PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGATURAN OTOMATIS INTENSITAS CAHAYA RUANG BACA MENGGUNAKAN SENSOR LDR (Light Dependent Resistor) DENGAN PERANGKAT ANTARMUKA PPI (Programmable Peripheral Interface) 8255 SKRIPSI Oleh: MUCHAMMAD FATCHUR ROCHMAN NIM: 03540016 JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2009
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGATURAN OTOMATIS INTENSITAS CAHAYA RUANG BACA
MENGGUNAKAN SENSOR LDR (Light Dependent Resistor) DENGAN PERANGKAT ANTARMUKA
PPI (Programmable Peripheral Interface) 8255
SKRIPSI
Oleh:
MUCHAMMAD FATCHUR ROCHMAN NIM: 03540016
JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2009
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGATURAN OTOMATIS INTENSITAS CAHAYA RUANG BACA
MENGGUNAKAN SENSOR LDR ( Light Dependent Resistor) DENGAN PERANGKAT ANTARMUKA
PPI (Programmable Peripheral Interface) 8255
SKRIPSI
Diajukan Kepada: Universitas Islam Negeri Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh:
MUCHAMMAD FATCHUR ROCHMAN NIM: 03540016
JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2009
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGATURAN OTOMATIS INTENSITAS CAHAYA RUANG BACA
MENGGUNAKAN SENSOR LDR ( Light Dependent Resistor) DENGAN PERANGKAT ANTARMUKA
Tomi, LuTomi, LuTomi, LuTomi, Luluk K Luluk M,luk K Luluk M,luk K Luluk M,luk K Luluk M, and and and and SSSSeeeemua temen2 Fisika angkatan 2003mua temen2 Fisika angkatan 2003mua temen2 Fisika angkatan 2003mua temen2 Fisika angkatan 2003 “kapan kita bisa berkumpul“kapan kita bisa berkumpul“kapan kita bisa berkumpul“kapan kita bisa berkumpul and and and and ngopingopingopingopi bareng bareng bareng bareng””””
Bu Luluk n ndut, Bu Dian, Bu Yuli, Mas Ali, mbak Fitriyah, Miss Hirfa kapan kita main-main lagi dan sharing bareng. Pak Fakih dan Dewan Guru di SMP dan SMA
Al-Yasini terima kasih atas dukungan dan semangat serta Doanya
Murid-muridku di SMP dan SMA AL-Yasini yang selalu memberikan senyum dan semangatnya, makasih banyak atas dukungan kalian semua
Adikku Mufidatul Munawaroh terima kasih atas semangat dan motivasinya selama ini
3.1 Diagram Blok Rangkaian ......................................................................41
3.2 Flowchart diagram utama sistem...........................................................45
3.3 Rangkaian pengujian sensitivitas sensor cahaya ....................................45
4.1 Rangkaian uji sensitivitas sensor LDR...................................................49
4.2 Grafik Hubungan Intensitas Cahaya dengan Pembacaan ADC...............51
4.3 Screen menu pembuka program.............................................................59
4.4 Menu program simulasi pengaturan otomatis intensitas
cahaya ruang baca menggunakan PPI 8255 ...........................................59
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran I Gambar PCB ................................................................... 65
Lampiran II Gambar Rangkaian Alat Keseluruhan .............................. 66
Lampiran III Gambar Alat pengaturan otomatis intensitas
cahaya ruang baca menggunakan sensor LDR dan
perangkat antarmuka PPI 8255......................................... 67
Lampiran IV List program Delphi ........................................................ 68
Lampiran V Kartu bimbingan skripsi ................................................... 71
Lampiran VI Data Sheet Komponen...................................................... 72
ABSTRACT
Rochman, Much. Fatchur. 2009, The Planning and Construction of Light
Intensity Automatic Controlling Instrument in Reading Room By Using LDR Censor and Programmable Peripheral Interface (PPI) 8255. A Thesis. Physics Department, Faculty of Science and Technology. State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang. Advisors : (1) Imam Tazi, M.Si. (2) Ahmad Barizi, M.A.
Keywords: Authomatic, Light Intensity, Reading Room, Censor LDR, PPI 8255
Either weak or stong light intensity is influented to the accomodation of the eye contacted to the light. If the eye is oftenly accomodated, sooner and later it will become weak that the activity of the eye rod and cone is not optimal. Such condition will, then, cause the eye disorder, as myopia, hypermetropia and blindness. These is related to the degree of the light intensity fell in the eyes.When the value of light intensity is less or more than 150 flux, the eyes will easily get weak and sooner or later it will also cause the eye disorder. Thus, the thesis is aimed at constructing light intensity automatic controlling instrument in reading room by using PPI 8255.
The study of the light measuring is called as photometry. There are two items which have great influence in photometry, they are light intensity of the light source, I, and illumination of the surface, E. Light intensity (I) is the number of light current emitted from the light source in every unit of the room corner. In Al-Qur’an, Allah has depicted the concept of automatic controlling clearly. It can be seen in QS. Al-Anbiya’/21 verse 33, QS. Az-Zumar/39: 62, and. Ath-Thalaaq/65: 3, in which it is stated that Allah SWT has a power to control every single thing in the universe in a well, beautiful and harmonious order.
The research methodology used in the study is quantitative experimental method since the data obtained are in the form of numbers. The research is done on March up to May 2009. The calibration is done by comparing the output of the instrument and the data obtained by the luxmeter.
Based on the result of the planning, construction, testing and analysis of light intensity authomatic controlling instrument in reading room by using LDR censor and programmable peripheral interface (PPI) 8255 with Delphi 6.0 software, PPI 8255 will control light intensity in reading room so that the intensity can be read with the range 145-155 Flux. Thus, Peripheral of the system is PPI 8255 which is made by using Delphi 6.0 software since it can control and determine the steps that should be done by PPI 8255 throughout the system made in which the instrument accuracy is ± 99%.
ABSTRAK
Rochman, Much. Fatchur. 2009, Perancangan Dan Pembuatan Alat Pengaturan Otomatis Intensitas Cahaya Ruang Baca Menggunakan Sensor LDR (Light Dependent Resistor) Dengan Perangkat Antarmuka PPI (Programmable Peripheral Interface) 8255. Skripsi. Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing : (1) Imam Tazi, M.Si. (2) Ahmad Barizi, M.A.
Kata Kunci : Otomatis, Intensitas Cahaya,Ruang Baca,Sensor LDR, PPI 8255
Kuat maupun lemahnya intensitas cahaya berpengaruh pada akomodasi mata yang dikenai cahaya tersebut. Apabila mata sering berakomodasi, lama kelamaan mata akan lelah sehingga kinerja rod dan cone tidak maksimal. Hal inilah yang menyebabkan kelainan mata, seperti rabun jauh dan rabun dekat serta kebutaan, kesemua itu berhubungan dengan tingkat intensitas cahaya yang sampai ke mata. Pada ruang baca jika nilai intensitas cahayanya kurang atau lebih dari 150 luks maka mata akan cepat lelah dan lama kelamaan akan merusak kesehatan mata. Skripsi ini bertujuan untuk membuat pengaturan otomatis intensitas cahaya ruang baca menggunakan PPI 8255
Kajian mengenai pengukuran cahaya disebut dengan fotometri. Dua hal yang paling berpengaruh dalam fotometri adalah intensitas cahaya dari sumber cahaya, I, dan iluminasi, E, dari permukaan. Kuat cahaya atau intensitas cahaya (I) ialah jumlah arus cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya tiap satuan sudut ruang. Di dalam Al-Qur’an konsep pengaturan secara otomatis ini telah digambarkan dengan jelas oleh Allah dalam firmannya QS. Al-Anbiya’/21 ayat 33, QS. Az-Zumar/39 : 62, dan QS. Ath-Thalaaq/65 : 3, dimana Allah SWT berkuasa mengatur segala sesuatu di alam semesta ini dengan pengaturan yang sangat rapi, indah dan harmonis.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental kuantitatif, karena data yang diperoleh berupa angka-angka. penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Mei 2009. Pengkalibrasian dilakukan dengan cara membandingkan keluaran alat uji dengan data yang dihasilkan oleh luksmeter.
Dari hasil perancangan, pengujian dan analisis pengaturan otomatis intensitas cahaya ruang baca menggunakan sensor LDR dan perangkat antarmuka PPI 8255 dengan software Delphi 6.0 ini, nilai intensitas yang ada di ruang baca di kontrol dalam range 145-155 Luks. Peripheral dari sistem yaitu PPI 8255 yang menggunakan software Delphi 6.0 dapat mengatur dan menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan PPI 8255 pada keseluruhan sistem yang dibuat dengan ketelitian alat sebesar ± 99%
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an menjelaskan bahwa penyediaan dan pemanfaatan alam ini,
diperuntukkan sebesar-besarnya untuk kepentingan manusia. Oleh karena itu,
alam semesta ini bagi manusia merupakan obyek pemahaman dan sekaligus
sebagai sumber pelajaran bagi manusia yang mau menggunakan akal pikirannya.
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (QS. Al- Imran/ 3:190).
Al-Qur’an juga menghimbau kepada manusia untuk memikirkan masa
depannya dan berusaha merubah nasibnya melalui kegiatan-kegiatan yang
dilakukan bertahap dan terus-menerus sesuai dengan ayat berikut:
Artinya : Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur (QS. Al-Mu’minun/23 : 78)
Dari ayat tersebut di atas dapat kita pahami bahwa Allah telah menciptakan
kepada kita semua indera pendengaran dan indera penglihatan dan hati supaya kita
dapat menikmati segala keindahan yang telah Allah ciptakan, merenungkannya
supaya kita bersyukur atas segala sesuatu yang telah Allah berikan. Salah satu
wujud syukur kita adalah dengan menjaga kesehatan kita, termasuk kesehatan
mata agar kita dapat bersyukur atas segala kenikmatan yang telah diberikan.
Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan kesehatan, baik itu
kesehatan masyarakat yang menjadi prioritas maupun kesehatan pribadi, terutama
dalam menjaga kesehatan yang berhubungan ciptaan Allah. Sebagai manusia
yang normal tentunya semua menginginkan dan memiliki mata yang sehat,
normal dan tanpa suatu kekurangan apapun. Karena dengan mata yang sempurna
yaitu tidak memiliki kelainan dalam proses penglihatan kita dapat menikmati
suatu keindahan dunia.
Dalam penelitian ini digunakan photometer atau luxmeter yang berfungsi
untuk mengukur intensitas cahaya. Luxmeter dapat mengukur kuat cahaya seperti
pada cahaya matahari yaitu sebesar 100.000 luks, lampu-lampu gedung bioskop
sebesar 50.000 luks dan pada ruang baca nilai intensitasnya 150 luks. Pada ruang
baca jika nilai intensitas cahayanya kurang atau lebih dari 150 luks maka mata
akan cepat lelah dan lama kelamaan akan merusak kesehatan mata.(J.F. Gabriel .
1996 : 173)
Penekanan pada faktor kemudahan operasional dan kepraktisan membuat
peralihan teknologi dari sistem analog ke sistem digital. Keadaan ini didasarkan
pada tuntutan manusia yang selalu ingin memenuhi kebutuhannya secara cepat,
praktis, dan efisien, bukan saja dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari
tetapi juga mencakup penggunaan teknologi tepat guna.
Programmable Peripheral Interface (PPI) 8255 adalah chip antar muka 24
bit (3 port) yang dapat diprogram sesuai keinginan penggunanya. PPI 8255
merupakan chip yang paling banyak digunakan untuk interfacing komputer yang
dihubungkan ke port ISA komputer. Komputer atau CPU yang mempunyai port
ISA ini dimiliki oleh CPU generasi lama antara lain Pentium I-III yang mudah
dicari di pasaran dengan harga yang murah. Berdasarkan sifat-sifat dan
keistimewaan yang dimiliki oleh PPI 8255 dan pengoptimalan penggunaan
komputer model lama tersebut, maka perancangan dan pembuatan alat pengaturan
otomatis intensitas cahaya ruang baca menggunakan sensor cahaya LDR (Light
Dependent Resistor) dan perangkat antarmuka PPI (Programmable peripheral
interface) 8255 diangkat sebagai judul dalam penelitian ini.
B. Rumusan Masalah
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa PPI 8255 memiliki kelebihan
dalam mengontrol suatu sistem, maka untuk memahami prinsip kerja dari kontrol
ini dirumuskan beberapa permasalahan:
1. Bagaimana cara merancang dan membuat sistem kontrol otomatis intensitas
cahaya dalam ruang baca dengan menggunakan PPI 8255 sebagai peripheral
komputer?
2. Bagaimana merancang penggunaan sensor cahaya LDR di dalam sistem
kontrol yang menggunakan PPI 8255 sebagai peripheral komputer?
C. Tujuan
Adapun tujuan perencanaan dan pembuatan alat ini adalah:
1. Mengetahui cara merancang dan membuat sistem kontrol otomatis intensitas
cahaya dalam ruang baca dengan menggunakan PPI 8255 sebagai peripheral
komputer.
2. Memahami penggunaan sensor cahaya LDR di dalam sistem kontrol yang
menggunakan PPI 8255 sebagai peripheral komputer.
D. Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam skripsi ini tidak berkembang, maka
permasalahan tersebut dibatasi pada:
1. Sebagai model digunakan miniatur dengan Lampu DC
2. Miniatur yang dipakai dindingnya berwarna putih.
3. Pembahasan dalam skripsi ini dibatasi pada sistem kontrol yang
diimplementasikan dengan menggunakan PPI 8255 sebagai pembaca antar
muka untuk unit kontrol utama.
4. Objek penelitian lebih ditekankan pada pengaturan intensitas cahaya di ruang
baca dengan parameter kaidah kesehatan mata.
5. Miniatur ruangan yang dipergunakan ini tertutup dan tidak ada sinar/ cahaya
yang datang dari luar ruangan.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Miniatur pengaturan otomatis intensitas cahaya ruang baca menggunakan PPI
8255 dapat diaplikasikan pada kondisi nyata di ruang baca.
2. Perancangan dan pembuatan alat ini diharapkan dapat berfungsi sebagai alat
otomatis terprogram dan dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya
sesuai dengan kebutuhan.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dari penyusunan laporan skripsi ini adalah:
BAB I Pendahuluan
Meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Batasan masalah,
Manfaat Penelitian , serta Sistematika Penulisan
BAB II Kajian Pustaka
Meliputi teori – teori penunjang yang memiliki relevansi sebagai dasar
perencanan dan pembuatan alat
BAB III Metode Penelitian
Meliputi berbagai hal yang berkenaan dengan perancangan dan
pembuatan perangkat keras maupun perangkat lunak.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Meliputi hasil dan pembahasan dari hasil pembuatan alat
BAB V Penutup
Meliputi kesimpulan dan saran-saran dari penelitian ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Membaca Dalam Perspektif Al-Qur’an
Membaca dalam al-Qur’an identik dengan kata Iqro’ yang berarti bacalah,
telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu. Seperti bacalah alam, proses
terjadinya, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri yang tertulis ataupun
tidak. Seperti dalam surat Al-‘Alaq /96 ayat pertama sebagai berikut:
Artinya : Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mengapa kamu tidak bertaqwa kepada-Nya)? 2. Surat Yunus /10 ayat 43
Artinya : Dan di antara mereka ada orang yang melihat kepadamu, apakah dapat kamu memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta, walaupun mereka tidak dapat memperhatikan.
Sebagian mufassirin memberi misal pada surat Yunus ayat 31 ini dengan
mengeluarkan anak ayam dari telur, dan telur dari ayam. Dan dapat juga diartikan
bahwa pergiliran kekuasaan diantara bangsa-bangsa dan timbul tenggelamnya
sesuatu umat adalah menurut hukum Allah. (DEPAG RI. 1998 : 579)
Surat Yunus ayat 31 ini menggunakan bentuk jamak Al-Abshar (ار)
secara harfiyah berarti penglihatan. Secara umum penglihatan disini di artikan
suatu objek penglihatan yang berbeda-beda sesuai perbedaan arah siapa yang
memandang atau melihat. Al-Abshar pada surat ini di artikan sebagai penglihatan
yang sebenarnya, yakni mata yang dapat melihat apa yang ada di sekitarnya dan
juga di sesuaikan dengan makna susunan kata-kata dari ayat tersebut. ( Shihab,
2002: 68-69 )
Pada Surat Yunus ayat 43 menggunakan subjek jamak ( ون- ) dan
secara harfiyah artinya mereka melihat. Ayat ini juga menggunakan kata ()
secara harfiyah artinya dia melihat. Secara harfiyah dua kata tersebut mempunyai
makna yang sama melihat. Secara umum yubshirun (ون) pada surat ini
diartikan sebagai mata hati, tidak melihat dengan mata tetapi melihat dengan hati,
yang mana disesuaikan dengan obyek yang terdapat pada susunan kata dari ayat
tersebut. Karena Al-Qur’an mempunyai susunan kata yang rapi dan indah, maka
dalam satu kata mempunyai makna yang bervariasi. ( Shihab, 2002: 82-84 )
C. Cahaya Dalam Perspektif Al-Qur’an
Matahari merupakan bintang dengan pengertian bahwa matahari dapat
menghasilkan atau memancarkan cahaya sendiri. Dalam Al-Qur’an telah
dijelaskan tentang benda-benda yang mengeluarkan cahaya sendiri (dalam Al-
Qur’an menngunakan kata (ء) dhiya’, seperti matahari). Sedangkan kata (ر)
nur (cahaya) dan beberapa turunannya menggambarkan makan cahaya yang di
timbulkan akibat pantulan benda yang terkena sinar, seperti bulan. Makna ini
dapat kita temukan dalam Al-Qur’an: ( Pasya, 2004: 101).
Dipermukaan matahari terdapat sumber energi yang dapat dibakar
(dinyalakan) sehingga energinya dapat dikirim sampai ke bumi. Energi matahari
dikirim ke bumi dalam bentuk radiasi gelombang elektromagnetis yang sampai
kebumi dalam bentuk panas. (Wadhana, 2004: 102)
Seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an surat An-Naba’ ayat 13 :
$ uΖù=yè y_ uρ % [`#uÅ %[`$ ¨δuρ ∩⊇⊂∪
Artinya: “Dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari).” (Q.S. An-Naba’/78 : 13 )
Berkaitan dengan ayat diatas bahwasanya sinar matahari menghasilkan
energi yang berupa ultraviolet 9%, cahaya 46%, dan inframerah 45%. Karena
itulah ayat suci diatas menamai matahari sebagai sirajan (pelita) karena
mengandung cahaya dan panas secara bersamaan. (Quraish Shihab, 2003: 10-11)
Beberapa ayat yang berhubungan dengan cahaya adalah sebagai berikut:
Artinya : Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui.(QS Yunus/ 10 : 5)
Sebab-sebab diturunkannya ayat-ayat diatas membicarakan tentang cerita
pada zaman Nabi Nuh dan Nabi Yunus yang berkenaan dengan perintah
memperhatikan kejadian alam semesta dan kejadian manusia yang merupakan
manifestasi kebesaran Allah dan juga menjelaskan tentang perhitungan tahun dan
waktu dengan perjalanan matahari dan bulan serta hukum mendustakan ayat-ayat-
Nya.( DEPAG RI. 1998 : 166 dan 456)
Kedua ayat diatas memberikan definisi yang tepat untuk kata dhiya’
(sinar) dan Nur (cahaya) yang dalam bahasa Arab kedua kata tersebut digunakan
untuk menunjuk sesuatu yang memancar dari benda yang terang dan membantu
manusia untuk dapat melihat benda-benda yang dilalui pancaran itu. Dalam Al-
Qur’an kita temukan contoh benda-benda atau gejala-gejala lain yang
memancarkan sinar seperti barq (kilat), nar (api) atau zait (minyak). (Pasya, 2004:
102)
Beberapa ayat-ayat yang menyebutkan tentang cahaya yaitu QS. Al-
Artinya: “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS. Al-Anbiya’/21 : 33)
Ayat ini menjelaskan kepada kita semua bagaimana konsep pengaturan
alam semesta ini diatur dengan tatanan yang sangat rapi, hal ini menunjukkan
keseimbangan kontrol yang dibuat oleh Allah SWT untuk kemaslahatan demi
kelangsungan hidup makhluk-Nya. (Abdullah bin Muhammad, 2007: 448-449)
Di dalam Al-Qur’an Allah juga menjelaskan sebagaimana firman-Nya:
( s9uρ y‰ Åg rB ÏMΨ Ý¡ Ï9 «! $# ¸ξƒÈθ øtrB ∩⊆⊂∪
Artinya: “…Dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.” (QS. Al-Fathir/35 : 43 )
Yakni siapapun dari makhluk ini, tidak akan mampu mengalihkan hukum
Allah dari arah yang telah ditentukan. Kata () sunnah antara lain berarti
kebiasaan. Sunnatullah atau sunnah Allah adalah kebiasaan-kebiasaan yang
diberlakukanNya terhadap apa, siapa dan kapanpun. (Shihab, 2003: 494-495 )
E. Intensitas Cahaya
Cahaya adalah energi pancaran yang dirambatkan dalam sejumlah
gelombang tranversal dengan kecepatan 2,99776 x 108 m/second atau 3 x 108
m/second. Cahaya dihasilkan bersama dengan terbentuknya radiasi saat partikel
dipanaskan, seperti matahari yang menjadi sumber cahaya alami kita. Cahaya
dapat dihasilkan melalui cara yang lain, seperti penghancuran molekul elektron
dalam gas seperti neon atau partikel kimia yang lain. Sumber cahaya buatan
adalah lampu fluoresen.
Lampu fluoresen (seperti bola lampu) menghasilkan cahaya melalui
pemanasan partikel (filamen) dan hasil dari suatu radiasi sehingga cahaya menjadi
lebih terang. Benda yang menghasilkan cahaya disebut dengan lumen (benda yang
bercahaya). Sebaliknya, benda seperti bulan yang tidak menghasilkan cahaya
sendiri, akan tetapi hanya merefleksikan cahaya dari sumber lain disebut dengan
illuminasi (benda yang tidak bercahaya). Saat cahaya mencapai permukaan objek,
beberapa cahaya lain direfleksikan, beberapa yang lain ditransmisi, dan yang
lainnya diserap.
“The study of the measurement of light is called Photometry. Two important measurable quantities in photometry are the luminous intensity, I, of a light source, and the illumination, E, of a surface.” (Ewen 2005: 549)
“Kajian mengenai pengukuran cahaya disebut dengan fotometri. Dua hal
yang paling berpengaruh dalam fotometri adalah intensitas cahaya dari sumber cahaya, I, dan iluminasi, E, dari permukaan.”
Kuat cahaya atau intensitas cahaya (I) ialah jumlah arus cahaya yang
dipancarkan dari sumber cahaya tiap satuan sudut ruang. Satuan kuat cahaya
adalah lilin. Sumber (dengan komposisi warna apa saja) dikatakan memiliki
intensitas cahaya I sebesar 1 kandela (1cd) jika tampak sama terang seperti
sumber baku tertentu. Kebanyakan sumber cahaya, menampakkan intensitas yang
berbeda-beda bila dipandang dari berbagai arah, hingga nilai I suatu sumber dapat
bergantung pada sudut pandang. Satuan yang dulu terpakai untuk I ialah satuan
‘lilin’ atau ‘daya lilin’.
1 lilin = 1 daya lilin = 0,981 cd.
Dari persamaan di atas dipahami bahwa satu lilin Internasional
(Candela/Cd) ialah kuat cahaya yang memberikan cahaya sebanyak 1/20 kali
banyaknya cahaya yang dipancarkan oleh 1 cm2 platina pada titik lebur.(J.F.
Gabriel. 1996 : 170)
Sumber titik isotropik memancarkan cahaya sama besar ke semua jurusan.
Jumlah cahaya yang terlihat dan dipancarkan oleh suatu sumber dinyatakan oleh
fluks pancaran cahaya total F dari sumber (total luminous flux). Menurut definisi,
fluks pancaran cahaya total yang berasal dari sumber titik isotropik yang memiliki
intensitas pancaran cahaya I (luminous intensity ) adalah :
Fluks pancaran cahaya total IF .4π= , satuan fluks adalah lumen(lm)
Jika sumber tidak bersifat isotropik, harus dipakai pengertian nilai rata-rata sferis
intensitas cahaya_
I , menurut hubungan berikut:
Fluks pancaran cahaya total _
4 Iπ= ,
Dengan kata lain I seolah-olah adalah intensitas cahaya sumber isotropik
yang memancarkan fluks total yang sama besar dengan fluks total sumber
sebenarnya. _
I merupakan nilai intensitas cahaya sumber sebenarnya di rata-
ratakan terhadap semua arah pandang.
Fluks F∆ yang meninggalkan sumber titik I melalui sudut ruang
ω∆ steradian dinyatakan oleh ω∆=∆ .IF . Berhubung sudut ruang yang dicakup
oleh satu bola penuh adalah π4 steradian, maka ini menghasilkan IF .4π=
sebagai fluks total yang keluar dan berasal dari sumber titik isotropik. Berhubung
I adalah dalam candela dan ω∆ dalam steradian, maka: 1 lm = (1 cd)(1 sr) atau
1 cd = 1 lm/sr. ( Frederick J. Bueche, Hal: 282)
1. Iluminasi atau intensitas penerangan (E)
Suatu permukaan menyatakan banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas
permukaan. Jika fluks sebesar F∆ tiba pada permukaan A∆ , maka intensitas
penerangan (iluminasi) di tempat itu adalah:
A
FE
∆∆=
Kalau permukaan A diterangi fluks F secara merata, intensitas penerangan
AFE /= . Satuan E ialah lm/m2 atau luks(lx), atau lm/ft2 (disebut ’foot-candle’; 1
lm/ft2 = 1 ft candle= 10,76 lx ).
Kekuatan penerangan sebesar-besarnya suatu permukaan akan terjadi
apabila fluks cahaya jatuh secara tegak lurus permukaan, karena dalam keadaan
demikian fluks maksimum tiba pada permukaan. Jika permukaan tidak tegak lurus
fluks, tetapi normal permukaan membentuk sudut θ dengan arah fluks, maka
tidak semua fluks akan menerangi permukaan itu melainkan :
Secara singkat, terangnya sumber cahaya yang kelihatan dinyatakan oleh
intensitas pancaran cahaya I. Suatu berkas cahaya dari sumber itu, jumlahnya
dinyatakan oleh fluks F. Suatu berkas cahaya yang jatuh pada sebuah bidang akan
meneranginya, dimana fluks yang jatuh pada satuan luas dari suatu bidang disebut
iluminasi E dimana AFE /= . ( Frederick J. Bueche, Hal: 283)
2. Iluminasi Oleh Sumber Titik Isotropik
Besar kuat cahaya tiap cm2 dari luas permukaan sumber cahaya yang
dilihat disebut dengan iluminasi oleh sumber titik isotropik (kalau sumber cahaya
berupa bola maka luas permukaan yang dilihat berupa luas lingkaran).
θcosmaksEE =
Fluks cahaya yang keluar dari sumber titik isotropik tidak tergantung pada
arah pandang, dan menembus permukaan bola yang berpusat pada sumber titik itu
secara tegak lurus. Intensitas penerangan pada setiap titik permukaan bola itu
ialah:
Maka intensitas penerangan oleh sumber titik isotropik adalah berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak. Apabila ada dua bola lampu yang berpijar mempunyai kuat
cahaya yang sama tetapi lampu yang kecil kelihatan lebih terang daripada lampu
yang besar. dalam hal ini dikatakan terang cahaya (e) lampu yang kecil lebih
terang daripada lampu yang besar. (J.F. Gabriel. 1996 : 171)
F. ADC (Analog to Digital Converter)
Rangkaian atau chip ADC berfungsi untuk mengubah sinyal analog
menjadi sinyal digital. Umumnya kita menggunakan chip ADC 8 bit untuk
mengubah rentang sinyal analog 0-5 V menjadi level digital 0-255 untuk ADC 8
bit, meskipun saat ini sudah banyak ADC yang mampu memproses data 12 bit.
Gambar 2.1 Konversi sinyal analog menjadi digital/ biner
Faktor-faktor spesifikasi ADC:
ADC
Vdd
Analog Sinyal Input
Binary Output
224
4
r
I
r
I
A
FE ===
ππ
1. Resolusi
2. Linearitas
3. Akurasi
4. Non linearitas
5. Kontrol
Analog to Digital Converter (ADC) berfungsi untuk mengubah tegangan
analog pada input menjadi tegangan digital pada outputnya. Sehingga data
tersebut dapat dibaca oleh peralatan interface dan dapat diproses oleh
mikroprosesor.
Secara umum ADC dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu:
a. ADC dengan golongan open -loop (tanpa feedback)
misalnya: tipe flash ADC, slope converter, dual converter
b. ADC dengan golongan close-loop (dengan feedback)
misalnya: single counter ADC, tracking ADC dan successive
ADC mengambil input sinyal kontinyu yang tidak diketahui (Vin) dan
mengkonversinya ke dalam bilangan biner n-bit. Bilangan n-bit adalah fraksi
biner yang menunjukkan rasio antara sinyal input (Vin) dan pengkonversi
tegangan penuh.
Gambar 2.2 Konversi dasar ADC
Tegangan Vin dihubungkan pada suatu input dari sinyal analog
pembanding dan tegangan referensi analog (Vr) dihubungkan pada input yang lain
Vi
Vr Vo
dari komparator. Jika Vin > Vr tegangan output akan berada pada +Vo level yang
berarti logika “1”,jika Vin < Vr tegangan output akan low yang berarti logika “0”.
Metode konversi sinyal analog menjadi digital yang digunakan adalah
Succesive Approximation ADC. Rangkaian ini menggunakan counter yang
dikenal sebagai successive-approximation register, yaitu melalui pendekatan
berturut-turut untuk mencari nilai yang paling tepat. Disamping menghitung naik
deretan data biner, register ini menghitung dengan mencoba seluruh nilai bit
dimulai dari MSB dan diakhiri dengan LSB. Selama proses penghitungan, register
akan memonitor output komparator untuk melihat jika hitungan biner kurang atau
lebih besar dari input sinyal analog.
Komponen dasarnya adalah pengkonversi A/D, pembanding atau
komparator, successive approximation register (SAR), sebuah clock dan kontrol
dan status logic (Widodo,D dan Sigit F. 2005: 120-121).
Rangkaian successive-approximation register (SAR) seperti berikut:
Gambar 2.3 Rangkaian successive approximation pengkonversi A/D
Clock
Control and status logic
Succesive approximation register (SAR)
DAC
Digital Output
Vo Vin
Vfs
Pada permulaan konversi, SAR dibersihkan ke “0” dan bit paling berarti
diset ke “1”. Hasil ini adalah harga Vo yang merupakan setengah dari skala
penuh. Output dari komparator kemudian di tes untuk melihat apakah Vin >Vo
atau Vin < Vo. Jika Vin > Vo bit yang paling berarti berubah menjadi “on” atau
berubah “off”.
Pada step berikutnya, bit yang paling berarti atau penting dari SAR
berubah menjadi “on”. Pada tingkat ini, Vo akan menjadi 3¼ atau 1¼ atau skala
penuh, tergantung pada apakah Vin > Vo atau Vin < Vo, masing-masing pada
langkah pertama. Kemudian komparator di tes apakah Vin > Vo yang baru, bit
yang paling berarti berikutnya “on” atau “off”.
Proses diulang untuk masing-masing bit SAR. Ketika proses dibawah
keluar untuk masing-masing bit , SAR berisi nomor biner D yang proporsi dengan
Vin dan garis EOC menunjukkan bahwa perbandingan telah selesai dan output
digital siap untuk transmisi. Keuntungan dari metode successive approximation
adalah kecepatan terbaik hanya pada pulsa clock n yang menghasilkan resolusi n
bit dari sinyal analog. Pada skripsi ini dipergunakan ADC 0804, yang mode tipe
kerjanya free running. Rangkaian free running ADC 0804 ditunjukkan pada
Gambar 4.
Gambar 2.4 Rangkaian Free running ADC
Untuk membuat mode kerja ADC 0804 menjadi free running, maka harus
diketahui bagaimana urutan pemberian nilai pada -RD dan -WR serta perubahan
nilai pada -INTR. Urutan pemberian nilai pada -RD , -WR perubahan nilai pada -
INTR ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 2.1. Pemberian nilai pada -RD dan -WR serta perubahan nilai pada –INTR
Langkah INTR WR RD 1 0 0 0 2 1 1 0
Mode kerja free running ADC diperoleh jika -RD dan -CS dihubungkan
ke ground agar selalu mendapat logika 0 sehingga ADC akan selalu aktif dan siap
memberikan data. Pin -WR dan -INTR dijadikan satu karena perubahan logika -
INTR sama dengan perubahan logika pada -WR, sehingga pemberian logika pada
-WR dilakukan secara otomatis oleh keluaran -INTR.
Nilai tegangan masukan (Vx) dari sebuah ADC secara umum dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Vx=Vref (b1. 2-1 + b2.2
-2 + …+ bn.2-n)
dimana: Vx = tegangan masukan
Vref = tegangan referensi
Sedangkan resolusi dari sebuah ADC secara umum dapat dirumuskan sebagai
procedure FormClose(Sender: TObject; var Action : TCloseAction); private Private declarations DADC:smallint; LUX :real; public Public declarations Procedure outPPI(port:smallint;Nilai:byte); Function InPPI(port:smallint):smallint; Procedure Semakin_Terang; Procedure Semakin_Redup; end; Const PortCW:smallint=$303; PortA :smallint=$300; PortB :smallint=$301; PortC :smallint=$302; var FUtama: TFUtama; implementation uses USplassScreen; $R *.dfm TForm1 function TFUtama.InPPI(port: smallint): smallint; var nilai:byte; begin asm mov dx,port in al,dx mov nilai,al end; InPPI:=Nilai; end; procedure TFUtama.outPPI(port: smallint; Nilai: byt e); begin asm mov dx,port mov al,nilai out dx,al end; end; procedure TFUtama.Semakin_Redup; begin outPPI(PortC,1); sleep(5); outPPI(PortC,0); sleep(5); end;
procedure TFUtama.Semakin_Terang; begin outPPI(PortC,2); sleep(5); outPPI(PortC,0); sleep(5); end; procedure TFUtama.FormCreate(Sender: TObject); begin TxtADC.Text:=''; TxtLUX.Text:=''; lampu.Brush.Color:=clgray; outPPI(PortCW,$90); end;
Dari hasil regresi linier tersebut dibuat program untuk mengkonversikan
sinyal pembacaan ADC kedalam besaran yang sesuai dengan nilai yang ditunjuk
oleh luksmeter. Program dalam bahasa pascal untuk penerjemahan sinyal analog
intensitas cahaya menjadi sinyal digital oleh komputer melalui PPI 8255 adalah
sebagai berikut :
procedure TFUtama.CmdMulaiClick(Sender: TObject); begin outPPI(PortB,1); Sleep(5); outPPI(PortB,0); Sleep(5); end; procedure TFUtama.Timer1Timer(Sender: TObject); begin DADC:=InPPI(PortA); TxtADC.Text:=inttostr(DADC); LUX:=(2.4342 * DADC)-243.87; TxtLux.Text:=Floattostr(LUX); if LUX > 155 then begin semakin_redup; lampu.Brush.Color:=clred; end else if LUX < 145 then begin semakin_terang; lampu.Brush.Color:=clgreen; end else if (LUX >=145) and (LUX <= 155) then lampu.Brush.Color:=clyellow;
end;
Karena Delphi merupakan pemrograman berbasis grafis maka dapat dibuat form
sebagai berikut :
Gambar 4.3 Screen menu pembuka program
Gambar 4.4 Menu program simulasi pengaturan otomatis intensitas
cahaya ruang baca menggunakan PPI 8255
4. Pembahasan dalam Kajian Al-Qur’an
Dengan dibuatnya alat pengaturan otomatis intensitas cahaya ruang baca
dengan menggunakan sensor LDR dan pengantarmuka PPI 8255 ini diharapkan
intensitas cahaya ruang baca dapat diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan
kaidah kesehatan mata.
Berkenaan dengan hal pengontrolan dalam Al-Qur’an sangatlah
dianjurkan. Dalam Al-Qur’an dijelaskan:
...4 ô‰ s% Ÿ≅ yèy_ ª! $# Èe≅ä3Ï9 & óx« #Y‘ ô‰s% ∩⊂∪ Artinya: “……Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaaq/65 : 3) Sebagaimana dalam ruang baca, intensitas cahaya yang ditentukan untuk
membaca adalah 150 luks. Dalam pembuatan alat ini yang dikontrol adalah nilai
tegangan yang diumpankan ke bola lampu untuk menghasilkan nilai intensitas
cahaya dengan rentang 145-155 luks, kalau di konversi ke nilai tegangan yaitu
3,1176 – 3,2156 volt. Apabila nilai intensitas cahaya yang di ukur kurang dari
yang diharapkan (145 luks) maka PPI akan mengontrol dimmer untuk
memperbesar tegangan, begitu pula sebaliknya ketika nilai tegangan lebih dari
155 luks maka dimmer akan memperkecil nilai tegangan yang akan di umpankan
ke bola lampu.
Dengan dibuatnya alat ini menjadikan lebih nyaman dalam membaca
karena dalam pengaturan intensitas cahaya ruang baca ini sudah diatur
sedemikian rupa agar intensitas cahaya sesuai dengan kesehatan sehingga mata
tidak mudah lelah dan sakit. Sebagai Hamba Allah setelah melakukan usaha yang
maksimal dan memperoleh hasil yang maksimal tentunya kita tetap harus
bersyukur kepada-Nya atas semua kenikmatan yang diberikan kepada kita. Mata
merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya, karena dengan mata kita dapat
mempelajari keindahan penciptaan Allah SWT.
Kebanyakan diantara dari kita yang telah dianugerahi mata yang normal
sehat dan tanpa ada suatu kekurangan apapun dengan mudahnya kita ingkari dan
melupakan nikmat terbesar Allah yang telah diberikan kepada kita, padahal
seandainya kita mau bersyukur dan memperhatikan bukti-bukti kebesaran Allah
dengan indera yang kita miliki terutama indera pengelihatan niscaya Allah akan
menambah kenikmatan yang telah dianugerahkan kepada kita. Namun sebaliknya
apabila mengingkari kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah maka Allah akan
menurunkan adzab yang sangat pedih kepada kita. Na’udzubillaahimindzaalik
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaturan otomatis
intensitas cahaya ruang baca menggunakan PPI 8255 yang telah diuraikan di atas
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sensor cahaya dapat mendeteksi dengan baik adanya intensitas cahaya yang
disesuaikan dengan intensitas cahaya ruang baca sesuai dengan apa yang di
inginkan, tegangan output dari sensor cahaya sebesar 3,1164 – 3,2144 Volt.
2. Peripheral dari sistem yaitu PPI 8255 yang dibuat dengan menggunakan
software Delphi 6.0 dapat mengatur dan menentukan langkah-langkah yang
harus dilakukan PPI 8255 pada keseluruhan sistem yang dibuat. Hal ini dapat
dilihat dari kevaliditasan alat sebesar ± 99 %, dan kecilnya nilai kesalahan
relatif dari alat yaitu sebesar 0,72 %.
B. Saran
Dalam pembuatan miniatur dapat dikembangkan lebih lanjut dengan
ditambahkan suatu rangkaian lagi sehingga lampu yang dipakai bukan hanya bola
lampu tapi dapat memakai lampu neon, sehingga dapat meningkatkan efesiensi
alat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Muhammad. 2007. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i
Abtokhi, A. 2007. Akankah Al-Qur’an yang ‘Ku Baca Menolongku? Suatu Kajian
Tasawuf Modern Dalam Perspektif Fisika. Malang : UIN Malang Anonymous. 2002. PPI 82c55.
http://www.datasheet4u.com/download/82C55A.pdf (di akses tanggal 07 Januari 2009)
Anonymous. 2005. IC 0804. http://www.datasheet4u.com/download/0804.pdf
(diakses tanggal 07 Januari 2009) Anonymous. 2002. ADC (Analog to Digital Converter).
http://www.electroniclab.com/index.php?action=html&fid=56 (diakses tanggal 20 Nopember 2008)
%20Electric%20motors%20(Bahasa%20Indonesia).pdf (diakses tanggal 24 April 2009)
Anonymous. www.hyperphysics\phyftp.nankai.edu.cn\songz\index\hyper\hbase \hframe.html (diakses tanggal 24 April 2009)
Bishop, Owen. 2004. Dasar-dasar Elektronika. Jakarta :Erlangga Cooper, William D. 1985. Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran.
Jakarta: Erlangga. Daryanto. 2004. Pengetahuan Teknik Elektronika. Jakarta: Bumi Aksara Departemen Agama RI. 1998. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Asy-
Frederick J. Bueche,Ph.D, alih bahasa Drs B. darmawan, M.Sc. 1989. Theory And Problem Of College Physics,8th Edition/Frederick Bueche Schaum Series. Jakarta : Erlangga
Imam Tazi. 2007. Digitalisasi Neraca Analog Sederhana Dengan Pemanfaatan
PPI 8255. Malang : Universitas Islam Negeri Malang J.F. Gabriel.1996. Fisika Kedokteran. Jakarta : EGC Pasya, Ahmad Fuad. 2004. Dimensi Sains Al-Qur’an. Solo: Tiga Serangkai Shihab, M Quraish. 2003. Tafsir Al-Mishbah. Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati. Supriadi, Muhammad. 2005. Pemrograman IC PPI 8255 Menggunakan Delphi.
Yogyakarta : Andi Widodo, D dan Sigit F. 2005. Elektronika Digital dan Mikroprosesor.
Yogyakarta: Wardhana, Wisnu A. 2004. Al-Qur’an dan Energi Nuklir. Yogyakarta: Pustaka
Belajar. Young, Jugh D. Freedman, Roger A. 1996. Physics University. Addison-Wesley
publishing company, inc
LAMPIRAN
Lampiran I : Gambar PCB
Lampiran II : Gambar Rangkaian Alat Keseluruhan
Lampiran III : Gambar Alat pengaturan otomatis intensitas cahaya ruang baca menggunakan sensor LDR dan perangkat antarmuka PPI 8255
implementation uses USplassScreen; $R *.dfm TForm1 function TFUtama.InPPI(port: smallint): smallint; var nilai:byte; begin asm mov dx,port in al,dx mov nilai,al end; InPPI:=Nilai; end; procedure TFUtama.outPPI(port: smallint; Nilai: byt e); begin asm mov dx,port mov al,nilai out dx,al end; end; procedure TFUtama.Semakin_Redup; begin outPPI(PortC,1); sleep(5); outPPI(PortC,0); sleep(5); end; procedure TFUtama.Semakin_Terang; begin outPPI(PortC,2); sleep(5); outPPI(PortC,0); sleep(5); end; procedure TFUtama.FormCreate(Sender: TObject); begin TxtADC.Text:=''; TxtLUX.Text:=''; lampu.Brush.Color:=clgray; outPPI(PortCW,$90); end; procedure TFUtama.CmdMulaiClick(Sender: TObject); begin outPPI(PortB,1);
Sleep(5); outPPI(PortB,0); Sleep(5); end; procedure TFUtama.Timer1Timer(Sender: TObject); begin DADC:=InPPI(PortA); TxtADC.Text:=inttostr(DADC); LUX:=(2.4342 * DADC)-243.87; TxtLux.Text:=Floattostr(LUX); if LUX > 155 then begin semakin_redup; lampu.Brush.Color:=clred; end else if LUX < 145 then begin semakin_terang; lampu.Brush.Color:=clgreen; end else if (LUX >=145) and (LUX <= 155) then lampu.Brush.Color:=clyellow; end; procedure TFUtama.CmdPauseClick(Sender: TObject); begin Timer1.Enabled:=not Timer1.Enabled; end; procedure TFUtama.CmdTutupClick(Sender: TObject); begin close; end; procedure TFUtama.FormClose(Sender: TObject; var Ac tion: TCloseAction); begin Timer1.Enabled:=False; FSplassScreen.close; end; end.
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI
Nama : MUCHAMMAD FATCHUR ROCHMAN NIM : 03540016 Fakultas/Jurusan : SAINS DAN TEKNOLOGI/ FISIKA Judul : PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT
PENGATURAN OTOMATIS INTENSITAS CAHAYA RUANG BACA MENGGUNAKAN SENSOR LDR (Light Dependent Resistor) DENGAN PERANGKAT ANTARMUKA PPI (Programmable Peripheral Interface ) 8255
PEMBIMBING : I . Imam Tazi, M. Si. II. Ahmad Barizi, M.A.
No Tanggal Materi Tanda Tangan Pembimbing
1. 25 Juni 2008 Persetujuan Proposal
2. 4 November 2008 Bab I dan II
3. 20 Januari 2009 Revisi Bab I dan II
4. 5 April 2009 Bab III dan IV
5. 25 April 2009 Revisi Bab III dan IV
6. 26 April 2009 Kajian Al-Qur’an dan Sains
7. 10 Mei 2009 Konsultasi Kajian Al-Qur’an
dan Sains
8. 25 Mei 2009 Revisi Kajian Al-Qur’an dan
Sains
9. 30 Mei 2009 Bab V dan Abstrak
10. 5 Juni 2009 Revisi Bab V dan Abstrak
11. 9 Juni 2009 ACC keseluruhan
Mengetahui, Ketua Jurusan Fisika Drs. M. Tirono, M.Si NIP. 131 971 849