Page 1
PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI ASRAMA SMART EKSELENSIA
INDONESIA BOGOR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.sos)
Disusun Oleh:
Era Realita Hayati
NIM 11150520000005
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
TAHUN 2020 M/ 1441 H
Page 2
PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI ASRAMA SMART EKSELENSIA
INDONESIA BOGOR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.sos)
Disusun Oleh:
Era Realita Hayati
NIM:11150520000005
Pembimbing
Dr. M. Taufik Hidayatulloh, M. Si.
NIP. 19760626 2009011 011
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
TAHUN 2020M/1441 H
Page 5
ABSTRAK
Era Realita Hayati, NIM 111150520000005, Peran Pembimbing
Agama Dalam Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa di
Asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor, di bawah bimbingan
Dr. M. Taufik Hidayatulloh, M.Si.
Siswa asrama SMART Ekslensia Indonesia Bogor mengalami
shock culture yaitu perasaan kecemasan yang disebabkan oleh
perbedaan nilai kebudayaan baru yang tidak sesuai dengan pola nilai
kebudayaan yang sudah di anutnya sejak lama. Hal ini berdampak
kepada siswa asrama SMART Ekselensia yang merasa sulit dalam
menyesuaikan diri, beradaptasi di lingkungan baru dan tidak percaya
dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki. SMART Ekselensia
adalah lembaga pendidikan dan bertajuk boarding school hadir sebagai
upaya dalam membimbing siswa untuk percaya diri, berprestasi,
berjiwa pemimpin, berkepribadian islami dan berdaya guna.
Tujuan penelitian ini: (1) untuk menganalisis bentuk peran
pembimbing agama dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri siswa
asrama SMART Ekselensia Indonesia dan (2) untuk menganalisisi
dampak peran pembimbing agama terhadap kepercayaan diri siswa
asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor. Penelitian ini
menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan metode deskritif.
Subjek penelitian terdiri dari 3 pembimbing agama dan 10 siswa
asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor. Teknik pengambilan
informasi menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data
menggunakan teori Bogdan dan Biklen, dengan cara reduksi data,
penyajian data dan verifikasi.
Hasil penelitian menunjukan: (1) bentuk peran pembimbing
agama adalah sebagai koordinator, pendidik, pembimbing dan konselor.
Yaitu menggordinasi proses pembimbingan, sebagai pendidik siswa
asrama dalam mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran dan sebagai konselor dan pembimbing bagi siswa asrama
yang sedang mengalami suatu permaalahan/ konflik dan memerlukan
terapi dan konseling, (2) Tahapan pembimbingan di asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor adalah dimulai dengan tahapan persiapan,
operasional, cek dan aksi, (3) setelah mengikuti bimbinganterdapat
perubahan yang positif bagi siswa asrama yaitu lebih percaya diri
dalam mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki
sehingga siswa asrama menjadi siswa yang percaya diri, mandiri,
berprestasi dan berdaya guna.
Kata Kunci: Peran, Pembimbing Agama, Kepercayaan Diri.
Page 6
i
KATA PENGANTAR
بسم الله الرهحن الرهحيم
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya kepada kita
semua, sehingga kita diberikan kesehatan sehingga kita dapat
beraktifitas dan beribadah sebaik-baiknya. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada kekasih-Nya yang telah
membawa kabar gembira kepada umat manusia agar selalu
bertaqwa kepada-Nya, yakni baginda Nabi Muhammad SAW,
juga kepada keluarganya, sahabatnya, para pengemban risalah
dan kita sebagai umatnya yang akan merindukan syafa‟atnya
hingga hari kiamat nanti.
Sebuah pengalaman yang sangat membahagiakan yang
tidak akan penulis lupakan, akhirnya penulis dapat penyelesaikan
sebuah skripsi yang berjudul “Peran Pembimbing Agama
Dalam Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa di
Asrama SMART Ekselensia Indonesia”. Sebuah proses yang
tidak mudah dilalui dan sangat berharga bagi penulis, banyak
dinamika, jatuh bangun yang dirasakan oleh penulis. Pada
akhirnya berkat ketekunan yang diiringi dengan doa dan
kesabaran, penulis dapat mengucapkan “Alhamdulillah”
mensyukuri segala proses yang penuh lika-liku yang tak
terlupakan dan salah satu rangkaian perjuangan kehidupan
penulis agar menjadi manusia yang lebih baik lagi kedepannya.
Page 7
ii
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan, semua itu karena keterbatasan
kemampuan dan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran, sehingga
kedepannya penulis dapat memaksimalkan kemampuan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan agar dapat memperbaiki
kekurangan ini di kemudian hari. Selain itu, penulis juga ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Penghargaan dan terima kasih yang setulusnya kepada orang
tua penulis ayahanda almarhum Hasbullah dan ibunda Yuliyatin.
Terima kasih abah atas doa-doa dan harapan selama ini, semoga
tenang di sana. Terima kasih umak yang telah mencurahkan
segenap cinta dan kasih sayang serta perhatian moril maupun
materil. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat,
Kesehatan, Karunia dan keberkahan di dunia dan di akhirat atas
budi baik yang telah diberikan kepada penulis. Untuk Etika
Setiawanti&Angga Wijaya sebagai kakak penulis yang sudah
seperti orang tua, menjadi tempat berkeluh kesah, terima kasih
atas bimbingan, dukungan, doa dan perhatian yang selama ini
diberikan semoga selalu dilimpahkan kesehatan, umur panjang
dan rezeki yang berlimpah. Untuk Saka Sandaran&Mely Apriana
sebagai kakak penulis, terima kasih atas bimbingan dan doa yang
selama ini diberikan kepada penulis. Dan teruntuk Rona Hanura
Asri&Danan Panggih Wisastra yang juga sebagai kakak penulis,
terima kasih dukungan, bimbingan, doa dan perhatian yang
diberikan selama ini semoga senantiasa diberikan kesehatan,
Page 8
iii
umur panjang dan rezeki yang berlimpah. Berkat doa dan
dukungan dari orang-orang terkasih Alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya dan terima
kasih teruntuk seluruh keluarga besar yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu keberhasilan penulis dalam
skripsi ini, diantaranya:
1. Suparto, M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Siti Napsiah, S.Ag. BSW. MSW Selaku Wakil
Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Dr. Sihabuddin Noor, M. Ag selaku Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
4. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Ir.Noor Bekti Negoro, SE.,M.Si dan Artiarini Puspita
Arwan, M.Psi. selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Page 9
iv
6. Dr. M. Taufik Hidayatulloh, M.Si. selaku dosen
pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu,
tenaga dan fikiran untuk selalu membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam periode 2010-2019.
8. Suparto, M.Ed, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing
Akademik Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
angkatan tahun 2015.
9. Kepada bapak ibu dosen Prodi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam serta dosen Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi dan juga seluruh Civitas
akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Kepada tim penguji skripsi dalam sidang
munaqasyah, sehingga penulis mendapatkan
masukan dan perubahan demi perbaikan penulisan
skripsi ini.
11. Kepada pimpinan dan seluruh Staf Perpustakaan
Fakultas dan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
12. Kepada Narasumber dan pihak SMART Ekselensia
Indonesia, Bogor. Yang telah membantu keberhasilan
dan kelancaran penulis dalam proses penelitian.
13. Kepada sahabat Penulis, Siti Rofi‟ah Risdiantika dan
Rini Karsinah. Yang selalu memberikan waktu untuk
penulis dan menjadi tempat berkeluh kesah,
Page 10
v
memberikan doa, semangat serta dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
14. Kepada seluruh keluarga besar Bimbingan
Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Jakarta, 21 Juni 2020
Era Realita Hayati
Page 11
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................ ix
DAFTAR TABEL ..................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Batasan Masalah ............................................................. 7
C. Rumusan Masalah ........................................................... 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 8
E. Metodologi Penelitian ..................................................... 8
F. Tinjauan Kajian Terdahulu............................................ 15
G. Sistematika Penulisan .................................................... 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Peran ................................................ 20
2. Bentuk dan Macam-Macam Peran .................... 22
B. Peran dan Fungsi Bimbingan Agama
1. Peran Pembimbing Agama ................................ 24
2. Pengertian Bimbingan Agama .......................... 25
3. Fungsi Pembimbing Agama .............................. 28
Page 12
vii
4. Tujuan Bimbingan Agama ................................ 31
5. Unsur-Unsur Bimbingan Agama ....................... 33
6. Langkah-Langkah Bimbingan Agama .............. 38
C. Kepercayaan Diri
1. Pengertian Percaya Diri ..................................... 42
2. Ciri-Ciri Individu Yang Memiliki
Rasa Percaya Diri .............................................. 45
3. Aspek-Aspek Percaya Diri ................................ 50
4. Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Percaya
Diri .................................................................... 51
5. Jenis-Jenis Kepercayaan Diri ............................ 55
6. Proses Terbentuknya Kepercayaan Diri ............ 62
D. Dhuafa
1. Pengertian Dhuafa ............................................. 64
2. Macam-Macam Kaum Dhuafa .......................... 65
3. Perintah Menyantuni Kaum Dhuafa .................. 66
E. Kerangka Berpikir ......................................................... 68
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil SMART Ekselensia Indonesia Bogor
1. Sejarah SMART Ekselensia Indonesia
Bogor ................................................................. 72
2. Sejarah Program ................................................ 73
3. Letak Geografis ................................................. 74
4. Visi&Misi SMART Ekselensia Indonesia ........ 75
5. Struktur Asrama ................................................ 75
Page 13
viii
B. Kurikulum Asrama
1. Sistem Asrama ........................................................ 77
2. Model Pembinaan .................................................... 78
3. Sumber Daya Manusia ............................................ 82
4. Sarana dan Prasarana ............................................... 82
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Data Narasumber ........................................................... 84
B. Temuan Lapangan
1. Hambatan Dalam Proses Penelitian ........................ 96
2. Permasalahan Yang Dihadapi Siswa Asrama ......... 97
3. Tahapan Bimbingan Agama di Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor ................................. 102
4. Peran Pembimbing Agama di Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor .................................. 108
C. Dampak Pelaksanaan Bimbingan Agama di Asrama
SMART Ekselensia Indonesia Bogor ........................ 113
BAB V PEMBAHASAN
A. Gambaran Peran Pembimbing Agama di Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor ........................................ 118
B. Tahapan Bimbingan Agama di Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor ........................................ 142
C. Kepercayaan Diri Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor .......................................................... 167
D. Dampak Pelaksanaan Bimbingan Agama di Asrama
SMART Ekselensia Indonesia Bogor ......................... 180
Page 14
ix
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan...................................................................... 183
B. Implikasi ...................................................................... 184
C. Saran ............................................................................ 185
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 186
LAMPIRAN
Page 15
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Peran Pembimbing Agama Dalam
Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor ...................................................... 50
Gambar 3.1 Struktur Kepengurusan Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor ........................................................................ 76
Page 16
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan di Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor ........................................................................ 79
Tabel 4.1 Identitas Narasumber ................................................ 86
Tabel 5.1 Peran Pembimbing Agama Dalam Upaya
Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor .................................................... 136
Tabel 5.2 Tahapan Persiapan Pelaksanaan Bimbingan Agama Di
Asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor ........................ 145
Tabel 5.3 Tahap Operasional Program Bimbingan Agama di
Asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor ........................ 155
Tabel 5.4 Tahapan Cek Program Bimbingan Agama di Asrama
SMART Ekselensia Indonesia Bogor ..................................... 162
Tabel 5.5 Tahap Aksi Bimbingan Agama Di Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor .................................................... 164
Tabel 5.6 Tingkat Kepercayaan Diri Siswa Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor .......................................................... 175
Page 17
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Permohonan Data/Wawancara
Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian Skripsi
Lampiran 5 Surat Kesediaan Wawancara
Lampiran 6 Pedoman Wawancara
Lampiran 7 Transkip Hasil Wawancara
Lampiran 8 Silabus Kurikulum Asrama
Lampiran 9 Catatan Lapangan
Lampiran 10 Dokumentasi
Page 18
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peran bimbingan agama merupakan bagian yang penting
dalam setiap hidup manusia. Dengan bimbingan agama seseorang
akan merasa terbimbing dan terarah untuk menentukan potensi
dan kemampuan yang dimilikinya, sehingga dengan potensi yang
dimiliknya seseorang akan memiliki kemampuan untuk
mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan
cara memahami dirinya, mengenal lingkungannya, mengarahkan
dirinya, mampu mengambil keputusan untuk hidupnya.1Menurut
Zakiah Darajat, agama adalah kebutuhan jiwa atau psikis manusia
yang mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup,
kelakuan dan cara menghadapi tiap-tiap masalah.2
Pada hakikatnya setiap individu mendambakan keberhasilan
dalam hidupnya. Namun tidak sedikit orang terhalang oleh
karakter ketidakpercayaan diri. Dengan karakter
ketidakpercayaan diri, banyak kesempatan dan peluang yang
tertutup untuknya. Individu yang memiliki kepercayaan diri akan
mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru,
mempunyai pegangan hidup yang kuat, mampu dan berani
mengembangkan potensinya. Ia juga sanggup belajar dan bekerja
keras untuk mencapai kemajuan serta penuh keyakinan tehadap
1 M.Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling)
Islam. Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:2008) h.6. 2 Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental,
(Jakarta:Bulan Bintang, 1982), cet ke-3, h.52.
Page 19
2
peran yang dijalaninya sehingga cenderung lebih mudah untuk
meraih keberhasilan.
Percaya diri adalah suatu keyakinan pada diri sendiri
bahwasanya dirinya mempunyai kemampuan atau potensi. Faktor
dari dalam diri individu (diri sendiri) sangat penting, karena
sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan hidup. Kepercayaan
diri sendiri dapat diamati melalui sikap percaya diri yang meliputi
keberanian,hubungan sosial, tanggung jawab dan harga diri.
Setiap manusia pada dasarnya memiliki rasa percaya diri, namun
tingkat kepercayaan diri setiap orang berbeda. Ada yang memiliki
rasa percaya diri yang kurang, dan ada pula yang memiliki rasa
percaya diri yang berlebih.
Menurut Zulkifli bahwa kurangnya rasa percaya diri dapat
menimpa anak-anak yang berusia 12 sampai 14 tahun. Karena
pada fase usia tersebut anak-anak berpaling pada dunianya
sendiri. Dimana, anak-anak memberikan perhatian pada dirinya
sendiri, hingga mulai gelisah, ragu-ragu, munculnya rasa malu
dan hidupnya merasa tidak harmonis.3 Kepercayaan diri
merupakan sesuatu yang perlu ditumbuhkan oleh setiap orang.
Melalui rasa percaya diri seseorang lebih mudah untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang baru, berani untuk
menunjukan potensi yang ada dan berani untuk menghadapi
tantangan dalam hidupnya dengan kemampuan yang dimiliki.
Oleh karena itu proses kepercayaan diri perlu ditanamkan sejak
3 Zulkifli, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.1986),h.55
Page 20
3
dini kepada anak agar ketika tumbuh menjadi dewasa telah
diiringi oleh rasa percaya diri.
Kurangnya edukasi tentang pentingnya menumbuhkan
kepercayaan diri juga dapat menghambat proses seseorang untuk
menumbuhkan sikap percaya diri. Dan juga faktor rendahnya
ekonomi dan perbedaan latar belakang ras, budaya, agama juga
dapat mempengaruhi proses terbentuknya kepercayaan diri.
Perasaan malu atau minder karena faktor ekonomi keluarga yang
rendah bisa juga menjadi penyebab seseorang untuk menutup diri
dan tidak percaya diri dengan dirinya dan lingkungan sekitar.
Ketidakpercayaan diri juga menghambat proses seseorang
untuk mengeksplor dirinya lebih dalam dan untuk mengeluarkan
potensi yang dimiliki. Sering terjadi anak yang memiliki
kemampuan/kelebihan tapi lebih memilih untuk memendamnya
karena tidak memiliki rasa percaya diri yang kuat untuk
menunjukan kemampuannya. Perasaan takut tidak diterima oleh
orang lain dan merasa dirinya tidak bisa jauh lebih baik dari
orang lain yang semakin menjadi karena tidak adanya rasa
percaya diri.
Dalam proses pembentukan kepercayaan diri seorang anak
terdapat beberapa tahapan yang apabila kekurangan salah satu
diantara tahapan tersebut maka akan menghambat pembentukan
proses rasa percaya diri. Adapun tahapan proses pembentukan
rasa kepercayaan diri adalah: Pertama, terbentuknya kepribadian
yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan
kelebihan-kelebihan tertentu. Kedua, pemahaman seseorang
terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan
Page 21
4
keyakinan kuat untuk bisa berbuat sesuatu dengan memanfaatkan
kelebihannya. Ketiga, pemahaman dan reaksi positif seseorang
terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak
menimbulkan rasa rendah diri. Keempat, pengalaman di dalam
menjalani berbagai aspek kehidupannya dengan menggunakan
kelebihan yang ada pada dirinya.4
Berdasarkan observasi awal dari penulis selama melakukan
pengamatan di Asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor
terlihat ada beberapa siswa yang malu-malu. Setelah peneliti
mencoba berinteraksi dengan siswa tersebut ada beberapa
diantara mereka mengaku bahwa mereka merasa sulit untuk
bersosialisasi. Mereka juga merasa tidak yakin dengan
kemampuan yang kemampuan dan potensi yang mereka miliki
mereka juga sering merasa kesulitan ketika mengambil sebuah
keputusan dan menyikapi ketika dihadapkan dengan suatu
permasalahan.
Menurut salah satu pembimbing agama di asrama
SMART Ekselensia Indonesia Bogor, juga mengatakan hal
demikian. Menurutnya siswa belum yakin dengan kemampuan
yang mereka miliki dan masih ada beberapa siswa yang terlihat
kesulitan untuk bersosialisasi. Pembimbing asrama mengakui
bahwa kepercayaan diri sebagian siswa terhadap potensi masih
rendah. Padahal seharusnya mereka percaya dengan potensi yang
siswa miliki. Kemudian pada saat menghadapi permasalahan
4 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri (Jakarta:
Puspa Swara,2005) Cet ke-3,h.25.
Page 22
5
mereka cenderung pesimis dan kesulitan dalam mengambil
keputusan.
Hal ini tentu mengkhawatirkan siswa asrama kedepannya
apabila tidak diberikan penanganan dengan baik. Kepercayaan
diri merupakan hal yang penting untuk dimiliki setiap insan,
dengan percaya diri seseorang mampu menjadi orang yang berani
untuk mengeluarkan potensi yang dimiliki dan dapat bermanfaat
bagi sekitarnya. Peran dari orang tua, pembimbing agama,
sekolah, dan lembaga-lembaga diharapkan mampu untuk
membimbing proses peningkatan kepercayaan diri sesuai dengan
menggunakan metode dan startegi yang berdasarkan kebutuhan
setiap individunya.
Percaya diri dalam Islam juga diperintahkan, hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT dalam Al- Qur‟an surat Ali Imran ayat
139 yang berbunyi :
تم مؤمنين ول تنوا ول تزنوا وأن تم العلون إن كن
Artinya: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah
(pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang
yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang
yang beriman”. (QS. Ali Imran: 139)
Ayat diatas menjelaskan bahwa setiap insan yang beriman
maka sudah sepatutnya menjadi pribadi yang kuat, percaya
dengan diri sendiri atas kemampuan dan potensi yang dimiliki.
Sesuai firman Allah SWT dalam firman tersebut bahwasanya
manusia yang beriman adalah orang-orang yang tinggi
derajatnya.
Page 23
6
Pada penelitian kali ini peneliti memfokuskan melakukan
penelitian ini di Asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor
untuk mengetahui bagaimana peran pembimbing agama dalam
upaya meningkatkan kepercayaan diri siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
SMART Ekselensia Indonesia merupakan lembaga
pendidikan dibawah naungan yayasan Dompet Dhuafa
Republika, yang mempunyai visi menjadi sekolah model yang
melahirkan generasi berkepribadian islami, berjiwa pemimpin,
mandiri, berprestasi dan berdaya guna. SMART Ekselensia
Indonesia adalah sekolah menengah akselerasi, berasrama, dan
bebas biaya untuk anak-anak marjinal yang tidak memiliki
kesempatan memperoleh pendidikan yang berkualitas karena
faktor ekonomi. SMART Ekselensia Indonesia
menyelenggarakan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan dua
tahun untuk jenjang SMA. Siswa SMART Ekselensia berasal dari
berbagai daerah dan propinsi di Indonesia mulai Sumatera sampai
Papua.
SMART Ekselensia Indonesia berdiri sebagai bentuk
kepedulian dan langkah nyata untuk berkontribusi mengentaskan
kebodohan dan pada akhirnya bisa memutus rantai kemiskinan.
Di SMART Ekselensia Indonesia, siswa juga mendapatkan
fasilitas bimbingan agama dalam bentuk mentoring, diskusi
kelompok maupun bimbingan secara tatap muka (face to face)
oleh pembimbing. Dengan demikian, diharapkan siswa mampu
berdaya saing global dan berkontribusi untuk kemajuan bangsa.
Page 24
7
Melihat berbagai faktor penyebab kurangnya kepercayaan
diri pada siswa asrama, penulis mencoba menganalisa dengan
melakukan penelitian di asrama SMART Ekselensia Indonesia
Bogor tepatnya di Jl. Raya Parung-Bogor, Desa Jampang,
Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor–Jawa Barat. Untuk
menganalisa gambaran peran pembimbing, tahapan
pembimbingan dan dampak positif pembimbingan dalam
peningkatan kepercayaan diri siswa asrama. oleh karena itu
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran
Pembimbing Agama Dalam Upaya Meningkatkan
Kepercayaan Diri Siswa di Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat
diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1. Pada awal kedatangan di asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor siswa asrama merasa kurang percaya diri
2. Kurangnya rasa percaya diri dalam mengembangkan
kemampuan dan potensi pada siswa asrama di SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
3. Perbedaan latar belakang keluarga, ekonomi dan budaya
pada siswa asrama di SMART Ekselensia Indonesia
Bogor
Page 25
8
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada
peran pembimbing agama Islam yang menggunakan metode
demonstrasi, ceramah dan Face to face. Dengan
menggunakan media penyuluhan dan alat peraga untuk
mempermudah proses bimbingan seperti buku, poster,
brosur, pemutaran film dan power point. Adapun batasan
pada penulisan pada penelitian ini adalah hanya
memfokuskan pada siswa yang tinggal di asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka muncul
ketertarikan peneliti untuk melakukan sebuah penelitian
mengenai peran pembimbing agama dalam upaya
meningkatkan kepercayaan diri siswa asrama di SMART
Ekselensia Indonesia Bogor. Permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana bentuk peran pembimbing agama dalam
meningkatkan kepercayaan diri siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor?
b. Bagaimana tahapan pembimbingan agama di asrama
SMART Ekselensia Indonesia Bogor?
c. Bagaimana hasil pembimbingan agama yang diberikan
pada siswa asrama di SMART Ekselensia Indonesia
Bogor?
Page 26
9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui bentuk peran pembimbing agama
dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa asrama di
SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
b. Untuk mengetahui tahapan pembimbingan agama di
asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
c. Untuk mengetahui hasil pembimbingan agama yang
diberikan pada siswa asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
2. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Penelitan ini dimaksudkan sebagai bahan referensi
dalam peningkatan wawasan dakwah, khususnya
mengenai bimbingan agama dan sebagai pijakan dalam
melakukan penulisan selanjutnya.
b. Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
informasi dan pengetahuan baru yang dapat
diaplikasikan dalam mengembangkan nilai-nilai
keagamaan pada siswa asrama SMART Ekselensia.
Penelitian ini diperuntukkan khususnya bagi pihak
Sekolah dan Asrama SMART Ekselensia Indonesia
Bogor.
Page 27
10
E. Metodelogi Penelitian
1. Metode Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan
masalah yang terdapat dalam penelitian ini maka
peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
menekankan pada analisis terhadap antar fenomena
yang terjadi dengan menggunakan penjelasan logika
ilmiah.5
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis
deskriptif. Penelitian yang bersifat deskriptif
merupakan penelitian yang menggambarkan data
secara faktual yang disajikan secara ringkas dan
sistematik serta akurat sehingga mudah dipahami dan
disimpulkan dan data yang dikumpulkan secara
deskripstif semata-mata dibuat bukan untuk menguji
sebuah hipotesis ataupun membuat sebuah prediksi.6
Dengan menggunakan metode pendekatan
kualitatif yang bersifat deskripsi, diharapkan hasil
penelitian ini mendapatkan analisa penelitian yang
mendalam mengenai penelitian peran pembimbing
agama dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri
siswa asrama di SMART Ekselensia Indonesia, Bogor.
5 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian Psikologi, (Bandung: Pustaka
Pelajar, 2017), h.5. 6 Ibid., h.6
Page 28
11
2. Subjek dan Objek Penelitian
Pemilihan subjek dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Yaitu
pengambilan sampel yang didasari oleh pertimbangan
khusus yang dipahami oleh peneliti sehingga peneliti
memiliki kebebasan siapa yang mereka temukan untuk
diteliti yang biasanya digunakan untuk meneliti sebuah
gagasan.7
Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek
penelitian adalah narasumber yang dapat memberikan
informasi yaitu pembimbing agama (wali asrama) dan
siswa asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah
peran pembimbing agama dalam upaya meningkatkan
kepercayaan diri siswa asrama di SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
a. Data primer, yaitu berupa wawancara kepada
subyek penelitian yaitu Pembina Asrama dan
siswa asrama di SMART Ekselensia Indonesia
Bogor.
b. Data sekunder, yaitu berupa data tidak langsung
berupa catatan-catatan atau dokumen.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian: Adapun yang dijadikan alasan
pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah
7 Rully Indrawan, Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian,
(Bandung: Refika Aditama,2014),h.105-106.
Page 29
12
penelitian ini belum ada yang meneliti dengan
judul yang sama, kemudian adanya kesesuaian
antara pokok permasalahan yang akan diteliti
dengan sasarannya dan juga lokasi penelitian ini
juga sangat strategis.
b. Waktu penelitian: Penelitian ini dilaksanakan
selama 5 bulan yaitu pada bulan Agustus sampai
Januari.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan
utama penelitian adalah untuk mendapatkan kebenaran
yang dipandang ilmiah dalam suatu penelitian terhadap
hal yang diperoleh secara keseluruhan.
Data yang digunakan sebagai pendukung
penelitian ini adalah dengan beberapa instrumen
sebagai berikut:
a. Observasi partisipasif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Dengan observasi partisipan ini, maka
data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan
sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap
perilaku yang nampak.8 Dalam melakukan hal ini,
8 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi. (Bandung:
Alfabeta,2017) Cet ke-9 h.310
Page 30
13
penulis dibantu dengan alat-alat observasi seperti
buku catatan dan alat tulis.
b. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Wawancara terstruktur adalah teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul
data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena
itu, dalam melakukan wawancara, pengumpul
data telah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pernyataan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya telah disiapkan. Dalam
melakukan wawancara, selain harus membawa
instrumen sebagai pedoman untuk wawancara,
maka pengumpul data juga dapat menggunakan
alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur
dan material lain yang digunakan untuk
membantu pelaksanaan wawancara menjadi
lancar. 9
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data berupa
data-data tertulis, gambar, artikel serta website
dari internet sebagai data pendukung termasuk
semua data yang dihimpun selama melakukan
penelitian dalam menganalisis peran pembimbing
agama dalam upaya meningkatkan kepercayaan
9 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi. (Bandung:
Alfabeta, 2017) Cet ke-9 h.318
Page 31
14
diri siswa asrama di SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
5. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data dalam
penelitian kualitatif merupakan proses pelacakan dan
pengaturan secara sistematis transkip wawancara, catatan
lapangan dan bahan-bahan lainnya yang dikumpulkan
untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap bahan
penelitian tersebut agar dapat diinterpretasikan temuannya
kepada orang lain.10
Proses analisis data melibatkan tiga proses yang dapat
dilakukan kapan saja, dalam arti proses tidak harus
dilakukan ketika peneliti telah menyelesaikan seluruh
penelitian. Dan ketiga proses tersebut adalah sebagai
berikut:11
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan,
penyederhanaan dan pengubahan data kasar yang
muncul dari catatan tertulis yang dihasilkan ketika
berada di lapangan.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan aktifitas menyajikan data
hasil penelitian, sehingga peneliti mampu mengambil
10
Nurul Zuriah, Metode Penelitian Psikologi, (Bandung: PT Bumi
Aksara, 2007).h.217. 11
Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2016), h.11-12.
Page 32
15
kesimpulan sementara dan dapat menentukan langkah
selanjutnya bila terdapat data yang perlu diklarifikasi.
c. Verifikasi
Verifikasi merupakan aktifitas merumuskan
kesimpulan berdasarkan dua aktifitas sebelumnya,
kesimpulan ini dapat berupa kesimpulan sementara dan
kesimpulan akhir.
6. Teknik Penulisan
Dalam teknik penulisan dan transliterasi skripsi ini
menggunakan buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(skripsi, tesis, dan disertasi)” yang diterbitkan oleh
CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2007.
7. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penulisan, penulis terlebih
dahulu melakukan kajian atas penulisan terdahulu. Hal ini
dilakukan untuk memperjelas perbedaan penulisan ini
dengan penulisan-penulisan sebelumnya dan menghindari
penjiplakan (plagiarism) karya orang lain.
Hasil penulisan terdahulu dideskripsikan pada tabel
1.1 di bawah ini.
Page 33
16
No
Nama
Peneliti dan
Judul
Penelitian
Identitas Tulisan
(Skripsi,
Jurusan,
Fakultas/Jurnal,
Vol,No,Tahun)
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 2 3 4 5
1
Diana
Ariswanti
Triningtyas
“Studi Kasus
Tentang Rasa Percaya Diri,
Faktor
Penyebabnya dan Upaya
Memperbaiki
Dengan Menggunakan
Konseling
Individual”.
Jurnal Bimbingan
dan Konseling,
Fakultas Ilmu
Pendidikan IKIP
PGRI Madiun, Vol 3, No 1, tahun
2015.
Metode
Kualitatif
Deskriptif
Hasil penelitian diperoleh
bahwa tingkat kecerdasan anak
mampu mengikuti pelajaran
yang diberikan oleh guru
bidang studinya. Bimbingan
dan perhatian yang diberikan
pembimingnya membuat anak
semakin mengerti tentang
kehidupan dan perbedaan-
perbedaan. yang harus diterima
setiap orang.
Dan dalam menanggulangi
masalah kepercayaan diri
Pembimbing memberikan
konseling elektrik yang harus
diterima setiap orang.
2
Eko Setyo
Budi, “Upaya
Bimbingan
dan Konseling
Islam
dalam Meningkatka
n Rasa
Percaya Diri Anak-anak di
Panti Asuhan
Jaka Tingkir Kec.Sayung
Kab.Demak”
Skripsi, Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Walisongo
Semarang, tahun
2011.
Metode
Kualitatif Deskriptif.
Hasil penulisan ini menjelaskan
bahwa faktor yang
mempengaruhi rasa percaya
diri yang dialami terbimbing
adalah pengalaman pada masa
kanak-kanak yang berhubungan
dengan lingkungan seperti
pengalaman, pendidikan di
kelurga, lingkungan disekitar
dan lain sebagainya.
Dan upaya dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling Islam
yaitu penyuluh memberikan
motivasi, support, dan nasihat.
Page 34
17
1 2 3 4 5
3
Elsa Humaydi
Sa‟roni, Pengaruh
Bimbingan
Agama Terhadap
Kepercayaan
Diri Anak Yatim Piatu
Yayasan
Daarul Fattah Assalafi
Sukmajaya
Depok.
Skripsi, jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam,
Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta,tahun
2015.
Metode
Kuantitatif
Hasil penulisan skripsi Elsa
Humaydi kepercayaan diri anak
yatim piatu di Yayasan Daarul
Fattah Assalafi Sukmajaya
Depok yaitu bimbingan agama
bagi anak yatim piatu di
Yayasan Daarul Fattah Assalafi
Sukmajaya Depok agama
memberikan kontribusi
pengaruh sebesar 2,3 %(dua
koma tiga persen) terhadap
kepercayaan diri anak yatim
piatu Yayasan Daarul Fattah
Assalafi Sukmajaya Depok.
Sedangkan sisanya 97,7%
(Sembilan puluh tujuh koma
tujuh persen) dipengaruhi oleh
faktor lain yaitu faktor-faktor
eksternal.
4
Sofiyuna
Syafikoh, Pelaksanaan
Bimbingan
Agama Islam dalam
Meningkatka
n Rasa Percaya Diri
Anak di Panti
Asuhan “Rohadi”
Kaliwungu.
Skripsi, Jurusan
Bimbingan Penyuluhan dan
Islam, Fakultas
Dakwah dan Komunikasi,
Universitas Islam
Negeri (UIN) Walisongo
Semarang ,tahun
2017.
Metode
penelitian Kualitatif
Deskriptif
Hasil penelitian Sofiyuna
Syafikoh menunjukan bahwa
kondisi anak sebelum
mengikuti bimbingan agama
Islam memiliki beberapa
problem kepercayan diri,
diantaranya anak masih malu-
malu untuk mengemukakan
pendapat, usul, tampil di depan
umum dan tidak berani
mengambil keputusan.
Metode bimbingan
menggunakan pendekatan
psikologis yaitu secara face to
face dan metode kelompok
yaitu cermamah dan diskusi.
Page 35
18
F. Sistematika Penulisan
Dalam rangka mencapai pembahasan skripsi yang
sistematis, maka peneliti membuat sistematika penulisan
ke dalam lima (5) BAB yang terdiri dari sub-sub BAB.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Teori dari latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
teori, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka, dan sistematika penulisan.
1 2 3 4 5
5 Idul Munir,
“Upaya Meningkatka
n
Kepercayaan Diri pada
Anak Jalanan
oleh Yayasan Kota Setara,
Semarang”
Skripsi, Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
Fakultas Dakwah
dan Komunikasi, Universitas Islam
Negeri (UIN)
Walisongo Semarang, tahun
2018.
Metode
Penelitian Kualitatif
Deskriptif
Jika dilihat dari perspektif
fungsi Bimbingan Islam maka
yang dilakukan oleh Yayasan
Setara dalam Upaya
meningkatkan kepercayaan diri
anak jalanan dengan
memberikan beberapa
treatment seperti bimbingan
kelompok, bimbingan individu,
bimbingan kreativitas.
Dan menurut perspektif fungsi
bimbingan Islam yang
dilakukan oleh Yayasan Setara
dalam meningkatkan
kepercayaan diri anak jalanan
selaras dan sejalan lurus
dengan fungsi Bimbingan
Islam.
Page 36
19
BAB II LANDASAN TEORI.
Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai
teori-teori ataupun pembahasan yang
berkaitan dengan kepercayaan diri, proses
kepercayaan diri dan bimbingan agama
Islam.
BAB III GAMBARAN UMUM SMART
EKSELENSIA INDONESIA BOGOR
Pada bab ini akan dibahas mengenai
gambaran secara umum tempat
dilakukannya penelitian, yakni Asrama
SMART Ekselensia Indonesia, Bogor.
BAB IV DATA & TEMUAN PENELITIAN
Bab ini mendeskripsikan data dan hasil
temuan penelitian.
BAB V PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan uraian dan
mengaitkan latar belakang, teori dan
rumusan teori baru dari penelitian.
BAB VI PENUTUP
Merupakan bab terakhir yang menguraikan
tentang kesimpulan penelitian ini dan
saran-saran yang diajukan pihak-pihak
terkait dalam masalah ini.
Page 37
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Peran
Peranan kata dasarnya adalah “peran” yang berarti
perangkat tingkah yang diharapkan dapat dimiliki oleh
orang yang berkedudukan dalam masyarakat.12
Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status
(kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak-
hak dan kewajibannya sesuai dengan stastus yang
dimilikinya, maka ia telah menjalankan perannya.
Peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dari
orang yang memiliki kedudukan atau status.13
Peran dapat membimbing seseorang dalam
berperilaku karena manfaat peran itu sendiri yang
diantaranya memberikan arah pada proses sosialisasi,
pewarisan nilai,tradisi,norma serta kepercayaan,
membangun kepercayaan diri, membuka kesempatan
dalam memecahkan masalah. Setiap peran tentunya
memiliki tujuan supaya individu yang melaksanakan
12
Depdiknas,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai
Pustaka,2002),Cet-2,h.854 13
Arief Heriyanto, Kelas sosial,status sosial, peran sosial dan
pengaruhnya (Modul Sosiologi, 2016), No Sos.II.04.h.10.
Page 38
21
peran dengan sekitar yang berhubungan atau
berinteraksi dengan peran.14
Menurut Soekanto peranan yang melekat pada diri
seseorang harus dibedakan dalam masyarakat. Posisi
seseorang dalam masyarakat (social position)
merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat
individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih
banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan
sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu
posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu
peranan. Peranan mencakup tiga hal, yaitu sebagai
berikut.15
a. Peranan meliputi norma yang dihubungkan
dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat. Peranan dalam artian ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa
yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku
individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.
14
Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),
Cet, Ke-1,h.64. 15
Dwi Narwoko &Bagong, Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan,(Jakarta: Kencana, 2011), Cet ke-5.h.159.
Page 39
22
Berdasarkan beberapa definisi yang diuraikan
dapat diasumsikan bahwa konsep peran seseorang dalam
indikatornya paling tidak terdapat tiga langkah penting,
yaitu: (1) Adanya aturan untuk setiap peran yang
dilakukan, (2) Adanya individu yang memahami atau
mempelajari aturan tersebut, (3) Terbentuknya tindakan
dari indivdu itu sendiri dari aturan dan pemahaman yang
dipelajari dalam melakukan peranan.
2. Bentuk dan macam-macam peran
a. Bentuk Peran
Melihat dari pengertian peran maka bentuk peran
dapat terlihat dari bentuk individu, norma atau aturan,
institusi atau lembaga, tergantung fungsi dan
kegunaan serta harapan-harapan yang diinginkan oleh
masyarakat itu sendiri.
b. Macam-Macam Peran
Peran yang ada dalam masyarakat dapat
diklarifikasikan menurut bermacam-macam sesuai
dengan cara pelaksanaannya. Diantaranya adalah
sebagai berikut ini:16
1. Peran yang diharapkan (extected roles), yaitu
cara ideal dalam pelaksanaan peran menurut
penilaian masyarakat. Masyarakat
mengkhendaki peran yang dihadapkan
secermat-cermatnya dan peran ini tidak dapat
16
J.Dwi Narwoko dan Bagong Suryanto, Sosiologi : Teks Pengantar
dan Terapan, (Jakarta: Kencana,2011,Cet Ke-5, h.160.
Page 40
23
ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang
ditentukan. Peran jenis ini antara lain adalah
peran hakim, peran protokoler diplomatis, dan
sebagainya.
2. Peran yang disesuaikan (actual roles), yaitu
cara bagaimana sebenarnya peran itu
dijalankan. Peran ini pelaksanaannya lebih
luwes, dapat disesuaikan dengan situasi-situasi
dan kondisi tertenntu. Peran yang disesuaikan
mungkin tidak cocok dengan situasi setempat,
tetapi kekurangan yang muncul dapat
dianggap wajar oleh masyarakat. Sementara
itu, berdasarkan cara memperolehnya, peranan
bisa dibedakan menjadi dua, diantaranya:17
a. Peranan bawaan (Ascribed roles), yaitu
peranan yang diperoleh secara otomatis,
bukan karena usaha, misalnya peranan
sebagai nenek, anak bupati dan sebagainya.
b. Peranan pilihan (achvives role), yaitu
peranan yang diperoleh atas dasar
keputusan sendiri, misalnya seseorang
yang memutuskan untuk memilih kuliah di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Airlangga dan menjadi
mahasiswa program studi sosiologi.
17
J.Dwi Narwoko dan Bagong Suryanto, Sosiologi: Teks Pengantar
dan Terapan, (Jakarta: Kencana,2011,Cet Ke-5, h.160
Page 41
24
3. Tujuan dan Manfaat Peran
Setiap peran pada hakikatnya bertujuan agar
antar individu yang melakukan peran dengan
orang-orang sekitarnya yang berkaitan dengan
peran tersebut terdapat hubungan yang diatur
oleh nilai-nilai sosial yang diterima dan
ditaaati oleh kedua belah pihak. Peran dapat
membimbing seseorang dalam berperilaku
karena manfaat peran itu sendiri adalah
sebagai berikut :18
a. Memberi arah pada proses sosialisasi.
b. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-
nilai, norma-norma dan pengetahuan
c. Dapat mempersatukan kelompok atau
masyarakat
d. Menghidupkan sistem pengendali
kehidupan masyarakat.
B. Peran dan Fungsi Bimbingan Agama
1. Peran Pembimbing Agama
Dalam kamus bahasa Indonesia, “Pembimbing”
menurut Bahasa berarti “Pemimpin” atau “Penuntun”.
Kata tersebut diambil dari kata “bimbing” yang artinya
“pimpin”atau “tuntun”, kemudian diberikan awalan “pe”
menjadi pembimbing yang artinya, yang menyebabkan
18
J.Dwi Narwoko dan Bagong Suryanto, Sosiologi: Teks Pengantar
dan Terapan, (Jakarta: Kencana,2011,Cet Ke-5, h.160
Page 42
25
sesuatu menjadi tahu. Pemimpin, penuntun merupakan
sesuatu yang dipakai untuk membimbing yang diartikan
seseorang yang memberikan bimbingan atau tuntunan
disesuaikan dengan profesi dan disiplin ilmu yang
dimiliki.19
Menurut Umar dan Sartono dalam buku Bimbingan
dan Penyuluhan mengutip pendapat dari Rachel
Dunaway Cox peran pembimbing agama adalah
melaksanakan koordinasi kegiatan, mendidik klien agar
memahami dan menghayati program bimbingan dan
melaksanakan kegiatan bimbingan yang bersifat
tertentu.20
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembimbing agama berperan sebagai penuntun,
pembimbing yang memberikan bantuan kepada klien
dengan melaksanakan koordinasi, mendidik dan
membimbing supaya klien dapat aktualisasi diri dan
mengikuti kegiatan bimbingan yang sedang
dilaksanakan.
2. Pengertian Bimbingan Agama
Secara etimologis kata bimbingan merupakan
terjemahan dari bahasa Inggris “Guidance”. Kata
“guidance” adalah kata dalam bentuk mashdar (kata
benda) yang berasal dari kata kerja “to guide” artinya
19
W.J.S. Poerwardarmita. Kamus Umum Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1984) Cet. Ke-7. H. 427. 20
Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung : CV
Pustaka Setia,1998),Cet Ke-1,h.48.
Page 43
26
menunjukan, membimbing, atau menuntun orang lain ke
jalan yang benar.21
Adapun definisi bimbingan sendiri
mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Para ahli
mengemukakan definisi bimbingan adalah sebagai
berikut:
a. Menurut Prayitno dan Erman Amti
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada
seseorang atau beberapa individu, baik anak-
anak,remaja maupun dewasa agar orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana
yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku.22
b. Menurut Cribbin
Bimbingan adalah berpusatkan kearah klien
dan berkaitan dengan pengembangan optimal
keseluruhan diri klien serta pencapaian potensi
untuk kepentingan individu dan sosial.23
21
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam,(Amzah:
Jakarta,2016), Cet Ke-4.h.3 22
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan
Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,2015) h.93. 23
Mulyadi, Bimbingan Konseling di Sekolah &Madrasah, (Jakarta
:Prenadamedia Group,2016),Cet Ke-1,h.54.
Page 44
27
c. Menurut Chiskolm
Bimbingan membantu individu dan berusaha
agar klien memahami dirinya sendiri.24
d. Menurut Smith
Bimbingan adalah proses layanan yang
diberikan kepada individu guna membantu
mereka memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan dalam membuat
pilihan, rencana dan interpretasi yang
diperlukan untuk penyesuaian diri yang baik.25
e. Menurut Muhammad Surya
Bimbingan adalah pemberian bantuan yang
terus menerus secara sistematis dari
pembimbing kepada yang dibimbing agar
tercapai kemandirian dalam pemahaman diri,
penerimaan diri, pengarahan diri dan
perwujudan diri dalam mencapai tingkatan
perkembangan optimal dengan lingkungan.26
24
Chiskolm dalam Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar
Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta 2015),Cet ke-3,h.94. 25
Hallen dalam Mulyadi. Bimbingan Konseling di Sekolah &
Madrasah,(Jakarta: PrenadaMedia Group, 2016) cet. Ke-1.h.54. 26
Moh Surya dalam Mulyadi.Bimbingan Konseling,(Jakarta
:PrenadaMedia Group, 2016) cet. Ke-1.h.53.
Page 45
28
3. Fungsi Pembimbing Agama
Fungsi pembimbing agama menurut Achmad Juntika
dalam buku Bimbingan & Konseling (dalam berbagai
latar kehidupan), fungsi bimbingan minimal ada empat
fungsi, diantaranya adalah:27
a. Fungsi pengembangan, merupakan fungsi
bimbingan dalam mengembangkan seluruh
potensi dan kekuatan yang dimiliki individu.
b. Fungsi penyaluran, merupakan fungsi bimbingan
dalam membantu individu memilih dan
memantapkan penguasaan karier atau jabatan
yang sesuai dengan minat, bakat, dan ciri-ciri
kepribadian lainnya.
c. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi untuk membantu
para pelaksana pendidikan atau pembimbing
untuk mengadaptasikan program pendidikan
terhadap latar belakang pendidikan, minat,
kemampuan dan kebutuhan individu.
d. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan
dalam membantu individu menemukan
penyesuaian diri dan perkembangannya secara
optimal.
27
Achmad Juntika, Bimbingan dan Konseling(dalam berbagai latar
kehidupan). (Bandung: Refika Aditama, 2018), Cet Ke-6,h.8-9.
Page 46
29
Dapat memberikan petunjuk arah yang benar,
dalam hal ini Allah berfirman dalam Al-Qur'an
surat Asyu‟ara ayat 52 yang berbunyi :
يمان ولك ن جعلناه نورا ن هدي بو نا إليك روحا من أمرن ما كنت تدري ما الكتاب ول ال لك أوحي وكذ
من نشاء من عبادن وإنك لت هدي إل صراط مستقيم
Artinya: “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu
wahyu (Al-Qur‟an) dengan perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al
Kitab (Al-Qur‟an) dan tidak pula mengetahui
apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-
Qur‟an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia
siapa yang kami kehendaki di antara hamba-
hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-
benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”
(QS. Asyu‟ara: 52)
Ayat diatas menjelaskan pada hakikatnya kita
sebagai manusia yang beriman kepada Al -Qur‟an
sebagai petunjuk yang diberikan oleh Allah SWT,
yang membantu umat manusia untuk menjalani
kehidupan yang sebenar-benarnya didunia dan
akhirat sesuai dengan ajaran agama yang
berpedoman dengan Al- Qur‟an.
Page 47
30
Fungsi bimbingan agama sendiri menurut
Arifin, adalah:28
a. Sebagai motivasi bagi yang terbimbing
agar timbul semangat dalam dirinya.
b. Menjadi stabilisator dan penggerak
(dinamisator) untuk mencapai tujuan
yang dikhendaki dengan motivasi ajaran
agama.
c. Sebagai pengarah (direktif) bagi
pelaksana program bimbingan dan
penyuluhan agama, sehingga wadah
pelaksanaan program yang kemungkinan
menyimpang dapat dihindari.
Dengan adanya fungsi sebagai motivasi,
stabilisator dinamisator dan direktif, maka
bimbingan agama mampu membatu mendongkrak
aspek kehidupan manusia memiliki motivasi untuk
menggali potensi diri, kemampuan untuk
mengarahkan diri untuk melakukan hal yang
sesuai dengan norma agama serta memiliki
semangat positif untuk melakukan hal -hal yang
bermanfaat.
28
Arifin dan Kartikawati. Materi Pokok Bimbingan dan
Konseling.(Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam,1995)h.7.
Page 48
31
4. Tujuan Bimbingan Agama
Bimbingan berarti memberikan bantuan kepada
individu atau kelompok dalam menentukan berbagai
pilihan secara bijaksana dan dalam menentukan berbagai
pilihan secara bijaksana dan juga dalam menentukan
penyesuian diri terhadap tuntutan hidup. Dengan adanya
bantuan ini seseorang akan lebih mampu mengatasi
segala kesulitannya sendiri dan mampu mengatasi
permasalahan yang akan dihadapi di masa-masa
mendatang. Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah
agar individu dapat :29
a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
pengembangan karier, serta kehidupannya ada
masa yang akan datang.
b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan
secara optimal mungkin.
c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,
masyarakat, ataupun lingkungan kerja.
d. Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi
dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan
pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut klien harus
mendapatkan kesempatan untuk:30
29
Achmad Juntika. Bimbingan &Konseling dalam berbagai latar
kehidupan. (Bandung: PT Refika Aditama, 2018), Cet Ke-5,h.8. 30
Achmad Juntika. Bimbingan &Konseling dalam berbagai latar
kehidupan. (Bandung: PT Refika Aditama, 2018), Cet Ke-5,h.9
Page 49
32
Mengenal dan memahami potensi, kekuatan serta
tugas-tugasnya.
a. Mengenal dan memahami potensi-potensi yang
ada dilingkungannya.
b. Mengenal dan menentukan tujuan, rencana
hidupnya,serta rencana pencapaian tujuan tersebut.
c. Memahami dan mengatasi kesulitan kesulitannya
sendiri.
d. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan
dirinya, keluarga dan masyarakat.
e. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan
dari lingkunganya serta mengembangkan segala
potensi dan kekuatan yang dimiliknya secara tepat,
teratur dan optimal.
Tugas untuk saling membimbing dan menasehati
dalam kebenaran, seperti bimbingan agama dijelaskan
dalam firman Allah SWT pada Al-Qur‟an surat Ali
Imron ayat 104 yang berbunyi :
ن و ه ن ي و روف ع م ل ب رون يم و لي ا ل إ ون ع د ي ة م أ م ك ن م ن ك ت ل وون ح ل ف م ل ا م ى ك ئ ول وأ ر ك ن م ل ا ن ع
Artinya: “ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung “(QS. Ali
Imron: 104)
Page 50
33
Tujuan bimbingan agama menurut Arifin. M.E.D,
dibagi menjadi dua yaitu umum dan khusus. Tujuan
umum bimbingan agama adalah untuk membantu individu
dalam mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya
agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.31
Sedangkan tujuan khusus dari bimbingan agama
antara lain:32
a. Membantu individu agar tidak menghadapi
masalah.
b. Membantu individu dalam menyelesaikan masalah
yang sedang dihadapi.
c. Membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi yang baik agar tetap baik
dan menjadi lebih baik. Sehingga tidak menjadi
sumber masalah bagi dirinya maupun orang lain.
5. Unsur-Unsur dan Sifat Bimbingan Agama
Untuk melaksanakan bimbingan tentunya harus
mengerti unsur-unsurnya terlebih dahulu. Adapun
unsur-unsur tersebut meliputi:
a. Penyuluh, adalah orang yang mempunyai wewenang
(kompetensi) untuk melakukan Bimbingan dan
Konseling Islam. Penyuluh merupakan orang yang
memiliki pengetahuan dan berbagai cara psikologis
yang diikut sertakan dalam proses penyuluhan dengan
31
Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan
Agama Di Sekolah Dan Luar Sekolah,( Bulan Bintang, Jakarta: 1997 ) h.8. 32
Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan
Agama Di Sekolah Dan Luar Sekolah,( Bulan Bintang, Jakarta: 1997 ) h.9.
Page 51
34
yang terbimbing.33
Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa penyuluh adalah seseorang yang
memiliki pengetahuan dan wewenang untuk
melakukan bimbingan dan konseling Islam untuk
membantu menyelesaikan berbagai masalah.
b. Terbimbing atau jamaah adalah sasaran bimbingan
agama Islam baik secara individu maupun kelompok.
Baik manusia yang beragama Islam maupun tidak atau
dengan kata lain, manusia secara keseluruhan.34
c. Masalah, definisi masalah adalah sebagai suatu
keresahan yang membuat pikiran, perasaan, tidak
tenteram atau suatu kondisi ketidaksesuaian antara
harapan dan kenyataan (yang menyebabkan timbulnya
permasalahan).35
Unsur-unsur bimbingan agama tersebut
merupakan bagian terbentukya bimbingan agama. Bila
tidak terdapat salah satu unsur tersebut maka
bimbingan agama sulit untuk diaplikasikan. Untuk
memaksimalkan hasil bimbingan agama, diperlukan
kerjasama yang baik antara penyuluh dan terbimbing
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan
33
Farid, Imam Sayuti, Pokok-pokok Bahasan Tentang Bimbingan
Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah, (Surabaya: Fakultas Dakwah
IAIN, Surabaya, 1997), h.14 34
Samsul Munir,Bimbingan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2016)
Cet ke-4.h.23. 35
Mulyadi, Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah,(Jakarta
:Prenadamedia Group,2016),Cet ke-1,h.28.
Page 52
35
menggunakan pedoman agama yakni Al-Qur‟an dan
Hadist.
Kemudian selain unsur, ada juga metode yang
digunakan dalam metode bimbingan agama yang
sasarannya adalah mereka yang berada dalam
kesulitan spiritual yang disebabkan oleh faktor-faktor
kejiwaan dan dalam dirinya sendiri dalam tekanan
batin, gangguan perasaan dan tidak mampu
berkonsentrasi maupun faktor lain yang berasal dari
luar dirinya, seperti pengaruh lingkungan hidup yang
menggoncang perasaan (seperti ditinggalkan orang
yang dicintainya) dan penyebab lain, banyak
menimbulkan hambatan batin anak.
Untuk mengungkapkan segala sesuatu yang
menjadi sebab munculnya kesulitan mental, spiritual,
atau sebab yang banyak menimbulkan tekanan batin,
maka dalam upaya mengadakan bimbingan agama
dalam menyampaikan materi dapat menggunakan
metode-metode sebagai berikut:36
a. Metode cermah, yaitu metode yang biasa disebut
tabgligh atau khutbah. Sama-sama memiliki
kesamaan makna tetapi tetap memiliki ciri khas.
Metode ceramah biasanya menggunakan media
mimbar dan pengajian.
36
Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluh Sosial
Keagamaan,(Jakarta: UIN Jakarta,2014),h.16.
Page 53
36
b. Metode wisata religi, metode ini lebih dikenal
dengan istilah wisata ziarah, yaitu dengan
mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Dengan
kunjungan tersebut diharapkan mampu menjadi
ladang intropeksi diri dan pemicu semangat bagi
para terbimbing.
c. Metode tanya jawab, yaitu metode dengan ciri
keterlibatan aktif terbimbing untuk
mengungkapkan hal-hal yang masih belum
dipahami atau menjadi permasalahan.
d. Metode diskusi kelompok atau Foccus Group
Discussion (FGD), yaitu metode yang hampir
sama dengan tanya jawab. Perbedaan antara
metode diskusi kelompok dengan tanya jawab,
yaitu metode tanya jawab hanya menerima
keterlibatan dari terbimbing yang sebatas bertanya
dan penyuluh menjawab. Sedangkan metode
diskusi kelompok terbimbing tidak hanya bertanya
kepada penyuluh, namun bersama-sama dengan
penyuluh dan angggota kelompok diskusi lainnya
menuntaskan suatu pokok kajian.
e. Metode demonstrasi terplot, yaitu metode untuk
menyampaikan hal-hal yang bersifat praktis dan
memerlukan penjelasan secara demonstratif.
Metode ini memerlukan model yang tepat agar
materi dapat dipahami oleh sasaran. Dalam ajaran
Page 54
37
islam, contohnya seperti praktik wudlu, sholat atau
manasik haji.
f. Metode konseling, yaitu metode penyuluhan itu
sendiri. Namun dalam hal ini konseling menjadi
metode tertentu dalam penyuluhan agama, dimana
penyuluh agama dalam hal ini menjadi
pembimbing agama atau konselor spiritual.
Penyuluhan model ini bersifat konsultatif, atau
terapi bagi terbimbing. Jika pada metode-metode
sebelumnya penyuluh memerankan fungsi edukatif
(mendidik) dan preventif (mencegah), maka pada
metode ini penyuluh memerankan fungsi
konsultatif (yakni suasana yang dapat menciptakan
hubungan baik pembimbing dan terbimbing) dan
kuratif (penyembuhan).
g. Metode peragaan, yaitu metode yang menggunkan
alat bantu peraga yang digunakan untuk
memudahkan proses penyuluhan. Selain metode,
bimbingan Agama juga memiliki sifat-sifat dalam
proses pemberian bantuan kepada klien
diantaranya adalah :37
a. Sifat pencegahan (Preventive): yaitu pemberian
bantuan kepada klien sebelum klien menghadapi
kesulitian atau persoalan yang serius.
37
Umar dan Sartono.Bimbingan dan Penyuluhan. (Bandung: Cv
Pustaka Setia, 1998)Cet ke-1 h.33-35.
Page 55
38
b. Sifat Pengembangan (Development): yaitu usaha
bantuan yang diberikan kepada klien dengan
mengiringi perkembangan mentalnya, terutama
untuk memantapkan jalan berpikir dan tindakan
klien. Sehingga klien dapat berkembang secara
optimal.
c. Sifat penyembuhan (Currative): yaitu usaha
bantuan yang diberikan kepada klien selama atau
setelah klien mengalami persoalan serius, dengan
maksud utama agar klien yang bersangkutan
terbebas dan mampu menghadapi kesulitannya.
d. Sifat pemeliharaan (Treatment): yaitu usaha
bantuan yang dimaksudkan terutama untuk
memupuk dan mempertahankan kesehatan mental
klien setelah melalui proses penyembuhan agar
klien yang bersangkutan bertahan dalam
kesembuhan dan tidak mengalami kesulitan serius
dan dilakukan setelah klien menjalani proses
penyembuhan.
6. Langkah-Langkah Bimbingan Agama
Ketika melakukan Bimbingan Agama terdapat
beberapa langkah-langkah atau tahapan yang dilakukan
agar bimbingan terlaksana dengan baik dan benar.
Menurut M. Arifin langkah- langkah dalam pelaksanaan
Page 56
39
bimbingan dan penyuluhan meliputi hal-hal sebagai
berikut:38
1) Tahap persiapan:
Yaitu pemantapan tentang rumusan tujuan
bimbingan dan penyuluhan agama secara
operasional yang jelas yaitu:
a. Mempengaruhi dan menggerakkan minat dan
perhatian siswa kepada kegiatan belajar
dengan melalui motivasi-motivasi
theogenetis(yang bersumber dari ajaran
Tuhan). Melalui motivasi theogenetis ini siswa
akan dibangkitkan rasa dan nilai keimanannya
agar ajaran dan nilai-nilai keagamaan mulai
menjiwai dan mewarnai kepribadian,
b. Tahap selanjutnya adalah bertujuan utuk
mendorong siswa dengan motivasi yang
bersumber agama dan motivasi sosial,
sehingga siswa timbul kesediaan
2) Tahap operasional
Program pengumpulan informasi atau data
tentang siswa, yang bertujuan untuk memperoleh
ketenangan atau data yang mencakup segalaaspek
kehidupan siswa yang mempunyai pengaruh
terhadap kegiatan proses belajar- mengajarnya
yang diperlukan bagi pembimbing.
38
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan& penyuluhan Agama,
(Jakarta: PT GOLDEN TRAYON, 1982)h. 20-24
Page 57
40
3) Pemberian informasi dan orientasi kepada siswa
dengan tujuan agar siswa mendapatkan gambaran
yang jelas tentang keadaan dan kondisi pendidikan
yang hendak dilaluinya.
4) Penempatan dan penyuluhan siswa dengan tujuan
agar siswa mendapatkan kedudukan (posisi) sesuai
dengan kemampuan dan aspirasinya dengan cara-
cara seperti pembentukan kelompok belajar,
kelompok extrakurikuler dan penempatan dalam
jurusan yang sesuai dengan bakat dan minat siswa
5) Pemberian bantuan melalui counseling
(penyuluhan), hal ini bertujuan untuk membantu
siswa yang menemui kesulitan karena masalah
pribadi supaya siswa mampu mengatasinya dengan
kemampuannya secara optimal sehingga siswa
mendapatkan tujuan pendidikan sesuai dengan
kapasitas bakatnya. Adapun permasalahan pribadi
yang memerlukan counseling diantaranya adalah:
konflik cita-cita dengan lingkungan sekitarnya,
konflik antara siswa dengan lingkungan
keluarga/orang tua, konflik antara bakat dan
pendidikan yang rendah dari segi kualitas dengan
sikap apatisme dalam mengambil alternatif lain
(pilihan).
6) Pemberian bantuan untuk memecahkan kesulitan
belajar siswa agar mencapai kesuksesan dalam
belajarnya dan lebih lanjut sesuai dengan potensi
Page 58
41
yang dimilikinya. Bantuan tersebut dilakukan
dengan melalui prosedur dan langkah-langkah:
identifikasi kasus/masalah, diagnosa bertujuan
untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitan yang
dialami dan apa latar belakangnya, prognosa yaitu
menetapkan langkah bantuan yang harus diberikan
kepada siswa yang diidentifikasikan menemui
kesulitan, pemberian berupa usaha memecahkan
kesulitan yang dihadapinya dan evaluasi sebagai
tindak lanjut untuk mengetahui hasil pemberian
bantuan yang telah diberikan keada siswa yang
bersangkutan.
7) Pertemuan staf sekolah dengan staf BP pada saat
diperlukan, secara rutin ataupun secara insidentil
sesuai dengan kasus yang dijumpai.
8) Hubungan masyarakat melalui berbagai cara dan
kesempatan yang bertujuan agar dapat terbina
pemahaman dan pengertian serta saling bantu
membantu dikalangan orang tua murid khususnya
serta masyarakat pada umumnya tentang
pentingnya program bimbingan penyuluhan agama.
9) Melakukan penilaian atas pelaksanaan program
bimbingan dan penyuluhan yang telah diberikan
kepada siswa untuk mengetahui sampai dimana
efektivitas dan efisiennya dalam hubungannya
dengan program pendidikan pada umumnya.
Page 59
42
Hasilnya akan digunakan sebagai data masukan
untuk penyempurnaan program lebih lanjut.
C. Kepercayaan Diri (Self Confident)
1. Pengertian Percaya Diri
Percaya diri berasal dari bahasa Inggris yakni Self
Confident yang diartikan suatu keyakinan seseorang
untuk mampu berperilaku sesuai dengan harapan atau
keinginan. Apabila seseorang tidak memiliki rasa percaya
diri, maka banyak masalah akan timbul, karena
kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian dari
seseorang yang berfungsi untuk mengaktualisasikan
potensi yang dimilikinya.39
Rasa percaya diri merupakan sebuah keberanian
dalam menghadapi tantangan, karena memberi suatu
kesadaran bahwa belajar dari pengalaman jauh lebih
penting daripada keberhasilan atau kegagalan. Rasa
percaya diri penting untuk berpartisipasi dalam
kehidupan publik. Seperti halnya ketika bergabung
dengan suatu masyarakat yang didalamnya terlibat dalam
suatu aktifitas atau kegiatan. Rasa percaya diri
meningkatkan keefektifan dalam aktivitas atau kegiatan.
Rasa percaya diri merupakan suatu sikap atau
perasaan yakin atas kemampuan sendiri. Sehingga
individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam
39
Hendra Widjaja, Berani Tampil Beda dan Percaya Diri,
(Yoyakarta: Araska,2016),Cet Ke-1,h.51.
Page 60
43
setiap tindakan. Ia dapat dengan bebas melakukan hal-hal
yang disukai dan bertanggung jawab atas segala
perbuatan yang dilakukan, hangat dan sopan dalam
berinteraksi dengan orang lain,memiliki dorogan
berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan
kekurangan diri.40
Para ahli mendefinisikan kepercayaan diri adalah
sebagai berikut :
a. Menurut Hendra Widjaja, Percaya diri
merupakan sikap mental individu dalam
menilai diri maupun objek sekitar, sehingga
individu tersebut memiliki keyakinan akan
kemampuan. Kepercayaan diri adalah
kepercayaan terhadap kemampuan,kapasitas
serta pengambilan keputusan yang terdapat
dalam diri sendiri.41
b. Menurut Lauster, kepercayaan diri adalah sifat
kepribadian yang sangat menentukan dan
saling mempengaruhi satu sama lain.
Kepercayaan diri mempengaruhi sikap hati-
hati, ketergantungan, keserakahan, toleransi,
dan cita-cita. Rasa percaya diri merupakan satu
40
Hendra Widjaja,Berani Tampil Beda dan Percaya Diri,
(Yoyakarta: Araska,2016),Cet Ke-1,h.52. 41
Ibid.,h.53.
Page 61
44
diantara aspek-aspek keperibadian yang
penting dalam kehidupan manusia.42
c. Menurut Adler, kebutuhan manusia yang
paling penting adalah kebutuhan akan rasa
percaya diri dan rasa superioritas. Rasa
percaya diri juga dapat diartikan sebagai suatu
kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki
setiap orang dalam kehidupan serta bagaimana
orang tersebut memandang dirinya secara utuh
dengan mengacu pada konsep dirinya.43
d. Menurut Lindefield, bahwa seseorang dapat
dikatakan memiliki percaya diri ialah orang
yang merasa puas dengan dirinya. Adapun
gambaran merasa puas terhadap diri sendiri
adalah orang yang mengetahui dan mengakui
terhadap keterampilan dan kemampuan yang
dimilikinya, serta mampu menunjukan
keberhasilan yang dicapai dalam kehidupan
sosial.44
e. Menurut Maslow, percaya diri adalah modal
dasar untuk pengembangan aktualisasi diri.
42
Lauster,P. Personality Test:Tes Kepribadian.Terjemahan dari D.H
Gulo. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) h.3. 43
Jalaluddin Rakhmat.Psikologi Komunikasi( Edisi Revisi).
(Bandung: Remaja Rosdakarya 2018). h.3 44
Kamil. Mendidik Anak Agar Percaya Diri. (Jepara: Silas
Press,1997).h.3
Page 62
45
dengan percaya diri seseorang akan mampu
mengenali dan memahami diri sendiri.45
Dari beberapa definisi tentang kepercayaan diri
tersebut diperoleh kesimpulan kepercayaan diri
merupakan suatu keyakinan dalam diri seseorang yang
berkaitan dengan seluruh kemampuan potensi yang
dimiliki untuk menghadapi segala tantangan hidup demi
mencapai suatu keberhasilan. Dengan memiliki rasa
percaya diri, seseprang akan merasa mampu untuk
mencapai berbagai tujuan dan rencana dalam hidupnya.
2. Ciri-ciri Individu Yang Memiliki Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri adalah sikap atau keyakinan yang
terdapat dalam diri sendiri. Rasa percaya diri bukan
dengan memberi kompensasi suatu kelemahan kepada
kelebihan. Namun, bagaimana individu tersebut mampu
menerima dirinya ada adanya, mampu mengerti
sepertiapa dirinya dan pada akhirnya akan percaya bahwa
dirinya mampu melakukan hal-hal dengan baik.
Ada beberapa ciri-ciri dari seseorang yang memiliki
rasa percaya diri. Diantaranya adalah :46
a. Percaya pada kemampuan sendiri, yaitu suatu
keyakinan atas diri sendiri terhadap segala
fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan
45
Kartono, Kartini, Psikologi Anak.(Jakarta: Alumni, 2000)h.202 46
Hendra Widjaja,Berani Tampil Beda dan Percaya Diri,
(Yoyakarta: Araska, 2016), Cet Ke-1,h.53.
Page 63
46
kemampuan individu untuk mengevaluasi serta
mengatasi fenomena yang terjadi tersebut.
b. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan,
yaitu dapat bertindak dalam mengambil
keputusan terhadap diri yang dilakukan secara
mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain
dan mampu untuk menyakini tindakan yang
diambil
c. Berani mengungkapkan pendapat, adanya suatu
sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam
diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain
tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat
menghambat pengungkapan tersebut.
d. Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan
sesuatu
e. Mempunyai potensi dan kemampuan yang
memadai
f. Mampu menetralisir ketegangan yang muncul
dalam berbagai situasi
g. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi
diberbagai situasi
h. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup
menunjang keterampilannya
i. Memiliki kecerdasan yang cukup
j. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup
k. Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang
menunjang kehidupannya
Page 64
47
l. Memiliki kemampuan bersosialisasi
m. Selalu bereaksi positif dalam menghadapi
permasalahan.
Menurut Mastuti ada beberapa ciri atau
karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya
diri yang proporsional diantaranya adalah sebagai
berikut :47
a. Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri
sehingga tidak membutuhkan pujian,
pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat
orang lain.
b. Tidak terdorong untuk menunjukan sikap
konformis demi diterima oleh orang lain atau
kelompok.
c. Berani menerima dan menghadapi penolakan
orang lain- berani menjadi diri sendiri
d. Mempunyai pengendalian diri yang baik (tidak
moody dan emosinya stabil)
e. Mempunyai internal locus of control
(memandang keberhasilan atau kegagalan,
tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak
mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta
tidak bergantung atau mengharapkan bantuan
orang lain)
f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap
diri sendiri, orang lain dan situasi diluar dirinya.
47
Mastuti. 50 Kiat Percaya Diri.(Jakarta: Hi-fest, 2007) h.13-14.
Page 65
48
g. Memiliki harapan yang realistis terhadap
dirinya sendiri. Sehingga ketika harapan itu
tidak terwujud, tetap mampu melihat sisi positif
darinya dan situasi yang terjadi.
Berdasarkan beberapa ciri kepercayaan diri diatas
dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kepercayaan diri
adalah memiliki keyakinan atas kemampuan diri,
keyakinan atas kemampuan pribadi dalam menghadapi
berbagai permasalahan, dapat mengendalikan diri,
mempunyai pandangan yang positif dan mempunyai
harapan yang realistis. Dan seseorang yang memiliki
rasa percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau
pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan
dengan baik. Merasa berharga, mempunyai keberanian,
dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya,
mempertimbangkan berbagai pilihan, dan mampu
membuat keputusan sendiri. Sedangkan ciri-ciri orang
tidak percaya diri menurut Hakim adalah sebagai berikut
:48
1. Mudah cemas dalam menghadapi
persoalan dengan tingkat kesulitan tertentu
2. Memiliki kelemahan atau kekurangan dari
segi mental, fisik, sosial, atau ekonomi
48
Thursan Hakim.Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. (Jakarta:
Puspa Swara, 2005) Cet Ke-3.h.8-9.
Page 66
49
3. Sulit menetralisir timbulnya ketegangan
dalam diri
4. Gugup dan terkadang gagap saat berbicara
5. Memiliki latar belakang pendidikan
keluarga kurang baik
6. Memiliki perkembangan yang kurang baik
sejak masa kecil
7. Kurang memiliki kelebihan pada bidang
tertentu dan tidak tahu bagaimana cara
mengembangkan diri sendiri.
8. Sering menyendiri dari kelompok yang
dianggapnya lebih dari dirinya
9. Mudah putus asa
10. Cenderung tergantung pada orang lain
dalam mengatasi masalah.
11. Pernah mengalami trauma.
12. Sering bereaksi negatif dalam menghadapi
masalah, misalnya dengan menghindari
tanggung jawab atau mengisolasi diri, yang
menyebabkan rasa tidak percaya dirinya
semakin buruk.
Dari beberapa ciri seseorang yang tidak percaya diri
dapat ditpeoleh suatu kesimpulan bahwa didalam dirinya
mempunyai rasa cemas, putus asa, gugup, takut gagal,
pesimis, sulit menerima realita diri. Seseorang yang
memiliki rasa percaya diri yang rendah dapat
mengganggu proses aktualisasi dirinya dan mengganggu
Page 67
50
proses dalam mencapai kebutuhannya sesuai dengan
perkembangannya.
Dari beberapa ciri seseorang yang kurang percaya
diri dapat disimpulkan bahwa seeorang yang kurang
percaya diri adalah merasa takut, gemetar saat berbicara
dihadapan orang banyak, merasa kurang dihargai, suka
menyendiri dan cenderung bersikap egosentris. Perilaku
tersebut seharusnya tidak ada dalam diri seseorang.
Orang yang memiliki tanda-tanda kurang percaya diri
akan merasa tidak mampu dan menganggap orang lain
lebih baik dari dirinya. Sehingga dalam menjalankan
berbagai aktifitasnya tidak optimal.
3. Aspek-Aspek Rasa Percaya Diri
Seseorang yang memiliki rasa percaya diri, maka
seseorang tersebut akan merasa yakin dengan kemampuan
yang dimilikinya. Sehingga bisa menyelesaikan
masalahnya, karena tahu apa yang dibutuhkan dalam
hidupnya, dan mempunyai sikap positif yang didasari
keyakinan akan kemampuannya. Seseorang tersebut
memiliki tanggung jawab akan keputusan yang telah
diambil serta mampu menatap fakta dan realita secara
objektif yang didasari keterampilan. Hal tersebut
merupakan aspek yang terkandung dalam rasa percaya
diri. Aspek-aspek kepercayaan diri dibagi menjadi
beberapa bagian, diantaranya adalah :49
49
Hendra Widjaja. Berani Tampil Beda dan Percaya Diri.
(Yogyakarta: Araska,2016), Cet Ke-1, h.61.
Page 68
51
a. Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif
mengenai dirinya bahwa ia paham dengan apa yang
dilakukannya.
b. Optimis, yaitu sikap positif seseorang yang selalu
berpandangan baik dalam menghadapi segala hal
tentang diri, harapan dan kemampuannya.
c. Objektif, yaitu seseorang yang percaya diri
memandang permasalahan atau sesuatu sesuai
dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut
kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.
d. Bertanggung jawab, yaitu kesediaaan seseorang
untuk menanggung segala sesuatu yang telah
menjadi konsekuensinya.
e. Rasional, yaitu analisis terhadap sesuatu masalah,
suatu hal, suatu kejadian dengan menggunakan
pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai
dengan kenyataan.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang yang
percaya diri didukung oleh sikap-sikap yang positif
terhadap dirinya, seperti keyakinan pada kemampuan
diri, optimis, objektif, bertanggung jawab dan rasional.
4. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Percaya
Diri
Percaya diri adalah kemampuan berpikir rasional
berupa keyakinan, ide-ide dan proses berpikir yang tidak
mengandung unsur keharusan yang menuntut individu.
Sehingga, ketika menghadapi masalah, individu mampu
Page 69
52
untuk berpikir, menilai, menimbang, menganalisis,
memutuskan dan melakukan. Rasa percaya diri
merupakan dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri.
Rasa percaya diri juga disebut sebagai harga diri atau
gambaran diri.50
Percaya diri dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya:51
a. Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan kepercayaan
diri yang muncul dalam diri seseorang.
Berkenaan dengan hak tersebut dapat
diidentifikasikan berbagai faktor internal yang
dapat menumbuh kembangkan faktor
kepercayaan diri diantaranya adalah:
1) Konsep Diri
Terbentuknya kepercayaan diri pada
seseorang diawali dengan perkembangan
konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan
suatu kelompok. Konsep diri merupakan
gagasan tentang dirinya sendiri. Individu
yang mempunyai rasa rendah diri biasanya
mempunyai konsep diri negatif.
Sebaliknya, individu yang mempunyai rasa
50
Hendra Widjaja. Berani Tampil Beda dan Percaya
Diri.(Yogyakarta: Araska, 2016),Cet Ke-1,h.63 51
Ibid., 64-65
Page 70
53
percaya diri akan memiliki konsep diri
yang positif.
2) Harga Diri
Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan
terhadap diri sendiri. Individu yang
memiliki harga diri tinggi akan menilai
pribadi secara rasional dan benar bagi
dirinya serta mudah mengadakan hubungan
yang baik dengan individu lain.
3) Kondisi Fisik
Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh
pada rasa percaya diri. ketidakmampuan
fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri
yang kentara. Penampilan fisik merupakan
penyebab utama rendahnya harga diri dan
percaya diri seseorang.
4) Pengalaman Hidup
Kepercayaan diri yang diperoleh dari
pengalamn mengecewakan, biasanya paling
sering menjadi sumber timbulnya rasa
rendah diri. Apalagi jika pada dasarnya
individu memiliki rasa tidak aman,kurang
kasih sayang dan kurang perhatian.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang
mempengaruhi kepercayaan diri yang berasal
dari luar individu, diantaranya faktor sosial.
Page 71
54
Faktor sosial bisa mengembangkan kepercayaan
diri pada anak, faktor yang dapat menumbuh
kembangkan kepercayaan diri pada anak adalah
hubungan dengan anggota keluarganya yaitu ibu,
ayah, saudara dan teman-temannya.
Faktor eksternal terbagi menjadi beberapa
bagian didalamnya diantaranya adalah:52
1) Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi percaya diri
sesorang. Tingkat pendidikan yang
rendah cenderung membuat individu
merasa di bawah kekuasaan yang lebih
pandai. Sebaliknya, individu yang
pendidikannya lebih tinggi cenderung
akan mandiri dan tidak perlu bergantung
pada individu lain.
2) Pekerjaan
Bekerja dapat mengembangkan
kreativitas dan kemandirian serta rasa
percaya diri. rasa percaya diri dapat
muncul dengan melakukan pekerjaan,
selain materi yang diperoleh. Kepuasan
dan rasa bangga juga didapat karena
mampu mengembangkan kemampuan
diri.
52
Hendra Widjaja. Berani Tampil Beda dan Percaya Diri.
(Yogyakarta: Araska,2016), Cet Ke-1,h.66-68.
Page 72
55
3) Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud disini
adalah lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Dukungan yang baik yang
diterima dari lingkungan keluarga
seperti anggota keluarga saling
berinteraksi dengan baik akan
memberikan rasa nyaman dan percaya
diri yang tinggi. Begitu juga dengan
lingkungan masyarakat. Semakin bisa
memenuhi norma dan diterima leh
masyarakat, maka harga diri juga akan
berkembang baik.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kepercayaan diri adalah faktor internal (faktor yang
mempengaruhi kepercayaan diri yang muncul dari diri
sendiri) dan faktor eksternal (faktor yang mempengaruhi
kepercayaan diri yang berasal dari luar individu,
diantaranya faktor sosial). Faktor internal meliputi
konsep diri, harga diri, kondisi fisik dan pengalaman
hidup. Dan faktor eksternal meliputi pendidikan,
pekerjaan, dan lingkungan.
5. Jenis-Jenis Kepercayaan Diri
Percaya diri adalah meyakinkan pada kemampuan
dan penilaian diri sendiri dalam melakukan tugas dan
memilih pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk
Page 73
56
kepercayaan atas kemampuannya menghadapi
lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan
atas keputusan atau pendapatnya. Menurut Hendra
Widjaja dalam buku Berani Tampil Beda dan Percaya
Diri, percaya diri terdapat dua jenis, yaitu lahir dan
batin.53
a. Percaya Diri Lahir
Percaya diri lahir adalah percaya diri yang
memungkinkan individu untuk tampil dan
berperilaku dengan cara menunjukan kepada
dunia luar bahwa individu tersebut yakin terhadap
dirinya sendiri yaitu melalui pengembangan
keterampilan dalam bidang-bidang tertentu.
Kepercayaan diri lahir mempunyai empat ciri
utama, diantaranya adalah:
a) Komunikasi
Seseorang yang memiliki kepercayaan diri
memiliki keterampilan dalam berkomunikasi
sehingga mereka dapat mendengarkan orang
lain dengan tepat, dapat berkomunikasi
dengan orang dari segala usia dan perbedaan
latar belakang, dan tahu kapan, bagaimana
berganti pokok pembicaraan dari percakapan
biasa ke yang lebih mendalam.
b) Ketegasan
53
Hendra Widjaja, Berani Tampil Beda dan Percaya Diri,
(Yoyakarta: Araska,2016),Cet Ke-1,h.57-60.
Page 74
57
Ketegasan adalah suatu bentuk sikap dan
perilaku seseorang untuk mampu bertindak
dengan caranya sendiri tatapi juga tidak
menutupi diri dari saran orang lain yang
menjadikan dirinya lebih baik.
c) Penampilan Diri
Seseorang yang percaya diri selalu
memperhatikan penampilan dirinya, abik
dari gaya pakaian, aksesoris dan gaya
hidupnya.
d) Pengendalian perasaan
Perasaan yang tidak dikelola dengan baik,
maka dapat membentuk suatu kekuatan besar
yang tak terduga dan mengakibatkan
seseorang menjadi lepas kendali. Seseorang
yang tidak percaya diri dapat dikatakan tidak
bisa mengendalikan sehingga menunjukkan
ketakutan, kecemasan dan sulit untuk
menetralisir ketegangan. Sedangkan orang
yang percaya diri selain memiliki
kepercayaan batin yang tinggi juga harus
mempunyai kepercayaan lahir yang tinggi
pula. Mereka harus memiliki komunikasi
yang baik, memiliki ketegasan, mempunyai
penampilan diri yang baik dan mampu
mengendalikan perasaan.
Page 75
58
b. Percaya Diri Batin
Percaya diri batin adalah, percaya diri yang
memberi kepada kita perasaan dan beranggapan
bahwa kita dalam keadaan baik. Kepercayaan diri
batin memmpunyai empat ciri utama yaitu :
a) Cinta Diri
Yaitu peduli tentang diri mereka sendiri
sehingga perilaku dengan gaya hidup yang
mereka tampilkan untuk memelihara diri.
Cinta diri pada masing-masing individu
sangat diperlukan dalam menumbuhkan
kepercayaan diri karena setiap individu akan
menghargai diri. sedangkan seseorang yang
memiliki kepercayaan diri rendah cenderung
memiliki konsep diri yang negatif dan tidak
mampu untuk menghargai diri sendiri.
Sehingga dalam kehidupannya kurang
tentram dan tidak mampu memanfaatkan
potensi yang dimilikinya.
b) Pemahaman Diri
Seseorang yang percaya diri batin juga
sangat sadar diri. Mereka tidak terus
menerus merenungi diri sendiri, tetapi secara
teratur mereka memikirkan perasaan,pikiran
dan perilaku mereka dan ingin tahu
bagaimana pendapat orang lain tentang diri
Page 76
59
mereka. Dengan memiliki pemahaman diri
yang baik. Individu akan memperoleh:
c) Menyadari potensi yang dimilikinya,
sehingga kecil kemungkinan akan
mengalami kegagalan berulang kali.
Cenderung menjadi pribadi yang mantap,
memiliki pendirian, prinsip yang kuat, dan
memiliki orang-orang terdekat yang
mendukungnya.
d) Tahu diri, maksudnya disini adalah terbuka
untuk menerima kritik dan bantuan dari
orang lain.
e) Tujuan yang jelas, seseorang yang percaya
diri selalu tahu tujuan hidupnya. Hal ini
disebabkan karena ia mempunyai pikiran
yang jelas mengapa seseorang melakukan
tindakan tertentu dan hasil apa yang bisa
diharapkan.
f) Berfikir positif, seseorang yang percaya diri
biasanya merupakan teman yang
menyenangkan. Salah satu penyebabnya
adalah mereka terbiasa melihat kehidupan
dari sisi yang cerah dan mereka yang
mengharap serta mencari pengalaman dan
hasil yang bagus.
Dari keterangan diperoleh kesimpulan bahwa
kepercayaan diri terbagi menjadi dua yaitu: kepercayaan
Page 77
60
diri lahir, lebih menekankan kepada individu yang harus
memberikan pembuktian terhadap dunia luar bahwa
dirinya memiliki kemampuan dan mampu
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Dan kepercayaan diri batin, orang-orang dapat
dikatakan memiliki kepercayaan diri batin ketika
seseorang mampu untuk menumbuhkan cinta dalam
dirinya, menghargai dirinya dan orang lain. Dan
kepercayaan diri lahir dan batin, keduanya saling
berkaitan dan mendukung dalam upaya mengembangkan
dan menanamkan rasa percaya diri pada diri seseorang.
a. Membangun Rasa Percaya Diri
Jika ada seseorang yang sedang mengalami krisis
kepercayan diri dan ingin menumbuhkan rasa percaya diri
yang proporsional, maka individu tersebut harus
memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat
penting, karena hanya individu yang bersangkutan yang
dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang edang
dialaminya. Menurut Hendra Widjaja ada beberapa cara
yang dapat digunakan untuk membangun rasa percaya
diri, diantaranya sebagai berikut:54
1) Evaluasi diri secara objektif
Belajar untuk menilai diri secara objektif dan jujur,
dengan cara menyusun daftar “kekayaan” pribadi,
seperti prestasi yang pernah diraih, sifat-sifat positf,
54
Hendra Widjaja. Berani Tampil Beda dan Percaya
Diri.(Yogyakarta: Araska, 2016),Cet Ke-1,h.69-74
Page 78
61
potensi diri baik yang sudah diaktualisasikan maupun
yang belum,keahlian yang dimiliki, serta kesempatan
atau sarana yang mendukung kemajuan diri.
2) Beri penghargaan yang jujur terhadap diri
Belajar untuk menghargai sekecil apa pun
keberhasilan dan potensi yang dimiliki. Mengabaikan
atau meremehkan satu saja prestasi yang pernah
diraih, berarti mengabaikan atau menghilangkan jejak
yang membantu dalam menemukan jalan tepat
menuju masa depan.
3) Berpikir Positif (Positive thinking)
Jangan biarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan
perasaan. Dan berhati- hati agar tidak berdampak
pada masa depan yang rusak karena keputusan keliru
yang dihasilkan oleh pikiran yang keliru.
4) Berani mengambil resiko
Berdasarkan pemahaman diri yang objektif, seseorang
sejatinya dapat memprediksi risiko setiap tantangan
yang dihadapi. Dengan demikian tidak perlu
menghindari setiap risiko, melainkan lebih
menggunakan strategi-strategi untuk mengindari,
mencegah atau mengatasi risikonya.
5) Menetapkan tujuan yang realistis
Seseorang perlu mengevaluasi tujuan-tujuan yang
ditetapkan selama ini, dalam arti apakah tujuan
tersebut realistis atau tidak. Dengan menerapkan
tujuan yang lebih realistis, maka akan memudahkan
Page 79
62
seseorang untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan
demikian seseorang akan menjadi lebih percaya diri
dalam mengambil langkah, tindakan dan keputusan
dalam mencapai masa depan.
6. Proses Terbentuknya Kepercayaan Diri
Kepercayaan yang ada pada diri seseorang tidak
muncul begitu saja. Ada beberapa proses dalam diri
seseorang sehingga terbentuklah rasa percaya diri.
diantaranya adalah sebagai berikut :55
a. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai
dengan proses perkembangan yang melahirkan
kelebihan-kelebihan tertentu.
b. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-
kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan
keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala
sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-
kelebihannya.
c. Pemahaman dan reaksi positif seseorang
terhadap kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa
rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan diri.
d. Pengalaman di dalam menjalani berbagai
aspek kehidupan dengan menggunakan segala
kelebihan yang ada pada dirinya.
55
Thursan Hakim. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. (Jakarta:
Puspa Swara, 2005) Cet Ke-3.h.6.
Page 80
63
Manusia adalah makhluk sosial, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa dalam menjalani kehidupan
manusia membutuhkan bantuan dan interaksi dengan
orang lain. Untuk mampu bekerjasama, saling menolong
dan berinteraksi diperlukan kepercayaan diri dalam diri
seseorang.
Kepercayaan diri adalah keyakinan pada diri sendiri
untuk melakukan apapun sesuai dengan apa yang
diharapakan untuk dapat menentukan arah dan tujuan
hidup yang tepat. Keberhasilan seseorang dalam mencapai
setiap tujuan hidupnya dipengaruhi oleh rasa percaya diri
yang dimiliki. Karena dengan pecaya diri seseorang
memiliki kemampuan untuk menggali potensi dan
berusaha untuk bangkit dari kegagalan.
Individu yang memiliki rasa percaya diri adalah
individu yang selalu bersikap tenang dalam mengerjakan
sesuatu, memiliki potensi dan kemampuan yang memadai,
mampu menetralisir ketegangan yang muncul dalam
berbagai situasi, mudah bersosialisasi dan berinteraksi
dengan orang lain.
Page 81
64
D. Dhuafa
1. Pengertian Dhuafa
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata Dhuafa adalah
“orang-orang lemah (ekonomi dan sebagainya)”.56
Dalam
literatur hukum istilah dhuafa dibedakan dengan fakir,
dari telaah kitab fikih, Ali Yafi membuat rumusan definisi
miskin ialah: “yang memiliki harta benda atau mata
pencaharian atau kedua-duanya hanya menutupi seperdua
atau lebih dari kebutuhan pokok. Sedangkan yang disebut
fakir adalah mereka yang tidak memiliki harta benda atau
tidak mempunyai mata pencaharian yang tetap, atau
mempunyai harta benda tetapi hanya menutupi kurang
dari seperdua kebutuhan pokoknya.57
Menurut Edi Suharto dalam buku kemiskinan &
perlindungan sosial di Indonesia menjelaskan bahwa
kemiskinan berhubungan dengan kekurangan materi,
rendahnya penghasilan, dan adanya kebutuhan sosial.58
Berdasarkan studi SMERU, Suharto menunjukkan
sembilan kriteria yang menandai kemiskinan, diantaranya
adalah:59
56
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
h.200. 57
Ahmad Sanusi, Agama di Tengah Kemiskinan, (Jakarta:
Logos,1999), h.12-13. 58
Edi Suharto, Kemiskinan&Perlindungan Sosial di
Indonesia,(Bandung: Alfabeta,cv,2009) h.15. 59
Edi Suharto, Kemiskinan&Perlindungan Sosial di
Indonesia,(Bandung: Alfabeta,cv,2009) h.16.
Page 82
65
a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).
b. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat
fisik maupun mental.
c. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan
sosial (anak terlantar, wanita korban tindak
kekerasan rumah tangga, kelompok marjinal
dan terpencil).
d. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia(buta
huruf, rendahnya pendidikan dan keterampilan
dan keterbatasan sumber alam).
e. Rendahnya pendapatan asset maupun massal
(rendahnya modal sosial,ketiadaan fasilitas
umum)
f. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan
mata pencaharian yang memadai dan
berkesinambungan.
g. Ketiadaan jaminan masa depan.
h. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup
dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi,
air bersih dan transpotasi).
i. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial
masyarakat.
2. Macam- macam kaum Dhuafa
Ada dua golongan dhuafa (orang-orang yang
lemah ekonominya) diantaranya adalah:
Page 83
66
a. Orang fakir, adalah orang yang sama sekali tidak
memiliki harta dan pekerjaan , atau memiliki harta
namun hanya ada separuh kebutuhannya dan
keluarganya yang wajib untuk dinafkahi. Seperti
tempat tinggal dan kebutuhan sehari-hari.60
b. Orang miskin, adalah sekelompok orang yang
sedikit lebih baik keadaannya dibanding dengan
orang yang fakir, menurut Imam Mahza Syafi‟i
bahwasannya orang miskin itu memiliki harta atau
usaha namun tidak mencukupi kebutuhan sehari-
harinya untuk orang yang dinafkahinya. Seperti
hanya mampu mencukupi separuh dari
kebutuhannya sendiri.
3. Perintah Menyantuni Kaum Dhuafa
Perintah menyantuni kaum dhuafa sesuai dengan
firman Allah QS Al- Isra‟ ayat 26-27.
ر ذ ب ت ول ل ي ب س ل ا ن ب وا ين ك س م ل وا و ق ح رب ق ل ا ا ذ ت آ وا ر ي ذ ب ت
Artinya: (26): Dan berikanlah kepada keluarga-
keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin
dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. (QS.
Al Isra‟: 26 )
60
Ansharu aslim , Fikih Imam Syafi’I , Puasa dan Zakat , (Jakarta:
Pustakata Azzam, 2004), Cet Ke-1,h.189.
Page 84
67
ربو ل ن ا ط ي ش ل ا ن ا وك ين ط ا ي ش ل ا ن وا خ إ وا ن ا ن ك ري ذ ب م ل ا ن إ
ورا ف ك
Artinya: (27): Sesungguhnya pemboros-pemboros
itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al Isra‟:
27).
Kandungan Surah Al-Isra ayat 26-27 ini menyatakan
bahwa Allah SWT memerintahkan seorang muslim untuk
memberikan hak kepada keluarga, orang miskin dan orang
yang sedang dalam perjalanan. Hal yang harus dilakukan
adalah dengan menjalin silaturahim dan hubungan kasih
sayang sesama muslim, dan juga membantu untuk
meringankan beban yang dialami oleh mereka.
Hak keluarga dekat misalnya mendapatkan penghormatan,
kasih sayang dan saling membantu. Hak untuk fakir
miskin misalnya memperoleh sedekah, disayangi,
dikasihani serta membantu meringankan beban
penderitaannya.
Menyantuni kaum dhuafa dapat juga memberikan
harta atau barang yang bermanfaat untuk para dhuafa,
kaum dhuafa yang dimaksud disini adalah orang yang
lemah atau orang yang tidak mempunyai apa-apa dan
mereka harus disantuni. Karena merupakan kewajiban
bagi seorang muslim untuk saling membantu dan
memberi, selain kewajiban hal ini merupakan bentuk
ibadah kepada Allah SWT. Saat ini sudah banyak bantuan
dari masyarakat yang disalurkan kepada kaum dhuafa.
Page 85
68
Ada yang diberikan secara langsung dan ada juga
disalurkan melalui organisasi atau ke lembaga-lembaga
seperti panti asuhan, yayasan, lembaga sosial dan yang
lainnya.
E. Kerangka Berpikir
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang
selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi
kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan manusia
membutuhkan keseimbangan antara kebutuhan jasmani
dan rohani. Kebutuhan jasmani berkaitan erat dengan
kebutuhan fisik dan kebutuhan rohani manusia berkaitan
dengan kepuasan batin.
Dengan bimbingan diharapkan dapat memberi
bantuan pada seseorang atau kelompok yang bertujuan
untuk menuntun, membimbing atau membantu klien
dalam pengembangan optimal keseluruhan diri klien serta
pencapaian potensi untuk kepentingan individu dan sosial.
Bimbingan adalah salah satu bentuk layanan yang
diberikan kepada individu atau kelompok yang memiliki
masalah agar mereka dapat mencegah berkembangnya
masalah dan kemudian dapat menyesuaikan dan
menghadapi permasalahan dengan kemampuannya.
Tujuan bimbingan agama adalah untuk membantu
individu dalam mewujudkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Setiap individu dituntut untuk memiliki kepercayaan diri
yang tinggi agar mampu mengembangkan potensi yang
Page 86
69
dimilikinya. Oleh karena itu peran bimbingan agama
sangat diperlukan dalam membantu meningkatkan
kepercayaan diri siswa asrama SMART Ekselensia.
Dengan diberikannya bimbingan agama pembimbing
agama/asrama mampu memberikan penilaian berdasarkan
tolak ukur, apakah bimbingan agama dalam meningkatkan
kepercayaan diri yang diberikan sudah cukup baik atau
tidaknya. Jenis kepercayaan diri dibagi menjadi dua,
diantaranya kepercayaan diri batin yaitu kepercayaan diri
yang memberikan kepada individu perasaan dan
anggapan bahwa individu dalam keadaan baik.
Ada empat ciri utama yang khas pada orang yang
mempunyai kepercayaan diri batin yang sehat. Kemudian
kepercayaan diri lahir yaitu kepercayaan diri yang
memungkinkan individu untuk tampil dan berperilaku
dengan cara menunjukkan kepada dunia luar bahwa
individu yakin akan dirinya. Untuk memberikan kesan
percaya diri pada dunia luar, individu perlu
mengembangkan empat bidang keterampilan diantaranya
adalah komunikasi, ketegasan, penampilan diri dan
pengendalian perasaan.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Page 87
70
Peran Pembimbing Agama Dalam Upaya Meningkatkan
Kepercayaan Diri Siswa di Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
Penjelasan: Dalam pelaksanaan bimbingan agama,
peran pembimbing asrama/agama diperlukan sebagai
penentu yang membantu dalam upaya meningkatkan
kepercayaan diri pada siswa asrama SMART Ekselensia.
Kepercayaan yang diupayakan berupa kepercayaan diri
secara Lahir dan Batin, yang bertujuan untuk memberikan
kepada individu perasaan dan anggapan bahwa individu
dalam keadaan baik secara lahir dan membantu individu
untuk tampil dan berperilaku dengan cara menunjukkan
kepada dunia luar bahwa individu yakin akan dirinya.
Dengan mengikuti bimbingan agama secara kelompok
maupun individu (face to face) dan berlangsung secara
continue siswa akan merasa terbuka untuk
mengungkapkan masalah apa yang dirasakannya,
kemudian akan dibantu oleh pembimbing agama untuk
mengatasi dan menghadapi masalah yang sedang
Peran Pembimbing Agama
Pemberian Layanan Bimbingan Agama
Meningkatkan Kepercayaan diri siswa di asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor
Page 88
71
dialaminya. Kemudian melalui bimbingan agama, siswa
juga dibimbing untuk percaya diri dengan kemampuan
dan potensi yang dimilikinya. Sehingga dengan
kemampuan dan potensi yang dimiliki anak-anak akan
menjadi percaya diri dan bermanfaat dan berkembang
menjadi pribadi yang bermanfaat.
Page 89
72
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Profil SMART Ekslesia Indonesia
1. Sejarah SMART Ekselensia Indonesia.
SMART Ekselensia Indonesia adalah sekolah
menengah akselerasi, berasrama, dan bebas biaya
untuk anak-anak marjinal yang tidak memiliki
kesempatan memperoleh pendidikan yang berkualitas
karena faktor ekonomi. SMART Ekselensia Indonesia
menyelenggarakan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ditempuh
selama lima tahun. Tiga tahun untuk jenjang SMP dan
dua tahun untuk jenjang SMA. Siswa-siswa SMART
berasal dari berbagai daerah dan propinsi di Indonesia,
mulai Sumatra sampai Papua.61
SMART Ekselensia Indonesia berdiri sebagai
bentuk kepedulian dan langkah nyata untuk
berkontribusi mengentaskan kebodohan dan pada
akhirnya nanti bisa memutus rantai kemiskinan. Kami
percaya bahwa pendidikan adalah investasi terbaik
untuk melahirkan generasi terbaik yang siap
membangkitkan dan memajukan bangsa. Karena itu,
SMART memiliki visi menjadi sekolah model yang
melahirkan lulusan yang berkepribadian Islami,
61
SMART Ekselensia, https://www.smartekselensia.net. (Diakses
pada 25 september 2019, pukul 19:00).
Page 90
73
berjiwa pemimpin, mandiri, berprestasi, dan berdaya
guna.
2. Sejarah Program
SMART Ekselensia Indonesia adalah salah satu
program pendidikan dari Dompet Dhuafa Pendidikan
(DDP), SMART merupakan bagian dari masyarakat
yang memiliki tanggung jawab moral serta komitmen
untuk mempersiapkan calon pewaris negeri dengan
mengusung visi Menjadi Sekolah Model yang
Melahirkan Generasi Berkepribadian Islami, Berjiwa
Pemimpin, Mandiri, Berprestasi, dan Berdaya Guna.
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka sekolah ini
terus berikhtiar untuk senantiasa memberikan layanan
pendidikan yang berkualitas melalui penyediaan
program-program untuk meningkatkan kompetensi
dan karakter peserta didiknya, kurikulum 2013
berbasis sistem kredit semester (SKS) dan berasrama
(boarding).
SMART Ekselensia Indonesia diperuntukkan bagi
anak-anak Indonesia yang mempunyai tingkat
intelegensi di atas rata-rata namun mempunyai
keterbatasan dalam bidang finansial. Berdiri sejak
2004, SMART Ekselensia Indonesia telah
terakreditasi A dan bersertifikat ISO 9001: 2015.
SMART setiap tahunnya berhasil mengantarkan 95
persen anak didiknya ke Perguruan Tinggi Negeri
(PTN) terakreditasi A.
Page 91
74
Tentu saja banyak hal yang telah ditorehkan oleh
SMART Ekselensia Indonesia seiring usia yang
memasuki 13 tahun. Torehan prestasi nasional dan
internasional telah diraih.62
Medali emas Olimpiade Sains tingkat nasional,
meraih penghargaan bidang matematika di Singapura,
meraih juara Olimpiade Agama Islam dan Matematika
tingkat internasional, mewakili Indonesia dalam acara
kepemudaan di Korea Selatan, lulusan SMART
Ekselensia Indonesia lulus 95 persen ke Perguruan Tinggi
Negeri (PTN), dan prestasi lainnya di samping
pembentukkan akhlak siswa SMART yang menjadi
perhatian utama. Semua ini merupakan amanah
masyarakat yang telah menyalurkan zakat, infaq, dan
sedekahnya melalui Dompet Dhuafa Republika. 63
3. Letak geografis
SMART Ekselensia Indonesia Bogor berlokasi di
Jalan Raya Parung Bogor, No.KM.42, Jampang,
Kecamatan. Kemang, Bogor, Jawa Barat 16310. Telepon
((0251) 86844652), website
https://www.smartekselensia.net.
Secara geografis lokasi SMART Ekselensia Indonesia
Bogor cukup strategis, lokasi berada dekat dengan jalan
62
SMART Ekselensia, https://www.smartekselensia.net. (Diakses
pada 25 september 2019, pukul 19:15). 63
SMART Ekselensia, https://www.smartekselensia.net. (Diakses
pada 25 september 2019, pukul 19:15).
Page 92
75
raya, sehingga memudahkan akses bagi donatur maupun
karyawan.
4. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi sekolah model yang melahirkan generasi
berkepribadian islami, berjiwa pemimpin, mandiri,
berprestasi dan berdaya guna.
b. Misi
1) Menyelenggarakan sekolah menengah
berkualitas bagi masyarakat marginal
2) Melahirkan lulusan yang berkepribadian islami,
berjiwa pemimpin, mandiri, berprestasi dan
berdaya guna.
3) Mewujudkan pengembangan SDM yang
berdaya saing global.
5. Struktur Asrama SMART Ekselensia Indonesia
Bogor.
Seiring dengan disahkannya kepengurusan baru
Asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor, berikut
merupakan struktur kepengurusan asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor pada tahun 2019-2021.
Page 93
76
Gambar 3.1
Struktur Kepengurusan Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor64
64
SMART Ekselensia, https://www.smartekselensia.net. (Diakses
pada 3 oktober 2019, pukul 20:00).
Hodam Wijaya
Kepala Asrama
Sriyono
Wali Asrama
Saifullah Amin
Wali Asrama
Andri Yulian
Wali Asrama
Fauzan Romdhoni
Wali Asrama
Wili Susandi
Wali Asrama Syamsumar
Wali Asrama
Page 94
77
B. Kurikulum Asrama SMART
Asrama merupakan lingkungan terdekat yang secara
langsung dapat memberikan pengaruh besar bagi
perkembangan siswa, baik kepribadian, kemampuan
akademis, maupun pengembangan potensi minat bakat
siswa. Agar menghasilkan siswa yang cerdas dan
berkarakter, SMART Ekselensia Indonesia mengelaborasi
sistem pendidikan sekolah dengan sistem pembinaan
asrama.
Penanaman nila-nilai spiritual, kemandirian,
kejujuran, kedisiplinan dilakukan dengan pembinaan yang
intensif dengan melibatkan guru asrama sebagai kunci
kesuksesan. Asrama tidak hanya berfungsi sebagai tempat
istirahat, namun merupakan laboratorium yang bertugas
untuk membentuk karakter siswa menjadi unggul.65
1. Sistem Asrama
Selama 24 jam, kehidupan siswa berada dalam
pantauan sekolah dan asrama. Jadwal harian tersusun
dari hari senin hingga ahad dengan agenda yang cukup
padat. Dengan penataan waktu seperti ini, siswa
dilatih untuk selalu disiplin dan efisien dalam
memanfaatkan waktu.
65
SMART Ekselensia, https://www.smartekselensia.net. (Diakses
pada 2 Oktober 2019, pukul 19:20).
Page 95
78
2. Model Pembinaan
Secara umum, sistem pembinaan karakter unggul dan
keasramaan terdiri atas beberapa model antara lain :66
a) Individual: Pembinaan yang diberikan kepada
setiap siswa berkaitan dengan kecakapan yang
harus dimiliki individu.
b) Klasikal: Pembinaan yang lebih diarahkan
pada penguasaan kemahiran dasar siswa
berdasarkan angkatan, yang berkaitan dengan
aspek kehidupan keagamaan, keasramaan dan
sosial.
c) Massal: Pembinaan yang ditujukan untuk
memberi materi umum yang bersifat
penekanan bersama tentang kehidupan siswa
di asrama baik dalam bentuk taushiyah dan
nasihat, atau informasi dan pengetahuan
kepada siswa tentang hal-hal yang bersifat
umum.
66
SMART Ekselensia, https://www.smartekselensia.net. (Diakses
pada 1 Oktober 2019, pukul 09:45).
Page 96
79
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
Waktu Nama Kegiatan Tempat
Senin
03:30 Bangun tidur Asrama
03:30-04:30 Tahajjud&Wirid bersama, Masjid
04:30-05:00 Sahur, shalat subuh berjamaah &
tadarus Qur‟an
Masjid
05:00-05:30 Murojaah juz 30 Masjid
05:30-06:00 Piket asrama Asrama
06:00-07:00
Persiapan berangkat sekolah Asrama
07-15-15:30 Kegiatan belajar mengajar di sekolah Sekolah
15:30-16:00 Sholat Ashar berjamaah Masjid
16:00-17:30 Kegiatan bebas bermanfaat
17:30-18:30
Sholat maghrib berjamaah, Dzikir
bersama
Masjid
18:30-19:00 Buka puasa Masjid
19:30-19:50 Sholat Isya Berjamaah Masjid
19:50-20:10 Pembacaan hadist pilihan Masjid
20:10-20:30 Murojaah juz 30 Masjid
20:30-21-30 Belajar Mandiri Asrama
21:30-22:00 Istirahat Asrama
Selasa
03:30 Bangun tidur Asrama
03:30:04:00 Qiyamul lail Masjid
04:00-04:20 Sholat subuh berjama‟ah Masjid
04:20-04:30 Dzikir pagi Masjid
04:30-05:00 Murojaah Juz 30 Masjid
05:00-05:30 Piket asrama Asrama
05:30-06:30 Siap-siap ke sekolah Asrama
06:30-15:30 Kegiatan belajar mengajar Sekolah
15:30-16:00 Sholat Ashar berjama‟ah Masjid
16:00-17:30 Kegiatan bebas bermanfaat Asrama
17:30-18:30 Sholat maghrib berjamaah Masjid
18:30-19:00 Dzikir bersama Masjid
Page 97
80
19:00-19:30 Sholat isya berjamaah Masjid
19:30-20:00 Hadist pilihan Masjid
20:00-22:00 Makan malam, belajar Asrama
22:00 Istirahat Asrama
Rabu
03:30 Bangun tidur Asrama
03:30-04:00 Tilawah Masjid
04:00-04:30 Sholat subuh berjamaah Masjid
04:30-05:00 Dzikir bersama Masjid
05:00-05:30 Murojaah Juz 30 Masjid
05:30-06:00 Piket asrama Masjid
06:00-06:30 Persiapan ke sekolah Asrama
06:30-15:30
Kegiatan belajar mengajar Sekolah
15:30-16:00 Sholat ashar berjamaah Masjid
16:00-17:30 Kegiatan bebas bermanfaat Asrama
17:30-18:00 Persiapan sholat maghrib Masjid
18:00-18:30 Sholat maghrib berjamaah Masjid
18:30-19:00 Dzikir bersama Masjid
19:00-19:30 Sholat isya berjamaah Masjid
19:30-20:00 Rabu bersama Al-Qur‟an. Masjid
20:00-21:30 Makan malam, belajar mandiri Asrama
21:30-22:00 Istirahat Asrama
Kamis
03:00 Bangun tidur Asrama
03:30-04:30 Tahajjud &wirid bersama Masjid
04:30-05:00 Sahur, sholat subuh
berjamaah&tadarus Al-Qur‟an.
Masjid
05:00-05:30 Murojaah juz 30 Masjid
05:30-06:00 Piket asrama Asrama
06:00-07:00 Persiapan ke sekolah Asrama
07:00-15:30 Kegiatan belajar mengajar Sekolah
15:30-16:00 Pulang sekolah, sholat ashar
berjamaah
Masjid
16:00-17:00 Kegiatan bebas bermanfaat Asrama
17:00-17:30 Persiapan buka puasa Masjid
17:30-18:00 Solat maghrib berjamaah Masjid
18:30-19:00 Buka puasa bersama Masjid
19:00-19:30 Sholat isya berjamaah Masjid
Page 98
81
19:30-21:00 Sharing & mentoring (kegiatan
bimbingan keagamaan)
Masjid
21:00-22:00 Belajar mandiri Asrama
22:00 Istirahat Asrama
Jum’at
03:00 Bangun tidur Asrama
03:00-04:30 Tahajjud&wirid bersama Masjid
04:30-05:00 Shalat subuh berjamaah& tadarus
Al-Qur‟an.
Masjid
05:00-05:30 Murojaah juz 30 Masjid
05:30-06:00 Piket asrama Asrama
06:00-07:00 Persiapan ke sekolah Asrama
07:15-15:30 Kegiatan belajar mengajar Sekolah
15:30-16:00 Shalat ashar berjamaah Masjid
16:00-17:30 Kegiatan bebas bermanfaat Asrama
17:30-18:00 Shalat maghrib berjamaah Masjid
18:00-18:30 Dzikir bersama Masjid
18:30-19:30 Shalat isya berjamaah Masjid
19:30-20:00 Jum‟at bersama Al-Qur‟an Masjid
20:00-20:30 Makan malam bersama Asrama
20:30-22:00 Istirahat Asrama
Sabtu
03:00 Bangun tidur Asrama
03:00-04:30 Tahajjud & wirid bersama Masjid
04:30-05:00 Shalat subuh berjamaah Masjid
05:00-05:30 Murojaah juz 30 Masjid
05:30-06:30 Piket asrama Asrama
06:30-07:00 Mandi, sarapan Asrama
07:00-15:00 Kegiatan ekstrakurikuler Sekolah
15:00-15:30 Shalat ashar berjamaah Masjid
15:30-16:30 Kegiatan bebas bermanfaat Asrama
16:30-17:30 Persiapan shalat maghrib Masjid
17:30-18:00 Shalat maghrib berjamaah Masjid
18:00-18:30 Dzikir bersama Masjid
18:30-19:30 Shalat isya berjamaah Masjid
19:30-20:30 Sabtu bersama Al-Qur‟an Masjid
20:30-21:00 Makan malam bersama Asrama
21:00-22:00 Istirahat Asrama
Page 99
82
Minggu
03:00 Bangun tidur Asrama
03:30-04:30 Tahajjud & wirid bersama Masjid
04:30-05:00 Shalat subuh berjamaah Masjid
05:00-05:30 Hadist pilihan Masjid
05:30-06:00 Murojaah juz 30 Masjid
06:00-07:00 Bersih-bersih asrama Asrama
07:00-08:00 Mandi, sarapan Asrama
08:00-15:00 Kegiatan bebas bermanfaat Asrama
15:00-16:00 Shalat ashar berjamaah Masjid
16:00-17:30 Persiapan shalat maghrib Masjid
17:30-18:30 Shalat maghrib berjamaah Masjid
18:30-19:00 Dzikir bersama Masjid
19:00-19:30 Shalat isya berjamaah Masjid
19:30-20:30 Ahad bersama Al-Qur‟an Masjid
20:30-21:00 Makan malambersama Asrama
21:00-22:00 Belajar mandiri Asrama
22:00 istirahat Asrama
C. Sumber Daya Manusia
Seluruh kegiatan belajar dan mengajar untuk seluruh
siswa saat ini adalah 118 orang siswa SMP, 74 orang
siswa SMA dan dikelola oleh 30 orang guru termasuk
General Manager (GM) dan 6 orang pembimbing agama/
wali asrama yang merupakan sumber daya manusia
berkualitas dengan latar belakang akademis S-1/2-1.67
D. Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana yang disediakan adalah: ruang
belajar ber-AC (12 ruang), laboratorium computer,
laboratorium IP dan pusat sumber belajar menyediakan
sumber belajar (seperti buku paket, teacher’s resources,
67
SMART Ekselensia, https://www.smartekselensia.net. (Diakses
pada 25 Oktober 2019, pukul 12:00).
Page 100
83
buku referensi, novel, majalah, koran, software
pembelajaran) dan media pembelajaran (seperti radio,
cassette recorder, TV, wireless, LCD/VCD/DVD Player,
komputer), teknologi informasi (internet dan internet),
ruang seni musik dan art, ruang OSIS, masjid, ruang
koperasi, kantin, asrama dan sarana olahraga (futsal,
basket, badminton, lapangan sepak bola).
Page 101
84
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada Bab ini peneliti akan membahas mengenai temuan-
temuan data yang didapatkan peneliti selama kegiatan observasi
dan wawancara berlangsung. Penelitian ini meneliti tentang peran
pembimbing agama dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri
siswa asrama di SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
A. Data Narasumber
Berdasarkan temuan data penelitian yang dikumpulkan peneliti
akan mendeskripsikan hasil temuan dari Pembimbing Agama
yang merangkap menjadi wali asrama sebanyak 3 pembimbing
agama dan 10 siswa asrama SMART Ekselensia Indonesia
Bogor.
1. Deskripsi Narasumber Kepala Asrama
Ustadz Hodam Wijaya atau yang biasa dipanggil dengan
sebutan ustadz Hodam adalah seorang yang berprofesi sebagai
pembina asrama SMART Ekselensia Indonesia dan sebagai
menjabat sebagai kepala asrama. Beliau berusia 43 tahun.
Ustadz Hodam pernah menempuh pendidikan di SDN 4
Ciparay, SMPN 3 Ciparay, Mahad Al-Imron, IAIN Al-Aqidah
Jakarta.
Beliau bertempat tinggal di Asrama SMART Ekselensia
Indonesia mendapat amanah menjadi wali asrama untuk siswa
asrama SMART Ekselensia kelas VII, VIII dan IX. Ustadz
Hodam Wijaya bergabung di SMART Ekselensia selama 7
Page 102
85
tahun. Selama menjadi pembina asrama di SMART Ekselensia
Indonesia, beliau berkontribusi dalam memajukan SMART
Ekselensia terutama pada bidang yang ditugaskan kepadanya.
Beliau memiliki motto hidup Allah adalah tempat bergantung
segala sesuatu. Dan pada saat peneliti mewawancarai ustadz
Hodam Wijaya, beliau mengatakan bahwa:
“Keberadaan seorang pembimbing khususnya agama di
SMART Ekselensia sangat-sangat dibutuhkan. Untuk
membantu membimbing dan mengarahkan siswa untuk
menjadi seseorang yang berani dan percaya akan
kemampuan yang dimiliki menjadi siswa asrama yang
mampu mengamalkan nilai-nilai agama untuk
diaplikasikan dalam kehidupan dengan sebaik-
baiknya.”68
2. Deskripsi Narasumber Pembina Asrama 1
Ustadz Sriyono atau biasa dipanggil dengan ustadz Sri
bergabung di SMART Ekselensia selama 13. Beliau berusia 48
tahun dan bertempat tinggal di Kampung Jampang. Ustadz
Sriyono pernah menempuh pendidika di SMA 1 Serpong,
Manajemen Informatika STMIK Budi Luhur, beliau memiliki
motto hidup yaitu menjadi orang yang bermanfaat bagi orang
lain.
Saat ini beliau ditugaskan untuk membantu mengarahkan
dan membimbing siswa asrama kelas XII (dua belas). Selama
13 tahun di bergabung di SMART Ekselensia beliau terbilang
sangat berjasa dan memiliki kedekatan emosional yang kuat
dengan siswa asrama SMART Ekselensia. Karena selain
68
Wawancara dengan Ustadz Hodam, Kepala Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor, pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 16:15 WIB.
Page 103
86
ditugaskan untuk membimbing siswa kelas XII (dua belas)
beliau sudah merasakan membimbing siswa dari mulai kelas
VII-XII.
Tabel 4.1
Identitas Narasumber
Sumber: Hasil Wawancara dengan Narasumber.
No Nama
Usia
(Thn
)
Jabatan di Asrama Pendidikan
terakhir
Keahlian
berdasarkan
pendidikan
Data Narasumber Pembimbing Agama
1 Hodam
Wijaya
43 - Kepala Pembina
Asrama
- Pembimbing Agama
S1 IAIN Al-Aqidah
Jakarta
Dalam bidang
keagamaan
2 Fauzan
Famdoni
25 - Wali Asrama
- Pembimbing Agama
STAI Tasik Malaya Bidang Keagamaan
Islam
3 Sriyono 48 - Wali Asrama
- Pembimbing Agama
Manajemen
Informatika STMIK Budi Luhur
Bidang Teknologi
informasi
Data Narasumber Siswa Asrama
No Nama Usia
(Thn
)
Jenis
Kelamin
Asal
Daerah
Prestasi Kelas
4 Wildani
Fadhilah
15 Laki-Laki Bogor,
Jawa Barat
Juara 1 LCC Sains
dan Humaniora
XI (Sebelas) IPA
5 M.Daffa Muzakki
14 Laki-Laki Bandung Juara 2 Akademika SMART Ekselensia
IX (Sembilan)
6 Auliya
Abdul Haq
14 Laki-Laki Cianjur Kongres (MPK)
Organisasi Akademika
SMART Ekselensia
Indonesia.
IX (Sembilan)
7 Rijal Daul
Fikri N
14 Laki-Laki Bekasi Juara 3 Kaligrafi,
Juara 2 Pramuka
IX (Sembilan)
8 Jefriadi 16 Laki-Laki Sabah,
Malaysia
Juara 1 Tata Boga
se-Sabah tahun 2016 dan 2018
XI (Sebelas) IPS
9 Fabian
Ramadhani R Da‟ahe
14 Laki-Laki Sulawesi
Tengah
Juara 2 Lapvavor
X (Sepuluh)
10 Yika R
Dilanzra
16 Laki-Laki Grobogan,
Jawa
Tengah
Juara 2 Musikalisasi
Puisi, Juara 2
Karikatur
XI (Sebelas)
11 Nabil
Rizky
Habibi
13 Laki-Laki Medan,
Sumatera
Utara
Juara 3 Story
Telling
IX (Sembilan)
12 M. Iqbar Ba‟asyir
15 Laki-Laki Kalimantan Barat
Juara 2 LKBB tahun 2018
XII (Dua belas)
13 Abdul
Rahman Azis
15 Laki-Laki Bogor,
Jawa Barat
Juara 3
Broadcasting
XII (Dua belas)
Page 104
87
Pada saat observasi dan wawancara Ustadz Sriyono
mengatakan:
“Siswa asrama SMART Ekselensia adalah siswa-siswa
yang dari berbagai latar belakang keluarga,lingkungan,
daerah yang berbeda-beda. Disamping itu karakter tiap
siswa asrama juga berbeda. Dan saya sebagai Pembina
asrama terkadang tidak bisa mengambil tindakan atau
sikap sama untuk diterapkan untuk siswa asrama.
Memang ada siswa yang sudah percaya diri dari awal
kedatangan disini. Tapi banyak juga siswa asrama yang
menutup diri, minder dan tidak percaya diri. Dan itulah
tugas kami sebagai wali asrama untuk membantu
membimbing dan mengarahkan siswa asrama untuk lebih
percaya dengan dirinya sendiri.”69
3. Deskripsi Narasumber Pembina Asrama 2
Ustadz Fauzan Famdoni atau biasa dipanggil ustadz
Fauzan. Beliau berusia 25 tahun dan bertempat tinggal di
Asrama SMART Ekselensia Indonesia. Beliau pernah
menempuh pendidikan di MA Nursalam Ciamis dan STAI
Tasik Malaya. Motto hidup ustadz Fauzan adalah dapat
bermanfaat untuk orang lain.
Ustadz Fauzan adalah pembina asrama SMART
Ekselensia Indonesia yang ditugaskan untuk membimbing
siswa asrama kelas X (Sepuluh). Beliau sudah 3 tahun
menjadi Pembina asrama di SMART Ekselensia Indonesia.
Menurut beliau metode bimbingan harus menyesuaikan
dengan tingkatan kelas siswa asrama. Karena apabila metode
yang diberikan tidak sesuai dengan sasaran yang menerima
69
Wawancara dengan Ustadz Sriyono, Pembina Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor, pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 16:15 WIB.
Page 105
88
maka hasilnya pun tidak akan optimal. Pada saat wawancara
beliau mengatakan:
“Menurut saya dikarenakan saya sebagai Pembina
asrama SMA, pendekatan yang tepat adalah dengan
persuasi(mengajak), cukup diingatkan sekali atau dua
kali contohnya seperti pada waktu sholat di masjid kita
ingatkan sekali, dua kali lalu kita tunggu saja di masjid.
Ketika ada siswa yang telat, kita panggil. Jika siswa
asrama SMP memang ketika sebelum adzan memang
harus sudah ada di masjid. Jadi kalo saya sendiri lebih
menggunakan metode mengajak.”70
4. Deskripsi Narasumber Siswa asrama 1
Nabil Rizki Habibi biasa dipanggil Nabil ini seorang
siswa kelas 9 berasal dari Medan, Sumatera Utara. Nabil
berusia 13 tahun dan memiliki hobi menulis. Selain hobi
menulis Nabil juga senang berorganisasi dan saat ini
Nabil menjabat sebagai wakil OASE (Osis Smart
Ekselensia). Nabil pernah menempuh pendidikan di MIN
Gluyur darat II dan pernah mendapatkan juara 3 lomba
story telling. Nabil memiliki motto hidup yaitu „terus
gapai bintang tercerah‟. Pada saat diwawancara Nabil
Mengatakan:
`“Saya yakin 80% saya mempunyai
kemampuan/potensi kak. Khususnya dibidang public
speaking dan leadership. Saya sangat senang ada di
SMART Ekselensia, karena saya jadi bisa
mengembangkan kemampuan yang saya miliki. Dan
70
Wawancara dengan Ustadz Fauzan, Pembina Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor, pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 16:45 WIB.
Page 106
89
juga menjadi lebih semangat untuk belajar lebih giat
lagi.”71
5. Deskripsi Narasumber Siswa Asrama 2
Abdul Rahman Azis atau yang biasa dipanggil Abdul
ini siswa asrama SMART Ekselensia Indonesia dan saat
ini sudah memasuki kelas 4 (kelas XI). Abdul berusia 14
tahun dan berasal dari Bogor, Jawa Barat. Abdul
mengikuti kongres OASE (OSIS SMART Ekselensia) dan
pernah meraih juara 3 lomba broadcasting. Motto hidup
Abdul adalah „Jangan bikin ribet Hidup‟.
Abdul mengaku sangat ingin menjadi musisi hebat
dan terkenal disela-sela aktivitas sekolah dan kegiatan di
asrama, Abdul selalu menyempatkan dirinya untuk
mengembangkan kemampuannya dalam bermusik dengan
cara berlatih setiap ada waktu luang. Pada saat
diwawancarai Abdul mengatakan:
“Saya awal datang kesini lumayan sulit kak untuk
beradaptasi, karena saya masih malu untuk membuka
diri dan berkenalan dengan teman-teman saya disini.
Tapi, setelah beberapa bulan saya merasa betah dan
muda untuk bergaul dengan teman-teman. Disini wali
asramanya baik, selalu memberikan dukungan dan
semangat. Oleh karena itu sekarang saya menjadi
lebih berani lagi dan percaya dengan diri saya kak”72
71
Wawancara dengan Nabil, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor, pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 17:00 WIB. 72
Wawancara dengan Abdul, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor, pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 17:00 WIB.
Page 107
90
6. Deskripsi Narasumber Siswa Asrama 3
Jefriadi adalah siswa asrama SMART Ekselensia kelas
XI-IPS yang lahir dan berasal dari Sabah-Malaysia.
Jefriadi berusia 16 tahun dan memiliki hobi olah raga dan
menyanyi. Jefriadi pernah mendapatkan juara 1 Tata Boga
se-sabah pada tahun 2016 & 2018. Saat ini Jefriadi
menjabat sebagai wakil ketua kongres OASE (OSIS
SMART Ekselensia).
Jefriadi bergabung menjadi siswa asrama SMART
ketika memasuki tingkat SMA. Oleh karena itu
pendidikan SD dan SMP ia tempuh selama di Sabah-
Malaysia. Jefriadi mengatakan bahwa ia memerlukan
waktu lumayan lama untuk beradaptasi dan bersosialisasi
di SMART Ekselensia, hal ini karena ia perlu belajar
berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Motto hidup
Jefriadi adalah „Hasil tidak pernah menghianati usaha‟.
Pada Saat diwawancarai Jefri mengatakan:
“Ketika baru pertama kali datang kesini saya
kesulitan untuk berinteraksi dengan teman-teman kak,
ditambah saya malu karena tidak terlalu lancar
berbicara dengan bahasa Indonesia. Tapi
Alhamdulillah teman-teman dan ustadz membantu
untuk support saya. Jadi saya bersyukur dan senang
ada disini karena bertemu dengan orang-orang yang
baik kak”73
73
Wawancara dengan Jefriadi, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor, pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 17:25 WIB.
Page 108
91
7. Deskripsi Narasumber Siswa Asrama 4
M.Iqbar Ba‟asyir atau biasa dipanggil Iqbar ini adalah
salah satu siswa asrama kelas XI (sebelas) saat ini berusia
15 tahun. Iqbar berasal dari Kalimantan Barat dan
memiliki hobi dalam bidang olahraga yaitu futsal.
Saat ini Iqbar menjabat sebagai Presiden/Ketua
OASE (OSIS SMART Ekselensia). Iqbar pernah meraih
juara II LKBB pada tahun 2018. Motto hidup Iqbar adalah
„Jalani aja‟. Menurut Iqbar seseorang harus mampu untuk
mengembangkan kemampuan/potensi yang dimiliki untuk
bekal dimasa mendatang. Pada saat wawancara Iqbar
mengatakan:
“Hal yang membuat saya tidak percaya diri adalah
keadaan orang tua saya kak, saya merasa sulit untuk
membuka diri karena malu dan belum merasakan
kenyamanan. Diawal kedatangan saya disini, saya
suka kangen rumah, menangis, kangen ibu-bapak di
rumah. Tapi karena seiring berjalannya waktu saya
menemukan sahabat dan teman -teman dekat yang
membantu untuk memberikan dukungan dan juga
ustadz disini baik-baik kak, sabar membimbing kita
agar jadi lebih baik lagi”74
8. Deskripsi Narasumber Siswa asrama 5
M.Daffa Muzakki atau biasa dipanggil Daffa adalah
siswa asrama SMART Ekselensia kelas IX (sembilan).
Daffa berasal dari Bandung dan mempunyai hobi meyanyi
dan traveling. Saat ini usia Daffa adalah 14 tahun. Daffa
74
Wawancara dengan Iqbar, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor, pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 16:35 WIB.
Page 109
92
juga mempunyai cita-cita untuk keliling ke berbagai
belahan dunia. Daffa pernah meraih juara II story telling.
Motto hidup Daffa adalah „menuju tak terbatas dan
melampauinya‟.
Daffa merasa dirinya cukup memiliki kepercayaan diri
karena ia mengaku bahwa senang ketika tampil didepan
umum, menjadi pusat perhatian banyak orang dan merasa
tidak sulit untuk berinteraksi dan bersoalisasi dengan
teman, guru maupun siswa asrama lainnya. Pada saat
wawancara Daffa mengatakan demikian:
“Kalo menyesuaikan diri atau beradaptasi si saya
ga ngerasa kesulitan si kak, saya malah lebih
seneng ngajak kenalan duluan ke temen-temen. Kalo
hal yang bikin ga percaya diri si keadaan orang tua
dirumah. Kadang malu aja sama temen-temen.”75
9. Deskripsi Narasumber Siswa Asrama 6
Fabian Ramdhani R.Da‟ahe atau biasa dipanggil
Fabian berusia 14 tahun adalah salah satu siswa asrama
SMART Ekselensia Indonesia yang berasal dari Sulawesi
Tengah. Fabian tergabung dalam OASE (OSIS SMART
Ekslsensia) dan pernah meraih juara 2 Lapvavor. Motto
hidup Fabian adalah „Kadang kita di atas kadang juga di
bawah).
Menurut keterangan salah satu pembina asrama,
Fabian adalah termasuk siswa asrama yang sangat ceria,
75
Wawancara dengan Daffa, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor, pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 16:45 WIB.
Page 110
93
senang bergurau dan bercerita tentang apa-apa saja yang
menurutnya dapat menyenangkan hatinya. Fabian
mengaku sering merasakan Home sick perasaan rindu
dengan suasana kampung halaman dan keluarga di rumah.
Saat diwawancarai oleh peneliti Fabian mengatakan:
“Karena rumah saya jauh saya jadi sering ngerasa
kangen orang tua di rumah, tapi berhubung orang tua
saya juga yang mendukung saya di SMART Ekselensia
jadi saya harus semangat dan lebih giat lagi belajar
supaya bisa menggapai cita-cita. Kadang saya juga
malu dengan pekerjaan orang tua saya, suka minder
sama temen-temen”76
10. Deskripsi Narasumber Siswa Asrama 7
Wildani Fadhilah atau biasa dipanggil Wildan siswa
asrama SMART Ekselensia kelas XI-IPA berasal dari
bogor memiliki hobi dalam bidang olah raga seperti futsal
dan sepak bola. Wildan berusia 15 tahun dan tergabung
dalam organisasi menteri divisi MEBD. Wildan pernah
meraih juara 1 Lomba cerdas cermat sains dan humaniora.
Wildan merasa dirinya memiliki kemampuan di
bidang akademik. Ia menyukai mata pelajaran yang
berkaitan dengan Sains. Wildan memiliki motto hidup
yaitu „jadi yang terbaik diantara yang terbaik‟. Wildan
mempunyai keinginan untuk lebih hebat lagi dari
sekarang agar dapat membanggakan kedua orang tuanya.
Pada saat wawancara Wildan mengatakan:
76
Wawancara dengan Fabian, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor, pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 15:15 WIB.
Page 111
94
“Awal-awal saya datang kesini lumayan pemalu,
introvert, takut untuk membuka diri. Tapi setelah lama
disini saya belajara dan paham bahwa kita harus
berani untuk membuka diri dan mengembangkan
potensi kita agar bermanfaat bagi banyak orang”77
11. Deskripsi Narasumber Siswa Asrama 8
Yika R Dilanazra biasa dipanggil Yika adalah siswa
asrama SMART Ekselensia kelas XI (sebelas) dan salah
satu siswa yang berasal dari Grobogan, Jawa Tengah.
Yika berusia 16 tahun hobi dengan hal-hal yang berkaitan
dengan seni dan sastra. Yika senang apabila karyanya
diapresiasi oleh orang-orang, oleh karena itu ia selalu
antusias apabila ada lomba tentang kesenian atau sastra.
Hal ini dibuktikan dengan Yika pernah meraih juara
II Musikalisasi puisi dan juara II Karikatur. Yika juga
aktif mengikuti organisasi dan saat ini menjabat sebagai
ketua Kongres-OASE 2019-2020. Dalam wawancara
dengan peneliti Yika mengatakan:
“Seni itu indah, makanya saya suka kak. Saya
sangat senang bisa ada di SMART Ekselensia kak,
Pembina asrama sabar, guru-gurunya baik dan
teman-teman juga baik. Kalo saya engga disini
mungkin saya ga tau saya punya bakat dibidang
apa. Alhamdulillah sekarang saya difasilitasi untuk
belajar dan mengembangkan kemampuan saya oleh
SMART Ekselensia.”78
77
Wawancara dengan Wildani, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor, pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 15:35 WIB. 78
Wawancara dengan Yika, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor, pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 15:50 WIB.
Page 112
95
12. Deskripsi Narasumber Siswa Asrama 9
Auliya Abdul Haq biasa dipanggil Aul salah satu
siswa asrama SMART Ekselensia kelas IX (Sembilan)
yang berasal dari Cianjur. Aul berusia 14 tahun dan
memiliki hobi membaca buku. Yika pernah meraih juara 3
tari saman dan saat ini tergabung dalam organisasi
Kongres (MPK)-OASE. Motto hidup Aul adalah „Jangan
menyerah meskipun itu susah‟.
Auliya mengaku bahwa dirinya cukup percaya diri
dengan kemampuan dan potensi yang ia miliki khususnya
dalam bidang Keagamaan dan Sastra Arab. Pada saat
wawancara dengan peneliti Auliya mengatakan:
“Dukungan dari orang tua, teman dan Pembina
asrama yang menjadikan saya seperti ini sekarang
kak. Saya menjadi lebih percaya diri, berani dan
mudah untuk bergaul dengan orang yang baru. Saya
sadar kita harus bisa mengembangkan kemampuan
kita dan terus belajar lebih giat agar bisa bersaing
dengan orang diluar sana”79
13. Deskripsi Narasumber Siswa Asrama 10
Rijal Daul Fikri biasa dipanggil Rijal salah satu siswa
asrama SMART Ekselensia kelas IX(Sembilan) yang
berasal dari bekasi. Yika memiliki hobi bermain basket
dan berdiam diri yang ia sebut dengan muhasabah diri.
Rijal menyukai hal-hal yang bekaitan dengan kesenian hal
ini ditunjukanya dengan pernah meraih juara 3 kaligrafi
79
Wawancara dengan Auliya, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor, pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 17:15 WIB.
Page 113
96
dan juara 2 melukis. Rijal juga aktif dalam mengikuti
organisasi sekolah.
Saat ini ia tergabung dalam OASE (OSIS SMART
Ekselensia). Motto hidup Rijal adalah „Bermanfaat bagi
agama, bangsa dan negara. Rijal mengaku dulu ia
termasuk seseorang yang Introvert, sulit untuk memulai
interaksi dengan orang, pemalu dan lebih senang
menyendiri. Pada saat wawancara dengan peneliti, Rijal
mengatakan:
“Dulu sebelum saya disini (SMART Ekselensia) saya
susah kak kalo missal kenal sama orang baru, saya
khawatir saya ga terima atau ga ada yang mau
berteman dengan saya. Tapi semenjak di SMART saya
banyak belajar dan dilatih public speaking yang mau
tidak mau akhirnya menuntut saya untuk berani.
Harapan saya semoga saya bisa selalu memperbaiki
diri dan menambah ketaatan dengan Allah SWT.”80
B. Temuan Lapangan
1. Hambatan Dalam Proses Penelitian
Hambatan peneliti dalam melaksanakan
penelitian ini yang pertama adalah peneliti
mengalami kesulitan untuk menyesuaikan waktu
untuk wawancara bersama Pembina Asrama dan
Siswa asrama SMART Ekselensia. Hal ini
dikarenakan siswa asrama SMART Ekselensia
baru ada waktu luang ketika ba‟da ashar tepatnya
setelah jam pulang sekolah. Selain itu kebetulan
80
Wawancara dengan Rijal, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor, pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 17:30 WIB.
Page 114
97
disaat yang bersamaan pembina asrama banyak
yang sedang berada diluar kota oleh karena itu
peneliti butuh waktu untuk menunggu waktu yang
tepat dan sesuai.
Untuk hambatan ketika mewawancarai siswa
asrama adalah ada beberapa siswa asrama yang
kesulitan untuk memahami pertanyaan dari
peneliti, sehingga peneliti harus mengulang
pertanyaan beberapa kali dengan menggunakan
bahasa yang lebih mudah dipahami siswa asrama.
Kemudian dikarenakan wawancara dimulai pada
sore hari tepatnya ba‟da ashar, peneliti harus
mampu untuk manajemen waktu agar tetap efektif,
oleh karena itu wawancara dilakukan selama 3
hari karena harus menyesuaikan jadwal antara
Pembina asrama dengan siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
2. Permasalahan yang Dihadapi Siswa Asrama di
SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
SMART Ekselensia Indonesia adalah
sekolah menengah akselerasi, berasrama,
dan bebas biaya untuk siswa marjinal yang tidak
memiliki kesempatan memperoleh pendidikan
yang berkualitas karena faktor ekonomi. SMART
Ekselensia Indonesia menyelenggarakan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) yang ditempuh selama lima tahun.
Page 115
98
Tiga tahun untuk jenjang SMP dan dua tahun
untuk jenjang SMA. Siswa asrama SMART
berasal dari berbagai daerah dan propinsi di
Indonesia, mulai Sumatra sampai Papua.
SMART Ekselensia Indonesia berdiri
sebagai bentuk kepedulian dan langkah nyata
untuk berkontribusi mengentaskan kebodohan dan
pada akhirnya nanti bisa memutus rantai
kemiskinan. Kami percaya bahwa pendidikan
adalah investasi terbaik untuk melahirkan generasi
terbaik yang siap membangkitkan dan memajukan
bangsa. Karena itu, SMART memiliki visi menjadi
sekolah model yang melahirkan lulusan yang
berkepribadian Islami, berjiwa pemimpin, mandiri,
berprestasi dan berdaya guna.81
Dengan banyaknya perbedaan seperti
keadaan latar belakang keluarga, faktor ekonomi,
dan karakter setiap siswanya. Diawal kedatangan
banyak siswa asrama yang minder, sulit untuk
membuka diri, bersosialisasi, malu bahkan sering
untuk meminta pulang ke rumah mereka, karena
merasa tidak betah dan kesulitan menemukan
kenyamanan ditempat yang baru.82
81
Wawancara dengan Ustadz Sriyono, Pembina Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 17:00. 82
Wawancara dengan Ustadz Hodam, Kepala Asrama SMART
Ekselensia Indonesia, Bogor pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 17:00.
Page 116
99
SMART Ekselensia merupakan sebuah
lembaga pendidikan dibawah naungan Dompet
Dhuafa dengan bertujuan memberikan bantuan
dan fasilitas pendidikan yang dikhususkan bagi
siswa Dhuafa dari segi ekonomi namun memiliki
kemampuan diatas rata-rata. Namun seiring
berjalannya waktu pihak SMART Ekselensia
merasa mengalami kesulitan untuk menemukan
siswa asrama yang memenuhi kriteria yaitu
Dhuafa dan mempunya IQ 120.83
Saat ini siswa asrama SMART Ekselensia
berjumlah 192 orang yang terdiri dari 118 siswa
SMP dan 74 siswa SMA. Semua siswa diwajibkan
SMART Ekselensia bertempat tinggal di Asrama
yang sudah dilengkapi dengan fasilitas lainnya.
Asrama SMART Ekselensia terdapat 3 gedung dan
tiap asrama dipegang/dibimbing oleh 2 pembina
asrama. Dan dilihat dengan perbandingan antara
sumber daya manusia Pembina asrama dan siswa
asrama tentu sangat tidak seimbang, karena
kurangnya sumber daya manusia yaitu Pembina
asrama dan hal ini dikhawatirkan mengakibatkan
tidak efektifnya kegiatan bimbingan yang
diberikan kepada siswa asrama.84
83
Wawancara dengan Ustadz Hodam, Kepala Asrama SMART
Ekselensia Indonesia, Bogor pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 17:15. 84
Wawancara dengan Ustadz Fauzan, Pembina Asrama SMART
Ekselensia Indonesia, Bogor pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 16:45.
Page 117
100
Kemudian permasalahan yang dihadapi
siswa asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor
adalah pada awal kedatangan mereka di SMART
Ekselensia mereka tidak percaya diri, malu-malu,
minder dan lebih memilih untuk menyendiri.
Pembina agama membutuhkan waktu untuk
membentuk karakter siswa asrama agar lebih
berani untuk belajar membuka diri dan
mengembangkan dan menyalurkan
kemampuan/potensi mereka sesuai dengan minat
dan bakat. Seperti ungkapan salah satu siswa
asrama bernama Yika:
“Jujur dulu aku takut kak kalo ketemu sama
orang baru, ga pede soalnya keadaan aku
begini, takut ga ada yang mau temenan sama
aku, ditambah aku juga ngerasa minder sama
keadaan orang tua di rumah”85
Dari pernyataan Yika tersebut terlihat bahwa
permasalahan yang dialami Yika adalah kesulitan
Yika ketika berada ditempat yang baru dan merasa
minder dengan keadaan orang tuanya. Selain Yika,
salah satu siswa asrama bernama Fabian pun ikut
merasakan hal yang sama, yaitu:
“Sebenernya aku dari awal udah seneng sih kak
disini. Tapi dulu ngerasa malu dan ga pede
karena aku masih belum lancar kak bicara dengan
bahasa Indonesia, kadang kalo mau kenalan suka
85
Wawancara dengan Yika, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia,Bogor pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 15:30.
Page 118
101
diketawain sama temen-temen disini jadi aku lebih
milih diem aja, dan juga kadang malu sama
pekerjaan orang tua di rumah Cuma jadi
buruh.tapi lama-lama aku dibantu juga sama wali
asrama disini untuk bergaul sama temen-temen,
dan akhirnya aku ngerasain kenyamanan juga
selama disini”86
Masalah lain yang dialami siswa asrama
adalah kurangnya dukungan dari orang tua mereka.
Seperti yang diungkapkan oleh siswa asrama yang
bernama Abdul:
“Gatau kenapa saya malah lebih nyaman disini
kak, saya ngerasa kalo disini ada yang mendukung
saya seperti Pembina asrama, guru dan teman-
teman. Terus saya juga difasilitasi sama SMART
untuk belajar dan mengembangkan potensi saya.
Saya merasa lebih senang disini”87
Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh
Abdul, terlihat bahwa siswa asrama merasa kurangnya
dukungan dari orang-orang terdekat khususnya keluarga
mereka. Dan mereka merasa lebih senang di SMART
karena merasa lebih didukung dan dibimbing. Selain itu
salah satu siswa asrama bernama Jefriadi juga mengalami
hal yang sama Jefriadi mengatakan:
“Saya seneng kak disini, walaupun awal-awal saya
sempet ngerasa ga PD (Percaya diri) karena saya ga
yakin kak kalo saya bisa bersaing sama temen-temen
86
Wawancara dengan Fabian, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 15:30. 87
Wawancara dengan Abdul, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 15:30.
Page 119
102
disini. Terus karena rumah saya jauh jadi jarang ketemu
orang tua jadi kadang suka sedih karena kangen.”88
Dari beberapa pernyataan yang diungkapkan oleh
siswa asrama dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa ada
penyebab yang membuat siswa asrama tidak percaya diri
diantaranya adalah kurangnya keyakinan pada
kemampuan diri sendiri, sulit untuk mengembangkan dan
menemukan potensi yang dimiliki, sulit untuk
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan yang
baru dan merasa kurangnya dukungan dari orang tua
mereka.
3. Tahapan Bimbingan Agama di Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
Pelaksanaan bimbingan agama di asrama SMART
Ekselensia Indonesia memiliki tahapan dalam proses
bimbingan. Hal ini dilakukan supaya bimbingan yang
diberikan kepada siswa asrama dapat tersampaikan dan
memberikan dampak yang baik bagi yang dibimbingnya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori dari M.
Arifin pada tahapan-tahapan pelaksanaan bimbingan. Hal
ini dikarenakan berdasarkan hasil obserhasi dan
wawancara adanya terdapat kesesuaian antara teori
dengan proses bimbingan di asrama SMART Ekselensia
Indonesia. pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori
dari M.Arifin pada tahapan-tahapan bimbingan agama.
88
Wawancara dengan Jefriadi, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 15:00.
Page 120
103
Hal ini dikarenakan terdapat kesesuaian dengan tahapan
bimbingan yang dilakukan di asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor. Tahapan-tahapan bimbingan yang
dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Tahap persiapan
Pada tahapan ini dimulai dengan mempersiapkan
materi yang akan diberikan pada siswa dengan
pemantapan tentang rumusan tujuan bimbingan dan
penyuluhan agama secara operasional yang jelas yaitu
mempengaruhi dan menggerakkan minat dan
perhatian siswa kepada kegiatan belajar dengan
melalui motivasi-motivasi theogenetis (yang
bersumber dari ajaran Tuhan). Melalui motivasi
theogenetis ini siswa akan dibangkitkan rasa dan nilai
keimanannya agar ajaran dan nilai-nilai keagamaan
mulai menjiwai dan mewarnai kepribadian kemudian
tahap selanjutnya adalah bertujuan utuk mendorong
siswa dengan motivasi yang bersumber agama dan
motivasi sosial, sehingga siswa timbul kesediaan
untukmengamalkan ajaran agamanya ditengah
masyarakat. Kemudian memberikan penyuluhan
tentang program bimbingan dan penyuluhan Agama
tersebut kepada staff pembimbing Agama dan siswa,
dengan menunjukan tentang pentingnya pelaksanaan
bimbingan penyuluhan ini bagi memperlancar proses
belajar. Selanjutnya mengadakan konsultasi dengan
seluruh pihak sekolah dan asrama untuk memperoleh
Page 121
104
dukungan dan bantuan dalam pelaksanaan bimbingan
dan yang terakhir melakukan kegiatan pengumpulan
berbagai informasi, materi yang sesuai dengan pokok
bahasan yang akan disampaikan.
2) Tahap operasional
Pada tahap ini dimulai dengan pelaksanaan
program pengumpulan informasi atau data tentang
siswa, yang bertujuan untuk memperoleh ketenangan
atau data yang mencakup segala aspek kehidupan siswa
yang mempunyai pengaruh terhadap kegiatan proses
belajar-mengajarnya yang diperlukan bagi
pembimbing. Pada tahapan ini pembimbing agama
melakukan pengumpulan data-data pribadi dan latar
belakang keluarga siswa asrama serta segala hal yang
mempengaruhi pada pelaksanaan bimbingan di asrama
SMART Ekselensia Indonesia Bogor. Kemudian
pemberian informasi dan orientasi kepada siswa
dengan tujuan agar siswa mendapatkan gambaran yang
jelas tentang keadaan dan kondisi pendidikan yang
hendak dilaluinya. Setelah itu pembimbing
memperkenalkan dengan mendeskripsikan tentang
kondisi dan keadaan ruang lingkup belajar yang ada di
SMART Ekslensia Indonesia. Kemudian penempatan
dan penyuluhan siswa dengan tujuan agar siswa
mendapatkan kedudukan (posisi) sesuai dengan
kemampuan dan aspirasinya dengan cara-cara seperti
pembentukan kelompok belajar, kelompok
Page 122
105
extrakurikuler dan penempatan dalam jurusan yang
sesuai dengan bakat dan minat siswa. Pembimbing
berperan mengoordinasi siswa dalam pelaksanaan
bimbingan dengan membantu siswa asrama dalam
menentukan kemampuan dan potensi diri siswa sesuai
dengan minat dan bakat siswa asrama.
Kemudian pembimbing memberikan terapi dalam
bentuk bantuan melalui counseling (penyuluhan), hal
ini bertujuan untuk membantu siswa yang menemui
kesulitan karena masalah pribadi supaya siswa mampu
mengatasinya dengan kemampuannya secara optimal
sehingga siswa mendapatkan tujuan pendidikan sesuai
dengan kapasitas bakatnya. Adapun permasalahan
pribadi yang memerlukan counseling diantaranya
adalah: konflik cita-cita dengan lingkungan sekitarnya,
konflik antara siswa dengan lingkungan keluarga/orang
tua, konflik antara bakat dan pendidikan yang rendah
dari segi kualitas dengan sikap apatisme dalam
mengambil alternatif lain (pilihan). Pada tahapan ini
pembimbing berperan sebagai pembimbing dan
konselor, dengan memberikan bantuan dan motivasi
kepada siswa asrama dalam menghadapi permasalahan
yang sedang dihadapinya. Pemberian bantuan untuk
memecahkan kesulitan belajar siswa agar mencapai
kesuksesan dalam belajarnya dan lebih lanjut sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. Bantuan tersebut
dapat dilakukan dengan melalui prosedur dan langkah
Page 123
106
sebagai berikut: Identifikasi kasus/masalah yang
dialami oleh siswa, diagnosa yaitu untuk mengetahui
jenis dan sifat kesulitan yang dialami dan apa yang
menjadi latar belakang, prognosa yaitu memantapkan
langkah bantuan yang harus diberikan kepada siswa
yang diidentifikasikan menemui kesulitan, pemberian
bantuan berupa usaha memecahkan kesulitan yang
dialaminya dan evaluasi dan tindak lanjut guna
mengetahui hasil pemberian bantuan yang telah
diberikan kepada siswa. Dan pada tahapan ini
pembimbing juga berperan sebagai pendidik dan
pembimbing yang membantu siswa asrama dalam
mengarahkan potensi diri dan memberikan motivasi
dalam memecahkan permasalahan dalam belajar siswa
asrama.
3) Tahap Cek
Pada tahapan ini dimulai dengan melakukan
pertemuan staf sekolah dengan staf BP dan
pembimbing agama pada saat diperlukan, secara rutin
ataupun secara insidentil sesuai dengan kasus yang
dijumpai. Pada tahap ini perlu dilakukan koordinasi
antara pihak sekolah dengan pembimbing agama di
asrama untuk mensinkonkan materi yang diberikan
agar sesuai dengan kebutuhan siswa asrama.
Selanjutnya untuk memaksimalkan program bimbingan
penyuluhan maka dilaksanakan kegiatan hubungan
masyarakat melalui berbagai cara dan kesempatan yang
Page 124
107
bertujuan agar dapat terbina pemahaman dan
pengertian serta saling bantu membantu dikalangan
orang tua murid khususnya serta masyarakat pada
umumnya tentang pentingnya program bimbingan
penyuluhan agama. Tahapan ini mengarahkan kepada
diperlukannya seminar atau sosialisasi untuk
menumbuhkan kesadaran masyarakat yang berkaitan
dengan pentingnya program bimbingan dan
penyuluhan.
4) Tahap Aksi
Tahap aksi merupakan umpan balik penilaian atas
pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan yang
telah diberikan kepada siswa untuk mengetahui sampai
dimana efektivitas dan efisiennya dalam hubungannya
dengan program pendidikan pada umumnya. Hasilnya
akan digunakan sebagai data masukan untuk
penyempurnaan program lebih lanjut. Tahapan ini
adalah tahapan terakhir yaitu pembimbing melakukan
evaluasi secara keseluruhan terhadap pelaksanaan
bimbingan yang sudah dilaksanakan, dengan
meningkatkan program-program bimbingan yang
dinilai masih belum maksimal
Page 125
108
4. Peran Pembimbing Agama di Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
Peran pembimbing agama yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah peran pembimbing agama dan juga
menjadi wali asrama siswa asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor, yang bertanggung jawab untuk
memberikan bimbingan agama, dukungan sosial, apresiasi
dan membimbing siswa-siswa asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
Peran pembimbing agama juga sebagai pengganti
orang tua siswa asrama SMART Ekselensia selama
mereka menjalani pendidikan dan disinilah peran
pembimbing agama untuk membantu membimbing dan
mengarahkan siswa-siswa asrama untuk mengembangkan
potensi dan kemampuan mereka, menjadi seseorang yang
berkepribadian islami, berjiwa pemimpin, mandiri,
berprestasi dan berdaya guna.
Seperti yang diungkapkan oleh Ustadz Hodam:
“Pada dasarnya bimbingan agama yang diberikan
kepada siswa asrama SMART Ekselensia sesuai
dengan kurikulum asrama adalah berupa teori
yang disampaikan dalam kegiatan mentoring dan
selanjutnya lebih difokuskan kepada Implementasi
siswa-siswa asrama sehari-hari”89
Kegiatan bimbingan agama di asrama SMART
Ekselensia dilakukan satu minggu sekali pertemuan,
89
Wawancara dengan Ustadz Hodam, Kepala Asrama SMART
Ekselensia Indonesia, Bogor pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 15:00.
Page 126
109
tahapan bimbingan yang dilakukan adalah dengan
menyesuaikan kurikulum asrama SMART Ekselensia
yang telah disesuaikan berdasarkan tingkatan kelas.
Metode yang digunakan adalah sharing dan mentoring
yang dikoordinasi oleh pembina asrama. Saat kegiatan
sharing dan mentoring berlangsung siswa asrama
dibimbing untuk mendalami llmu-ilmu keagamaan yang
lebih aplikatif misalnya ilmu-tentang fiqih, thaharah,
shalat yang menuntut siswa asrama agar mampu untuk
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.90
Dalam kesehariannya ustadz Hodam, membangun
iklim kekeluargaan dengan siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia agar mereka juga merasakan
hubungan emosional yang kuat. Selain itu tidak jarang
ustadz Hodam yang berinisiatif untuk menanyakan
keadaan atau permasalahan yang dialami siswa asrama.
Pembina asrama membangun hubungan
kekeluargaan dengan siswa asrama hal ini bertujuan agar
siswa asrama merasa mereka adalah sudah menjadi bagian
dari keluarga SMART Ekselensia. Selain itu hubungan
kekeluargaan seperti ini memang diterapkan di SMART
Ekselensia guna untuk mempermudah siswa asrama
berinteraksi dengan lingkungan dan teman-teman maupun
Pembina asrama dan hal ini berguna juga untuk
90
Wawancara dengan Ustadz Hodam, Kepala Asrama SMART
Ekselensia Indonesia, Bogor pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 15:00.
Page 127
110
membantu membangun kepercayaan diri siswa asrama.
Menurut ustad Hodam:
“Sudah menjadi kewajibannya sebagai Pembina
asrama yaitu menggantikan peran orang tua
mereka, dan harapannya siswa asrama bisa
belajar lebih giat lagi supaya menjadi pribadi
yang lebih baik dan menjadi kebanggaan orang
tua, SMART Ekselensia dan bermanfaat bagi
banyak orang.”91
Pendidikan yang diberikan di Asrama SMART
Ekselensia difokuskan kepada hal-hal aplikatif
harapannya siswa asrama mampu menerapkan dalam
kehidupannya sehari-hari. Siswa asrama kelas VII dalam
kurun waktu 3 bulan diberikan pendidikan yang
membentuk kemandirian mereka seperti mereka dilatih
untuk mencuci baju, mencuci piring, merapihkan tempat
tidur, memasak. Siswa asrama kelas VII dalam waktu 3
bulan pertama tidak diperkenankan untuk berkomunikasi
dengan orang tua mereka, hal ini bertujuan untuk
membiasakan mereka agar mampu untuk menyesuaikan
diri dan lebih mandiri. Pembina asrama membantu
mengarahkan siswa asrama agar menjaga kebersihan dan
lebih peka terhadap lingkungan yang kurang bersih dan
rapih.
“Disini, Alhamdulillah siswa mudah untuk
diarahkan mba. Memang di awal-awal sedikit
kesulitan untuk menerapkan beberapa aturan atau
pelajaran kepada siswa-siswa asrama, karena
91
Wawancara dengan Ustadz Hodam, Kepala Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 15:30.
Page 128
111
memang siswa banyak yang pemalu dan minder
tapi untungnya penurut dan tidak sulit diatur jadi
kami juga mudah untuk mengarahkannya mba”92
Dari sini terlihat jelas bahwa peran pembina
asrama sangat berperan penting bagi kemajuan siswa
asrama. Diawal kedatangan siswa asrama di SMART
Ekselensia banyak yang krisis kepercayaan diri. siswa
asrama minder, malu-malu, dan sulit untuk bersosialisasi
dengan lingkungannya. Dengan kegigihan Pembina
asrama, sedikit-demi sedikit siswa asrama diberikan
pendidikan, bimbingan dan juga nasihat. Melalui
pendekatan hubungan emosional dengan siswa asrama
membantu untuk memudahkan siswa asrama untuk lebih
senang berada di SMART Ekselensia Indonesia Bogor
dan bisa menerima nasihat dan arahan yang pembina
asrama berikan.
Banyak perubahan yang terjadi selama siswa
asram berada di asrama SMART Ekselensia Indonesia,
mulai dari penampilan, gaya berbicara, emosional dan
kepercayaan diri. Tidak sedikit siswa asrama yang
memiliki kepribadian introvert, setelah diberikan
motivasi, arahan dan bimbingan saat ini siswa asrama
mampu untuk membangun kepercayaan diri mereka.
Seperti ungkapan salah satu siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia yang bernama Daffa:
92
Wawancara dengan Ustadz Hodam, Kepala Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor, pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 16:15 WIB.
Page 129
112
“Saya benar-benar dimotivasi banget kak sama
ustadz-ustadz di Asrama, karena ustadz sekarang
saya jadi PD dan ga minder lagi. Padahal dulu
saya pemalu, takut kalo di tempat ramai dan
ketemu orang-orang asing. Sekarang
Alhamdulillah udah enggak lagi”93
Saat berkunjung ke lokasi, peneliti melihat siswa-
siswa asrama SMART Ekselensia Indonesia, terlihat
bahwa siswa asrama dan Pembina asrama sangat memiliki
kedekatan, terlihat saling bersenda gurau dan mengobrol.
Pembina asrama terlihat sangat akrab dengan siswa-siswa
asrama. Setelah siswa asrama pulang sekolah beberapa
siswa asrama melakukan aktivitas seperti menghafalkan
Al-Qur‟an, bermain futsal, belajar, membaca buku,
bermain bulu tangkis dan beberapa diantaranya terlihat
sedang mengobrol dengan temannya. Selepas pulang
sekolah biasanya mereka mengisi dengan kegiatan yang
sesuai dengan minat dan hobi mereka. Siswa asrama
terlihat senang dan nyaman berada di asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor. Mereka memiliki semangat
dan tekad untuk terus belajar dan melakukan hal yang
bermanfaat untuk masa depan.
93
Wawancara dengan Daffa, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, Bogor pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 16:00.
Page 130
113
C. Dampak Peran Pembimbing Agama Dalam Upaya
Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
Siswa asrama SMART Ekselensia mengaku, dulunya
mereka tidak percaya dengan diri mereka. mereka merasa
kesulitan untuk membuka diri ketika berada dilingkungan
yang baru, minder karena keadaan diri mereka dan keadaan
orang tua/keluarga. Oleh karena itu mereka cenderung
memilih diam dan menarik diri sehingga tidak bisa
memaksimalkan kemampuan dan potensi mereka.
“Sebelum di SMART aku pemalu banget kak, kayak ga
PD gitu kak. Bahkan pas awal-awal disini pun aku masih
pemalu, aku susah kalo ketemu sama orang baru karena
aku ngerasa engga pinter ngobrol atau ngajak kenalan
sama orang. Aku lebih milih diem aja kalo dikelas juga
diem aja, takut soalnya kak”94
Dari pernyataan Yika tersebut, ia menyebutkan bahwa
dia merasa tidak percaya diri. Ia kesulitan untuk menyesuaikan
ketika berada di lingkungan yang baru, merasa takut untuk
berinteraksi dengan orang karena merasa dirinya tidak percaya
diri. salah satu siswa asrama bernama Wildan mengungkapkan
pendapatnya:
“Awalnya sempet mikir disini bakal dapet temen apa
engga, terus mikir lagi kira-kira ustadznya galak-galak
apa engga. Ternyata ustadznya baik, engga galak sama
sekali tadinya aku ngerasa malu-malu sering dinasehatin
94
Wawancara dengan Yika. Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 16:00.
Page 131
114
dan sekarang jadi berani tampil di depan orang dan lebih
mudah berkomunikasi sama temen-temen baru kak”95
Dari permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan
tersebut, peneliti meneliti bahwa peran pembimbing Agama di
asrama SMART Ekselensia Indonesia, Bogor, bukan hanya
sebagai pendidik yang memberikan llmu dan pelajaran yang
berkaitan dengan keagamaan saja. Namun lebih dari itu,
pembimbing agama memberikan motivasi berupa nasihat,
ajakan kepada siswa-siswanya, memberikan dukungan,
melatih soft skill, kemandirian, tanggung jawab, dan
membimbing siswa asrama agar terus belajar untuk mengasah
kemampuan mereka dibidang yang mereka inginkan.
Sesuai dengan misi SMART Ekselensia Indonesia
Bogor yaitu menjadi sekolah yang melahirkan generasi
berkepribadian islami, berjiwa pemimpin, berprestasi dan
berdaya guna. Lembaga pendidikan SMART Ekselensia
memang bertujuan untuk membantu siswa dhuafa yang
memiliki kecerdasan tinggi namun memiliki keterbatasan
biaya untuk menjalani pendidikan. Untuk melahirkan siswa
asrama yang berjiwa pemimpin tentu perlu dilatih dari segi
kepercayaan diri mereka agar mereka berani untuk
menunjukan kemampuan dan potensi yang mereka miliki dan
tentunya memberikan manfaat bagi orang lain. Hal ini
ditegaskan oleh ustadz Sriyono:
95
Wawancara dengan Wildan, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 16:30.
Page 132
115
“Kalo dari segi kecerdasan siswa asrama sudah tidak
diragukan lagi lagi mba, tapi kalo dari segi kepercayaan
diri memang perlu ditingkatkan lagi. Karena banyak
siswa asrama yang sebenarnya punya potensi tapi tidak
berani untuk menunjukannya. Maka dari itu kami selaku
wali asrama sedang mengupayakan agar siswa asrama
dapat meningkatkan lagi kepercayaan diri mereka melalui
beberapa kegiatan yang diadakan di asrama, seperti
Public speaking, lomba-lomba yang sesuai dengan minat
siswa. Kami berusaha untuk menyalurkan apa yang
menjadi minat mereka.”96
“Siswa asrama yang baru diterima di SMART Ekselensia
dalam 3 bulan pertama diberikan pendidikan yang
berkaitan dengan kemandirian dan adaptasinya
mba,seperti dilatih untuk mencuci pakaian, mencuci
baju,berpenampilan baik dan rapih, menjaga kebersihan
dan diperkenakan dengan lingkungan yang baru karena
siswa asrama SMART Ekselensia memang diseleksi dari
beberapa wilayah yang tersebar di Indonesia. Dan
pastinya banyak pula perbedaan dan kebiasaan yang
mereka bawa dari daerah tempat tinggal mereka kesini
Saya berharap siswa disini memiliki kemandirian dalam
mengelola diri dan waktu, sehingga dapat mendahulukan
hal-hal yang prioritas dan penting untuk mencapai tujuan
dan cita-cita hidupnya.”97
Dari pernyataan yang dijelaskan tersebut terlihat bahwa
upaya Pembina asrama yang selama ini diterapkan kepada
siswa asrama sudah membantu untuk mengarahkan siswa,
melalui beberapa program yang dijalani dan dikoordinasi oleh
Pembina asrama seperti kegiatan public speaking. Melalui
kegiatan public speaking siswa asrama diharapkan belajar
96
Wawancara dengan Ustadz Sriyono, Pembina Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 16:30. 97
Wawancara dengan Ustadz Fauzan, Pembina Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 16:30.
Page 133
116
melatih kemampuan berbicaranya, berani mengeluarkan
pendapat, berargumen, mampu berbicara di depan banyak
orang. Selain itu Pembina asrama melatih kemandirian siswa
asrama agar terampil untuk mengurus dirinya sendiri dan
diharapkan siswa asrama mampu mengelola sumber daya yang
dimiliki. Salah satu siswa asrama yang bernama Iqbar
mengatakan:
“Aku ngerasa makin PD sih disini kak, di Asrama ga
cuma belajar ilmu agama Islam aja tapi banyak, setiap
siswa asrama dapet giliran untuk memimpin doa, menjadi
imam shalat jadi ya mau ga mau kita semua kebagian
kak. Dan dulunya kita yang malu malu sekarang jadi
terbiasa, karena memang sering diwajibkan untuk
tampil”98
Auliya menyatakan bahwa ia merasa pembimbing
sangat mendukung dan memberikan dirinya nasihat untuk
sabar dan belajar untuk menghargai dan menerima keadaan
keluarganya. Setelah diberikan nasihat Yika merasa lebih bisa
menerima keadaan keluarganya dan tidak merasa minder
apabila menceritakan tentang keadaan orang tuanya.
“Aku banyak belajar kak disini, Pembina asrama juga
selalu ngasih semangat dan dukungan ke kita. Saya
sempet minder sama keadaan orang tua di rumah, ayah
dan ibu saya cerai kak, dan saya suka ga dibolehin kalo
mau ketemu ayah saya. Kadang suka malu sama tetangga
di rumah, malu juga kalo ada yang bahas tentang orang
tua. Tapi ustadz disini terus dukung,semangatin dan saya
dinasihatin untuk bersikap sabar, bersyukur dan
menerima keadaan keluarga saya, karena biar
98
Wawancara dengan Iqbar, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 16:30.
Page 134
117
bagaimanapun mereka tetap keluarga saya yang harus
saya banggakan”99
Dari beberapa pernyataan diatas, dapat dilihat begitu
banyaknya faktor yang menyebabkan siswa asrama tidak
percaya diri. Diantaranya adalah faktor ekonomi, keadaan
orang tua, rendahnya sarana untuk mengembangkan dan
menyalurkan minat mereka menjadi penghambat mereka untuk
percaya dengan diri mereka dan berani untuk menunjukan ke
khalayak luas. Siswa asrama memilih untuk menutup diri
karena beranggapan bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan
dan tidak percaya dengan dirinya sendiri.
Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa peran
pembimbing agama di asrama SMART Ekselensia Bogor
adalah untuk memberikan arahan dan bimbingan untuk siswa
asrama SMART Ekselensia agar menjadi siswa yang dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri
dengan memanfaatkan kekuatan yang ada pada individu.
99
Wawancara dengan Auliya, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 16:30.
Page 135
118
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan mengenai uraian
analisa data tentang peran pembimbing agama dalam upaya
meningkatkan kepercayaan diri siswa di asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor. Peneliti akan mendeskripsikan teori
sesuai dengan fakta lapangan yang terkumpul sehingga dapat
disimpulkan.
A. Gambaran Peran Pembimbing Agama Di Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
Pada hakikatnya setiap orang memiliki perannya masing-
masing dalam menjalani kehidupan. Setiap peran memiliki tujuan
supaya seseorang dapat menjalankan perannya dan dapat
bermanfaat bagi sekitar. Pembimbing agama merupakan
seseorang yang memiliki peran penting bagi siswa asrama untuk
membimbing dan memberikan arahan kepada siswa asrama
SMART Ekselensia Indonesia. Berikut merupakan bentuk peran
yang diberikan pada siswa asrama SMART Ekselensia yang
diberikan oleh pembimbing berdasarkan wawancara dengan
ustadz Hodam Wijaya:
“Disini kami tidak ada yang senioritas mba, jadi antara
senior dan junior seperti teman satu angkatan. Memang
diajarkan untuk tidak menerapkan sistem senioritas
supaya kalo ada siswa baru lebih mudah untuk
bersosialisasi dan berinteraksi. Kemudian kami pada saat
sharing dan mentoring kelompok, Pembina asrama
menilai apabila ada siswa yang masih minder, malu-
Page 136
119
malu, sulit untuk bersosialisasi kami melakukan
bimbingan secara face to face mba.100
Dan menurut penuturan Ustadz Sriyono sebagai pembina
asrama dan pembimbing agama di asrama SMART Ekselensia,
beliau memberikan penjelasan mengenai bagaimana peran
pembimbing agama yang diberikan untuk menumbuhkan
kepercayaan diri siswa asrama SMART Ekselensia adalah
sebagai berikut:
“Setiap siswa asrama diberikan kewajiban untuk
memimpin doa bersama, menjadi imam shalat dan setiap
dua minggu sekali ada bimbingan tentang public speaking
juga mba, ini dimaksudkan supaya siswa bisa melatih
keberanian mereka untuk tampil didepan orang banyak
mba”101
Salah satu siswa asrama juga mengatakan saat wawancara
dengan peneliti:
“Menurut saya penting banget kak, kenapa kita harus
mengembangkan kemampuan kita, dengan bekal
kemampuan supaya kita bisa berani bersaing dengan
kemajuan zaman dan bisa bermanfaat bagi orang tua dan
masyarakat”102
“Aku dikasih motivasi sama ustadz kak, dan menurut aku
perlu banget sih kita terus belajar dan berani untuk
mengembangkan kemampuan kita, karena kalo enggak
100
Wawancara dengan Ustadz Hodam, Kepala Pembina asrama
SMART Ekselensia Indonesia, pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 15:30. 101
Wawancara dengan ustadz Sriyono, Pembina asrama SMART
Ekselensia Indonesia, pada tanggal 20 Januari pukul 15:30. 102
Wawancara dengan Iqbar, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 20 Januari,pukul 16:00.
Page 137
120
gitu gimana kita mau jadi lebih dari sekarang, kita kan
perlu belajar lagi supaya bisa jadi yang terbaik kak ”103
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa
asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor, tampak bahwa
siswa asrama mulai menyadari akan pentingnya meningkatkan
kepercayaan diri yang merupakan suatu langkah yang penting
dilakukan untuk menjadikan siswa asrama SMART Ekselensia
memiliki keyakinan akan kemampuan dan potensi yang
mereka miliki, mudah untuk bersosialisasi, berani
mengembangkan kemampuannya sehingga memberikan
manfaat bagi khalayak. Menurut Hendra Widjaja, percaya diri
merupakan sikap individu yang memiliki keyakinan akan
kemampuan dan potensi diri, mudah bersosialisasi dan
beradaptasi pada suatu lingkungan dan memiliki kesadaran
akan pentingnya mengembangkan kemampuan yang
dimiliki.104
Sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa pihak
yang terlibat di asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor,
memahami akan pentingnya bimbingan yang diberikan oleh
pembimbing agama untuk meningkatkan kepercayaan diri
siswa asrama. Baik dari pihak kepala asrama, pembimbing
agama/pembina asrama dan siswa asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
103
Wawancara dengan Nabil, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 20 Januari,pukul 16:45. 104
Hendra Widjaja, Berani Tampil Beda dan Percaya Diri,
(Yogyakarta: Araska, 2016). Cet Ke-1, h. 61- 62
Page 138
121
Tujuan dilaksanakannya pembimbingan agama di asrama
SMART Ekselensia Indonesia Bogor adalah untuk
memberikan arahan dan motivasi dalam mengembangkan
minta dan bakat serta kemampuan siswa asrama seoptimal
mungkin. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan dari siswa
asrama, bahwa siswa asrama merasa lebih percaya diri dengan
kemampuan yang dimiliki, memiliki kesadaran akan
pentingnya mengembangkan kemampuan dan potensi dan
siswa asrama menjadi lebih mudah dalam beradaptasi dan
menyesuaikan diri. Mengingat bahwa siswa asrama
membutuhkan figur yang berperan sebagai pengganti orang
tua siswa selama di asrama, yang dapat memberikan
bimbingan, mendidik dan memberikan konseling kepada
siswa asrama. Hal ini didukung melalui pendapat dari Rachel
Dunaway Cox bahwa peran pembimbing adalah melaksanakan
koordinasi kegiatan, mendidik klien agar memahami dan
menghayati program bimbingan dan melaksanakan bimbingan
yang bersifat tertentu. 105
Oleh karena itu, peran pembimbing agama dalam upaya
meningkatkan kepercayaan diri siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor, maka dapat dijelaskan bahwa
bentuk peran dan fungsi agama yang diberikan kepada siswa
asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor adalah sebagai
koordinator, pendidik, pembimbing dan konselor.
105
Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 1998), Cet Ke-1,H.48.
Page 139
122
1. Koordinator
Peran pembimbing sebagai koordinator, yang berarti
pembimbing mengoordinasi pelaksanaan bimbingan di
asrama SMART Ekselensia Indonesia. Pembimbing
berperan sebagai koordinator memiliki fungsi sebagai
adaptasi.106
Yaitu dengan mengadaptasikan program
bimbingan yang disesuaikan dengan kurikulum asrama
SMART Ekselensia Indonesia Bogor dan minat serta
kemampuan siswa asrama SMART Ekselensia Indonesia
Bogor.
Dari berbagai perbedaan yang disebutkan tersebut
diperlukannya proses adaptasi antara siswa asrama dengan
lingkungan SMART Ekselensia dan diluar SMART
Ekselensia Indonesia Bogor, hal-hal baru yang belum
pernah siswa temui ketika sebelum ada di SMART
Ekselensia Indonesia Bogor. Hal ini bertujuan untuk
mengoptimalkan proses pendidikan di sekolah dan juga
bimbingan saat di asrama SMART Ekselensia Indonesia
Bogor. Apabila siswa sudah mampu untuk beradaptasi
dengan lingkungan maka proses penerimaan ilmu menjadi
lebih mudah. Siswa menjadi lebih percaya dengan dirinya
dan mampu untuk menjalin relasi dengan orang-orang baru.
Seperti yang dituturkan ustadz Fauzan sebagai pembimbing
agama asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor:
106
Achmad Juntika. Bimbingan&Konseling.(Bandung: PT Refika
Aditama, 2018) Cet Ke-6, H.8-9
Page 140
123
“Setiap pembina asrama disini sudah mempunyai
tanggung jawabnya masing-masing untuk ditugaskan
melakukan bimbingan di asrama yang telah ditentukan
dan sesuai dengan kelas siswa asrama. Kami
mengadakan sharing dan mentoring yang mana tiap-tiap
siswa dibentuk dalam kelompok untuk mempermudah
proses bimbingan mba”107
Ustadz Fauzan mengatakan bahwa pada saat kegiatan
sharing dan mentoring per kelompok itu akan
mempermudah mengamati perkembangan siswa asrama.
Terkadang masih ada siswa asrama yang sedikit tertinggal
kemampuannya dibandingkan dengan teman-teman yang
lainnya. Oleh karena itu dilakukan kembali bimbingan
secara face to face dengan siswa asrama yang dinilai masih
perlu diberikan bimbingan dengan metode face to face.
Dalam wawancara degan peneliti ustadz Sriyono
mengatakan:
“Alhamdulillah siswa tidak sulit untuk diarahkan mba,
walaupun diawal-awal kedatangan harus
membiasakan diri mereka untuk bergaul dengan
teman-teman yang baru. Tapi sejauh ini siswa asrama
semangat, nurut juga kalo diarahkan jadi semoga aja
ilmu yang kita berikan bisa tersampaikan dan bisa
diterapkan oleh siswa asrama.”108
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembimbing asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor,
merasa berhasil untuk menjalankan perannya sebagai
107
Wawancara dengan ustadz Fauzan, Pembina Asrama SMART
Ekselensia Indonesia, pada tanggal 23 Januari pukul 15:30. 108
Wawancara dengan ustadz Sriyono, Pembina Asrama SMART
Ekselensia Indonesia, pada tanggal 23 Januari pukul 16:30.
Page 141
124
seorang pembimbing agama dengan membantu
mengoordinasi siswa asrama untuk rutin mengikuti
kegiatan-kegiatan bimbingan di asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
2. Pendidik
Peran pembimbing sebagai pendidik yaitu berperan
dalam mendidik siswa asrama dengan memberikan arahan
serta bimbingan sesuai dengan kurikulum asrama. peran
pembimbing sebagai pendidik, terdapat beberapa fungsi
bimbingan didalamnya, yaitu diantaranya: Fungsi adaptasi
yaitu dengan mengadaptasikan program bimbingan yang
disesuaikan dengan kurikulum asrama dengan minat dan
kemampuan siswa asrama SMART Ekselensia Indonesia
Bogor, fungsi penyesuaian, yaitu membantu siswa asrama
untuk menemukan penyesuaian diri dan perkembangan
siswa asrama secara optimal dan fungsi pengembangan,
yaitu membimbing siswa asrama untuk mengembangkan
seluruh potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa
asrama.109
Selain kegiatan belajar mengajar di sekolah, siswa
asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor juga
mendapatkan pendidikan yang diberikan oleh pembimbing
agama di asrama SMART Ekselensia. Peran pembimbing
agama sebagai pendidik sangat diperlukan oleh siswa
asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor untuk
109
Achmad Juntika. Bimbingan&Konseling.(Bandung: PT Refika
Aditama, 2018) Cet Ke-6, H.8-9
Page 142
125
membantu memberikan dukungan, motivasi pendidikan dan
bimbingan agama yang telah disesuaikan dengan kurikulum
asrama SMART Ekselensia Indonesia, Bogor. Pada tanggal
20 Januari 2020 pada saat sesi wawancara dengan siswa
asrama salah satu siswa asrama bernama Jefriadi
mengatakan:
“Menurut aku ustadz disini baik-baik kak,
berpengaruh banget untuk perubahan aku dari awal
dateng kesini sampe sekarang. Ustadz sabar untuk
bimbing dan semangatin kita. Dan kita jadi enggak
canggung juga kalo ma curhat dan becanda sama
ustadz disini kak”110
“Kalo diasrama kita lebih dilatih ke praktik
menerapkan ilmu-ilmu yang kita dapat sehari-hari si
ka, kita kan diajarain menjahit, mencuci, sol sepatu,
terus ada public speaking juga, dan sharing
mentoring kak. Dan emang aku jadi ngerasa lebih
biasa tampil depan orang banyak karena emang
sering dilatih waktu kegiatan public speaking.111
SMART Ekselensia Indonesia merupakan lembaga
pendidikan dibawah naungan Dompet Dhuafa Republika
memberikan fasilitas pendidikan kepada siswa memiliki
kemampuan diatas rata-rata namun terhambat oleh faktor
ekonomi. Sesuai dengan misi SMART Ekselensia Indonesia
yaitu menyelenggarakan sekolah menengah berkualitas bagi
masyarakat marginal, melahirkan lulusan yang
berkepribadian islami, berjiwa pemimpin, mandiri,
110
Wawancara dengan Jefriadi, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 23 Januari,pukul 16:00. 111
Wawancara dengan Azis, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 23 Januari,pukul 16:00.
Page 143
126
berprestasi dan berdaya guna, mewujudkan pengembangan
sumber daya manusia yang berdaya saing global. Untuk
mewujudkan misi tersebut, fungsi bimbingan sebagai
penyaluran perlu diterapkan pembimbing kepada siswa
asrama. Ustadz hodam sebagai kepala asrama sekaligus
pembina asrama mengatakan:
“Peran pembimbing agama di asrama SMART
Ekselensia ini selain sebagai pendidik, kami adalah
pengganti peran orang tua mereka selama disini. Kami
membimbing siswa untuk menumbuuhkan kemauan,
mengajak supaya siswa menjadi seseorang yang
berdaya guna dan bermanfaat bagi banyak orang.
makannya siswa asrama yang kami koordinir untuk
terus belajar menggali kemampuan mereka, mau
akademik, soft skill. Dan kalo ada kompetisi selalu
saya ajak atau bahkan menyuruh mereka untuk ikut.
Supaya menambah pengalaman dan mereka juga
mba”112
Menurut penuturan yang dijelaskan oleh ustadz
Hodam, terlihat bahwa pembimbing bertanggung jawab
pada siswa asrama dengan mengoordinasi siswa asrama
untuk menggali kemampuan dan potensi yang siswa miliki.
Dengan menumbuhkan kemauan siswa dan mengarahkan
agar siswa mengikuti beberapa perlombaan yang sesuai
dengan kemampuan dan passion siswa asrama. Pada
pelaksanaan wawancara peneliti dengan siswa salah satu
siswa asrama bernama Fabian mengatakan:
112
Wawancara dengan Ustadz Hodam, Kepala Pembina Asrama
SMART Ekselensia Indonesia, pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 15:30.
Page 144
127
“Sebenernya seneng sih kak disini, memang bener-bener
diarahkan dan difasilitasi bakat dan minatnya dimana.
Kebetulan minat aku di baris berbaris, awal-awal si
sempet bingung minatnya apa tapi setelah diarahkan
sama pembimbing aku jadi seneng dan serius aja untuk
belajar baris berbaris dan mulai ikut-ikut lomba biar
makin banyak pengalaman.”113
Berdasarkan keterangan dari siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor, terlihat bahwa siswa merasa
nyaman berada di asrama SMART Ekselensia, siswa
merasa terbimbing untuk menentukan minat siswa. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa fungsi penyaluran
dalam bimbingan di asrama SMART Ekselensia, sudah
diterapkan dan berhasil membuat siswa untuk menentukan
minat siswa dan mau untuk menyalurkan minat dan bakat
yang mereka miliki. Siswa asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor, merasakan ada perubahan yang terhadap
diri mereka khususnya tentang meningkatnya kemampuan
soft skill siswa asrama dan juga kepercayaan diri mereka.
siswa asrama merasa dirinya lebih berani untuk tampil
didepan banyak orang. Di asrama SMART Ekselensia
Indonesia pembimbing asrama lebih memfokuskan pada
ilmu penerapan yang diharakan siswa asrama mampu
menerapkan ilmu-ilmu yang mereka terima kedalam
kehidupan sehari-harinya.
113
Wawancara dengan Fabian, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 15:45.
Page 145
128
3. Pembimbing
Peran pembimbing agama di asrama SMART
Ekselensia berperan sebagai pembimbing siswa asrama
dalam membantu siswa dalam menghadapi permasalahan,
memberikan bimbingan dan dukungan kepada siswa
asrama. Terdapat dua fungsi pembimbing dalam peran
pembimbing, diantaranya adalah untuk membimbing siswa
dalam memilih dan memantapkan penguasaan kemampuan
sesuai dengan minat, bakat dan kepribadian siswa asrama
dan fungsi pengembangan yaitu pembimbing mengarahkan
siswa asrama untuk mengembangkan seluruh potensi dan
kemampuan yang dimiliki oleh siswa asrama. Menurut
Cribbin bahwa bimbingan merupakan bantuan yang
berpusatkan kearah klien dan berkaitan dengan
pengembangan optimal keseluruhan diri klien serta
pencapaian potensi untuk kepentingan individu dan
sosial.114
Dalam penelitian ini, fungsi pengembangan yang
diterapkan oleh pembimbing kepada siswa asrama SMART
Ekselensia adalah berupa motivasi dan dukungan yang
diberikan kepada siswa asrama untuk mau mengembangkan
seluruh potensi dan kemampuan siswa sesuai dengan minat
dan bakat yang siswa miliki. Seperti mengikuti organisasi
114
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2015) h.93
Page 146
129
sekolah, perlombaan dan olimpiade. Seperti penuturan
siswa yang bernama Wildani:
“Kebetulan saya hobi olahraga kak, saya ikut ekskul
sepak bola dan setiap seminggu sekali latihan. Selain itu
saya juga senang ikut lomba cerdas ceramat. Pernah
juara 1 LCC sains dan humaniora. Menurut saya perlu
banget kita mengembangkan apa yang jadi minat kita kak,
karena disini kan difasilitasi jadi sayang kalo ga
dimanfaatkan kak”115
Dari keterangan tersebut dapat diasumsikan bahwa
siswa paham akan pentingnya mengembangkan
kemampuan dan potensi mereka pada hal yang
bermanfaat. Selain itu pembimbing menerapkan fungsi
pengembangan untuk memberikan arahan pada siswa
untuk mengikuti kegiatan dan mengembangkan
penguasaan kemampuan sesuai dengan minat, bakat siswa
asrama. Menurut Achmad Juntika dalam Bimbingan &
Konseling (dalam berbagai latar kehidupan) mengatakan
bahwa fungsi pengembangan, merupakan fungsi
bimbingan dalam mengembangkan seluruh potensi dan
kekuatan yang dimiliki individu.116
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di asrama
SMART Ekselensia, siswa diwajibkan untuk mengikuti
oranisasi dan kegiatan yang ada di SMART Ekselensia,
mulai di sekolah maupun di asrama. Siswa diberikan
115
Wawancara dengan Wildani, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 15:45. 116
Achmad Juntika, Bimbingan dan Konseling(dalam berbagai latar
kehidupan). (Bandung: Refika Aditama, 2018), Cet Ke-6,h.8-9.
Page 147
130
wewenang untuk memilih organisasi yang mereka minati
tanpa ada paksaan dari pihak manapun, hal ini bertujuan
untuk membentuk kemandirian siswa dalam mengambil
sebuah keputusan dan menghadapi sebuah pilihan.
Kemudian juga membantu siswa mengembangkan
kemampuannya secara maksimal. Hal ini diungkapkan
oleh siswa yang bernama Auliya:
“Dari dulu aku emang udah suka belajar ilmu keagamaan
kak, terus pas disini jadi tertarik buat belajar bahasa
arab. Dan ustadz disini juga ngedukung dan saya
difasilitasi juga disini. Alhamdulillah jadi makin
berkembang selama disini, dapet banyak pelajaran dan
juga pengalaman yang ga didapet sebelum di SMART
Ekselensia.”117
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa
merasa lebih berkembang dibandingkan ketika sebelum di
SMART Ekselensia. Siswa dibimbing untuk memilih kegiatan
ekstra yang berguna untuk melatih dan memaksimalkan
kemampuan siswa. Dengan fasilitas yang telah disediakan oleh
pihak SMART Ekselensia Indonesia Bogor. Selain itu ustadz
Hodam sebagai kepala asrama SMART Ekselensia Indonesia
juga mengatakan:
“Harapan kami sebagai pembina asrama adalah agar
siswa mau belajar maksimal selama disini, supaya
ketika sudah lulus dari sini siswa punya bekal yang
siap untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Kami
sebagai pembina asrama disini yakin bahwa siswa
disini punya kemampuan yang bisa bermanfaat.
Tinggal bagaimana mereka mau belajar dan menggali
117
Wawancara dengan Auliya, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 15:45.
Page 148
131
potensi itu dan tugas kami juga untuk membimbing
agar siswa mau belajar lebih giat untuk
mengembangkan kemampuannya”118
Dari keterangan diatas juga dapat disimpulkan bahwa
pembimbing memberikan arahan untuk siswa, memotivasi
agar siswa lebih giat belajar. Pembimbing mempunyai
harapan yang mulia kepada siswanya agar siswa menjadi
lebih giat untuk menggali kemampuan dan potensi yang
mereka minati dan menjadi siswa yang berprestasi agar
siswa memiliki pengalaman dan ilmu sehingga nantinya
dapat bermanfaat bagi masa depan siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor. Dalam wawancara dengan
peneliti, Ustadz Hodam mengatakan:
“Pembimbing agama disini bukan hanya sebagai
pendidik saja mba, tapi sebagai pengganti orang
tua mereka selama siswa ada disini. Saya selalu
memberikan dukungan dan semangat untuk siswa
SMART Ekselensia. Berhubung banyak diantara
mereka yang merasa kurang mendapatkan
dukungan dari keluarga dan orang tuanya. Disini
lah peran kami sebagai Pembina asrama dan juga
pembimbing agama untuk membangkitkan semangat
mereka demi tercapainya tujuan yang mereka
harapkan.119
Seperti yang telah dijelaskan oleh ustadz Hodam
sebagai kepala asrama dan juga pembimbing agama di
asrama SMART Ekselensia Indonesia, terlihat bahwa
118
Wawancara dengan Ustadz Hodam, Kepala Pembina Asrama
SMART Ekselensia Indonesia, pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 15:30. 119
Wawancara dengan Ustadz Hodam, Kepala Pembina Asrama
SMART Ekselensia Indonesia, pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 15:30.
Page 149
132
pembimbing agama memberikan bimbingan kepada siswa
asrama bimbingan tersebut berupa semangat, dukungan dan
juga pelajaran pada saat di asrama, sangat menyayangi.
Terlihat pembimbing agama menyayangi siswa asrama
SMART Ekselensia, dan iklim menyayangi tersebut
terbentuk dengan sendirinya karena memang adanya
pertemuan berkelanjutan dalam jangka panjang antara
pembimbing dengan siswa SMART Ekselensia Indonesia
Bogor.
“Aku udah nganggep ustadz disini udah kayak orang tua
aku sendiri kak, ngga tau kalo misalnya ga ada mereka
mungkin aku ga bisa kayak sekarang. Aku ngerasa
dibimbing banget, diajarin dan dilatih sama mereka.
Walaupun aku sering salah atau ga ngerti tapi ustadz
masih sabar untuk ngelatih aku sampe bisa. Pokoknya
baik kak”120
Berdasarkan keterangan dari Rijal dapat dapat dilihat
bahwa terlihat bahwa pembimbing agama mampu untuk
menerapkan metode bimbingan yang sesuai dengan
karakter siswa. Terlihat begitu senang dan semangatnya
siswa ketika menceritakan proses kegiatan bimbingan yang
selama ini dijalani. Dari beberapa wawancara peneliti
dengan pembimbing dan siswa asrama dapat diperoleh
suatu kesimpulan bahwa fungsi pengembangan yang
diberikan oleh pembimbing kepada siswa adalah berupa
motivasi dan dukungan untuk siswa asrama agar lebih
menyalurkan kemampuan pada diri mereka, mengoordinasi
120
Wawancara dengan Rijal, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 23 Januari,pukul 16:00.
Page 150
133
siswa agar belajar lebih giat sesuai dengan kemampuan dan
bidang yang mereka minati. Siswa terlihat memiliki
semangat belajar yang tinggi, dilihat dari kemauan belajar
dan memanfaatkan segala fasilitas yang diberikan pihak
SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
4. Konselor
Peran pembimbing agama sebagai konselor memiliki
peran penting dalam membimbing siswa asrama dalam
menghadapi permasalahan dan memberikan arahan dalam
menyelesaikannya. Terdapat fungsi bimbingan dalam peran
pembimbing sebagai konselor, diantaranya adalah fungsi
pengembangan dan fungsi penyaluran.121
Fungsi pengembangan dilakukan dengan membimbing
dan mendampingi siswa asrama untuk mengembangkan
seluruh potensi dan kemampuan yang dimiliki siswa
asrama, fungsi penyaluran yaitu pembimbing membantu
memberikan arahan kepada siswa asrama untuk memilih
dan, ilmu dan potensi yang sesuai dengan minat,
memantapkan penguasaan kemampuan bakat dan
kepribadian siswa asrama dan fungsi adaptasi yaitu
pembimbing memberikan motivasi dan dukungan kepada
siswa asrama dengan mengadaptasikan program bimbingan,
pendidikan disesuaikan dengan minat, kemampuan dan
kebutuhan siswa asrama SMART Ekselensia Indonesia
Bogor. Hal ini didukung menurut Prayitno dan Erman Amti
121
Achmad Juntika. Bimbingan&Konseling.(Bandung: PT Refika
Aditama, 2018) Cet Ke-6, H.8-9
Page 151
134
bahwasannya bimbingan adalah suatu proses pemberian
bantuan yang dilakukan seseorang atau beberapa individu
agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuan diriya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada.122
Seperti penuturan dari ustadz Sriyono:
“Ada beberapa siswa yang kadang becandanya
berlebihan mba, jadi seperti terlihat sedang melakukan
bullying. Sempet ada yang ngadu ke saya karena ngerasa
ngga nyaman dan akhirnya pengen pulang ke rumahnya.
Kalo permasalahan yang ada di asrama insyaallah kami
bantu untuk menyelesaikan mba, asalkan siswa terbuka
aja dengan kami.”123
Pada hasil wawancara dengan ustadz Sriyono terlihat
bahwa pembimbing agama sebagai konselor yang berusaha
untuk menjadi penengah siswa ketika siswa asrama sedang
menghadapi suatu permasalahan agar siswa mampu
melewati dan menyelesaikan permasalahana yang mereka
hadapi. Harapan siswa asrama SMART Ekselensia
Indonesia, Bogor adalah mereka mendapatkan figur
seseorang yang dipercaya mampu untuk memberikan
motivasi, pencerahan dan jalan keluar atas masalah yang
sedang mereka hadapi. Sosok pengganti peran orang tua
siswa asrama selama berada di asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
122
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2015)h.93 123
Wawancara dengan ustadz Sriyono, Pembina Asrama SMART
Ekselensia Indonesia, pada tanggal 23 Januari pukul 16:30.
Page 152
135
Berdasarkan keterangan dan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa peran pembimbing yang paling
dominan adalah peran pembimbing dan konselor, hal ini
dikarenakan pembimbing lebih banyak memberikan
dukungan, bimbingan dan motivasi untuk berpikir positif
dan optimis. Seperti pada saat siswa asrama menghadapi
permasalahan dan kesulitan dalam menyelesaikan
permasalahan internal maupun eksternal. Pembimbing juga
melakukan bimbingan secara face to face kepada siswa
asrama yang dinilai memiliki masalah atau mengalami
keterlambatan dalam memahami materi yang disampaikan
pada saat pelaksanaan bimbingan. Sedangkan peran
pembimbing yang kurang dominan dilakukan adalah peran
pembimbing sebagai koordinator dan pendidik. Hal ini
dikarenakan untuk peran koordinator dan pendidik sudah
diberikan pada saat kegiatan belajar mengajar di sekolah
dan dikoordinasikan oleh guru-guru.
Untuk melihat peran pembimbing agama dalam
meningkatkan kepercayaan diri siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah
ini.
Page 153
136
Tabel 5.1
Peran Pembimbing Agama Dalam Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Asrama di SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
No Peran
Pembimbing
Agama
Fungsi
Pembimbing
Agama
Deskripsi Fungsi Tugas Faktor Pendukung Faktor Penghambat Cara Mengatasi Hambatan
1 2 3 4 5 6 7
1 Koordinator
Fungsi Adaptasi
Pembimbing agama
menerapkan peran
koordinator dan fungsi
adaptasi yaitu Pembimbing
sebagai koordinator yaitu
membimbing siswa untuk
aktif rutin mengikuti
bimbingan yang ada di
asrama dan pembimbing
melakukan fungsi adaptasi
dengan melakukan
bimbingan untuk
mengadaptasikan program
bimbingan dan
menyesuaikan dengan
kebutuhan siswa asrama
menyesuaikan dengan
kurikulum asrama.
- Semangat keikutsertaan siswa asrama dalam
mengikuti kegiatan
bimbingan.
- Materi dan fasilitas
dalam kegiatan bimbingan
Ada beberapa siswa yang sulit untuk dikoordinasi oleh
pembimbing.
Dengan melakukan pendekatan emosional dengan siswa asrama
SMART Ekselensia.
Page 154
137
1 2 3 4 5 6 7
2
Pendidik
Fungsi Adaptasi
Pembimbing memberikan
bimbingan sesuai dengan
kurikulum asrama SMART
Ekselensia dan menerapkan
fungsi adaptasi kepada siswa
dengan mengadaptasikan
program bimbingan yang
disesuaikan dengan
kurikulum asrama dan minat,
kemampuan siswa asrama
SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
Kurikulum asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
Kekurangan SDM (Sumber Daya Manusia) pembimbing
agama.
Lebih memaksimalkan lagi pada saat proses bimbingan.
Fungsi Penyesuaian
Pembimbing memberikan pendidikan kepada siswa
asrama dan membantu siswa
asrama untuk menemukan penyesuaian diri dan
perkembangan siswa asrama
secara optimal.
Semangat belajar siswa asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
Terdapat siswa yang menolak ketika diberikan bimbingan.
Bimbingan secara face to face apabila ada siswa yang belum
memahami materi pada saat
pelaksanaan bimbingan.
Fungsi
Pengembangan
Pembimbing berperan
sebagai pendidik siswa
asrama dengan melakukan fungsi pengembangan yaitu
membimbing siswa asrama untuk mengembangkan
seluruh potensi dan
kemampuan yang dimiliki oleh siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
Siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia mudah
untuk dibimbing dalam mengembangkan
kemampuan dan potensi.
Beberapa siswa masih
kesulitan menentukan minat
dan kemampuannya.
Memberikan bimbingan dengan
lebih intens, khususnya bagi
siswa asrama yang kesulitan dalam mengembangkan
kemampuan dn potensinya.
Page 155
138
1 2 3 4 5 6 7
3
Pembimbing
Fungsi Penyaluran
Pembimbing melaku kan
bimbingan dengan
memberikan motivasi dan
membantu siswa asrama
untuk memilih dan
memantapkan penguasaan
kemampuan sesuai dengan
minat, bakat dan kepribadian
siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
Kurikulum asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
Ada beberapa siswa yang masih canggung, malu-malu
dan tidak terbuka dengan
pembimbing.
Lebih menjalin kedekatan emosional dengan siswa asrama
SMART Ekselensia Indonesia
Bogor.
Fungsi Pengembangan
Pembimbing membimbing siswa asrama untuk
mengembangkan seluruh
potensi dan kemampuan yang dimiliki siswa asrama.
Terdapat fasilitas memadai yang disediakan oleh
SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
Beberapa siswa masih belum mengerti dibidang mana
kemampuannya.
Memberikan bimbingan dengan lebih intens, khususnya bagi
siswa asrama yang kesulitan
dalam mengembangkan kemampuan dan potensinya
4
Konselor Fungsi
Pengembangan
Pembimbing sebagai
konselor, membantu
mengarahkan siswa ketika
menghadapi dan
menyelesaikan suatu
permasalahan yang sedang
yang siswa asrama alami dan
membimbing siswa asrama
untuk mengembangkan
seluruh potensi dan
kemampuan yang dimiliki
siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
Siswa percaya untuk
menceritakan permasalahan
mereka dengan pembimbing.
Masih ada beberapa siswa
asrama yang tertutup tentang
permasalahan yang sedang dialami.
Lebih menjalin kedekatan
emosional dengan siswa asrama
SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
Page 156
139
Sumber: hasil wawancara dan observasi dengan narasumber dan diinterpretasikan oleh peneliti.
1 2 3 4 5 6 7
Fungsi Penyaluran
Pembimbing membantu memberikan arahan kepada
siswa asrama untuk memilih
dan memantapkan penguasaan kemampuan,
ilmu dan potensi yang sesuai
dengan minat, bakat dan kepribadian siswa asrama.
Dengan bimbingan siswa
memiliki keyakinan penuh atas sesuatu yang telah
dipilih,
Semangat siswa asrama SMART Ekselensia
Indonesia ketika mengikuti
bimbingan
Ada beberapa siswa yang masih canggung, malu-malu
dan tidak terbuka dengan
pembimbing
Membangun suasana kenyamanan dan kedekatan
emosional dengan siswa asrama
SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
Fungsi Adaptasi Pembimbing memberikan motivasi dan dukungan
kepada siswa asrama dengan
mengadaptasikan program bimbingan, pendidikan
disesuaikan dengan minat,
kemampuan dan kebutuhan siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
Kurikulum asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
Beberapa siswa asrama SMART Ekselensia Indonesia
kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan Habit yang ada di Asrama
SMART Ekselensia
Indonesia.
Memberikan bimbingan dengan lebih intens, khususnya bagi
siswa asrama yang kesulitan
dalam menyesuaikan diri dengan Habit Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
Page 157
Dalam wawancara dengan peneliti Ustadz Fauzan
mengatakan:
“Kebanyakan siswa yang bermasalah biasanya siswa
SMP yang baru masuk mba, macem-macem ada yang ga
betah, kangen orang tua, ngerasa ga punya teman. Dan
banyak juga yang suka curhat secara pribadi ke saya.
Tapi Alhamdulillah siswa asrama mudah untuk diberikan
arahan dan bimbingan, jadi makin kesini mereka sadar
dan belajar. Kalo saya engga masalah si mba, asal siswa
mau belajar dan bisa diarahkan saya yakin mereka bisa
jadi apa yang menjadi harapan kami dan juga orang tua
mereka”124
Pada wawancara dengan ustadz Fauzan terlihat
bahwa ustadz fauzan berusaha mengerti keadaan siswa, dari
awal mula kedatangan siswa di asrama SMART Ekselensia
Indonesia, hingga saat ini. Dengan memenuhi tanggung
jawab sebagai seorang pembimbing agama dan pembina di
asrama SMART Ekselensia dengan memberikan bimbingan
kepada siswa dan membantu siswa untuk mengadapi
permasalahan mereka selama di asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor. Seperti penuturan siswa yang bernama
Daffa:
“Aku kadang suka galau gitu kak, suka takut kalo mau
ambil keputusan jadi aku curhatnya ke ustadz aja soalnya
biar bisa kasih solusi yang terbaik aja buat aku
kedepannya”125
124
Wawancara dengan ustadz Fauzan, Pembina Asrama SMART
Ekselensia Indonesia, pada tanggal 23 Januari pukul 16:30. 125
Wawancara dengan Daffa, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 16:45.
Page 158
141
“Aku kalo lagi ada masalah di sekolah atau di asrama
selain cerita ke temen, aku juga suka cerita ke ustadz
yang ada disini kak. Ngerasa nyaman aja sihh dan
emang selama ini kalo ada apa-apa cerita ke ustadz.”126
“Dulu awal-awal disini suka malu sama keadaan orang
tua di rumah. Pengen cerita ke temen takutnya mereka
malah jadi ga mau temenan sama aku. Jadinya aku
sering curhat ke ustadz dan ternyata jadi bisa sedeket itu
kami sekarang. Seneng si kak, nggak canggung. Kalo
lagi ada masalah cerita ke ustadz dikasih saran sama
solusi jadi abis itu jadi ngerasa dapet pencerahan.127
Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan
pembimbing dengan siswa asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor, diperoleh kesimpulan bahwa pembimbing
telah menjalankan peran pembimbing dan sebagai konselor
yang membantu siswa dalam menghadapi dan
menyelesaikan permasalahan yang mereka alami. Siswa
asrama SMART Ekselensia merasakan mendapatkan
dukungan, saran dan solusi atas permasalahan yang mereka
ceritakan dengan ustadz di asrama SMART Ekselensia
Indonesia. Oleh karena itu siswa merasa nyaman dan
percaya ketika menceritakan permasalahan mereka dengan
pembimbing.
126
Wawancara dengan Iqbar, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 17:30. 127
Wawancara dengan Wildani, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 15:45.
Page 159
142
B. Tahapan Bimbingan Agama di Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor
Kegiatan bimbingan di asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor dilaksanakan dalam setiap satu minggu
sekali dan dilaksanakan di asrama dan sesekali di masjid
SMART Ekselensia Indonesia. Kegiatan bimbingan diikuti
oleh seluruh siswa asrama yang tiap-tiap kelasnya sudah ada
pembimbing yang mengoordinasi siswa asrama. Materi
kegiatan bimbingan menyesuaikan dengan kurikulum asrama
SMART Ekselensia Indonesia yang sudah disesuaikan
dengan kebutuhan siswa asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor. Menurut penuturan ustadz Sriyono pada
saat wawancara dengan peneliti:
“Kalo bimbingan untuk adaptasi ada mba, karena itu
memang perlu sekali untuk pembiasaan siswa. Apalagi
disini siswa marginal yang dari berbagai daerah, banyak
yang minder, tidak mau berinteraksi dengan kawan-
kawan dan ustadz, dan banyak juga yang sering minta
dipulangkan ke rumah mereka. Tantangan pembimbing
asrama disini ya begini mba, berusaha membimbing,
mengarahkan siswa dengan menyesuaikan karakter.
Apalagi dari sekian banyaknya siswa kami juga perlu
belajar karena tiap siswa pasti memiliki tipe model
pengasuhan yang berbeda yang mereka dapatkan dari
orang tua mereka”128
Dari keterangan yang dijelaskan oleh ustadz Sriyono,
terlihat bahwa pembimbing berusaha untuk
mengoordinasi siswa asrama untuk mengikuti kegiatan
128
Wawancara dengan ustadz Sriyono, Pembina Asrama SMART
Ekselensia Indonesia, pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 15:45.
Page 160
143
bimbingan keagamaan. Melihat pada awal kedatangan
siswa asrama merasa minder dan kurang percaya diri
sehingga membutuhkan waktu dalam melakukan
persuasi dan berinteraksi pada siswa asrama.
Pelaksanaan bimbingan agama di asrama SMART
Ekselensia Indonesia memiliki tahapan dalam proses
bimbingan. Hal ini dilakukan supaya bimbingan yang
diberikan kepada siswa asrama dapat tersampaikan dan
memberikan dampak yang baik bagi yang dibimbingnya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori dari M.
Arifin pada tahapan-tahapan pelaksanaan bimbingan. Hal ini
dikarenakan berdasarkan hasil obserhasi dan wawancara
adanya terdapat kesesuaian antara teori dengan proses
bimbingan di asrama SMART Ekselensia Indonesia.
Menurut M. Arifin tahapan dalam pelaksanaan bimbingan
dan penyuluhan meliputi hal-hal sebagai berikut:129
1. Tahap persiapan, tahapan ini dimulai dengan
mempersiapkan materi yang akan diberikan pada siswa
dengan pemantapan tentang rumusan tujuan bimbingan
dan penyuluhan agama secara operasional yang jelas
yaitu mempengaruhi dan menggerakkan minat dan
perhatian siswa kepada kegiatan belajar dengan melalui
motivasi-motivasi theogenetis (yang bersumber dari
ajaran Tuhan). Melalui motivasi theogenetis ini siswa
akan dibangkitkan rasa dan nilai keimanannya agar
129
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan&penyuluhan Agama,
(Jakarta: PT GOLDEN TRAYON, 1982)h. 20-24
Page 161
144
ajaran dan nilai-nilai keagamaan mulai menjiwai dan
mewarnai kepribadian kemudian tahap selanjutnya
adalah bertujuan utuk mendorong siswa dengan
motivasi yang bersumber agama dan motivasi sosial,
sehingga siswa timbul kesediaan untukmengamalkan
ajaran agamanya ditengah masyarakat. Kemudian
memberikan penyuluhan tentang program bimbingan
dan penyuluhan Agama tersebut kepada staff
pembimbing Agama dan siswa, dengan menunjukan
tentang pentingnya pelaksanaan bimbingan penyuluhan
ini bagi memperlancar proses belajar. Selanjutnya
mengadakan konsultasi dengan seluruh pihak sekolah
dan asrama untuk memperoleh dukungan dan bantuan
dalam pelaksanaan bimbingan dan yang terakhir
melakukan kegiatan pengumpulan berbagai informasi,
materi yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan
disampaikan.
Pada tahapan ini pembimbing melakukan koordinasi
dengan siswa asrama dengan tujuan untuk
menumbuhkan semangat dan minat siswa asrama untuk
mengikuti kegiatan bimbingan agama di asrama.
Pembimbing menyusun dan mempersiapkan materi
yang akan diberikan oleh siswa asrama sesuai dengan
kurikulum asrama. Penjelasan tentang tahapan
persiapan akan dideskripsikan pada tabel 5.2 dibawah
ini.
Page 162
145
Tabel 5.2
Tahapan Persiapan Pelaksanaan Bimbingan Agama di Asrama
SMART Ekselensia Indonesia.
No Aspek Bentuk Keterangan
1 2 3 4
1 Materi Materi pokok
Materi disiapkan dalam berbagai bentuk;
buku, leaflet, poster yang sesuai dengan
kebutuhan materi yang akan disampaikan
pada saat pelaksanaan bimbingan.
Materi Pendukung Materi yang diberikan terkait dengan ilmu
keterampilan khusus untuk melatih
kemandirian siswa seperti siswa dilatih
mencukur rambut, memasak, sol sepatu,
menjahit dan lain sebagainya.
2
Metode
Sharing Mentoring
Perencanaan metode pembagian kelompok
dengan membagi siswa asrama kedalam
beberapa kelompok untuk memudahkan
kegiatan sharing&mentoring, dan diakhir
dengan sesi tanya jawab untuk mengulas
materi dan uji kepahaman materi yang
telah disampaikan.
Face to Face
Perencanaan metode individu dengan
mempersiapkan materi dalam bentuk
buku, poster dan pada saat bimbingan
secara face to face siswa diarahkan untuk
diskusi dan tanya jawab seputar materi dan
permasalahan yang sedang siswa alami.
Praktik dalam
kehidupan sehari-
hari
Metode praktik diberikan kepada agar
siswa mampu mengaplikasikan materi
yang telah disampaikan oleh pembimbing
asrama SMART Ekselensia Indonesia
Bogor.
3
Media
Pemutaran Film
Media yang digunakan sebagai pendukung
kegiatan bimbingan adalah dengan
dilakukan pemutaran film yang
memotivasi dan menginspirasi siswa
Asrama SMART Ekselensia Indonesia
Bogor.
Page 163
146
Sumber hasil wawancara dan observasi dengan narasumber dan diinterpretasikan oleh
peneliti.
Sebagaimana pada tabel 5.2 terlihat bahwa tahap
persiapan dalam pelaksanaan dapat dilihat bahwa tahap
persiapan dan perencanaan dalam pelaksanaan bimbingan
kepada siswa asrama dimulai Perencanaan pemberian materi
dengan tahapan mempersiapkan materi pokok dan materi
pendukung. Materi pokok yaitu materi yang telah ada pada
kurikulum asrama pemberian materi dilakukan dengan
membagikan buku, leaflet, poster yang sesuai dengan
kebutuhan materi yang akan disampaikan pada saat
pelaksanaan bimbingan. Selanjutnya adalah materi pendukung
yaitu materi- materi tambahan dengan tujuan untuk
meningkatkan soft skill siswa asrama tahapan ini dilakukan
dengan mempersiapkan fasilitas pendukung seperti gunting
rambut, semir sepatu, alat-alat memasak dan mempraktikan
kepada siswa asrama.
Perencanaan metode bimbingan yang diterapkan adalah
sharing mentoring, yaitu dengan tahapan siswa asrama
dibentuk dalam kelompok bimbingan terdapat proses tanya
jawab dan diskusi pada metode ini pembimbing
1 2 3 4
Power Point
Media ini digunakan untuk menunjang
visualisasi siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia saat penyuluhan
berlangsung.
Alat Peraga Media ini digunakan agar siswa asrama
dapat langsung mengaplikasikan dan
membantu siswa lebih memahami materi
yang disampaikan oleh pembimbing.
Page 164
147
mempersiapkan materi yang akan diberikan, membagi siswa
asrama kedalam beberapa kelompok untuk memudahkan
kegiatan sharing&mentoring, dan diakhir dengan sesi tanya
jawab untuk mengulas materi dan uji kepemahaman materi
yang telah disampaikan, metode face to face (tatap muka)
metode ini diberlakukan pada siswa asrama yang dilihat masih
terhambat dalam memahami materi yang diberikan pada saat
bimbingan berlangsung. Pembimbing mempersiapkan materi
dalam bentuk buku, poster dan pada saat bimbingan secara
face to face siswa diarahkan untuk diskusi dan tanya jawab
seputar materi dan permasalahan yang sedang siswa alami dan
metode praktik dalam kehidupan sehari-hari (implementasi)
yaitu metode praktik diberikan kepada agar siswa mampu
mengaplikasikan materi yang telah disampaikan oleh
pembimbing asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
Pembimbing memberikan contoh kepada siswa asrama dan
memantau bentuk implementasi siswa asrama dalam
kehidupan sehari-hari. Dan untuk memudahkan proses
bimbingan terdapat media yang membantu memudahkan
proses bimbingan, diantaranya adalah dengan pemutaran film,
power point dan menggunakan alat peraga.
Pada saat observasi peneliti mengamati ada beberapa
siswa yang terlihat sedang mengobrol secara face to face
dengan pembimbing. Terlihat kedekatan emosional antara
siswa asrama dengan pembimbing, siswa tampak sedang
bersedih dan menitikkan air mata dan pembimbing berusaha
untuk menenangkan siswa asrama sembari memberikan
Page 165
148
nasihat dan juga saran. Peneliti mencoba berbincang dengan
siswa tersebut, dan siswa mengaku bahwa dirinya kesulitan
untuk beradaptasi di SMART Ekselensia Indonesia Bogor,
dirinya mengaku tidak memiliki teman dan takut untuk
memulai interaksi dengan teman-temannya.
“Saya sedih kak kalo inget orang tua di rumah,
disini. Suka kangen juga sama keluarga di rumah.
Mau cerita tapi ga punya temen disini. Nggak
berani juga mau cerita-cerita ke temen. Palingan ke
ustadz aja”130
Siswa baru asrama SMART Ekselensia Indonesia
khususnya siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) banyak
yang mengalami homesick. Siswa belum merasakan
kenyamanan dan kesulitan untuk beradaptasi di lingkungan
SMART Ekselensia Indonesia Bogor. Oleh karena itu pada 3
bulan pertama siswa di SMART Ekselensia Indonesia Bogor,
siswa belum difokuskan pada kegiatan belajar mengajar di
sekolah, melainkan siswa dilatih untuk membiasakan diri di
lingkungan yang baru, jauh dari orang tua, dan melatih
kemandirian siswa. Hal ini diungkapkan oleh ustadz Fauzan:
“Disini siswa baru diberikan pelatihan kemandirian
dulu mba, seperti mencuci baju, bersih-bersih dan
merapihkan lingkungan asrama SMART Ekselensia
Indonesia, memasak dan lain-lain. Siswa juga
dikenalkan dengan lingkungan SMART Ekselensia
dan pihak-pihak yang bergabung disini. Soalnya
siswa yang baru keterima disini takutnya malah
tertekan mba kalo langsung ikut kegitatan belajar
130
Wawancara dengan Ridho, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 18 Januari 2020. Pukul 16:00.
Page 166
149
mengajar. Jadi ya kita melakukan kegiatan seperti
ini supaya mereka terbiasa dulu dengan lingkungan
yang baru, jauh dari orang tua. Supaya mereka
belajar juga untuk membuka diri dan berintraksi
dengan kawan-kawan mereka disini.131
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa
pembimbing asrama memberikan pelatihan adalah
bertujuan untuk melatih kemandirian siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor, seperti mencuci pakaian,
memasak, membersihkan tempat tidur dan menjaga
kebersihan dan kerapihan lingkungan SMART Ekselensia
Indonesia Bogor. Hal ini didukung oleh pengakuan dari
siswa asrama, yaitu siswa asrama mengatakan bahwa
selama di asrama SMART Ekselensia dirinya merasa lebih
mandiri dan bisa mengerjakan hal-hal yang belum dikuasai
sebelumnya. Sebagaimana menurut Prayitno dan Erman
Amti bimbingan merupakan proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh seseorang yang ahli kepada seseorang
atau beberapa individu agar seseorang yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya dan mandiri
dengan memanfaatkan kekuatan individu tersebut.132
Selain itu pembimbing agama menciptakan suasana
keakraban dengan siswa asrama dengan memberikan
dukungan dan motivasi yang membangun khususnya bagi
siswa yang baru datang ke SMART Ekselensia Indonesia
131
Wawancara dengan ustadz Fauzan, Pembina Asrama SMART
Ekselensia Indonesia, pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 15:45. 132
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2015)h.93
Page 167
150
Bogor dengan keadaan yang harus jauh dari orang tua dan
meninggalkan kampung halaman untuk menjalani
pendidikan selama di SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
Pembimbing juga memberikan bimbingan supaya siswa
asrama SMART Ekselensia mudah beradaptasi ketika
berada di lingkungan yang baru sehingga tercipta
kenyamanan dan memudahkan siswa asrama dalam
menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan sekitar.
2. Tahap operasional
Pada tahap ini dimulai dengan pelaksanaan program
pengumpulan informasi atau data tentang siswa, yang
bertujuan untuk memperoleh ketenangan atau data yang
mencakup segala aspek kehidupan siswa yang mempunyai
pengaruh terhadap kegiatan proses belajar- mengajarnya
yang diperlukan bagi pembimbing. Pada tahapan ini
pembimbing agama melakukan pengumpulan data-data
pribadi dan latar belakang keluarga siswa asrama serta
segala hal yang mempengaruhi pada pelaksanaan
bimbingan di asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
Kemudian pemberian informasi dan orientasi kepada siswa
dengan tujuan agar siswa mendapatkan gambaran yang
jelas tentang keadaan dan kondisi pendidikan yang hendak
dilaluinya. Setelah itu pembimbing memperkenalkan
dengan mendeskripsikan tentang kondisi dan keadaan ruang
lingkup belajar yang ada di SMART Ekslensia Indonesia.
Kemudian penempatan dan penyuluhan siswa dengan
Page 168
151
tujuan agar siswa mendapatkan kedudukan (posisi) sesuai
dengan kemampuan dan aspirasinya dengan cara-cara
seperti pembentukan kelompok belajar, kelompok
extrakurikuler dan penempatan dalam jurusan yang sesuai
dengan bakat dan minat siswa. Pembimbing berperan
mengoordinasi siswa dalam pelaksanaan bimbingan dengan
membantu siswa asrama dalam menentukan kemampuan
dan potensi diri siswa sesuai dengan minat dan bakat siswa
asrama.
Selanjutnya pembimbing memberikan terapi dalam
bentuk bantuan melalui counseling (penyuluhan), hal ini
bertujuan untuk membantu siswa yang menemui kesulitan
karena masalah pribadi supaya siswa mampu mengatasinya
dengan kemampuannya secara optimal sehingga siswa
mendapatkan tujuan pendidikan sesuai dengan kapasitas
bakatnya. Adapun permasalahan pribadi yang memerlukan
counseling diantaranya adalah: konflik cita-cita dengan
lingkungan sekitarnya, konflik antara siswa dengan
lingkungan keluarga/orang tua, konflik antara bakat dan
pendidikan yang rendah dari segi kualitas dengan sikap
apatisme dalam mengambil alternatif lain (pilihan). Pada
tahapan ini pembimbing berperan sebagai pembimbing dan
konselor, dengan memberikan bantuan dan motivasi kepada
siswa asrama dalam menghadapi permasalahan yang
sedang dihadapinya. Pemberian bantuan untuk
memecahkan kesulitan belajar siswa agar mencapai
kesuksesan dalam belajarnya dan lebih lanjut sesuai dengan
Page 169
152
potensi yang dimilikinya. Bantuan tersebut dapat dilakukan
dengan melalui prosedur dan langkah sebagai berikut:
Identifikasi kasus/masalah yang dialami oleh siswa,
diagnosa yaitu untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitan
yang dialami dan apa yang menjadi latar belakang,
prognosa yaitu memantapkan langkah bantuan yang harus
diberikan kepada siswa yang diidentifikasikan menemui
kesulitan, pemberian bantuan berupa usaha memecahkan
kesulitan yang dialaminya dan evaluasi dan tindak lanjut
guna mengetahui hasil pemberian bantuan yang telah
diberikan kepada siswa. Dan pada tahapan ini pembimbing
juga berperan sebagai pendidik dan pembimbing yang
membantu siswa asrama dalam mengarahkan potensi diri
dan memberikan motivasi dalam memecahkan
permasalahan dalam belajar siswa asrama. Ustadz Fauzun
mengatakan pada saat wawancara dengan peneliti:
“Kebetulan kalo disini kita menyesuaikan aja mba
dengan kurikulum asrama. Tahapannya ada
pembukaan kemudian penyampaian isi lalu
penutup”.133
“Bimbingannya seminggu sekali, dan dalam sebulan
kita juga mengadakan bimbingan public speaking
untuk melatih keberanian dan kemampuan
berkomunikasi siswa asrama mba134
Strategi yang digunakan dalam bimbingan adalah
dengan menggunakan bahasa yang mudah untuk dimengerti
133
Wawancara dengan ustadz Fauzan, Pembina Asrama SMART
Ekselensia Indonesia.Pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 15:30. 134
Wawancara dengan ustadz Hodam, Kepala Asrama SMART
Ekselensia Indonesia.Pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 15:30
Page 170
153
siswa asrama. Cara penyampaian materi dilakukan dengan
menciptakan suasana kenyamanan dan menyenangkan agar
mendapatkan kesan santai namun inti materi yang
disampaikan tetap bisa diambil. Pembimbing melakukan
persuasi dengan siswa asrama untuk mengajak dan
memotivasi siswa agar mampu untuk menyesuaikan diri
ketika berada di lingkungan yang baru, mengembangkan
kemampuannya dan juga giat untuk mengikuti kegiatan
belajar di sekolah maupun bimbingan di asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
“Kita sebisa mungkin menggunakan bahasa yang
ringan mba, supaya siswa asrama juga bisa
mengerti apa yang pembimbing sampaikan, karena
kan kita juga memaklumi keterbatasan siswa
apalagi siswa yang berasal dari daerah khususnya
kalo awal-awal disini banyak siswa yang belum
lancar bicara dengan menggunakan bahasa
Indonesia mba”.135
“Kalo strategi bimbingan ke siswa lebih kepada
mengajak siswa asrama mba, misalnya kalo sudah
jadwalnya kegiatan bimbingan kita mengajak siswa,
menghimbau supaya ikut kegiatan bimbingan. lagi
pula siswa disini penurut mba, jadi mudah untuk
diajak atau diberi tau. Kalo pun ada yang bolos itu
jarang tapi tetap ada konseskuensinya,”136
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat
diasumsikan bahwa pembimbing agama menggunakan
135
Wawancara dengan ustadz Hodam, Kepala Asrama SMART
Ekselensia Indonesia.Pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 15:30 136
Wawancara dengan ustadz Fauzan, Pembina Asrama SMART
Ekselensia Indonesia.Pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 15:30
Page 171
154
bahasa yang mudah pada saat penyampaian materi
bimbingan. Hal ini supaya siswa asrama lebih mudah dalam
menerima dan menerapkan materi yang disampaikan oleh
pembimbing.
Pada saat melakukan bimbingan kepada siswa asrama
ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh pembimbing
yaitu pembimbing berusaha untuk mengidentifikasi
permasalahan pada siswa kemudian pembimbing mencoba
untuk berinteraksi dengan siswa supaya lebih terbuka
terhadap masalah yang sedang dihadapinya setelah
mengetahui permasalahan siswa pembimbing memberikan
bantuan dan terapi kepada siswa asrama (Prognosa) dan
setelah semuanya berjalan pembimbing melakukan evaluasi
dari proses bimbingan yang telah dilaksanakan. Penjelasan
tahapan pembimbing dalam membimbing siswa asrama
dalam mengembangkan kemampuan dan potensi sesuai
dengan minat dan bakat akan dideskripsikan pada tabel 5.3
dibawah ini.
Page 172
155
Tabel 5.3
Tahap Operasional Program Bimbingan Agama di Asrama
SMART Ekselensia Indonesia Bogor
No Program Tahapan Deskripsi
1 2 3 4
1 Bimbingan dan
Penyuluhan
Secara Umum
Pembukaan
Proses pembukaan dilakukan dengan
pembacaan doa-doa yang dipimpin oleh
salah satu siswa asrama yang telah
mendapatkan giliran. Dilanjutkan dengan menyapa siswa asrama,memulai
percakapan dengan bersenda gurau untuk
menciptakan suasana nyaman dan kedekatan antara pembimbing dengan siswa
asrama.
Isi
Pembimbing memberikan materi bimbingan, sesuai dengan kurikulum
asrama SMART Ekselensia Indonesia
Bogor. Materi yang disampaikan merupakan materi pokok dan materi
pendukung.
Penutup Siswa asrama dibimbing oleh pembimbing untuk melakukan doa dan istighfar sebagai
bentuk penutup kegiatan bimbingan dan
refleksi.
2 Bimbingan Secara Khusus
Identifikasi Kasus Pembimbing mengumpulkan data-data tentang siswa asrama dan menganalisis
permasalahan yang sedang dialami oleh
siswa asrama
Diagnosa Pembimbing menetapkan permasalahan
yang sedang dialami oleh siswa dengan
data siswa dan faktor-faktor penyebab permasalahan.
Prognosa Pembimbing menentukan jenis terapi apa
yang akan diberikan untuk membantu siswa
asrama dalam menghadapi permasalahannya.
Pemberian
bantuan (Counseling)
Pada tahap ini pembimbing memberikan
terapi (konseling) pada siswa asrama untuk membantu siswa asrama dalam menghadapi
permasalahan yang dihadapi.
Evaluasi Tahapan ini pembimbing melihat hasil bimbingan agama dan melakukan evaluasi
penilaian program pelaksanaan bimbingan
yang telah dilaksanakan.
3
Bimbingan dan Penyuluhan
Kelompok
Strategi
Mengajak (Persuasi) dan Pengembangan (Development)
Materi Keagamaan, kemandirian, kepemimpinan,
sosial.
Metode Metode ceramah dan demonstrasi terplot.
Fungsi dan Tujuan Melatih siswa asrama untuk bersikap
terbukadan mendorong pengembangan
perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah
laku yang efektif.
Page 173
156
Sumber: Hasil wawancara dengan narasumber
Sebagaimana tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada terdapat
proses pembimbing dalam upaya meningkatkan kepercayaan
diri siswa asrama. Alur pembimbing dalam memberikan
bimbingan adalah dengan pembukaan, isi dan penutup. Proses
pembukaan dilakukan dengan pembacaan doa-doa yang
dipimpin oleh salah satu siswa asrama yang telah mendapatkan
giliran. Dilanjutkan dengan menyapa siswa asrama,memulai
percakapan dengan bersenda gurau untuk menciptakan suasana
nyaman dan kedekatan antara pembimbing dengan siswa
asrama. Pembimbing memberikan materi bimbingan, sesuai
dengan kurikulum asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
Materi yang disampaikan merupakan materi pokok dan materi
1 2 3 4
4 Bimbingan Konseling
Kelompok
Strategi Pencegahan (Preventive) dan Pengembangan (Development)
Materi public speaking dan pendalaman soft skill
Metode Diskusi kelompok (Foccus Group
Discussion), Diskusi tanya jawab
Fungsi dan Tujuan Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak, melatih
sikap tenggang rasa dan kepedulian antar
teman dan melatih pengembangan minat&bakat siswa, mengentaskan
permasalahan kelompok.
5 Bimbingan Konseling
Perorangan
Strategi Konsultatif, penyembuhan (Curative) dan pemeliharaan (Treatment).
Materi Penerimaan diri, pemahaman emosi,
prasangka, konflik, pemahaman alternatif dalam pengambilan keputusan dan
pengembangan hubungan sosial yang
efektif dan produktif.
Metode Bimbingan Individu secara face to face (tatap muka)
Fungsi dan Tujuan Membantu siswa asrama dalam mengatasi
permasalahan/konflik yang sedang dialami, mengatasi hambatan dan kesulitan yang
berkaitan dengan studi, adaptasi dan
penyesuaian lingkungan dan membimbing siswa asrama untuk lebih memahami diri
sendiri serta mengeksplorasi dan memimpin
diri sendiri.
Page 174
157
pendukung dan Siswa asrama dibimbing oleh pembimbing
untuk melakukan doa dan istighfar sebagai bentuk penutup
kegiatan bimbingan dan refleksi.
Tahapan bimbingan pembimbing mengidentifikasi
permasalahan yang dialami oleh siswa asrama, dilanjutkan
dengan diagnosa yaitu pembimbing menetapkan permasalahan
yang sedang dialami oleh siswa dengan data siswa dan faktor-
faktor penyebab permasalahan, kemudian prognosa
pembimbing menentukan jenis terapi apa yang akan diberikan
untuk membantu siswa asrama dalam menghadapi
permasalahannya, selanjutnya pemberian bantuan dalam bentuk
konseling, pada tahap ini pembimbing memberikan terapi
(konseling) pada siswa asrama untuk membantu siswa asrama
dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi dan setelah itu
pembimbing melakukan evaluasi untuk melihat hasil bimbingan
agama dan melakukan evaluasi penilaian program pelaksanaan
bimbingan yang telah dilaksanakan. Strategi yang dilakukan
adalah kegiatan bimbingan dilakukan oleh pembimbing agama
SMART Ekslensia Indonesia dan diikuti oleh seluruh siswa
asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor. materi yang
diberikan pada saat bimbingan meliputi keagamaan,
kemandirian, kepribadian Islami, berdaya guna dan
kepemimpinan, bimbingan di asrama SMART Ekselensia
dimulai dengan mendahulukan materi-materi yang berkaitan
dengan keagamaan lalu kemandirian, kepribadian
kepemimpinan dan mampu untuk berdaya guna dan bimbingan
yang dilakukan oleh pembimbing agama menggunakan bahasa
Page 175
158
yang mudah dimengerti oleh siswa asrama sesuai dengan
kemampuan siswa asrama dan Pembimbing menerapkan strategi
persuasi dengan maksud untuk mengajak, membujuk siswa
asrama dengan memberikan alasan dan tujuan baik yang
meyakinkan siswa.
Sebagaimana tabel 5.3 pemberian bimbingan diasrama
SMART Ekselensia Indonesia adalah bimbingan kelompok,
konseling kelompok dan bimbingan konseling perorangan.
Pembimbingan ini bertujuan dalam mengembangkan seluruh
potensi dan kemampuan siswa asrama secara optimal,
membantu siswa asrama dalam melakukan penyesuaian diri
dengan lingkungan baru, lingkungan SMART Ekslensia
Indonesia dan lingkungan sosial, mengatasi hambatan dan
kesulitan yang dialami siswa asrama. Selain fungsi dan tujuan,
materi, metode dan strategi yang membedakan antara
bimbingan kelompok, konseling kelompok dan bimbingan
konseling adalah jumlah sasaran dalam kegiatan bimbingan
tersebut. Pelaksanaan bimbingan kelompok pada asrama
SMART Ekselensia Indonesia memerlukan masa yang lebih
banyak, yaitu seluruh siswa asrama atau paling sedikit adalah
siswa asrama dalam satu kelas. Kelompok konseling perorangan
pada siswa asrama memerlukan masa yang lebih sedikit
diantaranya 7-8 siswa perkelompok dan untuk bimbingan
konseling perorangan hanya membutuhkan pembimbing dengan
siswa asrama.
Pada saat observasi peneliti mengamati bahwa siswa
asrama SMART Ekselensia setelah pulang sekolah mereka
Page 176
159
sholat ashar berjamaah dan dilanjutkan melakukan kegiatan
bermanfaat, ada yang membaca buku di koridor asrama, ada
yang tampang bersenda gurau di taman, ada yang bermain bulu
tangkis dan futsal. Terlihat bahwa siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor merasakan kenyamanan berada di
lingkungan SMART Ekselensia Indonesia. Suasana hangat yang
diberikan oleh guru dan pembimbing membuat siswa merasakan
memiliki hubungan yang lebih dari sekedar pembimbing dengan
siswa. Siswa asrama menganggap pembimbing sebagai sosok
orang tua mereka selama di asrama dan mereka tidak sungkan
untuk bercanda atau mengungkapkan ketika ada permasalahan
yang mereka alami. Salah satu siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia mengatakan:
“Saya kan dari Malaysia kak, waktu awal kesini
saya butuh waktu untuk menyesuaikan diri. terus
bahasa Indonesia saya juga belum lancar waktu itu,
saya maksimalin untuk belajar terus kak. Tapi
alhamduillah bisa, menurut aku ga sulit si untuk
menyesuaikan diri disini, orang-orangnya juga baik.
guru, ustadz dan kawan-kawan. Tempatnya juga
indah, sejuk jadi nyaman juga sih kak disini mah”137
Berdasarkan wawancara dengan Jefriadi siswa asrama
SMART Ekselensia Indonesia Bogor, terlihat bahwa Jefriadi
tidak merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri, hal ini
dipengaruhi oleh iklim kekeluargaan dari pihak SMART
Ekselensia Indonesia, meliputi guru-guru, pembimbing asrama,
teman-teman dan juga lingkungan yang asri menciptakan
137
Wawancara dengan Jefriadi, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 23 Januari 2020. Pukul 16:00.
Page 177
160
suasana kenyamanan dan mempermudah siswa asrama untuk
berproses untuk menyesuaikan diri mereka. Pada saat
wawancara ustadz Hodam sebagai kepala pembina asrama
mengatakan:
“Kami berusaha dengan apa yang kami bisa, semoga
siswa dapat berproses dengan baik selama disini,
saya masih sering menemui siswa yang curhat pada
saya bahwa dirinya masih sulit untuk menyesuaikan
diri disini, pelan-pelan saya beri nasihat agar siswa
termotivasi dan ingat pada tujuan awal mereka
datang kemari. Karena sangat disayangkan apabila
mereka menyerah dan akhirnya lebih memilih untuk
pulang dikarenakan tidak betah disini. Maka dari itu
saya mewanti-wanti sekali mba kalo keliatannya ada
siswa yang tertinggal diantara teman-teman yang
lainnya.”138
Berdasarkan penuturan dari ustadz Hodam terlihat
bahwa masih ada beberapa siswa yang merasa kesulitan
untuk menyesuaikan diri. Hal ini disebabkan karena siswa
belum terbiasa dengan suasana yang ada di lingkungan
asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor, siswa belum
menyesuaikan kebudayaan di lingkungan yang baru dengan
lingkungan lama, kepribadian siswa yang tertutup sehingga
hal ini menyulitkan untuk membangun interaksi seseorang
dilingkungannya dan rasa tidak percaya diri dan minder
dengan kemampuan untuk bergaul dengan orang baru
karena merasa tidak memiliki potensi dan kemampuan.
138
Wawancara dengan Ustadz Hodam, Kepala Pembina Asrama
SMART Ekselensia Indonesia, pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 15:30.
Page 178
161
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu
menyesuaikan diri.
Oleh karena itu pembimbing agama di asrama
SMART Ekselensia Indonesia mengunakan pendekatan
emosional dengan menciptakan suasana kenyamanan bagi
siswa asrama, lebih sering melakukan interaksi dengan
siswa, membuat kelompok diskusi. Hal ini dilakukan
supaya terjalin kedekatan antara pembimbing dengan siswa
asrama agar siswa asrama lebih terbuka dengan
pembimbing dan memotivasi semangat siswa dalam
mengikuti kegiatan bimbingan agama di asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
3. Tahap Cek
Pada tahapan ini dimulai dengan melakukan
pertemuan staf sekolah dengan staf BP (Bimbingan
Penyuluh) dan pembimbing agama pada saat diperlukan,
secara rutin ataupun secara insidentil sesuai dengan kasus
yang dijumpai. Pada tahap ini perlu dilakukan koordinasi
antara pihak sekolah dengan pembimbing agama di asrama
untuk mensinkonkan materi yang diberikan agar sesuai
dengan kebutuhan siswa asrama. Selanjutnya untuk
memaksimalkan program bimbingan penyuluhan maka
dilaksanakan kegiatan hubungan masyarakat melalui
berbagai cara dan kesempatan yang bertujuan agar dapat
terbina pemahaman dan pengertian serta saling bantu
membantu dikalangan orang tua murid khususnya serta
Page 179
162
masyarakat pada umumnya tentang pentingnya program
bimbingan penyuluhan agama. Tahapan ini mengarahkan
kepada diperlukannya seminar atau sosialisasi untuk
menumbuhkan kesadaran masyarakat yang berkaitan
dengan pentingnya program bimbingan dan penyuluhan.
Tahapan cek akan dideskripsikan pada tabel 5.4 dibawah ini
Tabel 5.4
Tahapan Cek Program Bimbingan Agama di Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor
No Tahapan Aktor Deskripsi
1 Koordinasi Pembimbing
Agama dan pihak sekolah SMART
Ekselensia
Indonesia Bogor.
Kepala pembina asrama melakukan rapat
koordinasi dengan pembimbing agama dan pihak sekolah sebelum melakukan
pembimbingan agama dengan siswa
asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
2 Pemberian
Informasi dan Orientasi.
Pembimbing dan
Siswa Asrama.
Pembimbing agama dan pihak sekolah
memberikan informasi tentang tata tertib asrama, keasramaan dan lingkungan
SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
Tujuannnya supaya siswa memiliki gambaran tentang keadaan dan lokasi
pendidikan yang hendak dilaluinya.
3 Pembagian
Kelompok
Pembimbing dan
Siswa Asrama.
Pembimbing membagi siswa asrama
kedalam kelompok belajar untuk mempermudah proses pelaksanaan
pembimbingan agama.
4 Penempatan Posisi Minat
dan Bakat
Pembimbing dan Siswa Asrama.
Pembimbing memastikan bahwa siswa asrama telah memilih kegiatan
ekstrakurikuler yang berdasarkan minat
dan bakat siswa asrama.
5 Sosialisasi
Pelaksanaan
Pembimbingan Agama
Pembimbing
Agama dan Siswa
Asrama.
Pembimbing memberikan saran dan
motivasi kepada siswa asrama supaya
siswa memiliki semangat dalam mengikuti kegiatan pembimbingan
agama di Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
Sumber: Hasil wawancara dengan narasumber
Sebagaimana tabel 5.4 diatas tahapan cek yang
dilakukan oleh pembimbing dimulai dengan melakukan
koordinasi dengan pembimbing agama dan pihak lembaga
Page 180
163
SMART Ekselensia Indonesia. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya kesalahan komunikasi pada saat
pelaksanaan pembimbingan agama. Selanjutnya pembimbing
memberikan informasi tentang tata tertib, dan
mendeskripsikan lingkungan SMART Ekselensia Indonesia
Bogor. Hal ini dilakukan supaya siswa asrama memiliki
gambaran tentang keadaan dan kondisi lokasi pendidikan
yang hendak dilaluinya. Pemimbing membagi siswa asrama
kedalam beberapa kelompok hal ini untuk mempermudah
proses pembimbingan melatih siswa asrama untuk
berinteraksi antar siswa asrama. kemudian pembimbing
memastikan bahwa siswa asrama telah memilih kegiatan
ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan bakat. Hal ini
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi
siswa asrama. Terakhir pembimbing melakukan sosialisasi
tentang pentingnya mengikuti kegiatan pembimbingan
agama dengan memberikan saran dan motivasi kepada siswa
asrama supaya siswa memiliki semangat dalam mengikuti
kegiatan bimbingan di Asrama SMART Ekselensia Indonesia
Bogor.
4. Tahap Aksi
Tahap aksi merupakan umpan balik penilaian atas
pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan yang telah
diberikan kepada siswa untuk mengetahui sampai dimana
efektivitas dan efisiennya dalam hubungannya dengan
program pendidikan pada umumnya. Hasilnya akan
Page 181
164
digunakan sebagai data masukan untuk penyempurnaan
program lebih lanjut. Tahapan ini adalah tahapan terakhir
yaitu pembimbing melakukan evaluasi secara keseluruhan
terhadap pelaksanaan bimbingan yang sudah dilaksanakan,
dengan meningkatkan program-program bimbingan yang
dinilai masih belum maksimal. Tahapan aksi dalam
bimbingan agama akan dideskripsikan pada tabel 5.5
dibawah ini.
Tabel 5.5
Tahap Aksi Bimbingan Agama di Asrama SMART Ekselensia Indonesia
Bogor
No Tahapan Aksi Evaluasi
1 2 3 4
1
Materi Pemberian materi kepada
siswa asrama dengan mengacu pada kurikulum
asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor. Materi
yang diberikan adalah materi
tentang keagamaan, kemandirian, kepemimpinan
dan kehidupan sosial.
Pemberian materi untuk siswa
asrama masih belum maksimal hal ini dikarenakan belum
adanya upgrade materi dari yang sebelumnya dan belum
menyesuaikan keadaan dan
kebutuhan siswa baru asrama SMART Ekselensia Indonesia
Bogor.
Metode Metode yang diberikan pada
pelaksanaan bimbingan agama adalah ceramah,
sharing dan mentoring,
metode diskusi kelompok, metode konseling dan
metode peragaan. Bimbingan
dilakukan dengan menggunakan bahasa yang
mudah dipahami oleh siswa
asrama. Pembimbing menerapkan strategi persuasi
untuk mengajak dan
membujuk siswa asrama dalam mengikutikegiatan
bimbingan.
Metode pembimbingan yang
digunakan belum menyesuaikan dengan karakter
dan kepribadian siswa asrama.
sehingga untuk efektivitas proses bimbingan diperlukan
metode lain dengan
menyesuaikan karakter siswa asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
Media Media merupakan fasilitas yang digunakan oleh
pembimbing sebagai sarana
untukmembantu memudahkan proses
pembimbingan, media yang
digunakan adalah pemutaran film, power point dan alat
peraga
Media yang digunakan pada saat pembimbingan masih
terbatas dan kurang memadai.
Sehingga siswa asrama sedikit kesulitan dalam menerima
informasi dan materi yang
disampaikan oleh pembimbing.
Page 182
165
1 2 3 4
2
Peran Pembimbing
Agama
Peran pembimbing sebagai koordinator, pendidik,
konselor, pembimbing.
Peran pembimbing di asrama SMART Ekselensia Indonesia
sudah cukup optimal. Namun
perlu lebih diperhatikan lagi pada interaksi dengan siswa
asrama.
3 Kepercayaan
Diri Siswa Asrama
SMART
Ekselensia
Indonesia.
Setelah mengikuti
pembimbingan, terdapat perubahan pada siswa asrama
yang berdampak pada
kesadaran akan kemampuan
dan potensi, lebih percaya
diri, mandiri, memiliki pemikiran positif, optimis
dan memiliki keberanian
dalam menentukan keputusan
Beberapa siswa asrama masih
ada yang minder dengan keadaan dan profesi orang tua,
siswa juga merasa sedikit
kesulitan, sehingga
membutuhkan waktu lebih
lama dalam menyesuaikan diri dan beradaptasi pada
lingkungan baru. Melihat hal
ini diharapkan pembimbing bisa lebih memaksimalkan
proses pelaksanaan bimbingan
supaya dapat membantu siswa dalam menghadapi kesulitan
dan permasalahan yang selama
ini menjadi penghambat kepercayaan diri siswa asrama.
Sumber: Hasil wawancara dengan narasumber yang sudah diinterpretasikan oleh
peneliti
Sebagaimana pada tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa
terdapat beberapa aspek yang perlu ditingkatkan lagi pada
pelaksanaan bimbingan diantaranya adalah pada pemberian
materi bimbingan masih belum maksimal hal ini dikarenakan
belum adanya upgrade materi dari yang sebelumnya dan belum
menyesuaikan keadaan dan kebutuhan siswa baru asrama
SMART Ekselensia Indonesia Bogor, pada metode
pembimbingan yang digunakan belum menyesuaikan dengan
karakter dan kepribadian siswa asrama. Sehingga efektivitas
proses bimbingan diperlukan metode lain dengan menyesuaikan
pada karakter siswa asrama dan untuk media yang digunakan
pada saat pembimbingan masih terbatas dan kurang memadai.
Sehingga siswa asrama sedikit kesulitan dalam menerima
informasi dan materi yang disampaikan oleh pembimbing.
Page 183
166
Sebagaimana pada tabel 5.5 pada peran pembimbing, perlu
adanya peningkatan pelaksanaan bimbingan yang lebih
maksimal dengan memperhatikan hal-hal yang masih perlu
lebih ditingkatkan. Seperti sikap siswa asrama, kemampuan
siswa asrama dalam memahami dan mengimplementasikan
materi yang diberikan pada saat pelaksanaan bimbingan dan
pada kepercayaan diri siswa asrama sejauh ini sudah berdampak
positif pada siswa asrama, namun ada beberapa hal yang masih
menjadi kendala siswa asrama untuk lebih percaya diri,
diantaranya ada beberapa siswa asrama yang masih minder
dengan keadaan dan profesi orang tua mereka dan beberapa
diantaranya juga merasa kesulitan dalam menyesuaikan diri dan
beradaptasi pada lingkungan yang baru. Melihat hal ini
diharapkan pembimbing lebih maksimal dalam memberikan
membimbing siswa asrama untuk lebih percaya diri dan
mengimplementasikan rasa percaya dirinya pada hal-hal yang
positif dan bermanfaat.
C. Kepercayaan Diri Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
Pada awal kedatangan siswa asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor banyak siswa yang mengalami shock culture
yang beprengaruh dengan kepercayaan diri siswa. Siswa asrama
cenderung menutup diri, kesulitan dalam bergaul, minder, tidak
mau melakukan interaksi dengan orang baru dan tidak sedikit
siswa asrama meminta untuk pulang kerumah mereka. Hal ini
tentu berdampak pada proses belajar siswa di SMART
Page 184
167
Ekselensia Indonesia. siswa menjadi sulit untuk
mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Hal ini
didukung oleh penuturan dari pembimbing agama asrama
SMART Ekselensia Indonesia, bahwa siswa asrama sebenarnya
memiliki potensi, namun terhambat oleh rendahnya tingkat
kepercayaan diri, dan hal ini justru menghambat proses belajar
dan prestasi siswa. Menurut Maslow kurangnya percaya diri
akan menghambat pengembangan potensi diri. seseorang akan
menjadi pesimis dalam menghadapi tantangan, ragu-ragu dalam
menyampaikan gagasan dan bimbang dalam menentukan
pilihan/keputusan.139
Kepercayaan diri merupakan suatu aspek penting yang
harus dimiliki oleh seseorang. Kepercayaan diri dapat berawal
dari diri sendiri dan dukungan orang lain. Kepercayaan diri
dapat mengubah seseorang menjadi lebih berani dalam
menghadapi sesuatu dan lebih yakin dan mampu dalam
menghadapi permasalahan. Seseorang yang percaya diri lebih
mudah dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, lebih
mudah dalam menjalin berinteraksi dan beradaptasi
dibandingkan dengan seseorang yang tidak percaya diri. Karena
seseorang yang percaya diri memiliki pegangan yang kuat,
memiliki keyakinan untuk mampu mengembangkan motivasi
dan sanggup untuk belajar dan bekerja keras untuk kemajuan.
Menurut Adler, kebutuhan manusia yang paling penting
adalah kebutuhan akan rasa percaya diri dan rasa superioritas.
Rasa percaya diri juga dapat diartikan sebagai suatu
139
Kartono, Kartini, Psikologi Anak (Jakarta: Alumni, 2000), h.202.
Page 185
168
kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki setiap orang
dalam kehidupan serta bagaimana orang tersebut memandang
dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep dirinya.140
Dalam wawancaranya dengan peneliti Iqbar mengatakan:
“Aku suka diledekin sama temen-teman karena aku
kan kalo di desa ngomongnya pake bahasa daerah
kak, jadi kalo ngomong bahasa Indonesia masih kaku
banget. Dulu sempet baper sih aku jadi males mau
ngajak ngobrol jadi ya diem aja kak, tapi itu dulu sih.
Sebenernya disini orangnya baik-baik kok kak”141
Dari pernyataan Iqbar tersebut terlihat bahwa permasalahan
yang dialami oleh Iqbar adalah karena dirinya merasa belum
terlalu mengenal dan bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, sehingga ia merasa mudah tersinggung karena
ucapan-ucapan dari orang disekitarnya.
“Aku kan tinggal di Desa kak, nggak pernah main ke
kota. Jadi aku ga PD kalo misal diajak main ke kota.
Apalagi kalo anak kota kan keliatannya pinter, cakep,
pokoknya enak diliat. Nah saya tinggal di desa gini
pasti ga bakal bisa nyaingin mereka sih, kayanya
berat aja gitu kak, tapi kalo sekarang sih ngga gitu
lagi kak, ternyata yaa sama aja sih mau di desa mau
di kota, tinggal gimana kita mau belajar dan
mengembangkan potensi kita aja biar ngga kalah
saing sama anak kota”142
Dari pernyataan yang disampaikan oleh Aziz tersebut
terlihat bahwa, pada awal kedatangan siswa merasa kurang
140
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi( Edisi Revisi).
(Bandung: Remaja Rosdakarya 2018). h.3. 141
Wawancara dengan Iqbar, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 20 Januari 2020. Pukul 16:00. 142
Wawancara dengan Aziz, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 20 Januari 2020. Pukul 16:45
Page 186
169
percaya diri dan merasa bahwa kesulitan untuk
mengembangkan potensi yang mereka miliki. Tapi dengan
seiring berjalannya waktu, dengan motivasi dan bimbingan
dari pembimbing kesadaran siswa asrama mulai tumbuh dan
menyadari bahwa segala proses harus dilewati dengan
sungguh-sungguh agar menuai hasil yang sesuai dengan apa
yang dicita-citakan. Menurut penuturan dari Wildani saat
wawancara terlihat bahwa siswa asrama merasakan
kenyamanan dan memiliki kedekatan dengan pembimbing
sehingga siswa asrama merasa percaya diri dalam menghadapi
permasalahan.
“Alhamdulillah mba, siswa sekarang jadi lebih terbuka
dengan pembimbing. Biasanya kalo ada masalah di
sekolah, dengan teman satu asrama suka curhat
dengan pembimbing. Walaupun ada beberapa siswa
yang masih malu dan perlu dipancing dulu mba supaya
mau terbuka. Tapi kembali lagi itu karakter dan kami
disini membimbing bukan memaksakan kehendak siswa
asrama”.143
Selain itu siswa asrama dulunya merasa kesulitan untuk
menentukan minat dan bakat sesuai dengan kemampuan
mereka. Banyak dari siswa asrama yang bingung dalam
menentukan bidang kemampuan/potensi yang sesuai dengan
minat siswa. Dalam wawancara dengan peneliti Rijal
mengatakan:
“Awal dateng kesini SMP, bingung aja kak awalnya.
Karena ga tau punya bakat apaan. Aku juga susah kak
kalo disuruh milih sesuatu gitu.Tapi disini diarahkan
143
Wawancara dengan ustadz Hodam, Kepala Pembina Asrama
SMART Ekselensia Indonesia, pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 16:00.
Page 187
170
sama guru dan ustadz di asrana. Terus karena emang
diwajibkan ikut organisasi dan ekstrakurikuler jadi yaa
lama-lama tau juga si minatnya dibidang apa yang
penting mau mencoba dan belajar kak”144
Dari pernyataan Rijal tersebut, terlihat bahwa dirinya merasa
tidak ada yang mengarahkan dalam menentukan minat dan
kemampuan. Sehingga ia kesulitan dalam menentukan sebuah
pilihan. Dalam wawancara dengan peneliti ustadz Sriyono
menuturkan:
“Siswa kadang suka galau mbak kalo misal dikasih
pilihan, makannya kebanyakan curhat dulu sama
pembimbing disini, kami sebisa mungkin ngasih saran
yang terbaik bagi mereka kedepannya. Keberadaan
seorang pembimbing di sebuah asrama itu, bukan
hanya sebagai seseorang yang membina siswa dalam
belajar ilmu keagamaan atau menghafal Al-Qur’an.
Tetapi juga sebagai keluarga kedua yang memberikan
dukungan kepada siswa, mengarahkan siswa agar
mampu untuk terus upgrade diri, kemampuan, potensi
mereka yang kelak itu juga demi masa depan mereka
dan bisa jadi kebanggaan keluarga dan juga SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.145
Dari penjelasan dari ustadz Sriyono tersebut dapat diamati
bahwa pembimbing membangun iklim kekeluargaan dengan
siswa asrama agar mereka merasakan adanya hubungan
emosional yang erat. Pembimbing menganggap siswa asrama
sebagai bagian dari keluarga. Pembimbing memberikan
bimbingan, nasihat kepada siswa untuk membantu siswa
144
Wawancara dengan Rijal, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 20 Januari 2020. Pukul 16:45 145
Wawancara dengan ustadz Sriyono, Pembina Asrama SMART
Ekselensia Indonesia, pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 16:30
Page 188
171
supaya memiliki keberanian untuk memutuskan suatu pilihan
yang terbaik sesuai dengan hati dan yang mereka butuhkan.
Pembimbing agama asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor mengaku bahwa ada beberapa hambatan yang
dirasakan saat melakukan bimbingan dengan siswa asrama,
seperti memberikan bimbingan agar mampu untuk
mempengaruhi dan sedikit demi sedikit melatih dan mengubah
perilaku sasaran sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini perlu
dilakukan dengan metode yang tepat agar tidak terjadinya
kesalahan yang mengakibatkan kesalahan sehingga proses
bimbingan tidak berjalan dengan harapan. Dalam wawancara
dengan peneliti pembimbing mengatakan:
“Saya melihat perkembangan yang sangat pesat dalam
diri siswa mba. Kalo soal IQ memang sudah tidak
diragukan lagi, tinggal meyakinkan mereka saja kalo
mereka itu bisa dan punya kemampuan untuk bersaing.
Kegiatan di asrama banyak yang memicu agar siswa
berani untuk tampil didepan banyak orang. kegiatan
yang melatih kemandirian pun ada. Sisanya pembimbing
melakukan penyuluhan ke siswa, dengan memberikan
motivasi, dukungan supaya siswa punya semangat
belajar yang tinggi dan mau untuk mengembangkan
kemampuan/ potensi mereka. dan Alhamdulillah sekarah
sudah terlihat perkembangannya mba, walaupun masih
ada yang sedikit malu-malu. Tapi ini sudah 80% siswa
berani dan percaya diri.146
Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh ustadz
Fauzan, dapat diamati bahwa siswa sudah mengalami
perkembangan yang meningkat setelah diberikan bimbingan dan
146
Wawancara dengan Ustadz Fauzan, Pembina Asrama SMART
Ekselensia Indonesia, pada tanggal 23 Januari 2020, pukul 15:30.
Page 189
172
mengikuti beberapa kegiatan wajib yang ada di asrama. Siswa
sudah berani untuk membuka diri mereka dalam lingkungan
yang baru, dengan bekal bimbingan yang siswa dapatkan
melalui kegiatan bimbingan di asrama, siswa menjadi
termotivasi untuk belajar dan mengembangkan kemampuan dan
potensi yang ada dalam dirinya.
Hal ini terlihat dari semangat siswa dalam mengikuti
kegiatan dan juga perlombaan yang membuat diri mereka
bangga atas pencapaian yang telah mereka raih. Hal ini semakin
membuat siswa asrama merasa terpacu untuk belajar giat dan
membuktikan bahwa mereka memiliki kemampuan. Seperti
keterangan dari siswa yang bernama Daffa:
“Menurut aku perlu banget sih kak kita sebagai manusia
kita harus terus menggali potensi diri kita, apalagi udah
ada fasilitasnya, sayang aja kalo ga belajar rajin.
Semenjak disini aku jadi makin berani kak, makin PD.
Aku jadi seneng setiap ada lomba story telling aku ikut,
kalah ga masalah yang penting bisa dapet pengalaman
baru”147
“Kalo aku sih mikirnya kan aku disini diamanahi sama
orang tua kak, jadi aku harus bisa membuktikan juga kalo
aku bisa ngejaga kepercayaan dan harapan yang udah
orang tua kasih. Begitu kata ustadz kalo lagi nasehatin,
tapi ada benernya juga. Jadi makin semangat belajar kalo
inget orang tua di rumah.”148
147
Wawancara dengan Rijal, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 20 Januari 2020. Pukul 16:45. 148
Wawancara dengan Wildani, Siswa Asrama SMART Ekselensia
Indonesia, pada tanggal 20 Januari 2020. Pukul 16:45.
Page 190
173
Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh beberapa
siswa asrama dan pembimbing dapat disimpulkan bahwa pada
awal kedatangan di asrama SMART Ekselensia Indonesia siswa
merasa kurang percaya diri, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor yang mempengaruhi, diantaranya siswa merasa kesulitan
dalam bersoalisasi dan beradaptasi pada lingkungan yang baru.
Kemudian siswa merasa minder dengan keadaan dirinya dan
latar belakang keluarga. Sehingga dikhawatirkan hal ini dapat
menghambat proses belajar dan mempengaruhi prestasi siswa
asrama. Dengan pemberian bimbingan di asrama diharapkan
mampu memotivasi dan lebih meningkatkan kepercayaan diri
siswa asrama. Supaya siswa asrama memiliki rasa percaya diri
dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki, memiliki
pemikiran yang positif dan optimis serta mampu dalam
mengambil sebuah keputusan. Menurut Hendra Widjaja
seseorang yang percaya diri adalah sesorang mampu untuk
bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki rasa
positif terhadap diri sendiri dan memiliki tujuan dan rencana
untuk hidupnya.149
Dukungan, apresiasi dan pengakuan merupakan salah satu
faktor yang dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri
seseorang. Dengan diberikan dukungan, apresiasi dan
pengakuan, seseorang dapat lebih percaya diri untuk mencapai
tujuan yang direncanakan, termotivasi dan merasa memiliki
149
Hendra Widjaja. Berani Tampil Beda dan Percaya Diri.
(Yogyakarta: Araska, 2016), Cet Ke-1,h. 54
Page 191
174
kesempatatan untuk lebih meningkatkan tujuan yang diinginkan.
Gambaran kepercayaan diri siswa asrama akan dideskripsikan
pada tabel 5.6 di bawah ini.
Tabel 5.6
Gambaran Tingkat Kepercayaan Diri Siswa Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
Aspek Sub Aspek Deskripsi
Unsur Internal
Keyakinan akan
kemampuan dan
potensi.
Percaya dengan
kemampuan dan
potensi yang dimiliki.
Siswa asrama (RD, MI, WF &JF) merasa
memiliki kemampuan dan potensi. Dan
siswaasrama (MD& WF) merasa tidak yakin dengan kemampuan dan potensi diri.
Percaya dengan ilmu
yang dimiliki dapat bermanfaat.
Siswa asrama (MI&AR) merasa percaya bahwa
ilmu yang dimiliki dapat bermanfaat. Dan siswa asrama ( NR, MD& WF) tidak memiliki
keyakinan dengan kebermanfaatan ilmu yang
dimiliki
Dapat diberikan
motivasi dan
dukungan.
Siswa asrama (MI, MD, AR, JF &WF) merasa
percaya diri setelah diberikan motivasi dan
dukungan. Dan pada siswa asrama (AA. MI) merasa kesulitan dalam menerima dukungan
dan motivasi dari seseorang.
Berpikir positif,
optimis dan dapat menentukan
keputusan.
Berpikir positif Pada siswa asrama (MD, WF, MI & AA)
memiliki pemikiran yang positif dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan.
Pada siswa asrama (YR&NR) merasa kesulitan
untuk berpikir positif dalam menghadapi permasalahan.
Optimis Siswa asrama (AR, AA, FR, MI, RD &WF)
memiliki sikap dan keyakinan dengan harapan dan cita-cita. Pada siswa asrama (MI& JF)
memiliki kesulitan dalam bersikap optimis
dalam menghadapi permasalahan.
Dapat menentukan keputusan
Siswa asrama (MD, JF, AR& MI) memiliki keyakinan dan keberanian dalam menentukan
keputusan. dan pada siswa asrama (NR &AA)
merasa kesulitan ketika dihadapkan pada keputusan/pilihan.
Mudah menjalin
interaksi dan berani tampil di depan
publik.
Mudah dalam menjalin
interaksi.
Siswa asrama (AR, RD, JF& WF) merasa
senang berinteraksi dan memiliki inisiatif untuk memulai interaksi dengan orang baru. Pada
siswa asrama (MI&NR) merasa tidak percaya
diri dan minder ketika berinteraksi dengan seseorang yang baru dikenal.
Berani tampil di depan
publik.
Pada siswa asrama (MI, AA, RD, JF & WF)
memiliki keberanian dan merasa bangga ketika
berbicara di depan publik. Dan siswa asrama
(NR&YR) merasa malu dan takut ketika
berbicara di depan banyak orang.
Page 192
175
Unsur Eksternal
Bersikap menerima dan menghargai
sesuatu.
Bersikap menerima dan memahami suatu
keadaan.
Pada siswa asrama (MD, AR, AA, WF, JF& MI) merasa tidak bermasalah dengan pekerjaan
orang tua dan keadaan keluarga. dan siswa
asrama ((NR, YR& RD) merasa malu dan minder dengan pekerjaan orang tua dan keadaan
keluarga.
Mampu untuk
menghargai sesuatu
Pada siswa asrama(MD, AA, JF, MI &RD)
siswa tidak pernah mengeluh karena keadaan dan merasa bersyukur dengan kemampuan
pencapaian yang diperoleh. Dan pada siswa (W,
MD& NR) siswa merasa sedih bahkan malu
ketika menceritakan keadaan keluarga dan
menceritakan pekerjaan orang tua.
Mampu beradaptasi dan menyesuaikan
diri.
Dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri di
lingkungan baru.
Siswa asrama (YR, JF, AA& MI) merasa mudah ketika beradaptasi dan menyesuaikan diri di
lingkungan baru. Dan pada siswa asrama (MD)
merasa kesulitan dalam beradaptasi dan menyesuaikan diri di lingkungan yang baru.
Mudah untuk
bersosialisasi di lingkungan baru.
Pada siswa asrama ( RD, AR, JF, FR&WF)
merasa senang ketika bersosialisasi dengan seseorang. Pada siswa asrama (MD&NR) siswa
merasa tidak percaya diri dan kesulitan ketika
bersosialisasi di lingkungan yang baru.
Sumber: hasil wawancara dengan narasumber yang telah diinterpretasikan oleh peneliti
Keterangan:
MI= Muhammad Iqbar, RD= Rijal Daul, JF= Jefriadi, FR= Fabian Ramdhani,
YR= Yika R Dilanzra, AA= Auliya Abdul, AR= Abdul Rahman, NR= Nabil
Rizki, MD= Muhammad Daffa Muzzaki, WF= Wildani Fadhilah
Berdasarkan gambaran kepercayaan diri siswa asrama pada
tabel 5.6 dapat disimpulkan bahwa gambaran kepercayaan diri
siswa asrama lebih banyak dipengaruhi oleh unsur internal
daripada unsur eksternal, hal ini dikarenakan dalam unsur
internal terdapat konsep diri individu yang membantu individu
untuk memahami dan memiliki penilaian terhadap diri sendiri.
Sebagaimana menurut Hendra Widjaja dalam buku Berani
Tampil Beda dan Percaya Diri, faktor internal lebih memiliki
pengaruh terhadap kepercayaan diri, hal ini dikarenakan dalam
unsur internal terdapat konsep diri, yaitu pandangan dan sikap
seseorang terhadap dirinya sendiri dan inti dari kepribadian
Page 193
176
seseorang yang memiliki peran penting dalam menentukan dan
mengarahkan perkembangan kepribadian individu.150
Kemudian pada sub aspek unsur internal yaitu, pertama
merupakan keyakinan akan kemampuan dan potensi yang
dimiliki pembimbingan berupaya dalam meningkatkan
kepercayaan diri siswa asrama dilakukan oleh pembimbing
asrama untuk meningkatkan kesadaran siswa asrama bahwa
dirinya memiliki kemampuan dan potensi agar mampu
mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki.
Dalam pelaksanaan bimbingan, pembimbing mengatakan
bahwa sejauh ini siswa asrama dapat diarahkan untuk lebih
yakin dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Pada saat
diberikan bimbingan dan motivasi, siswa mudah dalam
menerima dan mampu mengimplementasikan dalam kehidupan.
Kedua, berpikir positif, optimis dan dapat menentukan
keputusan merupakan sub aspek internal dalam hal ini
pembimbing mengarahkan siswa asrama untuk memiliki
pemikiran dan pandangan yang baik terhadap suatu hal sehingga
siswa asrama mampu dalam menentukan suatu keputusan. Hal
ini terlihat pada saat kegiatan sharing&mentoring dan pelatihan
kemandirian, siswa asrama terarah untuk memiliki pandangan
dan pemikiran yang baik terhadap suatu hal. Menurut
pembimbing asrama masih ada beberapa siswa yang kesulitan
dalam berpikir positif akan suatu hal. Hal ini dikarenakan
perbedaan karakter tiap siswa dan pengaruh lingkup pertemanan
150
Hendra Widjaja, Berani Tampil Beda dan Percaya Diri.
(Yogyakarta: Araska, 2016) h.64.
Page 194
177
yang menyebabkan perbedaan antara siswa satu dengan yang
lainnya.
Ketiga, mudah dalam menjalin interaksi dan berani tampil
didepan publik. Pada sub aspek ini dalam mengukur tingkat
kepercayaan diri seseorang dapat dilihat dari kemudahan
seseorang dalam menjalin interaksi dan keberanian dalam
tampil dan menunjukan kemampuannya kepada khalayak.
Pelatihan public speaking yang dilaksanakan di asrama
membantu siswa asrama untuk lebih percaya diri dan mengasah
ilmu berkomunikasi dan tampil didepan khalayak.
Keempat, bersikap menerima dan menghargai sesuatu.
Menurut penuturan pembimbing asrama, beberapa siswa ada
yang malu dan minder kemudian mengeluhkan keadaan dan
pekerjaan orang tuanya. Hal ini terlihat pada saat kegiatan
sharing&mentoring, siswa asrama mengaku bahwa dirinya
merasa sedikit kesulitan dalam menerima dan menghargai
sesuatu. Siswa asrama memiliki keyakinan, pemikiran yang
optimis dan positif namun kesulitan dalam menerima dan
menghargai sesuatu, hal ini disebabkan karena kurangnya
edukasi pembimbingan tentang bersyukur, menerima dan
menghargai sesuatu dengan baik.
Kelima, mampu beradaptasi dan menyesuaikan merupakan
salah satu sub aspek yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat kepercayaan diri seseorang. Menurut pembimbing
asrama, pada dasarnya siswa mampu untuk beradaptasi dan
menyesuaikan diri, namun membutuhkan waktu yang berbeda
tiap siswa dalam beradaptasi dan menyesuaikan diri. Pada saat
Page 195
178
kegiatan sharing & mentoring, siswa asrama mengaku bahwa
kadang sulit dalam beradaptasi dan menyesuaikan diri di
lingkungan baru.
Berdasarkan deskripsi pada tabel 5.6 dapat disimpulkan
bahwa gambaran kepercayaan diri siswa asrama lebih dominan
pada aspek keyakinan akan kemampuan dan potensi, berpikir
positif, optimis dan dapat menentukan keputusan serta mudah
dalam menjalin interaksi dan tampil di depan publik. Hal ini
dikarenakan berdasarkan hasil wawancara dengan siswa asrama
dan pembimbing, setelah diberikan bimbingan siswa asrama
lebih merasa memiliki kesadaran untuk percaya terhadap
kemampuan dan potensi yang dimiliki. Siswa asrama juga
menjadi terbimbing untuk berpikir positif dalam menghadapi
suatu hal, dan siswa asrama lebih bijaksana dalam menentukan
suatu pilihan dan keputusan. Kemudian siswa asrama cukup
baik dalam memulai interaksi dengan seseorang dan memiliki
keberanian ketika tampil di depan publik. Sedangkan pada
aspek bersikap menerima, menghargai sesuatu serta kemampuan
dalam menyesuaikan diri dan beradaptasi, dinilai kurang
dominan. Hal ini dikarenakan siswa asrama masih merasa
kurang percaya diri dan minder dengan keadaan ekonomi dan
latar belakang keluarga. Disamping itu siswa asrama merasa
malu dan memiliki perasaan takut tidak diterima ketika berada
di lingkungan yang baru, dan hal ini yang menyebabkan siswa
asrama kesulitan dalam menyesuaikan diri dan beradaptasi pada
lingkungan yang baru.
Page 196
179
D. Dampak Pelaksanaan Bimbingan Agama Di Asrama
SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
SMART Ekselensia merupakan merupakan lembaga
pendidikan yang diperuntukan bagi siswa-siswa Indonesia yang
mempunyai tingkat intelegensi di atas rata-rata namun
mempunyai keterbatasan dalam bidang finansial. Tidak sedikit
siswa yang mengalami shock culture sehingga ini berdampak
kepada rendahnya kepercayaan diri siswa. Hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti habit (kebiasaan), ekonomi
keluarga, kepribadian siswa dan lain sebagainya.
Dampak merupakan pengaruh kuat yang mendatangkan
akibat baik negatif maupun positif. Dampak yang dihasilkan
pada penelitian ini adalah dampak positif. Hal ini terlihat
Setelah melalui melewati proses pendidikan dan kegiatan
bimbingan di asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor,
sedikit demi sedikit membawa perubahan yang positif bagi
siswa asrama diantaranya adalah siswa asrama mampu
mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki dan
menjadi siswa yang berprestasi. Untuk mencapai hal tersebut
diperlukan pembimbingan dan metode yang sesuai tiap siswa.
Menurut pembimbing agama di asrama SMART Ekselensia
Indonesia, siswa asrama menjadi lebih terbuka, percaya diri,
dapat diberikan tanggung jawab, mampu berpikir rasional dan
positif. Menurut Hendra Widjaja seseorang yang percaya diri
percaya dengan kemampuannya sendiri, memiliki rasa positif
terhadap diri sendiri, bertanggung jawab dan berpikir
Page 197
180
rasional.151
Hal ini terlihat dengan banyaknya siswa yang
mengikuti beberapa kompetisi kejuaraan seperti di bidang
akademik maupun olah raga.
Selain itu pelaksanaan bimbingan yang telah dilaksanakan
di asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor membantu
menumbuhkan kesadaran untuk mengembangkan kemampuan
dan potensi diri secara optimal. Sebagaimana menurut
penuturan salah satu pembimbing yang bernama ustadz Hodam
mengatakan bahwa:
“Saat bimbingan pembimbing sering memotivasi
siswa dengan memberikan materi tentang
menumbuhkan kesadaran kepercayaan diri dan juga
untuk belajar mengembangkan kemampuan dan
potensi yang dimiliki. Sejauh ini cukup efektif
bimbingan yang kami berikan dan cukup berdampak
pada perkembangan siswa asrama. Siswa menjadi
lebih percaya diri dengan kemampuan dan potensi
yang dimiliki dan lebih berani untuk menunjukan
kepada orang lain.”152
Berdasarkan keterangan dan penuturan dari ustadz Hodam
dapat disimpulkan bahwa setelah siswa asrama mendapatkan
bimbingan di asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor
siswa asrama lebih percaya diri. Siswa asrama berani untuk
menunjukan kemampuanya kepada khalayak dan menjadi lebih
menghargai diri secara positif. Siswa lebih mudah dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dan memiliki
tanggung jawab dengan keputusan yang telah dipilih.
151
Hendra Widjaja, Berani Tampil Beda dan Percaya Diri.
(Yogyakarta: Araska, 2016) Cet Ke-1, h.62 152
Wawancara dengan Ustadz Hodam, Kepala Pembina Asrama
SMART Ekselensia Indonesia, pada tanggal 20 Januari 2020, pukul 15:30.
Page 198
181
Mengetahui dampak positif yang diperoleh siswa asrama
diharapkan pembimbing agama supaya selalu konsisten dalam
membimbing dan memotivasi siswa asrama dengan sepenuh
hati. Hal bertujuan untuk membina generasi muda yang percaya
diri, berani, sholeh dan berprestasi.
Page 199
BAB VI
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan analisis dan hasil penelitian yang penulis
teliti tentang Peran Pembimbing Agama Dalam Upaya
Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa di Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor, diperoleh simpulan sebagai
berikut:
1. Bentuk peran dan fungsi pembimbing agama yang
diberikan pembimbing kepada siswa asrama di
SMART Ekselensia Indonesia Bogor adalah peran
sebagai koordinator dan fungsi adaptasi, peran
pendidik yaitu sebagai fungsi adaptasi, penyesuaian,
dan pengembangan, peran pembimbing yaitu sebagai
fungsi penyaluran dan pengembangan dan peran
konselor yaitu sebagai fungsi pengembangan,
penyaluran dan adaptasi.
2. Tahapan pembimbingan agama di asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor adalah persiapan,
operasional, cek dan aksi.
3. Hasil pembimbingan agama yang diberikan pada siswa
di asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor dalam
meningkatkan kepercayaan diri siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor sangat positif. Siswa
asrama memiliki keyakinan dengan kemampuan diri,
bersikap optimis, objektif, bertanggung jawab dan
Page 200
183
rasional menggunakan pemikiran oleh akal dan sesuai
kenyataan. Artinya, adanya peran pembimbing agama
menjadikan siswa asrama lebih percaya diri dan
mempengaruhi dalam perubahan yang signifikan
kearah yang lebih baik.
B. IMPLIKASI
Hasil penelitian ini menjadi gambaran nyata bahwa
peran pembimbing agama ternyata sangat penting bagi
siswa asrama dalam membimbing untuk meningkatkan
kepercayaan diri mereka. Hasil dari penelitian diharapkan
dapat menjadikan para pembimbing agama, penyuluh
khususnya mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
semakin memahami tentang hal apa yang perlu dilakukan
apabila menemui permasalahan seperti ini, sehingga dapat
menjalankan peran sebagai pembimbing, penyuluh agama
dengan sebaik-baiknya dan memberi manfaat bagi banyak
orang. penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat sebagai
penginformasian bagi SMART Ekselensia Indonesia Bogor
untuk memberikan pelayanan pemberdayaan yang semakin
baik.
C. SARAN
Berdasarkan kegiatan penelitian yang dilaksanakan oleh
peneliti di asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor,
peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
Page 201
184
1. Saran kepada pihak SMART Ekselensia Indonesia Bogor:
Untuk lebih memaksimalkan proses bimbingan kepada
siswa asrama sebaiknya perlu ditambah lagi jumlah tenaga
SDM (Sumber Daya Manusia) pembimbing agama di
asrama SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
2. Saran kepada pembimbing agama (wali asrama):
Mengingat terbatasnya tenaga pembimbing agama (wali
asrama) untuk itu lebih memaksimalkalkan pelaksanaan
bimbingan yang diberikan kepada siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
3. Saran kepada siswa asrama: Untuk lebih bersungguh-
sungguh memaksimalkan belajar di SMART Ekselensia
Indonesia Bogor dan mengembangkan kemampuan dan
potensi diri agar menjadi teladan bagi generasi muda
selanjutnya.
Page 202
DAFTAR PUSTAKA
Buku, Laporan dan Dokumen Lembaga:
Angelis de Barbara. 2003. Confidence (Percaya diri), Jakarta:
Gramedia pustaka utama.
Arifin. 1982. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan
Agama, Jakarta: PT Golden Terayon, Cet Ke-1.
Arifin, 1997. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan
Penyuluhan Agama di Sekolah dan Luar Sekolah,
Jakarta: Bulan Bintang.
Arifin da n Kartikawati.1995. Materi Pokok Bimbingan dan
Konseling, Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam.
Aslim, Ansharu. 2004. Fikih Imam Syafi’I, Puasa dan Zakat,
Jakarta: Pustakata Azzam. Cet Ke-1.
Azwar, Saifuddin. 2017. Metode Penelitian Psikologi, Bandung:
Pustaka Pelajar.
Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi, Bogor: Ghalia Indonesia,
Cet ke-1.
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, Cet ke-2.
Farid, Imam Sayuti. 1997. Pokok-pokok Bahasan Tentang
Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah,
Surabaya: Fakultas Dakwah IAIN, Surabaya.
Gael, Lindefield. 1997. Mendidik Anak Agar Percaya Diri,
Jepara: Silas Press.
Heriyanto, Arief. 2016. Kelas sosial, status sosial, peran sosial
dan pengaruhnya (Modul Sosiologi,No Sos.II.04.
Page 203
186
Hakim, Thursan. 2005. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri,
Jakarta: Puspa Swara, Cet Ke- 3.
Indrawan Rully dan Poppy Yaniawati. (2014). Metodologi
Penelitian, Bandung: Refika Aditama.
Juntika, Achmad. 2018. Bimbingan &Konseling dalam berbagai
latar kehidupan, Bandung: PT Refika Aditama, Cet Ke-5.
Lauster. 2012. Personality Test: Tes Kepribadian. Terjemahan
dari D. H Gulo, Jakarta: Bumi Aksara.
Lutfi, M.2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan
(konseling) Islam. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Martin, Perry. 2006. Confidence Booster. Pendongkrak
Kepercayaan Diri. Terjemahan dari Aditya Suharmoko,
Jakarta: Erlangga.
Mastuti. 2007. 50 Kiat Percaya Diri, Jakarta: Hi-fest.
Moleong J Lexy. 2002. Metode penelitian kualitatif, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, Cet. ke-11.
Mulyadi. 2016. Bimbingan Konseling di Sekolah &Madrasah,
Jakarta: Prenada Media Group, Cet ke-1 .
Munir, Samsul. 2016. Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Amzah.
Cet ke-4.
Narwoko Dwi & Bagong. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan, Jakarta: Kencana, Cet Ke-5.
Prayitno. 2015. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta:
PT Renika Cipta, Cet ke 3.
Prihartini, Rini. 2014. Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluh
Sosial Keagamaan, Jakarta: UIN Jakarta.
Page 204
187
Rahmat, Jalaluddin. 2017. Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi),
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sanusi, Ahmad.1999. Agama di Tengah Kemiskinan, Jakarta:
Logos.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung:
Alfabeta, Cetakan ke-9.
Suharto, Edi. 2009. Kemiskinan &Perlindungan Sosial di
Indonesia, Bandung: Alfabeta, Cv.
Suryabrata, Sumadi.1987. Metode Penelitian, Jakarta: Rajawali
Pers, cet.ke-1
Syaodih, Nana. 2007. Bimbingan dan Konseling dalam praktek
Mengembangkan Potensi dan Kepribadian Siswa,
Bandung: Maestro, Cet Ke-1.
Umar dan Sartono. 1998. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung:
Cv Pustaka Setia, Cet ke-1
Widjaja, Hendra. 2016. Berani Tampil Brda dan Percaya Diri.
Yogyakarta: Araska, Cet ke-1
Zakiah Darajat. 1982. Pendidikan Agama dan Pembinaan
Mental. Jakarta: Bulan Bintang, Cet ke-3.
Zulkifli. 1986. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Zuriah, Nurul. 2017. Metode Penelitian Psikologi, Bandung: PT
Bumi Aksara.
Jurnal, Artikel dan Skripsi.
Amri, Marzali. 2016. Agama dan Kebudayaan: (Jurnal
Antropologi. Vol.1). Universitas Malaya.
Page 205
188
Eko. 2011.Upaya Bimbingan dan Konseling Islam dalam
Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak-anak di Panti
Asuhan Jaka Tingkir Kec. Sayung Kab. Demak. Skripsi
FIDK IAIN Walisongo Semarang.
Elsa, 2015. Pengaruh Bimbingan Agama terhadap Kepercayaan
diri Anak Yatim Piatu Yayasan Daarul Fattah Assalfi
Sukmajaya Depok. Skripsi FIDK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Idul. 2018. Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri pada Anak
Jalanan oleh Yayasan Kota Setara, Semarang. Skripsi
FIDK UIN Walisongo Semarang.
Rachmawati Andini&Sri Umiyati. 2019. Proses Improvement
Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia (LANSIA) di
Puskesmas Klampis Ngasem Kota Surabaya. Jurnal
Aplikasi Adminisrasi, Vol 22, No 1.
Sofiyuna. 2017. Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Dalam
Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak di Panti Asuhan
“Rohadi” Kaliwungu Kendal. Skripsi UIN Walisongo
Semarang.
Triningtyas, Diana. 2015. Studi Kasus Tentang Rasa Percaya
Diri, Faktor Penyebabnya dan Upaya Memperbaiki
Dengan Menggunakan Konseling Individual. Jurnal
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Madiun,Vol 3, No
1.
Website
www.smartekslensia.net
Page 216
199
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN TENTANG PERAN
PEMBIMBING AGAMA DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KEPERCAYAAN SISWA ASRAMA DI SMART EKSELENSIA INDONESIA
BOGOR.
NO DATA SUB DATA TEKNIK SUMBER DATA
Umum
1. Data Pribadi
Informan
Profil data Pembimbing Agama
a. Nama
b. Alamat
c. Usia
d. Jenis Kelamin
e. Pekerjaan/jabatan
f. Riwayat Pendidikan
g. Motto hidup
Wawancara 1. Pembimbing
Agama
SMART
Ekselensia
Indonesia
Bogor.
Profil data Siswa Asrama
SMART Ekselensia
a. Nama
b. Asal
c. Usia
d. Jenis Kelamin
e. Kelas
f. Hobi
g. Riwayat Pendidikan
h. Prestasi
i. Organisasi
j. Motto hidup
2. Siswa Asrama
SMART
Ekselensia
Indonesia
Bogor.
2. Gambaran
Umum Lokasi
Penelitian
Profil SMART Ekselensia
Indonesia.
a. Letak geografis
b. Visi dan Misi
c. Kurikulum Asrama
(Sumber daya manusia,
sarana prasarana,
Studi
Kepustakaan
https://www.smarteksel
ensia.net.
Page 217
200
struktur SMART
Ekselensia Indonesia
Bogor).
Peran Pembimbing Agama
3. Peran
Pembimbin
g Agama
(Koordinato
r, Pendidik,
Pembimbin
g dan
Konselor)
Peran Pembimbing Agama
sebagai Koordinator.
A. Peran pembimbing
agama sebagai
koordinator dilakukan
dengan cara? Bagaimana
cara anda untuk
mengordinasi siswa
asrama SMART
Ekselensia pada saat
bimbingan? Apakah ada
konsep terbaru dalam
melaksanakan
bimbingan? Sudah
seberapa efektif konsep
yang selama ini anda
terapkan?
Peran Pembimbing Agama
sebagai pendidik.
B. Bagaimana tahapan
pembimbing agama
dalam mendidik siswa
Asrama SMART
Ekselensia? Bagaimana
pembimbing agama
dalam mendidik siswa
asrama SMART
Ekselensia? Berapa kali
frekwensi per bulan
pendidikan ke siswa
asrama SMART
Wawancara,
Observasi
1. Pembimbing
agama
SMART
Ekselensia
Indonesia
Bogor.
2. Siswa asrama
SMART
Ekselensia
Indonesia
Bogor
Page 218
201
Ekselensia Indonesia?
Apakah sudah cukup
efektif peran
pembimbing dalam
mendidik siswa asrama
SMART Ekselensia
Indonesia?
Peran Pembimbing Agama
sebagai pembimbing dalam
upaya meningkatkan
kepercayaan diri.
C. Bagaimana tahapan
bimbingan agama yang
diberikan kepada siswa
asrama untuk dapat
mengembangkan
kemampuan/potensi
mereka? Berapa kali
frekwensi per bulan
dalam melaksanakan
bimbingan agama?
Apakah siswa asrama
merasa lebih percaya diri
ketika telah mendapatkan
bimbingan agama?
Mengapa siswa asrama
lebih percaya diri setelah
mengikuti bimbingan
agama? Setelah
mengikuti bimbingan
apakah anda masih
merasa sulit untuk
mengembangkan potensi
anda? Apa yang menjadi
Page 219
202
hambatan sehingga
siswa asrama tidak mau
mengembangkan
kemampuannya?
Peran Pembimbing Agama
sebagai Konselor.
D. Peran pembimbing
agama sebagai konselor
dilakukan dengan cara?
apakah ada persoalan
yang pembimbing agama
bantu pikirkan jalan
keluarnya?
(pribadi,keluarga,sosial)
Apakah anda merasa
percaya diri setelah
mengikuti bimbingan
agama? Mengapa anda
merasa lebih percaya diri
setelah mengikuti
bimbingan? Menurut
anda selama ini apakah
pembimbing agama
sudah mendalami peran
mereka sebagai
pembimbing?
(pembimbing, koordinasi,
konselor) Apa yang anda
harapkan setelah
mengikuti bimbingan
agama? Apa yang
menjadi motivasi anda
untuk mengikuti
bimbingan agama?
Apakah ada hambatan
Page 220
203
saat anda ingin mengikuti
bimbingan?
4. Metode
Bimbingan
Agama
Metode dalam melaksanakan
Bimbingan Agama
a. Metode apa yang
digunakan?
b. Mengapa anda
menggunakan metode
tersebut?
c. Berapa persen tingkat
keberhasilan ketika
menggunakan metode
tersebut?
d. Apakah ada metode lain
yang digunakan ketika
metode sebelumnya tidak
berhasil?
Wawancara Pembimbing Agama
SMART Ekselensia.
5. Fungsi
Bimbingan
Agama.
(Fungsi
Pengemban
gan,penyalu
ran,
adaptasi,
penyesuaian
), menurut
Achmad
Juntika.
Fungsi Bimbingan agama untuk
mengembangkan potensi dan
kekuatan yang dimiliki individu.
a. Apakah bimbingan yang
dilakukan selama ini
sudah berhasil membantu
siswa dalam memilih dan
memantapkan
kemampuan yang sesuai
dengan minat dan bakat?
(misalnya siswa asrama
menjadi terbimbing
untuk menentukan
kemampuan mereka
dibeberapa bidang seperti
akademik,
komunikasi,sosial, politik
dsb).
Wawancara Pembimbing Agama
SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
Page 221
204
b. Bagaimana langkah yang
anda lakukan untuk
membantu siswa asrama
dalam memilih dan
memantapkan
kemampuan yang sesuai
dengan minat dan bakat?
(misalnya siswa asrama
menjadi terbimbing
untuk menentukan
kemampuan mereka
dibeberapa bidang seperti
akademik,komunikasi,sos
ial,politik dsb)
c. Apakah yang
membedakan siswa
asrama SMART
Ekselensia ketika
sebelum dan sesudah
mengikuti Bimbingan
Agama?
Fungsi Bimbingan sebagai
adaptasi dan penyesuaian diri.
a. Apakah bimbingan yang
dilaksanakan selama ini
sudah sesuai dengan
kebutuhan untuk
mengembangkan
kemampuan/potensi
siswa asrama SMART
Ekselensia ? (misalnya
siswa asrama menjadi
terbimbing untuk
menentukan kemampuan
Page 222
205
mereka dibeberapa
bidang seperti akademik,
komunikasi, sosial,
politik dsb)
b. Bagaimana cara anda
menerapkan bimbingan
yang sesuai dengan
kebutuhan dan
kemampuan siswa smart
Ekselensia?
c. Apakah sudah efektif
pelaksanaanya selama
ini?
d. Setelah dilakukan
bimbingan apakah masih
ada siswa yang tidak
percaya diri? (seperti
minder, sulit untuk
mengembangkan
kemampuannya, sulit
dalam bersosialisasi dan
cenderung berfikir
negatif dalam berfikir)
e. Bagaimana upaya yang
anda lakukan ketika
mengetahui hal tersebut?
f. Apa hambatan/ tantangan
yang anda hadapi selama
memberikan bimbingan
agama di SMART
Ekselensia?
g. Apa saran anda bagi
siswa Smart Ekselensia?
Page 223
206
Fungsi Bimbingan agama sebagai
penyaluran.
h. Bagaimana langkah yang
anda lakukan dalam
membimbing siswa
asrama untuk dapat
memilih dan
memantapkan diri dalam
mengembangkan
kemampuan mereka?
i. Sejauh ini apakah sudah
cukup efektif
pelaksanaannya?
j. Dari keempat fungsi
tersebut, fungsi manakah
yang paling kuat dan
mana yang lemah?
k. Mengapa demikian?
Tingkat Kepercayaan Diri Siswa Asrama SMART
Ekselensia Indonesia Bogor.
6. Persepsi
Percaya
Diri,
(Menurut
Teori
Lindefield,)
Percaya diri sebagai keyakinan
terhadap kemampuan dan
potensi.
a. Apakah anda yakin
bahwa anda mempunyai
kemampuan/potensi
dibidang tertentu?
(seperti dalam bidang
akademik, Komunikasi,
bersosialisasi, politik?)
b. Kemampuan seperti apa
yang anda miliki?
c. Bagaimana cara anda
memanfaatkan
kemampuan/potensi
Wawancara,
Observasi
Siswa Asrama SMART
Ekslensia Indonesia.
Page 224
207
tersebut?
d. Apa yang anda lakukan
untuk mengembangkan
kemampuan tersebut?
e. Menurut anda, mengapa
seseorang harus
mengembangkan
kemampuannya?
7. -Ciri-ciri
Individu
Yang
Memiliki
Rasa
Percaya
Diri,
(menurut
Hendra
Widjaja:
percaya
akan
kemampuan
diri, berani
untuk
mengungka
pkan
pendapat,
mampu
menetralisir
ketegangan
yang
muncul
mempunyai
cara
pandang
positif,
Untuk mengukur tingkat
kepercayaan diri Siswa Asrama
SMART Ekselensia berdasarkan
saat bersosialisasi
a. Dalam Hal-hal apa saja
yang membuat anda
percaya diri?
b. Dalam hal-hal seperti apa
anda merasa sudah
percaya diri?
c. Apakah anda merasa sulit
untuk bersosialisasi
selama di SMART
Ekselensia Indonesia?
d. Apa yang menyebabkan
anda sulit bersosialisasi?
e. Bagaimana upaya yang
anda lakukan untuk
meminimalisir hal
terserbut?
Untuk mengukur tingkat
kepercayaan diri siswa Asrama
SMART Ekselensia dengan
melihat dari latar belakang
keluarga.
f. Apakah anda merasa
tidak percaya diri dengan
Wawancara,
Observasi
Siswa asrama SMART
Ekselensia Indonesia
Bogor.
Page 225
208
dapat
bersosialisas
i,mampu
menyesuaik
an diri dan
berkomunik
asi)
-Aspek-
aspek Rasa
Percaya
Diri,
(menurut
Hendra
Widjaja:
Optimis,Ke
yakinan
akan
kemampuan
diri,
bertanggung
jawab).
latar belakang keluarga
anda?
g. Mengapa anda tidak
percaya diri dengan latar
belakang keluarga anda?
h. Bagaimana upaya yang
dilakukan untuk
meminimalisir hal
tersebut?
Untuk mengukur tingkat
kepercayaan diri Siswa Asrama
SMART Ekselensia dengan
melihat dari latar belakang
keluarga.
i. Apakah anda merasa
tidak percaya diri dengan
keadaan keluarga anda?
j. Mengapa anda tidak
percaya diri dengan
keadaan keluarga anda?
k. Bagaimana upaya yang
dilakukan untuk
meminimalisir hal
tersebut?
Page 226
209
Transkip Hasil Wawancara
Subjek 1
Pelaksanaan Hari/Tanggal: Senin, 19 Januari 2020
Waktu: 15:30
Tempat: SMART Ekselensia Indonesia Bogor
Durasi: 30 menit
Identitas Informan Nama: Hodam Wijaya
Alamat: Asrama SMART Ekselensia Indonesia
Usia: 43 tahun
Status/Profesi: Kepala pembina asrama
Alat yang digunakan: -List Pertanyaan wawancara
-Perekam suara dan Handphone untuk
mendokumentasikan proses wawancara
-Buku catatan dan pulpen untuk mencatat poin penting
wawancara.
NO PERTANYAAN JAWABAN INTERPRETASI
1. Peran pembimbing
agama sebagai
koordinator dilakukan
dengan cara?
Keberadaan seorang
pembimbing agama di
SMART Ekselensia sangat-
sangat dibutuhkan. Untuk
membantu membimbing
dan mengarahkan siswa
untuk menjadi seseorang
yang berani dan percaya
akan kemampuan yang
dimiliki menjadi siswa
asrama yang mampu
mengamalkan nilai-nilai
agama untuk diaplikasikan
dalam kehidupan dengan
sebaik-baiknya
Peran pembimbing
membntu siswa
dalam mengarahkan
agar siswa berani
untuk
mengembangkan
kemampuan dan
potensinya.
2. Bagaimana cara anda
untuk mengordinasi
siswa asrama SMART
Ekselensia pada saat
bimbingan?
Dengan mengajak siswa-
siswa untuk tetap fokus
menyimak pada saat
bimbingan berlangsung.
Mengajak siswa
asrama untuk
mengikuti bimbingan
dengan memberikan
motivasi dan
semangat
3. Apakah ada konsep
terbaru dalam
Untuk saat ini masih
menggunakan kurikulum
Proses bimbingan
menyesuaikan
Page 227
210
melaksanakan
bimbingan?
asrama. dengan kurikulum
asrama SMART
Ekselensia Indonesia.
4. Sudah seberapa
efektif konsep yang
selama ini anda
terapkan?
Sejauh ini sudah cukup
efektif.
Bimbingan dengan
meyesuaikan
kurikulum asrama
SMART Ekselensia
sudah cukup berjalan
dengan efektif.
5. Bagaimana tahapan
pembimbing agama
dalam mendidik siswa
Asrama SMART
Ekselensia?
Kami mengajak siswa
asrama untuk mengikuti
bimbingan, kemudian
memberikan materi dan
kami menghimbau supaya
siswa asrama mampu
menerapkan materi
bimbingan kedalam
kehidupan mereka sehari-
hari.
Pembimbing
memberikan
bimbingan kepada
siswa asrama dengan
harapan siswa
mampu untuk
menerapkan materi
yang disampaikan
dalam kehidupan
sehari-hari.
6. Bagaimana
pembimbing agama
dalam mendidik siswa
asrama SMART
Ekselensia Indonesia?
Sejauh ini kami masih
menyesuaikan dengan
kurikulum, kami mengajak
dan memberikan support
dengan hal-hal yang positif
agar siswa juga termotivasi.
Pembimbing
memberikan
semangat untuk
menumbuhkan sikap-
sikap positif pada
siswa asrama
SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
7. Berapa kali frekwensi
per bulan pendidikan
ke siswa asrama
SMART Ekselensia
Indonesia?
Bimbingan seminggu sekali
dan dalam sebulan diselingi
juga dengan bimbingan
tentang public speaking.
Untuk efektifitas
proses bimbingan,
pembimbing
memberikan
bimbingan setiap
minggunya dan
ditambahkan juga
dengan bimbingan
public speaking
untuk melayih
kemampuan
berkomunikasi siswa
asrama SMART
Ekselensia Indonesia
Bogor.
8. Apakah sudah cukup
efektif peran
pembimbing dalam
mendidik siswa
asrama SMART
Ekselensia Indonesia?
80% efektif, karena masih
ada beberapa siswa yang
sulit untuk membuka diri,
dan hal ini pembimbing
biasanya lebih mendekatkan
diri dengan siswa agar
mereka lebih.
Pembimbing perlu
memahami karakter
tiap siswa dan
menciptakan suasana
kenyamanan untuk
menumbuhkan sikap
terbuka dari siswa
asrama SMART
Ekselensia Indonesia.
9. Bagaimana tahapan
bimbingan agama
Pembimbing mengarahkan
siswa untuk memberikan
Pembimbing
memberikan arahan
Page 228
211
yang diberikan
kepada asiswa asrama
untuk dapat
mengembangkan
kemampuan/potensi
mereka?
keyakinan dengan minat
dan kemampuan yang siswa
miliki. Karena tidak sedikit
siswa yang ragu-ragu atau
tidak mengerti minatnya
dalam bidang apa.
kepada siswa asrama
untuk memilih minat
sesuai dengan
kemampuan siswa
asrama SMART
Ekselensia Indonesia
Bogor.
10. Apakah siswa asrama
merasa lebih percaya
diri ketika telah
mendapatkan
bimbingan agama?
Iya, banyak perubahan pada
siswa asrama pada awal
kedatangan jika
dibandingkan dengan
sekarang. Dengan
bimbingan di sekolah dan
asrama siswa semakin
berubah menjadi lebih
berani dan percaya diri.
Bimbingan yang
diberikan di asrama
SMART Ekselensia
berperngaruh dalam
meningkatkan
kepercayaan diri
siswa asrama
SMART Ekslensia
Indonesia Bogor.
11. Mengapa siswa
asrama lebih percaya
diri setelah mengikuti
bimbingan agama?
Karena pada saat bimbingan
kami melatih siswa asrama
dengan membiasakan siswa
untuk tampil didepan
banyak orang, disini setiap
siswa mendapat giliran
untuk memimpin doa pada
saat kegiatan bimbingan, itu
juga merupakan salah satu
cara kami membimbing
siswa. Jadi lama-lama
terbiasa dan siswa menjadi
lebih berani ketika tampil
didepan banyak orang.
Siswa asrama
SMART Ekselensia
dilatih keberaniannya
dengan membiasakan
untuk tampil didepan
banyak orang.
12. Setelah mengikuti
bimbingan apakah
anda masih merasa
sulit untuk
mengembangkan
potensi anda?
Masih ada beberapa siswa
yang kesulitan dalam
mengembangkan
kemampuannya, hal ini
dikarenakan masih ada
beberapa siswa yang sulit
dalam menyesuaikan dan
beradaptasi di lingkungan
mereka. beberapa siswa
lebih memilih untuk
menutup diri mereka.
Beberapa siswa sulit
mengembangkan
kemampuan dan
potensinya. Hal ini
disebabkan karena
siswa sulit
menyesuaikan diri di
lingkungan mereka
13. Apa yang menjadi
hambatan sehingga
siswa asrama tidak
mau mengembangkan
kemampuannya?
Siswa masih belum bisa
menyesuaikan dengan
lingkungan mereka yang
baru. Dan karena hal ini
siswa merasa tidak nyaman
dan memilih untuk menarik
diri dari lingkungan baru.
Sehingga siswa perlu
diberikan bimbingan yang
lebih intens untuk
menumbuhkan kemauan
dan semangat untuk
Peran pembimbing
diperlukan untuk
memotivasi siswa
untuk
mengembangkan
kemampuan dan
potensi.
Page 229
212
mengembangkan
kemampuan dan potensi
mereka.
14. Peran pembimbing
agama sebagai
konselor dilakukan
dengan cara?
Pembimbing membantu
saat siswa sedang
menghadapi permasalahan.
Pembimbing membantu
memecahkan permasalahan
dengan memberikan saran
dan dukungan kepada
siswa, namun tetap
memberikan siswa
kebebasan dalam
menentukan suatu
keputusan.
Pembimbing
berperan sebagai
konselor dengan
menegahi ketika
siswa sedang
menghadapi suatu
permasalahan dengan
memberikan
bimbingan dan
kebebasan dalam
menentukan
keputuasan.
15. Metode bimbingan
apa yang digunakan?
Menggunakan metode
sharing dan mentoring,
supaya lebih efektif siswa
dikumpulkan dalam
kelompok-kelompok dan
juga metode face to face
bagi siswa yang dinilai
kesulitan dalam memahami
dan mengimplementasikan
materi bimbingan.
Metode bimbingan
dengan sharing dan
mentoring.
Menggunakan
metode ini karena
untuk mempermudah
proses bimbingan.
16. Mengapa anda
menggunakan metode
tersebut?
Sebenernya untuk metode,
kami menyesuaikan dengan
keadaan siswa, tapi
dikarenakan siswanya
cukup banyak jadi menurut
kami akan lebih efektif
apabila dilakukan dengan
metode sharing dan
mentoring
Metode sharing
mentoring digunakan
agar lebih efektif dan
efisien dalam proses
bimbingan.
17. Berapa persen tingkat
keberhasilan ketika
menggunakan metode
tersebut?
80% efektif, bimbingan
yang selama ini dilakukan
membawa perubahan pada
siswa asrama. Siswa yang
di awal malu-malu bahkan
minder, lama-lama menjadi
lebih percaya diri dan
mempunyai semangat untuk
belajar dan
mengembangkan
kemampuan dan potensi
mereka.
Bimbingan yang
dilakukan
mempengaruhi siswa
untuk lebih percaya
diri dan mempunyai
semangat untuk
mengembangkan
kemampuan dan
potensi siswa asrama
SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.
18. Apakah ada metode
lain yang digunakan
ketika metode
sebelumnya tidak
berhasil?
Untuk saat ini belum, kami
masih mengikuti kurkulum
asrama SMART Ekslensia
Indonesia Bogor.
Pembimbig lebih
memaksimalkan lagi
menggunakan
metode yang ada
pada kurikulum
asrama SMART
Ekselensia Indonesia
Page 230
213
Bogor.
19. Apakah bimbingan
yang dilakukan
selama ini sudah
berhasil membantu
siswa dalam memilih
dan memantapkan
kemampuan yang
sesuai dengan minat
dan bakat? (misalnya
siswa asrama menjadi
terbimbing untuk
menentukan
kemampuan mereka
dibeberapa bidang
seperti akademik,
komunikasi,sosial,poli
tik dsb).
Iya, memang ada salah satu
program kami untuk
membantu siswa dalam
mengembangkan
kemampuan dan
membimbing siswa dalam
mengembangkan
kemampuannya.
Pembimbing
membantu
mengarahkan siswa
asrama supaya
memaksimalkan diri
dalam
mengembangkan
kemampuan dan
potensi siswa
asrama.
20. Bagaimana langkah
yang anda lakukan
untuk membantu
siswa asrama dalam
memilih dan
memantapkan
kemampuan yang
sesuai dengan minat
dan bakat?
Pertama kami memberikan
berupa nasihat, saran,
contoh- contoh orang besar
yang sukses dan berhasil,
kami membantu
mengarahkan keinginan
siswa sesuai dengan bidang
yang siswa inginkan.
Setelah itu kami memantau
siswa asrama dalam
menjalani pilihan yang
ditentukan sesuai dengan
minat siswa asrama.
Pembimbing
memberikan nasihat,
mengarahkan siswa
dan memantau
perkembangan siswa
dalam menjalani
pilihan yang telah
dipilihnya.
21. Apakah yang
membedakan siswa
asrama SMART
Ekselensia ketika
sebelum dan sesudah
mengikuti bimbingan
agama?
Sangat jauh berbeda, di
awal kedatangan siswa
malu-malu, sering meminta
untuk pulang karena merasa
tidak nyaman di lingkungan
yang baru dan merasa
minder dengan orang lain.
Setelah dibimbing siswa
sedkit demi sedikit
mengalami perubahan
menjadi lebih terbuka,
percaya diri, optimis dan
berpikir positif.
Terjadi perubahan
yang meningkat pada
siswa asrama
SMART Ekselensia
Indonesia. siswa
lebih percaya diri,
lebih nyaman berada
dilingkungan yang
baru sehingga hal ini
tentu berpengaruh
pada keberhasilan
siswa dalam
mengembangkan
kemampuan dan
potensinya.
Page 231
214
Transkip Hasil Wawancara
Subjek 2
Pelaksanaan Hari/Tanggal: Senin, 19 Januari 2020
Waktu: 15:30
Tempat: SMART Ekselensia Indonesia Bogor
Durasi: 30 menit
Identitas Informan Nama: M. Iqbar Ba‟asyir
Alamat: Asrama SMART Ekselensia Indonesia
Usia: 15 tahun
Status/Profesi: Siswa
Alat yang digunakan: -List Pertanyaan wawancara.
-Perekam suara dan Handphone untuk
mendokumentasikan proses wawancara.
-Buku catatan dan pulpen untuk mencatat poin
penting wawancara.
NO PERTANYAAN JAWABAN INTERPRETASI
1 Apakah anda merasa
percaya diri setelah
mengikuti bimbingan ?
Iya kak, karena saya
dilatih dan diberi
pengetahuan supaya
percaya dengan
kemampuan diri sendiri.
Pembimbing melatih
supay siswa mampu
untuk mengembangkan
kemampuan dan
potensi.
2. Mengapa anda merasa
lebih percaya diri
setelah mengikuti
bimbingan?
Karena pada saat
bimbingan saya
mendapatkan
pengetahuan tentang
percaya diri yang
selama ini saya belum
tau.
Pada saat bimbingan
siswa mendapatkan ilmu
yang berkaitan tentang
pentingnya untuk
percaya diri.
3. Menurut anda selama
ini apakah pembimbing
agama sudah
mendalami peran
mereka sebagai
pembimbing?
Sudah cukup kak,
walaupun kadang masih
suka takut dan malu-
malu padahal ustadz
disini baik-baik
sebenernya.
Beberapa siswa asrama
masih canggung dan
malu-malu dengan
pembimbing.
4. Apa yang anda
harapkan setelah
mengikuti bimbingan
agama?
Semoga dapat
bermanfaat dan
membawa perubahan ke
arah yang lebih baik.
Siswa berharap dengan
ilmu yang didapat pada
saat bimbingan mampu
membawa siswa kearah
yang lebih baik lagi.
Page 232
215
5. Apa yang menjadi
motivasi anda untuk
mengikuti bimbingan
agama?
Disini wajib mengikuti
bimbingan jadi ya mau
ngga mau harus ikut.
Lagi pula jadi dapet
ilmu juga jadi sayang
kalo ngga ikut.
Siswa asrama tidak
merasakan keterpaksaan
pada saat mengikuti
bimbingan agama.
6. Apakah ada hambatan
saat anda ingin
mengikuti bimbingan?
Mungkin waktunya aja
sih yang kurang
kondusif karena kan
bimbingan itu malam
hari sedangkan kita
biasanya udah capek
dan belum lagi tugas
sekolah yang harus kita
kerjain.
Perlu menyesuaikan
waktu bimbingan agar
lebih efektif dan materi
tersampaikan dengan
baik.
7. Apakah anda yakin
bahwa anda
mempunyai
kemampuan/ potensi
dibidang tertentu?
(seperti dalam bidang
akademik, Komunikasi,
bersosialisasi, politik?)
Yakin, saya mempunyai
kemampuan dalam
bidang sosialisasi dan
politik, kebetulan saya
ikut OASE dan saya
dapet banyak pelajaran
juga pengalamn yang
akhirnya saya bisa
mengembangkan
kemampuan saya.
Siswa memiliki
keyakinan bahwa
dirinya memiliki
kemampuan dalam
bidang yang sesuai
dengan minatnya.
8. Kemampuan seperti
apa yang anda miliki?
Berorganisasi dan
bidang olahraga kak
Siswa memiliki
kemampuan pada
bidang olah raga dan
organisasi.
9. Bagaimana cara anda
memanfaatkan
kemampuan/ potensi
tersebut?
Dengan terus belajar
dan menggali ilmu.
Dengan begitu saya
semakin banyak ilmu
dan pengalaman dan
nantinya bisa
bermanfaat bagi orang
lain.
Siswa antusias untuk
belajar dan menambah
pengalaman.
10. Apa yang anda lakukan
untuk mengembangkan
kemampuan tersebut?
Belajar dengan giat,
belajar dengan orang-
orang yang berhasil dan
mampu memberikan
semangat dan energi
positif.
Dengan giat belajar dan
berkumpul dengan
orang-orang yang
memberikan pengaruh
energi positif.
11. Menurut anda,
mengapa seseorang
harus mengembangkan
kemampuannya?
Untuk keberhasilan cita-
cita dan menggapai
mimpi kita kak. Supaya
bisa bersaing dengan
masyarakat luas dan
menjadi kebanggan
keluarga.
Untuk menggapai cita-
cita dan bersaing dengan
masyarakat luas.
12. Dalam hal-hal apa saja
yang membuat anda
percaya diri?
Harapan, semangat dan
dukungan dari orang
tua, pembimbing dan
Harapan, semangat dan
dukungan merupakan
faktor yang membuat
Page 233
216
teman-teman kak. siswa percaya diri.
13. Dalam hal-hal seperti
apa anda merasa sudah
percaya diri?
Saya berani ketika
menjadi pusat perhatian
orang, sudah tidak malu
ketika berbicara di
depan banyak orang dan
saya juga tidak takut
apabila bertemu dengan
orang baru.
Setelah mendapatkan
bimbingan siswa
menjadi lebih berani
ketika berbicara didepan
banyak orang, menjadi
pusat perhatian dan
lebih mudah untuk
menyesuaikan diri dan
beradaptasi di
lingkungan yang baru.
14. Apakah anda merasa
sulit untuk
bersosialisasi selama di
SMART Ekselensia
Indonesia Bogor?
Untuk awal kedatangan
sempet ngerasa sulit,
karena malu dan
khawatir apakah teman-
teman disini mau
berteman dan menerima
aku.
Pada awal kedatangan di
asrama SMART
Ekselensia Indonesia
siswa mengalami
keraguan dan
kecemasan terhadap
lingkungan baru.
15. Apa yang
menyebabkan anda
sulit bersosialisasi?
Sebenernya lebih ke
perasaan khawatir dan
takut aja kak padahal itu
belum tentu terjadi juga
sih.
Siswa merasa khawatir
dan takut tidak diterima
di lingkungan yang baru
16. Bagaimana upaya yang
anda lakukan untuk
meminimalisir hal
terserbut?
Dengan menjadi pribadi
yang lebih terbuka,
bergaul dengan teman-
teman. Yang penting
tidak menutup diri aja
kak supaya bisa
bersosialisasi dan
menyesuaikan diri
disini.
Siswa menjadi pribadi
yang lebih terbuka dan
mencoba untuk bergaul
dan memulai interaksi
dengan teman-
temannya. Untuk
memudahkan psoses
menyesuaikan diri.
17. Apakah anda merasa
tidak percaya diri
dengan latar belakang
keluarga anda?
Kadang-kadang iya,
saya malu kalo
menceritakan keadaan
orang tua saya di
rumah. Tapi
Alhamdulillah disini
pembimbing dan teman-
teman selalu support
dan bisa menerima saya.
Jadi sekarang sih biasa
aja.
Siswa masih malu untuk
menceritakan keadaan
keluarga, orang tua
mereka.
18. Mengapa anda tidak
percaya diri dengan
latar belakang keluarga
anda?
Malu aja kak, takut
temen-temen malah jadi
ga ada yang mau
temenan kalo saya
cerita tentang keadaan
orang tua di rumah.
Tapi sebenernya mah
enggak si, mereka
mengerti dan
memaklumi kok.
Siswa asrama memiliki
perasaan takut bahwa
lingkungan dan teman-
teman disekitanya tidak
bisa menerima
keadaannya.
Page 234
217
19. Bagaimana upaya yang
dilakukan untuk
meminimalisir hal
tersebut ?
Lebih banyak bersyukur
aja kak, karena diluar
dan pasti masih banyak
orang yang
keadaannnya lebih sulit
dari kita, tapi mereka
kuat dan berjuang.
Siswa memotivasi diri
sendiri dengan
menumbuhkan rasa
bersyukur dalam diri
sehingga dapat
meminimalisir perasaan
cemas dan tidak percaya
diri.
Page 248
231
CATATAN LAPANGAN
Pada tanggal 17 April 2019 saya untuk pertama kalinya
datang ke SMART Ekselensia Indonesia Bogor seorang diri
dengan berkendaraan sepeda motor. Jarak tempat tinggal saya
dengan SMART Ekselensia Indonesia Bogor sekitar 22 KM dan
dibantu dengan google maps akhirnya saya tiba di SMART
Ekselensia Indonesia. Butuh waktu sekitar 1 jam untuk sampai di
lokasi. Jalanan menuju lokasi pun lancar dan hanya ada beberapa
titik saja yang macet sehingga tidak terlalu menyulitkan saya
ketika diperjalanan.
Tibanya saya di lokasi penelitian saya dibuat takjub
dengan suasana SMART Ekselensia yang terbilang sangat asri.
Pepohonan yang rimbun, taman- taman di sekitar lokasi
penelitian membuat saya terkagum-kagum melihatnya. Setelah
melihat-lihat lokasi penelitian saya langsung ke ruang tamu dan
bertemu dengan reception. Saat itu saya sudah membuat janji
untuk bertemu dengan mbak Dila, beliau adalah marcom
(marketing communication) SMART Ekselensia Indonesia yang
salah satu tugasnya adalah bertemu dengan pihak luar yang
sedang ada keperluan dengan SMART Ekselensia Indonesia
Bogor.
Saya berbincang-bincang dengan mbak Dila menanyakan
tentang SMART Ekselensia, keadaan siswa dan kegiatanapa saja
yang dijalankan di SMART Ekselensia Indonesia Bogor. Saya
senang karena mendapatkan tanggapan baik dari pihak SMART
Ekselensia Indonesia dan saya diizinkan untuk melakukan
penelitian di SMART Ekselensia Indonesia. setelah berbincang
Page 249
232
cukup lama, saya diajak mbak Dila berkeliling untuk melihat-
lihat lingkungan SMART Ekselensia Indonesia dan lagi-lagi saya
dibuat kagum dengan suasana SMART Ekselensia Indonesia
yang asri dan rapih. Lingkungan ini tentu cocok dengan siswa
asrama untuk membangkitkan semangat belajar dan menciptakan
suasana kenyamanan bagi siswa asrama SMART Ekselensia
Indonesia. Terdapat Asrama yang cukup besar terbagi menjadi 3
dan disesuaikan dengan tingkatan kelas tiap siswa, ada masjid
didekat asrama yang biasa digunakan siswa untuk sholat dan
kegiatan bimbingan, lapangan utuk siswa bermain futsal, bulu
tangkis dan olah raga lainnya, dan pada saat berkeliling saya
melihat siswa asrama tampak bersenda gurau dengan teman-
temannya, ada juga yang memilih membaca buku atau terlihat
sedang mengobrol dengan pembina asrama.
Setelah berkeliling untuk melihat lokasi penelitian saya
diajak mbak Dila untuk berbincang denga salah satu pembina
asrama di SMART Ekselensia Indonesia yaitu ustadz Fauzan.
Saya berbincang dengan ustadz Fauzan tentang keadaan siswa
asrama, semangat belajarnya dan lain sebagainya. Ustadz Fauzan
mengatakan bahwa” tantangan kita adalah menggantikan peran
orang tua mereka dan memberikan bimbingan kepada siswa
dengan memahami karakter dan kepribadian setiap siswa”.
Setelah cukup lama berbincang dengan mbak Dila dan
Ustadz Fauzan saya memutuskan untuk pamit pulang
dikarenakan hari sudah menjelang sore dan akan dilanjutkan
dengan kegiatan siswa di asrama. Saya berpamitan dengan mbak
Dila dan ustadz Fauzan lalu bergegas untuk pulang.
Page 250
233
CATATAN LAPANGAN
27 Juni 2019, saya kembali datang ke SMART Ekselensia
Indonesia Bogor. Saya sudah membuat janji sebelumnya dengan
mbak Dila tapi kali ini saya diarahkan untuk bertemu dengan
mbak Zulfa yaitu sebagai receptionist dan menyerahkan surat izin
observasi dan proposal izin penelitian.
Sesampainya di SMART Ekselensia Indonesia, saya
kembali berbincang dengan mbak Zulfa dan meminta izin untuk
melakukan observasi. Akhirnya saya diantar untuk melihat siswa
yang sedang mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Tampak siswa dengan tertib dan fokus menyimak materi yang
disampaikan oleh guru di kelas. Setelah itu diwaktu sholat dzuhur
saya melihat siswa asrama berbondong-bondong datang ke
masjid untuk melaksanakan sholat dzhuhur berjamaah.
Selepas pulang sekolah saya melihat siswa mengisi
kegiatan mereka dengan hal-hal bermanfaat seperti belajar,
membaca buku, menghafal Al-Qur‟an, bermain futsal, dan ada
juga yang bersenda gurau dengan teman-temannya. Kegiatan
bimbingan dilakukan setelah sholat maghrib. Siswa asrama
dikondisikan untuk terbagi dalam beberapa kelompok lalu
dilakukan proses bimbingan dengan metode sharing dan
mentoring. Terlihat siswa asrama mengikuti bimbingan dengan
serius. Beberapa siswa aktif bertanya apabila ada materi yang
kurang jelas. Dan ada beberapa siswa yang terlihat malu-malu
dan pendiam. Setelah bimbingan selesai siswa diizinkan kembali
Page 251
234
ke asrama dan dilanjutkan dengan makan malam, belajar dan
istirahat. Dan saya pun berpamitan dengan pembina asrama untuk
pulang karena hari sudah cukup larut.
Page 252
235
CATATAN LAPANGAN
11 September 2019 saya datang kembali ke SMART
Ekselensia Indonesia untuk bertemu dengan mbak Zulfa dan
menyerahkan surai izin untuk melakukan penelitian.
Sesampainya disana saya bertemu dan berbincang dengan mbak
Zulfa tentang sejarah berdirinya SMART Ekselensia Indonesia
dan rencana penelitian yang akan saya laksanakan. Setelah
berbincang dengan mbak Zulfa tentang sejarah berdirinya
SMART Ekselensia dan berdiskusi tentang teknis penelitian
akhirnya saya pamit dengan mbak Zulfa untuk pulang.
Page 253
236
CATATAN LAPANGAN
Pada tanggal 18 Januari 2020 saya melakukan penelitian
ke SMART Ekselensia Indonesia Bogor. Namun tidak seperti
biasa kali ini saya ditemani oleh rekan saya untuk membantu saya
melaksanakan penelitian. Saya sudah membuat janji dengan
ustadz Hodam untuk datang ke lokasi ba‟da ashar. Kami
berangkat pada pukul 14:00 dan Alhamdulillah tiba di lokasi
tepat pukul 15:15. Kami berangkat dengan berkendaraan mobil.
Jalanan yang kami lewati lancar tanpa hambatan. Tibanya di
lokasi saya menuju ruang tamu dan bertemu dengan mbak Zulfa.
Dikarenakan sudah memasuki waktu ashar akhirnya saya dan
rekan saya melaksanakan sholat ashar berjamaah dengan siswa
SMART Ekslensia Indonesia Bogor.
Setelah sholat ashar kami kembali ke ruang tamu dan
menunggu untuk bertemu dengan ustadz Hodam.Setelah
menunggu 15 menit ustadz Hodam datang dan menyapa kami,
dan langsung untuk memulai wawancara dengan ustadz Hodam
yang saat ini menjabat sebagai kepala asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor. Setelah selesai wawancara, ustadz Hodam
memanggil beberapa siswa SMP yang nantinya akan saya
wawancara. Terlihat siswa SMART Ekselensia bersikap sopan
dan ramah dengan saya. Pada saat wawancara berlangsung siswa
mampu menjawab pertanyaan yang saya berikan. Dikarenakan
hari sudah mulai malam dan siswa juga akan ada kegiatan lainnya
di asrama akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan
Page 254
237
penelitian pada esok hari. Kami berpamitan dengan mbak Zulfa,
ustadz Hodam dan Siswa asrama SMART Ekslensia Bogor.
Page 255
238
CATATAN LAPANGAN
Pada tanggal 20 Januari 2020 saya ditemani oleh rekan
saya untuk melanjutkan penelitian yang tertunda dikarenakan
perlu menyesuaikan waktu dengan informan yang akan saya
wawancara. Ba‟da ashar saya langsung bertemu dengan ustadz
Fauzan dan Ustadz Sriyono. Setelah berkenalan saya langsung
memulai wawancara. Setelah selesai wawancara dengan ustadz
Fauzan dan ustadz Sriyono saya melanjutkan untuk
mewawancarai siswa SMA yang sudah disiapkan oleh ustadz
Hodam. Berbeda dengan siswa SMP, siswa SMA cenderung lebih
pendiam dan hanya berbicara seperlunya saja.
Pukul 17:00 setelah selesai melakukan wawancara dengan
pembina asrama dan siswa, saya dan rekan saya berkeliling untuk
melihat kegiatan siswa di asrama pada saat itu. Kehadiran kami
disambut dengan ramah oleh siswa asrama, terlihat siswa asrama
sedang asyik menghabiskan waktu mereka. ada yang sedang
bermain futsal, bulu tangkis, menghafal Al-Qur‟an, membaca
buku, dan lain sebagainya. Setelah puas berkeliling akhirnya
kami pun pamit dengan ustadz Hodam dan Ustadz Sriyono dan
kami pun pulang.
Page 256
239
DOKUMENTASI FOTO
Page 257
240
Lokasi SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
Page 259
242
Kegiatan Siswa asrama SMART Ekselensia Indonesia setelah
pulang sekolah.
Page 261
244
Suasana kegiatan bimbingan di SMART Ekselensia Indonesia
Bogor.
Page 263
246
Wawancara peneliti dengan pembimbing agama di asrama
SMART Ekselensia Indonesia Bogor.
Page 265
248
Wawancara peneliti dengan siswa asrama SMART Ekselensia
Indonesia Bogor.