Top Banner
PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP PENDIDIKAN ANAK-ANAK TERLANTAR (Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh: FITRIYAH NIM: 107054103245 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
136

peran pekerja sosial terhadap pendidikan

Apr 27, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP PENDIDIKAN

ANAK-ANAK TERLANTAR

(Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet

Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

FITRIYAH

NIM: 107054103245

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 2: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

PERAN PEKERJA SOSIAL TERHADAP PENDIDIKAN

ANAK-ANAK TERLANTAR (Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet

Jakarta Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

FITRIYAH

NIM: 107054103245

Pembimbing

Ahmad Zaky, M.Si

NIP.1504 111 58

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 3: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-

anak Terlantar (Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03

Tebet Jakarta Selatan) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada 25 Agustus

2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Kesejahteraan Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Kesejahteraan

Sosial.

Jakarta, 25 Agustus 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. H. Mahmud Jalal, MA Ahmad Zaky, M.Si

NIP. 19520422 198103 002 NIP.1504 111 58

Penguji I Penguji II

Drs. Wahidin Saputra, MA Nurkhayati Nurbus, M.Si

NIP. 19700903 199603 1001 NIP. 19740908 199803 1002

Pembimbing

Ahmad Zaky, M.Si

NIP.1504 111 58

Page 4: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Agustus 2011

FITRIYAH

107054103245

Page 5: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

i

ABSTRAK

Fitriyah

Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar (Studi

Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan)

Pendidikan harus memiliki tujuan bagaimana masyarakat minat dan

keinginannya bisa terpedayakan secara merata. Karenanya pendidikan secara

praktik, harus dapat dilihat perannya dalam kehidupan masyarakat. Persoalan

pendidikan seperti itu bukan saja harus mampu merealisasikan tuntutan

masyarakat juga membuktikan out put yang dihasilkan di suatu lembaga

pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu

atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak/peserta didik secara

teratur dan sistematis ke arah kedewasaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pekerja sosial terhadap

pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) dan untuk mengetahui pelayanan

pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet

Jakarta Selatan.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif sehingga

mendapatkan hasil penelitian yang menyajikan data yang akurat dan digambarkan

secara jelas dari kondisi sebenarnya. Subyek penelitian terdiri dari pekerja

sosial/pengasuh dan Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta

Selatan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan

studi dokumentasi.

Dari hasil penelitian, maka diperoleh data bahwa: 1. Peran pekerja

sosial/pengasuh di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan yang lebih dominan

dimainkan yaitu sebagai pendidik dan perantara. Sebagai pendidik, pekerja

sosial/pengasuh berperan dalam membina, mengawasi, serta memberikan

perlindungan untuk WBS. Dan peran sebagai perantara dalam

menghubungkan/memfasilitasi WBS dengan dunia pendidikan. 2. Pelayanan

pendidikan yang diperoleh WBS adalah pendidikan formal berupa sekolah di luar

panti dan pendidikan non formal yaitu berupa kegiatan pengisi waktu luang

seperti kegiatan keterampilan komputer dan menjahit.

Page 6: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohiim…

Alhamdulillah... Tiada yang pantas penulis ucapkan selain puja dan syukur

bagi Allah SWT. Tuhan pencipta langit dan bumi beserta isinya. Karena telah

memberikan segala curahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak pula

penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman yang telah

membawa umatnya dari alam kebodohan menuju alam ilmu pengetahuan. Dengan

selesainya skripsi yang bejudul “Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan

Anak-anak Terlantar (Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra

Utama 03 Tebet Jakarta Selatan)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Sosial Islam Program Strata Satu (S.Sos.I) pada Program Studi

Kesejahteraan Sosial, maka penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini

masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.

Besar harapan penulis kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan

sarannya kepada penulis yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan penelitian

ini. Dan penulis juga sangat berharap penelitian ini berguna bagi semua pihak

yang menggeluti pelayanan pendidikan untuk anak-anak terlantar pada umumnya

dan kepada penulis pada khususnya. Setelah melalui proses yang amat panjang

dan godaan serta hambatan yang sangat banyak yang penulis alami dalam

melakukan penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan

kepada penulis dalam menyelsaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih tersebut

terutama kepada:

Page 7: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

iii

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I,

Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II dan Bapak Drs.

Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III yang telah membimbing penulis

selama melaksanakan studi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi.

2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan

Sosial dan juga seluruh staff akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah membantu penulis dalam memperlancar penulisan

skripsi ini.

3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, selaku Sekretaris Program studi Kesejahteraan

Sosial dan selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan dan

mengorbankan waktunya untuk memberikan perhatian, bimbingan, arahan,

kritik dan saran yang bermanfaat serta motivasi yang sangat besar kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku dosen penguji I yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi panitia ujian skripsi

sehingga saya dapat memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I).

5. Ibu Nurkhayati Nurbus, M.A selaku dosen penguji II yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk menjadi panitia ujian skripsi sehingga saya

dapat memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I).

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan dedikasi dan ilmunya

selama penulis kuliah di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Page 8: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

iv

7. Kedua orangtuaku tercinta, H. Darwin Effendi dan Hj. Mulyati, yang telah

mendidik, mendoakan dan memberi kasih sayangnya yang tak terhingga

kepada penulis baik motivasi, moril, bahkan pengorbanannya.

8. Untuk kakakku, Sisca Daryati dan Sukroni S.T (Kakak Ipar), Achmad

Zakir S.IP dan Umroti S.Psi (Kakak Ipar). Serta adikku Muhammad

Rizal, mereka yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada

penulis.

9. Ketiga keponakanku yang tersayang dan lucu-lucu, Salsabila Syakila,

Sulthan Syalbiansyah, dan Dhaffian Al-Fawwazi, dengan adanya canda

dan tawa dari mereka membuat hati penulis terhibur sehingga mengurangi

rasa penat penulis saat penyusunan skripsi ini.

10. Specially for my boy friend, teman hidup di masa depan, Firmansyah, yang

telah memberikan kasih sayangnya beserta iringan doa untuk penulis,

menemani dan memberikan semangat saat penulis rapuh dalam

penyelesaian skripsi ini.

11. Yang selalu menjadi sahabat baikku, Nurul Hafizhah, Siti Izzatul Yazidah

dan Fazra Raissa Wulandari, yang telah menjadi sahabat baikku selama

kurang lebih empat tahun di UIN dan semoga selalu selamanya bersahabat,

serta tak lupa iringan doa selalu untuk penulis dari mereka.

12. Teman-teman senasib dan seperjuangan khususnya untuk angkatan 2007

dalam mencapai cita-cita di Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Selatan.

13. Ibu Dra. Rahayu Paramita, selaku Kepala Panti PSAA PU 3 Tebet Jakarta

Selatan. Yang telah memberikan izin penulis untuk penelitian skripsi.

Page 9: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

v

14. Bpk Mujiono, AKS, selaku Seksi Bidang Bimbingan dan Penyaluran.

Yang sudah penulis anggap sebagai ayah pertama di PSAA yang telah

membimbing dan memberikan penulis masukan-masukan untuk

mengerjakan tugas akhir kuliah (skripsi) dan motivasi untuk tetap

semangat dalam menjalankan penelitian.

15. Bpk H. Mahmud, S.Sos. Yang sudah penulis anggap sebagai ayah kedua

di PSAA setelah Pak Muji. Beliau telah membuat penulis merasa nyaman

di PSAA dengan canda tawa dari Beliau.

16. Adik-adikku (WBS) yang berada di PSAA, yang telah membantu

memberikan informasi untuk penelitian dalam mengerjakan skripsi dan tak

lupa semangat dari adik-adikku serta untaian doa untuk penulis.

17. Terakhir kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan namanya

namun telah ikut berpartisipasi membantu dan mendoakan penulis dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa

hormat, penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih.

Pada akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penulis pada khususnya dan kepada para pembaca pada umumnya. Dan juga

semoga semua perhatian, motivasi dan bantuan yang telah mereka berikan kepada

penulis mendapat imbalan dan pahala yang setimpal dari Allah SWT, semoga

Allah menuntun ke jalan yang lurus yakni jalan yang Engkau ridhoi dan jalan

yang Engkau murkai… Amiiin Yaa Robbal ‘Alamiin..

Wassalam...

Jakarta, Agustus 2011

FITRIYAH

107054103245

Page 10: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN ............................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 8

D. Metodologi Penelitian ............................................................. 8

E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 13

F. Sistematika Penulisan ............................................................. 14

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Peran ...................................................................... 16

B. Pekerja Sosial

1. Pengertian Pekerja Sosial .................................................. 18

2. Peran dan Fungsi Pekerja Sosial ....................................... 22

C. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan ....................................................... 28

2. Faktor-faktor Pendidikan .................................................. 31

Page 11: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

vii

3. Tujuan Pendidikan ............................................................ 33

4. Jenis-jenis Pendidikan ....................................................... 34

5. Lembaga-lembaga Pendidikan Nasional ........................... 35

D. Anak dan Anak Terlantar

1. Pengertian Anak ................................................................ 37

2. Hak-hak Anak ................................................................... 38

3. Usia Anak .......................................................................... 40

4. Pengertian Anak Terlantar ................................................ 43

5. Ciri-ciri Anak Terlantar ..................................................... 45

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA PSAA PU 03 TEBET

A. Gambaran Umum Lembaga PSAA PU 3 Tebet Jakarta

Selatan

1. Identitas dan Sejarah PSAA .............................................. 46

2. Pendanaan PSAA .............................................................. 51

3. Sumber Daya Manusia di PSAA ....................................... 52

4. Fasilitas di PSAA .............................................................. 52

B. Profil Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA ......................... 54

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga Binaan

Sosial (WBS) di PSAA PU 03 Tebet Jak-Sel ......................... 57

B. Pelayanan Yang Diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS)

PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan ....................................... 60

Page 12: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

viii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 68

B. Saran ......................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 74

LAMPIRAN

Page 13: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data SDM di PSAA PU 03 Tebet ..................................................... 52

Tabel 2. Fasilitas di PSAA PU 03 Tebet ......................................................... 52

Tabel 3. Data WBS Beradasarkan Pertahunnya .............................................. 54

Tabel 4. Data WBS Berdasarkan Status Keluarga .......................................... 54

Tabel 5. Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................................... 55

Tabel 6. Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMP............. 55

Tabel 7. Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMA/SMK .. 57

Page 14: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

x

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1................................................................................................................ 50

Page 15: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah pionir dalam pembangunan masa depan suatu

bangsa. Jika dunia pendidikan suatu bangsa sudah jeblok, maka kehancuran

bangsa tersebut tinggal menunggu waktu, sebab pendidikan menyangkut

pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan jati diri manusia suatu

bangsa. Karena itu, setiap bangsa yang ingin maju, maka pembangunan dunia

pendidikan selalu menjadi prioritas utama.1

Wajah pendidikan di negeri ini belum secerah negara tetangganya.

Harus diakui, sistem dan mutu pendidikan di Malaysia, Singapura, Thailand,

Myanmar, Laos, Sri Lanka, bahkan Vietnam, lebih maju dibanding Indonesia.

Di Indonesia, masih ada jutaan anak yang belum menikmati pendidikan dasar.

Belum lagi problem serius menyangkut minimnya fasilitas dan kesejahteraan

para pendidik, terjadinya tindak kekerasan dan pencabulan di lingkungan

sekolah, tawuran antar mahasiswa hingga pertengkaran tanpa ujung para elite

pengelola lembaga pendidikan.2

Pendidikan harus memiliki tujuan bagaimana masyarakat minat dan

keinginannya bisa terpedayakan secara merata. Karenanya pendidikan secara

1 Editorial Media Massa Indonesia, 2006: Membangun Pendidikan, Mengatasi

Kemiskinan, http://opini.wordpress.com/2006/11/08/membangun-pendidikan-mengatasi-

kemiskinan/ (Diakses pada: Senin, 28 Februari 2011) 2 Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta: 2008), cet 1,

http://komunitasamam.wordpress.com/2009/04/11/blue-print-pendidikan-nasional/ (Diakses

pada: Rabu, 09 Maret 2011)

Page 16: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

2

praktik, harus dapat dilihat perannya dalam kehidupan masyarakat. Persoalan

pendidikan seperti itu bukan saja harus mampu merealisasikan tuntutan

masyarakat juga membuktikan out put yang dihasilkan di suatu lembaga

pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk

membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak/peserta

didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan3

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini belumlah terlalu bagus,

bahkan sedikit lebih ekstrim kita dapat menyebut kualitas kita rendah dan

memprihatinkan. Keberadaan atau posisi kita jauh di bawah negara-negara

lain. Hal itu terlihat dari angka Human Development Indeks (HDI) yang

dikeluarkan oleh lembaga-lembaga internasional, yang menunjukkan bahwa

posisi kualitas sumber daya manusia Indonesia sangatlah rendah.4 Menurut

data dari Human Development Indeks (HDI), Indonesia berada pada peringkat

108 di dunia dari segi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada tahun

2010.5

Kemudian, pada saat yang sama tingkat kemiskinan di negeri ini

sungguh fantastis. Sangat besar dan mengkhawatirkan. Kita semua paham

bahwa kemiskinan kini merupakan simbol yang tentunya sangat memalukan6.

Hasil Sensus penduduk BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2010 menyebutkan,

3 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005), cet 1, hal. 7 4 http://www.simpuldemokrasi.com/dinamika-demokrasi/warga-bicara/1345-hak-

pendidikan-anak-anak-bangsa.html (Diakses pada: Rabu, 09 Maret 2011 5 http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/03/14/kualitas-sdm-indonesia-di-

dunia/ (Diakses pada: Kamis, 03 November 2011) 6 http://www.simpuldemokrasi.com/dinamika-demokrasi/warga-bicara/1345-hak-

pendidikan-anak-anak-bangsa.html (Diakses pada: Rabu, 09 Maret 2011)

Page 17: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

3

penduduk miskin di Indonesia berjumlah 31,02 juta jiwa atau 13,13 persen.

Kesenjangan tingkat kemiskinan antar provinsi masih besar sekitar separoh

dari rata-rata nasional. Hal itu dikatakan Menteri Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) HR Agung Laksono saat kunjungannya

di Kota Sibolga sekaligus memberikan Raskin secara simbolis kepada

masyarakat di Jalan Toto Harahap dan Jalan S. Parman depan Masjid Agung

Sibolga.7

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sangat prihatin atas fakta

bahwa anak terlantar dan anak jalanan dari tahun ke tahun semakin meningkat

tajam. Data terakhir terdapat 17 juta anak terlantar dan hampir terlantar. Dari

jumlah tersebut, 230 ribu di antaranya menjadi anak jalanan di berbagai kota

besar di Indonesia. Fakta lain menunjukkan bahwa hak-hak anak jalanan

secara umum tidak terpenuhi, baik hak pendidikan, kesehatan dan hak dasar

lainnya.

Anak jalanan, 95 persen berasal dari keluarga miskin, berpendidikan

rendah dan dari lingkungan yang eksploitatif terhadap anak,

walaupun angka anak terlantar dan anak jalanan meningkat, tetapi belum ada

penanganan secara komprehensif atas fenomena tersebut. KPAI berpandangan

bahwa akar persoalan anak terlantar dan anak jalanan adalah ketidakberdayaan

orangtua dan kebijakan negara dan seluruh sektor yang membuat mereka

terpuruk menjadi kelompok tersingkir dan termarjinalisasi. Penanganannya

tidak bisa bersifat parsial, segmentaris, apalagi represif. Dan yang terpenting

7 http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=

6128: menko-kesra--2010-penduduk-miskin-3102-juta-jiwa&catid=52:sumut&Itemid=207

(Diakses pada: Rabu,6 April 2011)

Page 18: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

4

tidak mengkriminalisasi anak karena sesungguhnya mereka adalah korban dari

tindakan orang dewasa.8

Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya

agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal

sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan

dari kekerasan dan diskriminasi. Undang-undang perlindungan anak ini

bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup,

tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat

dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak

mulia, dan sejahtera.

Media perlindungan anak adalah pemenuhan hak dasarnya, termasuk

di dalamnya hak pendidikan. Sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi,

bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak.

Pendidikan adalah hak dasar anak yang dilindungi. UU No 23 Tahun 2002,

pasal 9 (1), tentang Perlindungan Anak dikatakan bahwa setiap anak berhak

memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan

pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

Namun kenyataannya masih banyak anak-anak Indonesia yang tidak

bisa mengenyam pendidikan dan anggapan kurang pentingnya pendidikan

dibandingkan dengan hal lain yang lebih dianggap menghasilkan secara

8 http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2010/03/22/90009/Gila,-Jumlah-Anak-

Terlantar-17-Juta. (Diakses pada: Rabu, 6 April 2011)

Page 19: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

5

ekonomis. Pendidikan dasar formal yang ada bagi banyak kalangan masih

dianggap mahal. Meskipun kebijakan nasional mengenai wajib belajar

sembilan tahun telah dicanangkan, namun pelaksanaannya tidak semudah itu9

Maka dari itu, pemerintah memberikan perhatian kepada keluarga yang

kurang mampu, guna meningkatkan taraf hidup kesejahetraan pendidikan

anak-anak mereka atau anak-anak yang terlantar yang memiliki kemauan

besar untuk tetap bisa melanjutkan sekolah, dalam bentuk program (UKS)

Usaha Kesejahteraan Sosial yang merupakan suatu program ataupun kegiatan

yang didesain secara konkrit untuk menjawab masalah, kebutuhan masyarakat

ataupun meningkatkan taraf hidup masyarakat.10

Salah satu bentuk program atau kegiatan dari UKS ini yaitu adanya

suatu pelayanan sosial yang berada di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama

(PSAA PU) 03 Tebet dapat melanjutkan sekolah tanpa harus memikirkan

beban biaya yang dikeluarkan untuk kelangsungan pendidikan formal mereka.

Pendidikan dan perlindungan anak merupakan tanggungjawab

orangtua, namun banyak orangtua menghadapi masalah-masalah sosial seperti

kemiskinan dan kebodohan, maka dengan tidak disadari, banyak orangtua

tidak sanggup memenuhi fungsi sosialnya dengan baik dalam mendidik,

melindungi dan mengembangkan anak-anak mereka.11

9 http://www.simpuldemokrasi.com/dinamika-demokrasi/warga-bicara/1345-hak-

pendidikan-anak-anak-bangsa.html (Diakses pada: Rabu, 09 Maret 2011) 10

Isbandi Rukminto, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, FISIP UI,

(Jakarta: 2005), hal. 86 11

Bunga Rampai Islam Dan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: IAIN Indonesian Social

Equity Project, 2006), hal. 122

Page 20: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

6

Sementara itu ayat suci Al-Qur’an dalam surat An-Nissa’ ayat 9

menegaskan bahwa orang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka

dalam keadaan lemah, Allah berfirman sebagai berikut:

Artinya:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh karena sebab itu hendaklah

mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan

perkataan yang benar”

Anak-anak terlantar yang berada di sebuah lembaga sosial yaitu salah

satunya Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet mereka berasal dari

keluarga kurang mampu, anak yang ditelantarkan oleh orangtua dan anak yang

dititpkan oleh orangtua mereka agar mereka dapat melanjutkan pendidikan

formal hingga lulus dan tamat dari sekolah mereka masing-masing. Tujuannya

agar anak-anak tersebut dapat meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya dan

berguna bagi nusa, bangsa dan agama di tengah-tengah masyarakat.

Berkaitan dengan hal di atas peneliti menyajikan penelitian yang

berjudul:

“Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar

(Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta

Selatan)”.

Page 21: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penulisan ini menjadi terarah dan mempunyai titik fokus

yang jelas, maka peneliti membatasi pada Peran Pekerja Sosial Terhadap

Pendidikan Anak-anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra

Utama 03 Tebet Jakarta Selatan pada periode 2010-2011.

Peran pekerja sosial tersebut dilihat dari studi pendidikan anak-

anak terlantar di PSAA PU 03 Tebet yang meliputi pendidikan formal

yang merupakan pendidikan di sekolah dan pendidikan pengisi waktu

luang melalui keterampilan pengembangan potensi seperti menjahit,

komputer, menari dan qosidahan yang pada akhirnya mereka menjadi

warga masyarakat yang hidup layak dan bertanggungjawab terhadap

dirinya, keluarga, serta masyarakat.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah serta eksplorasi permasalahan

pada latar belakang di atas, maka pertanyaan mendasar dalam Peran

Pekeja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar Di Panti Sosial

Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan yang ingin dijawab

melalui penelitian dan dituangkan dalam skripsi ini adalah:

a. Bagaimana peran pekerja sosial terhadap pendidikan Warga Binaan

Sosial (WBS) di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan?

b. Bagaimana pelayanan pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial

(WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan?

Page 22: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui peran pekerja sosial terhadap pendidikan Warga

Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan?

b. Untuk mengetahui pelayanan pendidikan yang diperoleh Warga

Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan?

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pendidikan formal

dan non formal bagi anak-anak terlantar yang dilakukan oleh lembaga

pelayanan kesejahteraan sosial.

b. Manfaat Praktis

1) Memberikan masukan saran untuk para praktisi di lembaga

pelayanan kesejahteraan anak dan remaja, khususnya anak-anak

terlantar dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pendidikan

(intervensi).

2) Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut,

khususnya penelitian terapan yang berkaitan dengan permasalahan

penanganan terhadap anak-anak terlantar.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu

Page 23: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

9

bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep,

serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala

ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bermakna di

lapangan. Sedangkan peneliti memilih pendekatan kualitatif dalam

melakukan penelitian karena peneliti berharap dengan menggunakan

pendekatan kualitatif ini didapatkan hasil yang menyajikan data yang

akurat, dan digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya 12

Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif sebagai

prosedur yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.13

Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan secara

sistematis fakta-fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang

tertentu, baik berupa keadaan, permasalahan, sikap, pendapat, kondisi,

prosedur atau sistem secara faktual dan cermat.14

Pendekatan kualitatif ini dipilih berdasarkan tujuan penelitian yang

ingin:

a. Menemukan, mengembangkan, dan mengkaji kebenaran suatu

pengetahuan di Panti Sosial Asuhan Anak.

b. Memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip tentang pendidikan formal

di luar panti dan pendidikan non formal di panti.

12

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, ( Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003), cet. Ke- 2, h. 39 13

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda

Karya, 2004) ,cet. Ke-20. h.4 14

Jusuf Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Jurusan Sosiologi, 2003),

cet. 1. h.19

Page 24: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

10

c. Memahami suatu gejala lebih mendalam atau mendapatkan pandangan

baru akan gejala tersebut.

d. Melukiskan suatu keadaan atau mengadakan suatu deskripsi.15

2. Macam Data

a. Data primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk

menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber

aslinya. Data ini merupakan data yang diperoleh dari informan dan

situasi-situasi sosial melalui metode dan cara yang telah di jelaskan di

atas.

b. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah

dikumpulkan untuk suatu tujuan sebelumnya. Data ini merupakan data

yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan

dengan penelitian maupun instansi yang terkait lainnya.

3. Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian

manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu

utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, mulut dan kulit.

Yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data

yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data

penelitian ini dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data

15

Ibid, h. 15

Page 25: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

11

tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan

panca indra16

.

Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah mendatangi

langsung ke lokasi penelitian, kemudian mengamati proses kegiatan

intern panti yang terjadi di sekitar lokasi penelitian khususnya kegiatan

yang berkaitan dengan bagaimana peran pekerja sosial terhadap

pendidikan anak-anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra

Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu untuk

mendapatkan data yang kongkret dari hasil pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan17

. Dalam wawancara ini yang dilakukan peneliti untuk

mengumpulkan data yakni dengan cara mengajukan pertanyaan-

pertanyaan secara langsung kepada pihak panti dan juga kepada anak-

anak panti.

c. Studi Dokumentasi

Mencari data-data yang tertulis, baik berupa buku, jurnal

ataupun yang lainnya. Tehnik ini dilakukan dengan cara

mengkategorisasi kemudian mempelajari bahan-bahan tetulis yang

berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau

informasi.

16

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group,

2005), h.134 17

Lexi. J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

1999), cet ke-10, hal.3

Page 26: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

12

4. Teknik Analisis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya

adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah

dan tujuan penelitian. Dalam melakukan analisis dan penelitian

menggunakan metode deskriptif yaitu teknik analisis data dimana peneliti

terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh mengenai data

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.

5. Tempat dan Waktu

a. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan Anak yang

beralamat Jalan Tebet Raya No. 100. Jakarta Selatan.

b. Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian pada 31 Mei 2011 sampai dengan 31

Juli 2011.

6. Teknik Pemilihan Informan/Wawancara

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan

informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling

yaitu pengambilan sampel dari populasi yang didasarkan atas tujuan atau

pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti, dalam sampling ini

peneliti berusaha menguji pertimbangan-pertimbangannya untuk dapat

memasukkan unsur yang dianggap khusus dari suatu populasi dimana

peneliti mencari informasi.18

18

Jusuf, Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Jurusan Sosiologi, 2003),

cet.1, hal. 100

Page 27: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

13

Berdasarkan pada konteks tersebut, maka peneliti memilih subyek-

subyek penelitian diantaranya:

No: Informan Jumlah Pertanyaan yang Diajukan

1 Ka.Sie

Identifikasi dan

Asesmen

1 Orang

Peran pekerja sosial terhadap

pendidikan Warga Binaan

Sosial (WBS) di PSAA PU 03

Tebet Jakarta Selatan.

2 Ka.Sie

Bimbingan dan

Penyaluran

1 Orang

Pelayanan pendidikan yang

diperoleh Warga Binaan Sosial

(WBS) PSAA PU 03 Tebet

Jakarta Selatan.

3 WBS/Klien 4 Orang

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut, peneliti kemukakan suatu

tinjauan pustaka sebagai langkah awal dari penyusunan skripsi yang peneliti

buat agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lainnya dari skripsi-skripsi

sebelumnya. Setelah mengadakan suatu kajian kepustakaan, maka peneliti

menemukan skripsi yang hampir sama dengan peneliti buat, tetapi dari

beberapa segi berbeda, lebih lanjut akan peneliti paparkan di bawah sebagai

berikut:

Page 28: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

14

Nama : Siti Nur Azizah

Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial.

Tahun 2007.

Judul Skirpsi : Peran Pekerja Sosial di Rumah Singgah Anak Jalanan

Yayasan Rumah Kita Cipinang.

Dalam skripsi ini Siti membahas mengenai Peranan Pekerja Sosial

Anak jalanan, walaupun sama-sama mengambil tema mengenai peran pekerja

sosial tetapi berbeda dengan skripsi yang peneliti kaji dalam hal ini.

Perbedaannya terletak pada subjek peneliti yaitu pendidikan formal dan non

formal untuk anak-anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak.

F. Sistematika Penulisan

Dalam hal sistematika penulisan ini peneliti menggunakan

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang

diterbitkan CeQDa (Center for Quality Development and Assurance)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman

penulisan skripsi ini.

Bab I : Pendahuluan, memuat: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi

Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika penulisan.

Bab II : Kajian Teori, memuat: Pengertian Peran, Pengertian Pekerja

Sosial, Peran dan Fungsi Pekerja Sosial, Pengertian Pendidikan,

Page 29: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

15

Faktor-faktor Pendidikan, Tujuan Pendidikan, Jenis-jenis

Pendidikan, Lembaga-lembaga Pendidikan Nasional, Pengertian

Anak, Hak-hak Anak, Usia Anak, Pengertian Anak Terlantar

dan Ciri-ciri Anak Terlantar.

Bab III : Gambaran Umum Lembaga Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)

Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan. Yang meliputi: Identitas

dan Sejarah Panti Sosial, Pendanaan, Sumber Daya Manusia,

Fasilitas dan Profil Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03

Tebet Jakarta Selatan.

Bab IV : Temuan dan Analisa Data, memuat: Hasil wawancara tentang

peran pekerja sosial terhadap pendidikan anak-anak terlantar di

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.

Bab V : Penutup, yang memuat: Kesimpulan dan Saran.

Page 30: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

16

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Peran

Apabila sesorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara

kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung pada yang

lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa

peranan. Peranan mungkin mencangkup tiga hal, yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat1.

Peranan pekerja sosial sangat beragam tergantung pada konteksnya.

Secara umum pekerja sosial dapat berperan sebagai mediator, fasilitator atau

pendamping, pembimbing, perencana, dan pemecah masalah. Kinerja pekerja

1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1999), h. 268-269, Ed. Baru 4, Cet. 27

Page 31: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

17

sosial dalam melaksanakan meningkatkan keberfungsian sosial dapat dilihat

dari beberapa strategi pekerjaan sosial sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan orang dalam menghadapi masalah yang

dialaminya.

2. Menghubungkan orang dengan sistem dan jaringan sosial yang

memungkinkan mereka menjangkau atau memperoleh berbagai sumber,

pelayanan dan kesempatan.

3. Meningkatkan kinerja lembaga-lembaga sosial sehingga mampu

memberikan pelayanan sosial secara efektif, berkualitas dan

berperikemanusiaan.

4. Merumuskan dan mengembangkan perangkat hukum dan peraturan yang

mampu menciptakan situasi yang kondusif bagi tercapainya kemerataan

ekonomi dan keadilan sosial.2

Fokus utama pekerjaan sosial adalah meningkatkan keberfungsian

sosial (social functioning) melalui intervensi yang bertujuan atau bermakna.

Keberfungsian sosial merupakan konsepsi penting bagi pekerjaan sosial. Ia

merupakan pembeda antara pekerjaan sosial dan profesi lainnya.

Keberfungsian sosial merupakan resultan dari interaksi individu

dengan berbagai sistem sosial di masyarakat, seperti sistem pendidikan, sistem

keagamaan, sistem keluarga, sistem politik, sistem pelayanan sosial, dst. Edi

Suharto dkk mendefinisikan keberfungsian sosial sebagai kemampuan orang

(individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) dan sistem sosial (lembaga

2 Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung:

PT. Rafika Aditama, 2005),, h. 27

Page 32: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

18

dan jaringan sosial) dalam menghadapi goncangan dan tekanan (shocks and

stresses)3.

B. Pekerja Sosial

1. Pengertian Pekerja Sosial Dari Beberapa Ahli/Sumber

No Menurut Para

Ahli/Sumber

Definisi

Inggris Indonesia

1 Allen Pincus and

Anne Minahan

Social Work is

concerned with the

interactions

between people and

their social

environment which

affect the abilility

of people to

accomplish their

life task, alleviate

distress and realize

their aspirations

and values.

Pekerjaan sosial

berurusan dengan

interaksi antara orang-

orang dan lingkungan

sosial, sehingga

mereka mampu

melaksanakan tugas-

tugas kehidupannya,

mengurangi

ketegangan, dan

mewujudkan aspirasi

dan nilai-nilai

mereka.

3 Ibid, h. 28

Page 33: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

19

2 Siporin,Max Social work is

defined as a social

institutional

method of helping

people to prevent

and resolve their

social problems, to

restore and enhance

their social

functioning.

Pekerjaan sosial

didefinisikan sebagai

metode institusi

sosial untuk

membantu orang-

orang guna

mencegah dan

menyelesaikan

masalah sosial

dengan cara

memperbaiki dan

meningkatkan

keberfungsian

sosialnya.

3

Friedlander,

Walter. A, and

Apte, Robert Z.

Social Work is a

professional

service, based on

scientific

knowledge and

skill in human

relation, which help

individuals, groups,

or communities

Pekerjaan sosial

adalah pelayanan

profesional yang

didasarkan pada

pengetahuan dan

keterampilan ilmiah

guna membantu

individu, kelompok-,

maupun masyarakat

Page 34: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

20

obtain social or

personal

satisfaction and

interdependence.

agar tercapainya

kepuasan pribadi dan

sosial serta

kebebasan.

4 Zastrow, Charles Social work is the

profesional activity

of helping

individuals, groups,

or communities to

enhance or restore

their capacity for

social functioning

and to create

societal conditions

favorable to their

goals.

Pekerjaan sosial

adalah aktivitas

profesional untuk

membantu individu,

kelompok atau

komunitas guna

meningkatkan atau

memperbaiki

kapasitasnya untuk

berfungsi sosial dan

menciptakan kondisi

masyarakat guna

mencapai tujuan-

tujuannya.

5 Leonora Scrafica-

deGuzman

Social work is the

profesion which is

primaly concerned

with organized

social service

Pekerjaan sosial

adalah profesi yang

bidang utamanya

berkecimpung dalam

kegiatan pelayanan

Page 35: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

21

activity aimed to

facilitate and

strengthen basic

relationship in the

mutual adjusment

between individual,

and their social

environment for the

good of the

individual and

society, by the use

of social work

method.

sosial yang

terorganisasi, dimana

tujuannya untuk

memfasilitasi dan

memperkuat relasi

dalam penyesuaian

diri secara timbal

balik dan saling

menguntungkan antar

individu dengan

lingkungan sosialnya,

melalui penggunaan

metode-metode

pekerjaan sosial.4

Pengertian Pekerja Sosial menurut UU No. 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial ialah:

Pekerja Sosial Profesional didefinisikan sebagai “seseorang yang

bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki

kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan

sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman

4 http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya/script.php/read/definisi-pekerjaan-sosial/, PPI

STKS Bandung Tahun 2008, Definisi Pekerjaan Sosial, (Diakses Pada: Minggu, 08 Mei

2011)

Page 36: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

22

praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan

penanganan masalah sosial”.5

Pekerja sosial bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial

individu-individu, baik secara individual maupun kelompok, di mana

kegiatannya difokuskan kepada relasi mereka, khususnya interaksi antara

manusia dengan lingkungannya.

Dari pengertian pekerja sosial di atas untuk memudahkan

penelitian ini maka peneliti menyimpulkan bahwa pekerja sosial adalah

suatu profesi untuk meningkatkan keberfungsian sosial pada individu,

kelompok dan komunitas dengan cara meng-assessment kebutuhan mereka

melalui intervensi mikro, messo ataupun makro yang dimiliki oleh para

pekerja sosial yang didasari oleh tiga komponen dasar yaitu kerangka

pengetahuan (knowledge), kerangka keahlian (skills), dan kerangka nilai

(value).

2. Peran dan Fungsi Pekerja Sosial

Menurut Zastrow sekurang-kurangnya ada tujuh peran beserta

fungsi dari pekerja sosial yang dapat dikembangkan oleh community

worker, yaitu:6

a. Pemercepat Perubahan (Enabler)

Sebagai enabler seorang community worker membantu

masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka,

mengidentifikasikan masalah mereka, dan mengembangkan kapasitas

5 http://bbppkspadang.wordpress.com/quantum-vi-no-11-2009-6/, Tonton Witono,

SDM Kesos dan Pengembangannya, (Diakses Pada: Minggu, 08 Mei 2011) 6 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas, (Lembaga Penerbit FE UI: Depok, 2003), h. 91-94

Page 37: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

23

mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara

lebih efektif. Peran enabler ini adalah peran klasik dari seorang

community worker.

Ada empat fungsi utama yang dilakukan community worker

sebagai pemercepat perubahan (enabler):

1) Membantu masyarakat menyadari dan melihat kondisi mereka

2) Membangkitkan dan mengembangkan organisasi dalam

masyarakat

3) Mengembangkan relasi interpersonal yang baik dan

4) Memfasilitasi perencanaan yang efektif

b. Perantara (Broker)

Peran seorang broker (perantara) dalam intervensi makro

terkait erat dengan upaya menghubungkan individu ataupun kelompok

dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan

masyarakat (community service), tetapi tidak tahu di mana dan

bagaimana mendapatkan bantuan tersebut, dengan lembaga yang

menyediakan layanan masyarakat. Peran sebagai perantara, yang

merupakan peran mediasi, dalam konteks pengembangan masyarakat

juga diikuti dengan perlunya melibatkan klien dalam kegiatan

penghubungan ini.

c. Pendidik (Educator)

Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker

diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan

Page 38: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

24

baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang menjadi

sasaran perubahan. Di samping itu, ia harus mempunyai pengetahuan

yang cukup memadai mengenai topik yang akan dibicarakan. Dalam

kaitan dengan hal ini, seorang community worker tidak jarang harus

menghubungi rekan dari profesi lain yang menguasai materi tersebut.

Aspek lain yang terkait dengan peran ini adalah keharusan bagi

seorang community worker untuk selalu belajar. Karena begitu seorang

community worker merasa sudah tidak perlu belajar kembali mengenai

topik yang akan dibicarakan, maka ia mungkin akan terjebak untuk

menyampaikan pandangan yang kurang up to date dan kurang

menjawab tantangan ataupun masalah yang muncul pada waktu itu.7

d. Tenaga Ahli (Expert)

Dalam kaitan dengan peranan sebagai tenaga ahli (Expert),

community worker diharapkan untuk dapat memberikan masukan,

saran dan dukungan informasi dalam berbagai area. Misalkan saja,

seorang tenaga ahli diharapkan dapat memberikan usulan mengenai

bagaimana struktur organisasi yang bisa dikembangkan dalam suatu

Organisasi Nirlaba yang menangani masalah lingkungan, kelompok-

kelompok mana saja yang harus terwakili, atau memberikan masukan

mengenai isu apa yang pantas dikembangkan dalam suatu komunitas

(termasuk organisasi).

7 Ibid, h. 91

Page 39: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

25

Seorang expert harus sadar bahwa usulan dan saran yang ia

berikan bukanlah mutlak harus dijalankan klien mereka (masyarakat

ataupun organisasi), tetapi usulan dan saran tersebut lebih merupakan

masukan gagasan sebagai bahan pertimbangan masyarakat ataupun

organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Pada umumnya klien

dari tenaga ahli adalah organisasi pelayanan masyarakat (human

service organizations) baik itu organisasi pemerintahan (government

organizations) atau non pemerintah (non-government organizations).

Oleh karena itu, peran ini terkait dengan peran perencana sosial yang

pada intinya terkait dengan model intervensi pendekatan

pengembangan layanan masyarakat (community services approach).8

e. Perencana Sosial (Social Planner)

Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai

masalah sosial yang terdapat dalam komunitas, menganalisisnya, dan

menyajikan alternatif tindakan yang rasional untuk menangani masalah

tersebut. Setelah itu perencana sosial mengembangkan program,

mencoba mencari alternatif sumber pendanaan, dan mengembnagkan

konsensus dalam kelompok yang mempunyai berbagai minat ataupun

kepentingan.

Menurut Zastrow, peran expert lebih memfokuskan pada

pemformulasian usulan dan saran (advice) yang terkait dengan isu dan

permasalahan yang ada. Sedangkan perencanaan sosial lebih

8 Ibid, h. 92

Page 40: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

26

memfokuskan pada tugas-tugas yang terkait dengan pengembangan

dan pelaksanaan program.9

f. Advokat (Advocate)

Peran sebagai advocate dalam community worker dicangkok

dari profesi hukum. Peran advocate pada satu sisi berpijak pada tradisi

pembaharuan sosial, dan pada sisi lainnya berpijak pada tradisi

pelayanan sosial. Peran ini merupakan peran yang aktif dan terarah

(directive), di mana community worker menjalankan fungsi advokasi

atau pembelaan yang mewakili kelompok masyarakat yang

membutuhkan suatu bantuan ataupun layanan, tetapi institusi yang

seharusnya memberikan bantuan ataupun layanan tersebut tidak

memperdulikan (bersifat negatif ataupun menolak tuntutan warga).

Dalam menjalankan fungsi advokasi, seorang community

worker tidak jarang harus melakukan persuasi terhadap kelompok

profesional ataupun kelompok elite tertentu, agar dapat mencapai

tujuan yang diharapkan (dalam kaitan dengan upaya pengembangan

suatu komunitas).10

g. Aktivis (Activist)

Sebagai activist seorang community worker mencoba

melakukan perubahan institusional yang lebih mendasar, dan

seringkali tujuannya adalah pengalihan sumber daya ataupun

kekuasaan (power) pada kelompok yang kurang mendapatkan

9 Ibid, h. 93

10 Ibid, h. 93-94

Page 41: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

27

keuntungan (disadvantage group). Seorang activist biasanya

memperhatikan isu-isu tertentu, seperti ketidaksesuaian dengan hukum

yang berlaku (injustice), kesenjangan (inequity), dan perampasan hak.

Seorang activist biasanya mencoba menstimulasi (memberikan

dorongan) terhadap kelompok-kelompok yang kurang diuntungkan

tersebut (disadvantage group) untuk mengorganisir diri dan

melakukan tindakan melawan struktur kekuasaan yang ada (yang

menjadi penekan mereka).

Taktik yang bisa mereka lakukan adalah melalui konflik,

konfrontasi (misalnya melakukan demonstrasi) dan negosiasi. Serupa

dengan peran sebagai advokat, seorang activist juga menjalankan peran

partisipan. Hal ini dilakukan karena mereka melihat klien mereka

sebagai korban dari struktur yang berkuasa ataupun sistem yang

berjalan saat itu. Upaya aktifis lingkungan dari kelompok greenpeace

guna menghalangi kapal pengangkut plutonium, ataupun pembantaian

ikan paus merupakan salah satu bentuk konvensional yang biasa

dilakukan oleh para aktifis.11

Dari berbagai peran yang dijelaskan di atas dikategorikan

berdasarkan model-model dalam pengembangan masyarakat. Tiga

peran pertama (pemercepat perubahan, perantara, dan pendidik) lebih

banyak terkait dengan model intervensi pengembangan masyarakat.

Kemudian peran sebagai tenaga ahli dan perencana sosial tampaknya

lebih terkait dengan model intervensi pengembangan pelayanan

11

Ibid, h. 94-95

Page 42: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

28

komunitas. Sedangkan peran sebagai advokat dan aktifis terlihat terkait

dengan model intervensi aksi komunitas.

C. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Secara definitif arti pendidikan yang diartikan oleh para tokoh

pendidikan, sebagai berikut ini:

No Menurut Para Ahli/Sumber Definisi

1 Langeveld Pendidikan adalah mempengaruhi

anak dalam usaha membimbingnya

supaya menjadi dewasa. Untuk

membimbing adalah usaha yang

disadari dan di laksanakan dengan

sengaja antara orang dewasa dan

anak-anak.

2 Hoogeveld Pendidikan membantu anak supaya

cukup cakap menyelenggarakan

tugas hidupnya atas tanggung

jawabnya sendiri.

3 Rousseau Pendidikan adalah memberi kita

pembekalan yang ada pada masa

anak-anak, akan tetapi kita

membutuhkannya pada waktu

dewasa

Page 43: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

29

4 Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah menuntun

segala kekuatan kodrat yang ada

pada anak-anak agar mereka

sebagai manusia dan masyarakat

dapat mencapai keselamatan dan

kebahagiaan setinggi tingginya.

5 SA. Bratanata Pendidikan adalah usaha yang

sengaja diadakan baik langsung

maupun dengan cara yang tidak

langsung untuk membantu anak

dalam perkembangannya mencapai

kedewasaan.12

Pengertian pendidikan menurut para ahli lain menyebutkan bahwa

pendidikan adalah sebagai berikut:

Menurut Richey dalam buku Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan

dinyatakan:

The term “Education” refers to the broad function of preserving

and improving the life of the group through bringing new members into its

shared concerns. Education is thus a far broader process than that which

occurs in schools. It is an essential social activity by which communicaties

continue to exist. In complex communicaties this function is specialized

and institutionalized in formal education, but there is always the education

outside the school with wich the formal process in related”. 13

12

http://chintami.students.uii.ac.id/2009/03/24/definisi-ilmu-pendidikan/, (Diakses

Pada: Senin, 14 Maret 2011) 13

Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, (Malang:

Usaha Nasional, 1988), cet 3, h. 4

Page 44: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

30

Istilah “pendidikan” berkenaan dengan fungsi yang luas dari

pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama

membawa warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penuaian

kewajiban dan tanggungjawabnya di dalam masyarakat.

Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada

proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu

aktivitas sosial yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang

kompleks, modern, fungsi pendidikan ini mengalami proses spesialisasi

dan melembaga dengan pendidikan formal, yang tetap berhubungan

dengan proses pendidikan in formal di luar sekolah.

Menurut Brubacher pengertian pendidikan dalam buku Pengantar

Dasar-Dasar Pendidikan dinyatakan sebagai berikut:

“Education is the process in wich these powers (abilities,

capacities) of men which are susceptible to habituation are perfected by

good habits, by means artiscally contrived, and employed by a men to help

another or himself achieve the end in view”.14

Pendidikan adalah suatu proses di mana potensi-potensi ini

(kemampuan, kapasitas), manusia yang mudah dipengaruhi oleh

kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan

yang baik, oleh alat (media) yang disusun sedemikian rupa dan dikelola

oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri mencapai

tujuan yang ditetapkan. 15

14

Ibid, h. 6 15

Ibid, h. 7

Page 45: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

31

Menurut Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Ketetapan

MPR RI No. IV/MPR/1973, dikatakan bahwa: “Pendidikan pada

hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup”.

Ketentuan umum, Bab 1 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 2

tahun 1989, menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan

atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang”.16

Dari pengertian pendidikan di atas untuk memudahkan penelitian

ini maka peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar

dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan

perkembangan anak/peserta didik secara teratur dan sistematis ke arah

kedewasaan.

2. Faktor-faktor Pendidikan

Menurut M. Alisuf Sabri dalam bukunya yang berjudul Pengantar

Ilmu Pendidikan, menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pendidikan:

a. Faktor Tujuan

Tujuan pendidikan merupakan faktor utama yang harus

diperhatikan, disadari dan dijadikan sasaran oleh setiap pendidik yang

melaksanakan kegiatan pendidikan.

16

M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (UIN Jakarta Press: Desember,

2005), cet 1, h. 7

Page 46: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

32

b. Faktor Anak Didik

Menurut Lengeveld sebagaimana dikutip oleh Barnadip dalam

buku yang ditulis oleh Alisuf Sabri yang berjudul Pengantar Ilmu

Pendidikan, bahwa anak didik adalah anak atau orang yang belum

dewasa atau belum memperoleh kedewasaan atau seseorang yang

masih menjadi tanggungjawab seorang pendidik tertentu, anak didik

tersebut adalah anak yang memiliki sifat ketergantungan kepada

pendidik itu, karena ia secara alami tidak berdaya ia sangat

memerlukan bantuan pendidiknya untuk dapat menyelenggarakan dan

melanjutkan hidupnya baik secara jasmaniah maupun rohaniah.

c. Faktor Pendidik

Menurut Lengeveld, “Pendidik” adalah orang yang

bertanggung jawab terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang

anak. Jadi sebenarnya seseorang disebut pendidik itu karena adanya

peranan dan tanggung jawabnya dalam mendidik seorang anak.

d. Faktor Alat

Menurut wujudnya faktor alat dapat dibagi menjadi dua bagian,

yaitu:

1) Berupa benda-benda yang diperlukan dalam pelaksanaan

pendidikan, seperti alat-alat yang ada di dalam rumah, alat

perlengkapan sekolah dan lain-lain yang dapat difungsikan sebagai

alat bantu dalam pelaksanaan pendidikan.

2) Bukan merupakan benda-benda tetapi berupa perbuatan pendidik

yang digunakan untuk pencapaian tujuan pendidikan.

Page 47: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

33

e. Faktor Milieu/Lingkungan

Faktor lingkungan yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu

yang ada di sekitar/sekeliling anak.17

3. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah terbentuknya kehidupan sebagai insan

kamil, suatu kehidupan di mana ketiga inti hakikat manusia baik sebagai

makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk susila/religious.18

Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana yang tercantum

dalam Bab II pasal 3 UU SPN No. 20 tahun 2003 berbunyi: “Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.19

4. Jenis-jenis Pendidikan

a. Pendidikan Formal

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan formal

didefinisikan sebagai berikut “Pendidikan formal adalah jalur

pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”.

Sedangkan, Soedomo (1989) mendefinisikan pendidikan formal

17

Ibid, hal,10 18

Ibid, hal, 43 19

Ibid, hal, 46

Page 48: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

34

sebagai kegiatan belajar yang disengaja, baik oleh warga belajar

maupun pembelajarannya di dalam suatu latar yang distruktur sekolah.

Pendidikan formal mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: (1)

merupakan sistem persekolahan, (2) berstruktur, (3) berjenjang, dan

(4) penyelenggaraannya disengaja.

b. Pendidikan Non Formal

Didefinisikan sebagai jalur pendidikan di luar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan

menurut Soedomo (1989), pendidikan non formal adalah kegiatan

belajar yang disengaja oleh warga belajar dan pembelajar di dalam

suatu latar yang diorganisasi (berstruktur) yang terjadi di luar sistem

persekolahan. Pendidikan non formal mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut: (1) merupakan pendidikan luar persekolahan, (2) jarang

berjenjang, dan (3) tidak ketat ketentuan-ketentuannya.

c. Pendidikan InFormal

Pendidikan Informal menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 adalah

jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan

belajar secara mandiri. Sementara menurut Soedomo (1989),

pendidikan informal adalah pendidikan di mana warga belajar tidak

sengaja belajar dan pembelajar tidak sengaja untuk membantu warga

belajar.

Adapun ciri-ciri pendidikan informal seperti yang diungkapkan

oleh Faisal (1981) antara lain: (1) sama sekali tidak terorganisasi, (2)

Page 49: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

35

tidak berjenjang kronologis, (3) tidak ada ijazah, (4) tidak diadakan

dengan maksud menyelenggarakan pendidikan, dan (5) lebih

merupakan hasil pengalaman belajar individual-mandiri.20

Dari jenis-jenis pendidikan di atas, peneliti hanya menyediakan

dua jenis pendidikan di skripsi ini yaitu pendidikan formal dan pendidikan

nonformal. Yang dimaksud dengan pendidikan formal yaitu berupa

sekolah di luar panti dari tingkat SMP dan SMA. Kemudian pendidikan

non formal yaitu suatu kegiatan pengisi waktu luang berupa keterampilam

komputer dan keterampilan menjahit.

5. Lembaga-lembaga Pendidikan Nasional

Di Negara Indonesia ada tiga pusat penyelenggaraan pendidikan

yang terkenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan yang meliputi: (1)

pendidikan di keluarga, (2) pendidikan di sekolah, dan (3) pendidikan di

masyarakat.

a. Keluarga sebagai Lembaga Pendidikan

Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama

dalam masyrakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan,

berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara

pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan

berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia.

Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan

20

Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi, (Jakarta:

2009), h. 6-8, cet. ketiga

Page 50: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

36

oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di

sekolah.

b. Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang kedua setelah

lembaga pendidikan informal (keluarga). Tugas dan tanggungjawab

sekolah adalah mengusahakan kecerdasan pikiran dan pemberian

berbagai ilmu pengetahuan ssesuai dengan tingkat dan jenis sekolah

masing-masing. Tugas sekolah tidak hanya membuat manusia yang

mempunyai akal dan pikiran yang tinggi dengan memberikan berbagai

macam ilmu pengetahuan, melainkan juga bertugas mempengaruhi

anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, berkepribadian

yang utuh dan bertanggungjawab dan terampil dalam berbuat.

c. Masyarakat sebagai Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah

salah satu unsur pelaksana azas pendidikan seumur hidup. Pendidikan

yang diberikan di lingkungan keluarga dan sekolah sangat terbatas, di

masyarakatlah orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya.

Segala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lingkungan

keluarga dan di lingkungan sekolah akan dapat berkembang dan

dirasakan manfaatnya dalam masyarakat.

Masyarakat mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan

pendidikan nasional. Peran masyarakat itu antara lain menciptakan

suasana yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut

Page 51: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

37

menyelenggarakan pendidikan non pemerintah (swasta), membantu

pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasarana, menyediakan lapangan

kerja, membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun

tidak langsung21

D. Anak dan Anak Terlantar

1. Pengertian Anak

Anak merupakan buah hati kedua orangtuanya yang dapat

menyenangkan hati dan memberikan kebahagiaan serta sebagai perhiasan

pada kehidupan rumah tangga karena sudahlah lengkap kebahagiaan

dengan hadirnya buah hati (anak) sebagaimana dijelaskan dalam Al-

Qur’an Surat Al-Kahfi ayat 46:

Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi

amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik

pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi

harapan”.22

Menurut UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih

dalam kandungan..

Menurut John Locke : “Anak merupakan pribadi yang masih bersih

dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan”.

21

Modyo Ekosusilo,dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Semarang, 1990), h. 73-76 22

Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Departemen Agama R.I., (Surabaya: Penerbit CV.

Jaya Sakti, 1989), h. 569

Page 52: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

38

Menurut Agustinus : “Anak tidaklah sama dengan orang dewasa,

anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan

ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian

terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-

contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa”.23

Dari pengertian anak di atas untuk memudahkan penelitian ini

maka peneliti sedikit menyimpulkan bahwa anak adalah makhluk yang

diamanatkan oleh Allah SWT kepada manusia/orangtua untuk dapat

dibimbing menjadi manusia seutuhnya sebab jiwa dan jasmani anak belum

penuh berdiri dengan kokoh, karena ia masih dalam perkembangan dan

pertumbuhan.

2. Hak-Hak Anak

Hak-hak anak merupakan suatu hal yang mau tidak mau harus

dipatuhi tanpa terkecuali. Hak-hak anak sebagaimana diatur dalam UU

No.23 tahun 2002 adalah sebagai berikut :

1) Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan

berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.

2) Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.

3) Beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan

tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orangtua.

23

http://dunkdaknyonk.blogspot.com/2011/03/pengertian-anak-menurut-beberapa-

uu.html, (Diakses Pada : Rabu, 04 Mei 2011)

Page 53: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

39

4) Dibesarkan dan diasuh oleh orangtuanya sendiri dan berhak

mengetahui orangtuanya.

5) Hak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh

orang lain bila karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin

tumbuh kembang anak.

6) Memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan

kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.

7) Hak memperoleh pendidikan, termasuk anak yang menyandang cacat

serta anak yang memiliki keunggulan khusus.

8) Hak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari,

memberikan informasi sesuai dengan nilai kesusilaan dan kapatutan.

9) Beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan teman

sebaya, bermain, berekreasi, berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan

tingkat kecerdasannya.

10) Perlindungan dari perlakuan: diskriminasi, eksploitasi, ekonomi

maupun seksual, penelataran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan,

keadilan, dan perlakuan salah.

11) Hak untuk diasuh oleh orangtuanya sendiri.

12) Hak memperoleh perlindungan khusus: kerusuhan sosial, sengketa

bersenjata, kegiatan politik dan lain-lain.

13) Korban atau pelaku anak berhak mendapat bantuan hukum dan

bantuan lainnya24

24

Majalah: Anak Kami, Perlindungan Anak: Bukan Basa-Basi, Resource Centre

SFFCCB CPSW-IPSPI, Vol. 1, No. II, (Maret, 2007), hal. 13.

Page 54: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

40

3. Usia Anak

a. Masa Remaja Awal (13-14 Tahun)

Pertumbuhan Fisik

Pubertas merupakan periode remaja awal yang ditandai dengan

perubahan dalam penampilan fisik dan fungsi fisologik. Kondisi ini

memungkinkan setiap remaja mempunyai bentuk dan fungsi tubuh

sesuai dengan jenis kelaminnya. Perubahan dalam bentuk fisik

biasanya meliputi proposal muka dan badan serta penampilan sesuai

dengan jenis kelaminnya.25

Perkembangan Kognitif

1) Kemampuan anak yang muncul untuk berpikir secara abstrak bisa

menjadikan penjelasan rumit dari alasan untuk penempatan lebih

masuk akal.

2) Anak mungkin memiliki kemampuan yang meningkat untuk

mengidentifikasi perasaannya sendiri dan untuk

mengomunikasikan keprihatinan dan kegelisahannya secara verbal.

Perkembangan Emosi

1) Pra remaja adalah periode “naik turun” secara emosional. Anak

bisa mengalami perubahan dan naik turun suasana hati setiap

harinya (setiap jamnya)

2) Perubahan hormon dan fisik, termasuk perubahan tubuh yang cepat

dan signifikan, menghasilkan kesadaran awal akan seksualitas.

25

Dra. Zahrotun Nihayah, dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psokologi Barat

dan Islam, (UIN Jakarta Press: 2006), cet 1, hal.108-109

Page 55: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

41

Anak mengalami banyak perasaan baru, beberapa di antaranya

berkonflik dan kontradiksi.

3) Anak mulai menginginkan “kemandirian” tapi kemandirian

diungkapkan oleh nilai-nilai dan peran-peran orangtua dan

menerapkan nilai-nilai teman sebayanya.

4) Anak mengalami kecemasan ketika kekurangan struktur, dukungan

dan peraturan.26

Perkembangan Sosial

1) Remaja awal adalah periode semrawut secara emosional. Stres

tambahan memiliki potensi menciptakan “beban stress berlebih”

dan bisa mempercepat krisis.

2) Anak bisa menolak hubungan dengan orang dewasa.

Ketergantungan kepada orang dewasa mengancam

“kemandiriannya”. Dengan menolak orang dewasa, anak tersebut

mengurangi sumber penting dukungan penanganan untuknya.

3) Perpisahan dari orangtua, khususnya jika hasil dari konflik

keluarga dan perilaku melanggar peraturan dari si anak, bisa

mengakibatkan rasa bersalah dan kecemasan.

b. Masa Remaja Akhir (15-17 Tahun)

Pertumbuhan Fisik

Pada periode ini tidak tampak lagi ada perubahan bentuk tubuh

yang sangat pesat. Pertumbuhan fisik remaja akhir lebihh dilihat dari

proporsi/keseimbangan antara anggota tubuh yang satu dengan yang

26 Modul Pelatihan Child Protection and Permanency Planning, Save The Children

Page 56: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

42

lainnya. Bentuk tubuh yang proporsional merupakan dambaan bagi

remaja yang berada pada periode ini. Sebab, pada periode sebelumnya

yaitu remaja awal, proporsi bentuk tubuh masih belum seimbang.27

Perkembangan Kognitif

1) Anak memiliki kemampuan kognitif untuk memahami alasan yang

rumit untuk perpisahan, penempatan, dan perilaku orangtua.

2) Kemampuan untuk sadar diri dan berwawasan bisa membantu

dalam menangani situasi dan perasaan-perasaannya yang

bertentangan mengenai hal itu.

3) Anak lebih bisa berpikir secara hipotesis. Dia dapat menggunakan

kemampuannya untuk merencanakan masa depan dan untuk

mempertimbangkan potensi hasil dari berbagai strategi.

Perkembangan Emosi

1) Anak mengembangkan kemandirian yang lebih besar. Dia lebih

bisa secara mandiri membuat atau menyumbang pada pengambilan

keputusan tentang hidupnya dan kegiatannya.

2) Perkembangan kepercayaan diri yang positif tergantung kepada

penerimaan oleh teman sebaya dari lawan jenis seperti juga

diterima oleh teman sebaya yang sama jenis kelaminnya.

Perkembangan Sosial

1) Hubungan lawan jenis penting seperti juga dengan sesama jenis.

2) Hubungan individu menjadi lebih penting.

27

Dra. Zahrotun Nihayah, M. Si, dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psokologi

Barat dan Islam, (UIN Jakarta Press: 2006), cet 1, hal. 116

Page 57: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

43

3) Anak sangat tertarik pada orang dewasa sebagai panutan.

4) Anak mulai berfokus pada perencanaan masa depan dan

emansipasi.

5) Pada akhir masa remaja awal, mengenai “benar” dan “salah”, dan

mereka mungkin menjadi tidak begitu terpengaruhi oleh perilaku

teman sebaya. Sebuah kemunculan pemikiran etis yang mandiri

mungkin terjadi.

Implikasi untuk Perpisahan dan Penempatan

1) Anak akan mengalami dua perasaan yang bertentangan dengan

keluarganya.

2) Kebutuhan anak untuk kemandirian bisa mempengaruhi

tanggapannya untuk penempatan dalam setting keluarga.

3) Anak mungkin tidak tinggal dalam sebuah penempatan jika tidak

memenuhi kebutuhan.

4) Anak mungkin secara konstruktif menggunakan konseling kasus

untuk menangani konflik perpisahan dan penempatan dengan cara

yang memenuhi kebutuhan anak tanpa mengancam kepercayaan

diri dan kemandiriannya.28

4. Pengertian Anak Terlantar

Anak terlantar adalah anak yang karena alasan tertentu

orangtuanya melalaikan kewajibannya, sehingga tidak terpenuhinya

28

Modul Pelatihan Child Protection and Permanency Planning, Save The Children

Page 58: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

44

kebutuhan dengan wajar baik secara fisik, mental, spritual maupun

sosialnya.29

Menurut UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

bahwa anak terlantar ialah dalam hal karena suatu sebab orangtuanya tidak

dapat menjamin tumbuh-kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar

maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau

anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku..30

Menurut Walter A Friedlander: “Anak terlantar adalah anak yang

tidak mendapatkan asuhan secara minimal dari orangtuanya sebab kondisi

keluarganya baik ekonomi, sosial, kesehatan jasmani maupun psikisnya

tidak layak sehingga anak-anak tersebut membutuhkan adanya bantuan

pelayanan dari sumber-sumber yang ada di masyarakat sebagai pengganti

orangtuanya”.

Menurut Howard Dubowitz: “Anak terlantar diberi pengertian

sebagai suatu bentuk pengabaian terhadap perawatan anak sehingga

menimbulkan resiko bagi anak. Orangtua sebagai pemberi perawatan

(caregiver parents) melalaikan tanggungjawabnya untuk memenuhi

kebutuhan anak. Pengabaian terhadap anak tersebut tidak semata-mata

disebabkan karena kemiskinan orangtua, tetapi faktor-faktor lain seperti

perceraian orangtua, atau karena kesibukan orangtua dalam mengejar

karir”.

29

UU RI No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak 30

UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Page 59: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

45

5. Ciri-ciri Anak Terlantar

Menurut Keputusan Menteri Sosial RI. No. 27 Tahun 1984

terdapat beberapa karakteristik atau ciri-ciri anak terlantar yaitu:

a. Tidak memiliki ayah, karena meninggal (yatim), atau ibu karena

meninggal tanpa dibekali secara ekonomis untuk belajar, atau

melanjutkan pelajaran pada pendidikan dasar.

b. Orangtua sakit-sakitan dan tidak memiliki tempat tinggal dan

pekerjaan yang tetap. Penghasilan tidak tetap dan sangat kecil serta

tidak mampu membiayai sekolah anaknya.

c. Orangtua yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap baik itu rumah

sendiri maupun rumah sewaan.

d. Tidak memiliki ibu dan bapak (yatim piatu), dan saudara, serta belum

ada orang lain yang menjamin kelangsungan pendidikan pada

tingkatan dasar dalam kehidupan anak31

31

http://ichwanmuis.com/?p=1356, Anak Jalanan, (Diakses Pada Rabu, 04 Mei

2011)

Page 60: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

46

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Profil Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)

1. Identitas dan Sejarah PSAA

a. Pengertian PSAA

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet

adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi DKI

Jakarta yang mempunyai tugas memberikan pelayanan kesejahteraan

sosial kepada anak terlantar.

b. Sejarah PSAA

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet

didirikan pada tahun 1999 yang saat itu bernama Panti Sosial Taman

Penitipan Anak (PSTPA) Bina Insan Nusantara sebagai salah satu Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Kanwil Departemen Sosial Provinsi DKI

Jakarta. Sejak tanggal 28 Maret 2000 PSTPA Bina Insan Nusantara

menjadi UPT Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang kemudian

berubah nama menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas

Bangsa.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2000 tentang

Bentuk Susunan Organisasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi DKI Jakarta dan Keputusan Gubernur Provinsi daerah Khusus

Ibukota Jakarta Nomor 41 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi

Page 61: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

47

DKI Jakarta, maka Dinas Sosial berubah menjadi Dinas Bina Mental

Spiritual dan Kesejahtertaan Sosial Provinsi DKI Jakarta.

Dengan terbitnya Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

Nomor 163 tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata

Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Dinas Bina Mental

dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta, maka sejak tanggal 13

November 2002 nama PSAA Balita Tunas Bangsa berubah menjadi

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet. Selanjutnya terbit

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor

61 tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti

Sosial Asuhan Anak Putra Utama.

c. Tugas dan Fungsi PSAA

1) Tugas Pokok Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet:

Tugas pokok PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah

menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial anak

terlantar yang meliputi identifikasi dan asesmen, bimbingan dan

penyaluran serta bina lanjut.

2) Fungsi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet yaitu:

a. Pelaksaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi,

identifikasi, motifikasi, dan seleksi.

b. Pelaksaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan

administrasi dan penempatan dalam panti.

c. Pelaksaan perawatan, pemeliharaan, dan perlindungan sosial.

Page 62: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

48

d. Pelaksanaan asesmen meliputi penelahaan, pengungkapan dan

pemahaman masalah dan potensi.

e. Pelaksanaan pemberian pembinaan fisik dan kesehatan,

bimbingan mental, sosial, kepribadian, pendidikan dan latihan

keterampilan.

f. Pelaksanaan sosialisasi meliputi kehidupan dalam keluarga,

masyarakat dan lingkungan, persiapan pendidikan serta

melaksanakan penyaluran dan bantuan kemandirian.

g. Pelaksaan binaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi,

asistensi, pemantapan dan teminasi.

d. Visi dan MISI

1) Visi

Panti Sosial Asuhan Anak Putra (PSAA) Utama 03 Tebet

mempunyai visi “Terentasnya anak terlantar, yatim/piatu/yatim

piatu dan berasal dari keluarga tidak mampu di Provinsi DKI

Jakarta dalam kehidupan yang layak dan normatif”.

2) Misi

Adapun misi Panti Sosial Asuhan Anak Putra (PSAA)

Utama 03 Tebet yaitu:

a) Menyelengggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap

anak yatim/piatu/yatim piatu dan anak terlantar yang ada di

lingkungan masyrakat.

Page 63: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

49

b) Membentuk anak yang mengalami ketelantaran agar dapat

tumbuh kembang secara wajar melalui pemenuhan baik

jasmani, rohani maupun sosial.

c) Mengentaskan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS) yatim/piatu/yatim piatu terlantar ke dalam kehidupan

yang layak, normatif dan manusiawi.

Page 64: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

50

PO

LA

PE

MB

INA

AN

/ P

EL

AY

AN

AN

DI

PS

AA

PU

TR

A U

TA

MA

3 T

EB

ET

Asa

l WBS

Ruju

kan /

Pen

yera

han

dar

i Inst

ansi

/

mas

yara

kat

PSA

A K

lend

er

Dur

en S

awit

Calo

n

WBS

Anak

Ter

lanta

r :

1. W

anita

2. u

sia

13 s

/d 1

8 th

n

3. M

emili

ki I

jaza

h /

Rap

ort

ter

akhir

4. S

ehat

Jas

man

i dan

Roh

ani

Ber

min

at

men

gik

uti

pen

did

ikan

form

al d

an

tinggal

dal

am p

anti

Pros

es

Pene

rim

aan

A. I

dent

ifika

si

1. Id

entif

ikas

i 2.

Sel

eksi

3.

Mot

ivas

i

Asu

ha

n A

nak

1. P

eraw

atan

2.

Pem

elih

araa

n 3.

Per

lindu

ngan

Sos

ial

4. P

embi

naan

Fis

ik

5. P

embi

naan

Kes

ehat

an

6. B

imbi

ngan

Men

tal d

an

S

osia

l 7.

Bim

bing

an

K

epri

badi

an

8. P

endi

dika

n 9.

Lat

ihan

Ket

ram

pila

n

Reso

sial

isas

i :

- Bim

bing

an

kes

iapa

n da

n

per

an s

erta

k

elua

rga

dan

m

asya

raka

t - B

imbi

ngan

/

Pem

bina

an

ker

ja

Peny

alur

an

Bina

La

njut

da

n Te

rmi n

asi

Bina

Lan

jut

A

nak

yang

m

andi

ri,

norm

atif

dala

m

kehi

dupa

n di

m

asya

raka

t

TRA

MTI

B

Din

as/S

udin

Bint

al

Keso

s

Kepo

lisia

n

Mas

yara

kat

Kelu

arga

Anak

Kel

uar

ga

tida

k m

ampu :

1.

Wan

ita

2. u

sia

13 s

/d 1

8 th

n

3. M

emili

ki I

jaza

h /

Rap

ort

ter

akhir

4. S

ehat

Jas

man

i dan

Roh

ani

5. D

omis

ili d

i wila

yah

D

KI

B. P

ener

imaa

n 1.

Reg

istr

asi

2. P

enga

sram

a

an

C. A

sesm

en

1. K

onsu

ltas

i 2.

Pen

gung

ka

p

an d

an p

e

mah

aman

mas

alah

3.

Hom

e V

isit

Peny

alur

an

1. K

elua

rga

2. B

eker

ja

Term

inas

i

Page 65: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

51

e. Sasaran Pelayanan PSAA

Sasaran pelayanan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03

Tebet adalah anak terlantar usia 13 tahun sampai dengan 18 tahun

yang karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat mencukupi

kebutuhannya secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosial.

Sedangkan persyaratan untuk menjadi Warga Binaan Sosial

(WBS) di PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah:

1) Anak usia 13 tahun sampai dengan 18 tahun (khusus perempuan).

2) Surat keterangan tidak mampu dari Rt/Rw, Lurah setempat.

3) Surat keterangan sehat dari dokter/Puskesmas.

4) Foto copy KTP orangtua/wali (domosili DKI Jakarta).

5) Pas foto 4x 6 = 2 lembar, 2x3= 2 lembar.

6) Pemilik ijazah/raport terakhir.

7) Bersedia tinggal dan mengikuti tata tertib yang berlaku di PSAA

Putra Utama 03 Tebet.

8) Rujukan dari panti terkait.

2. Pendanaan PSAA

Dana operasional Panti Sosial Anak Asuhan Putra Utama 03 Tebet,

berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta setiap tahunnya untuk pendanaan pendidikan,

kesehatan, dan permakanan, karena PSAA merupakan panti di bawah

naungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jika ada kerusakan dalam

sarana dan prasarana, maka APBD dapat digunakan dan anggaran tersebut

Page 66: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

52

tertuang dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). PSAA juga

menerima sumbangan dari masyarakat namun sifatnya tidak rutin.

3. Sumber Daya Manusia di PSAA

Jumlah seluruh pegawai PSAA Putra Utama 03 Tebet adalah 22

orang, seperti terlihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1. Data SDM di PSAA PU 03 Tebet

Laki-laki Perempuan Jumlah

13 Orang 9 Orang 22 Orang

4. Fasilitas di PSAA

Adapun fasilitas di PSAA Putra Utama 03 Tebet ialah berupa :

Tabel 2. Fasilitas di PSAA PU 03 Tebet

No: Fasilitas Lokal/Unit Keterangan

1 Luas tanah 5.100 m2 -

2 Taman/

halaman

1.000 m2 -

3 Ruang kantor 1 lokal ruang pimpinan, ruang staff,

ruang rapat.

4 Peralatan

Kantor

39 Unit 5 buah komputer, 2 buah mesin

tik, 1 buah fax, 12 buah meja, 12

buah kursi dan 7 buah lemari

berkas.

Page 67: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

53

5 Ruang asrama 4 lokal kamar kenanga, kemuning yang

terletak di bawah dan 2 kamar

lainnya terletak di atas yaitu

mawar dan teratai.

6 Ruang

keterampilan

2 lokal Ruang keterampilan menjahit

dan ruang keterampilan

komputer.

7 Ruang makan

dan dapur

2 lokal -

8 Aula ruang

pertemuan

1 lokal -

9 Mushalla 1 lokal -

10 Olahraga 1 lokal Bulu tangkis, tenis meja, basket

dan bola voli

11 Peralatan

komunikasi

2 Unit 1 buah telepon dan 1 buah mesin

fax.

12 Peralatan

pendukung

6 Unit 1 lemari P3K, peralatan mandi,

peralatan makan, peralatan

dapur, sarana tidur dan 1 buah

televisi.

13 Peralatan

operasional

3 Unit 2 buah mobil dan 1 buah motor

Page 68: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

54

B. Profil Warga Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)

Tabel 3. Data WBS Beradasarkan Pertahunnya

No: Tahun Jumlah

1. 2002 – 2003 100 Anak

2. 2003 – 2004 100 Anak

3. 2004 – 2005 100 Anak

4. 2005 – 2006 100 Anak

5. 2006 – 2007 100 Anak

6. 2007 – 2008 100 Anak

7. 2008 – 2009 80 Anak

8. 2009 – 2010 80 Anak

9. 2010 – 2011 80 Anak

Daya tampung WBS PSAA PU 03 Tebet terdapat suatu perubahan dari

100 anak menjadi 80 anak. Hal tersebut karena disesuaikan dengan pendanaan

dari Pusat DKI Jakarta.

Di bawah ini adalah profil WBS PSAA PU 03 Tebet berdasarkan

status keluarga. Terdapat lima puluh satu orang yang berstatus orang tua tidak

mampu, sembilan orang yatim, empat orang piatu, enam orang yatim piatu,

lima orang keluarga retak dan lima orang adalah anak terlantar.

Tabel 4. Data WBS Berdasarkan Status Keluarga

No: Status Keluarga Keterangan

1. Orangtua Tidak Mampu 51 Orang

2. Yatim 9 Orang

3. Piatu 4 Orang

4. Yatim Piatu 6 Orang

5. Keluarga Retak 5 Orang

6. Anak Terlantar 5 Orang

Jumlah 80 Orang

Page 69: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

55

Berdasarkan tingkat pendidikan, data WBS pada tingkat SMP

terdapat sembilan belas orang dan SMA/SMK terdapat enam puluh satu

orang. Dapat dilihat lebih rinci pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No: Tingkat

Pendidikan

Kelas Ket

1 2 3

1. SMP 7 8 4 19

2. SMA/SMK 14 26 21 61

Jumlah 80

Kemudian berikut ini adalah data WBS berdasarkan penyebaran

sekolah tingkat SMP. Terdapat empat SMP rujukan yang disediakan oleh

PSAA untuk para WBS, yaitu SMPN 03, SMPN 33, SMP DCB PALAD

dan SMPN 15. Jumlah WBS yang bersekolah di masing-masing SMP

adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Data WBS Berdasarkan Penyebaran

Sekolah Tingkat SMP

No: Nama Sekolah Kelas

Ket VII VIII IX

1. SMPN 03 3 3 1

2. SMPN 33 - - 1

3. SMP DCB PALAD 4 - 1

4. SMPN 15 - 2 1

Jumlah 7 8 4 19

Page 70: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

56

Dari tingkat SMA/SMK, terdapat sekolah rujukan yang lebih

banyak yaitu terdapat sepuluh dari SMK dan satu dari SMA. Di bawah

ini adalah gambaran jumlah WBS yang bersekolah di tingkat SMA/SMK.

Tabel 7. Data WBS Berdasarkan Penyebaran

Sekolah Tingkat SMA/SMK

No: Nama Sekolah Kelas

Ket X XI XII

1. SMKN 8 - - 1

2. SMKN 47 - - 1

3 SMKN 31 - - 2

4 SMKN 40 - - 3

5 SMKN 7 - - 1

6 SMKN 50 - - 1

7 SMKN 56 - - 2

8 SMK Pancasila 8 14 3

9 SMK Jak-Tim 1 6 12 5

10 SMAN 55 - - 1

11 SMK Tirta Sari - - 1

Jumlah 14 26 21 61

Page 71: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

57

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS)

di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan

Berdasarkan uraian pada bab II mengenai Peran Pekerja Sosial

Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di PSAA PU 03 Tebet Jakarta

Selatan. Pekerja sosial yang dimaksud di sini yaitu pengasuh/petugas panti

yang bekerja di PSAA PU 03. Pengasuh ini mempunyai peran yang sangat

penting bagi anak-anak yang tinggal di PSAA PU 03 karena dengan adanya

pengasuh, anak-anak terlantar yang berada di PSAA PU 03 mendapatkan

pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan mental, sosial, spiritual,

kepribadian, pendidikan dan pelatihan keterampilan, perawatan, pemeliharaan

serta perlindungan sosial.

Berkaitan dengan peran, Zastrow dan Isbandi Rukminto Adi melihat

sekurang-kurangnya ada tujuh buah peran yang dapat dilakukan oleh seorang

pekerja sosial, pemercepat perubahan (Enabler), perantara (Broker), pendidik

(Educator), tenaga ahli (Expert), perencana sosial (Social Planner), advokat

(Advocate), dan aktivis (Activist).

Namun, peran yang lebih dominan yang dimainkan oleh seorang

pekerja sosial yaitu pengasuh/pekerja sosial berperan sebagai pendidik dan

perantara.

Page 72: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

58

1. Perantara (Broker)

Peran seorang broker (perantara) dalam intervensi makro terkait

erat dengan upaya menghubungkan individu ataupun kelompok dalam

masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan masyarakat

(community service), tetapi tidak tahu di mana dan bagaimana

mendapatkan bantuan tersebut, dengan lembaga yang menyediakan

layanan masyarakat.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Mujiono yang menjabat

sebagai Kepala Bimbingan dan Penyaluran yaitu:

“Menjembatani anak-anak yang hampir putus sekolah dengan

pihak panti agar dapat melanjutkan sekolah hingga tamat…”

Yaitu pihak sekolah bekerjasama dengan pihak panti bersama-

sama untuk menangani anak-anak yang hampir putus sekolah sehingga

tetap dapat melanjutkan sekolahnya hingga tamat. Salah satu sekolah yang

dapat bekerjasama dengan panti adalah SMK Pancasila. Jika ada anak

yang hampir putus sekolah, pihak sekolah menginformasikan panti yang

ada di Jakarta sehingga keberadaan panti dapat dihubungi oleh orangtua

siswa sehingga mereka mendapatkan informasi yang jelas dan akhirnya

mendaftarkan anaknya ke panti. Pada akhirnya anak tersebut dapat tetap

bersekolah dengan baik setelah mendapatkan pelayanan dan perawatan

melalui PSAA PU 03 Tebet.50

50

Mujiono, AKS, Seksi Bimbingan dan Penyaluran, Wawancara Pribadi, PSAA PU

03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 24 Mei 2011

Page 73: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

59

2. Pendidik (Educator)

Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker

diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan

baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang menjadi

sasaran perubahan. Di samping itu, ia harus mempunyai pengetahuan yang

cukup memadai mengenai topik yang akan dibicarakan. Seperti yang

dijelaskan oleh Bapak Mujiono yaitu peran pekerja sosial/pengasuh

sebagai pengganti orangtua yaitu:

“Perannya sebagai pengganti orangtua, yang berfungsi sebagai

pengawas, pengasuhan, pendidik dan pembinaan yang disesuaikan

dengan kebutuhan…”51

Pernyataan dari Bapak Mujiono dipertegas oleh WBS yang

berinisial AW yaitu:

“Sebagai pengganti orangtua kita di rumah yang mewakili untuk

mendidik dan mengajari kita sebagai anak yang sukses…”

Dan dipertegas oleh WBS lain yang berinisial HA, ia memberi

keterangan bahwa peran dan fungsi pekerja sosial/pengasuh di PSAA

yaitu:

“Fungsinya adalah untuk memberikan motivasi/semangat belajar

kepada anak-anak dan memberikan perhatian kepada mereka agar anak-

anaknya menjadi lebih berguna…”52

.

Pekerja sosial/pengasuh sebagai pendidik di sini adalah pekerja

sosial bertugas untuk mengawasi semua kegiatan yang ada di panti yang

didampingi oleh pengasuh serta tenaga instruktur sesuai dengan bidang

keahlian masing-masing.

51

Mujiono, AKS, ibid., 52

AW dan HA, Warga Binaan Sosial, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet

Jakarta Selatan, Jakarta 13 Juni 2011

Page 74: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

60

Bapak Mujiono lakukan kepada anak-anak asuhnya di panti:

“Dari mulai bangun tidur, persiapan makan, transportnya, segala

pemenuhan kebutuhan pendidikan mereka terpenuhi semaksimal mungkin

sehingga dapat memotivasi anak-anak belajar di sekolah dengan nyaman

dan tenang karena kebutuhannya sudah terpenuhi…”53

B. Pealayanan Pendidikan Yang Diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS)

PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan

PSAA PU 03 Tebet memberikan pelayanan sosial berupa pendidikan

untuk anak-anak asuhnya yang berasal dari keluarga yang kurang mampu dan

kepada anak-anak yang tetap ingin melanjutkan sekolah hingga tamat. Sesuai

dengan misi PSAA PU 03 Tebet yang bertujuan untuk membentuk anak yang

mengalami ketelantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar melalui

pemenuhan baik jasmani, rohani maupun sosial.

PSAA PU 03 Tebet terdapat dua bentuk pendidikan yang disediakan

oleh panti yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Seperti yang

dijelaskan oleh Bapak Mujiono selaku Seksi Bimbingan dan Penyaluran

tentang pernyataan pendidikan non formal yaitu kegiatan pengisi waktu luang

di PSAA:

“Bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh panti ada dua yaitu

pendidikan formal, yaitu pendidikan dari sekolah. Kedua, pendidikan non

formal, yaitu kegiatan pengisi waktu luang seperti keterampilan menjahit dan

keterampilan computer…”54

PSAA PU 03 Tebet menyediakan pendidikan formal dan pendidikan

non formal yang disebut sebagai kegiatan pengisi waktu luang. Pendidikan

53

Mujiono, AKS, Seksi Bimbingan dan Penyaluran, Wawancara Pribadi, PSAA PU

03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 24 Mei 2011 54

Mujiono, AKS, Seksi Bimbingan dan Penyaluran, Wawancara Pribadi, PSAA PU

03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 24 Mei 2011

Page 75: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

61

formal di PSAA berupa sekolah di luar panti mulai dari tingkat SMP dan

SMA.

Berdasarkan tingkat pendidikan, data WBS pada tingkat SMP terdapat

sembilan belas orang dan SMA/SMK terdapat enam puluh satu orang. Dapat

dilihat lebih rinci pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No: Tingkat

Pendidikan

Kelas Ket

1 2 3

1. SMP 7 8 4 19

2. SMA/SMK 14 26 21 61

Jumlah 80

Kemudian berikut ini adalah data WBS berdasarkan penyebaran

sekolah tingkat SMP. Terdapat empat SMP rujukan yang disediakan oleh

PSAA untuk para WBS, yaitu SMPN 03, SMPN 33, SMP DCB PALAD dan

SMPN 15. Jumlah WBS yang bersekolah di masing-masing SMP adalah

sebagai berikut:

Tabel 2. Data WBS Berdasarkan Penyebaran

Sekolah Tingkat SMP

No: Nama Sekolah Kelas

Ket VII VIII IX

1. SMPN 03 3 3 1

2. SMPN 33 - - 1

3. SMP DCB PALAD 4 - 5

4. SMPN 15 - 2 1

Jumlah 7 5 8 20

Page 76: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

62

Dari tingkat SMA/SMK, terdapat sekolah rujukan yang lebih banyak

yaitu terdapat sepuluh dari SMK dan dua dari SMA. Di bawah ini adalah

gambaran jumlah WBS yang bersekolah di tingkat SMA/SMK.

Tabel 3. Data WBS Berdasarkan Penyebaran

Sekolah Tingkat SMA/SMK

No: Nama Sekolah Kelas

Ket X XI XII

1. SMKN 8 - - 1

2. SMKN 47 - - 1

3 SMKN 31 - - 2

4 SMKN 40 - - 3

5 SMKN 7 - - 1

6 SMKN 50 - - 1

7 SMKN 56 - - 2

8 SMK Pancasila 7 13 3

9 SMK Jak-Tim 1 6 12 5

10 SMAN 55 - - 1

11 SMA N 79 1 - -

12 SMK Tirta Sari - - 1

Jumlah 14 25 21 60

Pihak sekolah setiap hari mengecek absen anak-anak yang berasal dari

panti untuk mengetahui kehadiran mereka di sekolah. Jika WBS bermasalah di

sekolahnya seperti sering tidak masuk sekolah (bolos), maka pihak sekolah

menghubungi pihak panti lewat telepon. Hal ini termasuk kenakalan remaja

Page 77: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

63

pada umumnya, sering bolos sekolah yang dikarenakan sedang malas belajar,

ikutan ajakan teman, gurunya tidak enak dan mata pelajaran yang susah.

Dari panti mengenakan pakaian seragam dengan rapi tetapi nyatanya

WBS tidak sampai ke sekolahnya. Tidak ada masalah-masalah yang teramat

serius yang mengharuskan petugas panti datang ke sekolah, biasanya pihak

sekolah melaporkan hal tersebut ke panti hanya lewat telepon saja.

Ada sanksi yang harus diterima oleh WBS jika melakukan kenakalan

(bolos sekolah) tersebut dari pihak sekolah dan dari panti. Biasanya sanksi

yang mereka terima dari sekolah hanya teguran/peringatan-peringatan saja

tetapi jika kenakalan tersebut terus-menerus dilakukan secara berulang-ulang

maka sanksinya adalah skor/tidak boleh datang ke sekolah minimal 3 hari dan

maksimal selama satu minggu. Lalu, sanksi dari panti yaitu peringatan-

peringatan/nasihat dan hukuman fisik, seperti jalan jongkok dan lari 3-5

puteran di halaman panti.

Dalam hal pengambilan rapor yang bertanggungjawab adalah pihak

panti bukan lagi orangtua WBS yang mengambil rapor dikarenakan orangtua

mereka sudah menitipkan pendidikan anak-anak mereka di PSAA PU 3 Tebet

tersebut. Dari mulai biaya sekolah, peralatan dan perlengkapan sekolah, uang

transportnya sampai pengambilan rapor sudah menjadi tanggungjawab PSAA

PU 3 Tebet dalam hal pendidikan anak-anak.

Jika WBS yang telah tamat dari tingkat SMP, mereka masih tetap

tinggal di panti agar tetap dapat melanjutkan sekolah ke tingkat SMA/SMK.

WBS yang telah tamat dari tingkat SMP dilanjutkan ke sekolah tingkat

SMA/SMK sesuai dengan hasil NEM mereka. Jika NEM yang mereka

Page 78: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

64

hasilkan mencukupi dan tentunya bagus dapat memasuki ke sekolah

SMAN/SMKN tetapi jika NEM yang mereka hasilkan kurang

mencukupi/kurang dari persyaratan yang telah ditentukan dari sekolah

tersebut, sudah tentu WBS akan dimasukkan ke sekolah yang sudah menjadi

kerjasama dengan PSAA PU 03 Tebet, yaitu SMK Pancasila dan SMK Jakarta

Timur 1.

Peran pengasuh sebagai pendidik sangat berpengaruh untuk motivasi

belajar para WBS di PSAA. Misalnya saja jika WBS sedang menghadapi

ulangan-ulangan atau ujian akhir sekolah, pengasuh memberikan

semangat/dukungan berupa peringatan-peringatan, dan memenuhi segala

kebutuhan WBS seperti melengkapi perlengkapan alat-alat tulis yang

diperlukan saat menghadapi ujian. Seperti yang ditekankan oleh Bapak

Mujiono:

“Memotivasi anak-anak dengan memberikan support, belajar yang

giat dan menjaga kesehatannya…”55

Dan hal ini ditambahkan oleh Bapak Rizal selaku Seksi Identifikasi

dan Asesmen:

“Lebih intensif belajarnya, dipanggil guru les bahasa Inggris dan

matematika..”.56

Pernyataan tersebut sama dengan pernyataan yang telah dijelaskan

oleh WBS yang berinisial AW kepada peneliti bahwa peran pengasuh dapat

memotivasi WBS dalam pendidikan baik di PSAA maupun di sekolah.

Sebagaimana pernyataan AW di bawah ini:

55

Mujiono, AKS, Ibid. 56

H. Fachrizal Hamid, SH, Seksi Identifikasi dan Asesmen, Wawancara Pribadi,

PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan, Jakarta 24 Mei 2011

Page 79: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

65

“Iya, mereka dapat memberikan motivasi aku dalam hal belajarku.

Misal pengasuh suka menceritakan pengalaman kehidupan pribadinya dan

contoh lainnya yaitu mereka menyuruh untuk belajar…” 57

Dan pernyataan-pernyatan dari WBS lainnya menambahkan bahwa

pengasuh sebagai pendidik sangat berpengaruh dalam halnya belajar WBS di

PSAA. Seperti pernyataan dari WBS yang berinisial KJ, yaitu:

“Iya. Pengasuh bercerita tentang pengalaman hidup pengasuh.

Membandingkan dengan orang yang lebih sukses…”58

Kemudian pernyataan WBS lainnya yang berinisial HA, yaitu:

“Iya. Karena sampai saat ini saya masih bisa belajar itu berkat

pengasuh yang ada di sini…” 59

Dari pernyataan-pernyataan para WBS PSAA PU 03 Tebet di atas

menjelaskan bahwa adanya hubungan kerjasama yang baik antara pengasuh

dan WBS di PSAA dalam hal pendidikan.

Kemudian yang dimaksud dengan pendidikan non formal yang berada

di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan tersebut yaitu pendidikan kegiatan

keterampilan pengisi waktu luang dengan jadwal yang telah disesuaikan

dengan jam sekolah WBS serta jadwal yang telah ditetapkan oleh PSAA PU

03 Tebet Jakarta Selatan.

WBS dapat mengikuti kegiatan pengisi waktu luang dengan mengikuti

keterampilan-keterampilan yang telah disediakan oleh PSAA PU 03 Tebet

yaitu kegiatan keterampilan komputer, menjahit, qosidah, dan menari. Tetapi

57

AW, Warga Binaan Sosial, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta

Selatan, Jakarta 13 Juni 2011 58

KJ, Warga Binaan Sosial, Wawancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta

Selatan, Jakarta 13 Juni 2011 59

HA, Warga Binaan Sosial, Waswancara Pribadi, PSAA PU 03 Tebet Jakarta

Selatan, Jakarta 13 Juni 2011

Page 80: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

66

kegiatan keterampilan yang peneliti ambil hanya keterampilan komputer dan

menjahit saja karena keterampilan tersebut dapat menyalurkan bakat dan

minat yang dimiliki oleh WBS agar dapat mengembangkan potensi diri

mereka. Jika WBS sudah keluar dari PSAA mereka dapat menyalurkan bakat

dan minatnya tersebut sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Kegiatan keterampilan tersebut diikuti oleh sebagian WBS yang

tinggal di PSAA karena kegiatan keterampilan tersebut disesuaikan dengan

jadwal WBS bersekolah. Jadwal komputer yaitu pada Hari Rabu dan Jum’at

pada pukul 09.00-11.00 WIB. Dan jadwal untuk keterampilan menjahit yaitu

pada Hari Selasa dan Kamis pada pukul 09.00-11.00 WIB.

Jika ada WBS yang bersekolah pagi sudah pasti WBS tidak dapat

mengikuti kegiatan pengisi waktu luang tersebut. Berbeda dengan WBS yang

bersekolah siang, mereka dapat mengikuti kegiatan pengisi waktu luang

tersebut sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh panti.

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Mujiono yaitu:

“Untuk kegiatan pengisi waktu luang disesuaikan dengan bakat dan

minat anak-anak dan disesuaikan juga dengan jam sekolah anak-anak. Yang

diharuskan adalah mengikuti pengajian yaitu ceramah dan membaca Al-

Qur’an…”60

Keterampilan-keterampilan yang ada di PSAA tidak mengharuskan

WBS ikut serta pada kegitan keterampilan tersebut dikarenakan keterampilan

tersebut hanya suatu kegiatan pegisi waktu luang yang ada di panti. bagi WBS

yang bersekolah siang dan bagi WBS yang memiliki waktu luang sebelum

17

Mujiono, AKS, Seksi Bimbingan dan Penyaluran, WAwancara Pribadi, PSAA PU

03 Tebet Jakarta Selatan, 24 Mei 2011

Page 81: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

67

WBS berangkat sekolah dapat mengikuti kegiatan keterampilan tersebut

sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Dalam mengikuti keterampilan menjahit dan komputer tersebut,

terdapat hambatan dalam diri WBS yaitu rasa malas untuk mengikuti

keterampilan-ketarampilan tersebut yang dikarenakan oleh faktor kurangnya

fasilitas yang disediakan oleh pihak panti. Maksud kurangnya fasilitas di panti

seperti ada tujuh buah komputer tetapi yang masih berfungsi hanya empat

buah komputer saja. Komputer-komputer tersebut versi tahun 2003 yang

kurangnya aplikasi/menu-menu windows, tidak adanya situs internet, serta

printer.

Kemudian, jika ada tugas dari sekolah mereka menggunakan komputer

yang ada di ruangan pengasuh beserta printer hanya ada di ruangan pengasuh

saja. Bukan menggunakan komputer yang ada di ruang keterampilan karena

komputer yang ada di ruangan keterampilan tersebut hanya untuk pelatihan-

pelatihan saja.

Dengan kurangnya fasilitas keterampilan menjahit yaitu hampir sama

dengan kekurangan pada keterampilan komputer yaitu terdapat sepuluh buah

mesin jahit tetapi yang hanya bisa digunakan hanya lima buah mesin jahit

saja. Selain kurangnya fasilitas-fasilitas tersbut, rasa malas WBS untuk

mengikuti keterampilan menjahit tersebut juga dikarenakan oleh faktor

instrukturnya yang kurang dapat beriteraksi dengan baik oleh WBS di panti.

Page 82: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

68

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini menerangkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

dilaksanakan, dan semoga saran yang diberikan dapat dilaksanakan dalam

memperlancar dan mendorong majunya kegiatan pendidikan yang berada di

PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan baik pendidikan formal maupun non formal

dan semoga saran yang diberikan dapat meningkatkan peran serta fungi dari para

pengasuh/pekerja sosial.

A. Kesimpulan

1. Peran Pekerja Sosial Di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan

Pekerja sosial harus bisa memerankan berbagai peran yang

dibutuhkan demi kelancaran proses pemberian bantuan dan mereka juga

harus mampu menempatkan diri dalam berbagai situasi dan kondisi yang

ada. Berkaitan dengan peran, Zastrow dan Isbandi Rukminto Adi melihat

sekurang-kurangnya ada tujuh buah peran yang dapat dilakukan oleh

seorang pekerja sosial, pemercepat perubahan (Enabler), perantara

(Broker), pendidik (Educator), tenaga ahli (Expert), perencana sosial

(Social Planner), advokat (Advocate), dan aktivis (Activist).

Semua peran di atas dapat dilakukan dan dilaksanakan oleh

pengasuh/pekerja sosial di panti tersebut. Namun, peran yang lebih

dominan yang dimainkan oleh seorang pekerja sosial yaitu

Page 83: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

69

pengasuh/pekerja sosial berperan sebagai pendidik dan perantara.

Pertama, pengasuh/pekerja sosial berperan sebagai pendidik yaitu dalam

membina mental, moral, spiritual dan bersosialisasi, baik di dalam

lingkungan panti maupun di lingkungan luar panti, memberikan

perlindungan dan pengawasan WBS sehingga WBS merasa aman dan

nyaman.

Peran yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial tersebut

menunjukkan sikap penuh keikhlasan serta ketulusan hati dari para

pengasuh/pekerja sosial sehingga timbulah peran-peran lain

pengasuh/pekerja sosial yaitu sebagai pengganti orangtua untuk para WBS

yang berfungsi untuk mengawasi, melindungi dan bertanggungjawab

dengan pemenuhan kebutuhan anak-anak asuhnya yang dimulai dari

kebutuhan pribadi WBS seperti peralatan mandi, pakaian dalam, pembalut,

dll sampai kependidikan WBS di sekolah maupun pendidikan

keterampilan di panti.

Serta pengasuh/pekerja sosial tersebut dapat memerankan sebagai

seorang sahabat, ketika WBS menghadapi kesulitan/masalah-masalah

yang menggangu fikiran anak-anak asuhnya, maka pengasuh/pekerja

sosial dapat membantu WBS dengan mendengarkan keluhan-keluhan

mereka dan mencari solusi bersama dengan WBS. Yang kedua, peran

pengasuh/pekerja sosial yang lebih dominan yaitu sebagai perantara

dalam menjembatani/menghubungkan WBS dengan dunia pendidikan

yang diperoleh WBS seperti pendidikan formal dan pendidikan non

Page 84: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

70

formal. Memfasilitasi WBS dengan memberikan pelayanan pendidikan

dan pelatihan keterampilan dalam rangka mendukung pendidikan

sepanjang hayat. Dengan pendidikan yang diperoleh, WBS dapat

mengembangkan potensi bakat dan minat dengan penekanan pengetahuan

dan keterampilan serta pengembangan sikap dan kepribadian yang mulia.

2. Pelayanan Pendidikan Yang Diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS)

Di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan

Dari pembahasan yang telah dijelaskan dapat disimpulakan bahwa:

PSAA PU 03 Tebet memberikan pelayanan sosial berupa pendidikan

untuk anak-anak asuhnya yang berasal dari keluarga yang kurang mampu

dan kepada anak-anak yang tetap ingin melanjutkan sekolah hingga tamat.

Sesuai dengan misi PSAA PU 03 Tebet yang bertujuan untuk membentuk

anak yang mengalami ketelantaran agar dapat tumbuh kembang secara

wajar melalui pemenuhan baik jasmani, rohani maupun sosial.

Warga Binaan Sosial (WBS) memperoleh pelayanan pendidikan

yaitu berupa pendidikan formal dan pendidikan non formal. Yang

dimaksud dengan pendidikan formal yaitu berupa sekolah di luar panti dari

tingkat SMP dan SMA. Kemudian pendidikan non formal yaitu suatu

kegiatan pengisi waktu luang berupa keterampilam komputer dan

keterampilan menjahit.

Dengan adanya pendidikan tersebut anak-anak yang berasal dari

keluarga yang kurang mampu atau bagi anak-anak yang telah ditelantarkan

Page 85: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

71

oleh keluarga mereka, maka dapat tetap melanjutkan sekolahnya tanpa

harus memikirkan beban biaya sekolah dan biaya transportasi ke sekolah

karena pendidikan formal mereka sudah ditanggung oleh PSAA PU 03

Tebet.

Lalu, dengan adanya kegiatan keterampilan tersebut, anak-anak

dapat memanfaatkan kegiatan keterampilan tersebut untuk

mengasah/menumbuhkembangkan bakat dan minat WBS pada

keterampilan tersebut. Jika WBS telah tamat sekolahnya dan keluar dari

panti, panti akan berusaha untuk mencarikan pekerjaan kepada mantan

WBS panti, tentunya dengan potensi yang dimiliki oleh WBS selama

tinggal sambil belajar di panti.

B. Saran

Berdasarkan temuan lapangan dan hasil analisa mengenai

keberfungsian pekerja sosial terhadap pendidikan anak-anak terlantar di PSAA

PU 03 Tebet Jakarta Selatan, terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki

untuk kemajuan pendidikan WBS di masa yang akan datang dan untuk

meningkatkan peran serta fungsi dari para pengasuh/pekerja sosial di PSAA

PU 03 Tebet Jakarta Selatan. Semoga saran yang diberikan bermanfaat bagi

kemajuan pendidikan dan peningkatan peran serta fungsi pekerja sosial di

PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan.

Page 86: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

72

1. Kepada PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan

Saran untuk panti adalah lebih meningkatkan pelayanan kegiatan

keterampilan pengisi waktu luang (pendidikan non formal) WBS dengan

lebih meningkatkan pemenuhan kebutuhan fasilitas seperti menambahkan

fasilitas yaitu komputer dan mesin jahit. Karena komputer dan mesin jahit

yang ada sebagian sudah rusak dan kurang perawatan. Serta panti

disarankan mendatangkan guru-guru private/kursus bagi WBS yang sudah

kelas IX dan kelas XII dengan kursus mata pelajaran untuk UAN yaitu

Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika agar WBS lebih siap

untuk menghadapi ujian akhirnya nanti.

2. Pengasuh/Pekerja Sosial

Saran untuk para pengasuh/pekerja sosial adalah para pengasuh

lebih memperhatikan kebutuhan WBS dan lebih meningkatkan

komunikasi dan interaksi antara pengasuh dengan WBS sehingga

terciptanya hubungan yang harmonis, tentram, dan nyaman serta

terbentuknya hubungan kekeluargaan di PSAA karena peran pengasuh

adalah sebagai pengganti orangtua mereka di panti dengan fungsi untuk

mengawasi dan melindungi anak-anak asuhnya.

3. Kepada Instruktur Keterampilan Menjahit dan Komputer

Saran untuk instruktur keterampilan WBS adalah lebih

meningkatkan komunikasi dan interaksi dengan para pengasuh/pekerja

sosial panti sehingga terciptanya hubungan kekeluargaan yang saling

peduli satu sama lainnya dan dengan WBS sehingga terbentuknya

Page 87: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

73

hubungan yang ramah dan lancarnya komunikasi agar tidak ada

kesalahpahaman dengan WBS.

4. Kepada WBS (Warga Binaan Sosial)

Saran untuk WBS adalah lebih meningkatkan belajarnya baik di

sekolah maupun kegiatan keterampilan di panti dengan memanfaatkan

semua fasilitas yang telah disediakan oleh panti agar WBS menjadi

manusia yang dapat tumbuh kembang dengan akhlak yang mulia dan

menjadi warga masyarakat yang dapat berfungsi di kemudian hari.

Page 88: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

74

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rukminto, Isbandi. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Jakarta:

FISIP UI, 2005.

Al-Qur’an Dan Terjemahannya. Departemen Agama R.I. Surabaya: Penerbit CV.

Jaya Sakti, 1989.

Bunga Rampai Islam Dan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: IAIN Indonesian Social

Equity Project, 2006.

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003.

Brosur Terbaru PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan 2011.

Ekosusilo, Modyo, dkk. Dasar-Dasar Pendidikan. Semarang, 1990.

Majalah: Anak Kami, Perlindungan Anak: Bukan Basa-Basi, Resource Centre

SFFCCB CPSW-IPSPI, Vol. 1, No. II, (Maret, 2007).

Modul Pelatihan Child Protection and Permanency Planning, Save The Children

Modul Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda

Karya, 2004.

Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi). UIN Jakarta: CeQDA (Center for Quality Development and

Assurance), 2007.

Nihayah, Zahrotun, dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psokologi Barat dan

Islam. UIN Jakarta Press: 2006.

Sabri, Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1999.

Soewadji, Jusuf. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Jurusan Sosiologi, 2003.

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT.

Rafika Aditama, 2005.

Suprijanto. Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta: 2009.

74

Page 89: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

75

Tim Dosen FIP-IKIP Malang. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan. Malang:

Usaha Nasional, 1988.

UU RI No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

INTERNET

Editorial Media Massa Indonesia, 2006: Membangun Pendidikan, Mengatasi

Kemiskinan, artikel diakses pada Senin, 28 Februari 2011 dari

http://opini.wordpress.com/2006/11/08/membangun-pendidikan-

mengatasi-kemiskinan/

Prof. Dr. Soedijarto, MA, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta:

2008), cet 1, artikel diakses pada Rabu, 09 Maret 2011 dari

http://komunitasamam.wordpress.com/2009/04/11/blue-print-pendidikan-

nasional/

Artikel diakses pada Rabu, 09 Maret 2011 dari

http://www.simpuldemokrasi.com/dinamika-demokrasi/warga-

bicara/1345-hak-pendidikan-anak-anak-bangsa.html.

Artikel diakses pada Rabu, 6 April 2011 dari

http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&

id= 6128: menko-kesra--2010-penduduk-miskin-3102-juta-

jiwa&catid=52:sumut&Itemid=207

Artikel diakses pada Rabu, 6 April 2011 dari

http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2010/03/22/90009/Gila,-Jumlah-

Anak-Terlantar-17-Juta.

PPI STKS Bandung Tahun 2008, Definisi Pekerjaan Sosial, artikel diakses pada

Minggu, 08 Mei 2011 dari

http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya/script.php/read/definisi-pekerjaan-

sosial/,

Tonton Witono, SDM Kesos dan Pengembangannya, artikel diakses pada Minggu,

08 Mei 2011 dari http://bbppkspadang.wordpress.com/quantum-vi-no-11-

2009-6/,

Artikel diakses pada Senin, 14 Maret 2011 dari

http://chintami.students.uii.ac.id/2009/03/24/definisi-ilmu-pendidikan/

Page 90: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

76

Artikel diakses pada Rabu, 04 Mei 2011 dari

http://dunkdaknyonk.blogspot.com/2011/03/pengertian-anak-menurut-

beberapa-uu.html.

Artikel diakses pada Rabu, 04 Mei 2011 dari http://ichwanmuis.com/?p=1356,

Anak Jalanan.

Mahesa Bhirawa. Kualitas SDM Indonesia di Dunia. Artikel diakses pada 03

Novemebr 2011 dari

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/03/14/kualitas-sdm-

indonesia-di-dunia/amis,

WAWANCARA

Wawancara Pribadi dengan Bapak Mujiono, Aks, selaku Seksi Bimbingan dan

Penyaluran.

Wawancara Pribadi dengan Bapak Fachrizal Hamid, SH, selaku Seksi Identifikasi

dan Asesmen.

Wawancara Pribadi dengan WBS “AW” kelas XII SMK.

Wawancara Pribadi dengan WBS “KJ” kelas XII SMK.

Wawancara Pribadi dengan WBS “HA” kelas XII SMK.

Wawancara Pribadi dengan WBS “IN” kelas XI SMK.

Page 91: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 92: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

Pedoman Wawancara

Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar

di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan

A. Biodata Ka. Sie Bimbingan dan Penyaluran

1. Nama Informan : Mujiono, AKS

2. Jenis Kelamin Informan : Laki-laki

3. Umur Informan : 46 Tahun

4. Tanggal Wawancara : 24 Mei 2011

5. Tempat Wawancara : Di dalam kantor PSAA PU 3 Tebet

B. Wawancara

I. Apa sajakah peran dan fungsi pekerja sosial terhadap pendidikan

anak-anak terlantar di PSAA PU 3 Tebet?

1. Menurut Pak Muji, apakah pengasuh itu sama dengan pekerja sosial jika

dilihat dari fungsi/peran seorang pekerja sosial?

Jawab:

Untuk di panti memang pekerja sosial. Dan saya memang dari

latarbelakang sarjana pekerja sosial yang ditunjang pendidikan pekerja

sosial.

2. Apakah fungsi/peran dari pengasuh/pekerja sosial itu sendiri di PSAA PU

3 Tebet ini, Pak?

Jawab:

Fungsinya sebagai pengganti orangtua. Dan perannya sebagai pengasuhan,

pengawasan dan pembinaan. Serta dalam peran-peran tersebut masih

terdapat peran-peran yang lainnya seperti mediator, dll yang disesuaikan

dengan kebutuhan.

Page 93: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

3. Apakah tugas Bapak selaku Sie. Bimbingan dan Penyaluran di PSAA PU

3 Tebet ini?

Jawab:

Tugas saya menyangkut masalah pendidikan anak-anak di sekolah

maupun pendidikan di panti seperti adanya keterampilan menjahit dan

komputer, serta penyaluran.

Fungsinya sebagai pengawas untuk mengawasi kegiatan-kegiatan anak-

anak yang sudah disediakan oleh panti sesuai dengan instruktur-instruktur

yang telah disiapkan.

4. Seberapa besar peran pengasuh/pekerja sosial dalam memotivasi anak-

anak terhadap pendidikan mereka, Pak?

Jawab:

Sangat besar peran pengasuh/pekerja sosial di panti. Dari mulai bangun

tidur, persiapan sarapan, transportnya, segala pemenuhan kebutuhan

pendidikan mereka terpenuhi semaksimal mungkin sehingga dapat

memotivasi anak-anak belajar di sekolah dengan nyaman dan tenang

karena kebutuhannya sudah terpenuhi.

5. Adakah anak yang sering membuat masalah di sekolahnya?

Jawab:

Ada anak yang membuat masalah di sekolahnya. Seperti bolos sekolah.

Bagaimana Bapak mengatasinya?

Jawab:

Bekerjasama dengan pihak sekolah seperti guru BP/wali kelas.

Lalu, adakah hukuman/sanksi dari Bapak/pengasuh/pekerja sosial?

Jawab:

Hukuman/sanksi pasti ada melalui peringatan-peringatan.

Jika mengulanginya sampai tiga kali maka anak tersebut dikeluarkan.

Page 94: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

6. Siapakah yang bertanggungjawab dengan pengambilan rapor di sekolah?

Jawab:

Pihak panti dan juga saya khususnya yang bertanggungjawab dengan

pengambilan rapor anak-anak di sekolah.

Jika Bapak yang mewakili untuk pengambilan rapor, kenapa?

Jawab:

Karena saya sebagai sie pembimbing dan penyaluran yang juga

menyangkut masalah pendidikan anak-anak di sekolah.

Kenapa tidak orangtuanya saja jika anak tersebut masih ada orangtuanya

untuk pengambilan rapor?

Jawab:

Tidak bisa orangtuanya yang mengambil rapor untuk anak-anak mereka

karena pihak panti yang sudah bertanggungjawab dengan pendidikan

mereka.

7. Jika anak-anak kelas 3 SMP sudah tamat sekolahnya, lalu apa yang Bapak

lakukan terhadap anak tersebut?

Apakah dilanjutkan sekolah dan tetap tinggal di PSAA?

Jawab:

Iya, tetap dilanjutkan sekolahnya dan dilanjutkan ke sekolah sesuai dengan

NEM yang diperoleh dari hasil belajar mereka. Jika hasil NEM mereka

tidak mencukupi masuk sekolah negeri maka akan dimasukkan ke sekolah

swasta yang sudah bekerjasama dengan pihak seperti SMK Pancasila dan

SMK Jakarta Timur 1.

8. Lalu, bagaimana dengan anak-anak kelas 3 SMA/SMK yang sudah tamat

sekolahnya, apa yang Bapak lakukan?

Apakah dicarikan pekerjaan untuk anak tersebut atau dikembalikan kepada

orangtuanya?

Jawab:

Akan dipulangkan ke orangtuanya. Dan kemungkinan juga akan dicarikan

pekerjaan dari pihak luar.

Page 95: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

II. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA

PU 3 Tebet?

1. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA PU 3

Tebet?

Jawab:

Bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh panti ada dua yaitu

pendidikan formal, yaitu pendidikan dari sekolah. Kedua pendidikan non

formal, yaitu kegiatan pengisi waktu luang seperti keterampilan menjahit

dan keterampilan komputer.

2. Lalu, bagaimana dengan sistem belajar anak-anak di PSAA PU 3 Tebet

ini?

Jawab:

Sistem belajar anak-anak di panti diserahkan oleh mereka. Karena

mereka sudah dewasa untuk dapat mengatur jadwal belajar mereka.

3. Apakah anak-anak di PSAA PU 3 Tebet dapat memanfaatkan kegiatan

pengisi waktu luang mereka dan apakah program tersebut mengharuskan

anak-anak ikut serta?

(seperti mengikuti keterampilan menjahit dan komputer)

Jawab:

Untuk kegiatan pengisi waktu luang disesuaikan dengan bakat dan minat

anak-anak dan disesuaikan juga dengan jam sekolah anak-anak. Yang

diharuskan adalah mengikuti pengajian yaitu ceramah dan membaca Al-

Qur’an.

4. Di PSAA PU 3 Tebet ada suatu organisasi yang diberi nama Organisasi

Citra Intra Panti (OCIP). (Jika di sekolah OSIS). Kenapa dibentuk OCIP?

Apakah tujuan dan fungsi dari OCIP itu sendiri?

Jawab:

Untuk mejembatani kegiatan WBS di panti. Seperti acara Maulid Nabi,

yang mengadakan anak-anak bukan pengasuh agar anak-anak dapat

belajar berorganisasi.

Page 96: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

5. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA PU 3 Tebet kepada anak yang

berprestasi di sekolahnya?

Jawab:

Tidak ada. Karena pendidikan mereka sudah ditanggung dari panti

.

6. Upaya apa yang dilakukan oleh pengasuh/pekerja sosial jikalau anak-

anak sedang menghadapi ujian di sekolahnya?

Jawab:

Memotivasi anak-anak dengan memberikan support, belajar yang giat

dan menjaga kesehatannya.

7. Lalu, upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika nilai anak-

anak merosot turun?

Jawab:

Sama dengan jawaban yang tadi. Lebih giat belajarnya. Lalu memenuhi

kebutuhan sekolahnya, modul-modul di copy untuk belajar, lalu panti

juga berupaya mendatangkan guru les untuk anak-anak.

8. Bagaimanakah cara efektif agar anak-anak dapat belajar dengan baik di

PSAA PU 3 Tebet ini, Pak?

Jawab:

Menurut saya dengan cara belajar kelompok. Kakak mengajari adiknya.

Ka. Sie. Bimbingan dan Penyaluran

Mujiono, AKS

196506211989031006

Page 97: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

Pedoman Wawancara

Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar

di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan

A. Biodata Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen

1. Nama Informan :

2. Jenis Kelamin Informan :

3. Umur Informan :

4. Tanggal Wawancara :

5. Waktu Wawancara :

B. Wawancara

I. Apa sajakah peran dan fungsi pekerja sosial terhadap pendidikan anak-

anak terlantar di PSAA PU 3 Tebet?

1. Jika ada keluarga yang kurang mampu dan ingin anak-anaknya tetap

dapat melanjutkan sekolahnya. Lalu, bagaimana keluarga tersebut dapat

memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet?

2. Menurut Bapak, apakah pengasuh itu sama dengan pekerja sosial jika

dilihat dari fungsi/peran seorang pekerja sosial?

3. Apakah fungsi/peran dari pengasuh/pekerja sosial itu sendiri di PSAA PU

3 Tebet ini, Pak?

4. Apa saja tugas Pak Rizal selaku Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen?

5. Bagaimana cara petugas/pekerja sosial mengidentifikasi dan meng-

assessment calon WBS?

6. Seberapa besar peran pengasuh/pekerja sosial dalam memotivasi anak-

anak terhadap pendidikan mereka, Pak?

7. Mengapa petugas/pekerja sosial mendatangi rumah calon WBS (Home

Visite)?

8. Jika anak-anak kelas 3 SMP sudah tamat sekolahnya, lalu apa yang

Bapak lakukan terhadap anak tersebut?

Apakah dilanjutkan sekolah dan tetap tinggal di PSAA?

Page 98: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

9. Lalu, dengan anak-anak kelas 3 SMA/SMK yang sudah tamat

sekolahnya, apa yang Bapak lakukan? Apakah dicarikan pekerjaan untuk

anak tersebut atau dikembalikan kepada orangtuanya?

II. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA PU

3 Tebet?

1. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA PU 3

Tebet?

2. Lalu, bagaimana dengan sistem belajar anak-anak di PSAA PU 3 Tebet

ini?

3. Apakah anak-anak di PSAA PU 3 Tebet dapat memanfaatkan kegiatan

pengisi waktu luang mereka dan apakah program tersebut mengharuskan

anak-anak ikut serta?

(seperti mengikuti keterampilan menjahit dan komputer)

4. Di PSAA PU 3 Tebet ada suatu organisasi yang diberi Organisasi Citra

Intra Panti (OCIP). (Jika di sekolah OSIS). Kenapa dibentuk OCIP?

Apakah tujuan dan fungsi dari OCIP itu sendiri?

5. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA PU 3 Tebet kepada anak yang

berprestasi di sekolahnya?

6. Upaya apa yang dilakukan oleh pengasuh/pekerja sosial jikalau anak-

anak sedang menghadapi ujian di sekolahnya?

7. Lalu, upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika nilai anak-

anak merosot turun?

8. Bagaimanakah cara efektif agar anak-anak dapat belajar dengan baik di

PSAA PU 3 Tebet ini, Pak?

9. Kebutuhan apa saja yang diperlukan WBS untuk pendidikan mereka di

sekolah mapun di panti ini, Pak?

Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen

H. Fachrizal Hamid, SH

195610051981031013

Page 99: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

Pedoman Wawancara

Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan

A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS)

1. Nama Informan : AW

2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan

3. Umur Informan : 17 tahun

4. Tanggal Wawancara : 13 Juni 2011

5. Tempat Wawancara : Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet

B. Wawancara

I. Peran dan Fungsi Pekerja Sosial di PSAA PU 3 Tebet

1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA?

Jawab:

Karena faktor ekonomi dan ingin melanjutkan sekolah.

2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA?

Jawab:

Kurang lebih 2 (dua) tahun.

3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3

Tebet?

Jawab:

Saya sendiri dengan musyawarah terlebih dulu dengan orangtua.

4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Dari sekolah yaitu SMK Pancasila.

Page 100: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Awalnya sedih tetapi lama-kelamaan senang.

6. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Baik, karena telah memberikan keterampilan dan pendidikan kepada

WBS PSAA PU 3 Tebet.

7. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu?

Jawab:

Iya mereka dapat memberikan motivasi aku dalam hal belajarku. missal

pengasuh suka menceritakan pengalaman kehidupan pribadinya dan

contoh lainnya yaitu mereka menyuruh untuk belajar.

8. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Sebagai pengganti orangtua kita di rumah yang mewakili untuk mendidik

dan mengajari kita sebagai anak yang sukses.

9. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang kalian

(keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik mungkin?

Jawab:

Iya. Disesuaikan dengan jadwal keterampilan.

10. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di

dalam PSAA?

Jawab:

Ada. Kalau di sekolah, aku tidak suka pelajaran seni budaya karena

gurunya gak enak ngajar jadi malas untuk belajar.

Dan kalau di panti, pengaruh teman-teman dari panti kalau pada malas

ikutan males.

Page 101: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

11. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang

baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan?

Jawab:

Memberikan keterampilan dengan sarana dan prasarana yang

mendukung, memberikan bimbel untuk 3 (tiga) mata pelajaran utama

Ujian Akhir Nasional (UAN) seperti matematika, Bahasa Indonesia dan

Bahasa Inggris, dan sanksi yang tegas supaya kami bisa menjadi disiplin

dan cerdas. Tegas di sini maksudnya jika melanggar peraturan sampai 3

kali harus dikeluarkan. Dan cerdas di sini maksudnya anak-anaknya jika

disiplin pasti pinter dan ceradas.

12. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu dan teman-

teman ingin mengadakan suatu acara di dalam ataupun di luar panti?

(seperti adanya acara isra’ mi’raj, perpisahan kelas 3, dll).

Jawab:

Mendukung serta memberikan dana.

13. Seberapa besar pengasuh/pekerja sosial berpartisipasi dalam acara

tersebut?

Jawab:

80% karena mereka hanya memberikan dana dan mereka taunya acara

tersebut terlaksana.

14. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika

kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Lari, jalan jongkok, potong uang tabungan, dll.

15. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang

mengahadapi ujian sekolah?

Jawab:

Dengan cara tidak boleh nonton tv selama ujian berlangsung.

Dan juga memotivasi/mensupport untuk belajar agar ulangan bagus.

Page 102: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

16. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu merosot

turun?

Jawab:

Dengan cara dimarahin, dipanggil orangtua, disuruh belajar, dll.

Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet

Jakarta Selatan

Warga Binaan Sosial

Page 103: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

Pedoman Wawancara

Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di

Tebet Jakarta Selatan

A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS)

1. Nama Informan : KJ

2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan

3. Umur Informan : 16 tahun

4. Tanggal Wawancara : 13 Juni 2011

5. Tempat Wawancara : Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet

B. Wawancara

1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA?

Jawab:

Karena saya ingin melanjutkan sekolah dan orangtua tidak ada biaya

2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA?

Jawab:

Kurang lebih 5 (lima) tahun

3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3

Tebet?

Jawab:

Orantua dan saya sendiri

4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Dari tetangga.

5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Sangat senang. Karena di sini banyak teman, kalau di rumah tidak ada

teman. Dan banyak pengalaman yang gak jelas.

Page 104: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

6. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Sangat kurang. Missal, pengasuh hanya mengandalkan anak asuh untuk

berfikir sadar diri.

7. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu?

Jawab:

Iya. Pengasuh bercerita tentang pengalaman hidup pengasuh.

Membandingkan dengan orang yang lebih sukses.

8. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Jelas ada.

9. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang kalian

(keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik mungkin?

Jawab:

Iya walaupun kurang maksimal.

10. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di

dalam PSAA?

Jawab:

Ada. Kalau di sekolah. Kurang bisa belajar Bahasa Inggris.

Kalau di panti. Di sini kurang konsentrasi karena berisik saat belajar.

11. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang

baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan?

Jawab:

Pengasuh harus lebih tegas dalam sanksi karena selama ini yang saya

rasakan hanya tegas dalam artian masih ada rasa kasihan. Dan adanya

bimbel yaitu 3 mata pelajaran untuk UAN.

Page 105: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

12. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu dan teman-

teman ingin mengadakan suatu acara di dalam ataupun di luar panti?

(seperti adanya acara isra’ mi’raj, perpisahan kelas 3, dll).

Jawab:

Memberikan sumbangan/dana.

13. Seberapa besar pengasuh/pekerja sosial berpartisipasi dalam acara

tersebut?

Jawab:

Kurang lebih 50 %. Karena mereka hanya memberikan dana dan mereka

taunya acara tersebut terlaksana.

14. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika

kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Paling Cuma dinasehatin dengan suara yang keras.

15. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang

mengahadapi ujian sekolah?

Jawab:

Pengasuh selalu bilang “Jangan lupa belajar!”.

16. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu merosot

turun?

Jawab:

Memberikan motivasi/masukan.

Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet

Jakarta Selatan

Warga Binaan Sosial

Page 106: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

Pedoman Wawancara

Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di

Tebet Jakarta Selatan

A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS)

1. Nama Informan : IN

2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan

3. Umur Informan : 15 tahun

4. Tanggal Wawancara : 13 Juni 2011

5. Tempat Wawancara : Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet

B. Wawancara

1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA?

Jawab:

Karena saya kurang mampu dan masih ingin sekolah.

2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA?

Jawab:

8 (delapan) bulan.

3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3

Tebet?

Jawab:

Saya sendiri.

4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Dari teman sekolah saya.

5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Setengah senang.

Setengah sedih.

Page 107: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

6. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Lumayan baik.

7. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu?

Jawab:.

Tidak juga

8. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Sebagai orangtua.

9. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang kalian

(keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik mungkin?

Jawab:

10. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di

dalam PSAA?

Jawab:

Tidak ada.

11. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang

baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan?

Jawab:

Lebih an menyediakan fasilitas yang lebih baik lagi untuk WBS.

12. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu dan teman-

teman ingin mengadakan suatu acara di dalam ataupun di luar panti?

(seperti adanya acara isra’ mi’raj, perpisahan kelas 3, dll).

Jawab:

Menyediakan hal-hal yang diperlukan untuk sebuah acara tersebut.

Page 108: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

13. Seberapa besar pengasuh/pekerja sosial berpartisipasi dalam acara

tersebut?

Jawab:

Sebesar mungkin. Karena itu juga acara mereka.

14. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika

kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Teguran, panggil orangtua, dan bisa dikeluarkan.

15. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang

mengahadapi ujian sekolah?

Jawab:

Menyediakan alat-alat untuk ujian tersebut.

16. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu merosot

turun?

Jawab:

Menegur serta memberikan semangat dan motivasi lagi.

Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet

Jakarta Selatan

Warga Binaan Sosial

Page 109: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

Pedoman Wawancara

Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di

Tebet Jakarta Selatan

A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS)

1. Nama Informan : HA

2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan

3. Umur Informan : 17 tahun

4. Tanggal Wawancara : 13 Juni 2011

5. Tempat Wawancara : Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet

B. Wawancara

1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA?

Jawab:

Pengen hidup mandiri dan belajar

2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA?

Jawab:

Kurang lebih 5 (lima) tahun.

3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3

Tebet?

Jawab:

Sendiri. Awalnya sich kakak saya yang menawarkan untuk tinggal dip

anti, yaudah saya dan saya tinggal dip anti.

4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Dari kakak saya.

5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Senang. Karena mempunyaibanyak teman dan menjadi lebih mandiri.

Page 110: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

6. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Sangat baik.

7. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu?

Jawab:

Iya. Karena sampai saat ini saya masih bisa belajar itu berkat pengasuh

yang ada di sini.

8. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Fungsinya adalah untuk memberikan motivasi/semangat belajar kepada

anak-anak dan memberikan perhatian kepada mereka agar anak-anaknya

menjadi lebih berguna.

9. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang kalian

(keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik mungkin?

Jawab:

Paling aku memanfaatkan computer, tetapi sebentar karena aku lebih

suka memasak. Jadi waktu luang aku lebih banyak untuk memasak.

10. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di

dalam PSAA?

Jawab:

Kalau dip anti Alhamdulillah sampai saat ini belum ada hambatan. Tetapi

kalau di sekolah belajar bahsa Inggris aku kurang bisa karena cara

belajarnya terlalu cepet dan waktunya kurang yaitu seminggu hanya 3

jam saja.

11. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang

baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan?

Jawab:

Page 111: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

12. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu dan teman-

teman ingin mengadakan suatu acara di dalam ataupun di luar panti?

(seperti adanya acara isra’ mi’raj, perpisahan kelas 3, dll).

Jawab:

Mengadakan rapat antar kelas 2 SMK

Memberikan uang acara tersebut tapi hanya sebagian saja.

13. Seberapa besar pengasuh/pekerja sosial berpartisipasi dalam acara

tersebut?

Jawab:

60 %.

14. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika

kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Dihukum yaitu jalan jongkok, kadang lari samapi 5 puteran.

15. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang

mengahadapi ujian sekolah?

Jawab:

Member dukungan/menyemangati anak-anak PSAA agar lebih giat

belajar, jaga kesehatan agar ujiannya tidak terganggu.

16. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu merosot

turun?

Jawab:

Yang pengasuh lakukan yaitu member bimbingan/saran kepada anak

yang bersangkutan/yang nilai kurang agar lebih giat lagi belajar.

Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet

Jakarta Selatan

Warga Binaan Sosial

Page 112: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

Transkip Wawancara

Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan

A. Biodata Ka. Sie Bimbingan dan Penyaluran

1. Nama Informan : Mujiono, AKS

2. Jenis Kelamin Informan : Laki-laki

3. Umur Informan : 46 Tahun

4. Tanggal Wawancara : 24 Mei 2011

5. Tempat Wawancara : Di dalam kantor PSAA PU 3 Tebet

B. Wawancara

I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga

Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 3 Tebet?

1. Menurut Pak Muji, apakah pengasuh itu sama dengan pekerja sosial

jika dilihat dari fungsi/peran seorang pekerja sosial?

Jawab:

Untuk di panti memang pekerja sosial. Dan saya memang dari

latarbelakang sarjana pekerja sosial yang ditunjang pendidikan pekerja

sosial.

2. Apakah fungsi/peran dari pengasuh/pekerja sosial itu sendiri di PSAA

PU 3 Tebet ini, Pak?

Jawab:

Fungsinya sebagai pengganti orangtua. Dan perannya sebagai

pengasuhan, pengawasan dan pembinaan. Serta dalam peran-peran

tersebut masih terdapat peran-peran yang lainnya seperti mediator, dll

yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Page 113: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

3. Apakah tugas Bapak selaku Sie. Bimbingan dan Penyaluran di PSAA

PU 3 Tebet ini?

Jawab:

saya menyangkut masalah pendidikan anak-anak di sekolah maupun

pendidikan di panti seperti adanya keterampilan menjahit dan

komputer, serta penyaluran.

Fungsinya sebagai pengawas untuk mengawasi kegiatan-kegiatan

anak-anak yang sudah disediakan oleh panti sesuai dengan instruktur-

instruktur yang telah disiapkan.

4. Seberapa besar peran pengasuh/pekerja sosial dalam memotivasi anak-

anak terhadap pendidikan mereka, Pak?

Jawab:

Sangat besar peran pengasuh/pekerja sosial di panti. Dari mulai

bangun tidur, persiapan sarapan, transportnya, segala pemenuhan

kebutuhan pendidikan mereka terpenuhi semaksimal mungkin

sehingga dapat memotivasi anak-anak belajar di sekolah dengan

nyaman dan tenang karena kebutuhannya sudah terpenuhi.

5. Adakah anak yang sering membuat masalah di sekolahnya?

Jawab:

Ada anak yang membuat masalah di sekolahnya. Seperti bolos

sekolah.

Bagaimana Bapak mengatasinya?

Jawab:

Bekerjasama dengan pihak sekolah seperti guru BP/wali kelas.

Lalu, adakah hukuman/sanksi dari Bapak/pengasuh/pekerja sosial?

Jawab:

Hukuman/sanksi pasti ada melalui peringatan-peringatan.

Jika mengulanginya sampai tiga kali maka anak tersebut dikeluarkan.

Page 114: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

6. Siapakah yang bertanggungjawab dengan pengambilan rapor di

sekolah?

Jawab:

Pihak panti dan juga saya khususnya yang bertanggungjawab dengan

pengambilan rapor anak-anak di sekolah.

Jika Bapak yang mewakili untuk pengambilan rapor, kenapa?

Jawab:

Karena saya sebagai sie pembimbing dan penyaluran yang juga

menyangkut masalah pendidikan anak-anak di sekolah.

Kenapa tidak orangtuanya saja jika anak tersebut masih ada

orangtuanya untuk pengambilan rapor?

Jawab:

Tidak bisa orangtuanya yang mengambil rapor untuk anak-anak

mereka karena pihak panti yang sudah bertanggungjawab dengan

pendidikan mereka.

7. Jika anak-anak kelas 3 SMP sudah tamat sekolahnya, lalu apa yang

Bapak lakukan terhadap anak tersebut?

Apakah dilanjutkan sekolah dan tetap tinggal di PSAA?

Jawab:

Iya, tetap dilanjutkan sekolahnya dan dilanjutkan ke sekolah sesuai

dengan NEM yang diperoleh dari hasil belajar mereka. Jika hasil NEM

mereka tidak mencukupi masuk sekolah negeri maka akan dimasukkan

ke sekolah swasta yang sudah bekerjasama dengan pihak seperti SMK

Pancasila dan SMK Jakarta Timur 1.

8. Lalu, bagaimana dengan anak-anak kelas 3 SMA/SMK yang sudah

tamat sekolahnya, apa yang Bapak lakukan?

Apakah dicarikan pekerjaan untuk anak tersebut atau dikembalikan

kepada orangtuanya?

Page 115: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

Jawab:

Akan dipulangkan ke orangtuanya. Dan kemungkinan juga akan

dicarikan pekerjaan dari pihak luar.

II. Apa Sajakah Pelayanan Pendidikan yang diperoleh Warga

Binaan Sosial (WBS)?

1. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA

PU 3 Tebet?

Jawab:

Bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh panti ada dua yaitu

pendidikan formal, yaitu pendidikan dari sekolah. Kedua pendidikan

non formal, yaitu kegiatan pengisi waktu luang seperti keterampilan

menjahit dan keterampilan komputer.

2. Lalu, bagaimana dengan sistem belajar anak-anak di PSAA PU 3

Tebet ini?

Jawab:

Sistem belajar anak-anak di panti diserahkan oleh mereka. Karena

mereka sudah dewasa untuk dapat mengatur jadwal belajar mereka.

3. Apakah anak-anak di PSAA PU 3 Tebet dapat memanfaatkan kegiatan

pengisi waktu luang mereka dan apakah program tersebut

mengharuskan anak-anak ikut serta?

(seperti mengikuti keterampilan menjahit dan komputer)

Jawab:

Untuk kegiatan pengisi waktu luang disesuaikan dengan bakat dan

minat anak-anak dan disesuaikan juga dengan jam sekolah anak-anak.

Yang diharuskan adalah mengikuti pengajian yaitu ceramah dan

membaca Al-Qur’an.

4. Di PSAA PU 3 Tebet ada suatu organisasi yang diberi nama

Organisasi Citra Intra Panti (OCIP). (Jika di sekolah OSIS). Kenapa

dibentuk OCIP? Apakah tujuan dan fungsi dari OCIP itu sendiri?

Page 116: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

Jawab:

Untuk mejembatani kegiatan WBS di panti. Seperti acara Maulid

Nabi, yang mengadakan anak-anak bukan pengasuh agar anak-anak

dapat belajar berorganisasi.

5. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA PU 3 Tebet kepada anak yang

berprestasi di sekolahnya?

Jawab:

Tidak ada. Karena pendidikan mereka sudah ditanggung dari panti

.

6. Upaya apa yang dilakukan oleh pengasuh/pekerja sosial jikalau anak-

anak sedang menghadapi ujian di sekolahnya?

Jawab:

Memotivasi anak-anak dengan memberikan support, belajar yang giat

dan menjaga kesehatannya.

7. Lalu, upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika nilai

anak-anak merosot turun?

Jawab:

Sama dengan jawaban yang tadi. Lebih giat belajarnya. Lalu

memenuhi kebutuhan sekolahnya, modul-modul di copy untuk belajar,

lalu panti juga berupaya mendatangkan guru les untuk anak-anak.

8. Bagaimanakah cara efektif agar anak-anak dapat belajar dengan baik

di PSAA PU 3 Tebet ini, Pak?

Jawab:

Menurut saya dengan cara belajar kelompok. Kakak mengajari

adiknya.

Ka. Sie. Bimbingan dan Penyaluran

Mujiono, AKS

196506211989031006

Page 117: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

Transkip Wawancara

Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan

A. Biodata Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen

1. Nama Informan : H. Fachrizal Hamid, SH

2. Jenis Kelamin Informan : laki-laki

3. Umur Informan : 54 tahun

4. Tanggal Wawancara : 24 Mei 2011

5. Waktu Wawancara : Di dalam kantor PSAA PU 3 Tebet

B. Wawancara

I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga

Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 3 Tebet?

1. Jika ada keluarga yang kurang mampu dan ingin anak-anaknya tetap

dapat melanjutkan sekolahnya. Lalu, bagaimana keluarga tersebut

dapat memperoleh informasi tentang PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Melalui brosur, tetangga, atau dari mulut ke mulut. Dan bisa secara

langsung datang ke PSAA PU 3 Tebet. Diberi penjelsan tentang

syarat-syarat panti. Dengan membawa surat keterangan tidak mampu

dari RT, RW, dan kelurahan, serta harus memiliki ijazah sebelumnya.

Dan yang paling penting harus mau mentaati peraturan-peraturan yang

ada di panti.

2. Menurut Bapak, apakah pengasuh itu sama dengan pekerja sosial jika

dilihat dari fungsi/peran seorang pekerja sosial?

Jawab:

Iya sama karena fungsi dari pengasuh itu adalah untuk membina anak-

anak asuh yang ada di sini.

Page 118: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

3. Apakah fungsi/peran dari pengasuh/pekerja sosial itu sendiri di PSAA

PU 3 Tebet ini, Pak?

Jawab:

Iya sama yaitu membina, mengawasi baik di sekolah maupun

belajarnya di sini. Mengawasi perilaku dan tata tertib dip anti, agar

dapat mengikuti aturan yang ada di panti.

4. Apa saja tugas Pak Rizal selaku Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen?

Jawab:

Yaitu melakukan penerimaan calon wbs, mengadakan seleksi dan

administrasi, serta kebersihan dan kesehatan.

5. Bagaimana cara petugas/pekerja sosial mengidentifikasi dan meng-

assessment calon WBS?

Jawab:

Identifikasi itu seperti penerimaan calon wbs, menyeleksi syarat-syarat

dengan calon wbs, tahap wawancara dengan keluarga.

Asesmen misal kasus wbs, manggil wbs, mencari solusi bersama

dengan melibatkan keluarga.

Jika anak sudah ada di panti, konsultasi keluarga untuk memecahkan

masalah yang dihadapi wbs untuk mencari solusi bersama. Sebelum

anak masuk ke panti petugas/pekerja sosial mengadakan kunjungan ke

rumah (home visit) untuk mengetahui kebenaran kondisi dari keluarga.

Tujuannya untuk mencari data yang sebenarnya.

6. Mengapa petugas/pekerja sosial mendatangi rumah calon WBS (Home

Visite)?

Jawab:

Untuk memengetahui kebenaran kondisi dari keluarga dengan tujuan

untuk mencari data yang sebenarnya.

Page 119: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

II. Pealayanan Pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS)?

1. Apa sajakah bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh PSAA

PU 3 Tebet?

Jawab:

Bentuk-bentuk pendidikan yang disediakan oleh panti ada dua yaitu

pendidikan formal, yaitu pendidikan dari sekolah. Kedua pendidikan

non formal, yaitu kegiatan pengisi waktu luang seperti keterampilan

menjahit dan keterampilan komputer.

2. Adakah pemberian beasiswa dari PSAA PU 3 Tebet kepada anak yang

berprestasi di sekolahnya?

Jawab:

Tidak ada pemberian beasiswa dari panti. Tetapi jika dari sekolah ada.

3. Upaya apa yang dilakukan oleh pengasuh/pekerja sosial jikalau anak-

anak sedang menghadapi ujian di sekolahnya?

Jawab:

Lebih intensif belajarnya, dipanggil guru les bahasa Inggris dan

matematika.

4. Lalu, upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika nilai

anak-anak merosot turun?

Jawab:

Lebih giat lagi belajarnya dan pengasuh mengontrol lagi anak-anak

yang belajar.

5. Bagaimanakah cara efektif agar anak-anak dapat belajar dengan baik

di PSAA PU 3 Tebet ini, Pak?

Jawab:

Cara efektifnya yaitu menentukan jam-jam belajar dan menyuruh wbs

untuk belajar kelompok, mencari tempat dan waktu belajar untuk

menciptakan suasana belajar yang tenang dan nyaman.

Page 120: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

6. Kebutuhan apa saja yang diperlukan WBS untuk pendidikan mereka di

sekolah mapun di panti ini, Pak?

Jawab:

Alat-alat tulis, pakaian sekolah, uang transport, uang photocopy

modul, pembalut, alat-alat mandi, lotion anti nyamuk, dll.

Ka. Sie. Identifikasi dan Asesmen

H. Fachrizal Hamid, SH

195610051981031013

Page 121: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

Transkip Wawancara

Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan

A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS)

1. Nama Informan : AW

2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan

3. Umur Informan : 17 tahun

4. Tanggal Wawancara : 13 Juni 2011

5. Tempat Wawancara : Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet

B. Wawancara

I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak

Terlantar di PSAA PU 3 Tebet?

1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA?

Jawab:

Karena faktor ekonomi dan ingin melanjutkan sekolah.

2. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3

Tebet?

Jawab:

Saya sendiri dengan musyawarah terlebih dulu dengan orangtua.

3. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3

Tebet?

Jawab:

Dari sekolah yaitu SMK Pancasila.

4. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Awalnya sedih tetapi lama-kelamaan senang.

Page 122: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

5. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Sebagai pengganti orangtua kita di rumah yang mewakili untuk

mendidik dan mengajari kita sebagai anak yang sukses.

6. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika

kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Lari, jalan jongkok, potong uang tabungan, dll.

II. Apa Sajakah Pelayanan Pendidikan yang diperoleh Warga Binaan

Sosial (WBS)?

1. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Baik, karena telah memberikan keterampilan dan pendidikan kepada

WBS PSAA PU 3 Tebet.

2. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu?

Jawab:

Iya mereka dapat memberikan motivasi aku dalam hal belajarku.

missal pengasuh suka menceritakan pengalaman kehidupan pribadinya

dan contoh lainnya yaitu mereka menyuruh untuk belajar.

3. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang

kalian (keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik

mungkin?

Jawab:

Iya. Disesuaikan dengan jadwal keterampilan.

4. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di

dalam PSAA?

Jawab:

Page 123: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

Ada. Kalau di sekolah, aku tidak suka pelajaran seni budaya karena

gurunya gak enak ngajar jadi malas untuk belajar.

Dan kalau di panti, pengaruh teman-teman dari panti kalau pada malas

ikutan males.

5. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang

baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan?

Jawab:

Memberikan keterampilan dengan sarana dan prasarana yang

mendukung, memberikan bimbel untuk 3 (tiga) mata pelajaran utama

Ujian Akhir Nasional (UAN) seperti matematika, Bahasa Indonesia

dan Bahasa Inggris, dan sanksi yang tegas supaya kami bisa menjadi

disiplin dan cerdas. Tegas di sini maksudnya jika melanggar peraturan

sampai 3 kali harus dikeluarkan. Dan cerdas di sini maksudnya anak-

anaknya jika disiplin pasti pinter dan ceradas.

6. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang

mengahadapi ujian sekolah?

Jawab:

Dengan cara tidak boleh nonton tv selama ujian berlangsung.

Dan juga memotivasi/mensupport untuk belajar agar ulangan bagus.

7. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu

merosot turun?

Jawab:

Dengan cara dimarahin, dipanggil orangtua, disuruh belajar, dll.

Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan

Warga Binaan Sosial

Page 124: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

Transkip Wawancara

Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di

Tebet Jakarta Selatan

A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS)

1. Nama Informan : KJ

2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan

3. Umur Informan : 16 tahun

4. Tanggal Wawancara : 13 Juni 2011

5. Tempat Wawancara : Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet

B. Wawancara

I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga

Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 3 Tebet?

1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA?

Jawab:

Karena saya ingin melanjutkan sekolah dan orangtua tidak ada biaya.

2. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3

Tebet?

Jawab:

Orangtua dan saya sendiri.

3. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Sangat senang. Karena di sini banyak teman, kalau di rumah tidak ada

teman. Dan banyak pengalaman yang gak jelas.

4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3

Tebet?

Jawab:

Dari tetangga saya kak.

Page 125: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

5. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika

kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Paling Cuma dinasehatin dengan suara yang keras.

6. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Jelas ada. Yaitu sebagai pengganti orangtua yang mendidik dan

melindungi di sini.

II. Apa Sajakah Pelayanan Pendidikan yang diperoleh Warga Binaan

Sosial (WBS)?

1. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Sangat kurang. Misal, pengasuh hanya mengandalkan anak asuh untuk

berfikir sadar diri.

2. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu?

Jawab:

Iya. Pengasuh bercerita tentang pengalaman hidup pengasuh.

Membandingkan dengan orang yang lebih sukses.

3. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang

kalian (keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik

mungkin?

Jawab:

Iya walaupun kurang maksimal.

4. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di

dalam PSAA?

Jawab:

Ada. Kalau di sekolah. Kurang bisa belajar Bahasa Inggris.

Kalau di panti. Di sini kurang konsentrasi karena berisik saat belajar.

Page 126: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

5. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang

baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan?

Jawab:

Pengasuh harus lebih tegas dalam sanksi karena selama ini yang saya

rasakan hanya tegas dalam artian masih ada rasa kasihan. Dan adanya

bimbel yaitu 3 mata pelajaran untuk UAN.

6. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang

mengahadapi ujian sekolah?

Jawab:

Pengasuh selalu bilang “Jangan lupa belajar!”.

7. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu

merosot turun?

Jawab:

Memberikan motivasi/masukan.

Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan

Warga Binaan Sosial

Page 127: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

Transkip Wawancara

Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di

Tebet Jakarta Selatan

A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS)

1. Nama Informan : IN

2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan

3. Umur Informan : 15 tahun

4. Tanggal Wawancara : 13 Juni 2011

5. Tempat Wawancara : Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet

B. Wawancara

I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga

Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 3 Tebet?

1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA?

Jawab:

Karena saya kurang mampu dan masih ingin sekolah.

2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA?

Jawab:

8 (delapan) bulan.

3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3

Tebet?

Jawab:

Saya sendiri.

4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3

Tebet?

Jawab:

Dari teman sekolah saya.

Page 128: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Ada senangnya ada sedihnya juga kak. Senang tinggal di sini karena

banyak teman, tidur rame-rame. Sedihnya yah gak bisa bertemu sama

keluarga terutama sama mama setiap hari.

6. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Sebagai orangtua.

7. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika

kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Teguran, panggil orangtua, dan bisa dikeluarkan.

II. Apa Sajakah Pelayanan Pendidikan yang diperoleh Warga Binaan

Sosial (WBS)?

1. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Cukup baik. Saya bersyukur bisa disekolahkan di sini.

2. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu?

Jawab:

Tentu dengan semangat dari mereka saya dapat menjalankan aktivitas

sekolah saya dengan baik dan berjalan dengan lancar.

3. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang

kalian (keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik

mungkin?

Jawab:

Tentu dong kak. Saya mengikuti keterampilan qosidahan. Tadinya

saya gak bisa dan gak tau menau tentang memainkan alat musik

Page 129: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

qosidah tetapi setelah saya mengikuti keterampilan qosidah, saya jadi

bisa kak.

4. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di

dalam PSAA?

Jawab:

Tidak ada. Karena panti sudah memberi saya kenyamanan untuk

belajar di sekolah maupun di panti sehingga saya dapat belajar dengan

tenang.

5. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang

baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan?

Jawab:

Lebih menyediakan fasilitas yang lebih baik lagi untuk WBS.

6. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang

mengahadapi ujian sekolah?

Jawab:

Menyediakan alat-alat untuk ujian tersebut.

7. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu

merosot turun?

Jawab:

Menegur serta memberikan semangat dan motivasi lagi.

Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan

Warga Binaan Sosial

Page 130: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

Transkip Wawancara

Keberfungsian Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar di

Tebet Jakarta Selatan

A. Biodata Warga Binaan Sosial (WBS)

1. Nama Informan : HA

2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan

3. Umur Informan : 17 tahun

4. Tanggal Wawancara : 13 Juni 2011

5. Tempat Wawancara : Kamar WBS PSAA PU 3 Tebet

B. Wawancara

I. Apa Sajakah Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga

Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 3 Tebet?

1. Mengapa kamu di tempatkan di PSAA?

Jawab:

Pengen hidup belajar mandiri dan agar bisa melanjutkan sekolah

karena saya masih ingin belajar.

2. Sudah berapa lama kamu tinggal di PSAA?

Jawab:

Kurang lebih 5 (lima) tahun.

3. Siapa yang membuat keputusan kamu di tempatkan di PSAA PU 3

Tebet?

Jawab:

Sendiri. Awalnya sich kakak saya yang menawarkan untuk tinggal

dip anti, yaudah saya dan saya tinggal di panti.

4. Bagaimana keluarga memperoleh informasi tentang PSAA PU 3

Tebet?

Jawab:

Dari kakak saya.

Page 131: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

5. Bagaimana perasaan kamu tinggal di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Senang. Karena mempunyai banyak teman dan menjadi lebih

mandiri.

6. Adakah fungsi/peran pengasuh/pekerja sosial di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Fungsinya adalah untuk memberikan motivasi/semangat belajar

kepada anak-anak dan memberikan perhatian kepada mereka agar

anak-anaknya menjadi lebih berguna.

7. Sanski/hukuman apa yang diberikan oleh pengasuh/pekerja sosial jika

kamu melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Dihukum yaitu jalan jongkok, kadang lari sampai 5 puteran. Paling

dikit 2 atau 3 puteran sich.

II. Apa Sajakah Pelayanan Pendidikan yang diperoleh Warga Binaan

Sosial (WBS)?

1. Bagaimana sistem pendidikaan di PSAA PU 3 Tebet?

Jawab:

Sangat baik. Karena dapat memberikan pendidikan keterampilan yang

hasilnya dapat bermanfaat suatu saat nanti jika saya sudah keluar dari

sini.

2. Apakah pengasuh/pekerja sosial dapat memotivasi belajar kamu?

Jawab:

Iya. Karena sampai saat ini saya masih bisa belajar itu berkat pengasuh

yang ada di sini.

3. Apakah kamu memanfaatkan adanya kegiatan pengisi waktu luang

kalian (keterampilan menjahit dan komputer) di PSAA dengan sebaik

mungkin?

Jawab:

Paling aku memanfaatkan komputer, tetapi sebentar karena aku lebih

suka memasak. Jadi waktu luang aku lebih banyak untuk memasak.

Page 132: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

4. Sejauh ini adakah hambatan kamu dalam belajar di sekolah maupun di

dalam PSAA?

Jawab:

Kalau di panti Alhamdulillah sampai saat ini belum ada hambatan.

Tetapi kalau di sekolah belajar bahsa Inggris aku kurang bisa karena

cara belajarnya terlalu cepet dan waktunya kurang yaitu seminggu

hanya 3 jam saja.

5. Menurut kamu, seperti apa pelayanan dan pembinaan pendidikan yang

baik dan berbobot itu untuk ukuran sebuah panti asuhan?

Jawab:

Menyediakan segala fasilitas untuk belajar WBS agar lebih giat lagi

belajarnya, agar lebih semangat lagi ditambahkan lagi mesin jahit dan

komputer.

6. Upaya apa yang dilakukan pengasuh/pekerja sosial jika kamu sedang

mengahadapi ujian sekolah?

Jawab:

Memberi dukungan/menyemangati anak-anak PSAA agar lebih giat

belajar, jaga kesehatan agar ujiannya tidak terganggu.

7. Upaya apa yang pengasuh/pekerja sosial lakukan jika nilai kamu

merosot turun?

Jawab:

Yang pengasuh lakukan yaitu member bimbingan/saran kepada anak

yang bersangkutan/yang nilai kurang agar lebih giat lagi belajar.

Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan

Warga Binaan Sosial

Page 133: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

DAFTAR NAMA ANAK ASUH PSAA PUTRA UTAMA 3 TEBET TAHUN 2010/2011

NO. NAMA TANGGAL LAHIR ASAL SEKOLAH KLS. KET.

1 2 3 4 5 6 7

1 Fina Amelia Jakarta, 06 Januari 1998 Jak-Tim SMP DCB Palad VII-B

2 Anggi Andriani Jakarta, 15 Maret 1998 Jak-Sel SMP DCB Palad VII-C

3 Raudi Tuzahra Bogor, 25 Januari 1998 Jak-Sel SMP DCB Palad VII-A

4 Januarti Jakarta, 07 Januari 1996 Jak-Sel SMP DCB Palad VII-A

5 Linda Rusliana Malik Jakarta, 24 Mei 1997 Jak-Tim SMP N 3 VII-7

6 Verawati Jakarta, 28 Februari 1998 Jak-Sel SMP N 3 VII-9

7 Intan Sari Jakarta, 08 Juni 1998 Jak-Ut SMP N 3 VII-5

8 Shella Rusmania Larasati Jakarta, 19 Nopember 1996 Jak-Sel SMP N 15 VIII-5

9 Septiani Jakarta, 16 September 1996 Jak-Tim SMP N 15 VIII-7

10 Samsiah Jakarta, 29 Agustus 1996 Jak-Ut SMP N 3 VIII-6

11 Anisa Lestari Andika Jakarta, 18 Februari 1995 Jak-Sel SMP N 3 VIII-7

12 Siti Khuzaimah Karawang, 10 Oktober 1996 Jak-Bar SMP N 3 VIII-7

13 Sofi Jakarta, 31 Desember 1995 Jak-Pus SMP DCB Palad VIII-C

14 Ai Nurjanah Tasikmalaya, 14 Agustus 1997 Jak-Sel SMP DCB Palad VIII-A

15 Helmi Tamia Bogor, 31 Maret 1997 Jak-Sel SMP DCB Palad VIII-C

16 Risawati Jakarta, 21 September 1996 Jak-Tim SMP DCB Palad IX-C

17 Megawati Jakarta, 04 Januari 1994 Jak-Tim SMP N 3 IX-7

18 Siti Zularifah Magelang, 21 Juli 1994 Jak-Tim SMP N 15 IX-5

19 Lara Andika Prihatin Jakarta, 30 Juli 1996 Jak-Tim SMP N 33 IX-F

20 Siti Patimah Jakarta, 15 Januari 1993 Jak-Tim SMK Jak-Tim I X-AP-2

21 Taskiah Amaliah Jakarta, 11 November 1994 Jak-Sel SMK Jak-Tim I X-AK-1

22 Febbyanti Zelfia Jakarta, 13 Februari 1995 Jak-Sel SMK Jak-Tim I X-AK-1

23 Tarwiah Jakarta, 08 Mei 1995 Jak-Sel SMK Jak-Tim I X-AP-3

24 Siti Fauziah Bogor, 29 April 1994 Jak-Tim SMK Jak-Tim I X-AK-1

25 Nur Yuliana Fauziah Jakarta, 13 Juli 1995 Jak-Tim SMK Pancasila X-AP

26 Fithia Umadibah Jakarta, 03 Februari 1996 Jak-Ut SMK Pancasila X-AP

27 Heni Larasanti Jakarta, 23 Juli 1992 Jak-Sel SMK Pancasila X-AK

28 Zahrina Jakarta, 09 April 1995 Jak-Tim SMK Pancasila X-AP

29 Vini Aprilia Chairunisa Jakarta, 24 April 1995 Jak-Bar SMK Pancasila X-AK

30 Ullandari Padang, 16 Februari 1995 Jak-Ut SMK Pancasila X-AP

31 Indri Adha Aprilia Siara Jakarta, 25 April 1996 Jak-Tim SMK Pancasila X-AK

32 Suci Amelia Jakarta, 24 Januari 1996 Jak - Sel SMK Pancasila X-AK

33 Virda Fayrus Jakarta, 18 April 1995 Jak-Tim SMK Pancasila XI-AK

34 Ayu Wulandari Jakarta, 23 Agustus 1993 Jak-Sel SMK Pancasila XI-AK

35 Esy Fitriani Jakarta, 13 Maret 1994 Jak-Sel SMK Pancasila XI-AK

36 Fira Pratika Jakarta, 09 Desember 1993 Kep. Seribu SMK Pancasila XI-AP-1

37 Desi Nursela Tangerang, 04 Desember 1993 Kep. Seribu SMK Pancasila XI-AP-1

38 Maulani Hasanah M. Bandung, 14 Agustus 1994 Jak-Sel SMK Pancasila XI-AK

39 Sri Rohmawati Jakarta, 20 Mei 1992 Jak-Ut SMK Pancasila XI-AP-1

40 Nur Hanifah Jakarta, 17 September 1993 Jak-Sel SMK Pancasila XI-AP-1

41 Khojanah Jakarta, 27 Juli 1994 Jak-Ut SMK Pancasila XI-AP-1

42 Ivo Islami Fitri Medan, 11 Maret 1994 Jak-Tim SMK Pancasila XI-AP-2

43 Nurul Hasriah Jakarta, 01 Juni 1993 Jak-Bar SMK Pancasila XI-AP-2

44 H a e t i Rangkas Bitung, 20 November 1993 Jak-Bar SMK Pancasila XI-AK

45 Uci Rahmani Jakarta, 19 Maret 1994 Jak-Tim SMK Pancasila XI-AK

Page 134: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

1 2 3 4 5 6 7

46 Maya Jakarta, 16 Juli 1994 Kep. Seribu SMK Jak-Tim I XI-AK

47 Yetty Helena Sir Jakarta, 22 Februari 1995 Jak-Tim SMK Jak-Tim I XI-AP-2

48 Siti Kholilah Pekalongan, 26 September 1993 Jak-Tim SMK Jak-Tim I XI-AP-1

49 Evi Trendiyanti Sukoharjo, 08 Desember 1993 Jak-Tim SMK Jak-Tim I XI-PJ-2

50 Tia Nugraha Jakarta, 05 Juni 1993 Jak-Pus SMK Jak-Tim I XI-AK-1

51 Tanti Setiawati Kebumen, 12 Agustus 1993 Jak-Tim SMK Jak-Tim I XI-AK-1

52 Indrianti Depok, 07 Mei 1994 Jak-Sel SMK Jak-Tim I XI-AK-1

53 Ade Iriani Jaya Pura, 28 Juli 1995 Jak-Bar SMK Jak-Tim I XI-AP-2

54 Cynthia L.I.K. Tanggerang, 26 September 1995 Jak-Bar SMK Jak-Tim I XI-AK-2

55 Istikharoh Magelang, 25 Oktober 1992 Jak-Tim SMK Jak-Tim I XI-PJ-3

56 Fenny Effendy Jakarta, 22 Januari 1994 Jak-Bar SMK Pancasila XII-AK

57 Erlinawati Jakarta, 05 Mei 1993 Jak-Sel SMK Pancasila XII-AK

58 Diah Safitri Jakarta, 17 April 1992 Jak-Sel SMK Pancasila XII-AK

59 Novi Purwanti Cilacap, 19 November 1993 Jak-Bar SMK N 8 XII-AK-2

60 Nurul Qomariah Jakarta, 12 Juli 1993 Jak-Tim SMK N 7 XII-CP-3

61 Ratna Febrianti Jakarta, 16 Februari 1994 Jak-Ut SMK N 50 XII-AP-2

62 Khalifah Nuraini Jakarta, 27 Februari 1994 Kep. Seribu SMA N 55 XII-IPS-D

63 Yenni Rismawati Lampung, 30 Juni 1991 Jak-Tim SMK N 56 XII-TGB

64 Elly Charisma Wijaya Pasuruan, 30 Maret 1993 Jak-Ut SMK N 56 XII-TGB

65 Chintia Andita Sobari Jakarta, 17 Oktober 1993 Jak-Sel SMK N 40 XII-AK-2

66 Siti Nurwulan Jakarta, 07 Agustus1993 Jak-Sel SMK N 40 XII-MM

67 Siti Masitoh Jakarta, 16 Juni 1993 Jak-Sel SMK N 40 XII-AK-1

68 Selly Fitria Bandung, 08 April 1992 Jak-Sel SMK N 31 XII-AK-2

69 Mimi Betaviani Jakarta, 30 September 1992 Jak-Tim SMK N 31 XII-AK-2

70 Nadia Rahmanita Adha Jakarta, 01 Juni 1993 Jak-Pus SMK N 47 XII-AK-3

71 Ratih Kurnia Jakarta, 21 Juni 1993 Jak-Sel SMK Tirta Sari XII-AP-2

72 Desri Elpa Medan, 10 Desember 1992 Jak-Tim SMK Jak-Tim I XI-AK-1

73 Sarra Elva Bitung, 09 Oktober 1995 Jak-Tim SMK Jak-Tim I X-AK-2

74 Arika Resti Perdani Jakarta, 08 Agustus 1994 Jak-Sel SMK Jak-Tim I XI-AP-2

75 Reni Puspitasari Jakarta, 21 Februari 1995 Jak-Tim SMK Pancasila XI-AK

76 Nina Komala Sari Jakarta, 24 Februari 1991 Jak-Tim SMK Jak-Tim I XII-AP-2

77 Rosmala Jakarta, 31 Desember 1991 Jak-Tim SMK Jak-Tim I XII-AP-2

78 Pondariska Jakarta, 09 Juni 1992 Jak-Tim SMK Jak-Tim I XII-AP-2

79 Eki Sri Wahyuni Padang, 23 Juni 1992 Jak-Tim SMK Jak-Tim I XII-AK

80 Nurul Lailiah Jakarta, 18 Februari 1991 Jak-Ut SMK Jak-Tim I XII-AP-1

Jakarta, 2 Agustus 2010

KEPALA PSAA PUTRA UTAMA 3 TEBET,

Dra. Hj. RAHAYU PARAMITA

NIP 195707211986032002

Page 135: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

POLA PEMBINAAN / PELAYANAN DI PSAA PUTRA UTAMA 3 TEBET

Asal WBS Rujukan /

Penyerahan dari Instansi/ masyarakat

PSAA Klender Duren Sawit

Calon

WBS

Anak Terlantar : 1. Wanita 2. usia 13 s/d 18 thn 3. Memiliki Ijazah / Raport terakhir 4. Sehat Jasmani dan

Rohani

Berminat mengikuti pendidikan

formal dan tinggal

dalam panti

Proses Penerim

aan

A. Identifikasi

1. Identifikasi 2. Seleksi 3. Motivasi

Asuhan

Anak

1. Perawatan 2. Pemeliharaan 3. Perlindungan Sosial 4. Pembinaan Fisik 5. Pembinaan Kesehatan 6. Bimbingan Mental dan Sosial 7. Bimbingan Kepribadian 8. Pendidikan 9. Latihan Ketrampilan

Resosialisasi :

- Bimbingan kesiapan dan peran serta keluarga dan masyarakat

- Bimbingan / Pembinaan kerja

Penyaluran Bina Lanjut

dan Termi nasi

Bina Lanjut

Anak yang mandiri, normatif dalam

kehidupan di

masyarakat

TRAMTIB

Dinas/Sudin Bintal Kesos

Kepolisian

Masyarakat

Keluarga

Anak Keluarga tidak mampu : 1. Wanita 2. usia 13 s/d 18 thn 3. Memiliki Ijazah / Raport terakhir 4. Sehat Jasmani dan Rohani 5. Domisili di wilayah DKI

B. Penerimaan

1. Registrasi 2. Pengasrama

an

C. Asesmen

1. Konsultasi 2. Pengungka pan dan pe mahaman masalah 3. Home Visit

Penyaluran

1. Keluarga 2. Bekerja

Terminasi

Page 136: peran pekerja sosial terhadap pendidikan

KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI PSAA PUTRA UTAMA 3 TEBET

SK Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 163 Tahun 2002

tanggal 13 November 2002

BAB IV Pasal 12, 13

Kedudukan Tugas dan

Fungsi

Tugas

Kedudukan

Fungsi

Merupakan Unit Pelaksana

Teknis Dinas Bintal dan Kesos

dalam Pengasuhan dan Pembinaan anak terlantar

Menyelenggarakan kegiatan pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar yang meliputi Identifikasi dan Asesmen,

Bimbingan dan Penyaluran serta Bina Lanjut

1. Pelayanan Pendekatan awal meliputi Penjangkauan, Observasi, Identifikasi, Motivasi dan Seleksi.

2. Pelaksanaan Penerimaan meliputi registrasi, persyaratan Administrasi dan Penempatan dalam Panti.

3. Pelaksanaan Perawatan, Pemeliharaan Fisik dan Kesehatan. 4. Pelaksanaan Asesmen meliputi penelaahan, Pengungkapan

dan Pemahaman Masalah dan Potensi. 5. Pelaksanaan Pembinaan Fisik, Bimbingan Mental dan

Pelatihan Ketrampilan Kerja Usaha Mandiri. 6. Pelaksanaan Resosialisasi meliputi Praktek Belajar Kerja,

Reintegrasi dengan kehidupan dalam keluarga dan masyarakat.

7. Pelaksanaan Rujukan ke Lembaga Pelayanan lain dan Penyaluran.

8. Pelaksanaan Pembinaan Lanjut meliputi Monitoring, Asistensi, Pemantapan dan Terminasi.