PERANCANGAN HELM PERSUASIF UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN PENGGUNAAN SESUAI STANDAR KESELAMATAN DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana dalam bidang ilmu Teknik Industri Disusun oleh: Nama : Alexio Jorgy NPM : 2016610007 PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG 2020
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERANCANGAN HELM PERSUASIF UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN PENGGUNAAN
SESUAI STANDAR KESELAMATAN DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar
Sarjana dalam bidang ilmu Teknik Industri
Disusun oleh:
Nama : Alexio Jorgy
NPM : 2016610007
PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2020
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
i
ABSTRAK
Tingkat kecelakaan transportasi di Indonesia sangat tinggi. Kecelakaan tersebut didominasi oleh sepeda motor dengan persentase paling besar mengalami cedera kepala. Hal tersebut dikarenakan sebagian pengguna sepeda motor tidak menggunakan helm sesuai SNI yang dikarenakan beberapa faktor, yaitu kondisi jarak, kondisi waktu, kondisi rambut, kondisi cuaca, kondisi helm (bau, basah, busanya rusak, visor-nya rusak, tali pengikat rusak), ada pemeriksaan (razia) polisi atau tidak, dan perintah orang tua ataupun pihak lainnya.
Pada penelitian ini, perancangan dan pengembangan produk dapat menjadi solusi terbaik untuk mencapai perilaku target. Perilaku target yang hendak dicapai pada produk ini adalah untuk meningkatkan kesadaran penggunaan helm sesuai standar keselamatan di Indonesia secara teratur. Metode pengembangan produk yang digunakan adalah metode persuasive design dengan penerapan user experience yang positif. Penggunaan metode tersebut diterapkan dalam metode perancangan produk untuk menghasilkan model pengembangan produk yang dapat membuat pengguna mencapai perilaku target yang diharapkan. Tahapan pengembangan produk yang dilakukan adalah identifikasi kebutuhan dan perilaku target, pengembangan ide produk, pengembangan konsep produk, perancangan detail produk, prototyping, dan evaluasi.
Pada penelitian ini menghasilkan prototipe produk helm persuasif yang berfungsi sebagai pelindung kepala sekaligus pengingat kepada pengguna untuk menggunakan tali pengikat helm saat menggunakan sepeda motor. Prototipe yang dihasilkan berupa prototipe fisik. Evaluasi prototipe produk dilakukan dengan menggunakan metode task completion, diary, dan interview. Hasil dari metode task completion menunjukan rata-rata keberhasilan kinerja perangkat pengingat adalah 74%. Hasil dari metode diary menunjukan terdapat 24 respon positif dan 10 respon negatif, hasil interview menunjukan keseluruhan helm sudah baik, namun massa helm masih terlalu tinggi (berat). Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan 5 usulan perbaikan rancangan produk.
ii
ABSTRACT
The level of transportation accidents in Indonesia is very high. The accident was dominated by motorbikes with the largest percentage having head injuries. That is because some motorcycle users do not use helmets according to SNI due to several factors, namely distance conditions, time conditions, hair conditions, weather conditions, helmet conditions (smelly, wet, foam damaged, damaged visor, broken straps), there is a police inspection or not, and orders from parents or other parties.
In this research, product design and development can be the best solution for achieving target behavior. The target behavior to be achieved on this product is to increase awareness of the use of helmets according to safety standards in Indonesia on a regular basis. The product development method used is the persuasive design method with the application of positive user experience. The use of this method is applied in the product design method to produce a product development model that can make users achieve the expected target behavior. The stages of product development undertaken are the identification of needs and target behavior, the development of product ideas, the development of product concepts, the design of product details, prototyping, and evaluation.
In this study produced a prototype of a persuasive helmet product that functions as a head protector as well as a reminder to users to use a helmet strap when using a motorcycle. The resulting prototype is a physical prototype. Evaluation of product prototypes is done using the method of task completion, diary, and interview. The results of the task completion method showed the average success of the reminder device's performance was 86.2%. The results of the diary method showed there were 24 positive responses and 10 negative responses, the interview results showed that the overall helmet was good, but the helmet mass was still too high (heavy). Based on the evaluation results, there were 5 proposed improvements to the product design.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi saya dengan judul ”Perancangan Helm
Persuasif Untuk Meningkatkan Kesadaran Penggunaan Sesuai Standar
Keselamatan di Indonesia” untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai
gelar Sarjana dalam bidang ilmu Teknik Industri di Universitas Katolik
Parahyangan telah berhasil diselesaikan. Saya menyadari hasil dari penelitian
yang saya lakukan masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam proses
penyusunan laporan maupun dari hasil penelitian yang dihasilkan. Saya berharap
melalui penelitian ini dapat memberi banyak manfaat bagi para pembaca terutama
target pengguna yang saya tuju, yaitu semua pengguna sepeda motor yang belum
memiliki perilaku untuk menggunakan helm sesuai standar secara teratur dan juga
bagi perkembangan khazanah keilmuan Teknik Industri.
Dalam penelitian yang sudah dilakukan, saya mendapatkan banyak
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, saya
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Sugih Sudharma Tjandra, S.T., M.Si. dan Bapak Yansen
Theopilus, S.T., M.T. yang telah membimbing saya dengan penuh
kesabaran dan sangat baik memberikan masukan dari awal penentuan
topic skripsi saya hingga skriksi saya dapat terselesaikan dengan baik.
2. Bapak Dr. Thedy Yogasara, ST, M.EngSc dan Ibu Paulina Kus Ariningsih,
S.T., M.Sc sebagai penguji proposal saya yang telah memberikan
masukan dan saran yang baik serta pengarahan kepada penelitian saya
sehingga penelitian yang saya lakukan dapat berjalan dengan baik.
3. Ibu Paulina Kus Ariningsih, S.T., M.Sc dan Yani Herawati, S.T., M.T.
sebagai penguji sidang skripsi saya yang telah memberikan masukan dan
saran yang baik serta pengarahan kepada penelitian saya sehingga
laporan akhir penelitian yang saya dapat terselesaikan dengan baik.
4. Kedua orang tua, adik dan kakak saya, Hendro Isvandiana, Marcellina,
Rosselie Callysta, dan Arelio Kevin Dio, S.T., yang telah senantiasa
memberikan bantuan serta dukungan yang luar biasa dalam
iv
penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini, terkhusus ayah dan kakak
saya yang telah memberikan bantuan dalam proses pembuatan prototipe
produk yang saya rancang.
5. Theresia Reviki Ploriska yang memberikan bantuan, dukungan, dan
semangat dalam proses persiapan hingga penyelesaian skripsi sehingga
dapat berjalan dan berhasil dengan baik.
6. Rekan saya, Marcus Alexander, Cleta Odelia Limouswan, Samuel, dan
Michael Alva yang telah membantu saya dalam proses pengembangan
konsep produk yang terlibat sebagai tim pengembangan konsep produk
dalam penelitian saya.
7. Gito Helm, yang telah membantu saya dalam pembuatan prototipe fisik
helm persuasif dari tahapan konsultasi hingga penyempurnaan produk
fisik yang telah dibuat sehingga prototipe dapat berhasil dibuat dengan
baik.
8. Seluruh responden yang telah terlibat dalam penelitian, yang telah
menyediakan waktu dan bisa bekerja sama dengan menjadi responden
dalam penelitian yang saya lakukan.
Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat beberapa hal
yang masih sangat kurang berkenan dalam skripsi saya ini. Akhir kata, saya
berharap agar skripsi saya ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Bandung, 10 Januari 2020
Penulis,
Alexio Jorgy
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... I-1
I.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... I-1
I.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah .................................................... I-5
I.3 Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian .................................. I-16
I.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. I-17
Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang dilakukannya penelitian
mengenai perancangan helm persuasif untuk meningkatkan kesadaran
penggunaan sesuai standar keselamatan di Indonesia. Berdasarkan latar
belakang masalah, pada bab ini juga dibahas identifikasi dan perumusan masalah,
pembatasan masalah dan asumsi penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
I.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penggunaan kendaraan
sepeda motor terbesar di dunia. Menurut Badan Pusat Statistik (2017) sepeda
motor merupakan kendaraan dengan populasi terbanyak dengan angka
138.556.669 unit pada akhir tahun 2017. Sepeda motor sebagai pilihan alat
transportasi utama dikarenakan dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam melalui
lalu lintas jalanan yang macet ataupun kendala lainnya yang sering didapatkan
oleh kendaraan roda empat ataupun selain sepeda motor. Selain itu, sepeda motor
merupakan moda transportasi yang cukup mudah untuk didapatkan dan
terjangkau.
Keunggulan dari penggunaan sepeda motor yang telah disebutkan
tersebut tidak menjamin hal utama yang diharapkan pada suatu alat transportasi,
yaitu keselamatan. Diketahui menurut Data Kepolisian Republik Indonesia (2017)
setiap jam rata-rata terdapat 3 orang meninggal akibat kecelakaan di jalan, yang
disebabkan oleh 61% faktor manusia, 30% faktor prasarana dan lingkungan, dan
9% faktor kendaraan. Kemudian diketahui juga menurut Setiyadi (2018), Direktur
Jendral Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, disebutkan bahwa
kecelakaan lalu lintas di Indonesia sebesar 72-75% melibatkan sepeda motor dan
kecelakaan sepeda motor tersebut mengakibatkan kematian yang sebagian besar
dikarenakan cedera kepala dari pengendara. Selain itu, menurut Setiyadi (2018)
pada tahun 2016, lebih dari 175 ribu sepeda motor mengalami kecelakaan dengan
persentase cedera kepala paling banyak. Korbannya sebagian besar berada pada
BAB I PENDAHULUAN
I-2
rentang usia 20-60 tahun. Pelajar pada rentang usia 10-19 tahun menjadi korban
kecelakaan urutan kedua. Pada tahun 2016 jumlah korban pada usia tersebut
mencapai 14.214 orang. Tahun berikutnya turun tipis menjadi 8.906 orang. Dilihat
dari latar belakang pendidikannya, korban kecelakaan yang mendominasi adalah
pada rentang masa pendidikan SMP hingga SMA. Namun, terdapat juga remaja
hingga usia 25 tahun merupakan usia yang cukup banyak mengalami kecelakaan
dengan penggunaan sepeda motor. Jadi, menurut data tersebut diketahui bahwa
usia yang rawan menjadi korban kecelakaan sepeda motor didominasi pada usia
dengan rentang 17-25 tahun.
Dalam mendalami mengenai penggunaan helm juga perlu diketahui pola
perilaku dari pengguna helm tersebut. Diketahui sebelumnya bahwa terdapat
rentang usia yang rawan menjadi korban kecelakaan sepeda motor. Rentang usia
17-25 tahun merupakan rentang usia yang dapat dikategorikan ke dalam generasi
Z menurut Codrington & Grant-Marshall (2004). Generasi ini merupakan generasi
yang sangat dekat dengan teknologi dan juga sangat cepat dalam persebaran
informasi. Namun, generasi ini lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat instan.
Maka dari itu, jika dikaitkan dengan kejadian yang nyata yang terjadi berdasarkan
data sebelumnya dapat diketahui bahwa penggunaan helm masih banyak yang
menganggap rumit dan hanya membuang waktu saja (tidak instan). Maka dari itu,
banyak generasi Z yang lebih memilih jalan mudah dalam penggunaan sepeda
motor, antara tidak memakai helm ataupun memakai helm dengan tidak
menggunakan fitur keselamatan lainnya.
Untuk mengurangi tingkat kematian yang disebabkan oleh cedera kepala
bagi pengguna sepeda motor yang mengalami kecelakaan, pihak pemerintah telah
mengeluarkan peraturan undang-undang yang tercantum pada Undang-Undang
No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam pasal 57 ayat
2 dan pasal 106 ayat 8 dituliskan bahwa pengendara kendaraan roda dua (sepeda
motor), termasuk yang membonceng ataupun yang dibonceng, wajib mengenakan
helm, khususnya helm Standar Nasional Indonesia (SNI). Kemudian hal yang
mengenai helm standar yang dimaksud tercantum pada Keputusan Menteri
Perhubungan No. 72 tahun 1993 tentang Perlengkapan Kendaraan Bermotor
dituliskan bahwa helm adalah bagian dari perlengkapan kendaraan bermotor,
berbentuk topi pelindung kepala yang berfungsi melindungi kepala pemakainya
apabila terjadi benturan, dengan meliputi bagian-bagian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
I-3
tempurung, pelindung muka, lapisan pelindung, lapisan pengaman, tali pemegang,
tutup dagu, pelindung mata, lubang ventilasi, lubang pendengaran, dan jaring
helm. Perlengkapan yang disebutkan tersebut harus terdapat pada helm yang
berstandar nasional Indonesia (SNI). Terhitung sejak tanggal 1 April 2010 aturan
perundang-undangan terkait yang mewajibkan pengendara ataupun yang
menggunakan alat transportasi roda dua (sepeda motor) menggunakan helm SNI
mulai efektif diberlakukan. Dengan demikian kebijakan pemerintah baru tersebut
mendorong peran dari perusahaan-perusahaan helm untuk berlomba
mendapatkan sertifikasi SNI tersebut.
Dalam menyelesaikan masalah dari kecelakaan sepeda motor di
Indonesia tidak dapat hanya dilakukan dengan menggunakan helm setiap
berkendara saja, tetapi juga perlu dilakukan penggunaan helm SNI tersebut sesuai
standar keselamatan berkendara. Berdasarkan Data Kepolisian Republik
Indonesia (2017) disebutkan bahwa salah satu penyebab terjadinya kecelakaan
yang mengakibatkan kematian dikarenakan faktor manusia. Faktor manusia yang
dimaksud adalah hal yang menyebabkan terjadinya kecelakaan yang dikarenakan
oleh aktifitas, ataupun perilaku dari manusia. Oleh karena itu, selain dari
kelengkapan dalam berkendara juga perlu diperhatikan kesiapan serta hal-hal
penting lain yang membutuhkan faktor manusia dalam berkendara, khususnya
sepeda motor. Dalam menggunakan sepeda motor penggunaan helm sesuai
standar keselamatan berkendara merupakan hal yang sangat penting dan utama
untuk dilakukan oleh pengendara tersebut. Menurut Setiyadi (2018), Direktur
Jendral Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, terdapat empat penyebab
kecelakaan sepeda motor yang dikarenakan faktor manusia, yaitu berbonceng
lebih dari dua orang, tidak menggunakan helm, tidak menggunakan dan mengunci
sabuk pengikat kepala, serta menggunakan telepon genggam saat berkendara.
Dari keempat hal tersebut, terdapat satu hal yang masih sangat sering terjadi
dalam masalah kecelakaan sepeda motor di Indonesia, yaitu tidak menggunakan
helm (Setiyadi, 2018). Hal tersebut dapat dilihat ketika diadakannya operasi
pemeriksaan kelengkapan dan kesesuaian dalam berkendara yang kerap kali
diadakan oleh pihak kepolisian masih banyak orang yang tidak menggunakan
helm ketika menggunakan sepeda motor.
Penggunaan helm ketika berkendara ataupun berboncengan saat-saat ini
sangat gencar dimaksimalkan oleh pihak Kepolisian Republik Indonesia melalui
BAB I PENDAHULUAN
I-4
beberapa operasi kendaraan bermotor. Salah satu hal yang menjadi fokus dalam
operasi pemeriksaan kelengkapan dan kesesuaian dalam berkendara adalah
penggunaan helm. Menurut Setiyadi (2018) masih terdapat 4 dari 10 pengguna
kendaraan bermotor yang tidak menggunakan helm, tidak menggunakan helm
SNI, dan menggunakan helm hanya sekedar dipakai sebagai pelengkap
berkendara agar tidak dilakukan tindakan tilang kepada pengendara tersebut.
Seperti pada operasi keselamatan dari setiap Kepolisian Resor (Polres) di
beberapa kota yang kerap dilakukan didapatkan banyaknya pengendara sepeda
motor masih melakukan kesalahan-kesalahan dalam berkendara yang dapat
menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Namun, pada operasi tersebut tidak hanya
dilakukan penertiban mengenai penggunaan helm, tetapi juga dilakukan imbauan
bagi pengendara yang tidak mengunci pengikat kepala pada helm digunakan yang
merupakan salah satu standar keselamatan dalam menggunakan helm. Hal
tersebut dilakukan untuk mengingatkan bahwa ada salah satu bagian yang penting
dari helm, yaitu tali pengikat beserta penguncinya (Nayazri, 2017). Hal tersebut
penting dikarenakan termasuk ke dalam salah satu kategori helm SNI atau
berstandar keselamatan berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 72
tahun 1993 tentang Perlengkapan Kendaraan Bermotor. Dalam melakukan
pengujian helm SNI terdapat juga uji pada tali pengikat beserta penguncinya.
Dengan menggunakan helm dengan benar dan berstandar SNI dapat mengurangi
40% resiko kematian akibat kecelakaan sepeda motor (Setiyadi, 2018).
Untuk meningkatkan kebiasaan dalam menggunakan helm bagi
pengguna kendaraan roda dua atau sepeda motor belum banyak inovasi yang
berkembang di masyarakat. Inovasi-inovasi serupa yang berkembang adalah
perangkat peringatan untuk penggunaan kelengkapan berkendara (STNK, SIM,
dan helm), poster-poster untuk ajakan penggunaan helm dengan sesuai, serta
peringatan ataupun sanksi tilang langsung dari pihak kepolisian saat terdapat
pengguna kendaraan sepeda motor tidak menggunakan helm. Dari inovasi-inovasi
yang sudah ada belum banyak alat yang dapat menjadikan pengendara sepeda
motor menggunakan helm sebelum berkendara sesuai standar keselamatan
secara teratur, khususnya dalam menggunakan helm. Hal tersebut dikarenakan
inovasi-inovasi yang sudah ada hanya berfokus pada kelengkapan berkendara
tanpa diimbangi dengan peningkatan kebiasaan rutin untuk menggunakan helm.
Poster-poster hingga peringatan dari pihak kepolisian saat dilakukan operasi juga
BAB I PENDAHULUAN
I-5
belum dapat sepenuhnya mengubah perilaku secara luas dari pengendara sepeda
motor untuk menggunakan helm.
Namun, tidak hanya dalam penggunaan helm saja yang dijadikan
masalah dalam berkendara, tetapi terdapat hal yang dapat dijadikan masalah
dalam penggunaan helm, yaitu penggunaan fitur dari helm itu sendiri. Selain
pengaruh fisik helm dari bagian luar, fitur pada helm sangat berpengaruh juga
dalam peningkatan kebiasaan pengguna sepeda motor untuk dapat menggunakan
helm secara teratur. Fitur dalam helm yang memiliki standar SNI seperti yang telah
disebutkan pada Keputusan Menteri Perhubungan No. 72 tahun 1993 tentang
Perlengkapan Kendaraan Bermotor masih terdapat beberapa fitur yang belum
terpenuhi standarnya (Nayazri, 2017). Hal tersebut dapat diketahui seperti
penggunaan pengunci di tali pengikat pada helm yang masih banyak dilupakan
saat pengendara ataupun orang yang dibonceng akan menggunakan sepeda
motor (Nayazri, 2017), lubang ventilasi pada helm yang tidak dapat menjadi jalur
ventilasi yang baik sehingga pengguna kerap merasa panas ketika menggunakan
helm, dan tidak terdapatnya pelindung muka yang pada beberapa jenis helm saat
ini. Oleh karena itu, penelitian ini membahas perancangan helm persuasif untuk
mencapai pola penggunaan yang sesuai standar keselamatan di Indonesia agar
dapat meningkatkan keselamatan dalam menggunakan sepeda motor.
I.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
Pemberlakuan wajib untuk penggunaan helm SNI di Indonesia mulai
tanggal 1 April 2010 memiliki efek yang cukup signifikan. Namun, dengan
pemberlakuan kebijakan tersebut masih belum secara menyeluruh masyarakat
paham apa yang dimaksudkan dalam kebijakan tersebut. Untuk mengidentifikasi
masalah yang ada berkaitan penggunaan helm yang ada saat ini, maka dilakukan
pengambilan data dengan menggunakan kuesioner online berupa google form.
Tujuan dari penyebaran kuesioner ini adalah mendapatkan data yang relevan
untuk memenuhi tujuan dari penelitian. Penyebaran kuesioner tersebut dilakukan
secara meluas di seluruh kota Bandung, khususnya kepada pengguna sepeda
motor pada semua umur dan sering menggunakan sepeda motor. Total responden
pada kuesioner ini berjumlah 140 orang. Pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner
ini meliputi:
1. Berapa usia responden?
BAB I PENDAHULUAN
I-6
2. Apa jenis kelamin responden?
3. Berapa frekuensi penggunaan motor dalam seminggu?
4. Berapa frekuensi penggunaan motor dalam sehari?
5. Berapa frekuensi penggunaan helm dalam berkendara?
6. Apakah dalam menggunakan helm saat berkendara anda mengunci tali
pengikat pada helm Anda?
7. Berapa frekuensi Anda mengunci tali pengikat pada helm anda dalam
seminggu?
8. Apa bahaya yang ditimbulkan jika Anda tidak menggunakan helm?
9. Apa alasan Anda menggunakan helm?
10. Apa hal yang membuat Anda malas untuk menggunakan helm?
11. Apa bahaya yang ditimbulkan jika Anda tidak menguici tali pengikat pada
helm saat berkendara?
12. Apa alasan Anda mengunci tali pengikat pada helm?
13. Apa hal yang membuat Anda malas untuk mengunci tali pengikat pada
helm?
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan kuesioner tersebut didapatkan pola
perilaku dari responden. Pada Gambar I.1 dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar orang menggunakan helm pada saat berkendara dengan frekuensi
penggunaan pasti maupun sering. Namun, masih terdapat sebagian kecil
responden yang jarang dan tidak menggunakan helm dalam berkendara. Selain
itu, dalam menggunakan helm tersebut terdapat sebagian besar responden
menggunakan pengunci tali pengikat pada helmnya dan sebagian kecil masih ada
yang tidak menggunakannya. Berdasarkan Gambar I.1 juga terdapat lebih dari
sebagian responden telah menyadari untuk menggunakan helm dan
menggunakan pengunci tali pengikat pada helm sebelum berkendara. Namun,
kesadaran dalam penggunaan helm dan kunci tali pengikat pada helm belum
sebanding dengan penggunaan sepeda motor baik dalam seminggu maupun
harian. Maksud dari kalimat sebelumnya adalah dalam menggunakan sepeda
motor baik yang mengemudi ataupun yang dibonceng diwajibkan menggunakan
helm. Dari hasil kuesioner dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
menggunakan sepeda motor setiap hari dan rata-rata penggunaan motor di bawah
6 jam. Namun, dapat diketahui bahwa masih terdapat responden yang memiliki
perilaku tidak teratur dalam penggunaan helm dan juga penggunaan kunci tali
BAB I PENDAHULUAN
I-7
pengikat pada helm. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab kecelakaan
saat berkendara yang dapat dikarenakan dari faktor pengendaranya sendiri tidak
menerapkan sikap teratur dalam penggunaan helm sesuai standar keselamatan
dalam berkendara di Indonesia.
Gambar I.1 Profil dan Pola Penggunaan Helm Responden
Seperti yang telah dibahas pada latar belakang proposal ini menurut
Setiyadi (2018) bahwa tidak menggunakan helm dan penggunaan helm yang tidak
sesuai standar keselamatan akan menyebabkan kecelakaan. Hal-hal yang dapat
menyebabkan kecelakaan tersebut dikarenakan adanya benda yang mengenai
kepala pengendara yang tidak menggunakan helm, benda yang masuk ke dalam
mata dikarenakan tidak menggunakan pelindung muka, dan gangguan suara
kendaraan yang dapat mengganggu konsentrasi berkendara jika tidak
menggunakan helm (Setiyadi, 2018).
87%
12%1%
Frekuensi Penggunaan Motor dalam Sehari
Di bawah 6 jam
6-12 jam
Di atas 12 jam
10%
4%
7%
6%
11%
10%
52%
Frekuensi Penggunaan Motor dalam Seminggu
1 hari seminggu
2 hari seminggu
3 hari seminggu
4 hari seminggu
5 hari seminggu
6 hari seminggu
Setiap hari
66%
34%
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
5%
8%
12%
57%
10%
2%
Usia
16
18
19
20
21
22
23
24
25
26
31
31
33
84%
16%
Persentase Pengguna Helm yang Mengunci Helm
Mengunci helm
Tidak mengunci helm
87%
10%
2%
Frekuensi Penggunaan Helm dalam Berkendara
Pasti menggunakan
Sering menggunakan
Jarang menggunakan
Tidak pernahmenggunakan
BAB I PENDAHULUAN
I-8
Pada Gambar I.2 dibahas mengenai hal bahaya jika tidak menggunakan
helm, alasan menggunakan helm, dan hal yang membuat responden malas untuk
menggunakan helm sebelum berkendara. Dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut
responden diperbolehkan memilih lebih dari satu jawaban dan boleh juga
menambahkan pilihan yang ada.
Gambar I.2 Jawaban Responden Mengenai Penggunaan Helm
110
9786
0
20
40
60
80
100
120
Cedera kepala dan leher Kematian Ditilang polisi
Jum
lah r
esponden
Bahaya Jika Tidak Menggunakan Helm
128
56
7
0
20
40
60
80
100
120
140
Demi keamanan saatberkendara
Takut ditilang polisi Melindungi wajah dan mata
Jum
lah r
esponden
Alasan Menggunakan Helm
58
15
61
15
0
10
20
30
40
50
60
70
Kepala terasa panas Malas melakukan Rambut bau Tidak ada
Jum
lah r
esponden
Hal yang Membuat Malas Menggunakan Helm
BAB I PENDAHULUAN
I-9
Berdasarkan jawaban dari responden mengenai bahaya, alasan, dan
faktor yang membuat responden malas untuk menggunakan helm sebelum
berkendara didapatkan kesimpulan bahwa sebagian besar responden dalam
menggunakan kendaraan sepeda motor tanpa helm mengetahui resiko yang akan
terjadi dan responden juga sebagian besar lebih mementingkan keamanan dalam
berkendara walaupun masih ada responden yang dalam menggunakan helm
karena takut ditilang polisi. Namun, terdapat juga alasan orang malas dalam
menggunakan helm sebagian besar dikarenakan dalam hal kenyaman pada helm
yang digunakan, seperti helm yang digunakan dapat membuat rambut menjadi bau
dan kepala menjadi panas.
Selain itu, pada Gambar I.3 ditampilkan grafik mengenai hal bahaya tidak
mengunci tali pengikat helm saat berkendara, alasan mengunci tali pengikat helm
saat berkendara, dan hal yang membuat responden malas untuk mengunci tali
pengikat pada helm sebelum berkendara. Dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut
juga responden diperbolehkan memilih lebih dari satu jawaban dan boleh juga
menambahkan pilihan yang ada. Berdasarkan jawaban dari responden mengenai
bahaya, alasan, dan faktor yang membuat responden malas untuk mengunci tali
pengikat pada helm sebelum berkendara pada Gambar I.3 didapatkan kesimpulan
bahwa sebagian besar responden dalam menggunakan kendaraan bermotor
tanpa mengunci tali pengikat pada helm telah mengetahui resiko yang akan terjadi
kedepannya dan responden juga sebagian besar lebih mementingkan keamanan
dalam berkendara walaupun masih ada responden yang dalam menggunakan
pengunci tali pengikat pada helm karena takut ditegur polisi. Selain itu, terdapat
juga alasan orang malas ketika menggunakan pengunci tali pengikat helm
sebagian besar dikarenakan dalam hal kemudahan dan daya tahan. Dalam hal ini
yang dimaksudkan adalah waktu yang lama dalam menggunakan pengunci tali
pengikat pada helm dan pengunci yang mudah rusak. Berdasarkan hasil kuesioner
tersebut dapat disimpulkan sebagian besar pengguna sepeda motor sudah paham
akan keselamatan berkendara dan juga resiko yang didapatkan ketika tidak
menggunakan helm ataupun menggunakan helm tetapi tidak memasang pengunci
pada tali pengikat helm yang tersedia. Namun, kesadaran akan keselamatan
tersebut belum diimbangi dengan perilaku yang dilakukan dikarenakan masih
terdapat orang yang jarang dan tidak pernah menggunakan helm ataupun
menggunakan helm tanpa mengunci tali pengikat helmnya.
BAB I PENDAHULUAN
I-10
Gambar I.3 Jawaban Responden Mengenai Tali Pengikat Helm
Selanjutnya peneliti juga mengambil data kuesioner dari responden
berkaitan preferensi helm berkaitan desain ataupun fitur helm yang diharapkan
atau yang dibutuhkan oleh pengguna. Pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner
bagian ini meliputi:
74
109
0
20
40
60
80
100
120
Kecelakaan Helm lepas saat berkendara
Jum
lah r
esponden
Bahaya Jika Tidak Mengunci Tali Pengikat pada Helm
131
154
0
20
40
60
80
100
120
140
Demi keamanan saatberkendara
Takut ditilang polisi Helm lepas
Jum
lah r
esponden
Alasan Mengunci Tali Pengikat pada Helm
38
63
6
1610
0
10
20
30
40
50
60
70
Malasmelakukan
Pengunci rusak Lupa Tidak ada Waktu yanglama
Jum
lah r
esponden
Hal yang Membuat Malas Untuk Mengunci Tali Pengikat pada Helm
BAB I PENDAHULUAN
I-11
1. Apa jenis helm yang digunakan saat ini?
2. Apa jenis helm yang Anda sukai?
3. Apa alasan Anda menyukai jenis helm tersebut?
4. Apa kebutuhan yang dibutuhkan agar pengguna sepeda motor dapat
selalu teringat untuk menggunakan helm sebelum berkendara?
5. Apa jenis pengunci pada tali pengikat helm yang digunakan saat ini?
6. Apa jenis pengunci pada tali pengikat helm yang Anda sukai?
7. Apa alasan Anda menyukai jenis pengunci pada tali pengikat helm
tersebut?
8. Apa kebutuhan yang dibutuhkan agar pengguna sepeda motor dapat
selalu teringat untuk mengunci pengunci pada tali pengikat helm sebelum
berkendara?
Gambar I.4 Preferensi Helm dan Pengunci Helm
Dari hasil jawaban kuesioner pada Gambar I.4 diketahui sebagian besar
responden menggunakan dan memilih helm jenis half-face. Selanjutnya berkaitan
kuesioner untuk pengunci di tali pengikat pada helm didapatkan data bahwa
sebagian besar responden menggunakan jenis pengunci quick release buckle dan
jenis pengunci microlock. Serupa halnya dengan jenis pengunci di tali pengikat
9%
78%
3%
10%
Jumlah Pengguna Berdasarkan Jenis Helm
Helm full face
Helm half face
Helm modular/flip up
Helm open face
16%
70%
5%
9%
Jenis Helm yang Disukai
Helm full face
Helm half face
Helm modular/flip up
Helm open face
77%
22%
1%
Jumlah Pengguna Berdasarkan Jenis Pengunci Helm
Quick release buckle
Microlock
DD Ring
70%
24%
6%
Jenis Pengunci Helm yang Disukai
Quick release buckle
Microlock
DD Ring
BAB I PENDAHULUAN
I-12
pada helm yang disukai dari responden sebagian besar memilih jenis pengunci
quick release buckle dan sisanya adalah jenis lain dari pengunci tali pengikat pada
helm. Untuk memperjelas pilihan jawaban kuesioner dapat dilihat pada gambar
yang disediakan pada penelitian ini. Gambar dari jenis-jenis helm dapat dilihat
pada Gambar I.5 sedangkan untuk gambar dari jenis-jenis pengunci tali pengikat
helm dapat dilihat pada Gambar I.6.
Gambar I.5 Helm Half Face (atas kiri) dan Helm Open Face (atas kanan), Helm Flip-Up (bawah kiri), Helm Full Face (bawah tengah), dan Helm Off-Road (bawah kanan) (Sumber : https://www.gridoto.com/read/221024298/kenali-lagi-jenis-jenis-sistem-
pengunci-helm-motor#!%2F, Diunduh 4 September 2019)
Selain itu, untuk pertanyaan nomor 3 dan 4 pada kuesioner yang
berkaitan preferensi helm merupakan pertanyaan isian sehingga dijawab dengan
mandiri tanpa pilihan dari peneliti. Untuk jawaban nomor 3 sebagian besar alasan
responden dalam memilih jenis helm tersebut menjadi helm yang disukai adalah
karena jenis helm tersebut mudah, nyaman, ringan, tidak panas, dan aman.
Adapun data kebutuhan yang diharapkan dari sebagian besar responden agar
selalu teringat untuk menggunakan helm sebelum berkendara pada pertanyaan
nomor 4 adalah helm yang terasa dingin saat digunakan, peringatan teman atau
orang sekitar untuk menggunakan helm, desain helm yang lebih baik, peringatan
ataupun imbauan dari pihak kepolisian untuk menggunakan helm, dan kebutuhan
lainnya yang lebih menekankan kepada kesadaran diri sendiri untuk menggunakan
helm sebelum berkendara.
Kemudian untuk pertanyaan nomor 7 dan 8 juga merupakan pertanyaan
isian sehingga dijawab dengan mandiri tanpa pilihan dari peneliti. Untuk jawaban
nomor 7 sebagian besar alasan memilih jenis pengunci tersebut menjadi jenis