PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DI DESA POLEWALI KECAMATAN SINJAI SELATAN KABUPATEN SINJAI SKRIPSI LILIS DWIRANTI NIM 105710215315 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2020
88
Embed
peranan badan permusyawaratan desa (bpd) - Universitas ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ii
PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
DI DESA POLEWALI KECAMATAN SINJAI SELATAN KABUPATEN SINJAI
SKRIPSI
LILIS DWIRANTI
NIM 105710215315
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2020
ii
PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
DI DESA POLEWALI KECAMATAN SINJAI SELATAN KABUPATEN SINJAI
SKRIPSI
LILIS DWIRANTI
105710215315
“Diajukan Untuk Memenuhi salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) pada Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar”
PROGRAM STUDI EKONOMI DAN BISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2020
iii
PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah ini kupersembahkan teruntuk kedua orang tuaku tercinta dan
saudaraku, Terima Kasih Atas Bantuan, Do’a dan Motivasi yang telah
Kalian Berikan semoga pencapaian ini adalah langkah untuk membalas
segala perjuangan dan doa-doamu
MOTTO HIDUP
Sebaik-baik Kesuksesan adalah Doa Orang tua
Seburuk-buruk kesuksesan adalah melupakan Tuhan
Kesuksesan abadi adalah senantiasa mengingat dan mengabdi
kepadanya
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat
dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada
ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Peranan Badan
Permusyawaratan Desa dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa
Songing Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai, Skripsi yang penulis buat
ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada kedua orang tua penulis bapak Abd Rahman dan ibu Hamdana yang
senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus
tak pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta Rusling, Emma S.pd, Suarni S,pd,
dan Irma Esse yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga
akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan
dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut
ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah
dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat
kepada :
viii
1. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE, MM, Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE, MM, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Hj. Naidah, SE.,M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Hj. Naidah, SE.,M.Si, selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga Skripsi selesai
dengan baik.
5. Ibu wardah, SE.,ME, selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu
selama dalam penyusunan Skripsi hingga ujian skripsi.
6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yan tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya
kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Terkhusus peneliti ucapkan terima kasih kepada sahabatku Al Wildani Ahmad,
Nurapni Aulia Sulkipli, Hartina, Widya Dewi Hastuti, Patmisari, Asmira, Marini
Sumarni, Irmawati yang senantiasa menemani dari awal sampai akhkir
kepenulisan Skripsi dengan penuh kesabaran, perhatian, dan pengorbanan
membantu peneliti.
9. Terima kasih kepada seluruh rekan-rekan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM)
Corong Universitas Muhammadiyah Makassar yang selalu memberikan
semangat, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat
merampungkan Skripsi ini.
ix
10. Terima kasih kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Program Studi Ekonomi Pembangunan Angkatan 2015 yang
selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam
aktivitas studi penulis.
11. Terima kasih Kepada kakanda dan Adinda serta teman-teman
seperjuangan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Ekonomi
yang telah memberikan warna warni kehidupan serta segala nasehat baik
dari awal masuk perkuliahan sampai sekarang ini ini.
12. Terima kasih kepada seluruh responden (Perangkat Desa dan Anggota di
Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai) yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
13. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu
yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungannya
sehingga penulis dapat merampungkan Skripsi ini.
Akhirnya sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.
Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Lilis Dwiranti, Tahun 2015. Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai, Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembingbing I Hj. Naidahndan Pembingbing II Wardah.
Penelitian ini bertujuan Untuk Mengetahui Bagaimana Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Jenis Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Kualitatif. Metode pengumpulan data melalui studi observasi, wawancara dan dokumentasi langsung di Kantor Desa polewali, adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Pejabat Desa dan ketua serta anggota BPD Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Perencanaan Pembangunan Desa ada tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengawasan, dimana faktor pendukung terealisasinya peranan BPD dalam perencanaan pembangunan di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai sudah berjalan baik dan efektif, namun salah satu faktor yang menjadi penghambat yaitu minimnya pengetahuan mengenai tugas dan fungsi dari anggota BPD karena tingkat pendidikan SDM yang rendah serta penyesuaian anggaran dan lahan.
Kata Kunci : Peranan BPD, Perencanaan Pembangunan.
xi
ABSTRACK
Lilis Dwiranti, 2015. The Role of the Village Consultative Body (BPD) in Village Development Planning in Polewali Village, Sinjai Selatan District, Sinjai District, Thesis of Development Study Program, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised by Pembingbing I Hj. Naidah and Pembimbing II Wardah.
This study aims to find out how the role of the Village Consultative Body (BPD) in Village Development Planning in Polewali Village, South Sinjai District, Sinjai Regency. The type of research used is qualitative research. The method of collecting data through observation studies, interviews and direct documentation at the Polewali Village Office, while the informants in this study were the Village Officials and the chairmen and members of the Polewali Village BPD Village, South Sinjai District, Sinjai District. The results of this study can be seen that the role of the Village Consultative Body (BPD) in the Village Development Planning there are three stages: the planning stage, the implementation phase, the supervision stage, where the supporting factors for the realization of the role of the BPD in development planning in the Polewali Village, South Sinjai District, Sinjai Regency have been going well and effective, but one of the factors that inhibits the lack of knowledge about the duties and functions of BPD members because of the low level of education and adjustments to the budget and land.
Keywords: Role of BPD, Development Planning.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................ x
ABSTRACT ............................................................................................... xi
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 8
xiii
A. Peranan ........................................................................................ 8
B. Badan Permusyaratan Desa (BPD) .............................................. 12
C. Perencanaan Pembangunan Desa .............................................. 18
D. Tinjauan Empiris ........................................................................... 23
E. Kerangka Konsep ......................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 28
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 28
B. Fokus Penelitian .......................................................................... 28
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 28
D. Sumber Data ............................................................................... 29
E. Pengumpulan Data ...................................................................... 29
F. Instrumen Penelitian .................................................................... 30
G. Teknik Analisis Data ................................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 33
B. Hasil Penelitian ........................................................................... 48
C. Pembahasan ............................................................................... 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 60
B. Saran ........................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Empiris 23
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk 37
Tabel 42 Tingkat Pendidikan desa Polewali 38
Tabel 4.3 Daftar Perangkat Desa Polewali 39
Tabel 4.4 Daftar Anggota BPD Desa Polewali 40
Tabel 4.5 Rekap Struktur Pemerintahan Desa 40
Tabel 4.6 Sumber Daya Alam Desa Polewali 45
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konsep 27
Gambar 4.1 Peta Desa Polewali 35
Gambar 4.2 Sebaran Wilayah 36
Gambar 4.3 Wawancara Kepala desa 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa adalah sebuah komponen terpenting dalam sebuah pemerintahan
yaitu sebagai tempat berinteraksi masyarakat secara langsung. Desa sering kali
luput dari perhatian banyak orang khususnya dalam bidang pemerintahan,
padahal jika ditelah lebih dalam desa sangat berperan penting dalam berjalanya
roda kehidupan di masyarakat. Sebuah pepatah menyebutkan bahwa kekuatan
rantai besi terletak pada rantai yang terlemah. Jika mengibaratkan sistem
pemerintahan nasional sebagai rangkaian mata rantai sistem pemerintahan mulai
dari pusat, daerah, dan desa, maka desa merupakan mata rantai yang terlemah.
Hampir segala aspek menunjukkan betapa lemahnya kedudukan dan
keberadaan desa dalam konstalasi pemerintahan, padahal desalah yang menjadi
pertautan terakhir pemerintahan dengan masyarakat yang akan membawanya
ketujuan akhir yang telah di gariskan sebagai cita-cita bersama. Desa atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Perda Sinjai tahun 2007).
Dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pasal 1 ayat 1
disebutkan bahwa : Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan
nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
2
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa memiliki
pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa yang
meliputi Kepala Desa, Perangkat Desa dan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). Kepala Desa merupakan pimpinan penyelengaraan pemerintahan desa
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). Badan permusyawaratan desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa. Anggota BPD adalah
wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah.
Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi,
pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan
anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/ diusulkan kembali untuk 1 kali
masa jabatan berikutnya.
Pimpinan dan anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan
sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa,
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat yang diwakilinya. Disinilah
kemampuan (kapabilitas) Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
diperlukan dalam menjalankan perannya. Urusan pemerintah Desa akan berjalan
dengan baik apabila terjadi kerjasama yang baik antara Aparat Desa dengan
Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kapabilitas biasanya menunjukan potensi
dan kekuatan yang ada dalam diri seseorang untuk menunjukan kemampuan
dalam bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, untuk itu Anggota BPD
3
dituntut mempunyai wawasan yang luas baik pengalaman, pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam ikut terjun langsung
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa mempunyai pengaruh terhadap
kemampuan seseorang (Anggota BPD) dalam menangani masukan dari
masyarakat dan dalam pengambilan keputusan Desa sehingga keputusan yang
diambil sesuai dengan keinginan dan aspirasi dari masyarakat. Dalam konteks
inilah, sehingga dianggap sangat penting untuk segera membekali para pimpinan
dan anggota BPD dengan berbagai kemampuan teknis yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas dan fungsinya, sebab keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan
pada tingkat desa nantinya, akan turut ditentukan oleh peran aktif dan
kompetensi para anggota BPD (Kompasiana, 18 juni 2015).
Para anggota BPD tidak terlalu memahami peran dan fungsinya di desa
sehingga mengakibatan kurang maksimalnya peran serta dan dukungan dari
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga yang diperlukan untuk
membantu Pemerintahan Desa dibidang pembangunan dalam menyerap aspirasi
masyarakat. Hal ini mengakibatkan banyak aspirasi masyarakat yang tidak
mampu terserap yang berdampak pada tingkat pembangunan yang berjalan
lamban. Perlu diperhatikan bahwa syarat menjadi anggota Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) harus sesuai dengan latar belakang pendidikan
agar fungsi dan kinerja anggota BPD dapat terealisasi dengan baik.
Kendala utama adalah terbatasnya tingkat kemampuan para Anggota
Badan Permusyawaratan Desa (BPD), sehingga Anggota BPD belum mampu
4
menjalankan perannya secara maksimal. Hal ini terlihat dari adanya beberapa
Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang jarang mengikuti rapat-rapat
baik dalam pembahasan rencana pembangunan, pelaksanaan pembangunan
maupun rapat-rapat evaluasi hasil pembangunan, disamping itu masih
didasarkan kurang efektifnya jalinan komunikasi antara Anggota Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dengan Aparat Desa sehingga informasi
pembangunan terkadang tidak akurat, tidak meratanya pengetahuan dan
wawasan yang dimiliki oleh Anggota BPD sehingga terjadi perbedaan dalam
melihat dan memahami suatu persoalan.
Kondisi masyarakat perlu diperhatikan, bagaimana komunikasi
masyarakat terhadap anggota BPD. Apakah ketika ada masalah mereka
langsung melaporkan kepihak Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Berdasarkan beberapa uraian tersebut menunjukan rendahnya peran Anggota
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) terhadap pembangunan sehingga, peran
utama dari BPD yaitu mengayomi, legislasi, pengawasan dan menampung
aspirasi masyarakat kurang dapat berjalan sesuai dengan harapan. Seharusnya
sejalan dengan tugas dan fungsinya Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang
sangat berperan dalam menentukan keberhasilan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pembangunan desa serta pembinaan masyarakat desa,
maka para Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) harus memiliki tingkat
pengetahuan dan wawasan yang sesuai dan lebih baik, sehingga tingkat
keberhasilan pembangunan dapat dicapai dengan maksimal.
berdasarkan aturan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang juga
mengarah kepada upaya untuk mewujudkan tingkat kesejahteraan dan
pembangunan Desa maka meningkatnya kewenangan serta bertambahnya
5
masa jabatan dan periode kepala desa dan BPD dari 5 tahun untuk dua periode
menjadi 6 tahun untuk tiga periode, disamping penguatan fungsi Badan
Permusyawaratan Kepala Desa (Kompasiana, 18 Juni 2015). Berdasarkan
peraturan daerah Kabupaten Sinjai nomor 3 tahun 2007 tentang pembentukan
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) bab II pasal 2, syarat-syarat dan jumlah
anggota, yang dapat dipilih menjadi Anggota Badan Permusyawaratan Desa
adalah penduduk desa Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi
syarat :
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah;
c. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama dan/atau sederajat;
d. Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun;
e. Sehat jasmani dan rohani;
f. Berkelakuan baik, jujur dan adil;
g. Bersedia dicalonkan menjadi anggota Badan Permusyawaratan
Desa;
h. Penduduk desa setempat;
i. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana
kejahatan;
j. Tidak dicabut hak pilihnya sesuai dengan keputusan pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap.
6
Jumlah Anggota Badan Permusyawaratan Desa ditentukan
berdasarkan jumlah penduduk desa yang bersangkutan dengan
ketentuan: a. jumlah penduduk sampai 1.500 jiwa sebanyak 5 (lima)
orang anggota; b. 1.501 sampai dengan 2.000 jiwa, sebanyak 7
(tujuh) orang anggota; c. 2.001 sampai dengan 2.500 jiwa, sebanyak
9 (sembilan) orang anggota; d. lebih 2500 jiwa, sebanyak 11
(sebelas) orang anggota (Perda, Nomor 3 Tahun 2007).
Perencanaan pembangunan desa sangat penting, Karena dari
perencanaan pembangunan inilah arah pembangunan desa ditentukan. Hal ini
sudah menjadi kewajiban pemerintahan desa untuk menampung aspirasi
masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa untuk kemajuan desa.
Aspirasi masyarakat dapat tertampung dengan cara melibatkan Badan
Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan tersebut. Karena
pada dasarnya merekalah yang mempunyai peran dalam hal menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan sarana bagi Kepala
Desa dan masyarakat di Desa Polewali kecamatan Sinjai Selatan guna
merencanakan pembangunan desa dan kesejahteraan masyarakat. Untuk
mengkaji lebih jauh tentang Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa
Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai, maka penulis mengangkat
judul penelitian tentang “Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan
Kabupaten Sinjai”
7
B. Rumusan Masalah
“Bagaimanakah peranan Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) dalam
perencanaan pembangunan desa di Desa Polewali Kecamatan Sinjai
Selatan Kabupaten Sinjai?”.
C. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
perencanaan pembangunan desa di desa polewali kecamatan sinjai selatan
kabupaten sinjai.
D. Manfaat Penelitian
1. Dari segi teoritis, sebagai bahan masukan yang sekiranya dapat
membantu Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa
setempat demi lebih meningkatkan peran lembaga tersebut dalam
pelaksanaan pembangunan di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan
Kabupaten Sinjai.
2. Bagi masyarakat, diharapkan berguna untuk mengetahui pemerintah
desanya dan dapat memberikan semangat demokrasi dan kepedulian
terhadap desanya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peranan
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, peranan mempunyai arti
sebagai berikut: “peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu peristiwa atau bagian yang dimainkan
seseorang dalam suatu peristiwa. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2008:1173).
Menurut (Soejono Soekanto, 2012:212), dalam buku yang berjudul
sosiologi suatu pengantar, menjelaskan pengertian peranan merupakan
aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melakukan hak dan
kewajibanya sesuai dengan kedudukanya, dia menjalankan suatu peranan.
Menurut teori (Narwako dan Suryanto, 2006:160) yang mengatakan bahwa
peran dapat dilihat dari tindakan seseorang dalam memberi arah dan proses
sosialisasi, yang merupakan suatu tradisi, keperrcayaan, nilai-nilai, norma-
norma dan pengetahuan.
Peranan adalah suatu rangkaian prilaku yang teratur, yang ditimbulkan
karena suatu jabatan tertentu, atau karena adanya suatu kantor yang mudah
dikenal. Kepribadian seseorang barangkali juga amat mempengaruhi
bagaimana peranan harus dijalankan. Peranan timbul karena seseorang
memahami bahwa ia bekerja tidak sendirian. Mempunyai lingkungan, yang
setiap saat diperlukan untuk berinteraksi. Lingkungan itu luas dan beraneka
macam, dan masing-masing akan mempunyai lingkungan yang berlainan.
Tetapi peranan yang harus dimainkan pada hakekatnya tidak ada perbedaan
(Miftah Thoha, 2012:10).
9
Teori peran adalah sebuah sudut pandang dalam sosiologi atau psikologi
sosial yang menganggap sebagian besar aktivitas harian diperankan oleh
kategori-kategori yang di tetapkan secara sosial (misalnya ibu, manajer,
guru). Setiap peran sosial adalah serangkaian hak, kewajiban, harapan,
norma, dan perilaku seseorang yang harus dihadapi dan dipenuhi. Model ini
didasarkan pada pengamatan bahwa orang-orang bertindak dengan cara
yang dapat diprediksikan, dan bahwa kelakuan seseorang bergantung pada
konteksnya, berdasarkan posisi sosial dan faktor-faktor lain.
Peran-peran yang dilakukan pemimpin dalam organisasi terbagi atas tiga
menurut Mintzberg (Siswanto,Miftah Thoha, 2012:21 dan 12) :
1. Peran Antarperibadi (Interpersonal Role), dalam peranan antar
pribadi, atasan harus bertindak sebagai tokoh, sebagai pemimpin
dan sebagai penghubung agar organisasi yang dikelolahnya
berjalan dengan lancar. Peranan ini oleh Mintzberg dibagi atas
tiga peranan yang merupakan perincian lebih lanjut dari peranan
antarpribadi ini. Tiga peranan ini dijelaskan sebagai berikut :
a. Peranan sebagai tokoh (Figurehead), yakni suatu peranan
yang dilakukan untuk mewakili organisasi yang
dipimpinnya didalam setiap kesempatan dan persoalan
yang timbul secara formal.
b. Peranan sebagai pemimpin (Leader), dalam peranan ini
atasan bertindak sebagai pemimpin. Ia melakukan
hubungan interpersonal dengan yang dipimpin, dengan
melakukan fungsi-fungsi pokoknya diantaranya pemimpin,
memotifasi, mengembangkan, dan mengendalikan.
10
c. Peranan sebagai pejabat perantara (Liaison Manager),
disini atasan melakukan peranan yang berinteraksi dengan
teman sejawat, staf, dan orang-orang yang berada diluar
organisasinya, untuk mendapatkan informasi.
2. Peranan Yang Berhubungan Dengan Informasi (Informational
Role), peranan interpersonal diatas meletakkan atasan pada
posisi yang unik dalam hal mendapatkan informasi. Peranan
interpersonal diatas Mintzberg merancang peranan kedua yakni
yang berhubungan dengan informasi ini.
3. Peranan Pengambil Keputusan (Decisional Role), dalam peranan
ini atasan harus terlibat dalam suatu proses pembuatan strategi di
dalam organisasi yang di pimpinnya. Mintzberg berkesimpulan
bahwa pembagian besar tugas atasan pada hakikatnya digunakan
secara penuh untuk memikirkan sisitem pembuatan strategi
organisasinya. Keterlibatan ini disebabkan karena :
a. Secara otoritas formal adalah satu-satunya yang
diperbolehkan terlibat untuk memikirkan tindakan-tindakan
yang penting atau yang baru dalam organisasinya.
b. Sebagai pusat informasi, atasan dapat memberikan
jaminan atas keputusan yang terbaik, yang mencerminkan
pengetahuan yang terbaru dan nilai-nilai organisasi.
Dalam hal ini, suatu organisasi harus memastikan bahwa peran-peran telah
didefinisikan dengan jelas. Scott et al dalam kanfer menyebutkan lima aspek
penting dari peran, yaitu :
11
1. Peran bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan
harapannya, bukan individunya.
2. Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja (task behavior) yaitu, perilaku
yang diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu.
3. Peran itu sulit dikendalikan (role clarity dan role ambiguity).
4. Peran itu dapat di pelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan
beberapa perubahan perilaku utama.
5. Peran dan pekerjaan (jobs) itu tidaklah sama seseorang yang melakukan
satu pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran.
Menurut soerjono soekanto (2013:213) peranan mencangkup dalam
tigal hal yaitu :
1. Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai prilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kedudukan
seseorang dalam suatu hierarki organisasi, semakin sedikit
keterampilan teknis yang diperlukan. Sebaliknya, semkin rendah
kedudukan seseorang dalam suatu hierarki organisasi, semakin
penting keterampilan teknis yang diperlukan, (Siswanto, 2012:21).
12
B. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
1. Pengertian Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Undang Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa, desa atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yuridiksi,
berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, mengakui
otonomi yang dimiliki oleh desa ataupun dengan sebutan lainnya dan
kepala desa melalui pemerintahan desa dapat diberikan penugasan
ataupun pendelegasian dari pemerintah ataupun pemerintah daerah
untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu.
BPD merupakan mitra Kepala Desa dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya. Keanggotaan BPD merupakan wakil dari penduduk
Desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan
secara demokkratis. BPD juga merupakan salah satu lembaga
demokrasi yang dibayangkan dapat melembagakan nilai-nilai demokrasi
yang telah hidup di kalangan masyarakat Desa.
Dengan demikian pengisian anggota BPD dapat diproses melalui
pemilihan secara langsung dan atau melalui musyawarah perwakilan.
Hal ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kessepakataan
masyarakat di Desa masing-masing. Masa keanggotaan BPD selama 6
(enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji, anggota
BPD dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali
secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
13
BPD merupakan perubahan nama dari Badan Perwakilan Desa
yang ada selama ini. Perubahan ini didasarkan pada kondisi faktual
bahwa budaya politik lokal yang berbasis pada filosofi “musyawarah
untuk mufakat”. Musyawarah berbicara tentang proses, sedangkan
mufakat berbicara tentang hasil. Hasil yang diharapkan diperoleh dari
proses yang baik. Melalui musyawarah untuk mufakat, berbagai konflik
antara para elit politik dapat segera diselesaikan secara arif, sehingga
tidak sampai menimbulkan goncangan-goncangan yang merugikan
masyarakat luas.
Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang berkaitan
dengan kepala desa yaitu (UU RI No 6 Tahun 2014 pasal 55) adalah :
a. Membahas dan menyepakati Rancangan peraturan Desa
bersama kepala desa.
b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa.
c. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa
2. Persyaratan calon anggota BPD
Berdasarkan UU RI No.6 2014 pasal 56, menyatakan anggota
BPD merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan
wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis, masa
keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah/janji, dan anggota BPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3
(tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
Adapun persyaratan calon anggota BPD sebagai berikut :
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
14
2. Memegang teguh dan mengamalkan pancasiala, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Republik
Indonesia Dan Bhineka Tunggal Ika
3. Berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun atau sudah/pernah
menikah
4. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama
atau sederajat
5. Bukan sebagai perangkat pemerintah Desa
6. Bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD
7. Wakil penduduk Desa yang dipilih secara demokratis
3. Hak BPD
a. Hak BPD sebagai berikut :
a) Meminta keterangan kepada pemerintah desa
b) Menyatakan pendapat
b. Hak anggota BPD sebagai berikut :
a) Mengajukan usul rancangan Peraturan Desa
b) Mengajukan pertanyaan
c) Menyampaikan usul dan pendapat
d) Memilih dan dipilih
e) Mendapat tunjangan dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja desa
4. Kewajiban Anggota BPD sebagai berikut :
15
a. Mengamalkan pancasila, melaksanakan undang-undang dasar
negara republik indonesia tahun 1945 dan mentaati segala
peraturan perundang-undangan.
b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa.
c. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta
keutuhan NKRI.
d. Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat.
e. Memproses pemilihan kepala desa.
f. Mengdahulukan kepentingan umum diatas kepentingan
pribadi,kelompok dan golongan.
g. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat
masyarakat setempat,dan
h. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga
kemasyarakatan.
5. Tugas BPD
Secara yuridis tugas BPD mengacu kepada Undang-Undang Nomor
32 tahun 2004, sebagai berikut:
a. Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa, dalam melaksanakan
pemilihan kepala desa, BPD berhak membentuk panitia pemilihan
kepala desa sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten.
b. Mengusulkan dan menetapkan calon terpilih kepala desa. Dalam
hal ini masyarakat mengetahui calon terpilih yang akan mereka
pilih dalam waktu pemilihan, diharapkan masyarakat mengenal
16
watak, karakter serta latar belakang pendidikan dan sosial lainnya
secara utuh.
c. Bilamana kinerja kepala desa telah menyimpang dari ketentuan
yang telah digariskan atau telah habis masa jabatannya, maka
kepala desa tersebut oleh BPD diusulkan untuk diberhentikan.
d. Kepala desa mengajukan rancangan peraturan desa kepada BPD,
dan bersama-sama BPD untuk membahas dalam rapat paripurna,
sesuai dengan tata tertib yang dimiliki BPD. BPD dengan tugas
dan wewenangnya ikut serta untuk menyetujui atau mengesahkan,
dan kepala desa melaksanakan peraturan desa, dan keputusan
desa setelah ada persetujuan dari kedua belah pihak.
e. Kepala desa mengajukan Rancangan APBDes kepada BPD untuk
disahkan menjadi APBDes dalam kurun waktu satu tahun
anggaran. Karena dengan anggaran, pemerintahan desa dapat
berjalan untuk membangun sarana dan prasarana umum.
f. BPD menjalankan pengawasan terhadap jalannya roda
pemerintahan desa yang dilaksanakan oleh kepala desa.
Pengawasan BPD berupa: a. PERDES dan peraturan Perundang-
undangan lainnya, b. Pelaksanaan peraturan Pelaksanaan -
peraturan dan keputusan desa, c. Kebijakan pemerintahan desa’
d. Pelaksanaan kerjasama.
g. Pertimbangan dan saran-saran dari BPD terdapat pemerintahan
desa dan masyarakat, selalu dijaga agar segala kepercayaan
serta dukungan tetap ada, sehingga kepala desa selalu dan
17
sungguh-sungguh untuk melaksanakan tugas dengan penuh rasa
tanggung jawab.
h. Segala aspirasi masyarakat khususnya dalam bidang
pembangunan, BPD diharapkan dengan rasa loyalitas mengakui,
menampung dan mengayomi masyarakat dengan rasa penuh
tanggung jawab dan kerjasama yang baik.
6. Fungsi BPD
BPD sangat diharapakan oleh masyarakat Desa, karena dengan
adanya lembaga tersebut semua aspirasi dan kehendak masyarakat
akan tersalurkan. Oleh sebab itu, setiap individu yang terpilih menjadi
anggota BPD harus mampu mawakili masing-masing daerah yang
memilihnya. Untuk dapat menjalankan fungsi sebagai anggota BPD
dengan sebaik-baiknya berdasarkan ketentuan perundang-undangan
dan peraturan yang berlaku. BPD mempunyai 3(tiga) fungsi yaitu :
a. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa
bersama kepala Desa
b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
c. Melakukan pengawasa kinerja kepala Desa
7. Peran BPD dalam musyawarah Desa
Peran BPD adalah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
musyawarah Desa. Tanggung jawab itu mencankup tahap persiapan,
pelaksanaan dan pasca musyawarah desa (musdes) :
a. Tahap persiapan, BPD bertanggung jawab memastikan
kelompok-kelompok masyarakat melakukan pemetaan
kebutuhan masyarakat secara partisipatif. Hasil pemetaan
18
kebutuhan inilah yang akan menjadi bahan dalam menetapkan
prioritas belanja Desa. BPD bersama masyarakat juga
melakukan penilaian terhadap hasil pembangunan yang di
jadikan bahan pembahasan musyawarah Desa
b. Tahap pelaksanaan, BPD memimpin penyelenggaraan
musyawarah Desa
c. Tahap setelah Musdes, BPD memastikan prioritas belanja yang
ditetapkan Musdes dan rekomendasi berdasarkan kegiatan
tahun sebelumnya dilaksanakan oleh pemerintah Desa.
C. Perencanaan Pembangunan Desa
1. Pengertian perencanaan
Perencanaan adalah proses continue, yang terdiri dari keputusan
atau pilihan dan berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang
ada, dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu dimasa mendatang.
Pada dasarnya segala kegiatan pembangunan itu baru akan terarah
apabila dilandaskan pada suatu perencanaan pembangunan dan
dikontrol, serta dievaluasi.
Perencanaan menurut G.R Terry dalam ( Sukarna 2011:10) :
“ pemilihan dan penghubungan fakta-fakta serta pembutan dan
penggunaan perkiraan-perkiraan atau asumsi-asumsi untuk masa yang
akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-
kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan”.
Sedangkan pengertian perencanaan menurut (Susatyo
Herlambang, 2013) :
19
“Sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan
yang berkembang di masyrakat, menentukan kebutuhan dan sumber
daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan
menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan tersebut”.
Menurut (Susyanto Herlambang,2013) manfaat sebuah perencanaan
adalah :
a. Tujuan yang ingin dicapai.
b. Jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan.
c. Jenis dan jumlah staf yang diinginkan dan uraikan tugasnya.
d. Sejauh mana efektifitas kepemimpian dan pengarahan yang
diperlukan
e. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.
Langkah-langkah perencanaan sebagai berikut :
a. Analisa situasi
b. Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya
c. Menentukan tujuan program
d. Mengkaji hambatan dan kelemahan program
e. Menyusun rencana kerj operasional
Menurut (Munir, 2002: 41) berdasarkan jangka waktunya,
perencanaan dapat
dibagi menjadi :
a. perencanaan jangka panjang, biasanya mempunyai rentang waktu
antara 10 sampai 25 tahun. Perencanaan jangka panjang adalah
20
cetak biru pembangunan yang harus dilaksanakan dalam jangka
waktu yang panjang.
b. perencanaan jangka menengah, biasanya mempunyai rentang
waktu antara 4 sampai 6 tahun. Dalam perencanaan jangka
menengah walaupun masih umum, tetapi sasaran-sasaran dalam
kelompok besar (sasaran sektoral sudah dapat diproyeksikan
dengan jelas.
c. perencanaan jangka pendek, mempunyai rentang waktu 1 tahun,
biasanya disebut juga rencana operasional tahunan. Jika
dibandingkan dengan rencana jangka panjang dan jangka
menengah, rencana jangka pendek biasanya lebih akurat.
Sifat khusus dari fungsi perencanaan :
a) Perencanaan menyatukan penyelidikan dengan penyelenggraan
dan membuat kedua-duanya berlangsung terus bersama-sama.
b) Perencanaan merupakan proses yang kontinu, karena
administrasi darimana ia merupakan suatu bagian, adalah
dinamis
c) Perencanaan membedakan antara yang konstan dan yang
bervariasi dalam suatu situasi
d) Sedapat mungkin harus berlangsung dalam perkiraan standa-
standar yang meliputi tujuan-tujuan yang dirumuskan dengan
tepat, kualitas dan cara-cara serta alat-alat penghasil yang
bersifat teknologi yang dirumuskan dengan tepat baik yang
berupa manusia maupun yang berupa materi
21
e) Untuk suksesnya perencanaan tergantung pada organisasi
fungsional dan pembagian tanggung jawab
f) Harus berlangsung dalam tingkatan-tingkatan yang bermacam-
macam masing-masing dengan spesialisasinya yang wajar
g) Perencanaan adalah fungsi yang integral bukan suatu fungsi
yang terlepas
h) Perencanaan memerlukan suatu standar yang terakhir yang
dapat diukur misalnya laba, untuk membuatnya benar – benar
efektif.
2. Pengertian Pembangunan
Sondang P siagian mendefinisikan Pembangunan yaitu : “Suatu
usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa negara dan
pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (natton
building)”. Proses pembangunan menghendaki adanya pertumbuhan
ekonomi yang diikuti dengan perubahan (growth plus change) dalam
perubahan struktur ekonomi, dari pertanian ke industri atau jasa,
perubahan kelembagaan, baik lewat regulasi maupun reformasi
kelembagaan. Pembangunan secara berencana lebih dirasakan sebagai
suatu usaha yang lebih rasional dan teratur bagi pembangunan
masyarakat yang belum atau baru berkembang. (Subandi: 2011:9-11).
Adapun pembangunan menurut beberapa ahli yaitu : pembangunan
menurut Rogers (Rochajat,dkk: 2011:3) adalah perubahan yang
berguna menuju sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai
kehendak suatu bangsa. Sebuah masyarakat dinilai berhasil
22
melaksanakan pembangunan, bila pertumbuhan ekonomi masyarakat
tersebut cukup tinggi. Dengan demikian, yang diukur adalah produktivitas
masyarakat atau produktivitas negara setiap tahunnya. (Rochajat,dkk:
2011:3).
Setelah kita mengetahui definisi pembangunan, maka selanjutnya
perlu diketahui pengertian perencanaan pembangunan. Perencanaan
pembangunan dapat diartikan sebagai kegiatan yang merupakan proses
mempersiapkan secara sistematis kegiatan pembangunan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dimana
pemilihan tujuan dilakukan secara sadar atas dasar skala kebutuhan dan
dengan memperhatikan faktor-faktor keterbatasan yang ada.
Ketika menyusun suatu perencanaan pembangunan, maka ada lima hal
pokok yang perlu mendapat perhatian, yaitu :
a. Permasalahan dan potensi yang ada
b. Tujuan serta sasaran yang ingin dicapai
c. Kebijaksanaan dan cara untuk mencapai tujuan dan sasaran
etrasebut
d. Penerjemahan rencanan kedalam bentuk program yang nyata.
e. Jangka waktu pencapaian tujuan
23
D. Tinjauan Empiris
Tinjauan empiris berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan
penelitian. Sebagai bahan pertimbangan, dalam penelitian akan
dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
penelitian lainya
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama dan
Tahun Penelitian
Judul
Penelitian
Metode
Analisis
Hasil Penelitian
dan Penekanan
1 Soni Walangitan (2015)
Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi kasus di Desa Kanonang II Kecamatan Kawangkoang Barat
Metode Kualitatif
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa, peranan Badan Permusyawaratan Desa sebagai mitra kerja pemerintah telah melaksanakan fungsinya dengan baik dalam kelangsungan pembangunan desa, BPD samgat bermanfaat karena selain tempat menampung, menyalurkan dan membuat peraturan desa, BPD juga memberi peran luas untuk partisipasi masyrakat desa dalam proses pembuatan kebijakan desa, kehadiran BPD telah membawa peran mendasar dalam penyelenggaraan
24
pemerintah desa karena peran dan fungsi BPD yang sangat strategis.
2 Estepanus Dauwole, Johannis Kawooan (2017)
Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam dalam Perencanaan Pembangunan (Studi kasus di Desa Tolabit Kecamatan Kao Kabupaten Halmahera Utara
Metode deskriptif kualitatif
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa, Peranan BPD tidak terlepas dari fungsi dan tugasnya yaitu sebagai wadah menampung aspirasi masyarakat atau penyalur aspirasi dalam pembangunan desa, namun masih ditemukan adanya sebagian masyarakat yang masih apatis terhadap pembangunan yang ada di desanya sendiri, hal ini disadari bahwa dalam menumbuhkan pasrtisipasi masyarakat di Desa Tolabit bukan hal yang mudah namun dengan mayoritas masyrakatnya yang mendukung menjadikan pembangunan tetap berjalan.
3 Dwi Mustakarini, Indriyana, Pono, dan Pryo Sularso (2017).
Efektivitas Peran dan Kedudukan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Upaya Pembanguna
Metode kualitatif deskriptif
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa, BPD Desa Pulosari sudah menjalankan peran dan kedudukannya dengan baik dalam pembangunan Desa, yaitu bisa
25
n Desa dilihat dari keevektifan BPD yang selalu memberikan masukan dan ide-ide dalam upaya pembangunan desa serta serta melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik, ini terbukti dari sudah terealisasinya program-program pembangunan yang sudah diselesaikan dengan sesuai rencana, pembanguan dilakukan secara bertahap karena adanya kendala dana, namun pada akhirnya masalah keterbabatasan dana bisa diminimalisir karena banyaknya bantuan yang masuk (dari kabupaten, PNPM Mandiri, Swadaya dari Masyarakat)jadi bisa disimpulkan bahwa peranan BPD di Desa Pulosari dapat dikatakan telah menjalankan fungsi dan peranya dalam pembangunan dengan cukup baik.
4 Pendi (2017) Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Menjalankan Pengawasan
Metode deskriptif kualitatif
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa, Peran BPD dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap
26
Terhadap Pemerintahan Desa Sebulu Modern Kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara
pemerintahan Desa dalam segi pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan kepala desa, pelaksanaan peraturan desa dan pelaksanaan alokasi dana desa belum optimal, serta kendala-kendala yang menjadi penghambat peran BPD dalam menjalankan fungsi pengawasan
5 Yusrina Rahmadhani (2016)
Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Pabbentengan kecamatan kecamatan Bajeng kabupaten Gowa.
Metode deskriptif kualitatif
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam tahap perencanaan pembangunan di Desa Pabbentengan sudah dikatakan berjalan dengan baik, karena dapat dilihat dari proses keterlibatan BPD serta masyarakat dalam merumuskan perencanaan pembangunan, pembangunan belum sesuai yang diharapkan karena kurangnya SDM dari anggota BPD dan terbatasnya dana yang dikeluarkan, sedangkan dalam tahap pengawan belum efektif karena
27
pengawasan yang dilakukan masih kurang aktif terutama anggota BPD yang hanya satu dua orang saja yang turun kelapangan meninjau pembangunan desa.
E. Kerangka Konsep Menurut Kamus Riset, Kerangka Konsep adalah suatu hubungan atau
kaitan antara konsep-konsep atau variable-variable yang akan diamati
atau diukur melalui penelitian yang akan dilaksanakan. kerangka konsep
akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel
penelitian yaitu antara variabel independen dengan variabel
dependen. Secara ringkas kerangka konseptual yang menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor dengan motivasi
auditor sebagai variabel moderating (Sugiyono 2014: 128).
Gambar 2.1: Kerangka Konsep
Peranan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD)
Peran BPD dalam tahap pembangunan desa :
1. Tahap perencanaan
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Pengawasan
Optimalisasi keberhasilan BPD dalam perencanaan
pembangunan Desa di Desa Polewali Kecamatan
Sinjai Kabupaten Sinjai Selatan
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.Yang dimaksud
metode kullitatif mengabarkan dan mengdeskripsikan atau menjelasakan
peristiwa yang sebenarnya pada masa sekarang dan cenderung
menggunakan analisis. Menurut (Sanafia 1999) tujuan penelitian kualitatif
untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan
akuratmengenai fakta dan sifat sifatpopulasi atau daerah tertentu.
B. Fokus Penelitian
Penelitian saya berfokus pada apa yang menjadi rumusan
masalah yaitu Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
perencanaan pembangunan Desa di Desa Polewali Kecamatan Sinjai
Selatan Kabupaten Sinjai. Fokus penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan alasan bahwa pendekatan kualitatif lebih mudah
disesuaikan apabila dihadapkan pada kenyataan dilapangan karena
pendekatan kualitatif bersifat dinamis. Pendekatan kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah dimana peneliti merupakan instrument kunci. Penelitian
kualitatif ini memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang
partisipan. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Polewali Kecamatan Sinjai
Selatan Kabupaten Sinjai, Alasan saya mengambil lokasi penelitian
tersebut karena melihat kondisi Desa Polewali yang masih
29
berkembang sehingga timbul ketertarikan peneliti untuk mengetahui
bagaimana peranan BPD dalam perencanaan pembangunan Desa
2. Waktu penelitian ini akan dilakukan selama dua bulan dimulai dari
bulan April – Mei 2019
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini di peroleh melalui dua cara, yakni
sebagai berikut :
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dengan cara
melakuka wawancara langsung kepada informan yang telah dipilih
yaitu Ketua BPD, Wakil Ketua BPD, anggota BPD , Kepala Desa,
Sekertaris Desa, Kepala Dusun ,Tokoh Masyarakat yang mewakili
setiap Dusun dan pengamatan secara langsung dilapangan pada
objek penelitian.
2. Data sekunder, yaitu data diperoleh dari bahan bacaan, studi
kepustakaan dan dokumentasi tentang peranan Badan
Permusyawaratan Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di
Desa Polewali kecamatan sinjai selatan kabupaten sinjai.
E. Pengumpulan Data
Salah satu unsur yang paling penting dalam suatu penelitian adalah
pengumpulan data karena unsur ini mempengaruhi langkah- langkah
berikutnya sampai dengan penarikan simpulan. Oleh karenaitu, untuk
mengumpulkan data yang diperlukan maka harus dipakai teknik yang
benar untuk memperoleh data yang benar. Untuk mendapatkan data-data
tersebut maka dalam penelitian ini menggunakan proses pengumpulan
data dengan metode dibawah ini :
30
1. Observasi
Observasi adalah penelitian yang di lakukan dengan cara
melakukan pengamatan secara langsung di lapangan yang berkaitan
dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yakni
mengenai Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Desa Polewali kecamatan sinjai
selatan kabupaten sinjai
2. Wawancara
Wawancara Mendalam, yaitu mengumpulkan sejumlah data dan
informasi terkait yang diteliti. Wawancara ini dilakukan kepada
informan yang telah dipilih dan dianggap mengetahui/mengerti betul
tentang hal-hal yang berkaitan dengan Peranan BPD dalam
Penyelenggaraan pemerintahan Desa.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan Kegiatan yang dimaksudkan untuk
menganalisa atau mengetahui data yang berkaitan denganPeranan
Badan Permusyawaratan Desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan di Desa polewali kecamatan sinjai selatan kabupaten
sinjai.
F. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan peneliti adalah lembar
pedoman wawancara. Pedoman wawancara yang digunakan selama
proses wawancara berupa garis besar pertanyaan yang akan diajukan
kepada subjek penelitian, yang bertujuan menggali informasi sebanyak-
31
banyaknya tentang apa, mengapa, dan bagaimana yang berkaitan
dengan permasalahan yang diberikan.
G. Teknik Analisis
Analisis mempunyai kedudukan yang sangat penting. Dilihat dari
tujuan penelitian, Analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, danbahan- bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan
semuannya dapat di informasikan kepada orang lain. Data yang diperoleh
kemudian disajikan secara deskriptif kualitatif, yaitu menjelaskan,
menguraikan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan apa
adanya mengenai Peranan BPD Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.
Menurut Ardhnal ( dalam Moleong 2002 : 103)menjelaskan bahwa
analisis dataadalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan
kedalamsuatu pola, kataegori dan suatuuraian dasar. Penelitian
analisisdata deskriptif kualitatifberdasarkan pada tabel frekuensiyaitu hasil
pengumpulan datadireduksi. Istilah reduksi menurut
(Moloeng : 1989) dalam penelitia kualitatif ialah sebagaimerangkum data,
memili hal-halpokok dan memfokuskan padahal-hal penting.
Langkah-langkah dalam analisis data yaitu sebagai berikut :
1. Reduksi data Merupakan merangkum, memilih hal-halpokok yang
penting, dicari tema dan polanya.Dengan data data yang
telahdiredusi akan memberikangambaran jelas danmempermuda
peneliti untukpengumpulan dataselanjutnya, dan mencari
biladiperlukan.
32
2. Penyajian data merupakan Penyajian dataini dilakukan dalam
bentukuraian singkat, baganhubungan antara kateori,flowhart dan
sejenisya, ataudilakukan penyajian datadengan teks yang
bersifatnaratif.
3. Penarikan kesimpulan data dan verifikasi merupakan
4) Meningkatkan mutu Kesejahtraan Masyarakat untuk mencapai
taraf kehidupan yang lebih baik dan layak.
7. Kebijakan Pembangunan
Dalam menentukan peta potensi dan masalah yang terdapat di
Desa Polewali, dilakukan melalui proses penjaringan masalah dan
penggalian masalah. Proses Penjaringan Masalah dan Penggalian
Gagasan di tingkat dusun terhadap potensi dan masalah yang ada di
Desa Polewali. dengan menggunakan 3 (tiga) alat kajian, yaitu :
a. Sketsa Desa
b. Kalender Musim
c. Diagram Kelembagaan
Proses penjaringan masalah dan penggalian gagasan dilakukan
melalui musyawarah dusun (Musdus) yang telah dilaksanakan pada
November 2014. Dari hasil Penjaringan Masalah dan penggalian
gagasan tentang potensi dan masalah yang telah dilakukan tersebut,
maka masalah dan potesi yang ada di Desa Polewali adalah sbb :
43
a. Arah kebijakan pembangunan
Dalam rangka melaksanakan strategi pembangunan daerah untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan sesuai dengan Visi,
Misi Desa Polewali, maka diperlukan arah kebijakan pembangunan
desa yang akan dilaksanakan. Arah kebijakan pembangunan Desa
Polewali diarahkan pada terwujudnya masyarakat desa yang
mandiri, makmur, agamis dan berkeadilan, yang didukung oleh
sarana prasarana yang memadai dan aparatur pemerintahan yang
handal. Guna mewujudkan hal tersebut, kebijakan pemerintah
Desa Polewali adalah lebih banyak memberikan “kail” daripada
“ikan”, dan selanjutnya diutamakan lebih banyak lagi memberikan
“cara membuat kail”. Untuk mencapai hal tersebut, maka fokus
kebijakan pembangunan Desa Polewali tiga tahun mendatang
diutamakan pada empat bidang yaitu Pemerintahan, sosial
budaya, pembangunan wilayah.
1) Ekonomi
Bidang ekonomi meliputi : bidang pertanian, bidang peternakan
dan bidang perdagangan/koperasi/industri dan bidang
kehutanan. Dan selanjutnya disesuaikan dengan potensi yang
ada di Desa Polewali. Pelaksanaan penanggulangan
kemiskinan akan optimal apabila didukung oleh potensi yang
dimiliki oleh wilayah itu sendiri, baik yang berkait dengan
potensi sumber daya alamnya maupun
masyarakat/manusianya. Sehingga dapat diukur tingkat
kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalahnya dengan
44
strategi yang sistematis, jelas, dan terarah tentang kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukannya. Peta potensi tersebut
adalah:
Desa Polewali merupakan salah satu dari 10 desa yang
berada di Kecamatan Sinjai Selatan. Luas wilayah Desa
Polewali secara keseluruhan adalah seluas 800,63 Ha. Desa
Polewali berada di ketinggian 331 meter di atas permukaan
laut. Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan secara topografi
merupakan perbukitan. Wilayah Desa Polewali yang beriklim
tropik basah memiliki curah hujan sebesar 200-300 mm per
tahun. Desa Polewali memiliki intensitas curah hujan sedang
sehingga suhu udara tinggi dan kategori ini cukup untuk dapat
mendukung kegiatan masyarakat dalam bidang pertanian.
Potensi di bidang pertanian dan perkebunan merupakan
potensi unggulan yang terdapat di Desa Polewali. Komoditas
Cengkeh, Lada, Kakao, Padi, tanaman hortikultura sangat
dominan didukung oleh lahan yang subur, iklim yang baik serta
kemampuan petani dalam bidang pertanian yang memadai.
Adanya beberapa sumber air di Desa Polewali menjadikan
sumber pengairan utama bagi masyarakat petani disekitar
Desa Polewali sehingga pada saat musim kemarau dapat
menjadi sumber cadangan air yang cukup potensial untuk
dimanfaatkan. Iklim di Desa Polewali terdapat dua musim yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada
45
bulan November hingga Juni. Musim kemarau umumnya terjadi
pada bulan Juli sampai Oktober.
Di Desa Polewali terdapat jalan utama yang merupakan
aksesibilitas atau jalur penghubung yaitu menghubungkan
antar beberapa kecamatan dan merupakan jalur penghubung
untuk memasarkan hasil pertanian. Potensi sumber daya alam
lainnya yang juga banyak terdapat di desa Polewali adalah
berupa kayu dan bambu yang merupakan bahan dasar dalam
pembangunan infrastruktur bangunan dan lain-lain. Selain itu
masih banyak sumber daya alam yang masih bisa digali dan
dikembangkan, yang diantaranya terdapat di tabel berikut :
Tabel. 4.6
Sumber Daya Alam Desa Polewali
NO JENIS SUMBER DAYA ALAM JUMLAH KETERANGAN
1 Tanah carik Desa
2 Batu Alam / Batu Pasir
3 Hutan Bambu 5 ha
4 Kayu 10 ha
5 Lahan Pekarangan 15 ha
6 Tanah sawah 55 ha
7 Tanah Perkebunan 34 ha
8 Tanah Hibah Masyarakat 1 ha
9 Palawija 10 ha
10 Sumber Mata Air 7 bh
11 Hutan Rakyat
46
NO JENIS SUMBER DAYA ALAM JUMLAH KETERANGAN
12 Hutan Lindung
13 Irigasi 2 bh
14 Sungai / Solokan 8 bh
15 Lainnya 10 ha
Sumber: Data Profil Desa Polewali
2) Potensi Sumber Daya manusia
Selain pemetaan RTM (Rumah Tangga Miskin),
juga dipetakan warga yang peduli (relawan/tokoh
masyarakat/tokoh pemuda/tokoh agama dan tokoh
perempuan) terhadap pelaksanaan penanggulangan
kemiskinan. Hal ini dilakukan karena hanya merekalah
yang mampu menjadi ujung tombak dalam proses
penanggulangan kemiskinan. Tumpuan keberhasilan
Penanggulangan Kemiskinan ada ditangan para warga
peduli. Para relawan/tokoh masyarakat/tokoh
pemuda/tokoh agama dan tokoh perempuan ini akan
secara ikhlas bahu-membahu bersama Desa memberikan
support baik berupa tenaga, pikiran, ataupun masukan
yang membangun bagi pelaksanaan penanggulangan
kemiskinan di lingkungannya tanpa mengharapkan
imbalan materi. Potensi Sumber Daya Manusia yang ada
di Desa Polewali masih perlu digali, berbagai tenaga
trampil di bidang pertanian, perkebunan, perbengkelan,
dan teknologi dan informasi serta lainnya merupakan
47
modal bagi pembangunan ekonomi dan pertanian, namun
potensi ini belum bisa dimaksimalkan. Meski Desa
Polewali populasi jumlah penduduk yang tidak padat dan
cepat, tetapi sumber daya manusia yang ada cukup
berkembang.
Desa Polewali memiliki beberapa tenaga trampil di
bidang industrikerajinan, pertanian dan peternakan. Selain
itu terdapat juga industri dan jasa pembuatan meubel,
perbengkelan, ahli dibidang bangunan. Berbagai potensi
yang terdapat di desa Polewali seperti potensi industri
seperti industri kerajinan, industry meubel, perbengkelan
dan pertukangan lainnya. Potensi tersebut berpengaruh
terhadap peningkatan perekonomian di Desa Polewali.
Selain potensi diatas banyak juga potensi sumber daya
manusia yang lainnya, yang diantaranya :
a) Adanya Sarjana lulusan perguruan tinggi dari berbagai
lulusan.
b) Sumber daya Usia produktif baik laki-laki maupun
perempuan.
c) Adanya kader kesehatan posyandu di setiap Dusun yang
bisa menunjang tarap kesehatan warga dan mengurangi
resiko kematian disaat melahirkan.
d) Unsur kelembagaan yang sudah lengkap mulai dari
Perangkat Desa, BPD, LPM, PKK, Posyandu,
Kelompok Tani, Desa siaga.
48
B. Hasil Penelitiaan
Desa Polewali merupakan Desa yang mempunyai sistem perangkat desa
melalui perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
Desa memiliki pemerintahan Desa salah satunya Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) yaitu lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan Desa.
Data hasil wawancara yang diperoleh peneliti terkait dengan peran BPD
dalam perencanaan pembangunan di Desa Polewali yang kemudian
dianalisis dan diukur berdasarkan tiga tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan yang terdiri empat informan yakni Kepala Desa, Ketua BPD,
Anggota BPD dan Masyarakat. Berikut hasil wawancara peneliti dengan
informan di Desa Polewali :
1. Tahap Perencanaan
Perencanaan pembangunan Desa adalah komponen yang sangat
penting dalam pemerintahan karena membutuhkan partisipasi
pemerintah, BPD dan Masyarakat. Karena partisipasi mereka merupakan
acuan dalam melihat kondisi pembangunan desa.
Keterlibatan BPD dalam proses perencanaan pembangunan
seperti menghadiri rapat tahunan yaitu Musrembang. Musrembang
adalah forum perencanaan (program) yang dilaksanakan oleh lembaga
publik yaitu pemerintahan desa, bekerja sama dengan warga dan para
pemangku kepentingan lainya yang dilakukan setahun sekali. hal ini
diungkapkan oleh Ketua BPD Desa Polewali Bapak Mazlan (27th, Strata
satu sosial politik), wawancara pada hari Senin 29 Juli 2019 mengatakan
bahwa:
49
“ iya. BPD dilibatkan dalam hal perencanaan pembangunan, dapat dilihat dengan kehadiran BPD dalam setiap agenda rapat kurang lebih 3 orang, BPD menerima aspirasi masyarakat terkait apa yang diperlukan dan diproritaskan, hal yang ingin dilakukan dalam perencanaan seperti pembangunan infrastruktur desa baik fisik maupun non fisik, BPD berpartisipasi dalam penyusunan perencanaan pembangunan dengan Kepala Desa, perangkat Desa serta masyarakat mengadakan rapat Musrembang. Musrembang dilaksanakan setiap satu tahun sekali untuk membahas dan menyusun Rencana Kerja Pembangunan Desa dan membahas apa yang perlu dilakukan, dengan memprioritaskan keperluan masyarakat seperti pembangunan infrastruktur jalan, ekonomi, pendidikan dan budaya. Hasil dari musrembang tidak langsung ditetapkan atau di SK kan tetapi hasil musrembang tersebut dikonsultasikan ke Kecamatan dan Kabupaten dalam bentuk asistensi di Dinas Pemberdayaan Pemerintahan Desa, setelah selesai asistensi di Daerah kemudian dikembalikan lagi ke Desa dan ditetapkan bersama BPD dan Kepala Desa yang dihadiri oleh Masyarakat. “ Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Kepala Desa Polewali
Bapak Imran (45th,SMA) , wawancara pada hari Jumat 26 Juli 2019
bahwa:
“ iya dalam proses perencanaan pembangunan BPD dilibatkan, tugas mereka ialah menyetujui dan menyepakati dengan tujuan menjaring aspirasi masyarakat serta menyetujui perencanaan pembangunan Desa yang telah disusun oleh pemerintah Desa dalam rapat Musrembang, BPD dan Pemerintah Polewali, dalam proses penyusunan perencanan pembangunan dilakukan secara demokratis dalam bentuk rapat dengan mengundang Toko Masyarakat, RT, RW dan keterwakilan lembaga yang ada di Desa Polewali untuk datang membahas apa saja yang perlu direncanakan dalam pembangunan kedepan, rapat musrembang dilakukan pada tahun 2018 kalau untuk tahun 2019 belum nanti pada bulan oktober baru kita rapat lagi. Hasil dari rapat musrembang tahun lalu yaitu perencanaan pembangunan jalan, perkantoran, bendungan, talud, pamsimas dan untuk non fisik yaitu peningkatan ekonomi, kesenian, olahraga dan pendidikan serta dilakukan penjaringan, menyerap
50
aspirasi masyrakat diwilayahnya masing-masing terus dimusyawwarahkan ditingkat Desa.”
Gambar : wawancara dengan Kepala Desa Polewali
Hal serupa juga diungkapkan oleh anggota BPD Ibu
Dahlia(45th,SMA), wawancara pada hari Senin 29 Juli 2019, mengatakan
bahwa :
“ iya. Dilibatkan, biasanya ada panggilan atau persuratan langsung ketika ada rapat jadi kami segera ketempat rapat, kalaupun tidak ada panggilan kami tidak ke kantor yang saya ketahui tugas dan fungsi BPD kan memang membahas, menyepakati serta mengawasi hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan Desa.” Sebagai tokoh masyarakat Andi Bahrul (38th,Strata
satu Ilmu Pemerintahan), wawancara 30 Juli 2019,
mengatakan bahwa :
“ kami selaku toko masyarakat ketika ada rapat tahunan seperti Musrembang akan dipanggil juga untuk berpartisipasi setiap rencana-rencana kerja dalam hasil rapat tersebut juga diketahui untuk
51
memberikan pendapat mengenai pembangunan baik berupa pembangunan fisik maupun non fisik, pembangunan fisik seperti pembangunan jalan, irigasi, pembangunan perkantoran tiap dusun, pemeliharaan dan non fisik berupa prasarana olahraga, kesenian, pendidikan dan keagamaan.
Berdasarkan hasil wawancara yang diambil dari data yang ada di
Lapangan menunjukkan bahwa Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
dalam hal keterlibatan proses perencanaan pembangunan di Desa
Polewali Kecamatan Sinjai Selatan dilibatkan hal ini diliat dari partisipasi
BPD dalam keikutsertaan menghadiri kegiatan rapat Musrebangdes.
Dengan demikian melihat dari keempat jawaban informan dapat
disimpulkan bahwa tugas dan fungsi BPD di Desa Polewali Kecamatan
Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai adalah sebagai perwakilan penyampaian
aspirasi masyarakat kepada pemerintah khusunya dibidang
pembangunan dan juga BPD bertugas untuk menyetujui, menyepakati
serta mengawasi segala hal yang berkaitan dengan pembangunan Desa.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa tahap perencanaan pembangunan di Desa Polewali
Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai dalam proses perencanaan
pembangunan BPD ikut terlibat sebagai penyambung lidah masyrakat
dalam hal penyampaian aspirasi dan fungsi pengawasan serta tugasnya
dalam menyetujui dan menyepakati segala hal perencanaan
pembangunan yang dapat dikatakan efektif.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pembangunan dalam perencaan pembangunan
desa adalah sesuatu yang harus dikerjakan sesuai dengan rencana
kerja pemerintah yang telah disusun secara matang dan terperinci
52
dalam rapat mengenai perencanaan pembangunan yang telah diaggap
siap.
Menurut Kepala Desa Bapak Imran, wawancara pada hari jumat
26 juli),
“iya. Dalam pelaksanaan pembangunan semua dilibatkan, baik itu BPD maupun Masyarakat, Sesuai apa yang telah direncanakan itu yang dilakukan, bagaimana mungkin kita mengerjakan kalau tidak ada diperencanaan misalnya perencanaan pengerjaan infrastruktur jalan dan bendungan, harus disesuaikan dengan musyawwarah, berarti sudah berjalan secara demokratis karna aspirasinya BPD yang dituangkan dalam RKP (rencana kerja pembangunan), RKP itu dimusyawwarakan kembali dalam rapat. Adapun hambatan permasalahan itu terkait masalah lahan dan kemampuan keuangan, karna tidak ada lahan susah untuk mencari sebuah wadah untuk pembangunan begitu juga dengan dana, terkait permasalahan dana dan lahan kenapa masih menjadi masalah padahal kalau dipikir itu sudah disusun secara baik ditahap perencanaan namun itu adalah fakta yang menjadi hal lumrah ditatanan pemerintahan karena meskipun sudah ada penetapan namun kita tidak bisa pungkiri kendala diluar dugaan, maka itu yang perlu dievaluasi dan monitoring BPD tentang penerapan pembangunan untuk menciptakan sistem yang baik dan terstruktur..”
Menurut Ketua BPD Bapak Mazlan, wawancara pada hari senin
29 juli:
“ia. Karna dalam hal pelaksaan pembangunan kami itu melibatkan masyarakat, sebab kami ingin pemberdayaan masyarakat, jadi pembangunan yang dilakukan di setiap dusun melibatkan Orang Dusun tersebut karena adanya tujuan pemberdayaan masyarakat yang ingin dicapai. Tim pelaksana kegiatan (TPK) mereka sudah mempunyai aturan yang kemudian dilakukan dalam hal pelaksanaan pembangunan, baik itu rencana anggaran biaya, maupun gambar, bentuknya mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tersebut, ketika BPD mengawasi sesuai aturan dalam RAPBD maka telah terlaksana apa yang kita harapkan, kalau sejauh ini pembangunan yang ada di Polewali baik fisik, no fisik tidak memiliki kendala karna komunikasi BPD dengan pemerintah
53
Desa sangat bagus kalaupun ada masalah maka kami dari pihak BPD segera melakukan tindakan untuk mencegah kesalahan dan memberikan solusi atas permasalahan yang ada. “ Adapun yang dikatakan anggota masyarakat Andi Bahrul : Dalam tahap pelaksanaan pembangunan masyarakat diwajibkan berpartisipasi dalam mengambil bagian pembangunan fisik maupun non fisik. Contoh keterlibatanya sesuai dengan aturan permedagri no 20 tahun 2018 tentang pengelolaan keuangan desa, perempuan juga harus dilibatkan dalam pembangunan, misalnya pembangunan jalan, perempuan turut membantu mengangkat air untuk kebutuhan campuran semen, dan sekaligus bertugas dibagian dapur untuk menyiapkan keperluan makan buruh, ada sekitar 6 orang perempuan yang terlibat dalam pembangunan tersebut didua dusun ( Dusun Jennah dan Mattirolau), kalau secara pribadi saya tidak merasakan peranan BPD itu sendiri, karena dilihat dari segi tingkat pendidikanya mereka tidak mengetahui fungsi dan tugas BPD, masyarakat ketika mempunyai masalah atau keluhan langsung ke kepala desa, alasanya karena BPD tidak mengolah dan memproses aspirasi masyarakat dan ketika setiap ada pertemuan rapat yang selalu angkat bicara dalam forum bukan anggota BPD yang menyampaikan aspirasi tetapi ketua BPD serta sebagian besar masyarakat kurang paham denagn peran dan fungsi BPD karena memang masyarakat disini 90% hanya lulusan SD bahkan ada yang tidak sekolah sama sekali. Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa proses
pelaksanaan pembangunan melibatkan semua elemen mulai dari
tokoh Masyrakat, RT, RW serta keterwakilan lembaga yang ada di
Desa Polewali dan mengenai pelaksanaan pembangunan telah
berjalan sesuai apa yang diharapkan karena semua elemen telah
mengawal perencanaan pembangunan sesuai dengan aturan yang
berlaku di RAPBD. Secara demokratis semua proses penyusunan
perencanaan pembangunan telah melalui musyawwarah yang
diputuskan dirapat, adapun permasalahan BPD sehingga proses
pembangunan Desa tidak sesuai perencanaan karna adanya kendala
54
lahan dan kemampuan keuangan, mengenai keluhan masyarakat
karena BPD tidak bekerja aktif dalam peyerapan aspirasi masyarakat
setiap ada masalah masyarakat langsung melapor ke Kepala Desa
atau Kepala Dusun berarti BPD Desa Polewali belum maksimal dalam
menjalankan tugas dan fungsinya.
3. Tahap Pengawasan
Pengawasan adalah proses yang sistematik dalam menetapkan
standar kerja atau ukuran kerja dan pengambilan tindakan yang dapat
mendukung pencapaian hasil yang diharapkan dalam perencanaan
pembangunan. Tahap pengawasan merupakan tahapan ketiga dalam
perencanaan pembangunan disetiap elemen yang mempunyai tugas
dalam perencanaan pembangunan dan mengawasi berjalanya
pembangunan sehingga sesuai yang diharapkan.
Kepala Desa Bapak Imran, wawancara pada hari jumat 26 juli
2019,mengatakan bahwa :
“ pengawasan yaitu dilakukan secara berkala dengan turun langsung kelapangan pada saat pelaksanaan pembangunan maupun selesainya dimulai dengan program kerja seperti pembangunan infrastruktur jalan, bendungan dan pemangunan non fisik seperti pembangunan ekonomi, pendidikan, budaya dan olahraga. Dalam mengkritisi dan mengevaluasi BPD juga terlibat Karena itu adalah fungsi dan tugasnya BPD untuk mengkritisi dan mengevaluasi kinerja dari Pemerintah Desa, kalaupun ada yang tidak sesuai itu kan hak BPD untuk mengkritisi serta mencarikan solusi dari permasalahan itu untuk melakukan musyawwarah di tingkat Desa, Control dan pengawasan BPD terhadap pembangunan Desa, mereka terjun langsung bersama seabgian masyarakat“ melihat pekerjaan yang sedang dikerjakan, karena disatu sisi menjadi sebuah masalah juga masih banyak masyarakat yang kurang paham akan fungsinya sebagai salah satu bagian dari pengawas pembangunan di desa sesuai yang tercantum dalam peraturan pemerintah No 18 tahun 2018 mengenai keterlibtan masyarakat dalam mengawasi pembangunan,
55
jadi masyrakat yang seharusnya sebagai pengawas justru mengeluh akan pembangunan dan tidak tersampaikan kepada BPD dan kepala desa serta masih acu tak acuh, sebagian besar masyrakat tidak paham sama sekali kalau dia juga terlibat dalam mengawasi pembangunan didesanya, jadi inilah tugas utama kedepan BPD memahamkan masyarakat di desa polewali ini
Ketua BPD Bapak Mazlan, wawancara 29 juli 2019:
“kami melakukan pengawasan langsung dan tidak langsung, dalam hal ini pengawasan langsung yaitu terjun langsung melihat apa yang dilakukan mulai dari tahap pengerjaan sampai selesai, kami tidak menunggu selesainya pekerjaan baru melakukan pengawasan. Adapun pengawasan secara tidak langsung yaitu pengawasan dalam hal administrasi seperti pencatatan data dan informasi mengenai kegiatan-kegiatan pembangunan proyek dilapangan contohnya absensi kehadiran pengawas, buku rekapitulasi keuangan pembangunan, buku inventarisasi hasil-hasil pembangunan dan buku kegiatan rencana-rencana kerja pembangunan. dan kalau ada pembangunan proyek disetiap dusun maka kami bagi pekerjaan atau job per dusun, BPD ikut aktif, jadi pemerintah Desa tidak sewenang-wenang merubah kesep akatan dalam rapat, maka kami bekerja semaksimal mungkin agar hasil rapat tersebut tidak diubah ketika sudah dilaksanakan dilapangan, terkait dengan control dan pengawsan, kami selalu kordinasi dengan pemerintah Desa baik dari sekertaris dan pelaksana kegiatan jadi kami mengawasi terus kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan.” Tokoh masyarakat Andi Bahrul wawancara 30 juli 2019 :
Terkait masalah pengawasan kita mengacu pada
peaturan pemerintah no 18 tahun 2018 tentang keterlibatan masyrakat dalam pengawasan pembangunan desa, kalau secara luas pengawasan dari masyarakat masih minim acu tak acuh, dan sebagian memang tidak tau hal itu, terkait masalah pembangunan ada juga beberapa masyarakat mengeluh tentang pembangunan tetapi belum pernah disampaikan secara langsung baik melalui BPD maupun pemerintah desa.
Anggota BPD Ibu Dahlia wawancara pada 29 juli :
Mengenai pengawasan dek saya biasanya hanya dipanggil satu kali saja pas rapat musrembang itu, selebihnya terjun langsung mengawasi pembangunan jarang sekali karena biasa tidak dipanggil mungkin karena sudah ada ketua BPD dan pemerintah desa lainya jadi saya tidak dipanggil apalagi
56
latar pendidikan saya masih adalah lulusan SD jadi kalau terkait fungsi dan tugas BPD saya memang masih minim akan hal itu
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa proses tahapan
pengawasan dalam perencanaan pembangunan di Desa Polewali
Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai,yaitu dalam pengawasan
dapat dikatakan sudah efektif karena proses pengawasan dilakukan
secara berkala dengan turun langsung ke Lapangan serta ikut dalam
mengkritisi mengevaluasi setiap kegiatan pembangunan dan komunikasi
antar BPD dan pemerintah Desa dapat dikatakan sangat baik akan
tetapi komunikasi antar masyrakat dikatakan belum massif karena
kurangnya pengetahuan masyrakat akan pembangunan yang
dilaksanakan begitupun dengan anggota BPD masih ada yang belum
paham mengenai tugas dan fungsinya.
C. Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini ditekankan untuk mengetahui Peran
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam perencanaan pembangunan
Desa di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Untuk
melihat hal pokok dari penelitian ini dapat ditinjau dari tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan dan tahap pengawsasan.
1. Tahap perencanaan
Keterlibatan pemerintah dan masyarakat dalam hal perencanaan
pembangunan merupakan sebuah bentuk kerjasama untuk memikirkan
sebuah masalah dan melakukan penilaian terhadap pembangunan untuk
kemudian merencanakan kegiatan yang akan dilakukan yang berkaitan
dengan pembangunan Desa selanjutnya. Perencanaan pembangunan
57
yang melibatkan peran serta BPD dan masyarakat pada umumnya bukan
saja sebagai objek tetapi sekaligus sebagai subyek pembangunan,
sehingga nuansa yang dikembangkan dalam perencanaan
pembangunan benar-benar dari bawah (bottom-up approach).
Tahap perencanaan merupakan langkah awal dalam menyusun
suatu pembangunan karna tanpa perencanaan pembangunan yang akan
dilakukan tidak berjalan dengan baik.
Tahap perencanaan pembangunan di Desa Polewali Kecamatan
Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai dikatakan sudah efektif
karenakeikutsertaan semua elemen (Kepala Desa, Aparat Desa, Ketua
BPD, Anggota BPD, Kepala Dusun, Iman Dusun, RT, RW, Tokoh
Masyarakat, Lembaga internal dan eksternal desa, ikut serta terlibat
dalam perencanaan pembangunan. BPD sebagai penyambung lidah
masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya serta bertugas untuk
menyetujui dan menyepakati segala hal yang berkaitan dengan
perencanaan pembangunan kedepanya.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan bentuk implementasi dari apa yang telah
direncanakan untuk pembangunan sesuai dengan rumusan yang telah
ditetapkan bersama dalam rapat Musrembang, dalam tahap pelaksaan
pembangunan di Desa Polewali berdasarkan aturan telah sesuai yang
diharapkan, begitu juga dengan langkah penyusunan perencanaan
pembangunan antara BPD dan Pemerintah telah dilakukan secara
demokratis, namun dalam tahap pelaksanaan pembangunan di Desa
Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai belum sesuai yang
58
diharapkan karena adanya permasalahn seperti, tidak adanya lahan dan
kondisi keuangan yang belum memadai atau dikatakan belum memenuhi
apa yang diharapkan. serta tingkat SDM dari anggota BPD yang sangat
rendah, sebagian bahkan ada yang berpendidikan SMP dan SD, dan
masyarakat ketika mempunyai masalah atau keluhan lansung ke kepala
desa, disebabkan karena sebagian anggota BPD kurang paham dengan
fungsinya dan sebagian besar masyarakat kurang paham juga akan
fungsi dan peran dari BPD itu sendiri, sehingga dapat dikatakan bahwa
peranan BPD pada tahap pelaksanaan perencanaan pembangunan di
Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai belum
maksimal.
3. Tahap Pengawasan
Tahap pengawasan merupakan tahapan terakhir dalam
pembangunan, pengawasan dapat diartikan sebagai bentuk mengawasi,
memperhatikan jalanya setiap proses-proses pembangunan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah dan BPD di Desa Polewali Kecamatan
Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.
Pengawasan juga diartikan sebagai proses mengkritisi
mengevaluasi sehingga pemerintah Desa tidak sewenang-wenang
mengambil keptusan dan hasil rapat pembangunan tidak semerta-merta
bisa diubah ketika sudah terlaksana dilapangan, di Desa Polewali
Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai BPD terjung langsung
dilapangan mengawasi proses pembangunan sampai pada masalah
administratif, terjalinya control, pengawasan serta komunikasi yang baik
antara pihak BPD, pemerintah Desa dan Tim pelaksana kegiatan, namun
59
yang menjadi hambatan adalah kurangnya pemahaman masyarakat
mengenai keberadaan BPD yang dimana dia sebagai penyalur aspirasi
masyarakat, serta banyaknya keluhan masyarakat mengenai
pembangunan di Desa, maka dapat disimpulkan bahwa peranan BPD
dalam tahapan pengawasan di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan
Kabupaten Sinjai telah berjalan sesuai aturan dan sistem pengawasan
pembangunan Desa dengan baik,
Namun salah satu faktor yang menghambat yaitu SDM dari pada
anggota masih kurang karena tingkat keilmuan yang masih dibawah rata
rata karena mereka hanya sampai pada tingkat pedidikan SMA dan SMP.
60
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa Polewali
Kecamatan Sinjai Selatan mengenai (BPD) peranan Badan
Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembngunan Desa, maka
dapat disimpulkan bahwa : peran BPD dalam tahap :
1. Perencanaan pembangunan Desa di Desa Polewali sudah berjalan
dengan baik karna keterlibatan semua elemen (Tokoh Masyarakat,
Masyarakat, Ketua BPD, Anggota BPD, Kepala Desa, parat Desa,
RT, RW, Kepala Dusun, Imam Dusun, Karang taruna
2. Tahap pelaksanaan pembangunan di Desa Polewali Kecamatan
Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai dalam hal pelaksanaan yang sesuai
aturan telah berjalan dengan baik, faktor penghambat kondisi lahan
dan keterbatasan anggaran serta tingkat SDM dari anggota BPD
yang sangat rendah.
3. Tahap pengawasan di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan BPD
terjung langsung mengawasi pekerjaan baik fisik maupun non fisik
serta terjalinya kontrol dan komunikasi yang baik antara pihak BPD
dan aparat desa, kendalanya masyarakat belum memahami
fungsinya sebagai bagian dari pengawas pembangunan desa.
61
B. Saran
1. BPD diharapkan dapat mempertahankan kerja sama antar semua
elemen sesuai yang telah berjalan selama ini agar pembangunan
desa tetap berjalan secara optimal.
2. BPD, Pemerintah Desa dan Masyarakat kedepanya lebih
bersinergi dalam proses pembangunan desa, dan membangun
komunikasi yang baik untuk kemajuan desa.
3. Pemerintah desa dalam proses pemilihan Anggota BPD harus
memperhatikan latar belakang pendidikan dan kemampuan
keilmian yang dites dengan seleksi wawancara maupun tertulis.
4. BPD menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat terkait fungsi
dan tugas BPD di desa, serta memberi pemahaman atas
keterlibatan masyarakat dalam proses pengawasan pembangunan
di desa
62
DAFTAR PUSTAKA
Ateng, Syafrudin. 1993. Perencanaan Administrasi Pembangunan Daerah,
Mandar Maju: Bandung. hlm.5.
Darmini Roza, Laurensius Arliman S. 2017. Peran Badan Permusyawaratan Desa Di Dalam Pembangunan Desa Dan Pengawasan Keuangan Desa, (Online), Vol.4, No.3, (https://jurnal.unpad.ac.id), diakses 29 Maret 2019
Dwi Mustakarini, Indriyana, Pono, dan Pryo Sularso. 2017. Efektivitas Peran dan Kedudukan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Upaya Pembangunan Desa, (Online), Vol.3, No.1, (https://e-journal.unipma.ac.id), diakses pada tanggal 29 Maret 2019.
Harijono Imbron, Yusrin Hakim . 2018. Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Dulohupa Kecamatan Boliyohuto, (Online), Vol.6, No.2, (https://journal.umgo.ac.id), diakses pada tanggal 29 Mret 2019.
Moloeng lexy, dr. 1986. Metode Penilitian Kualitattif. BPFE: Yogyakarta.
Munir, Badrul. 2002. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Perspektif Otonomi Daerah. Cetakan kedua. Bappeda Propinsi NTB: Mataram.
Pendi . 2017. Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Menjalankan Pengawasan Terhadap Pemerintahan Desa Sebulu Modern Kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara, (Online), Vol.5, No.3, (https://ejournal.an.fisip.-unmul.ac.id), diakses pada tanggal 29 Maret 2019.
Prihantoro, Purwono BT. 2005. Penelitian Perencanaan Pembangunan Tahunan Di Kabupaten Sleman.
Rudiansyah. 2014. Fungsi Badan Permusyawaratan Desa dalam Penyelenggaraan Pembangunan di Desa Loa Kulu Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara, (Online), Vol.2, No.1, (https://ar.mian.fisip-unmul.ac.id), diakses 29 Maret 2019.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta
V. Wiratna, Sujarweni. 2015. Akuntasi Desa. Pustaka Baru Press: Yogyakarta.
W. Arthur Lewis. 1994. Perencanaan Pembangunan. Rineka Cipta: Jakarta. hlm. 316.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Cetakan ke-20.