Percobaan Magnet
Bahan Serbuk besi atau benda dari besi lainnya Selotip Kertas
Gelas Air Benang
Langkah Pembuatan
Ikat penjepit kertas pada ujung benang. Lalu tempelkan ujung
benang yang lainnya dengan selotip pada meja atau lantai.
Pelan-pelan dekatkan magnet kearah penjepit kertas sampai penjepit
kertas tersebut tertarik. Hati-hati, jangan sampai penjepit
kertasnya menempel di magnet. Cobalah kamu angkat magnet keatas
perlahan-lahan, usahakan jarak magnet ke penjepit kertas selalu
sama, apakah penjepit kertasnya akan terbawa keatas mengikuti
magnet? Coba letakkan magnet di meja atau lantai, lalu tutupi
dengan selembar kertas. Setelah itu letakkan penjepit kertas
diatasnya, usahakan jaraknya tidak terlalu jauh dari ujung magnet.
Dekatkan secara perlahan-lahan. Apa yang terjadi, apakah penjepit
kertasnya tertarik oleh magnet? Taruh serbuk besi kedalam gelas.
Jika tidak ada cobalah cari benda yang terbuat dari besi seperti
paku. Setelah itu, dekatkan magnet dari luar gelas. Apakah serbuk
besi yang ada dalam gelas bisa tertarik oleh magnet? Sekarang,
tuangkan air kedalam gelas berisi serbuk besi tadi. Lalu cobalah
dekatkan magnet dari luar gelas lagi. Kali ini apakah serbuk
besinya tertarik oleh magnet? Setelah selesai, segera buang airnya
dan keringkan serbuk besinya dengan tissue agar tidak karatan.
Penjelasan KonsepTernyata, magnet bisa menarik benda-benda yang
terbuat dari besi walaupun ada penghalang berupa udara, air,
kertas, maupun kaca. Jadi magnet bisa menarik besi tanpa perlu
bersentuhan dengan besinya secara langsung. Asalkan penghalangnya
tidak terlalu tebal untuk magnet yang kecil
http://budakfisika.blogspot.com/2013/02/percobaan-fisika-asyik-magic-magnet.html
Laporan Praktikum IPA Modul 8.Cara Membuat Magnet
d. Hasil Pengamatan1. Membuat magnet melalui gesekan (paku
digesekkan dengan salah satu kutub magnet)Bahan PercobaanSebelum
digesekkanSetelah digesekkan (10 detik)Setelah digesekkan (40
detik)Paku besi dan klip kertasBelum ada magnet, paku tidak dapat
menarik klip kertasPaku besi dapat menarik klip kertas namun
lemahPaku besi dapat menarik klip kertas lebih kuat
Membuat magnet dengan cara Elektromagnetik
Berdasarkan rangkaian di atas, ternyata paku tidak bias menjadi
magnet karena saklar dalam keadaan terbuka, sehingga arus listrik
tidak dapat mengalir. Saklar ditutup, lalu kami mendekatkan sebuah
paku yang lain pada paku yang dililiti kumparan, ternyata paku
tersebut telah menjadi magnet kaena saklar telah tertutup sehingga
arus listrik dapat mengalir. Kami mengurangi jumlah lilitan
kumparan pada paku, ternyata kemagnetan pada paku makin kecil
karena jumlah lilitan kumparan berkurang, sehingga arus listrik
juga ikut berkurang. Kami menambah jumlah lilitan kumparan pada
paku, ternyata kemagnetan pada paku makin besar karena jumlah
lilitan kumparan bertambah banyak, sehingga arus listrik juga
bertambah kuat. Membuat magnet dengan cara induksi Kami pegang
sebuah magnet batang disalah satu kutubnya, sedangkan kutub yang
lain menjadi pusat bumi. Kami dekatkan sebuah klip tepat di ujung
salah satu kutub magnet batang, ternyata klip tepat di ujung tadi
melekat/menempel pada magnet batang. Lalu kami dekatkan lagi sebuah
klip kedua tepat di ujung klip yang pertama, ternyata klip kedua
menempel pada klip pertama. Selanjutnya kami dekatkan lagi sebuah
klip ketiga di ujung klip kedua,ternyata klip ketiga menempel di
ujung klip kedua, serta klip ke empat dapat menempel pada ujung
klip ketiga.
e. KesimpulanMagnet dapat dibuat dengan 3 cara, yaitu :
Dengan cara menggesek antara besi (paku) dengan kutub sebuah
magnet Dengan cara elektromagnetik (aliran listrik) Dengan cara
induksi.
f. Jawaban pertanyaan
Cara membuat magnet ada 3, yaitu :
1. Dengan cara digesek-gesekkan (gosokan). Pembuatan magnet
dapat dilakukan dengan cara menggesekkan besi dengan salah satu
ujung magnet, semakin banyak gesekan semakin kuat sifat kemagnetan
paku tersebut. Sifat kemagnetan berlangsung sementara.2. Dengan
cara elektromagnetik (aliran listrik), Arus listrik dapat
menimbulkan medan magnet. Magnet yang terjadi karena arus listrik
disebut elektromagnetik, jika arus listrik diputus sifat
kemagnetannya akan hilang.3. Dengan cara induksi. Benda magnetis
yang menempel pada magnet dapat menjadi sifat seperti magnet.
Bewnda ini dapat menarik benda-benda magnetis lainnya. Jika benda
dilepaskan dari magnet, maka sifat kemagnetannya akan hilang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan magnet adalah :
1. Jarak magnet terhadap benda magnetik.2. Besar kecilnya arus
listrik.3. Ketebalan yang menjdi penghalang antara magnet dan benda
magnetis4. Waktu; lama tidaknya gesekan.5. Jumlah lilitan
kumparan.
Hubungan antara kuat magnet dengan jumlah lilitan kumparan dan
arus listrik adalah :
- Makin banyak jum;lah lilitan kumparan, maka makin besar arus
listrik yang mengalir sehingga kekuatan magnet makin besar pula.
Jadi banyaknya jumlah lilitan kumparan sangat mempengaruhi terhadap
kekuatan magnet.
Cara Membuat Bel Listrik sederhanaDiposting oleh Andika
Romansyah pada 12:00, 19-Nov-13 Bahan yang diperlukan:
Baut yang dililit kawat email (E) Tangkai pemukul bel (bisa dari
seng yang keras) (A) Saklar bel (K) Paku/baut (T) Baterai Kotak 9V
atau adaptor yang memiliki rentang tegangan 9-18 volt (U) Bel
Sepeda Papan 40cm x 30cm Kabel
Cara Membuat
Sambungkan kabel ke baterai Sambung salah satu kabel dari
baterai ke saklar Lilitkan kawat pada paku Ambil kabel lainnya
sambung dari saklar ke lilitan kawat pada paku Sambungkan bagian
lain dari lilitan kawat dengan seng pemukul bel dan penyambung dan
pemutus arus listrik Ikatkan kawat pada ujung pemukul bel Sambung
kabel di bagian lain baterai ke baut pemutus arus listrik Tempel
bel pada papan Tempel rangkaian kabel pada papan Bel siap
digunakan
http://bukudanartikel.mywapblog.com/cara-membuat-bel-listrik-sederhana.xhtml
Membuat magnet dengan cara elektromagnetik
Dunia anak selalu dipenuhi dengan rasa ingin tahu yang besar
akan segala hal. Rasa keingintahuan ini jika dimanfaatkan secara
positif dapat memacu perkembangan, kreativitas, dan pengetahuan
anak. Percobaan Science adalah salah satu hal yang dapat menarik
rasa ingin tahu yang besar dari anak anak. Karena itulah pada hari
Rabu, 23 Januari 2013 siswa kelas V SD Kristen Petra 11 membuat
percobaan sederhana. Percobaan ini tentang membuat magnet dengan
cara elektromagnetik, yaitu membuat magnet dengan cara dialiri
listrik.
Secara umum, pembuatan magnet dapat dilakukan melalui 3 cara
yaitu digosokkan, didekatkan (induksi) dan dialiri listrik
(elektromagnetik). Tampaknya cara pembuatan magnet secara
elektromagnetik inilah yang paling menarik bagi para siswa kelas V,
karena melibatkan bahan, proses yang sederhana tetapi cara kerjanya
menarik untuk dilakukan.
Bahan bahan yang diperlukan untuk membuat magnet secara
elektromagnetik adalah:
1 baterai besar 1 buah paku 150 cm kawat tembaga Jarum pentul
Isolasi
Cara kerjanya sebagai berikut:
Lilitkan kawat tembaga pada paku yang akan dibuat magnet secara
searah. Hubungkan satu ujung kawat tembaga dengan kutub positif
baterai, dan satu ujung lainnya pada kutub negatif baterai. Biarkan
beberapa menit hingga paku dapat menarik jarum pentul yang sudah
disiapkan. Magnet elekteromagnetik pun sudah siap.
http://sd11.pppkpetra.or.id/sd-kristen-petra-11-membuat-magnet.html
Cara Membuat Bel Listrik sederhana
1911130.gif
Bahan yang diperlukan:
Baut yang dililit kawat email (E) Tangkai pemukul bel (bisa dari
seng yang keras) (A) Saklar bel (K) Paku/baut (T) Baterai Kotak 9V
atau adaptor yang memiliki rentang tegangan 9-18 volt (U) Bel
Sepeda Papan 40cm x 30cm Kabel
Cara Membuat
Sambungkan kabel ke baterai Sambung salah satu kabel dari
baterai ke saklar Lilitkan kawat pada paku Ambil kabel lainnya
sambung dari saklar ke lilitan kawat pada paku Sambungkan bagian
lain dari lilitan kawat dengan seng pemukul bel dan penyambung dan
pemutus arus listrik Ikatkan kawat pada ujung pemukul bel Sambung
kabel di bagian lain baterai ke baut pemutus arus listrik Tempel
bel pada papan Tempel rangkaian kabel pada papan Bel siap
digunakan
Kalian bisa berkreasi sendiri sususannya, tapi jangan ubah
rangkaian yang ada pada
gambar.http://mbah-kediri.blogspot.com/2014/02/cara-membuat-bel-listrik-sederhana.html
Sejarah AcehDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebasPerubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum
Diperiksa
Aceh (bahasa Belanda: Atchin atau Acheh, bahasa Inggris: Achin,
bahasa Perancis: Achen atau Acheh, bahasa Arab: Asyi, bahasa
Portugis: Achen atau Achem, (Tionghoa))[1][2] yang sekarang dikenal
sebagai provinsi Aceh diperkirakan memiliki substrat (lapis bawah)
dari rumpun bahasa Mon-Khmer [3] dengan pembagian daerah bahasa
lain seperti bagian selatan menggunakan bahasa Aneuk Jame sedangkan
bagian Tengah, Tenggara, dan Timur menggunakan bahasa Gayo untuk
bagian tenggara menggunakan bahasa Alas seterusnya bagian timur
lebih ke timur lagi menggunakan bahasa Tamiang demikian dengan
kelompok etnis Klut yang berada bagian selatan menggunakan bahasa
Klut sedangkan di Simeulue menggunakan bahasa Simeulue akan tetapi
masing-masing bahasa setempat tersebut dapat dibagi pula menjadi
dialek. Bahasa Aceh, misalnya, adalah berbicara dengan sedikit
perbedaan di Aceh Besar, di Pidie, dan di Aceh Utara. Demikian
pula, dalam bahasa Gayo ada Gayo Lut, Gayo Deret, dan dialek Gayo
Lues dan kelompok etnis lainnya Singkil yang berada bagian tenggara
(Tanoh Alas) menggunakan bahasa Singkil. sumber sejarah lainnya
dapat diperoleh antara lain seperti dari hikayat Aceh, hikayat
rajah Aceh dan hikayat prang sabii yang berasal dari sejarah narasi
yang kemudian umumnya ditulis dalam naskah-naskah aksara Jawi
(Jawoe). Namun sebagaimana kelemahan dari sejarah narasi yang
berdasarkan pinutur ternyata menurut Prof. Ibrahim Alfian bahwa
naskah Hikayat Perang Sabil mempunyai banyak versi dan satu dengan
yang lain terdapat perbedaan demikian pula dengan naskah Hikayat
Perang Sabil versi tahun 1710 yang berada di perpustakaan
Universitas Leiden di negeri Belanda.[4]Rumpun bahasa
Mon-Khmer:Bahasa Brao, Bahasa Kreung, Bahasa Tampuan, Bahasa Bunong
dan Bahasa Kui.Paleografi rumpun bahasa Mon-Khmer.
Ada yang percaya bahwa asal usul orang Aceh adalah "suku Mantir"
(atau dalam bahasa Aceh: Mantee)[5] yang dikaitkan dengan "Mantera"
di Malaka dan orang berbahasa Mon-Khmer.[6] Menurut sumber sejarah
narasi lainnya disebutkan bahwa terutama penduduk Aceh Besar tempat
kediamannya di kampung Seumileuk yang juga disebut kampung Rumoh
Dua Blaih (desa Rumoh 12), letaknya di atas Seulimeum antara
kampung Jantho dengan Tangse. Seumileuk artinya dataran yang luas
dan Mantir kemudian menyebar ke seluruh lembah Aceh tiga segi dan
kemudian berpindah-pindah ke tempat-tempat lain.[7]
Daftar isi
1 Budaya 2 Sejarah awal 3 Samudera Pasai 3.1 Era Malik Al Saleh
3.2 Politik Samudera Pasai bertentangan dengan Politik Gajah Mada 4
Kesultanan Aceh 4.1 Era Sultan Iskandar Muda 4.2 Aceh melawan
Portugis 4.3 Hubungan dengan Barat 4.3.1 Inggris 4.3.2 Belanda
4.3.3 Utsmaniyah 4.3.4 Perancis 4.4 Pasca-Sultan Iskandar Thani 5
Datangnya pihak kolonial 6 Perang Aceh 7 Surat tanda penyerahan 8
Bangkitnya nasionalisme 9 Perang Dunia II 10 Masa Republik
Indonesia 10.1 Kedudukan Aceh di dalam Republik Indonesia Serikat
10.2 Kembali ke Negara Kesatuan 10.3 Maklumat Negara Islam
Indonesia Aceh 10.4 Daud Beureueh menyerah 10.5 Hasan Di Tiro
mendeklarasi Negara Aceh Sumatera 11 Akhir konflik 12 Rujukan 13
Pranala luar 14 Lihat pula
Budaya
Pengelompokan budaya dalam empat pembagian budaya berdasarkan
kaum (kawom) atau disebut pula sebagai suku (sukee) besar mengikuti
penelusuran antara lain melalui bahasa purba yakni;[5][8][9]
Kaum Lhee Reutoh (kaum/sukee tiga ratus) yang berasal dari
budaya Mantee sebagai penduduk asli. Kaum Imeuem Peuet (kaum/sukee
imam empat) yang berasal dari India selatan yang beragama Hindu.
Kaum Tok Batee (kaum/sukee yang mencukupi batu) yang datang
kemudian berasal dari berbagai etnis Eurasian, Asia Timur dan Arab.
Kaum Ja Sandang (kaum/sukee penyandang) yaitu para imigran India
yang umumnya telah memeluk agama Islam.
Sejarah awalLokasi Aceh Besar
Dalam sumber buku kronik kerajaan Liang [10] dan kerajaan Sui
[11] di Tiongkok pernah disebutkan sekitar tahun 506 sampai 581
Masehi terdapat kerajaan Poli yang wilayah kekuasaannya meliputi
Aceh Besar [12][13] sedangkan dalam Nagarak?tagama di sebut sebagai
Kerajaan Lamuri [14] yang dalam sumber sejarah Arab disebut dengan
Lamkrek, Lam Urik, Rami, Ramni sedangkan dan dalam sumber sejarah
Tiongkok lainnya disebut pula dengan nama Lan Li, Lan-wuli atau Lan
Wo Li dengan pelabuhan laut bernama Ilamuridesam sebagaimana juga
pernah disingahi dan ditulis oleh Marco Polo (1292) asal Venesia
dalam buku perjalanan pulang dari Tiongkok menuju ke Persia
(Iran)[15][16] saat itu masih berada dibawah pengaruh kedaulatan
kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa (dinasti) Syailendra dengan raja
pertamanya Balaputera Dewa, yang berpusat di Palembang, Sumatera
Selatan yang kuat dan daerah kekuasaannya meluas, meliputi Tulang
Bawang, Pulau Bangka, Jambi, Genting Kra dan pulau Jawa yang
kemudian membangun Borobudur.[17]Rute perdagangan di Asia
Timur-Selatan pada abad kedua belas.
Ketika kerajaan Sriwijaya sedang mencapai puncak kejayaannya dan
kemakmurannya yang memainkan peran penentu dengan menetapkan pola
perdagangan terdiri atas tiga lapisan yakni pelabuhan dan
pergudangan utama pada Palembang sedangkan pelabuhan dan
pergudangan sub-regional seperti Ilamuridesam (Lamuri), Takuapa
(Kedah), Jambi dan Lampung selanjutnya diikuti Sungsang serta
beberapa pelabuhah kecil lainnya menggunakan alur sungai Musi
dimana dalam hegemoni alur perdagangan ini kerajaan mendapatkan
upeti berkemakmuran ternyata mengundang kedatangnya ekspedisi
armada dari raja Rajendra Chola dari Chola India selatan pada tahun
1025 dengan melakukan serangan kepada seluruh pelabuhan-pelabuhan
di Sriwijaya termasuk Ilamuridesam (Lamuri) dan Takuapa (Kedah)
yang dihancurkan menjadi sunyi seperti yang diriwayatkan dalam
prasasti Tanjore 1030 di India yang mengatakan bahwa dalam
mengirimkan sejumlah kapal yang sangat besar ke tengah-tengah laut
lepas yang bergelombang sekaligus menghancurkan armada gajahnya
yang besar dari kerajaan melayu Sriwijaya dan merampas harta benda
yang sangat banyak berikut pintu gerbang ratna mutu manikam terhias
sangat permai, pintu gerbang batu-batu besar permata dan akhirnya
Raja Sriwijaya yang bernama Sanggrama Wijayatunggawarman dapat
ditawan kemudian dilepas setelah mengaku takluk,[18] tak lama
kemudian armada Chola kembali kenegerinya sedangkan sejumlah
lainnya menetap dan menjadi bagian dari penduduk, dari sini dapat
ditarik kesimpulan bahwa penyerangan tersebut lebih ditujukan untuk
mengamankan atau pengambil alihan jalur perdagangan pada selat
Malaka yang pada waktu itu sudah merupakan jalur perdagangan
internasional yang penting daripada melakukan sebuah pendudukan
dikala kekuatan militer dan diplomasi Sriwijaya sedang melemah[19]
karena lebih tertuju pada perkembangan perdagangan.[20] sejak
kekalahan ini kewibawaan kerajaan Sriwijaya mulai menurun dengan
dratis yang memberikan peluang bagi kerajaan-kerajaan yang dahulu
berada dibawah kedaulatan Sriwijaya mulai memperbesar dan
memperoleh kembali kedaulatan penuh. Walaupun demikian keberadaan
Sriwijaya baru berakhir pada tahun 1377.Samudera Pasai!Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Kesultanan Samudera Pasai
kerajaan Islam Samudera-Pasai di Aceh dengan rajanya Malik Al
Saleh dan diteruskan oleh cucunya Malik Al ZahirEra Malik Al
Saleh
Sebelum Dinasti Usmaniyah di Turki berdiri pada tahun 699 H-1341
H atau bersamaan dengan tahun 1385 M-1923 M, ternyata nun jauh di
belahan dunia sebelah timur, di dunia bagian Asia, telah muncul
Kerajaan Islam Samudera-Pasai yang berada di wilayah Aceh yang
didirikan oleh Meurah Silu (Meurah berarti Maharaja dalam bahasa
Aceh) yang segera berganti nama setelah masuk Islam dengan nama
Malik al-Saleh yang meninggal pada tahun 1297. Dimana penggantinya
tidak jelas, namun pada tahun 1345 Samudera-Pasai diperintah oleh
Malik Al Zahir, cucu Malik al-Saleh.Politik Samudera Pasai
bertentangan dengan Politik Gajah Mada
Gajah Mada yang diangkat sebagai patih di Kahuripan (1319-1321)
oleh Jayanagara dari Majapahit. Dan pada tahun 1331, naik pangkat
Gajah Mada menjadi mahapatih Majapahit yang diangkat oleh Ratu
Tribhuwana Wijayatunggadewi.
Ketika pelantikan Gajah Mada menjadi mahapatih Majapahit inilah
keluar ucapannya yang disebut dengan sumpah palapa yang berisikan
"dia tidak akan menikmati palapa sebelum seluruh usantara berada
dibawah kekuasaan kerajaan Majapahit". Ternyata dengan dasar sumpah
palapanya inilah Gajah Mada merasa tidak senang ketika mendengar
dan melihat bahwa Samudera Pasai di Aceh makin berkembang dan maju.
Pada tahun 1350 Majapahit ingin menggempur Samudera Pasai, tetapi
Majapahit tidak pernah mencapai kerajaan Samudra Pasai karena di
hadang askar Sriwijaya. Selama 27 tahun Majapahit dendam terhadap
kerajaan Sriwijaya dan kemudian pada tahun 1377 giliran Sriwijaya
digempurnya, sehingga habislah riwayat Sriwijaya sebagai negara
Budha yang berpusat di Palembang ini.Kesultanan Aceh!Artikel utama
untuk bagian ini adalah: Kesultanan AcehEra Sultan Iskandar
Muda
Aceh merupakan negeri yang amat kaya dan makmur pada masa
kejayaannya. Menurut seorang penjelajah asal Perancis yang tiba
pada masa kejayaan Aceh pada zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta
Perkasa Alam, kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau,
Sumatera Timur, hingga Perak di semenanjung Malaysia.
Aceh merupakan salah satu bangsa di pulau Sumatra yang memiliki
tradisi militer, dan pernah menjadi bangsa terkuat di Selat Malaka,
yang meliputi wilayah Sumatra dan Semenanjung Melayu, ketika
dibawah kekuasaan Iskandar Muda.
Sultan Iskandar Muda kemudian menikah dengan seorang putri dari
Kesultanan Pahang. Putri ini dikenal dengan nama Putroe Phang.
Konon, karena terlalu cintanya sang Sultan dengan istrinya, Sultan
memerintahkan pembangunan Gunongan di tengah Medan Khayali (Taman
Istana) sebagai tanda cintanya. Kabarnya, sang puteri selalu sedih
karena memendam rindu yang amat sangat terhadap kampung halamannya
yang berbukit-bukit. Oleh karena itu Sultan membangun Gunongan
untuk mengubati rindu sang puteri. Hingga saat ini Gunongan masih
dapat disaksikan dan dikunjungi.Aceh melawan Portugis
Ketika Kesultanan Samudera Pasai dalam krisis, maka Kesultanan
Malaka yang muncul dibawah Parameswara (Paramisora) yang berganti
nama setelah masuk Islam dengan panggilan Iskandar Syah. Kerajaan
Islam Malaka ini maju pesat sampai pada tahun 1511 ketika Portugis
dibawah pimpinan Afonso d'Albuquerque dengan armadanya menaklukan
Malaka.
Ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis, kembali Aceh bangkit
dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Yang
diteruskan oleh Sultan Salahuddin (1528-1537). Sultan Alauddin
Riayat Syahal Kahar (1537-1568). Sultan Ali Riyat Syah (1568-1573).
Sultan Seri Alam (1576. Sultan Muda (1604-1607). Sultan Iskandar
Muda, gelar marhum mahkota alam (1607-1636). Semua serangan yang
dilancarkan pihak Portugis dapat ditangkisnya.Laksamana Malahayati
dilukis oleh Sayed Dahlan Al-Habsy.Hubungan dengan BaratInggris
Pada abad ke-16, Ratu Inggris, Elizabeth I, mengirimkan
utusannya bernama Sir James Lancester kepada Kerajaan Aceh dan
mengirim surat yang ditujukan: "Kepada Saudara Hamba, Raja Aceh
Darussalam." serta seperangkat perhiasan yang tinggi nilainya.
Sultan Aceh kala itu menerima maksud baik "saudarinya" di Inggris
dan mengizinkan Inggris untuk berlabuh dan berdagang di wilayah
kekuasaan Aceh. Bahkan Sultan juga mengirim hadiah-hadiah yang
berharga termasuk sepasang gelang dari batu rubi dan surat yang
ditulis di atas kertas yang halus dengan tinta emas. Sir James pun
dianugerahi gelar "Orang Kaya Putih".
Sultan Aceh pun membalas surat dari Ratu Elizabeth I. Berikut
cuplikan isi surat Sultan Aceh, yang masih disimpan oleh pemerintah
kerajaan Inggris, tertanggal tahun 1585: Sayalah sang penguasa
perkasa Negeri-negeri di bawah angin, yang terhimpun di atas tanah
Aceh dan atas tanah Sumatra dan atas seluruh wilayah wilayah yang
tunduk kepada Aceh, yang terbentang dari ufuk matahari terbit
hingga matahari terbenam.
Hubungan yang mesra antara Aceh dan Inggris dilanjutkan pada
masa Raja James I dari Inggris dan Skotlandia. Raja James mengirim
sebuah meriam sebagai hadiah untuk Sultan Aceh. Meriam tersebut
hingga kini masih terawat dan dikenal dengan nama Meriam Raja
James.Belanda
Selain Kerajaan Inggris, Pangeran Maurits pendiri dinasti Oranje
juga pernah mengirim surat dengan maksud meminta bantuan Kesultanan
Aceh Darussalam. Sultan menyambut maksud baik mereka dengan
mengirimkan rombongan utusannya ke Belanda. Rombongan tersebut
dipimpin oleh Tuanku Abdul Hamid. Dalam kunjungannya Tuanku Abdul
Hamid sakit dan akhirnya meninggal dunia. Ia dimakamkan secara
besar-besaran di Belanda dengan dihadiri oleh para
pembesar-pembesar Belanda. Namun karena orang Belanda belum pernah
memakamkan orang Islam, maka beliau dimakamkan dengan cara agama
Nasrani di pekarangan sebuah gereja. Kini di makam beliau terdapat
sebuah prasasti yang diresmikan oleh Mendiang Yang Mulia Pangeran
Bernhard suami mendiang Ratu Juliana dan Ayah Yang Mulia Ratu
Beatrix.Utsmaniyah
Pada masa Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mengirim utusannya untuk
menghadap Sultan Utsmaniyah yang berkedudukan di Istanbul. Karena
saat itu Sultan Utsmaniyah sedang gering maka utusan Kerajaan Aceh
terluntang-lantung demikian lamanya sehingga mereka harus menjual
sedikit demi sedikit hadiah persembahan untuk kelangsungan hidup
mereka. Lalu pada akhirnya ketika mereka diterima oleh sang Sultan,
persembahan mereka hanya tinggal Lada Sicupak atau Lada sekarung.
Namun sang Sultan menyambut baik hadiah itu dan mengirimkan sebuah
meriam dan beberapa orang yang cakap dalam ilmu perang untuk
membantu kerajaan Aceh. Meriam tersebut pula masih ada hingga kini
dikenal dengan nama Meriam Lada Sicupak. Pada masa selanjutnya
Sultan Utsmaniyah mengirimkan sebuah bintang jasa kepada Sultan
Aceh.meriam tersebut menurut informasi kini berada di desa Blang
Balok kecamatan peureulak (sumber MAA Atim)Perancis
Kerajaan Aceh juga menerima kunjungan utusan Kerajaan Perancis.
Utusan Raja Perancis tersebut semula bermaksud menghadiahkan sebuah
cermin yang sangat berharga bagi Sultan Aceh. Namun dalam
perjalanan cermin tersebut pecah. Akhirnya mereka mempersembahkan
serpihan cermin tersebut sebagai hadiah bagi sang Sultan. Dalam
bukunya, Denys Lombard mengatakan bahwa Sultan Iskandar Muda amat
menggemari benda-benda berharga. Pada masa itu, Kerajaan Aceh
merupakan satu-satunya kerajaan Melayu yang memiliki Balee
Ceureumeen atau Aula Kaca di dalam Istananya. Menurut Utusan
Perancis tersebut, Istana Kesultanan Aceh luasnya tak kurang dari
dua kilometer. Istana tersebut bernama Istana Dalam Darud Donya
(kini Meuligo Aceh, kediaman Gubernur). Di dalamnya meliputi Medan
Khayali dan Medan Khaerani yang mampu menampung 300 ekor pasukan
gajah. Sultan Iskandar Muda juga memerintahkan untuk memindahkan
aliran Sungai Krueng Aceh hingga mengaliri istananya (sungai ini
hingga sekarang masih dapat dilihat, mengalir tenang di sekitar
Meuligoe). Di sanalah sultan acap kali berenang sambil menjamu
tetamu-tetamunya.Pasca-Sultan Iskandar Thani
Kerajaan Aceh sepeninggal Sultan Iskandar Thani mengalami
kemunduran yang terus menerus. Hal ini disebabkan kerana naiknya
empat Sultanah berturut-turut sehingga membangkitkan amarah kaum
Ulama Wujudiyah. Padahal, Seri Ratu Safiatudin Seri Ta'jul Alam
Syah Berdaulat Zilullahil Filalam yang merupakan Sultanah yang
pertama adalah seorang wanita yang amat cakap. Ia merupakan puteri
Sultan Iskandar Muda dan Isteri Sultan Iskandar Thani. Ia juga
menguasai 6 bahasa, Spanyol, Belanda, Aceh, Melayu, Arab, dan
Persia. Saat itu di dalam Parlemen Aceh yang beranggotakan 96
orang, 1/4 di antaranya adalah wanita. Perlawanan kaum ulama
Wujudiyah berlanjut hingga datang fatwa dari Mufti Besar Mekkah
yang menyatakan keberatannya akan seorang wanita yang menjadi
Sultanah. Akhirnya berakhirlah masa kejayaan wanita di
Aceh.Datangnya pihak kolonial
Kesultanan Aceh terlibat perebutan kekuasaan yang berkepanjangan
sejak awal abad ke-16, pertama dengan Portugal, lalu sejak abad
ke-18 dengan Britania Raya (Inggris) dan Belanda. Pada akhir abad
ke-18, Aceh terpaksa menyerahkan wilayahnya di Kedah dan Pulau
Pinang di Semenanjung Melayu kepada Britania Raya.
Pada tahun 1824, Perjanjian Britania-Belanda ditandatangani:
Britania menyerahkan wilayahnya di Sumatra kepada Belanda. Pihak
Britania mengklaim bahwa Aceh adalah koloni mereka, meskipun hal
ini tidak benar. Pada tahun 1871, Britania membiarkan Belanda untuk
menjajah Aceh, kemungkinan untuk mencegah Perancis dari mendapatkan
kekuasaan di kawasan tersebut.Perang Aceh!Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Perang Aceh
Tahun 1873 pecah perang Aceh melawan Belanda. Perang Aceh
disebabkan karena:
Belanda menduduki daerah Siak. Akibat dari perjanjian Siak 1858.
Dimana Sultan Ismail menyerahkan daerah Deli, Langkat, Asahan dan
Serdang kepada Belanda, padahal daerah-daerah itu sejak Sultan
Iskandar Muda ada dibawah kekuasaan Aceh. Belanda melanggar Siak,
maka berakhirlah perjanjian London (1824). Dimana isi perjanjian
London adalah Belanda dan Inggris membuat ketentuan tentang
batas-batas kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan
garis lintang Sinagpura. Keduanya mengakui kedaulatan Aceh. Aceh
menuduh Belanda tidak menepati janjinya, sehingga kapal-kapal
Belanda yang lewat perairan Aceh ditenggelamkan Aceh. Perbuatan
Aceh ini disetujui Inggris, karena memang Belanda bersalah.
Dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lesseps menyebabkan
perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalulintas perdagangan.
Dibuatnya Perjanjian Sumatera 1871 antara Inggris dan Belanda, yang
isinya, Inggris memberika keleluasaan kepada Belanda untuk
mengambil tindakan di Aceh. Belanda harus menjaga keamanan
lalulintas di Selat Sumatera. Belanda mengizinkan Inggris bebas
berdagang di Siak dan menyerahkan daerahnya di Guinea Barat kepada
Inggris. Akibat perjanjian Sumatera 1871, Aceh mengadakan hubungan
diplomatik dengan Konsul Amerika, Italia, Turki di Singapura. Dan
mengirimkan utusan ke Turki 1871. Akibat hubungan diplomatik Aceh
dengan Konsul Amerika, Italia dan Turki di Singapura, Belanda
menjadikan itu sebagai alasan untuk menyerang Aceh. Wakil Presiden
Dewan Hindia Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen dengan 2 kapal
perangnya datang ke Aceh dan meminta keterangan dari Sultan Machmud
Syah tengtang apa yang sudah dibicarakan di Singapura itu, tetapi
Sultan Machmud menolak untuk memberikan keterangan.
Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873
setelah melakukan beberapa ancaman diplomatik. Sebuah ekspedisi
dengan 3.000 serdadu yang dipimpin Mayor Jenderal Johan Harmen
Rudolf Khler dikirimkan pada tahun, namun ekspedisi tersebut
berhasil dikalahkan tentara Aceh, di bawah pimpinan Panglima Polem
dan Sultan Machmud Syah, yang telah memodernisasikan senjatanya.
dan bahkan Khler sendiripun tewas tertembak di depan Mesjid Raya
Baiturrahman pada tanggal 10 April 1873.
Ekspedisi kedua di bawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten
berhasil merebut istana sultan. Ketika Sultan Machmud Syah wafat
pada tanggal 26 Januari 1874, digantikan oleh Tuanku Muhammad
Dawood yang dinobatkan sebagai sultan Aceh di mesjid Indrapuri.
Pada 13 Oktober 1880, pemerintah kolonial setelah berhasil
menguasai istana, menyatakan pada dunia bahwa Aceh telah ditaklukan
dan perang telah berakhir. namun pernyataan pemerintah belanda
ternyata salah besar, perang Aceh terus berlanjut secara gerilya
dengan semangat fi'sabilillah terus berkobar diseluruh Aceh. perang
gerilya ini dilangsungkan sampai tahun 1942 menjelang Jepang
datang.
Pada masa perang dengan Belanda, Kesultanan Aceh meminta bantuan
kepada perwakilan Amerika Serikat di Singapura yang disinggahi
Panglima Tibang Muhammad dalam perjalanannya menuju Pelantikan
Kaisar Napoleon III dari Perancis. Aceh juga mengirim Habib
Abdurrahman azh-Zhahir untuk meminta bantuan kepada Kalifah
Usmaniyah. Namun Turki Utsmani kala itu sedang menghadapi invasi
rusia yang mencaplok kawasanya seperti uzbekistan dan lain-lain.
Sedangkan Amerika Serikat menolak campur tangan dalam urusan Aceh
dan Belanda.
Perang kembali berkobar pada tahun 1883. Pasukan Belanda
berusaha membebaskan para pelaut Britania Raya yang sedang ditawan
disalah satu wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh, dan menyerang
kawasan tersebut. Sultan Aceh menyerahkan para tawanan dan menerima
bayaran yang cukup besar sebagai gantinya. Sementara itu, Menteri
Perang Belanda, August Willem Philip Weitzel, kembali menyatakan
perang terbuka melawan Aceh. Belanda kali ini meminta bantuan para
pemimpin setempat, diantaranya Teuku Umar. Teuku Umar diberikan
gelar panglima perang besar dan pada 1 Januari 1894 bahkan menerima
dana bantuan Belanda untuk membangun pasukannya. Ternyata dua tahun
kemudian Teuku Umar malah menyerang Belanda dengan pasukan baru
tersebut. Dalam perang gerilya ini Teuku Umar bersama Panglima
Polem dan Sultan terus tanpa pantang mundur. Tetapi pada tahun 1899
ketika terjadi serangan mendadak dari pihak Van Der Dussen di
Meulaboh Teuku Umar gugur. Tetapi Cut Nya' Dhien, istri Teuku Umar
tampil menjadi komandan perang gerilya.
Pada tahun 1892 dan 1893, pihak Belanda menganggap bahwa mereka
telah gagal merebut Aceh. Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, seorang
ahli Islam dari Universitas Leiden yang telah berhasil mendapatkan
kepercayaan dari banyak pemimpin Aceh, kemudian memberikan saran
kepada Belanda agar serangan mereka diarahkan kepada para ulama,
bukan kepada sultan. Saran ini ternyata berhasil. Dr Snouck
Hurgronye yang menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh untuk
meneliti kemasyarakatan dan ketatanegaraan Aceh. Hasil kerjanya itu
dibukukan dengan judul Rakyat Aceh (De Atjehers). Dalam buku itu
disebutkan rahasia bagaimana untuk menaklukkan Aceh.
Isi nasihat Snouck Hurgronje kepada Gubernur Militer Belanda
yang bertugas di Aceh adalah:
Mengesampingkan golongan Keumala (yaitu Sultan yang berkedudukan
di Keumala) beserta pengikutnya. Senantiasa menyerang dan
menghantam kaum ulama. Jangan mau berunding dengan para pimpinan
gerilya. Mendirikan pangkalan tetap di Aceh Raya. Menunjukkan niat
baik Belanda kepada rakyat Aceh, dengan cara mendirikan langgar,
masjid, memperbaiki jalan-jalan irigasi dan membantu pekerjaan
sosial rakyat Aceh.
Pada tahun 1898, Joannes Benedictus van Heutsz dinyatakan
sebagai gubernur Aceh pada 1898-1904, kemudian Dr Snouck Hurgronye
diangkat sebagai penasihatnya, dan bersama letnannya, Hendrikus
Colijn (kelak menjadi Perdana Menteri Belanda), merebut sebagian
besar Aceh.
Sultan Muhammad Daudsyah akhirnya terpaksa meyerahkan diri
kepada Belanda pada tahun 1903 setelah dua istrinya, anak serta
ibundanya terlebih dahulu ditangkap oleh Belanda (Belanda
menggunakan strategi licik dengan menekan/menangkap keluarga
sultan/pejuang Aceh untuk melemahkan perjuangan mereka). setelah
penyerahan diri sultan, perjuangan mempertahankan kedaulatan Aceh
dilanjutkan oleh Teungku Chik Di Tiro Muhammad Saman setelah
mendapat mandat sebagai wali nanggroe dari sultan Muhammad Daudsyah
sebelum menyerahkan diri. 1904.
Strategis licik penculikan anggota keluarga Pejuang/teuntara
Aceh, Misalnya Christoffel menculik permaisuri Sultan dan Tengku
Putroe (1902). Van der Maaten menawan putera Sultan Tuanku Ibrahim.
Akibatnya, Sultan menyerah pada tanggal 5 Januari 1902 ke Sigli dan
berdamai. Van der Maaten dengan diam-diam menyergap Tangse kembali,
Panglima Polem dapat meloloskan diri, tetapi sebagai gantinya
ditangkap putera Panglima Polem, Cut Po Raden, saudara perempuannya
dan beberapa keluarga terdekatnya. Akibatnya Panglima Polem
meletakkan senjata dan menyerah ke Lhokseumawe (1903). Akibat
Panglima Polem menyerah, banyak penghulu-penghulu rakyat yang
menyerah mengikuti jejak Panglima Polem.
Taktik licik selanjutnya, pembersihan dengan cara membunuh
rakyat Aceh yang dilakukan di bawah pimpinan Van Daalen yang
menggantikan Van Heutz. Seperti pembunuhan di Kuta Reh (14 Juni
1904) dimana 2922 orang dibunuhnya, yang terdiri dari 1773
laki-laki, 1149 perempuan dan anak-anak.
Taktik terakhir menangkap Cut Nya' Dhien, istri Teuku Umar yang
masih melakukan perlawanan secara gerilya, walaupun kondisi fisik
telah sangat lemah bahkan matapun telah buta. Cut Nya' Dhien akahir
dapat ditangkap setelah pengawal kepercayaannya melakukan
perjanjian rahasia dengan belanda. Cut nyak Dhien kemudian
diasingkan dan meninggal/dikemumikan di Sumedang, Jawa Barat.Surat
tanda penyerahan
Van Heutz telah menciptakan surat pendek penyerahan yang harus
ditandatangani oleh para pemimpin Aceh yang telah tertangkap dan
menyerah, yang isinya: Raja (Sultan) mengakui daerahnya sebagai
bagian dari daerah Hindia-Belanda. Raja berjanji tidak akan
mengadakan hubungan dengan kekuasaan di luar negeri. Berjanji akan
mematuhi seluruh perintah-perintah yang ditetapkan Belanda. (RH
Saragih, J Sirait, M Simamora, Sejarah Nasional, 1987)Bangkitnya
nasionalisme
Sementara pada masa kekuasaan Belanda, bangsa Aceh mulai
mengadakan kerjasama dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia dan
terlibat dalam berbagai gerakan nasionalis dan politik. Sarekat
Islam, sebuah organisasi dagang Islam yang didirikan di Surakarta
pada tahun 1912, tiba di Aceh pada sekitar tahun 1917. Ini kemudian
diikuti organisasi sosial Muhammadiyah pada tahun 1923.
Muhammadiyah membangun sebuah sekolah Islam di Kutaraja (kini
bernama Banda Aceh) pada tahun 1929. Kemudian pada tahun 1939,
Partai Indonesia Raya (Parindra) membukan cabangnya di Aceh,
menjadi partai politik pertama di sana. Pada tahun yang sama, para
ulama mendirikan PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh), sebuah
organisasi anti-Belanda.Perang Dunia II
Aceh kian hari kian terlibat dalam gerakan nasionalis Indonesia.
Saat Volksraad (parlemen) dibentuk, Teuku Nyak Arif terpilih
sebagai wakil pertama dari Aceh. (Nyak Arif lalu dilantik sebagai
residen Aceh oleh gubernur Sumatra pertama, Mr. Teuku Muhammad
Hasan).
Seperti banyak penduduk Indonesia dan Asia Tenggara lainnya,
rakyat Aceh menyambut kedatangan tentara Jepang saat mereka
mendarat di Aceh pada 12 Maret 1942, karena Jepang berjanji
membebaskan mereka dari penjajahan. Namun ternyata pemerintahan
Jepang tidak banyak berbeda dari Belanda. Jepang kembali merekrut
para uleebalang untuk mengisi jabatan Gunco dan Sunco (kepala
adistrik dan subdistrik). Hal ini menyebabkan kemarahan para ulama,
dan memperdalam perpecahan antara para ulama dan uleebalang.
Pemberontakan terhadap Jepang pecah di beberapa daerah, termasuk di
Bayu, dekat Lhokseumawe, pada tahun 1942, yang dipimpin Teungku
Abdul Jalil, dan di Pandrah dan Jeunieb, pada tahun 1944.Masa
Republik IndonesiaKedudukan Aceh di dalam Republik Indonesia
Serikat
41 tahun kemudian semenjak selesainya perang Aceh, Indonesia
diproklamasikan oleh Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945.
Ternyata perjuangan untuk bebas dari cengkraman Belanda belum
selesai, sebelum Hubertus Johannes van Mook menciptakan
negara-negara bonekanya yang tergabung dalam RIS (Republik
Indonesia Serikat).
dan Aceh tidak termasuk salah satu negara bagian dari federal
hasil ciptaan Van Mook yang meliputi seluruh Indonesia yang terdiri
dari:
Negara RI, yang meliputi daerah status quo berdasarkan
Perjanjian Renville. Negara Indonesia Timur. Negara Pasundan,
termasuk Distrik Federal Jakarta Negara Jawa Timur Negara Madura
Negara Sumatera Timur, termasuk daerah status quo Asahan Selatan
dan Labuhan Batu Negara Sumatera Selatan Satuan-satuan kenegaraan
yang tegak sendiri, seperti Jawa Tengah, Bangka-Belitung, Riau,
Daerah Istimewa Kalimantan Barat, Dayak Besar, Daerah Banjar,
Kalimantan Tenggara dan Kalimantan Timur. Daerah-daerah Indonesia
selebihnya yang bukan daerah-daerah bagian.
Aceh sebagai salah satu daerah yang oleh Soekarno dianggap
status quo, kemudian dimasukkan ke dalam Republik Indonesia dengan
cara meleburkankan ke dalam provinsi sumatera utara. Sehingga Aceh
termasuk juga ke dalam sistem Republik Indonesia Serikat.
Yang terpilih menjadi Presiden RIS adalah Soekarno dalam sidang
Dewan Pemilihan Presiden RIS pada tanggal 15-16 Desember 1949. Pada
tanggal 17 Desember 1949 Presiden Soekarno dilantik menjadi
Presiden RIS. Sedang untuk jabatan Perdana Menteri diangkat
Mohammad Hatta. Kabinet dan Perdana Menteri RIS dilantik pada
tanggal 20 Desember 1949.
Belanda di bawah Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Drees,
Menteri Seberang Lautan Mr. Maan Sassen dan ketua Delegasi RIS
Mohammad Hatta membubuhkan tandatangannya pada naskah pengakuan
kedaulatan RIS oleh Belanda dalam upacara pengakuan kedaulatan RIS
pada tanggal 27 Desember 1949. Pada tanggal yang sama, di
Yogyakarta dilakukan penyerahan kedaulatan RI kepada RIS. Sedangkan
di Jakarta pada hari yang sama, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan
Wakil Tinggi Mahkota Antonius Hermanus Johannes Lovink dalam suatu
upacara bersama-sama membubuhkan tandangannya pada naskah
penyerahan kedaulatan. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1945-1949,
Sekretariat Negara RI, 1986)Kembali ke Negara Kesatuan
Tanggal 8 Maret 1950 Pemerintah RIS dengan persetujuan Parlemen
(DPR) dan Senat RIS mengeluarkan Undang-Undang Darurat No 11 tahun
1950 tentang Tata Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS.
Berdasarkan Undang-Undang Darurat itu, beberapa negara bagian
menggabungkan ke RI, sehingga pada tanggal 5 April 1950 yang
tinggal hanya tiga negara bagian yaitu, RI, NST (Negara Sumatera
Timur), dan NIT (Negara Indonesia Timur).
Pada tanggal 14 Agustus 1950 Parlemen dan Senat RIS mengesahkan
Rancangan Undang-Undang Dasar Sementara Negara Kesatuan Republik
Indonesia hasil panitia bersama.
Pada rapat gabungan Parlemen dan Senat RIS pada tanggal 15
Agustus 1950, Presiden RIS Soekarno membacakan piagam terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada hari itu juga Presiden
Soekarno kembali ke Yogya untuk menerima kembali jabatan Presiden
RI dari Pemangku Sementara Jabatan Presiden RI Mr. Asaat. (30 Tahun
Indonesia Merdeka, 1950-1964, Sekretariat Negara RI, 1986)Maklumat
Negara Islam Indonesia Aceh
3 tahun setelah RIS bubar dan kembali menjadi RI, Daud Beureueh
di Aceh memaklumatkan Negara Islam Indonesia di bawah Imam
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada tanggal 20 September
1953.
Isi Maklumat NII di Aceh adalah: Dengan lahirnja peroklamasi
Negara Islam Indonesia di Atjeh dan daerah sekitarnja, maka
lenjaplah kekuasaan Pantja Sila di Atjeh dan daerah sekitarnja,
digantikan oleh pemerintah dari Negara Islam.
Dari itu dipermaklumkan kepada seluruh Rakjat, bangsa asing,
pemeluk bermatjam2 Agama, pegawai negeri, saudagar dan
sebagainja:
Djangan menghalang2i gerakan Tentara Islam Indonesia, tetapi
hendaklah memberi bantuan dan bekerdja sama untuk menegakkan
keamanan dan kesedjahteraan Negara. Pegawai2 Negeri hendaklah
bekerdja terus seperti biasa, bekerdjalah dengan sungguh2 supaja
roda pemerintahan terus berdjalan lantjar. Para saudagar haruslah
membuka toko, laksanakanlah pekerdjaan itu seperti biasa,
Pemerintah Islam mendjamin keamanan tuan2. Rakjat seluruhnja
djangan mengadakan Sabotage, merusakkan harta vitaal, mentjulik,
merampok, menjiarkan kabar bohong, inviltratie propakasi dan
sebagainja jang dapat mengganggu keselamatan Negara. Siapa sadja
jang melakukan kedjahatan2 tsb akan dihukum dengan hukuman Militer.
Kepada tuan2 bangsa Asing hendaklah tenang dan tentram,
laksanakanlah kewadjiban tuan2 seperti biasa keamanan dan
keselamatan tuan2 didjamin. Kepada tuan2 yang beragama selain Islam
djangan ragu2 dan sjak wasangka, jakinlah bahwa Pemerintah N.I.I.
mendjamin keselamatan tuan2 dan agama jang tuan peluk, karena Islam
memerintahkan untuk melindungi tiap2 Umat dan agamanja seperti
melindungi Umat dan Islam sendiri. Achirnja kami serukan kepada
seluruh lapisan masjarakat agar tenteram dan tenang serta
laksanakanlah kewadjiban masing2 seperti biasa.
Negara Islam IndonesiaGubernur Sipil/Militer Atjeh dan Daerah
sekitarnja.MUHARRAM 1373Atjeh DarussalamSeptember 1953Daud Beureueh
menyerah
Bulan Desember 1962, 7 bulan setelah Sekarmadji Maridjan
Kartosuwirjo Imam NII tertangkap (4 Juni 1962) di atas Gunung Geber
di daerah Majalaya oleh kesatuan-kesatuan Siliwangi dalam rangka
Operasi Bratayudha, Daud Beureueh di Aceh menyerah kepada Penguasa
Daulah Pancasila setelah dilakukan "Musyawarah Kerukunan Rakyat
Aceh" atas prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel
M.Jasin. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1950-1964, Sekretariat Negara
RI, 1986)Hasan Di Tiro mendeklarasi Negara Aceh Sumatera
14 tahun kemudian setelah Daud Beureueh pada masa Hasan Tiro
pada tanggal 4 Desember 1976 mendeklarasikan kembali
(re-proklamasi) kemerdekaan Aceh Sumatra. Bunyi deklarasi
kemerdekaan Negara Aceh Sumatra itu adalah:".[21] "Kepada rakyat di
seluruh dunia:
Kami, rakyat Aceh, Sumatera melaksanakan hak menentukan nasib
sendiri, dan melindungi hak sejarah istimewa nenek moyang negara
kami, dengan ini mendeklarasikan bebas dan berdiri sendiri dari
semua kontrol politik pemerintah asing Jakarta dan dari orang asing
Jawa.
Atas nama rakyat Aceh, Sumatra yang berdaulat.
Tengku Hasan Muhammad di Tiro.
National Liberation Front of Acheh Sumatra dan Presiden Aceh
Sumatra,
4 Desember 1976"Akhir konflikLihat pula: Operasi militer
Indonesia di Aceh (2003-2004)
Pada 26 Desember 2004, sebuah gempa bumi besar menyebabkan
tsunami yang melanda sebagian besar pesisir barat Aceh, termasuk
Banda Aceh, dan menyebabkan kematian ratusan ribu jiwa.
Di samping itu telah muncul keinginan dari beberapa wilayah
Aceh, khususnya di bagian barat, selatan dan pedalaman untuk
memisahkan diri yang dipelopori oleh tokoh politik seperti Tagore,
cut agam, dll untuk membentuk 2 provinsi baru yang disebut dengan
Provinsi Aceh Leuser Antara yang terdiri dari Aceh Tengah, Bener
Meriah, Gayo Lues, Aceh Tenggara dan Aceh Singkil, serta Provinsi
Aceh Barat Selatan atau ABAS yang terdiri dari Nagan Raya, Aceh
Barat Daya, Aceh Selatan, Simeulue, Aceh Barat dan Aceh Jaya.
Deklarasi pemekaran provinsi dilakuan secara bersama pada tanggal 4
Desember 2005 di Gelora Bung Karno, Jakarta yang dihadiri ratusan
orang dan 11 bupati yang ingin dimekarkan wilayahnya, dan
dilanjutkan dengan unjukrasa yang menuntut lepasnya 11 kabupaten
tadi dari Aceh.
Pada 15 Agustus 2005, Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pemerintah
Indonesia akhirnya sepakat untuk menandatangani persetujuan damai
(MoU) dan sekaligus mengakhiri konflik antara kedua pihak yang
telah berlangsung selama hampir 30 tahun. Kesepakatan yang
memberikan hak self government kepada Aceh.
id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Aceh
Kesultanan MataramDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebasIni adalah versi yang telah diperiksa dari halaman
initampilkan/sembunyikan detailUntuk kegunaan lain dari Mataram,
lihat Mataram (disambiguasi).Nagari Mataram?15881681 ?
BenderaCakupan terluas Kesultanan Mataram dalam masa
pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645)Ibu kota Kota
Gede (1588-1613)Karta (1613-1647)Pleret (1647-1681)Bahasa JawaAgama
Islam, KejawenPemerintahan Monarki absolutPanembahan, Susuhunan
(Sunan), Sultan - 1588-1601; t. 1584 Panembahan Senopati -
1677-1681 Susuhunan Ing Ngalogo (Paku Buwono I);Hamangku Rat II
(pengasingan)Sejarah - wafat Sultan III Pajang 1588 - Pemberontakan
Trunajaya/Penaklukan Susuhunan Ing Ngalogo 28 November 1681
Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang
pernah berdiri pada abad ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti
keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim
sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit.
Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang,
berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan
sebagai hadiah atas jasanya. Raja berdaulat pertama adalah
Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng
Pemanahan.
Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah
Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi
VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya firma dagang itu,
namun ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada masa-masa
akhir menjelang keruntuhannya.
Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan
relatif lemah secara maritim. Ia meninggalkan beberapa jejak
sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti kampung Matraman di
Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat,
penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal
di Pasundan, serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih
berlaku hingga sekarang.
Daftar isi
1 Masa awal 2 Sultan Agung 3 Terpecahnya Mataram 4 Peristiwa
Penting 5 Lihat pula 6 Pranala luar
Masa awal
Sutawijaya naik tahta setelah ia merebut wilayah Pajang
sepeninggal Hadiwijaya dengan gelar Panembahan Senopati. Pada saat
itu wilayahnya hanya di sekitar Jawa Tengah saat ini, mewarisi
wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan berada di Mentaok,
wilayah yang terletak kira-kira di timur Kota Yogyakarta dan
selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang. Lokasi keraton (tempat
kedudukan raja) pada masa awal terletak di Banguntapan, kemudian
dipindah ke Kotagede. Sesudah ia meninggal (dimakamkan di Kotagede)
kekuasaan diteruskan putranya Mas Jolang yang setelah naik tahta
bergelar Prabu Hanyokrowati.
Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tidak berlangsung lama karena
beliau wafat karena kecelakaan saat sedang berburu di hutan
Krapyak. Karena itu ia juga disebut Susuhunan Seda Krapyak atau
Panembahan Seda Krapyak yang artinya Raja (yang) wafat (di)
Krapyak. Setelah itu tahta beralih sebentar ke tangan putra keempat
Mas Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati
Martoputro menderita penyakit syaraf sehingga tahta beralih ke
putra sulung Mas Jolang yang bernama Mas Rangsangpada masa
pemerintahan Mas Rangsang,Mataram mengalami masa keemasan.Sultan
Agung
Sesudah naik tahta Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Prabu
Hanyokrokusumo atau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Pada
masanya Mataram berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Wilayah
Mataram mencakup Pulau Jawa dan Madura (kira-kira gabungan Jawa
Tengah, DIY, dan Jawa Timur sekarang). Ia memindahkan lokasi kraton
ke Karta (Jw. "kert", maka muncul sebutan pula "Mataram Karta").
Akibat terjadi gesekan dalam penguasaan perdagangan antara Mataram
dengan VOC yang berpusat di Batavia, Mataram lalu berkoalisi dengan
Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon dan terlibat dalam
beberapa peperangan antara Mataram melawan VOC. Setelah wafat
(dimakamkan di Imogiri), ia digantikan oleh putranya yang bergelar
Amangkurat (Amangkurat I).Terpecahnya MataramPeta Mataram Baru yang
telah dipecah menjadi empat kerajaan pada tahun 1830, setelah
Perang Diponegoro. Pada peta ini terlihat bahwa Kasunanan Surakarta
memiliki banyak enklave di wilayah Kasultanan Yogyakarta dan
wilayah Belanda. Mangkunagaran juga memiliki sebuah enklave di
Yogyakarta. Kelak enklave-enklave ini dihapus.
Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered (1647), tidak
jauh dari Karta. Selain itu, ia tidak lagi menggunakan gelar
sultan, melainkan "sunan" (dari "Susuhunan" atau "Yang Dipertuan").
Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak ketidakpuasan
dan pemberontakan. Pada masanya, terjadi pemberontakan besar yang
dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat bersekutu dengan
VOC. Ia wafat di Tegalarum (1677) ketika mengungsi sehingga
dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat
Amral), sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang
tidak puas dan pemberontakan terus terjadi. Pada masanya, kraton
dipindahkan lagi ke Kartasura (1680), sekitar 5km sebelah barat
Pajang karena kraton yang lama dianggap telah tercemar.
Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III
(1703-1708), Pakubuwana I (1704-1719), Amangkurat IV (1719-1726),
Pakubuwana II (1726-1749). VOC tidak menyukai Amangkurat III karena
menentang VOC sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai
raja. Akibatnya Mataram memiliki dua raja dan ini menyebabkan
perpecahan internal. Amangkurat III memberontak dan menjadi "king
in exile" hingga tertangkap di Batavia lalu dibuang ke Ceylon.
Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana
III setelah pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan
Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta tanggal 13 Februari 1755.
Pembagian wilayah ini tertuang dalam Perjanjian Giyanti (nama
diambil dari lokasi penandatanganan, di sebelah timur kota
Karanganyar, Jawa Tengah). Berakhirlah era Mataram sebagai satu
kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian sebagian masyarakat
Jawa beranggapan bahwa Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan
Surakarta adalah "ahli waris" dari Kesultanan Mataram.Peristiwa
PentingArtikel ini bagian dari seriSejarah IndonesiaSejarah
Indonesia.pngLihat pula:Garis waktu sejarah IndonesiaSejarah
NusantaraPrasejarahKerajaan Hindu-BuddhaKutai (abad
ke-4)Tarumanagara (358669)Kalingga (abad ke-6 sampai ke-7)Sriwijaya
(abad ke-7 sampai ke-13)Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9)Kerajaan
Medang (7521006)Kerajaan Kahuripan (10061045)Kerajaan Sunda
(9321579)Kediri (10451221)Dharmasraya (abad ke-12 sampai
ke-14)Singhasari (12221292)Majapahit (12931500)Malayapura (abad
ke-14 sampai ke-15)Kerajaan IslamPenyebaran Islam
(1200-1600)Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521)Kesultanan Ternate
(1257sekarang)Kerajaan Pagaruyung (1500-1825)Kesultanan Malaka
(14001511)Kerajaan Inderapura (1500-1792)Kesultanan Demak
(14751548)Kesultanan Kalinyamat (15271599)Kesultanan Aceh
(14961903)Kesultanan Banten (15271813)Kesultanan Cirebon (1552 -
1677)Kesultanan Mataram (15881681)Kesultanan Siak
(1723-1945)Kesultanan Pelalawan (1725-1946)Kerajaan KristenKerajaan
Larantuka (1600-1904)Kolonialisme bangsa EropaPortugis
(15121850)VOC (1602-1800)Belanda (18001942)Kemunculan
IndonesiaKebangkitan Nasional (1899-1942)Pendudukan Jepang
(19421945)Revolusi nasional (19451950)Indonesia MerdekaOrde Lama
(19501959)Demokrasi Terpimpin (19591965)Masa Transisi
(19651966)Orde Baru (19661998)Era Reformasi (1998sekarang)
l b s
1558 - Ki Ageng Pemanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan
Pajang Adiwijaya atas jasanya mengalahkan Arya Penangsang. 1577 -
Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di Pasargede atau Kotagede.
1584 - Ki Ageng Pemanahan meninggal. Sultan Pajang mengangkat
Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan sebagai penguasa baru di
Mataram, yang sebelumnya sebagai putra angkat Sultan Pajang
bergelar "Mas Ngabehi Loring Pasar" (karena rumahnya di sebelah
utara pasar). Ia mendapat gelar "Senapati in Ngalaga" (karena masih
dianggap sebagai Senapati Utama Pajang di bawah Sultan Pajang).
1587 - Pasukan Kesultanan Pajang yang akan menyerbu Mataram
porak-poranda diterjang badai letusan Gunung Merapi. Sutawijaya dan
pasukannya selamat. 1588 - Mataram menjadi kerajaan dengan
Sutawijaya sebagai Sultan, bergelar "Senapati Ingalaga Sayidin
Panatagama" artinya Panglima Perang dan Ulama Pengatur Kehidupan
Beragama. 1601 - Panembahan Senopati wafat dan digantikan putranya,
Mas Jolang yang bergelar Panembahan Hanyakrawati dan kemudian
dikenal sebagai "Panembahan Seda ing Krapyak" karena wafat saat
berburu (jawa: krapyak). 1613 - Mas Jolang wafat, kemudian
digantikan oleh putranya Pangeran Aryo Martoputro. Karena sering
sakit, kemudian digantikan oleh kakaknya Raden Mas Rangsang. Gelar
pertama yang digunakan adalah Panembahan Hanyakrakusuma atau "Prabu
Pandita Hanyakrakusuma". Setelah Menaklukkan Madura beliau
menggunakan gelar "Susuhunan Hanyakrakusuma". Terakhir setelah
1640-an beliau menggunakan gelar bergelar "Sultan Agung Senapati
Ingalaga Abdurrahman" 1645 - Sultan Agung wafat dan digantikan
putranya Susuhunan Amangkurat I. 1645 - 1677 - Pertentangan dan
perpecahan dalam keluarga kerajaan Mataram, yang dimanfaatkan oleh
VOC. 1677 - Trunajaya merangsek menuju Ibukota Pleret. Susuhunan
Amangkurat I mangkat. Putra Mahkota dilantik menjadi Susuhunan
Amangkurat II di pengasingan. Pangeran Puger yang diserahi tanggung
jawab atas ibukota Pleret mulai memerintah dengan gelar Susuhunan
Ing Ngalaga. 1680 - Susuhunan Amangkurat II memindahkan ibukota ke
Kartasura. 1681 - Pangeran Puger diturunkan dari tahta Plered. 1703
- Susuhunan Amangkurat III wafat. Putra mahkota diangkat menjadi
Susuhunan Amangkurat III. 1704 - Dengan bantuan VOC Pangeran Puger
ditahtakan sebagai Susuhunan Paku Buwono I. Awal Perang Tahta I
(1704-1708). Susuhunan Amangkurat III membentuk pemerintahan
pengasingan. 1708 - Susuhunan Amangkurat III ditangkap dan dibuang
ke Srilanka sampai wafatnya pada 1734. 1719 - Susuhunan Paku Buwono
I meninggal dan digantikan putra mahkota dengan gelar Susuhunan
Amangkurat IV atau Prabu Mangkurat Jawa. Awal Perang Tahta Jawa
Kedua (1719-1723). 1726 - Susuhunan Amangkurat IV meninggal dan
digantikan Putra Mahkota yang bergelar Susuhunan Paku Buwono II.
1742 - Ibukota Kartasura dikuasai pemberontak. Susuhunan Paku
Buwana II berada dalam pengasingan. 1743 - Dengan bantuan VOC
Ibukota Kartasura berhasil direbut dari tangan pemberontak dengan
keadaan luluh lantak. Sebuah perjanjian sangat berat (menggadaikan
kedaulatan Mataram kepada VOC selama belum dapat melunasi hutang
biaya perang) bagi Mataram dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II
sebagai imbalan atas bantuan VOC. 1745 - Susuhunan Paku Buwana II
membangun ibukota baru di desa Sala di tepian Bengawan Beton. 1746
- Susuhunan Paku Buwana II secara resmi menempati ibukota baru yang
dinamai Surakarta. Konflik Istana menyebabkan saudara Susuhunan, P.
Mangkubumi, meninggalkan istana. Meletus Perang Tahta Jawa Ketiga
yang berlangsung lebih dari 10 tahun (1746-1757) dan mencabik
Kerajaan Mataram menjadi dua Kerajaan besar dan satu kerajaan
kecil. 1749 - 11 Desember Susuhunan Paku Buwono II menandatangani
penyerahan kedaulatan Mataram kepada VOC. Namun secara de facto
Mataram baru dapat ditundukkan sepenuhnya pada 1830. 12 Desember Di
Yogyakarta, P. Mangkubumi diproklamirkan sebagai Susuhunan Paku
Buwono oleh para pengikutnya. 15 Desember van Hohendorff
mengumumkan Putra Mahkota sebagai Susuhunan Paku Buwono III. 1752 -
Mangkubumi berhasil menggerakkan pemberontakan di provinsi-provinsi
Pasisiran (daerah pantura Jawa) mulai dari Banten sampai Madura.
Perpecahan Mangkubumi-RM Said. 1754 - Nicolas Hartingh menyerukan
gencatan senjata dan perdamaian. 23 September, Nota Kesepahaman
Mangkubumi-Hartingh. 4 November, PB III meratifikasi nota
kesepahaman. Batavia walau keberatan tidak punya pilihan lain
selain meratifikasi nota yang sama. 1755 - 13 Februari Puncak
perpecahan terjadi, ditandai dengan Perjanjian Giyanti yang membagi
Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kesunanan Surakarta dan
Kesultanan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan atas
Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan
Hamengku Buwono Senopati Ing-Ngalaga Ngabdurakhman Sayidin
Panatagama Khalifatullah" atau lebih populer dengan gelar Sri
Sultan Hamengku Buwono I. 1757 - Perpecahan kembali melanda
Mataram. Perjanjian Salatiga, perjanjian yang lebih lanjut membagi
wilayah Kesultanan Mataram yang sudah terpecah, ditandatangani pada
17 Maret 1757 di Kota Salatiga antara Raden Mas Said (Pangeran
Sambernyawa) dengan Sunan Paku Buwono III,VOC dan Sultan Hamengku
Buwono I. Raden Mas Said diangkat sebagai penguasa atas sebuah
kepangeranan, Praja Mangkunegaran yang terlepas dari Kesunanan
Surakarta dengan gelar "Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangku
Nagara Senopati Ing Ayudha". 1788 - Susuhunan Paku Buwono III
mangkat. 1792 - Sultan Hamengku Buwono I wafat. 1795 - KGPAA Mangku
Nagara I meninggal. 1799 - Voc dibubarkan 1813 - Perpecahan kembali
melanda Mataram. P. Nata Kusuma diangkat sebagai penguasa atas
sebuah kepangeranan, Kadipaten Paku Alaman yang terlepas dari
Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Kangjeng Gusti Pangeran Adipati
Paku Alam". 1830 - Akhir perang Diponegoro. Seluruh daerah Manca
nagara Yogyakarta dan Surakarta dirampas Belanda. 27 September,
Perjanjian Klaten menentukan tapal yang tetap antara Surakarta dan
Yogyakarta dan membagi secara permanen Kerajaan Mataram
ditandatangani oleh Sasradiningrat, Pepatih Dalem Surakarta, dan
Danurejo, Pepatih Dalem Yogyakarta. Mataram secara de facto dan de
yure dikuasai oleh Hindia Belanda.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Mataram