perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ANAK BALITA DARI ORANG TUA LENGKAP DENGAN ORANG TUA BERCERAI Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pelayanan Kedokteran Keluarga Yusuf Alam Romadhon S 520 908 013 PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ANAK BALITA DARI ORANG TUA LENGKAP
DENGAN ORANG TUA BERCERAI
Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pelayanan Kedokteran Keluarga
Yusuf Alam Romadhon
S 520 908 013
PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ANAK BALITA DARI ORANG TUA LENGKAP
DENGAN ORANG TUA BERCERAI
Disusun oleh :
Yusuf Alam Romadhon
S 520 908 013
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada tanggal : ..........................................
Nama Tanda tangan Pembimbing I : Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr. MS .......................................... NIP. 194811071973101003 Pembimbing II : dra. Suci Murti Karini, MSi .......................................... NIP. 195405271980032001
Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. MM. M.Kes. PAK NIP. 194803131976101001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ANAK BALITA DARI ORANG TUA LENGKAP
DENGAN ORANG TUA BERCERAI
oleh :
Yusuf Alam Romadhon
S 520 908 013
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal : ..........................................
Jabatan Nama Tanda tangan Ketua Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. MM. M.Kes. PAK .......................... Sekretaris Prof Dr dr Harsono Salimo SpA (K) ........................
Anggota Penguji
1. Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr. MS .......................... 2. dra. Suci Murti Karini, MSi ..........................
Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan kelompok usia 39
Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan status gizi berat badan (BB/U) 40
Tabel 3 Distribusi responden berdasar status gizi tinggi badan (TB/U) 41
Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan status perkembangan umum 42
Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan status perkembangan
personal sosial
43
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasar Perkembangan Motorik Halus 44
Tabel 7 Distribusi Responden Berdasar Perkembangan Bahasa 45
Tabel 8 Distribusi responden berdasar status perkembangan motorik
kasar
46
Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan pendapatan orang tua 47
Tabel 10 Uji normalitas berdasarkan two – sample Klomogorov –
Smirnov test
48
Tabel 11 Hasil Uji Statistik Non Parametrik untuk menguji kemaknaan
statistik perbedaan variabel pendapatan orang tua antara
kelompok orang tua lengkap dan cerai
49
Tabel 12 Hasil uji t untuk menguji kemaknaan statistik perbedaan
variabel status gizi tinggi badan (TB/U), status gizi berat badan
(BB/U), status perkembangan umum, status personal sosial,
motorik halus, bahasa dan motorik kasar anak balita antara
kelompok orang tua lengkap dan bercerai
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka pemikiran perbedaan status gizi dan
perkembangan antara anak balita dari keluarga lengkap
dengan keluarga bercerai
29
Gambar 3.1. Alur penelitian perbedaan status gizi dan perkembangan
antara anak balita dari keluarga lengkap dengan keluarga
bercerai
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Instrumen Penilaian Perkembangan Denver II
Lampiran 3 Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Perkembangan Denver II
Lampiran 4 Data Dasar Hasil Penelitian
Lampiran 5 Hasil Pengolahan Data Dengan Menggunakan SPSS versi 16
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK
Yusuf Alam Romadhon, S 520 908 013. Perbedaan Status Gizi Dan Perkembangan Antara Anak Balita Dari Orang Tua Lengkap Dengan Orang Tua Bercerai. Pembimbing I : Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr. MS, Pembimbing II : dra. Suci Murti Karini, Msi. Tesis untuk Program Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011
Secara global mulai bertambah jumlah anak yang dibesarkan oleh orang tua yang bercerai. Di Amerika lebih dari 1 juta anak mengalami peristiwa perceraian orang tua mereka. Di Indonesia data anak yang mengalami peristiwa perceraian orang tua belum ada, laju angka perceraian meningkat 10 kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir. Sejauh ini masih terbatas jumlah penelitian yang mengkaji perbedaan status gizi dan perkembangan antara anak balita dari kelompok orangtua bercerai dengan kelompok orang tua lengkap.
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan comparative study. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah pada bulan Januari 2011 sampai dengan Februari 2011. Populasi penelitian adalah anak balita yang menjadi anggota posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo, sebanyak 10.165 anak balita (N) yang tersebar di duabelas desa. Sampel sebanyak 58 anak balita (n) terdiri dari 29 anak balita dari kelompok orang tua bercerai dan 29 anak balita dari orang tua lengkap. Data dianalisis menggunakan software SPSS versi 16, analisis perbedaan dengan memakai Mann Whitney untuk variabel pendapatan orang tua (non parametrik), memakai uji t untuk variabel status gizi berat badan (BB/U), status tinggi badan (TB/U), status perkembangan umum, perkembangan personal sosial, status perkembangan motorik halus, status perkembangan bahasa, dan status perkembangan motorik kasar (parametrik).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan signifikan terdapat pada status gizi berat badan (BB/U) [p = 0,014], status perkembangan umum [p = 0,011], status perkembangan personal sosial [p = 0,007], status perkembangan motorik halus [p = 0,044], status perkembangan bahasa [p = 0,016], dan pendapatan keluarga dibanding UMK [p = 0,001].
Kata kunci : perceraian, status gizi, status perkembangan, anak balita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRACT
Yusuf Alam Romadhon, 2011, S 520 908 013. The difference of nutritional and developmental status between children before five year from complete and divorce parent. First Supervisor : Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr. MS, Second supervisor : dra. Suci Murti Karini, Msi. Thesis : Masters Program in Family Medicine, Post-Graduate Programe, Sebelas Maret University.
Globally, there are growing number children lived with divorce parent. In US more than 1 milion children experience divorce of their parents. In Indonesia, no available data about number of children lived with divorce parent, the divorce rate increase 10 time in recent decade. Until recent, restricted study that explore the difference of nutritional and developmental status between children before five year from complete and divorce parent.
Study design is analytic using comparative study approach. The study was conducted in Kartasura, Sukoharjo, Central Java, between January and February 2011. The population study is children under five year that regristered as member of comprehensive care station (posyandu) in Center of Community Health Care (Puskesmas) Kartasura district, 10.165 children (N) distribute in tweleve villages. 58 children included as sample (n) in this study, comprise 29 children from divorce parent group and 29 children from complete parent group. The statistical significant difference variables were analyzed by use of Mann Whitney for parent income variable (non parametric) and use of t test for weight status (weight-for-age), height status (height-for-age), general development status, social personal developmental status, fine motoric developemental status, language developental status, gross motoric developmental status. All analysis employing SPSS version 16 software.
Results of the study show, there are significant difference in nutritional status (weight-for-age) [p = 0,014], general developmental status [p = 0,011], social personal developmental status [p = 0,007], fine motoric developmental status [p = 0,044], language developmental status [p = 0,016], and family income compare with regional minimum salary [p = 0,001].
Key words : divorce, nutritional status, developmental status, children under five
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Periode penting tumbuh kembang anak adalah masa balita. Pada masa
ini terjadi pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Perkembangan anak akan optimal bila
interaksi sosial berjalan sesuai dengan kebutuhan anak pada setiap tahap
perkembangannya (Soetjiningsih, 1998). Idealnya proses tumbuh kembang
anak balita didampingi oleh kedua orang tuanya secara utuh bersama. Keluarga
yang stabil dan berfungsi baik, terdiri dari dua orang tua beserta anak,
berpotensi memberikan keamanan dan dukungan dalam menciptakan
lingkungan pengasuhan yang optimal bagi tumbuh kembang anak (American
Academic of Pediatric, 2003; Thomas et al, 2007).
Dalam perkembangan di masyarakat terakhir, muncul fenomena baru
yaitu mulai bertambahnya jumlah anak yang dibesarkan oleh orang tua yang
bercerai (Fergusson et al, 2007; Kliegman et al, 2007). Di Amerika Serikat
setiap tahun, terdapat lebih dari 1 juta anak mengalami perceraian orang tua
mereka. Di tahun 1995, kurang dari 60% anak-anak Amerika hidup dengan
kedua orang tua biologis, hampir 25% tinggal dengan ibu, sekitar 4 % tinggal
bersama ayah dan sisanya tinggal bersama keluarga sambung, keluarga adopsi,
atau keluarga angkat (Bryner, 2001). Angka perceraian mencapai puncaknya di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tahun 1979 – 1981 pada angka 5,3 per 1000 orang, turun pada tahun 1995
mencapai 4,4 per 1000 orang (Cohen, 2002). Separoh lebih pernikahan pertama
maupun kedua berakhir dengan perceraian (Cohen, 2002; Kliegman et al,
2007; Grable et al, 2007). Di tahun 2005 angka perceraian di Amerika Serikat
mencapai 3,6 per seribu penduduk (sekitar 1,07 juta perceraian), merupakan
salah satu tertinggi di dunia, walaupun turun di beberapa tahun terakhir
(Roustit et al, 2007; Amato & Marriot, 2007). Sedangkan di Kanada dalam 40
tahun terakhir, perubahan struktur keluarga berpengaruh signifikan terhadap
kesehatan jiwa populasi remaja dan kesehatan masyarakat. Setelah diterimanya
Undang-undang Perceraian tahun 1968, angka perceraian meningkat lima kali
dari akhir 1960an sampai pertengahan tahun 1980an; dan di akhir tahun
1980an terdapat hampir 74.000 anak dari perceraian (Roustit et al, 2007).
Secara nasional di Indonesia, perceraian meningkat 10 kali lipat dalam
sepuluh tahun terakhir. Di tahun 1998 rata-rata angka perceraian mencapai
20.000 kasus setiap tahunnya, melonjak tajam menjadi 200.000 kasus pada
tahun 2008 (Umar, 2009). Di antara negara Islam, angka perceraian setiap
tahun di Indonesia berada di peringkat tertinggi. Setiap tahun ada 2 juta
perkawinan, tetapi setiap 100 orang yang menikah, 10 pasangan bercerai,
sebagian besar baru berumah tangga (Umar, 2007). Perceraian di kabupaten
Sukoharjo, dengan penduduk lebih dari 800 ribu dengan 12 kecamatan, dalam
periode 6 bulan terakhir rata-rata 100 kasus per bulannya (Pengadilan Agama
Sukoharjo, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Dari kepustakaan lebih banyak didapatkan penelitian yang mengaitkan
perceraian dengan aspek yang bersifat psikologis dan perilaku pada anak yang
telah menginjak fase perkembangan remaja dan dewasa awal. Penelitian-
penelitian tersebut menyebutkan bahwa, perceraian membuat anak berisiko
menjadi perokok dan peminum dini sebelum usia 14 tahun (Anda et al, 1999;
Kestila et al, 2006; Rothman et al, 2008), mengalami depresi dan gangguan
psikiatri lainnya (Gilman et al, 2003; Schilling et al, 2007), melakukan
percobaan bunuh diri (Dube et al, 2001), menderita ADHD (Strohschein,
2007), menunjukkan perilaku rivalry dengan saudara kandung (Setiawati &
Zulkaida, 2007), melakukan aktivitas sex pranikah (Wong et al, 2009),
mendertia DM tipe 1 autoimun (Sepa et al, 2005), menderita sindrom
metabolik (Thomas et al, 2008). Sedangkan penelitian yang menunjukkan
pengaruh perceraian terhadap tumbuh kembang anak balita masih terbatas dan
sebagian hasilnya saling bertentangan. Diantaranya meliputi, pengaruh
perceraian terhadap tumbuh kembang anak balita tidak jelas pada
perkembangan motorik halus maupun kasar (Sacker et al, 2006) maupun
terhadap kejadian wasting dan stunting saat diare (Engebretsen et al, 2008).
Perceraian mempunyai pengaruh signifikan terhadap perkembangan kognitif
(Grable et al, 2007) dan tinggi badan anak laki-laki saat berusia pra remaja (Li
et al, 2004; Richards & Wadsworth, 2004). Sebagian peneliti menganggap
perceraian sebagai faktor risiko gagal tumbuh (Block et al, 2005), sedangkan
yang lain tidak (Blair et al, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Sejauh ini penelitian yang membahas mengenai pengaruh perceraian
terhadap status gizi dan perkembangan anak balita masih terbatas. Berdasarkan
hal tersebut maka peneliti berkeinginan untuk mengadakan penelitian
mengenai perbedaan status gizi dan perkembangan antara anak balita dari
orang tua lengkap dengan orang tua bercerai di Kecamatan Kartasura.
B. Perumusan Masalah
Apakah ada perbedaan status gizi dan perkembangan antara anak balita
dari orang tua lengkap dengan orang tua bercerai di Kecamatan Kartasura?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan status gizi dan perkembangan
antara anak balita dari orang tua lengkap dan orang tua bercerai di Kecamatan
Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk membandingkan berat badan menurut umur anak balita dari orang
tua lengkap dengan orang tua bercerai di kecamatan Kartasura kabupaten
Sukoharjo.
b. Untuk membandingkan tinggi badan menurut umur anak balita dari orang
tua lengkap dengan orang tua bercerai di kecamatan Kartasura kabupaten
Sukoharjo.
c. Untuk membandingkan perkembangan umum anak balita dari orang tua
lengkap dengan orang tua bercerai di kecamatan Kartasura kabupaten
Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
d. Untuk membandingkan perkembangan kepribadian / tingkah laku sosial
anak balita dari orang tua lengkap dengan orang tua bercerai di kecamatan
Kartasura kabupaten Sukoharjo.
e. Untuk membandingkan perkembangan gerakan motorik halus anak balita
dari orang tua lengkap dengan orang tua bercerai di kecamatan Kartasura
kabupaten Sukoharjo.
f. Untuk membandingkan perkembangan bahasa anak balita dari orang tua
lengkap dengan orang tua bercerai di kecamatan Kartasura kabupaten
Sukoharjo.
g. Untuk membandingkan perkembangan motorik kasar anak balita dari
orang tua lengkap dengan orang tua bercerai di kecamatan Kartasura kabupaten
Sukoharjo.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memberikan informasi dan data mengenai perbedaan status gizi dan
perkembangan antara anak balita dari orang tua lengkap dengan orang tua
bercerai di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo
b. Sebagai pelengkap penelitian-penelitian sebelumnya mengenai perbedaan
status gizi dan perkembangan antara anak balita dari orang tua lengkap dengan
orang tua bercerai.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat digunakan sebagai bahan informasi mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap status gizi dan perkembangan anak balita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Sebagai masukan kepada semua pihak terkait agar dapat memberikan
perhatian terhadap status gizi dan perkembangan anak balita baik dari orang
tua lengkap maupun orang tua bercerai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Status Gizi
a. Definisi status gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan yang menggambarkan seberapa
baik kebutuhan nutrisi esensial tubuh bisa terpenuhi dari berbagai macam
makanan yang dikonsumsi dan bagaimana penggunaannya secara optimal
segera orang tua; orang tua menderita efek merusak akibat dari perceraian dan
berwujud pada bermacam reaksi yang negatif dan tidak nyaman. Ibu cenderung
reaktif terhadap stresor harian dan peristiwa-peristiwa besar yang tidak
diinginkan dengan mengonsumsi lebih banyak alkohol, lebih banyak
memanfaatkan layanan kesehatan untuk depresi, kecemasan, atau perasaan
terhina; dan merasa sangat terbebani dan kurang mampu berperan sebagai
orang tua (Cohen, 2002). Ayah merasa dikesampingkan, kurang mendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
penerimaan oleh anak-anaknya, dan juga bisa menderita depresi, kecemasan,
dan penyalahgunaan zat. Kakek dan nenek juga sering menerima penurunan
kualitas hubungan dengan cucu-cucu mereka, tetapi dengan pengaturan
pemeliharaan akan lebih punya pengaruh saat jadwal kunjungan walaupun
dengan jarak geografis jauh (Cohen, 2002). 3) Terjadinya hambatan peran
orang tua pada perceraian; dari aspek teoretis dalam menjelaskan kaitan antara
perceraian dengan hasil yang negatif pada anak didasarkan pada 2 komponen
dasar tumbuh kembang anak : fungsi keluarga dan lingkungan sosioekonomis.
Dari perspektif keluarga menekankan asumsi bahwa kompetensi menjadi orang
tua harus bisa berkompromi dengan distress psikologis orang tua sebagai akibat
perpisahan dalam perkawinan atau kesulitan keuangan, sedangkan dari
perspektif investasi berpendapat bahwa kesejahteraan anak akan menurun
dengan kemungkinan penurunan yang drastis dibandingkan standar hidup
(setempat) dari orang tua yang mendapatkan hak asuh, setelah terjadinya
perceraian (Cohen, 2002). Di tahun 1990 sekitar 10% anak-anak di
Skandinavia tinggal dengan keluarga ibu tunggal dengan kondisi rumah tangga
yang memrihatinkan, dimana gambaran yang serupa di Amerika Serikat terjadi
sebesar sekitar 60% (Roustit et al, 2007). Orang tua dapat memberikan bantuan
pada saat perceraian dengan menyiapkan anak-anak mereka mengenai apa
yang terjadi. Penyiapan harus sesuai usia dan tingkat perkembangan si anak.
Orang tua harus menunjukkan komitmen yang kuat pada anak-anak mereka.
Anak-anak akan melakukan coping lebih bagus pada perceraian bila orang tua
bisa bekerja sama satu sama lain dan mau menerima perilaku “bersama untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
anak kita walaupun kita berpisah” (Cohen, 2002). 4) Dampak perceraian pada
masing-masing anggota keluarga yakni a) suami; beresiko menjadi sakit,
perokok, pecandu obat dan alkohol, pola makan tidak sehat (Ikeda et al, 2007;
Fukuda et al, 2005; Fukuda et al, 2005; Eng et al, 2005); b) istri; beresiko
menjadi sakit, perokok, pecandu obat dan alkohol, penurunan status finansial,
dukungan jejaring sosial, harapan sehat (Weitoft et al, 2002; Ikeda et al, 2007;
Fukuda et al, 2005; Fukuda et al, 2005; Lee et al, 2005); c) Anak; beresiko
menjadi perokok dan peminum dini sebelum usia 14 tahun (Anda et al, 1999;
Kestila et al, 2006; Rothman et al, 2008), alami depresi dan gangguan psikiatri
lain (Gilman et al, 2003; Schilling et al, 2007), lakukan percobaan bunuh diri
(Dube et al, 2001), menderita ADHD (Strohschein, 2007), menunjukkan
perilaku rivalry dengan saudara kandung (Setiawati & Zulkaida, 2007),
lakukan aktivitas sex pranikah (Wong et al, 2009), mendertia DM tipe 1
autoimun (Sepa et al, 2005), menderita sindrom metabolik (Thomas et al,
2008). Tidak jelas pengaruh pada perkembangan motorik halus maupun kasar
(Sacker et al, 2006) maupun pada kejadian wasting dan stunting saat diare
(Engebretsen et al, 2008). Adanya pengaruh bermakna pada perkembangan
kognitif dan tinggi badan anak laki-laki saat berusia pra remaja (Li et al, 2004;
Richards & Wadsworth, 2004). Sebagai faktor risiko gagal tumbuh (Block et
al, 2005), sedangkan yang lain tidak (Blair et al, 2004). d) Ibu menyusui; tidak
berpengaruh terhadap pola inisiasi ASI (Rosem et al, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
5. Perbedaan status gizi dan perkembangan antara anak balita dari orang tua
lengkap dengan orang tua bercerai.
Dari kepustakaan didapatkan bahwa faktor lingkungan biopsikososial
berpengaruh pada status gizi (Supariasa et al, 2002; Graham, 2005; Bawdekar
& Ladusingh, 2008) dan perkembangan anak (Soetjiningsih, 1998; Departemen
Kesehatan RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005; Kliegman et al, 2007;
Stutzman et al, 2009). Sedangkan peristiwa perceraian merupakan peristiwa
yang didahului dengan ketidakharmonisan keluarga, konflik, dan ketegangan,
(Murtagh, 1998; Amato & Cheadle, 2008) dilanjutkan dengan proses-proses
penyesuaian yang melibatkan aspek emosional, psikologis, sosial dan ekonomi
keluarga adalah peristiwa yang menegangkan bagi semua anggota keluarga.
(Nelson & Israel, 2006; Amato & Cheadle, 2007). Pada saat yang sama anak
sedang menjalani proses tumbuh kembang (Stutzman, 2009).
Penelitian-penelitian yang mengaitkan perceraian dengan status tumbuh
kembang anak relatif lebih sedikit dijumpai ketimbang yang mengaitkannya
dengan aspek perilaku dan psikologis anak (Stutzman, 2009).
Richard dan Wadsworth (2004) melakukan penelitian yang
menghubungkan perceraian dengan perkembangan kognitif anak di Inggris.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa anak-anak yang orang tuanya bercerai,
skor kemampuan kognitifnya pada usia 8 tahun lebih rendah. Sedangkan pada
anak-anak yang orang tuanya bercerai antara usia 8 – 15 tahun secara
signifikan lebih lambat perkembangan kognitifnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Masih dari negara Inggris, Li et al (2004), melakukan penelitian
longitudinal pada keluarga yang orang tuanya bercerai saat anak berusia dini,
secara signifikan berhubungan dengan tinggi badan saat anak-anak. Dalam
penelitian ini didapatkan anak laki-laki yang orang tuanya bercerai pada usia
antara 4 – 7 tahun, secara signifikan lebih pendek daripada anak laki-laki
seusianya. Mereka yang orang tuanya bercerai sebelum usia 4 tahun tidak
berbeda tinggi badannya dibandingkan dengan anak-anak yang orang tuanya
tidak bercerai. Anak perempuan tidak menunjukkan adanya hubungan dengan
perbedaan tinggi badan.
Engebresten et al (2008) di Uganda, telah melakukan penelitian cross-
sectional di Kabupaten Mbale, Uganda Timur pada 723 ibu yang memiliki bayi
yang berusia di bawah 1 tahun. Engebresten et al bermaksud meneliti faktor-
faktor determinan yang mempengaruhi pertumbuhan anak-anak di bawah 1
tahun, dengan menggunakan pengukuran berat badan dibanding panjang badan
(WLZ), berat badan dibandingkan umur (WAZ) serta tinggi atau panjang
badan berbanding umur (LAZ) dan dinilai kesesuaiannya dengan Baku
Pertumbuhan WHO. Kriteria wasting dalam penelitian ini bila WLZ < - 2 dan
stunting bila LAZ < -2. Secara umum disimpulkan bahwa kejadian wasting
lebih berkaitan dengan faktor diare itu sendiri. Anak laki-laki lebih mudah
mengalami stunting daripada anak perempuan, memiliki saudara perempuan
atau laki-laki bagi anak merupakan faktor protektif terhadap stunting dan
wasting. Makanan pengganti ASI bukan merupakan faktor protektif. Faktor
sosial ekonomi rendah merupakan faktor yang menonjol pengaruhnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Walaupun status orang tua tunggal, cerai atau menjanda sudah dimasukkan
dalam penelitian ini, ternyata secara statistik tidak bermakna sebagai faktor
yang mempengaruhi kejadian wasting atau stunting (wasting OR 0,33 ; CI 95%
0,04 – 2,60 pada stunting OR 1,91 ; CI 95% 0,99 – 3,66).
Blair et al (2004) melakukan penelitian kohor longitudinal pada orang
tua dan anak dengan melibatkan 11.718 bayi yang lahir aterm di tahun 1991 –
1992. Penelitian ini menghubungkan antara gagal tumbuh dengan faktor
sosioekonomi dan prenatal. Kriteria gagal tumbuh yang digunakan yakni, berat
badan di bawah persentil 5 dengan mengacu rujukan negara Inggris atau z –
score dibawah –1,645 dalam dua periode waktu pengukuran; lahir sampai 6 –
8 minggu, 6 – 8 minggu sampai 9 bulan. Dari penelitian ini didapatkan bahwa
faktor prenatal dan faktor sosio ekonomi (termasuk perceraian) tidak
mempunyai pengaruh terhadap gagal tumbuh. Pengaruh signifikan berasal dari
aspek fisik seperti tinggi orang tua dan pada paritas keempat atau lebih.
Hal ini bertolak belakang dengan apa yang dikemukakan oleh Block et
al (2005) bahwa faktor psiko sosial perlu diperhatikan oleh dokter terhadap
kemungkinan terjadinya gagal tumbuh. Selengkapnya seperti yang Block et al
tulis: Faktor-faktor resiko yang harus diperhatikan oleh dokter anak terhadap
kemungkinan pengabaian pada anak sebagai penyebab dari gagal tumbuh
(failure to thrive) yaitu : a) orang tua depresi, stress, percekcokan perkawinan,
perceraian, b) riwayat kekerasan pada anak di keluarga, c) orang tua menderita
retardasi mental dan kelainan psikologis, d) ibu muda dan tunggal tanpa
dukungan sosial, e) kekerasan dalam rumah tangga, f) penyalahgunaan obat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dan alkohol, g) kekerasan pada anak sebelumnya dalam keluarga, h) isolasi
sosial dan / atau kemiskinan, i) orang tua yang skill sosial dan adaptasinya
tidak adekuat, j) orang tua yang terlalu fokus pada karier dan / atau aktivitas di
luar rumah, k) gagal untuk mendapatkan bantuan-bantuan medis, l) kekurang
pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan normal dan / atau, m)
bayi dengan berat badan lahir rendah atau masuk rumah sakit dalam waktu
lama.
6. Penelitian mengenai penentu status gizi dan perkembangan balita di
Surakarta dan sekitarnya.
Lestari (2006) melakukan penelitian yang menghubungkan antara status
gizi dengan skor perkembangan psikomotor pada anak berusia enam bulan
sampai dengan duapuluh empat bulan di kecamatan Kartasura. Dari penelitian
tersebut didapatkan bahwa faktor yang memungkinkan peningkatan
perkembangan psikomotor adalah tingkat pendidikan ibu, dimana tingkat
pendidikan SLTP/SMA dan perguruan tinggi mempunyai peluang lebih baik
pencapaian skor perkembangan psikomotor pada anak baduta mereka.
Trimanto (2006) melakukan penelitian yang menghubungkan antara
tingkat pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan modal sosial dengan status
gizi anak balita di kabupaten Sragen. Penelitian tersebut mendapatkan
kesimpulan bahwa tingkat pendidikan ibu berpengaruh pada status gizi anak
balita. Semakin tinggi pendidikan ibu, semakin baik status gizi anak balita
mereka. Demikian juga pada pendapatan keluarga, semakin tinggi pendapatan
keluarga, semakin baik status gizi balita. Lingkungan tempat tinggal dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
modal sosial tinggi juga berpengaruh dalam meningkatkan status gizi anak
balita.
Ariani (2009) meneliti korelasi pola hubungan orangtua – anak dan
keberfungsian keluarga dengan perkembangan anak usia prasekolah di
Jombang Jawa Timur. Dari penelitian ini didapatkan bahwa, semakin baik pola
hubungan orangtua – anak dan keberfungsian keluarga, semakin baik
perkembangan anak usia prasekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1. Kerangka pemikiran perbedaan status gizi dan perkembangan antara anak balita dari keluarga lengkap dengan keluarga bercerai
Penjelasan kerangka pemikiran
Perceraian didahului dengan permusuhan pasangan dan ketidakharmonisan
keluarga. Setelah terjadinya perceraian ada anggota keluarga yang tidak lagi
Reaksi pasangan pria
Perceraian
Reaksi pasangan wanita
Ketidakharmonisan keluarga
Gangguan pada pola asah, asih dan asuh
Transisi fungsi keluarga
Gangguan Perilaku
Penyakit fisik Status Gizi Status Perkembangan
diteliti
tidak diteliti
Reaksi anak
Perubahan psiko – sosio – emosional
Konflik dan permusuhan pasangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
bersama (terutama ayah), mengakibatkan perubahan pada aspek psikologis,
aspek sosial dalam hal ini keluarga besar, teman, relasi, dan jaringan sosial,
juga aspek emosional. Peristiwa yang menegangkan ini menimbulkan
berbagaimacam jenis reaksi baik pada pasangan pria, wanita maupun pada
anak sendiri sesuai dengan usia, tahap pertumbuhan dan perkembangannya dan
kepribadian masing-masing. Reaksi anggota keluarga pasca perceraian
ditambah dengan sisa rasa permusuhan yang terus berlangsung berakibat
terjadinya perubahan besar dalam pola asah, asih dan asuh dalam pengasuhan
anak balita. Kemungkinan ini akan berpengaruh besar pada status gizi,
perkembangan anak balita, dan kesehatan baik fisik, perilaku dan
psikososialnya pula.
C. Hipotesis
a. Status gizi berat badan anak balita pada orang tua bercerai lebih buruk
dibandingkan anak balita dari orang tua lengkap.
b. Status gizi tinggi badan anak balita pada orang tua bercerai lebih buruk
dibandingkan anak balita dari orang tua lengkap.
c. Status perkembangan umum anak balita pada orang tua bercerai lebih
buruk dibandingkan anak balita dari orang tua lengkap.
d. Status perkembangan personal sosial anak balita pada orang tua bercerai
lebih buruk dibandingkan anak balita dari orang tua lengkap.
e. Status perkembangan motorik halus anak balita pada orang tua bercerai
lebih buruk dibandingkan anak balita dari orang tua lengkap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
f. Status perkembangan bahasa anak balita pada orang tua bercerai lebih
buruk dibandingkan anak balita dari orang tua lengkap.
g. Status perkembangan motorik kasar anak balita pada orang tua bercerai
lebih buruk dibandingkan anak balita dari orang tua lengkap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan
pendekatan studi comparative.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah anak balita dari orang tua bercerai dan
orangtua lengkap yang menjadi anggota posyandu di wilayah kerja Puskesmas
Kartasura Sukoharjo.
C. Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dari banyaknya anak balita yang bisa
dikumpulkan dari orang tua bercerai di kecamatan Kartasura selama periode
penelitian, ditambah dengan kelompok anak balita dari orang tua lengkap
dalam jumlah yang sama dengan jumlah anak balita dari orang tua bercerai
tersebut.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Secara umum teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik convenience sampling. Seluruh anak balita dari
orang tua bercerai yang berhasil dikumpulkan selama periode waktu penelitian
dan bersedia mengikuti penelitian dijadikan sebagai sampel untuk kelompok
anak balita dari orang tua bercerai. Sedangkan kelompok anak balita dari orang
tua lengkap diperoleh dengan cara, dari dua belas desa dipilih secara purposif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dua desa yang mewakili desa rural dan urban, kemudian masing-masing desa
yang terpilih diambil satu posyandu secara random, di masing-masing
posyandu ini dipilih secara random hingga mencapai jumlah yang sama dengan
anak balita dari kelompok orang tua bercerai.
E. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : status perkawinan orang tua anak balita.
2. Variabel terikat : status gizi dan perkembangan anak balita.
F. Definisi Operasional Variabel
1. Status perkawinan orang tua anak balita
Status perkawinan orang tua anak balita adalah status hukum perkawinan atau
perceraian orang tua anak balita. Ada dua macam status perkawinan dalam
penelitian ini, yaitu a) status kawin bila masih berstatus menikah secara
hukum, b) status bercerai bila sudah ada putusan cerai dari pengadilan agama
atau pengadilan negeri atau bila tidak serumah lagi dengan pasangannya lebih
dari 2 tahun.
Skala pengukurannya adalah nominal, dengan rincian a) status kawin diberi
label k, b) status bercerai diberi label c.
2. Status gizi anak balita
Status gizi anak balita adalah indeks antropometri yang menunjukkan
kecukupan gizi dari anak balita setelah dibandingkan dengan baku rujukan
WHO 2005.
Indeks antropometri yang digunakan dalam penelitian ini adalah berat
badan menurut umur (BB/U) dan tinggi badan menurut umur (TB/U). Hasilnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
diklasifikasikan dalam kategori sebagai berikut: a) status gizi lebih, dengan
kriteria : z-score BB/U atau TB/U lebih dari 1 SD, b) status gizi normal,
dengan kriteria : z-score BB/U atau TB/U antara – 2 SD dan 2 SD, c) status
gizi kurang, dengan kriteria : z-score BB/U atau TB/U antara – 3 SD dan – 2
SD, d) status gizi buruk, dengan kriteria : z-score BB/U atau TB/U kurang dari
– 3 SD (World Health Organization, 2006).
Skala pengukurannya adalah ordinal, dengan pemberian label sebagai
berikut: a) status gizi lebih; diberikan label = 3, b) status gizi normal; diberikan
label = 2, c) status gizi kurang; diberikan label = 1, d) status gizi buruk;
diberikan label = 0.
3. Status perkembangan anak balita
Status perkembangan anak balita adalah kemampuan perkembangan
yang dicapai anak balita dengan berdasar Tes Denver II.
Pada penelitian ini perkembangan anak balita yang dinilai, mengacu
pada Tes Denver II meliputi kemampuan personal sosial, gerak motorik halus,
bahasa dan gerak motorik kasar. Interpretasi dari penilaian meliputi: a) “lebih”
bila anak “lulus” pada tugas perkembangan tes yang terletak di kanan garis
umur, b) “normal”, bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba
di sebelah kanan garis umur, c) “peringatan” bila anak “gagal” atau “menolak”
melakukan tugas perkembangan tes dimana garis umur terletak pada atau
antara 75% dan 90%, d) “terlambat” bila anak “gagal” atau “menolak”
melakukan tugas perkembangan tes yang terletak jelas berada di sebelah kiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
garis umur, e) “tidak ada kesempatan” bila anak tidak ada kesempatan untuk
melakukan tugas perkembangan (Frankenburg & Dodds, 2004).
Dari interpretasi penilaian individual tersebut, hasilnya diklasifikasikan
menjadi 3 kategori, yaitu : a) lambat, kriterianya adalah bila didapatkan 1 atau
lebih keterlambatan pada sektor perkembangan yang harusnya dicapai dengan
memperhatikan umur, b) normal, kriterianya adalah bila dapat melalui semua
tugas pada setiap sektor sesuai dengan umurnya, c) lebih, kriterianya adalah
bila anak dapat melalui semua tugas pada setiap sektor sesuai dengan umurnya
dan dapat melakukan tugas yang seharusnya dapat dilakukan oleh anak yang
lebih tua dari usianya.
Skala pengukurannya adalah ordinal, dengan pemberian label sebagai
berikut : a) lambat, diberikan label = 0, b) normal, diberikan label = 1, c) lebih,
diberikan label = 2.
G. Sumber Data
Data diambil dari data primer yang diperoleh melalui pengukuran status
gizi berdasarkan berat badan dibanding umur (BB/U) dan tinggi badan menurut
umur (TB/U) berdasarkan baku WHO 2005 dan penilaian perkembangan anak
dengan tes Denver II pada kemampuan personal sosial, gerak motorik halus,
bahasa dan gerak motorik kasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
H. Instrumen Penelitian
Penelitian ini memerlukan alat dan bahan sebagai berikut :
1. Lembar formulir Tes Denver II.
2. Alat peraga Tes Denver II : benang wol merah, manik-manik, kubus warna
merah, kuning, hijau dan biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel
kecil, kertas dan pensil (Soetjiningsih, 1998; Denver Developmental
Materials Inc, 2006).
3. Alat pengukur berat badan : timbangan Dacin.
I. Alur Penelitian
Gambar 3.1. Alur penelitian perbedaan status gizi dan perkembangan antara anak balita dari keluarga lengkap dengan keluarga bercerai
Anak balita dari orang tua lengkap
Anak balita dari orang tua bercerai
1. Penilaian status gizi anak balita dengan pengukuran antropometri. 2. Penilaian perkembangan anak balita dengan Tes Denver II
Interpretasi hasil dan skoring
Analsis Mann – Whitney untuk data non parametrik dan uji t untuk data parametrik dengan bantuan Software SPSS 16
Populasi anak balita anggota Posyandu Puskesmas Kartasura
Convenience sampling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
J. Analisis Statistik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah menguji atau
membandingkan 2 kelompok sampel independen berskala nominal, yaitu status
perkawinan orang tua anak balita, di mana variabel dependen masing-
masingnya berskala ordinal, yaitu status gizi dan perkembangan anak balita.
Uji statistik untuk menilai kemaknaan perbedaan ditentukan setelah
mengetahui normalitas data. Bila data parametrik maka uji statistik yang
digunakan adalah uji t, sedangkan bila data non parametrik, uji statistik yang
digunakan adalah Mann Whitney. (Mahfoedz, 2008) Uji statistik dibantu
dengan menggunakan software SPSS 16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Hasil Penelitian
Subyek penelitian ini adalah seluruh anak balita yang menjadi anggota
posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo, sebanyak 10.165
anak balita yang tersebar di duabelas desa. Didapatkan sebanyak tiga puluh
lima anak balita dari orang tua bercerai, sedangkan yang bersedia mengikuti
penelitian sebanyak dua puluh sembilan anak balita. Dua puluh sembilan anak
balita dari kelompok orang tua lengkap diperoleh secara random dari dua
posyandu yang mewakili rural dan urban. Data tentang anak balita diperoleh
dengan cara pengukuran secara langsung mengenai berat badan, tinggi badan,
status perkembangan di bidang personal sosial, motorik halus, bahasa dan
motorik kasar, sedangkan untuk umur, berat badan lahir, lama kehamilan
ditanyakan kepada ibunya melalui wawancara. Data tentang ibu anak balita
diperoleh dengan cara wawancara dengan panduan kuesioner yang meliputi:
umur ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jenis pekerjaan dan
pendapatan keluarga per bulan.
Data yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam worksheet
program SPSS versi 16 untuk dilakukan pengolahan secara kuantitatif,
sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
1. Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan kelompok usia
Status perkawinan
orang tua
Kelompok usia anak balita Jumlah total
0 - 2 tahun 2 - 3 tahun 3 - 5 tahun
Lengkap 15 5 9 29
Cerai 15 7 7 29
Total 30 12 16 58
Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa dari 58 responden yang berada pada
kelompok usia 0 – 2 tahun sebanyak 30 anak, kelompok usia 2 – 3 tahun
sebanyak 12 anak dan pada kelompok usia 3 – 5 tahun sebanyak 16 anak.
Dengan memperhatikan status perkawinan orang tua, didapatkan pada
kelompok orang tua bercerai, 15 anak berusia 0 – 2 tahun, 7 anak berusia 2 – 3
tahun, dan 7 anak berusia 3 – 5 tahun. Pada kolompok orang tua lengkap,
didapatkan 15 anak berusia 0 – 2 tahun, 5 anak berusia 2 – 3 tahun dan 9 anak
berusia 3 – 5 tahun.
Distribusi anak balita berdasarkan status gizi berat badan (BB/U) pada
kelompok orang tua lengkap maupun bercerai dapat dilihat pada tabel 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan status gizi berat badan (BB/U) Status perkawinan
orang tua
Status Gizi (BB/U) Jumlah total
Buruk Kurang Normal Lebih
Lengkap 0 2 25 2 29
Cerai 1 7 21 0 29
Jumlah total 1 9 46 2 58
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan terdapat 1 anak
balita berstatus gizi buruk, 9 anak berstatus gizi sedang, 46 anak berstatus gizi
normal dan 2 anak berstatus gizi lebih. Dengan memperhatikan status
perkawinan orang tua anak balita, didapatkan pada kelompok orang tua
lengkap, tidak terdapat anak balita berstatus buruk, 2 anak balita berstatus gizi
kurang, 25 anak balita berstatus gizi normal, 2 anak balita berstatus gizi lebih.
Pada kelompok orang tua bercerai didapatkan 1 anak balita berstatus gizi
buruk, 7 anak balita berstatus gizi kurang, 21 anak balita berstatus gizi normal,
dan tidak ada anak balita yang berstatus gizi lebih.
Distribusi status gizi tinggi badan (TB/U) anak balita pada kelompok
orang tua bercerai dan lengkap dapat dilihat pada tabel 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 3. Distribusi responden berdasar status gizi tinggi badan (TB/U) Status perkawinan
orang tua
Status gizi tinggi badan (TB/U) Jumlah total
Buruk Kurang Normal Lebih
Lengkap 1 1 27 0 29
Cerai 2 5 20 2 29
Jumlah total 3 6 47 2 58
Dari tabel 3 didapatkan bahwa secara keseluruhan terdapat 3 anak balita
yang berstatus gizi buruk, 6 anak balita berstatus gizi kurang, 47 anak balita
berstatus gizi normal dan 2 anak balita berstatus gizi lebih. Pada kelompok
orang tua bercerai didapatkan 2 anak balita berstatus gizi buruk, 5 anak balita
berstatus gizi kurang, 20 anak balita berstatus gizi lebih. Pada kelompok orang
tua lengkap, didapatkan 1 anak balita berstatus gizi buruk, 1 anak balita
berstatus gizi kurang, 27 anak balita berstatus gizi normal dan tidak terdapat
anak balita yang berstatus gizi lebih.
Distribusi status perkembangan umum anak balita pada kelompok
orang tua lengkap maupun bercerai disajikan pada tabel 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan status perkembangan umum
Status perkawinan
orang tua
Status Perkembangan Umum Jumlah total
Lebih Normal Lambat
Lengkap 8 19 2 29
Cerai 2 20 7 29
Jumlah total 10 39 9 58
Dari tabel 4 didapatkan bahwa secara keseluruhan 9 anak balita
berstatus perkembangan umum lambat, 39 anak balita berstatus perkembangan
umum normal, dan 10 anak balita berstatus perkembangan umum lebih. Pada
kelompok orang tua bercerai didapatkan 7 anak balita berstatus perkembangan
umum lambat, 20 anak balita berstatus perkembangan umum normal dan 2
anak berstatus perkembangan umum lebih. Pada kelompok orang tua lengkap
didapatkan 2 anak balita berstatus perkembangan umum lambat, 19 anak balita
berstatus perkembangan umum normal dan 8 anak balita berstatus
perkembangan umum lebih.
Distribusi status perkembangan personal sosial anak balita baik pada
kelompok orang tua lengkap maupun bercerai disajikan pada tabel 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan status perkembangan personal sosial
Status perkawinan
orang tua
Status perkembangan personal sosial Jumlah total
Lambat Normal Lebih
Lengkap 1 21 7 29
Cerai 5 23 1 29
Jumlah total 6 44 8 58
Dari tabel 5, total kedua kelompok didapatkan bahwa 6 anak balita
dengan status perkembangan personal sosial lambat, 44 anak balita dengan
status perkembangan personal sosial normal dan 8 anak balita status
perkembangan personal sosialnya lebih. Untuk kelompok orang tua bercerai, 5
anak balita dengan status perkembangan personal sosial lambat, 23 anak balita
dengan status perkembangan personal sosial normal dan 1 anak balita dengan
status perkembangan personal sosial lebih. Pada kelompok orang tua lengkap,
1 anak balita dengan status perkembangan personal sosial lambat, 21 anak
balita dengan status perkembangan personal sosial normal, dan 7 anak balita
dengan status perkembangan personal sosial lebih.
Distribusi status perkembangan motorik halus anak balita dari
kelompok orang tua bercerai maupun orang tua lengkap disajikan pada tabel 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasar Perkembangan Motorik Halus
Status perkawinan
orang tua
Status perkembangan motorik halus Jumlah total
Lambat Normal Lebih
Lengkap 1 21 7 29
Cerai 5 21 7 29
Jumlah total 6 42 14 58
Dari tabel 6, secara keseluruhan dari kedua kelompok baik orang tua
bercerai maupun lengkap, didapatkan 6 anak balita dengan status
perkembangan motorik halus lambat, 42 anak balita dengan status
perkembangan motorik halus normal, dan 10 anak dengan status perkembangan
motorik halus lebih. Pada kelompok orang tua bercerai didapatkan 5 anak
balita dengan status perkembangan motorik halus lambat, 21 anak balita
dengan status perkembangan motorik halus normal dan 3 anak balita dengan
status perkembangan motorik halus lebih. Pada kelompok orang tua lengkap
didapatkan 1 anak balita dengan status perkembangan motorik halus lambat, 21
anak balita dengan status perkembangan motorik halus normal dan 7 anak
balita dengan status perkembangan motorik halus lebih. Pada kelompok orang
tua bercerai didapatkan 5 anak balita dengan status perkembangan motorik
halus lambat, 21 anak balita dengan status perkembangan motorik normal, dan
3 anak balita dengan status perkembangan motorik lebih.
Distribusi status perkembangan bahasa pada kelompok orang tua
bercerai dan lengkap disajikan pada tabel 7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasar Perkembangan Bahasa
Status perkawinan
orang tua
Status perkembangan bahasa Jumlah total
Lambat Normal Lebih
Lengkap 3 19 7 29
Cerai 9 18 2 29
Jumlah total 12 37 9 58
Dari tabel 7, didapatkan bahwa secara keseluruhan didapatkan 12 anak
balita dengan status perkembangan bahasa lambat, 37 anak balita dengan status
perkembangan bahasa normal dan 9 anak balita dengan status perkembangan
bahasa lebih. Pada kelompok orang tua normal didapatkan 3 anak balita dengan
status perkembangan bahasa lambat, 19 anak balita dengan status
perkembangan bahasa normal dan 7 anak balita dengan status perkembangan
bahasa lebih. Pada kelompok orang tua bercerai didapatkan 9 anak balita
dengan status perkembangan bahasa lambat, 18 anak balita dengan status
perkembangan bahasa normal, 2 anak balita dengan status perkembangan
bahasa lebih. Pada kelompok orang tua lengkap didapatkan 3 anak balita
berstatus perkembangan bahasa lambat, 19 anak balita berstatus perkembangan
bahasa normal dan 7 anak balita berstatus perkembangan bahasa lebih.
Distribusi status perkembangan motorik kasar disajikan pada tabel 8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 8. Distribusi responden berdasar status perkembangan motorik kasar
Status perkawinan
orang tua
Status perkembangan motorik kasar Jumlah total
Lambat Normal Lebih
Lengkap 1 22 6 29
Cerai 5 20 4 29
Jumlah total 6 42 10 58
Dari tabel 8 didapatkan bahwa, dari total 58 responden terdapat 6 anak
balita dengan status perkembangan motorik kasar lambat, 42 anak balita
dengan status perkembangna motorik kasar normal dan 10 anak balita dengan
status perkembangan motorik kasar lebih. Pada kelompok orang tua bercerai,
terdapat 5 anak balita dengan status perkembangan motorik kasar lambat, 20
anak balita dengan status perkembangan motorik kasar normal dan 4 anak
balita dengan status perkembangan motorik kasar lebih. Pada kelompok orang
tua lengkap didapatkan 1 anak balita dengan status perkembangan motorik
kasar lambat, 22 anak balita dengan status perkembangan motorik kasar normal
dan 6 anak balita dengan status perkembangan motorik kasar lebih.
Distribusi responden berdasarkan pendapatan orang tua dibandingkan
upah minimum kabupaten (UMK) Sukoharjo disajikan pada tabel 9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan pendapatan orang tua
Status perkawinan
orang tua
Pendapatan orang tua dibandingkan UMK Jumlah
total Di atas UMK Di bawah UMK
Lengkap 26 3 29
Cerai 14 15 29
Jumlah total 40 18 58
Dari tabel 9, secara keseluruhan didapatkan 40 anak balita dengan
pendapatan orang tua di atas UMK dan 18 anak balita dengan pendapatan
orang tua di bawah UMK. Pada kelompok orang tua bercerai terdapat 14 anak
balita dengan pendapatan orang tua di atas UMK dan 15 anak balita dengan
pendapatan orang tua di bawah UMK. Pada kelompok orang tua lengkap
didapatkan 26 anak balita dengan pendapatan orang tua di atas UMK dan 3
anak balita dengan pendapatan orang tua di bawah UMK.
Uji normalitas data dengan uji two – sample Kolmogorov – Smirnov
dari dua kelompok yaitu orang tua lengkap dan orang tua bercerai disajikan
pada tabel 10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 10. Uji normalitas berdasarkan two – sample Kolmogorov –
Smirnov test
Variabel Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Status Gizi TB/U 0,657 0,782
Status Gizi BB/U 0,788 0,564
Status Perkembangan Umum 0,788 0,564
Personal Sosial 0,788 0,564
Motorik Halus 0,525 0,945
Bahasa 0,788 0,564
Motorik Kasar 0,525 0,945
Pendptan orang tua 1,576 0,0134
Dari tabel 10, dengan melihat nilai p pada variabel pendapatan orang
tua [p = 0,0134 dimana p < 0,05] maka distribusi populasi pada penelitian ini
adalah tidak normal, maka selanjutnya uji statistik untuk menganalisis
perbedaan variabel pendapatan orang tua pada kelompok bercerai dan lengkap
menggunakan uji Mann – Whitney dengan bantuan software SPSS 16.0 for
windows. Sedangkan nilai p pada variabel status gizi tinggi badan (TB/U) [p =
0,782], status gizi berat badan (BB/U) [p = 0,564], status perkembangan umum
[p = 0,564], status perkembangan personal [p = 0,564], status perkembangan
motorik halus [p = 0,945], status perkembangan bahasa [p = 0,564] dan status
perkembangan motorik kasar [p = 0,945], besar nilai p > 0,05. Maka distribusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
populasi pada variabel-variabel tersebut adalah normal. Selanjutnya uji statistik
untuk menganalisis perbedaan variabel-variabel terakhir menggunakan uji t.
2. Hasil Analisis Perbedaan Variabel-variabel Penelitian
Dengan menggunakan uji Mann – Whitney, kemaknaan statistik
mengenai perbedaan variabel pendapatan antara kelompok orang tua lengkap
dan bercerai disajikan pada tabel 11.
Tabel 11. Hasil Uji Statistik Non Parametrik untuk menguji kemaknaan statistik perbedaan variabel pendapatan orang tua antara kelompok orang tua lengkap dan cerai
Pendapatan orang tua
Mann-Whitney U 246.500
Z -3.376
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
Dari tabel 11, dengan menggunakan uji non parametrik Mann –
Whitney didapatkan bahwa pada variabel pendapatan orang tua, terdapat
perbedaan secara bermakna antara kelompok orang tua lengkap dengan orang
tua bercerai [p = 0,001].
Dengan menggunakan uji t, kemaknaan statistik mengenai perbedaan
variabel status gizi tinggi badan (TB/U), status gizi berat badan (BB/U), status
perkembangan umum, personal sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik
kasar antara kelompok orang tua lengkap dan bercerai disajikan pada tabel 12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 12. Hasil uji t untuk menguji kemaknaan statistik perbedaan variabel status gizi tinggi badan (TB/U), status gizi berat badan (BB/U), status perkembangan umum, status personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar anak balita antara kelompok orang tua lengkap dan bercerai Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Diff
Std. Error
Diff
95% Conf Int of
the Diff
Lower Upper
Status Gizi
TB/U
8.250 .006 -.926 56 .358 -.138 .149 -.436 .160
-.926 45.552 .359 -.138 .149 -.438 .162
Status Gizi
BB/U
13.595 .001 -2.531 56 .014 -.310 .123 -.556 -.065
-2.531 50.055 .015 -.310 .123 -.557 -.064
Perkemba-
ngan
umum
.175 .677 -2.630 56 .011 -.379 .144 -.668 -.090
-2.630 55.925 .011 -.379 .144 -.668 -.090
Personal
Sosial
1.104 .298 -2.812 56 .007 -.345 .123 -.590 -.099
-2.812 55.362 .007 -.345 .123 -.591 -.099
Motorik
Halus
.421 .519 -2.056 56 .044 -.276 .134 -.545 -.007
-2.056 55.683 .044 -.276 .134 -.545 -.007
Bahasa .333 .566 -2.496 56 .016 -.379 .152 -.684 -.075
-2.496 55.997 .016 -.379 .152 -.684 -.075
Motorik
Kasar
.009 .926 -1.517 56 .135 -.207 .136 -.480 .066
-1.517 54.104 .135 -.207 .136 -.480 .067
Dari tabel 12 didapatkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan
bermakna antara anak balita dari kelompok orang tua lengkap dan bercerai
pada variabel status gizi berat badan (BB/U) [p = 0,014], status perkembangan
umum [p = 0,011], status perkembangan personal sosial [p = 0,007], status
perkembangan motorik halus [p = 0,044], status perkembangan bahasa [p =
0,016]. Pada variabel status gizi tinggi badan (TB/U) [p = 0,358] dan status
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
perkembangan motorik kasar [p = 0,135], tidak terdapat perbedaan bermakna
antara anak balita dari kelompok orang tua lengkap dan bercerai.
B. Pembahasan
1. Pembahasan Teoretis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan status gizi dan
status perkembangan antara anak balita dari kelompok orang tua bercerai
dengan orang tua lengkap. Dari hasil penelitian didapatkan dua variabel yang
tidak didapatkan adanya perbedaan bermakna yaitu status gizi tinggi badan
(TB/U) dan status perkembangan motorik kasar karena tidak bermakna secara
statistik. Hal ini ditunjukkan pada hasil analisis tabel 12, nilai p = 0,358 untuk
status gizi tinggi badan (TB/U) dan nilai p = 0,135 untuk status perkembangan
motorik kasar.
Dari kepustakaan didapatkan bahwa, dampak perceraian pada anak
yang masih dini usia meliputi kecemasan, psikosomatis, gangguan makan,
penurunan berat badan (Kristiani dan Tedjasaputra, 2010). Demikian juga
Block et al (2005) menyebutkan bahwa perceraian merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan anak mengalami gagal tumbuh. Penelitian ini sejalan
dengan pernyataan tersebut, perceraian pada orang tua yang mempunyai anak
balita berdampak secara akut pada penurunan berat badan (BB/U), tetapi tidak
berpengaruh pada status gizi dalam jangka panjang yang ditunjukkan dengan
status gizi tinggi badan (TB/U). Hasil ini berbeda dengan yang didapatkan Li et
al (2004) perceraian yang terjadi pada orang tua saat anak berusia 4 – 7 tahun,
membuat anak laki-laki secara signifikan lebih pendek daripada anak laki-laki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
seusianya. Demikian juga dengan penelitian Engebresten et al (2008) di
Uganda, dimana perceraian tidak berpengaruh terhadap status gizi tinggi badan
(TB/U) maupun berat badan (BB/U). Tetapi Engebresten et al (2008)
menemukan bahwa keberadaan saudara perempuan atau laki-laki merupakan
faktor protektif terhadap wasting (status gizi berat badan [BB/U] kurang)
maupun stunting (status gizi tinggi badan [TB/U] kurang). Hasil penelitian ini
juga berbeda dengan penelitian Blair et al (2004) dimana perceraian tidak
berpengaruh terhadap gagal tumbuh.
Secara tidak langsung berkaitan dengan penelitian ini, Trimanto (2006)
berkesimpulan pendapatan keluarga yang makin baik akan meningkatkan status
gizi anak balita. Pada penelitian ini, kelompok orang tua bercerai menonjol
proporsi jumlah anggotanya yang berpendapatan di bawah UMK (secara
statistik bermakna p = 0,001). Dengan pendapatan yang turun pada keluarga
bercerai meningkatkan peluang anak balita mereka menurun status gizinya.
Ketika orang tua mengalami masalah dalam pernikahan, mereka
cenderung menghabiskan banyak energi memikirkan masalah pernikahannya
sehingga kurang mempunyai waktu dengan anak dan menjadi tidak konsisten
dalam pengasuhannya (Kristiani dan Tedjasaputra, 2010). Hasil penelitian
Ariani (2009) berkesimpulan bahwa, semakin baik pola hubungan orangtua –
anak dan keberfungsian keluarga, semakin baik perkembangan anak usia
prasekolah. Pernyataan-pernyataan tersebut bisa menjelaskan mengapa dalam
penelitian ini status perkembangan umum, personal sosial, motorik halus dan
bahasa pada anak dari kelompok orang tua bercerai lebih menonjol jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
anggotanya yang lambat dibandingkan anak balita dari kelompok orang tua
lengkap. Orang tua yang mengalami masalah dengan pernikahan yang berujung
pada perceraian membuat perhatian dan konsistensi pengasuhan pada anak
tidak optimal, dan membuat keberfungsian keluarga dalam peran asah, asih dan
asuh yang diperlukan dalam perkembangan anak tidak optimal pula. Akibatnya
anak balita dari kelompok orang tua bercerai lebih menonjol proporsi jumlah
anggotanya yang lambat status perkembangan personal sosial, motorik halus
dan bahasanya, daripada anak balita dari kelompok orang tua lengkap. Hasil ini
sejalan dengan penelitian Richard dan Wadsworth (2004) di Inggris,
mendapatkan bahwa perceraian orang tua membuat anak menjadi lambat
perkembangan kognitifnya.
Hasil penelitian selanjutnya yang tidak sesuai dengan hipotesis adalah
status perkembangan motorik kasar secara statistik tidak bermakna
perbedaannya antara anak dari kelompok orang tua bercerai dengan orang tua
lengkap (p = 0,135). Hal ini bisa dijelaskan menurut Olney et al (2006) bahwa,
ukuran dan proporsi tubuh serta kekuatan otot dan tulang mempengaruhi
perkembangan keterampilan lokomosi. Demikian juga penelitian Siegel et al,
(2005) menunjukkan bahwa status gizi yang baik, tanpa adanya anemia dan
diet yang baik, merupakan prediktor independent terhadap capaian status
perkembangan motorik kasar. Dalam penelitian ini status gizi jangka panjang
(TB/U) anak balita dari kelompok orang tua bercerai tidak berbeda secara
bermakna dengan anak balita dari kelompok orang tua lengkap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Mengenai pendapatan keluarga yang di bawah upah minimum
kabupaten (UMK) Sukoharjo Rp 790.500,-, didapatkan bahwa, kelompok
orang tua bercerai lebih menonjol proporsi yang pendapatannya di bawah
UMK dibandingkan keluarga orang tua lengkap (p = 0,001). Sebagian besar
pengasuh anak balita dari kelompok orang tua bercerai yang utama adalah ibu.
Setelah mereka bercerai, dampaknya bagi para ibu ini, akan mengalami
pengurangan dukungan keuangan dari mantan suami mereka. Kenyataan ini
selaras dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa
perceraian bagi istri membuatnya beresiko menjadi sakit, perokok, pecandu
obat dan alkohol, penurunan status finansial, dukungan jejaring sosial dan
harapan sehat (Weitoft et al, 2002; Ikeda et al, 2007; Fukuda et al, 2005;
Fukuda et al, 2005; Lee et al, 2005). Pada penelitian ini, sejalan dengan hasil-
hasil penelitian tersebut.
2. Pembahasan Metode Penelitian
a. Metode yang dipakai menggunakan desain comparative study
Metoda ini mengukur variabel faktor risiko dan akibatnya dalam tempo
bersamaan (Murti, 2008), padahal status gizi merupakan hasil akumulasi
pertumbuhan anak dalam waktu yang lama, sedangkan perkembangan dapat
dilihat hasil/akibatnya dari pertumbuhan anak yang memerlukan jangka waktu
lama tersebut. Sehingga desain penelitian dengan pendekatan cohort lebih tepat
untuk penelitian semacam ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b. Jumlah sampel penelitian kurang besar
Dalam penelitian ini jumlah sampelnya sebanyak 58, hal ini hanya
memenuhi kriteria ukuran sampel minimal menurut kriteria Hair. Dengan
memperbesar jumlah sampel maka akan memperbaiki presisi.
c. Akurasi pengukuran variabel
Pengamat dalam penelitian ini adalah orang yang telah dilatih terlebih
dahulu mengenai pemeriksaan berat badan dan pengukuran tinggi badan anak
balita, demikian juga dengan pengamatan mengenai pengujian perkembangan
anak balita dengan menggunakan Denver Test II. Pengamat pada penelitian ini
mengetahui asal usul anak balita apakah ia berasal dari kelompok orang tua
bercerai atau orang tua lengkap. Tidak ada perlakuan “blinded” bagi pengamat,
sehingga tidak menutup kemungkinan adanya bias pengamatan.
C. Keterbatasan Penelitian
Desain penelitian ini yang bersifat comparative study mempunyai
kelemahan dalam menilai hubungan temporal, yakni hubungan waktu yang
berkaitan dengan sebab akibat dalam inferensi kausal (Murti, 2008). Sebagai
contoh dalam penelitian ini didapatkan risiko status gizi kurang lebih menonjol
pada aspek BB/U yang signifikan ketimbang TB/U. Bisa jadi setelah
pengamatan dalam periode waktu tertentu, kedepannya bisa menimbulkan
dampak pada status gizi aspek TB/U.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah
merupakan batas minimal penentuan sampel menurut Hair.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Sehingga untuk penelitian lanjutan diperlukan jumlah sampel yang
lebih besar dan waktu pengamatan yang lebih panjang, serta ada perlakuan
“blinded” bagi pengamat, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
D. Kelebihan Penelitian
Kelebihan penelitian ini adalah pada permasalahan penelitian yang
jarang diteliti di Indonesia, yaitu yang membandingkan status gizi dan
perkembangan antara anak balita dari kelompok orang tua bercerai dan orang
tua lengkap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan pada aspek
status gizi berat badan (BB/U), status perkembangan umum, personal sosial,
motorik halus, bahasa antara anak balita dari kelompok orang tua bercerai
dengan orang tua lengkap. Anak balita dari kelompok orang tua bercerai
berisiko mendapatkan status gizi berat badan (BB/U) kurang, status
perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa lambat dibandingkan
dengan anak balita dari kelompok orang tua lengkap. Kelompok orang tua
bercerai berisiko pula untuk berpendapatan di bawah UMK dibandingkan
kelompok orang tua lengkap.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara anak balita dari
kelompok orang tua bercerai dibandingkan orang tua lengkap pada aspek status
gizi (TB/U) dan status perkembangan motorik kasar.
B. Saran
Dari hasil penelitian tersebut, maka diusulkan saran-saran sebagai
berikut: 1) ketahanan keluarga; dengan peningkatan program promotif bagi
keluarga yang sehat bagi remaja, pasangan baru dan lama, serta program
proteksi khusus keluarga yang bermasalah dengan konseling keluarga 2)
pendampingan untuk meningkatkan aspek asah, asih dan asuh untuk anak
balita dari orang tua bercerai, sehingga dapat meningkatkan status gizi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
mengejar aspek-aspek perkembangan yang mengalami keterlambatan dan 3)
penelitian selanjutnya, perlu menggunakan desain studi longitudinal untuk
lebih memastikan hasil pengamatan pengaruhnya pada status gizi dan status
perkembangan, selain itu juga diperlukan jumlah sampel yang lebih besar
untuk mendapatkan presisi yang lebih baik.
Implikasi yang diharapkan dari penelitian ini adalah bagi dokter keluarga; agar
waspada mengenai tanda-tanda dari disfungsi pernikahan dan perceraian yang
impending, mendiskusikan fungsi keluarga dalam memberikan panduan yang
antisipatif dan menawarkan advis yang tepat, berperan dalam advokasi anak-
anak yang keluarganya mengalami disfungsi hingga perceraian, merujuk anak-
anak bermasalah ini ke tempat layanan yang protektif bagi anak,
mendiskusikan masalah perceraian dan perpisahan di antara orang tua dengan
menekankan pada cara mengatasi reaksi anak dan memberikan bahan bacaan
yang sesuai. Bagi kantor pengadilan agama (tempat putusan cerai dijatuhkan)
agar menyediakan tempat konsultasi atau mewajibkan konsultasi ke dokter
keluarga atau psikiater bagi keluarga pasangan yang sudah turun putusan
cerainya. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan
pendampingan anak-anak dari keluarga yang bercerai. Bagi petugas kesehatan
di layanan primer terutama posyandu; agar waspada akan keberadaan anak-
anak yang keluarganya bermasalah dan memberikan catatan khusus kepada
bidan dan struktur organisasi di atasnya untuk kepentingan surveilans. Bagi
bidan dan dokter di puskesmas dapat meningkatkan perannya sebagaimana
peran dokter keluarga yang telah disebutkan sebelumnya.