ABSTRAK
ABSTRAK
Percobaan mikrobiologi: Isolasi dan Penanaman Mikroba bertujuan
untuk mengenal dan membuat berbagai macam medium yang digunakan
dalam bidang mikrobiologi, mengenal dan melakukan teknik menanaman
bakteri serta mengisolasi bakteri untuk mendapatkan biakan murni.
Prinsip yang mendasari percobaan ini adalah inokulasi bakteri
dengan konsepsi biakan murni. Metode yang digunakan dalam percobaan
ini adalah metode streak (penggoresan ).Bakteri yang digunakan
dalam percobaan ini adalah Staphylococcus aureus. Hasil yang
diperoleh dalam percobaan ini adalah: pada medium nutrient cair,
pada kontrol berwarna putih transparan dam tidak terdapat endapan
sedangkan pada medium positif terdapat endapan putih. Pada medium
agar, untuk control tetap bening, sedangkan pada media padat 1 dan
terdapat bintik-bintik putih yang menggerombol membentuk suatu
koloni. Pada medium agar miring, pada kontrol berwarna putih
transparan sedangkan pada medium positif terjadi kekeruhan dimana
timbul bintik-bintik putih yang jaraknya berjauhan.PERCOBAAN
10MIKROBIOLOGI : ISOLASI DAN PENANAMAN MIKROBA
I. TUJUAN
1.1. Mengenal dan membuat berbagai macam medium yang digunakan
dalam bidang mikrobiologi1.2. Mengenal dan melakukan teknik
penanaman bakteri
1.3. Mengisolasi bakteri untuk mendapatkan biakan murni II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Mikrobiologi
Mikrobiologi adalah telah mengenai organisme hidup yang
berukuran mikroskopis. Dunia mikroorganisme terdiri dari 5 kelompok
organisme yaitu bakteri, protozoa, virus serta algae dan cendawan
mikroskopis. Dalam bidang mikrobiologi kita mempelajari banyak segi
mengenai jasad-jasad renik ini dimana adanya ciri-ciri kekerabatan
antara sesamanya seperti juga dengan kelompok organisme lainnya.
Pengendalian dan peranannya dalam kesehatan serta kesejahteraan
kita. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan.
Beberapa diantaranya bermanfaat dan yang lainnya merugikan. Banyak
diantaranya menjadi penghuni dalam tubuh manusia. Beberapa
organisme menyebabkan penyakit dan yang lain terlibat dalam
kegiatan manusia seperti pembuatan anggur, keju, yogurt, produksi
penicillin serta proses-proses perlakuan yang berkaitan dengan
pembuangan limbah.(Michael, 1986)
Informasi yang diperoleh dari mikrobiologi memungkinkan kemajuan
besar dalam kemampuan kita untuk mengawasi banyak penyakit menular.
Disamping itu mikroorganisme telah digunakan untuk mempelajari
berbagai proses biokimia yang diketahui terjadi pada bentuk
kehidupan yang lebih tinggi. Jadi banyak fakta tentang metabolisme
manusia yang diketahui sekarang. Mula-mula diketahui terjadi pada
mikroorganisme bidang baru genetika molekuler yang menjelaskan
bagaimana gen mengatur aktivitas sel berasal dari studi tentang
mikroorganisme. Oleh karena itu jelaslah bahwa bidang mikrobiologi
bukan hanya studi tentang mikroorganisme penyebab penyakit tetapi
merupakan studi tentang semua aktivitas hayati mikroorganisme.
(Volk, 1993)2.2. Identifikasi Sifat-sifat Mikroorganisme2.2.1.
Organisme Eukariot
1. Jamur
Fungsi bersel banyakyang dikenal sebagai jamur jauh lebih
kompleks dari pada khamir. Jamur secara khas berkembang sebagai
pertumbuhan bercabang seperti rambut dan sebagian besar membentuk
spora seksual dan aseksual. Beberapa jamur memberikan rasa bagi
keju yang baik (Roquefort, camembert dan brie). Dilain pihak
sedikit jamur menyebabkan penyakit gawat pada manusia.2.
Protozoa
Protozoa mempunyai bentuk dan ukuran, ada yang lonjong atau
berbentuk bola. ada yang memanjang dan ada yang berubah bentuk.
Sambil bergerak diatas permukaan. Beberapa jenis ada yang
berdiameter 1 sampai 2 mm, sehingga dapat dilihat dengan mata
telanjang. Kebanyakan protozoa dapat berkembang baik secara seksual
maupun aseksual. (Volk, 1993)
2.2.2. Organisme Prokariot1. Bakteri
Bersel tunggal, walaupun kadang ada gumpalan bersel banyak.
Bakteri lebih kecil ukurannya dari pada protozoa. Beberapa sel
bakteri yang umum panjangnya kira-kira 1 m; 2000 bakteri semacam
ini akan mencapai liputan kepala jarum pentul pada titik
terlebar.Bakteri adalah organisme sangat kecil yang mampu berada
dimana saja. Bakteri kadang menampakkan kehadirannya tetapi seelalu
tidak di sadari karena aktivitasnya yang tidak tampak karena
terlalu kecil. Bakteri dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop.
2. Algae
Dahulu dikenal dengan ganggang biru-hijau, tersebar diseluruh
dunia baik dalam air tawar/ air laut. Memperoleh energi dengan
semacam fotosintesis yang identik dilakukan oleh tumbuhan tingkat
tinggi. Klorofilnya tidak terdapat dalam kloroplas tetapi dalam
lamella disebut blakoid beberapa ganggang biru-hijau yang terbentuk
benang sewaktu-waktu menghasilkan sel yang menebal disebut
heterosista. Fungsi utama heterosista adalah mengubah nitrogen
dalam atmosfer menjadi ammonia dan menyediakan gas N2.3. Virus
Virus adalah perantara yang terkecil dan dapat mengarahkan
pengadaannya sendiri. Bersifat ultra mikroskopis, terlampau kecil,
dapat dilihat dengan mikriskop cahaya konvensional. Klasifikasi
virus dipisahkan dalam suku berdasarkan bentuknya, ada tidaknya
membran, tipe asam nukleat dalam virion (DNA dan RNA) bentuk asam
nukleat (cabang ganda, benang tunggal, lurus, melingkar) dan adanya
asam nukleat multiple atau dalam virion. (Volk, 1993)2.3. Konsepsi
Biakan MurniMedia agar merupakan substrat yang sangat baik untuk
memisahkan campuran mikroorganisme sehingga masing-masing jenisnya
menjadi terpisah-pisah. Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme pada media agar memungkinkannya tumbuh dengan agak
berjauhan dari sesamanya juga memungkinkkan setiap selnya berhimpun
membentuk koloni. Sekelompok massa sel yang dapat dilihat dengan
mata secara langsung. Semua sel dalam koloni itu sama, dianggap
kesemuanya itu merupakan keturunan (progeny) satu mikroorganisme
dan karena itu mewakili apa yang disebut mikrobiologi biakan murni.
Penggunaan agar pada media mikrobiologi yang semula diusulkan oleh
laboratorium Koch pada awal 1880-an tetap digunakan secara luas
sampai kini.Percobaan Koch dan penelitian di laboratorium
membuktikan bahwa jasad renik tertentu menyebabkan timbulnya
penyakit tertentu. Postulat Koch ialah:1. Mikroorganisme tertentu
selalu dapat dijumpai berasosiasi dengan penyakit tertentu.2.
Mikroorganisme itu dapat diisolasi dan ditumbuhkan menjadi biakan
murni di laboratorium.
3. Biakan murni mikroorganisme tersebut akan menimbulkan
penyakit itu bila disuntikan pada hewan yang rentan (suseptibet)4.
Penggunaan prosedur laboratorium memungkinkan diperolehnya kembali
mikroorganisme yang disuntikan itu dari hewan yang dengan sengaja
diinfeksi dalam percobaan.(Michael, 1986)
2.4. Teknik Biakan Murni Untuk mendapatkan koloni bakteri
sebagai sumber biakan murni ada dua teknik yang dapat dipakai yakni
:1. Metode piringan goresan (streak-plate method)
Medium agar steril dicairkan, didinginkan 45C, dituangkan
kedalam cawan petri steril dan dibiarkan menjadi padat, kemudian
dengan kawat penginokulasi yang penuh bakteri. Goresan dilakukan
diatas permukaan agar. Apabila sebaran dilakukan dengan menggerakan
kawat gelang. Kian kemari dari satu bagian ke bagian lain dari
cawan petri, bakteri yang tertinggal pada kawat gelang semakin
berkurang. Jika dilakukan dengan sempurna goresan akhir akan
meninggalkan bakteri individual cukup terpisah satu sama lain,
sehingga setelah mengalami pertumbuhan koloni dari bakteri
individual akan benar-benar terpisah satu sama lain, kemudian
koloni tunggal dapat dipindahkan ke medium steril dan tumbuhlah
biakan murni.2. Metode piringan tuangan (Pour Plate Method)Metode
ini terdiri atas penginokulasi bukan campuran kevdalam tabung uvi
yang mengandung agar mencair yang telah diinginkan selama 450C.
Isinya diaduk untuk memancarkan bakteri ke seluruh medium. Campuran
itu dituangkan kedalam cawan petri kosong dan medium cair
dituangkan diatasnya. Cawan diputar untuk mencampur isinya sebelum
medium menjadi padat.Pertumbuhan koloni dalam medium. Tujuan kedua
prosedur ialah memisahkan sel-sel bakteri satu sama lain sehingga
sel-sel itu tumbuh menjadi koloni-koloni yang terpisah dari medium
yang padat, kemudian dapat diambil sel-sel dari koloni untuk
mendapatkan biakan murni.Dalam praktek sering piringan kedua
digores kembali dengan organism yang berrasal dari koloni yang
diisolasi untuk menjamin bahwa hasil yang diperoleh adalah biakan
murni.
(Volk, 1993)
2.5. Macam-macam Media Biakan
Medium yang padanya bakteri ditumbuhkan akan beranak dalam
susunannya sesuai dengan kebutuhan jenis-jenis yang bersangkutan.
Beberapa bakteri dapat hidup pada medium yang sangat sederhana yang
hanya mengandung garam organik ditambah sumber karbon organik
seperti gula. Bakteri lain memerlukan suatu medium yang sangat
kompleks yang kepadanya ditambahkan darah atau bahan kompleks lain.
(Volk, 1993)
2.5.1. Media Saringan (Infusion media)Salah satu media paling
lazim yang digunakan untuk memelihara bakteri sehari-hari disebut
air kalolu, dibuat dengan merebus daging cacah dengan air kemudian
menyaring materi padat sehingga diperoleh cairan jernih yang
disebut air saringan pepton, yang merupakan protein yang mengalami
degradasi sebagian ditambahkan air saringan itu sebagai sumber
karbon, nitrogen dan zat anorganik tertentu guna pertumbuhan
bakteri.
(Volk, 1993)
2.5.2. Media KarbohidratBerbagai gula (karbohidrat) dapat
ditambahkan pada dasar kaldu yang mengandung makanan. Medium macam
ini dipakai untuk menentukan apakah jenis bakteri yang
diidentifikasi itu mampu menggunakan gula untuk pertumbuhannya.
Dalam media jenis ini yang lazim dipakai adalah gula seperti
glukosa, monosa, galaktosa, sukrosa, maltose dan laktosa. Disamping
itu, digunakan pula alkohol-alkohol gula seperti manitol, gliserol,
dan duisitol. (Volk, 1993)
2.6. Fase-fase pertumbuhan BakteriJika keadaan baik, hampir
semua bakteri mampu berkembang biak dengan amat cepat. Waktu yang
diperlukan bagi satu organisme untuk membelah menjadi dua disebut
waktu generasi. Dalam mempelajari laju pertumbuhan biakan bakteri,
hasilnya dapat di proyeksikan sebagai logaritma jumlah sel terhadap
waktu pertumbuhan. Terdapat 4 fasa pertumbuhan, yaitu :2.6.1. Fasa
tenggang (Lag)
Fasa tenggang adalah periode penyesuaian pada lingkungan dan
lamanya dapat 1 jam hingga beberapa hari. Lama waktu ini tergantung
pada macam bakteri, umur biakan dan nutrient yang terdapat dalam
medium yang disediakan. Fasa tenggang ini hanya tenggang dalam
pembiakan saja karena sebenarnya sel itu sangat aktif dalam
metabolisme inklusi dihabiskan. Dan ada sintesis enzim dan
konsituen penting secara aktif. Pada bagian belakang fasa tenggang
terjadi perbesaran ukuran keseluruhan.
(Volk, 1993)2.6.2. Fasa Logaritma (log)
Fasa ini adalah periode pembiakan yang cepat dan merupakan
periode yang di dalamnya biasanya teramati cirri-ciri khas sel-sel
yang aktif selama fasa inilah waktu generasi tetap tak berubah
jenis, jika dibuat proyeksi logaritma jumlah organisme terhadap
waktu, fasa log ini muncul sebagai garis lurus, jadi waktu generasi
dapat ditentukan dalam fasa ini.
(Volk, 1993)2.6.3. Fasa Stasioner
Sementara biakan menjadi tua dan mendekati populasi bakteri
maksimum yang ditunjang medium, laju pembiakan berkurang dan
beberapa sel mati. Apabila laju pembiakan sama dengan laju
kematian, jumlah keseluruhan bakteri akan tetap. Hal ini dinamakan
fasa stasioner.
(Volk, 1993)
2.6.4. Fasa Kematian
Apabila laju kematian melampaui laju pembiakan, banyaknya
bakteri yang sebenarnya menurun. Fasa kematian ini biasanya
pembiakan berhenti.
(Volk, 1993)2.7. Mikroorganisme
Sumber enzim yang paling banyak digunakan dibandingkan dengan
tanaman dan hewan. Mikroorganisme lebih menguntungkan karena
pertumbuhannya cepat, dapat tumbuh substrat yang murah lebih mudah
ditingkatkan hasilnya melalui pengaturan pertumbuhan dan rekayasa
genetika. Faktor yang menpengaruhi pertumbuhan bakteri adalah PH
optimum dan suhu yang sesuai untuk menumbuhkan bakteri digunakan
suhu inkubasi 37C.
(Akhdiya, 2003)2.8. Penanaman mikroba
Pekerjaan memindahkan mikroba dari medium lama ke medium yang
baru harus dilaksanakan secara teliti. Terlebih dahulu harus
diusahakan agar semua alat-alat yang sangkut pautnya dengan medium
dan pekerjaan inokulasi (penanaman) itu benar-benar steril, hal ini
untuk menghindarkan kontaminasi. Beberapa langkah pada pekerjaan
inokulasi mikroba adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan ruangan, ruangan tempat inokulasi harus bebas
angin dan bersih.
2. Pemindahan dengan kawat inokulasi, ujung kawat inokulasi
sebaiknya dari platina atau dari nikram, lebih dahulu ujung kawat
ini dipijarkan sebelum mengambil inokulum.
3. Pemindahan dengan pipet.
(Waluyo,2005)Untuk menanam suatu mikroba perlu diperhatikan
faktor-faktor nutrisi serta kebutuhan akan oksigen (gas O2 atau
udara ). Cara menumbuhkan mikroba anaerob sangat berbeda dengan
aerob. Untuk semuanya itu ada cara-cara tertentu yang harus
diperhatikan. Menanam mikroba yang aerob relatif lebih mudah
daripada yang anaerob.
1. Penanaman mikroba aerob
Ada beberapa cara penanaman mikroba aerob, tergantung pada
tujuan penanaman. Berdasarkan atas bentuk medium dan cara penanaman
dapat dibedakan menjadi :
a. Biakan agak tegak
b. Biakan agak miring
c. Biakan air
2. Penanaman mikroba anaerob
Untuk mikroba anaerob, oksigen dari udara bersifat toksik,
karena itu oksigen harus dikeluarkan dari dalam medium. Ada
beberapa cara untuk menumbuhkan meikroba anaerob, yaitu:a.
Menggunakan metode yang paling sederhana dan paling banyak
digunakan. Medium yang digunakan Chioglycollate-cair,
Chioglycollate-agar, glukosa otak dan lain-lain. Medium-medium
tersebut mengandung bahan-bahan yang dapat menyerap oksigen
sehingga dalam suasana dalam medium menjadi anaerob,misalnya medium
Chioglycollate-agar dalam cawan petri yang ditutup dengan penutup
brewer.b. Menutup oksigen bebas dengan pembakaran.Alat yang
digunakan misalanya eksikator, kedalam eksikator ini ditambahkan
phosphor murni (P4). Selama ada oksigen, fosfor akan teroksidasi
dan membentuk fosforpentaoksida. Untuk mempercepat peracunana
fosfor, maka pada dasar eksikator ditambahkan air yang akan
menyerap atau melarutkan fosfor pentaoksida tersebut.c Absorpsi
Oksigen secara Kimia Yang diperlukan adalah eksikator, asam
pirogalel dan kolt. Untuk setiap liter eksikator diberi 12,5 mL
larutan KOH 20% dan 10ml larutan asam pirogalol 40%.d Menggunakan
anaerob jari, anaerob pack atau inkubator anaerob.
2.9.Isolasi Bakteri
Mengisolasi suatu mikroba adalah memisahkan mikroba tersebut
dari lingkungan di alam dan menumbuhkanya sebagai biakan murni
dalam medium buatan. Untuk isolasi harus diketahui cara-cara
menanam dan menumbuhkan mikroba pada medium biakan serta
syarat-syarat lain untuk pertumbuhan.
(Kingsburg, 1985)
Untuk mengisolasi bakteri dari alam menjadi biakan murni pada
umumnya ada dua cara yaitu:
1. Metode cawan Gores (Streak Plate Method)
Dilakukan dengan cara menggoreskan jarum ose penginokulasian
yang berisi biakan campuran pada permukaan cawan petri steril
berisi medium yang telah padat. Ada beberapa cara yang digunakan
namun kesemuanya meletakkan sebagian besar organisme pada beberapa
goresan pertama dan menyisakan bakteri individual yang cukup
terpisah satu sama lain pada goresan terakhir. Bakteri individual
ini yang terpisah tumbuh menjadi koloni bakteri yang saling
terpisahkan antara satu spesies dengan spesies lainnya.
(Volk,1991)
2. Teknik Piringan tuangan (Pour Plate Method)
Dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Menginokulasikan biakan, campuran ke dalam tabung uji yang
mengandung agar mencair yang telah didinginkan sampai suhu 45C.
tabung ini diketuk agar bakteri mencapai keseluruhan medium. Isi
tabung uji lalu dituangkan ke dalam cawan petri dan dibiarkan
menjadi padat.b. Dengan cara Shake Culture (cara penanaman mikroba
melalui cara piaraan adukan)
Yaitu dengan menuangkan inokulum kedalam cawan petri kosong lalu
ditambahakan medium agar cair ke atasnya dan campuran ini diputar
(wadah cawannya) untuk mencampur isinya sebelum medium menjadi
padat.(Volk, 1973)
2.10.Disinfektan
Disinfektan atau yang sering disebut juga larutan sterilisasi
dingin yang dapat merusak mikroorganisme (virus, bakteri, kapang)
tetapi tidak dapat mematikan spora bakteri. Disinfektan ini tidak
dapat menggantikkan sterilisasi autoklaf.
Disinfektan dapat digunakan pada permukaan yang keras (baki,
kursi, meja dsb), alat-alat yang peka terhadap pemanasan seperti
plastik, pipa kapiler sebelum dan sesudah penggunaannya.
Disinfektan dalam penggunaannya harus memperhatikan prosedur yang
dianjurkan. Beberapa disinfektan bersifat toksik dan membutuhkan
penanganan yang khusus dalam pembuangannya.
(Pelczar,1988 )
2.11.Sterilisasi (numberingnya tlg di cek ia kawan)
Agar biakan bakteri dapat dibuat, maka medium dan alat-alat yang
diperlukan harus disterilsasi sebelum inokulasi. Sterilisasi yaitu
proses untuk mematikan semua organisme yang dapat menjadikan
kontaminan. Metode yang lazim digunakan untuk memsterilisasikan
media dan alat-alat ialah dengan pemanasan. Jika panas digunakan
bersama-bersama dengan uap air disebut sterilisasi basah
(menggunakan autoklaf), sedangkan jika tanpa uap air disebut
Sterilisasai kering (menggunakan oven).
(Pelczar,1988)2.12. Inokulasi Bakteri
Menurut Pelezar dan Chan (1996), ada berbagai cara yang dapat
digunakan untuk penanaman bakteri, antara lain:
1. Pembiakan dengan Lempengan (Plate Culture atau Streak
Culture)
Dibuat dengan menggeserkan sengkelit (ose) yang telah
terinokulasi oleh bakteri ke atas cawan Petri berisi media padat
sampai meliputi seluruh permukaan dengan gerakan ke kanan dan ke
kiri, sehingga diperoleh koloni yang menggerombol dan memenal.
(Salle, 1973)2. Piaraan Agar Miring
Penanaman bakteri dapat dilakukan dengan cara menggerakkan ujung
kawat yang berisi bakteri satu kali dari ujung bawah ke ujung atas,
sehingga garis merupakan diameter memanjang pada permukaan miring
medium.
(Salle, 1973)
3. Piaraan Tusukan (Stab Culture)
Stab culture dibuat dengan cara menumbuhkan ose yang berisi
bakteri dari permukaan atas agar tegak, tegak lurus medium,
tengah-tengah medium. Bakteri yang tumbuh di dalam medium dapat
berupa bakteri yang memakan gelatin medium maupun tidak memakan
gelatin medium.
4. Piaraan Adukan (Shake Culture)
Bakteri dari medium cair atau dari medium padat yang telah
diencerkan sehingga menjadi suspensi, dituangkan ke tengah-tengah
cawan petri kemudian ditambahkan gelatin atau agar-agar yang belum
beku, lalu cawan ditutup dan diputar sehingga suspensi bercampur
dengan medium. Jika bakteri telah tumbuh maka akan berupa
koloni-koloni yang berada pada permukaan medium yang pertama adalah
bakteri anaerob dan yang kedua adalah bakteri aerob.
(Salle, 1973)
2.13.Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba
Kehidupan mikroba umumnya sangat dipengaruhi dan tergantung oleh
keadaan lingkungannya. Secara garis besar ada tiga faktor
lingkungan yang mempengaruhi, yaitu:
1. Faktor Fisik, misalnya: suhu, pH, tekanan osmotik, kandungan
oksigen, dll
2. Faktor Kimia, misalnya: senyawa racun
3. Faktor biolagik, misalnya: interaksi dengan mikroba
lainnya2.13.1. Faktor fisik
a. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri
Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dibagi
tiga:
Psikofilik : tumbuh pada kisaran suhu -5C 20C Mesofilik : tumbuh
pada kisaran suhu 20C 45C Termofilik : tumbuh di atas suhu 45Cb.
Pengaruh pH
Setiap jenis mikroba memiliki kemampuan untuk hidup pada rentang
pH yang spesifik. Namun secara umum mikroba dapat tumbuh pada
kisaran pH antara 49 dengan pertumbuhan optimum pada pH 6.5 7.5
selama pertumbuhan mikroba, pH medium akan berubah akibat produk-
produk metabolisme mikroba, yakni asam hasil degradasi karbohidrat
dan basa hasl penguraian protein.
c. Pengaruh Oksigen bebas(O2)
Pada berbagai mikroba sangat bervariasi, hal ini mencerminkan
adanya perbedaan sistem enzim beroksidatif yang terdapat dalam
mikroba tersebut.
Berdasarkan kebutuhan O2, mikroba dapat dikelompokkan
menjadi:
- Aerob: mikroba yang membutuhkan O2 untuk pertumbuhannya
- Anaerob: mikroba yang tidak membutuhkan O2 untuk
pertumbuhanya
- Fakultatif: mikroba yang dapat tumbuh dengan maupun tanpa
adanya O2- Mikroaerofilik : mikroba yang membutuhkan O2 sangat
sedikit.
d. Pengaruh Tekanan Osmotik
Medium yang dipergunakan untuk menumbuhkan suatu mikroba
mempunyai persyaratan tertentu, salah satunya adalah medium harus
bersifat isotonis terhadap mikroba. Kondisi medium yang hipertonis
atau hipotonik akan mempengaruhi sel mikroba sehingga mengganggu
pertumbuhan.2. 13. 2 Faktor Kimia
Pada prinsipnya mikroba ada yang bersifat menguntungkan maupun
merugikan bagi kehidupan manusia. Beberapa metode dikembangkan
untuk mengendalikan mikroba yang bersifat merugikan dengan
menggunakan agen fisika dan kimia. Metode kimia untuk mengendalikan
pertumbuhan mikroba menggunakan:
1. Antiseptik : senyawa kimia yang digunakan untuk jaringan
hidup untuk menghambat pertumbuhan mikroba.
2. Disinfektan : senyawa kimia yang menghambat pertumbuhan pada
bahan yang tak hidup.
Untuk mengatur pengaruh senyawa kimia terhadap suatu bakteri
dapat dilakukan dengan menggunakan silinder kaca yang diletakkan
diatas medium yang telah diinokulasi dengan bakteri uji.
Penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri ditunjukkan dengan
timbulnya daerah bening disekitar cakram uji. Daerah bening
merupakan daerah yang tidak ditumbuhi mikroba. Hal ini terjadi
akibat adanya difusi senyawa kimia ke dalam media akan menyebabkan
penghambatan ukuran daerah bening sangat dipengaruhi oleh variabel-
variable teknis yaitu jumlah inokkulum, waktu inokulasi, komposisi
medium, pH, gas- gas udara, stabilitas antimikroba, dsb.2. 13.3
Faktor Biologis
Beberapa jenis mikroba mampu menghasilkan suatu metabolit yang
dapat bersifat racun bagi mikroba lain, misalnya antibiotik.
Pengaruh terhadap metabolik mikroba terhadap mikroba lain dapat
dilakukan dengan teknik bioassay yang melawankan mikroba penghasil
metabolit dengan mikroba lain yang sensitif.
(Guchanan, 1992)2.11. Kurva Pertumbuhan Jasad renik
Pada gambar diatas ,jika suatu bakteri memperbanyak diri menjadi
dua dalam waktu 20 menit. Bila sel tersebut diingkubasikan pada
medium dengan kondisi optimum untuk pertumbuhanya maka dalam waktu
40 jam sel tersebut akan mengalami pembelahan sebanyak 48(60)/20
kali atau 144 generasi. Jumlah sel setelah 40 jam secara teoritis
mencapai 2^144 sel. Jika setiap sel mempunyai berat 10^-12 gram,
maka secara teoritis berat sel setelah 48 jam akan mencapai 2^144 X
10^-12 gram atau 2.2 X 10^31 gram , atau sama dengan 4000 kali
berat bumi. Pada kenyataanya tidaklah demikian keadaanya, karena
tidak semua sel yang terbentuk terus hidup.
(Waluyo,2005)
2.14. Penanaman Mikroba
Pekerjaan memindahkan mikroba dari medium lama ke medium yang
baru harus diusahakan agar semua alat- alat yang sangkut paut
dengan medium dan pekerjaan inokulasi (penanaman) itu benar- benar
steril, hal ini untuk menghindarkan kontaminasi. Beberapa langkah
pada pekerjaan inokulasi mikroba adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan ruangan, ruangan tempat inokulasi harus bersih dan
bebas angin.
2. Pemindahan dengan kawat inokulasi, ujung kawat inokulasi
sebaiknya dari platina atau dari nikrom, lebih dahulu ujungkawat
ini dipijarkan sebelum mengambil inokulum.
3. Pemindahan dengan pipet.
2.18Analisa bahan
2.18.1. Agar
Ekstrak dari sejenis rumput laut merat yang digunakan sebagai
bahan pembuat gel (gelling agent) dalam media biakan
mikroorganisme, makanan, obat-obatan dank krim kosmetik serta
jelli. Agar nutrient terdiri dari kalau yang terbuat dari ekstrak
daging, darah sapi, yang menjadi gel bersama agar kemudian
digunakan untuk membiakan bakteri, jamur, dan beberapa
alya.(Daintith, 1994)2.18.2. NaOH
Padatan putih, hidroskopis, bersifat korosif pada kulit.
Biasanya digunakan untuk membuat sabun, tekstil; digunakan untuk
penyaringan petroleum dan minyak nabati, kertas dan obat; mudah
bereaksi dengan air dan dapat menyebabkan ledakan.(Himanshu,
2004)2.18.3. Bakteri
Bersel tunggal; berfilamen dan bermiselium dari dunia monera;
organism yang paling sederhana dari semua organism yang dikenal;
variasi bentuk bakteri, batang (basil), bulat (kokus), spiral
(spirilium), benang (filament), perbanyakan dengan membelah diri
(reproduksi aseksual) yaitu produksi spora yang disebarkan melalui
udara atau kawasan berflagela; tidak menjjalani meiosis/singami,
tetapi rekombinasi gen terjadi pada banyak bakteri sarutra,
sejumlah kecil autotrof.(Abercrombie, 1997)
2.18.4. Pepton
Fragmen belgar yang dihasilkan pada awal proses hirolisis
protein.(Abercrombie, 1997)2.18.5 Ragi (Ekstrak yeast)
Jamur bersel 1 yang tersebar luas; sebagian besar masuk
ascomycorina; berkembang biak dengan proses pertunasan; digunakan
untuk industry pembuatan minuman beralkohol dan roti; juga
digunakan secara komersial sebagai sumber protein dan vitamin;
sebagai inang pada beberapa tekhnik bioteknologi untuk pengklonan
DNA.(Abercrombie, 1997)
2.18.6. Aquadest
Air murni dari penyulingan; titik didih 1000C; titik bekunya
00C; rumus molekul H2O; tidak berwarna (bening); tidak berasa;
tidak berbau; biasanya sebagai pelarut.(Amiruddin, 1993)
2.18.7. NaCl
Padatan Kristal tanpa warna; larut dalam air dan sedikit larut
dalam etanol; titik didih 14130C; sebagai bahan pengawet dan bumbu
masakan.(Daintith, 1994)III. METODE PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
1. Cawan petri steril
9. Kompor listrik2. Tabung reaksi 10 ml
10. Tutup kapas
3. Erlenmeyer 100 ml
11. Kertas coklat4. Autoklaf
12. Benang kasur
5. Inkubator 6. Jarum Ose 7. Shaker
8. Penangas air
3.1.2. Bahan1. Ragi
2. Pepton
3. NaCl
4. NaOH 5. Bubuk agar
6. Akuadest
7. Suspense
3.2. Skema Kerja
3.2.1. Pembuatan Medium Nutrien Cair
Penambahan 50 ml aquadestPemanasan larutan hingga mendidih
selama 5 menit
Pendinginan
Penambahan aquadest 50 ml lagi
Penyaringan dengan kapas
Pembagian larutan menjadi 2 masing-masing 25 ml
Pensterilan dengan autoklaf selama 20 menit
3.2.2. Pembuatan Medium Nutrien agar
Penambahan 50 ml aquadest
Pemanasan larutan
Pendinginan
Penetralan medium dengan NaOH 1 N
Penambahan aquadest 50 ml lagi
Penyaringan dengan kapas
Penambahan 0,75 g bubuk agar untuk 50 ml aquadest
Pemanasan medium sambil diaduk
Penambahan aquadest hingga volume Penetralan pH menggunakan
NaOH
Penyaringan dengan kapas
Penutupan dengan kapasPenutupan dengan kapasPenutupan dengan
kapas
dan kertas coklatdan kertas coklat dan kertas coklat Pengikatan
dengan benangPengikatan dengan benang Pengikatan dengan
benangPensterilan dengan autoklaf Pensterilan dengan
autoklafPensterilan dengan autoklaf selama 20 menitselama 20 menit
selama 20 menit
Peletakan tabung reaksiPeletakan tabung reaksi Peletakan
erlenmeyer
Pendiaman hingga padatPendiaman hingga padat
3.2.3. Pembuatan Medium Nutrien Cair
Pengambilan dengan jarum osePenggoresan pada permukaan agar pada
petri dishPembalikan petri dish yang telah di inokulasiPemberian
etiket serta bungkus kembaliPenginkubasian pada suhu yang sesuai
370C selama 24-28 jamPengamatan pertumbuhan bakteri Pembandingan
dengan media agar miring dan media cair3.2.4. Menanam bakteri pada
medium Nutrien cair
Pengambilan dengan jarum ose Pemindahan dengan cara mencelupkan
jarum ose kedalam medium Nutrien cair
Penginkubasian pada suhu yang sesuai 370C selama 24-28 jam
sambil diaduk dalam shaker
Pengamatan pertumbuhan bakteri
Pembandingan3.2.5. Menanam bakteri pada agar miring
Pengambilan dengan jarum ase Pemindahan dengan cara penggoresan
jarum ose kedalam medium Nutrien agar miringPenginkubasian pada
suhu yang sesuai 370C selama 24-28 jam sambil diaduk dalam
shaker
Pengamatan pertumbuhan bakteri
Pembandingan dengan media cair
IV. DATA PENGAMATAN NoPerlakuanHasil
1Pembuatan medium nutrient cair
0,5 g ragi+0,25 g pepton+0,25 g NaCl+50 ml air
Pemanasan larutan hingga mendidih dan Pendnginan
Penetralan medium dengan NaOH 1 N sedikit demi sedikit sampai PP
berubah warna pink
Penambahan aquadest 50 ml
Penyaringan dengan kapas
Larutan dibagi 2 : 25 ml
Pensterilan dengan autoklaf selama 20 menit-warna larutan
keruh
-mandidih
-pH 7
-volume lerutan 50 ml yang digunakan filtrat
2Pembuatan medium nutrient agar
Pembuatan nutrient cair seperti langkah 1-5 dan masukan dalam
Erlenmeyer
Penambahan 0,75 g bubuk agar untuk 50 ml aquadest
Pemanasan medium sambil diaduk hingga larut
Penambahan aquadest hingga volume semula dan penyetelan PH
dengan NaOH
Penyaringan dengan kapas
Pemasukan 5 ml medium dalam 2 tabung reaksi lalu tutup dengan
kapas dan kertas cokelat
Pengsterilan semua larutan pada autoklat selama 20 menit, tabung
diletakan miring 300Diperoleh medium nutrient agar
3Isolasi bakteri
Pengambilan bakteri secara aseptic dengan jarum ase
Penggoresan pada permukaan agar pada petridish
Pembalikan petridish yang telah diinokulasi dan pemberian etiket
serta bungkus lagi
Inkubasi pada suhu 370 selama 24-48 jam
Pengamatan pertumbuhan
PembandinganControl
Media padat
4Menanam bakteri pada medium nutrient cair
Ppengambilan secara aseptic dengan jarum ase kedalam medium
nutrient cair
Penginkubasian Pada suhu 370 selama 24-48 jam sambil diaduk
dalam shaker Pengamatan pertumbuhan bakteri dan
pembandinganControl
Media cair
5Menanam bakteri pada agar miring
Pengambilan secara aseptic 1 koloni bakteri dengan jarum ase
Pemindahan dengan cara penggoresan jarum ase kedalam medium
nutrient agar miring
Inkubasi pada suhu 370C selama 24-48 jam
Pengamatan pertumbuhan bakteri
pembandinganControl
Agar miring
V. HIPOTESA
Dari percobaan isolasi dan penanaman mikroba, yang dalam tekhnik
menanam bakteri menggunakan media biakan yaitu medium nutrient cair
dan medium nutrient agar, kemungkinan yang terjadi bakteri akan
lebih mudah diamati pada medium nutrient agar karena agar merupakan
media padat.VI. PEMBAHASAN
Percobaan mikrobiologi Isolasi dan Penanaman Mikroba bertujuan
untuk mengenal dan membuat berbagai macam medium yang digunakan
dalam bidang mikrobiologi, mengenal dan melakukan teknik menanaman
bakteri serta mengisolasi bakteri untuk mendapatkan biakan murni.
Prinsip yang mendasari percobaan ini adalah inokulasi bakteri
dengan konsepsi biakan murni yaitu dengan memisahkan campuran
mokroorganisme sehingga membentuk koloni yang terpisah antara satu
strain atau jenis mikroba dengan mikroba lainnya dengan menumbuhkan
mikroorganisme pada media agar sehingga masing-masing mikroba bisa
tumbuh secara berjauhan dan setiap selnya berhimpun membentuk
koloni.(Burocus ,1961 )
Metode yang digunakan dalam percobaan ini yaitu dengan metode
streak ( penggoresan ). Metode streak dilakukan untuk memperoleh
biakan murni karena pada goresan terakhir akan didapatkan koloni
bakteri yang semakin berjauhan sehingga diharapkan goresan yang
terakhir adalah biakan murni. Penginokulasian bakteri dengan metode
ini dengan menggunakan jarum ase..
Pada percobaan ini digunakan bakteri yang bersifat aerob yaitu
Staphylococcus aureus. Bakteri tersebut diinokulasi pada medium
cair, medium agar, dan medium agar miring. Pada pembuatan medium
nutrient cair digunakan nutrien-nutrien berupa ekstrak ragi,
pepton, dan NaCl. Sedangkan pada medium padat nutrien-nutrien sama
dengan nutrien cair hanya ditambahkan bubuk agar yang berasal dari
alga yang berfungsi sebagai bahan pemadat.
Ekstrak ragi digunakan karena ekstrak ragi mengandung natrium
karbinat dan natrium bikarbonat yang berfungsi sebagai sumber
karbon ( Tarigan, 1988 ). Ragi disini juga berfungsi sebagai sumber
makanan bagi bakteri. Hal ini karena sejumlah mikroorganisme
membutuhkan sejumlah karbon dalam bentuk karbondioksida tetapi
kebanyakan diantaranya juga membutuhkan beberapa senyawa karbon
organik, seperti gula, dan karbohidrat (Waluyo, 2005 ). Pepton juga
berfungsi sebagai protein karena pepton merupakan senyawa organic
dalam bentuk asam-asam amino yang merupakan sumber nitrogen (N),
yang penting bagi pertumbuhan bagi bakteri (Waluyo, 2005 ).NaCl
berfungsi sebagai sumber ion logam Natrium karena semua organisme
hidup membutuhkan beberapa unsure logam seperti natrium, kalium,
magnesium, mangan, besi, tembaga, dan kobalt. Berbagai sumber
tersebut digunakan untuk pertumbuhan yang normal, tidak terkecuali
kuman (Waluyo, 2005). Ketiganya merupakan nutrien-nutien atau unsur
hara yang diperlukan bakteri agar dapat tumbuh dengan baik.
Medium nutrien cair dan padat telah dibuat kemudian disterilkan
dengan dimasukkan kedalam autoklaf. Sebelum medium-medium tersebut
dimasukkan kedalam autoklaf, medium padat yang terdapat dalam cawan
petri harus dibungkus terlebih dahulu dengan kertas kemudian
dibungkus juga dengan plastik. Hal ini dimaksudkan agar cawan patri
tidak basah karena terkena uap air dari autoklaf karena cawan patri
harus berada dalam kondisi tetap kering dan steril. Sedangkan untuk
medium nutrient cair terdapat pada tabung yang masih harus
tertutupi dengan aluminium foil untuk mencegah kontaminasi dari
udara luar.
Autoklaf merupakan alat serupa tangki minyak yang dapat diisi
dengan uap air. Autoklaf memiliki suatu ruangan yang dapat Manahan
tekanan diatas 1 atm. Dalam autoklaf, yang mensterilkan adalah
panas basah, bukan pada tekanannya. Oleh karena itu, setelah air di
dalam tangki mendidih dan mulai terbentuk uap air maka uap air ini
akan mengalir keruangan pensterilan guna mendesak keluar semua
udara di dalamnya. Bila masih ada udara yang tersisa, maka udara
ini akan menambah tekanan didalam ruangan pensteril yang akan
mengganggu naiknya suhu dalam ruangan tersebut (Waluyo, 2005
).Medium tempat penginokulasian bakteri memiliki fungsi
masing-masing. Medium cair ini digunakan untuk menumbuhkan bakteri.
Medium agar digunakan untuk memperoleh biakan murni dan medium agar
miring digunakan untuk menyimpan (stock) bakteri untuk digunakan
lagi di lain waktu.Hal ini penting yang harus diperhatikan dalam
melakukan penanaman bakteri, yaitu lingkungan harus berada pada
kondisi steril atau aseptik. Hal ini dilakukan agar medium tidak
terkontaminasi oleh mikroorganisme lain dan dapat tumbuh dengan
baik, sehingga diperoleh biakan murni. Oleh karena itu, sebelim
peralatan untuk inokulasi dipergunakan, terlebih dahulu harus
dipanaskan dengan pembakar spirtus.Pembakaran merupakan cara
sterilisasi yang 100% efektif, tetapi cara ini terbatas
penggunaannya. Cara ini biasa dipergunakan untuk mensterilkan alat
penanam kuman (jarum ose atau sengkelit) yakni dengan membakarnya
sampai pijar. Dengan cara ini semua bentuk makhluk hidup akan
dimatikan. Pembakaran juga dilakukan untuk bangkai binatang
percobaan yang mati (Waluyo, 2005.) Setelah keluar dari autoklaf,
bakteri kemudian diinokulasi pada medium. Penginokulasian dilakukan
dalam sebuah kolom (incase) yang bertujuan agar medium tidak
terkontaminasi oleh mikroorganisme lainnya (Waluyo, 2005).Medium
untuk penanaman bakteri terdiri dari medium positif, yaitu medium
yang akan ditanami dengan bakteri Staphylococcus aureus dan medium
negatif atau yang disebut kontrol yang berfungsi sebagai pembanding
untuk pengamatan dan tidak dilakukan inokulasi bakteri terhadapnya.
Setelah tahap inokulasi terlalui, kemudian dilakukan inkubasi
selama 24 jam dengan mengatur suhu optimum pertumbuhan bakteri
staphylococcus aureus pada suhu 37oC. Temperatur optimum untuk
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus berkisar antara 25-75o C
sedangkan temperatur minimum antara (-5) (-45)oC. ( Guchanan,
1992). Inkubasi merupakan Alat yang digunakan sebagai tempat
pertumbuhan bakteri yang akan dibiakkan, yang dapat diatur
termperaturnya sehingga sesuai dengan temparatur yang diperlukan
bakteri agar dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan secara optimal.
Pengaturan temperatur pada temperatur optimum tersebut dimaksudkan
agar bakteri mudah berkembang biak dan tumbuh secara optimal.
Penginkubasian dilakukan untuk menumbuhkan bakteri yang akan
dibiakkan sesuai dengan suhu yang diperlukan bakteri untuk tumbuh.
Setelah inkubasi selama 24 jam maka bakteri akan tumbuh pada medium
positif dan kemudian dilakukan pengamatan/pembandingan dengan
medium negatif. Pada medium nutrien cair dapat dibedakan antara
kontrol (medium negatif) dan medium positif. Pada medium positif
tampak terdapat endapan putih pada tabung, sedangkan pada kontrol
berwarna putih dan tidak terdapat endapan. Pada medium padat 1
(agar) terdapat bintik-bintik putih agak terputus-putus dan
jaraknya tidak terlalu rapat (agak berjauhan) dan pada medium padat
2 (agar) terdapat bintik-bintik putih yang bergerombolan seolah
membentuk satu blok, bintik-bintik putih tersebut merupakan biakan
murni bakteri Staphylococcus aureus, sedangkan pada control medium
padat tetap bening dan tidak terdapat bintik-bintik putih. Pada
medium agar miring, medium positif terjadi kekeruhan dimana timbul
bintik-bintik putih yang jaraknya agak berjauhan sehinggan medium
menjadi tampak keruh, sangat berbeda dengan kontrol yang berwarna
putih bening.
KESIMPULAN
8.1. medium yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri pada
percobaan ini adalah medium nutrient cair, medium agar dan medium
agar miring dan bakteri yang digunakan adalah Staphylococcus
aureus.8.2. Teknik penanaman bakteri diantaranya dengan metode
streak (penggoresan).
8.3. Hasil yang penginokulasian bakteri pada medium nutrien
cair, pada control berwarna putih dan tidak terdapat endapan
sedangkan pada meium cair terdapar endapan putih.
8.4. Hasil penginokulasian bakteri pada medium agar pada control
pada bening sedangkan pada media padat 1 dan media padat 2 terdapat
bintik-bintik putih yang menggerombolan membentuk koloni
8.5. Hasil dari penginokulasian bakteri pada medium agar miring,
pada control berwarna putih sedang pada medium agar medium miring
terjadi kekeruhan dimana timbul bintik-bintik putih yang jaraknya
agak berjauhan.
DAFTAR PUSTAKA Anantharayan dan R.P. Jayaran.1979. Textbook of
Microbiology.Bombay Calcuta : New Delhi
Arsyad, M.2001.Kamus Kimia.Gramedia : Jakarta
Basri, Sarjoni.1996.Kamus Kimia. Rineka Cipta : Jakarta
Burrows, W. 1961.Textbook of Microbiology. WB Soundeng Company:
Phyladelphhia
Daintith, John.1994.Kamus Lengkap Kimia. Erlangga : Jakarta
Guchanon, E.R dan E.N Gibsons.1992.Bergeys Manual of Deteminate
Bacteriology,8th Edition. The Willians and Wilkins Company : New
York
Handoko, Sriani.2000. Mikrobiology Dasar . Universitas
Diponegoro : Semarang
Kingsburd, Dtetal.1985. Microbiology . John Willey & Sons :
New York
Mulyono.2005. Kamus Kimia. Ganessa Siratama: Bandung
Pelezar, J.M and E.C.S. Chan.1996. Dasar-dasar Mikrobiology. UI
Press : Jakarta
Pudjaatmaka, Hadyana.2002.Kamus Kimia. Balai Pustaka :
Jakarta
Salle,A.J.1973. Fundamental Principle of Bacteriology. Mc Graw
Hills : USA
Sutedjo, M. 1996. Mikrobiology Tanah. Rineka Cipta: Jakarta
Volk, W.A.1991. Microboilogy Dasar alih bahasa. Erlangga :
Jakarta
Waluyo, L. 2004. Microbology Umum. UMM Press : Malang
0,15 g ragi + 0,25 g pepton + 0,25 g NaCl
Erlenmeyer
Hasil
0,15 g ragi + 0,25 g pepton + 0,25 g
Erlenmeyer
Filtrat
Erlenmeyer
erlenmeyer
Sisa larutan
Tabung reaksi
5 mL larutan
Tabung reaksi
5 mL larutan
Hasil
Hasil
Hasil
Stok bakteri
Gelas bekker
Hasil
Stok bakteri
Gelas bekker
Hasil
Stok bakteri
Gelas bekker
Hasil