan saham pada haHnnyang memberikan dividen paling rendah 25% (duapuluh lima persen) dan jumlah modal yang disetor.
h. luian yang diterima atau diperoleh dana pensiunyang pendinannya telah disahkan Menteri Keuangan,baik yang dibayar oleh pemberi Iroga maiqiun p^awai;Pen^ilan dari modal yang ditanamkan oleh danapensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, Hainmbidang-bidang tertaitu yang ditetapkan denganKeputusan Mentoi Keuangan.
i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh danapensiun sebagaimana dimaksud pada huruf h, dalambidang-bidang tertentu yang ditetapkan denganKeputusan Menteri Keuangan
39
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dariperseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atassaham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dankongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrakinvestasi kolektif.
k. Dihapus1. Pengjiasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan
modal Ventura berupa bagian laba dari badan pasflnganusaha yang didirikan dan menjalankan usaha ataukegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pa<Mnganusaha tersebut;
1. Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengahatau menjalankan kegiatan dalam sektor-sektorusaha yang diatur dengan atau berdasarkanPeraturan Menteri Keuangan, dan
2. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek diIndonesia
m. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yangketentuannya diatur lebih lanjut dengan atauberdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
n. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan ataulembaga nirlaba yang bergerak dalam bidangpendidikan dan/atau bidang penelitian d^npengemban^ yang telah terdafiar pada instansi yangmembidanginya, yang ditanamkan kembali dalambentuk sarana dw prasarana kegiatan pendidikandan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangkawaktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnyasisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebihlanjut dengan atau berdasarkan Peraturan MenteriKeuangan, dan
0. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh BadanPenyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajaktertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut denganatau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(Gunadi, 2009,164)
2.3.5. Macam-macam Objek Penghasilan
Penghasilan sebagai objek pajak dapat diperoleh dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia. Berdasarkan asal negara
sumber penghasilan tersebut didapat, maka objek pajak dapat
dibedakan menjadi sebagai berikut:
1. Objek Pajak Dalam Negeri
40
Objek pajak dalam negeri adalah penghasilan yangdiperoleh subjek pajak dalam negeri termasuk BUTmaupun subjek pajak luar negeri yang berasal dariIndonesia.
2. Objek Pajak Luar NegeriObjek pajak luar negeri adalah penghasilan yangdiperoleh subjek pajak dalam negeri termasuk BUTyang berasal dari luar Indonesia.
(Djoko Mulyono, 2009,17)
2.3.6. Tarif Pajak Penghasilan dan Dasar Pengenaan Pajak
Tarif pajak dibedakan menjadi tarif tetap, tarif proporsional
(sebanding), tarif progresif (meningkat) dan tarif degresif(menurun).
Untuk menghitung besamya pajak yang terutang wajib pajak badan
maka tarif yang digunakan adalah tarif progresif.
Sesuai Undang-undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 17
ayat (lb) menyatakan bahwa « Wajib Pajak badan dalam negeri dan
bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%". Tarif sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 huruf b menjadi 25% yang mulai berlaku sejak tahun
pajak 2010.
Adapun Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaian
bruto sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) mendapat fesilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50%
(lima puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 17
ayat (1) huruf b dan ayat (2b) yang dikenakan atas Penghasilan Kena
Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp.
4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Untuk dapat menghitung PPh terutang, terlebih dahulu hams
diketahui dasar pengenaan pajaknya. Untuk wajib pajak dalam negeri
41
dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menjadi dasar pengenaan pajak
adalah Penghasilan Kena Pajak (PBCP) yang berlandaskan atau
bersumber dari laporan keuangan perusahaan (daftar perhitungan laba
rw^profit and loss statement). Besamya penghasilan kena pajak untuk
wajib pajak badan sama dengan penghasilan neto, yaitu penghasilan
bruto dikurangi biaya-biaya yang diperkenankan oleh undang-undang
PPh atau setelah dilakukan koreksi fiskal positif dan atau negatif dapat
diperoleh penghasilan netto setelah koreksi.
Pajak Terutang - Tarif Pajak X Penghasilan Kena Pajak
(Sukrisno dan Estralita, 2009,224)
Pada akhir tahun fiskal setiap wajib pajak diwajibkan untuk
melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang riftngan
menggunakan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT).
2.3.7. Strategi Meminimalkan Beban Pajak Penghasilan
Dalam meminimalkan beban pajak perlu adanya strategi-
strategi yang digunakan agar perencanaan pajak dapat begalan
dengan baik. Ada beberapa strategi yang biasa digunakan dalam
perencanaan pajak. Menurut Erly Suandy (2008, 121) strategi dalam
meminimalkan beban pajak penghasilan badan adalah sebagai
berikut:
1. Pemilihan altematif dasar pembukuan, basis kas ataubasis akrual.
2. Pengelolaan transaksi yang berkaitan denganpemberian kesejahteraan kepada kaiyawan.
3. Pemilihan metode penilaian persediaan.4. Pemilihan sumber dana dalam pengadaan asset tetap.5. Pemilihan metode penyusutan asset tetap dan
amortisasi asset tidak berwujud.
42
6. Transaksi yang berkaitan dengan pemungutan pajak7. Optimalisasi pengkreditan pajak yang telah dibayar.8. Permohonan penuninan pembayaran angsuian masa
(PPhPasal25)9. Pengajuan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal
22 dan Pasal 23.10. Rekonsiliasi SPT
11.Penyertaan modal pada perseroan terbatas dalan^negeri.
Sedangkan menurut Aries P. Ompusunggu (2011, 6)
strategi dalam meminimalkan beban pajak penghasilan badan
adalah sebagai berikut:
1. ^2. Ambil keuntungan dari kredit pajak selama tahun
bcQalan3. Tunda (menangguhkan) pembayaran pajak terutang
tanpa dikenakan sanksi administrasi (penalty) olehkantor pajak.
4. Maksimalisasi pengurang pajak5. Usahakan untuk mendapat pengurangan lapisan tarif
pajak6. Usahakan untuk mendapat pengurangan lapisan tarif
pajak PPh Pasal 177. Usahakan untuk dapat menggeser beban pajak ke
pihak lain.8. Ambil keuntungan dari status Surat Pemberitahuan
Masa/Tahunan (SPT) dan pengecualian pajak.
2.3.8. Rekonsiliasi Laporan keuangan Komersial ke Uporan Keuangan
Fiskal
Adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara
akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan dalam
menghitung besamya penghasilan kena pajak, Perbedaan ini
disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara akuntansi
komersial yang mendasarkan laba pada konsep dasar akuntansi yaitu
penandingan antara pendapatan dengan biaya-biaya terkait.
43
sedangkan dan segi fiskal tujuan utamanya adalah penerimaan
negara.
Perbedaan antara laporan keuangan komersial dengan lapoian
keuangan fiskal dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Peibedaan waktu
Perbedaan waktu adalah perbedaan yang bersifat sementaia
karena adanya ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan
beban antara peratuian perpajakan dengan SAK. Perbedaan
waktu tegadi karena adanya transaksi bisnis berupa penghasilan,
biaya, beban yang diakui balk oleh ketentuan perpajakan
maupun oleh stndar akuntansi keuangan (SAK) yang lazim,
tetapi pada waktu dan periode yang berbeda.
Contoh:
a. Plutang usaha yang berkaitan dengan piutang yang nyata-
nyata tidak dapat ditagih lagi.
b. Persediaan yang berkaitan metode penilaian persediaan
yang diakui dalam menghitung pajak terutang.
c. Harga tetap berkaitan dengan metode penyusutan
2. Perbedaan tetap/permanen.
Beda tetap adalah perbedaan pengakuan suatu penghasilan atau
biaya berdasarkan ketentuan peratuian perundang-undangan
perpajakan dengan prinsip akuntansi. Peibedaan tetap ini dapat
teijadi karena undang-undang perpajakan tidak pemah
mengakui perlakuan transaksi bisnis tertentu baik pengakuan
44
penghasilan maupun biaya dalam menghitung pengfaasilan kena
pajak. Perbedaan pennanen/tetap pengakuan penghasilan,
misalnya:
1. Penghasilan tertentu yang telah dipotong PPh final, diatur
dalam Pasal 4 Ayat (2) undang-undang PPh.
2. Penghasilan bukan objek pajak diatur dalam Pasal 4 Ayat
(3) undang-undang PPh.
Perbedaan permanent/tetap pengakuan biaya/beban, misalnya:
1. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan peke^aan
atau yang diberikan dalam bentuk natura dan
kenikmatan/fasilitas.
2. Pembentukan dana cadangan, kecuali jenis nsaha asuransi
leasing dan perbankan.
3. Pajak penghasilan (PPh 21, 22, 23, 24, 25, 26) dan PPh
final.
4. Sanksi perpajakan berupa sanksi bunga denda dan kenaikan.
2.4. Perencanaan Pajak (Tar Planning) Suatu Upaya Meminimalkan Beban
Pajak Penghasilan Badan
Perencanaan pajak {tax planning sesungguhnya merupakan
tindakan penstukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajak yang
tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi
pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian teisebut dapat
meminimalkan jumlah pajak perusahaan yang akan ditransfer ke pemerintah
45
melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak (tax avoidance) dan
bukan penyelundupan pajak (tax evasion) yang merupakan tindak pidana
fiskal yang tidak akan ditoleransi. Umumnya perencanaan pajak memjuk
kepada proses merekayasa usaha dan transaksi wajib pajak agar utang pajak
berada dalam jumlah yang minimal tetapi masih dalam bingkai peratuian
peipajakan ataupun mengatur agar pajak yang dibayar tidak lebih dari
jumlah yang seharusnya.
Didalam melakukan perencanaan pajak, perusahaan hams benar-
benar memahami ketentuan peratuian perpajakan yang berlaku,
perkembangan dan perabahannya, tahapan-tahapan didalam membuat
perencanaan pajak, strategi yang tepat dalam penerapannya dan juga
memahami prinsip taxable dan deductible sehingga perusahaan dapat
mengambil keuntungan yang semaksimal mungkin dari berbagai
pengecualian, potongan atau pengurangan atas penghasilan kena pajak yang
dipeibolehkan undang-undang sehingga dapat menghemat beban pajak
perusahaan.
Salah satu caranya yaitu dengan memaksimalkan pengurangan-
pengurangan dengan cara pengalihan pemberian dalam bentuk nature ke
bentuk tunjangan-tunjangan yang dapat dikurengkan sebagai biaya sesuai
prinsip dapat dipajaki (taxable) dan dapat dikurangkan (deductible) yang
dianut ketentuan pereturan perundang-undangan perpajakan. Karena dalam
penerapan perencanaan pajak pada dasamya berlaku prinsip deductible dan
taxable yaitu merabah suatu komponen biaya yang menumt ketentuan
perpajakan tidak dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bmto
46
menjadi komponen biaya yang dapat dijadikan sebagai pengurang
penghasilan bruto dengan konsekuensi teijadi perubahan pada salah satu
jems pajak yang menjadi kewajiban perusahaan tersebut. dengan demikian
semakin besar biaya yang dapat dikurangkan maka semakin kecil
penghasilan kena pajaknya sehingga pajak penghasilan yang terutang yang
hanis dibayar juga semakin kecil.
BABm
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. ObjekPenelitian
Dalam melakukan penelitian, objek yang diteliti oleh penulis meliputi
dua variabel yaitu Perencanaan Pajak (Tax Planning) dan Upaya
Meminimalkan Beban Pajak Penghasilan Badan PT Semesta Keramika Raya.
Untuk mendapatkan data dan infonnasi yang dibutuhkan, penulis melakukan
penelitian pada PT Semesta Keramika Raya yang terletak di Jalan Raya
TIanjung Udik No. 88 Gunung Putri, Bogor.
PT Semesta Keramika Raya berdiri pada tahun 2001 dengan tujuan
untuk memenuhi permintaan pasar keramik lokal dan export. Beberapa
produk yang diproduksi dan dipasarkan adalah tableware (produk untuk
rumah tangga) yang terdiri dari, mug, piring, mangkok dan cup saucer.
Perusahaan Semesta Keramika Raya sebagai pengusaha kena pajak tentu
tidak terlepas dari pemenuhan semua kewajiban perpajakannya sebagaimana
yang ditentukan dalam undang-undang pajak. Agar tidak teijadi gangguan
yang serius terhadap jalannya perusahaan maka pemenuhan kewajiban
peipajakan hams dikelola dengan baik. Namun, dari hasil penelitian yang
dilakukan, beban pajak penghasilan PT Semesta Keramika Raya masih terlalu
besar yang dapat terlihat dari besamya biaya yang tidak dapat dikurangkan
dari penghasilan bmto sehingga menyebabkan tingginya penghasilan kena
pajak dan beban PPh temtang masih terlalu besar.
47
48
Hal ini tentu saja mengganggu jalannya perusahaan dimana
pembayaran pajak tidak direncanakan dengan baik. Seharusnya perusahaan
bisa memperkecil pajak terutangnya dengan memaksimalkan dari berbagal
pengecualian, potongan atau pengurangan-pengurangan atas pengiiasilan kena
pajak yang diperbolehkan undang-undang sehingga dapat mengurangi beban
pajak yang merupakan biaya bagi perusahaan, namun hal tersebut tidak
dilakukan oleh PT Semesta Keramika Raya dalam pengelolaan pajaknya. Hal
ini menandakan bahwa perencanaan pajak (tax planning) belum dijalankan
dengan baik sehingga beban pajak perusahaan masih terlalu besar.
Unit keija yang diteliti yaitu pada bagian akuntansi dan keuangan.
Dalam melakukan penelitian terhadap objek yang akan diteliti, penulis
menitik beratkan pada sejauh mana perencanaan pajak (tax planning)
mempengaruhi beban pajak perusahaan dan terhadap beban pajak yang
dibayar perusahaan.
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Desain Penelitian
Penelitian pada dasarnya adalah pengembangan pengetahuan dan
pemecahan masalah dengan usaha penyelidikan yang sistematis dan
terorganisir. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Serangkaian pilihan dalam memperoleh data dan informasi yang
diperlukan untuk menyusun skripsi ini mencakup:
49
1. Jenis, Metode dan Teknik Penelitian
a. Jenis Peneiitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah deskriptif eksploratif, yaitu penelitian yang bertujuan
untuk menjelaskan antaia Perencanaan Pajak {Tax Plarming)
(variabel satu) dengan Upaya Meminimalkan Beban Pajak
Terutang (variabel dua) berdasarkan hipotesis yang ada.
b. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah studi
kasus, yaitu metode penelitian dengan karakteristik yang
berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini yang te^adi
dari subjek yang diteliti.
c. Teknik Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik penelitian
analisis kualitatif, karena penelitian yang dilakukan tidak
berhubungan dengan alat analisis statistik.
2. Unit analisis
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah individual,
sumber data yang unit analisisnya merupakan unit fVingsional dari
suatu organisasi. Dalam skripsi ini sumber data diperoleh dari
responden bagian akuntansi dan keuangan PT Semesta Keramika
Raya.
50
3.2.2. Operasionalisasi Variabel
Untuk memudahkan proses analisis, maka terlebih dahulu penulis
mengklasifikasikan variabel-variabel penelitian kedalam dua
kelompok, yaitu sebagai berikut:
a. Variabel Independen (variabel tidak terikat/bebas)
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel dependen. Dalam makalah ini yang
menjadi variabel independen adalah Perencanaan Pajak {Tax
Planning).
b. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam makalah ini yang
menjadi variabel dependen adalah Pajak Penghasilan Badan
Terutang.
Adapun penjabaran dan pengukuran dari operasionalisasi
variabel ini dijabarkan dalam tabel berikut ini:
51
Tabel 2
Perencanaan Pajak {Tax Planning) Suatu Upaya Meminimalkan BebanPajak Penghasilan Badan Pada PT Semesta Keramika Raya
NoVariabel/Sub
Variabel
Perencanaan
PajakSub variabel:
• Perencanaan
Aspek Formal
• Perencanaan
AspekMaterial
Indikator
Kepatuhan wajibPajak Badan
Memaksimalkan
Penghasilan yangdikecualikan
• Memaksimalkan
Biaya-biaya Fiskal
Meminimalkan
Biaya yang tidakdapat dikurangkan
Pemilihan Metode
Penyusutan AktivaTetap
Ukuran
Mendaftarkan diri
untuk mendapatkanNPWP
MenyelenggarakanPembukuan atau
pencatatan.
Memotong ataumemungut pajakMengisi danmemasukkan SPT ke
Direktorat Jenderal
Pajak
Pasal 4 (3) UU PPhNo. 36 Tahun 2008
tentang PajakPenghasilan.Pasal 6 UU PPh No.36 Taliun 2008
Pasal 9 UU PPh No.
36 Tahun 2008
• Pasal 11 UU
Perpajakan No. 36Tahun 2008
Skala
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
52
2 PajakPenghasilanBadan Terutang
• Penghasilan Bruto • PasaU (1), pasal4(3) UU PPh
No.36 tahun 2008
Rasio
Rasio
• Unsur pengurangPenghasilan Brutoyang dapatdimanfaatkan
• Pos-pos danjumlahbiaya yang bolehdikurangkan sesuaiPasal 6 UU PPh.UUPPh No 36 Tahun
2008
Rasio
• Penghasilan KenaPajak
• Pasal 6 UU PPh No.36 tahun 2008
Rasio
• Tarif • Pasal 17 ayat 1 danUU PPh No. 36
tahun 2008
3.2.3. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan penulis untuk
mendapatkan data dan informasi sebagai pendukung penelitian untuk
pembuatan makalah skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Riset Kepustakaan
Pengumpulan data dengan riset kepustakaan ini dilakukan untuk
memperoleh data sekunder yaitu dengan cara membaca dan
mempelajari teori-teori serta literatur-literatur yang berhubungan
dengan pembahasan skripsi ini.
2. Riset Lapangan
Penelitian dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung
pada objek penelitian, yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
yaitu tentang tax planning dan pajak penghasilan badan terutang.
Adapun teknik-teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:
53
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik psngumpulan data dcngan cara
melakukan dialog serta tanya jawab secara langsung Hpngan
pihak-pihak yang berkepentingan berkenaan dengan masalah
yang diteliti.
b. Observasi
Penulis melakukan pengamatan langsung ke perusahaan Semesta
Keramika Raya mengamati sistem dan kondisi dari penerapan tax
planning dan pengaruhnya terhadap beban pajak perusahaan.
3.2.5. Metode Analisis
Metode yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif kualitatif (non statistik), yaitu dengan
menggambarkan keadaan objek penelitian yang sebenamya untuk
mengumpulkan data yang relevan den tersedia, kemudian disusun,
dipelajari, dan dianalisis lebih lanjut. Penelitian yang dilakukan tidak
berhubungan dengan alat statistik, namun menggunakan kerangka teori
sebagai alat analisis. Untuk menganalisis data yang ada di bab IV
untuk menghitung penyusutan aktiva tetap menggunakan metode garis
lurus dan saldo menurun dan untuk menghitung PPh terutang
menggunakan tarif sesuai dengan Pasal 17 ayat 1 dan UU PPh No. 36
tahun 2008.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Pemsahaan
4.1.1. Sejarah dan Perkembangan FT Semesta Keramika Raya
PT Semesta Keramika Raya merupakan pemsahaan yang
bergeiak dalam pembuatan tableware (produk untuk rumah tangga)
yang berlokasi di Jalan Raya Tlanjung Udik No. 88 Gunung Putri,
Bogor. PT Semesta Keramika Raya berdiri pada tahun 2001 dengan
tujuan untuk memenuhi permintaan pasar keramik lokal dan export.
Beberapa produk yang diproduksi dan dipasarkan adalah tableware
(produk untuk rumah tangga) yang terdiri dari mug, piring, mangknk
dan cup saucer.
PT Semesta Keramika Raya menjadi suatu produsen keramik
yang handal dengan produk yang diproduksi di atas menggunakan
bahan baku lokal sebesar 70% dan bahan baku import sebesar 30%
dan menampung sebanyak kurang lebih 320 karyawan dengan proses
jigger dan casting yang kapasitas produksi keseluruhannya sebesar
1.000.000 Pcs perbulan. Sesuai dengan perkembangan wafctu dan
permintaan pasar PT Semesta Keramika Raya memproduksi untuk
market property dengan meluncurkan Rooster untuk bahan bangunan
yang pada tahap awal ini dengan kapasitas 10.000 Pcs perbulan, pada
kedepannya akan menjadi 50.000 Pcs perbulan.
54
55
Dalam melakukan produksinya PT Semesta Keramika Raya juga
menerima pesanan dari konsumen. Pada saat ini PT Semesta
Keramika Raya memproduksi barang sebagai berikut:
1. Merk sendiri Accura dan Johnson adalah produk Tableware dan
Oval imtuk produk bahan bangunan {Rooster).
2. PT Jico Agung dengan produk mangkok Cap Ayam Miwoa
3. PT Rena Djaya dengan produk piring dan mangkok Cap Mobil.
4. PT Muara Catur Kalindra dengan produk mug dan mangkok Kopi
Kapal Api.
5. PT Cahaya Kerindo Pesona Indah dengan produk asbak
Sampoema Mild dan mug Anlene.
Dengan berbagai kendala yang telah dihadapi oleh managemen
PT Semesta Keramika Raya memandang suatu tantangan untuk selalu
menjaga kualitas dan pelayanan terbaik untuk konsumen. PT Semesta
Keramika Raya selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik
kepada para konsumennya dengan meningkatkan mutu produk dan
secara aktif memberikan pembaharuan pada teknik-teknik opeiasinya,
mengembangkan seluruh aspek yang berhubungan dengan sumber
daya manusianya diantaranya dengan mengadakan pelatihan-pelatihan.
56
4.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan
Stniktur organisasi merupakan sarana untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang akan diiaksanakan oleh
perusahaan dengan melakukan keijasama antar individu yang ada di
perusahaan tersebut guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Organisasi dalam suatu perusahaan mempunyai tujuan tertentu,
dimana untuk mencapai tujuan diperlukan orang yang cakap untuk
mengkoordinir pelaksanaan keija didalam perusahaan serta diperlukan
pembagian tugas dan wewenang secara jelas sehingga Halnm
pelaksanaan kegiatan perusahaan lebih terarah pada tujuan yang aif""
dicapai oleh perusahaan. Pada hakikatnya, struktur organisasi
perusahaan merupakan salah satu faktor yang cukup menentukan
berhasil atau tidaknya pelaksanaan aktivitas perusahaan.
Struktur organisasi menunjukkan pembagian tugas, wewenang,
kekuasaan dan tanggung jawab didalam perusahaan. Setiap
perusahaan dapat dikatakan baik jika struktur organisasinya baik.
Karena struktur organisasi mencerminkan hubungan antara anggota
didalam melaksanakan fungsi-fungsinya. Pada dasamya struktur
organisasi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1) Struktur Organisasi Lini
Suatu bentuk orgamsasi dimana wewenang dan pimpinan kepada
bawahannya berbentuk garis vertikal. Biasanya tipe organisasi
seperti ini diteiapkan dalam organisasi yang jumlah anggota
maupun kegiatannya tidak banyak.
57
2) Struktur Organisasi Fungsional
Suatu organisasi dimana kaiyawan dan bawahan tidak langsung
betada di bawah pengawasan khusus tapi bawahan menerima
perintah dari sekelompok pengawas yang melaksanakan tugas
tertentu, dimana masing-masing bidang dan tugasnya dapat
dengan jeias dibedakan satu dengan yang lainnya.
3) Struktur Organisasi Garis dan Staf
Tipe organisasi ini merupakan kombinasi antara pimpinan garis
yang memeiintah turun kebawah secaia vertikal dan staf sebagai
pimpinan yang bukan bersifat memerintah tetapi memimpin
untuk mencapai tujuan. Tipe organisasi ini pada umumnya
sangat baik untuk perusahaan kecil atau besar.
Berikut ini dijelaskan mengenai tugas dan kewenangan dari
struktur organisasi PT Semesta Keramika Raya adalah sebagai
berikut:
1. Managing director
a. Sebagai penanggung jawab organisasi dan jalannya organisasi.
b. Mengangkat dan memberhentikan setiap manajer.
c. Mengusahakan efisiensi, pelaksanaan, pengawasan, dan
pengendaiian perusahaan secara terus menerus.
d. Melakukan koordinasi dengan semua instansi terkait guna
lancamya kegiatan operasional perusahaan
58
e. Dalam tugasnya sehari-hari dapat mengangkat seorang asisten
untuk membantunya dalam pekeijaan yang rutin, Seperti
sekretaris dan pengadaan.
2. Manajer QC {Quality Control)
a. Mengecek apakah produk siap dikirim atau telah melalui standar
mutu atau belum.
b. Mengecek mutu produk jangan sampai ada yang menyimpang
dari pengawasan kualitas bahan kimia yang menjadi ciri khas
produk yang diminta oleh konsumen.
c. Dalam tugasnya sehari-hari dibantu oleh Asman QC, Asman
ISQ, Spv EPLL, SPV pemastian mutu dan SPV pemeriksa.
3. Manajer Keuangan dan SDM
a. Mengkoordinasikan dan mengendalikan masalah-masalah
keuangan perusahaan.
b. Merencanakan sumber-sumber keuangan.
c. Bertanggung jawab terhadap seluruh penerimaan dan
pengeluaran kas perusahaan.
d. Mengatur pengalokasian dan penggunaan dana.
e. Menyajikan kegiatan akuntansi dalam LK.
4. Manajer pemasaran
a. Merencanakan dan menyelenggarakan semua kegiatan
pemasaran dan penjualan hasil produksi perusahaan.
b. Bertanggungjawab terhadap target penjualan.
59
c. Mengusahakan agar volume penjualan meningkat dengan
memperhatikan pelanggan lama dan mencari pelanggan bam.
d. Memperluas daerah pemasaian.
5. Manajer produksi dan umum
a. Mengendalikan bahan baku, bahan pembantu dan bahan-bahan
lainnya berdasarkan rencana produksi yang telah ditetapkan.
b. Menyiapkan rencana produksi di unit-unit produksi, menjaga
agar mutu produk yang dihasilkan tetap baik dan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
c. Departemen ini membawahi beberapa staf produksi dan
mengawasi bagian persediaan dan teknologi informasi.
- Spv Produk jadi 1 dan 2, tugasnya yaitu mengolah bahan
yang sudah diterima dari bahan dasar kimia setengah jadi dan
mengolah bahan ini menjadi bahan jadi.
- Spv Produk setengah jadi 1 dan 2, tugasnya yaitu mengolah
bahan mentah menjadi bahan setengah jadi yang dibuat
berdasarkan program-program standar intemasional.
- SPV Utilitas, tugasnya yaitu memeriksa bahan kimia dari
produk setengah jadi ke bagian pemeriksaan yaitu bagian
SPV URT, bagian ini akan melihat tingkat kualitas barang
dan bahan ini akan dikemas dan diberi merk.
- SPV GBB dan suplies, tugasnya menyimpan bahan kima
kegudang setelah diterima dari bagian utilitas.
60
4.2. Isi dan Pembahasan
4.2.1. Perencanaan Pajak {Tax Planning) pada PT Semesta Keramika Raya
PT Semesta Keramika Raya merupakan sebuah penisahaan yang
bergerak dalam bidang pembuatan Tableware (produk rumah tangga)
yang terdiri dari mug, piring, mangkok dan cup saucer. Tujuan
didirikan penisahaan adalah untuk meningkatkan nilai suatu
perusahaan sehingga penisahaan mampu bertahan Han dapat bersaing
dengan penisahaan Iain. Dalam melakukan kegiatan, perusahaan hams
dapat memberikan yang terbaik, salah satunya )^itu dengan cara
meningkatkan kualitas mutu produk yang diha«;ilkfln Perusahaan
memandang bahwa pembayaran pajak mempakan beban bagi
perusahaan yang dapat mengurangi laba. Oleh karena itu perusahaan
berusaha untuk meminimalkan beban pajak dengan cara semaksimal
mungkin memanfaatkan biaya-biaya yang dapat dikurangkan menurat
perpajakan.
4.2.1.1. Aspek Formal dan Aspek Material dalam Perencanaan Pajak
1. Aspek Formal dalam Perencanaan Pajak
Aspek formal dalam perencanaan pajak mempakan
kepatuhan wajib pajak dalam menerapkan undang-undang
perpajakan. Aspek formal ini meliputi mendaftarkan diri
untuk mendapatkan NPWP, menyelenggarakan
pembukuan atau pencatatan, memotong atau memungut
pajak, mengisi atau memasukkan SPT ke Direktorat
Jenderal Pajak.
61
Aspek formal pada PT Semesta Keramika sudah
beijalan cukup baik. Ini dapat dilihat dari kepatuhan
perusahaan dalam membayar pajaknya. Berikut ini adalah
pajak-pajak yang dibayarkan oleh PT Semesta Keramika
Raya adalah sebagai berikut:
1. PPh OP yang dipotong dan Badan
2. PPN
3. Pajak Bumi dan Bangunan
4. Pajak Kendaraan
Agar pembayaian pajak sebagai transfer sumber
daya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, maka
pembayaian pajak hams direncanakan secaia baik supaya
tidak teijadi pemborosan. Penyediaan dana hams
direncanakan supaya pembayaian pajak dapat dilakukan
sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
a. Kepatuhan Wajib Pajak Badan
Pelaksanaan aspek foimal yang dilakukan oleh PT
Semesta Keramika Raya adalah sebagai berikut:
1. PT Semesta Keramika Raya telah mendafiarkan diri
untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
2. PT Semesta Keramika Raya telah melakukan
pembukuan sesuai dengan UU KUP Nomor 28
Tahun 2007 Pasal 2. Pembukuan dilakukan dengan
62
prinsip taat asas dan dengan menggunakan stelsel
akrual {Accrual basis). Pendapatan dan beban diakui
pada saat timbulnya hak dan kewajiban, meskipun
uangnya belum diterima atau dibayar.
3. FT Semesta Keramika Raya telah memotong atau
memungut pajak sesuai dengan ketentuan
peipajakan yang berlaku dalam tahun pajak. Dalam
hal ini perusahaan bertindak sebagai pemotong pajak
sepeiti pemotongan PPh 21 atas gaji kaiyawan yang
dilakukan oleh perusahaan.
4. PT Semesta Keramika Raya melakukan pembayaran
atas penyetoran pajak sesuai dengan PPh Badan
yang tenitang dalam SPT Tahunan PPh Badan.
5. PT Semesta Keramika Raya melakukan
penyampaian SPT dengan memenuhi kelengkapan
dokumen persyaratan dalam penyetoran dan
pelaporan PPh Badannya.
Aspek Formal dalam perencanaan yang dilakukan
PT Semesta Keramika Raya bertujuan memenuhi
peraturan peipajakan agar terhindar dari sanksi perpajakan
baik berupa bunga atau denda yang ditentukan oleh Di^en
Pajak.
63
2. Aspek Material dalam Perencanaan Pajak
Aspek material dalam perencanaan pajak adalah
upaya penghematan beban pajak dengan cara
memanfaatkan kelemahan dan celah peraturan perpajakan
serta pengecualian dan fasilitas perpajakan yang dilakukan
penisahaan disamping memenuhi peraturan perpajakan
yang telah ditetapkan.
a. Memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan
Penghasilan merupakan objek pajak. Tetapi ada
beberapa penghasilan yang dikecualikan menjadi objek
pajak, Pengecualian objek pajak diatur dalam Pasal 4
Ayat (3) UU PPh. Dengan adanya pengecualian ini
diharapkan penisahaan dapat mengambil keuntungan
sebesar-besamya dari berbagai pengecualian yang
diperbolehkan undang-undang.
Misalnya merencanakan waktu penerimaan
penghasilan di tahun pajak berikutnya.penghasilan yang
diterima pada tahun ini di bulan-bulan akhir sebisa
mungkin direncanakan untuk diterima di tahun
berikutnya.
b. Memaksimalkan biaya-biaya fiskal & meminimalkan
biaya yang tidak dapat dikurangkan
Dalam menghitung besamya penghasilan kena
pajak dalam rangka meminimalkan beban pajak
64
penghasilan salah satunya yaitu dengan cara
memaksimalkan biaya-biaya fiskal sesuai dengan pasal
6 undang-undang pajak penghasilan dan meminimalkan
biaya yang tidak dapat dikurangkan menunit Pasal 9
Undang-Undang PPh.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam
memaksimalkan biaya-biaya fiskal dan meminimalkan
biaya yang tidak dapat dikurangkan yaitu misalnya
dengan mengubah jenis biaya. Biaya yang menunit
undang-undang perpajakan tidak dapat dibiayakan
dubah menjadi biaya yang dapat dibiayakan tanpa
melanggar undang-undang perpajakan.
Contohnya dengan memberikan sumbangan kepada
karyawan diubah menjadi pemberian tunjangan dalam
bentuk uang tunai atau berupa penghasilan kepada
karyawan.
d. Pemilihan metode penyusutan aktiva tetap
Dalam menghitung penyusutan aktiva tetap
perusahaan dapat menggunakan dua metode
penyusutan aktiva tetap yang diperkenankan oleh
akuntansi maupun ketentuan perpajakan. Dua metode
itu adalah metode garis lurus {straight line) dan saldo
menurun (double declining balance). Pemilihan metode
65
penyusutan aktiva tetap ini diatur dalam Pasal 11
Undang-Undang Peipajakan No. 36 Tahun 2008.
Aspek material dalam perencanaan pajak yang
dilakukan PT Semesta Keramika Raya yaitu dengan
melaporkan penghasilan yang diterima atau yang
diperoleh sesuai dengan ketentuan Pasal 4 Ayat (1) UU
Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008. Dalam upaya
pengbematan beban pajak, PT Semesta Keramika Raya
meman&atkan kelemahan dan celah peraturan serta
pengecualian dan fasilitas perpajakan, serta dengan
melakukan pengumpulan dan penelitian terhadap
peraturan perundang-undangan perpajakan agar dapat
diseleksi jenis tindakan apa yang dilakukan sebagai upaya
meminimalkan beban pajak.
Wajib pajak harus mengerti benar mengenai biaya-
biaya yang boleh dan tidak boleh dikurangkan daii
penghasilan brute sesuai dengan Pasal 6 dan Pasal 9
Undang-undang PPh tahun 2008. Dalam hal ini PT
Semesta Keramika Raya benisaha semaksimal mimgkin
untuk mengeluarkan biaya operasional perusahaan yang
dapat dijadikan pengurang penghasilan brute dan
menghindari pengeluaran-pengeluaran yang tidak boleh
dijadikan pengurang dari penghasilan brute.
66
Dalam menghitung penyusutan aktiva tetap yang
diperbolehkan menunit akuntansi dan perpajakan bisa
dilakukan dengan dua metode yaitu metode garis lunis
{straight line) dan saldo racnunm (double declining
balance). Dalam menghitung besamya penjnisutan aktiva
tetap PT Semesta Keramika Raya menggunakan metode
garis lurus {straight line) untuk semua golongan. Pada
dasamya, dengan kedua metode penyusutan aktiva tetap
teisebut saat akhir masa manfaat akan memiliki akumulasi
penyusutan yang sama. Yang membedakan keduanya
hanyalah pengakuan besarnya beban penyusutan aktiva
tetap tiap tahunnya.
4.2.2 Beban Pajak Penghasilan PT Semesta Keramika Raya
Dalam menghitung laba kena pajak PT Semesta Keramika Raya,
dilakukannya penyesuaian-penyesuaian (koreksi fiskal) pada laba rugi
komersial. Koreksi ini muncul karena terdapat perbedaan paH^
pedoman yang digunakan dalam menyusun laporan kp-iiangflt^
Laporan keuangan komersial berpedoman pada standar alamtangi
keuangan, sedangkan pedoman yang digunakan dalam menyusun
laporan keuangan fiskal adalah ketentuan-ketentuan yang berlaku
dalam perpajakan. Berikut ini akan disajikan rekonsiliasi laporan laba
rugi komersial dan fiskal PT Semesta Keramika Raya untuk tahun
yang berakhir 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut:
67
Tabel 3
PT Semesta Keramika RayaRekonsiliasl Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal Sebelum Perencanaan Pajak
Per 31 Desember 2010
(Dalam Rupiah)
Keterangan Laporan
KomersialBeda Tetap Beda Waktu
Laporan
Fiskal
'endapatan
'enjualan
larga Pokok Penjualan8,534,396,860 8,534,396,860
'ersediaan awal bahan baku 475,250,425 475,250,425
embelian 4,952,871,257 4,952,871,257
ersediaan akhir bahan baku (523,675,550) (523,675,550)
Pemakaian Bahan Baku 4,904,446,132 4,904,446,132
pah Langsung
iaya Overhead Pabrik658,900,450 658,900,450
iaya Bahan Bakar
aya Listrik dan Air287,325,700
750,215,412287,325,700
750,215,412
aya Penyusutan Gedung Pabrik 37,797,679 37,797,679
aya Penyusutan Mesin 236,578,535 33,538,672 203,039,863
aya Perbaikan dan Pemellharaan 125,535,500 125,535,500
1,437,452,826 1,403,914,154
Total Blaya PabrlkasI
trsedlaan Barang Dalam Proses7,000,799,408 6,967,260,736
rsedlaan Awal 231,457,100 231,457,100
rsediaan AkhIr (275,970,235) (275,970,235)
Harga Pokok Produksl
rsedlaan Barang Jadl6,956,286,273 6,922,747,601
68
Persediaan Awal
Persediaan Akhir
155,763,500
(250,345,150)
155,763,500
(250,345.150)
Harga Pokok Penjualan 6,861,704,623 6,828,165,951
Laba (Rugi) Kotor 1,672,692,237 1,706,230,909
Beban Usaha
Gaji 751,579,950 751,579,950
BiayaTransportasi 98,790,700 98,790,700
Biaya Penyusutan Gedung Kantor 15,754,650 15,754,650
Biaya Penyusutan Inventaris Kantor 35,235,300 7,061,985 28,173,315
Biaya Penyusutan Kendaraan 33,547,900 12,084,000 21,463,900Biaya Perbaikan dan Perawatan
Kendaraan 25,675,350 25,675,350
Perjalanan Dinas 35,673,450 35,673,450
Biaya Telepon dan Faks 95,654,783 95,654,783
Biaya Pengobatan 96,148,450 96,148,450-
Biaya Bahan Bakar 30,756,890 30,756,890
Biaya Perlengkapan dan Umum 25,467,825 25,467,825
Biaya Entertain/Jamuan 25,345,675 25,345,675-
MK 15,254,500 15,254,500
^dministrasi Kantor 98,243,500 98,243,500
3iaya Keamanan 1,800,000 1,800,000
=otocopy 2,567,435 2,567,435
iiaya Promosi 30,457,650 30,457,650
.aba (Rugi) Usaha
1,417,954,008
254,738,229
1,277,313,898
428,917,011
69
Pendapatan (Beban) Lain-lain
Pendapatan Jasa Giro
Keuntungan atas Penjualan Aktiva Tetap
Beban Lain-lain
Jumlah Pendapatan (Beban)
8,998,457
5,000,000
8,998,457
5,000,000
13,998,457 5,000,000
IAEA KENA PAJAK 268,736,686 433,917,011
Dari perencanaan pajak pada PT Semesta Keramika Raya, masih
ada akun-akun yang yang dikoreksi fiskal. Berikut ini akun-akun yang
tidak perlu dikoreksi fiskal:
1. Biaya Promosi
Biaya promosi dikelompokkan sebagai biaya untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan (biaya 3M
penghasiian) yang bisa dikurangkan dari penghasilan bruto untuk
mendapatkan penghasilan kena pajak. Adapun hal yang dilakukan
dalam biaya promosi agar mendapatkan beban pajak yang rendah
yaitu biaya promosi dapat dibebankan sebagai pengurang
penghasilan bruto dalam menghitung PPh terutang, Wajib pajak
hams membuat daftar nominatif dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Wajib pajak wajib membuat daftar nominatif atas pengeluaran
biaya promosi yang dikeluarkan kepada pihak lain.
b) Daftar nominatif tersebut paling sedikit hams memuat data
penerima berupa nama, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, besamya biaya, nomor
70
bukti pemotongan dan besarnya Pajak Penghasilan yang
dipotong.
c) Daftar tersebut dibuat sesuai format sebagaimana ditetapkan
dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan ini Nomor
02/PMK.03/2010.
d) Daftar nominatif dilaporkan sebagai lampiran saat wajib pajak
menyampaikan SPT Tahunan PPh badan.
2. Biaya Perjalanan Dinas
Biaya perjalanan dinas merupakan biaya yang bisa menjadi
pengurang untuk penghasilan kena pajak. Jika perjalanan didukung
dengan bukti-bukti yang sah/dipertanggungjawabkan maka bersifet
deductible. Dan perjalanan dinas tersebut harus beiiiubungan
dengan laju pemsahaan. Dengan adanya bukti-bukti untuk biaya
perjalanan dinas maka biaya ini bisa menjadi pengurang imtnk
penghasilan kena pajak. Tetapi jika tidak ada bukti maka biaya ini
tidak bisa menjadi pengurang penghasilan kena pajak.
3. Pendapatan
pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh
pemsahaan dart aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk
dan/atau jasa kepada pelanggan.
Sumber pendapatan;
1. Transaksi modal atau pendanaan yang mengakibatkan adanya
tambahan dana yang ditanamkan oleh pemegang obligasi dan
pemegang saham.
71
2. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa produk
perusahaan seperti aktiva tetap, surat berharga atau penjualan
anak/cabang perusahaan.
3. Hadiah, sumbangan atau penemuan.
4. Revaluasi aktiva.
5. Penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran hasil penjualan
produk.
4. Penjualan
Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu unt^ik
mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada
usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna
mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba. Penjualan
merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari penjualan
dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang
diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat
mengetahui hasil produk yang dihasilkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan, yaitu:
1. Kondisi dan kemampuan penjual
2. Kondisi pasar
3. Modal
4. Kondisi organisasi perusahaan
5. Faktorlain.
72
5. Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan atau HPP adalah istilah yang
digunakan pada akuntansi keuangan dan pajak untuk
menggambarkan biaya langsung yang timbul dari barang yang
diproduksi dan dijual dalam kegiatan bisnis. Ini termasuk biaya
bahan baku, tenaga keqa langsung, dan biaya overhead dan tidak
termasuk periode (operasi) biaya seperti penjualan, iklan atau riset
dan pengembangan. HPP muncul pada laporan laba rugi sebagai
komponen utama dari biaya operasi. HPP juga disebut sebagai
biaya penjualan. Harga Pokok Penjualan (HPP) = persediaan awal
+ pembelian bersih - persediaan akfair.
6. Pembelian
Pembelian sinonim dengan pengadaan barang. Pengadaan
barang adalah proses bisnis dalam memilih sumber daya-sumber
daya, pemesanan dan perolehan barang atau jasa, Pembelian
merupakan pengelolaan masukan ke dalam proses produksi
organisasi.
Fungsi pembelian sering dianggap sebagai bagian yang
paling penting dan berpengaruh, bahkan bisa dikafakan sebagian
besar proses bisnis berasal dari kegiatan pembelian. Alasan yang
sangat fundamental untuk membahas fungsi pembelian ialah karena
dalam bidang ini pemborosan mudah teijadi, baik karena perilaku
yang disfungsional maupun karena kurangnya pengetahuan dalam
73
berbagai aspek pembelian bahan, sarana, prasarana dan suku
cadang yang diperlukan perusahaan.
7. Persediaan
Menurut PP No.24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan dalam PSAP 05 paragraf 6 menyebutkan bahwa
persediaan adalah aktiva lancar dalam bentuk barang atau
perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan
operasional pemerintah, dan barang-barang yang dinialf<ii<iifi^T|
untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat. Persediaan merupakan aktiva yang berwujud barang
atau perlengkapan (si^plies) yang digunakan dalam rangka
kegiatan operasional pemerintah, bahan atau perlengkapan
{supplies) yang digunakan dalam proses produksi, barang dalam
proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat, dan barang yang disimpan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan
pemerintahan.
Dua sistem akuntansi persediaan yang paling sering
digunakan secara luas adalah periodik dan perpetual Metode
pembiayaan persediaan yang umumnya paling digunakan aHaigi^
sebagai berikut:
1. Masuk pertama, keluar pertama (FIFO),
2. Keluar terakhir, masuk pertama (LIFO), dan
3. Biaya rata-rata atau biaya tertimbang rata-rata.
74
Tetapi metode persediaan yang digunakan dalain perpajakan hanya
ada dua yaitu metode FIFO dan Average.
8. Upah Langsung
Upah merupakan imbalan finansial langsung yang di bayarkan
kepada pekeija berdasarkan jam keija, jumlah barang yang di
hasiikan atau banyaknya pelayanan yang di berikaa
9. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adaiah semua biaya produksi selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kega langsung. Karakteristik
BOP yaitu jumlahnya tidak proporsional dengan volume produksi,
sulit ditelusur dan diidentifikasi langsung ke produk atau pesanan.
Biaya overhead pabrik mencakup biaya produksi lainnya
seperti pemanasan ruang pabrik, penerangan, penyusutan pabrik
dan mesin-mesin. Biaya pabrik seperti pemeliharaan, gudang
bahan-bahan dan hal lain yang memberikan pelayanan-pelayanan
kepada bagian produksi Juga merupakan bagian dari biaya
overhead pabrik. Contoh biaya overhead adaiah sebagai berikut:
1. Biaya bahan bakar
2. Biaya listrik dan air
3. Biaya penyusutan
4. Biaya perbaikan dan pemeliharaan, dll.
10. Biaya Penyusutan
Penyusutan aktiva tetap ini diatur dalam Pasal 11 Undang-
Undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008. Penyusutan aktiva tetap
75
akan menimbulkan biaya penyusutan yang dibebankan ke laporan
laba mgi setiap periode akuntansi, sehingga menjadi pengurang
untuk menentukan laba. Dengan demikian, penyusutan akan
berpengaruh terhadap jumlah laba yang diperoleh. Apabila laba
penisahaan besar maka beban psyak yang dibayar akan besar
sehingga pembebanan penyusutan aktiva tetap beipengaruh
terhadap upaya meminimalkan beban pajak penghasilan badaa
Metode penyusutan yang diperbolehkan menurut ketentuan
perpajakan adalah metode garis lurus untuk bangunaa Untuk
aktiva lainnya dapat memilih antara garis lurus dengan saldo
menurun. Kedua metode tersebut mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing, yang tentu saja pilihan masing-
masing wajib pajak dapat berbeda mengingat adanya perbedaan
kepentingan.
Pada proses rekonsiliasi flskal yang disesuaikan dengan
laporan keuangan komersial FT Semesta Keramika Raya, laba
pada laporan keuangan komersial yaitu sebesar Rp. 268.736.686
dan menurut laporan keuangan fiskal laba FT Semesta Keramika
Raya sebesar Rp 433.917.011. Disini dapat terlihat laba pada
laporan keuangan fiskal lebih besar dibandingkan dengan laba
menurut akuntansi. Fenyebab perbedaan laporan keuangan
komersial dan laporan keuangan fiskal karena terdapat perbedaan
pengakuan pendapatan dan biaya yang diklasifikasikan menjadi
dua yaitu beda tetap dan beda waktu.
76
1. BedaTetap
Beda tetap adalah perbedaan yang disebabkan adanya
perbedaan pengakuan pendapatan dan beban antara standar
akuntansi dan peraturan perpajakan. Perbedaan ini akan
mengakibatkan perbedaan besamya laba bersih sebelum pajak
dengan laba fiskal atau penghasilan kena pajak. Misalnya
pemberian kenikmatan atau natura kepada karyawan sama
sekali tidak dapat dikurangkan sebagai biaya, sedangkan bagi
pemsahaan pemberian kenikmatan atau natura merupakan
biaya yang hams diperhitungkan sebagai biaya.
Berikut ini koreksi-koreksi fiskal yang termasuk beda
tetap, diantaranya:
1. Biaya Entertain atau Jamuan Representatif
Berdasarkan Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang Pajak
Penghasilan harta yang dihibahkan, bantuan dan sumbangan
tidak boleh dikurangkan dari Penghasilan Kena Pajak. Agar
menjadi biaya fiskal, biaya entertain atau jamuan hams
dibuat bukti pendukung dengan membuat daftar nominatif.
Daftar nominatif tersebut terdiri dari;
1. Nomorumt
2. Tanggal "entertaimenf dan sejenisnya yang telah
diberikan.
3. a. Nama tempat "entertainment dan sejenisnya
yang telah diberikan.
77
b. Alamat "entertainment" dan sejenisnya yang telah
diberikan.
c. Jenis "entertainment" dan sejenisnya yang telah
diberikan.
d. Jumlah CRp) "entertainment" dan sejenisnya yang telah
diberikaa
4. Relasi usaha yang diberikan "entertainment" dan sejenisnya
sesuai dengan nomor unit tersebut di atas berisi
nama,posisi,nama perusahaan, dan jenis usaha.
Dengan dibuatnya daftar nominatif maka biaya
entertainment atau biaya jamuan bisa dijadikan biaya
pengurang dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak.
Namun disini biaya entertain tidak dibuat dailar nominatif
sehingga hams dikoreksi positif sebesar Rp. 25.345.675.
2. Biaya Pengobatan Karyawan
a. Perusahaan mendirikan klinik sendiri atau bekeija sama
dengan pihak rumah sakit tertentu. Jika karyawan
perusahaan memperoleh fasilitas pengobatan yang tidak
diterima dalam bentuk uang tunai maka bagi yang
bersangkutan penerimaan kenikmatan ini bukan mempakan
penghasilaa Dengan sendirinya pembayaran kenikmatan
oleh pemsahaan tidak dapat dikurangkan sebagai biaya, jika
biaya pengobatan karyawan langsung dibayarkan kepada
klinik, rumah sakit, dan dokter lain diluar pemsahaan bagi
78
kaiyawan merupakan kenikmatan yang tidak dikenakan
pajak penghasilan. Dengan demikian biaya tersebut tidak
boleh dikurangkan dalam menghitung Penghasilan Kena
Pajak perusahaan.
b. Karyawan diberi tunjangan kesehatan secaia nitin baik sakit
maupun tidak. Jika biaya pengobatan tersebut diberikan
kepada kaiyawan dalam bentuk penggantian uang tunai,
bagi karyawan penggantian ini merupakan penghasilan
yang dikenakan pajak penghasilan. Dengan demikian,
pembayaran uang tunai ini dapat dikurangkan sebagai biaya
perusahaan. Pertambahan penghasilan sebagai akibat
pemberian penggantian ini akan menambah beban pajak
penghasilan kaiyawan yang bersangkutan.
Dalam hal ini kaiyawan perusahaan memperoleh
fesilitas pengobatan yang tidak diterima dalam bentuk uang
tunai maka bagi yang bersangkutan penerimaan kenikmatan
ini bukan penghasilan. Dengan sendirinya pembayaran
kenikmatan oleh perusahaan tidak dapat dikurangkan sebagai
biaya Sehingga biaya ini hams dikoreksi positif sebesar Rp.
96.148.450.
3. PendapatanJasaGiro
Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial
tetapi pengenaan pajaknya bersifat final. Penghasilan yang
pengenaan pajaknya bersifat final diatur dalam Pasal 4 Ayat
79
(2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan. Dalam rekonsiliasi fiskal penghasiian yang
dikenai PPh yang bersifat final benipa jasa giro hams
dikeluarkan dari total penghasilan kena pajak atau
diknrangkan dari laba menumt akuntansi komersial sehingga
hams dikoreksi negatif sebesar Rp. 8.998.457.
2. BedaWaktu
Beda waktu adalah perbedaan waktu pengakuan
pendapatan dan biaya tertentu menumt akuntansi Hftngan
ketentuan perpajakan. Beda waktu timbul dari pendapatan
{revenue) dan beban (expeftse) yang diaktii imtuk pembukuan
pada periode lebih cepat atau lebih lambat dari periode
pengenaan pajaknya. Perbedaan ini mengakibatkan penggeseran
pengakuan penghasilan dan biaya antara satu tahun pajak ke
tahun pajak lainnya.
Berikut ini koreksi-koreksi fiskal yang termasuk beda
waktu, diantaranya:
1. Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan asset tetap PT Semesta Keramika
Raya menggunakan metode garis lurus untuk semua
golongan baik untuk penyusutan bangunan, penyusutan
mesin, pen3nisutan inventaris kantor dan pen3nisutan untuk
kendaraan.
80
Dalam rekonsiliasi laporan laba rugi fiskal PT Semesta
Keramika Raya koreksi fiskal imtuk biaya penyusutan mestn
sebesar Rp. 33.538.672, biaya penyusutan inventaris kantor
sebesar Rp. 7.061.985 dan biaya untuk penyusutan kendaraan
sebesar Rp 12.084.000.
Dibawah ini perhitungan penyusutan aktiva tetap
menurut akuntansi dan menurut perpajakan dengan
menggunakan metode garis lunis serta peibedaan basil
perhitungan menurut akuntansi dan menurut pajak adalah
sebagai berikut;
81
Tabel 4
Daftar Penyusutan Aktiva Tetap Menurut AkuntansiMetode Garis Lurus
(Dalam Rupiah)
NO Jenis AktivaUmur
Ekonomis
IlargaPerolehan
Jumlah Penyusutan
1 Bangunan
- Gedung Pabrik
- Gedung Kantor
20 tahun
20 tahun
625,957,000
345,755,000
31,297,850
17,287,750
Sub Total 971,712,000 48,585,6002 Mesin dan Peralatan
- Mesin Produksi
- Mesin PenunjangProduksi
- Peralatan Produksi
10 tahun
8 tahun
5 tahun
1,202,359,400
561,123,000
230,996,108
120,235,940
70,140,375
46,199,222
Sub Total 1,994,478,508 236,575,5373 Invetaris Kantor
- Inventaris Mebelair
- Inventaris Elektronik
5 tahun
4 tahun
94,159,800
75,147,000
18,831,960
18,786,750
Sub Total 169,306,800 37,618,7104 Kendaraan
- Kendaraan Roda 2
- Kendaraan Roda 4
4 tahun
5 tahun
12,050,000
161,120,000
3,012,500
32,224,000
Sub Total 173,170,000 35,236,500
TOTAL 3,179,363,344 351,551,148
Sumber: FT Semesta Keramika Raya
82
Tabcl 5
Penyusutan Aktiva Tetap Menurut PajakMetode Garis Lurus
(Dalam Rupiali)
NO Jen is AktivaUmur
Ekonomis
HargaPcrolchan
Presentase
PenyusutanJumlah
Penyusutan
1 Bangunan
- Gedung Pabrik
- Gedung Kantor
20 tahun
20 tahun
625,957,000
345,755,000
5%
5%
31,297,850
17,287,750
Sub Total 971,712,000 48,585,600
2 Mesin dan Peralatan
- Mesin Produksi
- Mesin PenunjangProduksi
- Peralatan Produksi
16 tahun
8 tahun
4 tahun
1,202,359,400
561,123,000
230,996,108
6.25%
12.5%
25%
75,147,463
70,140,375
57,749,027
Sub Total 1,994,478,508 203,036,865
3
1
Invetaris Kantor
- Inventaris Mebelair
- Inventaris Elektronik
8 tahun
4 tahun
94,159,800
75,147,000
12.5%
25%
11,769,975
18,786,750
Sub Total 169,306,800 30,556,7254
1
[
1
Kendaraan
- Kendaraan Roda 2
- Kendaraan Roda 4
4 tahun
8 tahun
12,050,000
161,120,000
25%
12.5%
3,012,500
20,140,000
Sub Total 173,170,000 23,152,500
TOTAL 3,179363,344 298,866,491
Sumber: data perusahaan yang telah diolah
83
Tabel 6
Selisih Biaya Penyusutan Menurut Akuntansi dan PajakMctodc Garis Lurus
(Dalam Rupiah)
NO Jenis AktivaPenyusutanAkuntansi
PenyusutanFiskal
Selisih
1 Bangunan
- Gedimg Pabrik
- Gedung Kantor
27,797,679
14,322,723
27,797,679
14,322,723
-
Sub Total 42,120,402 42,120,402 .
2 Mesin dan Peralatan
- Mesin Produksi
- Mesin PenunjangProduksi
- Peralatan Produksi
120,235,940
70,140,375
46,199,222
75,147,463
70,140,375
57,749,027
45,088,478
(11,549,805)
Sub Total 236,575,537 203,036,865 33,538,672
3 Invetaris Kantor
- Inventaris Mebelair
- Inventaris Elektronik
18,831,960
18,786,750
11,769,975
18,786,750
7,061,985
Sub Total 37,618,710 30,556,725 7,061,985
4 Kendaraan
- Kendaraan Roda 2
- Kendaraan Roda 4
3,012,500
32,224,000
3,012,500
20,140,000 12,084,000
Sub Total 35,236,500 23,152,500 12,084,000
-
TOTAL 351,551,148 298,866,491 52,684,657
Sumber: Data Perusahaan yang telah diolah
84
Dari perhitungan tersebut dapat dilihat penyusutan menurut
akuntansi sebesar Rp. 351.551.148 dan menurut pajak sebesar
Rp. 298.866.491 dan selisihnya sebesar Rp 52.684.657.
Berikut perhitungan PPh Badan PT Semesta Keramika
Raya berdasarkan laba sebelum pajak sebelum dilakukannya
perencanaan pajak (taxplanning) adalah sebagai berikut;
Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:
1. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaian bruto
yang memperoleh fasilitas:
= (Rp.4.800.000.000 : 8.534.396.860) x 433.917.011
= Rp. 244,047,902
2. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaian bruto
yang tidak memperoleh fasilitas:
= Rp. 433.917.011- Rp. 244,047,902
= Rp. 189.869.108
Pajak Penghasilan yang terutang:
- 50%x25%xRp.244,047,902 = Rp. 30,505,988
- 25% X Rp. 189.869.108 = Rp. 47,467,277
Jumlah pajak penghasilan yang terutang = Rp. 77,973,265
85
4.2.3. Perencanaan Pajak yang bisa Dilakukan Perusahaan Dalam Upaya
Meminimalkan Beban Pajak
Tujuan dari perencanaan pajak adalah untuk memanfaatkan
potensi pengjiematan pajak secara maksimal untuk meminimalkan
beban pajak penghasilan badan. Berdasarkan data pada tabel
rekonsiliasi laporan laba rugi fiskal di atas, terdapat biaya-biaya yang
sebenamya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto tetapi belum
dimanfaatkan secara maksimal oleh PT Semesta Keramika Raya,
biaya-biaya tersebut diantaranya;
1. Biaya Entertain atau Jamuan Representatif
Dalam langka memasarkan produk dan menjaga hubungan
baik dengan relasi perusahaan PT Semesta Keramika Raya
membayar biaya entertainment atau jamuan sebesar Rp.
25.345.675 tanpa disertai dengan bukti pendukung. Berdasarkan
Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang Penghasilan harta yang
dihibahkan, bantuan dan sumbangan tidak boleh dikurangkan dari
Penghasilan Kena Pajak. Agar menjadi biaya fiskal, biaya
entertainment atau jamuan harus dibuat bukti pendukung dengan
membuat daflar nominatif. Dengan dibuatnya daflar nominatif
maka biaya entertainment atau biaya jamuan bisa dijadikan biaya
pengurang dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak.
2. Biaya Pengobatan Karyawan
PT Semesta Keramika Raya memberikan biaya pengobatan
langsung kepada klinik sehingga perusahaan tidak dapat
86
tnengurangkan biaya pengobatan ini sebagai biaya. Dengan
demikian biaya tersebut tidak boleh dikurangkan dalam*
menghitung Penghasilan Kena Pajak sesuai dengan Pasal 4 (3)
Undang-Undang Pajak Penghasilan. Dalam rekonsiliasi fiskal biaya
tersebut harus ditambahkan pada penghasilan kena pajak.
Untuk menghindari koreksi fiskal tersebut, penisahaan hams
memberikan tunjangan kesehatan yang merapakan penghasilan
bagi kaiyawan yang bersangkutan yang akan dipajaki serta untuk
PT Semesta Keramika Raya mempakan biaya yang dapat
dikurangkan sebesar Rp. 96.148.450.
4.2.4 Perencanaan Pajak (Tax Planning) Suatu Upaya Meminimalkan Beban
Pajak Penghasilan Badan PT Semesta Keramika Raya
Seperti telah disampaikan diatas, suatu perencanaan pajak {tax
planning) bertujuan untuk memanfaatkan potensi penghematan pajak
dengan cara yang legal. Dalam melakukan suatu perencanaan pajak
harus memperhatikan aspek formal dan aspek materil agar
pembayaran pajak yang dilakukan sesuai dengan peraturan perpajakan
untuk menghindari pemborosan dalam melakukan pembayaran pajak.
Keterkaitan antara perencanaan pajak dengan beban pajak penghasilan
badan adalah biaya-biaya yang dapat dikurangi dari penghasilan bmto,
dan pemberian kesejahteraan kepada kaiyawan.
PT Semesta Keramika Raya hams mampu memanfaatkan
potensi penghematan pajak dalam upaya meminimalkan beban pajak
87
penghasilan. Dari proses perencanaan pajak dalam upaya
meminimalkan beban pajak penghasilan badan dapat disimpulkan
bahwa jika perusahaan melaksanakan perencanaan pajak dengan
mengambil keuntungan yang semakslmal mungkin dari berbagai
pengecualian, potongan atau pengurangan atas penghasilan kena pajak
yang diperbolehkan undang-undang. Seperti memberikan
kesejahteraan kepada karyawan dalam bentuk nalura dan kenikmatan
seminimal mungkin karena pengeluaran ini tidak dapat dibebankan
sebagai biaya.
Berikut ini laporan laba rugi PT Semesta Keramika Raya setelah
perencanaan pajak (taxplanning) adalah sebagai berikut:
label 7
PT Semesta Keramika Raya
Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal Sebelum Perencanaan PajakPer 31 Desember 2010
KeteranganLaporan
KomersialBeda Tetap Beda Waktu
Laporan
Fiskal
endapatan
enjualan
larga Pokok Penjualan
8,534,396,860 8,534,396,860
ersedlaan awal bahan baku 475,250,425 475,250,425
embelian 4,952,871,257 4,952,871,257
ersedlaan akhir bahan baku (523,675,550) (523,675,550)
Pemakaian Bahan Baku 4,904,446,132 4,904,446,132
Ipah Langsung 653,900,450 658,900,450
88
liaya Overhead Pabrik
iaya Bahan Bakar
iaya Listrik dan Air
287,325,700
750,215,412
287,325,700
750,215,412
iaya Penyusutan Gedung Pabrik 37,797,679 37,797,679
iaya Penyusutan Mesin 236,578,535 33,538,672 203,039,863
iaya Perbaikan dan Pemeliharaan 125,535,500 125,535,500
1,437,452,826 1,403,914,154
Total Blaya Pabrikasi
ersediaan Barang Dalam Proses
7,000,799,408 6,967,260,736
ersediaan Awal 231,457,100 231,457,100
ersediaan Akhir (275,970,235) (275,970,235)
Harga Pokok Produksl
ersediaan Barang Jadi
6,956,286,273 6,922,747,601
arsediaan Awal 155,763,500 155,763,500
jrsediaan Akhir (250,345,150) (250,345,150)
Harga Pokok Penjuaian 6,861,704,623 6,828,165,951
)ba (Rugl) Kotor 1,672,692,237 1,706,230,909
}ban Usaha
i»ji 751,579,950 751,579,950
aya Transportasi 98,790,700 98,790,700
aya Penyusutan Gedung Kantor 15,754,650 15,754,650
aya Penyusutan Inventaris Kantor 35,235,300 7,061,985 28,173,315
aya Penyusutan Kendaraan 33,547,900 12,084,000 21,463,900
aya Perbaikan dan Perawatan
indaraan 25,675,350
25,675,350
irjalanan Dinas 35,673,450 35,673,450
89
Jiaya Telepon dan Faks95,654,783 95,654,783
»aya Pengobatan96,148,450 96,148,450
liaya Bahan Bakar30,756,890 30,756,890
liaya Perlengkapan dan Umum25,467,825 25,467,825
>iaya Entertain/Jamuan25,345,675 25,467,825
TK 15,254,500 15,254,500
dministrasi Kantor 98,243,500 98,243,500
iaya Keamanan1,800,000 1,800,000
Dtocopy 2,567,435 2,567,435
aya Promosi30,457,650 30,457,650
1,417,954,008 1,398,930,173
ba (Rugi) Usaha254,738,229 307,300,736
sndapatan (Beban) Lain-lain
ndapatan Jasa Giro 8,998,457 8,998,457
untungan atas Penjualan Aktiva Tetap 5,000,000 5,000,000
ban Lain-lain-
niah Pendapatan (Beban) 13,998,457 5,000,000
BA KENA PAJAK
Jumber : Data neniRahaan vnno tolak A268,736,686 312,300,736
Berikut perhitungan PPh Badan PT Semesta Keramika Raya
berdasarkan laba sebelum pajak setelah dilakukannya perencanaan pajak
(taxplanning) adalah sebagai berikut:
Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:
90
(Rp.4.800.000.000 : 8.534.396.860) x 312,300,736 = Rp. 175.647.273
2. Jumlah Penghasiian Kena Pajak dari bagian peredaran bnito yang
tidak memperoleh fasilitas:
Rp. 312,300,736-Rp. 175.647.273 = Rp. 136.653.463
Pajak Penghasiian yang terutang:
- 50% X 25% X Rp. 175.647.273 = Rp. 21.955.909
- 25% xRp. 136.653.463 = Rp. 34.163.366
Jumlah Pajak Penghasiian yang terutang = Rp. 56.119.275
Dengan dilakukannya perencanaan pajak maka PT Semesta Keramika
Raya dapat menghemat jumlah pajak penghasiian yang terutangnya. Laba
kena pajak sebelum dilakukannya perencanaan pajak adalah sebesar Rp.
433,917,011 dan laba kena pajak setelah dilakukannya perencanaan adalah
sebesar Rp. 312,300,736. Maka PT Semesta Keramika Raya dapat
menghemat sebesar Rp. 121,616, 275. Begitu juga dengan pajak
penghasiian yang terutangnya yang sebelum dilakukan perencanaan sebesar
Rp. 77,973,265 dan setelah dilakukannya perencanaan menjadi Rp.
56.119.275. Teqadi penghematan pajak penghasiian terutang sebesar Rp.
21.853,990.
BABY
SIMPULAN DAN SARAN
S.l. Simpulan
Setelah melakukan Pembahasan dalam bab-bab sebelumnya tentang
Perencanaan Pajak {Tax Planning) Suatu Upaya Meminimalkan Beban Pajak
Penghasilan, maka selanjutnya penulis mencoba untuk menarik kesimpulan
sebagai berikut:
5.1.1. Simpulan Umum
PT Semesta Keramika Raya berdiri pada tahun 2001 oleh
Asiong dan diresmikan oleh Menteri Hukum dan Penmdang-
undangan Republik Indonesia dengan tujuan untuk memenuhi
permintaan pasar keramik lokal dan export. Kantor pusat PT Semesta
Keramika Raya berada di Pangeran Jayakarta, Jakarta Pusat.
Sedangkan pabrik tempat beroperasinya perusahaan berada di Jalan
Raya Tlanjung Udik No. 88 Gunung Putri, Bogor.
PT Semesta Keramika Raya merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang manufaktur. Beberapa produk yang diproduksi dan
dipasarkan oleh PT Semesta Keramika Raya adalah tableware (produk
untuk rumah tangga) yang terdiri dari, mug, piling, mangkok dan cup
saucer. Sesuai dengan perkembangan waktu dan permintaan pasar PT
Semesta Keramika Raya memproduksi untuk market property dengan
meluncurkan Rooster untuk bahan bangunan.
91
92
5.1.2. Simpulan Khusus
Dari semua pembahasan dan uraian yang telah dikemukakan
pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis menarik
beberapa kesimpulan khusus sebagai berikut:
1. Dari segi aspek formal PT Semesta Keramika Raya telah
menjalankan peraturan perpajakan dengan benar. Perusahaan
selalu berupaya memahami peraturan perpajakan yang bam, dan
juga perusahaan selalu melengkapi persyaratan dokumen dalam
penyampaian SPT. Pemsahaan melakukan pembayaran dan
pelaporan pajak dengan tepat waktu agar terhindar dari adanya
sanksi administiasi.
2. Dari segi aspek material PT Semesta Keramika Raya bempaya
untuk membayar pajak terhutangnya dalam jumlah seminimal
mungkin dan pada waktu terakhir yang masih diizinkan oleh
Undang-Undang dan peraturan perpajakan. Namun dalam hal
ini, perusahaan belum optimal dalam menerapkan perencanaan
pajaknya. Hal ini terlihat dari besamya laba pada laporan
keuangan komersial yaitu sebesar 268,736,686, sesudah
dilakukan rekonsiliasi atau penyesuaian terhadap laporan
keuangan PT Semesta Keramika Raya tahun 2010 maka
penghasilan kena pajak menjadi 433,917,011. Penyebab
perbedaan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan
fiskal karena salah satunya yaitu terdapat perbedaan pengakuan
93
pendapatan dan beban yang diklasifikasikan menjadi dua yaitu
beda tetap dan beda waktu.
a. Beda Tetap
Dalam rekonsiliasi laporan laba rugi fiskal PT Semesta
Keramika Raya terdapat koreksi-koreksi yang termasuk ke
dalam beda tetap yaitu biaya entertain atau jamuan sebesar
Rp. 25.345.675, biaya pengobatan karyawan sebesar Rp.
96.148.450 dan pendapatan jasa giro sebesar Rp. 8.998.457.
b. Beda Waktu
Dalam re konsiliasi laba rugi fiskal PT Semesta
Keramika Raya terdapat koreksi-koreksi fiskal yang termasuk
ke dalam beda waktu yaitu biaya penyusutan. Dari
perliitungan penyusutan aktiva tetap menurut akuntansi Rp.
351,551,148 dan menurut fiskal sebesar Rp. 298,866,491.
Penyusutan menurut akuntansi lebih besar dibandingkan
dengan menurut fiskal sehingga selisihnya harus dikoreksi
positif beda waktu sebesar Rp. 52.684.657.
3. Perencanaan pajak selanjutnya yaitu dengan pengalihan
pemberian dalam bentuk natura dan kenikmatan seperti biaya
pengobatan sebesar Rp. 96.148.450 ke dalam bentuk tunjangan-
tunjangan yang dapat dikurangkan sebagai biaya.
4. Berdasarkan uraian perencanaan pajak yang telah dijelaskan di
atas, dapat dilihat besamya penghasilan kena pajak sebelum
dilakukannya perencanaan pajak sebesar Rp. 433,917,011 dan
94
setelah dilakukannya perencanaan pajak sebesar Rp.
312,300,736. Disini dapat terlihat bahwa PT Semesta Keramika
Raya dapat menghemat penghasilan kena pajaknya sebesar Rp.
121,616, 275. Begitu juga dengan pajak penghasilan yang
terutangnya yang sebelum dilakukan perencanaan sebesar Rp.
77,973,265 dan setelah dilakukannya perencanaan menjadi Rp.
56.119.275. Tegadi penghematan pajak penghasilan tenitang
sebesar Rp. 21,853,990.
5.2. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang penulis sajikan sebelumnya, penulis
mencoba untuk membenkan saran-saran sebagai sumbangan da" informasi
yang bermanfaat serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
kemajuan perusahaan kearah positif yang sesuai dengan harapan.
1. PT Semesta Keramika Raya hams lebih meningkatkan perencanaan
pajak {tax planning) agar upaya meminimalkan beban pajak
penghasilan badan dapat terapai dengan lebih memahami aspek materil
dan memahami serta memanfaatkan celah peraturan perpajakan yang
berlaku dengan mengambil keuntungan yang semaksimal mungkin dari
berbagai pengecuahan, potongan atau pengurangan atas penghasilan
kena pajak yang diperbolehkan menurut undang-undang perpajakan.
2. Dalam halnya yang penulis temukan dalam lapoian rekonsiliasi fiskal
masih adanya biaya pegamuan tanpa daftar nominatif, biaya
pengobatan yang masih diberikan dalam bentuk kenikmatan yang bukan
95
merupakan penghasilan bagi karyawan. Hal ini tidak dapat dijadikan
pengurang sebagai penghasilan bruto. Maka sebaiknya perusahaan
membuat daftar nominatif untuk biaya peijamuan, menghindari adanya
denda pajak, serta memberikan tunjangan tidak dalam bentuk natura
untuk biaya pengobatan.
3. PT Semesta Keramika Raya hams terns mengikuti perkembangan
peraturan peipajakan yang selalu mengalami pembahan. Serta
memahami setiap peraturan perpajakan yang baru.
JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan Bulan
Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei1 Pengajuan Judul *
2 Studi Pustaka *
3 Pembuatan Makalah Seminar *
4 Seminar *
5 Pengesahan *
6 Pengumpulan Data *
7 Pengolahan Data * *
8 Penulisan Laporan dan Bimbingan m m 4t
9 Sidang Skripsi«
10 Penyempurnaan Skripsi «
11 Pengesahan«
DAFTARPUSTAKA
Digital Collections/j iunkpe/s l/eakt/2008/j iunkpe-ns-s1-2008-32404022-9482-gundih-chapter2.pdf (diakses 13 Desember2011)
Djoko Mulyono. 2006. Akuntansi Pajak. Andi, Yogyakarta.
Djoko Mulyono. 2010. Panduan Brevet Pajak. Andi OfTset, Yogyakarta.
Djoko Mulyono. 2009. PengantarPPh dan PPh 21. Andi, Yogyakarta.
Aries P. Ompusunggu. 2011. Cara Legal Siasati Pajak. PuspaSwara, Jakarta.
Erly Suandy. 2006. Perpajakan. Edisi 2. Salemba Empat, Jakarta.Erly Si^dy. 2008. Perencanaan Pajak. Edisi 4. Salemba Empat, Jakarta.Gunadi. 2009. Akuntansi Pajak. Edisi Revisi. FT Gramedia, Jakarta.Kerry Purwono. 2010. Dasar-Dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak. Erlangga,
Jakarta
Hilarius Abut 2007. Perpajakan. Diadit Media, Jakarta.http://www.google.com. 2011 (Diakses 13 Desember 2011)
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat.Jakarta
Mardiasmo. 2008. Perpajakan. Edisi Revisi. Andi, Yogyakarta.
Mohammad Zain. 2005. Manajemen Perpajakan. Edisi 2. Salemba Empat,Jakarta.
Pardiat. 2009. Akuntansi Pajak. Edisi 3. Mitra Wacana Media, Jakarta.
Pardiat 2010. Akuntansi Pajak. Edisi 4. Mitra Wacana Media, Jakarta.
Sigit Hutomo. 2009. Pajak Penghasilan Konsep dan Aplikasi. Edisi Revisi.Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Siti Resmi. 2008. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 4. Salemba Empat, Jakarta.
Suknsno Agoes, dan Estralita Trisnavwiti. 2009. Akuntansi Perpajakan. Edisi 2.Salemba Empat Jakarta.
Tulis S. Meliala, dan Francisca Widianti Oetomo. 2008 Perpajakan danAkuntansi Pajak. Edisi 5. Semesta Media, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Waluyo. 2008. Akuntansi Pajak Cetakan Satu, Salemba Empat Jakarta
Waluyo. 2009. Akmtansi Pajak. Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta
Wirawan B. Ilyas & Richard Burton. 2008. Hukum Pajak Edisi 4. SalembaEmpat, Jakarta.
Y. Sri Pudyatmoko. 2009. Pengantar Hukum Pajak Andi Offset, Yogyakarta.
PT.SenEsLi Kewni Rtnid
SURAT KETERANGAN PERSONAUA
Nomor: 015 / SKK/ HRD / SKR / IV / 2012
Yang bertanda tangan dibawah ini. Personalia PT. SEMESTA KERAMIKA RAYA,
menerangkan bahwa :
Nama Lengkap
NPM
Jurusan
Universltas
: Ema HerawatI
;022108062
: Akuntansl SI
: Universltas PAKUAN BOGOR
Adalah benar. yang bersangkutan telah melaksanakan RIs^ pada perusahaan Kami di PT.
SEMESTA KERAMIKA RAYA dengan sejak tanggal 01 Pebniari 2012 sampai tangga! 30
Maret20l2
Demikian surat keterangan ini dibenkan untukbisa dipergunakan sebagaimana mestinya
Gunung Putri, 11 April 2012
Hormat Kami.
PT.SEMESTA KERAMIKA RAYA
z
B U D Z A R
Personalia / HRD
STRUKTUR ORGANISASI PT SEMESTA KERAMKA RAYA
Pengadaan
ManQC
Sekretaris
— SpvIPIX
Spv SDM
SpvURT
AsmanQC
Spv Pajak
Asman ISQAsman UmumAsman Umum Asman Perdag
Spv Utilitas
Man Pemasaran
SpvKeamanan
Asman Promosi
Spv Pemeriksaan
Asman AkuntansiAsman Produksi
Managing Director
ManKeu&SDMMan Prod & Umum
Spv GBB &Supplies
Spv PemastianMjtu
Spv Prod Jadi1&2
Spv Prod S jadi1&2
Spv Gd. BarangJadi
Man : ManagerAsman : Asisten ManagerSpv : Supervisor
ISQQCIPLL
Quality ControlGBB
URT
SDM
Gudang Bahan Baku
Sumber Da}^ Manusia
Perdag : Perdagangan: Garis Koordinasi
: Garis Komando
Sumber Data: pt semesta keramdca raya 2010
Tabel 3
PT Semesta Keramika Raya
Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal Sebelum Perencanaan PajakPer 31 Desember 2010
(Dalam Rupiah)
KeteranganLaporan
KomersialBeda Tetap Beda Waktu
Laporan
Fiskal
Pendapatan
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
8,534,396,860 8,534,396,860
Persedlaan awai bahan baku 475,250,425 475,250,425
Pembelian 4,952,871,257 4,952,871,257
Persedlaan akhir bahan baku (523,675,550) (523,675,550)
Pemakaian Bahan Baku 4,904,446,132 4,904,446,132
Upah Langsung
Biaya Overhead Pabrik
658,900,450 658,900,450
Biaya Bahan Bakar
Biaya Listrik dan Air
287,325,700
750,215,412
287,325,700
750,215,412
Biaya Penyusutan Gedung Pabrik 37,797,679 37,797,679
Biaya Penyusutan Mesin 236,578,535 33,538,672 203,039,863
Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan 125,535,500 125,535,500
1,437,452,826 1,403,914,154
Total Biaya Pabrikasi
Persedlaan Barang Dalam Proses7,000,799,408 6,967,260,736
Persedlaan Awai 231,457,100 231,457,100
Persedlaan Akhir (275,970,235) (275,970,235)
Harga Pokok Produksl
Persedlaan Barang JadI
6,956,286,273 6,922,747,601
Persediaan Awal 155,763,500 155,763,500
Persediaan Akhir (250,345,150) (250,345,150)
Harga Pokok Penjualan 6,861,704,623 6,828,165,951
Laba (Rugi) Kotor 1,672,692,237 1,706,230,909
Beban Usaha
Gaji 751,579,950 751,579,950
Biaya Transportasi 98,790,700 98,790,700
Biaya Penyusutan Gedung Kantor 15,754,650 15,754,650
Biaya Penyusutan inventarls Kantor 35,235,300 7,061,985 28,173,315
Biaya Penyusutan KendaraanBiaya Perbaikan dan Perawatan
Kendaraan
33,547,900
25,675,350
12,084,000 21,463,900
25,675,350
Perjalanan Oinas 35,673,450 35,673,450
Biaya Telepon dan Faks 95,654,783 95,654,783
Biaya Pengobatan 96,148,450 96,148,450 .
Biaya Bahan Bakar 30,756,890 30,756,890
Biaya Perlengkapan dan Umum 25,467,825 25,467,825
Biaya Entertain/Jamuan 25,345,675 25,345,675-
ATK 15,254,500 15,254,500
Administrasi Kantor 98,243,500 98,243,500
Biaya Keamanan 1,800,000 1,800,000
Fotocopy 2,567,435 2,567,435
Biaya Promosi 30,457,650 30,457,650
1,417,954,008 1,277,313,898
Laba (Rugi) Usaha 254,738,229 428,917,011 1
Pendapatan (Beban) Lain-lain
Pendapatan Jasa Giro
Keuntungan atas Penjualan Aktiva Tetap
Beban Lain-lain
Jumlah Pendapatan (Beban)
8,998,457
5,000,000
8,998,457
5,000,000
13,998,457 5,000,000
LABA KENA PAJAK 268,736,686 433,917,011
Sumber: PT Semesta Keramika Raya
Tabel 4
Daftar Penyusutan Aktiva Tetap Menurut AkuntansiMetode Garis Lurus
(Dalam Rupiali)
NO Jenis Aktiva Umur
Ekonomis
HargaPerolehan
Jumlali Penyusutan
1 Bangunan
- Gedung Pabrik
- Gedung Kantor
20 tahun
20 tahun
625,957,000
345,755,000
31,297,850
17,287,750
Sub Tota 971,712,000 48,585,6002 Mesin dan Peralatan
- Mesin Produksi
- Mesin PenunjangProduksi
- Peralatan Produksi
10 tahun
8 tahun
5 tahun
1,202,359,400
561,123,000
230,996,108
120,235,940
70,140,375
46,199,222
Sub Total 1,994,478,508 236,575,5373 Invetaris Kantor
- Inventaris Mebelair
- Inventaris Elektronik
5 tahun
4 tahun
94,159,800
75,147,000
18,831,960
18,786,750
Sub Total 169,306.800 37,618,7104 jCendaraan
- Kendaraan Roda 2
- Kendaraan Roda 4
4 tahun
5 tahun
12,050,000
161,120,000
3,012,500
32,224,000
Sub Total 173,170,000 35,236,500
TOTAL 3,179,363,344 351.551.148
Limber: FT Semesta Keramika Raya
Tabel 5
Penyusutan Aktiva Tetap Menurut PajakMetode Garis Lurus
(Dalam Rupiah)
NO Jenis Aktiva Umur
Ekonomis
HargaPerolehan
Prcsentasc
PenyusutanJumlah
Penyusutan
1 Bangunan
- Gedung Pabrik
- Gedung Kantor
20 tahun
20 tahun
625,957,000
345,755,000
5%
5%
31,297,850
17,287,750
Sub Total 971,712,000 48,585,6002 Mesin dan Peralatan
- Mesin Produksi
- Mesin PenunjangProduksi
- Peralatan Produksi
16 tahun
8 tahun
4 tahun
1,202,359,400
561,123,000
230,996,108
6.25%
12.5%
25%
75,147,463
70,140,375
57,749,027
Sub Total 1,994,478,508 203,036,8653 Invetaris Kantor
- Inventaris Mebelair
- Inventaris Elektronik
8 tahun
4 tahun
94,159,800
75,147,000
12.5%
25%
11,769,975
18,786,750
Sub Total 169,306,800 30,556,7254 Kendaraan
- Kendaraan Roda 2
- Kendaraan Roda 4
4 tahun
8 tahun
12,050,000
161,120,000
25%
12.5%
3,012,500
20,140,000
Sub Total 173,170,000 23,152,500
TOTAL 3,179,363,344 298,866,491imber; data perusahaan yang telah diolah
Tabcl 6
Selisih Biaya Penyusutan Menurut Akuntansi dan PajakMetode Garis Lurus
(Dalam Rupiah)
NO Jenis AktivaPenyusutan
Akuntansi
PenyusutanFiskal
Selisih
1 Bangunan
- Gedung Pabrik
- Gedung Kantor
27,797,679
14,322,723
27,797,679
14,322,723
-
Sub Total 42,120,402 42,120,402
2 Mesin dan Peralatan
- Mesin Prodxiksi
- Mesin PenunjangProduksi
- Peralatan Produksi
120,235,940
70,140,375
46,199,222
75,147,463
70,140,375
57,749,027
45,088,478
(11,549,805)
Sub Total 236,575,537 203,036,865 33,538,672
3 Invetaris Kantor
- Inventaris Mebelair
- Inventaris Elektronik
18,831,960
18,786,750
11,769,975
18,786,750
7,061,985
Sub Total 37,618,710 30,556,725 7,061,985
4 Kendaraan
- Kendaraan Roda 2
- Kendaraan Roda 4
3,012,500
32,224,000
3,012,500
20,140,000 12,084,000
Sub Total 35,236,500 23,152,500 12,084,000
-
TOTAL 351,551,148 298,866,491 52,684,657
Sumber: Data Perusahaan yang telah diolah
label 7
PT Semesta Keramlka Raya
Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal Sebelum Perencanaan PajakPer 31 Oesember 2010
KeteranganLaporan
KomersialBeda Tetap Beda Waktu
Laporan
Fiskal
Pendapatan
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
8,534,396,860 8,534,396,860
Persediaan awal bahan baku 475,250,425 475,250,425
Pembelian 4,952,871,257 4,952,871,257
Persediaan akhir bahan baku (523,675,550) (523,675,550)
Pemakaian Bahan Baku 4,904,446,132 4,904,446,132
Upah Langsung
Biaya Overhead Pabrik
658,900,450 658,900,450
Biaya Bahan Bakar
Biaya Listrik dan Air
287,325,700
750,215,412
287,325,700
750,215,412
Biaya Penyusutan Gedung Pabrik 37,797,679 37,797,679
Biaya Penyusutan Mesin 236,578,535 33,538,672 203,039,863
Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan 125,535,500 125,535,500
1,437,452,826 1,403,914,154
Total Biaya Pabrikasi
Persediaan Barang Dalam Proses7,000,799,408 6,967,260,736
Persediaan Awal 231,457,100 231,457,100
Persediaan Akhir (275,970,235) (275,970,235)
Harga Pokok Produksi
Persediaan Barang Jadi6,956,286,273 6,922,747,601
Persediaan Awal 155,763,500 155,763,500
Persediaan Akhir I (250,345.150) (250,345,150)
Harga Pokok Penjualan
1
1 6,861,704,6231
1
6,828,165,951
Laba (Rugi) Kotor
1 ,I 1
1 1,672,692,237i
1,706,230,909
Beban Usaha
1
1
Gaji1
751,579,950 i 751,579,950
BiayaTransportasi 98,790,700 98,790,700
Biaya Penyusutan Gedung Kantor 15,754,650 15,754,650
Biaya Penyusutan Inventaris Kantor 35,235,300 7,061,985 28,173,315
Biaya Penyusutan Kendaraan 33,547,900 12,084,000 21,463,900
Biaya Perbaikan dan Perawatan
Kendaraan 25.675,350
25,675,350
Perjalanan Oinas 35,673,450 35,673,450
Biaya Telepon dan Faks 95,654,783 95,654,783
Biaya Pengobatan 96,148,450 96,148,450
Biaya Bahan Bakar 30,756,890 30,756,890
Biaya Periengkapan dan Umum 25,467,825 25,467,825
Biaya Entertain/Jamuan 25,345,675 25,467,825
ATK 15,254,500 15,254,500
Administrasi Kantor 98,243,500 98,243,500
Biaya Keamanan 1,800,000 1,800,000
Fotocopy 2,567,435 2,567,435
Biaya Promosi 30,457,650 30,457,650
1,417,954,008 1,398,930,173
Laba (Rugi) Usaha 254,738,229 307,300,736