i PERAN LINGKUNGAN BAHASA (BI’AH LUGHAWIYAH) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB SANTRIWATI KELAS XI BAHASA DI MA PONDOK PESANTREN AL-AZIZIYAH PUTRI KAPEK GUNUNGSARI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 OLEH: SYARAVIAH NIM. 15.1.13.2.141 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)MATARAM 2017
104
Embed
PERAN LINGKUNGAN BAHASA (BI’AH LUGHAWIYAH) DALAM ...etheses.uinmataram.ac.id/697/1/Syaraviah151132141.pdf · bahasa Arab di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri, faktor-faktor
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PERAN LINGKUNGAN BAHASA (BI’AH LUGHAWIYAH) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB SANTRIWATI KELAS XI BAHASA DI MA
PONDOK PESANTREN AL-AZIZIYAH PUTRI KAPEK GUNUNGSARI TAHUN PELAJARAN 2016/2017
OLEH:
SYARAVIAH
NIM. 15.1.13.2.141
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)MATARAM
2017
ii
PERAN LNGKUNGAN BAHASA (BI’AH LUGHOWIYAH) DALAM MENNGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB
SANTRIWATI KELAS XI BAHASA DI MA PONDOK PESANTREN AL AZIZIYAH KAPEK GUNUNGSARI TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Arab (S.Pd.)
Oleh
SYARAVIAH NIM: 151.132.141
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)MATARAM
2017
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) MATARAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN JlnPendidikan No. 35 Mataram (Kampus I) &Jln Gajah MadaJempong
Assalamu’alaikum wr.wb Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi maka kami berpendapat bahwa skripsi Saudara: Nama Mahasiswa : Syaraviah NIM : 151.132.141 Jurusan/Prodi : Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Judul Skripsi oleh: Peran Lngkungan Bahasa (Bi’ah Lughawiyah) Dalam Meningkatkan Keteramplan Berbcara Bahasa Arab Santriwati Kelas XI Bahasa Di MA Al-Aziziyah Putri Kapek Gunungsari Tahun Pelajaran 2016/2017.
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera dimunaqasyahkan. Wassalamu’alaikum,Wr.Wb.
Pembimbing I,
Drs. H.Sahrah. M. Pdi NIP. 195212311984031003
Pembimbing II,
Ahmad Khalakul Khairi, M.Ag NIP. 197401262007011010
v
vi
vii
MOTTO.
م حَتى يغي إَن ه َ ْ ْم ر ما بق ا ما بأْنفس { 11:الَرعد} يغي ر
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’ad[13]: 11)1
1QS. Ar-Ra’ad [13]: 11.
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Perjuangan merupakan pengalaman berharga yang dapat menjadikan kita
manusia yang berkualitas”
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat
kukasihi dan kusayangi
1. Kedua orangtuaku Ayahanda Abdul Mutalib dan Ibunda Nurwahidah
terimakasih atas limpahan do’a, dukungan, dan cinta kasih yang tiada
terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas
yang bertuliskan kata cinta dan persembahan.
2. Untuk Kakakku tercinta tersayang Joedarta, yang telah membantuku
mulai dari awal masuk kuliah sampai akhir dari segalanya , terimakasih
atas do’a dan dukungannya.
3. Untuk adekku tercinta Sri Wahyuningsih terima kasih selalu ada untuk
Lilis Karlina, yang memberikan dukungan, semangat dan membantuku
dalam penyusunan skripsi ini, thanks for all my best friends.
ix
6. Teman-teman dan adik-adikku di Kost Michelle No.7 (Unhii, Dahlia,
Nurika Alawyah, Mega Selfiaty, Izzah Sakura, Zia Fauziah,Dan Shamu
ajj), terimakasih kalian yang selalu memberiku semangat dan selalu
memberikan arahan dalam membuat skripsi ini semua dan terimakasih
pula atas kebaikannya selama ini.
7. Teman-teman seperjuanganku kelas D jurusan bahasa Arab angkatan 2013
terimakasih atas dukungan dan inspirasi yang telah kalian berikan.
8. Almamaterku tercinta UIN Mataram.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam
shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga
kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya.Amin.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses
tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu, yaitu mereka antara lain adalah:
1. Drs.H. Sahrah.M.Pdi selaku Dosen Pembimbing 1 dan Ahmad Khalakul
Khairi, M.Agselaku Dosen Pembimbing II yang memberikan bimbingan,
motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan ditengah
kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih matang
dan cepat selesai;
2. Dr. H. Fathul Maujud, MA selaku Ketua Jurusan PBA dan Muhammad
Nurman, M.Pd selaku Sekretaris jurusan PBA.,
3. Dr. Hj. Lubna, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.,
4. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag, selaku Rektor UIN Mataram.,
5. Seluruh Civitas Akademika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Mataram.,
6. Ali Maksum, S.Pd.I selaku kepala sekolah MTsDarun Najah Al-Falah
Telagawaru Labuapi Lombok Barat.,
xi
7. Siti Nurbai’ah selaku guru bahasa Arab MTsDarun Najah Al-Falah
Telagawaru Labuapi Lombok Barat.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang
berlipat-lipat ganda dari Allah SWT. Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat
bagi semesta alam.Amin.
Mataram, 16 Desember 2017
Penulis,
Syaraviah
xii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ........................................................................................... i Halaman Judul ............................................................................................... ii Persetujuan Pembimbing ............................................................................... iii Nota Dinas Pembimbing ............................................................................... iv Pernyataan Keaslian Skripsi .......................................................................... v Halaman Pengesahan .................................................................................... vi Halaman Motto.............................................................................................. vii Persembahan ................................................................................................. viii Kata Pengantar .............................................................................................. x Daftar Isi........................................................................................................ xii Abstrak……………………………………………… .................................. . xiv BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian .................................................................................... 1 B. Fokus Penelitian ........................................................................................ 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 5 D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ...................................................... 6 E. Telaah Pustaka ......................................................................................... . 7 F. Kajian Pustaka
1. Peran .................................................................................................... 9 2. Lingkungan Bahasa (Bi’ah Lughawiyah) .......................................... 10 3. Keterampilan Berbicara ..................................................................... 12
G. Kerangka Pikir………………………………………………………..17 H. Metode Penelitian..................................................................................... 18
1. Pendekatan Penelitian ........................................................................ 18 2. Kehadiran Peneltian ........................................................................... 20 3. Lokasi Peneliti ................................................................................... 20 4. Sumber Data ....................................................................................... 21 5. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................ 22 6. Tehnk Analis Data.............................................................................. 25 7. Pengecekan Keabsahan Data............................................................ 25
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Gambar Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 27 B. Proses Pembelajaran Keterampilan Bahasa Arab ................................... 36 C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Terciptanya Lingkungan Berbahasa
Arab Di MA Al-Aziziyah Putri ................................................................ 50 D. Peran Lingkungan Bahasa Dalam Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Bahasa ArabSantriwati Kelas XI Bahasa Di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri Tahun 2017/2018 ...................................... 53
xiii
BAB III PEMBAHASAN A. Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Di Pondok
Pesantren Al-Aziziyah putri ..................................................................... 58 B. Faktor-Faktor Yang Mendukung Terciptanya Lingkungan Berbahasa
Arab Di MA Al-Aziziyah Putri ................................................................ 72 C. Peran Lingkungan Bahasa Dalam Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Bahasa Arab ............................................................................. 75
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................. 82 B. Saran-Saran. ............................................................................................. 84 DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 86 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
ABSTRAK
SYARAVIAH. 151.132.141. Peran Lingkungan Bahasa (Bi’ah Lughawiyah) Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Siswi Kelas XI Bahasa di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri Kapek Gunungsari Tahun Pelajaran 2017-2018. Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram di bawah Bimbingan Drs. H.Sahrah, M.Pd.i, selaku pembimbing I dan Ahmad Khalakul Khairi, M.Ag, selaku pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran bahasa Arab di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri, faktor-faktor yang mendukung terciptanya lingkungan bahasa dan bagaimana peran lingkungan bahasa (Bi’ah Lughawiyah) dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab siswi kelas XI Bahasa di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri Kapek Gunungsari.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dimana data-data yang penulis dapatkan akan dijelaskan dan dijabarkan secara deskriptif. Dan metode yang digunakan untuk memperoleh data dari penelitian ini adalah dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa (1) Proses pembelajaran bahasa Arab di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri Kapek Gunungsari adalah terdiri dari beberapa aspek, yaitu aspek tata bunyi, struktur kalimat, kosakata, kelancaran, dan pemahaman siswi. Akan tetapi, dari beberapa proses pembelajaran tersebut, tidak serta merta berjalan sesuai dengan yang diharapkan, karena tingkat kecerdasan siswi berbeda-beda. Adapun metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran adalah metode ceramah dan metode langsung. (2) Faktor yang mendukung terciptanya lingkungan bahasa adalah meliputi lingkungan formal (adanya pemberian kosakata, guru menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya) dan lingkungan nonformal (adanya kegiatan asrama, adanya program kursus bahasa Arab, program OSIS, dan majalah dinding berbahasa Arab). (3) Adanya lingkungan formal dan nonformal, sangat berperan dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri Kapek Gunungsari.
Key Words: Lingkungan Bahasa dan Keterampilan Berbicara.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Di dunia ini sungguh begitu beragam akan ciri khas, kebudayaan,
peradaban, agama, dan semuanya terutama dalam ruang lingkup berbahasa.
Bahasa merupakan sistem lambang-lambang (simbol-simbol) berupa bunyi
yang digunakan oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu untuk
berkomunikasi dan berinteraksi.1
Diantara fungsi dan peranan bahasa baik lisan maupun tulisan adalah digunakan orang untuk menyatakan atau mengekspresikan perasaan, emosi, harapan, keinginan, cita-cita dan pikiran seseorang, sebagai alat berpikir, sebagai alat usaha untuk meyakinkan orang lain atau mempengaruhi sekelompok orang atau masyarakat baik melalui forum diskusi formal, pertukaran pikiran, karya-karya ilmiah, maupun siaran-siaran radio dan televisi.2
Demikian pula dengan bahasa Arab yang memiliki keistimewaan,
diantaranya bahasa Arab mampu beradaptasi dengan dengan perkembangan
zaman karena bersifat dinamis, bervariasi, fleksibel dan memiliki fungsi yang
istimewa dari bahasa-bahasa lainnya. Bahasa Arab bukan hanya memiliki
sastra yang bermutu tinggi bagi mereka yang mengetahui dan mendalaminya,
akan tetapi bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an yang tidak dapat dipisahkan
antara yang satu dengan yang lainnya. Maka peranan bahasa Arab yang
pertama di nusantara disamping sebagai alat komunikasi antar sesama manusia
juga sebagai alat komunikasi manusia kepada Tuhan untuk memenuhi
1 Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Humaniora, 2004),
h.2. 2 Ibid., h. 4-5.
2
kebutuhan seorang muslim dalam menunaikan ibadah, khususnya ibadah
sholat.3 Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Yusuf ayat 2 :
إنَ أنزل قرآنً عربيً لعلَكم تعقلون.
Artinya : Sesungguhnya kami menurunkan Al-Qur’an dengan berbahasa Arab
agar kamu memahaminya.4
Dalam proses pembelajaran bahasa, faktor pendukung sangat dibutuhkan
keberadaannya, salah satunya adalah lingkungan berbahasa (Bi’ah
Lughawiyah). Lingkungan adalah segala hal yang didengar dan dilihat oleh
pembelajar karena adanya lingkungan yang mendukung untuk selalu
menggunakan bahasa Arab dalam kegiatan sehari-hari dapat mempermudah
tercapainya penguasaan keterampilan berbicara.
Dari pengertian lingkungan bahasa tersebut dapat didefinisikan, bahwa
lingkungan berbahasa dapat dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan formal dan
lingkungan informal. Lingkungan formal adalah salah satu lingkungan belajar
bahasa yang memfokuskan pada penguasaan kaidah atau aturan-aturan bahasa
secara sadar dalam bahasa target.5 Lingkungan formal sengaja dibentuk
melalui kegiatan belajar dalam kelas yang didalamnya pembelajar bahasa
diarahkan untuk melakukan aktivitas bahasa yang menampilkan kaidah bahasa
yang telah dipelajarinya, dan diberikannya umpan balik oleh guru yang berupa
mengoreksi kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar. Sedangkan lingkungan
3Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2003),
h. 22. 4Departemen Agama RI, Al-Qor’an dan Terjemahannya (Bandung: CV Penerbit J-
ART, 2004), h. 235. 5 Ahmad, Metodologi, h. 25
3
informal adalah lingkungan berbahasa Arab yang terjadi secara alami.6
Lingkungan bahasa informal dapat terjadi melalui bahasa yang dipakai oleh
kawan-kawan sebaya, bahasa pengasuh atau orang tua, bahasa yang dipakai
oleh kelompok pembelajar dan bahasa yang dipakai oleh guru dalam proses
belajar mengajar dikelas bahasa maupun bukan dalam kelas bahasa.
Berbicara merupakan keterampilan yang pertama kali dipelajari oleh
manusia serta mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Dalam
kesehariannya manusia dihadapkan dalam berbagai kegiatan yang menuntut
keterampilan berbicara, baik itu dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat pada umumnya. Menurut Abdul Wahab Rosyidi sebagai berikut:
Terdapat beberapa kendala dalam aktivitas keterampilan berbicara yaitu peserta didik gerogi berbicara karena khawatir melakukan kesalahan, takut dikritik, kurangnya motivasi untuk mengungkapkan apa yang dirasakan, kurang partisipasi dari peserta didik lainnya serta sering menggunakan bahasa ibu yang merasa tidak bias berbahasa asing.7 Penggunaan bahasa Arab di Pondok Al-Aziziyah MA Putri masih belum
maksimal dalam hal berbicara, karena masih banyaknya dari pihak siswi-
siswi maupun dari pihak guru-guru yang masih menggunakan bahasa ibu dan
bahasa Nasional dalam proses pembelajaran yang seharusnya menunjang
empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis manggunakan
bahasa yang baik dan benar, akan tetapi tidak sesuai dengan yang semestinya.
Bahasa ibu maksudnya adalah bahasa yang diperoleh seseorang pertamakali di keluarga, sehingga oleh Brown disebut sebagai bahasa
6 Ibid., h. 25 7 Abd Wahab Rosyidi dan Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar
Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN Malang Press, 2012), h. 91-92.
4
pertama. Sedangkan bahasa Nasional adalah bahasa yang digunakan oleh suatu bangsa sebagai bahasa resmi negaranya.8 Lingkungan bahasa Arab belum maksimal karena kurangnya dorongan
dan ketegasan dari pihak lembaga serta kesadaran dari siswi-siswi dalam
menggunakan bahasa Arab yang baik dan benar.
Berangkat dari permasalahan dan kenyataan demikian, penulis tertarik
untuk meneliti dan mengangkat judul “ Peran Lingkungan Bahasa (Bi’ah
Lughawiyah) dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab
Santriwati Kelas XI Bahasa di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri
Kapek- Gunungsari”
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian diatas, maka peneliti dapat menarik
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Poses Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Arab di
MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri Kapek Gunungsari Tahun
Ajaran 2016/2017?
2. Bagaimana Faktor-Faktor Yang Mendukung Terciptanya Lingkungan
Berbahasa Arab Di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri Kapek
Gunungsari Tahun Ajaran 2016/2017?
3. Bagaimana Peran Bi’ah Lughowiyah Dalam Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Bahasa Arab Santriwati Di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah
Putri Kapek Gunungsari Tahun Ajaran 2016/2017?
8 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 55-56.
5
C. Tujuan dan manfaat
1. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai peneliti dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk Mengetahui Bagaimana Poses Pembelajaran Keterampilan
Berbicara Bahasa Arab di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri
Kapek Gunungsari Tahun Ajaran 2016/2017?
b. Untuk Mengetahui Bagaimana Faktor-Faktor Yang Mendukung
Terciptanya Lingkungan Berbahasa Arab Di MA Pondok Pesantren
Al-Aziziyah Putri Kapek Gunungsari Tahun Ajaran 2016/2017?
c. Unutk mengetahui Peran Bi’ah Lughowiyah Dalam Meningkatkan
Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Santriwati Di MA Pondok
Pesantren Al-Aziziyah Putri Kapek Gunungsari Tahun Ajaran
2016/2017
2. Manfaat.
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat secara teoritis
1) Untuk ikut serta memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan tentang
bagaimana peran lingkungan berbahasa dalam meningkatkan
keterampilan berbicara bahasa Arab di MA Pondok Pesantren Al-
Aziziyah Putri.
6
2) Untuk menambah wawasan keilmuan peneliti dalam melakukan
penelitian yang lebih mendalam terhadap hal-hal yang belum
terjangkau dalam penelitian ini.
3) Sebagai wacana ilmiah tentang konsep lingkungan berbahasa dalam
pembelajaran bahasa Arab, dan diharapkan berguna untuk
menambah khazanah keilmuan serta dapat memberi wawasan yang
lebih luas dan mendalam kepada kita dalam rangka memberikan
layanan pendidikan yang semakin diperlukan dalam pembangunan
bangsa di masa depan.
b. Manfaat secara praktis
1) Agar dapat lebih terampil berbicara bahasa Arab dalam kehidupan
setiap hari bagi siswi-siswi di Pondok Al-Aziziyah.
2) Dapat menjadi bahan masukan bagi guru dan instansi
Sekolah/Madrasah akan pentingnya peran lingkungan berbahasa
dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab.
D. Ruang lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Agar pembahasan yang telah dilakukan terhadap permasalahan yang
difokuskan masih kurang jelas, maka peneliti melakukan pembatasan-
pembatasan yang disesuaikan dengan fokus permasalahan sehingga
pembahasan yang disampaikan menjadi lebih teratur dan jelas. Ruang
lingkup dalam penelitian ini meliputi bagaimana kondisi Bi’ah
Lughowiyah, bagaimana keterampilan berbicara bahasa dan bagaimana
7
peran Bi’ah Lughowiyah dalam meningkatkan keterampilan berbicara
bahasa Arab santriwati di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri Kapek
Gunungsari Tahun Ajaran 2016/2017.
2. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri
Kapek-Gunungsari, yaitu di kelas XI Bahasa yang jumlah siswinya terdiri
dari 29 orang.9 Lokasi ini peneliti diambil dengan pertimbangan dapat
bekerja sama dengan guru bahasa Arab di MA Al-Aziziyah Putri, dan
letak geografisnya dapat dijangkau oleh peneliti sehingga mempermudah
peneliti dalam mencari data selain itu juga MA Pondon Pesantren Al-
Aziziyah Putri Kapek-Gunungsari merupakan salah satu Pondok Pesantren
yang cukup berkembang.
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka merupakan usaha yang dilakukan untuk menjelaskan posisi penelitian yang sedang dilaksanakan (state of affairs) di antara hasil-hasil penelitian atau buku-buku terdahulu yang bertopik senada (prior research on the topic). Tujuannya adalah untuk menegaskan kebaruan, orisinalitas, dan urgensi penelitian bagi pengembangan keilmuan terkait.10 Adapun dari beberapa temuan peneliti terhadap hasil penelitian-
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Skripsi Oleh Sunardi yang berjudul “Peran Lingkungan (Bi’ah) Madrasah
Dalam Pengajaran Bahasa Arab Siswa Kelas VII MTs NW di Kembang
9 Observasi, 20 April 2017 10 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Mataram (IAIN Mataram: 2015), h.15.
8
Kerang Tahun Ajaran 2011/2012”.11 Pada Penelitian ini, peneliti
menerangkan tentang peran lingkungan (Bi’ah) dalam pengajaran Bahasa
Arab, jadi peneliti hanya mencakup tentang pengajaran Bahasa Arab yang
dipengaruhi peran lingkungan.
2. Selanjutnya skripsi oleh Lale Li Datil, “ Peran Permainan Bahasa Dalam
Meningkatkan Kemahiran Kalam Siswa Kelas VIII MTs Jonggat Loteng
Tahun Pelajaran 2014/2015”.12 Sedangkan pada penelitian ini, peneliti
meningkatkan kemahiran siswa melalui peran permainan. Jadi apakah
dengan peran permainan mampu meningkatkan kemahiran kalam siswa.
Dari hasil penelitian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian
terdahulu yang dilaksanakan oleh Suanrdi dan Lale Li Datil sama halnya
dengan yang akan peneliti laksanakan, yaitu membahas tentang peran. Namun,
terdapat beberapa perbedaan dan beberapa alasan tentang pengambilan judul
ini, antara lain:
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang telah dilakukan Sunardi di MTs NW di
Kembang Keran dan Lale Li Datil di MTs Jonggat Loteng sementara pada
penelitian ini di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri Kapek-
Gunungsari Kabupaten Lombok Barat.
11 Sunardi, “Peran Lingkungan (Bi’ah) Madrasah Dalam Pengajaran Bahasa Arab
Siswa Kelas VII MTs NW di Kembang Kerang Tahun Ajaran 2011/2012” (Skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 2012)
12 Lale Li Datil “ Peran Permainan Bahasa Dalam Meningkatkan Kemahiran Kalam Siswa Kelas VIII MTs Jonggat Loteng Tahun Pelajaran 2014/2015” (Skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 2012)
9
2. Perbedaan Variabel Penelitian
Perbedaan penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan yang
dilakukan oleh peneliti adalah terletak pada variabel penelitiannya yaitu
jika pada penelitian sebelumnya membahas tentang peran lingkungan
(bi’ah) madrasah dalam pengajaran Bahasa Arab siswa, sedangkan Pada
penelitian ini tentang Peran Lingkungan Bahasa (Bi’ah Lughawiyah) dalam
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab.
F. Kajian pustaka
1. Peran
Definisi peran adalah sesuatu yang diharapkan dimiliki oleh orang yang memiliki kedudukan dalam masyarakat. Peranan adalah bagian bagian dari tugas utama yang harus dilakukan. Pemeranan adalah proses, cara atau perbuatan memahami perilaku yang diharapkan dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang.13 Peranan Bi’ah Lughawiyah di dalamnya mencakup pembelajaran
formal dan informal yang memberikan peranan penting dalam menumbuh
kembangkan dan meningkatkan keterampilan berbicara siswa-siswi. hal
tersebut diwujudkan dengan adanya program wajib aktif berbahasa dalam
pelaksanaannya, yang terwujud dalam bentuk bimbingan berupa adanya
pemberian latihan pembiasaan berbicara baik diluar maupun didalam
kelas.
13 Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontempores (Jakarta:
Modern English Press, 1991), h. 1132.
10
2. Lingkungan Bahasa (Bi’ah Lughawiyah)
a. Pengertian Lingkungan Bahasa
Secara harfiyah menurut kamus bahasa Indonesia, lingkungan atau Bi’ah (ة لبي ) diartikan sebagai tempat yang mempengaruhi pertumbuhan manusia, sedangkan menurut kamus bahasa Inggris environment diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan atau suasana. Jika dikombinasikan dari pengertian diatas, maka lingkungan dapat diartikan sebagai suatu tempat atau suasana (keadaan) yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia.14 Sedangkan Lughawiyah (لغوية) berarti sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri, percakapan (perkataan) yang baik , tingkah laku yang baik, sopan dan santun.15 Dari pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan Lingkungan bahasa (Bi’ah Lughawiyah) adalah segala sesuatu yang didengar atau dilihat oleh pembelajar berkaitan dengan bahasa target yang sedang dipelajari.
b. Pembagian Lingkungan Bahasa
Krashen membagi lingkungan pembelajaran bahasa Arab menjadi dua, lingkungan formal dan lingkungan informal. Lingkungan formal, mencakup berbagai aspek pendidikan formal dan non formal, dan sebagian besar berada di dalam kelas atau laboraturium. Sedangkan lingkungan informal, pajanan komunikasi yang alamiah, dan sebagian besar berada diluar kelas. Oleh karena itu, lingkungan informal ini memberikan lebih banyak wacana bahasa dari pada sistem bahasa. Bentuknya bisa berupa bahasa yang digunakan oleh guru, peserta didik, kepala sekolah, orang tua peserta didik, buku bacaan umum, Koran dan majalah, siaran radio dan televisi, film dan sebagainya.16 Ada beberapa ciri lingkungan formal, yaitu : bersifat artificial, pembelajar bahasa diarahkan untuk melakukan aktivitas bahasa yang menampilkan kaidah-kaidah bahasa yang telah dipelajari,
14 Rita Mariana, Ali Nugraha, Yeni Rachmawati, Pengelolaan Lingkungan Belajar
(Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2010), h. 16. 15 LH. Santoso, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Pustaka Agung Harapan,
2007), h. 58. 16 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat,
2009), h. 207.
11
guru memberikan balikan yang berupa koreksi terhadap kesalahan, dan merupakan bagian dari keseluruhan pembelajaran disekolah.17 Ada beberapa strategi dalam menciptakan lingkungan bahasa Arab informal, yaitu: sumber daya manusia, lingkungan psikologis, lingkungan bicara, lingkungan padang/baca, lingkungan dengar, lingkungan padang-dengar, kelompok pecinta bahasa, pengadaan percakapanan Arabi.18 Realitas tidak sedikit terdapat adanya faktor-faktor yang dianggap berperan penting terhadap perkembangan bahasa seseorang, diantaranya faktor usia, lingkungan, dan perbedaan individu. Perkembangan bahasa secara kognitif juga dipengaruhi hal-hal yang bersifat kontekstual, sehingga anak dapat semakin berkembang daya pikirnya. Daya tersebut dapat dilihat dari kemampuannya mengungkapkan lebih banyak informasi dari sumber-sumber belajar disekitarnya. Ketika fungsinya kognisinya meningkat, kemampuan berbahasanya juga berkembang ke tahap negosiasi.19
c. Hubungan Lingkungan dan Pembelajaran Bahasa
Dalam proses pembelajaran bahasa, metode dan teknik
pengajaran bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan
keberhasilan-kegagalan proses pembelajaran bahasa. Ada faktor lain
yang menunjang keberhasilan proses pengajaran bahasa asing, salah
satu faktor tersebut adalah tersedianya lingkungan yang
menyenangkan.
Lingkungan yang nyaman dan favourable berpengaruh besar terhadap perasaan dan pemikiran seseorang. Jadi, pengaruh serta peran lingkungan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri, baik lingkungan pergaulan yang dibentuk oleh sikap mental dan alam pikiran masyarakat sekelilingnya maupun keadaan tempat ia hidup atau belajar. Bagaimanapun, lingkungan yang
17 Suwana Pringgawidagda, Strategi Penguasaan Bahasa (Yogyakarta: Adicita Karya
Nusa, 2002), h. 34. 18 Ibid., h. 210. 19 Rohmani Nur Indah, Gangguan Berbahasa (Malang: UIN Maliki Press, 2012), h. 34.
12
menyenangkan (favourable) merupakan factor penentu dan penunjang bagi keberhasilan pengajaran bahasa.20 Belajar merupakan perilaku yang kompleks. Skinner misalnya, memandang perilaku belajar dari segi perilaku teramati. Oleh karena itu, ia mengemukakan pentingnya program pembelajaran. Piaget memandang belajar sebagai perilaku berinteraksi antara individu dengan lingkungan sehingga terjadi perkembangan intelek individu.21 Dalam makna yang lebih kompleks, hakikat dari pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.22.
3. Keterampila Berbicara
a. Pengertian keterampilan berbicara
Sebelum membahasa tentang keterampilan belajar, perlu
diketahui terdahulu tentang pengertian keterampilan berbicara.
Keterampilan berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.23
Kegiatan berbicara di dalam kelas, bahasa mempunyai aspek
komunikasi dua arah, yaitu antara pembicara dengan pendengarnya
secara timbal balik. Dengan demikian, latihan berbicara harus terlebih
dahulu disadari oleh: kemampuan mendengarkan, kemampuan
mengucapkan dan penguasaan kosakata dan ungkapan yang
20Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Humaniora, 2004),
h. 179 21 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006),
h. 38. 22 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta: Kencana
Premada Media Group, 2010), h. 17. 23 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat,
2003), h. 110.
13
memungkinkan siswa dapat mengkomunikasikan maksud/fikirannya.
Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa latihan berbicara ini
merupakan lanjutan dari latihan menyimak yang didalam kegiatannya
juga terdapat latihan mengucapkan.
Kegiatan berbicara ini sebenarnya merupakan kegiatan yang menarik dalam kelas bahasa. Akan tetapi sering kali terjadi sebaliknya. Kegiatan berbicara menjadi tidak menarik, tidak merangsang partisipasi siswa, suasana menjadi kaku dan akhirnya macet. Ini terjadi mungkin karena penguasaan kosa kata dan pola kalimat oleh siswa masih sangat terbatas. Namun demikian, kunci keberhasilan kegiatan tersebut sebenarnya ada pada guru. Apabila guru dapat secara tepat memilih topik pembicaraan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, dan memiliki kreativitas dalam mengembangkan model-model pengajaran berbicara yang banyak sekali variasinya, tentu kemacetan tidak akan terjadi.24
b. Tahap-tahan latihan berbicara
Seiring dengan semakin meningkatnya kemampuan pelajar dan semakin bertambahnya perbendaharaan kata, pemberian latihan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka secara lisan sudah layak untuk disampaikan. Tentu saja, bagi tingkat dasar atau pemula, materi yang diberikan sangat terbatas sesuai dengan kemampuannya, baik dalam tata-bahasa, perbendaharaan kata, maupun pemilihan kata yang benar dan tepat. 25 Berikut adalah beberapa model latihan berbicara:
1) Latihan Model Dialog Latihan model ini merupakan latihan meniru dan menghafalkan dialog-dialog mengenai berbagai macam situasi dan kesempatan. Melalui latihan ini, pelajar diharapkan dapat mencapai kemahiran yang baik dalam percakapan yang dilakukan secara wajar dan tidak dibuat-buat yang memiliki kepersisan dengan kebiasaan komunikasi orang-orang Arab. Dialog-dialog tersebut sesuai dengan tingkat kemahiran pelajar, sedangkan gaya peniruan dialog didramatisasi sedemikian rupa agar suasananya menjadi hidup.
24 Ibid., h. 111. 25 H. Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Humaniora,
2004), h.140-143.
14
2) Latihan Pola Kalimat Latihan ini terdiri dari pengungkapan pola-pola kalimat yang harus diulang-ulang secara lisan dengan berbagai cara. Pola kalimat yang menjadi contoh latihan ini dibuat dan diucapkan oleh guru. Lalu guru mengucapkan sebuah pencetus ide atau intruksi pendek sebagai petunjuk untuk membuat model seperti itu dihadapan siswa. Setelah guru mengucapkan kalimat atau direkam dalam kaset rekaman untuk member kalimat model, latihan pengucapan sudah dapat dilakukan.
3) Bercerita Bercerita mungkin salah satu kegiatan yang menyenangkan. Tapi yang mendapat tugas berbicara, kadangkala merupakan siksaan karena tidak punya gambaran apa yang akan diceritakan. Oleh karena itu guru hendaknya membantu siswa dalam menemukan topik cerita. Sebaliknya, mendengarkan cerita juga bisa menimbulkan kejemuan apabila yang bercerita tidak memprihatikan asas-asas keefektifan berbicara. Tugas guru adalah membimbing siswa agar memperhatikan asas-asas tersebut. Kejemuan juga bisa diatasi dengan variasi pokok cerita atau bentuknya.
4) Diskusi Guru menentukan topik. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang masalah yang menjadi topik pembicaraan tersebut secara bebas. Guru juga bisa membagi siswa dalam beberapa kelompok, masing-masing terdiri dari 6 sampai 10 siswa. Pada setiap kelompok ditentukan/dipilih seorang ketua, penulis dan pelapor. Masing-masing kelompok mendiskusikan topik yang berbeda-beda pada bagian akhir jam pelajaran, wakil dari masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas dan siap menjawab pertanyaan atau sanggahan yang diajukan oleh kelompok lain.26
5) Wawancara
Wawancara sebagai suatu kegiatan dalam pembelajaran berbicara dan memerlukan persiapan-persiapan dan bentuk-bentuk wawancara seperti wawancara dengan tamu dan wawancara dengan teman sekelas.
6) Sandiwara Sandiwara merupakan kegiatan yang mengandung unsur kreatif, karena menyenangkan. Namun tidak setiap siswa berbakat atau berminat untuk bermain sandiwara. Oleh karena itu, guru memilih siswa-siswa tertentu untuk memainkan sandiwara, sedangkan siswa
26 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat,
2003), h. 117-120.
15
yang lainnya sebagai penonton. Ini bukan berarti bahwa yang mengambil manfaat dari kegiatan sandiwara ini hanyalah mereka yang bermain. Yang menontonpun akan memetik faedah, yakni dalam aspek reseptif (mendengarkan dan memahami). Tujuan latihan berbicara dengan sandiwara ini adalah untuk mengarahkan siswa kepada pemakaian kalimat dan ungkapan yang baik, pemakaian bentuk-bentuk formal dan informal, sekaligus memupuk keberanian siswa terutama dalam menghadapi pihak penonton.
7) Berpidato Kegiatan ini hendaknya dilakukan setelah siswa mempunyai cukup pengalaman dalam berbagai kegiatan berbicara yang lain seperi percakapan, bercerita, wawancara, diskusi dan lain-lain. Hal ini perlu karena kegiatan berpidato itu sifatnya selalu resmi dan membutuhkan gaya bahasa yang lebih banyak. Oleh karena itu perlu waktu persiapan yang cukup. Pengajar dalam hal ini harus mampu menanamkan keterlibatan pihak pendengar dengan pembicara. Untuk mencapai hal ini guru dapat menghubungkan kegiatan mendengar dan menulis. Misalnya, siswa diharuskan menulis ringkasan isi pidato dari setiap pembicara. 27
c. Tujuan Keterampilan Berbicara
Secara umum, keterampilan berbicara bertujuan agar para
pelajar mampu berkomunikasi secara lisan dengan baik dan wajar.
Lebih lanjut lagi, menurut Abu Bakar, tujuan dari keterampilan atau
kemahiran berbicara adalah:
1) Membiasakan murid bercakap-cakap dengan bahasa yang fasih. 2) Membiasakan murid menyusun kalimat yang timbul dari dalam
hati dan perasaannya dengan kalimat yang benar dan jelas. 3) Membiasakan murid memilih kata dan kalimat, lalu menyusun
dalam bahasa yang indah, serta memperhatikan penggunaan kata pada tempatnya. 28
27 Ibid., h. 121-122 28 Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembalajaran Bahasa Arab (Jogjakarta: Diva
Press, 2012), h. 99.
16
d. Strategi Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan guru dalam
proses pembelajaran berbicara adalah sebagai berikut:
1) Bagi pembelajar pemula. Bagi tingkat pemula, dapat digunakan teknik ulang ucap, lihat ucap, permainan kartu kata, wawancara, permainan memori, reka cerita gambar, biografi, manajemen kelas, bermain peran, permainan telepon dan permainan alphabet.
2) Bagi pembelajar tingkat menengah Untuk tingkat menengah, dapat digunakan teknik-teknik dramatisasi, elaborasi, reka cerita gambar, biografi, permainan memori, wawancara, permainan kartu kata, diskusi, permainan telepon, percakapan satu pihak, pidato pendek, melanjutkan cerita dan permainan alphabet.
3) Bagi pembelajar tingkat paling tinggi Sedangkan untuk yang tingkat tinggi, dapat digunakan strategi-strategi dramatisasi, elaborasi, reka cerita gambar, biografi, permainan memori, diskusi, wawancara, pidato, melanjutkan cerita dan debat.29
e. Cara Penilaian
Penilaian atau evaluasi harus dilakukan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan kegiatan pengajaran sebuah bahasa. Sayangnya,
banyak guru yang mengalami ketidakjelasan tentang langkah dan cara
penilaian sehingga menimbulkan penilaian yang tidak tetap. Karena
itu, diperlukan sistem penilaian khusus untuk setiap kegiatan
pengajaran, termasuk kegiatan pengajaran kemahiran berbicara.
Ketika memberi penilaian, seorang pengajar hendaknya memberi penilaian yang bukan semata-mata berdasarkan ukuran angka atau kegiatan belajar tertentu, tetapi harus melakukan usaha perbaikan kualitas atau prestasi pelajar ditingkat pelajaran berikutnya, dan memberi pembinaan motivasi belajar yang lebih kuat. Karena itu, penilaian harus dipusatkan bukan pada kekurangan-kekurangan pelajar, melainkan pada kemampuan-kemampuan yang telah
29 Ibid., h. 100-101
17
diperolehnya. Cara demikian akan menimbulkan perasaan berharga dikalangan pelajar bahwa mereka sanggup melakukan sesuatu dan menjadi pendorong untuk malakukan tugasnya lebih lanjut. 30
G. Kerangka Pikir
Pada hakikatnya belajar bahasa Arab dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor yang salah satunya adalah lingkungan berbahasa Arab. Lingkungan
mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik akan ditentukan oleh
kerelevansian pemanfaatan lingkungan yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti
tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan memanfaatkan lingkungan
bahasa dengan sebaik-baiknya.
Artinya dengan pemanfaatan lingkungan yang baik dan tepat dapat
melatih keterampilan berbicara bahasa Arab, siswa tidak merasa kesulitan
untuk mempraktekkan berbicara, memahami dan menerima pelajaran karena
dipengaruhi oleh lingkungan bahasa tersebut sehingga memudahkan mereka
meningkatkan keterampilan berbicara dan bisa memotivasi anak didik
sehingga ada kemauan mereka untuk mempelajari serta mempraktekannya,
karena apa yang mereka lakukan cenderung mereka ingat.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Setiap penelitian memerlukan pendekatan atau desain yang
menunjukan rencana pengumpulan data agar penelitian dapat dilaksanakan
30 Ahmad, Metodologi ….. h. 148.
18
secara efektif dan efisien sesuai yang diharapkan. Menurut Husein Umar
sebagai berikut:
Desain penelitian adalah rencana untuk memilih sumber-sumber daya dan data yang akan dipakai untuk diolah dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, dan desain juga merupakan kerangka kerja yang merinci hubungan-hubungan antara variabel yang terkait dalam kajian tersebut.31 Desain penelitian kualitatif sebagaimana yang dikatakan Nasution dalam Subana dan Sudrajat sampai pada tahap-tahap tertentu ialah linier sebagaimana penelitian kuantitatif, di mana peneliti harus memiliki kegiatan untuk mengkaji suatu objek dan sisi lain ada audience sebagai sasaran pendidikan.32 Pendekatan kualitatif adalah salah satu pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan berdasarkan pandangan konstruktivist (seperti makna jamak dari pengalaman individual, makna yang secara sosial dan historis dibangun dengan maksud mengembangkan suatu teori atau pola) atau pandangan partisipatori (seperti orientasi politik, isu, kolaboratif, atau orientasi perubahan) atau keduanya.33 Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami. Karena orientasinya demikian, sifatnya mendasar dan naturalis atau bersifat kealamian, serta tidak bisa dilakukan di laboraturium, melainkan di lapangan. Oleh sebab itu, penelitian semacam ini sering disebut dengan naturalistic inquiry atau field study.34
Adapun ciri-ciri penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif
adalah diantaranya sebagai berikut:
a. Tatanan alami merupakan sumber data yang bersifat langsung. Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (entity). Sebuah fenomena pada dasarnya merupakan keutuhan yang tidak dapat dipahami jika
31 Husein Umar, Desain Penelitian Manajemen Strategik (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010), h. 6. 32 Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2005),
h. 17. 33 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2010), h. 28. 34 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 89.
19
dipisahkan dari konteksnya. Oleh karena itu, memahami fenomena secara langsung dan mendalam menjadi kunci pokok pendekatan kualitatif ini.
b. Manusia sebagai alat instrument. Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat pengumpul data yang utama. Manusia merupakan instrument tepat untuk memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan dibandingkan instrument lainnya.
c. Bersifat deskriptif. Maksudnya adalah mendeskripsikan makna data atau fenomena yang dapat ditangkap oleh peneliti, dengan menunjukan bukti-buktinya.
d. Penelitian kualitatif mementingkan proses, bukan hasil atau produk. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang memedulikan produk atau hasil, penelitian kualitatif lebih mengutamakan proses.
e. Analisis data bersifat induktif. Yaitu peneliti berangkat kelapangan untuk mengumpulkan berbagai bukti melalui penelaahan terhadap fenomena, dan berdasarkan hasil penelaahan, peneliti kemudian merumuskan teori.
f. Desain bersifat sementara. Peneliti kualitatif menyusun desain secara terus-menerus disesuaikan dengan kenyataan dilapangan.
g. Fokus utama penelitian kualitatif adalah pada “makna”. Maksudnya keikutsertaan peneliti dalam suatu proses atau interaksi dengan tatanan (setting) yang menjadi objek penelitiannya yang merupakan salah satu kunci keberhasilan.35
Adapun alasan peneliti mengambil metode penelitian kualitatif
adalah
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti sangat penting dan mutlak dibutuhkan dalam
penelitian kualitatif, karena kehadiran peneliti merupakan instrument
kunci dalam proses pencarian dan pengumpulan data yang di inginkan
dalam penelitian ini. Peneliti juga sekaligus berperan sebagai perencana,
pelaksana pengumpul data, penganalisis data, penafsir data dan pada
akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Kehadiran peneliti disini
bertujuan untuk mendapat data dan informasi yang akurat.
IIbid., h. 90
20
Sebelum peneliti turun kelapangan, maka peneliti terlebih dahulu
menyerahkan surat izin penelitian dan setelah di izinkan, barulah peneliti
turun ke lokasi penelitian untuk mengadakan penelitian. Kehadiran peneliti
tidak bisa diganti atau diwakili oleh orang lain. Apabila dalam proses
analisis terdapat kekurangan data, maka peneliti bisa kembali ke lokasi
penelitian untuk melengkapi data tersebut.
3. Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah di MA Pondok Al-
Aziziyah Putri. Penulis memilih lokasi ini karena judul tentang “Peran
Lingkungan Bahasa dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa
Arab” belum pernah ada yang meneliti di MA Pondok Al-Aziziyah,
disamping itu juga MA Al-Aziziyah Putri termasuk sekolah yang sangat
membutuhkan perhatian dari semua pihak terutama dalam peningkatan
kualitas pendidikan. Oleh karena itu penulis memilih MA Pondok Al-
Aziziyah sebagai lokasi penelitian dan sebagai salah satu sumbangsih dan
perhatian penulis dalam meningkatkan kualitas pendidikannya terutama
tentang peran lingkungan bahasa dalam meningkatkan keterampilan
berbicara bahasa Arab.
4. Sumber Data
Setiap peneliti memerlukan data atau informasi dari sumber-sumber
yang dipercaya, agar data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk
menjawab permasalahan-permasalahan. Cik Hasan dalam Mahmud
menyatakan bahwa sumber data adalah subjek tempat asal data dapat
21
diperoleh, dapat berupa bahan pustaka atau orang (informan atau
responden).36 Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini adalah
Kepala Madrasah Pondok Pesantren Al-Aziziyah, karyawan (Tata Usaha),
guru bahasa Arab dan peserta didik Pondok Pesantren Al-Aziziyah.
Pimpinan Pondok Pesantren Al-Aziziyah untuk memperoleh informasi
tentang gambaran umum Pondok, sejarah dan perkembangannya, dan hal-
hal lainnya yang berkaitan dengan Pondok.
Karyawan (Tata Usaha) untuk memperoleh data latar belakang
berdirinya Pondok, struktur organisasi Pondok, jumlah guru, jumlah
peserta didik, jumlah karyawan dan sarana prasarana. Guru bahasa Arab
adalah untuk memperoleh data mengenai proses pembelajaran bahasa
Arab dengan adanya Bi’ah Lughawiyah khususnya pada keterampilan
berbicara. Sedangkan subjek penelitian dalam skripsi ini adalah peserta
didik kelas XI Bahasa di Pondok Al-Aziziyah Putri.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis menggunakan
beberapa metode sebagai berikut:
a. Observasi
Dilihat dari sisi pelaksanaannya, observasi dapat menempuh tiga
cara utama yaitu observasi merupakan metode pengumpulan data yang
36 Ibid., h. 151.
22
menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian.37 Observasi
dapat dilakukan dengan cara:
1) Observasi langsung (direct observation), yaitu observasi yang dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang diteliti, seperti mengadakan observasi langsung terhadap proses belajar mengajar dikelas.
2) Observasi tidak langsung. Adalah observasi yang dilakukan terhadap suatu objek melalui perantaraan suatu alat atau cara, baik dilaksanakan dalam situasi sebenarnya maupun buatan.
3) Partisipasi, yaitu pengamatan yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.38
Dari pengamatan dan pelaksanaan observasi di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa observasi adalah salah satu tekhnik
pengumpulan data dengan cara mengamati data-data yang diselidiki.
Metode observasi yang peneliti gunakan adalah metode observasi
partisipasi dimana peneliti ikut dalam kehidupan orang yang
diobservasi dan tidak terpisah kehidupannya sebagai pengamat.
Adapun data yang akan diambil dengan metode observasi
meliputi :
1) Kondisi lingkungan tempat tinggal.
2) Bagaimana menerapkan bahasa Arab di lingkungan.
3) Seperti apa ketertiban ustadz / ustazah
b. Wawancara
37 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: SIC Anggota IKAPI,
2011), h. 78. 38 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 173.
23
Interview atau wawancara merupakan metode pengumpulan
data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik
dengan subyek atau responden.39
Dalam wawancara ini penulis menggunakan metode
wawancara bebas terpimpin. Dalam hal ini, pertanyaan-pertanyaan
yang akan di ajukan kepada informan sudah disiapkan secara
lengkap dalam pedoman wawancara, akan tetapi tidak terkait
sepenuhnya dengan pedoman yang telah ditentukan. Wawancara
nantinya akan dilakukan kepada pemimpin pondok, Tata Usaha,
guru bahasa Arab serta peserta didik Pondok Pesantren Al-Aziziyah
Putri.
c. Dokumentasi
Metode ini merupakan salah satu bentuk pengumpulan data
yang paling mudah, karena penulis hanya mengamati benda mati dan
apabila terjadi kekeliruan maka mudah merevisinya, karena sumber
datanya tidak berubah. Menurut Suharsimi Arikunto, bahwa
Metode dokumentasi adalah mencari data-data hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, parasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya”.40
Metode ini penulis digunakan untuk mengumpulkan data
melalui dokumen-dokumen yang dimiliki oleh MA Al-Aziziyah Putri
39 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: SIC Anggota IKAPI,
2011), h. 67. 40 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006). h.206
24
tentang sarana dan prasarana serta dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan data yang diperlukan oleh peneliti.
Dalam penelitian kualitatif peneliti ingin mendapatkan data
yang sebanyak-banyaknya guna menjawab esensi persoalan yang
muncul dilokasi penelitian. Sehubungan dengan hal ini data atau
informasi tersebut dapat diperoleh dari informen sebagai berikut:
1) Guru bidang studi bahasa Arab MA Al-Aziziyah Putri
2) Kepala tata usaha MA Al-Aziziyah Putri
3) Siswa kelas XI Bahasa di MA Al-Aziziyah Putri.
6. Teknis Analisis Data
Data yang dikumpulkan dengan metode tertentu harus dicek
keabsahannya, kemuadian di analisis. Analisis adalah proses pengurutan
data, penyusunan data kedalam pola, kategori dan satuan deskriptif dasar.
Sedangkan menurut Mahmud menyatakan bahwa
Analisis dalam penelitian merupakan bagian penting dalam proses penelitian. Karena dengan analisis inilah, data yang ada akan tampak manfaatnya, terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir penelitian.41
Dari pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa metode
analisa data merupakan suatu cara untuk memecahkan dan mengolah hasil
pengumpulan data untuk mendapatkan kesimpulan. Analisis data yang
digunakan dalam suatu penelitian sangat tergantung dari jenis data yang
diperoleh, karena data yang dikumpulkan berupa data deskrirptif maka
analisa datanya menggunakan analisis data induktif.
Moleong menyarankan agar seorang peneliti memeriksa keabsahan
data secara komprehensif. Keabsahan data mencakup metode
pengumpulan data yang diterapkan di lokasi penelitian. Menurut peneliti
cara seperti ini disebut trianggulasi waktu penelitian. Untuk menguji
sejauh mana keabsahan yang diperoleh dilapangan, maka penulis akan
menggunakan tiga teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu:
a. Perpanjangan keikutsertaan Sebagaimana telah dikemukakan, peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian.
b. Ketekunan pengamatan Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat. Seperti yang telah diuraikan, maksud perpanjangan keikutsertaan ialah untuk memungkinkan peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu faktor-faktor kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek yang akhirnya mempengaruhi fenomena yang diteliti.
c. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin membedakan ada tiga macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode dan teori.42
1) Triangulasi sumber Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat
42 Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi penelitian kualitatif. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010), h.327-330
26
dicapai dengan jalan: pertama; membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, kedua; membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, ketiga; membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, keempat; membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berbeda, orang pemerintahan, dan yang kelima; membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
2) Triangulasi Metode Triangulasi metode, menurut Patton terdapat dua strategi, yaitu;
pertama, pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data; kedua, pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
3) Triangulasi teori Triangulasi teori menurut Lincoln dan Guba menganggap bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Di pihak lain, Patton berpendapat lain, yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (rival explanation). Dalam hal ini, jika analisis telah menguraikan pola, hubungan, dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis, maka penting sekali untuk tema atau penjelasan pembanding atau penyaing. Hal itu dapat dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian cara lainya untuk mengorganisasikan data yang barangkali mengarahkan pada upaya penemuan peneliti lainya.43
43 Ibid., h.330-331
27
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri
Keberadaan Pondok Pesantren AL-Aziziyah tidak terlepas dari
keberadaan sosok Ulama Kharismatik Tuan Guru Haji Musthofa Umar
Abdul Aziz. Sosok Ulama Kharismatik tersebut pada penghujung tahun
1985 pulang ke Tanah Air setelah menyelesaikan kegiatan belajar sekaligus
“turun mengajar” di Ma’ahad Al-Haram Dar Al-Arqam Makkah Al-
Mukarramah. Kepulangan beliau ke Tanah Air waktu itu, yaitu adanya
dampak yang telah menjadikan cahaya ilmu pengetahuan yang bermanfaat
di negeri Indonesia kita tercinta. Kemudian Tuan Guru Haji Musthofa Umar
Abdul Aziz beserta keluarga tiba di tanah air, tepatnya di kampung Kapek -
Desa Gunungsari Kecamatan Gunungsari - Kabupaten Lombok Barat - Nusa
Tenggara Barat pada tahun 1985.
Pada tanggal 06 Jumadil Akhir 1405 hijriah yang bertepatan dengan
tanggal 03 November 1985 Masehi, Pondok Pesantren Al-aziziyah resmi
didirikan. Nama Al-Aziziyah sendiri diambil dari nama kakek beliau yaitu
Tuan Guru Haji Abdul Aziz, seorang Ulama terkenal pada masanya.
Pada awalnya Pondok Pesantren Al-Aziziyah hanya melaksanakan
kegiatan program pembelajaran non formal berupa program Tahfizhul
Qur’an (Menghafal Al-Qur’an) dan pembelajaran ilmu-ilmu agama melalui
28
lembaga pendidikan non formal Diniyah Islamiyah yang sekarang menjadi
Madrasatul Qur’an Wal Hadits (MQWH). Seiring dengan perkembangan
zaman dan tuntutan kebutuhan masyarakat akan lembaga pendidikan formal,
maka pada Tahun 1993 didirikan lembaga pendidikan Madrasah
Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Al-Aziziyah. Kemudian pada Tahun
2002 didirikan Sekolah Dasar Islam (SDI) dan TK Islam Al-Aziziyah, serta
pada Tahun 2005 didirikan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-
Aziziyah.
Pondok Pesantren Al-Aziziyah melalui lembaga-lembaga pendidikan
yang dimiliki telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan
jumlah santri terus bertambah dari tahun ke tahun. Penambahan jumlah
santri yang sangat sigifikan dari tahun ke tahun ini berakibat pada
kurangnya ruang belajar, terutama untuk pendidikan formal baik Madrasah
Tsanawiyah (MTs) maupun Madrasah Aliyah (MA). Sehingga pada tahun
2008 dilakukan pemekaran lembaga termasuk diantaranya Lembaga
Madrasah Aliyah dengan memisahkan antara santri laki-laki dan perempuan
dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Pemekaran lembaga Madrasah Aliyah menjadi Madrasah Aliyah Al-
Aziziyah Putra dan Madrasah Aliyah Al-Aziziyah Putri ini ke\mudian
dikukuhkan dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian
29
Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor: Kw.19.1/2/458/2008 tanggal
25 Juni 2008, dan telah terakriditasi dengan nilai Baik pada tahun 2012.44
a. Visi
“Cerdas dan Berakhlaqul Karimah Berlandaskan al-Qur’an”
b. Misi
1) Mengembangkan dan mewujudkan lembaga pendidikan menengah
yang cerdas dalam managemen, cerdas dalam pelayanan dan cerdas
dalam berkreasi dan berinovasi berlandaskan nilai-nilai akhlaqul
mulia.
2) Mengembangkan sumber daya manusia yang profesional dan
berakhlaq mulia.
3) Menyiapkan peserta didik yang cerdas intelektual, cerdas spritual,
cerdas emosional serta cerdas raga yang mampu bersaing pada tingkat
pendidikan lanjutan serta mampu berkarya di tengah masyarakat.
4) Menyiapkan peserta didik dengan basic al-Qur’an serta akhlaq mulia
yang mampu menjadi tauladan bagi semua.
c. Tujuan
1) Menjadikan MA Al-Aziziyah Putri sebagai lembaga pendidikan
menengah yang mampu menjawab segala tantangan global dimasa
yang akan datang berlandaskan al-Qur’an dengan mengembangkan
manajemen berbasis madrasah dengan perangkat pendidikan berbasis
teknologi.
44 Data Profil dan Sejarah MA AL-Aziziyah Kapek Gunungsari, Dokumentasi, tanggal
10 September 2017
30
2) Mewujudkan sumberdaya pendidik dan tenaga kependidikan yang
unggul dalam penguasaan IMTAQ dan IPTEK.
3) Mewujudkan alumni serta lulusan yang mampu bersaing pada jenjang
pendidikan lanjutan serta dapat mengabdikan diri di tengah
masyarakat.
4) Mewujudkan para alumni atau lulusan yang berakhlaq mulia serta
mampu mengintegrasikan nilai-nilai al-Qur’an dalam kehidupan
sehari-hari.45
2. Letak Geografis
MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri terletak di kawasan desa
Kapek kecamatan Gunungsari kabupaten Lombok Barat yang memiliki
lokasi yang strategis, yaitu:
a. Sebelah timur : Desa Taman Sari
b. Sebelah Barat : Desa Sandik
c. Sebelah Utara : Desa Medas
d. Sebelah Selatan : Desa Sesela46
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan komponen-komponen fasilitas
yang sangat menunjang dalam kelangsungan proses belajar mengajar dalam
lembaga pendidikan tertentu agar implementasi pelajaran berlangsung
dengan baik, baik berupa gedung maupun sarana lainnya.
45 Profil MA Al-Azizziyah Putri Kapek Gunungsari, Dokumentasi, tanggal 13
September 2017 46MA Al-Aziziyah Kapek Gunungsari, Observasi, tanggal 13 September 2017
31
Adapun keadaan sarana dan prasarana di Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren Al-Aziziyah Putri, dapat dilihat dalam table sebagai berikut:
Tabel 1
Data sarana dan prasarana MA Al-Aziziyah Putri Tahun
Ajaran 2017-2018.47
No Nama Sarana da Prasarana Jumlah
1 Ruang Kelas 9
2 Perpustakaan 1
3 Ruang Lab. Komputer 1
4 Ruang Pimpinan 1
5 Ruang Guru 1
6 Ruang Tata Usaha 1
7 Ruang Konseling 1
8 Tempat Ibadah 1
9 Ruang UKS 1
10 Jamban 6
11 Gudang 1
12 Ruang Sirkulasi 1
13 Tempat Olahraga 1
14 Ruang Organisasi Kesiswaan 1
Dengan melihat sarana dan prasarana dalam table di atas, maka
dapat dikatakan bahwa ruang belajar mempunyai kapasitas yang memadai.
47 Profil MA Al-Azizziyah Putri Kapek Gunungsari, Dokumentasi, tanggal 15
September 2017
32
4. Keadaan siswi
Dalam proses belajar mengajar, siswi menduduki peran penting,
karena siswi juga sebagai salah satu tolak ukur bermutu atau tidaknya suatu
lembaga pendidikan. Oleh karena itu, keberadaan dan peran aktif siswi
mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran.
Sebagai suatu lembaga pendidikan, MA Pondok Pesantren Al-
Aziziyah Kapek Gunungsari menerima siswa-siswi, baik yang berasal dari
kalangan keluarga yang kaya atau miskin, bukan berarti dari
latarbelakangnya yang dilihat tetapi dilihat dari minat dan motivasi belajar
yang di ukur.
Walaupun MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Kapek Gunungsari
menerima siswa-siswi, peneliti disini melakukan penelitian dengan batasan
tertentu, misalnya dikhususkan pada MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah
Putri kelas XI Bahasa.
Adapun jumlah siswi MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah tahun
ajaran 2017/2018 adalah dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 2
Data jumlah siswi MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Kapek Gunungsari
Tahun Pelajaran 2017-2018.48
Tahun Pelajaran
Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah
(Kelas X + XI +XII)
Jumlah Siswa
Jumlah Rombel
Jumlah Siswa
Jumlah Rombel
Jumlah Siswa
Jumlah Rombel
Jumlah Siswa
Jumlah Rombel
2015/2016 132 4 98 3 101 3 331 10
48 Profil MA Al-Azizziyah Putri Kapek Gunungsari, Dokumentasi, tanggal 15
September 2107
33
5. Tenaga Pendidik/Guru
Guru merupakan sebuah elemen dalam pendidikan yang sangat
penting karena guru adalah orang yang terlihat secara langsung dalam
proses belajar mengajar. Berhasil atau tidaknya proses pembelajaran
tergantung pada peran guru, sehingga keberadaan guru sangat dibutuhkan
dalam proses belajar mengajar, dengan kata lain tanpa adanya guru, maka
proses belajar mengajar juga menyediakan tenaga pengajar demi
terlaksananya kegiatan belajar mengajar. Untuk menyukseskan tujuan dan
target yang diinginkan, MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah memiliki tenaga
pengajar/guru yang professional dibidangnya masing-masing. Adapun
keadaan guru di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri dapat dilihat pada
table berikut:
Tabel 3
Data jumlah tenaga pendidik MA Al-Aziziyah Kepak Gunungsari Tahun
Pelajaran 2017-2018.49
Jumlah Tenaga Pendidik
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah Tenaga Pendidik Berdasarkan Pendidikan
Terakhir
Jumlah Tenaga Pendidik
Berdasarkan Status
Kepegawaian
Jumlah Tenaga
Pendidik
Laki Perempuan SMA
D.2/3 S.1 S.2 GTY GTTY
15 19 0 0 28 6 18 16 34
49 Profil MA Al-Azizziyah Putri Kapek Gunungsari, Dokumentasi, tanggal 15
September 2017
34
6. Struktus Organisasi MA Al-Aziziyah Putri
Struktur organiasi dalam suatu lembaga pendidikan sangat penting.
Disamping untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi kerja, struktur
organisasi dalam suatu lembaga juga dapat memberikan arah yang jelas
dalam mencapai tujuan dari lembaga pendidikan.
MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah merupakan suatu organisasi
lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mewujudkan sumber daya
pendidik dan tenaga kependidikan yang unggul dalam penguasaan IMTEK,
mewujudkan lulusan yang berakhlak mulia serta mampu mengintegrasikan
nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Maka struktur organisasi
sangatlah penting untuk menggerakkan pihak-pihak yang ada didalamnya
sehingga tujuan tersebut dapat tercapai. Adapun struktur organisasi di MA
Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri adalah sebagai berikut:
35
Struktur Organisasi MA Al-Aziziyah Putri.50
50 Papan Struktur Organisasi MA Al-Aziziyah Putri tahun Pelajaran 2017-2018,
Dokumentasi, Kapek Gunungsari, tanggal, 17 September 2017.
Kepala Madrasah H. M.Ridwan, Lc.
M.Ag
KOMITE MADRASAH
KTU/Bendahara Madrasah
I. H. Kholid Nawawi Ridwan
II. Sri Yuliarti, SHI, MSI
WALI KELAS
Pembina Osis Saepul Hak, SS
Kep. Perpustakaan
Nurul Fajri
BP/BK
Hj. Fuziati Mustafa
Kep. Lab. Matematika
Patmah, S.PdI
Kep. Lab. Komputer
Baldatun TW, SE
WAKAHUMA
S Saepul Hak, SS
Staf Tata Usaha
Lusi Novita Sanliana A
WAKAKUR
Abdurahman, S.Pd
WAKASIS
Siti Inayatil Haq, S.Pd
WAKASARPRA Sri Yuliarti, SHI,
MSI
SISWA
GURU BIDANG STUDI
36
B. Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Arab
Kebererlangsungan pengajaran keterampilan berbicara siswi kelas XI
Bahasa di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri terdapat beberapa
komponen yang mendukung antara satu dengan yang lainnya, yaitu guru, siswi,
materi pelajaran, metode, media pembelajaran dan lingkungan berbahasa.
Pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab siswi kelas XI
Bahasa di MA Al-Aziziyah Putri masih dalam tahap dasar dengan penerapan
pola membaca, menerjemahkan, kaidah, kosa kata, dialog, mimik muka dan
sebagainya. Pada tahap ini, keterlibatan guru dalam proses pembelajaran harus
berperan aktif dalam kemampuan berbahasa Arab dan guru dianjurkan untuk
membiasakan menciptakan lingkungan berbahasa selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung.51 Sehingga demikian, pembelajaran keterampilan
berbicara bahasa Arab dapat terwujud dengan baik.
Adapun proses pembelajaran keterampilan berbicara basaha Arab di
MA Al-Aziziyah Putri adalah sebagai berikut:
1. Tata bunyi
Tata bunyi dalam hal ini merupakan langkah awal yang dilakukan
oleh guru bahasa Arab dalam mewujudkan keterampilan berbicara bahasa
Arab pada siswi-siswi yang ada. Seperti halnya yang diungkapkan oleh
Kharkhi Ma’ruf bahwa tata bunyi adalah hal yang penting untuk diajarkan
kepada siswi agar tidak mengalami kesalahan dalam pengucapan bahasa
Arab. Lebih lanjut Kharkhi Ma’ruf menjelaskan:
51 Observasi, keadaan kelas, tanggal 17 September 2017
37
Berkaitan dengan pengajaran pelafalan tata bunyi, pada saat mengajar, kami berusaha untuk menyerupai penutur aslinya dalam mengucapkan kalimat bahasa Arab, karena MA Al-Aziziyah adalah Madrasah yang menekankan menghafal Al-qur’an, insya Allah untuk makhrijul huruf kami sudah menguasainya. Teknik yang kami lakukan dengan pengajaran tata bunyi ini adalah dengan peniruan, yaitu terlebih dahulu kami melafalkan kata atau kalimat, setelah itu siswi melafalkannya. Selanjutnya stimulus-respon, yaitu ketika ada siswi yang melafalkan dengan lafal yang kurang tepat, kami mengulangi pelafalan untuk memperbaiki kesalahan, kemudian siswi disuruh untuk melafalkan kembali dengan lafal yang tepat. Alhamdulillah teknik seperti ini cukup efektif dalam proses pengajaran tata bunyi.52 Dalam hal ini, Miftahul Jannah juga mengungkapkan hal yang sama
bahwa:
Berkaitan dengan pengajaran tata bunyi, kami menyerupai apa yang dilafalkan oleh guru pada saat pembelajaran bahasa Arab. Teknik yang dilakukan dengan pembelajaran tata bunyi adalah terlebih dahulu guru melafalkan kata atau kalimat yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, kemudian kami mengikutinya. Ketika ada sebagian dari kami ada yang melafalkan dengan kurang tepat, kami mengulangi pelafalan untuk memperbaiki kesalahan, dan disuruh untuk melafalkan kembali dengan lafal yang tepat.53 Sejalan dengan ungkapan di atas, Sri Harmawati menerangkan
bahwa pengajaran tata bunyi yang dilakukan oleh guru bahasa Arab selama
ini memiliki dampak yang positif terhadap kemampuan berbicara, karena
dalam hal ini terdapat pengulangan pelafalan secara berkelanjutan ketika
siswi belum tepat dalam melafalkan bunyi. Sehingga pengulangan tersebut
yang membuat siswi terus belajar sampai pelafalannya tepat.54 Begitu juga
dengan ungkapan Mufidatun Nisa’ dan Raehan bahwa pembelajaran dalam
52 Kharkhi Ma’ruf (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri),
wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017. 53 Miftahul Jannah (Siswi kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 17 September 2017. 54 Sri Harmawati (Siswi Kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 17 September 2017
38
meningkatkan kemampuan berbahasa Arab, siswi-siswi yang ada diajarkan
mengenai tata bunyi.55
Berdasarkan pengamatan peneliti terkait dengan pembelajaran tata
bunyi dalam pengajaran bahasa Arab, MA Pondok pesantren Al-Aziziyah
adalah yang menekankan menghafal Al-qur’an, siswi-siswi rata-rata telah
menguasai makhrijul hurufnya, akan tetapi, masih ada sebagian dari siswi
yang kurang tepat dalam melafalkan bahasa Arab, kemudian siswi
mengulangi pelafalan untuk memperbaiki kesalahan dan melafalkan dengan
pelafalan yang tepat.
2. Struktur Kalimat
Pembelajaran struktur kalimat kepada siswi-siswi sesuai dengan
hasil wawancara dengan guru bahasa Arab MA Al-Aziziyah Putri
merupakan langkah selanjutnya dalam meningkatkan keterampilan berbicara
bahasa Arab. Selain sebagai upaya tersebut, juga sebagai indikator guru
mengenai keberhasilan atau kegagalan siswi-siswi dalam meningkatkan
keterampilan dalam berbicara bahasa Arab. Seperti halnya ungkapan
Kharkhi Ma’ruf, bahwa:
“Dalam penggunaan kaidah atau tata bahasa di kelas XI Bahasa, kami menggunakan metode ceramah dengan langkah-langkah sederhana, yakni: kami menjelaskan terlebih dahulu struktur kalimat atau kaidah yang terdapat dalam materi, kemudian siswi memahaminya, kemudian kami mengemukakan contoh-contoh yang berkaitan dengan kaidah. Ketika siswi-siswi sudah mengerti dengan materi yang diajarkan, kami menguatkannya dengan kesimpulan dan
55 Mufidatun Nisaq dan Raehan (Siswi Kelas XI Bahasa), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 17 September 2017.
39
yang terakhir kami memberikan tugas kepada siswi-siswi untuk mengerjakan soal latihan”.56 Penjelasan di atas juga diungkapkan oleh Sri Harmawati bahwa
dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan kaidah atau struktur
kalimat, guru menggunakan metode ceramah dengan langkah-langkah yang
pertama adalah guru menjelaskan terlebih dahulu struktur kalimat atau
kaidah bahasa Arab, kemudian kami mendengarkan dan memahaminya.
Setelah itu kami disuruh untuk membuat kalimat sesuai dengan kaidah yang
telah dijelaskan.57 Begitu juga dengan penjelasan Miftahul Jannah bahwa
guru bahasa Arab mengajarkan kaidah-kaidah bahasa dengan tujuan agar
siswi-siswi tidak kesulitan dalam membuat kalimat.58
Sejalan dengan penjelasan di atas, kaidah atau struktur bahasa
merupakan hal yang harus dipahami oleh siswi-siswi yang ada. Di mana
tidak hanya sebagai dasar dalam membuat kalimat yang baik, juga agar
siswa dapat berbicara bahasa Arab dengan baik pula. Seperti yang
diungkapkan oleh Kharkhi Ma’ruf bahwa pembelajaran bahasa Arab dalam
meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab siswi pada dasarnya
harus diperkenalkan struktur bahasa Arab yang ada, agar siswi mampu
membuat kalimat dan berbicara bahasa Arab dengan baik.59 Hal ini
dibenarkan oleh Miftahul Jannah, Sri Harmawati, Nia Imroatussholihah dan
56 Kharkhi Ma’ruf (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri),
wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017. 57 Sri Harmawati (Siswi Kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 17 September 2017. 58 Mufidatun Nisaq (Siswi Kelas XI Bahasa), wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal
17 September 2017 59 Kharkhi Ma’ruf (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri),
wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017
40
Raehan bahwa guru bahasa Arab menjelaskan beberapa struktur kalimat
bahasa Arab yang kemudian memberikan contoh dan memberikan tugas
yang berkaitan dengan membuat struktur kalimat bahasa Arab.60
3. Kosa Kata
Pembelajaran kosa kata bahasa Arab di MA Al-Aziziyah lebih
dominan dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswi-siswi
yang ada untuk menghafal beberapa kosa kata dengan tenggang waktu yang
sudah ditentukan. Dalam hal ini, sesuai dengan hasil wawancara dengan
guru Bahasa Arab adalah sebagai berikut:
“Terkait dengan pengajaran kosa kata, kami memberikan penugasan untuk menghafal kosa kata. Dan evaluasi dilakukan dengan cara sistem kredit, waktu untuk mengevaluasi tidak menentu, itu tergantung kami. Akan tetapi kalau ingin melakukan evaluasi kami menginformasikan dulu kepada siswi seminggu sebelum evaluasi. Kosa kata yang dihafal berkaitan dengan hal-hal yang masih mendasar atau sederhana, misalnya tentang hal-hal yang dekat dengan siswi dan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan siswi untuk menghafal cukup baik, walaupun tidak maksimal karena ada sebagian siswi yang daya hafalannya kurang bagus. Kendatipun siswi sudah menghafal kosa kata yang ditugaskan, akan tetapi siswi masih kurang dalam menyelaraskannya dengan kaidah atau sruktur kalimat baik dalam berbicara maupun dalam hal penulisan”.61 Hal ini juga disampaikan oleh Raehan bahwa dalam pembelajaran
kosa kata, guru bahasa Arab memberikan tugas (menghafal kosa kata) yang
berkaitan dengan di dalam kelas, luar maupun hal-hal yang dekat dengan
60 Miftahul Jannah, Sri Harmawati, Nia Imro’atussholihah dan Raehan, (Siswi kelas XI
Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017. 61 Miftahul Jannah (Siswi kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 17 September 2017.
41
para siswi.62 Begitu juga dengan Nia Imroatussholehah dan Sri Harmawati
yang mengungkapkan hal yang sama, bahwa menghafal kosa kata dalam
bahasa Arab merupakan hal yang biasa di MA Al-Aziziyah ini. Mulai dari
yang terdekat dengan siswi maupun hal-hal yang dapat membantu siswi
lancar dalam berbahasa Arab.63
Berdasarkan pengamatan peneliti, dalam pengajaran kosa kata, guru
memberikan tugas untuk menghafal kosa kata yang berkaitan dengan Kosa
kata yang ada di dalam kelas, di luar atau disekitar Madrasah maupun kosa
kata yang berkaitan dengan lingkungan Pondok. Kemudia kosa kata tersebut
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kelancaran
Kelancaran dalam berbahasa maupun menulis bahasa Arab juga
menjadi prioritas penting bagi guru bahasa Arab. Seperti yang dijelaskan
oleh guru bahasa Arab bahwa setelah proses-proses berjalan dengan baik
(seperti tata bunyi, struktur kalimat dan penghafalan kosa kata), kemudian
kelancaran dalam berbahasa Arab menjadi bagian penting. Lebih lanjut guru
bahasa Arab menjelaskan bahwa:
“Untuk melancarkan siswi dalam berbicara bahasa Arab kami ketika proses pembelajaran membiasakan siswi untuk membaca percakapan dalam buku, biasanya siswi diminta untuk melakukan percakapan berpasangan. Selain itu juga kami membiasakan siswi untuk berbicara bahasa Arab ketika dalam proses pembelajaran, misalnya dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti, menanyakan kabar, menanyakan hari, menanyakan pelajaran apa hari ini, menanyakan kepahaman, dan sebagainya. Kelancaran siswi
62 Raehan (Siswi Kelas XI Bahasa), wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 17
September 2017 63 Nia Imro’atusholihah dan Sri Harmawati (Siswi kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah
Putri), wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017.
42
dalam berbicara bahasa Arab masih kurang, karena disebabkan beberapa faktor, misalnya kurang berminat belajar bahasa Arab, takut salah dan lain sebagainya”.64 Mufidatun Nisa’ juga mengungkapkan hal yang senada bahwa
kelancaran dalam berbahasa Arab seringkali dijelaskan oleh guru bahasa
Arab dengan berbagai manfaat yang ada. Bahkan konteks kerugian pun
tidak lupa dijelskan. Karena dengan mampu berbahasa Arab yang lancar,
maka mudah untuk memahami al-qur’an.65 Selain itu, Nia Imroatussholehah
juga mengungkapkan bahwa kelancaran berbahasa atau menulis adalah hal
yang penting, karena tanpa kelancaran berbicara atau menulis bahasa Arab
dengan baik dan tepat, hal-hal yang dihafal (kosa kata dan lainnya) tidak
akan lama bertahan.66 Bahkan dalam hal ini, Mufidatun Nisa’
mengungkapkan, bahwa:
“Untuk kelancaran siswi dalam hal berbicara dalam proses pembelajaran masih kurang, karena masih banyak sebagian dari siswi yang malas dalam hal berbicara dan menganggap bahwa berbicara bahasa Arab adalah sesuatu yang membosankan, juga disebabkan karena siswi kurang berminat dan sadar akan pentingnya berbicara bahasa Arab”.67 Raehan dan Miftahul Jannah juga mengatakan, bahwa:
“Ketika saya ingin melakukan berbicara dengan menggunakan bahasa Arab, pertama yang terlintas dalam benak saya adalah takut salah dalam mengucapkan bahasa Arab, sehingga ketika kesalahan itu terjadi, saya merasa malu karena ditertawakan oleh teman-teman.
64 Rosyid (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara,
Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017 65 Mufidatun Nisaq (Siswi Kelas XI Bahasa), wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal
17 September 2017. 66 Nia Imro’atusholiha (Siswi kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara,
Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017 67 Mufidatun Nisaq (Siswi Kelas XI Bahasa), wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal
17 September 2017.
43
Jadi dari situlah yang membuat saya malu serta minder dalam hal berbicara menggunakan bahasa Arab”.68
5. Pemahaman
Proses peningkatan keterampilan dalam berbahasa Arab dalam
konteks pemahaman dimaknai sebagai upaya guru dalam memberikan
motivasi atau dorongan kepada siswi. Karena hal ini didasarkan pada tingkat
kemampuan siswi dalam berbahasa Arab masih kurang dan sebagian siswi
masih acuh terhadap meningkatkan kemampuan berbahasa Arab. Bahkan
Rosyid mengungkapkan bahwa sebagain siswi merasa bahwa bahasa Arab
adalah bahasa yang membosankan, hal ini terlihat ketika pembelajaran
berlangsung. Yang mana tidak terlalu memperhatikan sama sekali.69 Selain
itu, Miftahul Jannah juga mengungkapkan, bahwa:
“Saya merasa bahwa belajar bahasa Arab tidaklah mudah, dan membutuhkan semangat dan motivasi yang kuat agar bisa. Tanpa adanya perjuangan sama sekali, maka akan kesulitan untuk belajar bahasa Arab. Seperti siswi yang lain, sudah tidak memperhatikan, juga acuh terhadap belajar bahasa Arab. Sehingga tidak memiliki kemampuan dalam berbicara bahasa Arab. Padahal saat belajar bahasa Arab, guru seringkali memberikan pemahaman akan pentingnya menguasai bahasa Arab. Bisa memahami bahasa Al-Qur’an dengan benar dan lainnya”.70 Nia Imro’atussholiha juga mengungkapkan bahwa belajar bahasa
Arab tidaklah mudah, karena harus memiliki semangat yang kuat dan
komitmen dalam berusaha. Siswi-siswi yang masih belum bisa sampai saat
ini pada dasarnya adalah tidak memiliki komitmen yang kuat untuk
68 Raehan dan Miftahul Jannah (Siswi Kelas XI Bahasa), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 17 September 2017. 69 Rosyid (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara,
Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017 70 Miftahul Jannah (Siswi kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 17 September 2017.
44
belajar.71 Begitu juga hasil wawancara dengan guru bahasa Arab di kelas XI
Bahasa Arab adalah sebagai berikut:
“Terkait dengan pemahaman siswi dalam memahami bacaan maupun dalam memahami lawan bicara pada saat percakapan masih ditemukan siswi yang kurang. Terbukti pada saat kami memberikan tugas untuk menterjemahkan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia ataupun sebaliknya itu masih ada siswi yang belum bisa. Dan ketika kami bertanya menggunakan bahasa Arab, rata-rata dari siswi hanya sebagian saja yang bisa menjawab”.72 Dari pemaparan di atas, menunjukkan bahwa kemampuan sebagian
siswi dalam memahami pelajaran bahasa Arab masih kurang, itu semua
tidak terlepas dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan
ataupun kendala-kendala dalam proses pengajaran bahasa Arab.
Berdasarkan pengamatan maupun wawancara oleh peneliti, berikut
beberapa kendala yang terdapat dalam pembelajaran keterampilan berbicara
bahasa Arab siswi kelas XI Bahasa di MA Al-Aziziyah Putri:
1. Kurangnya kesadaran siswi untuk membiasakan diri berbicara bahasa Arab.
Kesadaran dalam hal ini adalah kunci, yang mana kesadaran akan
membimbing siswi dalam berusaha lebih semangat lagi dalam belajar
bahasa Arab. Seperti yang diungkapkan oleh Miftahul Jannah bahwa
membiasakan diri dalam belajar bahasa Arab adalah hal yang harus
dilakukan oleh siswi dalam meningkatkan kemampuan berbicara bahasa
Arab. Sadar akan masih kekurangan dan sadar akan pentingnya bahasa Arab
71 Nia Imro’atusholiha (Siswi kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara,
Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017. 72 Rosyid (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara,
Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017.
45
adalah kuncinya.73 Begitu juga dengan Sri Harmawati mengungkapkan hal
yang sama bahwa kesadaran akan membawa seseorang untuk tidak putus
asa dalam berusaha.74
Menurut salah satu guru bahasa Arab siswi kelas XI Bahasa di MA
AL-Aziziyah, berdasarkan hasil wawancara:
Di dalam kelas masih jarang siswi yang berbicara bahasa bahasa Arab, ketika saya mencoba bertanya dengan bahasa Arab hanya sebagian siswi yang dapat menjawab karena mereka belum paham dengan pertanyaan. Apalagi di luar kelas, kesadaran siswi untuk melatih kemampuan berbicara bahasa Arab dengan teman-temannya, masih sangat minim. Sebenarnya kami sudah menghimbau untuk mencoba membiasakan diri berbicara bahasa Arab dengan sesama siswi baik itu di luar kelas maupun pun di dalam kelas, tapi itu belum direspon dengan baik oleh siswi. Bahkan siswi lebih cenderung menggunakan bahasa daerah. Itu karena mereka kurang atau malas dalam menghafal kosa kata, dan tugas-tugas lainnya. Itu juga tidak terlepas dari kebiasaan belajar siswi, biasanya mereka tidak mengulangi pelajaran di rumah. Terbukti ketika saya menanyakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sudah dibahas sebelumnya, mereka tidak bisa menjawab. Itu menunjukkan mereka tidak mengulangi pelajaran di rumah.75
Berdasarkan pengamatan peneliti, terkait dengan kurangnya
kesadaran siswi untuk membiasakan diri berbicara bahasa Arab juga adalah
karena kurangnya memanfaatkan lingkungan bahasa (bi’ah lughawiyah)
dengan sebaik-baiknya untuk melatih keterampilan berbicara bahasa
Arabnya. Sehingga yang dilakukan hanyalah menjalankan kewajiban
administrasi, yakni masuk sekolah sebagai bentuk tanggungjawab untuk
73 Miftahul Jannah (Siswi kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 17 September 2017. 74 Sri Harmawati (Siswi Kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 17 September 2017. 75 Kharkhi Ma’ruf (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri),
wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017.
46
menyelesaikan pelajaran setiap hari. Seperti halnya yang diungkapkan oleh
Mufidatun Nisa’ bahwa sebagain siswi yang ada hanya sebagai pelengkap
aktivitas belajar, karena acuh dan berdiam diri terhadap ketidakmampuan
dalam berbicara bahasa Arab.76
2. Siswi takut salah untuk berbicara
Ketakutan pada dasarnya adalah penghalang untuk bisa, seperti yang
diungkapkan oleh Kharkhi Ma’ruf bahwa ketakutan akan menjadi bagian
yang dapat menghantarkan siswi pada ketidakmampuan dalam berbagai hal,
termasuk dalam berbicara bahasa Arab. Sehingga ketakutan harus mampu
dikalahkan guna mendapatkan keberanian dalam berbicara.77 Selain itu, Sri
Harmawati menjelaskan bahwa ketakutan adalah hal yang salah, karena
ketika ketakutan tidak bisa dilawan, maka keberanian tidak akan muncul
dalam diri siswi. Sehingga akan berdampak pada kemampuan berbicara
bahasa Arab yang minim.78
Terkait hal ini, Fahrurroi (guru bahasa Arab) di MA Al-Aziziyah
mengemukakan bahwa:
“Pada saat kami menagajar, sering kali siswi itu takut untuk berbicara bahasa Arab, karena mereka takut salah, dan siswi yang salah pasti ditertawakan oleh teman-temanya. Biasanya disebabkan karena dominasi dari beberapa siswi yang punya kemampuan lebih untuk berbicara bahasa Arab, sehingga siswi lain yang
76 Mufidatun Nisaq (Siswi Kelas XI Bahasa), wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal
17 September 2017 77 Kharkhi Ma’ruf (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri),
wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017. 78 Sri Harmawati (Siswi Kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 17 September 2017.
47
kemampuannya kurang menjadi minder dan takut untuk mengungkapkan idenya”.79
Kemudian menurut Miftahul Jannah (siswi kelas XI Bahasa) di MA
Al-Aziziyah Putri adalah:
“Kami terkadang takut salah dan malu untuk berbicara bahasa Arab. Karena ketika berbicara kami takut salah dalam menggunakan kaidah, sehingga ditertawai teman-teman dan ditegur sama guru. Itu sebabnya kami kadang-kadang malas dalam belajar bahasa Arab”.80
3. Metode mengajar guru.
Metode mengajar guru dalam hal ini memiliki peran penting dalam
proses peningkatan kemampuan berbicara bahasa Arab. Ketika siswi tidak
mampu merespon dengan baik metode yang digunakan, maka harus ada
metode yang baru, yang dapat memberikan siswi lebih mudah untuk
dimengerti. Dengan demikian, untuk mencapai atau mewujudkan
keberhasilan dalam pembelajaran, guru dalam hal ini harus memiliki
responsif terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam penggunaan metode.
Rosyid dan Fahrurrozi dalam hal ini mengungkapkan hal yang sama
bahwa kegagalan tidak selamanya berasal dari siswi sendiri, melainkan cara
atau metode yang digunakan masih kaku dan sulit untuk dipahami.81 Begitu
juga dengan Kharkhi Ma’ruf yang menjelaskan, bahwa:
“Memang harus diakui, permasalahan-permasalahan dalam pengajaran yang menyebabkan siswa tidak fokus, mungkin itu juga karena metode mengajar kami masih kurang. Walaupun demikian untuk meminimalisisir kendala-kendala tersebut kami punya trik-
79 Fahrurrozi (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara,
Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017. 80 Nia Imro’atusholiha (Siswi kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara,
Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017. 81 Fahrurrozi dan Rosyid (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri),
wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017.
48
trik tersendiri, akan tetapi belum juga maksimal. Dan untuk memaksimalkan pengajaran bahasa Arab itu harus ada media seperti laboratorium bahasa, di MA Al-Aziziyah Putri belum ada laboraturium. Tapi kadang-kadang ketika pembelajaran yang berkaitan dengan istima’, kami hanya menggunakan LCD dalam pengajaran”.82
Tidak maksimalnya metode mengajar guru ini juga dirasakan oleh
siswi. Dan siswi juga mengatakan:
“Kami malas belajar bahasa Arab karena cara mengajar guru kadang-kadang tidak menarik, apalagi kalau pelajaran bahasa Arab di jam terakhir, itu membuat kami jenuh ditambah lagi pelajaran bahasa Arab itu sulit bagi kami. Guru juga ketika selesai membahas materi, jarang memberikan latihan-latihan yang harus dikumpulkan langsung pada saat proses pembelajaran sebagai evaluasinya. atau sangat jarang memberikan pekerjaan rumah, sehingga kami merasa tidak maksimal dan kami merasa jenuh karena cara mengajar guru membuat kami kurang termotivasi”.83
Adapun solusi atau upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang
terjadi dalam pengajaran keterampilan berbicara bahasa Arab, berikut hasil
wawancara dengan guru bahasa Arab MA Al-Aziziyah Putri:
1. Dalam upaya mengatasi kendala-kendala dalam pembelajaran
keterampilan berbicara, yaitu dengan menugaskan kepada siswa untuk
menghafal kosa kata secara intensif yang dituntut untuk dihafal dalam
waktu yang ditentukan, selanjutnya dituntut untuk membuat kalimat
dari kosa kata yang telah dihafal dan mendemonnstrasikannya, dengan
itu siswi akan terbiasa berbica bahasa Arab.
2. Memberi tugas kepada siswi untuk menghafal pidato bahasa Arab, dan
didemonstrasikan pada saat 10 menit awal jam pelajaran dan dilakukan
82 Fahrurrozi (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara,
Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017. 83 Mufidatun Nisa (Siswi kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 17 September 2017.
49
secara bertahap setiap jam bahasa Arab. Dengan begitu akan melatih
mental siswi untuk terbiasa berbicara bahasa Arab, sehingga rasa takut
dan malu itu akan terkikis sedikit demi sedikit.
3. Melakukan evaluasi bagi siswi yang merasa sulit belajar bahasa Arab,
dengan program remedial atau memberi perhatian khusus kepada siswi-
siswi yang mengalami kesulitan tersebut dengan pendekatan-
pendekatan untuk memberi semangat untuk belajar.
4. Menerapkan bi’ah lughawiyyah dapat membiasakan siswi untuk
berkomunikasi bahasa Arab baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Walaupun MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah adalah Pondok yang
menekankan untuk menghafal Al-qur’an, dari pihak Madrasah sudah
menerapkan Lingkungan berbahasa walaupun kurang maksimal.
5. Dengan adanya boarding school akan membiasakan siswi
berkomunikasi dengan bahasa Arab, karena boarding school
dikhususkan untuk mempalajari tentang Al-Quran, hadist, bahasa, baik
itu bahasa Arab maupun bahasa Inggris. Tahap penyeleksian untuk
siswi yang masuk belum sistimatis, hanya siswi yang berminat saja
yang belajar di boarding school tersebut.
6. Guru memberi pemahaman sekaligus menjadi motivator untuk siswi
bahwa belajar bahasa Arab adalah tidak sulit.
7. Adanya pelatihan-pelatihan guru bahasa Arab akan menambah
pengetahuan guru tentang metodologi pengajaran maupun wawasan
50
tentang kependidikan dan kebahasaan. Tapi pelatihan-pelatihan tersebut
masih jarang diadakan.
8. Adanya fasislitas penunjang pembelajaran akan membantu dalam
pengajaran keterampilan berbicara bahasa Arab seperti laboratorium
bahasa. Akan tetapi belum ada upaya dari pihak lembaga untuk
menyediakan laboraturium bahasa.84
C. Faktor-faktor yang mendukung terciptanya lingkungan berbahasa Arab
di MA Al-Aziziyah Putri
Lingkungan merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah
pengajaran bahasa Arab. Keberadaan lingkungan Madrasah menjadi faktor
yang sangat penting, karena lingkungan selalu hadir, melingkupi dan memberi
nuansa bagi proses pembelajaran keterampilan berbicara. Lingkungan
berbahasa Arab seperti yang dikemukakan sebelumnya terdiri dari lingkungan
formal dan lingkungan informal. Lingkungan formal tercipta karena adanya:
1. Faktor Guru.
Guru merupakan pelaku utama yang merencanakan, mengarahkan,
menggerakkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bertumpu
pada upaya memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada siswi dalam
menciptakan lingkungan berbahasa Arab. Selain sebagai orang yang
memiliki latar belakang pendidikan keguruan, guru juga dituntut untuk
memiliki keterampilan mengajar, memiliki pengetahuan terhadap karakter
para siswi dan materi ajar yang akan disampaikan kepada siswi, serta
84 Kharkhi Ma’ruf (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 18 September 2017.
51
mampu untuk menciptakan lingkungan pembelajaran bahasa Arab yang
efektif.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Arab kelas XI
Bahasa adalah:
“Faktor yang menunjang untuk terciptanya lingkungan berbahasa di MA Al-Aziziyah putri khususnya di kelas bahasa menurut pengalaman saya adalah dengan adanya mufrodat yang memang berkaitan atau erat sekali kaitannya dengan keseharian para santri. Misalnya lingkungan yang berkaitan dengan Pondok, atau lingkungan yang berkaitan dengan Madrasah. Adapun lingkungan yang katakanlah masih jauh dengan lingkungan para siswi dan lumayan sulit untuk diterapkan kepada siswi adalah mufrodat yang berkaitan dengan bisnis, ekonomi dan seterusnya”.85
2. Faktor Siswi.
Siswi adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh orang tua
mereka untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di Madrasah,
dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan,
berketerampilan, berkepribadian, dan berakhlaq mulia. Seperti halnya guru,
faktor yang menunjang terciptanya lingkungan berbicara bahasa Arab
adalah siswi itu sendiri. Siswi yang aktif dan yang memiliki motivasi tinggi
terhadap pentingnya berbahasa Arab, maka mereka akan dengan sendirinya
memanfaatkan yang ada, baik dari segi lingkungannya, medianya serta
dalam proses pembelajaran bahasa Arab juga mereka belajar
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi tidak semua
siswi yang sadar akan pentingnya berbahasa Arab.86
85 Fahrurrozi (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara,
Kapek Gunungsari, tanggal 18 September 2017 86 Observasi, tanggal 17 September 2017
52
3. Materi-materi berbahasa Arab tambahan selain materi bahasa Arab untuk
Madrasah Aliyah seperti: pelajaran bahasa Arab, Imla’, pemberian kosa kata
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari serta kosa kata yang berkaitan
dengan lingkungan pondok’.
Sedangkan lingkungan informal tercipta karena:
a. Adanya penerapan sistim asrama dimana seluruh siswi dianjurkan untuk
tinggal dalam asrama, adanya kegiatan penunjang kemampuan berbahasa
Arab seperti: kegiatan berpidato dengan menggunakan bahasa Arab,
muhadatsah pagi, pemberian kosa kata Arab dan ada dua kamar khusus
untuk siswi yang tinggal di asrama yang diwajibkan untuk berkomunikasi
denggan menggunakan bahasa Arab.87
b. Adanya Arabic club yaitu program pembelajaran bahasa Arab yang
dilaksanakan pada setiap hari jum’at, dan yang menjadi pematerinya
adalah H. M. Ridwan, Lc. M.Ag selaku kepala sekolah MA Al-Aziziyah
Putri. Di sana kita diajarkan bahasa Arab mulai dari dasarnya sampai kita
diajarkan untuk melatih keterampilan berbicara bahasa Arab.88
c. Adanya program OSIS yang menekankan kepad para siswi-siswi untuk
menghafal kosa kata bahasa Arab minimal tiga sampai lima kosa kata
perharinya. Setelah itu, setiap hari rabu siswi wajib melakukan stor hafalan
87 Observasi, tanggal 17 September 2017. 88 Nia Imro’atusholihah (Siswi Kelas Xi Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara,
Kapek Gunungsari, tanggal 18 September 2017.
53
dan dianjurkan untuk mempraktekkan kosa kata yang telah dihafal dalam
kehidupan sehari-hari.89
d. Adanya majalah dinding (mading) dengan menggunakan bahasa Arab baik
di tiap-tiap dinding disekitar Madrasah maupun di lingkungan Pondok.
Siswi jadi senantiasa melihat serta membaca majalah dinding yang
bertuliskan dengan menggunakan bahasa Arab tersebut. Hal ini sangat
mendukung bagi siswi-siswi dalam mempermudah memahami serta tidak
asing dengan bahasa Arab.90
Beberapa faktor di atas, merupakan faktor penunjang untuk
menciptakan lingkungan berbahasa Arab baik di lingkungan formal maupun
lingkungan informal.
D. Peran Lingkungan Bahasa dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Bahasa Arab Siswi Kelas XI Bahasa di Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren Al-Aziziyah Putri Tahun 2017-2018
Dalam setiap kegiatan pendidikan, terutama kegiatan pengajaran di
dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas,
lingkungan berbahasa (bi’ah lughawiyah) sangat berperan dalam pembelajaran
bahasa Arab, terutama untuk menunjang keterampilan berbicara bahasa Arab.
Lingkungan akan membuatnya terbiasa menggunakan suatu bahasa secara
terus-menerus untuk menyampaikan maksud dan tujuan dalam hatinya.
Adapun peran lingkungan bahasa dalam menigkatkan keterampilan berbicara
tanggal 18 September 2017. 90 Rosyid (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Kapek Gunungsari),
Wawancara, tanggal 18 September 2017.
54
bahasa Arab siswi kelas XI Bahasa di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah
Putri Kapek Gunungsari akan peneliti uraikan di bawah ini:
1. Membiasakan Kegiatan Nonformal.
Kegiatan nonformal di MA Aziziyah adalah kegiatan pendukung
dalam meningkatkan berbicara bahasa Arab. Yang mana kegiatan nonformal
ini tidak hanya dilakukan oleh guru atau fihak sekolah, namun diadakan
juga oleh para santriwati/siswi (dimotori oleh OSIS). Kharkhi Ma’ruf dalam
hal ini mengungkapkan bahwa kegiatan nonformal adalah kegiatan untuk
membantu dan mendorong para siswi untuk semakin meningkatkan
semangat belajar bahasa Arab. Karena masih banyak siswi yang bahasa
Arabnya minim/kurang.
Lebih lanjut, berdasarkan hasil wawancara dengan kharkhi Ma’ruf
(guru bahasa Arab) di MA Aziziyah, adalah:
Adapun peran lingkungan bahasa dalam meningkatkan keterampilan berbicara dalam lingkungan nonformalnya adalah ada dua kamar di asrama putri yang mewajibkan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab dan disana harus dilatih untuk disiplin dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab. Tata tertip yang disusun dengan cermat dan bijaksana sehingga akan menumbuhkan kesadaran dan kemauan untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan.91
Nia Imro’atussholihah juga mengatakan bahwa:
Peran lingkungan bahasa Arab dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab adalah adanya program kursus bahasa Arab yang dilakukan pada setiap hari jum’at. Dimana kami diajarkan bahasa Arab mulai dari dasar-dasarnya, kaidah-kaidah atau tata
91 Kharkhi Ma’ruf (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri),
wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 18 September 2017.
55
bahasanya, sampai dengan diajarkan untu melatih berbicara dengan menggunakan bahasa Arab.92
Selaku ketua OSIS juga mengatakan bahwa”
Peran atau program yang diadakan oleh OSIS yang berkaitan dengan lingkungan bahasa adalah dengan adanya penekanan pada siswi untuk menghafal kosa kata bahasa Arab minimal tiga sampai lima kosa kata dalam setiap harinya, program ini ditujukan agar siswi memiliki perbendaharaan kosa kata yang banyak dan mampu melakukan percakapan bahasa Arab dengan baik. Setelah itu, setiap hari rabu, siswi melakukan stor hafalan dan dianjurkan untuk mempraktukkan kosa kata yang telah dihafal dalam kehidupan sehari-hari. 93
Dari pihak Madrasah pun membuat berbagai macam majalah dinding
yang bertuliskan bahsa Arab serta kaligrafi-kaligrafi di tiap-tiap ruang di
lingkungan Madrasah. Hal ini bertujuan untuk membiasakan siswi membaca
maupun melihat tulisan-tulisan Arab dan merasa tidak asing dengan bahasa
Arab.94
Lingkungan lain yang cukup berperan adalah perpustakaan.
Keberadaan perpustakaan sangat membantu guru dan siswi dalam
mengembangkan potensi berbahasa yang dimuliki. Perpustakaan bisa
menjadi alternatif belajar baigi siswi dan guru. Buku-buku yang menunjang
pengajaran bahasa Arab tersedia cukup di dalam perpustakaan.
Perpustakaan berperan menyediakan berbagai buku dan referensi bagi siswi
untuk memperdalam ilmu bahasa Arab yang dipelajari di dalam kelas serta
92 Nia Imroatussholihah (Siswi Kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara,
Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017. 93 Baiq Heny (Ketua OSIS MA Al-Aziziyah Putri), Iwawancara, Kapek Gunungsari,
tanggal 19 September 2017. 94 Observasi, tanggal 19 September 2017.
56
perpustakaan sebagai tempat belajar kelompok siswi dan tempat untuk
mengerjakan tugas yang diberikan guru.95
2. Membiasakan dalam Lingkungan Formal
Lingkungan formal adalah lingkungan utama atau lingkungan yang
sudah memiliki ketentuan sendiri dalam dunia pendidikan. Yang mana
Kharkhi Ma’ruf dalam hal ini mengungkapkan bahwa lingkungan formal
ini adalah lingkungan tempat berjalannya proses belajar-mengajar yang
telah ditentukan (baik dari materi pelajaran, waktu dan lainnya). Dalam
lingkungan formal adalah lingkungan yang dimanfaatkan dalam ruang
kelas yang dapat memberikan peran yang cukup besar dalam membantu
proses pengajaran terutama dalam meningkatkan keterampilan berbicara
bahasa Arab.96 Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan Rosyid
guru bahasa Arab mengatakan, bahwa:
“Kelas merupakan salah satu tempat formal untuk melaksanakan aktivitas belajar mengajar, karena ruang kelas sebagai tempat berlangsungnya intraksi secara langsung antara guru dan siswi secara terpantau. Adapun langkah-langkahnya adalah siswi diberikan tugas untuk melatih berdialog dengan menggunakan bahasa Arab dan siswi juga dianjurkan untuk menghafal kosa kata baik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari maupun kosa kata yang berkaitan dengan lingkungan Madrasah serta Pondok dan guru memberikan pemahaman sekaligus motivator untuk siswi bahwa belajar bahasa Arab adalah menyenangkan dan tidak sulit”.97
95 Nurul Fajri (Kepala Perpustakaan MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Tanggal 17
September 2017. 96 Kharkhi Ma’ruf (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri),
wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017. 97 Fahrurrozi (Guru Bahasa Arab Kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara,
Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017.
57
Hal ini juga disampaikan oleh Raehan dan Mufidatun Nisa’ yang
mengungkapkan hal yang sama bahwa lingkungan formal adalah
lingkungan yang sudah ditentukan dan teratur, bahkan proses
pembelajarannya disesuaikan dengan waktu yang sudah ditentukan.98
Selain itu, Sri Harmawati juga mengungkapkan hal yang sama bahwa
lingkungan forman adalah lingkungan yang telah memiliki aturan
tersendiri.99
3. Membiasakan santriwati dalam memonitoring dengan bekerjasama dengan
seluruh pihak baik dari ruang lingkup Madrasah maupun dari lingkungan
Pondok untuk membantu melakukan pengawasan terhadap kedisiplinan
berbahasa Arab.
4. Menerapkan kedisiplinan melalui berbagai macam tata tertib dan sanksi bagi
siswi yang melanggar peraturan. Hal ini bertujuan untuk menanamkan
kedisiplinan berbahasa Arab dalam diri para siswi. tata tertib dibuat dengan
cermat dan bijaksana sehingga akan menumbuhkan kesadaran dan kemauan
untuk mematuhi seluruh tata tertib yang telah ditetapkan. Adapun sanksi
yang ditetapkan harus bersifat mendidik dan tidak mengandung
kekerasan.100
98 Raehan dan Muidatun Nisa’ (Siswi Kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri),
wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017. 99 Sri Harmawati (Siswi Kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 17 September 2017. 100 Ibid, tanggal 17 September 2017
58
BAB III
PEMBAHASAN
A. Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Arab di MA
Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-
bunyi artikulsai atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa ide,
pendapat, keinginan, atau perasaaan kepada mitra bicara. Dalam makna yang
lebih luas, berbicara merupakan suatu system tanda-tanda yang dapat didengar
dan dilihat yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia
untuk menyamoaikan pikiran dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Bahkan
menurut Tarigan, berbicara merupakan kombinasi faktor-faktor fisik,
psikologis, neorologis, semantik, dan linguistik secara luas sehingga dapat
diaanggap sebagai alat manusia yang paling control sosial.101
Adapun proses pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab siswi
kelas XI Bahasa di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah Putri dalam hal ini
adalah:
1. Tata Bunyi
Berkaitan dengan pengajaran pelafalan tata bunyi, pada saat
mengajar, guru berusaha untuk menyerupai penutur aslinya dalam
mengucapkan kalimat bahasa Arab, karena MA Al-Aziziyah adalah
Madrasah yang menekankan menghafal Al-qur’an. Seperti yang dijelaskan
101 Acep Hermawan, metodologi pembelajaran bahasa Arab, H.98-99
59
oleh Kharkhi Ma’ruf dan Rosyid bahwa proses pembelajaran dalam
meningkatkan kemampuan bahasa Arab, yang diawali melalui pembelajaran
tata bunyi, yang mana tata bunyi ini merupakan bagian yang dapat dikatakan
penting, karena harus sesuai dengan aturan dalam bahasa yang ada.102
Dalam hal ini, Fahrurrozi menambanhakan bahwa pembelajaran tata bunyi
pada dasarnya lebih dominan dilakukan dengan penghafalan. Siswi dalam
hal ini dituntut untuk menghafal beberapa kosa kata dan melafalkannya
sesuai dengan aslinya. Dan hal yang dapat dijadikan sebagai kekuatan kecil
adalah rata-rata siswi di MA Pondok Pesantren Al-Aziziyah khususnya
siswi kelas XI Bahasa di MA Al-Aziziyah Putri sudah fasih dan menguasai
dalam hal makhrijul huruf.103
Sejalan dengan penjelasan di atas, Raehan memiliki pandangan
bahwa tata bunyi yang diajarkan oleh guru bahasa Arab adalah bagian dasar
yang dapat membantu para siswa dalam meningkatkan kemampuan
berbicara bahasa Arab dengan lebih baik.104 Begitu juga dengan Nia
Imro’atussholiha yang menganggap bahwa pembelajaran tata bunyi adalah
pembelajaran yang penting, yang mana untuk menentukan salah atau
benarnya pengucapan. Seperti halnya guru terlebih dahulu melafalkan kata
102 Kharkhi Ma’ruf dan Rosyid (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah
Putri), wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 18 September 2017. 103 Fahrurrozi (Guru Bahasa Arab Kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri),
wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 17 September 2017 104 Raehan dan Miftahul Jannah (Siswi Kelas XI Bahasa), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 18 September 2017.
60
atau kalimat, setelah itu siswi melafalkannya, ketika masih salah kemudian
diulang kembali.105
2. Struktur Kalimat
Dalam pengajaran struktur kalimat atau tata bahasa di kelas XI
Bahasa, guru mengajarkan kaidah nahwu maupun sharaf sesuai dengan
materi yang ada dalam buku ajar. Seperti pandangan Rosyid bahwa
pengajaran struktur kalimat kepada para siswi yang telah disesuaikan adalah
hal yang harus diselaraskan dan sesuai dengan kebutuhan siswi. Hal ini,
selain bertujuan untuk memudahkan siswi dalam belajar struktur kalimat,
juga agar mudah dalam hal pengaplikasian secara langsung.106 Selain itu,
Kharkhi ma’ruf juga memandang penting dalam hal pembelajaran struktur
bahasa. Karena ketika para siswi mampu memahami struktur bahasa yang
ada, maka para siswi akan lebih mudah dalam berbahasa dan pengaplikasian
pada penyelesaian tugas yang ada.107
Dengan demikian, struktur bahasa dalam hal ini dapat disimpulkan
bahwa hal yang penting dalam meningkatkan kemampuan siswi dalam
berbahasa Arab. Seperti halnya yang dijelaskan oleh Miftahul Jannah yang
lebih menitik-beratkan pada dampak dalam mengerjakan tugas yang
diberikan guru. Di mana, pembelajaran struktur bahasa memberikan
kemudahan ketika difahami dengan baik, baik dalam kemudahan
105 Nia Imroatussholihah (Siswi Kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara,
Kapek Gunungsari, tanggal 18 September 2017 106 Rosyid (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Kapek Gunungsari),
Wawancara, tanggal 18 September 2017 107 Kharkhi Ma’ruf (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri),
wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 18 September 2017.
61
menyelesaikan tugas maupun yang lainnya.108 Begitu juga dengan Raehan
yang memandang arti penting dari pembelajaran struktur bahasa, yang pada
intinya adalah memberikan pemahaman yang lebih luas dan kemudahan
dalam menyelesaikan tugas yang ada. Walaupun terkadang ada sebagian
siswi masih banyak yang belum bisa memahami dan
mengaplikasikannya.109
Sejalan dengan pandangan di atas, struktur bahasa dalam
pembelajaran bahasa Arab dipandang Mufidatun Nisa’ sebagai bentuk
pemahaman dalam menyusun kalimat yang baik, yang mana siswi-siswi
harus memahami dengan baik mengenai struktur kalimat dalam bahasa
Arab, baik dalam hal berbicara maupun dalam hal menulis. Dengan
demikian, untuk mencapai keberhasilan dalam hal struktur kalimat, maka
penggunaan metode yang tepat adalah hal yang utama. Karena dengan
penggunaan metode yang tepat dan disesuaikan dengan kebutuhan
berdampak pada kemudahan pada siswi-siswi dalam memahami struktur
kalimat.110
Metode pengajaran yang dilakukan guru adalah metode induktif atau
biasa disebut qiasiy, yaitu dengan menyajikan kaidah-kaidah terlebih dahulu
kemudian diikuti dengan contoh-contoh dalam bentuk kalimat sederhana.
Selanjutnya guru memberikan kesimpulan pelajaran, setelah dianggap
108 Miftahul Jannah (Siswi kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 18 September 2017. 109 Raehan dan Miftahul Jannah (Siswi Kelas XI Bahasa), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 18 September 2017. 110 Mufidatun Nisaq (Siswi Kelas XI Bahasa), wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal
18 September 2017
62
cukup, siswi diminta untuk mengerjakan soal dan latihan. Dalam hal ini,
metode induktif dipandang sebagai salah satu metode yang tepat dan telah
disesuaikan dengan kebutuhan siswi, dan didasari atas pengalaman yang
berjalan selama ini. Sehingga penggunaan metode induktif dianggap sebagai
metode tradisi (dipakai secara berkelanjutan).
Penggunaan metode di atas juga dimaknai oleh Sri Harmawati
sebagai metode yang baik, artinya metode yang dapat memberikan
kemudahan bagi siswi dalam memahasi struktur kalimat bahasa Arab.111
Begitu juga dengan Nia Imro’atussholiha dan Miftahul Jannah sebagai
metode sederhana dan dibawa secara menarik oleh guru sehingga
berdampak pada respon yang baik oleh para siswi.112
3. Kosa Kata
Terkait dengan pengajaran kosa kata, guru memberikan tugas kepada
siswi untuk menghafal kosa kata yang berada disekitar mereka untuk
memperkaya perbendaharaan kosa kata, kemudian waktu untuk
mengevaluasi tidak menentu, itu tergantung guru. Sehingga hal ini dapat
memberikan nilai positif bagi para siswi. Seperti halnya pemaknaan guru
bahasa Arab bahwa semakin banyak kosa kata yang dihafal oleh para siswi,
maka akan semakin meningkat kemampuannya dalam berbicara bahasa
Arab.113
111 Sri Harmawati (Siswi Kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 18 September 2017. 112 Nia Imro’atussholihah dan Miftahul Jannah (Siswi kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah
Putri), wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 18 September 2017. 113 Kharkhi Ma’ruf (Guru Bahasa Arab kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri),
wawancara, Kapek Gunungsari, tanggal 18 September 2017.
63
Selain itu, pandangan Nia Imro’atussholiha terhadap penghafalan ini
memberikan arti yang positif, karena kosa kata adalah hal yang penting
untuk diketahui dan dihafal.114 Begitu juga dengan Miftahul Jannah yang
memandang proses pembelajaran penghafalan kosa kata ini dalam hal
meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab adalah hal yang baik.
Walaupun terkadang sebagain siswi lemah dalam menghafal. Namun, ketika
proses pembelajaran ini terus dibiasakan, tentunya perubahan yang baik
akan terwujud.115
Evaluasi hasil penghafalan yang tidak menentu, terkadang menjadi
hal yang dikhawatirkan oleh para siswi, karena terkadang evaluasi dilakukan
satu atau dua hari setelah diinformasikan oleh guru. Seperti yang
disampaikan oleh Mufidatun Nisa’ bahwa evaluasi adalah hal yang ditunggu
dan ditakutkan oleh sebagian siswi, karena terkadang siswi sudah menghafal
dengan baik dan maksimal, dan sebagian lagi masih dalam tahap
penghafalan. Namun, dalam hal ini, kemampuan dominan siswi untuk
menghafal cukup baik, walaupun tidak maksimal karena ada sebagian siswi
yang daya hafalannya kurang bagus.116
Kendatipun siswi sudah menghafal kosa kata yang ditugaskan, akan
tetapi siswi masih kurang dalam menyelaraskannya dengan kaidah atau
sruktur kalimat baik dalam berbicara maupun dalam hal penulisan.
114 Nia Imro’atussholihah (Siswi kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara,
Kapek Gunungsari, tanggal 18 September 2017. 115 Miftahul Jannah (Siswi kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 18 September 2017. 116 Miftahul Jannah (Siswi kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 18 September 2017.
64
4. Kelancaran
Kelancaran dalam berbicara merupakan hal yang ingin dicapai dalam
belajar bahasa asing, karena akan mudah dan jelas dipahami oleh lawan
bicara, sebagaimana berbicara adalah sarana untuk berkomunikasi denan
orang lain. Untuk melancarkan siswi dalam berbicara bahasa Arab guru
ketika proses pembelajaran membiasakan siswi untuk membaca percakapan
dalam buku, siswi diminta untuk melakukan percakapan berpasangan. Hal
ini menjadi bagian yang dianggap sangat positif oleh Raehan, karena praktik
secara langsung di dalam kelas dengan cara berpasangan dapat memberikan
dampak mental yang tinggi pada siswi. Sehingga keberanian siswi dalam
berbicara bahasa Arab akan semakin melancarkan kemampuan para siswi
yang ada.117
Senada dengan di atas, Sri Harmawati memiliki pandangan yang
menekankan pada sisi peningkatan kemampuan, yang mana percakapan
berpasangan yang dibiasakan oleh guru di dalam kelas memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap keterampilan para siswi dalam berbicara bahasa
Arab. Artinya, dengan kebiasaan tersebut, para siswi secara tidak langsung
sedang dibangun mental yang kuat dalam melawan ketakutan atau ketidak-
beranian terhadap berbicara bahasa Arab.118 Hal ini pada dasarnya adalah
harapan Fahrurrozi untuk memberikan manfaat jangka panjang kepada siswi
117 Raehan (Siswi kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 18 September 2017. 118 Sri Harmawati (Siswi kelas XI Bahasa MA Al-Aziziyah Putri), wawancara, Kapek
Gunungsari, tanggal 18 September 2017.
65
dalam hal kemampuan berbicara bahasa Arab dengan baik. Walaupun saat
ini masih sebagian siswi belum bisa bahasa Arab dengan baik.119
Selain itu juga guru membiasakan siswi untuk berbicara bahasa Arab
ketika dalam proses pembelajaran, misalnya dengan melontarkan