Top Banner
FISIKA BANGUNAN “PERENCANAAN ILUMINASI DAN AKUSTIK” “RUANG MEETING” Di Jl. Kalibesar Timur No. 10-12 Jakarta Barat NAMA : ADAM RIYANDI NIM : 14124001 FASILITATOR : - Ir. MOH. HADIONO, MT. - Ir. OBOM HERMINSYAH. PRODI : TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS : TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN ISTN (INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL) SEMESTER GENAP 14/2015
25

PERENCANAAN ILUMINASI DAN AKUSTIK.pdf

Apr 09, 2016

Download

Documents

Adam Riyandi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

FISIKA BANGUNAN “PERENCANAAN ILUMINASI DAN AKUSTIK”

“RUANG MEETING” Di Jl. Kalibesar Timur No. 10-12 Jakarta Barat

NAMA : ADAM RIYANDI

NIM : 14124001

FASILITATOR :

- Ir. MOH. HADIONO, MT.

- Ir. OBOM HERMINSYAH.

PRODI : TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS : TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

ISTN (INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL)

SEMESTER GENAP 14/2015

Page 2: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Setiap ruang pada bangunan rumah, kantor, apartement, gudang, pabrik, dan

lainnya pasti membutuhkan penerangan. Intensitas penerangan merupakan aspek penting

di tempat-tempat tersebut karena berbagai masalah akan timbul ketika kualitas intensitas

penerangan di tempat tersebut tidak memenuhi standard yang perlu diterapkan. Perencanaan

penerangan suatu tempat harus mempertimbangkan beberapa faktor antara lain intensitas

penerangan saat digunakan untuk bekerja, intensitas penerangan ruang pada umumnya, biaya

instalasi, biaya pemakaian energi dan biaya pemeliharaannya. Perlu diperhatikan, perbedaan

intensitas penerangan yang terlalu besar antara bidang kerja dan sekitarnya harus dihindari

karena mata kita akan memerlukan daya yang besar untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut

yang menyebabkan mata mudah lelah. Untuk mendapatkan hasil penerangan / pencahayaan yang

baik dan merata, kita harus dipertimbangkan iluminasi (kuat penerangan), sudut penyinaran

lampu, jenis dan jarak penempatan lampu yang diperlukan sesuai dengan kegiatan yang ada

dalam suatu ruangan atau fungsi ruang tersebut. Pada dasarnya dalam perhitungan jumlah titik

lampu pada suatu ruang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : dimensi ruang, kegunaan /

fungsi ruang, warna dinding, type armature yang akan digunakan, dan masih banyak lagi.

Sama halnya dengan iluminasi, faktor akustik pun juga jadi pertimbangan dalam

merancang auditariun, ruang pidato, ruang music, dan studio. Perencanaan akustik (suara)

murapakan aspek penting di tempat-tempat tersebut karena berbagai masalah akan timbul ketika

kualitas suara di tempat tersebut tidak memenuhi standard yang perlu diterapkan. Untuk

mendapatkan hasil suara yang baik dan merata, kita harus dipertimbangkan akustik (suara),

kekerasan yang cukup, difusi bunyi, pengendalian dengun, pengendalian bising dan getran yang

diperlukan sesuai dengan kegiatan yang ada dalam suatu ruangan atau fungsi ruang tersebut.

Oleh karena itu, dalam merencanakan sebuah bangunan banyak sekali aspek yang harus

diperhatikan tidak hanya dari segi estetis, struktur, ataupun utilitasnya, akan tetapi faktor

iluminasi dan akustik juga penting untuk diperhatikan.

Untuk itu aspek iluminasi dan akustik dimaksudkan agar tercapainya suatu tujuan

ketahanan dan kenyamanan bangunan. Maka yang akan dibahas dalam hal ini yaitu tentang

iluminasi dan akustik ruang meeting di Kalibesar Timur No. 10-12 Jakarta Barat.

I.2 Tujuan

Menjadikan ruangan yang hemat energy.

Menanggulangi gangguan bunyi dan getaran.

I.3 Sasaran

Para tamu.

Page 3: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

I.4 Identifikasi Masalah

Kebisingan yang tidak menyenangkan.

Cahaya yang belum memenuhi standard.

I.5 Permasalahan

Bagaimana mengoptimalkan pencahayaan?

Bagaimana mengatur dan mengendalikan udara?

I.6 Pendekatan Masalah

Dimensi ruang

Warna dinding

Type armature yang digunakan

Penekanan bising disumbernya

Penyerapan bunyi

Penyelimutan (masking) bising

Page 4: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

BAB II

TINJAUAN

II.1 Tinjauan Umum

II.1.1 Definisi

Pencahayaan atau iluminasi adalah berkas cahaya yang mengarah kesuatu tujuan dengan

panjang gelombang magnet elektro yang antara 380 hingga 700 nm (nanometer, 1 nm= 10-9m),

dengan urutan warna : (ungu ultra), ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga, merah, (merah infra).

Cahaya adalah gejala gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata.

Akustik ruang pada Teater

Akustik Ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu ruanganyang terkait

dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi.

Akustik sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat pantul benda atau objek pasif

dari alam. Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara, misalnya dalam

gedung rapat akan sangat memengaruhi artikulasi dan kejelasan pembicara.

Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar, yaitu :

• Perubahan suara karena pemantulan dan

• Gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain.

Dibutuhkan seorang ahli yang berlandaskan teori perhitungan dan pengalaman lapangan

untuk mewujudkan sebuah ruang yang ideal, seperti home theatre, ruangan karaoke, ruang

rekaman , ruang pertemuan dan sejenisnya termasuk ruang tempat ibadah.

Pengukuran jangkah frekuensi dan besarnya, dapat dilakukan dengan bantuan sebuah

RTA (Real Time Analyzer) untuk mengetahui dan menentukan frekuensi pantulan atau

ketembusan, sehingga dapat ditentukan jenis material penyerap suara yang digunakan.

Akustik ruang

Page 5: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

Banyak material penyerap yang sangat efektif untuk digunakan, misalnya TraFlex.

Mempunyai banyak variant produk yang memungkinkan untuk membuat hasil yang optimal.

Tipe TraFlex 10.15, dengan spesifikasi alfa=0,7 pada 300Hz-16KHz, sangat efektif jika

digunakan untuk memperjelas suara.

(sumber: Wikipedia)

II.2 Tinjauan Khusus

II.2.1 Daya Pencahayaan Maksimum Menurut SNI

Untuk Ruang Kantor/ Industri adalah 15 watt / m2

Untuk Rumah tak melebihi 10 watt / m2

Untuk Toko 20-40 watt / m2

Untuk Hotel 10-30 watt / m2

Untuk Sekolah 15-30 watt / m2

Untuk Rumah sakit 10-30 watt / m2

(http://hariyantoeko.blogspot.com/2013/01/perhitungan-penerangan-suatu-ruangan.html)

II.2.2 Pencahayaan Buatan (rekayasa mekanisasi)

1. Pengertian cahaya buatan

Pencahayaan buatan ialah cahaya yang dihasilkan oleh elemen-elemen hasil pabrikasi. Kuantitas

dan kualitas cahaya yang dihasilkan berbedabeda tergantung jenis lampu yang digunakan.

2. Sumber terang buatan

Ada tiga jenis utama sunber cahaya buatan yaitu :

a. Lampu Pijar

Lampu pijar memiliki filamen yang memberikan cahaya ketika dipanaskan, menjadi pijar oleh

aliran listrik. Lampu ini menyediakan sumber cahaya, memiliki efikasi rendah,

mempresentasikan warna (render) dengan cukup baik, dan mudah untuk dipadamkan oleh

reostat.

Gambar buku IKB hal 390

b. Lampu Fluoresens

Lampu fluoresens adalah lampu discharge tubular dimana cahaya dihasilkan dari fluresens

lapisan fosfor didalam tabung. Lampu ini menyediakan sumber cahaya linier dan memiliki

efikasi sebesar 50 sampai 80 lumen per watt. Kemampuan merepresentasikan warna (rendering)

yang dimiliki bervariasi. Gambar buku IKB hal 391

c. Lampu High-Intensity Discharge (HID)

Lampu High-Intensity Discharge (HID)adalah lampu discharge yang memiliki jumlah cahaya

signifikan yang dihasilkan dari pelepasan listrik melalui uap logam didalam tabung kaca tertutup.

Lampu HID menggabungkan bentuk lampu pijar dengan efikasi lampu fluoresens. Lampu-lampu

merkuri menghasilkan cahaya dengan pelepasan listrik dalam uap merkuri. Lampu logam halida

konstruksinya sama dengan lampu merkuri, tetapi memiliki tabung dimana ligam halida

Page 6: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

ditambahkan untuk menghasilkan cahaya dan memperbaiki color rendering. Lampu high-

pressure sodium (HPS) menghasilkan spektrum cahaya putih keemasan yang luas yang

dihasilkan dari pelepasan listrik pada uap sodium. Gambar buku IKB hal 391

3. Penempatan sumber terang

Cahaya yang menyebar memancar dari sumber cahaya yang banyak atau luas serta permukaan

pemantul. Iluminasi yang datar dan hampir seragam meminimalisasi kontras dan bayangan, serta

dapat menyulitkan pembacaan tekstur. Disisi yang lain cahaya terarah meningkatkan persepsi

bentuk dan tekstur dengan menghasilkan variasi bayangan dan Brightness pada permukaan

benda yang disinari Sementara cahaya yang menyebar bermanfaat untuk penglihatan umum,

cahaya ini bisa menjadi monoton. Beberaa pencahayaan terarah dapat mengurangi permasalahan

ini dengan menyediakan aksen visual, memberikan variasi luminasi dan menambah terang

permukaan kerja. Gabungan ddari pencahayaan menyebar dan pencahayaan terarah biasanya

lebih disukai dan bermanfaat, terutama jika terdapat bermacammacam tugas yang harus

dilakukan. Gambar buku IKB hal 393

4. Sistem penyinaran

Tujuan utama sistem pencahayaan ialah menyediakan iluminasi yang memadai bagi kinerja tugas

visual. Level iluminasi yang disarankan untuk beberapa tugas tertentu hanya menyebutkan

kuantitas cahaya yang harus tersedia. Bagaimana jumlah cahaya ini mempengaruhi bagaimana

suatu benda atau ruang dapat dilihat.

Ada tiga jenis sistem penyinaran yaitu :

a. Penyinaran Langsung yaitu sinar cahaya dari sumber cahaya dan yang dipantulkan oleh

bidang-bidang reflektor diarahkan langsung pada bidang kerja.

b. Penyinaran tidak langsung memakai penerangan yang menghalanghalangi sinar cahaya datang

langsung pada bidang kerja.

c. Penyinaran bawur (difus) yaitu cara penerangan yang arah sinarnya dibuat serba kemana-

mana, dari mana-mana serta merata sehingga tidak tampak keras.

5. Pengaruh dinding, langit-langit, lantai dll

a) Sudah umum dapat dikatakan bahwa semakin muda warna bidangbidang ruangan (dinding,

lantai, langit-langit, perabot rumah dan lainlain) ataupun mendekati warna putih, penerangan

ruangan semakin baik dan ekonomis karena jumlah cahaya yang dipantulkan kembali oleh

bidang-bidang itu tidak sedikit.

b) Lantai-lantai sebaiknya jangan terlalu putih bila ruangan sudah cukup

penerangannya, karena membuat mata penat. Lantai yang agak gelap menyejukkan mata.

c) Warna muda ringan (warna pastel) menggairahkan dan mengungkapkan rasa fajar muda.

d) Warna putih merupakan pemantul baik sekali tetapi berkesan dingin atau steril.

e) Kaca-kaca jendela biasanya lebih mengganggu daripada menolong karena menghamburkan

banyak cahaya keluar dan memberikan bayang-bayang refleksi yang menganngu.

(Mata Kuliah Fisika Bangunan (TA 306))

Page 7: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

II.2.3 Contoh standar iluminansi pada bidang kerja

50 lux : jalan

100 lux : koridor, kamar ganti, auditorium

150 lux : toko obat

200 lux : ruang makan

300 lux : perpustakaan, ruang olahraga,ruang kuliah

500 lux : kantor umum, laboratorium

750 lux : ruang gambar

1000 lux: ruang inspeksi, supermarket

Lampu watt dan lumens:

Philips TL 36W : 2500 lumens

Philips Essentials 23W : 1370 lumens

Philips Essentials 18W : 1098 lumens

Philips Essentials 14W : 850 lumens

Philips Essentials 11W : 650 lumens

Philips Essentials 8W : 430 lumens

II.2.4 Uraian Materi

1. Intensitas Cahaya dan Flux Cahaya

Intensitas cahaya adalah flux cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke suatu

arah tertentu. Flux cahaya yang dipancarkan ke suatu arah tertentu. Flux cahaya yang ipancarkan

oleh suatu sumber cahaya adalah sejumlah cahaya yang dipancarkan dalam satu detik. Intensitas

cahaya dinyatakan dalam satuan candela(cd) dengan lambang I. Sedangkan flux cahaya

,mempunyai satuan lumen dengan lambang Φ. Dari uraian di atas diperoleh persamaan:

Dimana

I = Intensitas cahaya (candela).

Φ = Flux cahaya (lumen)

Ω = satuan sudut ruang (steradian)

2. Intensitas Penerangan/ Iluminasi (E)

Intensitas penerangan (E) adalah flux cahaya Φ yang jatuh pada 1m2 dari bidang itu (1

lux=1m/m2). Sedangkan iluminasi penerangan rata-rata (E rata-rata) adalah jumlah flux Φ yang

dipancarkan (lumen) persatuan luas A (m2).

Dimana :

E = Intensitas penerangan (lux)

Φ = fluks penerangan (lumen)

A = satuan luas (m2)

3. Kepadatan Cahaya/ luminasi (L)

Luminasi adalah satu ukuran untuk terang suatu benda.

Page 8: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

Luminasi suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan cahaya adalah

intensitas cahayanya dibagi dengan luas semua permukaan/ bidang yang diterangi.

Dimana :

L = Luminansi 9cd/cm2)

I = Kepadatan cahaya (candela)

A = Luas semi permukaan (m2)

Untuk mendapatkan pencahayaan yang baik maka dalam merencanakan instalasi

pencahayaan ada 5 kriteria yang perlu diperhatikan Kelima kriteria tersebut adalah:

a. Iluminasi / Tingkat kuat penerangan.

b. Luminasi / distribusi kepadatan cahaya.

c. Pembatasan agar cahaya tidk menyilaukan mata.

d. Arah pencahayaan dan pembentukan bayangannya.

e. Warna cahaya dan refleksi warnanya.

Selain tergantung pada konstruksi sumber cahaya itu sendiri,penyebaran cahaya dari

sumber cahaya juga tergantung pada konstruksi armaturnya. Hal-hal yang menentukan

konstruksi armature adalah:

o Cara pemasangan armatur (pada dinding atau plafon)

o Cara pemasangan fitting atau fitting-fitting dalam armature.

o Perlindungan sumber cahaya.

o Penyebaran cahaya.

4. Sistem Pencahayaan

Sistem penerangan dibedakan menjadai 5 tipe, yaitu:

a. Sistem iluminasi langsung(Direct Lighting)

Sistem ini paling afektif dalam menyediakan penerangan karena 90%-100% cahaya

diarahkan langsung kepermukaan yang perlu diterangi. Tetapi kelemahan system ini adalah

timbulnya bayangan-bayangan yang menganggu serta memungkinkan kesilauan baik karena

penyinaran langsung maupun Karena pemantulan sinar lampu. Untuk mengatasi hal itu maka

langit-langit perlu diberi warna-warna cerah supaya tampak menyegarkan.

b. Sistem iluminasi semi langsung (Semi direct lighting)

Sistem ini mengarahkan 60%-90% cahaya kepermukaan yang perlu diterangi, selebihnya

menerangi dan dipantulkan oleh langit-langit dan dinding.

c. Sistem iluminasi difus dan langsung tak langsung (General Diffuse and Direct -Indirect

Lighting)

Sistem ini mengarahkan 40%-60% cahaya kepermukaan yang perlu diterangi, sisanya

menerangi dan dipantulkan oleh langit-langit dan dinding. Masalah bayangan dan kesilauan

masih terdapat pada system ini.

Page 9: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

d. Sistem iluminasi semi tidak langsung (Semi Indirect Lighting)

Sistem ini mengarahkan cahaya 60-90% ke langit-langit dan dinding bagian atas,

selebihnya ke bawah. Bayangan secara praktis tidak ada dan kesilauan dapat dikurangi. 9

e. Sistem iluminasi tidak langsung (Indirect Lighting)

Sistem ini mengarahkan cahaya 90-100% ke langit-langit dan dinding bagian atas

ruangan untuk dipantulkan yang kemudian menerangi seluruh ruangan berupa cahaya difus.

5. Perencanaan Penerangan Buatan

Perencanaan penerangan buatan adalah kombinasi dari seni dan ilmu sains yang

diaplikasikan. Sewaktu memulai rancangan instalasi penerangan, perlu diperhatikan efek

penerangan buatan dalam ruangan Didalam perencanaan penerangan pada gedung, ada beberapa

kebijakan yang harus dilakukan secara bersamaan antara devisi arsitektur, struktur dan

mekanikal-elektrikal pada tahap-tahap awal proses pembangunan gedung. Data yang diperlukan

untuk penerangan suatu instalasi penerangan adalah:

a. Gambar ruangan, dimensi ruangan, dan rencana tata letak lampu.

b. Detail konstruksi langit-langit.

c. Warna dan pantulan dari : langit-langit, dinding,lantai dan meja kursi.

d. Peruntukan ruangan (pekerjaan visual yang akan dilakukan didalam ruangan tersebut).

e. Perlengkapan mesin atau peralatan didalam ruangan.Kondisi ruangan seperti ;

temperature, kelembaban dan debu.

6. Estimasi Penerangan Buatan

a. Intensitas penerangan.

Sebelum menentukan intensitas peneranganyang dibutuhkan terlebih dahulu harus

diketahui jenis pekerjaanapa yang harus dilakukan diruangan tersebut. Intensitas penerangan

harus ditentukan di tempat dimana pekerjaan itu akan dilakukan. Intensitas penerangan E dengan

satuan lux sama dengan jumlah lumen

Φ per meter persegi. Jadi jumlah fluks cahaya yang diperlukan untuk bidang kerja seluas

A m2 adalah ;

Φ = ExA

Namun fluks cahaya yang dipancarkan lampu tidak semuannya mencapai bidang kerja. Sebagian

akan dipancarkan ke dinding dan langit-langit. Karena itu untuk menentukan fluks cahaya harus

diperhitungkan efisiensi dan rendemennya.

n- Φg

Φo

Page 10: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

Dimana : Φg = Fluks cahaya yang mencapai bidang kerja,langsung maupun tidak langsung

setelah dipantulkan dinding dan langit-langit.

Φo = Fluks cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya yang ada dalam ruangan.

b. Efisiensi Penerangan

Dari dua persamaan di atas,maka diperoleh rumus fluks cahaya :

x=ExA

n

Dimana : A = luas bidang kerja (m2)

E= Intensitas penerangan yang dibutuhkan di bidang kerja (lux)

c. Efisiensi Armatur

Efisiensi /randemen armature (v)

v = armature

sb cahaya

Efisiensi sebuah armatur ditentukan oleh konstruksi dan bahan yang digunakan. Dalam

efisiensi penerangan selalu sudah ditentukan efisiensi armaturnya.

d. Faktor-faktor Refleksi

Bagian fluks cahaya yang dipantulkan ditentukan oleh factor refleksi r suatu permukaan.

Faktor refleksi 0,6 atau 60% berarti bahwa 60% dari fluks cahaya yang mengenai permukaan

dipantulkan.

r= dipantulkayg cahaya

cahaya yg mengenai permukaan

Faktor refleksi tergantung dari warna dan finishing. Pemantulan ini tidak penting dalam

sistem penerangan langsung. Langit-langit dan warna dinding terang memantulkan 50-70%.

Sedangkan untuk warna gelap 10-20%. Untuk lebih detailnya ,warna putih dan warna sangat

muda memiliki refleksi 0,7. Warna sedang 0,3. Warna gelap 0,1. 11

e. Indeks Ruangan / Indeks Bentuk

Indeks ruangan /indeks bentuk k menyatakan perbandingan antara ukuran-ukuran utama

suatu rusnngan berbentuk bujur sangkar.

Dimana : p = panjang ruangan (meter)

K=pxl =lebar ruangan (meter)

H(p+l)

f. Faktor Depresiasi/Penyusutan

Faktor depresiasi / penyusutan adalah intensitas penerangan dalam keadaan dipakai. Faktor

depresiasi ini dibagi atas 3 golongan utama:

o Pengotoran Ringan

Pengotoran ini terjadi didaerah-daerah yang hampir tidak berdebu. Misalnya di toko,

kantor,sekolah, dan lain-lain.

Page 11: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

o Pengotoran Berat

Pengotoran ini terjadi di ruangan-ruangan yang banyak debu. Misalnya di perusahaan

cor, pertambangan, pemintalan dsb.

o Pengotoran biasa

Pengotoran ini terjadi diperusahaan selain yang disebutkan diatas. Bila tingkat

pengotoran tidak diketahui,maka digunakan faktor depresiasi 0.8

g. Jumlah Lampu/ Armatur (n)

Jumlah armatur / lampu dapat ditentukan dengan persamaan dibawah ini:

n= E x A

lampu xn xd

h. Pengaruh Armatur Lampu

Cahaya yang dikeluarkan, direfleksikan , dan diserap oleh Armatur Lampu Gelas .

Tabel I. Armatur Lampu Jenis Gelas

Jenis Gelas Tebal Lampu

Mm

Daya

Transmisi %

Daya

Refleksi %

Daya Penyerapan

Bola kaca bening

permukaan rata

Gelas prisma

Gelas yang

memakai ornamen

Gelas warna susu

Acrylic putih susu

1-4

3-6

3-6

2-3

2-3

92-90

90-70

90-60

88-82

60-40

6-8

5-20

7-20

7-88

20-40

2-4

5-10

3-20

5-10

10-20

Page 12: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

Tabel. II Standar Kuat Penerangan dalam Ruangan

Page 13: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

Lanjutan

Tabel Standar Kuat Penerangan dalam Ruangan

7. Untuk mendapatkan JUMLAH LAMPU pada suatu ruang dapat dihitung dengan

metode factor utilisasi ruangan, rumusnya adalah sebagai berikut :

N = ( 1.25 x E x L x W ) / ( kΦ x η LB x η R )

Dimana :

N = Jumlah armature

1.25 = Faktor Perencanaan

E = Intensitas Penerangan ( Lux )

L = Panjang Ruang ( meter )

W = Lebar Ruang ( meter )

Page 14: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

Φ = Flux Cahaya ( Lumen )

η LB = Efisiensi armature ( % )

η R = Factor Utilisasi Ruangan ( % )

FLUX CAHAYA sendiri bisa diketahui melalui rumus berikut :

Ø = W x L/w

Dimana :

Ø = Flux Cahaya ( Lumen )

W = daya lampu ( Watt )

L/w= Luminous Efficacy Lamp ( Lumen / watt )

8. FAKTOR RUANGAN ( k ) dapat diketahui dari data dimensi ruangan, rumusnya

sebagai berikut :

K = ( A x B ) / ( h ( A + B ))

Dimana :

A = lebar ruangan ( meter )

B = panjang ruangan ( meter )

H = tinggi ruangan ( meter )

h = H – 0.85 ( meter )

II.2.5 Akustik Ruang

Akustik ruangan dalam (interior)

Beberapa istilah fisika bunyi yaitu,

a. Sifat-sifat bunyi

nada, warna nada, panjang gelombang.

-sumber bunyi dan daya akustik

-sumber bunyi

b. Persyaratan akustik dalam perancangan

Page 15: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

kustik

c. Sistem penguat bunyi

-komponen sistem

d. Menanggulangi gangguan bunyi dan getaran.

Penyelimutan (masking) bising

II.2.6 Uraian Materi

a. Pengertian kebisingan

Bising adalah semua bunyi yang mengalihkan perhatian, mengganggu atau berbahaya bagi

kegiatan sehari-hari (kerja, istirahat, hiburan atau belajar) atau dengan kata lain definisi bising

adalah semua bunyi yang tidak diinginkan oleh penerima.

Page 16: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

b. Pengaruh kebisingan

II.2.7 Pergerakan Udara

c. Sumber-sumber kebisingan

1. Bising interior

2. Bising luar

3. Bising pesawat udara

d. Pengendalian kebisingan

rencanaan kota

Page 17: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

e. Tingkat kebisingan maksimum

Tingkat bising latar belakang maksimum yang direkomendasikan dalam berbagai pemilikan

(occupancies) dapat dinyatakan dalam kurva noise criterion (NC).

f. Contoh Pengendalian kebisingan

Bila pendengar menerima banyak bunyi langsung, maka hal ini menguntungkan

kekerasan bunyi.

Page 18: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

Lantai penonton yang bertingkat memungkinkan banyak bunyi langsung dari

panggung ke penonton.

Rambatan bunyi pada konstruksi bangunan

a. Pemantulan Bunyi

engertian pemantulan bunyi

Pemantulan bunyi ini hampir serupa dengan pemantulan cahaya, karena sinar bunyi

datang dan pantul terletak dalam bidang datar sama dan sudut gelombang bunyi datang sama

dengan sudut gelombang bunyi pantul (huukum pemantulan). Namun yang perlu di ingat adalah

panjang gelombang bunyi jauh lebih panjang dari panjang gelombang sinar cahaya, dan hukum

pemantulan bunyi hanya berlaku jika panjang gelombang bunyi adalah kecil dibandingkan

ukuran permukaan pemantul.

-sumber pemantulan bunyi

Permukaan yang keras, tegar dan rata, seperti beton, bata, batu, plester atau gelas dan

lain-lain.

Langit-langit pemantul yang diletakkan dengan tepat, dengan pemantulan bunyi yang makin

banyak ke tempat yang jauh

Page 19: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

b. Penyerapan Bunyi

Penyerapan bunyi adalah perubahan energi bunyi menjadi suatu bentuk lain, biasanya

panas, ketika melewati suatu bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan. Jumlah energi

panas yang dihasilkan pada perubahan energi ini adalah sangat kecil, sedang kecepatan

perambatan gelombang bunyi tidak dipengaruhi oleh penyerapan.

-unsur penyerapan bunyi

1. Lapisan permukaan dinding, lantai dan atap.

2. Isi ruangan seperti penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan lunak dan karpet.

3. Udara dalam ruang.

c. Bahan dan konstruksi penyerap bunyi

1. Bahan berpori-pori

Karakter akustik bahan berpori seperti papan serat (fiber board), plesteran lembut (soft plasters),

mineral wools dan selimut isolasi adalah jaringan selular dengan pori-pori yang saling

berhubungan. Penyerapan bunyi lebih efisien pada frekuensi tinggi dibandingkan pada frekuensi

rendah. Efisiensi akustiknya membaik pada jangkauan frekuensi rendah dengan bertambahnya

tebal lapisan penahan yang padat dan dengan bertambahnya jarak dari lapisan penahan ini.

Bahan berpori komersial dapat dibagi dalam tiga kategori :

2. Penyerap panel atau penyerap selaput

Penyerap panel pada konstruksi auditorium yang berperan pada penyerapan frekuensi rendah

antara lain :

o Panel kayu dan hardboard

o Gypsum boards

Page 20: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

o Langit-langit plesteran yang digantung

o Plesteran berbulu

o Plastic board tegar

o Jendela

o Kaca

o Pintu

o Lantai kayu dan panggung

o Pelat-pelat logam (radiator)

3. Resonator rongga (atau Helmholtz)

Adalah sejumlah udara tertutup yang dibatasi oleh dinding-dinding tegar dan dihubungkan oleh

lubang/celah sempit (disebut leher) ke ruang sekitarnya, dimana gelombang bunyi merambat.

Resonator ini dapat digunakan :

Page 21: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

Lapisan galar/irisan kayu di auditorium serbaguna Montreal, Eliasoph dan

Berkowitz karya arsitek L.L. Doelle

Page 22: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

Penyerapan resonator celah yang digunakan sebagai lapisan akustik diberbagai

auditorium karya L.L. Doelle

d. Isolasi bunyi

Pengertian

Penanggulangan (isolasi) gangguan bunyi

e. Getaran pada bangunan

Pengertian

Walaupun peralatan mekanis dan mesin-mesin sekarang membuat kehidupan penghuni

bangunan-bangunan menjadi lebih nyaman, lebih menyenangkan dan lebih produktif, namun

mesin-mesin dan peralatan ini merupakan contributor dasar bagi bising dalam bangunan.

Pengendalian bising mekanis eliminasi sempurna adalah sulit, tidak ekonomis dan tidak perlu,

yang perlu adalah atenuasi bising mekanis menjadi suatu tingkat yang dapat diterima, tergantung

pada macammacam keadaan, seperti kegiatan-kegiatan yang dapat diduga dalam ruang, tingkat

privasi yang dibutuhkan. Dll

Sumber-sumber getaran pada bangunan

Bising yang berhubungan dengan system mekanik dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Bising peralatan mekanis yang disebabkan oleh tiap unit ventilasi

dan pengkondisian udara dan oleh kipas angin, motor, kompresor,

pompa dll.

2. Bising sendiri (self-noise) yang disebabkan oleh aliran udara berkecepatan tinggi.

3. Pembicaraan silang (cros talk) dari satu tempat ke tempat lain, misalnya bunyi

pembicaraan yang masuk ke kisi pengadaan udara atau udara balik dalam satu ruang

merambat lewat saluran atau plenum dan muncul dalam ruang di dekatnya lewat kisi lain.

Page 23: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

4. Bising yang ditransmisi dari sumber eksterior lewat bagian saluran yang tak terlindung

ke dalam bangunan.

Sumber-sumber bising utama pada system pengaturan udara

Akibat getaran pada bangunan

Getaran dapat mempunyai pengaruh-pengaruh berikut :

1) Merusak bangunan

2) Mengganggu penghuni

3) Berinterferensi dengan kerja dan merusak instrument presisi

4) Bising bila laju getaran berada dalam jangkauan frekuensi audio.

Penanggulangan gangguan getaran bunyi

Transmisi getaran dari satu struktur ke struktur lain dapat dihindari dengan meletakan elemen

penenang (resilient), yang disebut juga isolator getaran diantara kedua struktur. Isolator getaran

dapat merupakan salah satu di bawah ini :

1. Pasangan lantai elastic (pegas baja, pegas udara, karet, gabus,

laken, neoprene, elastomer, fiber glas dll).

2. Penggantung langit-langit elastic (pegas, neoprene, elastomer).

3. Isolator dinding elastic (jepitan isolasi, jepitan dinding kenyal).

4. Pipa air/hose fleksibel (baja tahan karat, karet yang diperkuat,

telpon yang dicetak, butyl yang pleksibel/luwes).

Page 24: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf

BAB III

DATA

III.1 Data Tapak

Lokasi : Jalan Kalibesar Timur No. 10-12 Jakarta Barat

Luas Lahan : 26.6 m2

Lebar Bangunan : 7 m

Panjang Bangunan : 3.8 m

Tinggi Bangunan : 3.3 m

Page 25: PERENCANAAN ILUMINASI  DAN AKUSTIK.pdf