BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangPembukaan Undang-Undang Dasar 1945
mengamanatkan bahwa pembentukan Pemerintah Negara Indonesia yaitu
antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan
upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3)
memerintahkan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Perwujudan dari amanat
Undang-Undang Dasar 1945 yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
merupakan produk undang-undang pendidikan pertama pada awal abad
ke-21. Undang-undang ini menjadi dasar hukum untuk membangun
pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi,
desentralisasi, dan otonomi pendidikan yang menjunjung tinggi hak
asasi manusia. Sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
undang-undang tentang sistem pendidikan nasional telah mengalami
beberapa kali perubahan.Pendidikan nasional, sebagai salah satu
sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua
warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah. Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu
manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh
karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal
sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan
karakter.Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas
pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa
depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh
kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman.Dari sekian
banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu
unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk
mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik.
Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum, yang dikembangkan
dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen
untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas
yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan
nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
B. Rumusan Masalah1. Apa landasan penyempurnaan kurikulum?2.
Bagaimanakah prinsip-prinsip pengembangan kurikulum?3. Bagaimama
struktur kurikulum?4. Bagaimana implementasi kurikulum?
C. Tujuan1. Mengetahui landasan penyempurnaan kurikulum2.
Mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum3. Mengetahui
struktur kurikulum4. Mengimplementasikan kurikulum
D. Manfaat1. Dapat membedakan landasan penyempurnaan kurikulum2.
Memahami -prinsip pengembangan kurikulum3. Dapat membedakan
struktur kurikulum4. Dapat menjelaskan implementasi kurikulum
BAB IIPEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KURIKULUM 2013Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua
dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua
adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum
2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua
dimensi tersebut. B. PERLUNYA PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013Di dalam
Penjelasan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Bagian Umum dijelaskan bahwa pembaruan
pendidikan memerlukan strategi tertentu, dan salah satu strategi
pembangunan pendidikan nasional ini adalah ... 2. pengembangan dan
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Pasal 35 Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 juga mengatur bahwa ... (2) Standar nasional
pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.
Selanjutnya di dalam penjelasan Pasal 35 dinyatakan bahwa
kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar
nasional yanga telah disepakati.Pada hakikatnya Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Ayat
(1) menyebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.Pengembangan
Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum
Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP
2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
secara terpadu.C. RASIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013Pengembangan
kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang
dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.
Disamping itu, di dalam menghadapi tuntutan perkembangan zaman,
dirasa perlu adanya penyempurnaan pola pikir dan penguatan tata
kelola kurikulum serta pendalaman dan perluasan materi. Dan hal
pembelajaran yang tidak kalah pentingnya adalah perlunya penguatan
proses pembelajaran dan penyesuaian beban belajar agar dapat
menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang
dihasilkan.1. Tantangan InternalTantangan internal antara lain
terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan
pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya,
standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar
kompetensi lulusan. Tantangan internal lainnya terkait dengan
faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan
penduduk usia produktif.Terkait dengan tantangan internal pertama,
berbagai kegiatan dilaksanakan untuk mengupayakan agar
penyelenggaraan pendidikan dapat mencapai ke delapan standar yang
telah ditetapkan. Di dalam Standar Pengelolaan hal-hal yang
dikembangkan antara lain adalah Manajemen Berbasis Sekolah.
Rehabilitasi gedung sekolah dan penyediaan laboratorium serta
perpustakaan sekolah terus dilaksanakan agar setiap sekolah yang
ada di Indonesia dapat mencapai Standar Sarana-Prasarana yang telah
ditetapkan. Dalam mencapai Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, berbagai upaya yang dilakukan antara lain adalah
peningkatan kualifikasi dan sertifikasi guru, pembayaran tunjangan
sertifikasi, serta uji kompetensi dan pengukuran kinerja guru.
Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, dan Standar
Kompetensi Lulusan adalah merupakan standar yang terkait dengan
kurikulum yang perlu secara terus menerus dikaji agar peserta didik
yang melalui proses pendidikan dapat memiliki kompetensi yang telah
ditetapkan. (Gambar 1).
Gambar 1Terkait dengan perkembangan penduduk, saat ini jumlah
penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari
usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua
berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan
mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai
70%.
Gambar 2Ini berarti bahwa pada tahun 2020-2035 sumber daya
manusia (SDM) Indonesia usia produktif akan melimpah. SDM yang
melimpah ini apabila memiliki kompetensi dan keterampilan akan
menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya. Namun apabila
tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi
beban pembangunan. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi
adalah bagaimana mengupayakan agar SDM usia produktif yang melimpah
ini dapat ditransformasikan menjadi SDM yang memiliki kompetensi
dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban
(Gambar 2).
2. Tantangan EksternalTantangan eksternal yang dihadapi dunia
pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan,
kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat,
perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena
negatif yang mengemuka.Tantangan masa depan antara lain terkait
dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan
masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi,
kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan
pendidikan di tingkat internasional. Di era globalisasi juga akan
terjadi perubahan-perubahan yang cepat. Dunia akan semakin
transparan, terasa sempit, dan seakan tanpa batas.Hubungan
komunikasi, informasi, dan transportasi menjadikan satu sama lain
menjadi dekat sebagai akibat dari revolusi industri dan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Arus globalisasi juga
akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan
tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern
seperti dapat terlihat di WTO, ASEAN Community, APEC, dan AFTA.
Tantangan masa depan juga terkait dengan pergeseran kekuatan
ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, serta mutu, investasi
dan transformasi pada sektor pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di
dalam studi International TIMSS (Trends in International
Mathematics and Science Study) dan PISA (Program for International
Student Assessment) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian
anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali
laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA yang hanya menduduki
peringkat empat besar dari bawah. Penyebab capaian ini antara lain
adalah karena banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan
PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.
Gambar 3Kompetensi masa depan yang diperlukan dalam menghadapi
arus globalisasi antara lain berkaitan dengan kemampuan
berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan
mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi
warga negara yang bertanggungjawab, kemampuan mencoba untuk
mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, dan kemampuan
hidup dalam masyarakat yang mengglobal. Disamping itu generasi
Indonesia juga harus memiliki minat luas dalam kehidupan, memiliki
kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai dengan
bakat/minatnya, dan memiliki rasa tanggung-jawab terhadap
lingkungan.Dilihat dari persepsi masyarakat, pendidikan di
Indonesia saat ini dinilai terlalu menitik-beratkan pada aspek
kognitif dan beban siswa dianggap terlalu berat. Selain itu
pendidikan juga dinilai kurang bermuatan karakter. Penyelenggaraan
pendidikan juga perlu memperhatikan perkembangan pengetahuan yang
terkait dengan perkembangan neurologi dan psikologi serta
perkembangan pedagogi yang terkait dengan observation-based
(discovery) learning serta collaborative learning.Tantangan
eksternal lainnya berupa fenomena negatif yang mengemuka antara
lain terkait dengan masalah perkelahian pelajar, masalah narkoba,
korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian, dan gejolak sosial di
masyarakat (social unrest)
3. Penyempurnaan Pola PikirPendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila terjadi
pergeseran atau perubahan pola pikir. Laporan BSNP tahun 2010
dengan judul Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI menegaskan
bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam menghadapi masa
depan perlu dilakukan perubahan paradigma pembelajaran melalui
pergeseran tata cara penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan
pembelajaran di dalam kelas atau lingkungan sekitar lembaga
pendidikan tempat peserta didik menimba ilmu. Pergeseran itu
meliputi proses pembelajaran sebagai berikut:a. Dari berpusat pada
guru menuju berpusat pada siswa. Jika dahulu biasanya yang terjadi
adalah guru berbicara dan siswa mendengar, menyimak, dan menulis,
maka sekarang guru harus lebih banyak mendengarkan siswanya saling
berinteraksi, berargumen, berdebat, dan berkolaborasi. Fungsi guru
dari pengajar berubah dengan sendirinya menjadi fasilitator bagi
siswa-siswanya. b. Dari satu arah menuju interaktif. Jika dahulu
mekanisme pembelajaran yang terjadi adalah satu arah dari guru ke
siswa, maka saat ini harus terdapat interaksi yang cukup antara
guru dan siswa dalam berbagai bentuk komunikasinya. Guru berusaha
membuat kelas semenarik mungkin melalui berbagai pendekatan
interaksi yang dipersiapkan dan dikelola. c. Dari isolasi menuju
lingkungan jejaring. Jika dahulu siswa hanya dapat bertanya pada
guru dan berguru pada buku yang ada di dalam kelas semata, maka
sekarang ini yang bersangkutan dapat menimba ilmu dari siapa saja
dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh via
internet. d. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki. Jika dahulu siswa
diminta untuk pasif saja mendengarkan dan menyimak baik-baik apa
yang disampaikan gurunya agar mengerti, maka sekarang disarankan
agar siswa lebih aktif dengan cara memberikan berbagai pertanyaan
yang ingin diketahui jawabannya.e. Dari maya/abstrak menuju konteks
dunia nyata. Jika dahulu contoh-contoh yang diberikan guru kepada
siswanya kebanyakan bersifat artifisial, maka saat ini sang guru
harus dapat memberikan contoh-contoh yang sesuai dengan konteks
kehidupan sehari-hari dan relevan dengan bahan yang diajarkan. f.
Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim. Jika
dahulu proses pembelajaran lebih bersifat personal atau berbasiskan
masing-masing individu, maka yang harus dikembangkan sekarang
adalah model pembelajaran yang mengedepankan kerjasama antar
individu. g. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah
keterikatan. Jika dahulu ilmu atau materi yang diajarkan lebih
bersifat umum (semua materi yang dianggap perlu diberikan), maka
saat ini harus dipilih ilmu atau materi yang benar-benar relevan
untuk ditekuni dan diperdalam secara sungguh-sungguh (hanya materi
yang relevan bagi kehidupan sang siswa yang diberikan).h. Dari
stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru. Jika
dahulu siswa hanya menggunakan sebagian panca inderanya dalam
menangkap materi yang diajarkan guru (mata dan telinga), maka
sekarang semua panca indera dan komponen jasmani-rohani harus
terlibat aktif dalam proses pembelajaran (kognitif, afektif, dan
psikomotorik).i. Dari alat tunggal menuju alat multimedia. Jika
dahulu guru hanya mengandalkan papan tulis untuk mengajar, maka
saat ini diharapkan guru dapat menggunakan beranekaragam peralatan
dan teknologi pendidikan yang tersedia, baik yang bersifat
konvensional maupun modern.j. Dari hubungan satu arah bergeser
menuju kooperatif. Jika dahulu siswa harus selalu setuju dengan
pendapat guru dan tidak boleh sama sekali menentangnya, maka saat
ini harus ada dialog antara guru dan siswa untuk mencapai
kesepakatan bersama.k. Dari produksi massa menuju kebutuhan
pelanggan. Jika dahulu semua siswa tanpa kecuali memperoleh bahan
atau konten materi yang sama, maka sekarang ini setiap siswa berhak
untuk mendapatkan konten sesuai dengan ketertarikan atau keunikan
potensi yang dimilikinya.l. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.
Jika dahulu siswa harus secara seragam mengikuti sebuah cara dalam
berproses maka yang harus ditonjolkan sekarang justru adanya
keberagaman inisiatif yang timbul dari masing-masing individu.m.
Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin
jamak. Jika dahulu siswa hanya mempelajari sebuah materi atau
fenomena dari satu sisi pandang ilmu, maka sekarang konteks
pemahaman akan jauh lebih baik dimengerti melalui pendekatan
pengetahuan multi disiplin.n. Dari kontrol terpusat menuju otonomi
dan kepercayaan. Jika dahulu seluruh kontrol dan kendali kelas ada
pada sang guru, maka sekarang siswa diberi kepercayaan untuk
bertanggung jawab atas pekerjaan dan aktivitasnya masing- masing.o.
Dari pemikiran faktual menuju kritis. Jika dahulu hal-hal yang
dibahas di dalam kelas lebih bersifat faktual, maka sekarang harus
dikembangkan pembahasan terhadap berbagai hal yang membutuhkan
pemikiran kreatif dan kritis untuk menyelesaikannya.p. Dari
penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan. Jika dahulu
yang terjadi di dalam kelas adalah pemindahan ilmu dari guru ke
siswa, maka dalam abad XXI ini yang terjadi di kelas adalah
pertukaran pengetahuan antara guru dan siswa maupun antara siswa
dengan sesamanya.Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan kompetensi lulusan yang menyangkut pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dirumuskan berdasarkan kebutuhan pada
tingkat individu, masyarakat, bangsa dan negara, serta peradaban.
Untuk mencapai kompetensi lulusan ini, yang dirumuskan dalam bentuk
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), kemudian dirumuskan materi inti
pembelajaran yang dirumuskan dalam bentuk Standar Isi (SI), proses
pembelajaran yang dirumuskan dalam bentuk Standar Proses, dan
proses penilaian dalam bentuk Standar Penilaian. Selanjutnya
dirumuskan secara lebih detil mata pelajaran apa saja yang perlu
diajarkan untuk memenuhi pencapaian kompetensi yang telah
ditetapkan.Dilihat dari pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) 2004 dan KTSP 2006, dapat disimpulkan bahwa SKL dirumuskan
dari beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Ini berarti bahwa SKL satuan pendidikan ditetapkan dengan mengacu
kepada mata pelajaran yang harus diajarkan kepada peserta didik,
atau dengan kata lain mata pelajaran menjadi penentu rumusan SKL.
Model pengembangan seperti ini mengakibatkan terjadinya pemisahan
antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Pemisahan
mata pelajaran yang lepas satu dengan yang lainnya ini tidak sesuai
lagi dengan tuntutan globalisasi yang menuntut agar semua mata
pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan dan konteks pemahaman akan jauh lebih
baik dimengerti melalui pendekatan pengetahuan
multidisiplin.Sejalan dengan itu, perlu dilakukan penyempurnaan
pola pikir dan penggunaan pendekatan baru dalam perumusan Standar
Kompetensi Lulusan. Perumusan SKL di dalam KBK 2004 dan KTSP 2006
yang diturunkan dari SI harus diubah menjadi perumusan yang
diturunkan dari kebutuhan. Pendekatan dalam penyusunan SKL pada KBK
2004 dan KTSP 2006 dapat dilihat di Gambar 4 dan penyempurnaan pola
pikir perumusan kurikulum dapat dilihat di Tabel 1.
Gambar 4
Tabel 1
4. Penguatan Tata Kelola KurikulumPenguatan tata kelola
kurikulum diatur dengan mengacu pada UU 20/2003 tentang Sisdiknas.
Pasal 38 ayat (1) pada UU No. 20 Tahun 23 tentang Sisdiknas
mengatur bahwa Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan
dasar dan menengah ditetapkan pemerintah. Selanjutnya ayat (2) pada
pasal yang sama mengatur bahwa Kurikulum pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap
kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di
bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor
departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi
untuk pendidikan menengah. Di dalam Penjelasan Umum undang-undang
yang sama dijelaskan bahwa Pembaruan sistem pendidikan memerlukan
strategi tertentu. Srategi pembangunan pendidikan nasional dalam
undang-undang ini meliputi: ... 2. pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi. Selanjutnya di dalam Penjelasan
Pasal 35 yang terkait dengan kompetensi dijelaskan bahwa Kompetensi
lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional
yang telah disepakati.Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa Standar
isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi
bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004
dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dimulai dari
penyusunan kerangka dasar kurikulum yang diturunkan dari tujuan
pendidikan nasional dan berdasarkan landasan filosofis, yuridis,
dan konseptual yang selanjutnya diturunkan ke dalam struktur
kurikulum. Dari struktur kurikulum selanjutnya diturunkan menjadi
standar isi yang memuat berbagai mata pelajaran dengan rumusan
standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk masing-masing mata
pelajaran. Selanjutnya disusun standar proses, standar kompetensi
lulusan, dan standar penilaian yang kemudian diturunkan ke dalam
pedoman dan silabus. Selanjutnya silabus diturunkan menjadi rencana
pelaksanaan pembelajaran dan buku teks untuk seterusnya
dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran dan penilaian. Perbedaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan 2006 terletak pada peran guru pada bagian akhir kerangka
kerja penyusunan kurikulum. Kalau di dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi 2004, peran satuan pendidikan dan guru terbatas pada
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang diturunkan dari
silabus yang sudah tersedia dan pemilihan buku teks siswa untuk
selanjutnya melaksanakan proses pembelajaran dan penilaian.
Sedangkan di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006,
peranan satuan pendidikan dan guru diperluas lebih lanjut sampai
pada penyusunan silabus berdasarkan pedoman yang diberikan.Peranan
satuan pendidikan dan guru yang diperluas sampai penyusunan silabus
ini berakibat pada pemilihan buku teks oleh satuan pendidikan dan
guru yang sangat beragam. Dalam kenyataannya, satuan pendidikan dan
guru memilih buku yang dihasilkan dari berbagai kurikulum, seperti
Kurikulum 1994, Kurikulum 2004, Kurikulum 2006, atau bahkan dari
sumber yang tidak jelas rujukannya. Pemilihan buku teks yang
beragam ini juga tentunya akan menghasilkan silabus yang sangat
berbeda satu sama lain yang seterusnya diturunkan menjadi rencana
pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran dan
penilaian.Oleh sebab itu, agar kompetensi lulusan dapat dicapai
sesuai dengan yang telah ditetapkan, perlu ada perubahan yang
signifikan. Pada Kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai
dengan menetapkan standar kompetensi lulusan berdasarkan kesiapan
peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah
kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri
dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan
pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan menyusun silabus,
tapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan kesempatan
mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan
tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan
memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan
guru. Perbandingan kerangka kerja penyusunan kurikulum dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan yang dilakukan Balitbang pada tahun 2010
juga menunjukkan bahwa secara umum total waktu pembelajaran yang
dialokasikan oleh banyak guru untuk beberapa mata pelajaran di SD,
SMP, dan SMA lebih kecil dari total waktu pembelajaran yang
dialokasikan menurut Standar Isi. Disamping itu, dikaitkan dengan
kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan KTSP, ada
kemungkinan waktu yang dialokasikan dalam Standar Isi tidak dapat
dilaksanakan sepenuhnya. Hasil monitoring dan evaluasi ini juga
menunjukkan bahwa banyak kompetensi yang perumusannya sulit
dipahami guru, dan kalau diajarkan kepada siswa sulit dicapai oleh
siswa.Rumusan kompetensi juga sulit dijabarkan ke dalam indikator
dengan akibat sulit dijabarkan ke pembelajaran, sulit dijabarkan ke
penilaian, sulit diajarkan karena terlalu kompleks, dan sulit
diajarkan karena keterbatasan sarana, media, dan sumber
belajar.Untuk menjamin ketercapaian kompetensi sesuai dengan yang
telah ditetapkan dan untuk memudahkan pemantauan dan supervisi
pelaksanaan pengajaran, perlu diambil langkah penguatan tata kelola
antara lain dengan menyiapkan pada tingkat pusat buku pegangan
pembelajaran yang terdiri dari buku pegangan siswa dan buku
pegangan guru. Karena guru merupakan faktor yang sangat penting di
dalam pelaksanaan kurikulum, maka sangat penting untuk menyiapkan
guru supaya memahami pemanfaatan sumber belajar yang telah
disiapkan dan sumber lain yang dapat mereka manfaatkan. Untuk
menjamin keterlaksanaan implementasi kurikulum dan pelaksanaan
pembelajaran, juga perlu diperkuat peran pendampingan dan
pemantauan oleh pusat dan daerah.5. Pendalaman dan Perluasan
MateriBerdasarkan analisis hasil PISA 2009, ditemukan bahwa dari 6
(enam) level kemampuan yang dirumuskan di dalam studi PISA, hampir
semua peserta didik Indonesia hanya mampu menguasai pelajaran
sampai level 3 (tiga) saja, sementara negara lain yang terlibat di
dalam studi ini banyak yang mencapai level 4 (empat), 5 (lima), dan
6 (enam). Dengan keyakinan bahwa semua manusia diciptakan sama,
interpretasi yang dapat disimpulkan dari hasil studi ini, hanya
satu, yaitu yang kita ajarkan berbeda dengan tuntutan zaman (Gambar
6).
Gambar 6Analisis hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011 di bidang
matematika dan IPA untuk peserta didik kelas 2 SMP juga menunjukkan
hasil yang tidak jauh berbeda. Untuk bidang matematika, lebih dari
95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai level menengah,
sementara misalnya di Taiwan hampir 50% peserta didiknya mampu
mencapai level tinggi dan advance. Dari hasil ini dapat disimpulkan
bahwa yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan
atau yang distandarkan di tingkat internasional (Gambar 7).
Gambar 7Untuk bidang IPA, pencapaian peserta didik kelas 2 SMP
juga tidak jauh berbeda dengan pencapaian yang mereka peroleh untuk
bidang matematika. Hasil studi pada tahun 2007 dan 20011
menunjukkan bahwa lebih dari 95% peserta didik Indonesia hanya
mampu mencapai level menengah, sementara hampir 40% peserta didik
Taiwan mampu mencapai level tinggi dan lanjut (advanced). Dengan
keyakinan bahwa semua anak dilahirkan sama, kesimpulan yang dapat
diambil dari studi ini adalah bahwa apa yang diajarkan kepada
peserta didik di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan atau
distandarkan di tingkat internasional. (Gambar 8).
Gambar 8Hasil studi internasional untuk reading dan literacy
(PIRLS) yang ditujukan untuk kelas IV SD juga menunjukkan hasil
yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi untuk tingkat SMP
seperti yang dipaparkan terdahulu. Dalam hal membaca, lebih dari
95% peserta didik Indonesia di SD kelas IV juga hanya mampu
mencapai level menengah, sementara lebih dari 50% siswa Taiwan
mampu mencapai level tinggi dan advance. Hal ini juga menunjukkan
bahwa apa yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang
diujikan dan distandarkan pada tingkat internasional (Gambar
9).
Gambar 9Hasil analisis lebih jauh untuk studi TIMSS dan PIRLS
menunjukkan bahwa soal-soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan
peserta didik dibagi menjadi empat kategori, yaitu: low mengukur
kemampuan sampai level knowing intermediate mengukur kemampuan
sampai level applying high mengukur kemampuan sampai level
reasoning advance mengukur kemampuan sampai level reasoning with
incomplete information.
Tabel 2Analisis lebih jauh untuk membandingkan kurikulum IPA SMP
kelas VIII yang ada di Indonesia dengan materi yang terdapat di
TIMSS menunjukkan bahwa terdapat beberapa topik yang sebenarnya
belum diajarkan di kelas VIII SMP (Tabel 2). Hal yang sama juga
terdapat di kurikulum matematika kelas VIII SMP di mana juga
terdapat beberapa topik yang belum diajarkan di kelas XIII. Lebih
parahnya lagi, malah terdapat beberapa topik yang sama sekali tidak
terdapat di dalam kurikulum saat ini, sehingga menyulitkan bagi
peserta didik kelas VIII SMP menjawab pertanyaan yang terdapat di
dalam TIMSS (Tabel 3).
Tabel 3Hal yang sama juga terjadi di kurikulum matematika kelas
IV SD pada studi internasional di mana juga terdapat topik yang
belum diajarkan pada kelas IV dan topik yang sama sekali tidak
terdapat di dalam kurikulum saat ini, seperti bisa dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4Dalam kaitan itu, perlu dilakukan langkah penguatan
materi dengan mengevaluasi ulang ruang lingkup materi yang terdapat
di dalam kurikulum dengan cara meniadakan materi yang tidak
esensial atau tidak relevan bagi peserta didik, mempertahankan
materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan menambahkan
materi yang dianggap penting dalam perbandingan internasional.
Disamping itu juga perlu dievaluasi ulang tingkat kedalaman materi
sesuai dengan tuntutan perbandingan internasional dan menyusun
kompetensi dasar yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan.D.
KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013Kurikulum 2013 adalah kurikulum
berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah
outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan
kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari
SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum
diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum dartikan
sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen
kurikulum oleh seluruh peserta didik.
Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:
1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam
bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam
Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.2. Kompetensi Inti (KI)
merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam
aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor)
yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang
harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui
pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran
siswa aktif.3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang
dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk
mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.4.
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah
diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan
menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).5.
Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements)
Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.6.
Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal).7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan
belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu mata
pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum
seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.8.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang
untuk mata pelajaran dan kelas tersebut. E. TUJUAN KURIKULUM
2013Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia
agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
dan peradaban dunia.
F. KERANGKA DASAR KURIKULUM
1. Landasan FilosofisLandasan filosofis dalam pengembangan
kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai
kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran,
posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta
didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang
memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik
menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan
pendidikan nasional. Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi
pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan
kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas.
Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan
filosofi sebagai berikut.1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa
untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang.
Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan
budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun
kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan
bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik
untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal
ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan
untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan
demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas
utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan
masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman
belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini
dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan
kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang
peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.2.
Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut
pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang
kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam
isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan
adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir
rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna
terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari
warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa
budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta
kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan
berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013
memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk
menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam
kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya,
dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.3. Pendidikan ditujukan
untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan
akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan
bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah
pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan
akademik.4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa
depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan
intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan
berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang
lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan
filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi
peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi
penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun
kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.Dengan demikian,
Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam
mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama,
seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi
inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan
diperlukan masyarakat, bangsa dan umat manusia. 2. Landasan
SosiologisKurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan
akan perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam rangka
memenuhi dinamika kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara,
sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan nasional. Dewasa ini
perkembangan pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Perubahan ini
dimungkinkan karena berkembangnya tuntutan baru dalam masyarakat,
dunia kerja, dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada
tuntutan perubahan kurikulum secara terus menerus. Hal itu
dimaksudkan agar pendidikan selalu dapat menjawab tuntutan
perubahan sesuai dengan jamannya. Dengan demikian keluaran
pendidikan akan mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam
upaya membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based
society).3. Landasan PsikopedagogisKurikulum 2013 dimaksudkan untuk
memenuhi tuntutan perwujudan konsepsi pendidikan yang bersumbu pada
perkembangan peserta didik beserta konteks kehidupannya sebagaimana
dimaknai dalam konsepsi pedagogik transformatif. Konsepsi ini
menuntut bahwa kurikulum harus didudukkan sebagai wahana
pendewasaan peserta didik sesuai dengan perkembangan psikologisnya
dan mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai dengan konteks
lingkungan dan jamannya. Kebutuhan ini terutama menjadi prioritas
dalam merancang kurikulum untuk jenjang pendidikan menengah
khususnya SMA. Oleh karena itu implementasi pendidikan di SMA yang
selama ini lebih menekankan pada pengetahuan, perlu dikembangkan
menjadi kurikulum yang menekankan pada proses pembangunan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik melalui berbagai
pendekatan yang mencerdaskan dan mendidik. Penguasaan substansi
mata pelajaran tidak lagi ditekankan pada pemahaman konsep yang
steril dari kehidupan masyarakat melainkan pembangunan pengetahuan
melalui pembelajaran otentik. Dengan demikian kurikulum dan
pembelajaran selain mencerminkan muatan pengetahuan sebagai bagian
dari peradaban manusia, juga mewujudkan proses pembudayaan peserta
didik sepanjang hayat.4. Landasan TeoritisKurikulum 2013
dikembangkan atas teori pendidikan berdasarkan standar
(standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi
(competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar
menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal
warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum
berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan
untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan
bertindak.Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan
guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan
berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan
(2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum)
sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal
peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik
menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh
peserta didik menjadi hasil kurikulum.5. Landasan YuridisLandasan
yuridis Kurikulum 2013 adalah:1. Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional;3. Undang-undang Nomor 17 Tahun
2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta
segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional; dan4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.G. PROSES PEMBELAJARANProses pembelajaran Kurikulum 2013
terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler dan pembelajaran
ekstra-kurikuler.1. Pembelajaran intra kurikuler didasarkan pada
prinsip berikut:
a. Proses pembelajaran intra-kurikuler adalah proses
pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur
kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat.b. Proses
pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS,
SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
yang dikembangkan guru.c. Proses pembelajaran didasarkan atas
prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai Kompetensi Dasar
dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted).2.
Pembelajaran ekstra-kurikulerPembelajaran ekstra-kurikuler adalah
kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang sebagai
kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin
setiap minggu. Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan
wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan ekstra-kurikuler
wajib.Kegiatan ekstra-kurikuler adalah bagian yang tak terpisahkan
dalam kurikulum.Kegiatan ekstra-kurikulum berfungsi untuk:a.
Mengembangkan minat peserta didik terhadap kegiatan tertentu yang
tidak dapat dilaksanakan melalui pembelajaran kelas biasa,b.
Mengembangkan kemampuan yang terutama berfokus pada kepemimpinan,
hubungan sosial dan kemanusiaan, serta berbagai ketrampilan
hidup.Kegiatan ekstra-kurikuler dilakukan di lingkungan:a.
Sekolahb. Masyarakatc. Alam Kegiatan ekstra-kurikuler wajib dinilai
yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung kegiatan
intra-kurikuler.H. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013Pengembangan
kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:1. Kurikulum
bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata
pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai
kompetensi. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai
rencana adalah rancangan untuk konten pendidikan yang harus
dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan
pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan, kurikulum
sebagai proses adalah totalitas pengalaman belajar peserta didik di
satu satuan atau jenjang pendidikan untuk menguasai konten
pendidikan yang dirancang dalam rencana, dan hasil belajar adalah
perilaku peserta didik secara keseluruhan dalam menerapkan
perolehannya di masyarakat. 2. Kurikulum didasarkan pada standar
kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan pendidikan,
jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan
Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi
Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan
yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses
pendidikan selama 12 tahun. Selain itu sesuai dengan fungsi dan
tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta
fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan pendidikan pada setiap
jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas
Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah
serta Standar Kompetensi satuan pendidikan. 3. Kurikulum didasarkan
pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum berbasis
kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap,
pengetahuan, ketrampilan berpikir, ketrampilan psikomotorik yang
dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk
pengetahuan dikemas secara khusus dalam satu mata pelajaran.
Kompetensi yang termasuk sikap dan ketrampilan dikemas dalam setiap
mata pelajaran dan bersifat lintas mata pelajaran, diorganisasikan
dengan memperhatikan prinsip penguatan (organisasi horizontal) dan
keberlanjutan (organisasi vertikal) sehingga memenuhi prinsip
akumulasi dalam pembelajaran.I. KERANGKA KERJA KURIKULUMProses
pengembangan kurikulum digambarkan dalam diagram Kerangka Kerja
berikut:
1. Pengembangan Kurikulum 2013 diawali dengan analisis kebutuhan
masyarakat Indonesia. Analisis kebutuhan tersebut merupakan
analisis kesenjangan mengenai kemampuan yang perlu dimiliki
warganegara bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada dekade
ketiga dan keempat abad ke-21. Adanya tantangan seperti keterikatan
Indonesia dalam perjanjian internasional seperti APEC, WTO, ASEAN
Community, CAFTA. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa
penguasaan soft skills perlu mendapatkan prioritas dalam
pengembangkan kemampuan warganegara untuk kehidupan masa depan.2.
Analisis Tujuan Pendidikan Nasional sebagai arah pengembangan
kurikulum. Setiap upaya pengembangan kurikulum haruslah didesain
untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kurikulum sebagai jiwa
pendidikan (the heart of education) harus selalu dirancang untuk
mencapai kualitas peserta didik dan bangsa yang dirumuskan dalam
tujuan pendidikan. Kajian dari tujuan pendidikan nasional memberi
arah yang juga mengacu kepada pengembangan soft skills yang
berimbang dengan penguasaan hard skills.3. Analisis kesiapan
peserta didik dilakukan terutama dari kajian psikologi anak dan
psikologi perkembangan, tahap-tahap perkembangan kemampuan
intelektual peserta didik serta keterkaitan tingkat kemampuan
intelektual peserta didik dengan jenjang kemampuan kompetensi yang
perlu mereka kuasai. Analisis ini diperlukan agar kompetensi yang
dikembangkan dalam Kurikulum 2013 bersesuaian untuk menerapkan
prinsip belajar. Prinsip belajar mengatakan bahwa proses
pembelajaran dimulai dari kemampuan apa yang sudah dimiliki untuk
mencapai kemampuan di atasnya dapat diterapkan dalam pengembangan
kurikulum.4. Berdasarkan analisis tersebut maka ditetapkan bahwa
perlu pengembangan Standar Kompetensi Lulusan baru yang
menggantikan Standar Kompetensi Lulusan yang sudah ada. Standar
Kompetensi Lulusan Baru di arahkan untuk lebih memberikan
keseimbangan antara aspek sikap dengan pengetahuan dan ketrampilan.
Walau pun Standar Kompetensi Lulusan bukan kurikulum tetapi
berdasarkan pendekatan pendidikan yang berstandar standar
sebagaimana yang dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional maka pengembangan Standar
Kompetensi Lulusan merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan. Sesuai
dengan pendekatan berdasarkan standar maka kurikulum harus
dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan.5. Analisis
berikutnya adalah kajian terhadap desain kurikulum 2006 yang
menjadi dasar dari KTSP dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 22 tahun 2005 tentang Standar Isi. Dalam Standar Isi terdapat
Kerangka dasar Kurikulum dan struktur kurikulum. Analisis terhadap
dokumen kurikulum tersebut menunjukkan bahwa desain kurikulum
dikembangkan atas dasar pengertian bahwa kurikulum adalah daftar
sejumlah mata pelajaran. Oleh karena itu satu mata pelajaran
berdiri sendiri dan tidak berinteraksi dengan mata pelajaran
lainnya. Melalui pengembangan kurikulum yang demikian maka ada
masalah yang cukup prinsipiil yaitu konten kurikulum yang
dikategorikan sebagai konten berkembang (developmental content)
tidak mendapatkan kesempatan untuk dikembangkan secara baik. Konten
kurikulum berkembang seperti nilai, sikap dan ketrampilan
(intelektual dan psikomotorik) memerlukan desain kurikulum yang
menempatkan satu mata pelajaran dalam jaringan keterkaitan
horizontal dan vertikal dengan mata pelajaran lain. Dari hasil
analisis tersebut maka dikembangkan desain baru yang memberikan
jaminan keutuhan kurikulum melalui keterkaitan vertikal dan
horizontal konten.6. Berdasarkan rumusan Standar Kompetensi Lulusan
yang baru maka dikembangkanlah Kerangka dasar Kurikulum yang antara
lain mencakup Kerangka Filosofis, Yuridis, dan Konseptual. Landasan
filosofis yang dikembangkan adalah bersifat eklektik yang mampu
memberikan dasar bagi pengembangan individu peserta didik secara
utuh yaitu baik dari aspek intelektual, moral, sosial, akademik,
dan kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan kehidupan
individu peserta didik, sebagai anggota masyarakat dan bangsa yang
produktif, dan memiliki kemampuan berkontribusi dalam meningkatkan
kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa, dan ummat manusia. Kerangka
yuridis kurikulum adalah berbagai ketetapan hukum yang mendasari
setiap upaya pendidikan di Indonesia. Kerangka konseptual berkenaan
dengan model kurikulum berbasis kompetensi yang dinyatakan dalam
ketetapan pada Undang-undang Sisdiknas. Prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum ditetapkan antara lain termasuk
penyederhanaan konten kurikulum, keseimbangan kepentingan nasiional
dan daerah, posisi peserta didik sebgai subjek dalam belajar,
pembelajaran aktif yang didasarkan pada model pembelajaran sains,
dan penetapan Kompetensi Inti sebagai unsur pengikat (organizing
element) bagi KD mata pelajaran.7. Kegiatan pengembangan berikutnya
adalah penetapan struktur kurikulum. Struktur kurikulum
menggambarkan kerangka kurkulum terdiri atas sejumlah mata
pelajaran, pengelompokkannya, posisi mata pelajaran, beban belajar
mata pelajaran per minggu dan jumlah beban belajar keseluruhan per
minggu. Berdasarkan prinsip penyederhanaan kurikulum maka jumlah
mata pelajaran dikurangi tetapi jam belajar baik untuk setiap mata
pelajaran mau pun untuk keseluruhan ditambah. Penambahan jam
belajar adalah untuk memberikan waktu yang cukup bagi peserta didik
mengembangkan kompetensi ketrampilan dan sikap melalui proses
pembelajaran yang berorientasi pada sains.8. Berdasarkan struktur
kurikulum yang telah ditetapkan, selanjutnya dirumuskan Kompetensi
Inti setiap kelas yang menjadi pengikat dari berbagai Kompetensi
Dasar. Adanya Kompetensi Inti lebih menjamin terjadinya integrasi
Kompetensi Dasar antarmata pelajaran dan antarkelas. Proses
pengembangan Kompetensi Dasar melibatkan pengembang kurikulum yang
terdiri dari guru, dosen, dan para pakar pendidikan. 9. Berdasarkan
Kompetensi Dasar yang telah direviu dan dinyatakan memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan maka dikembangkan silabus.
Pengembangan silabus dimaksudkan agar ada patokan minimal mengenai
kualitas hasil belajar untuk seluruh Indonesia. Dalam silabus
ditetapkan sebagai patokan minimal adalah indikator yang
dikembangkan dari Kompetensi Dasar dan kemudian diramu dalam Materi
Pokok, proses pembelajaran yang dikembangkan dari kegiatan
observasi, menanya, mengasosiasi, dan mengomunikasi. Keempat
kemampuan ini dikembangkan selama dua belas tahun sehingga
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis dan
kemampuan belajar peserta didik dapat menjadi kebiasaan-kebiasaan
yang memberikan kebiasaan belajar sepanjang hayat. Silabus tidak
membatasi kreativitas dan imaginasi guru dalam mengembangkan proses
pembelajaran karena silabus akan dikembangkan lebih lanjut oleh
guru menjadi RPP yang kemudian diterjemahkan dalam proses
pembelajaran.10. Berdasarkan KD dan silabus dikembangkan buku teks
peserta didik dan buku panduan guru. Buku teks peserta didik
berisikan konten yang dikembangkan dari KD sedangkan buku panduan
guru terdiri atas komponen konten yang terdapat dalam buku teks
peserta didik dan komponen petunjuk pembelajaran dan penilaian.
Adanya buku teks peerta didik dan guru adalah patokan yang
memberikan jaminan kualitas hasil belajar minimal yang harus
dimiliki peserta didk.
J. PENGERTIAN STRUKTUR KURIKULUM Struktur kurikulum merupakan
pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran kedalam muatan kurikulum setiap
mata pelajaran pada setiap tahun pendidikan dituangkan dalam
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban
belajar yang tercantum dalam kurikulum ( Muhaimin, 2008 :22)
sedangkan struktur kurikulum menurut Farid Firmansyah adalah pola
dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik
dalam kegiatan pelayanan kedalam muatan kurikulum pada setiap mata
pelajaran dituangkan dalam kompetensi kompetensi yang dimaksud,
terdiri atas standar Kompetensi, kompetensi dan kompetensi dasar
yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan yang harus
dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum
dalam struktur kurikulum.Struktur kurikulum menggambarkan
konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran,
posisi konten/ mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/
mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata
pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur
kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian
konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar
dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem
belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah
sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam
sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.Struktur
kurikulum adalah gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum
mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di
suatu satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum
menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang siswa
yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang
tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan
kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan. Struktur kurikulum
terdiri atas sejumlah mata pelajaran dan beban belajar pada setiap
satuan pendidikan. K. STRUKTUR KURIKULUM 20131. STRUKTUR KURIKULUM
SD/MIStruktur Kurikulum SD/MI terdiri atas mata pelajaran umum
kelompok A dan mata pelajaran umum kelompok B. Mata pelajaran umum
kelompok A merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk
mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan
kompetensi keterampilan peserta didik sebagai dasar penguatan
kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Mata pelajaran umum kelompok B merupakan program kurikuler yang
bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik terkait
lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni. Khusus untuk MI,
dapat ditambah dengan mata pelajaran keagamaan yang diatur oleh
Kementerian Agama.
Struktur kurikulum SD/MI adalah sebagai berikutTabel 3:Struktur
Kurikulum SD/MIMATA PELAJARANALOKASI WAKTU PER MINGGU
IIIIIIIVVVI
Kelompok A (Umum)
1.Pendidikan Agama dan Budi Pekerti444444
2.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran556555
3.Bahasa Indonesia8910777
4.Matematika 566666
5.Ilmu Pengetahuan Alam---333
6.Ilmu Pengetahuan Sosial---333
Kelompok B (Umum)
1.Seni Budaya dan Prakarya444444
2.Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan444444
Jumlah jam pelajaran per minggu303234363636
Keterangan: Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata
pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat. Mata
pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan
dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan
muatan/konten lokal. Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata
pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri. Muatan lokal dapat
memuat Bahasa Daerah Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka
adalah 35 menit. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan
mandiri, maksimal 40% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran
yang bersangkutan. Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar
per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau
kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap
penting. Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya dan Prakarya, satuan
pendidikan wajib menyelenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang
disediakan. Peserta didik mengikuti salah satu aspek yang
disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti dapat diganti
setiap semesternya. Khusus untuk Madrasah Ibtidaiyah struktur
kurikulum dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang diatur
oleh Kementerian Agama. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas
Pendidikan Kepramukaan (wajib), usaha kesehatan sekolah (UKS),
palang merah remaja (PMR), dan lainnya sesuai dengan kondisi dan
potensi masing-masing satuan pendidikan. Pembelajaran menggunakan
pendekatan pembelajaran Tematik-Terpadu kecuali mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Budi Pekertii. Beban BelajarBeban belajar
merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik
dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pelajaran.1. Beban
belajar di SD/MI dinyatakan dalam jumlah jam pelajaran per minggu.
a. Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 30 jam pelajaran.b.
Beban belajar satu minggu Kelas II adalah 32 jam pelajaran.c. Beban
belajar satu minggu Kelas III adalah 34 jam pelajaran. d. Beban
belajar satu minggu Kelas IV, V, dan VI adalah 36 jam pelajaran. 2.
Beban belajar di Kelas I, II, III, IV, dan V dalam satu semester
paling sedikit 18 minggu minggu efektif.3. Beban belajar di kelas
VI pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu minggu efektif.4.
Beban belajar di kelas VI pada semester genap paling sedikit 14
minggu minggu efektif.2. STRUKTUR KURIKULUM SMP/MTSStruktur
Kurikulum SMP/MTs terdiri atas mata pelajaran umum kelompok A dan
mata pelajaran umum kelompok B. Khusus untuk MTs, dapat ditambah
dengan mata pelajaran keagamaan yang diatur oleh Kementerian
Agama.Struktur kurikulum SMP/MTs adalah sebagai berikutTabel
2:Struktur Kurikulum SMP/MTsMATA PELAJARANALOKASI WAKTU PER
MINGGU
VIIVIIIIX
Kelompok A (Umum)
1.Pendidikan Agama dan Budi Pekerti333
2.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan333
3.Bahasa Indonesia666
4.Matematika555
5.Ilmu Pengetahuan Alam555
6.Ilmu Pengetahuan Sosial444
7.Bahasa Inggris444
Kelompok B (Umum)
1.Seni Budaya 333
2.Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan333
3.Prakarya222
Jumlah jam pelajaran per minggu383838
Keterangan:a. Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata
pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat. b. Mata
pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan
dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan
muatan/konten lokal.c. Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata
pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri.d. Muatan lokal dapat
memuat Bahasa Daerahe. Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka
adalah 40 menit. f. Beban belajar penugasan terstruktur dan
kegiatan mandiri, paling banyak 50% dari waktu kegiatan tatap muka
mata pelajaran yang bersangkutan.g. Satuan pendidikan dapat
menambah beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar
peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan
faktor lain yang dianggap penting, namun yang diperhitungkan
Pemerintah maksimal 2 (dua) jam/minggu.h. Untuk Mata Pelajaran Seni
Budaya dan Mata Pelajaran Prakarya, satuan pendidikan wajib
menyelenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang disediakan.
Peserta didik mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk
setiap semester, aspek yang diikuti dapat diganti setiap
semesternya.i. Khusus untuk Madrasah Tsanawiyah struktur kurikulum
dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang diatur oleh
Kementerian Agama.j. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas
Pendidikan Kepramukaan (wajib), usaha kesehatan sekolah (UKS),
palang merah remaja (PMR), dan lainnya sesuai dengan kondisi dan
potensi masing-masing satuan pendidikan.
i. Beban BelajarBeban belajar merupakan keseluruhan kegiatan
yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester,
dan satu tahun pembelajaran.1. Beban belajar di SMP/MTs dinyatakan
dalam jam pelajaran per minggu. Beban belajar satu minggu adalah
minimal 38 jam pelajaran.2. Beban belajar di Kelas VII, VIII, dan
IX dalam satu semester paling sedikit 18 minggu efektif.3. Beban
belajar di kelas IX pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu
efektif.4. Beban belajar di kelas IX pada semester genap paling
sedikit 14 minggu efektif.Beban belajar bagi SMP/MTs yang
menyelengarakan Sistem Kredit Semester (SKS), diatur lebih lanjut
dalam Pedoman SKS.3. STRUKTUR KURIKULUM PENDIDIKAN MENENGAH
(SMA/MA/SMK/MAK)Struktur Kurikulum SMA/MA terdiri atas mata
pelajaran umum kelompok A, mata pelajaran umum kelompok B, dan mata
pelajaran peminatan akademik kelompok C. Mata pelajaran peminatan
akademik kelompok C dikelompokkan atas mata pelajaran Peminatan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, mata pelajaran Peminatan Ilmu
Pengetahuan Sosial, dan mata pelajaran Peminatan Bahasa dan Budaya.
Khusus untuk MA, dapat ditambah dengan mata pelajaran keagamaan
yang diatur oleh Kementerian Agama. Struktur kurikulum SMA/MA
adalah sebagai berikut.
Tabel 2: Struktur Kurikulum SMA/MAMATA PELAJARANALOKASI WAKTU
PER MINGGU
XXIXII
KELOMPOK A (UMUM)
1.Pendidikan Agama dan Budi Pekerti333
2.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 222
3.Bahasa Indonesia 444
4.Matematika 444
5.Sejarah Indonesia222
6.Bahasa Inggris 222
KELOMPOK B (UMUM)
7. Seni Budaya222
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 333
9. Prakarya dan Kewirausahaan222
Jumlah jam pelajaran kelompok A dan B per minggu242424
KELOMPOK C (PEMINATAN)
Mata pelajaran peminatan akademik9 atau 1212 atau 1612 atau
16
Mata pelajaran pilihan lintas minat dan/atau pendalaman minat6
atau 94 atau 84 atau 8
Jumlah jam pelajaran kelompok A, B, dan C per minggu424444
Keterangan:a. Mata pelajaran Kelompok A dan C merupakan kelompok
mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat. b.
Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang
muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi
dengan muatan/konten lokal.c. Mata pelajaran Kelompok B dapat
berupa mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri.d. Muatan
lokal dapat memuat Bahasa Daerahe. Satu jam pelajaran beban belajar
tatap muka adalah 45 menit. f. Beban belajar penugasan terstruktur
dan kegiatan mandiri, maksimal 60% dari waktu kegiatan tatap muka
mata pelajaran yang bersangkutan.g. Satuan pendidikan dapat
menambah beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar
peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan
faktor lain yang dianggap penting, namun yang diperhitungkan
Pemerintah maksimal 2 (dua) jam/minggu.h. Untuk Mata Pelajaran Seni
Budaya dan Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, satuan
pendidikan wajib menyelenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang
disediakan. Peserta didik mengikuti salah satu aspek yang
disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti dapat diganti
setiap semesternya.i. Khusus untuk Madrasah Aliyah struktur
kurikulum dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang diatur
oleh Kementerian Agama.j. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas
Pendidikan Kepramukaan (wajib), usaha kesehatan sekolah (UKS),
palang merah remaja (PMR), dan lainnya sesuai dengan kondisi dan
potensi masing-masing satuan pendidikan.
1. Mata Pelajaran UmumMata pelajaran umum kelompok A merupakan
program kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik
sebagai dasar penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.Mata pelajaran umum kelompok B merupakan
program kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik
terkait lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni.2. Mata
Pelajaran Peminatan AkademikMata pelajaran peminatan akademik
kelompok C merupakan program kurikuler yang bertujuan mengembangkan
kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan peserta didik sesuai dengan minat, bakat dan/atau
kemampuan akademik dalam sekelompok mata pelajaran keilmuan.
Tabel 3: Mata Pelajaran Peminatan AkademikMATA
PELAJARANKELAS
XXIXII
I. Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
1Matematika344
2Biologi344
3Fisika344
4Kimia344
II. Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial
1Geografi344
2Sejarah344
3Sosiologi 344
4Ekonomi344
III. Peminatan Bahasa dan Budaya
1Bahasa dan Sastra Indonesia344
2Bahasa dan Sastra Inggris344
3Bahasa dan Sastra Asing Lain (Arab, Mandarin, Jepang, Korea,
Jerman, Perancis)344
4Antropologi344
Mata pelajaran Pilihan
Pilihan lintas minat dan/atau pendalaman minat6 atau 94 atau 84
atau 8
3. Pemilihan Peminatan dan Pemilihan Mata Pelajaran Lintas Minat
dan/atau Pendalaman MinatKurikulum SMA/MA dirancang untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik belajar berdasarkan
minat mereka. Struktur kurikulum memperkenankan peserta didik
melakukan pilihan dalam bentuk pilihan peminatan dan pilihan mata
pelajaran lintas minat dan/atau pendalaman minat. Pemilihan
peminatan dilakukan peserta didik saat mendaftar pada SMA/MA
berdasarkan nilai rapor Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs) atau yang sederajat, nilai ujian nasional
SMP/MTs atau yang sederajat, rekomendasi guru bimbingan dan
konseling/konselor di SMP/MTs atau yang sederajat, dan hasil tes
penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA/MA, atau tes
bakat dan minat oleh psikolog. Peserta didik masih mungkin pindah
peminatan paling lambat pada awal semester kedua di Kelas X
sepanjang daya tampung peminatan baru masih tersedia, berdasarkan
hasil pembelajaran berjalan pada semester pertama dan rekomendasi
guru bimbingan dan konseling, Peserta didik yang pindah peminatan
wajib mengikuti dan tuntas matrikulasi mata pelajaran yang belum
dipelajari sebelum pembelajaran pada peminatan baru dimulai.Peserta
didik dapat memilih minimal 3 mata pelajaran dari 4 mata pelajaran
yang terdapat pada satu peminatan, 1 mata pelajaran yang tidak
diambil beban belajarnya dialihkan ke mata pelajaran lintas minat.
Selain mengikuti mata pelajaran di peminatan yang dipilihnya,
setiap peserta didik harus mengikuti mata pelajaran tertentu untuk
lintas minat dan/atau pendalaman minat. Bila peserta didik
mengambil 3 mata pelajaran dari peminatan yang dipilihnya, maka
peserta didik tersebut dapat mengambil mata pelajaran lintas minat
sebanyak 9 jam pelajaran (3 mata pelajaran) di Kelas X atau
sebanyak 8 jam pelajaran (2 mata pelajaran) di Kelas XI dan XII.
Sedangkan bila peserta didik mengambil 4 mata pelajaran dari
peminatan yang dipilihnya, maka peserta didik tersebut dapat
mengambil mata pelajaran lintas minat sebanyak 6 jam pelajaran (2
mata pelajaran) di Kelas X atau sebanyak 4 jam pelajaran (1 mata
pelajaran) di Kelas XI dan XII. Peserta didik yang mengambil
Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atau Peminatan Ilmu
Pengetahuan Sosial, lintas minatnya harus diluar peminatan yang
dipilihnya. Sedangkan peserta didik yang mengambil Peminatan Bahasa
dan Budaya, dapat mengambil mata pelajaran lintas minat: (1) di
luar; (2) di dalam; atau (3) sebagian di dalam dan sebagian di
luar, peminatan yang dipilihnya. Mata pelajaran lintas minat yang
dipilih sebaiknya tetap dari Kelas X sampai dengan XII.Sebagai
contoh, peserta didik Kelas X yang memilih Peminatan Bahasa dan
Budaya, dapat mengambil 3 mata pelajaran yaitu Bahasa dan Sastra
Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, dan Antropologi. Lintas
minatnya dapat mengambil mata pelajaran: (1) Biologi, Fisika, dan
Kimia; (2) Geografi, Sejarah, dan Ekonomi; (3) Matematika,
Sosiologi, dan Bahasa Jerman; atau (4) Bahasa Mandarin, Bahasa
Arab, dan Bahasa Jepang. Alternatif (1), (2), dan (3) merupakan
contoh lintas minat di luar peminatan yang dipilihnya, sedangkan
alternatif (4) merupakan contoh lintas minat di dalam peminatan
yang dipilihnya. Peserta didik dapat menentukan pilihannya
masing-masing, sesuai dengan sumber daya (ketersediaan guru dan
fasilitas belajar) yang dimiliki SMA/MA.SMA/MA yang tidak memiliki
Peminatan Bahasa dan Budaya, dapat menyediakan pilihan mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris,
Antropologi atau salah satu mata pelajaran dalam kelompok Bahasa
Asing Lain sebagai pilihan mata pelajaran lintas minat yang dapat
diambil peserta didik dari Peminatan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam atau Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial,
sesuai dengan sumber daya (ketersediaan guru dan fasilitas belajar)
yang dimilikinya.Bagi peserta didik yang menggunakan pilihan untuk
menguasai satu mata pelajaran tertentu misalnya bahasa asing
tertentu, dianjurkan untuk memilih mata pelajaran yang sama sejak
Kelas X sampai Kelas XII.Dianjurkan setiap SMA/MA memiliki ketiga
peminatan. Peserta didik di SMA/MA Kelas XII dapat mengambil mata
kuliah pilihan di perguruan tinggi yang akan diakui sebagai kredit
dalam kurikulum perguruan tinggi yang bersangkutan. Pilihan ini
tersedia bagi peserta didik SMA/MA yang memiliki kerjasama dengan
perguruan tinggi terkait. Pendalaman minat mata pelajaran tertentu
dalam peminatan dapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan
melalui kerjasama dengan perguruan tinggi di kelas XII.i. Beban
BelajarBeban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus
diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu
tahun pembelajaran. Beban belajar di SMA/MA dinyatakan dalam jam
pelajaran per minggu. 1. Beban belajar satu minggu Kelas X adalah
minimal 42 jam pelajaran.2. Beban belajar satu minggu Kelas XI dan
XII adalah minimal 44 jam pelajaran.3. Beban belajar di Kelas X dan
XI dalam satu semester minimal 18 minggu.4. Beban belajar di kelas
XII pada semester ganjil minimal 18 minggu. 5. Beban belajar di
kelas XII pada semester genap minimal 14 minggu. Beban belajar bagi
SMA/MA yang menyelengarakan Sistem Kredit Semester (SKS), diatur
dalam pedoman SKS.L. ARAH IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013Kemajuan suatu
bangsa dapat dilihat dari tingkat pendidikannya. Karena di dalam
pendidikan terjadi proses perubahan pola pikir yang nanti akan
melahirkan pola sikap dari obyek pendidikan tersebut. Kita lihat
sistem pendidikan di Indonesia belum stabil. Hal ini dapat
dibuktikan dengan beberapa pergantian kurikulum pendidikan semenjak
kemerdekaan Indonesia. Sejarah mencatat, Indonesia sudah 10 kali
melakukan pergantian kurikulum. Mulai dari kurikulum 1947, 1964,
1968, 1973, 1975, 1984, 1994, 1997, 2004 (KBK), 2006 (KTSP), hingga
Kurikulum 2013. Berikut gambarannya;
sMenurut Menteri Pendidikan, Muhammad Nuh, kurikulum 2013 adalah
jawaban untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia hadapi
perubahan dunia. Sejumlah hal yang menjadi alasan pengembangan
Kurikulum 2013 adalah :a. Perubahan proses pembelajaran (dari siswa
diberi tahu menjadi siswa mencari tahu) dan proses penilaian (dari
berbasis output menjadi berbasis proses dan output) memerlukan
penambahan jam pelajaranb. Kecenderungan akhir-akhir ini banyak
negara menambah jam pelajaran KIPP dan MELT di AS, Korea Selatan.c.
Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran
diIndonesia relatif lebih singkat.d. Walaupun pembelajaran di
Finlandia relatif singkat, tetapi didukung dengan pembelajaran
tutorial.Orientasi pengembangan kurikulum 2013 adalah tercapainya
kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan
pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan
menyenangkan. Perubahan yang paling berdasar adalah nantinya
pendidikan akan berbasis science dan tidak berbasis hafalan lagi.
Jika kita melihat sekilas perubahan-perubahan kurikulum seperti
yang dipaparkan sebelumnya maka kita dengan bangga akan berkata
bahwa kurikulum 2013 adalah suatu bentuk inovasi pendidikan di
tanah air.Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara
Pemerintah dengan pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah
kabupaten atau kota. Pemerintah bertanggungjawab dalam
mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan kurikulum,
melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum secara nasional, melakukan
supervisi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi
terkait, dan memberikan bantuan profesional kepada guru dan kepala
sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupaten atau kota
terkait.Strategi implementasi kurikulum terdiri atas pelaksanaan
kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan. Tahap pertama
yaitu pada Juli 2013 sasarannya adalah kelas I, IV, VII, dan X.
Tahap ke dua, Juli 2014 sasarannya adalah kelas I, II, IV, V, VII,
VIII, X, dan XI. Sedangkan tahap 3, Juli 2015 dengan sasaran kelas
I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII.Strategi
implementasi kurikulum 2013 lainnya yaitu pelatihan pendidik dan
tenaga kependidikan dari tahun 2013 2015 dan pengembangan buku
siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 2014. Kemudian,
pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan
pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA
dan SMK, dimulai dari bulan Januari Desember 2013. Terakhir adalah
pendampingan dalam bentuk monitoring dan evaluasi untuk menemukan
kesulitan dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli
2013 2016Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya
penyederhanaan, dan tematik-integratif. Pelaksanaan penyusunan
kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun
2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terpadu. Pembelajaran tematik merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi
dari berbagai mata pelajaran. Pengintegrasian tersebut dilakukan
dalam 2 (dua) hal, yaitu integrasi sikap, kemampuan atau
keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta
pengintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan.Ada
kekhawatiran pada masyarakat jika Kurikulum 2013 diterapkan akan
ada penghapusan beberapa mata pelajaran. Kekhawatiran ini dijawab
Mendikbud Mohammad Nuh, bahwa tidak ada penghapusan mata pelajaran,
yang ada hanya pengintegrasian mata pelajaran. Mata pelajaran IPA
dan IPS di sekolah dasar (SD) diintegrasikan ke dalam semua mata
pelajaran.Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik
di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang
pendidikan. Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik
sesuai dengan pilihan mereka. Kedua kelompok mata pelajaran
tersebut (wajib dan pilihan) terutama dikembangkan dalam struktur
kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK) sementara itu mengingat
usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia 7 15 tahun maka
mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan
SMP.Beban belajar di SD Tahun I, II, dan III masing-masing 30, 32,
34. Sedangkan untuk Tahun IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap
minggu. Jam belajar SD adalah 40 menit. Beban belajar di SMP untuk
Tahun VII, VIII, dan IX masing-masing 38 jam per minggu. Jam
belajar SMP adalah 40 menit.Untuk menerapkan konsep kesamaan antara
SMA dan SMK maka dikembangkan kurikulum Pendidikan Menengah yang
terdiri atas Kelompok mata pelajaran Wajib dan Mata pelajaran
Pilihan. Mata pelajaran wajib sebanyak 9 (Sembilan) mata pelajaran
dengan beban belajar 18 jam per minggu. Konten kurikulum
(Kompetensi Inti atau KI dan KD) dan kemasan konten serta label
konten (mata pelajaran) untuk mata pelajaran wajib bagi SMA dan SMK
adalah sama. Struktur ini menempatkan prinsip bahwa peserta didik
adalah subjek dalam belajar dan mereka memiliki hak untuk memilih
sesuai dengan minatnya.Mata pelajaran pilihan terdiri atas pilihan
akademik (SMA) serta pilihan akademik dan vokasional (SMK). Mata
pelajaran pilihan ini memberikan corak kepada fungsi satuan
pendidikan dan di dalamnya terdapat pilihan sesuai dengan minat
peserta didik. Beban belajar di SMA untuk Tahun X, XI, dan XII
masing-masing 43 jam belajar per minggu. Satu jam belajar adalah 45
menit.Kompetensi Dasar mata pelajaran wajib memberikan kemampuan
dasar yang sama bagi tamatan Pendidikan Menengah antara mereka yang
belajar di SMA dan SMK. Bagi mereka yang memilih SMA tersedia
pilihan kelompok peminatan (sebagai ganti jurusan) dan pilihan
antar kelompok peminatan dan bebas. Nama Kelompok Peminatan
digunakan karena memiliki keterbukaan untuk belajar di luar
kelompok tersebut sedangkan nama jurusan memiliki konotasi terbatas
pada apa yang tersedia pada jurusan tersebut dan tidak boleh
mengambil mata pelajaran di luar jurusan.Struktur Kelompok
Peminatan Akademik (SMA) memberikan keleluasaan bagi peserta didik
sebagai subjek tetapi juga berdasarkan pandangan bahwa semua
disiplin ilmu adalah sama dalam kedudukannya. Nama kelompok minat
diubah dari IPA, IPS dan Bahasa menjadi Matematika dan Sains,
Sosial, dan Bahasa. Nama-nama ini tidak diartikan sebagai nama
kelompok disiplin ilmu karena adanya berbagai pertentangan
fisolosfis pengelompokan disiplin ilmu. Berdasarkan filosofi
rekonstruksi sosial maka nama organisasi kurikulum tidak terikat
pada nama disiplin ilmu.Untuk kelas 1 ada sebanyak delapan buku
tema ditambah dengan buku agama. Namun, buku yang dicetak saat ini
baru untuk semester 1 sebanyak 5 buku masing-masing terdiri atas
satu buku agama dan empat buku tema.Adapun buku untuk jenjang SMP
meliputi agama, PKN, bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, seni
budaya, prakarya, bahasa Inggris, serta pendidikan jasmani, olah
raga, dan kesehatan. Sementara untuk jenjang SMA ada sembilan mata
pelajaran yang wajib
37