Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Keadaan stres oksidatif akhir-akhir ini makin banyak diteliti karena dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, antara lain preeklamsi pada ibu hamil. Preeklamsi dan eklamsi merupakan penyakit pada ibu hamil yang ditandai oleh trias gejala yaitu hipertensi, proteinuri, dan edem, serta akan sembuh dengan sendirinya setelah dilahirkannya janin dan plasenta. Santosa S, Delima ER, dkk. Peran F2-Isoprostan dan Nitrik Oksida Sebagai Penanda Stres Oksidatif dan Disfungsi Endotel Pada Penderita Preeklamsi. JKM. Vol. 7 No. 1 Juli 2007: 47-54 Preeklamsia diklasifikasikan menjadi jenis ringan dan berat dan pada keadaan ekstrim dapat mengakibatkan kegagalan hati dan ginjal, koagulopati intravaskuler, dan kelainan sistem saraf pusat, termasuk kejang. Karena satu-satunya obat adalah persalinan, preeklampsia dikaitkan dengan kematian ibu dan morbiditas bayi yang tinggi. Di Amerika Serikat,
45

perbaikan refrat1

Apr 24, 2015

Download

Documents

hhh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: perbaikan refrat1

BAB IPENDAHULUAN

Keadaan stres oksidatif akhir-akhir ini makin banyak diteliti karena dapat

menimbulkan berbagai macam penyakit, antara lain preeklamsi pada ibu hamil.

Preeklamsi dan eklamsi merupakan penyakit pada ibu hamil yang ditandai oleh

trias gejala yaitu hipertensi, proteinuri, dan edem, serta akan sembuh dengan

sendirinya setelah dilahirkannya janin dan plasenta.

Santosa S, Delima ER, dkk. Peran F2-Isoprostan dan Nitrik Oksida Sebagai Penanda Stres Oksidatif dan Disfungsi Endotel Pada Penderita Preeklamsi. JKM. Vol. 7 No. 1 Juli 2007: 47-54

Preeklamsia diklasifikasikan menjadi jenis ringan dan berat dan pada

keadaan ekstrim dapat mengakibatkan kegagalan hati dan ginjal, koagulopati

intravaskuler, dan kelainan sistem saraf pusat, termasuk kejang. Karena satu-

satunya obat adalah persalinan, preeklampsia dikaitkan dengan kematian ibu dan

morbiditas bayi yang tinggi. Di Amerika Serikat, preeklampsia diyakini

bertanggung jawab atas 15% dari kelahiran prematur dan 17,6% dari kematian

ibu. Di seluruh dunia, preeklampsia dan eklampsia diperkirakan akan bertanggung

jawab untuk sekitar 14% dari kematian ibu per tahun (50.000-75.000).

1. Goldenberg RL, Rouse DJ. Prevention of premature birth. N Engl J Med. Jul 30 1998;339(5):313-20. [Medline].

2. WHO, 2004. Bethesda, MD. Global Burden of Disease for the Year 2001 by World Bank Region, for Use in Disease Control Priorities in Developing Countries, National Institutes of Health: WHO. Make every mother and child count. World Health Report, 2005, Geneva:World Health Organization, 2005. 2nd ed.

Page 2: perbaikan refrat1

Preeklampsia/eklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan

mortalitas ibu dan bayi di dunia khususnya negara-negara sedang berkembang.

Pada negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3 persen

sampai 0,7 persen, sedang di negara-negara maju angka eklampsia lebih kecil,

yaitu 0,05 persen sampai 0,1 persen. Di Indonesia preeklampsia berat dan

eklampsia merupakan penyebab kematian ibu berkisar1,5 persen sampai 25

persen, sedangkan kematian bayi antara 45 persen sampai 50 persen.

Djannah s, arianti a. Gambaran Epidemiologi Kejadian Preeklampsia/Eklampsia Di Rsu Pku Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007–2009. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 4 Oktober 2010: 378–385

Banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya insiden preeklamsia pada ibu

hamil. Faktor risiko yang dapat meningkatkan insiden preeklampsia antara lain

molahidatidosa, nulipara, usia kurang dari20 tahun atau lebih dari 35 tahun, janin

lebih dari satu, multipara, hipertensi kronis, diabetes mellitus atau penyakit ginjal.

Preeklampsia/eklampsia dipengaruhi juga oleh paritas, genetik dan faktor

lingkungan.

Djannah s, arianti a. Gambaran Epidemiologi Kejadian Preeklampsia/Eklampsia Di Rsu Pku Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007–2009. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 4 Oktober 2010: 378–385

Page 3: perbaikan refrat1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. PRE EKLAMSIA

a. Definisi

Menurut mitayani Pre eklamsia adalah keadaan dimana hipertensi

disertai dengan proteinuria, edema atau kedua-duanya yang terjadi akibat

kehamilan setelah minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila

terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba

Medika

Menurut sujiyantini pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai

proteinnuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera

setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20

minggu pada penyakit trofoblas.

Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika

Menurut kamus saku kedokteran Dorland, preeclampsia adalah toksemia

pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,edema, dan proteinuria.

Eklampsia adalah konvulsi dan koma, jarang koma saja, yang terjadi pada

wanita hamil atau dalam masa nifas dengan disertai hipertensi, edema dan

atau proteinuria.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pre-eklamsi-dan-eklamsi.html#ixzz2Ekq7iqnab. Epidemiologi

Page 4: perbaikan refrat1

Preeklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu

dan bayi di dunia khususnya negara-negara sedang berkembang. Pada negara

sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3 persen sampai

0,7 persen, sedang di negara-negara maju angka eklampsia lebih kecil, yaitu

0,05 persen sampai 0,1 persen. Di Indonesia preeklampsia berat dan

eklampsia merupakan penyebab kematian ibu berkisar1,5 persen sampai 25

persen, sedangkan kematian bayi antara 45 persen sampai 50 persen.

Djannah s, arianti a. Gambaran Epidemiologi Kejadian Preeklampsia/Eklampsia Di Rsu Pku Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007–2009. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 4 Oktober 2010: 378–385

1.1 PREEKLAMSI RINGAN

Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Obstetri dan

Ginekologi RSUD Ulin-FK Unlam Banjarmasin 2004 :17-29

a. Definisi

Preeklampsi ialah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema

akibat kehamilan setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah

persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum kehamilan 20 minggu bila

terjadi penyakit trofoblastik.

b. Etologi

Tidak diketahui dengan pasti. Zweifel (1916) : Preeklampsia, the

desease of theories. Faktor-faktor predisposisi terjadinya HDK :

1. Primigravida atau nullipara, terutama pad a umur reproduksi

ekstrim., yaitu teenager dan umur 35 tahun ke atas.

2. Multigravida dengan kondisi klinis :

Page 5: perbaikan refrat1

Kehamilan ganda dan hidrops fetalis

Penyakit vaskular termasuk hipertensi esensial kronik dan

diabetes melitus

Penyakit-penyakit ginjal

3. Hiperplasentosis :

Mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrop fetalis, bayi besar dan

diabetes melitus.

4. Riwayat keluarga pernah mengalami preeklampsia atau eklampsia

5. Obesitas dan hidramnion

6. Gizi yang kurang dan anemia

7. Kasus-kasus dengan kadar asam urat tinggi, defisiensi kalsiurn,

defisiensi asam lemak tak jenuh dan kurang antioksidan.

c. Patofisiologi

Belum diketahui dengan pasti. Proses iskemik uteroplasenter yang

menyebabkan yasospasmus arteriole/kapiler secara umum sehingga

menimbulkan kelainan patologis pada organ-organ vital, antara lain hati,

ginjal, otak, paru dan jantung.

d. Gejala Klinik

Kenaikan tekanan darah sistolik > 30 mmHg atau diastolik > 15

mrnHg (dari tekanan darah sebelum hamil) pada keharnilan 20 minggu

atau lebih, atau slstolik > 140 mmHg « 160 mrnHg) dan diastolik 90

mmHg « 110 mmHg), ditambah :

Protein urine:

Page 6: perbaikan refrat1

> 0,3 g/lt dalam 24 jam atau secara kualitatif(++)

Edema pada :

o Pretibial

o Dinding perut

o Lumbosakral Wajah/tangan, atau

o Kenaikan berat badan:

> 500 glminggu ~ > 2000 glbulan

> 13 kg selama kehamilan

e. Penatalaksanaan

Rawat jalan

o Banyak istirahat (baring/tidur miring)

o Makan cukup protein, rendah karbohidrat, rendah lemak dan

garam

o Sedatif ringan : fenobarbital 3 x 30 mg/peroral 7 hari, atau

diazepam 3 x 2 rng 7 hari

o Roborantia (vitamin dan mineral)

o Pemeriksaan laboratorium ;

- Hb, Ht, Trombosit

- Asam urat darah

- Urine lengkap

- Fungsi hati dan ginjal

o Tidak boleh diberikan diuretikum atau antihipertensi .

o Periksa ulang 1 x 1 minggu

Page 7: perbaikan refrat1

Penderita baru dirawat :

o Setelah 2 rninggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan

adanya perbaikan gejala-gejala preeklampsi.

o Kenaikan berat badan ibu ~ 1 kg perminggu selama 2 kali

berturut- turut.

o Timbulnya salah satu atau lebih tanda-tanda preeklamsi berat

Evaluasi

o Untuk ibu

Pemeriksaan fisik yang diperlukan ;

- Pitting edema pagi hari bangun tidur BB tiap pagi hari

bangun tidur

- Tentukan indeks Gestosis tiap 12 jam pada pagi dan!

hari.

- TD tiap 6 jam (kecuali tidur)

- Urine tiap 3 jam dan dijumlahkan dalam 24 jam (tidak

usah kateter menetap)

Pemeriksaan laboratorium

Konsultasi dengan bagian lain (Bagian mata, jan tung, dan

lain- lain)

o Untuk plasenta secara teoritis diperlukan pemeriksaan

hormon plasenta ; lactogen dan estriol.

o Untuk janin

Fetal well-being: USG, KTG dan Amnioskopi

Page 8: perbaikan refrat1

Fetal maturity: USG, Amniosentesis

o Persalinan

Penderita preeklampsi ringan yang mencapai normotensif

selama perawatan persalinan yang ditunggu sampai 40

minggu. Lewat TP dilakukan induksi partus.

Penderita preeklampsi ringan yang tekanan darahnya tu

selama perawatan, tetapi belum rnencapai normotensif,

termir kehamilan dilakukan pada keharnilan 37 minggu

Cara persalinan

- Spontan

- Bila perlu memperpendek kala II (vaccum dan

forceps)

f. Komplikasi

Komplikasi tidak selalu ada.

g. Tindak Lanjut

Sebelum lahir : kontrol di poliklinik lebih sering

Sesudah lahir : kontrol poli laktasi 1 minggu postpartum

h. Prognosis

Dubia ad bonam

1.2 PREEKLAMPSI BERAT

a. Definisi

Page 9: perbaikan refrat1

Suatu .komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya

hipertensl 160/110 mmHg disertai proteinuria dan edema, pada kehamilan

20 minggu atau lebih.

b. Gejala Klinis

Diagnosis

Preeklampsi be rat bila terdapat satu atau lebih gejala/tanda berikut ini:

a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg, diastolik > 110 mmHg

b. Proteinuria> 5 g/24 jam atau kualitatif (++++)

c. Oliguria, jumlah produksi urin 500 mI/24 jam yang disertai

kenaikan kadar kreatinin darah

d. Gangguan visus dan serebral

e. Nyeri epigastrium

f. Edema paru atau sianosis

g. Pertumbuhan janin intrauterine terhambat

h. Adanya sindroma HELLP (H: Hemolysin, EL : Elevated Liver

enzymes, LP ..Low Platelet count).

Impending eklampsia

Bila preeklampsia berat disertai gejaJa berikut ini :

Nyeri kepala hebat

Gangguan visual

Muntah-muntah

Nyeri epigastrium

TD naik secara progresif

Page 10: perbaikan refrat1

c. Penatalaksanaan

Perawatan aktif

Indikasi, bila didapatkan satu atau lebih keadaan ini :

o Ibu

Kehamilan > 37 minggu

Adanya tanda impending eklampsia

Perawatan konservatif gagal :

- 6 jam setelah pengobatan medisinal terjadi kenaikan TD

- 24 jam setelah pengobatan medisinal gejaJa tidak berubah

o Janin

Adanya tanda-tanda gawat janin

Adanya pertumbuhanjanin terhambat dalam rahim

o Laboratorium

Adanya sindroma HELLP

Pengobatan medisinal

o Segera MRS

o Tirah baring miring ke sisi kiri

o Infus 05%: RL 2: 1 (100 -125 ml/jam)

o Antasida

Page 11: perbaikan refrat1

o Diet: cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam

o Obat-obatan anti kejang : sulfat magnesikus/SM/MgS04

Dosis await 8 g SM (20 ml 40%) : 4 g bokong kanan & 4 g

bokong kiri

Dosis ulangan, tiap 4 jam : 4 g SM (10 cc 40%) im

Syarat-syarat pemberian sulfas magnesikus :

- Tersedia kalsium glukonas 1 g - 10 ml 10% iv pelan (3

menit)

- Refleks patella (+) kuat

- Pernafasan > 16 x/menit, tanpa tanda-tanda distress

pernafasan

- Produksi urin > 100 ml dalam 4 jam sebelumnya (0,5/kg

bb/jam)

Dihentikan bila :

- adanya tanda-tanda intoksikasi

- setelah 24 jam paska persalinan

- 6 jam paska persalinan normotensif

Mencegah komplikasi

- Diuretika diberikan atas indikasi :

o Edema paru

o Payah jantung kongestif

o Edema anasarka

Page 12: perbaikan refrat1

o Kelainan fungsi ginjal (bila faktor prerenal sudah

diatasi), yang dipakai furosemid (Lasix 40 mg im)

- Antihipertensi diberikan atas indikasi :

Tekanan arah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 100

mmHg

Preparat antihipertensi ;

o Clonidine (Catapres) 1 ampul = 0,15 rng/ml'

1 ampul + 10 ml NaCl fisiologis/aquadest, masukkan 5

ml iv pelan (5 menit) 5 menit kemudian TD diukur,

bila tidak turun berikan sisanya (5 ml iv pelan 5 menit),

pemberian dapat diulangi tiap 4 jam sampai TD

normotensif.

o Serapasil

1 mg + 1 0 ml NaCl flslologis/aquadest, masukkan 2,5

ml iv pelan 5 menit TD diukur lagi, bila tidak turun

berikan lagi 2,5 ml iv pelan, dan seterusnya sarnpai TD

yang diinginkan tercapai.

o Hidralazin (Apresolin), 1 ampul = 20 mg

1 ampul diencerkan iv pelan melalui karet infus

dapat diulangi setelah 20 - 30 menit.

Page 13: perbaikan refrat1

- Kardiotonika atas indikasi :

Adanya tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan

Cedilanid digitalisasi cepat sebaiknya kerja sarna dengan

penyakit jantung.

- Lain-lain

o Antipiretika atas indikasi suhu rektal > 38,50C

Xylomidon 2 ml dan atau kompres dingin/alkohol

o Antibiotika kalau ada indikasi

o Analgetika atas indikasi kesakitan/gelisah 50 - 75

mg petidin, < 2 jam sebelumjanin lahir.

- Pengobatan obstetric

Cara pengakhiran kehamilan/persalinan

o Belum inpartu

Induksi persalinan

niotomi

Drip oksitosin dengan syarat skor Bishop

SC bila:

Syarat drip oksitosin tidak terpenuhi

12 jam sejak drip oksitosin belum masuk fase aktif

Pada primigravida cenderung SC

o Inpartu

Kala I:

Fase Iaten tunggu 6 jam fase laten SC

Page 14: perbaikan refrat1

Fase aktif'(amnioiomi, drip pitosin)

Kala II:

Tindakan dipercepat sesuai dengan syarat yang

terpenuhi

- Perawatan konservatif

Indikasi perawatan konservatif Q Kehamilan < 37

minggu

- Keadaanjanin baik

- Tak ada impending ekJampsia

Pengobatan medisinal

- Diberikan 20 g SM 40% im sebagai dosis awal,

dilanjutkan 10 g setiap 4 jam

- Bila ada perbaikan atau tetap diteruskan 24 jam

- Apabila setelah 24 jam ada tanda-tande perbaikan

maka pengobatan diteruskan sebagai berikut :

Diberikan tablet diazepam 3 x 5 mg p.o atau

luminal 3 x 30 - 60mg p.o

Obat-obatan antihipertensi oral diberikan

apabila tekanan darah masih 160/110 mmHg

atau lebih

Obat-obatan diuretika hanya diberikan atas

indikasi

Page 15: perbaikan refrat1

d. Komplikasi

lbu

o CVD

o Gagal jantung

o Gagal ginjal

o Solusio plasenta

Anak

o IUGR

o Gawat janin

o Janin mati

o HELLP syndrome

e. Tindak Lanjut

Perawatan di rumah sakit

Setelah melahirkan kontrol di Poliklinik Laktasi

f. Prognosis

Dubia

Tergantung indeks gestosis, makin tinggi indeks gestosis makin

jelek prognosisnya.

Page 16: perbaikan refrat1

2. EKLAMSIA

a. Definisi

Eklampsia merupakan kasus akut, pada penderita preeklampsia, yang

disertai dengan kejang dan atau koma. Sebelumnya wanita tersebut

menunjukkan gejala-gejala preeklampsia (kejang-kejang timbulnya bukan

akibat kelainan neurologik).

Soedarto dkk. Hipertensi dalam Kehamilan dalam: Pedoman Diagnosis dan

Terapi Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi. RSUD Ulin FK Unlam, Banjarmasin; 17-

29

Eklampsia adalah terjadinya kejang pada preeklampsia yang jenis

kejang tersebut tidak dapat dibuktikan oleh sebab lain, dan biasanya disusul

dengan koma. Kejang berbentuk grand mal, dapat terjadi pada sebelum, saat,

dan setelah persalinan. Pada nulipara kejang dapat timbul setelah 24 jam

pasca pesalinan, bahkan sampai 10 hari pasca persalinan.

Sudhaberata K. Penanganan Preeklampsia Berat dan Eklampsia dalam: Cermin Dunia Kedokteran No.133 Jakarta 2001; 27-31

b. Etiologi

Penyebab terjadinya preeklampsia-eklampsia sampai sekarang belum

diketahui secara pasti. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan

Page 17: perbaikan refrat1

penyebab kelainan ini sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai “The

Disease of Theory”. Adapun teori tersebut antara lain:7

Ansar DM, Simanjuntak P, Handaya, Sjahid Sofjan. Panduan Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia. Satgas gestosis POGI, Ujung Pandang 1985; 12-20

1. Peran prostasiklin dan tromboksan

Pada preeklampsia-eklampsia didapatkan adanya kerusakan endotel

vascular sehingga terjadi penurunan produksi prosrasiklin (PGI2) yang pada

kehamilan normal meningkat, aktifitas penggumpalan dan fibrinolisis, yang

kemudia akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi

antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktifitas trombosit

menyebabakan pelepasan tromboksan (TA2) dan serotonin, sehingga terjadi

vasospasme dan kerusakan endotel.

2. Peran faktor imunologis

Preeklampsia-eklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan

kadang tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Fierlie FM (1982)

mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sisitem imun pada

penderita preeklampsia.

Beberapa wanita dengan preeklampsia mempunyai kompleks imun

pada serum.

Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktifitas sistem komplemen

pada preeklampsia-eklampsia diikuti dengan proteinuria.

Page 18: perbaikan refrat1

3. Peran faktor genetik

Beberapa bukti yang menunjukan peran faktor genetik pada kejadian

preeklampsia-eklampsia antara lain :

Preeklampsia hanya terjadi pada manusia

Keturunan ibu penderita preeklampsia-eklampsia mempunyai risiko

lebih tinggi untuk menderita preeklampsia-eklampsia

c. Patofisiologi

Perubahan aliran darah pada uterus dan plasenta adalah patofisiologi

yang terpenting pada preeklampsia-eklampsia dan merupakan penentu hasil

akhir kehamilan yaitu :

Soedarto dkk. Hipertensi dalam Kehamilan dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi. RSUD Ulin FK Unlam, Banjarmasin; 17-29

1. Terjadi iskemik uteroplasenter mengakibatkan ketidakseimbangan antara

massa plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi darah sirkulasi

yang berkurang

2. Hipoperfusi uterus menjadi rangsangan produksi renin di uteroplasenta,

mengakibatkan vasokontriksi yang lain, sehingga dapat terjadi tonus

pembuluh darah yang lebih tinggi

3. Oleh karena adanya gangguan sirkulasi uteroplasenter ini, terjadi

penurunan suplai darah yang mengandung oksigen dan nutrisi ke janin.

Akhirnya bervariasi dari gangguan pertumbuhan janin sampai hipoksia

dan kematian dalam kandungan.

Page 19: perbaikan refrat1

Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh

penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui

sebabnya. Hal ini mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat

disebabkan oleh karena spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada

filtrasi glomerolus.

Mochtar R, Toksemia Gravidarum dalam: Sinopsis Obstetri jilid 1 edisi 2. Jakarta, EGC 1998; 198-208.

d. Gejala klinik

Eklampsia selalu didahului oleh preeklampsia. Perawatan prenatal

untuk kehamilan dengan predisposisi preeklampsia perlu ketat dilakukan,

agar dapat dikenal sedini mungkin gejala-gejala prodromal eklampsia. Sering

dijumpai wanita hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang-kejang

eklampsia, karena tidak terdeteksi adanya preeklampsia sebelumnya.

Angsar D. Hipertensi dalam Kehamilan Edisi II. Lab/SMF Obstetri-Ginekologi FK UNAIR, Maret 2003; 1-44

Sudhaberata K. Penanganan Preeklampsia Berat dan Eklampsia dalam: Cermin Dunia Kedokteran No.133 Jakarta 2001; 27-31

a. Eklampsia merupakan kasus akut, pada penderita preeklampsia, yang

disertai dengan kejang dan koma. Sama halnya dengan preeklampsia,

eklampsia dapat timbul pada ante, intra dan post partum. Eklampsia post

Page 20: perbaikan refrat1

partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah

persalinan.

b. Pada penderita preeklampsia yang akan kejang, umumnya memberi

gejala-gejala atau tanda-tanda yang khas, yang dapat dianggap sebagai

tanda prodromal akan terjadinya kejang. Preeklampsia yang disertai

dengan tanda-tanda prodromal ini disebut sebagai ‘impending eklampsia’

atau ‘imminent eklampsia’

Tabel: Tanda/ Gejala-gejala prodomal kejang (impending eklampsia)

Tanda –tanda / gejala Penyebab

Nyeri kepala hebat

Gangguan visus

Muntah-muntah

Nyeri epigastrium

Edema cerebri

Edema cerebri

Edema cerebri

Terganggunya kapsul hepar

atau perdarahan subkapsuler

c. Eklampsia selalu didahului oleh preeklampsia. Perawatan prenatal untuk

kehamilan dengan predisposisi preeklampsia perlu ketat dilakukan, agar

dapat dikenal sedini mungkin gejala-gejala prodromal eklampsia. Sering

dijumpai wanita hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang-

Page 21: perbaikan refrat1

kejang eklampsia, karena tidak terdeteksi adanya preeklampsia

sebelumnya.

d. Kejang-kejang dimulai dengan ‘kejang tonik.’ Tanda-tanda kejang tonik

ialah dengan dimulainya gerakan kejang berupa “twitching” dari otot-otot

muka khususnya sekitar mulut, yang beberapa detik kemudian disusul

konstraksi otot-otot tubuh yang menegang, sehingga seluruh tubuh

menjadi kaku. Pada keadaan ini wajah penderita mengalami distorsi, bola

mata menonjol, kedua lengan fleksi, tangan menggenggam, kedua tungkai

dalam posisi inverse. Semua otot tubuh pada saat ini dalam keadaan

kontraksi tonik. Keadaan ini berlangsung 15 – 30 detik.

e. Kejang tonik ini segera disusul dengan ’kejang klonik’. Kejang klonik

dimulai dengan terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali

dengan kuat disertai pula dengan terbuka dan tertutupnya kelopak mata.

Kemudian disusul dengan konstraksi intermitten pada otot-otot muka dan

otot-otot seluruh tubuh. Begitu kuat kontraksi otot-otot tubuh ini sehingga

seringkali penderita terlempar dari tempat tidur. Sering kali pula lidah

tergigit akibat kontraksi otot rahang yang terbuka dan tertutup dengan

kuat. Dari mulut keluar liur berbusa yang kadang-kadang disertai bercak-

bercak darah. Wajah tampak membengkak karena kongesti dan pada

konjungtiva mata dijumpai bintik-bintik perdarahan.

Pada waktu timbul kejang, diafragma terfiksir, sehingga pernafasan

tertahan, kejang klonik berlangsung kurang lebih 1 menit. Setelah itu

Page 22: perbaikan refrat1

berangsur-angsur kejang melemah, dan akhirnya penderita diam tidak

bergerak.

Lama kejang klonik ini kurang lebih 1 menit, kemudian berangsur-angsur

kontraksi melemah dan akhirnya berhenti serta penderita jatuh ke dalam

’koma’. Pada waktu timbul kejang, desakan darah dengan cepat

meningkat. Demikian juga suhu badan meningkat, yang mungkin oleh

karena gangguan cerebral. Penderita mengalami inkontinensia disertai

dengan oliguria atau anuria dan kadang-kadang terjadi aspirasi bahan

muntah.

f. Koma yang terjadi setelah kejang, berlangsung sangat bervariasi, dan bila

tidak segera diberi obat-obat anti kejang akan segera disusul dengan

episode kejang berikutnya. Setelah berakhirnya kejang, frekuensi

pernafasan meningkat, dapat mencapai 50 kali per menit akibat terjadinya

hiperkardia, atau hipoksia. Pada beberapa kasus bahkan dapat

menimbulkan sianosis.

g. Penderita yang sadar kembali dari koma, umumnya mengalami

disorientasi dari sedikit gelisah. Untuk menilai derajat hilangnya

kesadaran, dapat dipakai beberapa cara. Diperkenalkan suatu cara untuk

menilai derajat kedalaman koma tersebut “Glasgow Coma Scale”. Di

Inggris untuk mengevaluasi koma pada eklampsia ditambah penilaian

kejang, dan disebut “Glasgow-Pittssburg coma scoring system”.

Glasgow – Pittsburgh Coma Scoring System1

Page 23: perbaikan refrat1

Glasgow coma scale : hanya A + B + C

Untuk penilaian coma pada eklampsia ditambahkan D + E + F + G,

Sehingga disebut Glasgow-Pittsburgh Coma Scale

Encircle one each response category (A) ------------(G)

(A)EYE OPENING (F) SEIZURES (score worst)Spontaneous = 4 No seizures = 5To speech = 3 Local seizures = 4To pain = 2 Generalized, Intermittent = 3None = 1 Generalized, continous = 2

Flaccidity = 1(B)BEST MOTOR RESPONSE

(extremities of best side) (G) SPONTANEOUS BREATHINGObeys = 6 Normal = 5Localizes = 5 Periodic = 4Withdraws = 4 Central Hyperventilation = 3Abnormal flexion = 3 Irregular/Hypoventilation = 2 Extends = 2 None (Apnea) = 1None = 1

(C)BEST VERBAL RESPONSE TOTAL SCOREOriented = 5Confused conversation = 4 Worst = 7 ; best = 35Inappropriate words = 3 (A+B+C+D+E+F+G)Incomprehensible sounds = 2 (Glasgow score alone = A+B+C)None = 1

PATIENT CONDITION AT TIME OF EXAM

(D)PUPIL RESPNSE TO BRIGHTLIGHT

Check (V) all that applyAnesthesia

Normal = 5Sluggish = 4Unequal response = 3 Paralysis (partial or completeUnequal size = 2 neuromuscular blockadeNo response = 1

Intubation(E)SELECTED CRANIAL NERVE

REFLEXES Mechanical VentilationAll present = 5Lash absent = 4Corneal absent = 3Doll’s eye absent = 2Cranial (all) absent = 1

Page 24: perbaikan refrat1

e. Perawatan Eklampsia

Angsar D. Hipertensi dalam Kehamilan Edisi II. Lab/SMF Obstetri-Ginekologi FK UNAIR, Maret 2003; 1-44

Soedarto dkk. Hipertensi dalam Kehamilan dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi. RSUD Ulin FK Unlam, Banjarmasin; 17-29

Noor S. Magnesium sulphate in the prophylaxis and teatment of eclampsia. Department of Gynaecology, Ayub Medical College, Abbottabad and Lady Reading Hospital Peshawar. Available at: (http://www.ayubmed.edu.pk/JAMC/PAST/16-2/Shehla.htm, diakses tanggal 10 April 2007).

Perawatan eklampsia sebagai suatu penyakit

a. Pada hakekatnya pengobatan yang sangat penting dalam perawatan

penderita eklampsia ialah pengobatan medical dan perawatan suportif.

Tujuan utama dari pengobatan medical eklampsia ialah

1. mencegah dan menghentikan kejang

2. mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi

3. mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin

4. sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan dengan cara yang tepat

Pengobatan medicinal

Obat anti kejang

Obat anti kejang yang menjadi pilihan pertama ialah sulfamagnesikus.

Bila dengan jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, maka dapat dipakai obat

Page 25: perbaikan refrat1

jenis lain, misalnya: Thiopental. Diazepam dapat dipaikai sebagai alternatif

pilihan, namun mengingat dosis yang diperlukan sangat tinggi, maka

pemberian Diazepam hanya dilakukan oleh mereka yang telah

berpengalaman. Pemberian diuretikum hendaknya selalu disertai dengan

memonitor plasma elektrolit. Obat kardiotonika ataupun obat-obat anti

hipertensi hendaknya selalu disiapkan dan diberikan benar-benar atas

indikasi.

MgSO4:

a. Loading dose

- 4 - 5 gram; 20% MgSO4 dalam larutan 20-25cc intravena selama 4-5

menit.

- Disusul 8- 10 gram i.m. 40% MgSO4 dalam larutan @ 10 cc -12,50 cc,

berikan pada bokong kiri dan kanan @ 4 – 5 gram. i.m.

b. Maintenance dose

- Tiap 6 jam diberikan lagi 4 – 5 gram i.m. MgSO4. 40 % 10 cc.

c. Monitoring tanda2 keracunan Mg SO4

Syarat-syarat pemberian MgSO4:

- Tersedia kalsium glukonas 1 gram, 10 ml 10%

- Refleks patella (+) kuat

- Pernapasan > 16x/menit, tanpa tanda-tanda distress pernapasan

Page 26: perbaikan refrat1

- Produksi urin > 100 ml dalam 4 jam sebelumnya

Dihentikan bila:

- Adanya tanda-tanda intoksikasi

- Setelah 24 jam paska persalinan

- 6 jam pasca persalinan normotensif

b. Pengobatan suportif terutama ditujukan untuk gangguan fungsi organ-

organ penting, misalnya: tindakan2 untuk memperbaiki acidosis,

mempertahankan ventilasi paru-paru, mengatur desakan darah, mencegah

dekompensasi cordis dan sebagainya.

Pada penderita yang mengalami kejang dan koma, maka “nursing care”

misalnya: meliputi cara-cara perawatan penderita dalam suatu kamar

isolasi, mencegah aspirasi, mengatur infuse penderita lain-lain

c. Perawatan pada waktu kejang

Pada penderita yang mengalami kejang, tujuan pertama pertolongan ialah

mencegah penderita mengalami trauma akibat kejang-kejang tersebut.

1. Dirawat di kamar isolasi cukup terang : agar bila terjadi sianosis segera

dapat diketahui.

2. Letakkan penderita ditempat tidur yang lebar.

Page 27: perbaikan refrat1

3. Masukkan sudap lidah ke dalam mulut penderita dan jangan mencoba

melepas sudap lidah yang sedang tergigit, karena dapat mematahkan gigi.

4 Kepala direndahkan: daerah orofaring dihisap.

5. Hendaknya dijaga agar kepala dan ekstrimitas penderita yang kejang

tidak terlalu kuat menghentak-hentak benda keras disekitarnya.

6. Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor, guna menghindari

fraktur.

7. Bila penderita selesai kejang-kejang, segera beri oksigen.

d. Perawatan koma

1. Perlu diingat bahwa penderita koma tidak dapat bereaksi atau

mempertahankan diri terhadap:

- suhu yang ekstrem

- posisi tubuh yang menimbulkan nyeri

- aspirasi: hilangnya refleks muntah

2. Bahaya terbesar yang mengancam penderita koma, ialah terbuntunya

jalan nafas atas.

Setiap penderita eklampsia yang jatuh dalam koma, harus dianggap bahwa

jalan nafas atas terbuntu, kecuali dibuktikan lain.

Page 28: perbaikan refrat1

3. Oleh karena itu tindakan pertama-tama pada penderita yang jatuh koma

(tidak sadar), ialah menjaga dan mengusahakan agar jalan nafas atas tetap

terbuka. Cara yang sederhana dan cukup efektif dalam menjaga

terbukanya jalan nafas atas, ialah dengan maneuver “head tilt-neck lift”

atau “head tilt-chin lift” yang kemudian dapat dilanjutkan dengan

pemasangan ”oropharyngeal airway”.

4. Hal penting kedua yang perlu diperhatikan ialah, bahwa penderita koma,

akan kehilangan refleks muntah sehingga kemungkinan terjadinya

aspirasi bahan lambung adalah sangat besar. Lambung ibu hamil harus

selalu dianggap sebagai lambung penuh. Oleh karena itu, semua benda-

benda yang ada dalam rongga mulut dan tenggorokan, baik berupa lendir,

maupun sisa makanan harus segera dihisap secara intermitten. Penderita

ditidurkan dalam posisi stabil untuk drainage lendir.

5. Monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai: “Glasgow–

Pittsburg–Coma Scale”.

6. Pada perawatan koma; perlu diperhatikan pencegahan decubitus dan

makanan penderita.

7. Pada koma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin; cukup diberikan dalam

bentuk NGT (Naso Gastric Tube).

Pengobatan Obstetrik :

Sikap terhadap kehamilan:

Page 29: perbaikan refrat1

a. Sikap dasar: semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri tanpa

memandang umur kehamilan dan keadaan janin.

b. Bilamana diakhiri:

Sikap dasar: kehamilan diakhiri bila sudah terjadi “stabilisasi” (pemulihan)

hemodinamika dan metabolisme ibu.

c. Cara terminasi kehamilan:

1. Belum inpartu :

Induksi persalinan:

Sectio Cesarea, bila:

- syarat oxytocin drip tidak dipenuhi atau adanya kontra indikasi oxytocin

drip

- atau oxytocin drip gagal

2. Sudah Inpartu :

Kala I : diikuti sesuai dengan grafik Friedman,dan manajemen bila

terjadi kelainan

Kala II : pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan

dengan partus buatan (ibu tidak boleh mengejan).

d. Perawatan pasca persalinan.

1. Bila persalinan terjadi pervaginam monitoring tanda-tanda vital

dilakukan sebagaimana lazimnya.

Page 30: perbaikan refrat1

2. Pemeriksaan laboratorium dikerjakan setelah 1 x 24 jam persalinan.

f. Prognosis

Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka

gejala perbaikan akan tampak jelas setelah kehamilannya diakhiri. Segera

setelah persalinan berakhir perubahan patofisiologi akan segera pula

mengalami perbaikan. Diuresis terjadi 12 jam kemudian setelah persalinan.

Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik, karena hal ini merupakan

gejala pertama penyembuhan. Desakan darah kembali normal dalam beberapa

jam kemudian.

Angsar D. Hipertensi dalam Kehamilan Edisi II. Lab/SMF Obstetri-Ginekologi

FK UNAIR, Maret 2003; 1-44

Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada

janin pada beberapa golongan yang sudah mempunyai hipertensi kronik.

Prognosis janin pada penderita eklampsia juga tergolong buruk. Seringkali

janin mati intra uterine atau mati pada fase neonatal karena memang kondisi

bayi sudah sangat inferior.\

Sudhaberata K. Penanganan Preeklampsia Berat dan Eklampsia dalam:

Cermin Dunia Kedokteran No.133 Jakarta 2001; 27-31

Prognosis eklampsia ditentukan oleh kriteria Eden.

Sudhaberata K. Penanganan Preeklampsia Berat dan Eklampsia dalam: Cermin

Dunia Kedokteran No.133 Jakarta 2001; 27-31

Page 31: perbaikan refrat1

Kriteria Eden untuk menentukan prognosis Eklampsia (tahun 1922):

1. Koma yang lama.

2. Nadi diatas 120 per menit

3. Suhu diatas 103o F

4. Desakan darah sistolik diatas 200 mmHg.

5. Kejang lebih dari 10 kali

6. Proteinuria lebih 10 gr/liter

7. Tidak ada edema

Bila didapatkan satu atau lebih dari gejala tersebut, prognosis ibu buruk.