-
RUSDI HAMADAL
105960040910
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
PERANAN PENYULUH PERTANIAN TERHADAP PENINGKATAN
PRODUKSI JAGUNG DI DESA BONTOLOE KECAMATAN
GALESONG KABUPATEN TAKALAR
-
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
: Peranana Penyuluh Pertanian Terhadap Peningkatan
Produksi Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar
Nama : Rusdi Hamadal
Stambuk : 105960040910
Kosentrasi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Disetujui;
Pembimbing I Pembimbing II
Amruddin, S.Pt, M.Si Jumiati, S.P, M.M
Diketahui;
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis
Ir.Saleh Molla, M.M Amruddin, S.Pt, M.Si
-
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PERANAN PENYULUH TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG
DI DESA BONTOLOE KEC. GALESONG KAB. TAKALAR
Adalah benar merupakan hasil karya yang belum pernah diajukan
dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan oleh
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Makassar, Januari 2015
RUSDI HAMADAL
105 96 00409 10
-
ABSTRAK
RUSDI HAMADAL, 105960040910. Peranan Penyuluh Pertanian
Terhadap
Peningkatan Produksi Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan
Galesong
Kabupaten Takalar. Dibimbing oleh AMRUDDIN dan JUMIATI.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November – Desember
2014
dengan tujuan untuk mengetahui Kinerja Penyuluh Pertanian
Terhadap
Peningkatan Produksi Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong
Kabupaten
Takalar.
Pengambilan data dilakukan dengan metode pendekatan melalui
cara
observasi langsung ke lapangan dan wawancara langsung dengan
menggunakan
daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Pengambilan sampel
dilakukan dengan
cara sensus. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung
dengan
responden, serta pengamatan langsung di lapangan. Dan data
sekunder diperoleh
dari data yang diambil dari kantor instansi terkait. Analisis
data dalam penelitian
ini adalah menggunakan analisis deskriptif. Analisis
deskriptif
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bontoloe
Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar dapat dilihat bahwa peran penyuluh
pertanian
sebagai fasilitator kepada kelompok petani jagung masih masih
dalam kategori
sedang dengan tingkat berpartisipasi baik dalam hal tanggung
jawabnya sebagai
penyuluh belum maksimal bahkan pemberdayaan dan kerja sama
kepada
kelompok pun hanya diberlakukan kepada sebagian kelompok tani
saja.
Sementara masyarakat yang ada di Desa Bontoloe membutuhkan
penyuluh dalam
mengawal petani untuk meningkatkan produksi dari hassil
pertanian terkhusus
tanaman jagung.
Kata Kunci : Penyuluh sebagai fasilitator, motivator dan
organisator.
-
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
penyusunan skripsi.
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan November sampai Desember
2014
dengan judul “PERANAN PENYULUH PERTANIAN TERHADAP
PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG DI DESA BONTOLOE KEC.
GALESONG KAB. TAKALAR”.
Untuk itu pada kesempatan kali ini penyusun mengucapkan terima
kasih
kepada :
1. Orang tua tercinta Hamadal Taha dan Fatma Salipa atas segala
dukungan, doa
dan kasih sayangnya terhadap penulis, yang tak ternilai dengan
rupiah
maupun angka-angka. Terimah kasih Ayah dan Ibu, tidak ada yang
lebih
penting di dunia ini kecuali kalian, smoga Allah melindungi
kalian hingga
akhir nanti.
2. Adik-adikku tercinta Ayub Hamadal, Fanisa, Amiruddin dan yudi
serta
keluarga besar penulis yang selalu memberikan semangat, dukungan
dan
doanya.
1. Amruddin, S.Pt., M.Si selaku pembimbing I dan Jumiati, S.P.
M.M. selaku
pembimbing II yang tak pernah bosan memberikan bimbingan dan
arahan.
-
3. Ayahanda dan Ibunda dosen Fakultas Pertanian yang senantiasa
memberikan
semangat dan masukannya.
4. Kakanda dan Adinda Immawan dan Immawati di Ikatan
Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) Baik di Pimpinan Cabang IMM Kota Makassar
dan
Pimpinan Komisariat IMM Fak. Pertanian serta Kakanda dan
Adinda
Rakanda dan Ayunda di Gerkan Kepanduan Hizbul Wathan Qabilah
Universitas Muhammadiyah Makassar, satu kata untuk kalian yaitu
kalian
luar biasa
5. Saudara-saudariku di Jurusan Agribisnis angkatan 2010.
Semangat dan canda
kalian adalah motivasi untukku dalam menyelesaikan Study
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh
dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mohon maaf dan mengharapkan
adanya kritik
dan saran yang membangun demi kebaikan dan kesempurnaannya.
Akhirnya
penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalammualaikum Wr. Wb
Makassar, Januari 2015
Rusdi Hamadal
-
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
.............................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN
...............................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN
..............................................................
iii
ABSTRAK
............................................................................................
iv
KATA PENGANTAR
..........................................................................
v
DAFTAR ISI
.........................................................................................
vii
DAFTAR TABEL
..................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR
............................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN
..........................................................................
xii
I. PENDAHULUAN .
..........................................................................
1
1.1. Latar Belakang
......................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah
.................................................................
3
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
.......................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .
................................................................
4
2.1. Pengertian Peran Penyuluh Pertanian
................................... 4
2.2. Tugas Pokok Penyuluh Pertanian
......................................... 8
2.3. Peranan dan Fungsi Penyuluh Pertanian
............................... 12
2.4. Fungsi Penyuluh
....................................................................
12
-
2.5. Aplikasi Teknik Penyuluhan .
................................................... 13
2.6. Kerangka Pikir .
........................................................................
15
III. METODE PENELITIAN .
...............................................................
16
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
.............................................. 16
3.2. Penentuan Sampel
................................................................
16
3.3. Teknik Pengumpulan Data
................................................... 16
3.4. Teknik Analisis Data
............................................................ 17
3.5. Definisi Operasional
.............................................................
17
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . ..........................
19
4.1. Kondisi Umum
.......................................................................
19
4.1.1. Letak dan Luas Desa
.................................................. 19
4.1.2. Jumlah Penduduk/ Mata Pencaharian
........................ 19
4.2. Potensi Desa
...........................................................................
20
4.2.1. Potensi Sumberdaya Alam
......................................... 20
4.2.2. Potensi Sumberdaya Manusia
.................................... 21
4.2.3. Sarana dan Prasarana
................................................. 22
4.3. Identifikasi Masalah
...............................................................
23
4.3.1. Permasalahan Pada Tanaman Pangan
......................... 23
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .
........................................................ 24
5.1. Identitas Responden
...............................................................
24
5.1.1. Umur Responden
....................................................... 24
5.1.2. Jabatan Responden
..................................................... 25
5.1.3. Tingkat Pendidikan Responden
................................. 26
5.2. Peranan Penyuluh Dalam Peningkatan Produksi Jagung ........
27
5.3. Peranan Penyuluh Sebagai Fasilitator
.................................... 30
5.4. Peranan Penyuluh Sebagai Motivator
.................................... 31
-
5.5. Peranan Penyuluh Sebagai Organisasi
................................... 33
VI. PENUTUP .
...................................................................................
34
6.1. Kesimpulan
...........................................................................
34
6.2. Saran
.....................................................................................
34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
-
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar
............................................................................
20
2. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Bontoloe Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar
........................................................... 23
3. Potensi Sumber Daya Manusia di Desa Bontoloe Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar
.......................................................... 23
4. Umur Responden di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar
............................................................................
24
5. Tingkat Jabatan Responden di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar
............................................................................
25
6. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Bontoloe Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar
............................................................ 26
7. Tingkat Peran Penyuluh Sebagai Fasilitator, Motivator dan
Organisator .
.......................................................................................
27
-
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Kerangka Pikir Peranan Penyuluh Pertanian Terhadap
Peningkatan Produksi Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar
............................................................................
15
2. Struktur Organisasi Kelompok Wanita Tani di Desa Bontoloe
Keca- matan Galesong Kabupaten Takalar
.................................................. 22
-
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Kuesioner Penelitian
.........................................................................
35
2. Identitas Responden
..........................................................................
39
3. Hasil Penelitian .
................................................................................
40
4. Dokumentasi Penelitian
....................................................................
43
5. Peta Wilayah dan Struktur Organisasi di Desa Bontoloe
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
.............................................................
45
-
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki peranan yang starategis dalam
pembangunan
perekonomian baik bagi pertumbuhan ekonomi setempat maupun
pemerataan
pembangunan pertanian. Di Indonesia sumberdaya alam yang bisa di
kelola cukup
banyak, khususnya dalam bidang pertanian. Berdasarkan kondisi
tersebut peranan
penyuluh sangat di butuhkan untuk mencapai sektor pertanian yang
unggul.
Penyuluh diharapkan mampu bertindak sebagai penyedia sarana dan
prasarana
bagi petani, pengentasan kemiskinan dan perbaikan sumber daya
manusia
pertanian melalui kegiatan penyuluhan pertanian.
Pengalaman menunjukan bahwa penyuluhan pertanian di Indonesia
telah
memberikan sumbangan yang sangat signifikan pada pencapaian dari
berbagai
program pembangunan pertanian. Sebagai contoh melalui program
Bimbingan
Massal (Bimas) penyuluh pertanian dapat mengantarkan bangsa
Indonesia
mencapai swasembada beras pada tahun 1984, yang dilakukan
melalui koordinasi
yang ketat dengan instansi terkait, sehingga program ini
terkesan mengikat petani.
Sedangkan teknik penyuluhan memiliki banyak cara di antaranya
adalah
kunjungan rumah, kunjungan ke lahan usaha tani, surat menyurat,
hubungan
telepon, kontrak informal, atau magang yang bersifat persuasif
pada petani
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan (UU SP3K), arti penyuluhan pertanian
adalah proses
pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka
mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi
pasar,
-
teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya
untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan
hidup. Metode
penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau teknik
penyampaian materi
penyuluhan oleh para penyuluh kepada para petani beserta
keluarganya baik
secara langsung maupun tidak langsung, agar mereka tahu, maudan
mampu
menerapkan inovasi (teknologi baru). Sedangkan teknik penyuluhan
pertanian
dapat didefinisikan sebagai keputusan – keputusan yang
dibuatoleh sumberatau
penyuluh dalam memilih serta menata simbul dan isi pesan
menentukan pilihan
cara dan frekuensi penyampaian pesan serta menentukan bentuk
penyajian pesan.
Tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian adalah
meningkatkan
produksi pangan dalam jumlah yang sama dengan permintaan akan
bahan pangan
yang semakin meningkat dengan harga bersaing di pasar-pasar di
berbagai daerah.
Seperti ini harus berkelanjutan dan seringkali harus dilakukan
dengan cara yang
berbeda dari cara yang terdahulu. Oleh karena itu, organisasi
penyuluhan
pertanian yang efektif sangat penting di dalam situasi tersebut
terutama di negara
yang sedang berkembang. Potensi sosial ekonomi yang merupakan
kekuatan
sekaligus modal dasar bagi pengembangan produksi jagung di
Indonesia antara
lain adalah: (i) jagung merupakan bahan pangan pokok bagi
penduduk Indonesia,
(ii) usahatani jagung sudah merupakan bagian hidup dari petani
di Indonesia
sehingga menciptakan lapangan kerja yang besar, dan (iii)
kontribusi dari
usahatani jagung terhadap pendapatan rumah tangga petani cukup
besar. Sebagai
-
bahan makanan pokok, jagung akan terus mempunyai permintaan
pasar yang
meningkat setiap tahun sejalan dengan pertumbuhan penduduk.
Desa Bontoloe adalah desa yang terletak di bagian timur
Kecamatan
Galesong yang merupakan sebagian wilayahnya adalah dataran
rendah, sebagian
plahan pangan, dan sebagian lagi pertambakan. Desa Bontoloe
terbagi atas 5
dusun yaitu Dusun Bontoloe, Dusun Tala-tala, Dusun Timbusen,
Dusun
Bobojangan, dan Dusun Sapanjang. Kondisi geografis Desa Bontoloe
2,80 meter
dpl, dan memiliki luas wilayah 174.61 Ha. Dengan jarak tempuh 2
km dari ibu
kota kecamatan. Orbitasi jarak untuk akses menuju Kelurahan
Galesong yaitu 2
km sedangkan jarak akses menuju Kabupaten Takalar yaitu 17
km.
Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ini
merupakan
salah satu daerah yang yang memiliki penghasilan pangan terbesar
yang sesuai
dengan harapan pemerintah baik kabupaten bahkan dalam skala
provinsi.
Terkhusus pada tanaman jagung, sehingga ini dibutuhkan
peran-peran para
penyuluh pertanian dalam peningkatan produksi jagung yang
berkualitas.
Berdasarkan gambaran diatas maka penulis melakukan
penelitian
tentang “ PERANAN PENYULUH DALAM PENINGKATAN PRODUKSI
JAGUNG DI DESA BONTOLO KECAMEATAN GALESONG KABUPATEN
TAKALAR”.
1.2 . Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
masalah
sebagai berikut ”Bagaimana peranan penyuluh dalam peningkatan
produksi
jagung di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
?„‟
-
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian di Desa
Bontoloe
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
1. Bagaimana mengetahui peranan penyuluh penyuluh pertanian di
Desa
Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan informasi kepada petani jagung dalam
meningkatkan
produksi jagung.
2. Menjadi bahan informasi atau referensi bagi peneliti
selanjutnya yang
berhubungan dengan peningkatan produksi jagung.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Peranan Penyuluh
Penyuluhan Pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya
beserta
masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non
formal di bidang
pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di
bidang ekonomi,
sosial maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan mereka
dapat dicapai. Penyuluh dalam arti umum merupakan suatu ilmu
sosial yang
mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu dan
masyarakat agar
dengan terwujudnya perubahan tersebut dapat tercapai apa yang
diharapkan sesuai
dengan pola atau rencana penyuluhan, dengan demikian merupakan
suatu sistem
pendidikan yang bersifat non formal atau suatu sistem pendidikan
diluar sistem
persekolahan yang biasa, dimana orang ditunjukkan cara-cara
mencapai sesuatu
dengan memuaskan sambil orang itu tetap mengerjakannya sendiri,
jadi belajar
dengan mengerjakan sendiri (Kartasapoetra, 1991).
Menurut Fashihullisan (2009) peranan penyuluhan dalam
pemberdayaan
masyarakat, yaitu: menyadarkan masyarakat atas peluang yang ada
untuk
merencanakan hingga menikmati hasil pembangunan, memberikan
kemampuan
masyarakat untuk menentukan program pembangunan, memberi
kemampuan
masyarakat dalam mengontrol masa depannya sendiri, dan memberi
kemampuan
dalam menguasai lingkungan sosialnya.
Metode penyuluhan menurut hubungan penyuluhan dan sasarannya
berdasarkan hubungan penyuluhan kesasarannya, metode penyuluhan
dibedakan
menjadi 2 macam (Mardikanto, 1994).
-
a) Komunikasi langsung, baik melalui percakapan tatap muka atau
lewat media
tertentu (telepon, faksimili) yang memungkinkan penyuluhan
dapat
berkomunikasi secara langsung (memperoleh respons) dari
sasarannya dalam
waktu yang relatif singkat.
b) Komunikasi tak langsung, baik lewat perantara orang lain,
lewat surat atau
media yang lain yang tidak memungkinkan penyuluh dapat menerima
respon
dari sasarannya dalam waktu yang relatif singkat.
Berbagai pengamatan menunjukkan bahwa penyuluhan baik
Penyuluhan
Pertanian Spesialis (PPS) maupun Penyuluhan Pertanian Lapangan
(PPL) belum
mendapatkan informasi hasil penelitian yang mereka perlukan
secara
kesinambungan. PPS yang sebagian dari tugasnya diharuskan untuk
melatih PPL
secara teratur merasakan kurangnya informasi hasil penelitian
untuk mendukung
kegiatan itu yang akhirnya berlanjut kepada kurang efektifnya
latihan dan
kunjungan PPL ke petani. Penelitian sering pula dinilai kurang
efektif karena
tidak langsung berkaitan dengan masalah lapangan yang dihadapi
oleh petani dan
penyuluh. Peneliti kurang menerima umpan balik yang mereka
perlukan untuk
menyusun program penelitian, kondisi ini secara jelas
memperlihatkan belum
memadainya keterkaitan antara penelitian dan penyuluhan,
(Anonim, 1992).
-
Didalam kenyataannya, kualifikasi penyuluhan tidak cukup hanya
dengan
memenuhi persyaratan keterampilan sikap dan pengetahuan saja,
tetapi keadaan
atau latar belakang sosial budaya, bahasa, agama,
kebiasaan-kebiasaan. Seringkali
justru lebih banyak menentukan keberhasilan penyuluhan yang
dilakukan. Karena
itu penyuluhan yang baik, sejauh mungkin harus memiliki latar
belakang sosial
budaya yang sesuai dengan keadaan seorang penyuluh akan bertugas
di wilayah
kerja yang memiliki kesenjangan sosial budaya yang telah
dimilikinya.Tugas
pokok penyuluh adalah meyakinkan petani bahwa mereka mampu
melakukan
perbaikan terhadap dirinya (Gabriel, 1991)
Menurut Rasyid (2001) belum optimalnya peranan penyuluhan
pertanian
dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat partisipasi petani
terhadap penyuluh
pertanian sebagai akibat rendahnya mutu pelayanan penyuluhan
pertanian. Selain
itu lemah dan tidak sistematisnya sistem pendanaan sehingga
menjadi salah satu
penyebab rendahnya kinerja penyuluh pertanian dalam menjalankan
tugas dan
fungsinya. Penyuluh pertanian ke depan adalah penyuluh pertanian
yang dapat
menciptakan dirinya sebagai mitra dan fasilitator petani dengan
melakukan
peranan yang sesuai antara lain sebagai: penyedia jasa
pendidikan
(educator), motivator, konsultan (pembimbing), dan pendamping
petani. Kedua
bahwa kinerja penyuluh pertanian merupakan pengaruh dari
situasional
diantaranya terjadi perbedaan pengelolaan dan penyelenggaraan
penyuluhan
pertanian disetiap kabupaten yang menyangkut beragamnya aspek
kelembagaan,
ketenagaan, program penyelenggaraan dan pembiayaan, (Jahi, dkk
2006)
-
Kegiatan penyuluhan sebenarnya bukanlah sekedar penyampaian
informasi
dan menerangkan segala sesuatu yang perlu kita terangkan kepada
masyarakat,
akan tetapi penyuluhan bertujuan agar masyarakat benar-benar
memahami,
menghayati dan atas kesadarannya sendiri mau menerima,
menerapkan dan
melaksanakan sesuatu yang terbaik untuk meningkatkan
kesejahteraan pribadi,
keluarga, dan masyarakatnya serta kemajuan bangsa dan negara.
Dalam
upaya agar mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi,
sosial
maupun politik, sehingga meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan mereka
dapat dicapai. Sehingga diupayakan melalui penyuluhan ini dapat
menaikkan
kualitas sumber daya manusia serta mengurangi angka kemiskinan
di Indonesia
(Salim, 2005).
Pada unit yang paling kecil di daerah pedesaan, pendekatan
berdasarkan
kelembagaan dalam proses adopsi inovasi adalah melalui lembaga
yang disebut
dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Di BPP ini ada sejumlah
penyuluh
pertanian, mereka merencanakan dan membuat programa penyuluhan,
kemudian
dituangkan dalam praktek, misalnya melalui Demonstrasi Plot
(Demoplot),
Demonstrasi Farm (Demfarm), Demonstrasi Area (Demarea), atau
melalui cara
lain. Selanjutnya oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan
pembantu-
pembantunya ditingkat desa, yaitu para kelompok tani, maka
informasi tersebut
diteruskan kepara petani, apakah melalui cara kunjungan, rapat
atau lainnya
(Soekartawi, 1992).
-
Dalam melaksanakan profesi penyuluhan pertanian, para penyuluh
dapat
memberikan suatu materi yang dapat mendorong peningkatan
produktifitas dan
efesiensi para petani, penciptaan teknologi dan pengembangan
infrastruktur (fisik
dan kelembagaan), untuk itu perlu adanya partisipasi petani dan
semua pihak
untuk meningkatkan produktifitas. Penyuluh lapangan sebagai
ujung tombak
pemberdayaan memegang posisi kunci dalam menghimpun,
merangkum,
menyaring dan menganalisis situasi sosial teknis petani
setempat. Pada saat yang
sama lembaga-lembaga sektor merancang model dan kegiatan
pemberdayaan
dengan input dari seluruh stakeholder. Fase ini juga memberikan
kesempatan
untuk menggali lebih dalam peluang pemanfaatan entry-point
dalam
memperlancar proses pemberdayaan (Suradisastra, 2008).
2.2. Tugas Pokok Penyuluh Pertanian
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) mengamanatkan
bahwa
penyelenggaraan penyuluhan menjadi wewenang dan tanggung jawab
Pemerintah
dan Pemerintah Daerah. Wewenang dan tanggungjawab pemerintah
tersebut
diwujudkan antara lain dengan menyelenggarakan Revitalisasi
Penyuluhan
Pertanian yang meliputi aspek-aspek penataan kelembagaan,
ketenagaan,
penyelenggaraan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan
penyuluhan. Program
penyuluhan pertanian merupakan rencana yang disusun secara
sistematis untuk
memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian
tujuan
penyuluhan. Programa penyuluhan pertanian yang disusun setiap
tahun membuat
-
rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus
anggaran
pada masing-masing tingkatan dengan cakupan pengorganisasian,
pengelolaan
sumberdaya sebagai pelaksanaan penyuluhan.
Penyuluhan pertanian terdiri dari programa penyuluhan
Desa/Kelurahan atau
unit kerja lapangan, programa penyuluhan kecamatan, programa
penyuluhan
Kabupaten/Kota, programa penyuluhan propinsi dan programa
penyuluhan
nasional. Agar programa penyuluhan ini dapat merespon secara
lebih baik aspirasi
pelaku utama dan pelaku usaha diperdesaan, penyusunan programa
penyuluhan
diawali dari tingkat Desa. Programa Penyuluhan Pertanian disusun
dengan
memperhatikan keterpaduan dan kesinergian programa penyuluhan
pada setiap
tingkatan. Keterpaduan mengandung maksud bahwa programa
penyuluhan
pertanian disusun dengan memperhatikan programa pertanian
penyuluhan tingkat
Kecamatan, tingkat Kabupaten/Kota tingkat Propinsi dan tingkat
Nasional,
dengan berdasarkan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha.
sedangkan yang
dimaksud dengan kesinergian yaitu bahwa programa penyuluhan
pertanian pada
tiap tingkatan mempunyai hubungan yang bersifat saling
mendukung. Dengan
demikian semua programa penyuluhan pertanian selaras dan tidak
bertentangan
antara programa penyuluhan pertanian dalam berbagai tingkatan.
Berbagai
permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan programa penyuluhan
pertanian
antara lain sebagai berikut:
-
1. Belum tertibnya penyusunan programa penyuluhan pertanian
disemua
tingkatan;
2. Naskah programa penyuluhan pertanian belum sepenuhnya
dijadikan sebagai
acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian.
3. Keberadaan penyuluh pertanian tersebar pada beberapa
Dinas/Instansi, baik
dipropinsi maupun Kabupaten/Kota;
4. Programa penyuluhan pertanian kurang mendapat dukungan dari
Dinas/Instansi
terkait;
5. Penyusunan programa penyuluhan pertanian masih didominasi
oleh petugas
(kurang partisipatif).
Dengan berlakunya Undang-undang nomor 16 tahun 2006 tentang
Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) maka
programa
penyuluhan pertanian diharapkan dapat menghasilkan kegiatan
penyuluhan
pertanian sepsifik lokalita yang strategis dan mempunyai daya
ungkit yang tinggi
terhadap peningkatan produktivitas komoditas unggulan daerah dan
pendapatan
petani. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam
programa
penyuluhan pertanian ini akan mampu merespon kebutuhan pelaku
utama dan
pelaku usaha dan memberikan dukungan terhadap program-program
prioritas
Dinas/Instansi terkait. Programa penyuluhan pertanian ditingkat
provinsi,
Kabupaten/Kota Kecamatan, dan Desa/Kelurahan akan menentukan
besarnya
pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
untuk
penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Hal ini sesuai dengan
amanah Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2006 yang menyebutkan bahwa pembiayaan
-
penyelenggaraan penyuluhan di Provinsi, Kabupaten/ Kota,
Kecamatan dan
Desa/Kelurahan bersumber dari APBD yang jumlah dan alokasinya
disesuaikan
dengan programa penyuluhan. Dengan memposisikan programa
pertanian secara
strategis, maka diharapkan masalah-masalah yang selama ini
dirasakan
menghambat persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan programa
penyuluhan
pertanian dapat diatasi. Guna menyediakan acuan bagi seluruh
penyelenggara
penyuluhan pertanian dipusat dan daerah sebagai dasar persamaan
persepsi dalam
persiapan, perancanaan, dan pelaksanaan program penyuluah
pertanian,
dipandang perlu untuk menerbikan Pedoman Penyusunan Programa
Penyuluhan
Pertanian.
Tugas pokok penyuluh pertanian adalah menyuluh, selanjutnya
dalam
menyuluh dapat dibagi menjadi menyiapkan, melaksanakan,
mengembangkan,
mengevaluasi dan melaporkan kegiatan penyuluhan. Sistem
penyuluhan akan
sangat tidak efektif bila terdapat kekurangan-kekurangan teknis
seperti kurangnya
informasi, dan teknologi yang memadai yang bisa disampaikan ke
petani. Selain
itu adanya kekurangan staf dan model penyuluhan menyangkut
penyebaran
informasi dan teknik penyampaian adalah contoh dari faktor
penghambat
kelancaran penyuluhan (Bayer, et al, 1999)
-
2.3. Peranan dan Fungsi Penyuluh Pertanian
Peranan tambahan penyuluh pertanian adalah sebagai pembantu
pemerintah dalam melakukan, (penyuluhan/ memberikan
motivasi):
1. Penyuluh sebagai fasilitator, yang senantiasa memberikan
jalan keluar /
kemudahan-kemudahan, baik dalam menyuluh / proses belajar
mengajar,
maupun fasilitas dalam memajukan usaha taninya. Dalam hal
menyuluh
penyuluh memfasilitasi dalam hal: kemitraan usaha, berakses ke
pasar,
permodalan dan sebagainya.
2. Penyuluh sebagai motivator, penyuluh senantiasa membuat
petani tahu, mau
dan mampu.
3. Penyuluh sebagai organisator, yang selalu menumbuhkan dan
mengembangkan
peranan, agar mampu berfungsi sebagai kelas belajar-mengajar,
wahana
kerjasama dan sebagai unit produksi.
2.4.Fungsi Penyuluh
1. Memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada petani
tentang
pengetahuan dan perkembangan pertanian
2. Membantu petani memperoleh pengetahuan yang lebih terperinci
tentang cara
memecahkan masalah-masalah pertanian
3. Meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihan
yang dianggap
paling tepat
4. Membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan
melakukan
perkiraan kedepan dengan berbagai masukan dari penyuluh.
-
2.5. Aplikasi Teknik Penyuluhan
Kunjungan rumah dan tempat usaha adalah suatu kunjungan
terencana yang
dilakukan oleh penyuluh ke rumah atau tempat usaha petani dengan
suatu tujuan
tertentu, tujuannya adalah menumbuhkan kepercayaan diri petani
dan
keluargannya (Mardikanto dan Arip, 2005).
Cara melakukan kunjungan rumah dan usaha tani dengan
memperhatikan hal-hal
seperti berikut:
Ada maksud dan tujuan tertentu, tepat waktunya dan tidak
membuang-buang
waktu petani, kunjungi juga petani yang jauh dan terpencil,
rencanakan beberapa
kunjungan berurutan untuk menghemat waktu, metode ini untuk
memperkuat
metode-metode yang lainnya atau bila metode lainnya tidak
mungkin, metode ini
lebih menguntungkan karena memungkinkan adanya umpan balik, dan
interaksi
kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun
pengaruh
terhadap perilaku dan norma para anggotanya. Adanya tiga cara
pendekatan
yang dapat diterapkan dalam pemilihan metoda penyuluhan, yaitu
yang
didasarkan pada media yang digunakan. Selain itu menggunakan
sifat hubungan
antara penyuluh dan penerima manfaatnya dan pendekatan
psiko-sosial yang
dikaitkan dengan tahapan adopsinya ( Mardikanto, Totok
2009).
Peningkatan produktivitas tanaman jagung merupakan hal yang
penting
dalam memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia. Dalam hal
peningkatan produksi
tanaman jagung ini perlu memperhatikan berbagai faktor seperti
iklim, esensial,
hama dan penyakit danvarietas tanaman yang akan ditanam. Salah
satu faktok
iklim yang berpengaruh dalam meningkatkan produksi tanaman
adalah cahaya.
-
Cahaya merupakan hasil dari gabungan antara berbagai warna yang
ditimbulkan
oleh sinar matahari atau benda lain yang dapat menghasilkan
cahaya. Bagi
tanaman cahaya sangat penting karena menyangkut berbagai hal
dalam melakukan
fotosintesis yang dibutuhkan oleh tanaman untuk melangsungkan
hidupnya.
Bukan hanya dalam hal fotosintesis cahaya yang diperlukan oleh
tanaman tetapi
proses pekembangan seperti perkecambahan, perpanjangan batang,
membukanya
hipocotyl, perluasan daun, sintesa klorofil, gerakan batang dan
daun, pembukaan
bunga dan dormansi tunas.
Irigasi merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan air
bagi
tanaman dengan membuat saluran-saluran irigasi sehingga ketika
air dibutuhkan
oleh tanaman petani perlu mengalirkan air ke dalam petak tanaman
jagung
tersebut. Hal ini tersebut merupakan salah satu manfaat
pengairan atau irigasi bagi
tanaman dan petani. Untuk tanaman jagung panjang akar hanya
mencapai panjang
25 cm sehingga dalam mencari sumber air tanaman jagung tidak
dapat
menjangkau air tanah yang dalam. Untuk irigasi tanaman jagung
lebih baik
menggunakan irigasi bawah permukaan karena panjang akar tanaman
jagung tidak
cukup untuk menjangkau air tanah yang dalam selain itu irigasi
ini hanya
diperuntukkan bagi tanaman produksi
-
2.6.Kerangka Pikir Peranan Penyuluh Pertanian Terhadap
Peningkatan
Produksi Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong
Kabupaten
Takalar
Gambar 1. Kerangka Pikir Peranan Penyuluh Pertanian Terhadap
Peningkatan
Produksi Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong
Kabupaten
Takalar.
Penyuluh
Sebagai Organisator
1. Pemecahan
Masalah
2. Memberi
Sumbangan
Pemikiran
3. Menjalin
Kerjasama dengan
Petani
Sebagai Motivator
1. Memacu Petani
dalam Mengikuti
Penyuluhan
Pertanian
2. Memberikan
Motivasi Kepada
Petani
3. Sebagai
Pendorong
Sebagai Fasilitator
1. Memberi Materi
Penyuluh
2. Memberi Pelatihan
3. Informsi Sarana
dan Prasarana
4. Memfasilitasi kerja
sama dengan
lembaga lain
Petani Jagung
Peningkatan Produksi Jagung
-
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama dua bulan mulai bulan November
sampai
Desember 2014 di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok tani jagung di
Desa Bontoloe
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar yakni 1 kelompok wanita
tani Adapun
metode penentuan sampel ialah sampling jenuh (sensus) yaitu
penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiono,
2012). Hal ini
disebabkan jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 27 orang
(ketua 1 orang,
sekretaris 1 orang, bendahara 1 orang, dan anggota 24
orang).
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Di samping itu penulis mengumpulkan data yang ada kaitannya
dengan
permasalahan dengan melalui cara sebagai berikut :
1. Observasi
Teknik observasi dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan
secara
langsung dalam proses kegiatan pengolahan data berkaitannya
dengan
kebutuhan informasi pada tempat penelitian.
2. Wawancara
Teknik wawancara atau interview dilakukan dengan jalan wawancara
secara
langsung dengan ketua kelompok wanita tani atau anggota kelompok
tani
lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
-
3. Dokumentasi
Penulis melakukan penelitian terhadap tulisan-tulisan dan
dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis
deskriptif.
Analisis deskriptif yaiut menggunakan koisioner, wawancara
lansung, dengan
menggambarkan secara umum tentang karakteristik responden.
Dengan rumus
yang digunakan adalah presentase (Sugiyono, 2005)
Interval Kelas : 1. 1,00-1,66 = Rendah
2. 1,67-2,33 = Sedang
3. 2,34-3,00 = Tinggi
3.5. Defenisi Operasional
1. Penyuluh adalah kumpulan pegawai yang bekerja menyampaikan
informasi
baru kepada petani
2. Peranan penyuluh adalah menyampaikan berbagai informasi
dalam
pengambilan keputusan.
3. Peranan penyuluh sebagai fasilitator adalah memyampaikan
informasi baru
kepada para masyarakat tani agar masyarakat tani dapat mandiri
dalam
meningkatkan produksi padi yang di kelolanya.
-
4. Peranan penyuluhan sebagai motivator adalah menjadi guru bagi
petani dan
sebagai agen perubahan bagi kemajuan dan peningkatan produksi
padi.
5. Peranan penyuluh sebagai organisator adalah kegiatan
penyuluhan pertanian
kepada petani dan anggotanya.
-
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Kondisi Umum
4.1.1. Letak dan Luas Desa
Desa Bontoloe adalah desa yang terletak di bagian timur
Kecamatan
Galesong yang merupakan sebagian wilayahnya adalah dataran
rendah, sebagian
persawahan, dan sebagian lagi pertambakan. Desa Bontoloe terbagi
atas 5 dusun
yaitu Dusun Bontoloe, Dusun Tala-tala, Dusun Timbusen, Dusun
Bobojangan,
dan Dusun Sapanjang. Kondisi geografis Desa Bontoloe 2,80 meter
dpl, dan
memiliki luas wilayah 174.61 Ha. Dengan jarak tempuh 2 km dari
ibu kota
kecamatan. Orbitasi jarak untuk akses menuju Kelurahan Galesong
yaitu 2 km
sedangkan jarak akses menuju Kabupaten Takalar yaitu 17 km.
Batasan wilayah
Desa Bontoloe yaitu :
a. sebelah Utara berbatasan dengan Desa Boddia,
b. sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pattinoang,
c. sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mappakalompo,
d. sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bentang.
4.1.2. Jumlah Penduduk/ Mata Pencaharian
Jumlah penduduk di Desa Bontoloe sebanyak 2.654 jiwa, dengan
jumlah
kepala keluarga sebanyak 633 terdiri dari penduduk laki-laki
sebanyak 1.323 jiwa
dan penduduk perempuan sebanyak 1.331 jiwa. Dari jumlah KK
(Kepala
Keluarga) sebanyak 633 maka yang termasuk dalam KK miskin
sebanyak 72 KK,
-
sebagian besarnya adalah penduduk yang bermata pencaharian
petani dan nelayan
tradisional.
Adapun mata pencaharian penduduk di Desa Bontoloe Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Bontoloe Kecamatan
Galesong
Kabupaten Takalar
No. Mata Pencaharian Jumlah
(KK/orang)
1.
2.
3.
4.
5.
PNS
TNI/ polisi
Pedagang
Petani/ nelayan
Tukang (pertukangan)
27
8
-
723
99
sumber : Desa Bontoloe 2014 (diperoleh tanggal 15 Desember
2014)
4.2. Potensi Desa
4.2.1. Potensi Sumberdaya Alam
Potensi sumberdaya alam yang ada di Desa Bontoloe adalah
sebagai
berikut : luas wilayah seluas 174.61 ha yang terdiri dari sawah
seluas 118.40 ha,
kebun rakyat seluas 103.4 ha, tambak 22.5 ha, lapangan sepak
bola seluas 0.8 ha,
dan pasar desa 0.60 ha. Potensi tersebut di atas merupakan
sumberdaya alam yang
dikelolah oleh masyarakat diempat dusun di Desa Bontoloe, yaitu
Dusun
Bontoloe, Dusun Timbuseng, Dusun Tala-tala, dan Dusun Sapanjang.
Melihat
situasi dan kondisi pada keempat dusun tersebut, sumberdaya
alamnya sangat
berpotensi untuk dikembangkan, namun masih banyak tempat yang
sampai
sekarang masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan secara
maksimal oleh
masyarakat. Padahal lahan tersebut letaknya sangat strategis
(dekat dari jalan
raya), selain itu ukurannya masih cukup luas.
-
1. Lahan pertanian yang luas;
2. Produk-produk hasil pertanian unggulan seperti jagung, padi,
dan lain-lain;
3. Produk hasil tambak seperti ikan bandeng, udang windu serta
ikan air tawar;
4. Sumber air tanah yang cukup layak untuk dikonsumsi.
4.2.2. Potensi Sumberdaya Manusia
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa tingkat pendidikan
penduduk di
Desa Bontoloe sudah bisa dikatakan maju. Hal ini disebabkan
karena tingginya
minat masyarakat untuk memperoleh pendidikan.
Adapun data tingkat pendidikan penduduk di Desa Bontoloe
Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Bontoloe Kecamatan
Galesong
Kabupaten Takalar
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
(jiwa)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMU
Tamat D3
Tamat S1
Tamat S2
228
190
-
106
87
2
sumber : Desa Bontoloe 2014-2015 (diperoleh tanggal 15 Desember
2014)
Potensi sumber daya manusia di Desa Bontoloe ditinjau dari
ketenaga
kerjaan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Potensi Sumberdaya Manusia di Desa Bontoloe Kecamatan
Galesong
Kabupaten Takalar
No. Potensi Sumber Daya Manusia Jumlah
(jiwa)
1.
2.
3.
Penduduk usia non produktif
Penduduk usia produktif
Penduduk usia lanjut
-
1.224
680
sumber : Desa Bontoloe 2014 (diperoleh tanggal 15 Desember
2014)
-
4.2.3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di Desa Bontoloe Kecamatan
Galesong
Kabupaten Takalar terdiri dari 2 unit Sekolah Dasar, 4 unit
Masjid, 2 Mushallah,
Kantor Desa, 1 unit Pustu, 1 Pasar, dan 1 Lapangan.
1. Para wanita tani.
Susunan pengurus kelompok wanita tani Baji Pa‟mai Desa
Bontoloe
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar dengan pembina yaitu Kepala
Desa
Bontoloe dan PPL Pertanian. Adapun struktur organisasi dapat
dilihat pada
gambar 2.
Gambar 2. Struktur Organisasi Kelompok Wanita Tani di Desa
Bontoloe
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
Ketua
S. Dg. Siang
Sekretaris
Herniati Dg. Ngasseng
Bendahara
P. Dg. Ni‟ning
Anggota :
Dg. Ratu T. Dg. Sugi
Nina H. Dg. Singara
S. Dg. Memang M. Dg. Sanginging
R. Dg. Ngintang M. Dg. Te‟ne
R. Dg. Nginga E. Dg. Singara
H. Dg. Lino S. Dg. Ngintang
W. Dg. Puji L. Dg. Ngisa
H. Dg. Nurung K. Dg. Mene
J. Dg. Sayang S. Dg. Bau
Sabdawati T. Dg. Calla
M. Dg. Ngugi H. Dg. Tayu
K. Dg. Ngai J. Dg. Baji
-
4.3. Identifikasi Masalah
Di Desa Bontoloe masih sangat rumit dan kompleks, hal ini dapat
dilihat
dari banyaknya masalah yang dihadapi oleh para petani,
diantaranya adalah
sebagai berikut :
4.3.1. Permasalahan Pada Tanaman Pangan
Masalah yang terkait pada tanaman pangan adalah tidak
berfungsinya para
penyuluh pertanian sebagai fasilitator, pengetahuan tentang
penggunaan pupuk
yang baik belum terlalu dipahami, hal ini disebabkan karena
pengetahuan yang
dimiliki oleh para petani masih sangat terbatas khususnya bagi
penggunaan
teknologi-teknologi yang baru. Sedangkan permasalahan yang
terjadi pada
tanaman pangan khususnya bagi tanaman jagung adalah petani belum
menemukan
cara untuk meningkatkan produksinya dengan signifikan.
-
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden
Identitas responden yang diuraikan dalam pembahasan berikut
menggambarkan berbagai aspek keadaan yang meliputi : (1) umur,
(2) jabatan,
dan (3) pendidikan. Identitas kelompok wanita tani responden
lebih lanjut
diuraikan sebagai berikut :
5.1.1. Umur Responden
Umur sangat mempengaruhi aktivitas seseorang karena dikaitkan
langsung
dengan kekuatan fisik dan mental, sehingga berhubungan dengan
pengambilan
keputusan. Responden yang berumur mudah relatif cenderung
mempunyai
kemampuan fisik yang lebh baik, dibandingkan dengan responden
yang berumur
tua. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa kelompok
tani responden
di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar memiliki
variasi umur
antara 21-62 tahun. Keadaan umur kelompok tani responden dapat
dilihat pada
tabel 4.
Tabel 4. Umur Responden di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong
Kabupaten
Takalar
Kelompok Umur
(tahun)
Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
21-27
28-34
35-41
42-48
49-55
56-62
3
4
10
6
3
1
11,11
14,91
37.03
22,22
11,11
3,80
Jumlah 27 100
sumber : Data primer setelah diolah, 2014
-
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa umur kelompok wanita tani
responden
yang terbesar adalah umur 56-62 tahun sebanyak 1 responden atau
3,80%, umur
49-55 sebanyak 3 responden atau 11,11%, umur 42-48 sebanyak
responden
22,22%, umur 35-41 sebanyak 10 responden 37,03%, umur 28-34
sebanyak 4
responden 14,91% sedangkan 21-27 sebanyak 3 responden 11,11%.
Umur yang
terbanyak pada tabel diatas yaitu 35-41 tahun keatas, ini
menunjukkan bahwa
seorang kelompok wanita tani sudah memiliki kematangan dalam
berfikir dan
bertindak dalam mengelolah usaha taninya.
5.1.2. Jabatan Responden
Jabatan dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi kelompok
tani.
Semakin tinggi jabatan yang diperoleh responden, semakin tinggi
pula tingkat
partisipasi responden dalam mengarahkan proses peningkatan
produksi jagung.
Hasil penelitian yang telah diperoleh berdasarkan tingkat
pendidikan responden
diuraikan pada tabel 5.
Tabel 5. Tingkat Jabatan Responden di Desa Bontoloe Kecamatan
Galesong
Kabupaten Takalar
Jabatan Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Anggota
1
1
1
24
4
4
4
88
Jumlah 27 100
sumber : Data primer setelah diolah, 2014
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa jabatan kelompok wanita
tani
responden yang terbesar adalah ketua sebanyak 1 responden atau
4%, sekretaris 1
responden atau 4%, bendahara 1 responden 4% sedangkan anggota
anggota 24
-
responden 88%. Jumlah anggota yang terbanyak pada tabel di atas
yaitu 24
responden ini menunjukkan bahwa dalam kelompok wanita tani
diharapkan
tersusun rapi dalam setiap kelompok agar tercapai tujuan yang
diharapkan.
5.1.3. Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi kelompok
tani.
Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh
responden,
semakin tinggi pula tingkat partisipasi responden. Hasil
penelitian yang telah
diperoleh berdasarkan tingkat pendidikan responden diuraikan
pada tabel 6.
Tabel 6. Tingkat Pendidikan responden di Desa Bontoloe Kecamatan
Galesong
Kabupaten Takalar
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
SD
SMP
SMA
D2
22
3
1
1
81,00
11,00
4,00
4,00
Jumlah 27 100
sumber : Data primer setelah Januari, 2015
Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa tingkat pendidikan kelompok
tani
responden dibagi atas empat kelompok yaitu tingkat pendidikan
SD, SMP, SMA
dan D2. Pendidikan petani responden tingkat SD sebanyak 22
responden dengan
persentase 81,00%, pendidikan responden tingkat SMP sebanyak 3
orang dengan
persentase 11,00%, dan tingkat pendidikan petani responden SMA
sebanyak 1
orang dengan persentase 4,00% sedangkan tingkat pendidikan D2
sebanyak 1
orang dengan persentase 4,00%. Ini memperlihatkan bahwa tingkat
pendidikan
kelompok tani responden di Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar
masih tergolong rendah.
-
5.2. Peranan Penyuluh Dalam Peningkatan Produksi Jagung
Peranan penyuluh dalam peningkatan produksi jagung adalah
sebagai
fasilitator, motivator, organisator, dan tingkat perananyan
dapat di lihat pada
Tabel 7.
Tabel 7 .Tingkat Peranan Penyuluh Sebagai Fasilitator,
Motivator, Organisator,
di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
No Variabel Peranan Penyuluh Nilai
Rata-rata
Kategori
1
Fasilitator
Memberikan materi budidaya
tanaman jagung
1,95 S
Memberikan pelatihan atau cara
meningkatkan produksi jagung
1,96 S
Memberikan informasi sarana dan
prasarana 1,92
S
Memfasilitasi untuk bekerjasama
dengan lembaga lain 1,85 S
2
Motivator
Memberi semangat bapak/ibu
untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan pertanian
1,81 S
Memberi motivasi mengikuti
penyuluhan tentang budidaya
tanaman jagung
1,96 S
Memberikan dorongan bapak/ibu
untuk mengikuti berbagai
kegiatan penyuluhan pertanian
1,92 S
Organisator
Penyuluh ikut serta dalam
memberikan pemecahan masalah 1,74
S
Memberikan sumbangan pemikiran
dalam membina kelompok tani
1,88 S
Bekerja sama dengan petani dalam
meningkatkan produksi jagung 1,85 S
Sumber: Data Setelah di Olah, 2014
Berdasarkan Tabel 7 dapat di lihat bahwa peranan penyuluh
sebagai
fasilitator, dalam memberikan materi penyuluhan dengan nilai
1,95 kategori
-
sedang, peran penyuluh dalam memberikan pelatihan peningkatan
produksi
jagung nilai 1,96 masuk kategori sedang, kinerja penyuluh dalam
memberikan
informasi sarana dan prasarana nilai 1,92 kategori Sedang,
sedangkan peranan
penyuluh dalam peningkatan kerjasama dengan lembaga-lembag lain
nilai 1,85
kategori Sedang.
peran penyuluh sebagai motivator, dalam memacu bapak/ibu
kelompok tani
untuk mengikuti kegiatan penyuluhan pertannian nilai 1, 81
kategori sedang,
kinerja penyuluh dalam memberikan motivasi untuk meningkatkan
prdoduksi
jagung di nilai 1,96 kategori Sedang, kinerja penyuluh dalam
mendorong
peningkatan produksi padi nilai 1,92 kategori Sedang.
peran penyuluh sebagai organisator, dalam pemecahan masalah
serta
mencarikan solusi buat peningkatan produksi jagung nilai 1,74
kategori sedang,
sedangkan dalam memberikan sumbangan pemikiran nilai 1,88
kategori sedang,
peran penyuluh bersama petani dalam peningkatan produksi jagung
nilai 1,85
kategori Sedang. Menurut Mardikanto (1996), penyuluhan merupakan
suatu
sistem pendidikan di luar sekolah yang tidak sekedar memberikan
penerangan
atau menjelaskan, tetapi biasanya untuk mengubah perilaku
sasarannya agar
memiliki pengetahuan yang luas. Disamping itu juga memiliki
sifat progressif
untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap sesuatu (inovasi
baru) serta
terampil melaksanakan berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi
peningkatan
produktifitas, pendapatan atau keuntungan, maupun kesejahteraan
keluarga dan
masyarakat.
-
Penyuluhan pertanian dilaksanakan untuk menambah kesanggupan
para
petani dalam usahanya memperoleh hasil-hasil yang dapat memenuhi
keinginan
mereka tadi. Jadi penyuluhan pertanian tujuanya adalah perubahan
perilaku
petani, sehingga mereka dapat memperbaiki cara bercocok
tanamnya, lebih
beruntung usahataninya dan lebih layak hidupnya, atau yang
sering dikatakan
keluarga tani maju dan sejahtera. Kesejahteraan petani
tergantung pada prilaku
petani itu sendiri dalam bertani. Dalam hal ini peran peran
penyuluh yang sangat
diharapkan dalam sebagai penyambung aspirasi petani kepada
pemerintah.
Istilah penyuluhan telah dikenal secara luas dan diterima oleh
mereka yang
bekerja di dalam organisasi pemberi jasa penyuluhan, tetapi
tidak demikian halnya
bagi masyarakat luas. Penyuluhan pertanian merupakan sarana
kebijaksanaan
yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan
pertanian. Di
lain pihak, petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau
menolak saran
yang diberikan agen penyuluhan pertanian. Dengan demikian
penyuluhan hanya
dapat mencapai sasarannya jika perubahan yang diinginkan sesuai
dengan
kepentingan petani.
5.3. Peran Penyuluh Sebagai Fasilitator
peran penyuluh sebagai fasilitator dalam peningkatan produksi
jagung di
Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar termasuk
dalam kategori
sedang . Beberapa indikator peran penyuluh sebagai fasilitator
adalah penyuluh
dalam memfasilitasi petani kategori sedang (1,92), peran
penyuluh dalam
memfasilitasi petani menemukan mitra usaha kategori sedang nilai
(1,96),
memfasilitasi petani membuat rencana usahataninya termasuk
kategori sedang
-
(1,92). Kegiatan penyuluhan sangat berkaitan dengan kegiatan
fasilitasi, terutama
dalam memfasilitasi petani terhadap hal-hal yang berhubungan
dengan usahatani
yang di tekuni. Berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok
wanita tani di
Desa Bontoloe, penyuluh masih belum maksimalkan dalam
memfasilitasi
kelompok wanita tani, terutama dalam pengelolaan kelompok tani
dan
perencanaan usahatani, sementara penyuluh adalah sebagai
fasilitator, yang
senantiasa memberikan jalan keluar/ kemudahan-kemudahan, baik
dalam
menyuluh/proses belajar mengajar, maupun fasilitas dalam
memajukan
usahataninya.
Kelompok wanita tani maupun kelompok tani yang lain mereka
kesulitan
dalam membangun komonukasi dengan penyuluh maupun pemerintah
setempat
dalam memenuhi kenutuhan sebagai kelompok tani. Tugas penyuluh
sebagai
fasilitator adalah dapat memberikan informasi yang cukup dan
akurat kepada
kelompok tani dalam hal pengembangan kelompok tani dan
pembangunan
pertanian serta peningkatan produksi. Khususnya peningkatan
produksi pada
tanaman jagung. Kita tahu bahwa kabupaten Takalar adalah salah
satu Kabupaten
penghasil jagung terbanyak di Sulawesi Selatan. Oleh karena itu
peran-peran
penyuluhlah yang harus dimaksimalkan dalam peningkatan produksi
jagung di
Kabupaten Takalar dengan kualitas yang baik dan unggul.
5.4. Peran Penyuluh Sebagai Motivator
Peran penyuluh sebagai motivator dalam peningkatan produksi
jagung di
Desa Bontoloe termasuk dalam kategori sedang dengan nilai 1,81.
Beberapa
indikator peran penyuluh sebagai motivator adalah peran penyuluh
dalam
-
memberi motivasi kepada petani dengan kategori sedang (nilai
1,96), peranan
dalam menyemangati petani untuk mandiri dalam usaha dengan
kategori sedang
(nilai 1,92).
Menurut Van Den Ban, (2003), penyuluhan secara sistematis adalah
suatu
proses yang, (1). Membantu petani menganalisis situasi yang
sedang dihadapi dan
melakukan perkiraan ke depan; (2). Membantu petani menyadarkan
terhadap
kemungkinan timbulnya masalah dari analisis tersebut; (3).
Meningkatkan
pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah,
serta
membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki
petani;
(4). Membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus
berkaitan dengan
cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang
ditimbulkannya
sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan; (5).
Membantu petani
memutuskan pilihan tepat yang menurut pendapat mereka sudah
optimal; (6).
Meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya ;
dan (7).
Membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan
mereka
dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan.
Seyogyanya penyuluh pertanian hadir sebagai solusi bagi
masyarakat tani.
Dapat membantu masyarakat dalam meningkatakan kinerja petani.
Motivasi yang
besar dari penyuluh pertanian kepada petani adalah dapat
mempengaruhi kinerja
petani. Karena lewat peran motivasi itulah penyuluh dapat
meyakinkan kepada
petani akan ada hasil yang maksimal. Sehingga penyuluh harus
lebih tahu banyak
informasi dibandingkan petani itu sendiri.
-
5.5. Peran Penyuluh Sebagai Organisator
Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa peran penyuluh sebagai
organisator
terdapat 3 aspek dengan kategori sedang, untuk peran penyuluh
memberikan
arahan pembentukan/pengembangan serta dalam pemecahan kepada
kelompok
wanita tani diperoleh keterangan 1,74, serta memberikan
sumbangsi pemikiran
diperoleh keterangan 1,88 dengan kategori sedang, dan
mengarahkan kelompok
wanita tani agar membangun hubungan kerja sama dalam
meningkatkan produksi
padi diperoleh keterangan 1,85 dengan kategori sedang. Hal ini
berarti penyuluh
belum memaksimalkan peran-peran dalam pembinaan dan
pengembangan
kelompok wanita tani. Penilaian petani terhadap penyuluh tentang
peranan
penyuluh dalam menentukan kelembagaan/program kerja diperoleh
kategori
Rendah.
Dari hasil penelitian di atas bahwa peran penyuluh pertanian di
Desa
Bontoloe belum maksimal yang sesuai dengan harapan petani.
Sementara peran
penyuluh pertanian sangat penting bagi kelompok tani dalam
memfasilitasi, serta
memberikan motivasi dan mengawasi mengorganisir kerja-kerja
kelompok tani.
Sehingga perlu ada peningkatan kinerja yang maksimal oleh
penyuluh pertanian.
Hal ini juga disebabkan karena 1 satu orang prnyuluh pertanian
dalam satu
kecamatan. Sehingga begitu tidak maksimalnya dalam memainkan
peran-peran
sebagai penyuluh dalam hal mengkoordinir kelompok-kelompok tani
yang ada di
desa bontoloe.
-
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bontoloe Kecamatan
Galesong
Kabupaten Takalar dapat dilihat bahwa peran penyuluh pertanian
sebagai
fasilitator kepada kelompok tani atau masyarakat tani masih
dalam kategori
sedang dengan tingkat berpartisipasi baik dalam hal tanggung
jawabnya sebagai
penyuluh belum maksimal bahkan pemberdayaan dan kerja sama
kepada
kelompokpun hanya diberlakukan kepada sebagian kelompok tani
saja. Sementara
masyarakat yang ada di Desa Bontoloe membutuhkan penyuluh dalam
mengawal
petani untuk meningkatkan produksi dari hassil pertanian
terkhusus tanaman
jagung. Penyuluh sebagai fasilitator, penyuluh sebagai motivator
dan penyuluh
sebagai organisator.
6.2. Saran
Dalam meningkatkan produksi hasil pertanian seperti jagung
sebaiknya lebih
meningkatkan pengawal lebih intens oleh penyuluh kepada kelompok
tani, dan
perluh bantuan dari pihak pemerintah yang diharapkan untuk
lebih
memperhatikan kelompok tani yang ada di Desa Bontoloe berupa
bantuan dana
dan alat-alat pertanian yang dibutuhkan
-
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1992. 5 Tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Gaya Teknik
Offset. Bogor.
Bayer, et al, 1999. Pertanian Masa Depan. Kanisius Bandung
Departemen Pertanian, 2006. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 16
Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan
dan
Kehutanan, Jakarta.
Fashihullisan, 2009.(ht tp://fashihullisan)tugas
penyuluhan.blog.spot.com/peranan-
penyuluhan-dalam-pembanguanan.html: diakses 9 februari 2010
Gabriel, T. 1991. The Human Factor in Rural Development.
Belhaven Press.
London.-
Jahi, Amri dan Ani, Leilani, 2006. Kinerja Penyuluh Pertanian di
Beberapa
Kabupaten, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan. Vol. 2
No.2.
Kartasapoetra, A.G. 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi
Aksara.
Jakarta.
Rasyid, M, A, 2001. Sangat di perlukan kegiatan penyuluhan
pertanian.
Ekstensia. Vol 13. Tahun VIII, September 2001. Topik ektensi
penyuluhan
pertanian di era otonomin daerah. Hal 8-14
Salim, F. 2005. Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian. Departemen
Pertanian
Soekartawi, 1992. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI
Press.Jakarta.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta
Suradisastra, K. 2008. Startegi Pemberdayaan Kelembagaan Petani.
Forum
Penelitian Agro Ekonomi. 26-2. Pusat Analisis Sosial Ekonomi
dan
Kebijakan Pertanian, Bogor.
Totok, Mardikanto,1 994. Penyuluhan Pembangunan Pertanian.
UNS
Press.Surakarta. Jakarta
http://fashihullisan/
-
Totok, Mardikanto, 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian Surakarta:
LPP dan UNS
Press.
Mardikanto.dan Arip Wijayanto. 2005. Metode dan teknik penyuluh
pertanian.
Fakultas pertanian UNS. Surakarta.
-
KUISIONER
KINERJA PENYULUH PERTANIAN DALAM PENINGKATAN
PRODUKSI JAGUNG DI DESA BONTOLOE KECAMATAN GALESONG
KABUPATEN TAKALAR
I. Identitas Sampel di Isi Oleh Peneliti :
a. Nama Responden :
b. Umur :
c. Tingkat Pendidikan : Tidak sekolah/SD/SMP/SMA/SI
d. Pengalaman Dalam Usaha Tani : ................ (Tahun )
II. Penyuluh Sebagai Fasilitator
1. Apakah penyuluh memberikan materi penyuluhan tentang budidaya
tanaman
jagung yang baik?
a. Ya
b. Kadang – kadang
c. Tidak
2. Apakah penyuluh memberikan pelatihan mengenai cara
meningkatkan
produksi jagung ?
a. Ya
b. Kadang – kadang
c. Tidak
3. Apakah penyuluh memberikan informasi tentang sarana dan
prasarana yang di
perlukan untuk peningkatan produksi jagung?
a. Ya
-
b. Kadang-kadang
c. Tidak
4. Apakah penyuluh memberikan informasi mengenai harga yang
sesuai pasaran?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
5. Apakah penyuluh memfasilitasi bapak ibu untuk bekerjasama
dengan
lembaga-lembag lain?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. tidak
III.Penyuluh Sebagai Motivator
1. Apakah penyuluh yang memacu bapak/ibu untuk mengikuti
kegiatan
penyuluhan pertanian?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
2. Apakah penyuluh memotivasi bapak/ibu untuk meningkatkan
produksi
jagung?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
3. Apakah penyuluh mendorong bapak ibu untuk meningkatkan
produksi jagung.?
-
a. Ya
b. Kadang – kadang
c. Tidak
IV. Penyuluh Sebagai Organisator
1. Apakah dalam memecahkan masalah penyuluh turut ikut serta
dalam
mencarikan solusi peningkatan produksi jagung ?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. tidak
2. Apakah penyuluh sering memberikan sumbangan pemikiran dalam
pembinaan
kelompok tani bapak/ibu?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
3. Apakah penyuluh selalu mengontrol setiap tindakan yang di
ambil oleh
kelompok tani bapak/ibu?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
4. Apakah penyuluh bekerjasama dengan petani dalam meningkatkan
produksi
jagung?
a. Ya
b. Kadang-kadang
-
c. Tidak
-
Lampiran 2. Identitas Responden
No. Nama Umur
(tahun)
Tingkat
Pendidikan Jabatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
S. Dg. Siang
Hernianti Dg. Ngasseng
P. Dg. Ni‟ning
Dg. Ratu
T. Dg. Sugi
Nina
H. Dg. Singara
S. Dg. Memang
M. Dg. Sangnging
R. Dg. Ngintang
M. Dg. Te‟ne
R. Dg. Nginga
E. Dg. Singara
H. Dg. Lino
S.Dg. Ngintang
S.Dg. Puji
J. Dg. Ngisa
H. Dg. Nurung
K. Dg. Mene
J. Dg. Sayang
S. Dg. Bau
Sabdawati
T. Dg. Calla
M. Dg. Ngugi
H. Dg. Tayu
K. Dg. Ngai
J. Dg. Baji
40
26
44
41
53
21
29
39
32
50
41
30
33
37
44
36
44
43
38
23
40
37
62
36
45
42
52
SMP
D2
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SMP
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SMP
SD
SMA
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
Ketua
sekretaris
bendahara
anggota
anggota anggota anggota anggota anggota
anggota anggota anggota
anggota anggota anggota
anggota anggota
anggota anggota
anggota anggota anggota
anggota anggota anggota
anggota
anggota
-
Lampiran 3 : Peranan Penyuluh Sebagai Fasilitator Dalam
Peningkatan Produksi
Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
No PERANAN PENYULUH
Sebagai Fasilitator
I II III IV
1 2 2 1 2
2 2 2 2 2
3 2 2 2 2
4 2 1 2 2
5 1 2 2 2
6 1 2 2 2
7 2 2 2 2
8 2 2 2 2
9 2 2 1 1
10 2 2 2 2
11 2 2 2 2
12 2 2 2 1
13 2 2 2 2
14 2 2 2 2
15 2 2 2 1
16 2 2 2 2
17 2 2 2 2
18 2 2 2 1
19 2 2 2 2
20 2 2 2 2
21 2 2 2 2
22 2 2 2 2
23 2 2 2 2
24 2 2 2 2
25 2 2 2 2
26 2 2 2 2
27 2 2 2 2
Jumlah 52 53 52 50
Rata-
rata 1,92 1,96 1,92 1,85
Kategori S S S S
Kterangan : 1,00-1,66 = Rendah
1,67-2,33 = Sedang
2,34-3,00 = Tinggi
-
Lampiran 4 : Peranan Penyuluh Sebagai Motivator Dalam
Peningkatan Produksi
Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
No PERANAN PENYULUH
Sebagai Motivator
I II III
1 1 2 1
2 2 2 2
3 2 2 2
4 2 1 2
5 1 2 2
6 1 2 2
7 2 2 2
8 2 2 2
9 2 2 1
10 2 2 2
11 1 2 2
12 2 2 2
13 1 2 2
14 2 2 2
15 2 2 2
16 2 2 2
17 2 2 2
18 2 2 2
19 2 2 2
20 2 2 2
21 2 2 2
22 2 2 2
23 2 2 2
24 2 2 2
25 2 2 2
26 2 2 2
27 2 2 2
Jumlah 49 53 52
Rata-
rata
1,81 1,96 1,92
Kategori S S S
Kterangan : 1,00-1,66 = Rendah
1,67-2,33 = Sedang
2,34-3,00 = Tinggi
-
Lampiran 5. Rekapitulasi Hasil Penelitian Peranan Penyuluh
Sebagai Organisator
Dalam Peningkatan Produksi Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar
No PERANAN PENYULUH
Sebagai Organisator
I II III
1 2 2 1
2 2 2 2
3 2 2 2
4 2 1 2
5 1 2 1
6 1 2 2
7 2 2 1
8 2 2 2
9 2 2 1
10 1 2 2
11 2 2 2
12 2 2 2
13 1 2 2
14 2 2 2
15 1 2 2
16 2 2 2
17 1 1 2
18 2 2 2
19 1 1 2
20 2 2 2
21 2 2 2
22 2 2 2
23 2 2 2
24 2 2 2
25 2 2 2
26 2 2 2
27 2 2 2
Jumlah 47 51 50
Rata-
rata 1,74 1,88 1,85
Kategori S S S
Kterangan : 1,00-1,66 = Rendah
1,67-2,33 = Sedang
2,34-3,00 = Tinggi
-
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
Wawancara Dengan Ketua Kelompok Tani
Foto Bersama Ibu Ketua Kelompok Wanita Tani
-
Foto Bersama Ketua Kelompok Tani Bobojangang
-
Lampiran 7. Peta Wilayah dan Struktur Desa di Desa Bontoloe
Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar
Peta Wilayah Desa
Struktur Organisasi Desa