PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL ANAK DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK YATIM PIATU KOSGORO BOGOR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Hanum Ramadhanti NIM 11140520000051 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M
127
Embed
PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM PEMBENTUKAN SIKAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45567/1/HANUM... · PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL ANAK . DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL ANAK
DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK YATIM PIATU KOSGORO BOGOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh Hanum Ramadhanti NIM 11140520000051
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019 M
PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM
PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL ANAK
DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK
YATIM PIATU KOSGORO BOGOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh
Hanum Ramadhanti
NIM 11140520000051
Pembimbing
Drs. Azwar Chatib, M.Si
NIP. 19550501 198503 1 006
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Hanum Ramadhanti
NIM : 11140520000051
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PERAN
PEMBIMBING AGAMA DALAM PEMBENTUKAN SIKAP
SOSIAL ANAK DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK YATIM
PIATU KOSGORO BOGOR adalah benar merupakan karya saya
sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan
karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi.
Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini
sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang
lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 20 Februari 2019
Hanum Ramadhanti
NIM 11140520000051
ABSTRAK Hanum Ramadhanti, NIM 1114052000051, Peran Pembimbing Agama dalam Pembentukan Sikap Sosial Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, di bawah bimbingan Drs. Azwar Chatib, M.Si.
Pembimbing agama memegang peranan yang penting untuk membimbing anak asuh agar dapat menjadi penerus nusa, bangsa, dan agama yang baik. Salah satu tujuan penting yang dibentuk oleh pembimbing agama agar anak asuh memiliki kesopanan lebih baik bagi lingkungan keluarga, sosial, maupun alam sekitarnya. Sikap sosial tumbuh dan berkembang memengaruhi interaksi sosial. Adanya interaksi sosial yang baik diharapakan dapat menimbulkan perasaan sosial yang positif bagi kehidupan individu satu dengan individu yang lain.
Adapun penelitian ini bertujuan: (1) menjelaskan peran pembimbing agama dalam pembentukan sikap sosial anak dan (2) menjelaskan sikap sosial anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik Miles and Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor membuat aturan secara tidak tertulis untuk dirinya sendiri dan aturan secara tertulis untuk anak asuh, memberikan contoh teladan yang baik kepada anak asuh dan bertanggung jawab dalam membimbing, memberikan pembelajaran, mengontrol anak asuh, memberi nasihat atau teguran, dan hukuman bila anak asuh melakukan hal yang buruk, (2) anak asuh sudah memiliki sikap sosial seperti jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, dan sopan santun meskipun belum maksimal. Kata Kunci: Peran, Pembimbing Agama, Sikap Sosial Anak
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT,
Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga,
para sahabat, dan para pengikutnya yang setia.
Alhamdulillah wa syukurillah berkat rahmat dan
anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan judul “Peran Pembimbing Agama dalam
Pembentukan Sikap Sosial Anak di Yayasan Sosial Asuhan
Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua
orangtua penulis, Ayahanda Yusuf Poncogati dan Ibunda Euis
Mulyana yang selama ini telah memberikan dukungan baik dari
segi moril maupun materil, yang senantiasa ridho dengan langkah
penulis, yang tidak pernah berhenti untuk mengirimkan do’a dan
tidak habis membagi cinta serta kasih sayangnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Suparto, M.Ed, Ph.D.
selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Hj.
Raudhonah, M.Ag. selaku Wakil Dekan Bidang
ii
Administrasi Umum. Dr. Suhaimi, M.Si. selaku Wakil
Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. selaku Ketua Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
3. Ir. Noor Bekti Negoro, SE. selaku Sekretaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
4. Drs. Azwar Chatib, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang
senantiasa meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam
Tabel 3.1 Struktur Organisasi Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA) Yatim Piatu Kosgoro Bogor ............... 32
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan aset bangsa yang amat berharga
karena turut menentukan kelangsungan hidup, kualitas dan
kejayaan suatu bangsa di masa yang akan datang. Anak
Sebagai generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa
dan juga pembangunan nasional, keterlibatannya di dalam
pelaksanaan pembangunan dan proses kehidupan berbangsa
dan bernegara tidak dapat diabaikan.
Pendidikan bagi anak (yang merupakan aset bangsa
ini) perlu ditingkatkan agar anak memiliki pengetahuan,
moral, dan sikap sosial yang baik dan selaras dengan nilai-
nilai yang ada dimasyarakat. Jadi, kemajuan pembangunan
nasional dapat dikatakan berawal dari pendidikan tersebut
agar melahirkan sumber daya manusia yang baik.
Pendidikan dalam keluarga adalah kelompok pertama
dan utama yang dekat dalam kehidupan anak. Anak pertama
kali belajar dan melakukan interaksi atau komunikasi dengan
anggota keluarganya sebelum berinteraksi dengan
lingkungan yang lebih luas. Darajat menyatakan bahwa
semua pengalaman yang dilalui oleh anak sejak lahir
merupakan unsur-unsur dalam membentuk sikap serta
pribadi anak. Latar belakang situasi keluarga anak yang
beragam, serta lingkungan yang berbeda maka akan
2
menghasilkan sikap dan perilaku anak yang beragam dan
berbeda pula.1
Anak merupakan individu yang sedang mengalami
perkembangan dan memerlukan pembinaan secara
berkembang dan terarah yang positif. Hal ini tidak lain
karena anak adalah tanggung jawab orangtua. Hal ini sejalan
dengan firman Allah SWT dalam surah At-Tahrim ayat 6,
sebagai berikut: ها الذين ءامنوآ أنفسكم وأهليكم نارا وقو دها الناس والحجارة يآيـ
ها ملآإكضة غلاظ شداد لا يـعصون االله مآ أمرهم ويـفعلون ما يـؤمرون عليـ
Artinya: “Hai orang- orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka yang selalu mengajarkan apa yang diperintahkan.”(Q.S. At-Tahrim: 6).
Berdasarkan ayat tersebut mengindikasikan bahwa
pendidikan menjadi penting untuk diterapkan kepada
manusia (dalam hal ini anak) sejak dini.
Dalam rangka mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan yang diharapkan tersebut. Maka diperlukan
figur seorang pendidik yang mampu berperan dalam
pembentukan sikap sosial anak.2
1 Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991),
h. 56. 2 Nasehudin, Pembentukan Sikap Sosial Melalui Komunikasi dalam
Keluarga, Jurnal Edueksos, Volume IV, No. 1, Januari - Juni 2015, h. 2.
3
Kasih sayang yang diberikan dari orangtua akan
menimbulkan rasa aman pada anak, sehingga sangat berarti
bagi perkembangan anak. Anak dapat bereksplorasi,
mengembangkan bakat-bakatnya, mengembangkan hobinya
dengan baik tanpa rasa takut. Semua kebutuhan anak telah
terpenuhi oleh pendidikan dan kegiatan dari orangtua.
Anak yang keluarganya tidak harmonis atau keluarga
yang tidak utuh dapat mempengaruhi psikologis anak. Anak
akan menyontoh apa yang dilakukan oleh kedua orangtuanya
atau seseorang yang dilihat olehnya. Misalnya, adanya
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau kejahatan
menjadikan anak akan mengamati apa yang dilihatnya seperti
memukul, menganiaya bahkan membunuh. Hal ini dapat
berdampak buruk, seperti banyak kasus anak-anak yang
terlibat tawuran, pemerkosaan, mabuk-mabukan, narkoba,
mencuri, dan lain sebagainya.
Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
menyimpulkan bahwa jumlah kekerasan terhadap anak di
bidang pendidikan per 20 Mei 2018 sebanyak 161 kasus.
Data tersebut terdiri dari, anak korban tawuran sebanyak 23
kasus (14,3 persen), anak pelaku tawuran sebanyak 31 kasus
(19,3 persen), anak korban kekerasan dan bullying sebanyak
36 kasus (22,4 persen), anak pelaku kekerasan dan bullying
sebanyak 41 kasus (25,5 persen), dan anak korban kebijakan
pendidikan sebanyak 30 kasus (18,7 persen).3
3 Aditya Pratama, KPAI Catat 161 Kasus Kekerasan Anak di Bidang Pendidikan Selama 2018, https://www.inews.id/news/nasional/kpai-catat-161-
yang tidak sehat dan tidak bahagia disebabkan oleh salah
satu orangtuanya tidak hadir. Ketidakbahagiaan dalam
keluarga merupakan psikotrauma bagi anak yang sedang
mengalami proses perkembangan. Kekurangan cinta dan
kasih sayang dari orangtua akan menimbulkan gangguan
pada anak seperti depresi dan kecemasan sehingga sangat
berpengaruh terhadap sikap sosial anak.
Sikap sosial anak tumbuh dan berkembang
memengaruhi interaksi sosial. Adanya interaksi sosial yang
baik diharapakan akan menimbulkan perasaan sosial yang
baik sehingga anak memiliki sikap sosial seperti tolong
menolong, saling menghormati dan menerima, simpati rasa
setia kawan dan sebagainya.
Sistem pembentukan sikap sosial yang baik mampu
melahirkan sumber daya manusia berkualitas yang sangat
diperlukan dalam masyarakat sekarang untuk pembangunan
nasional terlebih lagi kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mengarah pada industrialisasi modern akan
semakin memacu pembangunan nasional yang dicita-citakan.
Namun pembangunan yang berlangsung tersebut terkadang
membawa dampak masalah sosial. Kartono mengungkapkan
bahwa:
“Pembangunan yang terus menerus digalakan pemerintah dewasa ini telah berakibat timbulnya masyarakat modern yang serba kompleks, sebagai hasil dari produk
kasus-kekerasan-anak-di-bidang-pendidikan-selama-2018/189701, diakses pada 02 April 2019.
dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap
adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan.10 Sikap sosial adalah kesadaran
individu yang menemukan perbuatan yang nyata
terhadap objek sosial atau yang berhubungan
dengan pergaulan hidup atau lapangan masyarakat.
Sikap sosial adalah kesadaran individu yang
menentukan perbuatan nyata dan berulang-ulang
terhadap objek sosial. Sikap adalah kesadaran
individu yang menentukan perbuatan yang nyata
dalam kegiatan-kegiatan sosial. Sikap sosial tersebut
dinyatakan tidak seorang saja tetapi diperhatikan
oleh orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah
objek sosial seperti sikap bergabung seluruh anggota
kelompok karena meninggalnya seorang
pahlawannya. Jadi yang menandai adanya sikap
sosial adalah subjeknya orang-orang dalam
kelompok, sedangkan yang menjadi objeknya
adalah sekelompok atau sosial.
Sikap manusia bukan sesuatu yang melekat
sejak lahir, tetapi diperoleh melalui proses
pembelajaran yang sejalan dengan perkembangan
10 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet. Ke-XV, h. 5.
26
hidupnya. Seorang anak tumbuh dan berkembang di
lingkungan keluarga serta sikapnya terbentuk dalam
interaksinya bersama orang-orang di sekitarnya.
Sikap dibentuk melalui proses belajar sosial, yaitu
proses setelah individu memeroleh informasi,
tingkah laku, atau sikap baru dari orang lain.11
Pembentukan sikap sosial sosial terbentuk dari
adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.
Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada
sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar
individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam
interaksi sosial, terjadi hubungan saling
memengaruhi di antara individu yang satu dengan
yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut
memengaruhi pola perilaku masing-masing individu
sebagai anggota masyarakat.12
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembentukan sikap sosial anak menjadi
penting karena mengarahkan sikap sosial anak yang
baik menjadikan anak dapat beradaptasi dengan
lingkungan sekitar dengan baik. Sebaliknya jika
sikap sosial anak tidak diarahkan, maka sikap sosial
anak tersebut dapat menjadi buruk.
11 Sarlito W. Sarwono dan Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial, (Jakarta:
Penerbit Salemba Humanika, 2009), h. 84. 12 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet. Ke-XV, h. 30.
27
b. Indikator Sikap Sosial
Terdapat beberapa indikator dalam sikap
sosial yang penulis kutip dari berbagai sumber.
Adapun indikator sikap sosial tersebut yang
digunakan dalam penelitian terdiri dari:
1) Jujur adalah perilaku dapat dipercaya dalam
perkataan dan tindakan.13
2) Disiplin merupakan pelajaran, patuh, taat,
kesetiaan, hormat kepada ketentuan atau
peraturan atau norma yang berlaku. Disiplin
adalah tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.14 Disiplin dan tanggung jawab sosial
adalah sikap hidup dan perilaku yang
mencerminkan tanggung jawab tanpa paksaan
terhadap diri sendiri, lingkungan alam,
lingkungan sosial, lingkungan kerja, lingkungan
keluarga, dan Tuhan.
3) Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan
terhadap diri sendiri, masyarakat lingkungan
13 Septia Nur Aini, Penerapan Sikap Sosial Tanggung Jawab pada Mata
Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di MTsN. Tumpang Kabupaten Malang, (Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015), h. 30.
14 Ibid, h. 31.
28
(alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan
yang Maha Esa.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia
akan tingkah laku atau perbuatan yang
disengaja maupun tidak. Tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran
akan kewajibannya. Sikap tanggung jawab
menunjukkan bahwa seseorang mempunyai
karakter yang baik atau tidak. Orang yang lari
dari tanggung jawab sering tidak disukai yang
artinya adalah karakter yang buruk.15
4) Toleransi adalah sikap dan tindakan yang
menghargai keberagaman latar belakang,
pandangan, dan keyakinan. Tentunya dalam
menjalani roda kehidupan ini banyak sekali
perbedaan baik dari cara pandang seseorang,
kepribadian dan lain-lain. Untuk itu diperlukan
sikap menghormati orang lain agar tercipta
suatu keharmonisan dalam pergaulan maupun
dalam bermasyarakat. Menghormati merupakan
perilaku ketika seseorang dapat menempatkan
dirinya dalam situasi dan kondisi yang berbeda.
Sikap saling menghormati banyak sekali
15 Septia Nur Aini, Penerapan Sikap Sosial Tanggung Jawab pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di MTsN. Tumpang Kabupaten Malang, (Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015), h. 31-34.
29
manfaatnya dalam pergaulan. Tidak hanya
menjamin kenyamanan dalam bergaul, sikap
menghormati ini nantinya juga akan kembali
kepada kita sendiri. Seseorang yang
menghormati orang lain, maka sesungguhnya ia
sedang menghormati dirinya sendiri.16
5) Gotong royong adalah bekerja bersama-sama
dengan orang lain untuk mencapai tujuan
bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong
menolong secara ikhlas. Dalam menjalani hidup
ini, setiap manusia pasti pernah mengalami
kemudahan sekaligus kesulitan. Kadang ada
saat-saat bahagia mengisi hidup. Namun di
waktu lain kesengsaraan menyapa tidak
terduga. Dalam keadaan sulit tersebut,
seseorang memerlukan uluran tangan untuk
meringankan beban yang menimpa.17
Mengulurkan tangan untuk membantu orang
lain dalam segala jenis masalah adalah salah
satu elemen sifat yang baik. Kadang suatu
masalah tampak tidak terlalu besar jika
dipandang dari luar sehingga tidak diperlukan
16 Septia Nur Aini, Penerapan Sikap Sosial Tanggung Jawab pada Mata
Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di MTsN. Tumpang Kabupaten Malang, (Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015), h. 31-32.
17 Muhyiddin Abdusshomad, Etika Bergaul Ditengah Gelombang Perubahan, (Surabaya: Khalista, 2007), h. 39.
30
bantuan material khusus selain bersahabat dan
ucapan simpati. Orang yang baik tidak akan
menahan diri untuk memberikan bantuan atau
memberikan nasihat baik pada orang yang
membutuhkan. Ia punya telinga yang sabar dan
simpatik untuk mendengar keluhan orang lain
yang punya masalah. Bahkan saat bantuan lebih
besar perlu diberikan pada kasus khusus bisa
saja ada bantuan-bantuan kecil dalam
kehidupan sehari-hari yang bisa ia berikan pada
orang-orang sekitarnya.18
Tolong-menolong merupakan hal yang harus
dilakukan oleh setiap manusia karena pada
dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang
tidak dapat hidup sendirian. Agama Islam
menyuruh umatnya untuk saling tolong-
menolong dan membantu sesama tanpa
membeda-bedakan golongan karena dengan
saling tolong-menolong dapat meringankan
beban orang lain. Apabila sejak dini seorang
anak dibiasakan untuk hidup saling tolong-
menolong, maka pada masa dewasanya akan
terbiasa untuk saling tolong-menolong kepada
orang lain.
18 James Julian M, The Accelerated Learning for Personality; Belajar
Kepribadian, terj. Tom Wahyu, (Yogyakarta: Baca, 2008), h. 76.
31
6) Sopan dan santun adalah sikap positif dalam
pergaulan baik dalam berbahasa maupun
bertingkah laku. Norma kesantunan bersifat
relatif, artinya yang dianggap baik atau santun
pada tempat dan waktu tertentu bisa berbeda
pada tempat dan waktu yang lain.19 Kesopanan
merujuk pada kesediaan kemampuan raga atau
tendensi pikiran untuk memelihara sikap, cara
dan hal-hal yang dianggap layak dan baik dalam
pandangan masyarakat. Seperti cara berpakaian,
berperilaku, bersikap, berpenampilan, dan lain-
lain. Orang yang sopan mencoba bertindak
sebaik mungkin seperti yang bisa diterima dan
dihargai masyarakat.20 Sopan santun adalah
suatu kebiasaan seseorang dalam berbicara,
bergaul, dan berperilaku. Sopan santun
hendaknya dimiliki oleh setiap anak sekaligus
peserta didik agar terhindar dari hal-hal yang
negatif, seperti kerenggangan hubungan anak
dengan orangtua. Aspek ini sangat penting
karena dapat memengaruhi baik buruknya
akhlak dan sikap sosial seseorang.
19 Septia Nur Aini, Penerapan Sikap Sosial Tanggung Jawab pada Mata
Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di MTsN. Tumpang Kabupaten Malang, (Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015), h. 33.
20 James Julian M, The Accelerated Learning for Personality; Belajar Kepribadian, terj. Tom Wahyu, (Yogyakarta: Baca, 2008), h. 117.
32
c. Faktor Pembentukan Sikap
1) Faktor Internal
Pengamatan dan penangkapan seseorang
terhadap stimulus sosial melibatkan suatu
proses pilihan di antara seluruh rangsangan
yang ada di luar individu dalam kehidupan.
Suatu pilihan di antara berbagai rangsangan
yang kemudian diperhatikan dan ditafsirkan
dengan lebih mendalam.
Pilihan tersebut berhubungan erat dengan
motif-motif dan sikap-sikap yang bekerja di
dalam diri seseorang pada waktu itu dan yang
mengarahkan minat perhatian seseorang
terhadap objek-objek tertentu di antara
keseluruhan objek yang mungkin diperhatikan
pada waktu itu. Selektivitas dalam pengamatan
berlangsung karena seseorang tidak dapat
memerhatikan semua rangsangan yang datang
dari lingkungannya dengan taraf perhatian yang
sama.
2) Faktor Eksternal
Sikap pada dasarnya dapat dibentuk dan
diubah. Faktor eksternal yang dapat membentuk
atau mengubah sikap sosial anak dapat berupa:
a) Interaksi kelompok, ketika terdapat
hubungan timbal-balik yang langsung antar
individu.
33
b) Komunikasi, ketika terdapat pengaruh-
pengaruh (hubungan) langsung dari satu
pihak saja.
c) Pengaruh komunikasi sepihak seperti
ceramah dan komunikasi yang menggunakan
media massa berpengaruh sangat besar pula
dalam mengubah atau membentuk sikap baru
dan dapat berhasil baik apabila:
• Sumber perubahan memiliki tingkat
kepercayaan yang cukup tinggi.
Kredibilitas orang sebagai sumber
perubahan diyakini dan dipercaya oleh
orang yang bersangkutan.
• Orang banyak belum mengetahui benar
atau ragu-ragu tentang isi dan fakta-
fakta sikap baru.
• Sikap yang akan dibentuk tidak terlalu
jauh isinya dari frame of ference dari
lingkungan sosial tempat audiens
tinggal.
• Argumen dua pihak lebih bertahan
terhadap kontra propaganda daripada
argumen sepihak.
• Bila sikap yang akan dibentuk terlalu
asing bagi frame of reference audiens,
34
akan terjadi bomerang-effect atau
pembentukan sikap sebaliknya.21
d. Pembentukan Sikap Sosial
Dalam interaksi sosial sehari-hari, individu
beraksi membentuk pola sikap tertentu terhadap
berbagai objek psikologis yang dihadapinya.
Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan
sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan,
orang lain yang dianggap penting, media massa,
institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga
agama, serta faktor emosi dalam diri individu.
Peranan masing-masing faktor tersebut yang ikut
membentuk sikap manusia seperti:22
1) Pengalaman Pribadi
Sesuatu yang telah dan sedang dialami
seseorang akan ikut membentuk dan
memengaruhi penghayatan kita terhadap
stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah
satu dasar terbentuknya sikap. Seseorang
harus mempunyai pengalaman yang berkaitan
dengan objek psikologis agar mempunyai
tanggapan dan perkembangan penghayatan
termasuk faktor lain dari membentuk sikap
positif dan negatif. Middlebrook (1974)
21 Ikhwan Luthfi, dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2009), Cet. Ke-1, h. 64-66. 22 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet. Ke-XV, h. 30-36.
35
menyatakan bahwa tidak adanya pengalaman
sama sekali dengan suatu objek psikologis
cenderung akan membentuk sikap negatif
terhadap objek tersebut.
2) Pengaruh Orang Lain yang dianggap Penting
Orang lain di sekitar individu merupakan salah
satu di antara komponen sosial yang ikut
memengaruhi sikap seseorang. Seseorang
yang dianggap penting, seseorang yang
diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak
tingkah dan pendapat, seseorang yang tidak
ingin dikecewakan, atau seseorang yang
berarti khusus (significant others), akan
banyak memengaruhi pembentukan sikap
individu terhadap sesuatu.
3) Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap seseorang.
Apabila seseorang hidup dalam budaya yang
mempunyai norma longgar bagi pergaulan
heteroseksual, sangat mungkin seseorang
tersebut mempunyai sikap yang mendukung
terhadap masalah kebebasan pergaulan
heteroseksual. Apabila seseorang hidup dalam
budaya sosial yang sangat mengutamakan
kehidupan berkelompok, maka sangat
mungkin seseorang mempunyai sikap negatif
36
terhadap kehidupan individualisme yang
mengutamakan kepentingan perorangan.
4) Media Massa
Media massa sebagai sarana komunikasi
mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media massa membawa pula pesan-
pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh
informasi tersebut, apabila cukup kuat akan
memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu
hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama
sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh
dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu.
Pemahamamn akan baik dan buruk, garis
pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang
tidak boleh dilakukan, diperoleh dari
37
pendidikan dan dari pusat keagamaan serta
ajaran-ajaran lainnya.
6) Pengaruh Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh
situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang. Ada saatnya suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang disadari oleh
emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi dan pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian
dapat merupakan sikap yang sementara dan
segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan
tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih
konsisten dan bertahan lama.
B. Kajian Pustaka
Kajian pustaka terhadap penulisan terdahulu yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian guna menghindari
plagiatisme beberapa hasil penelitian yang dikaji, antara lain:
1. Bimbingan Agama dalam Membina Akhlak Anak
Panti Asuhan Putra Muhammadiyah Cabang
Medan Kota yang ditulis oleh Nurhasanah
(12134056) pada tahun 2017, Program Studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah
dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara Medan. Masalah yang terdapat pada skripsi ini
bagaimana anak asuh bisa memberikan yang terbaik
38
untuk masyarakat dan anak asuh dapat berguna bagi
masa depannya dengan adanya pengetahuan akhlak
mulia. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini
adalah metode bimbingan agama dalam membina
akhlak anak, materi bimbingan Agama dalam
pembinaan akhlak anak, dan hambatan dalam proses
pembinaan akhlak anak.
2. Peranan Panti Asuhan Terhadap Pembentukan
Sikap Sosial Anak di Panti Asuhan Mahmudah di
Desa Sumberejo Sejahtera Kecamatan Kemiling
Bandar Lampung yang ditulis oleh Wahyu Dwi
Saputra (1213032081) pada tahun 2016, Program
Studi PPKn, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lampung. Skripsi ini membahas tentang
bagaimana peran panti asuhan terhadap pembentukan
sikap sosial anak di Panti Asuhan Mahmudah.
Masalah dalam penelitian ini, ternyata meskipun ada
wadah tempat pemberdayaan anak yatim piatu yang
diharapkan dapat mengatasi masalah yang dihadapi
orang tua asuh untuk membentuk sikap sosial anak
yatim piatu agar dapat melaksanakan fungsi sosial
dalam masyarakat. Ternyata masih banyak anak-anak
di Bandar Lampung ini yang tidak memiliki orang tua
dan menjadi sosok anak yang tidak mendapatkan
kasih sayang dan pendidikan moral dan budi pekerti
yang baik, serta tidak mampu melaksanakan fungsi
39
sosial dalam masyarakat dan dalam menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terus meningkat, dan bisa sewaktu-waktu akan
merusak ahlak mereka. Hasil yang didapatkan pada
penelitian ini adalah pusat pelayanan kesejahteraan
sosial, pusat data dan informasi dan konsultasi, dan
pusat pengembangan keterampilan sosial dapat
mempengaruhi pembentukan sikap sosial melalui
komponen kognitif, afektif dan psikomotor anak-anak
Panti Asuhan Mahmudah.
3. Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam
Membentuk Sikap Santun pada Remaja di
Pesantren al-Qur’an Nur Medina Pondok Cabe
Tangerang Selatan yang ditulis oleh Abdullah Ubaid
(1111052000019) pada tahun 2015, Program Studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Masalah yang
terdapat pada skripsi ini bagaimana mengetahui
pelaksanaan bimbingan agama dalam membentuk
sikap santun remaja diharapkan mampu untuk
memberikan gambaran proses bimbingan agama yang
sederhana dan efektif. Hasil yang didapatkan pada
penelitian ini adalah metode pelaksanaan bimbingan
agama, faktor penghambat dan pendukung dalam
bimbingan agama dapat mempengaruhi pembentukan
40
sikap santun remaja di Pesantren al-Qur’an Medina
Pondok Cabe.
Kajian pustaka pertama meneliti tentang metode, materi,
dan hambatan dalam proses pembinaan akhlak anak. Kajian
pustaka kedua meneliti tentang komponen kognitif, afektif, dan
psikomotor yang dapat memengaruhi pembentukan sikap sosial
anak. Kajian pustaka ketiga meneliti tentang metode, faktor
penghambat dan pendukung dalam bimbingan agama dapat
memengaruhi pembentukan sikap santun remaja.
Ketiga kajian pustaka tersebut berbeda dengan penelitian
penulis yang meneliti tentang peran pembimbing agama melalui
aturan, pemahaman tentang aturan, tindakan yang dilakukan
pembimbing agama, dan sikap sosial anak asuh.
C. Kerangka Berpikir
Sikap sosial adalah kecenderungan perilaku sosial
yang menyeluruh seperti memahami, peduli dan berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai etika dasar dimasyarakat. Nilai-nilai
yang ditanamkan pembimbing agama dalam membentuk
sikap sosial anak yang positif melalui bimbingan agama
diharapkan mengubah perilaku anak ke arah yang lebih baik.
Misalnya baik dalam bertutur kata, berperilaku dan
bersosialisasi.
Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro
Bogor telah melaksanakan bimbingan agama sejak tahun
2012. Adanya bimbingan agama tersebut diharapkan mampu
membentuk sikap sosial anak sebagai calon penerus bangsa
41
dalam melaksanakan pembangunan nasional menjadi lebih
13 Dokumentasi Jadwal Kegiatan Milik Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor.
51
Tabel 3.4 Kegiatan Mingguan PSAA Yatim Piatu Kosgoro
Bogor
No Waktu Kegiatan
1 Minggu malam Muhadhoroh/Khitobiyah
2 Senin Puasa Sunnah
3 Selasa Malam Pembacaan Maulid/Burdah/Siroh
Nabawiyah
4 Kamis Puasa Sunnah
5 Kamis malam Dzikir, Yasinan
52
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Karakteristik
1. Latar Belakang Pembimbing
YAA (YAA) adalah pembimbing agama di Panti
Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor sejak
tahun 2017. YAA lahir di Bogor pada tanggal 25
November 1987. Saat ini YAA tinggal bersama istri dan
ketiga anaknya, istrinya bernama Riska Safitri, anak
pertamanya bernama Muhammad Syaddad Alfaruq
berumur 6 tahun, anak keduanya bernama Ahmad Sadid
Alghifari berumur 5 tahun, dan anak ketiganya bernama
Humaidah Raisya Azzahiyah berumur 1 tahun. YAA dan
keluarganya tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor.
YAA menempuh pendidikan di SDN Cihideung
Ilir 5 hinggat tamat berijazah, kemudian sejak lulus
Sekolah Dasar beliau melanjutkan pendidikannya di
Pondok Pesantren Darut Tafsir hingga tamat Madrasah
Aliyah.1
Berpengang pada nasihat dari gurunya di pesantren yang berkata “…yang namanya manfaat ilmu, keberkahan ilmu bisa kamu rasakan sekarang ketika kamu di pondok. Tetapi ketika kamu keluar dari pondok akan lebih terasa keberkahan manfaat ilmu. Jadi bersiap-siaplah jika sudah keluar dari
1 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 03 Agustus 2018.
53
pondok, mungkin kamu merasa biasa-biasa saja, tapi warga sekitar kamu mungkin akan bereaksi di luar dugaanmu.”
Seperti perkataan sang guru YAA merasakan apa
yang didengarnya, karena ketika lulus dari pesantren
pada tahun 2005 masih jarang anak lulusan pesantren
bahkan dapat dihitung dengan jari. Ustadz Yusef Abdul
Ajis adalah lulusan pesantren pertama dikampungnya
sehingga merasa bahwa dirinya merasa dipercaya oleh
masyarakat di kampungnya dalam hal urusan agama.
Sejak tamat pesantren beliau merasa keberkahan
ilmunya seperti dipercaya dalam mengurus pengajian
dan mengadakan acara keagamaan di lingkungan masyarakat
dan lain sebagainya.
Pembimbing agama juga harus memiliki pengalaman
dalam membimbing agama, agar dapat menerapkan
bimbingan yang baik kepada anak asuh karena pembimbing
agama contoh teladan bagi anak asuh. Sebagaimana
pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor sebelum menjadi pembimbing di panti,
beliau pernah membimbing di pesantren dan membimbing
secara privat.
Dalam proses pembelajaran agama secara praktiknya
pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor memberikan contoh secara langsung
61
kepada anak asuh. Pembimbing agama dalam pemberian
contoh melakukan hal tersebut terlebih dahulu atau bahkan
lebih rajin daripada anak asuh, dalam arti pembimbing
agama menjadi teladan atau contoh yang baik untuk anak
asuh. Salah satu contoh ketika pembimbing agama
mewajibkan anak asuh untuk mendisiplinkan waktu dan
bermain tentu saja pembimbing agama harus lebih disiplin
daripada anak asuh, ketika waktu sholat pembimbing agama
sudah berada di musholla terlebih lebih dahulu, bangun lebih
awal, dan ikut membersihkan lingkungan panti.10
Adapun pemahaman pembimbing agama di Panti
Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor mengenai
indikator sikap sosial jujur, disiplin, tanggung jawab,
toleransi, gotong royong, dan sopan santun adalah sebagai
berikut:
1. Indikator Sikap Jujur
a. Mengatakan sesuai kenyataan
b. Bersikap benar
c. Tidak berbohong
2. Indikator Sikap Disiplin
a. Mengerjakan tugas-tugas yang dimiliki dengan tepat
waktu
b. Melaksanakan tata tertib Panti dengan tepat waktu
3. Indikator Sikap Tanggung Jawab
a. Melaksanakan tugas yang sudah diberikan
b. Mengerjakan tugas piket di Panti
10 Hasil Observasi pada tanggal 28 September 2018.
62
4. Indikator Sikap Toleransi
a. Peduli dengan teman-temannya
b. Peduli dengan sekitarnya
c. Peduli dengan lingkungannya
5. Indikator Sikap Gotong Royong
a. Mengerjakan piket dengan bekerjasama
b. Melakukan kebaikan bersama-sama
6. Indikator Sikap Sopan dan Santun
a. Berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari
b. Tahu bagaimana memosisikan diri untuk bersikap
atau berperilaku dengan teman, orang tua, dan orang
sekitar.11
Secara teoritis pembimbing agama dapat memahami
sikap sosial jujur, disiplin, tanggung jawab, gotong royong,
sopan dan santun. Hal tersebut dapat dilihat sebagaimana
yang telah dijabarkan sebelumnya. Sikap sosial toleransi
pembimbing agama kurang memahami karena toleransi yang
dijelaskannya kurang tepat sebagaimana pengertian toleransi
yaitu sikap dan tindakan yang menghargai keberagaman latar
belakang, pandangan, dan keyakinan. Tentunya dalam
menjalani roda kehidupan ini banyak sekali perbedaan baik
dari cara pandang seseorang, kepribadian dan lain-lain. Oleh
karena itu diperlukan sikap menghormati orang lain agar
tercipta suatu keharmonisan dalam pergaulan maupun dalam
bermasyarakat.
11 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 14 Agustus 2018.
63
D. Tindakan Pembimbing Agama
Anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu
Kosgoro anak-anak belajar dari tingkat dasar terlebih dahulu.
Pertama adalah membaca dan menulis Al-Qur’an dan dalam
penyampaian materi pembimbing agama menggunakan
referensi seperti, tajwid menggunakan kitab dasar hidayatul
mustafid, ilmu tauhid pembimbing agama menggunakan
kitab dasar tijan darori, ilmu fiqih pembimbing agama
menggunakan kitab safinatun najah, dan ilmu akhlak
pembimbing agama menggunakan kitab taisirul kholaq.
Bimbingan agama di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor dilaksanakan setiap hari setelah sholat
subuh, dzuhur, ashar, maghrib, dan isya berjamaah di
musholla Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro
Bogor dengan pengawasan pembimbing agama. Dalam
pembacaan al-Qur’an dilakukan setiap setelah sholat
berjamaah, sedangkan untuk penyampaian materi
pembelajaran dilakukan setelah sholat ashar dan isya.
Pemberian materi yang dilakukan menggunakan al-Qur’an
dan Hadits serta beberapa buku-buku Islam. Terkait
pembelajaran tentang sikap sosial pembimbing agama
berpegang pada materi akhlak dengan menggunakan buku
taisirul kholaq dan fiqih dengan menggunakan buku safinatun
najah.12
Dalam pembentukan sikap sosial anak di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor pembimbing
12 Hasil Observasi pada Tanggal 13 Oktober 2018.
64
agama menggunakan metode wawancara dan psikoanalisis
dengan anak asuh untuk mengetahui masalah yang sedang
dihadapi, metode group guidance dalam penyampaian materi,
metode non-direktif yang dilakukan untuk mendorong anak
asuh bertanya dan menjawab kepada pembimbing agama
setelah menerima materi, dan metode direktif dilakukan
dengan menggunakan aturan dan kegiatan yang dibuat oleh
pembimbing agama.13
Selama bimbingan agama berlangsung pembimbing
agama memantau dan mengontrol anak asuh secara langsung.
Setiap anak asuh memiliki sikap yang berbeda-beda, ada
yang patuh dan mengikuti bimbingan dengan baik, ada pula
yang kurang patuh. Contohnya pada saat sholat berjamaah
terdapat anak asuh yang terdengar mengobrol, maka setelah
bimbingan selesai pembimbing agama memanggil anak asuh
tersebut. Pembimbing agama akan memberikan nasihat atau
teguran secara lisan dengan lemah lembut bahwa hal tersebut
tidak baik untuk dilakukan dan meminta untuk tidak
mengulanginya lagi, jika mengulangi maka akan diberikan
sanksi atau hukuman.
Jika anak asuh melakukan hal yang lebih berat atau
mengulangi kesalahan yang sama, maka anak asuh akan
dihukum oleh pembimbing agama. Suatu ketika ada dua anak
asuh laki-laki yang masih berumur sekitar enam dan tujuh
tahun membuat gaduh ketika sholat berjamaah, pembimbing
agama memanggil kedua anak asuh tersebut. Mula-mula
13 Hasil Observasi pada Tanggal 07 November 2018.
65
anak asuh diberikan nasihat dan teguran secara lisan dengan
lemah lembut, akan tetapi anak asuh masih terlihat bergurau
satu sama lain, sehingga pembimbing agama menghukum
anak asuh dengan nada yang lebih tegas, meminta mereka
untuk menanggalkan pakaian atasnya selama satu jam
sebagai hukuman.14
Dalam proses pembentukan sikap sosial yang
diterapkan pembimbing agama dari hasil wawancara dan
pengamatan yang penulis lakukan di Panti Sosial Asuhan
Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor pada dasarnya
pembimbing agama menerapkan dengan aturan dan kegiatan
rutin yang telah dibuat. Sedangkan dalam praktiknya
pembimbing agama melakukan dengan cara dan pendekatan
yang berbeda terhadap setiap anak asuh, dikarenakan
karakter setiap anak yang berbeda-beda. Hal tersebut seperti
yang diungkapkan pembimbing agama sebagai berikut:15
“Saya lebih menggunakan pendekatan personal, karena di sini anak-anaknya masih bisa ter-handle karena jumlahnya yang tidak terlalu banyak. Jadi, masih bisa terfokus kepada mereka satu-persatu. Oleh karena setiap anak memiki karakter dan sikap yang berbeda-beda, kalau saya sedang mengajar atau kajian malam kita semua dianggap sama. Tetapi ketika di dalam hal yang lain ada juga yang saya ketika menghadapinya harus flexible sesuai dengan sikap dan karakter yang mereka miliki.”
14 Hasil Observasi pada Tanggal 28 September 2018. 15 Hasil Observasi pada Tanggal 13 Oktober 2018.
66
E. Sikap Sosial Anak Asuh
Penulis telah melakukan wawancara dengan 4 anak
dari di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro
Bogor dalam memahami sikap sosial dan mendapatkan hasil
seperti:
1. Indikator jujur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat
anak memahami apa itu jujur seperti, “tidak berbohong”,
“berkata benar”, “perkataan yang sebenarnya” dan lain
sebagainya. Namun, empat anak tersebut mengatakan
bahwa mereka pernah berbohong setidaknya kepada
temannya dengan alasan takut dimarahi atau menghindar
dari kesalahan.16
2. Indikator Disiplin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat
anak memiliki berbagai pendapat sendiri tentang
kedisiplinan seperti, dua anak mengatakan bahwa dirinya
selalu menjalankan tugas yang dimilikinya tepat waktu,
dua anak mengatakan bahwa dirinya kurang menjalankan
tugas yang dimilikinya kurang tepat waktu, dan seorang
anak mengatakan bahwa dirinya tidak menjalankan tugas
yang dimilikinya tepat waktu.
Sedangkan dalam menjalankan tata tertib yang ada
di panti dari empat anak, ada seorang anak yang
mengatakan bahwa dirinya selalu melaksanakan tata tertib
16 Wawancara pribadi dengan YG, RAF, IR, dan MIR, di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 17 Oktober 2018.
67
yang ada di panti dan tiga anak kadang melaksanakan dan
kadang tidak melaksanakan.17
3. Indikator Tanggung Jawab
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam
melaksanakan tugas yang diberikan oleh pembimbing
agama dari empat anak, seluruhnya mengatakan bahwa
dirinya selalu melaksanakan tugas yang diberikan, begitu
juga dalam melaksanakan tugas piket.18
4. Indikator Toleransi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hal
peduli terhadap teman-temennya empat anak mengatakan
bahwa mereka peduli dengan alasan bahwa mereka sudah
seperti keluarga, saudara, dan teman bermain sehari-
harinya.
Sedangkan dalam hal peduli terhadap orang-orang
sekitar panti empat anak mengatakan bahwa mereka
peduli dengan alasan mereka sudah dianggap seperti
orang tua dan yang sudah mengurus mereka selama di
panti. Dalam hal peduli terhadap lingkungan empat anak
itu juga mengatakan bahwa mereka peduli dengan cara
membersihkan lingkungan panti dan membuang sampah
pada tempatnya.19
17 Wawancara pribadi dengan YG, RAF, IR, dan MIR, di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 17 Oktober 2018. 18 Ibid. 19 Ibid.
68
5. Indikator Gotong Royong
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat
anak berpendapat berbeda dalam mengerjakan tugas piket
di panti secara bersama-sama, ada tiga anak mengatakan
bahwa dirinya suka mengerjakan tugas piket di panti
secara bersama-sama dan seorang anak mengatakan
bahwa dirinya kadang mengerjakan tugas piket di panti
bersama-sama, kadang sendiri.
Sedangkan dalam melakukan kebaikan secara
bersama-sama dari empat anak, ada tiga anak yang suka
melaksanakan kebaikan bersama-sama, seorang anak
mengatakan bahwa dirinya hanya melakukan kebaikan
hanya sendiri saja tidak suka bersama-sama.20
6. Indikator Sopan dan Santun
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat
anak, seluruhnya mengatakan bahwa dirinya dapat
membedakan bagaimana memposisikan dirinya ketika
sedang teman dan orang yang lebih tua darinya. Terhadap
orang yang lebih tua mereka mengatakan bahwa harus
lebih sopan, sedangkan kepada teman itu tidak terlalu
serius atau dapat bergurau.
Dari enam indikator sikap sosial yang sudah dijelaskan
empat anak mengatakan bahwa seluruh indikator sikap sosial
tersebut sudah diajarkan oleh pembimbing agama secara
materi dan praktik secara langsung dalam kegiatan sehari-
20 Wawancara pribadi dengan YG, RAF, IR, dan MIR, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 17 Oktober 2018.
69
hari di PSAA Yatim Piatu Kosgoro Bogor. Mereka semua
sepakat bahwa pembimbing agama sudah mengajarkan
seluruh hal yang sudah dijelaskan di atas dengan cukup
baik.21
Dengan demikian dapat dilihat dari sembilan belas
anak yang ada di PSAA Yatim Piatu Kosgoro Bogor,
menunjukkan bahwa empat anak sudah cukup memahami
tentang masing-masing dari sikap sosial. Sebagian
pemahaman yang mereka mengerti tentang sikap sosial
tersebut berasal bimbingan yang diberikan oleh pembimbing
agama di panti. Baik dalam materi yang disampaikan saat
pembelajaran maupun secara langsung dalam kehidupan
sehari-hari dan kehidupan bermasyarakat di sekitar panti.
Pemahaman sikap sosial anak menurut pembimbing
agama sebagai berikut:
1. Indikator Jujur
Anak asuh di Panti masih belum sepenuhnya jujur,
karena anak asuh terkadang tidak berkata jujur ketika
mereka ingin pergi bermain dengan teman-teman
sekolahnya. Anak asuh tidak berkata jujur disebabkan
takut diizinkan atau dimarahi oleh pembimbing.22
2. Indikator Disiplin
Anak asuh di Panti belum sepenuhnya memiliki
sikap disiplin, karena anak asuh masih memiliki kebiasaan
21 Wawancara pribadi dengan YG, RAF, IR, dan MIR, di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 17 Oktober 2018. 22 Ibid.
70
bermalas-malasan. Akan tetapi, seiring waktu berlalu
perlahan-lahan anak asuh mulai memiliki kedisiplinan
untuk melaksanakan kegiatan dan tata tertib yang ada di
Panti.23
3. Indikator Tanggung Jawab
Anak asuh di Panti sudah memiliki sikap tanggung
jawab yang cukup baik. Beberapa anak sudah memiliki
tanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya tanpa perlu
diarahkan/diingatkan lagi, ada juga beberapa anak asuh
yang memang masih perlu diarahan terlebih dahulu untuk
melaksanakan tugasnya.24
4. Indikator Toleransi
Anak asuh di Panti sudah memiliki sikap toleransi
yang cukup baik. Anak asuh di Panti saling peduli dan
mau membantu satu sama lain, walaupun memang tidak
dapat dipungkiri yang namanya anak-anak memang sering
bergurau dan menimbulkan perselisihan-perselisihan
ringan.25
5. Indikator Gotong Royong
Anak asuh di Panti sudah memiliki sikap gotong
royong yang baik. Anak asuh bersosialisasi satu sama lain
setiap harinya, hal tersebut memudahkan mereka untuk
mengerjakan tugas-tugas panti secara bersama-sama. Dari
23 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018. 24 Ibid. 25 Ibid.
71
mengerjakan tugas-tugas tersebut sikap gotong royong
terbangun dengan baik.26
6. Indikator Sopan dan Santun
Anak asuh pasti sudah memiliki sikap sopan dan
santun yang sudah diberikan oleh orang tua atau walinya,
sehingga pembimbing agama memberikan pengertian
sikap sopan dan santun lebih kepada praktek langsung
sehari-harinya di dalam panti dengan cukup baik. Akan
tetapi, pembimbing agama memiliki rasa khawatir tentang
sikap sopan dan santun yang kurang baik dari luar panti,
seperti dari teman sekolahnya.27
26 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018. 27 Ibid.
72
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini pemaparkan pembahasan analisis data yang
diperoleh dari lapangan terkait peran pembimbing agama dalam
pembentukan sikap sosial anak di Panti Sosial Asuhan Anak
Yatim Piatu Kosgoro Bogor. Analisis data lapangan terdiri dari:
A. Analisis Aturan Pembimbing Agama
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang
penulis lakukan menunjukkan hasil bahwa pembimbing
agama membuat aturan tidak tertulis untuk dirinya sendiri
yang diungkapkan melalui perkataan karena aturan baku atau
aturan tertulis dari pihak panti atau dari pihak yang berkaitan
dengan panti itu tidak ada, yang ada adalah arahan dari
kepala panti kepada pembimbing agama secara langsung.
Berpedoman dari arahan kepala panti dan ditambah dengan
pengalamannya dalam membimbing di tempat lain.
Pembimbing agama dapat membentuk aturan untuk dirinya
sendiri secara tidak tertulis. Aturan untuk anak asuh di sisi
lain, dibuat oleh pembimbing agama secara tertulis.
B. Analisis Pemahaman Aturan Pembimbing Agama
Pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak
Yatim Piatu Kosgoro Bogor memahami bahwa untuk
menjadi seorang pembimbing agama harus memiliki
pengetahuan dan akhlak yang baik, segala sesuatu yang
73
berguna, yang sesuai dengan syariat agama dan dapat
memberikan manfaat bagi dirinya sendiri serta orang lain,
terlebih lagi karena dia yang akan membutuhkan
pengetahuan yang cukup luas tentang yang diajarkan. Hal
tersebut seperti yang diungkapkan pembimbing agama
sebagai berikut:
“Menjadi pembimbing agama itu yang pertama dilihat dari kualitas, kompetensi dan dari keilmuan agamanya mereka harus lebih tahu dan lebih paham ketika mereka menyampaikan kepada jamaahnya atau kemasyarakat.”1 Pembimbing agama juga lebih menekankan untuk
memberikan contoh secara langsung, bukan memerintah.
Pembimbing agama berupaya membentuk sikap sosial positif
anak dengan memberikan contoh yang teladan. Hal tersebut
seperti yang diungkapkan pembimbing agama sebagai
berikut:
“Sistem saya buat, kegiatan semua saya bikin di panti. Walaupun saya yang membuat untuk mereka, tetapi di sisi lain saya mencontohkan juga. Jadi, saya itu cenderung bukan memerintah tetapi lebih mengajak. ‘Ayo kita sholat’, ‘Ayo kita mengaji’, ‘Ayo kita rapi-rapi’, ‘Ayo kita bersih-bersih’. Biasanya kalau hanya menyuruh itu anak-anak bicara ‘Ah, Pak Ustadz nyuruh doang, sedangkan Pak Usztadz sendiri gak ngerjain’ seperti itu. Di masyarakat juga sama seperti itu. Kesannya kita tidak menggurui atau merasa kita itu lebih baik, tetapi kita kan sama-sama semuanya menuju kebaikan.”2
1 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 14 Agustus 2018. 2 Wawancara pribadi dengan IR, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
74
Sebagaimana penuturan pembimbing agama di atas
dapat dipahami bahwa pembimbing agama lebih
menekankan ajakan daripada perintah agar anak asuh lebih
merasa dihargai, di mana anak asuh dapat melihat bahwa
pembimbing agama tidak hanya berbicara saja melainkan
melakukan yang sudah diajarkannya.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis
dapat menyimpulkan bahwa aturan yang dibentuk oleh
pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor itu hanya dipahami dalam kepalanya
sendiri karena tidak tertuliskan di panti. Hasil tersebut terjadi
karena pemahaman pembimbing agama untuk aturan
bimbingan agama tidak sampai dituangkan menjadi sebuah
aturan secara tulisan.
C. Analisis Tindakan Pembimbing Agama
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis
menyimpulkan ada empat tindakan peran pembimbing
agama dalam pembentukan sikap sosial anak di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, sebagai berikut:
1. Pemberi Pembelajaran
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
penulis menunjukkan bahwa pembimbing agama
menggunakan materi akhlak dan fiqih untuk dapat
membantu dalam pembentukan sikap sosial anak asuh.
Pembimbing agama memberikan materi akhlak
menggunakan taisirul kholaq dan fiqih dengan
75
menggunakan buku safinatun najah. Materi tersebut
beliau sampaikan pada saat bimbingan agama yang
dilakukan ba’da Ashar atau ba’da Isya dalam metode
grup guidance dan metode non-direktif.
Dalam pembentukan sikap sosial pembimbing
agama di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu
Kosgoro Bogor lebih menekankan kepada praktik secara
langsung. Penyampaian materi tertulis sekitar 30 persen
pada saat bimbingan agama berlangsung, sedangkan 70
persen dilakukan dengan praktik di lapangan seperti,
sholat berjamaah, menghadiri acara keagamaan
dimasyarakat, membersihkan lingkungan panti. Hal
tersebut dilakukan dengan maksud agar anak asuh dapat
mendapatkan contoh teladan yang baik.3
Pembimbing agama bertugas mengingatkan anak
asuhnya untuk selalu mengerjakan perintah agama,
berbuat baik kepada sesama, dan menghormati orang
lain baik yang lebih muda maupun kepada yang lebih
tua, baik di dalam panti, lingkungan sekitar serta di
masyarakat. Pembimbing agama harus mendapat tempat
khusus di hati anak asuh sebagai pengganti orangtua atau
sebagai orang tua asuh. Hal tersebut diperkuat dengan
pernyataan dari MIR sebagai berikut:
3 Hasil Observasi pada Tanggal 13 Oktober 2018
76
“Karena pengurus di sini sudah saya anggap orang tua sendiri”4
Pembimbing agama juga bertanggung jawab
secara penuh atas anak asuh selama berada di dalam
panti dan dalam bimbingannya. Pembimbing agama
tidak hanya memberikan pendidikan agama tetapi juga
berperan untuk membimbing anak asuh agar dapat
memiliki sikap sosial yang baik.
2. Kontrol dari Pembimbing Agama
Pembimbing agama berusaha semaksimal
mungkin untuk memantau dan mengontrol anak asuh
dalam melaksanakan bimbingan agama. Anak asuh
diperhatikan satu-persatu, seperti anak asuh yang tidak
sholat berjamaah, membuat gaduh saat bimbingan
sedang berlangsung, tidak mengerjakan tugas yang
berikan, pulang terlambat, dan lain sebagainya. Apabila
ada yang kurang patuh dalam melaksanakan bimbingan,
maka pembimbing agama mengambil tindakan pertama
dengan memberi nasihat atau teguran. Apabila anak asuh
sudah melakukan hal yang lebih berat maka akan
diberikan hukuman, seperti membersihkan lingkungan
panti sendirian dan mengelilingi lapangan.
3. Penasihat dan Pemberi Teguran
Pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak
Yatim Piatu Kosgoro tidak hanya menjadi tempat
4 Wawancara pribadi dengan MIR, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 17 Oktober 2018.
77
bertanya dan mengajarkan bimbingan agama dan
lainnya, tetapi juga menjadi pemberi nasihat, arahan, dan
teguran yang baik bagi anak asuh. Pembimbing agama
akan memberikan nasihat dan teguran kepada anak asuh
yang kurang patuh dalam melaksanakan bimbingan
agama. Nasihat dan teguran diberikan secara lisan
dengan lemah lembut, bertatap muka secara langsung,
dan memberitahu bahwa hal yang dilakukan tidak benar
atau tidak baik. Terakhir pembimbing agama meminta
agar anak asuh tidak kembali melakukan hal yang sama,
jika hal tersebut terulang kembali maka akan diberikan
hukuman, seperti membersihkan lingkungan panti
sendirian dan mengelilingi lapangan.
4. Pemberian Hukuman
Nilai-nilai sikap sosial yang ajarkan pembimbing
agama berlaku dalam masyarakat, baik itu berupa
perintah atau ajakan maupun larangan. Demikian halnya
juga dalam pembelajaran yang berlangsung apabila
terdapat anak asuh yang melanggar aturan, seperti tidak
disiplin, tidak mengerjakan tugas yang diberikan, atau
membuat gaduh saat bimbingan berlangsung,
pembimbing agama akan menegurnya terlebih dahulu
dan akan memberikan hukuman jika anak asuh
melanggar hal yang lebih berat, seperti tidak mengikuti
bimbingan agama, maka pembimbing agama akan
memberikan hukuman kepada anak asuh untuk
membersihkan lingkungan panti sendirian, mengelilingi
78
lapangan, hingga yang terparah akan digundulin untuk
laki-laki.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak
Yatim Piatu Kosgoro Bogor yaitu memberikan materi dan
pembelajaran dalam melakukan perannya untuk
pembentukan sikap sosial anak asuh melalui tindakan
bimbingan yang dimulai dengan pembelajaran melalui
bimbingan agama, kontrol secara langsung, penasihatan dan
teguran dalam pelanggaran ringan, dan hukuman jika
melakukan pelanggaran berat.
D. Gambaran Sikap Sosial Anak Asuh di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor
1. Sikap Jujur
Sikap sosial jujur yang telah diterapkan di Panti
sudah disampaikan secara verbal maupun nonverbal oleh
pembimbing agama. Akan tetapi, ada beberapa alasan
yang membuat anak-anak asuh tersebut terpaksa untuk
tidak jujur dalam beberapa kesempatan. Hal tersebut
dapat dilihat dari pemaparan pembimbing agama sebagai
berikut:
“Selama di Panti Alhamdulillah mereka tidak ada yang berani berbohong. Biasanya mereka berbohong itu berhubungan dengan suatu acara atau urusan di luar panti, seperti ada tugas di sekolah tetapi mereka ternyata langsung bermain
79
bersama temannya dan pulang tidak tepat waktu. Di situlah mereka biasanya tidak jujur”5
Berdasarkan pernyataan pembimbing agama
tersebut dapat dikatakan bahwa anak asuh memang
masih belum sepenuhnya dapat bersikap jujur. Hal
tersebut diperkuat dengan pernyataan MIR sebagai
berikut:
“Anak-anak gak jujur biasanya karena takut dimahari oleh Pak Ustadz atau takut dihukum oleh Pak Ustadz”6
Jadi, anak asuh yang tidak jujur biasanya ingin
mendapatkan kesenangan tersendiri dan untuk
mempertahankan dirinya demi kesenangan tersebut,
maka mereka tidak jujur. Oleh karena itu, pembimbing
agama masih kesulitan untuk membentuk sikap sosial
jujur.
2. Sikap Disiplin
Sikap disiplin yang diterapkan oleh panti
sebagaimana yang sudah tertera pada tata tertib panti dan
jadwal kegiatan panti sehari-hari yang dibuat oleh
pembimbing agama secara langsung. Secara non verbal
pembimbing agama memberikan contoh secara langsung
seperti, bangun pagi lebih dahulu dari anak asuh, sudah
berada di musholla lebih awal, dan lain-lain. Jadi, untuk
penerapan sikap disiplin di panti, pembimbing agama
5 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
6 Wawancara pribadi dengan RAF, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
80
memberikan toleransi untuk anak asuh menjadi disiplin.
Hal tersebut seperti yang diungkapkan pembimbing
agama sebagai berikut:
“Anak-anak yang biasa di rumahnya semaunya, tetapi jika di sini semua kegiatan diatur dari bangun tidur sampai tidur lagi. Jadi ketika mereka belum terbiasa itu butuh penyesuaian, kita gak menuntut mereka 100% harus mentaati semua peraturan di sini. Kita kasih penyesuaian sekian minggu atau sekian bulan bolehlah ada beberapa kegiatan yang mungkin tidak mereka langsung full dilakukan. Tapi di sisi lain mereka terus berusaha.”7
Berdasarkan pengamatan diasumsikan bahwa anak
asuh sedikit banyaknya masih membawa kebiasaaan
mereka dari rumah atau tempat tinggal mereka
sebelumnya sehingga membutuhkan waktu untuk
menyesuaikan diri agar anak asuh dapat memiliki sikap
disiplin.
3. Sikap Tanggung Jawab
Sikap tanggung jawab yang diterapkan di Panti
sudah disampaikan oleh pembimbing agama baik secara
verbal melalui penyampaian materi dan non verbal
dengan cara pembimbing agama memberikan contoh
langsung kepada anak asuh.
Tanggung jawab yang berikan kepada anak asuh
di panti salah satunya adalah tugas piket yang dilakukan
setiap harinya, tugas piket yang dibuat oleh pembimbing
7 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
81
agama dibagi perkelompok dan setiap kelompok dibagi
menjadi tiga hingga empat orang. Anak-anak asuh
melakukan tugas piket sesuai dengan yang sudah
diberikan kepadanya. Mereka melakukan tugas piket
baik dengan kesadaran dari diri sendiri maupun disuruh
terlebih dahulu. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan
dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa anak asuh
memiliki sikap sosial tanggung jawab dalam dirinya.
4. Sikap Toleransi
Sikap toleransi yang diterapkan di panti
disampaikan oleh pembimbing agama lebih kepada non
verbal yang dipraktikan langsung dalam kehidupan
sehari-hari dan memberikan dukungan langsung kepada
anak asuh, seperti kasih sayang yang sudah dianggap
seperti anaknya sendiri. Hal tersebut dijelaskan oleh
pembimbing agama sebagai berikut:
“Dalam hal toleransi di sini anak-anak kan berinteraksi dengan yang lain secara langsung dengan semuanya setiap hari. Saya juga memperlakukan mereka seperti anak saya sendiri, selain membutuhkan materi tentang agama, mereka juga membutuhkan kasih sayang. Karena sudah terbiasa bersama setiap harinya jadi mereka juga merasa sudah seperti saudara atau
8 Wawancara pribadi dengan YG, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
82
keluarga di sini. Walaupun mereka kadang ada perselisihan, bercanda-bercanda, tetapi mereka juga tetap saling membantu satu sama lain.”9
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
dapat ditarik kesimpulan bahwa anak asuh memang
memiliki sikap sosial toleransi yang cukup tinggi. Hal
tersebut dapat terjadi karena anak asuh berinteraksi dan
selalu bersama setiap harinya, sehingga mereka sudah
seperti saudara atau keluarga satu sama lain. Dampak
interaksi tersebut menjadikan anak memiliki sikap sosial
toleransi yang terbentuk secara langsung. Hal tersebut
seperti yang diungkapkan MIR sebagai berikut:
“Di sini sih pada saling toleransi udah kebiasaan karena udah kayak keluarga sendiri”10
5. Sikap Gotong Royong
Sikap gotong royong yang diterapkan di panti
lebih cenderung disampaikan oleh pembimbing agama
secara langsung. Pembimbing agama memberikan
contoh langsung dalam membersihkan area panti
sekaligus mengajak anak asuh untuk melakukan hal yang
sama bersamanya. Sikap gotong royong anak asuh juga
dapat dilihat melalui kegiatan piket mereka setiap
harinya yang dilakukan dengan tiga sampai empat orang.
Pada kegiatan piket tersebut anak asuh melakukan
9 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
10 Wawancara pribadi dengan MIR, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
83
kerjasama dalam membersihkan area panti yang menjadi
tugasnya dengan cara dikelompokan dengan tugas
masing-masing, seperti menyapu, mengepel,
membersihkan sampah, dan lainnya. Kegiatan piket
tersebut menjadikan anak asuh memiliki dua sikap sosial
positif seperti gotong royong dan tanggung jawab.
Anak asuh juga sering diajak oleh pembimbing
agama untuk menghadiri acara keagamaan di luar panti
secara bersama-sama. Hal tersebut menjadikan
pembimbing agama anak asuh telah melakukan
kebaikan bersama-sama.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
yang sudah penulis lakukan dapat dikatakan bahwa anak
asuh sudah memiliki sikap sosial gotong royong dan
tanggung jawab yang cukup baik.
6. Sikap Sopan Santun
Sikap sopan dan santun yang diterapkan di panti
dilakukan secara verbal dan non verbal oleh pembimbing
agama. Menurut pembimbing agama sendiri anak asuh
sudah memiliki sikap sopan santun sebelumnya yang
sudah diajarkan oleh orangtua atau walinya sebelum di
panti. Pembimbing agama membentuk sikap sosial
positif anak dengan memberikan materi akhlak dan fiqih
serta memberikan contoh kepada mereka secara
langsung. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri mereka
juga bersekolah di luar panti sehingga sedikit banyaknya
sikap-sikap yang kurang baik mereka lihat dan masuk ke
84
dalam otak mereka. Hal tersebut diungkapkan
pembimbing agama sebagai berikut:
“Di sini sih lebih cenderung praktek yang diaplikasikan langsung apa yang sudah mereka ketahui ditambah dengan materi pengkajian untuk akhlak dan fiqihnya dalam kegiatan sehari-hari di sini. Sikap sopan santun mereka itu tergantung mereka dapat menangkap apa yang mereka lihat, kalau di sini sih mereka selalu mencoba untuk bersikap baik, tetapi memang tidak dapat dipungkiri kan mereka sekolah di luar bertemu dengan macam-macam orang yang dapat memberikan contoh yang kurang baik.”11
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
dapat ditarik kesimpulan bahwa anak asuh memang masih
belum sepenuhnya memiliki sikap sopan santun. Mereka
menghormati orang lebih tua darinya, seperti memberikan
salam kepada pengunjung yang datang ke panti. Namun
anak asuh belum memiliki sikap sosial kepada temannya
sendiri seperti yang diungkapkan YG sebagai berikut:
“Ada yang gak sopan biasanya ngomongnya kasar kadang-kadang kalau ke temen aja sih ke pengurus mah enggak”12
Berdasarkan hasil pengamatan dapat ditarik
kesimpulan bahwa anak asuh memang memiliki sikap
sosial sopan santun, tetapi sikap sopan santun mereka
belum maksimal karena belum mampu diterapkan kepada
teman sebayanya.
11 Wawancara pribadi dengan Ustadz Yusep Abdul Ajis, di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
12 Wawancara pribadi dengan Yoga Gunawan, Di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, Pada Tanggal 07 November 2018.
85
BAB VI
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis tentang Peran Pembimbing
Agama dalam Pembentukan Sikap Sosial Anak di Panti
Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor, penulis
dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Pembimbing agama di Panti Sosial Asuha Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor cukup berperan dalam
pembentukan sikap sosial anak antara lain:
a. Pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak
Yatim Piatu Kosgoro Bogor berperan dalam
membuat aturan secara tidak tertulis untuk dirinya
sendiri dan aturan secara tertulis untuk anak asuh
dengan berpedoman dari arah kepala Panti dan
pengalaman pembimbing agama membina di tempat
lain.
b. Pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak
Yatim Piatu Kosgoro Bogor memiliki pengalaman
dalam membimbing anak asuh, memberikan contoh
teladan yang baik kepada anak asuh dan
bertanggung jawab dalam membimbing dan
mengasuh anak asuh menjadi lebih baik sesuai
dengan arahan dari kepala Panti secara langsung.
c. Nilai-nilai sikap sosial yang diajarkan pembimbing
agama berlaku dalam bimbingan agama, baik itu
86
secara teori maupun praktik. Demikian halnya
dalam pembelajaran yang berlangsung apabila
terdapat anak asuh yang melanggar aturan, seperti
tidak disiplin, tidak mengerjakan tugas yang
diberikan, atau membuat gaduh saat bimbingan
berlangsung, pembimbing agama akan menegurnya.
Jika anak asuh melanggar peraturan yang berat,
maka pembimbing agama akan memberikan
hukuman kepada anak asuh. Hal ini sebagai bentuk
pembelajaran yang dilakukan pembimbing agama
agar kejadian serupa tidak terulang kembali
nantinya. Pembimbing agama juga memberikan
intruksi-instruksi yang berupa perintah atau ajakan
agar dapat mengerjakan tugas dengan baik, agar
tidak ribut satu sama lain, agar bekerjasama satu
sama lain dan sebagainya. Hal ini tentu saja akan
dapat membentuk sosial dalam diri anak asuh.
2. Hasil sikap sosial anak asuh di Panti Sosial Asuhan
Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor adalah sebagai
berikut:
a. Anak asuh sudah memiliki sikap jujur, akan tetapi
belum maksimal dikarenakan beberapa faktor yang
membuat anak asuh tidak jujur, seperti takut
dihukum dan dimarahi, sehingga dapat dikatakan
bahwa sikap jujur anak asuh masih kurang.
b. Anak asuh sudah memiliki sikap disiplin, akan
tetapi beberapa anak asuh sesekali tidak disiplin,
87
seperti telat mengerjakan tugas karena rasa malas
yang ada didalam diri anak, sehingga dapat
dikatakan bahwa sikap disiplin anak asuh masih
kurang.
c. Anak asuh sudah memiliki sikap tanggung jawab.
Mereka mengerjakan tugas masing-masing
walaupun ada yang terlambat, sehingga dapat
dikatakan sikap tanggung jawab anak asuh sudah
cukup tinggi.
d. Anak asuh sudah memiliki sikap toleransi. Mereka
menghormati kepada orang yang lebih tua dan
mempedulikan satu sama lain. Dapat dikatakan
sikap toleransi anak asuh sudah cukup tinggi.
e. Sikap gotong royong anak asuh di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor dapat
dikatakan sangat tinggi karena pembimbing agama
memberikan tugas piket panti untuk bekerjasama
dan menjaga lingkungan panti secara bersama-sama,
sehingga terbentuklah sikap gotong royong.
f. Sikap sopan santun anak asuh di Panti Sosial
Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor dapat
dikatakan masih kurang, karena walaupun mereka
menghormati orang yang lebih tua, akan tetapi
kepada teman sendiri mereka masih sering bergurau
yang kurang sopan.
88
B. Implikasi
Dari hasil penelitian tentang Peranan Pembimbing
Agama dalam Pembentukan Sikap Sosial Anak di Panti
Sosial Asuhan Anak Yatim Piatu Kosgoro Bogor dapat
dilihat bahwa dengan peranan pembimbing agama bagi anak
asuh dapat membentuk sikap sosial. Melalui bimbingan
agama secara materi dan praktik meningkatkan sikap sosial
yang lebih baik.
Sikap sosial anak asuh di dalam panti merupakan
dampak dari peran pembimbing agama. Hal tersebut terjadi
karena pembimbing agama memberikan contoh sikap sosial
dengan mengatakan yang sesuai kenyataan menyontohkan
sikap jujur, datang lebih awal untuk sholat berjamaah
menyontohkan sikap disiplin, membersihkan area panti
menyontohkan sikap tanggung jawab, saling menghormati
satu sama lain menyontohkan sikap toleransi, membersihkan
area panti secara bersama-sama menyontohkan sikap gotong
royong, selalu menyapa anak asuh dengan perkataan yang
baik menyontohkan sikap sopan dan santun.
Anak asuh di Panti Sosial Anak Asuh Yatim Piatu
Kosgoro Bogor perlu memiliki sikap sosial positif di dalam
atau di luar Panti. Sikap sosial positif yang dimiliki anak
asuh berdampak untuk dirinya sendiri, keluarga, dan
lingkungan sekitar dalam berinteraksi dimasyarakat. Adanya
hasil tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan untuk
membuat kegiatan yang positif.
89
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Dalam proses bimbingan agama bagi anak asuh,
hendaknya pembimbing agama mencoba berinovasi dari
segi teknik bimbingan, dengan menggunakan media-
media terbaru, seperti bimbingan melalui media sosial,
televisi, atau model audio visual lainnya seperti youtube
agar anak asuh lebih mudah menangkap informasi yang
diberikan oleh pembimbing agama.
2. Pembimbing agama di Panti Sosial Asuhan Anak Yatim
Piatu Kosgoro Bogor disarankan agar lebih
mengembangkan aspek-aspek kemandirian dari sisi
perilaku, kedisiplinan dan emosi agar anak asuh dapat
memaksimalkan segala perkembangan dan
pembimbingan yang diterima mereka serta lebih
memperhatikan anak asuh dari sisi kebutuhan dan
keakraban anak asuh.
3. Anak asuh agar tidak malu untuk bertanya perihal
ketidakpahaman mereka tentang pembelajaran yang
diberikan pembimbing agama dan jangan memiliki rasa
malas untuk menjalani program bimbingan agama.
4. Seluruh pengurus dan pengelola yang ada di Panti
disarankan agar dapat meningkatkan pelayaan dalam
upaya pembentukan sikap sosial anak asuh.
90
DAFTAR PUSTAKA
Abdusshomad, Muhyiddin. 2007. Etika Bergaul Ditengah Gelombang Perubahan. Surabaya: Khalista.
Aini, Septia Nur. 2015. Penerapan Sikap Sosial Tanggung Jawab pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di MTsN. Tumpang Kabupaten Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Arifin, M. 1998. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: PT Golden Terayon Press.
Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bastowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Darajat, Zakiyah. 1991. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Bulan Bintang
Luthfi, Ikhwan dkk. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Majid, Abdul & Dian Andayani. 2012. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Maryati, Kun & Juju Suryawati. 2001. Persfektif Ilmu Sosiologi. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Nasehudin. 2015. Pembentukan Sikap Sosial Melalui Komunikasi dalam Keluarga. Jurnal Edueksos, Volume IV, No. 1.
Nurhasanah. 2017. Bimbingan Agama dalam Membina Akhlak Anak Panti Asuhan Putra Muhammadiyah Cabang Medan Kota. Skripsi, Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.
Pratama, Aditya. KPAI Catat 161 Kasus Kekerasan Anak di Bidang Pendidikan Selama 2018, https://www.inews.id/news/nasional/kpai-catat-161-kasus-kekerasan-anak-di-bidang-pendidikan-selama-2018/189701.
Saputra, Dwi. 2016. Peranan Panti Asuhan Terhadap Pembentukan Sikap Sosial Anak di Panti Asuhan Mahmudah di Desa Sumberejo Sejahtera Kecamatan Kemiling Bandar Lampung. Skripsi, Program Studi PPKn, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Sartono, M. Umar & Sarton. 1998. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sarwono, Sarlito W. & Eko A. Meinarno. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Ubaid, Abdullah. 2015. Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam Membentuk Sikap Santun pada Remaja di Pesantren al-Qur’an Nur Medina Pondok Cabe Tangerang Selatan. Skripsi, Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.