i Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga Oleh, SANDRA SISKA MATARA 712010030 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Teologi Falkultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Teologi Program Studi Teologi FALKUTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016
35
Embed
Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10479/2/T1_712010030_Full... · mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda Mandiri Jaya
Salatiga
Oleh,
SANDRA SISKA MATARA
712010030
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Program Studi Teologi Falkultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian
Dari Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Teologi
Program Studi Teologi
FALKUTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Selalu percaya berdoa dan terus belajar dan beriman dalam
Tuhan
Pasti ada keberhasilan.
Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab ia baik
Bahwasannya untuk selama-lamanya kasih setiaNya
Terpujilah Tuhan Yesus. Mazmur 136:1
Dengan bangga penulis persembahkan kepada:
Mamaku tercinta yang telah mengajariku percaya dalam iman dan selalu
percaya kuasa Tuhan yesus yang sangat luar dan juga menjalani hidup
dan karya.
Untuk kedua kakak ku tersayang yang setia memberiku motivasi dan doa
Untuk dosen-dosenku di Program Studi Theologi UKSW Salatiga yang
selalu memberiku ilmu dan pengetahuan yang berharga.
Untuk Keluarga, Saudara, Sahabat, dan teman-teman yang selalu
mendoakan dan mendukung penulis.
vii
KATA PENGANTAR
Bersyukur selalu karna kebaikkan Tuhan yesus telah memberkati penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari akan setiap proses pendidikan
penulis juga di berikan motivasi, doa dan dukungan untuk keberhasilan penulis. Untuk itu
dengan penuh kerendahan hati dan rasa syukur yang mendalam penulis mengucapkan
trimakasih kepada :
1. Allah Tritunggal yang hidup dan yang menghidupi penulis
2. Bapak Pdt. J.D Engel, M.Si Dan Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo selaku dosen
pembimbing yang dengan penuh kebaikkan dan kebijaksanaa, kesabaran yang
telah membimbing penulis sehingga penulis telah menyelesaikan skripsi ini.
3. Untuk program studi Theologi Universitas Kristen Satya wacana Salatiga yang
dengan kelembutan dan ketulusan telah mengajarkan ilmu pengetahuan dan
membantu penulis.
4. Kepada ketua Panti Wherda jaya salatiga yang dengan kerendahan hati membantu
penulis untuk menyelesaikan dalam penelitian.
5. Terima kasih untuk orang tua (mama) yang telah mendoakan serta mendukung,
motivasi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penulis dengan
baik dan dapat mencapai keberhasilan penulis.
6. Untuk kakak tersayang Terima kasih (Deby, Ledy) yang mengharapkan
keberhasilan penulis dan selalu mendoakan serta mendukung penulis dan memberi
dukungan.
7. Teman-teman terkasih yang mendukung penulis terkhusus ( Yana, Shesy, Risna
K’ichy,Megi, K’Asrid, Brenda,K’Gin, Prily, Risna, Lorin K’Agnes) yang setia
mendukung, mendoakan penulis.
8. Salatiga, terimakasih atas kebersamaannya selama penulis menjalani studi di
salatiga terkhusus ( Kos Putri Merpati Kalimangkak, Tersayang ibu ending, Pak
Har adek sekar yang selalu mendoakan keberhasilan penulis.
viii
Terimakasih Tuhan yesus untuk kebaikkanmu yang selalu menjanjikan kebahagian
masa depan untuk penulis rasakan di hari kebahagiaan penulis bisa sampai di tahap ini
karna kuasa Tuhan yesus yang menyertai penulis.( I Love You Jesus )
Akhir kata di dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menyadari bahwa terdapat
kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak diperlukan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa peran konseling
pastoral bagi lansia di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga. Penelitian ini dimotivasi oleh
fakta masalah bahwa dalam konseling di katakana berhasil jika dapat menerapkan keenam
fungsi yaitu fungsi membimbing, fungsi memperbaiki hubungan, fungsi menopang, fungsi
menyembuhkan, fungsi mengasuh/ memelihara, dan fungsi mengutuhkan. Sedangkan di
panti Wherda hany amempunyai dua orang tim pastoral yang harus melayani 15 lansia
dengan waktu kerja 2 kali dalam seminggu, melihat fakta masalah ini apakah konseling
pastoral ini dapat menerapkan keenam fungsi tersebut. Penelitian ini menerapkan
pendekatan penelitian metode deskriptif analisis kerja dan aktivitas, melalui penelitian ini
bermaksud mendeskripsikan pelaksanaan dan peran konseling pastoral bagi lansia di Panti
Wherda Mandiri Jaya Salatiga. Salah satu teknik pengumpul data terkait dengan penelitian
ini, dilakukan melalui wawancara, yaitu suatu kegiatan di lakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para
responden. Hasil dari penelitian ini ialah konseling pastoral bagi lansia di panti Wherda
Mandiri Salatiga tidak maksimal karena dalam proses kegiatan konseling pastoral Tujuan
konseling pastoral yang tidak terealisasikan sepenuhnya Hal ini di sebabkan oleh konseling
pastoral yang dilakukan dipanti Wherda itu hanya bersifat procedural saja atau hanya
bersifat formal, sehingga keenam fungsi-fungsi konseling pastoral itu tidak berlangsung
dengan baik, disebabkan oleh waktu konseling yang terlalu singkat.
Kata Kunci : Lansia, Konseling Pastoral, Panti Wherda
1
PERAN KONSELING PASTORAL TERHADAP LANSIA DI PANTI
WHERDA MANDIRI JAYA SALATIGA
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Lanjut usia merupakan bagian dari fase kehidupan manusia dimana seseorang menjadi
tua dan pada umumnya, akan mengalami perubahan yang sangat signifikan. Secara
alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi, maupun mentalnya
dan hal ini tidak terlepas dari masalah ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan-perubahan
ini pun membawa dampak dalam kehidupan psikis dari seorang lansia, menyebabkan
merekasering merasakan kesepian, tertekan, depresi, dan memiliki ketergantungan
terhadap orang lain yang mau mendengar keluh dan kesah mereka, serta memulihkan
nilai spiritualitas dalam relasi yang benar dengan Tuhan. Dengan memberikan pelayanan
yang tepat untuk lansia menjadi salah satu cara untuk membantu lansia agar dapat
menerima keadaannya yang sesungguhnya ia jalani, sehingga ia akan berusaha untuk
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi fisik, sosial-psikologisnya dengan tepat. Oleh
karena itu, dalam menjalani kehidupan di masa lanjut usia, para lansia sangat
membutuhkan perhatian dan pelayanan khusus dari orang-orang terdekat seperti keluarga
atau relawan yang merawat lansia tersebut, gereja dan masyarakat dalam menangani
Manula (Manusia Usia Lanjut, dalam rangkah memenuhi kebutuhan para lansia maka di
butuhkan konseling pastoral.
Konseling merupakan suatu kegiatan menolong orang lain yang karena suatu sebab
perlu didampingi. Orang yang melakukan kegiatan konseling disebut sebagai konselor.
Antara konselor dan konseli harus mempunyai suatu interaksi sejajar dan atau relasi
timbal-balik.Pihak yang paling bertanggung jawab (sejauh mungkin sesuai dengan
kemampuan) adalah konselor.1Sedangkan, istilah pastoral.Pastoral berasal dari “pastor”
dalam Bahasa Latin atau dalam Bahasa Yunani disebut “poimen”, yang artinya
“gembala”.2 Dapat disimpulkan konseling pastoral,berarti sifat dari pendampingan
tersebut,. Dengan demikian, dalam mendampingi sesama yang menderita haruslah
bersifat pastoral. Atau dengan kata lain, pertolongan kepada sesama yang utuh mencakup
1Aart Van Beek. Pendampingan Pastoral,(Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal. 9
2Aart Van Beek. Pendampingan pastoral, ( Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal.10
2
jasmani, mental, sosial dan rohani hendaklah bersifat pastoral.3 Berdasarkan pengertian di
ataspenulis memahami bahwa konseling pastoral merupakan sebuah pelayanan yang
sangat dibutuhkan oleh individu atau kelompok, dengan memberikan penguataan
,topanga, dukungan dan bimbingan yang dapat membantu seseorang merasakan
kehidupan yang lebih baik.
Adapun fungsi yang harus dicapai dalam melakukan konseling pastoral yaitu:4
1. Fungsi membimbing, orang yang didampingi ditolong untuk memilih atau mengambil
keputusan tentang apa yang ditempuh atau apa yang menjadi masa depannya.
Pengambilan keputusan tentang masa depan ataupun mengubah dan memperbaiki
tingkah laku tertentu, tetap di tangan orang yang di damping ( penderita )
2. Fungsi mendamaikan/ memperbaiki hubungan, pendampingan pastoral dapat
berfungsi sebagai perantara untuk memperbaiki hubungan yang rusak dan terganggu.
3. Fungsi menopang/ menyokong, sokongan berupa kehadiran dan sapaan yang
meneduhkan dan sikap yang terbuka, akan mengurangi penderitaan yang begitu
memukul.
4. Fungsi menyembuhkan, melalui pendampingan pastoral yang berisi kasih sayang, rela
mendengarkan segala keluhan batin,dan kepedulian yang tinggi akan membuat
seseorang yang sedang menderita mengalami rasa aman dan kelegaan sebagai pintu
masuk ke arah penyembuhan yang sebenarnya. Fungsi ini penting terutama bagi
mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat kehilangan atau terbuang.
5. Fungsi mengasuh, melihat potensi yang dapat ditumbuh-kembangkan kehidupannya
sebagai kekuatan yang dapat diandalkan untuk tetap melanjutkan kehiupan.
6. Fungsi mengutuhkan, adalah fungsi pusat karena sekaligus merupakan tujuan utama
dari pendampingan pastoral, yaitu pengutuhan kehidupan manusia dalam segala aspek
kehidupannya, yakni fisik, sosial, mental, dan spiritual.
Terkait dengan enam fungsi di atas, maka menurut penulis, konseling pastoral
dikatakan terlaksana dengan maksimal ketika keenam fungsi tersebut dapat tercapai.
Dengan demikian, diharapkan agar setiap konselingpastoral harus mengetahui dan
memahami setiap fungsi konseling. Sehubungan dengan kebutuhan para lansia yang
cukup kompleks seperti menyangkut perubahan dan masalah dalam kesehatan,
kesejahteraan, religius, sosial, ekonomi, konflik dalam relasi antar para lansia atau
3Aart Van Beek. Pendampingan Pastoral, ( Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal.12
4Aart Van Beek. Pendampingan Pastoral, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal. 13-15
3
dengan anggota keluarga, dan lain sebagainya, maka konseling pastoral perlu dilakukan
guna menolong para lansia yang mengalami pergumulan hidup dan tetap mengupaya
pertumbuhan rohani.
Panti Whreda Mandiri Jaya Salatiga ,memberikan pelayanan sosial dan rohani bagi
para lansia yang menjadi pasien. Panti whreda memiliki seorang kepala panti, dan 14
orang lansia, dengan bantuan tenaga relawan berjumlah 4 orang, serta 2 orang tim
pastoral. Fakta di lapanganmenjawab kebutuhan para lansia yang kompleks, pelayanan
konseling pastoral sangatlah terbatas dalam hal tenaga dan waktu. Hal ini disebabkan
karena minimnya tenaga konseling pastoral yang secara aktif dilakukan oleh seorang dari
tim pastoral dengan waktu kerja yakni 2 x seminggu. Hal ini menyebabkan tidak semua
lansia dapat dilayani oleh seorang konselor. Sehingga terkadang kepala panti harus
mengambil alih peran konseling seperti menemani dan mendengarkan setiap keluhan dan
masalah para lansia itupun tidak menolong para lansia menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapi. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman kepala panti dalam
melakukan konseling pastoral dan ia pun merasa kelelahan karena seorang diri dalam
menangani 14 orang lansia.5
Menurut penulis, konseling secara konsisten sangat penting untuk dilakukan guna
meningkatkan kualitas pelayanan kepada para lansia. Kehadiran dan konseling yang
dilakukan olehtim pastoral di sebuah panti Whreda secara intensif sesungguhnya dapat
membantu para lansia yang sedang bergumul dengan berbagai persoalan di masa tua.
Sehingga realita konselingpastoral yang terjadi tidak sesuai dengan harapan.
Berdasarkan latar belakang data diatas, maka penulis ingin mengambil judul:
“Peran Konseling Pastoral terhadap Lansia
Di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga”
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran konseling pastoral bagi lansia di Panti Wherda Mandiri Jaya
Salatiga?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan dan menganalisis peran konseling pastoral bagi lansia di Panti
Wherda Mandiri Jaya Salatiga.
5 Hasil Wawancara dengan Ibu Vt sebagai Kepala Asrama Panti Whreda Mandiri Jaya Salatiga, Jumat
06 Februari 2015 pukul 12.00 WIB
4
1.4 Signifikansi Penelitian
1. Akademik, memberi sumbangsih berupa pemahaman dan pengetahuan baik
kepada mahasiswa Fakultas Teologi dan juga kepada Panti Wherda Mandiri Jaya
Salatiga dalam memberikan pelayanan konselingpastoral secara holistik bagi para
Lansia. Mengingat lansia adalah bagian dari umat Allah yang harus dilayani dan
menjadi tanggung jawab daro pelayanan para hamba Tuhan.
2. Praktisnya, kiranya penelitian ini menjadi salah satu bahan refleksi dan evaluasi
bagi pengurus atau tim pastoral di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga terkait
pelayanan konseling pastoral bagi lansia agar dapat menjawab persoalan dan
kebutuhan para lansia yang dirawat sesuai dengan enam fungsi konseling pastoral.
1.5 Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga - Jawa Tengah, dengan
responden terdiri dari tim pastoral, lansia dan kepala asrama Panti Wherda Mandiri Jaya.
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif analisis kerja dan
aktivitas. Metode deskriptif analisis kerja dan aktivitas ini ditujukan untuk menyelidiki
secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, dan hasil penelitian tersebut dapat
memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.6Yang
deskriptif analisis, maka melalui penelitian ini bermaksud mendeskripsikan
pelaksanaandan peran konselingpastoral bagi lansia di Panti Wherda Mandiri Jaya
Salatiga. Salah satu teknik pengumpul data terkait dengan penelitian ini, dilakukan
melalui wawancara, yaitu suatu kegiatan di lakukan untuk mendapatkan informasi secara
langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden.
Wawancara bermakna berhadapan langsung antara interviewer(s) dengan reponden, dan
kegiatannya di lakukan secara lisan.7
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian tersebut, penulis akan mengemukakan karya ini
dalam 4 bagian, sebagai berikut: Bagian pertama, Pendahuluan berisikan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, lokasi dan subyek
6 M. Nazir. Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hal. 89
7P. Joko Subagyo, S.H. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik, (Jakarta: Rineka cipta, 2011),
hal. 39
5
penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bagian kedua, tentang lansia dan
konseling pastoral yang meliputi defenisi lansia dan konseling pastoral, gambaran lansia
yang meliputi fakta fisik,sikis,sosial dan spiritual,dan peran konseling pastoral terhadap
lansia.Bagian ketiga,tentang hasil penelitian pembahasan yang meliputi deskripsi dan
analisis peran konseling pastoral bagi lansia dipanti whreda mandiri jaya Salatiga. Bagian
keempat, Penutup yang meliputi kesimpulan berupa temuan-temuan hasil pembahasan
analisis serta saran berupa kontribusi dan rekomendasi untuk penelitian lanjutan.
II. Lansia Dan Konseling Pastoral
2.1. Lansia
2.1.1 Definisi Lansia
Menua atau menjadi tua tidak pernah dapat dihindari oleh siapapun, betapapun
canggihnya teknologi kosmetik dan kedokteran modern. Setiap makhluk hidup akan menjadi
tua dan menghadapi krisis lanjut usia. Dari masa ke masa, manusia selalu berusaha untuk
mencari resep awet muda dan umur panjang. Setiap orang ingin panjang umur, tetapi tidak
mau menjadi tua. Upaya untuk tetap awet muda sudah dimulai ribuan tahun yang lalu. Tetapi
tidak ada obat mujarab yang berhasil ditemukan untuk mencegah proses penuaan dan
menghindari kematian.8Lansia merupakan orang yang sistem biologisnya mengalami
perubahan-perubahan struktur dan fungsi dikarenakan usia yang sudah lanjut. Pada lansia
terjadi penurunan kapasitas fisik yang ditandai dengan penurunan massa otot serta
kekuatannya yang akan menjadi penghambat dalam melaksanakan aktivitas9.
Proses menua menghadapkan kita pada kenyataan yang tidak dapat dihindarkan, suatu
tahap perkembangan hidup yang sulit diterima. Oleh karena itu, mempersiapkan diri
menghadapi usia lanjut itu sangat penting dan jangan menjadikan orang kehilangan semangat
hidup karena merasa tidak berguna lagi, gelisah karena sudah tidak mempunyai tujuanhidup.
Lanjut usia bukan suatu hal yang negatif, bahkan merupakan kesempatan yang harus dijalani
untuk meraih kebahagian dalam Damai sejahtera karena kasih Allah yang tidak pernah
berubah. Gerontologi ialah ilmu yang mempelajari berbagai perubahan fisilogi yang terjadi
dalam proses menua. Salah satu penemuan menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai
8 Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.1-2
9 Indah Sampelan, Rina Kundre dan Jill Lolong(2015) Hubungan dukungan keluarga dengan
kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di desa Batu kecamatan Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara. journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2
6
tiga jenis umur, yaitu umur kronologis, biologis, dan psikologis. Umur kronologis dihitung
mulai dari tanggal lahir, jadi tentukan oleh jumlah tahun yang telah dilalui, umur biologis
ditentukan oleh derajat fungsional dan kondisi tubuh kita,sedangkan umur psikologis
ditentukan oleh tindahkan dan perilaku seseorang tingkat kedewasaan atau kematangan
pribadi orang tersebut.10
Lanjut usia juga sudah dikenal beribu tahun yang lalu oleh umat Kristen, di mana
dalam Alkitab juga dituliskan tentang masa lanjut usia tersebut. Pengarang Amsal bersaksi
”Takut akan Tuhan memperpanjang umur, tetapi tahun-tahun orang fasik diperpendek ( Ams.
10:27). Akan tetapi, para pengarang Alkitab juga mempunyai sudut pandang yang lain.
Walaupun umur panjang disyukuri sebagai berkat, para pengarang Alkitab bersikap realistis,
mereka menyadari bahwa keadaan usia lanjut juga bisa menimbulkan keadaan yang kurang
menyenangkan itu adalah rambut menjadi putih (lih. 1 Sam.12:2; Mzm. 71:18), pengilihatan
menjadi kabur(lih. Kej. 48:10), semua indra lain juga menjadi lemah ( lih. 2 Sam. 19:35),
Kekuatan tubuh menurun (lih. Mzm. 71:9), sendi-sendi kaki pegal dan nyeri (lih. 1 Raj.
15:23), tubuh mudah kedinginan(1 Raj. 1:1). Oleh sebab itu, penulis kitab pengkhotbah
menggambarkan keadaan usia lanjut sebagai ”hari-hari yang malang” dan “tahun-tahun yang
tak ada kesenangan”(Pkh. 12:1). Kemudian pemazmur menulis” Masa hidup kami tujuh
puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaanya adalah kesukaran
dan penderitaan( Mzm. 90:10). Tampak bahwa para penulis Alkitab tidak berat sebelah.
Mereka bersikap realistis. Mereka mensyukuri usia panjang sebagai anugerah Tuhan, namun
mereka menerima kenyataan bahwa usia lanjut bisa disertai dengan berbagai keterbatasaan
gerak, kelemahan fisik serta mental, rupa-rupa penyakit. 11
2.1.2 Gambaran umum menenai perubahan yang dialami oleh Lansia
Pada masa lansia, kemampuan kerja dan kegiatan menurun, hal ini merupakan akibat
dari gabungan penurunan kemampuan fungsi berbagai organ dan sistem yang terdapat di
dalam tubuh kita. Semua organ di dalam tubuh kita mengalami penuaan, sehingga terjadi
perubahan atau kemunduran fungsi-fungsinya seperti penurunan fungsi fisik,psiksis,
sosial,spiritual12
. Perubahan-perubahan ini akan dipaparkan sebagai berikut:
a. Fakta Fisik Lansia
10
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.7-8 11
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.8-12 12
Jeklin Linda Tambariki,(2015) Latihan fisik dan kualitas hidup pada lansia di kecamatan di membe, Kabupaten Minahasa Utara.
7
Perubahan-perubahan fisik yang akan dialami lansia seperti semakin menurutnya
fungsi-fungsi anggota tubuh yaitu penurunan sistem pencernaan. Dimana ketika lansia
mengalami penurunan sistem pencernaan maka makanan akan mulai sulit dikunyah karena
gigi sudah mulai ompong dan mudah terjadi gangguan pada gusi. Air liur menjadi lebih
kental karena berkurangnya produksi kelenjar-kelenjar liur sehingga fungsinya sebagai
pelican makanan juga berkurang. Akibatnya, orang lanjut usia akan selalu memilih makanan
yang lebih lunak sehingga tidak perlu banyak dikunyah. Kadang-kadang ,makanan sukar
ditelan karena otot-otot untuk menelan di daerah kerongkongan juga sudah mulai melemah.
Di samping itu, ujung-ujung (papil) indra pengecap di lidah mulai berkurang jumlahnya,
terutama untuk merasakan yang asin, sehingga biasanya ingin makanan yang lebih asin
padahal ini berbahaya, karena banyak lansia yang menderita penyakit darah tinggi atau
gangguan jantung, yang seharusnya mengurangi konsumsi garam. Indra pengecap menjadi
kurang peka,rangsangan rasa lapar berkurang akibat penurunan fungsi sel-sel kelenjar
percernaan dan berkurangnya pengeluaran asam lambung.13
Ukuran lambung mengecil sehingga daya tampung makanan juga berkurang. Produksi
enzim percernaan juga berkurang sehingga proses metabolism karbohidrat, protein, dan
lemak menjadi kurang baik. Proses penyerap sari makanaan yang terjadi di sepanjang usus
juga menurun sehingga banyak lansia yang seperti kekurangan gizi. Oleh karena itu, kadang-
kadang kita perlu mendapat tambahan vitamin. Keluhan sulit buang air besar karena
pegerakaan usus besar melemah,sisa makanaan lebih lama tertahan dan penyerapan air
berjalan terus sehingga tinja menjadi semakin keras. Disamping itu,otot dinding perut
melemah sehingga kekuatan mengedan juga berkurang. Oleh karena itu, keluhan pasien
wanita lansia tersebut memang sesuai dengan mundurnya fungsi-fungsi saluran cerna dan
pada pemeriksaan fisik memang tidak ditemukan penyakit ataupun kelainan pada saluran
pecernaan.14
Penurunan fisik yang kedua pada lansia yaitu kelemahan otot pada lansia yang
akan berdampak pada keseimbangan yang berimplikasi terhadap timbulnya gangguan
menjalankan mobilitas fungsional sehingga, meningkatkan risiko tejadinya jatuh yang
menyebabkan ketergantungan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Sebesar 28-35%
lansia di atas 65 tahun setidaknya jatuh satu kali dalam satu tahun dan meningkat pada usia di
13
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.16-17 14
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.18
8
atas 75 tahun sebesar 32-42%.Jadi, sangat penting bagi lansia untuk menjaga dan memelihara
kekuatan otot15
Penurunan fisik yang ketiga yaitu pernapasan pada proses penuaan, kekuataan otot-
otot pernapasaan melemah, dinding dada menjadi agak kaku, dan daya pegas jaringan paru-
paru berkurang sehingga napas menjadi lebih pendek. Kapasitas paru-paru juga menurun dan
volume udara yang dikeluarkan juga berkurang. Salah satu pintu masuk kuman ke dalam
tubuh kita ialah melalui pernapasan. Pada lansia, daya tahan tubuh sudah melemah dan
produksi antibody (zat untuk melawan racun bakteri) juga sudah menurun sehingga mereka
sangat rentan terhadap infeksi paru-paru, mudah terkena sakit flu, batuk,radang paru-paru,
dan lain-lain. Selain penurunan fungsi paru-paru akibat proses penuaan, ada beberapa faktor
yang dapat memperburuk sistem ini, antara lain kebiasaan merokok. Kelebihan berat badan
atau kegemukan, dankurangnya pergerakan. Oleh karena itu, olahraga penting sekali untuk
menyehatkan pernapasan dan tubuh kita secara keseluruhan.Proses penuaan juga
menyebabkan beberapa perubahan structural dan fungsional pada toraks dan paru-paru, pada
lansia ditemukan alveoli menjadi kurang elastis dan lebih berserabut serta berisi kapiler-
kapiler yang kurang berfungsi, sehingga kapasitas penggunaan menurun,maka itu kapasitas
difusi paru– paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh, sehingga
menghalangi pembuangan secret dan menciptakan risiko tinggi terhadap infeksi pernapasan.16
Adapun penurunan fisik pada lansia yang keempat yaitu penurunan fungsi ginjal dan
kandungan kemih Lansia akan sering mengeluh buang air kecil dan sulit menahan keinginan
untuk tidak membuang air kecil karena otot-otot di daerah tersebut sudah melemah. Tindakan
pencegahan dengan mengurangi jumlah asupan minum merupakan kesalahan besar karena
hal ini makin mengganggu keseimbangan cairan, bahkan bisa fatal jika terjadi gagal ginjal.
Para lansia juga rentan terhadap infeksi saluran kemih karena adanya sisa air kencing di
kandung kemih dan juga sistem pertahanan tubuh yang mulai menurun.17
Penurunan fisik
terakhir yang dialami oleh lansia yaitu gangguan pengelihatan dan pendengaran merupakan
masalah penting yang menyertai lanjutnya usia. Dengan berkurangnya penglihatan, lansia
sering kehilangan rasa percaya diri, berkurangnya keinginan untuk pergi keluar, dan malas
untuk bergerak. Mereka kehilangan kemampuan untuk membaca dan menonton acara
15
Indah Sampelan, Rina Kundre dan Jill Lolong(2015) Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di desa Batu kecamatan Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara. journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 16
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.19 17
Aart Van Beek. Pendampingan Pastoral, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal. 22
9
televisi, dengan menurunnya pendengaran, ada dampaknya dalam hubungan sosial dengan
orang lain, yaitu mereka menjadi sulit berkomunikasi dengan lancar. Oleh karena itu, para
lansia dianjurkan untuk memakai alat bantu dengar. Kulit menjadi kering dan keriput
sehingga lansia sering mengeluh gatal di sekujur tubuhnya,biasanya ia tidak tahan dengan
udara dingin, kuku menjadi kaku dan tebal, rambut menipis karena banyak yang rontok,
sedangkan yang tumbuh sedikit, uban juga senantiasa bertambah. Keseimbangan terganggu,
sehingga mudah jatuh dan rawan kecelakaan.Dengan adanya kemunduran-kemunduran
fungsi organik ini, biasanya kegiatan lansia menjadi agak terbatas, timbul keluhan-keluhan
yang mengganggu. Akibatnya, produktivitas jadi menurun. Akan tetapi hal-hal di atas tidak
menghalangi lansia untuk tetap hidup sehat bergairah menyongsong hari tua dengan kualitas
hidup sehat dan mempunyai tujuan hidup yang berarti. 18
b. Fakta Psikis Lansia
Perubahan-perubahan psikis yang akan dialami lansia seperti semakin berkurangnya
produksi hormon, Krisis ini disebut sebagai monopause. Monopause adalah istilah
kedokteran yang menyatakan saat di mana seorang wanita mengalami berhentinya haid, yaitu
tidak mendapat haid lagi dalam 12 bulan berturut-turut. Monopause merupakan proses
alamiah yang dialami setiap wanita yang tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi masa
menopause ini. Bukan saja lansia wanita yang mengalami penurunan hormone ini, lansia pria
pun juga mengalami keadaan yang disebut andropause. Keadaan ini ekuivalen dengan
monopause pada wanita. Berkurangnya hormon terjadi sedikit demi sedikit, tidak mendadak
seperti yang terjadi pada wanita. Tidak ada perubahan-perubahan yang berarti dan tidak ada
gejala-gejala yang spesifik. Memang dari pemeriksaan laboratorium terbukti bahwa kadar
testosterone (Hormon seksual pria) mulai menurun. Penurunan hormon seperti monopause,
andropause dan proses menua, merupakan perubahan alamiah yang dihadapi oleh semua
orang.Terjadinya menopause dipicu oleh perubahan hormon dalam tubuh. Dimana hormon
merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar tertentu dalam tubuh (tidak
semua kelenjar menghasilkan hormon), yang efeknya mempengaruhi kerja alat-alat tubuh
yang lain. Hormon yang dikeluarkan melalui saluran terbuka keluar,tetapi langsung
disalurkan ke dalam darah melalui perembesan pada pembuluh-pembuluh darah yang ada
disekitar kelenjar tersebut.19
18
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.20-22 19
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.29-35
10
Penurunan psikis yang kedua yaitu krisis kemunduran fungsi motorik, dimana proses
penuaan jelas terjadi pada fungsi pergerakan, menyangkut seluruh kerangka tulang dengan
otot-otot yang menggerakkanya, terjadi atrofi(menjadi lebih kecil) pada sistem otot, tulang
dan sandi. Atrofi otot menyebabkan otot lengan dan tungkai menjadi lebih kurus dan
mengecil, tenaga berkurang dan melemah, gerakan lebih lamban dan mungkin menjadi agak
kaku. Atrofi juga terjadi pada jaringan ikat sehingga elastisitas (kelenturan) dan kekuatannya
berkurang, dan sendi menjadi kaku.20
Biasanya, lansia mengeluh nyeri tulang dan sendi, nyeri
pinggang, pinggul dan punggung karena persendian yang tidak lentur lagi. Atrofi pada saraf
mengakitbatkan melambatnya kecepatan hanaran saraf, refleks juga menurun sehingga lansia
sering terlambat menggantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset, tersandung, dan
kejadian lainnya yang tiba-tiba atau mendadak. Karena adanya atrofi otot dan saraf, gerakan
menjadi lamban dan kaku, langkah jadi pendek-pendek, dan mudah terjadi gangguan
keseimbangan dan rawan kecelakaan. Daya cengkeram menurun, kekuatan dan ketahanannya
berkurang. Tidak dapat lagi memegang cangkir atau gelas yang berisi air terlalu lama, tidak
dapat memegang dan mengangkat barang berat lagi, kaki tidak dapat menapak dengan kuat,
mudah goyang, dan berdiri pun sudah tidak stabil. 21
Sedangkan penurunan psikis yang ketiga yaitu penurunan fungsi mental, dimana otak
sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup manusia sebab pikiran, perasaa, mental, dan jiwa
manusia berpusat di otak. Dengan bertambahnya usia, para lansia menyadari bahwa dirinya
tidak dapat mengingat dengan baik dibandingkan sebelumnya. Proses menua menyebabkan
terjadinya gangguan kognitif, yang jelas terlihat pada daya ingat dan kecerdasan. Fungsi
kognitif ialah proses mental dalam memperoleh pengetahuan atau kemampuan kecerdasaan,
yang meliputi cara berpikir, daya ingat, pengertian, perencanan, dan pelaksanaan. Jadi dengan
bertambahnya umur, sebagian besar lansia mengalami kemuduran daya ingat dan merupakan
hal yang wajar jika lupa menaruh kaca mata, lupa nama tempat, lupa nama orang, lupa
menyimpan kunci, kemudian tanpa dibantu atau dengan bantuan penjabaran fungsi atau
bentuk dari hal yang dilupakan. 22
c. Fakta Sosial Lansia
20
Jeklin Linda Tambariki,(2015) Latihan fisik dan kualitas hidup pada lansia di kecamatan di membe, Kabupaten Minahasa Utara. 21
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.29-35 22
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.45-47
11
Lansia akan mengalami proses perubahan dalam bidang sosial seperti lansia merasa
tidak nyaman jika berada di tempat baru, lansia juga tidak merasa nyaman jika adanya
perubahan jadwal dalam dirinya, contohnya lansia tidak lagi dapat mengatur jam mandinya
sendiri makan siang, menonton televisi dan kegiataan rutin lainnya yang ketiga yaitu,
perubahan dalam hal daya beli karna pengasilan sudah semakin berkurang lansia lebih
banyak memikirkan matang-matang apa yang harus dibelinya. Lansia ada kemungkinan
bahwa sebagai lansia kita hanya berorientasi pada diri sendiri. Akibatnya, selalu ingin
menjadi pusat perhatian dan berharap untuk dilayani. Kita jadi sering mengeluh tentang
kesehataan dan membesar-besarkan penyakit ringan yang kia derita.23
Lansia tetap minat terhadap penampilan. Tetapi sebaliknya, lansia yang tetap aktif
dalam kegiataan sosial akan tetap merawat diri agar penampilannya lebih menarik dan ingin
kelihatan tetap muda. Daya penyesuaian diri yang sudah lemah ini harus ditingkatkan dengan
dukungan semua pihak karena lansia sulit untuk menyesuaikan diri,peran keluarga dan teman
agar lansia dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan ini sangatlah penting.
Lansia harus dianjurkan tetap mengikuti kegiatan sosial, berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan tanpa menyesali masa lampau. Menikmati setiap kegiataan meskipun mungkin
terasa membosankan karena sifatnya yang berulang-ulang. Kita harus bersyukur karena
mempunyai teman untuk berbagi lansia dapat menerima perubahan-perubahan ini. 24
d. Fakta Spiritual Lansia
Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam
kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi:
kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri.
Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan