perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DALAM PROSES MENYUSUI ANTARA IBU PRIMIPARA DAN MULTIPARA DI RSUD KOTA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan Shinta Ratna Anggraini R 0107011 PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DALAM PROSES MENYUSUI
ANTARA IBU PRIMIPARA DAN MULTIPARA
DI RSUD KOTA SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
Shinta Ratna Anggraini
R 0107011
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Shinta Ratna Anggraini. R0107011. 2011. Perbedaan Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui Antara Ibu Primipara dan Multipara di RSUD Kota Surakarta. Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada masa pascanatal, orang tua terutama ibu akan menghadapi tuntutan bayi baru lahir seperti menyusui bayi. Keputusan ibu untuk menyusui atau tidak berkaitan dengan pengalaman menyusui pada anak sebelumnya. Rasa sakit dan nyeri yang dialami akibat trauma perineum akan menimbulkan perasaan lelah, putus asa dan tidak bahagia yang berkaitan dengan tuntutan ibu untuk menyusui bayinya. Tuntutan tersebut bagi seorang ibu akan dirasa berat sehingga dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti kecemasan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan multipara. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian sebanyak 83 orang ibu menyusui di RSUD Kota Surakarta selama bulan Mei 2011. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data diri dan skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui. Analisis data menggunakan teknik independent t-test dengan bantuan program SPSS for windows versi 17. Hasil penelitian diperoleh skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara sebesar 78,37 dan bagi ibu multipara sebesar 69,70. Hasil analisis data independent t-test menunjukkan nilai significancy (p) sebesar 0,000 (p < 0,05). Kesimpulan dari hasil analisis adalah terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dimana tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara lebih tinggi daripada ibu multipara. Kata Kunci : tingkat kecemasan dalam proses menyusui, primipara, multipara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT atas rahmat dan taufik-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul Perbedaan Tingkat Kecemasan Dalam Proses
Menyusui Antara Ibu Primipara dan Multipara di RSUD Kota Surakarta.
Selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. H. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG(K) selaku Ketua Program Studi D IV
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Sri Mulyani, S.Kep, Ns., M.Kes. Sekretaris Program Studi DIV Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Erindra Budi C, S. Kep Ns, M. Kes selaku Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah
4. M. Nur Dewi K, Amd., SST., M. Kes pembimbing utama atas segala petunjuk,
bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis.
5. Muthmainah dr, M. Kes pembimbing pendamping atas segala petunjuk,
bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis.
6. Direktur, staf dan karyawan RSUD Kota Surakarta.
7. Penguji atas segala petunjuk, motivasi dan saran bagi penulis
8. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Penulis menyadari keterbatasan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini,
sehingga kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan.
Akhirnya, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa pasca persalinan, orang tua terutama ibu akan menghadapi
tuntutan bayi baru lahir seperti menyusui bayi, tuntutan keuangan dan
penyesuaian terhadap perubahan peran dan hubungan. Hal ini dapat
menimbulkan respons emosi yang bermacam-macam. Perasaan yang dimiliki
oleh ibu terhadap bayinya bersifat kompleks dan kontradiktif. Di ujung
spektrum yang positif, ibu sangat menyayangi bayinya, merasa sangat senang
dan puas dengan pengalaman persalinannya namun di ujung spektrum yang
negatif, ibu merasakan trauma dengan pengalaman kehamilan dan
persalinannya (Freser, 2009).
Masa pasca persalinan sering merupakan waktu yang sangat
mencemaskan bagi seorang wanita yang baru pertama kali menjadi ibu karena
dituntut untuk dapat menyusui dan merawat bayinya (Freser, 2009). Sekitar
80% ibu postpartum akan mengalami periode emosional yaitu postpartum
blues. Ibu akan mengalami perubahan mood, cemas, pusing serta perasaan
sedih dan salah satu penyebabnya adalah kegiatan menyusui bayi (Bahiyatun,
2006).
Keputusan ibu untuk menyusui atau tidak berkaitan erat dengan
pengalaman menyusui pada anak sebelumnya. Ibu yang pertama kali
menyusui dianggap belum berpengalaman dibandingkan dengan ibu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
sudah memiliki anak sebelumnya (Suradi, 2004). Pada ibu yang memutuskan
untuk menyusui bayinya mungkin akan menjadi orang yang malang dan selalu
khawatir selama beberapa bulan setelah persalinan. Rasa sakit dan nyeri yang
dialami akibat trauma jalan lahir akan mempengaruhi libido sehingga
menimbulkan perasaan lelah, putus asa dan tidak bahagia yang berkaitan
dengan tuntutan untuk merawat bayi yang baru lahir (Freser, 2009). Tuntutan
menyusui bayi bagi seorang ibu akan dirasa berat sehingga dapat
menimbulkan gangguan psikologis seperti kecemasan (Purnama, 2008).
Kecemasan disebabkan oleh pengaruh biologis, sosial, psikologis
(Durand, 2006). Ketika merasa cemas, individu akan merasa tidak nyaman,
takut dan memiliki firasat akan ditimpa malapetaka. Kecemasan merupakan
alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu
(Videbeck, 2008). Beberapa bukti menunjukkan bahwa periode kehamilan,
persalinan dan pascanatal merupakan masa terjadinya stress yang hebat,
kecemasan, gangguan emosi dan penyesuaian diri (Fairlie et al, 2009).
Penelitian tentang tingkat kecemasan dalam menyusui pernah dilakukan
oleh Luqman Indra Purnama dari Universitas Jember dengan judul “Hubungan
Tingkat Kecemasan Ibu Post Partum Primipara dengan Kelancaran
Pengeluaran ASI di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember”. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan adanya hubungan tingkat kecemasan ibu post partum
primipara dengan kelancaran pengeluaran ASI dimana semakin tinggi
kecemasan ibu post partum maka semakin sedikit ASI yang keluar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Kota
Surakarta, didapatkan hasil bahwa jumlah persalinan dan ibu nifas selama 1
bulan berkisar 70-100 pasien. Dari 10 orang ibu nifas yang terdiri dari 5 orang
ibu primipara dan 5 orang ibu multipara yang berhasil ditemui pada tanggal
14-16 Februari 2011, didapatkan data 80% ibu primipara mengatakan
mengalami kecemasan saat pertama kali menyusui bayinya dan sebanyak 20%
dari ibu multipara juga menyatakan pendapat yang sama.
Oleh karena itu, peneliti tertarik mengadakan penelitian lebih dalam
untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara
ibu primipara dan multipara di RSUD Kota Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Apakah ada perbedaan
tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan
multipara?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam proses
menyusui antara ibu primipara dan multipara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
b. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada
ibu primipara.
2) Untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada
ibu multipara.
3) Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam proses
menyusui antara ibu primipara dan multipara.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Diharapkan dapat memberikan masukan ilmiah mengenai kondisi
psikologis, khususnya kecemasan dalam proses menyusui yang dialami
ibu primipara dan multipara.
b. Manfaat aplikatif
1) Bagi ibu
Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi ibu menyusui dalam
mewaspadai perubahan psikologis pada saat menyusui.
2) Bagi profesi
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan
selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam upaya membantu,
mencegah dan mengatasi kecemasan dalam proses menyusui.
Profesi ini terkait dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab
terhadap masalah kesehatan masyarakat seperti bidan, dokter atau
tenaga kesehatan lainnya, psikolog maupun masyarakat umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tingkat Kecemasan dalam Proses Menyusui
a. Pengertian tingkat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) tingkat adalah
susunan berlapis yang menyatakan kualitas atau keadaan lebih tinggi
atau lebih rendah yang dihubungkan dengan titik tertentu.
b. Kecemasan
1) Pengertian kecemasan
Kecemasan (ansietas) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya (Stuart, 2006). Kecemasan memberikan sinyal untuk
menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam
dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk
mengatasi ancaman (Kaplan & Sadock, 2005). Kecemasan juga
berhubungan dengan pengalaman dan pemahaman tentang sesuatu
yang baru (Kaplan & Sadock, 2005 ; Suradi, 2004).
2) Penyebab kecemasan.
Penyebab kecemasan terdiri dari berbagai sumber. Menurut
Durrand (2006), kecemasan disebabkan dari berbagai kontribusi-
kontribusi sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
a) Kontribusi biologis.
Banyak bukti penelitian menunjukkan bahwa manusia
mewarisi kecenderungan untuk tegang atau gelisah. Kontribusi-
kontribusi kecil dari berbagai macam gen di berbagai wilayah
kromosom membuat seseorang rentan mengalami kecemasan.
Kecemasan juga berhubungan dengan sirkuit otak dan system
neurotransmitter tertentu. Daerah otak yang paling sering
berhubungan dengan kecemasan adalah sistem limbik. Sebuah
penelitian mengidentifikasi adanya sirkuit otak dalam sistem
limbik yang dapat menimbulkan kecemasan.
b) Kontribusi psikologis.
Kecemasan adalah reaksi psikis terhadap bahaya di seputar re-
aktivasi situasi menakutkan pada masa kanak-kanak. Pada
masa tersebut, seseorang menyadari bahwa tidak semua
kejadian dapat dikontrol. Kontinum untuk persepsi ini
bervariasi dari keyakinan penuh atas kemampuan untuk
mengontrol semua aspek kehidupan hingga ketidakpastian
seseorang mengatasi berbagai kejadian di masa datang.
Kemampuan untuk mengontol diri menimbulkan action
tendency (kecenderungan untuk bertindak) yang disebut dengan
emosi. Fungsi utama emosi dapat dipahami sebagai penuntun
seseorang untuk melakukan tindakan sebagai respons adanya
kejadian eksternal. Berbagai keadaan emosional yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
menyertai individu dalam bertindak dan berucap disebut
dengan afek. Afek negatif dialami oleh individu yang
cenderung takut, cemas, gelisah dan depresi. Afek positif
merangkum berbagai kecenderungan untuk merasa senang,
riang, gembira dan sebagainya.
c) Kontribusi sosial.
Peristiwa yang menimbulkan stres dapat memicu kerentanan
seseorang terhadap kecemasan. Peristiwa tersebut sebagian
besar bersifat pribadi seperti masalah perkawinan, perceraian,
masalah di tempat kerja, tekanan sosial dan sebagainya.
Sebagian lainnya mungkin bersifat fisik seperti cedera atau
penyakit.
d) Model integratif.
Model integratif atau triple vulnerability theory merupakan
integrasi dari kontribusi biologis, psikologis dan sosial dalam
perkembangan teori kecemasan. Triple vulnerability theory
dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan dan
melindungi dirinya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b) Kecemasan sedang
Merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu
yang benar-benar berbeda sehingga individu menjadi gugup.
c) Kecemasan berat
Dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda
dan ancaman sehingga ia memperlihatkan respons takut dan
distress.
d) Panik
Merupakan tingkatan tertinggi dari kecemasan. Pada tingkatan
ini semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut
mengalami respons fight, flight, atau freeze.
4) Gejala kecemasan
Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua
manusia. Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama
kecemasan cenderung bervariasi dari orang ke orang (Kaplan &
Sadock, 2005). Terdapat empat tingkatan kecemasan yakni ringan,
sedang, berat dan panik (Tabel 2.1). Pada masing-masing tahap,
individu memperlihatkan perubahan perilaku, kemampuan kognitif,
dan respons emosional ketika berupaya menghadapi kecemasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Tabel 2.1 Tingkat respons kecemasan
Tingkat kecemasan
Respons fisik Respons kognitif Respons emosional
Ringan (1+)
Ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian, rajin
Lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya diri, perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat pembelajaran optimal
Perilaku otomatis, sedikit tidak sabar, aktivitas menyendiri, terstimulasi, tenang
Sedang (2+)
Ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, memukulkan tangan, suara berubah, kewaspadaan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
Lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
Tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak sabar, gembira
Berat (3+) Ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, tindakan tanpa tujuan, rahang menegang, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondar-mandir, meremas tangan
Lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecah-pecah, sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan ancaman, egosentris
Sangat cemas, agitasi, takut, bingung, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas
Panik (4+) Fight, flight, freeze, ketegangan otot meningkat, tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur, hormone stress dan neurotransmitter berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga
Persepsi sangat sempit, pikiran tidak logis, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, tidak rasional, halusinasi
Merasa terbebani, merasa tidak mampu, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, sangat takut, kaget, lelah
Sumber : Videbeck, 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c. Menyusui
1) Pengertian menyusui
Menyusui adalah cara pemberian makanan yang alamiah
kepada bayi dari payudara ibu. Keberhasilan menyusui tidak
diperlukan alat-alat yang khusus dan biaya yang mahal karena
hanya diperlukan kesabaran, waktu, pengetahuan tentang menyusui
serta dukungan dari lingkungan dan suami (Handayani, 2007).
2) Perilaku bayi saat menyusui
Ibu harus mengetahui bahwa jika seorang bayi tidak lapar,
bayi tidak akan mencari puting. Bayi biasanya mengantuk selama
beberapa hari dan pada mulanya bukan merupakan pengisap yang
baik (Berhman, 2006). Pada 24 jam pertama, bayi mengonsumsi 7
ml susu setiap kali menyusu dan pada 24 jam kedua konsumsi
meningkat hingga 14 ml setiap kali menyusu (Fraser, 2009). Bayi
cukup bulan akan dengan cepat menaikkan masukkannya dari 30
ml sampai 80-90 ml setiap 3-4 jam pada usia 4-5 hari (Berhman,
2006).
d. Tingkat kecemasan dalam proses menyusui
1) Pengertian
Tingkat kecemasan dalam proses menyusui adalah suatu keadaan
atau tahapan yang menyebabkan adanya perubahan psikologis ibu
selama proses menyusui (Handerson, 2005). Kecemasan tersebut
berkaitan erat dengan kondisi psikologis ibu pada masa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
postpartum. Pada masa postpartum terdapat periode yang akan
menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih
menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Berdasarkan
teori Reva Rubin, ibu akan mengalami tiga tahapan perubahan
psikologi pada periode postpartum yaitu :
a) Taking in
Terjadi 1-2 hari setelah melahirkan. Pada umumnya ibu pasif
dan perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya. Ibu
akan terus menceritakan pengalamannya waktu bersalin.
Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan
biasanya bertambah.
b) Taking hold
Terjadi 2-4 hari postpartum. Perhatian ibu tertuju pada fungsi-
fungsi tubuh dan kemampuannya menjadi orang tua yang
sukses sehingga ibu akan berusaha keras menguasai
keterampilan merawat dan menyusui bayi. Nasihat dari bidan
sangat diperlukan agar kepercayaan diri ibu timbul.
c) Letting go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah sehingga harus
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kebutuhan bayi. Hal
ini akan menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan
dan berhubungan sosial.
(Bahiyatun, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Sekitar 80% ibu postpartum akan mengalami periode
emosional stress pada hari ke-3 sampai dengan hari ke-10 yang
disebut dengan postpartum blues. Ibu akan mengalami perubahan
mood, cemas, pusing serta perasaan sedih dan sendiri. Periode ini
akan hilang dengan sendirinya namun tetap diperlukan dukungan
psikososial. Penyebab timbulnya postpartum blues adalah :
a) Perubahan kadar hormon yang terjadi secara cepat (perubahan
kadar estrogen, progesterone, dan prolaktin).
b) Ketidaknyamanan yang didapatkan (payudara bengkak, nyeri
persalinan).
c) Menyusui dengan ASI.
d) Perubahan pola tidur.
(Bahiyatun, 2009)
2) Faktor –faktor yang menyebabkan kecemasan ibu dalam proses
menyusui
a) Stressor psikososial
Stressor psikososial adalah suatu peristiwa atau kejadian
yang mengakibatkan seseorang harus melakukan penyesuaian
atau adaptasi terhadap kondisi yang dialami tersebut. Setiap
orang mempunyai kekuatan atau ketahanan tertentu terhadap
stressor yang dialaminya. Ketahanan terhadap stressor
mengakibatkan perbedaan reaksi yang berbeda-beda pada tiap
orang (Elvira, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Menyusui merupakan pengalaman baru yang dapat
menjadikan stressor bagi ibu primipara (Nichol, 2005).
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin mengalami
berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui bagaimana
cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana (Bahiyatun, 2009).
Ibu primipara sering membutuhkan lebih banyak informasi
praktis tentang cara menyusui, menggendong, menenangkan,
dan merawat bayi baru lahir (Handerson, 2005).
Ibu multipara cenderung lebih berpengalaman
dibandingkan dengan ibu primipara sehingga segala
permasalahan yang akan timbul terkait menyusui dapat segera
diantisipasi. Kecemasan ibu multipara lebih terkait dengan
sikap saudara kandung (sibling) terhadap bayi yang baru lahir
(Handerson, 2005).
b) Usia ibu
Martadisoebrata dalam Handayani (2007) mengatakan
bahwa umur sangat menentukan kondisi maternal dan berkaitan
dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan menyusui bayi. Ibu
yang berumur kurang dari 20 tahun dianggap belum matang
secara fisik dan psikologi dalam menghadapi peran baru
sebagai orang tua sedangkan ibu yang berumur diatas 35 tahun
dianggap berbahaya karena fisiknya sudah jauh berkurang.
Menurut Hurlock (dalam Handayani, 2007), ibu yang berumur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
20-35 tahun disebut sebagai “masa dewasa” dimana masa ini
diharapkan orang telah mampu memecahkan masalah yang
dihadapi dengan tenang secara emosional.
c) Dukungan sosial (terutama dari keluarga dan suami).
Faktor eksternal seperti kurangnya dukungan keluarga,
masyarakat dan tenaga kesehatan juga mempengaruhi
timbulnya rasa cemas bagi ibu dalam menyusui bayinya. Ibu
yang sebelumnya sudah mendapatkan kesulitan dalam
menyusui dan mendapat perhatian maupun dukungan yang
kurang dari lingkungan sekitar akan membuat ibu putus asa dan
frustasi (Fraser, 2009). Dukungan psikologis sangat diperlukan
agar ibu memiliki rasa percaya diri untuk menyusui bayinya
(Bahiyatun, 2009).
d) Kondisi bayi
Kondisi bayi juga memberikan kontribusi kecemasan bagi
ibu dalam menyusui bayi. Ibu yang mendapati bayinya lahir
dengan kondisi yang berkebutuhan khusus (misal prematur)
akan membuat ibu merasa kesulitan dan cemas dalam
menyusui bayinya (Kodrat, 2010).
e) Ketidaknyamanan payudara ibu
Masalah lain yang terkait dengan timbulnya kecemasan
dalam proses menyusui adalah adanya ketidaknyamanan pada
payudara yang kerap menghampiri ibu primipara seperti adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pembengkakan pada payudara, puting lecet, saluran tersumbat,
mastitis, abses payudara, kelainan anatomi puting atau bayi
enggan menyusu (Bahiyatun, 2009).
2. Pengertian primipara dan multipara
Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekali dengan janin
mencapai titik mampu bertahan hidup. Multipara adalah seorang wanita
yang telah mengalami dua kehamilan atau lebih dengan janin mencapai
titik mampu bertahan hidup (Varney, 2006). Primipara dan multipara
merupakan penjabaran dari paritas. Paritas adalah jumlah kehamilan yang
berakhir dengan kelahiran bayi atau bayi telah mencapai titik mampu
bertahan hidup. Titik ini dipertimbangkan dicapai pada usia kehamilan 20
minggu atau berat janin 500 gram (Varney, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
B. Kerangka Konsep
Keterangan :
Gambar 2.1 Diagram kerangka konsep
: Diteliti : tidak diteliti
· Stressor psikososial · Dukungan keluarga · Kondisi bayi · Ketidaknyamanan
payudara
Belum berpengalaman
Variabel bebas : paritas ibu menyusui
Masa nifas
Ibu multipara Ibu primipara
Postpartum blues
Mengulang pengalaman
Variabel tergantung : Tingkat kecemasan dalam
proses menyusui
Perubahan hormonal
Tekanan (stressor)
Psikologi ibu
Sense of control
Emosi
Afek negatif (ucapan dan tindakan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka konsep yang ada, maka dapat diambil
hipotesis sebagai berikut :
Ibu primipara lebih cemas dibandingkan dengan ibu multipara dalam proses
menyusui.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik
dengan pendekatan kasus cross sectional dimana variabel bebas (faktor risiko)
dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama
(Taufiqurrahman, 2005). Penelitian ini mempelajari ukuran perbedaan tingkat
kecemasan dalam proses menyusui (efek) yang dialami ibu primipara dan
multipara (faktor risiko).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di RSUD Kota Surakarta yang
beralamatkan di Kecamatan Banjarsari dengan alokasi waktu penelitian pada
bulan Mei 2011.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi Penelitian
a. Populasi target
Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu primipara dan multipara
yang menyusui bayinya di RSUD Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Populasi aktual
Populasi aktual dalam penelitian ini sebanyak 83 ibu menyusui yang
terdiri dari ibu primipara dan multipara di RSUD Kota Surakarta pada
bulan Mei 2011.
2. Sampel dan Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive sampling
dimana penentuan subjek penelitian berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat
tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Taufiqurrahman,
2005)
3. Estimasi Besar Sampel
Rata-rata persalinan perbulan di RSUD Kota Surakarta sebesar 70-
100 persalinan. Berdasarkan Sugiyono (2009), ukuran sampel yang layak
digunakan dalam penelitian adalah 30 sampai dengan 500 dengan jumlah
sampel dalam setiap ketegori minimal 30 sampel sehingga sampel minimal
yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 30 sampel untuk kelompok
primipara maupun multipara.
4. Kriteria Restriksi
a. Kriteria inklusi
1) Ibu primipara dan multipara 3 hari postpartum.
2) Ibu primipara dan multipara yang melahirkan normal.
3) Ibu primipara dan multipara yang berusia 20-35 tahun.
4) Ibu primipara dan multipara yang menyusui bayinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
5) Ibu primipara dan multipara yang mendapatkan perawatan rooming
in dengan bayinya.
b. Kriteria eksklusi
1) Ibu primipara dan multipara yang tidak bersedia mengikuti
penelitian.
2) Ibu primipara dan multipara yang masih mendapatkan perawatan
intensif pasca persalinan
3) Ibu primipara dan multipara yang memiliki kelainan anatomi
payudara
4) Ibu multipara yang belum memiliki pengalaman menyusui karena
kondisi-kondisi tertentu.
D. Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1 Definisi operasional variabel
No. Variabel Definisi operasional Pengukuran
Alat ukur Skala 1. Variabel
bebas : paritas ibu menyusui
Paritas ibu menyusui sebagai primipara dan multipara. Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Sedangkan multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua kehamilan atau lebih dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup (Varney, 2006)
Kuesioner Nominal
2. Variabel tergantung : tingkat kecemasan
Tingkat kecemasan dalam menyusui yang dialami ibu dalam 3 hari postpartum yang meliputi aspek fisiologis, kognitif dan afektif.
Skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui
Interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
E. Cara Kerja
1. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
yang terdiri dari :
a. Kuesioner data diri
Meliputi nama, usia, alamat, jumlah kehamilan, jumlah
persalinan, jumlah pemberian ASI, lama memberikan ASI dan
penyebab berhenti memberikan ASI
b. Skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui
Skala tingkat kecemasan ibu menyusui disusun oleh peneliti
berdasarkan respons kecemasan yang diungkapkan oleh Videbeck
(2008) meliputi respons fisik, kognitif dan emosional. Skoring item
skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan sistem
penilaian skala Likert yang terdiri dari 5 alternatif jawaban yang telah
dimodifikasi menjadi 4 alternatif jawaban dengan menghilangkan
skala ragu-ragu atau tidak tentu (TT) sehingga diharapkan responden
dapat memberikan jawaban yang pasti.
Item-item dalam skala meliputi pernyataan yang mendukung
(favorable statement) dan pernyataan yang tidak mendukung
(unfavorable statement) dengan jumlah yang seimbang. Variasi
jawaban yang tersedia untuk kedua pernyataan tersebut adalah sangat
sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai
(STS) (Suryabrata, 2003). Skor untuk pernyataan favorable statement
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
terdiri dari skor 4 (SS), 3 (S), 2 (TS) dan 1 (STS). Sedangkan skor
untuk pernyataan unfavorable statement terdiri dari 4 (STS), 3 (TS), 2
(S) dan 1 (SS).
Tabel 3.2 Kisi-kisi Skala Kecemasan dalam Menyusui