Page 1
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
PERANAN RESOURCE CENTER SUKAPURA KOTA BANDUNG
DALAM MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF
ARTIKEL
Disusun untuk Memebuhi Salah Satu Syarat
Mengikuti Symposium GTK Tingkat Nasional Tahun 2016
Oleh :
Gunansyah Priyatna
[email protected]
Guru SLB-C Sukapura Kota Bandung
SLB-C SUKAPURA
RESOURCE CENTER PENDIDIKAN INKLUSIF
2016
Page 2
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
PERANAN RESOURCE CENTER SUKAPURA KOTA BANDUNG
DALAM MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF
Oleh : Gunansyah Priyatna
Guru SLB-C Sukapura Kota Bandung
1. Pengantar
Tidak ada seorang pun yang ingin dilahirkan dalam keadaan
menyandang kelainan maupun berkelainan setelah dilahirkan. Tapi dalam
kenyataan dalam kehidupan banyak anak yang menyandang kelainan baik
saat dilahirkan maupun setelah diahirkan. Itu adalah merupakan takdir
yang tidak dapat dihindarkan .
Dalam kenyataan banyak orang tua dan masyarakat yang tidak
atau kurang menerima keberadaan anaknya yang berkebutuhan khusus,
sehingga anak berkebuthan khusus tidak diperlakukan dengan baik.
Anak berkebutuhan khusus merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dengan pada umumnya. Mereka memiliki hak dan kewajiban yang Sama
dengan anak-anak yang normal termasuk dalam pendidikan. Mereka juga
memiliki kebutuhan yang sama dengan anak-anak lainnya baik kebutuhan
sandang, pangan papan, kasih sayang dan dan dalam mendapat layanan
pendidikan.
Apabila pada zaman dulu peserta didik berkebutuhan khusus
(PDBK) diberikan pendidikan yang terpisah dengan anak pada umumnya.
Maka paradigma yang berkembang pada saat ini yaitu PDBK dapat
memperoleh pendidikan bersama dengan anak pada umumnya atau disebut
dengan pendidikan inklusif.
Dengan adanya pendidikan inklusif maka diharapkan PDBK
dapat memperoleh pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya bersama dengan anak pada umumnya.
Page 3
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
Berdasarkan Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 70
Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi peserta didik yang memiliki
kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa.
Dalam pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tersebut di atas
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah
sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan
peserta didik pada umumnya. Serta diberi kesempatan untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Mengingat pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara
pemerintah, sekolah dan masyarakat termasuk orang tua, maka
konsekuensi dari penerapan pendidikan inklusif ini, semua pihak harus
ikut terlibat didalamnya.
Adapun yang ikut menentukan keberhasilan pendidikan inklusif adalah
orang tua siswa , Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif (SPPI),,
Resource Center (RC) sebagai support system pendidikan inklusif , dan
dukungan dari Dinas Pendidikan Kota Kabupaten , Dinas Pendidikan
Provinsi maupun Pemerintah Pusat dalam halini Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Dalam kenyataannya pelaksanaan pendidikan inklusif masih banyak
mengalami berbagai permasalahan, yang berkaitan dengan sikap orang tua
.Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif (SPPI maupun Resource
Center (RC).
Pusat sumber atau resource center merupakan lembaga khusus
yang dibentuk dalam rangka pengembangan pendidikan
khusus/pendidikan inklusif yang dapat dimanfaatkan oleh semua anak,
khususnya anak berkebutuhan khusus, orang tua, keluarga, sekolah umum,
sekolah luar biasa, masyarakat, pemerintah, serta pihak lain yang
berkepentingan untuk memperoleh informasi yang seluas-luasnya dan
Page 4
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
melatih berbagai keterampilan, serta memperoleh berbagai pengetahuan
yang berhubungan dengan pendidikan berkebutuhan khusus/pendidikan
inklusif.
Resource Center Sukapura adalah salah satu dari sekolah di kota Bandung
yang ditunjuk sebagai RC oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat di
samping RC yang lain yaitu RC Bandung (SLBN A Kota Bandung) dan
RC Cicendo (SLBN B Cicendo Kota Bandung.
Dalam artikel ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang
dihadapi, dan upaya yang telah, sedang dan akan dilaksanakan oleh RC
Sukapura dalam mendukung optimalisasi pendidikan inklusif di Kota
Bandung.
2. Masalah
Untuk mencapai suatu harapan tidak semudah membalikkan tangan ,
banyak permasalahan yang haru dihadapi, demikian juga dengan yang
dihadapi oleh RC Sukapura dalam mendukung implemantasi pendidikan
inklusif banyak mengalami permasalahan yang dihadapi diantaranya:
2.1 Masih banyak orang tua dan masyarakat yang belum mau
menerima sepenuhnya keadaan anaknya yang berkebutuhan khusus dan
memperlakukan anak berkebutuhan khusus dengan baik. Mereka ada yang
memperlakukan berlebihan over protektif dan ada juga yang membiarkan
anak yang berkebutuhan khusus berkeliaran.
Hal ini pengalaman membuktikan ketika suatu hari datang sepasang
suami istri dan seorang putrinya seorang anak autis menemui kami di
Sekolah Luar Biasa (SLB) C Sukapura Kota Bandung. mereka bermaksud
mendaftarkan putranya menjadi siswa di sekolah kami. Putrana berusia 17
tahun dan belum pernah disekolahkan. Ketika kami tanya mengapa
anaknya baru disekolahkan padahal tempat tinggalnya tidak jauh dari
SLB., secara implicit mereka menjawab belum menerima sepenuhnya
keberadaan putra mereka yang menyandang autis disamping itu mereka
merasa malu memiliki anak berkebutuhan khusus, tapi mereka sangat
Page 5
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
menyayangi putrinya , saking sayang nya mereka memperlakukan
putrinya dengan sangat berlebihan, sampai makan, mandi, sampai cebok
pun diurus sama pembantunya. Sehingga anak itu tidak dapat mengurus
dirinya sendiri dan selalu tergantung pada keluarga dan pembantunya. Itu
adalah salah satu contoh kasus yang ditemukan dari sekian banyak temuan.
2.2 Masih banyak orang tua dan masyarakat yang belum memahami
cara memperlakukan anaknya yang berkebutuhan khusus dengan baik, hal
ini seperti yang pernah saya saksikan sendiri , beberapa tahun yang lalu
kami kedatangan seorang ibu yang merupakan salah satu orang tua siswa
kami penyandang tunagrahita sedang. Ibu itu meminta saya untuk datang
ke rumahnya karena anaknya yang penyandang tunagrahita itu sedang
disiksa oleh bapaknya dan ibunya tidak bisa mencegah suaminya yang
sedang marah, karena anak itu melempar kaca mobil yang lewat dengan
batu hingga pecah berantakkan. Dan saya pun pergi ke rumahnya ,benar
saja anak itu masih disiksa oleh bapaknya. Kemudian kami bawa anak itu
ke sekolah untuk diamankan, dan kami memberikan arahan kepada orang
tuanya agar tidak memperlakukan anaknya seperti itu.
Sebelum sekolah anak itu dalam kesehariannya sering diledek oleh anak-
anak lain yang normal maupun orang dewasa , sehingga anak itu menjadi
pemarah dan suka mengamuk dengan melempar batu ke anak-anak yang
meledeknya. Masyarakat banyak yang menyebut anak itu gila karena
memang anak itu terlihat kotor, kumal dan kurang terurus. Bapaknya
seorang pemulung, ibunya seorang buruh cuci. Jadi anak itu kurang
terperhatikan, sehingga sering berkeliaran.
2.3 Masih banyak para kepala sekolah dan guru di sekolah reguler
yang belum memahami tentang anak berkebutuhan khusus dan
pendidikan inklusif. Hal ini dibuktikan ketika kami melakukan sosialisasi
tentang pentingnya memberikan layanan pendidikan bagi semua anak
termasuk anak berkebutuhan khusus di sekolah sekolah se kecamatan
kiaracondong kota Bandung. Mereka beralasan kalau mereka melayani
Page 6
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
pendidikan bagi ABK ,mereka khawatir melayani satu anak ABK anak
yang lain akan tidak terperhatikan.
2.4 Belum optimalnya layanan pendidikan di SPPI
Dari hasil pra penelitian yang dilakukan Siswati (2012) di Kota Bandung
tahun 2011 ditemukan bahwa 100% SPPI yang diteliti mengalami
kesulitan dalam memberikan layanan pendidikan inklusif bagi PDBK.
Kesulitan utama SPPI adalah SDM yang belum kompeten dalam
menangani PDBK, sehingga SPPI membutuhkan dukungan agar dapat
melayani kebutuhan PDBK terutama dalam layanan pembelajarannya. Hal
ini sesuai penelitian Dadang Garnida (2009), yang menemukan bahwa
“Dukungan yang paling diharapkan SPPI adalah dukungan yang berupa
pendampingan dalam proses pembelajaran PDBK
Hal ini dibuktikan pengelaman langsung ketika ada orang tua siswa yang
memindahkan anak nya dari SPPI ke sekolah kami yaitu SLB-C Sukapura.
Orang tua siswa tersebut menjelaskan bahwa di SPPI anaknya kurang
terperhatikan , gurunya lebih banyak memperhatikan siswa yang normal,
sedangkan anaknya banyak dibiarkan. Disamping itu kami melihat sendiri
bahwa di SPPI masih banyak kekurangan guru yang berlatar pendidikan
S1 Pendidikan Khusus atau Pendidikan Luar Biasa, sehingga mereka
hanya ditangani oleh guru yang berlatar pendidikan Sarjana pendidikan
yang lain.
Disamping para guru di SPPI masih mengalami keterbatasan baik dari segi
pengetahuan pedagogis, didaktik serta media pembelajaran untuk ABK
yang ada di sekolah mereka.
3. Pembahasan dan solusi
Seseuai dengan peran dan fungsinya, RC Sukapura telah melaksanakan
berbagai kegiatan, termasuk dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapi.
Page 7
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
3.1 Meningkatkan kesadaran orang tua dan masyarakat agar mau
menerima sepenuhnya keadaan anaknya yang berkebutuhan khusus dan
memperlakukan anak berkebutuhan khusus dengan baik , kami telah
melakukan beberapa kegiatan, diantaranya dengan mengadakan Sosialisasi
pentingnya pendidikan Inklusif, melalui kegiatan seminar, pameran dan
dialog Interaktif .
Pendidikan Inklusif bila dilaksanakan dengan baik sangat banyak
manfaatnya , seperti yang dijelaskan oleh Direktorat Pembinaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah , Kemendikbud (2012)
1. Manfaat Pendidikan Inklusif
a. Manfaat pendidikan inklusif bagi peserta didik
1) Manfaat pendidikan inklusif bagi peserta didik berkebutuhan
khusus
Manfaat pendidikan inklusif bagi peserta didik berkebutuhan
khusus adalah memiliki rasa percaya diri dan memiliki
kesempatan menyesuaikan diri serta memiliki kesiapan dalam
menghadapi kehidupan yang nyata pada lingkungan pada
umumnya. Peserta didik berkebutuhan khusus terhindar dari
label atau sebutan yang tidak baik, memahami pelajaran di
sekolah dengan lebih baik dan mampu. Peserta didik
berkebutuhan khusus akan lebih mandiri, dapat beradaptasi,
aktif, dan dapat menghargai perbedaan, serta memperoleh
kesempatan bersosialisasi dan berbagi dengan anak-anak pada
umumnya secara alamiah sehingga akan memberikan masukan
yang sangat berarti dalam aspek kehidupannya.
2) Manfaat pendidikan inklusif bagi peserta didik pada umumnya
Manfaat pendidikan inklusif bagi peserta didik pada umumnya
adalah dapat belajar mengenai keterbatasan dan kelebihan
tertentu pada teman-temannya, mengetahui keterbatasan dan
kelebihan serta keunikan temannya. Peserta didik pada
umumnya akan tumbuh rasa kepedulian terhadap keterbatasan
dan kelebihan peserta didik berkebutuhan khusus. Peserta didik
pada umumnya akan dapat mengembangkan keterampilan
sosial, berempati terhadap permasalahan peserta didik
berkebutuhan khusus, dan membantu peserta didik yang
berkebutuhan khusus dan teman-teman peserta didik pada
umumnya lainnya yang mendapagt kesulitan.
b. Manfaat pendidikan inklusif bagi guru
Manfaat pendidikan inklusif bagi guru adalah akan lebih tertantang
untuk mengajar lebih baik dan dapat mengakomodasi semua peserta
didik sehingga akan berupaya untuk meningkatkan wawasannya
mengenai keberagaman karakteristik semua peserta didik. Guru
Page 8
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
akan lebih kreatif dan terampil mengajar dan mendidik, lebih
mengenali peta kekuatan dan kelemahan peserta didiknya. Guru
dapat meningkatkan kompetensinya dalam bidang pendidikan
khusus. Guru lebih terbuka terhadap perbedaan atau keberagaman
peserta didik, mampu mendidik peserta didik yang lebih beragam,
lebih terbiasa dan terlatih untuk mengatasi berbagai tantangan
pembelajaran, sehingga guru mendapat kepuasan dalam bekerja dan
pencapaian prestasi yang lebih tinggi.
c. Manfaat pendidikan inklusif bagi orang tua
Manfaat pendidikan inklusif bagi orang tua adalah merasa dihargai
atau dapat meningkatkan penghargaan terhadap anak. Orang tua
merasa senang ketika anaknya dapat bersosialisasi dengan baik
tanpa ada diskriminasi dan akan lebih memahami cara memotivasi
peningkatan belajar anaknya yang disesuaikan dengan kebutuhan
khususnya. Orang tua mengetahui cara membimbing anaknya
dengan lebih baik lagi, dapat meningkatkan interaksi dan
keterlibatan dalam kegiatan belajar anaknya serta mendapat
kesempatan untuk sharing dengan pihak sekolah dan stakeholder
lainnya dalam merencanakan pembelajaran untuk anaknya yang
disesuaikan dengan kebutuhan khususnya, kekuatannya,
kelemahannya, permasalahan dan hambatan lainnya, serta senang
ketika anaknya memiliki keterampilan sosial yang baik.
d. Manfaat pendidikan inklusif bagi pemerintah dan pemerintah
daerah
Manfaat pendidikan inklusif bagi pemerintah dan pemerintah
daerah adalah kebijakan pendidikan terlaksana berlandaskan pada
azas demokrasi, berkeadilan dan tanpa diskriminasi karena dapat
melaksanakan amanat Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah,
Peraturan Menteri serta kebijakan-kebijakan sebagai manfestasi
keinginan atau harapan Warga Negara Negara Kesatuan Republik
Indonesia, sehingga akan adanya nilai tambah kepercayaan warga
negara/masyarakat kepada pemerintah, pemerintah daerah dan
sekolah khususnya dalam bidang pendidikan. Termasuk juga
kepercayaan dunia (internasional) kepada pemerintah dan
pemerintah daerah karena sungguh-sungguh dalam merealisasikan
komitmen-komitmen internasional berkenaan dengan pendidikan
untuk semua (Educational for All) sehingga akan tumbuh nilai
positif di mata dunia/internasional. Manfaat lainnya yaitu dapat
mempercepat/akselerasi tuntasnya wajib belajar pendidikan dasar
sembilan tahun. Peserta didik mendapatkan hak pendidikan yang
sama dan mendapatkan pendidikan yang lebih luas.
e. Manfaat pendidikan inklusif bagi masyarakat
Manfaat pendidian inklusif bagi masyarakat adalah dapat
memaksimalkan potensi masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan. Masyarakat akan lebih sadar bahwa setiap peserta didik
berkebutuhan khusus berhak memperoleh pendidikan seperti
Page 9
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
peserta didik pada umumnya. Masyarakat dapat menyumbangkan
pemikiran, ide atau gagasan untuk mengembangkan pendidikan
yang lebih baik lagi dengan lebih terbuka dan penuh kesadaran.
f. Manfaat pendidikan inklusif bagi sekolah
Manfaat pendidikan inklusif bagi sekolah yaitu pencitraan sekolah
meningkat, sekolah lebih terbuka, ramah dan tidak
mendiskriminasi. Sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan
secara komprehensif bagi semua peserta didik. Sekolah dapat
meningkatkan akses bagi semua peserta didik untuk mendapat
layanan pendidikan yang baik. Pendidikan tidak diskriminatif.
Pembelajaran berpusat kepada peserta didik (student/child centre).
Kegiatan pembelajaran dapat mengakomodasi kebutuhan peserta
didik. Perilaku guru dapat membuat peserta didik senang belajar.
Lingkungan sekolah dan kelas ramah terhadap peserta didik.
Pembelajaran berbasis gaya belajar (learning style) peserta didik.
Pembelajaran dilaksanakan dengan aktif, inovatif, kreatif, efektif
dan menyenangkan (PAIKEM), dan pembelajaran menghargai
keberagaman.
Dalam hal ini RC Sukapura telah melakukan kegiatan dialog interaktif ,
dan seminar tentang pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
3.2 Agar para kepala sekolah dan guru di sekolah reguler mau menerima
anak berkebutuhan khusus menjadi siswanya, kami telah mengadakan
mengadakan sosialisasi tentang pendidikan inklusif melalui lokakarya, dan
kunjungan rutin ke sekolah sekolah reguler di lingkungan RC Sukapura
baik SD, SMP maupun SMA.
Dari kegiatan tersebut dapat terjalin hubungan yang baik dengan sekolah-
sekolah dan banyak kepala sekolah yang berkonsultasi ke RC tentang
pendidikan PDBK.
Apabila mereka tidak dapat memberikan layanan pendidikan bagi PDBK
ada diantaranya merekomendasikan pada orang tua siswa untuk bersekolah
di SLB-C Sukapura.
3.3 Belum optimalnya layanan pendidikan di Sekolah Penyelenggara
Pendidikan Inklusi (SPPI)
Page 10
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
Dari hasil pra penelitian yang dilakukan Siswati (2012) di Kota Bandung
tahun 2011 ditemukan bahwa 100% SPPI yang diteliti mengalami
kesulitan dalam memberikan layanan pendidikan inklusif bagi PDBK.
Kesulitan utama SPPI adalah SDM yang belum kompeten dalam
menangani PDBK, sehingga SPPI membutuhkan dukungan agar dapat
melayani kebutuhan PDBK terutama dalam layanan pembelajarannya. Hal
ini sesuai penelitian Dadang Garnida (2009), yang menemukan bahwa
“Dukungan yang paling diharapkan SPPI adalah dukungan yang berupa
pendampingan dalam proses pembelajaran PDBK. Berdasarkan hal
tersebut maka keberhasilan pelaksanaan pendidikan inkusif di SPPI
khususnya dalam praktek melayani PDBK sangat membutuhkan adanya
sistem dukungan.
Untuk mengoftimalkan layanan pendidikan di Sekolah Penyelenggara
Pendidikan Inklusi , RC Sukapura sesuai dengan peran dan fungsinya telah
melakukan berbagai kegiatan diantaranya Membuat program bersama
dengan RC Bandung dan RC Cicendo melalui kegiatan Lokakarya dan
pertemuan rutin. Mengadakan kunjungan ruitin ke SPPI, memberikan
layanan konsultasi bagi SPPI.
3.4 Mengoptimalkan dukungan RC terhadap pendidikan inklusif
khususnya dalam membantu SPPI.
Peran dan fungsi RC ini sangat penting. Untuk mendukung
keberhasilan implementasi pendidikan inklusif, SLB yang ada sekarang ini
perlu diberdayakan agar memiliki tugas dan fungsi yang lebih luas, yaitu
sebagai RC bagi SPPI di wilayah terdekat. Pentingnya RC dalam
implementasi pendidikan inklusif, juga dilandasi oleh kondisi empiric saat
ini bahwa implementasi pendidikan inklusif cenderung belum optimal. Hal
ini sesuai dengan hasil survey yang dilakukan Garnida (2009),
menemukan bahwa “…sistem dukungan penyelenggaraan pendidikan
inklusif yang ada belum sepenuhnya dapat mendukung secara efektif dan
efisien”.
Page 11
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
Menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan
Khusus (2014:7), peran RC dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif
adalah sebagai berikut :
1. Berinisiatif dan aktif melaksanakan mensosialisasikan
pendidikan inklusif dengan memberikan informasi dengan
berbagai media.
2. Memberikan dukungan (support) kepada sekolah-sekolah
(sekolah penyelenggara pendidikan inklusif) dalam
pelaksanaan pendidikan inklusif.
3. Sebagai pusat informasi dan inovasi di bidang Pendidikan
khusus dan Pendidikan Inklusif.
4. Sebagai homebase Guru Pendidikan Khusus (Itinerant
Teacher).
5. Sebagai koordinator dalam pelayanan pendidikan inklusif.
6. Berkolaboratif/ membangun jejaring dengan pihak lain dalam
upaya meningkatkan implementasi pendidikan inklusif.
Sedangkan fungsi RC dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif
dalam Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
(2014:7), adalah sebagai berikut :
Memberikan informasi/penerangan kepada sekolah-sekolah (sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif) mengenai pendidikan inklusif,
1. Menyediakan bantuan asesmen yang rutin terhadap peserta didik
berkebutuhan khusus,
2. Memberikan layanan dan bimbingan kependidikan bagi peserta didik
berkebutuhan khusus, menjadi konsultan bagi semua pihak yang
menpunyai informasi, layanan, bimbingan, dan penanganan khusus,
3. Mengadakan kerjasama dengan Dinas/Instansi/LSM dalam upaya
implementasi pendidikan inklusif,
4. Melakukan inovasi di bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Inklusif,
melakukan penelitian dan pengembangan kurikulum, strategi dan metode
pembelajaran serta alat atau media pembelajaran,
5. Merencanakan dan menyelenggarakan pelatihan bagi guru sekolah reguler
dan orang tua serta pihak lain yang membutuhkan pelatihan mengenai
pendidikan inklusif dan atau pendidikan khusus.
6. Pengembangan media antara lain: menyediakan (memproduksi) alat bantu
mengajar/alat bantu khusus/media pembelajaran khusus dan alat
kehidupan sehari-hari lainnya untuk anak-peserta didik berkebutuhan
khusus, menyediakan bantuan kepada berbagai pihak untuk meningkatkan
layanan kepada anak/peserta didik termasuk mereka yang berkebutuhan
khusus.
Page 12
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
Sedangkan fungsi dan tugas RC menurut Amuda (2009:49) yaitu:
1. Melakukan penjaringan anak berkebutuhan khusus atau memanfaatkan
hasil penjaringan terutama asesmen anak untuk merencanakan pelayanan
kepada berbagai pihak terkait.
2. Melaksanakan pelatihan untuk persiapan pelaksanaan pendidikan inklusif
3. Penelitian dan penelaahan tentang kurikulum yang disesuaikan dengan
kebutuhan anak.
4. Penelitian dan pengembangan metoda dan strategi mengajar yang adaptif
pada setiap individu.
5. Merencanakan dan melaksanakan jejaring yang saling menguntungkan
dengan berbagai pihak.
6. Merencanakan dan melaksanakan lingkungan pendidikan yang ramah bagi
setiap anak
7. Membuat berbagai alat bantu mengajar
8. Mengadakan advokasi yang terus menerus melalui berbagai media.
9. Melaksanakan kursus-kursus keahlian untuk guru-guru pembimbing
khusus
10. Menyediakan dan mengatur penempatan Guru Pembimbing Khusus
11. Pelatihan vokasional dan penempatannya
Berdasarkan data hasil penjaringan RC Sukapura pada tahun 2014, jumlah
SPPI yang dilayani RC Sukapura yaitu 14 SPPI dengan jumlah total ABK
yang dilayani yaitu 389 anak. Dengan begitu banyaknya SPPI dan jumlah
ABK yang dilayani RC Sukapura, membuat RC Sukapura mengalami
permasalahan tersendiri karena adanya keterbatasan baik dari segi sarana
dan tenaga Guru Pembimbing Khusus.
Untuk itu kami berusaha dalam berbagai hal termasuk dalam hal
manajemen , mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
evaluasi komponen RC (manusia, kerjasama, tujuan bersama, peralatan,
lingkungan) dapat bekerjasama dengan baik. Sehingga RC dapat
memberikan pelayanan maksimal pada SPPI dan dapat mengoptimalkan
pelaksanaan pendidikan inklusif.
Disamping itu RC Sukapura telah bekerjasama dengan RC Bandung dan
RC Cicendo, Pokja Inklusif Kota Bandung, Dinas Pendidikan Kota
Bandung, RBM Kecamatan Kiaracondong, Save The Children dan
lembaga lain yang berkaitan melalui kegiatan, Lokakarya, seminar
maupun dan pertemuan rutin,
Page 13
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
4. Kesimpulan dan harapan
Simpulan:
Dari apa yang dipaparkan diatas tentang peranan Resource Center
Sukapura dalam mengoptimalkan layanan pendidikan inklusif, maka
dapat disimpulkan :
4.1 Sosialisasi melalui berbagai kegiatan maupun media kepada orangtua
dan masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus baik di SLB maupun di Sekolah Penyelenggara
Pendidikan Inklusif harus selalu dilakukan , karena masih kurangnya
pemahaman orangtua siswa dan masyarakat tentang masalah
pendidikan anak berkebutuhan
4.2 Sosialisasi pendidikan inklusif dan kerjasama dengan sekolah reguler
masih terus dilakukan karena masih banyak para kepala sekolah
reguler yang belum memahami pendidikan inklusif.
4.3 Dukungan terhadap Sekolah Sekolah Penyelenggara Pendidikan
Inklusif melalui berbagai kegiatan terus dilakukan , karena belum
optimalnya pelayanan pendidikan Sekolah Penyelenggara Pendidikan
Inklusif
4.4 Pembenahan manajemen Resource center Sukapura dan kerjasama
dengan berbagai pihak terkait akan terus dilakukan,hal ini disadari
karena belum optimal nya Resource center dalam memberikan
dukungan kepada Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif
Harapan:
Mengingat Pendidikan inklusif adalah sebuah paradigma pendidikan
yang humanis. sebuah falsafah pendidikan yang dapat mengakomodasi
semua anak sesuai dengan kebutuhannya, pendekatan pendidikan yang
berusaha menjangkau semua individu tanpa kecuali , Sistem
pendidikan yang terbuka bagi semua individu serta mengakomodasi
semua kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-masing individu”
Page 14
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
pendidikan yang menghargai perbedaan anak dan memberikan layanan
kepada setiap anak sesuai dengan kebutuhannya. pendidikan yang tidak
diskriminatif, Pendidikan yang memberikan layanan terhadap semua
anak tanpa memandang kondisi fisik, mental, intelektual, sosial, emosi,
ekonomi, jenis kelamin, suku, budaya, tempat tinggal, bahasa dan
sebagainya. Disini semua anak belajar bersama-sama, baik di
kelas/sekolah formal maupun nonformal yang berada di tempat
tinggalnya yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-
masing anak.
Mudah-mudahan pendidikan inklusif dalam implementasinya
dilancarkan dan mendapat dukungan dari berbagai pihak., sehingga
kondisi ideal tadi bukan hanya dalam impian saja , dan semua anak
dapat sama sama menikmati pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan yang ada pada tiap anak, pada gilirannya nanti semua anak
dapat berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
5. Daftar Pustaka
Adriati. (2010). Peranan Resource Center dalam Menunjang Pendidikan Inklusif Ramah
Anak. Tesis PKKH UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Amuda, H. (2005). Pedoman Resource Center. Bandung : Dinas Pendidikan Propinsi
Jawa Barat.
Amuda, H. (2005). Pedoman Resource Center Untuk Anak Berkesulitan Belajar.
Bandung : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Amuda, H. (2005). Pedoman Resource Center Untuk Pendidikan Jasmani Adaptif.
Bandung : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2012). Konsep dan
Implementasi Pendidikan Inklusif. Jakarta : Direktorat Pembinaan Pendidik dan
Page 15
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014). Pedoman
Pemberdayaan Pusat Sumber dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta :
Direktorat Pembinaan PK LK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Page 16
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
Page 17
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
PHOTO KEGIATAN
RC SUKAPURA KOTA BANDUNG
SEBAGAI SUPPORT SYSTEM PENDIDIKAN INKLUSIF
Kantor RC Pameran
Dialog Interaktif dengan Orang Tua
Siswa ABK
Dialog Interaktif dengan Orang Tua
Siswa ABK
Page 18
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
Lokakarya dengan Guru SD Sosialisasi ke Sekolah reguler
Kegiatan Lokakarya antar RC Kegiatan Lokakarya antar RC
Kegiatan dengan Save The Children Lokakarya
Page 19
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
Layanan Therapi Layanan Therapi
Seminar Audience Kadis Pendidikan Kota
Bandung
Kegiatan di SPPI Kegiatan di SPPI
Page 20
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna
Page 21
Artikel Symposium GTK Tingkat Nasional 2016 Gunansyah Priyatna