37 Perdagangan Organ Tubuh Manusia Dilihat Dari Perspektif Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Dan Menurut Hukum Islam Ruslan Abdul Gani IAIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi Indonesia ABSTRAK Penelitian ini mengkaji tentang erdagangan organ tubuh manusia dilihat dari perspektif Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan Menurut Hukum Islam, dengan fokus kajian terhadap Bagaimanakah Penjualan Terhadap Organ Tubuh Manusia Dilihat Dari Perspektif Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan Bagaimcana Pula Penjualan Organ Tubuh Manusia Menurut Hukum Islam. Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan. Bahwa Penjualan terhadap organ tubuh manusia dilihat dari perspektif Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dilarang secara tegas karena perbuatan tersebut beresiko tinggi bila salah satu organ tubuh seseorang yang sangat pital tidak berfungsi lagi apabila telah diambil untuk diperdagangkan hal ini sebagai ditegaskan di dalam Pasal 64 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 berbunyi: bahwa organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun. Kemudian dipertegs lagi di dalam Pasal 192: setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih apa pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar rupiah. Sedangkan dilihat dari perspektif Hukum Islam, penjualan organ tubuh manusia sama halnya dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 dimana Hukum Islam juga melarang dan haram hukumnya organ tubuh manusia diperjual belikan. Namun dalam hukum Islam membolehkan dilakukan tranplantasi terhadap organ tubuh manusia bagi orang yang secara sukarela tampa imbalan apapun kepada orang yang memerlukannya. Ketentuan ini diperkuat pula oleh Patwa yang pernah dikeluarkan oleh MUI yang menyatakan: Tranplantasi organ tubuh manusia diperbolehkan, tetapi yang tidak diperbolehkan atau haram adalah jual beli organ tubuh. Rekomendasi yang diberikan Kepada seluruh warga masyarakat hendaknya selalu menjaga organ tubuhnya dengan baik dengan cara menjaga kesehatan. Kepada tenaga medis hendaknya mengawasi dengan ketat bila terjadi perbuatan tranplansi organ tubuh manusia secara illegal. Kata Kuci : Perdagangan Organ Tubuh Manusia Perspektif Undang-Undang Kesehatan dan Hukum Islam
17
Embed
PERDAGANGAN ORGAN TUBUH MANUSIA DILIHAT …ukmsyariah.org/wp-content/uploads/2015/12/05-Ruslan-Abdul-Gani.pdf · dilarang secara tegas karena perbuatan tersebut beresiko tinggi bila
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
37
Perdagangan Organ Tubuh Manusia Dilihat Dari Perspektif Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Dan Menurut Hukum
Islam
Ruslan Abdul Gani
IAIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji tentang erdagangan organ tubuh manusia dilihat dari
perspektif Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan
Menurut Hukum Islam, dengan fokus kajian terhadap Bagaimanakah Penjualan
Terhadap Organ Tubuh Manusia Dilihat Dari Perspektif Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan Bagaimcana Pula Penjualan Organ Tubuh
Manusia Menurut Hukum Islam. Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat
diperoleh beberapa kesimpulan. Bahwa Penjualan terhadap organ tubuh manusia
dilihat dari perspektif Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
dilarang secara tegas karena perbuatan tersebut beresiko tinggi bila salah satu
organ tubuh seseorang yang sangat pital tidak berfungsi lagi apabila telah diambil
untuk diperdagangkan hal ini sebagai ditegaskan di dalam Pasal 64 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 berbunyi: bahwa organ dan/atau jaringan
tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun. Kemudian dipertegs lagi di
dalam Pasal 192: setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau
jaringan tubuh dengan dalih apa pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp1
miliar rupiah. Sedangkan dilihat dari perspektif Hukum Islam, penjualan organ
tubuh manusia sama halnya dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 dimana Hukum Islam juga melarang dan haram hukumnya organ tubuh
manusia diperjual belikan. Namun dalam hukum Islam membolehkan dilakukan
tranplantasi terhadap organ tubuh manusia bagi orang yang secara sukarela tampa
imbalan apapun kepada orang yang memerlukannya. Ketentuan ini diperkuat pula
oleh Patwa yang pernah dikeluarkan oleh MUI yang menyatakan: Tranplantasi organ
tubuh manusia diperbolehkan, tetapi yang tidak diperbolehkan atau haram adalah jual
beli organ tubuh. Rekomendasi yang diberikan Kepada seluruh warga masyarakat
hendaknya selalu menjaga organ tubuhnya dengan baik dengan cara menjaga
kesehatan. Kepada tenaga medis hendaknya mengawasi dengan ketat bila terjadi
perbuatan tranplansi organ tubuh manusia secara illegal.
Kata Kuci : Perdagangan Organ Tubuh Manusia Perspektif Undang-Undang
Kesehatan dan Hukum Islam
38
Latar Belakang Masalah
Perkembangan Transplantasi organ tubuh manusia saat ini semakin berkembang,
tidak hanya organ Jantung manusia, namun berkembang ke Cangkok Ginjal, Hati,
dan beberapa organ lain termasuk jaringan tubuh manusia seperti jaringan otot
ligamen maupun syaraf. Untuk kepentingan Transplantasi organ dan jaringan tubuh
manusia, umumnya diperoleh dari oleh penerima dari keluarga dekat. Sebagai
seorang calon donor organ, kedekatan sifat dasar kondisi kesehatan fisik dan
kelayakan secara kesehatan menjadi pertimbangan mengapa donor organ umumnya
dilakukan antar keluarga yang memiliki pertalian kekerabatan dengan harapan
memiliki kesamaan golongan darah dan kesamaan dalam sifat dan karakter antibodi /
kekebalan tubuh serta terkait masalah etika dan kemanusiaan, (Barder Johan
Nasution : 2005).
Seiring perkembangan jaman, terdapat berbagai kejahatan transnasional yang perlu
ditangani secara bersama dalam kerangka multilateral, seperti kejahatan, perdagangan
organ tubuh manusia, (environmental crime). Meskipun belum terdapat kesepakatan
mengenai konsep dan definisi atas beberapa kejahatan tersebut, secara umum
kejahatan tersebut membahayakan keselamatan pendonornya. Semakin beragam dan
meluasnya tindak kejahatan perdagangan organ tubuh manusia secara lintas negara
telah menarik perhatian dan mendorong negara-negara di dunia melakukan kerjasama
untuk menanggulangi kejahatan di tingkat bilateral, regional, maupun multilateral.
Salah satu penyebab orang menjual organ tubuhnya, dikarenakan faktor
kemiskinan dan serta celah terdapat dalam undang-undang berkontribusi seseorang
untuk memperdagangan organ tubuhnya secara illegal. Lain halnya dengan Negara
Yordania, dimana perdagangan organ tubuh manusia dilegalkan.akibatnya banyak
organ tubuh yang diselundupkan ke Iran. India’s Transplantation of Human Act
(THOA) memiliki syarat bahwa organ yang boleh diperjual belikan harus relatif dan
memiliki tujuan untuk pendonoran, (Harjo Wisnoewardono : 2002)
Di dalam pasar gelap, penjualan organ tubuh manusia cenderung memiliki harga yang
sangat tinggi dan tidak stabil. Jumlah uang yang akan diterima pendonor bergantung
kepada lokasi dan pasokan yang tersedia. Hasil laporan di seluruh dunia melaporkan
bahwa harga rata-rata yang diterima pendonor untuk ginjalnya adalah $5000,
sedangkan di dalam pasar gelap, oknum yang membutuhkan organ dalam membayar
sekitar $150.000. Meski angka perdagangan organ tubuh manusia meningkat, Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan hanya 10 persen dari permintaan global
untuk transplantasi organ tubuh yang sesuai dengan permintaan. Kelompok hak asasi
manusia Amerika Serikat untuk pengawasan perdagangan organ manusia
mengatakan, sebanyak 15-20 ribu buah ginjal dijual secara illegal di seluruh dunia
setiap tahunnya. (Hanny Ronosulityo: 1973).
Mengenai norma hukum tentang larangan terhadap penjualan terhadap organ
tubuh manusia di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), sudah
diatur secara tegas. Hal ini dapat dilihat di dalam Pasal 204 KUHP berbunyi:
Barang Siapa menjual, menyerahkan, atau membagi-bagikan barang yang
diketahuinya membahayakan nyawa atau kesehatan orang, padahal sifat berbahaya
itu tidak diberitahu, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 tahun.
39
Elemen yang terpenting terkandung di dalam Pasal 204 KUHP di atas, ialah
bahwa orang itu melakukan perbuatan-perbuatan tersebut, sedang ia mengetahui
bahwa barang-barang itu berbahaya bagi jiwa atau kesehatan, ia tidak
mengatakan/menjelaskan tentang sifat bahaya dari barang-barang tersebut. Orang
yang menjual barang yang berbahaya bagi jiwa dan kesehatan, tetapi dengan
mengatakan terus terang pada pembeli tentang sifatnya berbahaya, tidak dapat
dikenakan pasal ini.
Selanjutnya bila dilihat di dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan di
dalam Pasal 64 ayat (3) menyebutkan bahwa organ dan/atau jaringan tubuh dilarang
diperjualbelikan dengan dalih apapun. Oleh karena itu pelaku penjualan organ
dan/atau jaringan tubuh ini diancam pidana sebagaimana diatur Pasal 192 UU
36/2009. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa: setiap orang yang dengan sengaja
memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih apa pun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar. Organ tubuh yang dilarang
diperjualbelikan seperti: jantung, hati, ginjal, paru-paru, dan lain-lain. Dengan
demikian, jika mengikuti pembagian pidana umum dan khusus menurut Andi
Hamzah, penjualan organ tubuh manusia termasuk tindak pidana khusus. Alasannya,
karena KUHP tidak memiliki aturan mengenai tindak pidana penjualan organ
manusia dimaksud, (Andi Hamzah: 2000).
Bila dilihat dari hukum Islam dimana Tranplatansi organ tubuh manusia
diperbolehkan. Dasar pengambilan hukumnya yaitu dalam hukum syara’
diperbolehkan seseorang pada saat masih hidup menyumbangkan sebuah organ
tubuhnya atau lebih dengan suka rela tanpa paksaan siapapun. Ketentuan ini
dikarenakan adanya hak seseorang yang tangannya terpotong atau tercongkel
matanya. Akibat perbuatan orang lain untuk mengambil diyat (tebusan) atau
memanfaatkan orang lain yang telah memotong tangannya atau mencongkel
matanya. Hal ini didasarkan pada Surat Al-Baqara ayat 179.
Artinya: Dan di dalam qishas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hal
orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (Ali Zarnudin : 2009).
Selanjutnya bila dilihat dari Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang pernah
mengumumkan fatwa tentang transplantasi organ tubuh manusia yang difatwakan
pada tahun 1950, di dalam fatwa tersebut disampaikan bahwa tranplantasi organ
diperbolehkan, tetapi yang tidak diperbolehkan atau haram adalah jual beli organ
tubuh. Sebenarnya seseorang tidak berhak memberikan organ tubuhnya, organ itu
bukan milik pribadi, dan tidak membeli. Manusia hanya diamanati oleh Sang
Pencipta untuk menjaganya. Apabila ada orang yang memerlukan organ tubuh orang
lain, sepanjang tidak membahayakan, boleh diberikan hanya tidak
dikomerasialisasikan. Pengaturan tranplantasi harus diatur negara (pemerintah) agar
tidak disalah gunakan. (Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI): Tanggal 21 Maret