Top Banner

of 10

perda no 3 th 1999

Jul 08, 2018

Download

Documents

drion67
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    1/22

     

    PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA  YOGYAKARTA

    PERATURAN DAERAH

    PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    NOMOR: 3 TAHUN 1999

    TENTANG

    RETRIBUSI IZIN TRAYEK

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    Menimbang : a. bahwa Izin Trayek kendaraan umum, mobil penumpang umum, mobil bus,

    Taksi dan mobil barang di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

    diatur dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

     Nomor 2 Tahun 1986 tentang Pengujian Kendaraan Bermotor dan Izin

    Trayek Serta Ketentuan Besarnya Pungutan jo Peraturan Daerah Propinsi

    Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 1990;

     b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf e Peraturan

    Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997, Retribusi Izin Trayek termasuk

     jenis Retribusi Perijinan tertentu, yang pengaturannya dipisahkan dengan

    Pengujian Kendaraan Bermotor;

    c. bahwa sesuai dengan ketentuan huruf b di atas, perlu mengatur kembali

    mengenai Retribusi Izin Trayek dengan Peraturan Daerah tersendiri, yang

    terpisah dari Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

    d. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 24 ayat (1) Undang-undang Nomor

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    2/22

     

    Mengingat :

    e.

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah disebutkan

     bahwa Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

     bahwa atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, perlu

    menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

    tentang Retribusi Izin Trayek.

    Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah

    Istimewa Yogyakarta jo Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950

    sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-undang

     Nomor 26 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 71,

    Tambahan Lembaran Negara Nomor 1819);

    Undang-undang Nomor 49 Per.Pu Tahun 1960 tentang Panitia Urusan

    Piutang Negara (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 156, tambahan

    Lembaran Negara Nomor 2104);

    Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

    (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

     Nomor 3209);

    Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

    Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran

     Negara Nomor 3480);

    Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

    Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan

    Lembaran Negara Nomor 3685);

    Undang-undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara

    Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 81,

    Tambahan Lembaran Negara Nomor 3710);

    Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

    (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara

     Nomor 3839);

    Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    3/22

     

    9.

    10.

    11.

    12

    13.

    14

    15

    16.

    17.

    18.

    19.

    undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

    (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara

     Nomor 3258);

    Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan

    Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Lalu Lintas dan Angkutan

    Jalan Kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II (Lembaran Negara

    Tahun 1990 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3410);

    Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan

    (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara

     Nomor 3527);

    Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah

    (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara

     Nomor 3692); Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997

    tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

    Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM.68 Tahun 1993 tentang

    Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum;

    Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk

    Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan;

    Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk

    Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan;

    Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang

    Pedoman Tatacara Pemungutan Retribusi Daerah;

    Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang

    Pedoman Tatacara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah;

    Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119 Tahun 1998 tentang Ruang

    Lingkup Jenis-jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II;

    Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun

    1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah

    Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Daerah Nomor 120 Seri

    D Tahun 1987);

    Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 10 Tahun

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    4/22

    1995 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tatakerja Dinas Lalu Lintas

    dan Angkutan Jalan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran

    Daerah Nomor 37 Seri D Tahun 1997);

    Menetapkan  : 

    Dengan persetujuan

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

    PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    MEMUTUSKAN

    PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    TENTANG

    RETIBUSI IZIN TRAYEK. 

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 

    a.

     b.

    c.

    d.

    e.

    f.

    Daerah adalah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

    Pemeritah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

    Gubernur adalah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta;

    Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Propinsi

    Daerah Istimewa Yogyakarta;

    Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Propinsi Daerah Istimewa

    Yogyakarta;

    Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan

    komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan

     bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan, atau organisasi

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    5/22

     

    g.

    h.

    i.

     j.

    k.

    l.

    m.

    n.

    o.

     p.

    q.

    yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap, serta bentuk badan usaha lainnya;

    Perusahaan Angkutan Umum adalah perusahaan yang menyediakan jasa angkutan orang dan

    atau barang dengan kendaraan umum di jalan.

    Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang

    ada pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang dan atau

     barang di jalan selain dari kendaraan yang berjalan diatas rel.

    Angkutan penumpang umum adalah kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan

    oleh umum dengan dipungut bayaran;

    Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil

     bus, mobil penumpang yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan

     jadwal tetap maupun tidak berjadwal dalam wilayah Daerah;

    Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8

    (delapan) tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun

    tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi;

    Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat

    duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan

     pengangkutan bagasi;

    Taksi adalah kendaraan umum dengan jenis mobil penumpang yang diberi tanda khusus dan

    dilengkapi dengan argometer;

    Izin Trayek adalah izin untuk melakukan kegiatan pelayanan angkutan penumpang umum

     pada suatu atau beberapa trayek tertentu dalam wilayah daerah, termasuk pengertian

    Izin Operasi yang tidak dalam trayek;

    Kartu Pengawas adalah turunan dari Keputusan izin trayek atau izin operasi bagi setiap

    kendaraan yang bersangkutan;

    Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah

    dalam rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk

     pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,

     penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna

    melindungi kepentingan umum dan menjaga kelesatarian lingkungan;

    Retribusi Izin Trayek yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah pembayaran atas

     pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan usaha untuk menyediakan pelayanan

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    6/22

     

    r.

    s.

    t.

    u.

    v.

    w.

    x.

    y.

    z.

    aa.

    angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu dalam wilayah

    daerah;

    Wajib Retribus adalah pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan

    retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;

    Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi

    wajib retribusi untuk memanfaatkan izin trayek;

    Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SPdORD, adalah

    surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan data obyek retribusi dan

    wajib retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut

     peraturan perundang-undangan retribusi daerah;

    Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah keputusan

    menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;

    Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat

    SKRDKRT, adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang

    telah ditetapkan;

    Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLR, adalah

    surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah

    kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terutang atau tidak seluruhnya

    terutang;

    Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat

    untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau

    denda;

    Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau

    dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKRT dan SKRDLR yang diajukan oleh wajib

    retribusi;

    Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data

    dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban

    retribusi Daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan retribusi Daerah;

    Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang

    dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik,

    untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    7/22

     pidana di bidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

    BAB II

    IZIN TRAYEK

    Pasal 2

    (1) Setiap mobil penumpang umum dan mobil bus, wajib memiliki Izin Trayek.

    (2) Setiap Taksi untuk melakukan kegiatan pengangkutan wajib memiliki izin operasi.

    (3) Orang pribadi atau badan yang mengoperasikan kendaraan tersebut ayat (1) dan ayat (2)

    Pasal ini, diwajibkan mengajukan permohonan Izin Trayek dengan mengisi SPdORD.

    (4) Orang pribadi atau badan yang telah mendapat Keputusan Izin Trayek diberikan Kartu

    Pengawasan bagi setiap kendaraan yang dioperasikan.

    (5) Setiap 6 (enam) bulan sekali Kartu Pengawasan wajib diperbaharu.

    (6) Persyaratan yag harus dipenuhi untuk memperoleh Izin Trayek sebagaimana tersebut

    ayat (1) dan ayat (2) Pasal ini adalah sebagai berikut :

    a. memiliki izin usaha angkutan.

     b. memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan.

    c. memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan.

    d. memiliki atau menguasai perawatan kendaraan bermotor.

    (7) Tatacara untuk memperoleh Izin Trayek diatur lebih lanjut oleh Gubernur.

    BAB III

    NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

    Pasal 3

    Dengan nama Retribusi Izin Trayek dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin

    trayek kepada orang pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum

     pada suatu atau beberapa trayek tertentu dalam wilayah Daerah.

    Pasal 4

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    8/22

     

    Obyek Retribusi adalah pemberian izin trayek menyediakan angkutan penumpang umum pada

    suatu atau beberapa trayek tertentu lintas antar Daerah Tingkat II yang seluruhnya berada dalam

    wilayah Daerah.

    Pasal 5

    Subyek retribusi adalah orang atau badan yang memperoleh izin trayek.

    BAB IV

    GOLONGAN RETRIBUSI

    Pasal 6

    Retribusi Izin Trayek digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu.

    BAB V

    CARA MENCUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

    Pasal 7

    Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jumlah izin yang diberikan dan jenis angkutan

     penumpang umum.

    BAB VI

    PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR

    DAN BESARNYA TARIP

    Pasal 8

    (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarip retribusi didasarkan

     pada tujuan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan pemberian izin

    trayek.

    (2) Biaya sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini meliputi komponen biaya survei lapangan dan

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    9/22

      biaya transportasi dalam rangka pengendalian dan Pengawasan.

    BAB VII

    STRUKTUR DAN BESARNYA TARIP RETRIBUSI

    Pasal 9

    (1) Struktur tarip digolongkan berdasarkan jenis Angkutan penumpang umum dan daya angkut.

    (2) Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini untuk

    setiap Kendaraan adalah sebagai berikut :

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------

     No. " Jenis Angkutan " Kapasitas Tempat Duduk " Tarip

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------

    1. " Mobil Penumpang " sebanyak-banyaknya 8 orang “ Rp. 85.000,-

    2. " Mobil Bus " 9 s.d. 20 orang " Rp. 125.000,-

    " 21 s.d. 34 orang " Rp. 165.000,-

    " lebih besar 34 orang " Rp. 200.000,-

    3. " Angkutan Taksi " sebanyak-banyaknya 4 orang “ Rp. 260.000,-

    -------------------------------------------------------------------------------------------------------

    BAB VIII

    WILAYAH PEMUNGUTAN

    Pasal 10

    Retribusi terutang dipungut di wilayah Daerah tempat izin trayek diberikan.

    BAB IX

    MASA RETRIBUSI DAN SAAT TERUTANGNYA RETRIBUSI

    Pasal 11

    Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 5 (lima) tahun.

    Pasal 12

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    10/22

     

    Saat terutangnya retrbusi adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang

    dipersamakan.

    BAB X

    SURAT PENDAFTARAN

    Pasal 13

    (1) Wajib Retribusi harus mengisi SPdORD.

    (2) SPdORD sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini harus diisi dengan jelas, benar dan

    lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya.

    (3) Bentuk, isi serta tatacara pengisian dan penyampaian SPdORD sebagaimana tersebut ayat

    (1) Pasal ini ditetapkan oleh Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

     berlaku.

    BAB XI

    PENETAPAN RETRIBUSI

    Pasal 14

    (1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud pasal 13 ayat (1) Peraturan Daerah ini,

    ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

    (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru atau data yang semula

     belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka

    dikeluarkan SKRDKRT.

    (3) Bentuk, isi dan tatacra penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana

    tersebut ayat (1) dan SKRDKRT sebagaimana tersebut ayat (2) Pasal ini, ditetapkan oleh

    Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    BAB XII

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    11/22

    TATA CARA PEMUNGUTAN

    Pasal 15

    (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

    (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan

    atau SKRDKRT.

    BAB XIII

    SANKSI ADMINISTRASI

    Pasal 16

    Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,

    dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) setiap bulan dari

    retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakn STRD.

    BAB XIV

    TATA CARA PEMBAYARAN

    Pasal 17

    (1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.

    (2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak

    diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKRT dan STRD.

    (3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan

    Gubernur.

    BAB XV

    TATA CARA PENAGIHAN

    Pasal 18

    (1) Retribusi terutang berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang disamakan, SKRDKRT, STRD

    dan surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus

    dibayar bertambah, yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Retribusi dapat ditagih melalui

    Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN).

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    12/22

    (2) Penagihan retribusi melalui BUPLN dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    BAB XVI

    KEBERATAN

    Pasal 19

    (1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Gubernur atau pejabat yang

    ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKRT dan SKRDLR.

    (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang

     jelas.

    (3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, Wajib

    Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut.

    (4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD

    atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKRT dan SKRDLR diterbitkan, kecuali apabila

    Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi

    karena keadaan diluar kekuasaannya.

    (5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana tersebut Ayat (2) dan Ayat (3)

    Pasal ini, tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.

    (6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan

      retribusi.

    Pasal 20

    (1) Gubernur dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan

    diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

    (2) Keputusan Gubernur atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian,

    menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang.

    (3) Apabila jangka waktu sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini telah lewat dan Gubernur

    tidak memberikan surat keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

    BAB XV

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    13/22

    TATA CARA PENAGIHAN

    Pasal 18

    (1) Retribusi terutang berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang disamakan, SKRDKRT, STRD

    dan surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar

     bertambah, yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Retribusi dapat ditagih melalui Badan

    Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN).

    (2) Penagihan retribusi melalui BUPLN dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku

    BAB XVI

    KEBERATAN

    Pasal 19

    (1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Gubernur atau pejabat yang

    ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKRT dan SKRDLR.

    (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan

    yang jelas.

    (3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, Wajib Retribusi

    harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut.

    (4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal

    SKRDatau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKRT dan SKRDLR diterbitkan, kecuali

    apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat

    dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

    (5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana tersebut Ayat (2) dan Ayat (3)

    Pasal ini, tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.

    (6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan

     penagihan retribusi.

    Pasal 20

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    14/22

     

    (1) Gubernur dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan

    diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

    (2) Keputusan Gubernur atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian,

    menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang.

    (3) Apabila jangka waktu sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini telah lewat dan Gubernur

    tidak memberikan surat keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan

    BAB XVII

    PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

    Pasal 21

    (1) atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan

     pengembalian kepada Gubernur.

    (2) Gubernur dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan

    kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana tersebut Ayat (1) Pasal ini, harus memberikan

    keputusan.

    (3) Apabila jangka waktu sebagaimana tersebut ayat (2) Pasal ini telah dilampaui dan

    Gubernur tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi

    dianggap dikabulkan dan SKRDLR harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1

    (satu) bulan.

    (4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi

    sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih

    dahulu hutang retribusi.

    (5) Pengembakian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini,

    dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 bulan sejak diterbitkannya SKRDLR.

    (6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah jangka waktu 2

     bulan, Gubernur memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan atas

    keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

    Pasal 22

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    15/22

     

    (1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada

    Gubernur dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :

    a. nama dan alamat wajib retribusi;

     b. masa retribusi;

    c. besarnya kelebihan pembayaran;

    d. alasan yang singkat dan jelas.

    (2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau

    melalui ps tercatat.

    (3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti

    saat permohonan diterima oleh Gubernur.

    Pasal 23

    (1) Pengembalian kelebihan retribusi dialkukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar

    Kelebihan Retribusi.

    (2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4) Peraturan Daerah ini, pembayaran dilakukan

    dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti

     pembayaran.

    BAB XVIII

    PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

    Pasal 24

    (1) Gubernur dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

    (2) Pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini, diberikan

    dengan memperhatikan kemampuan Wajb Retribusi, antara lain mengangsur.

    (3) Pembebasan retribusi sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini, diberikan kepada Wajib

    Retribusi dalam rangka pengangkutan khusus korban bencana alam dan atau kerusuhan.

    (4) Tatacara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Gubernur.

    BAB XIX

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    16/22

    KEDALUWARSA PENAGIHAN

    Pasal 25

    (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3

    (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi

    melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

    (2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini tertangguh

    apabila :

    a. diterbitkan Surat Teguran, atau

     b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak

    langsung.

    BAB XX

    KETENTUAN PIDANA

    Pasal 26

    (1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1),

    dan ayat (2) Peraturan Daerah ini, diancam pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan

    atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah).

    (2) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sehingga merugikan keuangan daerah

    diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali

     jumlah retribusi terutang.

    (3) Tindak pidana sebagaimana tersebut ayat (1) dan (2) Pasal ini adalah pelanggaran.

    BAB XXI

    PENYDIKAN

    Pasal 27

    (1) Selain oleh Pejabat Penyidik POLRI yang bertugas menyidik tindak pidana sebagaimana

    dimaksud Pasal 26 Peraturan Daerah ni, dapat juga dilakukan oleh Pejabat Penyidk Pegawai

     Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    17/22

      peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan sebagaimana dimaksud Pasal 27 Peraturan

    Daerah ini, para Penyidik Pegawai Negeri Sipil berwenang :

    a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan

    dengan tindak pidana di bidang retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut

    menjadi lengkap dan jelas;

     b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan

    tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi

    Daerah;

    c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan

    tindak pidana dibidang retribusi Daerah;

    d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan

    tindak pidana di bidang retribusi Daerah;

    e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti, pencatatan dan dokumen-

    dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

    f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana

    dibidang retribusi Daerah;

    g. menyruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada

    saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang

    dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

    h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi Daerah;

    i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau

    saksi;

     j. menghentikan penyidikan;

    k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang

    retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

    (3) Penyidik sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini, memberitahukan dimulainya penyidikan dan

    menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik POLRI.

    BAB XXII

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    18/22

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 28

    Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa

    Yogyakarta Nomor 2 Tahun 1986 tentang Pengujian Kendaraan Bermotor dan Izin Trayek Serta

    Ketentuan Besarnya Pungutan jo Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor

    9 Tahun 1990, sepanjang yang mengatur mengenai Izin Trayek dinyatakan tidak berlaku lagi.

    Pasal 29

    Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya, akan

    diatur kemudian oleh Gubernur.

    Pasal 30

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    19/22

     

    Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

    Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah

    ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Ditetapkan di : Yogyakarta

     pada tanggal : 10 Juni 1999

    GUBERNUR

    DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    ttd.

    HAMENGKU BUWONO X

    Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

    Seri : B

     Nomor : 2

    Tanggal : 7 Juli 1999

    Pelaksana Harian

    Sekretaris Wilayah/Daerah

    Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

    ttd.

    IR. SOEBEKTI SOENARTO

    ---------------------------------

    NIP. 080016744

    . PENJELASAN

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    20/22

    PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    NOMOR 3 TAHUN 1999

    TENTANG

    RETIBUSI IZIN TRAYEK

    I. PENJELASAN UMUM :

    Izin Trayek di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diatur dengan Peraturan Daerah Propinsi

    Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 1986 tentang Pengujian Kendaraan Bermotor

    dan Izin Trayek Serta Ketentuan Besarnya Pungutan, yang disahkan Menteri Dalam Negeri

    dengan Keputusan Nomor : 5511.34-778, tanggal 23 September 1986, diundangkan dalam

    Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Seri B, Nomor 3, tanggal 3

     Nopember 1986 . Peraturan Daerah tersebut diatas, diubah dengan Peraturan Daerah Propinsi

    Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 1990 tentang Perubahan Pertama Peraturan

    Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 1986 tentang Pengujian

    Kendaraan Bermotor dan Izin Trayek Serta Ketentuan Besarnya Pungutan, yang disahkan

    Menteri Dalam Negeri dengan Keputusan Nomor : 551.021.34-462, tanggal 16 Mei 1991,

    diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Seri B, Nomor 3,

    tanggal 17 Juni 1991.

    Dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

    Retribusi Daerah jo Peraturan Pemerintah Nomr 20 Tahun 1997, maka Peraturan Daerah

    Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 1986 tentang Pengujian Kendaraan

    Bermotor dan Izin Trayek Serta Ketentuan Besarnya Pungutan jo Peraturan Daerah Propinsi

    DaerahIstimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 1990 perlu ditinjau kembali/diganti dengan

    Peraturan Daerah baru.

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    21/22

      Pengaturan kembali Izin Trayek harus dipisahkan dengan Pengujian Kendaraan Bermotor,

    karena sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah,

    Retribusi Izin Trayek adalah Jenis Retrbusi Perizinan Tertentu, sedang Retribusi Pengujian

    Kendaraan Bermotor adalah Jenis Retribusi Jasa Umum.

    Atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, perlu menetapkan Peraturan Daerah

    Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Retribusi Izin Trayek.

    II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL :

    Pasal 1 : Cukup jelas.

    Pasal 2 ayat (1) : Cukup jelas.

    dan ayat (2)

    ayat (3) : Yang dimaksud mengoperasikan adalah menggunakan kendaraan

     bermotor di jalan.

    Pasal 3 s.d 8 : Cukup jelas.

    Pasal 9 ayat (1) : Yang dimaksud dengan daya angkut adalah kemampuan daya

    Pengangkutan kendaraan.

    ayat (2) : Cukup jelas.

    Pasal 10 s.d 14 : Cukup jelas.

    Pasal 15 ayat (1) : Yang dimaksud dengan tidak diborongkan adalah bahwa seluruh proses

    kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga.

     Namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah

    tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif

    dalam proses pemungutan retribusi Pemerintah dapat mengajak bekerja

    sama badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak

    dipercaya untuk pemungutan jenis retribusi. Kegiatan pemungutan

    retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah

    kegiatan perhitungan besarnya retribusi yang terutang, pengawasan

     penyetoran retribusi dan penagihan retribusi.

  • 8/19/2019 perda no 3 th 1999

    22/22

      ayat (2) : Cukup jelas.

    Pasal 16 s.d 18 : Cukup jelas.

    Pasal 19 ayat (1) : Yang dimaksud Pejabat yang ditunjuk dalam hal ini Kepala Dinas Lalu

    Lintas dan Angkutan Jalan.

    ayat (2)

    s.d (6) : Cukup jelas.

    Pasal 20 s.d 30 : Cukup jelas.