Top Banner
1 PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN TERAPI MUSIK DENGAN RELAKSASI NAFAS DALAM DAN DZIKIR TERHADAP SKALA NYERI DAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN LUKA BAKAR YANG DILAKUKAN PERAWATAN LUKA DI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO TAHUN 2017 Tati Muliatin Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih Tengah 1 No.1, Jakarta Pusat [email protected] ABSTRAK Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkkan oleh hantaran/radiasi electromagnet. Nyeri adalah suatu respon atau mekanisme pertahanan tubuh yang menandakan adanya masalah. Nyeri merupakan hal yang tidak menyenangkan dan merupakan sensasi yang sangat personal yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ada Perbandingan Efektifitas Relaksasi Nafas Dalam dan Terapi Musik dengan Relaksasi Nafas Dalam dan Dzikir terhadap skala nyeri dan tingkat kecemasan pasien luka bakar yang dilakukan perawatan luka di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasi eksperimen dengan rancangan Pre test-post test design. Sampel berjumlah 12 orang subjek dilakukan pemberian memberikan terapi musik dengan relaksasi nafas dalam dan terapi dzikir. Untuk menguji adanya Perbandingan Efektifitas Relaksasi Nafas Dalam dan Terapi Musik dengan Relaksasi Nafas Dalam dan Dzikir terhadap skala nyeri dan tingkat kecemasan pasien luka bakar yang dilakukan perawatan luka maka digunakan Uji T dependent. Berdasarkan hasil uji T dependen diperoleh P value < 0,05 sehingga H0 ditolak dapat di simpulkan bahwa ada Perbandingan Efektifitas Relaksasi Nafas Dalam dan Terapi Musik dengan Relaksasi Nafas Dalam dan Dzikir terhadap skala nyeri dan tingkat kecemasan pasien luka bakar yang dilakukan perawatan luka di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Disarankan untuk tenaga kesehatan agar memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga terkait fungsi dari terapi Musik dengan Relaksasi Nafas Dalam dan Dzikir terhadap skala nyeri dan tingkat kecemasan pasien luka bakar. Daftar Pustaka: 31 (1998-2015) Kata Kunci: Luka Bakar, Nyeri, Kecemasan, Relaksasi, Terapi Musik dan Dzikir
12

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Oct 15, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

1

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN TERAPI

MUSIK DENGAN RELAKSASI NAFAS DALAM DAN DZIKIR

TERHADAP SKALA NYERI DAN TINGKAT KECEMASAN

PASIEN LUKA BAKAR YANG DILAKUKAN PERAWATAN LUKA

DI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

TAHUN 2017

Tati Muliatin

Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Jl. Cempaka Putih Tengah 1 No.1, Jakarta Pusat

[email protected]

ABSTRAK

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas pada

tubuh, panas dapat dipindahkkan oleh hantaran/radiasi electromagnet. Nyeri adalah suatu

respon atau mekanisme pertahanan tubuh yang menandakan adanya masalah. Nyeri merupakan

hal yang tidak menyenangkan dan merupakan sensasi yang sangat personal yang tidak dapat

dibagi dengan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ada

Perbandingan Efektifitas Relaksasi Nafas Dalam dan Terapi Musik dengan Relaksasi Nafas

Dalam dan Dzikir terhadap skala nyeri dan tingkat kecemasan pasien luka bakar yang

dilakukan perawatan luka di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Desain yang digunakan pada

penelitian ini adalah Quasi eksperimen dengan rancangan Pre test-post test design. Sampel

berjumlah 12 orang subjek dilakukan pemberian memberikan terapi musik dengan relaksasi

nafas dalam dan terapi dzikir. Untuk menguji adanya Perbandingan Efektifitas Relaksasi

Nafas Dalam dan Terapi Musik dengan Relaksasi Nafas Dalam dan Dzikir terhadap skala nyeri

dan tingkat kecemasan pasien luka bakar yang dilakukan perawatan luka maka digunakan Uji

T dependent. Berdasarkan hasil uji T dependen diperoleh P value < 0,05 sehingga H0 ditolak

dapat di simpulkan bahwa ada Perbandingan Efektifitas Relaksasi Nafas Dalam dan Terapi

Musik dengan Relaksasi Nafas Dalam dan Dzikir terhadap skala nyeri dan tingkat kecemasan

pasien luka bakar yang dilakukan perawatan luka di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

Disarankan untuk tenaga kesehatan agar memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga

terkait fungsi dari terapi Musik dengan Relaksasi Nafas Dalam dan Dzikir terhadap skala nyeri

dan tingkat kecemasan pasien luka bakar.

Daftar Pustaka: 31 (1998-2015)

Kata Kunci: Luka Bakar, Nyeri, Kecemasan, Relaksasi, Terapi Musik dan Dzikir

Page 2: PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

2

PENDAHULUAN

Kulit dengan luka bakar akan

mengalami kerusakan pada epidermis,

dermis, maupun jaringan subkutan

tergantung faktor penyebab dan lamanya

kontak dengan sumber panas. Kedalaman

luka bakar akan mempengaruhi

kerusakan/integritas kulit dan kematian sel

(Moenajat, 2003). Kerusakan kulit akibat

luka bakar menimbulkan nyeri dan

perubahan psikologis bagi individu yang

mengalaminya, terutama luka bakar

superfisial yang luas dan luka bakar partial

thickness. Disamping nyeri akibat trauma

integumen, nyeri yang berlangsung terus

menerus juga dialami selama perawatan

luka dan terapi fisik (Black & hawk, 2014).

Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa luka bakar merupakan masalah yang

komplek yang tidak hanya mempengaruhi

fisik tetapi juga psikologis sehingga

diperlukan intervensi keperawatan untuk

mengurangi nyeri dan dampak dari

perubahan psikologis tersebut.

Pada respon nyeri, individu yang

mengalami luka bakar akan mengalami

nyeri hebat akibat terpaparnya ujung saraf

karena hilangnya integritas kulit. Respon

fisiologis terhadap nyeri berupa stimulasi

simpatik (nyeri ringan, moderat, dan

superficial) stimulus parasimpatik (nyeri

berat dan dalam). Gangguan fisik seperti

nyeri dapat mempengaruhi rasa nyaman

pasien dan mengganggu proses

penyembuhan luka yang disebabkan oleh

peningkatan kortisol (Nurachmah dkk,

2011). Menurut Lucia & Elsye (2016)

respon psikologis pada pasien luka bakar

yang mendapat terapi SEFT (Spiritual

emotional freedom technique) perasaan

pasien menjadi lebih tenang nyaman, ikhlas

dan pasrah, suka cita dan nyeri berkurang,

sedangkan respon fisiologisnya proses

penyembuhan luka lebih baik dan efektif.

Apabila pasien dibiarkan dalam kondisi

stressor akan menimbulkan dampak

gangguan psikologis yang lebih berat dan

penyembuhan luka yang lama (Azhari,

2012).

Perubahan psikologis terutama

kecemasan sering juga di alami oleh pasien

luka bakar dikarenakan kondisi ketidak

berdayaan, perawatan yang lama, regimen

perawatan yang menimbulkan nyeri,

protokol perawatan seperti pengendalian

infeksi dimana pasien ditempatkan di

ruangan khusus dan pengunjung harus

dibatasi sehingga pertemuan dengan

keluarga berkurang, dan kecacatan yang

diakibatkan luas dan lokasi luka bakar

(Black & Hawk, 2014). Kecemasan adalah

kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar, yang berkaitan dengan perasaan

yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan

ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Kecemasan dialami secara subjektif dan

dikomunikasikan secara personal.

Kecemasan adalah respon emosional dan

merupakan penilaian intelektual terhadap

suatu bahaya (Stuart, 2013). Oleh karena

banyaknya faktor atau kondisi psikologis

yang dialami oleh pasien dengan luka

bakar, dapat mempengaruhi tingginya

angka kecemasan. Dimana hal tersebut

dapat menjadi faktor penyulit dalam proses

penyembuhan penyakit.

Menurut WHO (World Health

Organization) tahun 2016, diperkirakan

265.000 kematian setiap tahun disebabkan

oleh luka bakar. Di India, lebih dari

1.000.000 orang dibakar setiap tahun.

Hampir 173.000 anak-anak Bangladesh

mengalami luka bakar. Pada tahun 2008,

lebih dari 410.000 luka bakar terjadi di

Amerika Serikat, dengan sekitar 40.000

yang membutuhkan rawat inap. Luka bakar

terjadi sebagian besar pada negara

berpenghasilan rendah dan menengah.

Page 3: PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

3

Luka bakar umumnya terjadi terutama di

rumah dan tempat kerja. Dibanyak negara

berpenghasilan tinggi, angka kematian

akibat luka bakar telah menurun, dan

tingkat kematian anak dari luka bakar saat

ini lebih dari 7 kali lebih tinggi di negara-

negara berpenghasilan rendah dan

menengah dibandingkan di negara-negara

berpenghasilan tinggi.

Di Indonesia kejadian luka bakar

pada tahun 2008 sebesar 2,2% dan menurun

sebesar 1,5% pada tahun 2013 menjadi

0,7%. Provinsi dengan angka kejadian

tertinggi adalah Papua sebanyak 2,0% dan

Bangka Belitung sebanyak 1,4% (Depkes,

2013). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh (Puji, 2012), sebagian besar

pasien luka bakar adalah orang dewasa

dengan perbandingan laki laki dan

perempuan sebesar 2,26 : 1 dan usia rata-

rata 25,7 tahun. Penyebab luka bakar pada

umumnya adalah gas LPG (30,4%), api

(25,7%) dan air panas (19,1%). Rata-rata

setiap bulannya terdapat 15-20 pasien baru

dengan luka bakar derajat I-II-III dan

luasnya antara 20-90% dengan lama

perawatan rata-rata lebih dari 1 bulan

(register Unit Luka Bakar RSCM, 2015).

Pada penelitian Moenajat (2003), tercatat

angka kejadian gangguan stres paska

trauma di RS Cipto Mangunkusumo adalah

16,2%, paska rawat inap 21,1% dan pada

rawat inap 10,7%. Karena itu pencegahan

terjadinya bahaya kebakaran dan

pertolongan pertama pada korban luka

bakar perlu disosialisasikan. Adanya

perbaikan managemen pelayananan baik

prehospital dan hospital untuk mengurangi

angka kesakitan dan kematian.

Kecemasan dan nyeri pada pasien

luka bakar dapat mengganggu rasa nyaman

dan mempengaruhi proses penyembuhan

luka. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Nurachmah, dkk (2011)

adanya gangguan fisik seperti nyeri dan

psikis dapat mempengaruhi rasa nyaman

pasien dan mengganggu proses

penyembuhan luka yang disebabkan oleh

peningkatan kortisol. Penelitian tersebut

menunjukkan ketika pasien diberikan rasa

nyaman dengan menggunakan metode

balutan luka, maka terjadi pengaktifan TGF

β1 yang dapat menurunkan produksi

kortisol, sehingga mempercepat proses

penyembuhan luka. Selain itu penurunan

kortisol memiliki efek hampir menyeluruh

dalam menurunkan seluruh aspek dari

proses inflamasi (H.Purwanto, 2014).

Dengan demikian perawat memiliki

peranan penting dalam menangani dampak

yang timbul dari luka bakar khususnya

kecemasan dan nyeri pada pasien.

Mempertahankan rasa nyaman pasien

selama prosedur pergantian balutan

menjadi pertimbangan untuk

meminimalkan respon nyeri pasien luka

bakar.

Beberapa intervensi terkait dalam

nyeri dan kecemasan dikembangkan dalam

berbagai penelitian dan telah banyak

dipublikasikan melalui jurnal dan literatur-

literatur yang selalu berkembang. Menurut

Bulechek, et al(2016) dalam mengatasi

masalah nyeri dan kecemasan, perawat

dapat melakukan beberapa intervensi

diantaranya teknik relaksasi nafas dalam

dan terapi musik. Intervensi ini telah

dibuktikan berdasarkan beberapa penelitian

yang telah dilakukan diantaranya oleh

Elfira, dkk (2012) pengaruh terapi musik

Mozart terhadap intensitas nyeri pada

pasien fraktur dengan sampel penelitian

sebanyak 20 orang, berdasarkan hasil nilai

p = 0,000 maka disimpulkan terdapat

pengaruh yang signifikan antara terapi

musik Mozart terhadap intensitas nyeri.

Dalam Penelitian lain dilakukan oleh Park,

Oh dan Kim (2013) yang meneliti tentang

Page 4: PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

4

efek relaksasi nafas dalam untuk

mengurangi nyeri dan cemas saat

perawatan luka bakar. Disimpulkan bahwa

teknik relaksasi nafas dalam dapat

dilakukan oleh perawat untuk mengurangi

nyeri dan kecemasan pasien. Sefti, dkk

(2015) melakukan penelitian tentang

pengaruh pemberian musik terhadap skala

nyeri akibat perawatan luka bedah pada

pasien pasca operasi di ruang perawatan

bedah Manado tahun 2015, penelitian

tersebut menjelaskan bahwa terapi musik

dan relaksasi nafas dalam dapat digunakan

sebagai intervensi dalam mengatasi nyeri

dan kecemasan.

Unit luka bakar RS. Cipto

Mangukusumo merupakan unit pelayanan

khusus yang memberikan perawatan pada

orang- orang yang menderita luka bakar

dan merupakan rumah sakit rujukan

nasional. Pada saat ini ruangan luka bakar

telah mengalami peningkatan pelayanan

berupa penambahan kapasitas tempat tidur

dan rungan ICU dan kamar operasi.

Peningkatan pelayanan bukan hanya dari

segi sarana saja,akan tetapi dari

keperawatan juga dituntun untuk

meningkatan pelayanan yang prima. Salah

satunya adalah melakukan perawatan luka

yang nyaman bagi pasien dan sesuai

standar. Perawatan luka merupakan

prosedur utama bagi pasien luka bakar akan

tetapi penatalaksanaannya sering kali

membuat pasien tidak nyaman dan

menimbulkan ketakutan, kondisi ini kadang

tidak berkurang walaupun terapi

farmakologi sudah diberikan. Oleh karena

itu peneliti tertarik melakukan penelitian

terhadap efektifitas relaksasi nafas dalam

dan terapi musik terhadap intensitas nyeri

dan cemas pada pasien luka bakar yang

sedang dilakukan perawatan luka.

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini, desain yang

digunakan quasi experimental dengan

nonequivalent control group pre test-post

test design yaitu metode eksperimental

dengan melibatkan kelompok intervensi

dan kelompok kontrol, dengan masing-

masing kelompok dilakukan observasi

sebelum dan sesudah intervensi. Metode ini

yang bermanfaat untuk mengungkapkan

hubungan sebab akibat dengan melibatkan

kelompok kontrol disamping kelompok

eksperimental.

Dalam rancangan ini, pada sampel

penelitian, sebelum dilaksanakannya

intervensi nafas dalam dan terapi musik

atau intervensi nafas dalam dengan dzikir

dilakukan observasi terlebih dahulu skala

nyeri dan tingkat cemas, kemudian

kelompok pertama (6 responden) diberikan

intervensi nafas dan terapi musik dan

kelompok kedua (6 responden) diberikan

intervensi nafas dalam dan terapi dzikir.

Setelah dilakukan intervensi kedua

kelompok diobservasi kembali tingkat

cemas dan skala nyeri. Intervensi dilakukan

pada saat melakukan perawatan luka bakar

dan dilakukan selama 4 hari. Hal ini

dilakukan untuk melihat perubahan tingkat

nyeri dan kecemasan yang terjadi setelah

adanya eksperimen.

Penelitian ini dilakukan di Unit

Pelayan Luka Bakar di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo pada bulan Desember

2016 sampai dengan bulan Januari 2017.

Sampel pada penelitian ini adalah 12

responden yaitu pasien luka bakar yang

sedang dirawat di ruang perawatan luka

Page 5: PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

5

bakar Rumah Sakit Ciptomangunkusumo

dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Usia sama dengan atau lebih dari 12

tahun

2. Pasien dengan luka bakar yang dirawat

minggu ke I dan ke II

3. Dapat berkomunikasi verbal dengan

baik

4. Mampu membaca dan Bersedia terlibat

dalam penelitian atau menjadi responden

dengan mengisi informed consent

Kriteria Ekslusi

1. Responden yang mengalami penurunan

kesadaran/ gangguan mental

2. Responden yang tidak bersedia menjadi

sampel penelitian

Alat pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini berupa

questioner, lembar observasi. Analisa data

yang digunakan pada penelitian ini adalah

analisa univariat dan analisa bivariat. Pada

analisis univariat data ditampilkan dalam

tabel proporsi atau persentase sedangkan

pada analisa bivariat dalam penelitian ini

menggunakan Uji Beda Dua Mean

Dependent (Uji T Dependent) dan Uji Beda

Dua Mean Independent (Uji T

Independent). Pada penelitian ini,

diperhatikan masalah etika yang dapat

muncul selama proses penelitian. Oleh

karena itu, masalah etika yang ditekankan

pada penelitian ini yang pertama adalah

dengan Autonomy dengan memberikan

Informed Consent.

HASIL PENELITIAN

karakteristik responden

Tabel 1: Umur Variabel Mean Std.

Deviasi

Minimal-

Maksimal

95% CI

Umur

36,08 12,537 13-53 28,12 –

44,05

Tabel 2: Jenis Kelamin No

.

Variabel Kategori Frekuensi (%) n = 12

1. Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

9 (75%)

3 (25%)

Analisa Bivariat

Tabel 3: Skala Nyeri Hari pertama Variabel Kelompok Pengukuran n Mean SD SE P.Value

Terapi

musik

dengan

relaksasi

nafas

dalam

Intervensi

(diberikan

terapi

musik)

Sebelum

Setelah

6

6,67

6,00

1,033

1,414

0,422

0,577

0,025

Terapi

Dzikir

Intervensi

(diberikan

terapi

Dzikir)

Sebelum

Sesudah

6

5,83

5,00

0,983

1,265

0,401

0,516

0,004

Tabel 4: Tingkat Kecemasan Hari Pertama Variabel Kelompok Pengukuran n Mean SD SE P.Value

Terapi

musik

dengan

relaksasi

nafas

dalam

Intervensi

(diberikan

terapi

musik)

Sebelum

Setelah

6

60,00

51,67

12,649

14,720

5,164

6,009

0,004

Terapi

Dzikir

Intervensi

(diberikan

terapi

Dzikir)

Sebelum

Sesudah

6

60,00

48,33

8,944

7,528

3,562

3,073

0,001

Tabel 5: skala nyeri hari kedua Variabel Kelompok Pengukuran n Mean SD SE P.Value

Terapi

musik

dengan

relaksasi

nafas

dalam

Intervensi

(diberikan

terapi

musik)

Sebelum

Setelah

6

6,50

5,67

1,409

1,211

0,428

0,494

0,004

Terapi

Dzikir

Intervensi

(diberikan

terapi

Dzikir)

Sebelum

Sesudah

6

5,50

4,67

0,837

0,816

0,342

0,333

0,004

Page 6: PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

6

Tabel 6: tingkat kecemasan hari Kedua Variabel Kelompok Pengukuran n Mean SD SE P.Value

Terapi

musik

dengan

relaksasi

nafas

dalam

Intervensi

(diberikan

terapi

musik)

Sebelum

Setelah

6

56,67

50,00

15,055

16,733

6,146

6,831

0,004

Terapi

Dzikir

Intervensi

(diberikan

terapi

Dzikir)

Sebelum

Sesudah

6

58,33

46,67

11,690

10,328

4,773

4,216

0,001

Tabel 7: skala nyeri hari Ketiga Variabel Kelompok Pengukuran n Mean SD SE P.Value

Terapi

musik

dengan

relaksasi

nafas

dalam

Intervensi

(diberikan

terapi

musik)

Sebelum

Setelah

6

6,17

5,33

1.329

1,211

0,543

0,494

0,004

Terapi

Dzikir

Intervensi

(diberikan

terapi

Dzikir)

Sebelum

Sesudah

6

4,67

3,67

1,211

1,033

0,494

0,422

0,012

Tabel 8 : tingkat kecemasan hari Ketiga Variabel Kelompok Pengukuran n Mean SD SE P.Value

Terapi

musik

dengan

relaksasi

nafas

dalam

Intervensi

(diberikan

terapi

musik)

Sebelum

Setelah

6

41,67

33,33

23,166

25,509

9,458

9,189

0,042

Terapi

Dzikir

Intervensi

(diberikan

terapi

Dzikir)

Sebelum

Sesudah

6

50,00

36,67

12,649

13,663

5,164

5,578

0,001

Tabel 9: skala nyeri hari Ke Empat Variabel Kelompok Pengukuran n Mean SD SE P.Value

Terapi

musik

dengan

relaksasi

nafas

dalam

Intervensi

(diberikan

terapi

musik)

Sebelum

Setelah

6

5,67

4,33

0,816

1,211

0,333

0,494

0,001

Terapi

Dzikir

Intervensi

(diberikan

terapi

Dzikir)

Sebelum

Sesudah

6

4,33

3,33

1,366

1,033

0,558

0,422

0,012

Tabel 10: Tingkat kecemasan hari Ke Empat

Variabel Kelompok Pengukuran n Mean SD SE P.Value

Terapi

musik

dengan

relaksasi

nafas

dalam

Intervensi

(diberikan

terapi

musik)

Sebelum

Setelah

6

33,33

28,33

25,820

21,370

10,541

8,724

0,076

Terapi

Dzikir

Intervensi

(diberikan

terapi

Dzikir)

Sebelum

Sesudah

6

48,33

33,33

14,720

12,111

6,009

4,944

0,001

Tabel 11: Distribusi Terapi Musik Dengan

Relaksasi Nafas Dalam Dan Dzikir

Variabel Pengukuran n Mean SD SE P.Value

Kelopok

kontrol

Nyeri

Terapi Dzikir

Terapi Musik

6

37,00

46,33

7,537

8,733

3,077

3,565

0,068

Kelopok

kontrol

Cemas

Terapi Dzikir

Terapi Musik

6

410,00

355,00

86,487

147,614

35,308

60,263

0,351

6,67 6 6,5 5,67 6,17 5,33 5,674,33

5,83 5 5,5 4,67 4,67 3,67 4,33 3,33

1 2 3 4 5 6 7 8

Intervensi Skala Nyeri terapi musik dengan relaksasi dan dzikir

Terapi musik dengan Relaksasi Nafas Dalam Terapi Dzikir

6051,67

56,6750

41,6733,33 33,33

28,33

6048,33

58,3346,67 50

36,6748,33

33,33

1 2 3 4 5 6 7 8

Intervensi Skala Cemas Terhadap terapi musik dengan relaksasi dan dzikir

Terapi musik dengan Relaksasi Nafas Dalam Terapi Dzikir

Page 7: PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

7

PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Hasil analisa didapatkan bahwa

responden berdasarkan karakteristik usia,

didapat nilai mean 36,08 dengan standart

deviasi 12,537 dengan rentang usia antara

13 tahun sampai 53 tahun. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh (Puji, 2012),

sebagian besar pasien luka bakar adalah

orang dewasa dengan perbandingan laki

laki dan perempuan sebesar 2,26 : 1 dan

usia rata-rata 25,7 tahun. Penyebab luka

bakar pada umumnya adalah gas LPG

(30,4%), api (25,7%) dan air panas

(19,1%). Rata-rata setiap bulannya terdapat

15-20 pasien baru dengan luka bakar

derajat I-II-III dan luasnya antara 20-90%

dengan lama perawatan rata-rata lebih dari

1 bulan (register Unit Luka Bakar RSCM,

2015). Hingga saat ini peneliti masih belum

menemukan data tambahan tentang konsep

dan penilitian terkait terhadap angka

kejadian luka bakar di dunia maupun di

Asia.

Berdasarkan hasil analisa

didapatkan bahwa responden yang berjenis

kelamin laki-laki sebesar 9 orang (75%).

Rata-rata pasien yang menjalani perawatan

luka bakar di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo sebagian besar adalah laki-

laki. Berdasarkan Toomey (2008) &

Wilson (2006) dalam Kozier (2011) jenis

kelamin dapat menjadikan faktor yang

signifikan dalam respon nyeri, dimana pria

lebih jarang melaporkan nyeri

dibandingkan wanita. Dibeberapa budaya

ada kebiasaan bahwa pria diharapkan tidak

terlalu menunjukkan respon nyeri.

Berdasarkan hasil analisa

didapatkan bahwa seluruh responden

menderita luka bakar derajat 2, yaitu

sebesar 12 orang (100%). Menurut

Moenajat (2003) luka bakar derajat tiga

merupakan Luka bakar yang mengenai

semua lapisan epidermis dan sebagian besar

dermis. Luka bakar ini ditandai oleh warna

yang merah dan melepuh. Luka bakar ini

mengenai seluruh lapisan kulit, jaringan

lemak, otot, pembuluh darah dan persarafan

hingga mengenai tulang-tulang.

Disebabkan kontak yang lama dengan api,

uap panas, bahan kimia, atau listrik

bervoltase tinggi sehingga luka bakar

terlihat seperti lilin, kuning kecoklatan,

berbintik-bintik, hangus, atau merah yang

tidak memucat. Luka-luka ini anastetik

karena resptor nyeri telah musnah.

Sehingga pada pasien dengan derajat luka

bakar 3 tidak dapat dijadikan sampel

dikarenakan musnahnya reseptor nyeri.

Sehingga peneliti hanya mengambil pasien

dengan luka bakar derajat 2 supaya mudah

untuk mendapatkan hasil penelitian sesuai

yang peneliti inginkan.

Analisa Bivariat

Untuk menguji perbedaan mean

pada pasien saat melakukan perawatan luka

bakar di ruang perawatan sebelum diberi

terapi musik dengan relaksasi nafas dalam

dan dzikir kemudian sesudah diberikan

terapi musik dengan relaksasi nafas dalam

dan dzikir menggunakan uji t- dependen.

Pengukuran skala nyeri dan cemas

dilakukan 4 hari. Pada saat intervensi

sebelum dan sesudah dilakukan intervensi

di dapat bahwa rata-rata skala nyeri dan

cemas mengalami perubahan yang

signifikan yaitu p value < 0,05 namun di

hari ke empat didapatkan tidak ada

perbedaan antara kelompok intervensi

terapi musik dan terapi dzikir dimana p

value untuk kelompok terapi musik

kususnya pada kecemasan klien di dapatkan

> 0,05 yang artinya tidak ada hubungan

yang bermakna dan tidak adanya perubahan

yang cukup signifikan terhadap rasa cemas

nya tersebut di banding kan dengan skala

Page 8: PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

8

nyerinya. Meskipun demikian terdapat

penurunan rata-rata nilai kecemasan dari

hari pertama (mean 60,00 dengan standart

deviasi 12,649 sebelum intervensi dan

sesudah intervensi 51,67 dengan standar

deviasi 14,720) sedangkan pada hari ke-4

(dengan nilai mean 48,33 dengan standar

deviasi 14,720 sedangkan nilai rata-rata

pada responden sesudah di intervensi

dengan terapi dzikir adalah 33,33 dengan

standar deviasi 12,111) yang menunjukan

bahwa setelah diberikan intervensi baik

terapi musik dan nafas dalam maupun

terapi dzikir, dapat menurunkan tingkat

kecemasan pasien dalam menjalankan

intervensi perawatan luka bakar.

Kecemasan pada pasien luka bakar

dapat mengganggu rasa nyaman dan

mempengaruhi proses penyembuhan luka.

Kecemasan adalah perasaan takut yang

tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.

Ketika merasa cemas, individu merasa

tidak nyaman atau takut atau mungkin

memiliki firasat akan ditimpa malapetaka

padahal ia tidak mengerti mengapa emosi

yang mengancam tersebut terjadi (Sheila,

2008). Setelah beberapa hari dilakukan

intervensi baik terapi musik dan nafas

dalam maupun dzikir, pasien telah memiliki

kesiapan ketika akan memulai perawatan

luka, sehingga perasaan takut yang timbul

menjadi lebih berkurang. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa Relaksasi Nafas

Dalam dan Terapi Musik dengan Relaksasi

Nafas Dalam dan Dzikir efektif terhadap

skala nyeri dan tingkat kecemasan pasien

luka bakar yang dilakukan perawatan luka

di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Nurachmah, dkk (2011)

adanya gangguan fisik seperti nyeri dan

psikis dapat mempengaruhi rasa nyaman

pasien dan mengganggu proses

penyembuhan luka yang disebabkan oleh

peningkatan kortisol. Penelitian tersebut

menunjukkan ketika pasien diberikan rasa

nyaman dengan menggunakan metode

balutan luka, maka terjadi pengaktifan TGF

β1 yang dapat menurunkan produksi

kortisol, sehingga mempercepat proses

penyembuhan luka. Selain itu penurunan

kortisol memiliki efek hampir menyeluruh

dalam menurunkan seluruh aspek dari

proses inflamasi (H.Purwanto, 2014).

Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian lain Bulechek, et al(2016)

dimana dalam mengatasi masalah nyeri dan

kecemasan, perawat dapat melakukan

intervensi teknik relaksasi nafas dalam dan

terapi musik.

Menurut Elfira, dkk (2012) dalam

studinya menyatakan bahwa terapi musik

Mozart dapat menurunkan intensitas nyeri

pada pasien fraktur (p < 0,000). Studi lain

tentang terapi music terhadap nyeri juga

menunjukan respon positif seperti pada

penelitian Sefti, dkk (2015) melakukan

penelitian tentang pengaruh pemberian

musik terhadap skala nyeri akibat

perawatan luka bedah pada pasien pasca

operasi di ruang perawatan bedah Manado

tahun 2015, penelitian tersebut menjelaskan

bahwa terapi musik dan relaksasi nafas

dalam dapat digunakan sebagai intervensi

dalam mengatasi nyeri dan kecemasan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Karakteristik usia dengan nilai rentang

antara 13 tahun sampai 53 tahun dan

didominasi jenis kelamin terbanyak

adalah laki-laki.

2. Terdapat perubahan yang signifikan

terhadap skala nyeri pada pasien luka

bakar yang dilakukan perawatan luka

pada kelompok intervensi terapi musik

sebelum diberikan terapi musik pada

Page 9: PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

9

hari keempat adalah 5,67 dan setelah

diberikan terapi musik adalah 4,33.

3. Terdapat perubahan yang signifikan

terhadap tingkat kecemasan pasien

luka bakar yang dilakukan perawatan

luka pada kelompok intervensi terapi

musik sebelum diberikan terapi musik

pada hari pertama adalah 60,00 dan

setelah diberikan terapi musik adalah

51,67.

4. Terdapat perubahan yang signifikan

terhadap skala nyeri pada pasien luka

bakar yang dilakukan perawatan luka

pada kelompok intervensi terapi dzikir

sebelum diberikan terapi dzikir pada

hari kedua adalah 5,50 dan setelah

diberikan terapi dzikir adalah 4,67.

5. Terdapat perubahan yang signifikan

terhadap tingkat kecemasan pasien

luka bakar yang dilakukan perawatan

luka pada kelompok intervensi terapi

dzikir sebelum diberikan terapi dzikir

pada hari keempat adalah 48,33 dan

setelah diberikan terapi dzikir adalah

33,33.

6. Terdapat perbedaan yang signifikan

terhadap Perbandingan Efektifitas

Relaksasi Nafas Dalam dan Terapi

Musik dengan Relaksasi Nafas Dalam

dan Dzikir terhadap skala nyeri dan

tingkat kecemasan pasien luka bakar

yang dilakukan perawatan luka di

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Saran

1. Bagi Pelayanan Kesehatan:

Meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan pada pasien luka bakar, baik

diruang perawatan rumah sakit

maupun klinik perawatan luka dengan

mengamati aspek biopsikososial.

2. Bagi Institusi Pendidikan:

Meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman mahasiswa dengan

menambahkan bahan kajian mengenai

terapi nonfarmakologi untuk

mengatasi nyeri dan cemas pada mata

ajar keperawatan medikal bedah.

3. Bagi Penelitian Keperawatan:

Diharapkan penelitian ini

meningkatkan pengetahuan peneliti

dan mengembangkan metode relaksasi

nafas dalam dan terapi musik untuk

menurunkan tingkat kecemasan dan

skala nyeri pasien luka bakar pada saat

perawatan luka dan diharapkan juga

penelitian ini dapat di kembangkan

dengan jumlah sample penelitian yang

lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA:

Arina & Faradisi,F. 2011. Perbedaan

efektifitas terapi murotal dan terapi

musik klasik terhadap tingkat

kecemasan pada pasien preoperasi

fraktur ektremitas di Rumah Sakit

Moewardi Surakarta. Retrivied

from: stikesmuh-pkj.ac.id

Azhari, N. (2012). Hubungan Body Image

dengan Mekanisme Koping yang

digunakan penderita Luka

Bakar di ruangan khusus Luka

Bakar bangsal Bedah RSUP

Muhammad Djamil, Padang.

Retrivied from:

repository.unand.ac.id

Ani Hary. (2015). Prayer and dhikir as

Spiritual related Interventions For

Reducing Post Surgery pain

Intensity in Moslems Patient.

Retrivied from:

www.ejmanager.com

Page 10: PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

10

Black.J.M dan Hawks. J.H. (2014).

Keperawatan medikal bedah :

Manajemen Klinis Untuk Hasil

Yang Diharapkan. Ed.8 (3). Jakarta

: Salemba Medika

Bulechek. G.M., Butcher.H.K.,

Dochterman.J.M., Wagner. C.M.

(2016). Nursing intervention

classification. Kidlington : Elcevier

Global Rights

Berman. (2009). Buku Ajar Praktik

Keperawatan Klinis, Jakarta

Penerbit: EGC

Brunner&Suddarth. (2010). Textbook Of

Medical Surgical Nursing (12th

ed).USA, Linppicott

Campbell. (2001). Efek Terapi

musik,memanfaatkan kekuatan

musik, Jakarta, Gramedia, Pustaka

utama

Depkes. (2013). Prevalensi luka bakar di

Indonesia. Retrivied from. http :

USU.co.id

De Jong. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah,

Edisi 2, Jakarta Penerbit: EGC

Djohan. 2006. Terapi musik teori dan

aplikasi,Yogyakarta, galang press

Dody.S,et al, Terapi musik relaksasi dan

suara alam terhadap tingkat nyeri

dan kecemasan pasien, Retrivied

From Jurnal keperawatan dan

kebidanan (JIKK), Vol I, No: 8, Juni

2013; 448-462

Elfira, Yuhendri. (2012). Pengaruh terapi

musik Mozart terhadap intensitas

nyeri pada pasien fraktur di RSUD.

Achmad Mochtar, Bukittinggi,

Retrivied from Jurnal.Kesehatan

STIKes Prima Nusantara

Bukittingggi, Vol 4 No 1 Januari

2012

Hannan. (2014). Dzikir Khafi untuk

menurunkan tingkat kecemasan

Lansia, 2014, Retrivied from

e-journal.wiraraja.ac.id

Hidayat, A. A. A. (2007). Metode

penelitian keperawatan dan tehnik

analisis data, Jakarta Penerbit:

Salemba Medika

Hudak & Gallo. (2010). Keperawatan

Kritis, Edisi VI, Penerbit: EGC

Buku Kedokteran.

Homzova & Zelenicova, Measuring Pre-op

Anxiety in Patient Undergoing

Elective Surgery in Chezch

Republik, Retrivied from Central

European Journal Of Nursing And

Widwifery, (2015 : 6(4) : 321-326

Jokomono. (2016). Intervensi musik

gamelan untuk mengurangi nyeri

dan kecemasan pada pasien akut di

unit gawat darurat rumah sakit

Mardi Rahayu Kudus. Retrivied

from akbidmr.ac.id

Kozier, B; Glenora; Audrey; Shirlee.

(2010). Fundamental

Nursing:Concept and Procedures,

7th edition, USA: Pearson Prentice

Hall.

LeMone. (2015). Medical Surgical

Nursing: Critical Thinking in

Patient Care Volume 1, Edisi:

5,penerbit: EGC.

Page 11: PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

11

Moenajat. (2003). Luka bakar pengetahuan

klinis praktis, Edisi Revisi, Jakarta,

Balai Penerbit: FKUI.

Mutia,F. 2014. Pengaruh kompres panas

dan dingin terhadap penurunan

nyeri kala I fase persalinan

fisiologis ibu primipara. Retrivied

from: Journal.fk.unand.ac.id

Mukhoirotin, et al. (2010). Pemanfaatan

Stimulasi Kutaneus (Slow Stroke

Back Massage) terhadap penurunan

intensitas nyeri haid, Retrivied from

Jurnal.unipdu.ac.id

Notoatmojo, S. (2012). Metodologi

penelitian kesehatan, Jakarta:

Penerbit: Rineka Cipta

Ni Made. 2012. Pengaruh pemberian GIM

terhadap nyeri pada pasien post

operasi Fraktur di RSUD

Panembahan Senopati Bantul,

Retrivied from: Jurnal Respati.ac.id

Novita. 2012. Pengaruh terapi musik

terhadap nyeri post operasi ORIF di

RSUD Abdul Moeloek, Lampung.

Retrivied from: Journal.lib.ui.ac.id

Nurachmah, Elly., Kristanto, Heri., &

Gayatri, Dewi. (2011). Aspek

kenyamanan pasien luka kronik

ditinjau dari transforming growth

faktor β1 dan kadar kortisol.

Retrivied from http://journal.ui.ac.id

Makara Kesehatan, 15 (2).

Nursalam. (2011). Metodelogi Penelitian

Ilmu Keperawatan: Pendekatan

Praktis, Edisi 3, Jakarta, Salemba

Medika.

Park. E., Oh. H dan Kim. Taeim. (2013).

The effect of relaxation breathing

on procedural pain and anxiety

during burn care (Article).

Retrivied from www.elsevier.com

Perry & Potter. 2010. Buku Ajar

Fundamental Keperawatan Edisi 4

Volume I, Jakarta Penerbit:

EGC

Puji. (2012). Epidemiology of Burn Injuries

in Cipto Mangunkusumo hospital

from 2009-2010. Retrivied from

www.JPR journal.com

Retnowati, dkk. 2000. Hubungan persepsi

tentang menopause dengan tingkat

kecemasan pada wanita yang

menghadapi menopause. Retrivied

from : Jurnal psikologis 2000.no

2,96-100

Rompas, et al. (2015). Pengaruh pemberian

musik terhadap skala nyeri akibat

perawatan luka bedah pada pasien

pasca operasi di ruang Perawatan

Bedah Flamboyan RS. TK III

Wolter Mongosidi, Menado,

Retrivied From: e-Jurnal

Keperawatan Volume 3 nomor: 2,

Mei 2015

Satiadarma. 2004. Teori Alternatif, Jakarta,

Yayasan spiritia

Scou. 2008. Music Therapi for post cardiac

patient, Aalborg university,

Denmark download from ubn.aau

on Desember 12, 2016

Stuart, G. W., & Laraia, M. T. (2013).

Principles & practice of psychatric

nursing edisi 10. USA: Mosby.

Page 12: PERBANDINGAN EFEKTIFITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

12

Sugiyono. (2013). Penelitian Kuntitatif,

Bandung, Alfabeta

Tamsuri. (2016). Konsep dan

penatalaksanaan nyeri, Jakarta

Penerbit: EGC

Ust.Zen. (2007). Kekuatan metode

lafidzi,Hidup sehat dengan olah

lahir, pikir dan

Dzikir,Jakarta, Qultum Media

Utomo. 2015. Pengaruh wudhu terhadap

kecemasan saat menghadapi ujian

praktikum pada mahasiswa

keperawatan UIN

syarifhidayatullah,Jakarta.

Retrivied from: Jurnal

repository.uinjkt.ac.id

WHO. 2016. Prevalence of Burns.

Retrivied from http://www.who.int

Yusrizal, et al. (2012). Pengaruh Tehnik

Relaksasi Nafas Dalam & Masase

terhadap penurunan skala nyeri

pada pasien apendiktomi di RSUD

Dr. M. Zein Painan.Retrivied from

Ners Jurnal Keperawatan Volume

8, No 2, Desember 2012 : 138-146

Yuanita. 2008. Terapi musik untuk anak

balita panduan untuk

mengoptimalkan kecerdasan anak,

Yogyakarta, Cemerlang Publishing