Page 1
PERANAN BMT AS-SYAFI’IYAH DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN
USAHA MIKRO (UM) DI KECAMATAN GISTING TANGGAMUS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
dalam Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam
Oleh:
NURUL FAUZIAH
NPM : 135102019
Program Studi : Perbankan Syariah
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1438 H / 2017 M
ABSTRAK
Usaha Mikro (UM) mempunyai peranan yang sangat penting dalam
prekonomian Indonesia karana mampu menyediakan berjuta lapangan pekerjaan
dan telah menjadi tulang punggung indusrti pengelolaan. Perkembangan Usaha
Mikro (UM) telah berkembang sangat pesat dan memberi kemudahan kepada
pelaku UM dalam menjalankan usaha dan mendukung pemulihan ekonomi
Page 2
2
indonesia, menciptakan lapangan pekerjaan dan menyumbang pada upaya
menanggulangi kemiskinan.
Namun yang menjadi permasalahan bagi pelaku uasaha mikro kecil dan
menengah (UMKM) untuk mengembangkan usahanya dan meningkatkatkan
pendapatan salah satunya adalah modal sedangkan di Gisting sendiri banyak
pelaku UMKM yang kesulitan untuk mendapatkan pembiayaan dari lembaga
keuangan bank karna biasanya pembiayaan bank bersifat makro sedangkan UM
bersifat mikro.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Peranan BMT As-
Syafi‟iyah dalam Peningkatan Pendapatan Usaha Mikro (UM) di Kecamatan
Gisting Tanggamus.
Data penelitian ini dikumpulkan akan diolah dan dianalisis dengan
menggunakan metode analisis kualitatif yaitu yang memusatkan masalah yang ada
pada saat ini, dimana dalam prosesnya bukan sekedar mengumpulkan dan
mengolah data, tetapi juga menganalisa, meneliti dan menginterpretasikan serta
membuat kesimpulan dan memberi saran yang kemudian disusun pembahasannya
secara sistematis sehingga dapat dipahami, yaitu penelitian yang semata-mata
menggambarkan keadaan dan proses atas objek penelitian berdasarkan data-data
yang ada. Untuk mendapatkan berbagai data-data dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode pengamatan (observasi), wawancara (interview) dan
dokumentasi.
Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa Peranan BMT As-Syafi‟iyah dalam
Peningkataan Pendapatan Usaha Mikro (UM) adalah dengan pemberian pembiayaan.
Pembiayaan di BMT As-Syafi‟iyah dengan menggunakan akad Mudharabah, Murabahah,
Istishna, Salam dan Ijarah dan 9 jenis usaha setelah mendapatkan pembiayaan dari BMT
As-Sayafi‟iyah dapat disimpulkan bahwa dari pedagang sayur mengalami perkembangan
dari 6%-10%, pedagang buah 5%-10%, pedagang sembako 6%-9%, pedagang ayam 7%-
9%, pedagang telur 7%-10%, pedagang ikan 9%-10%, bengkel 9%, pedagang pakaian
9%-10%, warung makan 6%-11%. Sedangkan persentase rata-rata pendapatan sebelum
mendapatkan pembiayaan dari BMT As-Syafi‟iyah Gisting adalah 6% dan setelah
mendapatkan pembiayaan adalah 8% jadi peresentase pendapatan rata-rata setelah
mendapatkan pembiayaan adalah berubah meningkat sebesar 2%.
Page 5
5
MOTTO
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah
kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya‟‟. (QS Al-
Maidah:2)1
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponeggoro, 2010),
hlm. 106.
Page 6
6
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsi ini kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan segala kenikmatan, kemudahan dan bisa
membuat aku bertahan sampai sekarang.
2. Kedua orang tua ku tercinta Ayahanda Siswanto dan Ibunda Nur Ali‟yah dan Tante
Tuti Alawiyah dan Om Romdani Iwan, ST selaku orang tua kedua. Yang telah
membesarkan, mendidik, mendukung, menyemangati, hingga kini senantiasa
mendo‟akan dan menanti keberhasilanku.
3. Kakak ku Ibnu Fikri,S.Kom, kembaran Ulva Fauziah,SE., adekku Fadel Almusyafa‟
Mahasiswa Teknik Pertanian dan ponakan ku Deva Turahmah semoga sukses dengan
kuliyahnya dan saudara-saudaraku yang lain.
4. Teman-teman seperjuangan Arnis Alfiana, Nurna Malya, Deka Silvia, Susanti, Meli
Saputri, Megawati, Ana Efrianti, Dara Saputri dan seluruh Perbankan Syariah kelas A
angkatan 2013.
5. Almamaterku tercinta UIN Raden Intan Lampung yang telah mendewasakanku dalam
berpikir, berbuat dan bertindak.
Page 7
7
RIWAYAT HIDUP
Nurul Fauziah di lahirkan di Purwodadi Kecamatan Gisting Kabupaten
Tanggamus pada tanggal 26 Oktober 1995 Anak Kedua dari Empat bersaudara. Dari
pasangan Bapak Siswanto dan Ibu Nur Aliyah
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Landsbaw
pada tahun 2007, kemudian melanjutkan sekolah menengah di Madrasah Tsanawiyah
(Mts) landsbaw dan tamat pada tahun 2010, kemudian melanjutkan di SMA
Muhammadiyah 1 Gisting Kab Tanggamus dan tamat pada tahun 2013, Pada tahun 2013
penulis melanjutkan studi di IAIN Raden Intan Lampung pada Fakultas Syari‟ah Jurusan
Perbankan Syariah yang telah beralih fakultas menjadi Fakultas Ekonomi Bisnis Islam
(FEBI) pada tahun 2015, dan lulus pada hari Selasa tanggal 1 Agustus 2017 dalam sidang
Munaqasyah jurusan Perbankan Syariah angkatan pertama.
Page 8
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
berkat rahmat dan hinayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “PERANAN BMT AS-SYAFI‟IYAH DALAM PENINGKATKAN
PENDAPATAN USAHA MIKRO (UM) DI KECAMATAN GISTING
TANGGAMUS”.
Shalawat beriring salam semoga senantiasa di limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan
menuju alam terang benderang yaitu agama Islam.
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa penulis tidak terlepas dari
kesalahan dan keterbatasan, kenyataan ini menyadarkan penulis bahwa tanpa
bantuan dari berbagai pihak niscaya skripsi ini tidak akan terselesaikan. Oleh
sebab itu melalui skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Dr. Moh Bahrudin, M.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung.
2. Bapak Ahmad Habibi, S.E., M.E. selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung
3. Bapak Hanif,SE.,MM selaku pembibing satu, dan Bapak Budimansyah,
M.Kom.I. selaku pembimbing dua, yang telah banyak meluangkan waktu
dan fikiran dalam membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
Page 9
9
4. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada
penulis, semoga ilmu yang diberikan dapat penulis amalkan.
5. Bapak Ramdan Rianto Amd. selaku Manajer Operasional BMT As-
Syafi‟iyah di Kecamatan Gisting Tanggamus, yang telah memberikan
izinnya dalam penelitian dan memberikan data-data yang penulis butuhkan
dalam penulisan skripsi ini.
6. Ayah dan ibu ku tercinta, kakak-kakak ku, teman-teman ku, serta semua
pihak yang telah membantu penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini, semoga Allah SWT membalas dan menjadikan amal shaleh
kepada semua pihak yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini
Amin.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Dan penulis mohon maaf
atas kekurangan dan kepada Allah SWT penulis mohon Ampun.
Bandar Lampung, 19 April 2017
Penulis
Nurul Fauziah
NPM: 1351020019
Page 10
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................... ii
PERSETUJUAN ...................................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iv
MOTO ...................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .................................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ............................................................................. 1
B. Latar Belakang ................................................................................ 3
C. Rumusan Masalah ............................................................................ 7
D. Tujuan Penelitian dana Manfaat Penelitian ..................................... 7
E. Alasan Memilih Judul ..................................................................... 9
F. Metode Penelitian ............................................................................ 10
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Tentang Baitul Mal Wat Tamwil
(BMT) ............................................................................................. 20
1. Pengertian BMT ......................................................................... 20
2. Sejarah Berdirinya BMT ............................................................ 22
3. Dasar Hukum BMT .................................................................... 26
4. Prinsip Operasional BMT ........................................................... 28
5. Peranan dan Fungsi BMT ........................................................... 33
6. Sumber Dana dan Produk BMT ................................................. 36
B. Usaha Mikro (UM) ........................................................................ 43
1. Pengertian UM ........................................................................... 43
2. Dasar Hukum UM ...................................................................... 45
Page 11
11
3. Kreteria UM ............................................................................... 46
4. Jenis-Jenis UM ........................................................................... 46
5. Kelemahan dan Kelebihan UM .................................................. 48
6. Permasalahan UM ...................................................................... 49
7. Faktor Pendukung UM ............................................................... 52
8. Pendapatan UM dan Indikator Pendapatan Masyarakat ............. 55
9. Peran Permodalan dalam Mengembangkan UM ........................ 57
C. Peranan BMT Dalam Meningkatkan Pendapatan Usaha
Mikro (UM) .................................................................................... 59
1. Penyaluran Pembiayaan ............................................................. 59
2. Pembagian Pembiayaan .............................................................. 59
3. Tujuan Pembiayaan .................................................................... 61
4. Fungsi Pembiayaan ..................................................................... 62
D. Penelitian Terdahulu .................................................................... 62
E. Kerangka Fikir .............................................................................. 65
BAB III : HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 67
B. Visi dan Misi BMT As-Syafi‟iyah Gisting .................................... 69
C. Struktur Organisasi BMT As-Syafi‟iyah Gisting ............................ 69
D. Sasaran Pelayanan (Target) BMT As-Syafi‟iyah Gisting ............... 73
E. Nasabah yang Dilayani BMT As-Syafi‟iyah Gisting ...................... 75
F. Kegiatan Usaha BMT As-Syafi‟iyah Gisting ................................. 76
G. Jenis Pembiayaan BMT As-Syafi‟iyah Gisting .............................. 77
BAB IV : ANALISIS
A. Peranan BMT As-Syafi‟iyah Dalam Meningkatkan
Pendapatan UM di Gisting Kabupaten Tanggamus ........................ 86
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 93
B. Saran ............................................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Page 12
12
Tabel Halaman
1.1 Perkembangan Jumlah UM di Indonesia .......................................................... 3
3.1 Jenis Usaha Yang Memperoleh Pembiayaan dari BMT
As-Syafi‟iyah Gisting Tahun 2016 ............................................................................ 78
3.2 Produk Pembiayaan Pada BMT As-Syafi‟iyah Gisting Tahun 2016 ......................... 79
3.3 Besarnya Pinjaman Yang Ingin Dipinjam Responden Kepada
BMT As-Syaf‟iyh Gisting Tahun 2016 ..................................................................... 80
3.4 Angsuran Pembiayaan Responden Kepada BMT As-Syafi‟iyah
Gisting Tahun 2016 ......................................................................................... 81
3.5 Perkembangan Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah
Mendapatkan Pembiayaan Tahun 2016 .................................................................... .. 81
3.6 Tingkat Kendala Ansuran Pembiayaan .................................................................... ...84
Page 13
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir .................................................................................................... 66
2. Struktur Organisasi.............................................................................................. 70
Page 14
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Judul merupakan gambaran pokok persoalan yang akan menjadi
pembahasan dalam suatu karya ilmiah, serta akan memberikan arah yang
kongkrit terhadap apa yang telah diujinya maka untuk menghindari
kesalahpahaman dalam penafsiraanya penulis perlu mengemukakan
pengertian atau istilah yang terkandung dalam skripsi ini. Adapun judul
skripsi ini adalah „‟Peranan BMT As-Syafi‟iyah dalam peningkatan
pendapatan usaha mikro (UM) di Kecamatan Gisting Tanggamus‟‟. Untuk
itu, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam
skripsi ini sebagai berikut:
1. Peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang/sekelompok orang
dalam suatu peristiwa atau bagian yang dimainkan seseorang dalam suatu
peristiwa.2
2. BMT Adalah Baitul Mal wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan
non bank yang beroperasi berdasarkan syari‟ah dengan prinsip bagi hasil
didirikan oleh dan untuk masyarakat disuatu tempat/daerah.
2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia Pusat Bahasa,(Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2011), hlm. 1051
Page 15
15
Secara harfiah/lughowi baitul mal berati rumah dana dan baitut tamwil
berati rumah usaha.3
3. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivas perusahaan yang
biasa dikenal/disebut penjualan, penghasilan jasa (fees) bunga, deviden,
royalty, dan sewa. Pendapatan selain itu juga dapat didefinisikan sebagai
penghasilan dari usaha pokok perusahaan/penjualan barang atas jasa
diikuti biaya sehingga diperoleh biaya laba kotor.4
4. UM (Usaha Mikro) adalah entitas yang sebagian besar masih perlu
mendapat dukungan dari pemetintah agar dapat terus berkembang5 . Yang
dimaksud sesuai dengan pengertian dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah diatur dalam pasal 1
(1), (2), dan (3) menyatakan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kreteria
usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Adapun yang dimaksud dengan judul diatas adalah bagaimana
peranan Baitul Mal wat Tamwil (BMT) dalam peningkatan pendapatan
usaha mikro (UM) di Kecamatan Gisting Tanggamus.
3Muhammad Ridwan, Manajemen baitul Maal wat Tamwil, (Jakarta,UII Press, 2004), hlm
126 4 Munawir.S, Analisis laporan keuangan, (Yogyakarta: liberty, 2002),.hlm. 26
5 Soetanto Hardianto dan Djoko Retnadi, Mikro Credit Chalegge, (Jakarta, Elex Media
Komputindo, 2006),hlm.146
Page 16
16
B. Latar Belakang Masalah
Usaha mikro adalah peluang usaha produktif milik orang perorangan
atau badan usaha perorangan yang memenuhi kreteria usaha mikro
sebagaimana diatur dalam Undang–Undang usaha mikro menurut keputusan
Mentri Keuangan No. 20 tahun 2008 tentang usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.6
Indonesia merupakan Negara yang prekonomiannya banyak dipegang
oleh sektor mikro. Fakta mengatakan bahwa ketika krisis moneter melanda
Indonesia pada tahun 1998, salah satu sektor usaha yang masih bertahan
ditanah air adalah usaha mikro kecil dan menengah.7
Jumlah pelaku usaha industri UMKM indonesia termasuk paling
banyak di antara negara lainnya, terutama sejak tahun 2014, terus mengalami
perkembangan sehingga diperkirakan tahun 2017 jumlah pelaku UMKM di
Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Dibawah ini merupakan tabel
tentang perkembangan UMKM di Indonesia.
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah UMKM di Indonesia Tahun 2009-2016
Tahun Jumlah UMKM
2009 52.764.750 Unit, dengan pangsa pasar 99,99%
2010 54.114.821 Unit, dengan pangsa 100,53%
2011 55.206.444 Unit, dengan pangsa 99,99%
2012 56.534.592 Unit, denganpangsa 99,99%
2013 57.895.721 Unit, dengan pangsa 99,99%
2014-2016 57,900.000 Unit
2017 Diperkirakan 59.000.000 Unit
Sumber: depkop. go.id
6 T. Sumarnonugroho, Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosisal, (Yogyakarta,PT Hadindita,
1984), hlm 33 7 Agus Heru Prasetyo, Sukses Mengelola Keuangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah,
(Jakarta: Kelompok Gramedia), 2002 hlm. 15
Page 17
17
Dari tabel 1.1 dijelaskan bahwa perkembangan jumlah UMKM di
Indonesia semakin meningkat dari tahun 2009 sampai tahun 2017.
Sedangkan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus jumlah
UMKM tahun 2012 3.197 unit, tahun 2013 3.302 unit, tahun 2014 3.550 unit,
tahun 2015 3.800 unit, tahun 2016 4.100 unit.8 Kenyataannya tujuan dan
fungsi dari usaha mikro belum terlaksana secara optimal, hal ini disebabkan
oleh kurangnnya perhatian dari permerintah dalam mengatur dan mengontrol
usaha mikro yang dijalankan oleh masyarakat. Faktor-faktor lain yang
menyebabkan kurang berkembangnya dikarenakan kurangnya kemampuan
dan pengalaman para pelaku usaha mikro dalam menjalankan usahanya.
Selain itu dampak dari sulitnya para usaha mikro dalam mendapatkan
pencairan modal sangat sulit yang menyebabkan semakin terpuruknya usaha
mikro.9 Perkembangan potensi UM di Indonesia tidak terlepas dari dukungan
lembaga keuangan dalam menyalurkan pembiayaannya kepada pelaku UM.
Sedangkan di Gisting Kabupaten Tanggamus sendiri banyak pelaku
UM yang sulit untuk mendapatkan pembiayaaan dari lembaga keuangan
seperti usaha rumahan makanan ringan, rumah makan, penjual pakaian,
penjual sembako, usaha bengkel dan sebagainnya sulit untuk mendapatkan
akses perbankan terlebih dipedesaan karna biasanya pembiayaan tersebut
bersifat mikro dan perbankan pun tidak bersifat menyeluruh.
Kehadiraan lembaga keuangan syari‟ah dalam berbagai ragamnya
yang marak dalam beberapa tahun terakhir ini menggambarkan satu realitas
8 Dokumentasi, Dinas Koperindag Kecamatan Gisting, Lampung, (Gisting, Lampung, 14
April 2017) 9 Ibid hlm .38
Page 18
18
yang hadir untuk melakuakan dekontruksi ekonomi baik pada tataran teoritik
maupun praktis. Salah satu lembaga keuangan syariah yang berkembang
pesat adalah lembaga keuangan mikro syariah. Lembaga ini hadir untuk
menjembatani kebutuhan masyarakat akar rumput yang tidak tersentuh oleh
lembaga keuangan bank. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) hadir memenuhi
jasa keuangan modal pembiayaan bagi pelaku usaha ekonomi mikro.10
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) bisa menjadi Alternatif bagi usaha
mikro (UM). Kemudian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan bagi
pelaku UM itu sendiri, Karna modal merupakan salah satu elemen penting
dalam mendukung peningkatan produksi yang dapat meningkatkan
pendapatan terlebih lagi pada sektor usaha kecil. Kehadiran BMT sebagai
pendatang baru dalam dunia pemberdayaan masyarakat melalui sistem
simpan pinjam syaria‟h dimaksudkan untuk menjadi alternatif yang lebih
inovatif dalam jasa keuangan. Selain itu kesesuaian koperasi BMT dengan
islam dapat dilihat dari mekanisme operasional atau pola tata laku operasional
adalah melalui sistem imbalan (keuntungan/fasilitas) yang diterima anggota
yang sesuai dengan prinsip balas jasa dalam Islam. Islam mengajarkan
seseorang hanya menerima apa yang ia usahakan sebagaimana yang
ditegaskan dalam Al-Quran Surat Al-Zalzalah ayat: 7-8
Artinya : “Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zahrah,niscaya
dia akan melihat (balsaanya). Dan barang siapa mengerjakan
10
Muhammad, Lembaga keuangan mikro syariah, Edisi pertama, Cetakan pertama,
(Yogyakarta: UII Pers, 2009), hlm 78.
Page 19
19
kejahatan seberat zahrah , niscaya dia akan melihatnya (balasan)
nya pula’’.11
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) As-Syafi‟iyah di Gisting berdiri pada
tanggal 14 Agustus 2012 kegiatan usahannya menghimpun dana dan
penyaluran dana. Untuk membangun ekonomi Islam di Gisting diharapkan
mampu menjadi lembaga keuangan yang dapat menodorong bagi perbaikan
ekonomi. Melalui pengembangan Baitul Mal wat Tamwil (BMT), diharapkan
pada terjalin kerja sama positif antara pengusaha besar dengan pengusaha
kecil dan menengah. Kemitraan usaha antara Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
dan kalangan usaha kecil perlu lebih ditingkatkan lagi dimasa yang akan
datang. Sehingga Baitul Mal wat Tamwil (BMT) mampu menjadi lembaga
keuangan syari‟ah yang berdaya guna bagi kepentingan masyarakat banyak.12
Dengan diadakannya pembahasan skripsi ini yang bertujuan
melaksanakan prinsip-prinsip muamalah sesuai dengan ajaran agama Islam
serta bagaimana peran BMT dalam peningkatkan pendapatan ekonomi
masyarakat sehingga penuliis mengambil judul “Peranan Baitul Mal Wat
Tamwil (BMT) As-Syafi‟iyah Dalam Peningkatan Pendapatan Usaha Mikro
(UM) Di Kecamatan Gisting Tanggamus‟‟
11
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahanya, (Jakarta: Mekar Surabaya, 2002),
hlm 909 12
www. Repository.usu.ac.id, tgl 03 Febuari 2017
Page 20
20
C. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Peranan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) As-Syafi‟iyah dalam
peningkatan pendapatan usaha mikro (UM) di Gisting Tanggamus?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah dimana berbagai data dan
informasi dikumpulkan, dirangkai dan di analisa yang bertujuan untuk
mengembangakan ilmu pengetahuan dan juga dalam rangka memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi.13
Tujuan dari Skripsi ini adalah untuk
mengetahui peranan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) As-Syafi‟iyah dalam
peningkatan pendapatan usaha mikro (UM) di Kecamatan Gisting
Tanggamus.
2. Manfaat Penelitian
Hasil manfaat ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan lainya, lebih rincinya sebagai
berikut:
13
Soerjono soekanto. Pengantar penelitian hukum.Cetakan ketiga, (Jakarta: UI-Press.1986),
hlm 2.
Page 21
21
a. Manfaat Teoritis
Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan
ilmu ekonomi Islam mengenai analisis peranan baitul maal wat
tamwil (BMT) dalam peningkatan pendapatan usaha mikro (UM).
b. Manfaat Praktis
1) Bagi penulis
Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangakan
kemampuan dalam penelitian, serta menambah wawasan dan
pengetahuan penulis tentang peranan baitul maal wat tamwil
(BMT) As-Syafi‟iyah dalam peningkatan pendapatan usaha
mikro (UM). Disamping itu untuk meningkatkan pemahaman
penulis dalam menerapkan ilmu pengetahuan berdasarkan
kenyataan yang ada di lapangan
2). Bagi pihak Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam menilai
peranan BMT dalam peningkatan pendapatan usaha mikro
(UM). Hasil yang didapat dari penelitian ini juga dapat
dijadikan sebagai pedoman bagi BMT As-Syafiiyah Gisting
Tanggamus dimasa yang akan datang.
3) Manfaat Akademis
Penelitian ini dapat menambah kepustakaan dan dapat
dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnnya.
Page 22
22
E. Alasan Memilih Judul
Adapun yang menjadi alasan penulis memilih dan menetapkan judul
ini adalah:
1. Alasan objektif
a. Prefensi dalam Islam dikaji dimana cara penggunaan yang harus
diarahkan pada pilihan-pilihan (prefensi) yang mengandung maslahah
(baik dan manfaat).Termasuk juga bagi pelaku UM yang menetapkan
prefensi sumber permodalannya yang dapat memberikan manfaat bagi
para pelaku UM serta dapat mensejahterakan dari prefensi yang telah
dipilih.
b. Dalam membangun sebuah usaha salah satu faktor pendukung yang
dibutuhkan adalah modal, bisnis yang dibangun tidak akan
berkembang tanpa didukung dengan modal. Kesulitan dalam hal
permodalan dan segala keterbatasaan untuk mengakses sumber
permodalan dan segala keterbatasan untuk mengakses sumber
permodalan yang dihadapi pelaku UMKM menjadi tantangan
tersendiri dalam menjalankan dan mengembangkann usahannya. BMT
As-Syafi‟iyah merupakan lembaga keuangan mikro non bank yang
bersifat informal, yang salah satu kegiatannya yaitu mengembangkan
usaha-usaha produktif, investasi dalam meningkatkan kwalitas
kegiatan pengusaha mikro
Page 23
23
2. Alasan Subyektif
a. Untuk memperoleh data sebagai bahan utama penyusunan penulisan
skripsi guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana dibidang perbankan syariah fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Raden Intan Lampung
b. Adanya motivasi tinggi untuk turut serta dalam menyumbangkan
pemikiran berupa karya ilmiah yang bermanfaat bagi kemaslahatan.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan sifat penelitian
a. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, dimana
penelitian ini dilakukan dalam lokasi baitul mal wat tamwil (BMT)
As-Syafi‟iyah Gisting Tanggamus. Penelitian ini dilakukan dengan
mengangkat data-data yang ada dilapangan mengenai hal-hal yang
diteliti, yaitu dengan menganalisa peranan BMT serta faktor-faktor
yang mendukung peranan BMT untuk peningkataan pendapatan usaha
mikro pada BMT As-Syafiiyah Gisting Tanggamus.
b. Sifat penelitian
Dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif artinya data yang dikumpulkan
bukan berupa angka-angaka, melainkan data tersebut berasal dari
Page 24
24
lapangan yang dikumpulkan menggunakan naskah wawancara dan
catatan hasil penelitian dilapangan, sehingga tujuan dari penelitian
kualitatif ini adalah ingin menggambarakan realita empirik dibalik
fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Penelitian deskriptif ini
adalah untuk membuat gambaran secara sistematik, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki.14
Penelitian deskriptif yang peneliti maksudkan adalah
penelitian yang menggambarkan mekanisme dalam membahas dan
meneliti bagaimanakah peranan BMT As-Syafi‟iyah Gisting dalam
peningkatan pendapatan usaha mikro (UM) di Kecamatan Gisting
Tanggamus.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengklarifikasi dan
mengeksplorasi mengenai suatu fenomena yang terjadi atau kenyataan
dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkaitan
dengan masalah dan unit yang akan diteliti. Dimana yang dimaksud
adalah menjelaskan analisis peranan BMT As-Syafiiyah dalam
meningkatkan pendapatan usaha mikro (UM) di Kecamatan Gisting
Tanggamus.
2. Data dan sumber data
Dalam penelitian ini digunakan dua sumber data, yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder.15
14
Moh Nazir, Metode penelitian, Bogor:Ghalia indonesia, 2003, hlm.54. 15
Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen (Jakarta; PT Gramedia Pustaka
Utama, 2000), hlm, 130
Page 25
25
a. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh langsung dari responden atau
obyek yang diteliti atau ada hubungannya dengan obyek yang diteliti.
Data primer dapat diperoleh melalui wawancara. 16
Data primer dalam
penelitian ini diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian yaitu
baitul maal wat tamwil (BMT) As-Syafi‟iyah Gisting melalui
interview dengan pimpinan dan karyawan dan anggota/nasabah
pembiayaan mikro di BMT As-Syafiiyah. Dilakukan untuk
mempermudah dalam mendenefisikan suatu data yang kemudian di
olah dalam melakukan analisis data. Data primer dalam penelitian ini
adalah data tentang peranan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) As-
Syafi‟iyah dalam peningkatan pendapatan usaha mikro (UM) di
Kecamatan Gisting Tanggamus.
b. Data Sekunder
Merupakan data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang atau instansi diluar dari peneliti sendiri.17
Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui
berbagai data dari catatan-catatan, dokumen, laporan, artikel-artikel
dari internet serta berbagai referensi mengenai peranan BMT As-
Syafi‟iyah dalam peningkatkan pendapatan usaha mikro (UM). Data
sekunder dalam penelitian ini adalah data tentang peranan BMT As-
16
Danang Sunyoto, Metode dan Instrumen Penelitian Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta:
CAPS, 2013), Hlm 27 17
Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm 57
Page 26
26
Syafi‟iyah dalam peningkatkan pendapatan usaha mikro di Kecamatan
Gisting Tanggamus dari buku, artikel dan skripsi terdahulu.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi dalah suatu kesatuan individu atau subyek pada
wilayah dan waktu serta dengan kualitas tertentu yang akan
diamati/diteliti.18
Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh anggota dan nasabah pembiayaan
mikro BMT As-Syafi‟iyah yang berjumlah 340 orang.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan subyek
penelitian sebagai “wakil” dari para anggota populasi.19
Penarikan
sempel ditentukan dari pertimbangan-pertimbangan peneliti berkaitan
dengan perlunya memperoleh informasi yang lengkap dan mencukupi,
sesuai dengan tujuan atau masalah diteliti.20
Pertimbangan bersumber dalam penelitian ini dipilih dengan
berbagai kreteria tertentu. Kreteria tersebut adalah: (1) Responden
sudah cukup lama dan intensif menyatu dengan medan aktivitas yang
menjadi sasaran penelitian: (2) Responden masih aktif terlibat di
lingkungan aktivitas yang menjadi sasaran penelitian: (3) Responden
tidak mengemas informasi tetapi memberikan informasi yang
18
Supardi, Metodologi penelitian ekonomi dan bisnis, (Yogyakarta: UII Press,2012), hlm
101. 19
Soepardi, Op Cit, hlm 103 20
Kaelan, M.S.Metode penelitian kualitatif interdisiplinier, (Yogyakarta :Paradigma,2012),
hlm. 76.
Page 27
27
sebenarnya.21
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 10
persen dari populasi yaitu nasabah BMT 34 orang. Teknik
pengambilan sempel dalam proses penelitian kualitatf, penentuan
sampel lebih tepat menggunakan sistem nonprobality sampling,
karena dalam penelitian kualitatif ukuran populasi tidak terhingga.
Dalam penelitian ini menggunakan salah satu teknik nonpropability
sampling yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan atau tujuan
tertentu. Pertimbangan atau tujuan tetentu ini misalya orang, informan
atau responden tersebut dianggap tau atau mewakili tentang apa yang
akan di ungkap dalam penelitian.22
4. Metode pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini
digunakan teknik berikut:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah alat atau pengumpulan data
yang digunakan dengan cara mengamati dan mencatat secara
sistematis gejala-gejala yang diselidiki. 23
Teknik observasi dengan
cara peneliti melibatkan diri pada kegiatan yang dilakukan oleh
subyek. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi secara
21
Sugiono, Metode penelitian pendidikan : kuantitatif, kualitatif dan RdanD, (Bandung:
Alfabeta,.20013), hlm 308. 22
Kaelan ., M.S, Op.Cit, hlm 335 23
Cholid Narbuko, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm, 70
Page 28
28
langsung tentang peranan BMT As-Syafi‟iyah dalam peningkatkan
pendapatan usaha mikro (UM) di Kecamatan Gisting Tanggamus.
b. Wawancara
Wawancara (interview) merupakan salah satu bentuk teknik
pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif
kualitatif dan kuantitatif.24
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan
dengan cara wawancara langsung baik secara struktur maupun bebas
dengan pimpinan, karyawan dan nasabah pembiayaan mikro di Baitul
Mal Wat Tamwil (BMT) As-Syafi‟iyah Gisting tentang peranan BMT
As-Syafi‟iyah dalam peningkatan pendapatan usaha mikr0 (UM) di
Gisting Tanggamus.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang yang tidak
langsung ditunjukan pada subyek penelitian, namun melalui
dokumen.25
Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik dokumentasi yaitu
teknik pengumpulan data yang didukung dari data sekunder yang
berkaitan dengan peranan BMT As-Syafi‟iyah dalam peningkatan
pendapatan usaha mikro di Kecamatan Gisting Tanggamus.
24 Danang Sunyoto, Metode dan Instrumen Penelitian Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta:
CAPS, 2013), hlm 53 25
M. Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002)
hlm , 87.
Page 29
29
5. Pengolahan data
Setelah data di kumpulkan melalui tahap diatas, peneliti dalam
mengelola datanya menggunakan beberapa metode sebagai berikut:
a. Editing (pemeriksaan data) yaitu mengoreksi apakah data yang
terkumpul sudah cukup lengkap, sudah benar, dan sudah sesuai atau
relevan dengan masalah.26
b. Klarifikasi adalah pengelompokan data sesuai dengan jenis dan
penggolongannya setelah diadakan pengecekan.
c. Interprestasi adalah memberikan penafsiran terhadap hasil akhir
presentase yang diperoleh melalui observasi sehingga memudahkan
peneliti untuk menganalisa dan menarik kesimpulan.
6. Analisis data
Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data kedalam katagori, menjabarkan
kedalam unit-unit, melakukan sintesa menyusun kedalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.27
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan
analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis
26
Kartini Kartono, Pengantar Metodelogi Riset Sosial, (Bandung, Mandar Maju, 1996),
hlm. 86 27
Kaelan, M.S,Op.Cit, hlm 335
Page 30
30
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola
hubungan tertentu atau menjadi hipotesis.28
Dalam menganalisis data yang penulis kumpulkan maka digunakan
metode analisis data yang tertitik tolak dari hal-hal yang khusus kemudian
ditarik kesimpulan secara umum. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik analisa data yang bersifat deskriptif-kualitatif, yaitu
mendeskripsikan data yang diperoleh melalui instrumen penelitian.
Analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan .29
Analisis data ini sendiri dilakukan dalam tiga cara yaitu:
a. Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan kemudian direduksi,
dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok dan difokuskan pada hal-hal
yang penting dan berkaitan dengan masalah. Data yang telah direduksi
dapat memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan
dan wawancara.30
Reduksi data merupakan proses pembinaan,
pemusatan, perhatian, pengabstaksian dan pertransformasian data
kasar dari lapangan mereduksi data berati merangkum, memilih hal-
hal yng fokus, penting dalam penelitian, dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti mengumpulkan data selanjutnya. Proses ini
berlangsung dari awal hingga akhir penelitian selama penelitian
28
Ibid, hlm 336 29
Ibid, hlm 103 30
Miles dan Hubberman, analisis data kualitatif, (Jakarta;Penerbit Universitas Indonesia,
1992 ), hlm 11
Page 31
31
dilaksanakan. Fungsinya untuk menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi
sehingga interpretasi bila ditarik yang disesuaikan dengan data-data
yang relevan atau data yang sesuai dengan tujuan pengambilan data
dilapangan yang diperlukan untuk menjawab permasalahan dalam
penelitiaan.
b. Display data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang dihasilkan
dari observasi, wawancara, dan dokumentasi dikumpulkan sehingga
tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan
pengambilan tindakan, yang disajikan anatara lain dalam bentuk teks
naratif, matriks, jaringan dan bagan.31
Data yang telah direduksi
selanjutnya dipaparkan. Pemaparan dilakukan sesuai hasil analisa
(pengamatan) yang telah dilakukan. Teknik ini merupakan langkah ke
dua setelah reduksi data guna memudahkan peneliti untuk memahami
tentang permasalahan yang ada pada BMT As-Syafiiyah Gisting.
Dengan teknik ini, diharapkan penulis dapat memperoleh gambaran
tentang peranan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) As-Syafi‟iyah dalam
peningkatan pendapatan usaha mikro (UM) di Kecamatan Gisting
Tanggamus.
c. Kesimpulan dan verivikasi
31
Ibid, hlm 249
Page 32
32
Verivikasi merupakan satu bagian dari konfigurasi yang utuh.
Makna yang muncul dari data uji kebenarannya dan kesesuaiannya
sehingga validitasnya terjamin. Dalam tahap ini, peneliti mengkaji
secara berulang-ulang terhadap data yang ada, dikelompokan yang
telah berbentuk, kemudian melaporkan hasil penelitian secara
lengkap.32
Mengambil kesimpulan melalui reduksi data bahwa BMT
As-Syafi‟iyah berperan dalam peningkatan pendapatan usaha mikro
(UM) Keacamatan di Gisting Tanggamus.
32
ibid
Page 33
33
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Tentang BMT
1. Pengertian BMT
Baitul Mal wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang
beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syari‟ah.33
Istilah Baitul Mal wat
Tamwil sebenarnya berasal dari 2 (dua) suku kata, yaitu Baitul Mal dan
Baitut Tamwil. Istilah Baitut Mal berasal dari kata Bait dan Al-Mal. Bait
artinya bangunan atau rumah, sedangkan Al Mal berati harta benda atau
kekayaan. Jadi Baitul Mal secara harfiah seperti rumah harta benda atau
kekayaaan.34
Baitul Mal dilihat dari segi istilah fiqh adalah suatu lembaga atau
badan yang bertugas untuk mengurusi kekayaan negara terutama keuangan,
baik yang berkenaan dengan soal pemasukan dan pengelolaan, maupun yang
berhubungan dengan masalah perngeluaran dan lain-lain. Sedangkan Baitut
Tamwil berati rumah penyimpanan harta milik pribadi yang dikelola oleh
suatu lembaga.35
Apabila dilihat dari istilah peristilahan BMT adalah sekelompok orang
yang menyatukan diri untuk saling membantu dan berkerja sama membangun
33
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Ed. 1, Cet. 2,(Jakarta :Kencana,
2009), hlm 551 34
Suhrawardi K. Lubis dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam, Cet. 1, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), hlm. 123 35
Ibid, hlm. 123
Page 34
34
sumber pelayanan keuangan guna mendorong dan mengembangkan usaha
produktif dan meningkatkan taraf hidup anggota dan keluarganya.36
Menurut Ensiklopedia hukum Islam, Baitul Mal adalah lembaga
keuangan negara yang bertugas menerima, menyimpan, dan mendistribusikan
uang negara sesuai dengan aturan syariat. Sementara menurut Arif Budiharjo,
Baitul Mal wat Tamwil (BMT) adalah “kelompok swadaya masyarakat yang
berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem
bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekionomi pengusaha kecil menengah
dalam pengentasan kemiskinaan.37
Pengertian lain dikemukakan oleh Amin Aziz bahwa BMT adalah
‟‟Balai usaha mandiri yang terpadu yang dikembangkan dari konsep Baitul
Mal wat Tamwil. Dari segi Baitul Mal, BMT menerima titipan baziz dari
dana zakat dan sedekah memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat
kecil, fakir, miskin. Pada aspek Baitut Tamwil BMT mengembangkan usaha-
usaha produktif untuk meningkatkan pendapatan pengusaha kecil dana
anggota‟‟. Senada yang dikemukakan Abdul Aziz, Saifuddin A.Rasyid
menjelaskan bahwa BMT melakukan dua jenis kegiatan, Baitut Tamwil dan
Bitul Mal. Baitut Tamwil bergiat mengembangkan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan pengusaha mikro kecil dan
menengah dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang
36
Modul Pelatihan Pengelolaan BMT, Topik 2 hlm. 4
37
Abdul Manan, Hukum Ekonomi syariah dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama,
Ed. 1, Cet. 1, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm 353
Page 35
35
pembiayaan ekonomi. Adapun Baitul Mal menerima titipan zakat, infak dan
sedekah, serta menjalankannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya38
.
Sebagai salah satu lembaga keuangan mikro, BMT merupakan
lembaga ekonomi rakyat yang dalam melakukan aktivitasnya berdasarkan
prinsip syari‟ah. Aktivitas yang dilaksanakan BMT seperti usaha perbankan,
yakni selain menerima dana zakat, infak dan sedekah yang akan disalurkan
kepada yang berhak menerimanya, BMT juga menghimpun dana anggota dan
calon anggota (nasabah) serta menyalurkannya kepada sektor ekonomi yang
halal dan menguntungkan.
BMT merupakan lembaga keuangan yang bermotif Islami, sangat
memahami agamanya yang memeng tidak membolehkan seseorang menjadi
kaya dengan menghancurkan orang lain. Dalam operasioanalnya BMT
menerapakan konsep ekonomi yang bebas bunga, hal ini dimaksudkan untuk
menghindari praktek riba yang tidak dihendaki dan diperbolehkan dalam
Islam.
2. Sejarah Berdirinya BMT
Sebelum Islam hadir ditengah-tengah umat manusia, pemerintahan
suatu negara dipandang satu-satunya penguasa kekayaan dan kependaharaan
negara. Dengan demikian pemerintah bebas mengambil kekayaan rakatnya
sebanyak mungkin serta memelanjakannya sesuka hatinya. Hal ini berarti
38
Ibid, hlm 354.
Page 36
36
sebelum Islam datang. Tidak ada konsep tentang keuangan publik dan
perbendaharaan didunia.39
Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang
untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syari‟ah. Opersional BMI
kurang menjangkau usaha keuangan mikro, untuk itulah BMT lahir, dengan
maksud membatasi hambatan opersional perbankan syaria‟ah di daerah-
daerah, sehingga keberadaan BMT diharapkan mampu mengatasi masalah ini
lewat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ekonomi masyarakat.
Dengan keadaan tersebut keberadaan BMT setidaknya mempunyai
beberapa peran:
a. Membantu mengembangkan dan meningkatkan potensi umat dalam
program pengentasan kemiskinan
b. Memberikan sumbangan aktif dalam uapaya memberdayakan dan
meningkatkan kesejahteraan umat
c. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota
dengan prinsip syari‟ah
d. Mengembangkan sifat hemat dan mendorong kegiatan gemar
menabung
e. Mengembangkan usaha-usaha yang produktif dan sekaligus
memberikan bimbingan dan konsultasi bagi anggota dibidang
usahanya
39
Ismail Nawawi, Ekonomi Kelembagaan Syari’ah; Dalam Pusaran Prekonomian Global
Sebuah Tuntunan dan Realitas, (Surabaya: CV. Putra Media Nusantara, 2009), hlm 85
Page 37
37
f. Meningkatakan wawasan dan kesadaran umat tentang sistem dan pola
prekonomian Islam
g. Membantu para pengusaha lemah untuk mendapatkan modal pinjam.40
Istilah Baitul Mal telah ada dan tumbuh sejak zaman Rosulullah
SAW meskipun saat itu belum berbentuk suatu lembaga yang permanen dan
terpisah. Kelembagaan Baitul Mal secara mandiri sebagai lembaga ekonomi
berdiri pada zaman Khalifah Umar biin Khattab atas usulan seorang ahli fiqih
bernama Walid bin Hisyam.
Sejak masa tersebut dan masa kejayaaan Islam selanjutnya (Dinasti
abbaasyiah dan Umayyah). Baitul Mal telah menjadi institusi yang cukup
vital bagi kehidupan negara. Ketika itu, Baitul Mal telah menangani berbagai
macam urusan mulai dari penarikan zakat (juga apajak), Ghanimah, infaq,
shadaqoh samapai membangun fasilitas umum seperti jalan, jembatan. Serta
kegiataan sosial atau kepentingan lainnya.41
Dalam perkembangan BMT di Indonesia, didorong oleh rasa
keperhatian yang mendalam terhadap banyaknya masyarakat miskin yang
terjerat oleh rentenir dan juga dalam rangka memberikan alternatif bagi
mereka yang ingin mengembangkan usahanya namun tidak dapat
berhubungan secara langsung dengan perbankan Islam (baik BMI maupun
BPRS) dikarnakan usaha tergolong kecil dan mikro. Maka pada tahun 1992
lahirlah sebuah lembaga keuangan kecil yang beroperasi menggunakan
gabungan antara konsep Baitul Mal dan Bitul Tamwil yang target, sasaran
40
www. Repository.usu.ac.id,tgl 25 maret 20127 41
Nurul Huda, Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam, (Jakarta: Kencana Predana
Media Group, 2013), hlm. 25
Page 38
38
dan skalanya pada sektor usaha mikro. Lembaga tersebut bernama Baitul Mal
wat Tamwil yang disingkat BMT.
Jadi, di Indonesia, Istilah Baitul Mal wat Tamwil berada sejak tahun
1992. Mulanya, lembaga ini sekedar menghimpun dan menyalurkan ZIS
(zakat, infaq dan shadakah) dari para pegawai atau para karyawan suatu
instansi untuk dibagikan kepada para mustahiqnya, lalu berkembang menjadi
sebuah lembaga ekonomi berbentuk koperasi serba usaha yang bergerak
diusaha simpan pinjam dan usaha-usaha sektor riil.42
BMT mempunyai beberapa komitmen yang harus dijaga supaya
konsisten terhadap perannya, komitmen tersebut adalah:
a. Menjaga nilai-nilai syari‟ah dalam operasi BMT, Dalam operasinnya BMT
bertanggunng jawab bukan saja terhadap nilai keislaman secara
kelembagaan, tetapi juga nilai-nilai keislaman di masyarakat dimana BMT
itu berada. Maka setidaknya BMT mremiliki majelis taklim ataun
kelompok pengajian.
b. Memerhatikan maslah-masalah yang berhubungan dengan pembinaan dan
pendanaann usaha kecil. BMT tidak menutup mata terhadap masalah
nasabahnya, tidak saja dalam masalah ekonomi, tetapi aspek
kemasyarakatan nasabah yang lainnya.
c. Meningkatan profesionalitas BMT dari waktu ke waktu. Tuntunan ini
merupakan bagian yang tidak rerpisahkan untuk menciptakan BMT yang
mampu membantu kesulitan ekionomi masyarakat. Maka setiap BMT
42
www.mu.or.id/a. public-m, dinamic-s ,detail-ids, 11.id, 9662-lang. Id, 04 Apri 2017
Page 39
39
dituntut untuk mampu meningkatkan SDM dengan melalui pendidikan dan
pelatihan.
d. Ikut terlibat dalam memelihara kesinambungan untuk masyarakat.
Keterlibatan BMT dalam kegiatann ekonomi masyarakat akan membantu
konsistensi masyarakat dalam memegang komitmen sebagai seorang
nasabah. Maka BMT yang bertugas sebagai pengeloola zakat, infaq,
shadaqoh juga harus membantu nasabah yang kesulitan dalam masalah
pembayaran pembiayaan.43
e. Perekembangan koperasi saat ini sudah diwarnai dengan perkembangan
koperasi dengan sistem syari‟ah. Koperasi dengan sistem syariah
menggunakan asas kebersamaan dan keadilaan. BMT menjadi unit usaha
yang berprespektif, karena unit usaha ini memiliki manfaat ganda, yaitu
dari pengolahaan BMT bagi para anggota dan pengelolanya. Dalam
pendiriannya, BMT haruslah berguna meningkatkan kualitas usaha
ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi lemah.44
3. Dasar Hukum BMT
Yang menjadi landasan dasar hukum BMT sebagaiman lembaga
ekonomi Islam lainnya yakni mengacu pada sistem ekonomi Islam itu sendiri
seperti tersirat melalui fenomena alam semesta dan juga tersurat dalam Al-
Qur‟an serta Al-Hadist BMT antara lain:
43
Heri Sudarsono, Bank dan Lemaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi, Ed 3,
(Jakarta: Ekonisia, 2008), hlm. 108. 44
Ahmad Roziq, Buku Cerdas Investasi &Transaksi Syari;ah, Panduan Mudah Meraup
Untung Dengan Ekonomi Syari’ah, (Surabaya: Dinar Media, 2012), hlm 44
Page 40
40
a. Al-Qur‟an
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.(QS:An-Nisa:29)45
Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan
membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri
sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.
Artiny: “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”.(QS:Al-Maidah:2).46
Artiny: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu”.(QS:Al-Baqarah:168).47
45
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Diponegoro, 2010), Hlm
83 46
Ibid, hlm. 106 47
Ibid, hlm. 25
Page 41
41
b. Ijtihad
1) Rukun jual beli itu dihalalkan dan dibenarkan agama, asalkan
memenuhi syarat-syarat yang tertentu. Demikian hukum ini
disepakati oleh para ahli ijma (Ulama Mujtahidin) dan tidak ada
perbedaan pendapat.
2) Ibnu Qodamah berkata „‟kaum muslimin telah berkonsensus
terhadap ligitimasi syirkah secara global walaupun terdapat
perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya‟‟
3) Para Ulama berbeda pendapat menyangkut jual beli secara kredit.
Para Ulama Ahl al-Bait, yang terdiri atas Zain Al- Abidin, „Ali ibn
Al-Husain, Al-Nashir, Al-Manshur bi-Allah, Imam Yahya, dan
para ulama Hadawiyah (salah satu cabang Ahl al-Bait, pengikut Al-
Hadi), berpendapat jual beli secara kredit, yang besarnya tidak
secara kontan dan lebih besar daripada harga pasaran pada hari
penjualan, hukumnya haram sebagai imbalan waktu.48
4. Prinsip Operasional BMT
Dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh dengan BPR syari‟ah
yakni dengan menggunakan 3 prinsip:49
a. Prinsip Bagi Hasil
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara
pembagian hasil usaha antara pemodal (penyedia jasa) dengan pengelola
dana. Pembagian hasil ini dilakukan antara BMT dengan pengelola dana
48
www.masbied.com/search/pendapat-ulama-akad-jual beli,04 Mei 2017 49
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syari‟ah cet 1 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2014), Hlm, 24
Page 42
42
dan antara BMT dengan penyedia dana (penyimpan dan penabung)
Adapun bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:
1) Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah akad antara dua belah pihak untuk salah
satu pihak mengeluarkan sejumlah uang untuk diperdagangkan
dengan syarat keuntungan dibagi dua sesuai dengan perjanjian.50
2) Al-Musyarakah
Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.51
3) Al-Muzara‟ah
Al-Muzara‟ah adalah kerja sama pengolahan pertanian anatara
pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan
lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara
dengan imbalan bagian tertentu (perentase) dari hasil panen.52
50
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,Ed.I,Cet.5.( Jakarta ; Rajawali Pers, 2010), Hlm,137. 51
Muhammad Syaf‟i Antonio , Bank Syariah dan Teori Kepraktek , Cet, I, (Jakarta: Media
Pres 2013), hlm, 98 52
Ibid, hlm. 99
Page 43
43
4) Al-Musaqah
Al-Musaqah adalah penyerahan sebidang kebun pada petani untuk
digarap dan dirawat dengan ketentuan bahwa petani mendapatkan
bagaian dari hasil kebun itu.53
b. Prinsip Jual Beli
Prinsip ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam
pelaksanan nya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi
kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT, dan kemudian
bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya
tersebut dengan ditambah mark-up, keuntungan BMT nantinya akan
bibagi kepada penyedia dana.
1) Bai‟ Al-Murabahah
Bai‟ Al-Murabahah adalah jual beli suatu barang dengan
pembayaran ditangguhkan. Maksudnya, pembeli baru membayar
pada waktu jatuh tempo dengan harga jual sebesar harga pokok
ditambah keuntungan yang disepakati.54
1) Bai‟ as-Salam
Bai‟ as-Salam adalah akad jual beli barang pesanan antara pembeli
dan penjual dengan pembayaran dilakukan diimuka pada saat akad
dan pengiriman barang dilakukan dikemudian hari. untuk
53
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta:Gaya Media Pratama,2007),hlm 281. 54
Hertanto Widodo, Pas ( Pedoman Akuntansi Syari’ah) :Panduan Praktis Operasional
Baitu Mal Wat Tamwil (BMT), (Jakarta: Mizan, Cet. I, Sya‟ban 1420/ November 1999), hlm, 49.
Page 44
44
menghindari resiko yang merugikan, pembeli boleh meminta
jaminan dari penjual.55
2) Bai‟ Bitsaman Ajil
Bai‟ Bitsaman Ajil adalah jual beli barang dengan pembayaran
cicilan. Harga jual adalah harga pokok ditambah keuntungan yang
disepakati56
.
c. Prinsip Non-Profit
Pembiayaan yang bersifat sosial dan non-komersial. Nasabah
cukup mengembalikan pokok pinjaman saja.
1) Al-Qordul Hasan
Al-Qordul Hasan adalah kegiatan transaksi dengan akad pinjaman
dana non komersial dimana si peminjam mempunyai kewajiban
untuk membayar pokok dana yang dipinjam kepada koperasi yang
mmeinjamkan tanpa imbalan atau bagi hasil dalam waktu tertentu
sesuai kesepakatan. Didalam Islam, lembaga keuangan mempunyai
tiga macam akad pembiayaan:
a) Akad bersyarikat/syirkah
Akad bersyarikat adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih
masing-masing pihak mengikutsertakan modal (dalam
berbagai bentuk) dengan perjanjian pembagian
keuntungan/kerugiaan yang disepakati. Musyarakah
55
Sri Nurhayati, Wasilah, Akuntasi Syari’ah Di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2013),
hlm, 198
56
Hertanto, loc.cit, hlm, 49
Page 45
45
merupakan akad kerjasama diantara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari
keuntungan.57
b) Akad Tijarah
Akad Tijarah merupakan akad yang ditunjukan untuk
memperoleh keuntungan. Dalam akad ini menghimpun
beberapa produk lembaga keuanagan syari‟ah, diantaranya,
Bai‟ Bitsaman Ajil, Murabahah, dan Mudharabah. Dalam
proses pemenuhan akad tijarah ini BMT akan melayani
kebutuhan masyarakat akan suatu barang, baik untuk
kebutuhan modal investasi, sehingga barang yang dibutuhkan
sangat beragam.
c) Akad Ijarah 58
Ijarah adalah akad sewa menyewa. Untuk akad ini, terhimpun
setidaknya dua produk lembaga keuangan syari‟ah, yaitu
Ijarah dan Ijarah Muntahia Bit Tamlik. Untuk memenuhi
kebutuhan akan produk ini, kembali ke posisikan BMT sebagai
konsumen dari mitranya. Alasannya adalah kalau BMT
memiliki stock barang yang akan disewakan, maka ia tidak
akan menggunakan mitranya. Tetapi kalau BMT tidak
memiliki barang yang diminta, ia akan kembali membeli
57
Sri Nurhayati, Wasilah, Op.cit hlm 149 58
Muhamad, Op.Cit, hlm, 52
Page 46
46
barang kepada mitranya untuk kemudian disewakan kepada
nasabah/anggota.59
5. Peranan dan Fungsi BMT
Dalam koperasi konvensional lebih mengutamakan mencari
keuntungan untuk kesejahteraan anggota, baik dengan cara tunai atau
membungakan uang yang ada pada anggota. Para anggota yang meminjam
tidak dilihat dari sudut pandang penggunaannya hanya melihat uang pinjaman
kembali ditambah dengan bunga yang tidak didasarkan kepada kondisi hasil
usaha atas penggunaan uang tadi.
Pada kopersi syari‟ah/BMT hal ini tidak dibenarkan, karna setiap
transaksi (tasharruf) didasarkan atas pengguna yang efektif apakah untuk
pembiayaan atau kebutuhan sehari-hari. Kedua hal tersebut diperlakukan
secara berbeda. Untuk usaha produktif, misalnya anggota akan berdagang
maka dapat menggunakan prinsip bagi hasil (musyarakah atau mudharabah)
sedangkan untuk pembelian alat-alat lainnya dapat menggunakan prinsip jual
beli (murabahah).
a. Peranan BMT
1) Sebagai Manajer Investasi
Manajer Investasi yang dimaksud adalah, BMT dapat memainkan
perannya sebagai agen atau sebagai penghubung bagi para
pemilik dana. BMT akan menyalurkan kepada calon atau anggota
59
www. Zarchisme. Wordpress.com, 04 April 2017
Page 47
47
yang berhak mendapatkan dana atau bisa juga kepada calon atau
anggota yang sudah ditunjuk oleh pemilik dana.
2) Sebagai Investor
Peran sebagai investor (Shahibul Mal) bagi BMT adalah jika
sumber dan yang diperoleh dari anggota maupun pinjaman dari
pihak lain yang kemudian dikelola secara profesional dan efektif
tanpa persyaratan khusus dari pemilik dana, dan BMT memiliki
hak untuk terbuka dikelolanya berdasarkan program-program
yang dimilikinya. Prinsip pengelolaan dana ini dapat disebut
sebagai Mudharabah Mutlaqah, yaitu investasi dana yang
dihimpun dari anggota maupun pihak lain dengan pola investasi
yang sesuai dengan syari‟ah.
b. Fungsi BMT
1) Fungsi Sosial
Konsep BMT mengharuskan memberikan pelayanan sosial baik
kepada anggota yang membutuhkannya maupun kepada
masyarakat dhu‟afa. Kepada anggota yang membutuhkan
pinjaman darurat (emergensi loan) dapat diberikan pinjaman
kebajikan dengan pengembalian pokok (Al-Qard) yang sumber
dananya berasal dari modal maupun laba yang dihimpun. Dimana
anggota tidak dibebankan bunga dan sebagaianya seperti koperasi
konvensiaoanal.60
60
Ibid, hlm23
Page 48
48
2) BMT Sebagai Distributor
Memfungsikan BMT sebagai distributor adalah mengembalikan
fungsi BMT ditengah-tengah masyarakat.
3) BMT sebagai lembaga bentuk penjaringan dana zakat, infak, dan
shadakah.61
4) BMT sebagai bentuk tolong menolong yang dilembagakan (Baitul
Tamwil)
5) BMT Sebagai Silkulator
BMT sebagai silkulator adalah memfungsikan BMT seabagai
aktor dari sirkulator dan anggota atau nasabah sebagai subjek
serta barang dan jasa sebagai objek dari silkulator yang dilakukan.
Prinsip dan operasionalnya sangat sederhana. Hal ini disebabakan
karena kebanyakan BMT menggunakan akad tijarah dalam
produk-produknya.
6) BMT dan Sektor Rill
Menjadikan BMT sebagai penggerak sektor rill adalah
menjadikan BMT sebagai pusat Unit Kegiatan Masyarakat,
dengan mengaktifkan dan memfungsikan 4 dimensi BMT, Yaitu
produser, konsumen, distributor dan sirkulator. Dimana BMT
menjadi tumpuan harapan masyarakat berkenaan dengan masalah
investasi, distributor dan sirkulasi.
61
Andri Soemitra, Op.Cit. hlm 452
Page 49
49
Adapun secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi:
1) Baitulmall (bait=rumah, mal=harta) menerima titipan dana ZIS
(zakat infak dan shadakah) serta mengoptimalkan distribusinya
dengan memberikan santunan kepada yang berhak (para asnaf)
sesuai dengan peraturan dan amanah yang diterima.
2) Baitut Tamwil (bait=rumah, atau tamwil=pengembangan harta)
melakukan kegiatan pengembanagan usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha
mikro dan makro terutama dengan mendorong kegiatan
menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.62
6. Sumber Dana dan Produk BMT
a. Menghimpun dana
Penghimpunan dana oleh BMT diperoleh melalui simpanan yaitu dana
yang dipercayakan oleh nasabah BMT untuk disalurkan ke sektor produktif
dalam bentuk pembiayaan. Simpanan ini dapat berbentuk tabungan wadiah,
simpana mudharabah jangka pendek dan jangka panjang.63
Untuk menumbuh kembangkan usaha BMT, maka para pengurus
harus memiliki strategi pencarian dana. Sumber dana dapat diperoreh dari
anggota, pinjaman atau dana-dana yang bersifat hibah atau sumbangan.
Semua jenis sumber dana tersebut dapat diklasifikasikan sifatnya ada
komersial, hibah atau sumbangan atau sekedar titipan saja. Secara umum,
sumber dana BMT diklasifikasikan sebagai berikut:
62
Nurul Huda, dkk, Keuangan Publik Islam Pendekatan Teori dan Sejarah, Ed. I, Cet .I,
(Jakarta: Kencana, Prenada Media Group, 2012), hlm 365. 63
Hertanto Widodo, op.cit, hlm. 83.
Page 50
50
1) Simpanan Pokok
Simpanan pokok merupakan modal awal anggota yang disetorkan
dimana besar simpanan pokok tersebut adalah sama dan tidak boleh
dibedakan antara anggota. Akad syari‟ah simpanan pokok tersebut
masuk kategori akad musyarakah. Konsep pendirian BMT tepatnya
merupakan konsep Syirkah Mufawadhah yakni sebuah usaha yang
didirikan secara bersama-sama dua orang atau lebih, masing-masing
memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama dan berpartisipasi
dalam kerja dengan bobot yang sama pula.
2) Simpanan Wajib
Simpanan wajib masuk dalam kategori modal BMT sebagai simpanan
pokok dimana besar kewajibanya diputuskan berdasarkan hasil syuro
(musyawarah) anggota serta penyetorannya dilakukan secara kontinu
setiap bulannya sampai seorang dinyatakan keluar dari keanggotaan
BMT.
3) Simpanan Sukarela
Simpanan anggota merupakan bentuk investasi dari anggota atau
calon anggota yang memiliki kelebihan dana kemudian
menyimpannya di BMT. Bentuk simpanan sukarela memiliki 2 jenis
karakter antara lain:
Page 51
51
a) Karakter pertama bersifat dana titipan yang disebut wadi‟ah dan
dapat diambil setiap saat. Titipan wadi‟ah terbagi atas dua macam
yaitu titipan wadi‟ah Amanah dan wadi‟ah Yad dhomanah.64
Titipan wadi‟ah Amanah merupakan titipan yang tidak boleh
dipergunakan baik untuk kepentingan BMT maupun untuk
investasi usaha, melainkaan pihak BMT harus menjaga titipan
tersebut sampai diambil oleh pemiliknya. Wadi‟ah Amanah yang
dimaksud disini biasanya berupa dana ZIS (zakat, infak dan
shadakah). Sementara titipan Wadi’ah Yad dhamanah adalah
titpan adalah dana titipan anggota kepada BMT yang diijnkan
untuk dikelola dalam usaha riil sepanjang dana tersebut belum
diambil oleh si pemiliknya.
b) Karakter kedua bersifat investasi,yang memang ditujukkan untuk
kepentingan usaha dengan mekanisme bagi hasil (mudharabah)
baik Revenue Sharing, Profit Sharing maupun Profit and loss
Sharing. Konsep simpanan yang diperlakukan dapat berupa
simpanan berjangka Mudharabah Muqayyadah.
b. Penyaluran Dana
Penyaluran dana BMT kepada nasabah terdiri atas dua jenis:
pertama, pembiayan dengan sistem bagi hasil, dan kedua jual beli dengan
pembayaran ditangguhkan. Pembiayaan merupakan penyaluran dana BMT
kepada pihak ketiga berdasarkan kesepakatan pembiayaan antara BMT
64
Ibid, hlm 86
Page 52
52
dengan pihak lain dengan jangka waktu tertentu dan nisbah bagi hasil yang
disepakati.
Sesuai dengan sifat BMT dan fungsinya, maka sumber dana yang
diperoleh haruslah disalurkan kepada anggota maupun calon anggota. Sifat
penyaluran dananya adalah yang berkategori komersil yakni dengan
menggunakan bagi hasil (Mudharabah atau Musyarakah) dengan harga
jual beli (Piutang Murabahah dan Piutang Salam, Piutang Istishna‟ dan
sejenisnya, bahkan ada juga yang bersifat jasa umum, misalnya pengalihan
piutang (Hawalah), sewa-menyewa barang (Ijarah) atau pemberian
manfaat berupa pendidikan dan sebagainya.65
1) Investasi/Kerjasama
Kerjasama dapat dilakukan dalam bentuk Mudharabah dan
Musyarakah. Dalam penyaluran dana dalam bentuk Mudharabah dan
Musyarakah BMT bertindak selaku pemilik dana (Shahibul Maal)
sedangkan pengguna dana adalah pengusaha dilakukan (Mudharib)
kerjasama dapat dilakukan untuik mendanai sebuah usaha yang
dinyatakan layak untuk didanai.
2) Jual Beli (Al-Bai‟)
Pembiayaan jual beli dalam UKS pada BMT memiliki beragam jenis
yang dapat dilakukan antara lain seperti:
a) Jual beli secara tangguh antara si Penjual dengan si Pembeli
dimana sudah terjadi kesepakatan harga dan si Penjual
65
Ibid, Hlm 89
Page 53
53
menyatakan harga belinnya dan si Pembeli mengetahui besar
keuntungan si Penjual transaksi ini disebut Bai‟ Al- murabahah.
Jika si Pembeli membayar secara tunai tetap dinamakan
murabahah mengingat modal awalnya sudah diketahui dan
jumlah yang diketahui dan jumlah keuntungan yang diterima si
Penjual juga diketahiui.
b) Jual beli secara fararel yang dilkukan oleh 3 pihak, sebagai
contoh pihak satu memesan pakain seragam sebanyak 100 setel
kepada BMT dan BMT meemesan dari konveksi untuk dibuat
100 setel seragam yang dimaksud dan BMT membayarnya
dengan uang muka dan dibayar setelah jadi, setelah selesai
diserahkan kepada pihak 1 dan pihak 1 membayarnya baik
secara tunai maupun diangsur. Pembiayaan ini disebut bai
Istisna‟. Jika BMT membayarnya dimuka disebut Bai‟ Salam.
3) Jasa-Jasa
Disamping produk kerja sama dan jual beli BMT juga dapat
melakukan kegiatan jasa layanan antara lain:
a) Jasa Al-Ijarah (sewa)
Jasa Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang
atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti oleh
dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.66
66
Muhamad, Op.Cit. hlm 52
Page 54
54
b) Jasa Wadi‟ah (titipan)
Jasa wadi‟ah dapat dilakuakan pula dalam locker karyawan atau
penitipan sepeda motor, mobil dan lain-lainnya.
Artinya: “Sesungguhnya allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat yang berhak menerimanaya, dan (menyuruh kamu) apabila
memetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi
Maha melihat.”(QS.AN-Nisa:58)67
c) Hawalah ( Anjak Piutang)
Pembiayaan ini timbul karena adanya peralihan kewajiban dari
seseorang anggota terhadap pihak lain dan dialihkan
kewajibannya tersebut kepada BMT. Hawalah adalah
pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain
yang wajib menanggungnya.68
d) Rahn (Gadai)
Pegadaian menurut Kitab Undang- undang Hukum Perdata Pasal
1150 disebutkan adalah suatu hak yang diperoleh seseorang
yang berpiutang atas suaatu barang yang bergerak, yang
ddiserahkan kepadanya oleh seseorang berhutang oleh orang
lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada
orang yang yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari
67
Departemen Agama RI, Op.Cit, hlm. 87 68
Sri Nurhayati, Wasilah. Op.Cit, hlm, 262
Page 55
55
barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya
mana yang harus didahulukan.69
Rahn (Gadai) timbul karena adanya kebutuhan keuangan yang
mendesak dari para anggotanaya dan BMT dapat memenuhinya
dengan cara barang milik anggota dikuasai oleh BMT dengan
kesepakatan bersama. Rahn adalah menahan salah satu harta
milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang
diterimanya. Dalam produk gadai ini BMT tidak mengenakan
bunga melainkan mengenakan tarif sewa penyimpanan dari
barang yang digadaikan tersebut.
e) Wakalah (Perwakilan)
Wakalah adalah penyerahan harta seseorang kepada orang lain
untuk menjaga di masa hidupnya.70
Jasa ini timbul dari hasil
pengurusan sesuatu hal yang dibutuhkan anggotanya dimana
anggota mewakilkan urusan tersebut kepada BMT.71
f) Kafalah
Jasa ini timbul karena adanya transaksi anggota dengan pihak
lain dan pihak lain tersebut membutuhkan menjamin dari BMT
yang anggota berhubungan dengannya. Kafalah adalah jaminan
yang diberikan oleh penanggung BMT kepada pihak ketiaga
69
Muhamad, Op.Cit, hlm, 387 70
Ibrahim Muhammad, al-Jurnal, Fiqh Muslimah, Ibadah dan Muamalah, ( jakarta: pustaka
Amani, 2007), hlm 367. 71 Sri Nurhayati, Wasilah. Op.Cit, hlm, 253
Page 56
56
untuk memenuhi kewajian anggotanya atau yang ditanggungkan
atau seputar pengalihan tanggung jawab.72
g) Qordh (Pinjaman Lunak)
Jasa ini termasuk pinjaman lunak, dimaana pinjaman yang
diberikan harus dikembalikan sejumlah dana yang diterima
tanpa adanya tambahan. Kecuali jika si anggota mngembalikan
lebih tanpa persyaratan dimuka maka kelebihan dana tersebut
diperolehkan diterima oleh BMT dan dimasukkan kedalam
kelompok dana Qardh atau (Baitulmaal-ZIS). Umumnya sumber
dana ini diambil dari simpanan pokok.73
B. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
1. Pengertian UMKM
a. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (Menegkop dan UKM): Usaha Kecil (UK) termasuk
Usaha Mikro (UM), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan
paling banyak Rp. 1.000.000.000 .
b. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM):74
72 Ibid, hlm, 256uj 73
Nur S. Buchori, Koperasi Syari’ah , Cet..1, (Sidoarjo: Mashan, 2009), hlm. 38. 74
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM).
Page 57
57
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
yang memenuhi kreteria memililki kekayaan bersih paling
banyak Rp. 50.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan atau
memiliki hasil penjualan tahunan palinhg banyak Rp
300.000.000. Adapun ciri-ciri usaha mikro:
a) Jenis barang dan usahanya tidak tetap, dapat berganti pada
preode tertentu
b) Tempat usahanya tidak selalu menetap, dapat berubah
sewaktu-waktu
c) Belum melaksakan administrasi keuangan yang sederhana
dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan
usaha.
d) Tingkat rata-rata pendidikan relatif rendah
e) Pada umumnya belum ada akses ke perbankan , namun
sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan
non bank
f) Umumnya tidak mempunyai izin usaha atau persyaratan
legalitas lainnya termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPW).75
75
Hi. Sastro Wahdino, Ekonomi Makro dan Mikro Islam, (Jakarta: PT. Dwi Chandra
Wacana, 2001), hlm 52.
Page 58
58
2. Dasar Hukum UM
a. Al-Qur‟an
Dasar hukum UM telah dijelaskan di dalam Al-Qur‟an surah Al-
Hasyr ayat:7
Artiny: “telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi;
dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(QS:Al-
Hasyr:7).76
Dari ayat tersebut disebutkan bahwa Allah SWT melarang
berputarnya harta (modal) hanya diaklangan orang-orang kaya saja. Dari
ayat ini dapat kita simpulkan bahwa aktiviats prekonomian hendaknya
melibatkan partisipasi aktiv dari kelompok masyarakat menengah sampai
masyarakat bawah.
a. Hukum Positif
Landasan hukum mengenai usaha mikro, kecil dan menengah di
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008,
menggantikan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 yang mana hanya
mengatur Usaha Kecil. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Kecil dan Menengah ini sesuai dengan amanat Ketetapan MPR
RI Nomor XVI/MPR-RI/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka
Domokrasi Ekonomi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
perlu diberdayakan sebagai bagain integral ekonomi rakyat yang
mempunyai kedudukan, peran, dan potensi strategis untuk untuk
mewujudkan struktur prekonomian nasional yang semakin seimbang,
76
Departemen Agama RI. Op.Cit, hlm. 109
Page 59
59
berkembang, dan berkeadilan. Pemerintah telah memberlakukan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) pada tanggal 4 Juli 2008, di dalamnya berisi hal-
hal mengenai ketentuan umum, asas dan tujuan, prinsip dan tujuan
pemberdayaan, kreteria, penumbuhan iklim usaha, pengembangan
usaha, pembiayaan dan penjaminan, kemitraan, koordinasi dan
pengendalian pemberdayaan usaha Mikro, Kecil dan Menengah, sanksi
administratif dan ketentuan pidana, dan ketentuan penutup.77
b. Kreteria Usaha Mikro (UM)
Kreteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga
ratus juta rupiah).
c. Jenis-Jenis UM
Adapun jenis-jenis UM dapat digolongkan menjadi beberapa yaitu:
a. Manufaktur, jumlah usaha kecil manufaktur sangatlah banyak.
Katagori ini meliputi perusahaan percetakan, pabrik pembuata baja,
pabrik peralatan rekreasi, maufaktur pakaian, perusahaan mabel,
perusahaan lemari dan perusahaan roti. Bisnis manufaktur meliputi
77
Undang-Undang No 20 Tahun Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2008
Page 60
60
pengubahan bahan baku menjadi produk yang dibutuhkan oleh
masyarakat.78
b. Jasa, sektor jasa merupakan suatu bidang yang beraneka ragam, ada
seratus peluang bisnis jasa, jasa merupakan produk yang tidak dapat
diraba yang secara fisik tidak dapat dimiliki dan yang meliputi
kinerja atau karya.79
c. Grosir (Wholeseling), glosir meliputi penjualan ke penjual yang lain,
seperti pengecer, grosir yang lain atau perusahaan industri. Pedagang
glosir merupakan suatu bisnis bebas, yang memegang kepemililkan
barang dipasar. Perusahaan grosir kecil-kecil juga menjual beraneka
macam produk termasuk makanan, supplies, mesin, peralatan rumah
tangga, beras/gandum, buah dan sayur-mayur. Bisnis ini melayani
sebagai suatu mata rantai antara manufaktur dan pengecer atu
pemakai industri.80
d. Pengecer merupakan pedagang yang menjadi barang-barang kepada
konsumen akhir.81
e. Usaha jenis pertanian (Agricultural Bussiness)
Usaha pertanian ini mencakup pertanian dibidang persawahaan
seperti padi, sayur-sayuran maupun perkebunan seperti lada, sawit,
karet, kopi, dan lain-lain.
78
Panji Anoraga, Pengantar Bisnis, Pengelolaan Bisnis dalam Era Globalisasi ( Jakarta:
Rineka Cipta, 2011), hlm.55. 79
Ibid 80
Ibid, hlm. 56.
Page 61
61
d. Kelemahan dan Kelebihan UM
Usaha kecil memiliki beberapa potensi dan keunggulan komperatif
yaitu:
a. Usaha kecil beroperasi menebar diseluruh pelosok dengan berbagai
ragam usaha bidang usaha. Hal ini karna kebanyakan usaha kecil
timbul untuk memenuhi permintaan yang terjadi di daerah
regionalnya. Bisa jadi orientasi produksi usaha kecill tidak terbatas
pada orientasi produk melainkan sudah mencapai taraf orientasi
konsumen .82
b. Usaha kecil beroperasi dengan investasi modal uuntuk aktiva tetap
pada tingkat yang rendah. Sebagian besar modal terserap pada
kebutuhan modal kerja.
c. Sebagian besar usaha kecil dapat dikatakan padat karya yang
disebabkan penggunaan teknologi sederhana. Presentase distribusi
nilai tambah pada tenaga kerja relativ besaar. Dengan demikian,
distribusi pendapatan bisa lebih tercapai. Selain itu keunggulan
usaha kecil teredapat pada hubungan yang erat antara pemilkik dan
karyawan menyebabkan sulitnya PKH (pemutusan hubungan kerja).
Keadaan ini menunjukan betapa usaha kecil memiliki fungsi sosial
ekonomi.83
Beberapa kelemahaan UM diantaranya:
82
Panji Anoraga. Op.Cit. hlm. 55. 83 Ibid, hlm. 75
Page 62
62
a. Manejemen, usaha kecil umumnya memiliki manajemen yang
kurang baik, sering mencampuradukan urusan bisnis dengan
usurasan rumah tangga, organisasinya tidak tertata dengan baik,
tenaga ahli sedikit, pengeluaran bisnis rendah.
b. Dana, kurangnya dana untuk membeli bahan baku atau produk,
membeli peralatan sewa tempat, untuk promosi, melatih karyawan
dari arus kas yang tidak merata merupakan kelemahan yang
umumnya terdapat pada usaha kecil.
c. Peraturan pemerintah, kebijakan yang tumpang tindih dan
inkonsistenasi menyebabkan ketidakpastian berusaha dan
ketidakpastian hukum, serta bebas biaya. Birokasi yang tidak efesien
akibat kurangnya koordinasi antar lembaga pemerintah dan korupsi
dalam setiap bentuk pelayanan publik menyebabkan biaya tinggi itu
menghambat orang unntuk membangun dan mengembangkan
usaha.84
e. Permasalahan UM
„‟Menurut Tulus T.H. Tambunan permasalahan yang dihadapi
UMKM bersifat multidimensi. Secara alami ada masalah yang lebih bersifat
internal dan bersifat eksternal. Dua masalah eksternal yang sebagian besar
usaha kecil dianggap paling serius adalah keterbatasan akses ke bank dan
distorsi pasar yang disebabkan oleh kebijakan-kebijakan atau peraturan-
peraturan pemerintah yang tidak kondusif, sengaja atau tidak lebih
84
Ibid, hlm. 76
Page 63
63
menguntungkan perusahaan besar.‟‟85
Secara umum permasalahan yang
sangat mendasar sulitnya program pengembangan usaha kecil adalah bidang
permodalan, pemasaran dan peluang pasar, manajemen, keuangan, dan
sumber daya manusia (SDM).86
a. Kesulitan pemasaran, pemasaran sering dianggap sebagai salah satu
kendala yang kritis bagi perkembangan usaha mikro. Salah satu
aspek yang terkait denngan masalah pemasaran adalah tekanan-
tekanan persaingan, baik pasar domestik dari produk serupa buatan
usaha besar dan impor maupun pasar ekspor.
Pelaku UMKM biasa tidak memiliki pendidikan dan keterampilan
yang memadai dalam menyusun rencana strategi pemasaran, yang
meliputi perkembangan produk, promosi dan distribusi yang baik.
Disamping itu UM kurang mampu membaca dan mengakses
peluang-peluang yang potensial yang memiliki prospek cerah,
akibatnya pemasaran cenderung statis dan monoton.87
b. Keterbatasan Modal
Usaha Mikro, Khususnya di Indonesia menghadapi dan masalah
utama dari aspek modal. Pada umumnya modal UM adalah milik
pribadi sehingga dengan keterbatasan modal yang dimiliki oleh UM
dan kesulitan untuk mengakses modal mengakibatkan terbatasnya
pendapatan dan perkembangan UM.
85
Tulus T.H. Tambunan, Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia (Jakarta: Salemba
Empat,2002), hlm.69. 86
Nasrullah Yusuf. Op. Cit. Hlm.47. 87
Panji Anoraga dan Djoko Sudantoko, Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil
(Jakarta:Rineka cipta, 2002), hlm. 250.
Page 64
64
c. Keterbatasan Sumber Daya Manusia, permasalahan UM yang
menyangkut sumber daya manusia yang terkait dengan struktur
organisasi dan pembagian kerja, masalah tenaga kerja dan
kemampuan menejerial UM. Hal ini dapat mengganggu kelancaran
usaha, menurunkan omset serta mengakibatkan lepasnya untuk
meraih peluang pasar.88
Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah satu
kendala serius bagi banyak UM di Inddonesia, terutama dalam
aspek-aspek enterreuneurship, manajemen, teknik produksi,
pengembangan produk, engineering design quality control,
organisasi bisnis, akuntansi, data prosessing, teknik pemasaran, dan
penelitian pasar. Keterbatasan ini menghabat UM di Indonesia untuk
dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional.
d. Keterbatasan Teknologi
UM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi lama
atau tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua alat-alat produksi
yang sifatnya manual. Keterbatasan teknologi ini tidak hanya
membuat rendahya total faktor produksi, tetapi juga rendahnya
kualitas produk yang dibuat.
Sesungguhnya dalam setiap usaha manusia selalu ada
permasalahan yang menghambat, dan sesungguhnya setiap kesulitan
itu ada kemudahan, dalam surat Al-Insyiraj ayat 5-7 dijelaskan
88
Ibid. Hlm.69.
Page 65
65
Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka
apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain.89
Dan jika untuk mengatasi permasalahan yang menghambat
pertumbuhan UMKM, tidak hanya kualitas sumber daya, informasi
dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh sumber daya, namun peran
pemerintah juga sangat penting dalam hal ini.
f. Faktor Pendukung UM
a. Sikap mental yang harus dimiliki oleh pelaku UM
1) Percaya diri (Pede)
Seseorang wirausaha haruslah memiliki keyakinan diri yang
tinggi untuk memasuki bisnisnya. Percaya diri ini dapat
dibangun dari pola pikir yang positif bahwa bisnis yang
dikerjakan akan sukses. Sifat-sifat utama wirausaha dimulai dari
pribadi yang mantap, tidak mudah terombang-ambing oleh
pendapat dan saran orang lain.90
2) Memiliki daya instuisi yang tajam
Ada kalanya dalam berbisnis, intuisi yang tajam jauh lebih
berperan daripada rasio (proses nalar). Banyak bisnis yang
dimulai karena seseorang memiliki intuisi bahwa bisnis tersebut
memiliki prospek yang bagus. Sesuatu yang sangat nalar
mungkin sulit untuk diterima, namun karena ketajaman intuisi
89
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan terjemahnya (Jakarta: Karya Insan
Indonesia, 2002), hlm.902. 90
Panjdi Anoraga,Op.Cit, hlm.30.
Page 66
66
tetap dikerjakan justru membawa kesuksesan bisnis. Intuisi ini
dapat dikembangkan karena adannya pengetahuan dan
pengalaman seseorang.91
3) Berorientasi pada tugas dan hasil
Wirausaha lebih mengutamakan potensi usahanya terlebih
dahulu dibanding prestise. Karna prestise sesungguhnya
merupakan dampak dari prestasi usaha. Berbagai motivasi akan
muncul didalam bisnis jika kita dapat mengalahkan peranan
untuk mengutamakan prestise dibanding untuk mengutamakan
prestasi.92
4) Berani mengambil resiko
Dunia usaha selain penuh resiko dan tantangan seperti
persaingan usaha, harga bahan baku turun naik, barang tidak
laku, perubahan selera pasar, produk cacat atau rusak, dan
sebagainnya.93
5) Memiliki kemampuan memimpin
Sifat kepemimpinan merupakan faktor kunci bagi seseorang
wirausaha, karna dalam menjalankan bisnisnya ia harus bekerja
sama dengan orang lain atau mengorganisasi orang untuk
melakukan pekerjaannya agar tujuan bisnis dapat tercapai.94
91
Ibid 92
Ibid 93
Ibid 94
Ibid
Page 67
67
6) Berorientasi kemasa depan
Seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai visi
kedepan. Ia harus dapat menentukan apa yang akan dilakukan,
apa yang akan dicapainya dan bagaimana cara mencapainya.95
7) Sikap tanggap terhadap perubahan
Didunia ini tidak ada yang abadi kecuali perubahan. Demikian
juga halnya dengan dunia usaha, perubahan merupakan hal yang
bersifat abadi. Oleh karena itu, seorang wirausaha dituntut
memiliki sifat tanggap terhadap perubahan yanng relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan orang lain.96
8) Kreativitas yang tinggi
Bagi seseoarang wirausaha, tingkat kreativitas merupakan faktor
penting yang menunjang kemajuan bisnisnya. Kreativitas ini
merupakan tindakan untuk selalu menciptakan produk yang
baru (bisa gagasan atau produk secara fisik, atau teknologinya).
Kreativitas ini dapat menjadi suatu inovasi apabila ditetapkan
secara nyata.97
9) Keorisinilan
Sifat orisinil ini tentu tidak ada pada diri seseorang. Yang
dimaksud orisinil adalah ia tidak hanya mengekor pada orang
95
Ibid 96
Ibid 97
Ibid
Page 68
68
lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, memiliki ide yang
orisinil, dan kemampuan untuk melaksanakan sesuatu.98
g. Pendapatan UM dan Indikator Pendapatan Masyarakat
Dalam kamus manajemen pendapatan adalah uang yang diterima
oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji,
sewa, bunga komisi, ongkos, dan laba. Pendapatan atau upah dapat
didefinisikan dengan sejumlah uang yang dibayar oleh orang yang memberi
pekerjaan kepada pekrja atas jasanya sesuai perjanjian.99
tingkat pendapatan
adalah perolehan barang, uang yang diterima atau yang dihasilkan
masyarakat tersebut. Tingkat pendapatan masyarakat pada suatu daerah
merupakan salah satu indikator untuk melihat keadaan ekonomi masyarakat
tertentu.
Pendapatan masyarakat yang merata, merupakan masalah yang sulit
dicapai, namun berkurangnya kesenjangan adalah tolak ukur keberhasilan
pembangunan. Pendapatan perkapita (income) adalah pendapatan rata-rata
penduduk suatu negara pada periode tertentu, yang biasanya satu tahun
pendapatan perkapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang
dan jasa rata-rata yang tersedia setiap penduduk suatu negara pada suatu
periode tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara tersebut.100
Sedangkan pendapatan UM adalah hasil yang berupa uang atau benda yang
dihasilkan dari sebuah usaha.
98
Ibid 99
M.Umar Chapra, Islam dan tantangan Ekonomi (Penerjemah; Nur Hadi Ihsan, Rifki
Amar, SE),Cet 1, (Jakarta: Grafika Cipta,1999), Hlm. 361. 100
Http:// 110.138.206.53/Bahan Ajar/Modul_Online/Ekonomi/MO/Eko202.04, Html Akses
15 April 2017
Page 69
69
Indikator Pendapatan Masyarakat pendapatan masyarakat sangat
tergantung dari lapangan usaha, pangakat dan jabatan pekerjaan, tingkat
pendidikan umum, produktivitas, produk usaha, permodalan dan lain-lain.
Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab perbedaan pendapatan yang akan
memberikan petunjuk aspek pemerataan pendapatan yang telah tercapai.
Asumsi ini yang menjadi acuan dalam kajian untuk mengukur pendapatan
masyarakat. Besarnya pendapatan dalam penelitian ini adalah seberapa uang
atau hasil yang diperoreh seseorang dalam satu bulan berdasarkan jenis
usahanya setelah dan sebelum mendapatkan pembiayaan dari BMT As-
Syafi‟iyah. Tingkat pendapatan masyarakat salah satu indikator yang
berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat, bahkan tingkat pendapatan
merupakan faktor penting dalam kaitannya terhadap kualitas ekonomi
masyarakat karena tingkat pendidikan yang tinggi jika tidak disertai dengan
tingkat pendapatan yang memadai tentu tidak mendukung terhadap
terciptannya ekonomi masyarakat yang memadai.101
Dalam Islam pendapatan maasyarakat adalah perolehan barang, uang
yang diteriama atau yang dihsilkan dari masyarakat berdasarkan aturan-
aturan yang bersumber dari syariat Islam. Islam mendorong umatnya untuk
bekerja dan memproduksi, bahkan menjadikannya sebagai suatu kewajiban
terhadap orang-orang yang mampu, lebih dari itulah Allah memberi balasan
yang setimpal yang sesuai amal atau kerja hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam Qur‟an surat An-Nahl ayat:97
101
Yusuf Wibisiono, Ekonomi Masyarakat, Universitas Pendidikan Indonesia, 2008, Hlm.
29.
Page 70
70
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka sesungguhnya akan
kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan
kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.(QS.AN-nahl:97).102
Ditekannkan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam
Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai
iman. Islam memberi penekanan utama terhadap pekerjaan dan
menerangkan dengan jelas bahwa manusia diciptakan dibumi ini untuk
bekerja keras untuk mencari penghidupan masing-masing.
h. Peran Permodalan Dalam Mengembangkan dan Peningkatan
Pendapatan UM
Bagi pengembangan usaha mikro, masalah modal merupakan kendala
terbesar.103
Modal adalah kekayaan yang dipakai untuk menghasilkan
kekayaan lagi. Modal meliputi semua barang yang diproduksi tidak untuk
dikonsumsi, melainkan untuk untuk produksi lebih lanjut. Mesin, peralatan,
alat-alat pengangkutan, proyek irigasi seperti kanal dan dam, persediaan
bahkan mentah, uang tunai yang ditanamkan diperusahaan dan sebagainya
merupakan contoh-contoh modal. Modal adalah kekayaan yang didapatkan
102
Departemen Agama RI, Op.Cit, hlm. 278. 103
Panjdi Anoraga, Op.Cit. hlm 48
Page 71
71
oleh manusia melalui tenaganya sendiri dan kemudian menggunakannya
untuk menghasilkan kekayaan lebih lanjut.104
Modal digolongkan menjadi modal tetap dan modal kerja. Modal tetap
mencakup barang produksi tahun lama yang digolongkan lagi dan hingga
tak dapat dipakai lagi. Bangunan dan mesin, peralatan, traktor dan truk, dan
sebaginnya, adalah contoh modal tetap. Adapun modal kerja berisi barang
barang produksi sekali pakai seperti bahan mentah yang langsung habis
sekali pakai saja. Modal memainkan peranan penting dalam produksi, karna
produksi tanpa modal akan menjadi sulit dikerjakan. Modal menempati
posisi penting dalam proses peningkatan pendaptan pembangunan ekonomi
maupun dalam menciptakan lapangan kerja. Pembentukan modal berati
meningkatkan cadangan modal rill di dalam negri. Kegiatan ini mencakup
produksi barang modal, mendoropng tabungan dan investasi.
UM membutuhkan adannya barang modal sebagai sarana dalam
proses usaha. Perkuatan permodalan yang diterima UM, secara langsung
akan mempengaruhi volume usaha bila keduannya digunakan untuk menjadi
modal kerja. Jika pembiayaan dan perkuatan permodalan tersebut digunakan
untuk investasi atau untuk melakukan divervikasi usaha, maka akan
meningkatkan kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan menambah
volume usaha juga. Dengan meningkatnya volume usaha akan berpengaruh
kepada meningkatnya produksi barang dan jasa yang berarti pula
meningkatkan prekonomian daerah. Dengan demikian BMT sebagai
104
Muhammad Syarif Chaudry, Sistem Ekonomi Islam :Prinsip Dasar, (Jakarta:Kencana
Predana Media Group, 2011) hlm. 23
Page 72
72
lembaga keuangan syari‟ah yang mengemban misi bisnis dan sosial sudah
seyogyanya memberikan kontribusi bagi pengembangan UM yang
kemudian dapat meningkatkan pendapatannya.
C. Peranan BMT dalam Meningkatkan Pendapatan Usaha Mikro (UM)
1. Penyaluran Pembiayaan
Peran BMT dalam meningkatkan pendapatan adalah dengan cara
pemberian pembiayaan. Pembiayaan adalah pendanan yang diberiakan suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan baik dilakukan sendiri atau lembaga.105
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok lembaga keuanagan,
yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
Di dalam Islam pembiayaan atau pemberian kredit harus dilakukan
dengan cara ijab kabul yang dilakukan antara nasabah dan pihak pemberi
pembiayaan sehingga tidak menimbulkan riba.
2. Pembagian Pembiayaan
Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
pemenuhan kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk meningkatkan
usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. Menurut
keperluannya pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal sebagai
berikut:
105
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN
2005), Hlm. 17
Page 73
73
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan jangka pendek untuk
membiayai modal usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syari‟ah,
pembiayan modal kerja ini untuk memenuhi kebutuhan sebgai
berikut:106
1) Peningkatan produksi, baik dalam segi kuantitatif yaitu jumlah
dari hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan
kualitas atau mutu dari hasil produksi.
2) Untuk keperluan perdagangan ataupun peningkatan utility of
pleace dari suatu barang.
b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-
barang modal serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
c. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi diluar tujuan usaha, yang akan habis
digunakan untuk memenuhi kebutuhan perorangan.
Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syari‟ah,
pembiayaan konsumtif dapat dibagi menjadi lima (5) bagian:
1) Pembiayaan konsumen akad murabahah
2) Pembiayaan konsumen akad IMBT (ijarah muntahiya bittamlik)
3) Pembiayaan konsumen akad ijarah
4) Pembiayaan konsumen akad istishna
5) Pembiayaan konsumen akad qord dan ijarah107
106
Ibid, hlm 102 107
Antonio Syafi‟i, Bank Syariah Teori dan Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm, 117
Page 74
74
Adapun syarat-syarat administrasi umum yang ditetapkan untuk
melakukan pembiayaan adalah sebagai berikut:
a. Surat permohonan tertulis, demgan dilampiri proposal yang memuat
anatara lain:
1) Gambaran umum usaha:
2) Rencana atau prospek usaha
3) Rincian dan rencana penggunaan dan
4) Jumlah kebutuhan dana
5) Jangka waktu penggunaan dana
b. Legalitas usaha, seperti:
1) Identitas diri
2) Akta pendirian usaha
3) Surat izin umum pendirian usaha
c. Laporan keuangan, seperti:
1) Neraca dan laporan laba rugi
2) Data persediaan akhir
3) Data penjualan
4) Fotocopy rekening bank.
3. Tujuan pembiayaan
a. Profitability, yaitu untuk memperoleh hasi dari pembiayaan berupa
keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang
dikelola oleh nasabah.
Page 75
75
b. Safety, yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus
benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-
benartercapai tanpa bambatan yang berarti.108
4. Fungsi pembiayaan
a. Pembiayan dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang
b. Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) suatu barang
c. Pembiayan dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
d. Pembiayaan dapat menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat
e. Pembiayaan sebagai alat stabilitas ekonomi.
f. Pembiayaan sebagai alat hubungan ekonomi masyarakat.
D. Penelitian Terdahulu
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai penelitian ini, kirannya penting
untuk mengkaji terlebih dahulu penelitian dengan masalah yang sesuai, yang
ada sebelumnya/penelitian sebelumnya:
Eva Masithoh Zubaidah dengan judul skripsi “Peranan Baitul Mal Wat
Tamwil (BMT) Dalam Meningkatkan Produktivitas Usaha Kecil Di Desa
Cuplik Sukoharjo” (Studi Kasus di BMT Cuplik Sukoharjo). Dengan hasil
penelitian, bahwa masyarakat di sekitar BMT Cuplik Sukoharjo melakukan
berbagai usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu dengan berkerja
mengubah bahan mentah menjadi barang jadi atau melakukan kegiatan
produktif. Sistem kerja yang dijalankan oleh BMT Cuplik Sukoharjo, antara
108
Rivai Veitzhal,Islamic Financial Manajemen hlm. 3
Page 76
76
lain penghimpunan dana dan penyaluran dana sesuai dengan peranan dan
tujuan didirikannya, yaitu mampu meningkatkan produktivitas usaha mikro
disekitarnya, yaitu dengan cara menghimpun dana ZIS (Zakat, Infaq, dan
Shadaqoh) dari masayarakat dan menyalurkannya kepada yang berhak
menerimanya. BMT menyediakan modal kepada para peminjam dana yang
dianggap produktif sehingga mampu meningkatkan produktivitas
usahannya.109
M. syafar Supardjan dengan judul skripsi “Pemberdayaan Masyarakat
Pada Program Pembiayaan Mikro (Studi Tentang Pelaksanaan Program
Pembiayaan Mikro pada Anggota Koperasi Baitul Ikhtiar Kabupaten Bogor-
Jawa Barat), dengan hasil penelitian menyimpulkan bahwa program
pembiayaan mikro yang dilakukan oleh koperasi BAIK sejalan dengan
implementasi kebijakan pemetintah Kabupaten Bogor namun belum
sepenuhnya dipahami sebagai proses dalam konteks teoritiknya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses pemberdayaan masyarakat, yaitu: a) Faktor
penghambat: Penyaluran pembiayaan usaha produktif belum maksimal
sehingga menambah beben hutang anggota yang mengakibatkan tingkat
keaktifan Anggota menurun: b) Faktor partisipasi anngota relatif tinggi untuk
diberdayakan.110
109
Eva Masithoh Zubaidah dengan judul skripsi “Peranan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)
Dalam Meningkatkan Produktivitas Usaha Kecil di Desa Cuplik Sukoharjo” (Studi Kasus Di BMT
Cuplik Sukoharjo). Skripsi UNS-FKIP Jurusan Pendidikan Ekonomi. 2009. 110
M. Syafar Suparjdan dengan judul skipsi “Pemberdayaan Masyarakat Pada Program
Pembiayaan Mikro (Studi Tentang Pelaksanaan Program Pembiayaan Mikro pada Anggota
Koperasi Baitul Ikhtiar Kabupaten Bogor-Jawa Barat). Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Depok 2012.
Page 77
77
Era Ikhtiani Rois dengan judul skripsi “Peran BMT Barokah Dalam
Pemberdayaan Usaha Kecil Dipasar Gesikan, Ngeluwar, Magelang. Dengan
hasil penelitian, melaporkan bahwa BMT Barokah dalam proses
pemberdayaan terhadap usaha kecil di Gesikan, Ngluwar dengan memberikan
pinjaman dana kepada para pelaku usaha kecil, setelah para pelaku usaha
mikro mendapatkan pinjaman dana kemudian petugas BMT Barokah
meninjau kelapangan untuk mengadakan pembinaan-pembinaan kepada
nasabahnya, selain itu petugas juga mengawasi agar dana yang diberikan
dapat digunakan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembinaan terhadap
nasabah itu sanagat diperlukan karena dengan adanya pembinaan maka akan
sangat membantu nasabah guna meningkatkan usaha mereka baik secara
teknis maupun mental mereka dalam menghadapi hambatan-hambatan yang
timbul pada usaha mereka. Dengan pemberian dana itu diharapkan para
pelaku usaha dapat menaikkan pendapatan dan dapat mengembangkan usaha
mereka. Apabila usaha mereka maju maka perekonomian keluarga akan
dapat teratasi, para pelaku usaha dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan keluarganya.111
Walaupun sudah banyak penelitian yang dilakukan terkait peranan Baitul
Mal wat Tamwil, penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang
lain, adapun perbedaannya adalah: Dalam penelitian ini, lebih memfokuskan
111
Era Ikhtiani Rois dengan judul skripsi “ Peran Bmt Barokah Dalam Pemberdayaan Usaha
Kecil Dipasar Gersikan, Ngeluwur, Magelang. Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2010.
Page 78
78
kepada peningkatan pendapatan usaha mikro (UM) yang dilakukan oleh BMT
As-Syafi‟iyah Gisting Tanggamus.
E. Kerangka Fikir
Kerangka pemikiran adalah justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang
dilakukan serta memberikan landasan yang kuat terhadap judul yang dipilih
dan relevan dengan permasalahan.112
kerangka pemikiran adalah kerangka yang bermakna suatu konsep
yang terdiri dari hubungan sebab atau yang disebut dengan kasual
hipotesisnya variabel independen dengan variabel dependen dalam
memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti.113
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu sektor yang menopang
prekonomian di Indonesia adalah dari sektor UM (usaha mikro), karna
melalui sektor inilah semua aspek yang berkitan dengan pola kehidupan
manusia bersumber, mulai dari sektor konsumsi, pangan, dan papan sebagai
contoh dalam segi konsumsi banyak sekali usaha-usaha UM yang berperan
aktif, seperti usaha pengolahan hasil pertanian, produksi pangan dan lain
sebagainya.
UM dapat berkembang dengan baik apabila dapat bermitra dengan
pihak lain khususnya lembaga keuangan, yang notabennya dapat memberikan
112
Agus Parudin, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Agama Islam, (Bandar Lampung:
Cetakan kedua,2010)hlm 9 113
Haris Mujiman, PokoK Pokok Tulisan Ilmiah, Majalah Widya ishawana, (Surakarta:
1981), hlm 33
Page 79
79
penyuntikan dana guna memningkatkan gairah baik sektor produksi, tenaga
kerja maupun marketing.
Gambar 2.1
Kerangka Fikir
Peranan BMT As-
Syafi‟iyah
Peningkatan
Pendapatan Usaha
Mikro (UM)
Indikator Peningkatan
Pendapatan Usaha
Mikro (UM)
1. Pemasaran
2. Modal
3. SDM
4. Teknologi
Page 80
80
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya BMT As-Syafi’iyah Gisting
Berawal dari semangat idialisme dan komitmen membantu mengatasi
persoalan pengusaha kecil dan masyarakat miskin yang lemah beberapa
pengurus Pesantren Nasional As-Syafi‟iyah Kotagajah bergerak untuk
mendirikan sebuah institusi keuangan, dengan dasar pemikiran keberadaan
dan pemilikan lembaga keuangan oleh umat memberikan kebebasan kepada
lembaga, kepada siapa modal akan diberikan dan berapa jumlah modal yang
akan dialokasikan. Mengingat selama ini akses modal untuk usaha kecil dapat
dikatakan tertutup, dunia perbankan tampak kurang memiliki kepercayaan
kepada usaha kecil (ekonomi rakyat).114
Kebangkitan BMT merupakan wujud kesadaran dari masyarakat akan
pentingnya Lembaga Keuangan yang bernafaskan Islam. Ini kesempatan bagi
Lembaga Keuangan Syari‟ah untuk mengembangkan prekonomian yang
dibutuhkan masyarakat. KJKS BMT As-Syafi‟iyah berdiri dipenghujung
tahun 1995, didirikan dipondok Persanten Nasional As-Syafi‟iyah kotagajah.
Sedangkan BMT As-Syafi‟iyah Gisting sendiri berdiri pada tanggal 14
Agustus 2012. BMT As-Syafi‟iyah dikukuhkan sebagai unit usaha otonom
dengan Badan Hukum No. 28/BH/KDK.7.2/III/1999. BMT As-Syafi‟iyah
114
Sumber BMT As-Syafii‟yah Gisting Kabupaten Tanggamus Tahun 2017
Page 81
81
mantapkan status menjadi koperasi primer nasional dalam RAT XVlll Tahun
buku 2015. Ini merupakan kepercayaan pemerintah, anggota dan nasabah
serta semua pihak yang akan di jaga dan tingkatkan. BMT As-Syafi‟iyah
yang sebelumnya bernama koperasi jasa keuangan syari‟ah (KJKS) BMT As-
Syafi‟iyah menjadi koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syari‟ah (KPPS)
BMT As-Syafi‟iyah berkah nasioanal sesuai dengan SK Menteri Koperasi
dan UKM nomor: 219/pad/M.KUKM.2/Xll/2015 tertanggal 17 Desember
2015.
KJKS BMT As-Syafi‟iyah memiliki kantor pusat di Kotagajah
Lampung Tengah dengan memiliki 1 kantor Baitul Mal di Kotagajah dan 41
kantor cabang yang tersebar diseluruh Lampung maupun luar Lampung
diantaranya adalah: Gisting Kabupaten Tanggamus, Kotagajah Lampung
Tengah, Gaya Baru Seputih Surabaya Lampung Tengah, Proyek, Kalirejo
Lampung Tengah, Tanjung Inten Purbolinggo Lampung Timur, Pasar Unit ii
Tulang Bawang, Penawar Tama, Sukoharjo Pringsewu, Sendang Agung,
Simpang Pematang, Mulyo Asri Kab. Tulang Bawang Barat, Gading Rejo,
Raman Utara, Jembat Batu, Adi Luwih, Ponco Warno, Simpang Randu, Tri
Datu, Simpang Sribawono, Dayamurni Kabupaten Tulang Bawang Barat,
Sumber Agung, Manggala C SPII, Pugung Raharjo, Rumbia, Tanjung Raya ,
Metro, Jl KH. Gholib Pringsewu, Margo Mulyo Unit II, Penawar Aji, Banyu
Mas, Tanjung Raya, Pekalongan, Sekampung, Tugu Mulyo, Merak , Muara
Intan, Tnjung Bintang, Karang Anyar, Pulung Kenca, Nyukang Harjo
Page 82
82
BMT As-Syafi‟iyah Gisting pada tahun 2015 memiliki aset mencapai
Rp 40 milyar berupa gedung, tanah, kendaraan, peralatan kantor dan
lainnya. Sedangkan modal sendiri pada tahun 2016 meningkat menjadi Rp
45 milyar.
B. Visi dan Misi
1. Visi:
Menjadi Kopersi Simpan Pinjam Syari‟ah yang sehat, kuat, bermanfaat,
mandiri, dan Islami.
2. Misi:
a. Meningkatkan kesejahteraan anggota dan lingkungan kerja
b. Meningkatkan sumber pembiayaan dan penyedian modal dengan
prinsip syari‟ah
c. Menumbuhkan usaha produktif dibidang pertanian, perdagangan,
industri dan jasa
d. Meningkatkan budaya menyimpan dikalangan anggota.
C. Struktur Organisasi BMT As-Syafi’iyah Gisting
Kemampuan suatu perusahaan merupakan perwujudan dari organisasi
itu sendiri yang didukung oleh para pegawai dan pimpinan perusahaan.
Dengan adanya struktur organisasi yang tepat, maka masing-masing bagian
mengetahui dengan jelas wewenang dan tanggung jawabnya. Dengan adanya
Page 83
83
pembagian tugas dan wewenang yang baik, maka setiap pekerjaan dapat
dengan efektif dan efisien.
Adapun struktur organisasi BMT As-Syafi‟iyah Gisting adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.1
Struktur Organisasi
Adapun tugas-tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian
dalam struktur organinsasi BMT As-Syafi‟iyah adalah sebagai berikut:
1. Dewan pengawas syari‟ah, tugas dan tanggung jawabnya adalah:
a. Melakukan pengawasan penerapan konsep syari‟ah dalam operasional
BMT dan memberikan nasehat dalam bidang syari‟ah
b. Membuat pedoman syari‟ah dari setiap produk pengerahan dana
maupun produk pembiayaan BMT
c. Mengawasi penerapan konsep syari‟ah dalam seluruh kegiatan
operasional BMT
DPS
Abd. Aziz Tabani, Nasrullah yasir
Manajer
Ramdan Rianto Amd.
Keuangan
Sayid Kosim
Teller/kasir
Tri Wahyuni
Marketing
Bukhairi
Account Officer
Maisuki. S. Kom
Kolektor
Saiun Hamdi
Page 84
84
d. Melakukan pembinaan/konsultasi dalam bidang syari‟ah bagi
pengurus, pengelola dan angota BMT
2. Manajer, tugas dan tanggung jawabnya adalah:
a. Merencanakan, mengkoordinasi dan mengendalikan seluruh aktivitas
lembaga yang meliputi penghimpunan dari dana pihak ketiga serta
penyaluran dana yang menjadi kegiatan utama serta kegiatan-kegiatan
yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas utama tersebut
dalam upaya mencapai target.
b. Menyusun sasaran, rencana jangka pendek, rencana jangka panjang
serta proyeksi tahunan.
c. Mencapai target yang telah ditetapkan secara keseluruhan
d. Menyelenggarakan penilaian prestasi kerja karyawan
e. Mencapai lingkup kerja yang nyaman untuk semua pekerja yang
berorientasi pada pencapaian target.
3. Marketing/Pembiayaan, tugas dan tanggung jawabnya adalah:
a. Mencari anggota dan para pemilik sertifikat saham sebanyak-
banyaknya
b. Menyusun rencana pembiayaan
c. Menerima permohonan pembiayaan
d. Melakukan analisa pembiayaan
e. Melakukan pembiayaan administrasi
f. Melakukan pembinaan anggota
g. Membuat laporan perkembangan pembiayaan.
Page 85
85
4. Kasir/teller, tugas dan tanggung jawabnya adalah:
a. Mengelola adminisistrasi pembiayaan mulai pencairan hingga
pelunasan.
b. Menyiapkan administrasi pencairan pembiayaan
c. Pengarsipan seluruh berkas pembiayaan
d. Penerimaan jaminan pembiayaan
e. Penerimaan angsuran dan pelunasan pembiayaan
f. Pembuatan laporan pembiayaan sesuai dengan periode laporan
5. Account Officer
a. Manajemen/petugas BMT yang ditugaskan untuk membantu manajer
dalam menangani tugas-tugas khususnya yang menyangkut bidang
marketing dan pembiayaan.
b. Merupakan personil BMT yang harus bekerja dibawah peraturan dan
tujuan BMT sehingga dapat memberikan hasil kepada BMT.
c. Dan dipihak lain ia dituntut untuk memberikan kondisi yang paling
baik untuk nasabah. Oleh karena itu, seseorang account officer
dituntut untuk mengoptimalkan kedua sisi kepentingan tersebut
6. Keuangan, tugas dan tanggung jawabnya adalah
a. Mengelola administrasi keuangan hingga laporan keuangan
b. Pembuatan laporan keuangan
c. Pengarsipan laporan keuangan dan berkas-berkas yang berkaitan
secara langsung dengan keuangan
Page 86
86
d. Menyiapkian laporan-laporan untuk keperluan analisis keuangan
lembaga
7. Kolektor petugas lapangan, tugas dan tanggung jawabnya adalah:
a. Menjemput angsuran baik langsung pembiayaan/setoran tabungan
mitra
b. Memastikan angsuran yang harus dijemput/ditagih sesuai waktunya
c. Memastikan tidak ada selisih antara dana yang dijemput dengan yang
disetor BMT.
D. Sasaran pelayaan (target) BMT As-Syafi’iyah Gisting
Pilihan sasaran pasar (target market) perlu dilakukan, mengingat
keterbatasan sumber daya personil dan instrumen lainnya. Langkah ini dipilih
secara tepat dapat memperkecil pengeluaran dan dan dapat meningkatkan
pendapatan unit usaha, oleh karna itu pemilihan pasar (target market) yang
tepat merupakan strategi dan alat bagi peningkatan pendapatan unit usaha.
Berdasarkan hal tersebut BMT As-Syafi‟iyah Gisting menetapkan
prioritas pelayanan atas pertimbangan sebagai berikut:115
1. Berdasarkan Domisili Nasabah
Mengingat keterbatasan tenaga personil yang dimiliki maka untuk
kegiatan pembiayaan (kredit), BMT As-Syafi‟iyah Gisting menetapkan
pasarnya terbatas pada wilayah kabupaten tanggamus.
115
Bukhairi , Wawancara dengan Penulis, BMT AS-Syafi‟iyah Gisting, Gisting tgl 24 April
2017
Page 87
87
2. Berdasarkan Jenis Usaha
BMT As-Syafi‟iyah Gisting perlu memiliki sektor usaha yang
memiliki perputaran keuangan relatif lebih cepat, dengan pertimbangan
pengendalian perputaran kas, kerenannya sektor usaha yang menjadi prioritas
BMT As-Syafi‟iyah Gisting adalah:
a. Pertanian
b. Perkebunan
c. Perikanan
d. Peternakan
e. Jasa-jasa seperti poto copy, dan rental
f. Perdagangan dengan segala jenis dan tingkat-tingkat usahanya
g. Pertukaran
h. Panglong
3. Berdasarkan Status Nasabah
Sesuai dengan misinya BMT As-Syafi‟iyah Gisting memprioritaskan
pelayanan pada anggota, dan pelaku usaha kecil serta masyarakat yang
berekonomi menengah kebawah, karna tingkat inilah yang mengalami kendala
akses permodalan cukup serius.
Page 88
88
E. Nasabah yang dilayani BMT As-Syafi’iyah Gisting
Nasabah yang dilayani BMT As-Syafi‟iyah Gisting meliputi:
1. Nasabah Pembiayaan (Kredit)
Prinsip dasar pemberian pembiayaan adalah kepercayaan bahwa
nasabah memiliki kemampuan untuk mengembalikan pinjaman dengan aman,
maka BMT As-Syafi‟iyah Gisting memiliki kreteria sebagai berikut:
a. Diprioritaskan anggota BMT As-Syafi‟iyah Gisting yang memiliki
usaha atau penghasilan
b. Calon anggota (para nasabah penabung aktif)
c. Pembiayaan untuk usaha-usaha produktif
d. Calon nasabah tidak mempunyai tunggakan hutang diluar BMT
e. Memiliki kredibilitas yang baik, dikenal jujur, amanah dan dipercaya
f. Menunjukan etika yang baik
g. Tidak mempunyai kasus keuangan
2. Nasabah Penabung
Khusus untuk nasabah penabung karna sifatnya yang terbuka, kepada
siapa saja yang ingin menyimpan dana di BMT As-Syafi‟iyah Gisting maka
tidak mempertimbangkan umur, usia tempat tinggal, status dan lain-lain, serta
harus mengikuti ketentuan yang sudah ditentukan BMT As-Syafi‟iyah
Gisting. BMT As-Syafi‟iyah Gisting tidak memfokuskan nasabah penabung
Page 89
89
harus muslim, tetapi beragama lain diperbolehkan dengan tujuan
menyebarkan syari‟at Islam.116
F. Kegiatan Usaha BMT As- Syafi’iyah
Kegiatan usaha BMT As-Syafi‟iyah Gisting meliputi:
1. Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana merupakan kegiatan atau usaha untuk
mengumpulkan dana dari berbagai sumber, baik dari anggota, dan masyarakat
luas. Adapun jenis-jenis dana yang dapat dihimpun adalah sebagai berikut:
a. Simpanan terdiri dari:
1) Tabungan Mudharabah
2) Simpanan berjangka (deposito)
3) Tabungan pendidikan (tarbiyah)
b. Hutang terdiri darii:
1) Hutang bank
2) Hutang dari sumber lain
c. Hibah
d. Modal terdiri dari:
1) Modal penyertaan dari induk
2) Dana-dana lain.
2. Penyaluran Dana (pembiayaan)
a. Tata cara pengajuan pembiayaan
116
Ramdan Rianto, Wawancara Dengan Penulis, BMT As-Syafi‟iyah Gisting, Gisting 19
April 2017
Page 90
90
1) Mengajukan permohonan mengisi blangko dengan melampirkan
fotocopy
2) Mengerahkan surat jaminan/agunan
3) Besarnya permohonan
4) Jangka waktu pengembalian
b. Waktu pembiayaan
Pelayanan untuk permohonan pembiayaan dan realisasi pembayaran
adalah pada hari senin sampai dengan sabtu pada pukul 08.00 sampai
pukul 15.00 WIB.
c. Pembayaran angsuran pembiayaan
Pembayaran angsuran dapat dilakukan setiap hari kerja dengan
ketentuan pengembalian pokok dan hasil, dilakukan secara bertahap
dengan prioritas angsuran mingguan untuk nasabah baru dan setelah
menunjukan prestasi yang baik maka dapat dipertimbangkan untuk
memperoleh pembiayaan dengan pola angsuran bulanan.117
G. Jenis Pembiayaan BMT As-Syafi’iyah Gisting
Jenis pembiayaan BMT As-Syafi‟iyah Gisting meliputi:
1. Berdasarkan jangka waktu
a. Pembiayaan jangka pendek, adalah pembiayaan dengan jangka waktu
kurang dari satu tahun atau sama dengan enam bulan (ketentuan
khusus BMT As-Syafi‟iyah Gisting)
117
Ibid, 24 April 2017
Page 91
91
b. Pembiayaaan jangka menengah, adalah pembiayaan jangka waktu
lebih dari 6 bulan atau sampai 1 tahun (ketentuan khusus BMT As-
Syafi‟iyah Gisting).
Tabel. 3.1
Jenis Usaha Yang Memperoleh Pembiayaan Dari BMT As-Syafi’iyah Gisting
Pada Tahun 2016
No Jenis Usaha Jumlah Persentase (%)
1 Pedagang sayur 7 20,58
2 Warung makan 7 20,58
3 Pedagang buah 3 8,82
4 Bengkel 4 11,76
5 Pedagang ayam 2 5,88
6 Pedagang pakaian 3 8,82
7 Pedagang semabko 3 8,82
8 Pedagang ikan 2 5,88
9 Pedagang telur 3 8,82
Jumlah 34 100%
Sumber: Data primer (diolah) tahun 2016
Berdasarkan tabel diatas maka terlihat bahwa usaha yang memperoleh
pembiayaan dari BMT As-Syafi‟iyah Gisting sebagian besar pedagang sayur
dan warung makan, ini terbukti bahwa dari 34 jenis usaha serta data yang
diperoleh, 7 orang merupakan pedagang sayur dan makanan dengan
presentase 20,58% 3 orang merupakan pedagang buah, pedagang telur,
pedagang ikan dan pedagang pakaian dengan presentase 8,82%, 4 oranng
Page 92
92
merupakan pedagang sembako dan bengkel dengan presentase 11,76%, 2
orang merupakan pedagang ayam dengan presentase 5,88%.118
Untuk mendapatkan pembiayaan sebelumnya anggota dan pihak BMT
As-Syafi‟iyah Gisting bersepakat produk apa yang akan digunakan berikut
tabel akad yang akan ditawarkan oleh BMT As-Syafi‟iyah Gisting 119
Tabel 3.2
Produk Pembiayaan Pada BMT As-Syafi’iyah Gisting Tahun 2016
No Produk pembiayaan Jumlah Presentase
1 Pembiayaan Mudharabah 2 5,88
2 Pembiayaan Murabahah 20 58,82
3 Pembiayaan Salam 4 11,76
4 Pembiayaan Istishna 3 8,82
5 Pembiayaan Ijarah 5 14,70
6 Jumlah 34 100%
Sumber: Data primer (diolah) Tahun 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat mayoritas responden sebesar
58,82% yang menggunakan produk pembiayaan murabahah, menggunakan
produk ijarah 14,76% yang menggunakan produk salam 11,76% dan yang
menggunakan produk istishna 8,82%, kemudian yang menggunakan produk
mudharabah 5,88%. Dari hasil 34 responden produk pembiayaan murabahah
yang dominan dibandingkan dengan produk lain dikarnakan produk
murabahah merupakan transaksi jual beli sehingga pihak BMT As-Syafi‟iyah
Gisting lebih mudah mendapatkan keuntungan. Untuk memulai suatu usaha
para responden memerlukan modal yang tidak sedikit, hal ini yang akan
118
Maisuki, Wawancara Dengan Penulis, BMT-As-Syafi‟iyah Gisting, Gisting 02 Mei 2017 119
Ramdan Rianto. Op.Cit.Tgl 24 April 2017
Page 93
93
membuat para responden sulit untuk memulai usahanya. Oleh karna itu
responden memerlukan tambahan modal untuk kemajuan usahannya yang
mereka jalani.
Berikut tabel yang menunjukan besarnnya pinjaman yang ingin
mereka ajukan kepada pihak BMT As-Syafi‟iyah Gisting
Tabel 3.3
Besarnya Pinjaman Yang Ingin Dipinjam Responden Kepada BMT As-
Syafi’iyah Gisting tahun 2015
No Besar pinjaman (ribu) Jumlah Persentase
1 1.000 10 29,41%
2 1.100-3.000 11 32,35%
3 3.100-4.000 5 14,70%
4 4.100-8.000 4 11,76%
5 > 8.000 4 11,76
Jumlah 34 100%
Sumber: Data primer (diolah) 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat mayoritas responden yang
mengajukan pinjaman kepada BMT As-Syafi‟iyah Gisting sebesar <Rp
1.000.000 berkisar 29.41%, meminjam berkisar antara Rp.1.100.000-
Rp.1.100.000-Rp1.000.000 sebesar 32,35%, dan Rp.3.000.000-Rp.4.000.000
sebesar 14,70%, kemudian meminjam berkisar Rp.4.100.000-Rp8.000.000
sebesar 11,76%, dan pinjaman yang >Rp.8.000.000 sebesar 11,76%. Dari
besarnnya pinjaman yang diberikan pihak BMT As-Syafi‟iyah Gisting
diharapkan memberikan kemajuan bagi usaha-usaha yang dijalankan oleh
para nasabah, dan usaha yang dijalankan para nasabah dapat berkembang dan
mendapatkan pendapatan dan keuntungan yang diharapkan.
Page 94
94
Tabel 3.4
Angsuran Pembiayaan Responden Kepada BMT As-Syafi’iyah Gisting
Tahun 2016
No Angsuran pembiayaan jumlah Persentase %
1 <Rp.100.000 12 35,29%
2 Rp.100.000-Rp.300.000 9 26,47%
3 Rp.300.000-Rp.500.000 6 17,64%
4 Rp.500.000-Rp.600.000 4 11,76%
5 >Rp.600.000 3 8,82%
Jumlah 34 100%
Sumber: Data primer (diolah) 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat mayoritas sebesar 35,29%
dengan angsuran kurang dari Rp.100.000, sebesar 26,47% dengan angsuran
berkisar Rp.100.000-Rp.300.000, sebesar 17,64% dengan angsuran berkisar
Rp.300.000-Rp.500.000, kemudian sebesar 11,76% dengan angsuran berkisar
Rp.500.000-Rp.600.000, dan sebesar 8,82% dengan angsuran lebih dari
Rp.600.000.
Tabel 3.5
Perkembangan Pendapatan Bersih (neto) Responden Sebelum dan Sesudah
Mendapatkan Pembiayaan Tahun 2016
No Nama Jenis usaha Modal awal
(ribu)
Pendapatan
bersih
perbulan
sebelum
melakukan
pembiayaan
(ribu)
Persentase
pendapatan
(ribu)
Dana
pembiayaan
(ribu)
Pendapatan
bersih
perbulan
sesudah
melakukan
pembiayaan
(ribu)
Persentase
pendapatan
setelah
mendapatkan
pembiayaan
(ribu)
1 Yurlis
Bengkel 3.500 1.500 7% 2.500 4.500 9%
2 Marni Warung
makan
1.000 800 4% 2.000 3.000 6%
3 Elis Pedagang
sembako
500 350 4% 500 1.000 7%
4 Marsiti Warung
makan
2.000 1.000 6% 2.500 3.000 7%
Page 95
95
5 rohmah Pedagang
sayur
2.000 8.000 8% 1.000 2.000 10%
6 Deden Pedagang
buah
1.500 1.000 5% 2.000 2.500 6%
7 Andi
Bengkel 1.000 400 8% 2.500 1.000 9%
8 sumiyati Pedagang
telur
800 500 5% 1.000 1.500 7%
9 mumun Pedagang
sayur
500 300 5% 1.500 1.500 6%
10 erna Warung
makan
1.500 1.200 4% 2.000 3.500 8%
11 khotim Pedagang
sembako
3.000 2.500 4% 3.500 6.500 6%
12 mar Pedagang
buah
2.000 1.500 4% 2.000 2.500 5%
13 miskia Warung
makan
1.500 1.200 4% 2.000 3.000 6%
14 Sri yati Pedagang
sayur
500 300 5% 1.000 1.500 8%
15 faujiyah Warung
makan
1.000 800 4% 1.000 2.500 7%
16 yati Pedagang
ayam
3.500 1.500 7% 3.500 800 9%
17 yudi Pedagang
ikan
700 500 4% 1.500 1.000 10%
18 barok Pedagang
sayur
2.000 800 8% 1.000 2.000 10%
19 rokayah Pedagang
ikan
1.000 600 5% 1.500 2.500 10%
20 halimah Pedagang
sayur
3.500 1.500 7% 1.000 1.500 7%
21 rohana Pedagang
sayur
2.000 800 8% 1.000 1.000 10%
22 fatimah Warung
makan
2.000 1.000 6% 3.000 3.500 11%
23 marni Pedagang
sembako
3.500 1.500 7% 4.000 4.500 9%
24 iskandar Pedagang
ikan
3.500 1.500 7% 1.500 2.000 9%
25 parjo Pedagang
pakaian
3.500 1.500 7% 4.000 4.500 10%
26 ilham Pedagang
buah
2.000 800 8% 1.500 2.000 10%
27 dadang Pedagang
ayam
1.000 600 5% 2.000 1.000 7%
28 sutarmi Pedagang
sayur
2.000 1.500 4% 1.000 2.000 7%
29 asmarida Pedagang
sembako
2.000 800 8% 3.000 1.500 9%
30 romlah Pedagang
pakaian
3.500 1.500 7% 3.500 2.000 10%
31 maman Pedagang
telur
2.000 800 8% 1.000 1.000 10%
Page 96
96
Sumber: Dokumen BMT As-Syafi‟iyah (Data Diolah)
Berdasarkan dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan
yang diterima oleh 9 jenis usaha setelah mendapatkan pembiayaan dari BMT
As-Sayafi‟iyah dapat disimpulkan bahwa dari pedagang sayur mengalami
perkembangan dari 6%-10%, pedagang buah 5%-10%, pedagang sembako
6%-9%, pedagang ayam 7%-9%, pedagang telur 7%-10%, pedagang ikan
9%-10%, bengkel 9%, pedagang pakaian 9%-10%, warung makan 6%-11%.
Sedangkan persentase rata-rata pendapatan sebelum mendapatkan
pembiayaan dari BMT As-Syafi‟iyah Gisting adalah 6% dan setelah
mendapatkan pembiayaan adalah 8% jadi persentase pendapatan rata-rata
setelah mendapatkan pembiayaan adalah berubah meningkat sebesar 2%.
Dengan adanya tambahan modal yang diberikan BMT As-Syafi‟iyah Gisting
juga dapat memberikan dampak yang baik bagi usaha mikro. Dampak yang
paling menonjol dapat dilihat dari pedagang pakaian, warung makan,
pedagang buah.
Berdasarkan wawancara dengan responden sebelum mendapatkan
pembiayaan dari BMT As-Syafi‟iyah Gisting mereka berjualan beremperan di
pasar-pasar tradisional, setelah mendapatkan pembiayaan penjual pakaian
sekarang mempunyai toko baju sendiri meskipun belum berbentuk butik tapi
konsumen bisa merasakan kenyamanan. Pada pedagang buah juga telah
32 ela Warung
makan
1.500 1.000 5% 2.000 2.000 8%
33 tohar Pedagang
telur
2.000 800 8% 1.000 2.000 10%
34 ayu Pedagang
pakaian
3.500 1.500 7% 3.000 5.000 9%
Rata-rata 6% 8%
Page 97
97
memiliki kios buah sendiri sehingga buah yang yang diperjualbelikan rapih
dan menarik, sedangkan pada warung makan perubahan yang terlihat pada
pegawai yang bertambah setelah melakukan pembiayaan dan dari banyaknya
jenis makanan yang dijual.
Dengan adanya lembaga keuanagan BMT As-Syafi‟iyah Gisting
kelompok dagang dan pelaku UM dapat mengembangkan usahanya menjadi
lebih baik lagi, dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan dapat memutar
pendapatan yang diperoleh untuk modal usaha dibulan-bulan berikutnya,
sehingga dapat membayar angsuran secara tepat dan lancar.
Dari perubahan pendapatan yang diterima dapat dilihat pemberian
angsuran dengan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.6
Tingkat Kendala Angsuran Pembiyaan
No kendala jumlah Persentase (%)
1 Banyak sekali - -
2 Cukup banyak - -
3 Sedikit sekali 3 8,82%
4 Tidak ada kendala 31 91,17%
jumlah 34 100%
Sumber: Data primer (diolah) tahun 2016
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa yang mempunyai sedikit kendala
dalam membayar angsuran hanya 8,82%, dan 91,18% tidak ada kendala
dalam membayar angsuran.120
120
Sumber: Data Pembiayaan BMT As-Syafi‟iyah Gisting tahun 2016
Page 98
98
Dari hasil penelitian adanya perubahan terhadap efektivitas sebelum
melakukan pembiayaan di BMT As-Syafi‟iyah Gisting. Dalam hal ini sudah
terbukti bahwa pembiayaan yang diberikan oleh BMT As-Syafi‟iyah Gisting
sudah efektif bagi pelaku usaha mikro dalam segi permodalan sehingga dapat
meningkatkan pendapatannya.
Page 99
99
BAB IV
ANALISIS
A. Peranan BMT As-Syafi’iyah Gisting Dalam Meningkatkan Pendapatan
UM di Kecamatan Gisting Tanggamus
BMT As-Syafi‟iyah sebagai salah satu lembaga keuangan Mikro Syariah
memiliki beberapa tugas yaitu penghimpun dana dan menyalurkannya
kembali kepada yang membutuhkan. Hal ini sesuai dalam AL-Qur‟an Surah
Al-Hasyr ayat 7 bahwa Allah SWT melarang berputarnya harta (modal)
hanya dikalangan orang-orang kaya saja. Dari ayat ini menjelaskan bahwa
aktivitas prekonomian hendaknya melibatkan partisipasi aktif dari berbagai
kelompok masyarakat menengah sampai masyarakat bawah. Peranan BMT
As-Syafi‟iyah dalam peningkatan pendapatan usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM) di kecamatan Gisting dengan cara pemberian
pembiayaan untuk penambahan modal usaha agar dapat meningkatkan
pendapatannya. Pembiayaan tersebut dengan menggunakan akad:
a. Murabahah
Berdasarkan wawancara dengan pimpinan BMT As-Syafi‟iyah Skema
pembiayaan jual beli yang bertujuan untuk melakukan pembelian barang
modal kerja dan investasi yang tidak bertentangan dengan prinsip syari‟ah.
Target market BMT As-Syafi‟iyah Gisting kepada wirausaha pemilik usaha,
punya agunan, (tanah, bangunan, kendaraan dan deposito) yang
membutuhkan pembiayaan untuk kepentingan usahannya. Radius tempat
usaha 5 km dari BMT As-Syafi‟iyah Gisting dengan lama menjalani usaha
Page 100
100
minimal 2 tahun. Nasabah yang menggunakan pembiayaan ini harus memiliki
usia minimal 21 tahun atau telah menikah untuk usia lebih besar atau sama
dengan 18 tahun, maksimal 65 tahun pada saat terakhir jangka waktu
pembiayaan dengan jumlah pembiayaan yang diberikan berkisar Rp.
2.500.000 sampai dengan Rp. 20.000.000. Margin yang diterima oleh pihak
BMT adalah 10% sampai dengan 35% pertahun dihutung dari harga beli
BMT dengan sesuai jangka waktu pembiayaan dan dituliskan dalam rupiah
didalam akad pembiayaan. Pembiayan ini sudah sesuai dengan syari‟at Islam
karna tidak menggunakan bunga yang diharamkan oleh agama Islam.
Dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak Hamdan Rianto Amd
selaku pimpinan menjelaskan bahwasannya pembiayaan murabahah yang
diberikan kepada para nasabah, biasanya mereka mengajukan pembiayaan
untuk modal kerja seperti pembeliaan sepeda motor, computer, serta mesin
fotocopy. Kemudian pada saat nasabah mengajukan pembiayaan tersebut ada
persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pembiayaannya.
Sedangkan aplikasinya pembiayaan murabahah dari data BMT As-Syafi‟iyah
dengan data sebenarnya, bahwa pembiayaan murabahah tersebut sudah sesuai
dengan prinsip syari‟ah dengan memiliki ciri dasar seperti: adanya agunan,
dalam penentuan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan kedua belah
pihak, serta kejujuran dan transparansi dari segi harga. Jaminan yang harus
diberikan kepada BMT As-Syafi‟iyah Gisting yaitu:
a. Sertifikat kendaraan (mobil dan motor)
b. Sertifikat tanah
Page 101
101
c. Tanah kosong
d. Tanah dan bangunan
Berdasarkan wawancara dengan responden syarat dokumntasi yang harus
diserahkan untuk pembiayaan mikro yaitu:
a. Formulir
b. Fotocopy KTP calon nasabah dan pasangan
c. Fotocopy kartu keluarga (KK)
d. Surat nikah
e. Slip gaji
f. Angunan
b. Ijaroh
Dari hasil waawancara dengan pimpinan BMT As-Syafi‟iyah skema
pembiayaan ini biasanya digunakan untuk memberikan pembiayaan berupa
ongkos tukang, ongkos pegawai, untuk pengobatan dan pendidikan yang
tidak bertentangan dengan syari‟at Islam. Nasabah yang menggunakan sistem
ini harus memiliki usia minimal 21 tahun atau telah menikah untuk usia lebih
besar atau sama dengan 18 tahun, maksimal 65 tahun pada saat terakhir
jangka waktu pembiayaan dengan jumlah waktu pembiayaan yang diberikan
berkisar Rp.2.000.000 sampai dengan Rp.20.000.000, sedangkan keuntungan
yang diperoleh BMT As-Syafi‟iyah Gisting adalah sebesar 20% dari harga
sewa yang dikeluarkan.
Page 102
102
Sedangakan menurut wawancara dengan responden Jaminan dan syarat
dokumentasi yang harus diberikan kepada BMT As-Syafi‟iyah Gisting yaitu
sama seperti jamainan yang di serahkan dengan pembiayaan lain.
c. Mudharabah
Dari hasil wawancara dengan Pimpinan BMT As-Syafi‟iyah bahwa
pembiayaan mudharabah pada BMT As-Syafi‟iyah Gisting untuk saat ini
lebih dominan yang mengajukan pembiayaan yaitu: para pedagang dan usaha
mikro kecil menengah, dimana modal yang diberikan BMT As-Syafi‟iyah
Gisting kepada nasabah digunakan untuk modal usahanya. Pembiayaan pada
BMT As-Syafi‟iyah Gisting lebih kepada mudharabah muttlaqoh, dimana
semuannya diserahkan kepada nasabah. Sedangkan pihak BMT hanya
mengawasi dari segi berjalannya usaha tersebut, kemudian nisbah dibagi
sesuai kesepakatan kedua belah pihak dimana suka sama suka. Pada BMT
As-Syafi‟iyah Gisting nisbah bagi hasilnya 60% banding 40%. 60% adalah
nisbah nasabah sedangkan 40% nisbah BMT. Namun kelemahannya dari
pembiayaan mudharabah ini apabila terjadi kerugian hanya ditanggung
sepihak saja yaitu BMT As-Syafi‟iyah Gisting. Untuk mendapatkan
pembiayaan ini ada persyaratan yang harus dipenuhi seperti pembiayaan
lainnya, namun dari semua itu tidak keluar dari prinsip syari‟ah. Jaminan dan
syarat dokumentasi yang harus diberikan kepada BMT As-Syafi‟iyah Gisting
sama saja dengan pembiayaan dengan akad yang lain
Page 103
103
d. Pembiayaan Istishna
Dari hasil wawancara dengan nasabah, yang menggunakan sistem ini
harus memiliki usia minimal 21 tahun atau telah menikah untuk usia lebih
besar atau sama dengan 18 tahun, maksimal 65 tahun pada saat terakhir
jangka waktu pembiayaan denagn jumlah pembiayaan yang diberikan
berkisar Rp.1.000.000 sampai dengan Rp.30.000.000. margin yang diterima
pihak BMT adalah 10% sampai dengan 35% pertahun dihitung dari harga
jual beli BMT dengan sesuai jangka waktu pembiayaan dan dituliskan
dalam rupiah didalam akad pembiayaan.
Pembiayaan istishna sendiri pada BMT As-Syafi‟iyah Gisting untuk
bisa dikatakan dari semua pembiayaan yang ada sangat sedikit minatnya,
seperti yang dikatakan Bapak Ramdan Rianto Amd pada saat wawancara.
Karena pembiayaan istishna ini dilakukan nasabah untuk meminjam modal
yang digunakan para nasabah khususnya para pedagang untuk membeli ruko
namun kebanyakan para pedagang lebih fokus mendapatkan modal untuk
modal usaha saja. Jaminan dan Syarat dokumentasi yang harus dipenuhi
oleh nasabah sama seperti pembiayaan dengan akad yang lain.
e. Pembiayaan Salam
Nasabah yang menggunakan sistem ini harus memiliki usia minimal
21 tahun atau telah menikah untuk usia lebih besar atau sama dengan 18
tahun, maksimal 65 tahun pada saat terakhir jangka waktu pembiayaan
dengan jumlah pembiayaan yang diberikan berkisar Rp.1.000.000 sampai
dengan Rp.30.000.000. margin yang diterima pihak BMT adalah 10%
Page 104
104
sampai dengan 35% pertahun dihitung dari harga jual beli BMT dengan
sesuai jangka waktu pembiayaan dan dituliskan dalam rupiah didalam akad
pembiayaan.
Di jelaskan oleh manajer BMT As-Syafi‟iyah Gisting alat pembayaran
modal salam dapat berupa uang tunai, barang atau manfaat, tetapi tidak
boleh berupa pembebanan utang penjual atau penyerahan piutang pembeli
dari pihak lain. Oleh karena itu tujuan dari penyerahan modal usaha salam
adalah sebagai modal kerja, sehingga dapat digunakan oleh penjual untuk
menghasilkan barang (produksi) sehingga dapat memenuhi pesanan.
Peranan BMT As-Syafi‟iyah dalam peningkatan pendapatan usaha
mikro (UM) di Kecamatan Gisting sudah efektif dilihat dari pendapatan
yang diterima oleh 9 jenis usaha setelah mendapatkan pembiayaan dari
BMT As-Sayafi‟iyah dapat disimpulkan bahwa dari pedagang sayur
mengalami perkembangan dari 6%-10%, pedagang buah 5%-10%,
pedagang sembako 6%-9%, pedagang ayam 7%-9%, pedagang telur 7%-
10%, pedagang ikan 9%-10%, bengkel 9%, pedagang pakaian 9%-10%,
warung makan 6%-11%. Sedangkan persentase rata-rata pendapatan
sebelum mendapatkan pembiayaan dari BMT As-Syafi‟iyah Gisting adalah
6% dan setelah mendapatkan pembiayaan adalah 8% jadi peresentase
pendapatan rata-rata setelah mendapatkan pembiayaan adalah berubah
meningkat sebesar 2%.
Berdasarkan wawancara dengan nasabah pelayanan yang diberikan
oleh BMT cukup baik dilihat dari pelayanannya ramah, sopan yang menjadi
Page 105
105
ciri-ciri lembaga keuangan Islam. Tetapi untuk pelayanan kegiatan
pembiayaan (kredit) BMT As-Syafi‟iyah di Kecamatan Gisting menetapkan
pasarnya terbatas pada wilayah Kabupaten Tanggamus mengingat
keterbatasan tenaga personil yang dimiliki.
Page 106
106
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, serta
analisis yang dilakukan terhadap pembiayaan yang diberikan BMT As-
Syafi‟iyah Gisting, maka untuk mengakhiri penulisan skripsi ini penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Peranan BMT As-Syafi‟iyah untuk meningkatkan pendapatan usaha
mikro (UM) di Kecamatan Gisting Tanggamus sudah berjalan efektif dilihat
dari pendapatan yang diterima oleh 9 jenis usaha setelah mendapatkan
pembiayaan dari BMT As-Sayafi‟iyah dapat disimpulkan bahwa dari
pedagang sayur mengalami perkembangan dari 6%-10%, pedagang buah
5%-10%, pedagang sembako 6%-9%, pedagang ayam 7%-9%, pedagang
telur 7%-10%, pedagang ikan 9%-10%, bengkel 9%, pedagang pakaian 9%-
10%, warung makan 6%-11%. Sedangkan persentase rata-rata pendapatan
sebelum mendapatkan pembiayaan dari BMT As-Syafi‟iyah Gisting adalah
6% dan setelah mendapatkan pembiayaan adalah 8% jadi peresentase
pendapatan rata-rata setelah mendapatkan pembiayaan adalah berubah
meningkat sebesar 2% dengan adanya tambahan modal yang diberikan
BMT As-Syafi‟iyah Gisting juga dapat memberikan dampak yang baik bagi
usaha mikro dan sebagai prefensi bagi UM untuk masalah permodalannya.
Page 107
107
B. Saran
1. BMT As-Syafi‟iyah Gisting sebagai mitra umat, dengan pembiayaan
mikro ini diharapkan pinjaman tersebut dapat terus diberikan bagi pelaku
Usaha Mikro (UM) khususnya yang betul-betul membutuhkan modal.
Karna bila dilihat pada kondisi sekarang ini mencari pekerjaan sangat
sulit, ingin memiliki usaha pun harus memiliki modal yang cukup.
2. BMT As-Syafi‟iyah Gisting diharapkan dapat terus dikembangkan dalam
bentuk pembiayaan UM dan dipermudah proses peminjaman dalam
rangka membantu pelaku usaha mikro kecil dan menengah untuk
meningkatkan pendapatannnya dan dalam segi pelayanan penyaluran
pembiayaan diharapkan BMT As-Syafi‟iyah tidak hanya terbatas pada
kabupaten tanggamus saja.
Page 108
108
DAFTAR PUSTAKA
Antonio Syafi‟i. Bank Syari‟ah dan Teori Praktek, Jakarta:: Media Pers, 2011
Brosur BMT As-Syafi’iyah Gisting. Kab Tanggamus, 2017
Chapra M Umar. Islam dan Tantangan Ekonomi, Penerjemah Nur hadi Ihsan,
Rifki Amar, 1999
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan terjemahnya, Jakarta: Mekar, 2002
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan terjemahannya, Surabaya: Karya insan
Indonesia,2002
Hasan, M.Iqbal. Metodelogi Penelitian Kualitatif Interdispliner. Yogyakatra:
CAPS, 2013
Hardianto Soetanto dan retnadi Djoko. Mikro Credit Chalegge, Jakarta: Elex
Media Koputindo, 2006 Husain Umar. Riset Pemasaran dan Prilaku
Konsumen, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000
Huda Nurul Huda dkk, Keuangan Publik Islam Pendekatan Teori dan Sejarah,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012
Ibrahim Muhammad. Al-Jurnal Fiqh Muslimah, Ibadah, dan Muamalah, Jakarta:
Pustaka Amani, 2007
Ikhtiani Era Rois. Peran Bmt Barokah Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil
Dipasar Gersikan, Ngeluwur, Magelang. Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2010
Page 109
109
Kartono Kartini. Pengantar Metodelogi Riset Sosial. Bandung: Mandur Maju,
1996
Lubis K Suhrawi dan Wajdi Farid. Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika,
2012
Masithoh Eva. Peranan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Dalam Meningkatkan
Produktivitas Usaha Kecil di Desa Cuplik Sukoharjo (Studi Kasus Di
BMT Cuplik Sukoharjo). Skripsi UNS-FKIP Jurusan Pendidikan
Ekonomi. 2009. Miles dan Hubberman. Analisis data kualitatif.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1992
Manan Abdul. Hukum Ekonomi Syari’ah dalam Perpektif Keuangan Perdailan
Agama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010
Mujiman Haris. Pokok-Pokok Tulisan Ilmiah, Surakarta: Majalah Widya
Ishawana, 1981
M.S. Kaelan Metode Penelitian Kualitatif Interdispliner. Yogyakarta:
Paradigma, 2012
Muhamad. Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, Yogyakarta UPP AMP
YKPN, 2005
------------- Manajemen Dana Bank Syari’ah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004
-------------- Lembaga Keuangan Mikro Syariah.. Yogyakarta: UII Pers, 2009
Narbuko Chalid. Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2002
Nahrawi Ismail. Ekonomi Kelembagaan Syariah: dalam pusaran prekonomian
global sebuah tuntunan dari realitas. Surabaya: Putra Media
Nusantara, 2009
Nazir Moh. Metode Penelitian. Bogor: Gahlia Indonesia, 2003
Page 110
110
Parudin Agus. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Agama Islam (bandar
Lampung), Lampung 2010
Prasetyo Agus Heru Sukses Mengelola Keuangan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah, (Jakarta, Kelompok Gramedia), 2002 hlm. 15
Roziq Ahmad. Buku Cerdas Investasi dan Transaksi syari’ah, panduan Muda
Meraup Untung Dengan Ekonomi Syari’ah, Surabaya: Dinar
Media,2012
Soemitra Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: Kencana 2009
Suhendi Hendi. Fiqh Muamalah, Jakarta: Rajawali Pers, 2010
Sudarsono Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syari‟ah Deskripsi dan Ilustrasi,
Yogyakarta, 2008
Syafi‟i Antonio. Bank Syari’ah Teori dan Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2011
Suparjdan, M. Syafar. Pemberdayaan Masyarakat Pada Program Pembiayaan
Mikro (Studi Tentang Pelaksanaan Program Pembiayaan Mikro
pada Anggota Koperasi Baitul Ikhtiar Kabupaten Bogor-Jawa
Barat). Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Depok 2012.
Syarif Chaudry Muhammad. Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar, Jakarta:
Kencana Predana Media Group, 2011
S Munawir. Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta: Liberty, 2002
Soekanto Sarjono. Pengantar Penelituian Hukum. Jakarta:UUI Pers, 1986
Sudarsono. Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Deskripsi
dan ilustrasi, 2012
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan: kuantitatif dan kualitatif R dan D.
Bandung; Alfabeta, 2013
Page 111
111
Supardi, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII Pers, 2012
Sumarnonugroho, T .Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta: PT
Hardinata, 1984
Tika Pambudu. Metodelogi Riset Bisnis, Jakarta: Bumi Aksara, 2014
Undang-Undang No 20 Tahun Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM), 2008
TH Tambunan, Tulus, Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, Jakarta: Salemba
Empat, 2002
Wahdino, Hi Sastro. Ekonomi Makro dan Mikro Islam, Jakarta: PT Dwi Chandra
Wacana, 2001
Widodo Hertanto. Pas (Pedoman Akuntansi Syari’ah), Panduan Praktis
Operasional Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Jakarta: Mizan, 1999
Wawancara Dengan Bukhairi, Analisis Pembiayaan tgl 19 April, 2017
Wawancara Dengan Maizuki, Analisis Laporan Keuangan tgl 02 Mei, 2017