Top Banner
PERANAN BMT AS-SYAFI’IYAH DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA MIKRO (UM) DI KECAMATAN GISTING TANGGAMUS SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) dalam Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam Oleh: NURUL FAUZIAH NPM : 135102019 Program Studi : Perbankan Syariah FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1438 H / 2017 M ABSTRAK Usaha Mikro (UM) mempunyai peranan yang sangat penting dalam prekonomian Indonesia karana mampu menyediakan berjuta lapangan pekerjaan dan telah menjadi tulang punggung indusrti pengelolaan. Perkembangan Usaha Mikro (UM) telah berkembang sangat pesat dan memberi kemudahan kepada pelaku UM dalam menjalankan usaha dan mendukung pemulihan ekonomi
111

peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

May 11, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

PERANAN BMT AS-SYAFI’IYAH DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN

USAHA MIKRO (UM) DI KECAMATAN GISTING TANGGAMUS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

dalam Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam

Oleh:

NURUL FAUZIAH

NPM : 135102019

Program Studi : Perbankan Syariah

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

1438 H / 2017 M

ABSTRAK

Usaha Mikro (UM) mempunyai peranan yang sangat penting dalam

prekonomian Indonesia karana mampu menyediakan berjuta lapangan pekerjaan

dan telah menjadi tulang punggung indusrti pengelolaan. Perkembangan Usaha

Mikro (UM) telah berkembang sangat pesat dan memberi kemudahan kepada

pelaku UM dalam menjalankan usaha dan mendukung pemulihan ekonomi

Page 2: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

2

indonesia, menciptakan lapangan pekerjaan dan menyumbang pada upaya

menanggulangi kemiskinan.

Namun yang menjadi permasalahan bagi pelaku uasaha mikro kecil dan

menengah (UMKM) untuk mengembangkan usahanya dan meningkatkatkan

pendapatan salah satunya adalah modal sedangkan di Gisting sendiri banyak

pelaku UMKM yang kesulitan untuk mendapatkan pembiayaan dari lembaga

keuangan bank karna biasanya pembiayaan bank bersifat makro sedangkan UM

bersifat mikro.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Peranan BMT As-

Syafi‟iyah dalam Peningkatan Pendapatan Usaha Mikro (UM) di Kecamatan

Gisting Tanggamus.

Data penelitian ini dikumpulkan akan diolah dan dianalisis dengan

menggunakan metode analisis kualitatif yaitu yang memusatkan masalah yang ada

pada saat ini, dimana dalam prosesnya bukan sekedar mengumpulkan dan

mengolah data, tetapi juga menganalisa, meneliti dan menginterpretasikan serta

membuat kesimpulan dan memberi saran yang kemudian disusun pembahasannya

secara sistematis sehingga dapat dipahami, yaitu penelitian yang semata-mata

menggambarkan keadaan dan proses atas objek penelitian berdasarkan data-data

yang ada. Untuk mendapatkan berbagai data-data dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode pengamatan (observasi), wawancara (interview) dan

dokumentasi.

Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa Peranan BMT As-Syafi‟iyah dalam

Peningkataan Pendapatan Usaha Mikro (UM) adalah dengan pemberian pembiayaan.

Pembiayaan di BMT As-Syafi‟iyah dengan menggunakan akad Mudharabah, Murabahah,

Istishna, Salam dan Ijarah dan 9 jenis usaha setelah mendapatkan pembiayaan dari BMT

As-Sayafi‟iyah dapat disimpulkan bahwa dari pedagang sayur mengalami perkembangan

dari 6%-10%, pedagang buah 5%-10%, pedagang sembako 6%-9%, pedagang ayam 7%-

9%, pedagang telur 7%-10%, pedagang ikan 9%-10%, bengkel 9%, pedagang pakaian

9%-10%, warung makan 6%-11%. Sedangkan persentase rata-rata pendapatan sebelum

mendapatkan pembiayaan dari BMT As-Syafi‟iyah Gisting adalah 6% dan setelah

mendapatkan pembiayaan adalah 8% jadi peresentase pendapatan rata-rata setelah

mendapatkan pembiayaan adalah berubah meningkat sebesar 2%.

Page 3: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

3

Page 4: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

4

Page 5: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

5

MOTTO

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan

jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah

kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya‟‟. (QS Al-

Maidah:2)1

1

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponeggoro, 2010),

hlm. 106.

Page 6: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

6

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan segala kenikmatan, kemudahan dan bisa

membuat aku bertahan sampai sekarang.

2. Kedua orang tua ku tercinta Ayahanda Siswanto dan Ibunda Nur Ali‟yah dan Tante

Tuti Alawiyah dan Om Romdani Iwan, ST selaku orang tua kedua. Yang telah

membesarkan, mendidik, mendukung, menyemangati, hingga kini senantiasa

mendo‟akan dan menanti keberhasilanku.

3. Kakak ku Ibnu Fikri,S.Kom, kembaran Ulva Fauziah,SE., adekku Fadel Almusyafa‟

Mahasiswa Teknik Pertanian dan ponakan ku Deva Turahmah semoga sukses dengan

kuliyahnya dan saudara-saudaraku yang lain.

4. Teman-teman seperjuangan Arnis Alfiana, Nurna Malya, Deka Silvia, Susanti, Meli

Saputri, Megawati, Ana Efrianti, Dara Saputri dan seluruh Perbankan Syariah kelas A

angkatan 2013.

5. Almamaterku tercinta UIN Raden Intan Lampung yang telah mendewasakanku dalam

berpikir, berbuat dan bertindak.

Page 7: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

7

RIWAYAT HIDUP

Nurul Fauziah di lahirkan di Purwodadi Kecamatan Gisting Kabupaten

Tanggamus pada tanggal 26 Oktober 1995 Anak Kedua dari Empat bersaudara. Dari

pasangan Bapak Siswanto dan Ibu Nur Aliyah

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Landsbaw

pada tahun 2007, kemudian melanjutkan sekolah menengah di Madrasah Tsanawiyah

(Mts) landsbaw dan tamat pada tahun 2010, kemudian melanjutkan di SMA

Muhammadiyah 1 Gisting Kab Tanggamus dan tamat pada tahun 2013, Pada tahun 2013

penulis melanjutkan studi di IAIN Raden Intan Lampung pada Fakultas Syari‟ah Jurusan

Perbankan Syariah yang telah beralih fakultas menjadi Fakultas Ekonomi Bisnis Islam

(FEBI) pada tahun 2015, dan lulus pada hari Selasa tanggal 1 Agustus 2017 dalam sidang

Munaqasyah jurusan Perbankan Syariah angkatan pertama.

Page 8: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

8

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

berkat rahmat dan hinayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “PERANAN BMT AS-SYAFI‟IYAH DALAM PENINGKATKAN

PENDAPATAN USAHA MIKRO (UM) DI KECAMATAN GISTING

TANGGAMUS”.

Shalawat beriring salam semoga senantiasa di limpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan

menuju alam terang benderang yaitu agama Islam.

Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa penulis tidak terlepas dari

kesalahan dan keterbatasan, kenyataan ini menyadarkan penulis bahwa tanpa

bantuan dari berbagai pihak niscaya skripsi ini tidak akan terselesaikan. Oleh

sebab itu melalui skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Dr. Moh Bahrudin, M.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung.

2. Bapak Ahmad Habibi, S.E., M.E. selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung

3. Bapak Hanif,SE.,MM selaku pembibing satu, dan Bapak Budimansyah,

M.Kom.I. selaku pembimbing dua, yang telah banyak meluangkan waktu

dan fikiran dalam membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

Page 9: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

9

4. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada

penulis, semoga ilmu yang diberikan dapat penulis amalkan.

5. Bapak Ramdan Rianto Amd. selaku Manajer Operasional BMT As-

Syafi‟iyah di Kecamatan Gisting Tanggamus, yang telah memberikan

izinnya dalam penelitian dan memberikan data-data yang penulis butuhkan

dalam penulisan skripsi ini.

6. Ayah dan ibu ku tercinta, kakak-kakak ku, teman-teman ku, serta semua

pihak yang telah membantu penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini, semoga Allah SWT membalas dan menjadikan amal shaleh

kepada semua pihak yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini

Amin.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat,

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Dan penulis mohon maaf

atas kekurangan dan kepada Allah SWT penulis mohon Ampun.

Bandar Lampung, 19 April 2017

Penulis

Nurul Fauziah

NPM: 1351020019

Page 10: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................... ii

PERSETUJUAN ...................................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iv

MOTO ...................................................................................................................... v

PERSEMBAHAN .................................................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul ............................................................................. 1

B. Latar Belakang ................................................................................ 3

C. Rumusan Masalah ............................................................................ 7

D. Tujuan Penelitian dana Manfaat Penelitian ..................................... 7

E. Alasan Memilih Judul ..................................................................... 9

F. Metode Penelitian ............................................................................ 10

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Baitul Mal Wat Tamwil

(BMT) ............................................................................................. 20

1. Pengertian BMT ......................................................................... 20

2. Sejarah Berdirinya BMT ............................................................ 22

3. Dasar Hukum BMT .................................................................... 26

4. Prinsip Operasional BMT ........................................................... 28

5. Peranan dan Fungsi BMT ........................................................... 33

6. Sumber Dana dan Produk BMT ................................................. 36

B. Usaha Mikro (UM) ........................................................................ 43

1. Pengertian UM ........................................................................... 43

2. Dasar Hukum UM ...................................................................... 45

Page 11: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

11

3. Kreteria UM ............................................................................... 46

4. Jenis-Jenis UM ........................................................................... 46

5. Kelemahan dan Kelebihan UM .................................................. 48

6. Permasalahan UM ...................................................................... 49

7. Faktor Pendukung UM ............................................................... 52

8. Pendapatan UM dan Indikator Pendapatan Masyarakat ............. 55

9. Peran Permodalan dalam Mengembangkan UM ........................ 57

C. Peranan BMT Dalam Meningkatkan Pendapatan Usaha

Mikro (UM) .................................................................................... 59

1. Penyaluran Pembiayaan ............................................................. 59

2. Pembagian Pembiayaan .............................................................. 59

3. Tujuan Pembiayaan .................................................................... 61

4. Fungsi Pembiayaan ..................................................................... 62

D. Penelitian Terdahulu .................................................................... 62

E. Kerangka Fikir .............................................................................. 65

BAB III : HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 67

B. Visi dan Misi BMT As-Syafi‟iyah Gisting .................................... 69

C. Struktur Organisasi BMT As-Syafi‟iyah Gisting ............................ 69

D. Sasaran Pelayanan (Target) BMT As-Syafi‟iyah Gisting ............... 73

E. Nasabah yang Dilayani BMT As-Syafi‟iyah Gisting ...................... 75

F. Kegiatan Usaha BMT As-Syafi‟iyah Gisting ................................. 76

G. Jenis Pembiayaan BMT As-Syafi‟iyah Gisting .............................. 77

BAB IV : ANALISIS

A. Peranan BMT As-Syafi‟iyah Dalam Meningkatkan

Pendapatan UM di Gisting Kabupaten Tanggamus ........................ 86

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................. 93

B. Saran ............................................................................................................. 94

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Page 12: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

12

Tabel Halaman

1.1 Perkembangan Jumlah UM di Indonesia .......................................................... 3

3.1 Jenis Usaha Yang Memperoleh Pembiayaan dari BMT

As-Syafi‟iyah Gisting Tahun 2016 ............................................................................ 78

3.2 Produk Pembiayaan Pada BMT As-Syafi‟iyah Gisting Tahun 2016 ......................... 79

3.3 Besarnya Pinjaman Yang Ingin Dipinjam Responden Kepada

BMT As-Syaf‟iyh Gisting Tahun 2016 ..................................................................... 80

3.4 Angsuran Pembiayaan Responden Kepada BMT As-Syafi‟iyah

Gisting Tahun 2016 ......................................................................................... 81

3.5 Perkembangan Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah

Mendapatkan Pembiayaan Tahun 2016 .................................................................... .. 81

3.6 Tingkat Kendala Ansuran Pembiayaan .................................................................... ...84

Page 13: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

13

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir .................................................................................................... 66

2. Struktur Organisasi.............................................................................................. 70

Page 14: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Judul merupakan gambaran pokok persoalan yang akan menjadi

pembahasan dalam suatu karya ilmiah, serta akan memberikan arah yang

kongkrit terhadap apa yang telah diujinya maka untuk menghindari

kesalahpahaman dalam penafsiraanya penulis perlu mengemukakan

pengertian atau istilah yang terkandung dalam skripsi ini. Adapun judul

skripsi ini adalah „‟Peranan BMT As-Syafi‟iyah dalam peningkatan

pendapatan usaha mikro (UM) di Kecamatan Gisting Tanggamus‟‟. Untuk

itu, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam

skripsi ini sebagai berikut:

1. Peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang/sekelompok orang

dalam suatu peristiwa atau bagian yang dimainkan seseorang dalam suatu

peristiwa.2

2. BMT Adalah Baitul Mal wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan

non bank yang beroperasi berdasarkan syari‟ah dengan prinsip bagi hasil

didirikan oleh dan untuk masyarakat disuatu tempat/daerah.

2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia Pusat Bahasa,(Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2011), hlm. 1051

Page 15: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

15

Secara harfiah/lughowi baitul mal berati rumah dana dan baitut tamwil

berati rumah usaha.3

3. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivas perusahaan yang

biasa dikenal/disebut penjualan, penghasilan jasa (fees) bunga, deviden,

royalty, dan sewa. Pendapatan selain itu juga dapat didefinisikan sebagai

penghasilan dari usaha pokok perusahaan/penjualan barang atas jasa

diikuti biaya sehingga diperoleh biaya laba kotor.4

4. UM (Usaha Mikro) adalah entitas yang sebagian besar masih perlu

mendapat dukungan dari pemetintah agar dapat terus berkembang5 . Yang

dimaksud sesuai dengan pengertian dalam Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah diatur dalam pasal 1

(1), (2), dan (3) menyatakan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik

perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kreteria

usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Adapun yang dimaksud dengan judul diatas adalah bagaimana

peranan Baitul Mal wat Tamwil (BMT) dalam peningkatan pendapatan

usaha mikro (UM) di Kecamatan Gisting Tanggamus.

3Muhammad Ridwan, Manajemen baitul Maal wat Tamwil, (Jakarta,UII Press, 2004), hlm

126 4 Munawir.S, Analisis laporan keuangan, (Yogyakarta: liberty, 2002),.hlm. 26

5 Soetanto Hardianto dan Djoko Retnadi, Mikro Credit Chalegge, (Jakarta, Elex Media

Komputindo, 2006),hlm.146

Page 16: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

16

B. Latar Belakang Masalah

Usaha mikro adalah peluang usaha produktif milik orang perorangan

atau badan usaha perorangan yang memenuhi kreteria usaha mikro

sebagaimana diatur dalam Undang–Undang usaha mikro menurut keputusan

Mentri Keuangan No. 20 tahun 2008 tentang usaha Mikro, Kecil dan

Menengah.6

Indonesia merupakan Negara yang prekonomiannya banyak dipegang

oleh sektor mikro. Fakta mengatakan bahwa ketika krisis moneter melanda

Indonesia pada tahun 1998, salah satu sektor usaha yang masih bertahan

ditanah air adalah usaha mikro kecil dan menengah.7

Jumlah pelaku usaha industri UMKM indonesia termasuk paling

banyak di antara negara lainnya, terutama sejak tahun 2014, terus mengalami

perkembangan sehingga diperkirakan tahun 2017 jumlah pelaku UMKM di

Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Dibawah ini merupakan tabel

tentang perkembangan UMKM di Indonesia.

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah UMKM di Indonesia Tahun 2009-2016

Tahun Jumlah UMKM

2009 52.764.750 Unit, dengan pangsa pasar 99,99%

2010 54.114.821 Unit, dengan pangsa 100,53%

2011 55.206.444 Unit, dengan pangsa 99,99%

2012 56.534.592 Unit, denganpangsa 99,99%

2013 57.895.721 Unit, dengan pangsa 99,99%

2014-2016 57,900.000 Unit

2017 Diperkirakan 59.000.000 Unit

Sumber: depkop. go.id

6 T. Sumarnonugroho, Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosisal, (Yogyakarta,PT Hadindita,

1984), hlm 33 7 Agus Heru Prasetyo, Sukses Mengelola Keuangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah,

(Jakarta: Kelompok Gramedia), 2002 hlm. 15

Page 17: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

17

Dari tabel 1.1 dijelaskan bahwa perkembangan jumlah UMKM di

Indonesia semakin meningkat dari tahun 2009 sampai tahun 2017.

Sedangkan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus jumlah

UMKM tahun 2012 3.197 unit, tahun 2013 3.302 unit, tahun 2014 3.550 unit,

tahun 2015 3.800 unit, tahun 2016 4.100 unit.8 Kenyataannya tujuan dan

fungsi dari usaha mikro belum terlaksana secara optimal, hal ini disebabkan

oleh kurangnnya perhatian dari permerintah dalam mengatur dan mengontrol

usaha mikro yang dijalankan oleh masyarakat. Faktor-faktor lain yang

menyebabkan kurang berkembangnya dikarenakan kurangnya kemampuan

dan pengalaman para pelaku usaha mikro dalam menjalankan usahanya.

Selain itu dampak dari sulitnya para usaha mikro dalam mendapatkan

pencairan modal sangat sulit yang menyebabkan semakin terpuruknya usaha

mikro.9 Perkembangan potensi UM di Indonesia tidak terlepas dari dukungan

lembaga keuangan dalam menyalurkan pembiayaannya kepada pelaku UM.

Sedangkan di Gisting Kabupaten Tanggamus sendiri banyak pelaku

UM yang sulit untuk mendapatkan pembiayaaan dari lembaga keuangan

seperti usaha rumahan makanan ringan, rumah makan, penjual pakaian,

penjual sembako, usaha bengkel dan sebagainnya sulit untuk mendapatkan

akses perbankan terlebih dipedesaan karna biasanya pembiayaan tersebut

bersifat mikro dan perbankan pun tidak bersifat menyeluruh.

Kehadiraan lembaga keuangan syari‟ah dalam berbagai ragamnya

yang marak dalam beberapa tahun terakhir ini menggambarkan satu realitas

8 Dokumentasi, Dinas Koperindag Kecamatan Gisting, Lampung, (Gisting, Lampung, 14

April 2017) 9 Ibid hlm .38

Page 18: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

18

yang hadir untuk melakuakan dekontruksi ekonomi baik pada tataran teoritik

maupun praktis. Salah satu lembaga keuangan syariah yang berkembang

pesat adalah lembaga keuangan mikro syariah. Lembaga ini hadir untuk

menjembatani kebutuhan masyarakat akar rumput yang tidak tersentuh oleh

lembaga keuangan bank. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) hadir memenuhi

jasa keuangan modal pembiayaan bagi pelaku usaha ekonomi mikro.10

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) bisa menjadi Alternatif bagi usaha

mikro (UM). Kemudian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan bagi

pelaku UM itu sendiri, Karna modal merupakan salah satu elemen penting

dalam mendukung peningkatan produksi yang dapat meningkatkan

pendapatan terlebih lagi pada sektor usaha kecil. Kehadiran BMT sebagai

pendatang baru dalam dunia pemberdayaan masyarakat melalui sistem

simpan pinjam syaria‟h dimaksudkan untuk menjadi alternatif yang lebih

inovatif dalam jasa keuangan. Selain itu kesesuaian koperasi BMT dengan

islam dapat dilihat dari mekanisme operasional atau pola tata laku operasional

adalah melalui sistem imbalan (keuntungan/fasilitas) yang diterima anggota

yang sesuai dengan prinsip balas jasa dalam Islam. Islam mengajarkan

seseorang hanya menerima apa yang ia usahakan sebagaimana yang

ditegaskan dalam Al-Quran Surat Al-Zalzalah ayat: 7-8

Artinya : “Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zahrah,niscaya

dia akan melihat (balsaanya). Dan barang siapa mengerjakan

10

Muhammad, Lembaga keuangan mikro syariah, Edisi pertama, Cetakan pertama,

(Yogyakarta: UII Pers, 2009), hlm 78.

Page 19: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

19

kejahatan seberat zahrah , niscaya dia akan melihatnya (balasan)

nya pula’’.11

Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) As-Syafi‟iyah di Gisting berdiri pada

tanggal 14 Agustus 2012 kegiatan usahannya menghimpun dana dan

penyaluran dana. Untuk membangun ekonomi Islam di Gisting diharapkan

mampu menjadi lembaga keuangan yang dapat menodorong bagi perbaikan

ekonomi. Melalui pengembangan Baitul Mal wat Tamwil (BMT), diharapkan

pada terjalin kerja sama positif antara pengusaha besar dengan pengusaha

kecil dan menengah. Kemitraan usaha antara Baitul Mal wat Tamwil (BMT)

dan kalangan usaha kecil perlu lebih ditingkatkan lagi dimasa yang akan

datang. Sehingga Baitul Mal wat Tamwil (BMT) mampu menjadi lembaga

keuangan syari‟ah yang berdaya guna bagi kepentingan masyarakat banyak.12

Dengan diadakannya pembahasan skripsi ini yang bertujuan

melaksanakan prinsip-prinsip muamalah sesuai dengan ajaran agama Islam

serta bagaimana peran BMT dalam peningkatkan pendapatan ekonomi

masyarakat sehingga penuliis mengambil judul “Peranan Baitul Mal Wat

Tamwil (BMT) As-Syafi‟iyah Dalam Peningkatan Pendapatan Usaha Mikro

(UM) Di Kecamatan Gisting Tanggamus‟‟

11

Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahanya, (Jakarta: Mekar Surabaya, 2002),

hlm 909 12

www. Repository.usu.ac.id, tgl 03 Febuari 2017

Page 20: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

20

C. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Peranan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) As-Syafi‟iyah dalam

peningkatan pendapatan usaha mikro (UM) di Gisting Tanggamus?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah dimana berbagai data dan

informasi dikumpulkan, dirangkai dan di analisa yang bertujuan untuk

mengembangakan ilmu pengetahuan dan juga dalam rangka memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi.13

Tujuan dari Skripsi ini adalah untuk

mengetahui peranan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) As-Syafi‟iyah dalam

peningkatan pendapatan usaha mikro (UM) di Kecamatan Gisting

Tanggamus.

2. Manfaat Penelitian

Hasil manfaat ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dan lainya, lebih rincinya sebagai

berikut:

13

Soerjono soekanto. Pengantar penelitian hukum.Cetakan ketiga, (Jakarta: UI-Press.1986),

hlm 2.

Page 21: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

21

a. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan

ilmu ekonomi Islam mengenai analisis peranan baitul maal wat

tamwil (BMT) dalam peningkatan pendapatan usaha mikro (UM).

b. Manfaat Praktis

1) Bagi penulis

Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangakan

kemampuan dalam penelitian, serta menambah wawasan dan

pengetahuan penulis tentang peranan baitul maal wat tamwil

(BMT) As-Syafi‟iyah dalam peningkatan pendapatan usaha

mikro (UM). Disamping itu untuk meningkatkan pemahaman

penulis dalam menerapkan ilmu pengetahuan berdasarkan

kenyataan yang ada di lapangan

2). Bagi pihak Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam menilai

peranan BMT dalam peningkatan pendapatan usaha mikro

(UM). Hasil yang didapat dari penelitian ini juga dapat

dijadikan sebagai pedoman bagi BMT As-Syafiiyah Gisting

Tanggamus dimasa yang akan datang.

3) Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat menambah kepustakaan dan dapat

dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnnya.

Page 22: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

22

E. Alasan Memilih Judul

Adapun yang menjadi alasan penulis memilih dan menetapkan judul

ini adalah:

1. Alasan objektif

a. Prefensi dalam Islam dikaji dimana cara penggunaan yang harus

diarahkan pada pilihan-pilihan (prefensi) yang mengandung maslahah

(baik dan manfaat).Termasuk juga bagi pelaku UM yang menetapkan

prefensi sumber permodalannya yang dapat memberikan manfaat bagi

para pelaku UM serta dapat mensejahterakan dari prefensi yang telah

dipilih.

b. Dalam membangun sebuah usaha salah satu faktor pendukung yang

dibutuhkan adalah modal, bisnis yang dibangun tidak akan

berkembang tanpa didukung dengan modal. Kesulitan dalam hal

permodalan dan segala keterbatasaan untuk mengakses sumber

permodalan dan segala keterbatasan untuk mengakses sumber

permodalan yang dihadapi pelaku UMKM menjadi tantangan

tersendiri dalam menjalankan dan mengembangkann usahannya. BMT

As-Syafi‟iyah merupakan lembaga keuangan mikro non bank yang

bersifat informal, yang salah satu kegiatannya yaitu mengembangkan

usaha-usaha produktif, investasi dalam meningkatkan kwalitas

kegiatan pengusaha mikro

Page 23: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

23

2. Alasan Subyektif

a. Untuk memperoleh data sebagai bahan utama penyusunan penulisan

skripsi guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana dibidang perbankan syariah fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN Raden Intan Lampung

b. Adanya motivasi tinggi untuk turut serta dalam menyumbangkan

pemikiran berupa karya ilmiah yang bermanfaat bagi kemaslahatan.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan sifat penelitian

a. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, dimana

penelitian ini dilakukan dalam lokasi baitul mal wat tamwil (BMT)

As-Syafi‟iyah Gisting Tanggamus. Penelitian ini dilakukan dengan

mengangkat data-data yang ada dilapangan mengenai hal-hal yang

diteliti, yaitu dengan menganalisa peranan BMT serta faktor-faktor

yang mendukung peranan BMT untuk peningkataan pendapatan usaha

mikro pada BMT As-Syafiiyah Gisting Tanggamus.

b. Sifat penelitian

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif artinya data yang dikumpulkan

bukan berupa angka-angaka, melainkan data tersebut berasal dari

Page 24: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

24

lapangan yang dikumpulkan menggunakan naskah wawancara dan

catatan hasil penelitian dilapangan, sehingga tujuan dari penelitian

kualitatif ini adalah ingin menggambarakan realita empirik dibalik

fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Penelitian deskriptif ini

adalah untuk membuat gambaran secara sistematik, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang

diselidiki.14

Penelitian deskriptif yang peneliti maksudkan adalah

penelitian yang menggambarkan mekanisme dalam membahas dan

meneliti bagaimanakah peranan BMT As-Syafi‟iyah Gisting dalam

peningkatan pendapatan usaha mikro (UM) di Kecamatan Gisting

Tanggamus.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengklarifikasi dan

mengeksplorasi mengenai suatu fenomena yang terjadi atau kenyataan

dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkaitan

dengan masalah dan unit yang akan diteliti. Dimana yang dimaksud

adalah menjelaskan analisis peranan BMT As-Syafiiyah dalam

meningkatkan pendapatan usaha mikro (UM) di Kecamatan Gisting

Tanggamus.

2. Data dan sumber data

Dalam penelitian ini digunakan dua sumber data, yaitu sumber data

primer dan sumber data sekunder.15

14

Moh Nazir, Metode penelitian, Bogor:Ghalia indonesia, 2003, hlm.54. 15

Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen (Jakarta; PT Gramedia Pustaka

Utama, 2000), hlm, 130

Page 25: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

25

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh langsung dari responden atau

obyek yang diteliti atau ada hubungannya dengan obyek yang diteliti.

Data primer dapat diperoleh melalui wawancara. 16

Data primer dalam

penelitian ini diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian yaitu

baitul maal wat tamwil (BMT) As-Syafi‟iyah Gisting melalui

interview dengan pimpinan dan karyawan dan anggota/nasabah

pembiayaan mikro di BMT As-Syafiiyah. Dilakukan untuk

mempermudah dalam mendenefisikan suatu data yang kemudian di

olah dalam melakukan analisis data. Data primer dalam penelitian ini

adalah data tentang peranan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) As-

Syafi‟iyah dalam peningkatan pendapatan usaha mikro (UM) di

Kecamatan Gisting Tanggamus.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan

dilaporkan oleh orang atau instansi diluar dari peneliti sendiri.17

Data

sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui

berbagai data dari catatan-catatan, dokumen, laporan, artikel-artikel

dari internet serta berbagai referensi mengenai peranan BMT As-

Syafi‟iyah dalam peningkatkan pendapatan usaha mikro (UM). Data

sekunder dalam penelitian ini adalah data tentang peranan BMT As-

16

Danang Sunyoto, Metode dan Instrumen Penelitian Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta:

CAPS, 2013), Hlm 27 17

Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm 57

Page 26: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

26

Syafi‟iyah dalam peningkatkan pendapatan usaha mikro di Kecamatan

Gisting Tanggamus dari buku, artikel dan skripsi terdahulu.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi dalah suatu kesatuan individu atau subyek pada

wilayah dan waktu serta dengan kualitas tertentu yang akan

diamati/diteliti.18

Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh anggota dan nasabah pembiayaan

mikro BMT As-Syafi‟iyah yang berjumlah 340 orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan subyek

penelitian sebagai “wakil” dari para anggota populasi.19

Penarikan

sempel ditentukan dari pertimbangan-pertimbangan peneliti berkaitan

dengan perlunya memperoleh informasi yang lengkap dan mencukupi,

sesuai dengan tujuan atau masalah diteliti.20

Pertimbangan bersumber dalam penelitian ini dipilih dengan

berbagai kreteria tertentu. Kreteria tersebut adalah: (1) Responden

sudah cukup lama dan intensif menyatu dengan medan aktivitas yang

menjadi sasaran penelitian: (2) Responden masih aktif terlibat di

lingkungan aktivitas yang menjadi sasaran penelitian: (3) Responden

tidak mengemas informasi tetapi memberikan informasi yang

18

Supardi, Metodologi penelitian ekonomi dan bisnis, (Yogyakarta: UII Press,2012), hlm

101. 19

Soepardi, Op Cit, hlm 103 20

Kaelan, M.S.Metode penelitian kualitatif interdisiplinier, (Yogyakarta :Paradigma,2012),

hlm. 76.

Page 27: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

27

sebenarnya.21

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 10

persen dari populasi yaitu nasabah BMT 34 orang. Teknik

pengambilan sempel dalam proses penelitian kualitatf, penentuan

sampel lebih tepat menggunakan sistem nonprobality sampling,

karena dalam penelitian kualitatif ukuran populasi tidak terhingga.

Dalam penelitian ini menggunakan salah satu teknik nonpropability

sampling yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan atau tujuan

tertentu. Pertimbangan atau tujuan tetentu ini misalya orang, informan

atau responden tersebut dianggap tau atau mewakili tentang apa yang

akan di ungkap dalam penelitian.22

4. Metode pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini

digunakan teknik berikut:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah alat atau pengumpulan data

yang digunakan dengan cara mengamati dan mencatat secara

sistematis gejala-gejala yang diselidiki. 23

Teknik observasi dengan

cara peneliti melibatkan diri pada kegiatan yang dilakukan oleh

subyek. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi secara

21

Sugiono, Metode penelitian pendidikan : kuantitatif, kualitatif dan RdanD, (Bandung:

Alfabeta,.20013), hlm 308. 22

Kaelan ., M.S, Op.Cit, hlm 335 23

Cholid Narbuko, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm, 70

Page 28: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

28

langsung tentang peranan BMT As-Syafi‟iyah dalam peningkatkan

pendapatan usaha mikro (UM) di Kecamatan Gisting Tanggamus.

b. Wawancara

Wawancara (interview) merupakan salah satu bentuk teknik

pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif

kualitatif dan kuantitatif.24

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan

dengan cara wawancara langsung baik secara struktur maupun bebas

dengan pimpinan, karyawan dan nasabah pembiayaan mikro di Baitul

Mal Wat Tamwil (BMT) As-Syafi‟iyah Gisting tentang peranan BMT

As-Syafi‟iyah dalam peningkatan pendapatan usaha mikr0 (UM) di

Gisting Tanggamus.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang yang tidak

langsung ditunjukan pada subyek penelitian, namun melalui

dokumen.25

Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik dokumentasi yaitu

teknik pengumpulan data yang didukung dari data sekunder yang

berkaitan dengan peranan BMT As-Syafi‟iyah dalam peningkatan

pendapatan usaha mikro di Kecamatan Gisting Tanggamus.

24 Danang Sunyoto, Metode dan Instrumen Penelitian Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta:

CAPS, 2013), hlm 53 25

M. Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002)

hlm , 87.

Page 29: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

29

5. Pengolahan data

Setelah data di kumpulkan melalui tahap diatas, peneliti dalam

mengelola datanya menggunakan beberapa metode sebagai berikut:

a. Editing (pemeriksaan data) yaitu mengoreksi apakah data yang

terkumpul sudah cukup lengkap, sudah benar, dan sudah sesuai atau

relevan dengan masalah.26

b. Klarifikasi adalah pengelompokan data sesuai dengan jenis dan

penggolongannya setelah diadakan pengecekan.

c. Interprestasi adalah memberikan penafsiran terhadap hasil akhir

presentase yang diperoleh melalui observasi sehingga memudahkan

peneliti untuk menganalisa dan menarik kesimpulan.

6. Analisis data

Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi

dengan cara mengorganisasikan data kedalam katagori, menjabarkan

kedalam unit-unit, melakukan sintesa menyusun kedalam pola, memilih

mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.27

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan

analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis

26

Kartini Kartono, Pengantar Metodelogi Riset Sosial, (Bandung, Mandar Maju, 1996),

hlm. 86 27

Kaelan, M.S,Op.Cit, hlm 335

Page 30: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

30

berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola

hubungan tertentu atau menjadi hipotesis.28

Dalam menganalisis data yang penulis kumpulkan maka digunakan

metode analisis data yang tertitik tolak dari hal-hal yang khusus kemudian

ditarik kesimpulan secara umum. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik analisa data yang bersifat deskriptif-kualitatif, yaitu

mendeskripsikan data yang diperoleh melalui instrumen penelitian.

Analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan .29

Analisis data ini sendiri dilakukan dalam tiga cara yaitu:

a. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan kemudian direduksi,

dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok dan difokuskan pada hal-hal

yang penting dan berkaitan dengan masalah. Data yang telah direduksi

dapat memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan

dan wawancara.30

Reduksi data merupakan proses pembinaan,

pemusatan, perhatian, pengabstaksian dan pertransformasian data

kasar dari lapangan mereduksi data berati merangkum, memilih hal-

hal yng fokus, penting dalam penelitian, dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti mengumpulkan data selanjutnya. Proses ini

berlangsung dari awal hingga akhir penelitian selama penelitian

28

Ibid, hlm 336 29

Ibid, hlm 103 30

Miles dan Hubberman, analisis data kualitatif, (Jakarta;Penerbit Universitas Indonesia,

1992 ), hlm 11

Page 31: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

31

dilaksanakan. Fungsinya untuk menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi

sehingga interpretasi bila ditarik yang disesuaikan dengan data-data

yang relevan atau data yang sesuai dengan tujuan pengambilan data

dilapangan yang diperlukan untuk menjawab permasalahan dalam

penelitiaan.

b. Display data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang dihasilkan

dari observasi, wawancara, dan dokumentasi dikumpulkan sehingga

tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan

pengambilan tindakan, yang disajikan anatara lain dalam bentuk teks

naratif, matriks, jaringan dan bagan.31

Data yang telah direduksi

selanjutnya dipaparkan. Pemaparan dilakukan sesuai hasil analisa

(pengamatan) yang telah dilakukan. Teknik ini merupakan langkah ke

dua setelah reduksi data guna memudahkan peneliti untuk memahami

tentang permasalahan yang ada pada BMT As-Syafiiyah Gisting.

Dengan teknik ini, diharapkan penulis dapat memperoleh gambaran

tentang peranan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) As-Syafi‟iyah dalam

peningkatan pendapatan usaha mikro (UM) di Kecamatan Gisting

Tanggamus.

c. Kesimpulan dan verivikasi

31

Ibid, hlm 249

Page 32: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

32

Verivikasi merupakan satu bagian dari konfigurasi yang utuh.

Makna yang muncul dari data uji kebenarannya dan kesesuaiannya

sehingga validitasnya terjamin. Dalam tahap ini, peneliti mengkaji

secara berulang-ulang terhadap data yang ada, dikelompokan yang

telah berbentuk, kemudian melaporkan hasil penelitian secara

lengkap.32

Mengambil kesimpulan melalui reduksi data bahwa BMT

As-Syafi‟iyah berperan dalam peningkatan pendapatan usaha mikro

(UM) Keacamatan di Gisting Tanggamus.

32

ibid

Page 33: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

33

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang BMT

1. Pengertian BMT

Baitul Mal wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang

beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syari‟ah.33

Istilah Baitul Mal wat

Tamwil sebenarnya berasal dari 2 (dua) suku kata, yaitu Baitul Mal dan

Baitut Tamwil. Istilah Baitut Mal berasal dari kata Bait dan Al-Mal. Bait

artinya bangunan atau rumah, sedangkan Al Mal berati harta benda atau

kekayaan. Jadi Baitul Mal secara harfiah seperti rumah harta benda atau

kekayaaan.34

Baitul Mal dilihat dari segi istilah fiqh adalah suatu lembaga atau

badan yang bertugas untuk mengurusi kekayaan negara terutama keuangan,

baik yang berkenaan dengan soal pemasukan dan pengelolaan, maupun yang

berhubungan dengan masalah perngeluaran dan lain-lain. Sedangkan Baitut

Tamwil berati rumah penyimpanan harta milik pribadi yang dikelola oleh

suatu lembaga.35

Apabila dilihat dari istilah peristilahan BMT adalah sekelompok orang

yang menyatukan diri untuk saling membantu dan berkerja sama membangun

33

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Ed. 1, Cet. 2,(Jakarta :Kencana,

2009), hlm 551 34

Suhrawardi K. Lubis dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam, Cet. 1, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2012), hlm. 123 35

Ibid, hlm. 123

Page 34: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

34

sumber pelayanan keuangan guna mendorong dan mengembangkan usaha

produktif dan meningkatkan taraf hidup anggota dan keluarganya.36

Menurut Ensiklopedia hukum Islam, Baitul Mal adalah lembaga

keuangan negara yang bertugas menerima, menyimpan, dan mendistribusikan

uang negara sesuai dengan aturan syariat. Sementara menurut Arif Budiharjo,

Baitul Mal wat Tamwil (BMT) adalah “kelompok swadaya masyarakat yang

berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem

bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekionomi pengusaha kecil menengah

dalam pengentasan kemiskinaan.37

Pengertian lain dikemukakan oleh Amin Aziz bahwa BMT adalah

‟‟Balai usaha mandiri yang terpadu yang dikembangkan dari konsep Baitul

Mal wat Tamwil. Dari segi Baitul Mal, BMT menerima titipan baziz dari

dana zakat dan sedekah memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat

kecil, fakir, miskin. Pada aspek Baitut Tamwil BMT mengembangkan usaha-

usaha produktif untuk meningkatkan pendapatan pengusaha kecil dana

anggota‟‟. Senada yang dikemukakan Abdul Aziz, Saifuddin A.Rasyid

menjelaskan bahwa BMT melakukan dua jenis kegiatan, Baitut Tamwil dan

Bitul Mal. Baitut Tamwil bergiat mengembangkan usaha-usaha produktif dan

investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan pengusaha mikro kecil dan

menengah dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang

36

Modul Pelatihan Pengelolaan BMT, Topik 2 hlm. 4

37

Abdul Manan, Hukum Ekonomi syariah dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama,

Ed. 1, Cet. 1, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm 353

Page 35: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

35

pembiayaan ekonomi. Adapun Baitul Mal menerima titipan zakat, infak dan

sedekah, serta menjalankannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya38

.

Sebagai salah satu lembaga keuangan mikro, BMT merupakan

lembaga ekonomi rakyat yang dalam melakukan aktivitasnya berdasarkan

prinsip syari‟ah. Aktivitas yang dilaksanakan BMT seperti usaha perbankan,

yakni selain menerima dana zakat, infak dan sedekah yang akan disalurkan

kepada yang berhak menerimanya, BMT juga menghimpun dana anggota dan

calon anggota (nasabah) serta menyalurkannya kepada sektor ekonomi yang

halal dan menguntungkan.

BMT merupakan lembaga keuangan yang bermotif Islami, sangat

memahami agamanya yang memeng tidak membolehkan seseorang menjadi

kaya dengan menghancurkan orang lain. Dalam operasioanalnya BMT

menerapakan konsep ekonomi yang bebas bunga, hal ini dimaksudkan untuk

menghindari praktek riba yang tidak dihendaki dan diperbolehkan dalam

Islam.

2. Sejarah Berdirinya BMT

Sebelum Islam hadir ditengah-tengah umat manusia, pemerintahan

suatu negara dipandang satu-satunya penguasa kekayaan dan kependaharaan

negara. Dengan demikian pemerintah bebas mengambil kekayaan rakatnya

sebanyak mungkin serta memelanjakannya sesuka hatinya. Hal ini berarti

38

Ibid, hlm 354.

Page 36: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

36

sebelum Islam datang. Tidak ada konsep tentang keuangan publik dan

perbendaharaan didunia.39

Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syari‟ah. Opersional BMI

kurang menjangkau usaha keuangan mikro, untuk itulah BMT lahir, dengan

maksud membatasi hambatan opersional perbankan syaria‟ah di daerah-

daerah, sehingga keberadaan BMT diharapkan mampu mengatasi masalah ini

lewat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ekonomi masyarakat.

Dengan keadaan tersebut keberadaan BMT setidaknya mempunyai

beberapa peran:

a. Membantu mengembangkan dan meningkatkan potensi umat dalam

program pengentasan kemiskinan

b. Memberikan sumbangan aktif dalam uapaya memberdayakan dan

meningkatkan kesejahteraan umat

c. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota

dengan prinsip syari‟ah

d. Mengembangkan sifat hemat dan mendorong kegiatan gemar

menabung

e. Mengembangkan usaha-usaha yang produktif dan sekaligus

memberikan bimbingan dan konsultasi bagi anggota dibidang

usahanya

39

Ismail Nawawi, Ekonomi Kelembagaan Syari’ah; Dalam Pusaran Prekonomian Global

Sebuah Tuntunan dan Realitas, (Surabaya: CV. Putra Media Nusantara, 2009), hlm 85

Page 37: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

37

f. Meningkatakan wawasan dan kesadaran umat tentang sistem dan pola

prekonomian Islam

g. Membantu para pengusaha lemah untuk mendapatkan modal pinjam.40

Istilah Baitul Mal telah ada dan tumbuh sejak zaman Rosulullah

SAW meskipun saat itu belum berbentuk suatu lembaga yang permanen dan

terpisah. Kelembagaan Baitul Mal secara mandiri sebagai lembaga ekonomi

berdiri pada zaman Khalifah Umar biin Khattab atas usulan seorang ahli fiqih

bernama Walid bin Hisyam.

Sejak masa tersebut dan masa kejayaaan Islam selanjutnya (Dinasti

abbaasyiah dan Umayyah). Baitul Mal telah menjadi institusi yang cukup

vital bagi kehidupan negara. Ketika itu, Baitul Mal telah menangani berbagai

macam urusan mulai dari penarikan zakat (juga apajak), Ghanimah, infaq,

shadaqoh samapai membangun fasilitas umum seperti jalan, jembatan. Serta

kegiataan sosial atau kepentingan lainnya.41

Dalam perkembangan BMT di Indonesia, didorong oleh rasa

keperhatian yang mendalam terhadap banyaknya masyarakat miskin yang

terjerat oleh rentenir dan juga dalam rangka memberikan alternatif bagi

mereka yang ingin mengembangkan usahanya namun tidak dapat

berhubungan secara langsung dengan perbankan Islam (baik BMI maupun

BPRS) dikarnakan usaha tergolong kecil dan mikro. Maka pada tahun 1992

lahirlah sebuah lembaga keuangan kecil yang beroperasi menggunakan

gabungan antara konsep Baitul Mal dan Bitul Tamwil yang target, sasaran

40

www. Repository.usu.ac.id,tgl 25 maret 20127 41

Nurul Huda, Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, (Jakarta: Kencana Predana

Media Group, 2013), hlm. 25

Page 38: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

38

dan skalanya pada sektor usaha mikro. Lembaga tersebut bernama Baitul Mal

wat Tamwil yang disingkat BMT.

Jadi, di Indonesia, Istilah Baitul Mal wat Tamwil berada sejak tahun

1992. Mulanya, lembaga ini sekedar menghimpun dan menyalurkan ZIS

(zakat, infaq dan shadakah) dari para pegawai atau para karyawan suatu

instansi untuk dibagikan kepada para mustahiqnya, lalu berkembang menjadi

sebuah lembaga ekonomi berbentuk koperasi serba usaha yang bergerak

diusaha simpan pinjam dan usaha-usaha sektor riil.42

BMT mempunyai beberapa komitmen yang harus dijaga supaya

konsisten terhadap perannya, komitmen tersebut adalah:

a. Menjaga nilai-nilai syari‟ah dalam operasi BMT, Dalam operasinnya BMT

bertanggunng jawab bukan saja terhadap nilai keislaman secara

kelembagaan, tetapi juga nilai-nilai keislaman di masyarakat dimana BMT

itu berada. Maka setidaknya BMT mremiliki majelis taklim ataun

kelompok pengajian.

b. Memerhatikan maslah-masalah yang berhubungan dengan pembinaan dan

pendanaann usaha kecil. BMT tidak menutup mata terhadap masalah

nasabahnya, tidak saja dalam masalah ekonomi, tetapi aspek

kemasyarakatan nasabah yang lainnya.

c. Meningkatan profesionalitas BMT dari waktu ke waktu. Tuntunan ini

merupakan bagian yang tidak rerpisahkan untuk menciptakan BMT yang

mampu membantu kesulitan ekionomi masyarakat. Maka setiap BMT

42

www.mu.or.id/a. public-m, dinamic-s ,detail-ids, 11.id, 9662-lang. Id, 04 Apri 2017

Page 39: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

39

dituntut untuk mampu meningkatkan SDM dengan melalui pendidikan dan

pelatihan.

d. Ikut terlibat dalam memelihara kesinambungan untuk masyarakat.

Keterlibatan BMT dalam kegiatann ekonomi masyarakat akan membantu

konsistensi masyarakat dalam memegang komitmen sebagai seorang

nasabah. Maka BMT yang bertugas sebagai pengeloola zakat, infaq,

shadaqoh juga harus membantu nasabah yang kesulitan dalam masalah

pembayaran pembiayaan.43

e. Perekembangan koperasi saat ini sudah diwarnai dengan perkembangan

koperasi dengan sistem syari‟ah. Koperasi dengan sistem syariah

menggunakan asas kebersamaan dan keadilaan. BMT menjadi unit usaha

yang berprespektif, karena unit usaha ini memiliki manfaat ganda, yaitu

dari pengolahaan BMT bagi para anggota dan pengelolanya. Dalam

pendiriannya, BMT haruslah berguna meningkatkan kualitas usaha

ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi lemah.44

3. Dasar Hukum BMT

Yang menjadi landasan dasar hukum BMT sebagaiman lembaga

ekonomi Islam lainnya yakni mengacu pada sistem ekonomi Islam itu sendiri

seperti tersirat melalui fenomena alam semesta dan juga tersurat dalam Al-

Qur‟an serta Al-Hadist BMT antara lain:

43

Heri Sudarsono, Bank dan Lemaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi, Ed 3,

(Jakarta: Ekonisia, 2008), hlm. 108. 44

Ahmad Roziq, Buku Cerdas Investasi &Transaksi Syari;ah, Panduan Mudah Meraup

Untung Dengan Ekonomi Syari’ah, (Surabaya: Dinar Media, 2012), hlm 44

Page 40: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

40

a. Al-Qur‟an

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan

janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.(QS:An-Nisa:29)45

Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan

membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri

sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.

Artiny: “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat

dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,

Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”.(QS:Al-Maidah:2).46

Artiny: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa

yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata

bagimu”.(QS:Al-Baqarah:168).47

45

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Diponegoro, 2010), Hlm

83 46

Ibid, hlm. 106 47

Ibid, hlm. 25

Page 41: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

41

b. Ijtihad

1) Rukun jual beli itu dihalalkan dan dibenarkan agama, asalkan

memenuhi syarat-syarat yang tertentu. Demikian hukum ini

disepakati oleh para ahli ijma (Ulama Mujtahidin) dan tidak ada

perbedaan pendapat.

2) Ibnu Qodamah berkata „‟kaum muslimin telah berkonsensus

terhadap ligitimasi syirkah secara global walaupun terdapat

perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya‟‟

3) Para Ulama berbeda pendapat menyangkut jual beli secara kredit.

Para Ulama Ahl al-Bait, yang terdiri atas Zain Al- Abidin, „Ali ibn

Al-Husain, Al-Nashir, Al-Manshur bi-Allah, Imam Yahya, dan

para ulama Hadawiyah (salah satu cabang Ahl al-Bait, pengikut Al-

Hadi), berpendapat jual beli secara kredit, yang besarnya tidak

secara kontan dan lebih besar daripada harga pasaran pada hari

penjualan, hukumnya haram sebagai imbalan waktu.48

4. Prinsip Operasional BMT

Dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh dengan BPR syari‟ah

yakni dengan menggunakan 3 prinsip:49

a. Prinsip Bagi Hasil

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara

pembagian hasil usaha antara pemodal (penyedia jasa) dengan pengelola

dana. Pembagian hasil ini dilakukan antara BMT dengan pengelola dana

48

www.masbied.com/search/pendapat-ulama-akad-jual beli,04 Mei 2017 49

Muhamad, Manajemen Dana Bank Syari‟ah cet 1 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2014), Hlm, 24

Page 42: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

42

dan antara BMT dengan penyedia dana (penyimpan dan penabung)

Adapun bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:

1) Al-Mudharabah

Al-Mudharabah adalah akad antara dua belah pihak untuk salah

satu pihak mengeluarkan sejumlah uang untuk diperdagangkan

dengan syarat keuntungan dibagi dua sesuai dengan perjanjian.50

2) Al-Musyarakah

Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih

untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak

memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa

keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan

kesepakatan.51

3) Al-Muzara‟ah

Al-Muzara‟ah adalah kerja sama pengolahan pertanian anatara

pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan

lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara

dengan imbalan bagian tertentu (perentase) dari hasil panen.52

50

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,Ed.I,Cet.5.( Jakarta ; Rajawali Pers, 2010), Hlm,137. 51

Muhammad Syaf‟i Antonio , Bank Syariah dan Teori Kepraktek , Cet, I, (Jakarta: Media

Pres 2013), hlm, 98 52

Ibid, hlm. 99

Page 43: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

43

4) Al-Musaqah

Al-Musaqah adalah penyerahan sebidang kebun pada petani untuk

digarap dan dirawat dengan ketentuan bahwa petani mendapatkan

bagaian dari hasil kebun itu.53

b. Prinsip Jual Beli

Prinsip ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam

pelaksanan nya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi

kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT, dan kemudian

bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya

tersebut dengan ditambah mark-up, keuntungan BMT nantinya akan

bibagi kepada penyedia dana.

1) Bai‟ Al-Murabahah

Bai‟ Al-Murabahah adalah jual beli suatu barang dengan

pembayaran ditangguhkan. Maksudnya, pembeli baru membayar

pada waktu jatuh tempo dengan harga jual sebesar harga pokok

ditambah keuntungan yang disepakati.54

1) Bai‟ as-Salam

Bai‟ as-Salam adalah akad jual beli barang pesanan antara pembeli

dan penjual dengan pembayaran dilakukan diimuka pada saat akad

dan pengiriman barang dilakukan dikemudian hari. untuk

53

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta:Gaya Media Pratama,2007),hlm 281. 54

Hertanto Widodo, Pas ( Pedoman Akuntansi Syari’ah) :Panduan Praktis Operasional

Baitu Mal Wat Tamwil (BMT), (Jakarta: Mizan, Cet. I, Sya‟ban 1420/ November 1999), hlm, 49.

Page 44: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

44

menghindari resiko yang merugikan, pembeli boleh meminta

jaminan dari penjual.55

2) Bai‟ Bitsaman Ajil

Bai‟ Bitsaman Ajil adalah jual beli barang dengan pembayaran

cicilan. Harga jual adalah harga pokok ditambah keuntungan yang

disepakati56

.

c. Prinsip Non-Profit

Pembiayaan yang bersifat sosial dan non-komersial. Nasabah

cukup mengembalikan pokok pinjaman saja.

1) Al-Qordul Hasan

Al-Qordul Hasan adalah kegiatan transaksi dengan akad pinjaman

dana non komersial dimana si peminjam mempunyai kewajiban

untuk membayar pokok dana yang dipinjam kepada koperasi yang

mmeinjamkan tanpa imbalan atau bagi hasil dalam waktu tertentu

sesuai kesepakatan. Didalam Islam, lembaga keuangan mempunyai

tiga macam akad pembiayaan:

a) Akad bersyarikat/syirkah

Akad bersyarikat adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih

masing-masing pihak mengikutsertakan modal (dalam

berbagai bentuk) dengan perjanjian pembagian

keuntungan/kerugiaan yang disepakati. Musyarakah

55

Sri Nurhayati, Wasilah, Akuntasi Syari’ah Di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2013),

hlm, 198

56

Hertanto, loc.cit, hlm, 49

Page 45: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

45

merupakan akad kerjasama diantara para pemilik modal yang

mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari

keuntungan.57

b) Akad Tijarah

Akad Tijarah merupakan akad yang ditunjukan untuk

memperoleh keuntungan. Dalam akad ini menghimpun

beberapa produk lembaga keuanagan syari‟ah, diantaranya,

Bai‟ Bitsaman Ajil, Murabahah, dan Mudharabah. Dalam

proses pemenuhan akad tijarah ini BMT akan melayani

kebutuhan masyarakat akan suatu barang, baik untuk

kebutuhan modal investasi, sehingga barang yang dibutuhkan

sangat beragam.

c) Akad Ijarah 58

Ijarah adalah akad sewa menyewa. Untuk akad ini, terhimpun

setidaknya dua produk lembaga keuangan syari‟ah, yaitu

Ijarah dan Ijarah Muntahia Bit Tamlik. Untuk memenuhi

kebutuhan akan produk ini, kembali ke posisikan BMT sebagai

konsumen dari mitranya. Alasannya adalah kalau BMT

memiliki stock barang yang akan disewakan, maka ia tidak

akan menggunakan mitranya. Tetapi kalau BMT tidak

memiliki barang yang diminta, ia akan kembali membeli

57

Sri Nurhayati, Wasilah, Op.cit hlm 149 58

Muhamad, Op.Cit, hlm, 52

Page 46: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

46

barang kepada mitranya untuk kemudian disewakan kepada

nasabah/anggota.59

5. Peranan dan Fungsi BMT

Dalam koperasi konvensional lebih mengutamakan mencari

keuntungan untuk kesejahteraan anggota, baik dengan cara tunai atau

membungakan uang yang ada pada anggota. Para anggota yang meminjam

tidak dilihat dari sudut pandang penggunaannya hanya melihat uang pinjaman

kembali ditambah dengan bunga yang tidak didasarkan kepada kondisi hasil

usaha atas penggunaan uang tadi.

Pada kopersi syari‟ah/BMT hal ini tidak dibenarkan, karna setiap

transaksi (tasharruf) didasarkan atas pengguna yang efektif apakah untuk

pembiayaan atau kebutuhan sehari-hari. Kedua hal tersebut diperlakukan

secara berbeda. Untuk usaha produktif, misalnya anggota akan berdagang

maka dapat menggunakan prinsip bagi hasil (musyarakah atau mudharabah)

sedangkan untuk pembelian alat-alat lainnya dapat menggunakan prinsip jual

beli (murabahah).

a. Peranan BMT

1) Sebagai Manajer Investasi

Manajer Investasi yang dimaksud adalah, BMT dapat memainkan

perannya sebagai agen atau sebagai penghubung bagi para

pemilik dana. BMT akan menyalurkan kepada calon atau anggota

59

www. Zarchisme. Wordpress.com, 04 April 2017

Page 47: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

47

yang berhak mendapatkan dana atau bisa juga kepada calon atau

anggota yang sudah ditunjuk oleh pemilik dana.

2) Sebagai Investor

Peran sebagai investor (Shahibul Mal) bagi BMT adalah jika

sumber dan yang diperoleh dari anggota maupun pinjaman dari

pihak lain yang kemudian dikelola secara profesional dan efektif

tanpa persyaratan khusus dari pemilik dana, dan BMT memiliki

hak untuk terbuka dikelolanya berdasarkan program-program

yang dimilikinya. Prinsip pengelolaan dana ini dapat disebut

sebagai Mudharabah Mutlaqah, yaitu investasi dana yang

dihimpun dari anggota maupun pihak lain dengan pola investasi

yang sesuai dengan syari‟ah.

b. Fungsi BMT

1) Fungsi Sosial

Konsep BMT mengharuskan memberikan pelayanan sosial baik

kepada anggota yang membutuhkannya maupun kepada

masyarakat dhu‟afa. Kepada anggota yang membutuhkan

pinjaman darurat (emergensi loan) dapat diberikan pinjaman

kebajikan dengan pengembalian pokok (Al-Qard) yang sumber

dananya berasal dari modal maupun laba yang dihimpun. Dimana

anggota tidak dibebankan bunga dan sebagaianya seperti koperasi

konvensiaoanal.60

60

Ibid, hlm23

Page 48: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

48

2) BMT Sebagai Distributor

Memfungsikan BMT sebagai distributor adalah mengembalikan

fungsi BMT ditengah-tengah masyarakat.

3) BMT sebagai lembaga bentuk penjaringan dana zakat, infak, dan

shadakah.61

4) BMT sebagai bentuk tolong menolong yang dilembagakan (Baitul

Tamwil)

5) BMT Sebagai Silkulator

BMT sebagai silkulator adalah memfungsikan BMT seabagai

aktor dari sirkulator dan anggota atau nasabah sebagai subjek

serta barang dan jasa sebagai objek dari silkulator yang dilakukan.

Prinsip dan operasionalnya sangat sederhana. Hal ini disebabakan

karena kebanyakan BMT menggunakan akad tijarah dalam

produk-produknya.

6) BMT dan Sektor Rill

Menjadikan BMT sebagai penggerak sektor rill adalah

menjadikan BMT sebagai pusat Unit Kegiatan Masyarakat,

dengan mengaktifkan dan memfungsikan 4 dimensi BMT, Yaitu

produser, konsumen, distributor dan sirkulator. Dimana BMT

menjadi tumpuan harapan masyarakat berkenaan dengan masalah

investasi, distributor dan sirkulasi.

61

Andri Soemitra, Op.Cit. hlm 452

Page 49: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

49

Adapun secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi:

1) Baitulmall (bait=rumah, mal=harta) menerima titipan dana ZIS

(zakat infak dan shadakah) serta mengoptimalkan distribusinya

dengan memberikan santunan kepada yang berhak (para asnaf)

sesuai dengan peraturan dan amanah yang diterima.

2) Baitut Tamwil (bait=rumah, atau tamwil=pengembangan harta)

melakukan kegiatan pengembanagan usaha produktif dan

investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha

mikro dan makro terutama dengan mendorong kegiatan

menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.62

6. Sumber Dana dan Produk BMT

a. Menghimpun dana

Penghimpunan dana oleh BMT diperoleh melalui simpanan yaitu dana

yang dipercayakan oleh nasabah BMT untuk disalurkan ke sektor produktif

dalam bentuk pembiayaan. Simpanan ini dapat berbentuk tabungan wadiah,

simpana mudharabah jangka pendek dan jangka panjang.63

Untuk menumbuh kembangkan usaha BMT, maka para pengurus

harus memiliki strategi pencarian dana. Sumber dana dapat diperoreh dari

anggota, pinjaman atau dana-dana yang bersifat hibah atau sumbangan.

Semua jenis sumber dana tersebut dapat diklasifikasikan sifatnya ada

komersial, hibah atau sumbangan atau sekedar titipan saja. Secara umum,

sumber dana BMT diklasifikasikan sebagai berikut:

62

Nurul Huda, dkk, Keuangan Publik Islam Pendekatan Teori dan Sejarah, Ed. I, Cet .I,

(Jakarta: Kencana, Prenada Media Group, 2012), hlm 365. 63

Hertanto Widodo, op.cit, hlm. 83.

Page 50: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

50

1) Simpanan Pokok

Simpanan pokok merupakan modal awal anggota yang disetorkan

dimana besar simpanan pokok tersebut adalah sama dan tidak boleh

dibedakan antara anggota. Akad syari‟ah simpanan pokok tersebut

masuk kategori akad musyarakah. Konsep pendirian BMT tepatnya

merupakan konsep Syirkah Mufawadhah yakni sebuah usaha yang

didirikan secara bersama-sama dua orang atau lebih, masing-masing

memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama dan berpartisipasi

dalam kerja dengan bobot yang sama pula.

2) Simpanan Wajib

Simpanan wajib masuk dalam kategori modal BMT sebagai simpanan

pokok dimana besar kewajibanya diputuskan berdasarkan hasil syuro

(musyawarah) anggota serta penyetorannya dilakukan secara kontinu

setiap bulannya sampai seorang dinyatakan keluar dari keanggotaan

BMT.

3) Simpanan Sukarela

Simpanan anggota merupakan bentuk investasi dari anggota atau

calon anggota yang memiliki kelebihan dana kemudian

menyimpannya di BMT. Bentuk simpanan sukarela memiliki 2 jenis

karakter antara lain:

Page 51: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

51

a) Karakter pertama bersifat dana titipan yang disebut wadi‟ah dan

dapat diambil setiap saat. Titipan wadi‟ah terbagi atas dua macam

yaitu titipan wadi‟ah Amanah dan wadi‟ah Yad dhomanah.64

Titipan wadi‟ah Amanah merupakan titipan yang tidak boleh

dipergunakan baik untuk kepentingan BMT maupun untuk

investasi usaha, melainkaan pihak BMT harus menjaga titipan

tersebut sampai diambil oleh pemiliknya. Wadi‟ah Amanah yang

dimaksud disini biasanya berupa dana ZIS (zakat, infak dan

shadakah). Sementara titipan Wadi’ah Yad dhamanah adalah

titpan adalah dana titipan anggota kepada BMT yang diijnkan

untuk dikelola dalam usaha riil sepanjang dana tersebut belum

diambil oleh si pemiliknya.

b) Karakter kedua bersifat investasi,yang memang ditujukkan untuk

kepentingan usaha dengan mekanisme bagi hasil (mudharabah)

baik Revenue Sharing, Profit Sharing maupun Profit and loss

Sharing. Konsep simpanan yang diperlakukan dapat berupa

simpanan berjangka Mudharabah Muqayyadah.

b. Penyaluran Dana

Penyaluran dana BMT kepada nasabah terdiri atas dua jenis:

pertama, pembiayan dengan sistem bagi hasil, dan kedua jual beli dengan

pembayaran ditangguhkan. Pembiayaan merupakan penyaluran dana BMT

kepada pihak ketiga berdasarkan kesepakatan pembiayaan antara BMT

64

Ibid, hlm 86

Page 52: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

52

dengan pihak lain dengan jangka waktu tertentu dan nisbah bagi hasil yang

disepakati.

Sesuai dengan sifat BMT dan fungsinya, maka sumber dana yang

diperoleh haruslah disalurkan kepada anggota maupun calon anggota. Sifat

penyaluran dananya adalah yang berkategori komersil yakni dengan

menggunakan bagi hasil (Mudharabah atau Musyarakah) dengan harga

jual beli (Piutang Murabahah dan Piutang Salam, Piutang Istishna‟ dan

sejenisnya, bahkan ada juga yang bersifat jasa umum, misalnya pengalihan

piutang (Hawalah), sewa-menyewa barang (Ijarah) atau pemberian

manfaat berupa pendidikan dan sebagainya.65

1) Investasi/Kerjasama

Kerjasama dapat dilakukan dalam bentuk Mudharabah dan

Musyarakah. Dalam penyaluran dana dalam bentuk Mudharabah dan

Musyarakah BMT bertindak selaku pemilik dana (Shahibul Maal)

sedangkan pengguna dana adalah pengusaha dilakukan (Mudharib)

kerjasama dapat dilakukan untuik mendanai sebuah usaha yang

dinyatakan layak untuk didanai.

2) Jual Beli (Al-Bai‟)

Pembiayaan jual beli dalam UKS pada BMT memiliki beragam jenis

yang dapat dilakukan antara lain seperti:

a) Jual beli secara tangguh antara si Penjual dengan si Pembeli

dimana sudah terjadi kesepakatan harga dan si Penjual

65

Ibid, Hlm 89

Page 53: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

53

menyatakan harga belinnya dan si Pembeli mengetahui besar

keuntungan si Penjual transaksi ini disebut Bai‟ Al- murabahah.

Jika si Pembeli membayar secara tunai tetap dinamakan

murabahah mengingat modal awalnya sudah diketahui dan

jumlah yang diketahui dan jumlah keuntungan yang diterima si

Penjual juga diketahiui.

b) Jual beli secara fararel yang dilkukan oleh 3 pihak, sebagai

contoh pihak satu memesan pakain seragam sebanyak 100 setel

kepada BMT dan BMT meemesan dari konveksi untuk dibuat

100 setel seragam yang dimaksud dan BMT membayarnya

dengan uang muka dan dibayar setelah jadi, setelah selesai

diserahkan kepada pihak 1 dan pihak 1 membayarnya baik

secara tunai maupun diangsur. Pembiayaan ini disebut bai

Istisna‟. Jika BMT membayarnya dimuka disebut Bai‟ Salam.

3) Jasa-Jasa

Disamping produk kerja sama dan jual beli BMT juga dapat

melakukan kegiatan jasa layanan antara lain:

a) Jasa Al-Ijarah (sewa)

Jasa Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang

atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti oleh

dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.66

66

Muhamad, Op.Cit. hlm 52

Page 54: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

54

b) Jasa Wadi‟ah (titipan)

Jasa wadi‟ah dapat dilakuakan pula dalam locker karyawan atau

penitipan sepeda motor, mobil dan lain-lainnya.

Artinya: “Sesungguhnya allah menyuruh kamu menyampaikan

amanat yang berhak menerimanaya, dan (menyuruh kamu) apabila

memetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan

dengan adil. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi

Maha melihat.”(QS.AN-Nisa:58)67

c) Hawalah ( Anjak Piutang)

Pembiayaan ini timbul karena adanya peralihan kewajiban dari

seseorang anggota terhadap pihak lain dan dialihkan

kewajibannya tersebut kepada BMT. Hawalah adalah

pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain

yang wajib menanggungnya.68

d) Rahn (Gadai)

Pegadaian menurut Kitab Undang- undang Hukum Perdata Pasal

1150 disebutkan adalah suatu hak yang diperoleh seseorang

yang berpiutang atas suaatu barang yang bergerak, yang

ddiserahkan kepadanya oleh seseorang berhutang oleh orang

lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada

orang yang yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari

67

Departemen Agama RI, Op.Cit, hlm. 87 68

Sri Nurhayati, Wasilah. Op.Cit, hlm, 262

Page 55: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

55

barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk

menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya

mana yang harus didahulukan.69

Rahn (Gadai) timbul karena adanya kebutuhan keuangan yang

mendesak dari para anggotanaya dan BMT dapat memenuhinya

dengan cara barang milik anggota dikuasai oleh BMT dengan

kesepakatan bersama. Rahn adalah menahan salah satu harta

milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang

diterimanya. Dalam produk gadai ini BMT tidak mengenakan

bunga melainkan mengenakan tarif sewa penyimpanan dari

barang yang digadaikan tersebut.

e) Wakalah (Perwakilan)

Wakalah adalah penyerahan harta seseorang kepada orang lain

untuk menjaga di masa hidupnya.70

Jasa ini timbul dari hasil

pengurusan sesuatu hal yang dibutuhkan anggotanya dimana

anggota mewakilkan urusan tersebut kepada BMT.71

f) Kafalah

Jasa ini timbul karena adanya transaksi anggota dengan pihak

lain dan pihak lain tersebut membutuhkan menjamin dari BMT

yang anggota berhubungan dengannya. Kafalah adalah jaminan

yang diberikan oleh penanggung BMT kepada pihak ketiaga

69

Muhamad, Op.Cit, hlm, 387 70

Ibrahim Muhammad, al-Jurnal, Fiqh Muslimah, Ibadah dan Muamalah, ( jakarta: pustaka

Amani, 2007), hlm 367. 71 Sri Nurhayati, Wasilah. Op.Cit, hlm, 253

Page 56: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

56

untuk memenuhi kewajian anggotanya atau yang ditanggungkan

atau seputar pengalihan tanggung jawab.72

g) Qordh (Pinjaman Lunak)

Jasa ini termasuk pinjaman lunak, dimaana pinjaman yang

diberikan harus dikembalikan sejumlah dana yang diterima

tanpa adanya tambahan. Kecuali jika si anggota mngembalikan

lebih tanpa persyaratan dimuka maka kelebihan dana tersebut

diperolehkan diterima oleh BMT dan dimasukkan kedalam

kelompok dana Qardh atau (Baitulmaal-ZIS). Umumnya sumber

dana ini diambil dari simpanan pokok.73

B. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

1. Pengertian UMKM

a. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah (Menegkop dan UKM): Usaha Kecil (UK) termasuk

Usaha Mikro (UM), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki

kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan

paling banyak Rp. 1.000.000.000 .

b. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM):74

72 Ibid, hlm, 256uj 73

Nur S. Buchori, Koperasi Syari’ah , Cet..1, (Sidoarjo: Mashan, 2009), hlm. 38. 74

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM).

Page 57: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

57

1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

yang memenuhi kreteria memililki kekayaan bersih paling

banyak Rp. 50.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan atau

memiliki hasil penjualan tahunan palinhg banyak Rp

300.000.000. Adapun ciri-ciri usaha mikro:

a) Jenis barang dan usahanya tidak tetap, dapat berganti pada

preode tertentu

b) Tempat usahanya tidak selalu menetap, dapat berubah

sewaktu-waktu

c) Belum melaksakan administrasi keuangan yang sederhana

dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan

usaha.

d) Tingkat rata-rata pendidikan relatif rendah

e) Pada umumnya belum ada akses ke perbankan , namun

sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan

non bank

f) Umumnya tidak mempunyai izin usaha atau persyaratan

legalitas lainnya termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPW).75

75

Hi. Sastro Wahdino, Ekonomi Makro dan Mikro Islam, (Jakarta: PT. Dwi Chandra

Wacana, 2001), hlm 52.

Page 58: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

58

2. Dasar Hukum UM

a. Al-Qur‟an

Dasar hukum UM telah dijelaskan di dalam Al-Qur‟an surah Al-

Hasyr ayat:7

Artiny: “telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi;

dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(QS:Al-

Hasyr:7).76

Dari ayat tersebut disebutkan bahwa Allah SWT melarang

berputarnya harta (modal) hanya diaklangan orang-orang kaya saja. Dari

ayat ini dapat kita simpulkan bahwa aktiviats prekonomian hendaknya

melibatkan partisipasi aktiv dari kelompok masyarakat menengah sampai

masyarakat bawah.

a. Hukum Positif

Landasan hukum mengenai usaha mikro, kecil dan menengah di

Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008,

menggantikan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 yang mana hanya

mengatur Usaha Kecil. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang

Usaha Kecil dan Menengah ini sesuai dengan amanat Ketetapan MPR

RI Nomor XVI/MPR-RI/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka

Domokrasi Ekonomi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

perlu diberdayakan sebagai bagain integral ekonomi rakyat yang

mempunyai kedudukan, peran, dan potensi strategis untuk untuk

mewujudkan struktur prekonomian nasional yang semakin seimbang,

76

Departemen Agama RI. Op.Cit, hlm. 109

Page 59: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

59

berkembang, dan berkeadilan. Pemerintah telah memberlakukan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) pada tanggal 4 Juli 2008, di dalamnya berisi hal-

hal mengenai ketentuan umum, asas dan tujuan, prinsip dan tujuan

pemberdayaan, kreteria, penumbuhan iklim usaha, pengembangan

usaha, pembiayaan dan penjaminan, kemitraan, koordinasi dan

pengendalian pemberdayaan usaha Mikro, Kecil dan Menengah, sanksi

administratif dan ketentuan pidana, dan ketentuan penutup.77

b. Kreteria Usaha Mikro (UM)

Kreteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan

memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga

ratus juta rupiah).

c. Jenis-Jenis UM

Adapun jenis-jenis UM dapat digolongkan menjadi beberapa yaitu:

a. Manufaktur, jumlah usaha kecil manufaktur sangatlah banyak.

Katagori ini meliputi perusahaan percetakan, pabrik pembuata baja,

pabrik peralatan rekreasi, maufaktur pakaian, perusahaan mabel,

perusahaan lemari dan perusahaan roti. Bisnis manufaktur meliputi

77

Undang-Undang No 20 Tahun Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2008

Page 60: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

60

pengubahan bahan baku menjadi produk yang dibutuhkan oleh

masyarakat.78

b. Jasa, sektor jasa merupakan suatu bidang yang beraneka ragam, ada

seratus peluang bisnis jasa, jasa merupakan produk yang tidak dapat

diraba yang secara fisik tidak dapat dimiliki dan yang meliputi

kinerja atau karya.79

c. Grosir (Wholeseling), glosir meliputi penjualan ke penjual yang lain,

seperti pengecer, grosir yang lain atau perusahaan industri. Pedagang

glosir merupakan suatu bisnis bebas, yang memegang kepemililkan

barang dipasar. Perusahaan grosir kecil-kecil juga menjual beraneka

macam produk termasuk makanan, supplies, mesin, peralatan rumah

tangga, beras/gandum, buah dan sayur-mayur. Bisnis ini melayani

sebagai suatu mata rantai antara manufaktur dan pengecer atu

pemakai industri.80

d. Pengecer merupakan pedagang yang menjadi barang-barang kepada

konsumen akhir.81

e. Usaha jenis pertanian (Agricultural Bussiness)

Usaha pertanian ini mencakup pertanian dibidang persawahaan

seperti padi, sayur-sayuran maupun perkebunan seperti lada, sawit,

karet, kopi, dan lain-lain.

78

Panji Anoraga, Pengantar Bisnis, Pengelolaan Bisnis dalam Era Globalisasi ( Jakarta:

Rineka Cipta, 2011), hlm.55. 79

Ibid 80

Ibid, hlm. 56.

Page 61: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

61

d. Kelemahan dan Kelebihan UM

Usaha kecil memiliki beberapa potensi dan keunggulan komperatif

yaitu:

a. Usaha kecil beroperasi menebar diseluruh pelosok dengan berbagai

ragam usaha bidang usaha. Hal ini karna kebanyakan usaha kecil

timbul untuk memenuhi permintaan yang terjadi di daerah

regionalnya. Bisa jadi orientasi produksi usaha kecill tidak terbatas

pada orientasi produk melainkan sudah mencapai taraf orientasi

konsumen .82

b. Usaha kecil beroperasi dengan investasi modal uuntuk aktiva tetap

pada tingkat yang rendah. Sebagian besar modal terserap pada

kebutuhan modal kerja.

c. Sebagian besar usaha kecil dapat dikatakan padat karya yang

disebabkan penggunaan teknologi sederhana. Presentase distribusi

nilai tambah pada tenaga kerja relativ besaar. Dengan demikian,

distribusi pendapatan bisa lebih tercapai. Selain itu keunggulan

usaha kecil teredapat pada hubungan yang erat antara pemilkik dan

karyawan menyebabkan sulitnya PKH (pemutusan hubungan kerja).

Keadaan ini menunjukan betapa usaha kecil memiliki fungsi sosial

ekonomi.83

Beberapa kelemahaan UM diantaranya:

82

Panji Anoraga. Op.Cit. hlm. 55. 83 Ibid, hlm. 75

Page 62: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

62

a. Manejemen, usaha kecil umumnya memiliki manajemen yang

kurang baik, sering mencampuradukan urusan bisnis dengan

usurasan rumah tangga, organisasinya tidak tertata dengan baik,

tenaga ahli sedikit, pengeluaran bisnis rendah.

b. Dana, kurangnya dana untuk membeli bahan baku atau produk,

membeli peralatan sewa tempat, untuk promosi, melatih karyawan

dari arus kas yang tidak merata merupakan kelemahan yang

umumnya terdapat pada usaha kecil.

c. Peraturan pemerintah, kebijakan yang tumpang tindih dan

inkonsistenasi menyebabkan ketidakpastian berusaha dan

ketidakpastian hukum, serta bebas biaya. Birokasi yang tidak efesien

akibat kurangnya koordinasi antar lembaga pemerintah dan korupsi

dalam setiap bentuk pelayanan publik menyebabkan biaya tinggi itu

menghambat orang unntuk membangun dan mengembangkan

usaha.84

e. Permasalahan UM

„‟Menurut Tulus T.H. Tambunan permasalahan yang dihadapi

UMKM bersifat multidimensi. Secara alami ada masalah yang lebih bersifat

internal dan bersifat eksternal. Dua masalah eksternal yang sebagian besar

usaha kecil dianggap paling serius adalah keterbatasan akses ke bank dan

distorsi pasar yang disebabkan oleh kebijakan-kebijakan atau peraturan-

peraturan pemerintah yang tidak kondusif, sengaja atau tidak lebih

84

Ibid, hlm. 76

Page 63: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

63

menguntungkan perusahaan besar.‟‟85

Secara umum permasalahan yang

sangat mendasar sulitnya program pengembangan usaha kecil adalah bidang

permodalan, pemasaran dan peluang pasar, manajemen, keuangan, dan

sumber daya manusia (SDM).86

a. Kesulitan pemasaran, pemasaran sering dianggap sebagai salah satu

kendala yang kritis bagi perkembangan usaha mikro. Salah satu

aspek yang terkait denngan masalah pemasaran adalah tekanan-

tekanan persaingan, baik pasar domestik dari produk serupa buatan

usaha besar dan impor maupun pasar ekspor.

Pelaku UMKM biasa tidak memiliki pendidikan dan keterampilan

yang memadai dalam menyusun rencana strategi pemasaran, yang

meliputi perkembangan produk, promosi dan distribusi yang baik.

Disamping itu UM kurang mampu membaca dan mengakses

peluang-peluang yang potensial yang memiliki prospek cerah,

akibatnya pemasaran cenderung statis dan monoton.87

b. Keterbatasan Modal

Usaha Mikro, Khususnya di Indonesia menghadapi dan masalah

utama dari aspek modal. Pada umumnya modal UM adalah milik

pribadi sehingga dengan keterbatasan modal yang dimiliki oleh UM

dan kesulitan untuk mengakses modal mengakibatkan terbatasnya

pendapatan dan perkembangan UM.

85

Tulus T.H. Tambunan, Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia (Jakarta: Salemba

Empat,2002), hlm.69. 86

Nasrullah Yusuf. Op. Cit. Hlm.47. 87

Panji Anoraga dan Djoko Sudantoko, Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil

(Jakarta:Rineka cipta, 2002), hlm. 250.

Page 64: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

64

c. Keterbatasan Sumber Daya Manusia, permasalahan UM yang

menyangkut sumber daya manusia yang terkait dengan struktur

organisasi dan pembagian kerja, masalah tenaga kerja dan

kemampuan menejerial UM. Hal ini dapat mengganggu kelancaran

usaha, menurunkan omset serta mengakibatkan lepasnya untuk

meraih peluang pasar.88

Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah satu

kendala serius bagi banyak UM di Inddonesia, terutama dalam

aspek-aspek enterreuneurship, manajemen, teknik produksi,

pengembangan produk, engineering design quality control,

organisasi bisnis, akuntansi, data prosessing, teknik pemasaran, dan

penelitian pasar. Keterbatasan ini menghabat UM di Indonesia untuk

dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional.

d. Keterbatasan Teknologi

UM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi lama

atau tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua alat-alat produksi

yang sifatnya manual. Keterbatasan teknologi ini tidak hanya

membuat rendahya total faktor produksi, tetapi juga rendahnya

kualitas produk yang dibuat.

Sesungguhnya dalam setiap usaha manusia selalu ada

permasalahan yang menghambat, dan sesungguhnya setiap kesulitan

itu ada kemudahan, dalam surat Al-Insyiraj ayat 5-7 dijelaskan

88

Ibid. Hlm.69.

Page 65: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

65

Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka

apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain.89

Dan jika untuk mengatasi permasalahan yang menghambat

pertumbuhan UMKM, tidak hanya kualitas sumber daya, informasi

dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh sumber daya, namun peran

pemerintah juga sangat penting dalam hal ini.

f. Faktor Pendukung UM

a. Sikap mental yang harus dimiliki oleh pelaku UM

1) Percaya diri (Pede)

Seseorang wirausaha haruslah memiliki keyakinan diri yang

tinggi untuk memasuki bisnisnya. Percaya diri ini dapat

dibangun dari pola pikir yang positif bahwa bisnis yang

dikerjakan akan sukses. Sifat-sifat utama wirausaha dimulai dari

pribadi yang mantap, tidak mudah terombang-ambing oleh

pendapat dan saran orang lain.90

2) Memiliki daya instuisi yang tajam

Ada kalanya dalam berbisnis, intuisi yang tajam jauh lebih

berperan daripada rasio (proses nalar). Banyak bisnis yang

dimulai karena seseorang memiliki intuisi bahwa bisnis tersebut

memiliki prospek yang bagus. Sesuatu yang sangat nalar

mungkin sulit untuk diterima, namun karena ketajaman intuisi

89

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan terjemahnya (Jakarta: Karya Insan

Indonesia, 2002), hlm.902. 90

Panjdi Anoraga,Op.Cit, hlm.30.

Page 66: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

66

tetap dikerjakan justru membawa kesuksesan bisnis. Intuisi ini

dapat dikembangkan karena adannya pengetahuan dan

pengalaman seseorang.91

3) Berorientasi pada tugas dan hasil

Wirausaha lebih mengutamakan potensi usahanya terlebih

dahulu dibanding prestise. Karna prestise sesungguhnya

merupakan dampak dari prestasi usaha. Berbagai motivasi akan

muncul didalam bisnis jika kita dapat mengalahkan peranan

untuk mengutamakan prestise dibanding untuk mengutamakan

prestasi.92

4) Berani mengambil resiko

Dunia usaha selain penuh resiko dan tantangan seperti

persaingan usaha, harga bahan baku turun naik, barang tidak

laku, perubahan selera pasar, produk cacat atau rusak, dan

sebagainnya.93

5) Memiliki kemampuan memimpin

Sifat kepemimpinan merupakan faktor kunci bagi seseorang

wirausaha, karna dalam menjalankan bisnisnya ia harus bekerja

sama dengan orang lain atau mengorganisasi orang untuk

melakukan pekerjaannya agar tujuan bisnis dapat tercapai.94

91

Ibid 92

Ibid 93

Ibid 94

Ibid

Page 67: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

67

6) Berorientasi kemasa depan

Seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai visi

kedepan. Ia harus dapat menentukan apa yang akan dilakukan,

apa yang akan dicapainya dan bagaimana cara mencapainya.95

7) Sikap tanggap terhadap perubahan

Didunia ini tidak ada yang abadi kecuali perubahan. Demikian

juga halnya dengan dunia usaha, perubahan merupakan hal yang

bersifat abadi. Oleh karena itu, seorang wirausaha dituntut

memiliki sifat tanggap terhadap perubahan yanng relatif lebih

tinggi dibandingkan dengan orang lain.96

8) Kreativitas yang tinggi

Bagi seseoarang wirausaha, tingkat kreativitas merupakan faktor

penting yang menunjang kemajuan bisnisnya. Kreativitas ini

merupakan tindakan untuk selalu menciptakan produk yang

baru (bisa gagasan atau produk secara fisik, atau teknologinya).

Kreativitas ini dapat menjadi suatu inovasi apabila ditetapkan

secara nyata.97

9) Keorisinilan

Sifat orisinil ini tentu tidak ada pada diri seseorang. Yang

dimaksud orisinil adalah ia tidak hanya mengekor pada orang

95

Ibid 96

Ibid 97

Ibid

Page 68: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

68

lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, memiliki ide yang

orisinil, dan kemampuan untuk melaksanakan sesuatu.98

g. Pendapatan UM dan Indikator Pendapatan Masyarakat

Dalam kamus manajemen pendapatan adalah uang yang diterima

oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji,

sewa, bunga komisi, ongkos, dan laba. Pendapatan atau upah dapat

didefinisikan dengan sejumlah uang yang dibayar oleh orang yang memberi

pekerjaan kepada pekrja atas jasanya sesuai perjanjian.99

tingkat pendapatan

adalah perolehan barang, uang yang diterima atau yang dihasilkan

masyarakat tersebut. Tingkat pendapatan masyarakat pada suatu daerah

merupakan salah satu indikator untuk melihat keadaan ekonomi masyarakat

tertentu.

Pendapatan masyarakat yang merata, merupakan masalah yang sulit

dicapai, namun berkurangnya kesenjangan adalah tolak ukur keberhasilan

pembangunan. Pendapatan perkapita (income) adalah pendapatan rata-rata

penduduk suatu negara pada periode tertentu, yang biasanya satu tahun

pendapatan perkapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang

dan jasa rata-rata yang tersedia setiap penduduk suatu negara pada suatu

periode tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara tersebut.100

Sedangkan pendapatan UM adalah hasil yang berupa uang atau benda yang

dihasilkan dari sebuah usaha.

98

Ibid 99

M.Umar Chapra, Islam dan tantangan Ekonomi (Penerjemah; Nur Hadi Ihsan, Rifki

Amar, SE),Cet 1, (Jakarta: Grafika Cipta,1999), Hlm. 361. 100

Http:// 110.138.206.53/Bahan Ajar/Modul_Online/Ekonomi/MO/Eko202.04, Html Akses

15 April 2017

Page 69: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

69

Indikator Pendapatan Masyarakat pendapatan masyarakat sangat

tergantung dari lapangan usaha, pangakat dan jabatan pekerjaan, tingkat

pendidikan umum, produktivitas, produk usaha, permodalan dan lain-lain.

Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab perbedaan pendapatan yang akan

memberikan petunjuk aspek pemerataan pendapatan yang telah tercapai.

Asumsi ini yang menjadi acuan dalam kajian untuk mengukur pendapatan

masyarakat. Besarnya pendapatan dalam penelitian ini adalah seberapa uang

atau hasil yang diperoreh seseorang dalam satu bulan berdasarkan jenis

usahanya setelah dan sebelum mendapatkan pembiayaan dari BMT As-

Syafi‟iyah. Tingkat pendapatan masyarakat salah satu indikator yang

berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat, bahkan tingkat pendapatan

merupakan faktor penting dalam kaitannya terhadap kualitas ekonomi

masyarakat karena tingkat pendidikan yang tinggi jika tidak disertai dengan

tingkat pendapatan yang memadai tentu tidak mendukung terhadap

terciptannya ekonomi masyarakat yang memadai.101

Dalam Islam pendapatan maasyarakat adalah perolehan barang, uang

yang diteriama atau yang dihsilkan dari masyarakat berdasarkan aturan-

aturan yang bersumber dari syariat Islam. Islam mendorong umatnya untuk

bekerja dan memproduksi, bahkan menjadikannya sebagai suatu kewajiban

terhadap orang-orang yang mampu, lebih dari itulah Allah memberi balasan

yang setimpal yang sesuai amal atau kerja hal ini sesuai dengan firman

Allah dalam Qur‟an surat An-Nahl ayat:97

101

Yusuf Wibisiono, Ekonomi Masyarakat, Universitas Pendidikan Indonesia, 2008, Hlm.

29.

Page 70: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

70

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki

maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka sesungguhnya akan

kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan

kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa

yang telah mereka kerjakan.(QS.AN-nahl:97).102

Ditekannkan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam

Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai

iman. Islam memberi penekanan utama terhadap pekerjaan dan

menerangkan dengan jelas bahwa manusia diciptakan dibumi ini untuk

bekerja keras untuk mencari penghidupan masing-masing.

h. Peran Permodalan Dalam Mengembangkan dan Peningkatan

Pendapatan UM

Bagi pengembangan usaha mikro, masalah modal merupakan kendala

terbesar.103

Modal adalah kekayaan yang dipakai untuk menghasilkan

kekayaan lagi. Modal meliputi semua barang yang diproduksi tidak untuk

dikonsumsi, melainkan untuk untuk produksi lebih lanjut. Mesin, peralatan,

alat-alat pengangkutan, proyek irigasi seperti kanal dan dam, persediaan

bahkan mentah, uang tunai yang ditanamkan diperusahaan dan sebagainya

merupakan contoh-contoh modal. Modal adalah kekayaan yang didapatkan

102

Departemen Agama RI, Op.Cit, hlm. 278. 103

Panjdi Anoraga, Op.Cit. hlm 48

Page 71: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

71

oleh manusia melalui tenaganya sendiri dan kemudian menggunakannya

untuk menghasilkan kekayaan lebih lanjut.104

Modal digolongkan menjadi modal tetap dan modal kerja. Modal tetap

mencakup barang produksi tahun lama yang digolongkan lagi dan hingga

tak dapat dipakai lagi. Bangunan dan mesin, peralatan, traktor dan truk, dan

sebaginnya, adalah contoh modal tetap. Adapun modal kerja berisi barang

barang produksi sekali pakai seperti bahan mentah yang langsung habis

sekali pakai saja. Modal memainkan peranan penting dalam produksi, karna

produksi tanpa modal akan menjadi sulit dikerjakan. Modal menempati

posisi penting dalam proses peningkatan pendaptan pembangunan ekonomi

maupun dalam menciptakan lapangan kerja. Pembentukan modal berati

meningkatkan cadangan modal rill di dalam negri. Kegiatan ini mencakup

produksi barang modal, mendoropng tabungan dan investasi.

UM membutuhkan adannya barang modal sebagai sarana dalam

proses usaha. Perkuatan permodalan yang diterima UM, secara langsung

akan mempengaruhi volume usaha bila keduannya digunakan untuk menjadi

modal kerja. Jika pembiayaan dan perkuatan permodalan tersebut digunakan

untuk investasi atau untuk melakukan divervikasi usaha, maka akan

meningkatkan kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan menambah

volume usaha juga. Dengan meningkatnya volume usaha akan berpengaruh

kepada meningkatnya produksi barang dan jasa yang berarti pula

meningkatkan prekonomian daerah. Dengan demikian BMT sebagai

104

Muhammad Syarif Chaudry, Sistem Ekonomi Islam :Prinsip Dasar, (Jakarta:Kencana

Predana Media Group, 2011) hlm. 23

Page 72: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

72

lembaga keuangan syari‟ah yang mengemban misi bisnis dan sosial sudah

seyogyanya memberikan kontribusi bagi pengembangan UM yang

kemudian dapat meningkatkan pendapatannya.

C. Peranan BMT dalam Meningkatkan Pendapatan Usaha Mikro (UM)

1. Penyaluran Pembiayaan

Peran BMT dalam meningkatkan pendapatan adalah dengan cara

pemberian pembiayaan. Pembiayaan adalah pendanan yang diberiakan suatu

pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan baik dilakukan sendiri atau lembaga.105

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok lembaga keuanagan,

yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan

pihak-pihak yang merupakan defisit unit.

Di dalam Islam pembiayaan atau pemberian kredit harus dilakukan

dengan cara ijab kabul yang dilakukan antara nasabah dan pihak pemberi

pembiayaan sehingga tidak menimbulkan riba.

2. Pembagian Pembiayaan

Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk

pemenuhan kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk meningkatkan

usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. Menurut

keperluannya pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal sebagai

berikut:

105

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN

2005), Hlm. 17

Page 73: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

73

a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan jangka pendek untuk

membiayai modal usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syari‟ah,

pembiayan modal kerja ini untuk memenuhi kebutuhan sebgai

berikut:106

1) Peningkatan produksi, baik dalam segi kuantitatif yaitu jumlah

dari hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan

kualitas atau mutu dari hasil produksi.

2) Untuk keperluan perdagangan ataupun peningkatan utility of

pleace dari suatu barang.

b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-

barang modal serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

c. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi diluar tujuan usaha, yang akan habis

digunakan untuk memenuhi kebutuhan perorangan.

Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syari‟ah,

pembiayaan konsumtif dapat dibagi menjadi lima (5) bagian:

1) Pembiayaan konsumen akad murabahah

2) Pembiayaan konsumen akad IMBT (ijarah muntahiya bittamlik)

3) Pembiayaan konsumen akad ijarah

4) Pembiayaan konsumen akad istishna

5) Pembiayaan konsumen akad qord dan ijarah107

106

Ibid, hlm 102 107

Antonio Syafi‟i, Bank Syariah Teori dan Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm, 117

Page 74: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

74

Adapun syarat-syarat administrasi umum yang ditetapkan untuk

melakukan pembiayaan adalah sebagai berikut:

a. Surat permohonan tertulis, demgan dilampiri proposal yang memuat

anatara lain:

1) Gambaran umum usaha:

2) Rencana atau prospek usaha

3) Rincian dan rencana penggunaan dan

4) Jumlah kebutuhan dana

5) Jangka waktu penggunaan dana

b. Legalitas usaha, seperti:

1) Identitas diri

2) Akta pendirian usaha

3) Surat izin umum pendirian usaha

c. Laporan keuangan, seperti:

1) Neraca dan laporan laba rugi

2) Data persediaan akhir

3) Data penjualan

4) Fotocopy rekening bank.

3. Tujuan pembiayaan

a. Profitability, yaitu untuk memperoleh hasi dari pembiayaan berupa

keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang

dikelola oleh nasabah.

Page 75: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

75

b. Safety, yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus

benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-

benartercapai tanpa bambatan yang berarti.108

4. Fungsi pembiayaan

a. Pembiayan dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang

b. Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) suatu barang

c. Pembiayan dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

d. Pembiayaan dapat menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat

e. Pembiayaan sebagai alat stabilitas ekonomi.

f. Pembiayaan sebagai alat hubungan ekonomi masyarakat.

D. Penelitian Terdahulu

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai penelitian ini, kirannya penting

untuk mengkaji terlebih dahulu penelitian dengan masalah yang sesuai, yang

ada sebelumnya/penelitian sebelumnya:

Eva Masithoh Zubaidah dengan judul skripsi “Peranan Baitul Mal Wat

Tamwil (BMT) Dalam Meningkatkan Produktivitas Usaha Kecil Di Desa

Cuplik Sukoharjo” (Studi Kasus di BMT Cuplik Sukoharjo). Dengan hasil

penelitian, bahwa masyarakat di sekitar BMT Cuplik Sukoharjo melakukan

berbagai usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu dengan berkerja

mengubah bahan mentah menjadi barang jadi atau melakukan kegiatan

produktif. Sistem kerja yang dijalankan oleh BMT Cuplik Sukoharjo, antara

108

Rivai Veitzhal,Islamic Financial Manajemen hlm. 3

Page 76: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

76

lain penghimpunan dana dan penyaluran dana sesuai dengan peranan dan

tujuan didirikannya, yaitu mampu meningkatkan produktivitas usaha mikro

disekitarnya, yaitu dengan cara menghimpun dana ZIS (Zakat, Infaq, dan

Shadaqoh) dari masayarakat dan menyalurkannya kepada yang berhak

menerimanya. BMT menyediakan modal kepada para peminjam dana yang

dianggap produktif sehingga mampu meningkatkan produktivitas

usahannya.109

M. syafar Supardjan dengan judul skripsi “Pemberdayaan Masyarakat

Pada Program Pembiayaan Mikro (Studi Tentang Pelaksanaan Program

Pembiayaan Mikro pada Anggota Koperasi Baitul Ikhtiar Kabupaten Bogor-

Jawa Barat), dengan hasil penelitian menyimpulkan bahwa program

pembiayaan mikro yang dilakukan oleh koperasi BAIK sejalan dengan

implementasi kebijakan pemetintah Kabupaten Bogor namun belum

sepenuhnya dipahami sebagai proses dalam konteks teoritiknya. Faktor-faktor

yang mempengaruhi proses pemberdayaan masyarakat, yaitu: a) Faktor

penghambat: Penyaluran pembiayaan usaha produktif belum maksimal

sehingga menambah beben hutang anggota yang mengakibatkan tingkat

keaktifan Anggota menurun: b) Faktor partisipasi anngota relatif tinggi untuk

diberdayakan.110

109

Eva Masithoh Zubaidah dengan judul skripsi “Peranan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)

Dalam Meningkatkan Produktivitas Usaha Kecil di Desa Cuplik Sukoharjo” (Studi Kasus Di BMT

Cuplik Sukoharjo). Skripsi UNS-FKIP Jurusan Pendidikan Ekonomi. 2009. 110

M. Syafar Suparjdan dengan judul skipsi “Pemberdayaan Masyarakat Pada Program

Pembiayaan Mikro (Studi Tentang Pelaksanaan Program Pembiayaan Mikro pada Anggota

Koperasi Baitul Ikhtiar Kabupaten Bogor-Jawa Barat). Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Depok 2012.

Page 77: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

77

Era Ikhtiani Rois dengan judul skripsi “Peran BMT Barokah Dalam

Pemberdayaan Usaha Kecil Dipasar Gesikan, Ngeluwar, Magelang. Dengan

hasil penelitian, melaporkan bahwa BMT Barokah dalam proses

pemberdayaan terhadap usaha kecil di Gesikan, Ngluwar dengan memberikan

pinjaman dana kepada para pelaku usaha kecil, setelah para pelaku usaha

mikro mendapatkan pinjaman dana kemudian petugas BMT Barokah

meninjau kelapangan untuk mengadakan pembinaan-pembinaan kepada

nasabahnya, selain itu petugas juga mengawasi agar dana yang diberikan

dapat digunakan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembinaan terhadap

nasabah itu sanagat diperlukan karena dengan adanya pembinaan maka akan

sangat membantu nasabah guna meningkatkan usaha mereka baik secara

teknis maupun mental mereka dalam menghadapi hambatan-hambatan yang

timbul pada usaha mereka. Dengan pemberian dana itu diharapkan para

pelaku usaha dapat menaikkan pendapatan dan dapat mengembangkan usaha

mereka. Apabila usaha mereka maju maka perekonomian keluarga akan

dapat teratasi, para pelaku usaha dapat meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan keluarganya.111

Walaupun sudah banyak penelitian yang dilakukan terkait peranan Baitul

Mal wat Tamwil, penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang

lain, adapun perbedaannya adalah: Dalam penelitian ini, lebih memfokuskan

111

Era Ikhtiani Rois dengan judul skripsi “ Peran Bmt Barokah Dalam Pemberdayaan Usaha

Kecil Dipasar Gersikan, Ngeluwur, Magelang. Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam

Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga

Yogyakarta 2010.

Page 78: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

78

kepada peningkatan pendapatan usaha mikro (UM) yang dilakukan oleh BMT

As-Syafi‟iyah Gisting Tanggamus.

E. Kerangka Fikir

Kerangka pemikiran adalah justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang

dilakukan serta memberikan landasan yang kuat terhadap judul yang dipilih

dan relevan dengan permasalahan.112

kerangka pemikiran adalah kerangka yang bermakna suatu konsep

yang terdiri dari hubungan sebab atau yang disebut dengan kasual

hipotesisnya variabel independen dengan variabel dependen dalam

memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti.113

Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu sektor yang menopang

prekonomian di Indonesia adalah dari sektor UM (usaha mikro), karna

melalui sektor inilah semua aspek yang berkitan dengan pola kehidupan

manusia bersumber, mulai dari sektor konsumsi, pangan, dan papan sebagai

contoh dalam segi konsumsi banyak sekali usaha-usaha UM yang berperan

aktif, seperti usaha pengolahan hasil pertanian, produksi pangan dan lain

sebagainya.

UM dapat berkembang dengan baik apabila dapat bermitra dengan

pihak lain khususnya lembaga keuangan, yang notabennya dapat memberikan

112

Agus Parudin, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Agama Islam, (Bandar Lampung:

Cetakan kedua,2010)hlm 9 113

Haris Mujiman, PokoK Pokok Tulisan Ilmiah, Majalah Widya ishawana, (Surakarta:

1981), hlm 33

Page 79: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

79

penyuntikan dana guna memningkatkan gairah baik sektor produksi, tenaga

kerja maupun marketing.

Gambar 2.1

Kerangka Fikir

Peranan BMT As-

Syafi‟iyah

Peningkatan

Pendapatan Usaha

Mikro (UM)

Indikator Peningkatan

Pendapatan Usaha

Mikro (UM)

1. Pemasaran

2. Modal

3. SDM

4. Teknologi

Page 80: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

80

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya BMT As-Syafi’iyah Gisting

Berawal dari semangat idialisme dan komitmen membantu mengatasi

persoalan pengusaha kecil dan masyarakat miskin yang lemah beberapa

pengurus Pesantren Nasional As-Syafi‟iyah Kotagajah bergerak untuk

mendirikan sebuah institusi keuangan, dengan dasar pemikiran keberadaan

dan pemilikan lembaga keuangan oleh umat memberikan kebebasan kepada

lembaga, kepada siapa modal akan diberikan dan berapa jumlah modal yang

akan dialokasikan. Mengingat selama ini akses modal untuk usaha kecil dapat

dikatakan tertutup, dunia perbankan tampak kurang memiliki kepercayaan

kepada usaha kecil (ekonomi rakyat).114

Kebangkitan BMT merupakan wujud kesadaran dari masyarakat akan

pentingnya Lembaga Keuangan yang bernafaskan Islam. Ini kesempatan bagi

Lembaga Keuangan Syari‟ah untuk mengembangkan prekonomian yang

dibutuhkan masyarakat. KJKS BMT As-Syafi‟iyah berdiri dipenghujung

tahun 1995, didirikan dipondok Persanten Nasional As-Syafi‟iyah kotagajah.

Sedangkan BMT As-Syafi‟iyah Gisting sendiri berdiri pada tanggal 14

Agustus 2012. BMT As-Syafi‟iyah dikukuhkan sebagai unit usaha otonom

dengan Badan Hukum No. 28/BH/KDK.7.2/III/1999. BMT As-Syafi‟iyah

114

Sumber BMT As-Syafii‟yah Gisting Kabupaten Tanggamus Tahun 2017

Page 81: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

81

mantapkan status menjadi koperasi primer nasional dalam RAT XVlll Tahun

buku 2015. Ini merupakan kepercayaan pemerintah, anggota dan nasabah

serta semua pihak yang akan di jaga dan tingkatkan. BMT As-Syafi‟iyah

yang sebelumnya bernama koperasi jasa keuangan syari‟ah (KJKS) BMT As-

Syafi‟iyah menjadi koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syari‟ah (KPPS)

BMT As-Syafi‟iyah berkah nasioanal sesuai dengan SK Menteri Koperasi

dan UKM nomor: 219/pad/M.KUKM.2/Xll/2015 tertanggal 17 Desember

2015.

KJKS BMT As-Syafi‟iyah memiliki kantor pusat di Kotagajah

Lampung Tengah dengan memiliki 1 kantor Baitul Mal di Kotagajah dan 41

kantor cabang yang tersebar diseluruh Lampung maupun luar Lampung

diantaranya adalah: Gisting Kabupaten Tanggamus, Kotagajah Lampung

Tengah, Gaya Baru Seputih Surabaya Lampung Tengah, Proyek, Kalirejo

Lampung Tengah, Tanjung Inten Purbolinggo Lampung Timur, Pasar Unit ii

Tulang Bawang, Penawar Tama, Sukoharjo Pringsewu, Sendang Agung,

Simpang Pematang, Mulyo Asri Kab. Tulang Bawang Barat, Gading Rejo,

Raman Utara, Jembat Batu, Adi Luwih, Ponco Warno, Simpang Randu, Tri

Datu, Simpang Sribawono, Dayamurni Kabupaten Tulang Bawang Barat,

Sumber Agung, Manggala C SPII, Pugung Raharjo, Rumbia, Tanjung Raya ,

Metro, Jl KH. Gholib Pringsewu, Margo Mulyo Unit II, Penawar Aji, Banyu

Mas, Tanjung Raya, Pekalongan, Sekampung, Tugu Mulyo, Merak , Muara

Intan, Tnjung Bintang, Karang Anyar, Pulung Kenca, Nyukang Harjo

Page 82: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

82

BMT As-Syafi‟iyah Gisting pada tahun 2015 memiliki aset mencapai

Rp 40 milyar berupa gedung, tanah, kendaraan, peralatan kantor dan

lainnya. Sedangkan modal sendiri pada tahun 2016 meningkat menjadi Rp

45 milyar.

B. Visi dan Misi

1. Visi:

Menjadi Kopersi Simpan Pinjam Syari‟ah yang sehat, kuat, bermanfaat,

mandiri, dan Islami.

2. Misi:

a. Meningkatkan kesejahteraan anggota dan lingkungan kerja

b. Meningkatkan sumber pembiayaan dan penyedian modal dengan

prinsip syari‟ah

c. Menumbuhkan usaha produktif dibidang pertanian, perdagangan,

industri dan jasa

d. Meningkatkan budaya menyimpan dikalangan anggota.

C. Struktur Organisasi BMT As-Syafi’iyah Gisting

Kemampuan suatu perusahaan merupakan perwujudan dari organisasi

itu sendiri yang didukung oleh para pegawai dan pimpinan perusahaan.

Dengan adanya struktur organisasi yang tepat, maka masing-masing bagian

mengetahui dengan jelas wewenang dan tanggung jawabnya. Dengan adanya

Page 83: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

83

pembagian tugas dan wewenang yang baik, maka setiap pekerjaan dapat

dengan efektif dan efisien.

Adapun struktur organisasi BMT As-Syafi‟iyah Gisting adalah

sebagai berikut:

Gambar 2.1

Struktur Organisasi

Adapun tugas-tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian

dalam struktur organinsasi BMT As-Syafi‟iyah adalah sebagai berikut:

1. Dewan pengawas syari‟ah, tugas dan tanggung jawabnya adalah:

a. Melakukan pengawasan penerapan konsep syari‟ah dalam operasional

BMT dan memberikan nasehat dalam bidang syari‟ah

b. Membuat pedoman syari‟ah dari setiap produk pengerahan dana

maupun produk pembiayaan BMT

c. Mengawasi penerapan konsep syari‟ah dalam seluruh kegiatan

operasional BMT

DPS

Abd. Aziz Tabani, Nasrullah yasir

Manajer

Ramdan Rianto Amd.

Keuangan

Sayid Kosim

Teller/kasir

Tri Wahyuni

Marketing

Bukhairi

Account Officer

Maisuki. S. Kom

Kolektor

Saiun Hamdi

Page 84: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

84

d. Melakukan pembinaan/konsultasi dalam bidang syari‟ah bagi

pengurus, pengelola dan angota BMT

2. Manajer, tugas dan tanggung jawabnya adalah:

a. Merencanakan, mengkoordinasi dan mengendalikan seluruh aktivitas

lembaga yang meliputi penghimpunan dari dana pihak ketiga serta

penyaluran dana yang menjadi kegiatan utama serta kegiatan-kegiatan

yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas utama tersebut

dalam upaya mencapai target.

b. Menyusun sasaran, rencana jangka pendek, rencana jangka panjang

serta proyeksi tahunan.

c. Mencapai target yang telah ditetapkan secara keseluruhan

d. Menyelenggarakan penilaian prestasi kerja karyawan

e. Mencapai lingkup kerja yang nyaman untuk semua pekerja yang

berorientasi pada pencapaian target.

3. Marketing/Pembiayaan, tugas dan tanggung jawabnya adalah:

a. Mencari anggota dan para pemilik sertifikat saham sebanyak-

banyaknya

b. Menyusun rencana pembiayaan

c. Menerima permohonan pembiayaan

d. Melakukan analisa pembiayaan

e. Melakukan pembiayaan administrasi

f. Melakukan pembinaan anggota

g. Membuat laporan perkembangan pembiayaan.

Page 85: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

85

4. Kasir/teller, tugas dan tanggung jawabnya adalah:

a. Mengelola adminisistrasi pembiayaan mulai pencairan hingga

pelunasan.

b. Menyiapkan administrasi pencairan pembiayaan

c. Pengarsipan seluruh berkas pembiayaan

d. Penerimaan jaminan pembiayaan

e. Penerimaan angsuran dan pelunasan pembiayaan

f. Pembuatan laporan pembiayaan sesuai dengan periode laporan

5. Account Officer

a. Manajemen/petugas BMT yang ditugaskan untuk membantu manajer

dalam menangani tugas-tugas khususnya yang menyangkut bidang

marketing dan pembiayaan.

b. Merupakan personil BMT yang harus bekerja dibawah peraturan dan

tujuan BMT sehingga dapat memberikan hasil kepada BMT.

c. Dan dipihak lain ia dituntut untuk memberikan kondisi yang paling

baik untuk nasabah. Oleh karena itu, seseorang account officer

dituntut untuk mengoptimalkan kedua sisi kepentingan tersebut

6. Keuangan, tugas dan tanggung jawabnya adalah

a. Mengelola administrasi keuangan hingga laporan keuangan

b. Pembuatan laporan keuangan

c. Pengarsipan laporan keuangan dan berkas-berkas yang berkaitan

secara langsung dengan keuangan

Page 86: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

86

d. Menyiapkian laporan-laporan untuk keperluan analisis keuangan

lembaga

7. Kolektor petugas lapangan, tugas dan tanggung jawabnya adalah:

a. Menjemput angsuran baik langsung pembiayaan/setoran tabungan

mitra

b. Memastikan angsuran yang harus dijemput/ditagih sesuai waktunya

c. Memastikan tidak ada selisih antara dana yang dijemput dengan yang

disetor BMT.

D. Sasaran pelayaan (target) BMT As-Syafi’iyah Gisting

Pilihan sasaran pasar (target market) perlu dilakukan, mengingat

keterbatasan sumber daya personil dan instrumen lainnya. Langkah ini dipilih

secara tepat dapat memperkecil pengeluaran dan dan dapat meningkatkan

pendapatan unit usaha, oleh karna itu pemilihan pasar (target market) yang

tepat merupakan strategi dan alat bagi peningkatan pendapatan unit usaha.

Berdasarkan hal tersebut BMT As-Syafi‟iyah Gisting menetapkan

prioritas pelayanan atas pertimbangan sebagai berikut:115

1. Berdasarkan Domisili Nasabah

Mengingat keterbatasan tenaga personil yang dimiliki maka untuk

kegiatan pembiayaan (kredit), BMT As-Syafi‟iyah Gisting menetapkan

pasarnya terbatas pada wilayah kabupaten tanggamus.

115

Bukhairi , Wawancara dengan Penulis, BMT AS-Syafi‟iyah Gisting, Gisting tgl 24 April

2017

Page 87: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

87

2. Berdasarkan Jenis Usaha

BMT As-Syafi‟iyah Gisting perlu memiliki sektor usaha yang

memiliki perputaran keuangan relatif lebih cepat, dengan pertimbangan

pengendalian perputaran kas, kerenannya sektor usaha yang menjadi prioritas

BMT As-Syafi‟iyah Gisting adalah:

a. Pertanian

b. Perkebunan

c. Perikanan

d. Peternakan

e. Jasa-jasa seperti poto copy, dan rental

f. Perdagangan dengan segala jenis dan tingkat-tingkat usahanya

g. Pertukaran

h. Panglong

3. Berdasarkan Status Nasabah

Sesuai dengan misinya BMT As-Syafi‟iyah Gisting memprioritaskan

pelayanan pada anggota, dan pelaku usaha kecil serta masyarakat yang

berekonomi menengah kebawah, karna tingkat inilah yang mengalami kendala

akses permodalan cukup serius.

Page 88: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

88

E. Nasabah yang dilayani BMT As-Syafi’iyah Gisting

Nasabah yang dilayani BMT As-Syafi‟iyah Gisting meliputi:

1. Nasabah Pembiayaan (Kredit)

Prinsip dasar pemberian pembiayaan adalah kepercayaan bahwa

nasabah memiliki kemampuan untuk mengembalikan pinjaman dengan aman,

maka BMT As-Syafi‟iyah Gisting memiliki kreteria sebagai berikut:

a. Diprioritaskan anggota BMT As-Syafi‟iyah Gisting yang memiliki

usaha atau penghasilan

b. Calon anggota (para nasabah penabung aktif)

c. Pembiayaan untuk usaha-usaha produktif

d. Calon nasabah tidak mempunyai tunggakan hutang diluar BMT

e. Memiliki kredibilitas yang baik, dikenal jujur, amanah dan dipercaya

f. Menunjukan etika yang baik

g. Tidak mempunyai kasus keuangan

2. Nasabah Penabung

Khusus untuk nasabah penabung karna sifatnya yang terbuka, kepada

siapa saja yang ingin menyimpan dana di BMT As-Syafi‟iyah Gisting maka

tidak mempertimbangkan umur, usia tempat tinggal, status dan lain-lain, serta

harus mengikuti ketentuan yang sudah ditentukan BMT As-Syafi‟iyah

Gisting. BMT As-Syafi‟iyah Gisting tidak memfokuskan nasabah penabung

Page 89: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

89

harus muslim, tetapi beragama lain diperbolehkan dengan tujuan

menyebarkan syari‟at Islam.116

F. Kegiatan Usaha BMT As- Syafi’iyah

Kegiatan usaha BMT As-Syafi‟iyah Gisting meliputi:

1. Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana merupakan kegiatan atau usaha untuk

mengumpulkan dana dari berbagai sumber, baik dari anggota, dan masyarakat

luas. Adapun jenis-jenis dana yang dapat dihimpun adalah sebagai berikut:

a. Simpanan terdiri dari:

1) Tabungan Mudharabah

2) Simpanan berjangka (deposito)

3) Tabungan pendidikan (tarbiyah)

b. Hutang terdiri darii:

1) Hutang bank

2) Hutang dari sumber lain

c. Hibah

d. Modal terdiri dari:

1) Modal penyertaan dari induk

2) Dana-dana lain.

2. Penyaluran Dana (pembiayaan)

a. Tata cara pengajuan pembiayaan

116

Ramdan Rianto, Wawancara Dengan Penulis, BMT As-Syafi‟iyah Gisting, Gisting 19

April 2017

Page 90: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

90

1) Mengajukan permohonan mengisi blangko dengan melampirkan

fotocopy

2) Mengerahkan surat jaminan/agunan

3) Besarnya permohonan

4) Jangka waktu pengembalian

b. Waktu pembiayaan

Pelayanan untuk permohonan pembiayaan dan realisasi pembayaran

adalah pada hari senin sampai dengan sabtu pada pukul 08.00 sampai

pukul 15.00 WIB.

c. Pembayaran angsuran pembiayaan

Pembayaran angsuran dapat dilakukan setiap hari kerja dengan

ketentuan pengembalian pokok dan hasil, dilakukan secara bertahap

dengan prioritas angsuran mingguan untuk nasabah baru dan setelah

menunjukan prestasi yang baik maka dapat dipertimbangkan untuk

memperoleh pembiayaan dengan pola angsuran bulanan.117

G. Jenis Pembiayaan BMT As-Syafi’iyah Gisting

Jenis pembiayaan BMT As-Syafi‟iyah Gisting meliputi:

1. Berdasarkan jangka waktu

a. Pembiayaan jangka pendek, adalah pembiayaan dengan jangka waktu

kurang dari satu tahun atau sama dengan enam bulan (ketentuan

khusus BMT As-Syafi‟iyah Gisting)

117

Ibid, 24 April 2017

Page 91: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

91

b. Pembiayaaan jangka menengah, adalah pembiayaan jangka waktu

lebih dari 6 bulan atau sampai 1 tahun (ketentuan khusus BMT As-

Syafi‟iyah Gisting).

Tabel. 3.1

Jenis Usaha Yang Memperoleh Pembiayaan Dari BMT As-Syafi’iyah Gisting

Pada Tahun 2016

No Jenis Usaha Jumlah Persentase (%)

1 Pedagang sayur 7 20,58

2 Warung makan 7 20,58

3 Pedagang buah 3 8,82

4 Bengkel 4 11,76

5 Pedagang ayam 2 5,88

6 Pedagang pakaian 3 8,82

7 Pedagang semabko 3 8,82

8 Pedagang ikan 2 5,88

9 Pedagang telur 3 8,82

Jumlah 34 100%

Sumber: Data primer (diolah) tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas maka terlihat bahwa usaha yang memperoleh

pembiayaan dari BMT As-Syafi‟iyah Gisting sebagian besar pedagang sayur

dan warung makan, ini terbukti bahwa dari 34 jenis usaha serta data yang

diperoleh, 7 orang merupakan pedagang sayur dan makanan dengan

presentase 20,58% 3 orang merupakan pedagang buah, pedagang telur,

pedagang ikan dan pedagang pakaian dengan presentase 8,82%, 4 oranng

Page 92: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

92

merupakan pedagang sembako dan bengkel dengan presentase 11,76%, 2

orang merupakan pedagang ayam dengan presentase 5,88%.118

Untuk mendapatkan pembiayaan sebelumnya anggota dan pihak BMT

As-Syafi‟iyah Gisting bersepakat produk apa yang akan digunakan berikut

tabel akad yang akan ditawarkan oleh BMT As-Syafi‟iyah Gisting 119

Tabel 3.2

Produk Pembiayaan Pada BMT As-Syafi’iyah Gisting Tahun 2016

No Produk pembiayaan Jumlah Presentase

1 Pembiayaan Mudharabah 2 5,88

2 Pembiayaan Murabahah 20 58,82

3 Pembiayaan Salam 4 11,76

4 Pembiayaan Istishna 3 8,82

5 Pembiayaan Ijarah 5 14,70

6 Jumlah 34 100%

Sumber: Data primer (diolah) Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat mayoritas responden sebesar

58,82% yang menggunakan produk pembiayaan murabahah, menggunakan

produk ijarah 14,76% yang menggunakan produk salam 11,76% dan yang

menggunakan produk istishna 8,82%, kemudian yang menggunakan produk

mudharabah 5,88%. Dari hasil 34 responden produk pembiayaan murabahah

yang dominan dibandingkan dengan produk lain dikarnakan produk

murabahah merupakan transaksi jual beli sehingga pihak BMT As-Syafi‟iyah

Gisting lebih mudah mendapatkan keuntungan. Untuk memulai suatu usaha

para responden memerlukan modal yang tidak sedikit, hal ini yang akan

118

Maisuki, Wawancara Dengan Penulis, BMT-As-Syafi‟iyah Gisting, Gisting 02 Mei 2017 119

Ramdan Rianto. Op.Cit.Tgl 24 April 2017

Page 93: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

93

membuat para responden sulit untuk memulai usahanya. Oleh karna itu

responden memerlukan tambahan modal untuk kemajuan usahannya yang

mereka jalani.

Berikut tabel yang menunjukan besarnnya pinjaman yang ingin

mereka ajukan kepada pihak BMT As-Syafi‟iyah Gisting

Tabel 3.3

Besarnya Pinjaman Yang Ingin Dipinjam Responden Kepada BMT As-

Syafi’iyah Gisting tahun 2015

No Besar pinjaman (ribu) Jumlah Persentase

1 1.000 10 29,41%

2 1.100-3.000 11 32,35%

3 3.100-4.000 5 14,70%

4 4.100-8.000 4 11,76%

5 > 8.000 4 11,76

Jumlah 34 100%

Sumber: Data primer (diolah) 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat mayoritas responden yang

mengajukan pinjaman kepada BMT As-Syafi‟iyah Gisting sebesar <Rp

1.000.000 berkisar 29.41%, meminjam berkisar antara Rp.1.100.000-

Rp.1.100.000-Rp1.000.000 sebesar 32,35%, dan Rp.3.000.000-Rp.4.000.000

sebesar 14,70%, kemudian meminjam berkisar Rp.4.100.000-Rp8.000.000

sebesar 11,76%, dan pinjaman yang >Rp.8.000.000 sebesar 11,76%. Dari

besarnnya pinjaman yang diberikan pihak BMT As-Syafi‟iyah Gisting

diharapkan memberikan kemajuan bagi usaha-usaha yang dijalankan oleh

para nasabah, dan usaha yang dijalankan para nasabah dapat berkembang dan

mendapatkan pendapatan dan keuntungan yang diharapkan.

Page 94: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

94

Tabel 3.4

Angsuran Pembiayaan Responden Kepada BMT As-Syafi’iyah Gisting

Tahun 2016

No Angsuran pembiayaan jumlah Persentase %

1 <Rp.100.000 12 35,29%

2 Rp.100.000-Rp.300.000 9 26,47%

3 Rp.300.000-Rp.500.000 6 17,64%

4 Rp.500.000-Rp.600.000 4 11,76%

5 >Rp.600.000 3 8,82%

Jumlah 34 100%

Sumber: Data primer (diolah) 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat mayoritas sebesar 35,29%

dengan angsuran kurang dari Rp.100.000, sebesar 26,47% dengan angsuran

berkisar Rp.100.000-Rp.300.000, sebesar 17,64% dengan angsuran berkisar

Rp.300.000-Rp.500.000, kemudian sebesar 11,76% dengan angsuran berkisar

Rp.500.000-Rp.600.000, dan sebesar 8,82% dengan angsuran lebih dari

Rp.600.000.

Tabel 3.5

Perkembangan Pendapatan Bersih (neto) Responden Sebelum dan Sesudah

Mendapatkan Pembiayaan Tahun 2016

No Nama Jenis usaha Modal awal

(ribu)

Pendapatan

bersih

perbulan

sebelum

melakukan

pembiayaan

(ribu)

Persentase

pendapatan

(ribu)

Dana

pembiayaan

(ribu)

Pendapatan

bersih

perbulan

sesudah

melakukan

pembiayaan

(ribu)

Persentase

pendapatan

setelah

mendapatkan

pembiayaan

(ribu)

1 Yurlis

Bengkel 3.500 1.500 7% 2.500 4.500 9%

2 Marni Warung

makan

1.000 800 4% 2.000 3.000 6%

3 Elis Pedagang

sembako

500 350 4% 500 1.000 7%

4 Marsiti Warung

makan

2.000 1.000 6% 2.500 3.000 7%

Page 95: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

95

5 rohmah Pedagang

sayur

2.000 8.000 8% 1.000 2.000 10%

6 Deden Pedagang

buah

1.500 1.000 5% 2.000 2.500 6%

7 Andi

Bengkel 1.000 400 8% 2.500 1.000 9%

8 sumiyati Pedagang

telur

800 500 5% 1.000 1.500 7%

9 mumun Pedagang

sayur

500 300 5% 1.500 1.500 6%

10 erna Warung

makan

1.500 1.200 4% 2.000 3.500 8%

11 khotim Pedagang

sembako

3.000 2.500 4% 3.500 6.500 6%

12 mar Pedagang

buah

2.000 1.500 4% 2.000 2.500 5%

13 miskia Warung

makan

1.500 1.200 4% 2.000 3.000 6%

14 Sri yati Pedagang

sayur

500 300 5% 1.000 1.500 8%

15 faujiyah Warung

makan

1.000 800 4% 1.000 2.500 7%

16 yati Pedagang

ayam

3.500 1.500 7% 3.500 800 9%

17 yudi Pedagang

ikan

700 500 4% 1.500 1.000 10%

18 barok Pedagang

sayur

2.000 800 8% 1.000 2.000 10%

19 rokayah Pedagang

ikan

1.000 600 5% 1.500 2.500 10%

20 halimah Pedagang

sayur

3.500 1.500 7% 1.000 1.500 7%

21 rohana Pedagang

sayur

2.000 800 8% 1.000 1.000 10%

22 fatimah Warung

makan

2.000 1.000 6% 3.000 3.500 11%

23 marni Pedagang

sembako

3.500 1.500 7% 4.000 4.500 9%

24 iskandar Pedagang

ikan

3.500 1.500 7% 1.500 2.000 9%

25 parjo Pedagang

pakaian

3.500 1.500 7% 4.000 4.500 10%

26 ilham Pedagang

buah

2.000 800 8% 1.500 2.000 10%

27 dadang Pedagang

ayam

1.000 600 5% 2.000 1.000 7%

28 sutarmi Pedagang

sayur

2.000 1.500 4% 1.000 2.000 7%

29 asmarida Pedagang

sembako

2.000 800 8% 3.000 1.500 9%

30 romlah Pedagang

pakaian

3.500 1.500 7% 3.500 2.000 10%

31 maman Pedagang

telur

2.000 800 8% 1.000 1.000 10%

Page 96: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

96

Sumber: Dokumen BMT As-Syafi‟iyah (Data Diolah)

Berdasarkan dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan

yang diterima oleh 9 jenis usaha setelah mendapatkan pembiayaan dari BMT

As-Sayafi‟iyah dapat disimpulkan bahwa dari pedagang sayur mengalami

perkembangan dari 6%-10%, pedagang buah 5%-10%, pedagang sembako

6%-9%, pedagang ayam 7%-9%, pedagang telur 7%-10%, pedagang ikan

9%-10%, bengkel 9%, pedagang pakaian 9%-10%, warung makan 6%-11%.

Sedangkan persentase rata-rata pendapatan sebelum mendapatkan

pembiayaan dari BMT As-Syafi‟iyah Gisting adalah 6% dan setelah

mendapatkan pembiayaan adalah 8% jadi persentase pendapatan rata-rata

setelah mendapatkan pembiayaan adalah berubah meningkat sebesar 2%.

Dengan adanya tambahan modal yang diberikan BMT As-Syafi‟iyah Gisting

juga dapat memberikan dampak yang baik bagi usaha mikro. Dampak yang

paling menonjol dapat dilihat dari pedagang pakaian, warung makan,

pedagang buah.

Berdasarkan wawancara dengan responden sebelum mendapatkan

pembiayaan dari BMT As-Syafi‟iyah Gisting mereka berjualan beremperan di

pasar-pasar tradisional, setelah mendapatkan pembiayaan penjual pakaian

sekarang mempunyai toko baju sendiri meskipun belum berbentuk butik tapi

konsumen bisa merasakan kenyamanan. Pada pedagang buah juga telah

32 ela Warung

makan

1.500 1.000 5% 2.000 2.000 8%

33 tohar Pedagang

telur

2.000 800 8% 1.000 2.000 10%

34 ayu Pedagang

pakaian

3.500 1.500 7% 3.000 5.000 9%

Rata-rata 6% 8%

Page 97: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

97

memiliki kios buah sendiri sehingga buah yang yang diperjualbelikan rapih

dan menarik, sedangkan pada warung makan perubahan yang terlihat pada

pegawai yang bertambah setelah melakukan pembiayaan dan dari banyaknya

jenis makanan yang dijual.

Dengan adanya lembaga keuanagan BMT As-Syafi‟iyah Gisting

kelompok dagang dan pelaku UM dapat mengembangkan usahanya menjadi

lebih baik lagi, dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan dapat memutar

pendapatan yang diperoleh untuk modal usaha dibulan-bulan berikutnya,

sehingga dapat membayar angsuran secara tepat dan lancar.

Dari perubahan pendapatan yang diterima dapat dilihat pemberian

angsuran dengan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.6

Tingkat Kendala Angsuran Pembiyaan

No kendala jumlah Persentase (%)

1 Banyak sekali - -

2 Cukup banyak - -

3 Sedikit sekali 3 8,82%

4 Tidak ada kendala 31 91,17%

jumlah 34 100%

Sumber: Data primer (diolah) tahun 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa yang mempunyai sedikit kendala

dalam membayar angsuran hanya 8,82%, dan 91,18% tidak ada kendala

dalam membayar angsuran.120

120

Sumber: Data Pembiayaan BMT As-Syafi‟iyah Gisting tahun 2016

Page 98: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

98

Dari hasil penelitian adanya perubahan terhadap efektivitas sebelum

melakukan pembiayaan di BMT As-Syafi‟iyah Gisting. Dalam hal ini sudah

terbukti bahwa pembiayaan yang diberikan oleh BMT As-Syafi‟iyah Gisting

sudah efektif bagi pelaku usaha mikro dalam segi permodalan sehingga dapat

meningkatkan pendapatannya.

Page 99: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

99

BAB IV

ANALISIS

A. Peranan BMT As-Syafi’iyah Gisting Dalam Meningkatkan Pendapatan

UM di Kecamatan Gisting Tanggamus

BMT As-Syafi‟iyah sebagai salah satu lembaga keuangan Mikro Syariah

memiliki beberapa tugas yaitu penghimpun dana dan menyalurkannya

kembali kepada yang membutuhkan. Hal ini sesuai dalam AL-Qur‟an Surah

Al-Hasyr ayat 7 bahwa Allah SWT melarang berputarnya harta (modal)

hanya dikalangan orang-orang kaya saja. Dari ayat ini menjelaskan bahwa

aktivitas prekonomian hendaknya melibatkan partisipasi aktif dari berbagai

kelompok masyarakat menengah sampai masyarakat bawah. Peranan BMT

As-Syafi‟iyah dalam peningkatan pendapatan usaha mikro kecil dan

menengah (UMKM) di kecamatan Gisting dengan cara pemberian

pembiayaan untuk penambahan modal usaha agar dapat meningkatkan

pendapatannya. Pembiayaan tersebut dengan menggunakan akad:

a. Murabahah

Berdasarkan wawancara dengan pimpinan BMT As-Syafi‟iyah Skema

pembiayaan jual beli yang bertujuan untuk melakukan pembelian barang

modal kerja dan investasi yang tidak bertentangan dengan prinsip syari‟ah.

Target market BMT As-Syafi‟iyah Gisting kepada wirausaha pemilik usaha,

punya agunan, (tanah, bangunan, kendaraan dan deposito) yang

membutuhkan pembiayaan untuk kepentingan usahannya. Radius tempat

usaha 5 km dari BMT As-Syafi‟iyah Gisting dengan lama menjalani usaha

Page 100: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

100

minimal 2 tahun. Nasabah yang menggunakan pembiayaan ini harus memiliki

usia minimal 21 tahun atau telah menikah untuk usia lebih besar atau sama

dengan 18 tahun, maksimal 65 tahun pada saat terakhir jangka waktu

pembiayaan dengan jumlah pembiayaan yang diberikan berkisar Rp.

2.500.000 sampai dengan Rp. 20.000.000. Margin yang diterima oleh pihak

BMT adalah 10% sampai dengan 35% pertahun dihutung dari harga beli

BMT dengan sesuai jangka waktu pembiayaan dan dituliskan dalam rupiah

didalam akad pembiayaan. Pembiayan ini sudah sesuai dengan syari‟at Islam

karna tidak menggunakan bunga yang diharamkan oleh agama Islam.

Dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak Hamdan Rianto Amd

selaku pimpinan menjelaskan bahwasannya pembiayaan murabahah yang

diberikan kepada para nasabah, biasanya mereka mengajukan pembiayaan

untuk modal kerja seperti pembeliaan sepeda motor, computer, serta mesin

fotocopy. Kemudian pada saat nasabah mengajukan pembiayaan tersebut ada

persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pembiayaannya.

Sedangkan aplikasinya pembiayaan murabahah dari data BMT As-Syafi‟iyah

dengan data sebenarnya, bahwa pembiayaan murabahah tersebut sudah sesuai

dengan prinsip syari‟ah dengan memiliki ciri dasar seperti: adanya agunan,

dalam penentuan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan kedua belah

pihak, serta kejujuran dan transparansi dari segi harga. Jaminan yang harus

diberikan kepada BMT As-Syafi‟iyah Gisting yaitu:

a. Sertifikat kendaraan (mobil dan motor)

b. Sertifikat tanah

Page 101: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

101

c. Tanah kosong

d. Tanah dan bangunan

Berdasarkan wawancara dengan responden syarat dokumntasi yang harus

diserahkan untuk pembiayaan mikro yaitu:

a. Formulir

b. Fotocopy KTP calon nasabah dan pasangan

c. Fotocopy kartu keluarga (KK)

d. Surat nikah

e. Slip gaji

f. Angunan

b. Ijaroh

Dari hasil waawancara dengan pimpinan BMT As-Syafi‟iyah skema

pembiayaan ini biasanya digunakan untuk memberikan pembiayaan berupa

ongkos tukang, ongkos pegawai, untuk pengobatan dan pendidikan yang

tidak bertentangan dengan syari‟at Islam. Nasabah yang menggunakan sistem

ini harus memiliki usia minimal 21 tahun atau telah menikah untuk usia lebih

besar atau sama dengan 18 tahun, maksimal 65 tahun pada saat terakhir

jangka waktu pembiayaan dengan jumlah waktu pembiayaan yang diberikan

berkisar Rp.2.000.000 sampai dengan Rp.20.000.000, sedangkan keuntungan

yang diperoleh BMT As-Syafi‟iyah Gisting adalah sebesar 20% dari harga

sewa yang dikeluarkan.

Page 102: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

102

Sedangakan menurut wawancara dengan responden Jaminan dan syarat

dokumentasi yang harus diberikan kepada BMT As-Syafi‟iyah Gisting yaitu

sama seperti jamainan yang di serahkan dengan pembiayaan lain.

c. Mudharabah

Dari hasil wawancara dengan Pimpinan BMT As-Syafi‟iyah bahwa

pembiayaan mudharabah pada BMT As-Syafi‟iyah Gisting untuk saat ini

lebih dominan yang mengajukan pembiayaan yaitu: para pedagang dan usaha

mikro kecil menengah, dimana modal yang diberikan BMT As-Syafi‟iyah

Gisting kepada nasabah digunakan untuk modal usahanya. Pembiayaan pada

BMT As-Syafi‟iyah Gisting lebih kepada mudharabah muttlaqoh, dimana

semuannya diserahkan kepada nasabah. Sedangkan pihak BMT hanya

mengawasi dari segi berjalannya usaha tersebut, kemudian nisbah dibagi

sesuai kesepakatan kedua belah pihak dimana suka sama suka. Pada BMT

As-Syafi‟iyah Gisting nisbah bagi hasilnya 60% banding 40%. 60% adalah

nisbah nasabah sedangkan 40% nisbah BMT. Namun kelemahannya dari

pembiayaan mudharabah ini apabila terjadi kerugian hanya ditanggung

sepihak saja yaitu BMT As-Syafi‟iyah Gisting. Untuk mendapatkan

pembiayaan ini ada persyaratan yang harus dipenuhi seperti pembiayaan

lainnya, namun dari semua itu tidak keluar dari prinsip syari‟ah. Jaminan dan

syarat dokumentasi yang harus diberikan kepada BMT As-Syafi‟iyah Gisting

sama saja dengan pembiayaan dengan akad yang lain

Page 103: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

103

d. Pembiayaan Istishna

Dari hasil wawancara dengan nasabah, yang menggunakan sistem ini

harus memiliki usia minimal 21 tahun atau telah menikah untuk usia lebih

besar atau sama dengan 18 tahun, maksimal 65 tahun pada saat terakhir

jangka waktu pembiayaan denagn jumlah pembiayaan yang diberikan

berkisar Rp.1.000.000 sampai dengan Rp.30.000.000. margin yang diterima

pihak BMT adalah 10% sampai dengan 35% pertahun dihitung dari harga

jual beli BMT dengan sesuai jangka waktu pembiayaan dan dituliskan

dalam rupiah didalam akad pembiayaan.

Pembiayaan istishna sendiri pada BMT As-Syafi‟iyah Gisting untuk

bisa dikatakan dari semua pembiayaan yang ada sangat sedikit minatnya,

seperti yang dikatakan Bapak Ramdan Rianto Amd pada saat wawancara.

Karena pembiayaan istishna ini dilakukan nasabah untuk meminjam modal

yang digunakan para nasabah khususnya para pedagang untuk membeli ruko

namun kebanyakan para pedagang lebih fokus mendapatkan modal untuk

modal usaha saja. Jaminan dan Syarat dokumentasi yang harus dipenuhi

oleh nasabah sama seperti pembiayaan dengan akad yang lain.

e. Pembiayaan Salam

Nasabah yang menggunakan sistem ini harus memiliki usia minimal

21 tahun atau telah menikah untuk usia lebih besar atau sama dengan 18

tahun, maksimal 65 tahun pada saat terakhir jangka waktu pembiayaan

dengan jumlah pembiayaan yang diberikan berkisar Rp.1.000.000 sampai

dengan Rp.30.000.000. margin yang diterima pihak BMT adalah 10%

Page 104: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

104

sampai dengan 35% pertahun dihitung dari harga jual beli BMT dengan

sesuai jangka waktu pembiayaan dan dituliskan dalam rupiah didalam akad

pembiayaan.

Di jelaskan oleh manajer BMT As-Syafi‟iyah Gisting alat pembayaran

modal salam dapat berupa uang tunai, barang atau manfaat, tetapi tidak

boleh berupa pembebanan utang penjual atau penyerahan piutang pembeli

dari pihak lain. Oleh karena itu tujuan dari penyerahan modal usaha salam

adalah sebagai modal kerja, sehingga dapat digunakan oleh penjual untuk

menghasilkan barang (produksi) sehingga dapat memenuhi pesanan.

Peranan BMT As-Syafi‟iyah dalam peningkatan pendapatan usaha

mikro (UM) di Kecamatan Gisting sudah efektif dilihat dari pendapatan

yang diterima oleh 9 jenis usaha setelah mendapatkan pembiayaan dari

BMT As-Sayafi‟iyah dapat disimpulkan bahwa dari pedagang sayur

mengalami perkembangan dari 6%-10%, pedagang buah 5%-10%,

pedagang sembako 6%-9%, pedagang ayam 7%-9%, pedagang telur 7%-

10%, pedagang ikan 9%-10%, bengkel 9%, pedagang pakaian 9%-10%,

warung makan 6%-11%. Sedangkan persentase rata-rata pendapatan

sebelum mendapatkan pembiayaan dari BMT As-Syafi‟iyah Gisting adalah

6% dan setelah mendapatkan pembiayaan adalah 8% jadi peresentase

pendapatan rata-rata setelah mendapatkan pembiayaan adalah berubah

meningkat sebesar 2%.

Berdasarkan wawancara dengan nasabah pelayanan yang diberikan

oleh BMT cukup baik dilihat dari pelayanannya ramah, sopan yang menjadi

Page 105: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

105

ciri-ciri lembaga keuangan Islam. Tetapi untuk pelayanan kegiatan

pembiayaan (kredit) BMT As-Syafi‟iyah di Kecamatan Gisting menetapkan

pasarnya terbatas pada wilayah Kabupaten Tanggamus mengingat

keterbatasan tenaga personil yang dimiliki.

Page 106: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

106

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, serta

analisis yang dilakukan terhadap pembiayaan yang diberikan BMT As-

Syafi‟iyah Gisting, maka untuk mengakhiri penulisan skripsi ini penulis

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Peranan BMT As-Syafi‟iyah untuk meningkatkan pendapatan usaha

mikro (UM) di Kecamatan Gisting Tanggamus sudah berjalan efektif dilihat

dari pendapatan yang diterima oleh 9 jenis usaha setelah mendapatkan

pembiayaan dari BMT As-Sayafi‟iyah dapat disimpulkan bahwa dari

pedagang sayur mengalami perkembangan dari 6%-10%, pedagang buah

5%-10%, pedagang sembako 6%-9%, pedagang ayam 7%-9%, pedagang

telur 7%-10%, pedagang ikan 9%-10%, bengkel 9%, pedagang pakaian 9%-

10%, warung makan 6%-11%. Sedangkan persentase rata-rata pendapatan

sebelum mendapatkan pembiayaan dari BMT As-Syafi‟iyah Gisting adalah

6% dan setelah mendapatkan pembiayaan adalah 8% jadi peresentase

pendapatan rata-rata setelah mendapatkan pembiayaan adalah berubah

meningkat sebesar 2% dengan adanya tambahan modal yang diberikan

BMT As-Syafi‟iyah Gisting juga dapat memberikan dampak yang baik bagi

usaha mikro dan sebagai prefensi bagi UM untuk masalah permodalannya.

Page 107: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

107

B. Saran

1. BMT As-Syafi‟iyah Gisting sebagai mitra umat, dengan pembiayaan

mikro ini diharapkan pinjaman tersebut dapat terus diberikan bagi pelaku

Usaha Mikro (UM) khususnya yang betul-betul membutuhkan modal.

Karna bila dilihat pada kondisi sekarang ini mencari pekerjaan sangat

sulit, ingin memiliki usaha pun harus memiliki modal yang cukup.

2. BMT As-Syafi‟iyah Gisting diharapkan dapat terus dikembangkan dalam

bentuk pembiayaan UM dan dipermudah proses peminjaman dalam

rangka membantu pelaku usaha mikro kecil dan menengah untuk

meningkatkan pendapatannnya dan dalam segi pelayanan penyaluran

pembiayaan diharapkan BMT As-Syafi‟iyah tidak hanya terbatas pada

kabupaten tanggamus saja.

Page 108: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

108

DAFTAR PUSTAKA

Antonio Syafi‟i. Bank Syari‟ah dan Teori Praktek, Jakarta:: Media Pers, 2011

Brosur BMT As-Syafi’iyah Gisting. Kab Tanggamus, 2017

Chapra M Umar. Islam dan Tantangan Ekonomi, Penerjemah Nur hadi Ihsan,

Rifki Amar, 1999

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan terjemahnya, Jakarta: Mekar, 2002

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan terjemahannya, Surabaya: Karya insan

Indonesia,2002

Hasan, M.Iqbal. Metodelogi Penelitian Kualitatif Interdispliner. Yogyakatra:

CAPS, 2013

Hardianto Soetanto dan retnadi Djoko. Mikro Credit Chalegge, Jakarta: Elex

Media Koputindo, 2006 Husain Umar. Riset Pemasaran dan Prilaku

Konsumen, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000

Huda Nurul Huda dkk, Keuangan Publik Islam Pendekatan Teori dan Sejarah,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012

Ibrahim Muhammad. Al-Jurnal Fiqh Muslimah, Ibadah, dan Muamalah, Jakarta:

Pustaka Amani, 2007

Ikhtiani Era Rois. Peran Bmt Barokah Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil

Dipasar Gersikan, Ngeluwur, Magelang. Jurusan Pengembangan

Masyarakat Islam Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah

Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2010

Page 109: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

109

Kartono Kartini. Pengantar Metodelogi Riset Sosial. Bandung: Mandur Maju,

1996

Lubis K Suhrawi dan Wajdi Farid. Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika,

2012

Masithoh Eva. Peranan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Dalam Meningkatkan

Produktivitas Usaha Kecil di Desa Cuplik Sukoharjo (Studi Kasus Di

BMT Cuplik Sukoharjo). Skripsi UNS-FKIP Jurusan Pendidikan

Ekonomi. 2009. Miles dan Hubberman. Analisis data kualitatif.

Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1992

Manan Abdul. Hukum Ekonomi Syari’ah dalam Perpektif Keuangan Perdailan

Agama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010

Mujiman Haris. Pokok-Pokok Tulisan Ilmiah, Surakarta: Majalah Widya

Ishawana, 1981

M.S. Kaelan Metode Penelitian Kualitatif Interdispliner. Yogyakarta:

Paradigma, 2012

Muhamad. Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, Yogyakarta UPP AMP

YKPN, 2005

------------- Manajemen Dana Bank Syari’ah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2004

-------------- Lembaga Keuangan Mikro Syariah.. Yogyakarta: UII Pers, 2009

Narbuko Chalid. Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2002

Nahrawi Ismail. Ekonomi Kelembagaan Syariah: dalam pusaran prekonomian

global sebuah tuntunan dari realitas. Surabaya: Putra Media

Nusantara, 2009

Nazir Moh. Metode Penelitian. Bogor: Gahlia Indonesia, 2003

Page 110: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

110

Parudin Agus. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Agama Islam (bandar

Lampung), Lampung 2010

Prasetyo Agus Heru Sukses Mengelola Keuangan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah, (Jakarta, Kelompok Gramedia), 2002 hlm. 15

Roziq Ahmad. Buku Cerdas Investasi dan Transaksi syari’ah, panduan Muda

Meraup Untung Dengan Ekonomi Syari’ah, Surabaya: Dinar

Media,2012

Soemitra Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: Kencana 2009

Suhendi Hendi. Fiqh Muamalah, Jakarta: Rajawali Pers, 2010

Sudarsono Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syari‟ah Deskripsi dan Ilustrasi,

Yogyakarta, 2008

Syafi‟i Antonio. Bank Syari’ah Teori dan Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2011

Suparjdan, M. Syafar. Pemberdayaan Masyarakat Pada Program Pembiayaan

Mikro (Studi Tentang Pelaksanaan Program Pembiayaan Mikro

pada Anggota Koperasi Baitul Ikhtiar Kabupaten Bogor-Jawa

Barat). Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Depok 2012.

Syarif Chaudry Muhammad. Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar, Jakarta:

Kencana Predana Media Group, 2011

S Munawir. Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta: Liberty, 2002

Soekanto Sarjono. Pengantar Penelituian Hukum. Jakarta:UUI Pers, 1986

Sudarsono. Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Deskripsi

dan ilustrasi, 2012

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan: kuantitatif dan kualitatif R dan D.

Bandung; Alfabeta, 2013

Page 111: peranan bmt as-syafi'iyah dalam peningkatan pendapatan

111

Supardi, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII Pers, 2012

Sumarnonugroho, T .Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta: PT

Hardinata, 1984

Tika Pambudu. Metodelogi Riset Bisnis, Jakarta: Bumi Aksara, 2014

Undang-Undang No 20 Tahun Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM), 2008

TH Tambunan, Tulus, Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, Jakarta: Salemba

Empat, 2002

Wahdino, Hi Sastro. Ekonomi Makro dan Mikro Islam, Jakarta: PT Dwi Chandra

Wacana, 2001

Widodo Hertanto. Pas (Pedoman Akuntansi Syari’ah), Panduan Praktis

Operasional Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Jakarta: Mizan, 1999

Wawancara Dengan Bukhairi, Analisis Pembiayaan tgl 19 April, 2017

Wawancara Dengan Maizuki, Analisis Laporan Keuangan tgl 02 Mei, 2017