Page 1
i
PENYELESAIAN WANPRESTASI YANG TERJADI
PADA PERJANJIAN KREDIT
(Studi kasus KJKS BMT ANDA Salatiga nomer 0152)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh :
DIDIK SUJARMIKO
NIM 21411033
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH (HES)
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
Page 6
vi
MOTTO
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan
janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah itu sesudah
meneguhkannya”. (An-Nahl: 91)
“Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai
pertanggung jawabannya.” (Al-Isra`: 34)
Hidup itu harus bersyukur jangan pernah mengeluh biar
bisa menikmati hidup. (Didik Sujarmiko)
Page 7
vii
PERSEMBAHAN
Buah karya sederhana ini penulis persembahkan untuk:
1. Orang tuaku yang selalu mengasihi dan menyayangiku dengan tulus dan
ikhlas.
2. Bu Maryatin yang selalu menasehati dan membimbing saya agar menjadi
orang yang lebih baik dan selalu jujur.
3. Kakakku tersayang Joko yang selalu memberi bimbingan tingkah laku dan
memberi dukungan baik moril maupun materiil.
4. Adikku tersayang Jodi yang selalu menemani hari hariku dalam menciptakan
hiburan.
5. Keluarga besar Alm. Simbah Sono yang selalu memberi semangat dan
motifasi.
6. Teman-teman progdi HES yang selalu berjuang dalam menyelesaikan studi di
IAIN Salatiga.
7. Temen-temen kontrakan yang selalu mengisi hari-hari tanpa bosan dengan
memberi solusi dan kritik.
8. Teman-teman UKM SSC yang mengajarkan arti kebersamaan, kekompakan,
kekeluargaan dan loyalitas.
Page 8
viii
KATA PENGANTAR
م سم الله الرّحمن الرّحي ب
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik dan
hidayahnya kepada hamba hambanya. Shalawat serta salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia menuju jalan
kebenaran dan keilmuan.
Alhamdulillah, dengan rasa syukur penulis skripsi dengan judul
”Penyelesaian Wanprestasi Yang Terjadi Pada Perjanjian Kredit (Studi Kasus
KJKS BMT ANDA Salatiga Nomer 0152)” ini telah selesai. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam pada
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini tanpa ada bantuan dari berbagai pihak baik spiritual maupun
material, laporan ini tidak akan mungkin akan selesai sesuai yang ditargetkan.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis menghaturkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu sehingga terwujudnya skripsi ini.
Adapun pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini
adalah:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.pd. selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Ketua Dekan Fakultas Syariah IAIN
Salatiga.
Page 9
ix
3. Ibu Evi Ariyani, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi
Syariah IAIN Salatiga.
4. Ibu Heni Satar Nurhaida, SH., M.Si. selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya semata-mata untuk membimbing
dan mengarahkan penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Dra. Hj. Maryatin M. Pd. sebagai orang yang selalu memberi motivasi dan
membimbing dalam pembuatannya.
6. Ayah Papto Suli tercinta dan tersayang sebagai orang yang bersusah payah
dalam membiayai studi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di
IAIN Salatiga.
7. Kakak serta adikku yang selalu menemani dan memberi motivasi.
8. Direktur, karyawan dan nasabah BMT ANDA yang turut berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Terima kasih kepada semua pihak atas bantuannya, penulis hanya bisa
berdo‟a kepada Allah SWT membalas amal baik semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu kritik dan saran yang konstruktif senantiasa penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga skirpsi ini dapat memberikan manfaat bagi
siapa saja yang membaca terutama bagi civitas akademika IAIN Salatiga.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penulis
Page 10
x
ABSTRAK
Sujarmiko, Didik. 2016. Penyelesaian Wanprestasi Yang Terjadi Pada
Perjanjian Kredit (Studi Kasus KJKS BMT ANDA Salatiga Nomer
0152). Skripsi Fakultas Syariah Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
Institut Agana Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Heni Satar
Nurhaida, SH., M.Si.
Kata Kunci: Penyelesaian Wanprestasi
BMT lahir di tengah-tengah masyarakat dengan tujuan memberikan solusi
pendanaan yang mudah dan cepat, terhindar dari jerat rentenir, dan mengacu pada
prinsip syariah. Pemberian pendanaan dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman
atau lebih dikenal dengan kredit. Praktek perjanjian kredit sering terjadi
wanprestasi yang menyebabkan kerugian bagi kreditur karena debitur tidak
memenuhi kewajiban yang telah disepakati. Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka penulis memfokuskan penelitian sebagai berikut: (1) Apa sajakah penyebab
wanprestasi yang terjadi pada perjanjian kredit di BMT ANDA Salatiga nomer
0152? (2) Bagaimana cara penyelesaian wanprestasi yang terjadi pada perjanjian
kredit di BMT ANDA Salatiga nomer 0152?
Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian yang digunakan penulis adalah
(1) Pendekatan penelitian yaitu pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subyek penelitian misalkan perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk bahasa dan kata-kata. (2) Jenis
Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian yang mengacu
pada perumusan masalah dan ditinjau dari tujuan penelitian hukum yaitu
menggunakan jenis penelitian empiris. Penelitian hukum empiris merupakan
penelitian yang menggunakan data primer sebagai data utama, dimana penulis
harus terjun ke lokasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan: Pertama bahwa penyebab wanprestasi
yang terjadi pada perjanjian kredit di BMT ANDA Salatiga nomer 0152 adalah
kreditur memberi pinjaman kepada debitur dengan syarat tertentu yaitu berupa
jaminan. Namun jaminan debitur hilang berupa satu unit sepeda motor,
selanjutnya debitur tidak melunasi pinjamannya. Kedua bahwa penyelesaian
wanprestasi yang terjadi pada perjanjian kredit di BMT ANDA Salatiga nomer
0152 adalah Pihak BMT melakukan menyelidiki tentang jaminan tersebut setelah
itu diputuskan bawa jaminan hilang maka pihak BMT melaporkan ke POLDA dan
dipublikan di media masa bawa ada kehilangan motor. Masalah tersebut
jaminannya tidak ketemu, maka yang dilakukan pihak BMT dalam penyelesaian
wanprestasi dengan cara pendekatan dan kekeluargaan. Setelah itu BMT ANDA
Salatiga memutuskan bahwa debitur tidak melaksanakan kewajibannya dalam
perjanjian maka pihak BMT ANDA Salatiga memberikan paksaan kepada debitur
dengan kesepakan pihak BMT ANDA Salatiga untuk membayar setengah dari
pinjaman kredit maka kedua pihak sama-sama rugi.
Page 11
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO ................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................... v
MOTTO ......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
ABSTRAK ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
2. Fokus Penelitian ...................................................................................... 4
3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
4. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 5
5. Penegasan Istilah ..................................................................................... 6
6. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 8
7. Metode Penelitian .................................................................................... 11
8. Sistematika Penulisan .............................................................................. 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian ....................................................... 20
i. Pengertian Perjanjian ........................................................................ 20
ii. Syarat-syarat Perjanjian .................................................................... 24
iii. Asas-asas Perjanjian ......................................................................... 28
iv. Berakhirnya Perjanjian ..................................................................... 37
2. Tinjauan Umum Tentang Kredit ............................................................. 38
1. Pengertian Kredit ............................................................................. 38
2. Unsur-unsur Kredit .......................................................................... 41
3. Macam-macam Kredit ..................................................................... 43
4. Penyelesaian Kredit ......................................................................... 45
3. Tinjauan Umum Tentang Wanprestasi .................................................... 46
1. Pengertian Wanprestasi .................................................................... 46
2. Bentuk Wanprestasi ......................................................................... 48
3. Akibat Hukum yang Timbul dari Wanprestasi ................................ 49
Page 12
xii
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
a. Profil BMT Anda Salatiga ....................................................................... 53
b. Struktur Organisasi KJKS BMT ANDA ................................................. 56
c. Produk-produk Simpanan KJKS BMT ANDA ....................................... 58
d. Sistem Pemasaran di BMT ANDA Salatiga ............................................ 62
e. Kegiatan Manajemen terkait dengan Marketing ...................................... 63
f. Prosedur Pengajuan Pinjaman Kredit di BMT ANDA Salatiga. ............. 66
g. Data Perjanjian Kredit ............................................................................. 69
h. Wanprestasi Yang Terjadi Pada BMT ANDA Salatiga Nomer 0152. .... 75
BAB IV PEMBAHASAN WANPRESTASI
a. Proses Penyelesaian Wanprestasi secara umum yang terjadi pada
Perjanjian Kredit di BMT ANDA Salatiga. .............................................. 79
b. Faktor-faktor yang menyebabkan wanprestasi di BMT ANDA Salatiga. 86
c. Penyelesaian Wanprestasi Yang Terjadi Pada Perjanjian Kredit BMT
ANDA Salatiga Nomer 0152………………………………………….... 87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 93
B. Saran ......................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Page 13
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Struktur Organisasi BMT Anda Salatiga ...................................... 56
Tabel 3.2 Nisbah Bagi Hasil.......................................................................... 59
Tabel 3.3 Data Angsuran Perjanjian Kredit Tahun 2014 .............................. 69
Tabel 3.4 Data Angsuran Perjanjian Kredit Tahun 2015 .............................. 71
Page 14
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara
Lampiran 2 Lembar Konsultasi
Lampiran 3 Nota Pembimbing
Lampiran 4 Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 5 Foto profil BMT ANDA
Lampiran 6 Daftar Nilai SKK
Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup
Page 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pasca krisis moneter tahun 1998, hingga kini Indonesia dihadapkan
pada kondisi ekonomi yang susah stabil. Bencana alam di berbagai propinsi
semakin menambah beban berat perintah dalam pembangunan. Sedangkan di
pihak masyarakat kecil, keterpurukan juga makin terus mengancam. Akhir-
akhir ini, naiknya minyak mentah dunia telah menjadikan kondisi
perekonomian Indonesia semakin hari semakin kurang jelas. Indeks kurs
rupiah terhadap dollar Amerika senantiasa naik turun, ditambah naiknya
beberapa komponen harga yang menjadi kebutuhan masyarakat seperti
naiknya BBM, listrik, telepon serta naiknya harga-harga sembako yang
kesemuannya mengakibatkan makin terpuruknya kondisi ekonomi nasional.
Bagi masyarakat kelas bawah (miskin), kondisi ini semakin menambah
kesulitan dalam berusaha dan beraktivitas di lini ekonomi. Diantaranya
kesulitan yang mereka hadapi adalah kekurangan permodalan untuk membeli
bahan dan alat produksi, atau untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena
terus melambungnya harga. Para pengusaha kecil dan pedagang kecil sangat
membutuhkan pihak lain dalam penyediaan pinjaman lunak untuk menambah
permodalan.
Dalam kondisi yang demikian inilah Baitul maal wattamwil (BMT)
sebagai lembaga keuangan mikro berbasis syariah muncul dan coba untuk
menawarkan solusi bagi masyarakat kelas bawah. BMT sendiri merupakan
Page 16
2
salah satu modal lembaga keuangan syariah yang bisa dibilang paling
sederhana. Realita di lapangan, dalam beberapa tahun terakhir BMT
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan BMT yang pesat
ini terjadi karena tingginya kebutuhan masyarakat, namun di sisi lain ke dunia
perbankan yang lebih formal relatif sulit dilakukan.
BMT lahir di tengah-tengah masyarakat dengan tujuan memberikan
solusi pendanaan yang mudah dan cepat, terhindar dari jerat rentenir, dan
mengacu pada prinsip syariah. Geraknya yang gesit, dikelola oleh tenaga-
tenaga mudah yang progresif dan inovatif, serta pelayanan yang berorientasi
kepada kepuasan pelanggan membuat BMT cepat populer (Sumiyanto,
2008:34).
Pemberian pendanaan dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau
lebih dikenal dengan kredit. Pengertian sederhana kredit merupakan
penyaluran dana dari pihak pemilik dana kepada pihak yang memerlukan
dana. Penyaluran dana tersebut didasarkan pada kepercayaan yang diberikan
oleh pemilik dana kepada penguna dana. Artinya pihak yang memberikan
pinjaman percaya kepada pihak yang menerima dana, bahwa dana yang
diberikan pasti akan terbayar. Di lain pihak, penerima dana mendapatkan
kepercayaan dari pihak yang memberi pinjaman, sehingga penerima
diharapkan akan membuat para pihak yang terikat dalam perjanjian memenuhi
segala kewajibanya dengan baik. Namun didalam perjanjian pinjam-
meminjam tersebut ada kalanya salah satu pihak tidak memenuhi perjanjian
sesuai dengan yang telah disepakati bersama (Ismail, 2010: 93).
Page 17
3
Perjanjian kredit yang diberikan oleh BMT mengandung risiko,
sehingga dalam pelaksanaannya BMT harus memperhatikan asas-asas dalam
pengkreditan yang sehat. Untuk memperoleh kenyakinan tersebut sebelum
memberikan kredit harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak,
kemampuan, modal, jaminan, prospek dari usaha debitur. Apabila penilaian
yang dilakukan oleh pihak BMT ini menunjukan hal yang positif, maka BMT
harus memutuskan untuk memberi kredit dan membuat suatu perjanjian kredit
yang ditandatangani kedua belah pihak sehingga terjadilah hubungan hukum
antara kedua bela pihak.
Pada dasarnya apabila pelaksanaan pemberian kredit dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, maka diharapkan dengan berakhirnya jangka
waktu kredit yang ditetapkan, pihak debitur melunasi hutang-hutangnya.
Namun tidak jarang terjadi jangka waktu kredit telah habis tetapi debitur tidak
atau belum memenuhi kewajibannya. Dengan adanya hal ini dapat
dikategorikan dengan istilah kredit tidak lancar atau kredit macet.
Kredit macet pada mulanya selalu diawali dengan terjadinya
“wanprestasi” (ingkar janji/cedera janji), yaitu suatu keadaan dimana debitur
tidak mau atau tidak mampu memenuhi janji-janji yang telah dibuatnya
sebagaimana yang tertera dalam perjanjian kredit. Penyebab debitur
wanprestasi dapat bersifat alamiah (di luar kemampuan dan kemauan debitur),
maupun akibat itikad tidak baik buat debitur (Hariyani, 2010: 28).
Salah satu bentuk wanprestasi yang dilakukan oleh pihak peminjam
terhadap pihak yang meminjamkan ialah adanya pengingkaran janji oleh
Page 18
4
pihak peminjam yang mana pembayaran kembali dari pinjaman tesebut
beserta bunga yang terhutang oleh pihak kedua atau peminjam tidak
dilakukan sebagaimana mestinya. Disebut wanprestasi jika melakukan hal
yang dilarang dalam perjanjian, karena ada ingkar janji dalam melakukan dan
perbuatan itu dilakukan secara sepihak oleh pihak yang meminjamkan tanpa
ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada peminjam atau ada perjanjian
terlebih dahulu secara tertulis.
Praktek perjanjian kredit sering terjadi wanprestasi yang menyebabkan
kerugian bagi kreditur karena debitur tidak memenuhi kewajiban yang telah
disepakati. Seperti yang terjadi pada BMT ANDA ada permasalahan antara
debitur dan kreditur yang dikarenakan kreditur memberi pinjaman kepada
debitur dengan syarat tertentu yaitu berupa jaminan. Namun jaminan debitur
hilang berupa satu unit sepeda motor, selanjutnya debitur tidak melunasi
pinjamannya. Sehingga dengan fakta ini penulis tertarik mengangkatnya
dalam sebuah penelitian yang diberi judul: Penyelesaian wanprestasi yang
terjadi pada perjanjian kredit (Studi Kasus di BMT ANDA Salatiga nomer
0152).
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diangkat fokus masalah yang
diantaranya sebagai berikut:
1. Apa sajakah penyebab wanprestasi yang terjadi pada perjanjian kredit
KJKS BMT ANDA Salatiga nomer 0152?
Page 19
5
2. Bagaimana penyelesaian wanprestasi yang terjadi pada perjanjian kredit
KJKS BMT ANDA Salatiga nomer 0152?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi dalam mengadakan penelitian ini sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui penyebab wanprestasi yang terjadi pada perjanjian
kredit KJKS BMT ANDA Salatiga nomer 0152.
2. Untuk mengetahui penyelesaian wanprestasi yang terjadi pada perjanjian
kredit KJKS BMT ANDA Salatiga nomer 0152.
D. Kegunaan Penelitian
Manfaaat atau kegunaan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
9. Manfaat teoritis
i. Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai wanprestasi pada
perjanjian kredit.
j. Meluruskan masalah wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian
kredit di KJKS BMT ANDA.
k. Memberikan solusi kepada BMT ANDA mengenai penyelesaian
wanprestasi yang dilakukan oleh peminjam.
Page 20
6
10. Manfaat praktis
d. Bagi IAIN Salatiga, untuk memperkaya perbendaharaan
perpustakaan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
e. Bagi BMT diharapkan mampu menjalankan penyelesaian
wanprestasi sesuai hukum islam.
f. Bagi kreditor dapat meningkatkan kedisiplinan dalam melakukan
pinjam-meminjam.
g. Bagi peneliti, dapat memberikan pengetahuan, wawasan, dan
pengalaman baru dalam penelitian.
E. Penegasan Istilah
Agar terdapat kejelasan mengenai judul penelitian di atas, maka
penulis perlu menjelaskan maknanya sebagai berikut :
1. Penyelesaian
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, penyelesaian adalah jalan
keluar, jalan lepas, pemecahan, penanggulangan, resolusi, solusi.
2. Wanprestasi
Wanprestasi adalah suatu sikap dimana seseorang tidak memenuhi
atau lalai melaksanakan kewajiban sebagai mana yang telah ditentukan
dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dan debitur (Herlien, 2010:
258).
Page 21
7
3. Perjanjian
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji
kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal (Subekti, 1995:1)
4. Kredit
Perkataan “kredit” berasal dari bahasa Latin credo yang berarti
“saya percaya”, yang merupakan kombinasi dari bahasa Sanskerta cred
yang artinya “kepercayaan”, dan bahasa Latin do yang artinya “saya
tempatkan”. Pengertian ”kredit” menurut UU 10/1998 tentang
Perbankan, Pasal 1 angka 11, adalah “penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang
mewajiban pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga” (Hariyani, 2010:10).
5. KJKS
Arti KJKS adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah, sebagaimana
disebutkan dalam Kepmen No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004, merupakan
koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan,
inventasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah) (Sumiyanto,
2008:39).
6. BMT
Baitul Mal Wattamwil (BMT) adalah bank yang beroperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam yang tata cara beroperasinya
Page 22
8
mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur‟an dan Hadist
(http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/definisi-pengertian-baitul-
mal-wattamwil.html: Baitul Mal dalam Sistem Ekonomi Islam diunduh
pada tanggal 16 November 2015 pukul 19.00).
F. Tinjauan Pustaka
Menurut skripsi Budi Saputra dengan judul “Wanprestasi dalam
Perjanjian Sewa Menyewa Ruko di Kota Yogyakarta” menjelaskan bahwa
kerugian itu diakibatkan wanprestasi yang dilakukan oleh penyewa, yaitu
penyewa tidak melaksanakan kewajibannya di dalam perjanjian yang
disepakati kedua belah pihak. Hal mana penyewa sama sekali tidak
berprestasi dan terlambat berprestasi. Atas persoalan tersebut, pihak yang
menyewakan meminta pertanggung jawaban dari pihak penyewa atas
kerugian yang dideritanya, namun pihak penyewa yang semestinya memiliki
tanggung jawab penuh terhadap kerugian itu, menolak untuk mengganti
kerugian yang dialami pihak yang menyewakan.
Menurut skripsi Ingrit Valendri dengan judul “Penyelesaian
Wanprestasi dalam Perjanjian Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah
Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang” menjelaskan bahwa dalam praktik
perjanjian rawat inap diberbagai Rumah Sakit, khususnya di Rumah Sakit
Umum Daerah Tebing Tinggi, wanprestasi sering dilakukan oleh pasien yaitu
dalam hal tidak dapat melakukan kewajibannya melunasi semua biaya
perawatan selama di Rumah Sakit. Dari informasi yang didapat dari pihak
Page 23
9
Rumah Sakit, bahwa keadaan pasien tidak mampu dan juga pasien tersebut
memiliki tingkat pendidikan cukup rendah. Hal ini dapat dilihat dari identitas
pasien atau tanda pengenal pasien yang ditinggalkanya di Rumah Sakit
Umum Daerah Tebing Tinggi.
Menurut skripsi Carina Mutiara Pramudyawadani yang berjudul
“Penyelesaian Panprestasi dalam Perjanjian Kredit dengan Jaminan Hak
tanggungan di Mitra Mayapada Usaha di Surakarta” menjelaskan bahwa
pemberian kredit yang terjadi di Surakarta oleh pihak Mitra Mayapada Usaha
tidak selalu dapat berjalan lancar dan baik, suatu saat jika pemberi pinjaman
kredit atau kreditur mengalami kesulitan untuk meminta angsuran dari warga
Surakarta yang mengajukan pinjaman atau disebut dengan debitur karena
kelalaian dan atau kesengajaan debitur dan atau adanya sesuatu hal lain yang
sifatnya memaksa serta tiba-tiba, misalnya terjadi bencana alam, tanah
longsor, kebakaran, gempa bumi maupun banjir yang melanda di Surakarta
menyebabkan warga Surakarta kehilangan sebagaian bahkan seluruh harta
kekayaannya yang mereka miliki, pihak Mitra Mayapada Usaha tidak dapat
begitu mudah memaksa debitur untuk segera melunasi hutang karena keadaan
debitur tidak memungkinkan untuk segera melunasi hutang akan tetapi debitur
tetap mempunyai kewajiban untuk mengembalikan kredit yang telah diterima
berikut bunganya sesuai dengan perjanjian.
Menurut skripsi Gita Herliana yang berjudul “Penyelesaian
Wanprestai dalam Perjanian Sewa Menyewa Mobil antara Penyewa dengan
CV Citra Sarana Rent Car di kota Pekanbaru” menjelaskan bahwa dalam
Page 24
10
pelaksanaan perjanjian sewa menyewa mobil yang menimbukan hak dan
kewajiaban antara kedua belah pihak secara timbal balik, secara tidak
langsung menuntut agar kesua belah pihak dalam pelaksanaanya terikat pada
apa yang telah disepakati. Secara umum, hambatan yang terjadi dalam
perikatan kedua belah pihak di dalam pelaksanaan perjanjian sewa-menyewa
pada CV Citra Sarana Rent Car secara garis besar adalah wanprestasi oleh
penyewa, seperti keterlambatan dalam pengambilan mobil (objek peneliti)
dimana pihak penyewa dalam mengembaliakan mobil lewat dari jangka yang
telah ditentukan.
Menurut skripsi Harso Wijay yang berjudul “Tinjauan Hukum
mengenai wanprestasi dalam jual beli secara elektronik dihubungkan dengan
buku III kitab Undang Undang Hukum Perdata Tentang Perikatan“
menjelaskan bahwa keberadaan internet mengakibatkan semakin maraknya
kegiatan perekonomian yang memanfaatkan internet sebagai media
komunikasi dan transaksi dalam suatu perdagangan. Jual beli barang dan atau
jasa secara elektronik melalui internet sering juga disebut dengan istilah e-
commerce, jual beli seperti ini menimbulkan dampak tersendiri terhadap
perkembangan hukum di Indonesia, termasuk pengaturan mengenai
wanprestasi dalam jual beli secara elektronik karena hal tersebut menyangkut
kepastian hukum dan kenyamanan bertransaksi melalui media elektronik.
Oleh karena itu, perlu adanya aturan yang jelas mengenai transaksi jual beli
secara elektronik tersebut, mengingat di Indonesia belum ada satupun
peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah e-commerce,
Page 25
11
sedangkan tuntutan harus adanya perlindungan hukum terhadap pihak yang
di rugikan apabila terjadi wanprestasi dalam jual beli secara elektronik sangat
mendesak.
Sehingga peneliti melakukan penelitian yang berjudul penyelesaian
wanprestasi yang terjadi pada perjanjian kredit (Studi kasus KJKS BMT
ANDA Salatiga nomer 0152) menjelaskan bahwa praktek perjanjian kredit
sering terjadi wanprestasi yang menyebabkan kerugian bagi kreditur karena
debitur tidak memenuhi kewajiban yang telah disepakati. Seperti yang terjadi
pada BMT ANDA ada permasalahan antara debitur dan kreditur yang
dikarenakan kreditur memberikan pinjaman kepada debitur dengan syarat
tertentu yaitu berupa jaminan. namun jaminan debitur tersebut hilang berupa
satu unit sepeda motor dan selanjutnya debitur tidak melunasi pinjamannya,
maka terjadilah wanprestasi pada perjanjian tersebut.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian dan jenis penelitian
a. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
hukum empiris artinya dengan mendekati masalah yang diteliti
dengan sifat hukum yang nyata atau fakta sosial sesuai dengan
kenyataan hidup dalam masyarakat. Penelitian hukum yang
berparadigma sebagai fakta sosial yang mana data hukumnya
dieksplorasi dari proses interaksi hukum di masyarakat. Dengan
Page 26
12
maksud menyelidiki respon atau tingkat kepatuhan masyarakat
terhadap hukum (Utsman, 2014:2-3).
Penggunaan pendekatan ini, dimaksudkan untuk memahami
gejala hukum di BMT Anda Salatiga yang berhubungan dengan
pelaksanaan penyelesaian wanprestasi yang terjadi pada perjanjian
kredit, apakah sudah sesuai hukum Islam atau belum.
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian
yang bermaksud untuk memahami keadaan atau fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan dengan berbagai
metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasa
digunakan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan
dokumen (Moleong, 2011:6).
2. Kehadiran peneliti
Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka semua fakta berupa
kata-kata maupun tulisan dari sumber data manusia yang telah diamati
dan dokumen yang terkait disajikan dan digambarkan apa adanya untuk
selanjutnya ditelaah guna menemukan makna. Oleh karena itu, kehadiran
peneliti sangatlah penting yaitu peneliti bertindak langsung sebagai
instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi yang mendalam
serta terlibat aktif dalam penelitian.
Page 27
13
3. Lokasi penelitian
Peneliti memilih di lokasi KJKS BMT ANDA JL. Merak 90
Cabean Salatiga karena ada permasalahan unik yang kasusnya hilangnya
jaminan berupa sepeda motor dan mengakibatkan kreditur wanprestasi.
4. Sumber data
Sumber data merupakan salah satu tahapan dalam proses
penelitian yang sifatnya mutlak untuk dilakukan karena data merupakan
fenomena yang akan diteliti. Pengumpulan data difokuskan pada pokok
pemasalahan yang ada, sehingga dalam penelitian tidak terjadi
penyimpangan dalam pembahasanya. Data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, sebagai berikut:
a. Data primer
Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari
objek yang akan diteliti yaitu diperoleh dengan menggunakan
wawancara atau interview kepada kreditur dan debitur. Wawancara
dilakukan secara bebas terpimpin, dimana peneliti mempersiapakan
daftar pertanyaan terlebih dahulu sebelum wawancara dimulai, akan
tetapi tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan
pertanyaan yang lebih luas tetapi sesuai dengan apa yang ada dalam
daftar pertanyaan.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari
bahan-bahan pustaka, penelitian-penelitian lain, buku-buku misalnya
Page 28
14
Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet, BMT Menuju
Koperasi Modern dan lain-lain.
5. Prosedur pengumpulan data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara untuk
mengumpulkan keterangan-keterangan dalam sebuah penelitian. Metode
yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Metode interview/wawancara
Interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data
dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan dengan sistematik
dan berlandaskan pada tujuan pendidikan Sutrisno Hadi (1987: 206).
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam, dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai seputar
penelitian yang lengkap dan mendalam. Metode ini peneliti
mengadakan wawancara langsung dengan pegawai BMT dan
kreditur, untuk mendapatkan data tentang penyelesaian wanprestasi
yang terjadi pada Perjanjian Kredit.
b. Metode observasi
Metode observasi adalah metode yang biasa diartikan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang diselidiki (Moleong, 2001:180). Metode ini
digunakan untuk mengetahui prosesi penyelesaian wanprestasi yang
timbul pada perjanjian kredit di KJKS BMT ANDA Cabean
Page 29
15
Salatiga. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengamat
nonpartisipan.
c. Metode dokumentasi
Dokumen merupakam cacatan atau peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang (Sugiyono, 2010: 240). Metode ini
digunakan untuk mengetahui keadaan geografis, keadaan KJKS
BMT ANDA Cabean Salatiga.
6. Analisis data
Data dan bahan hukum yang diperoleh akan dianalis secara
deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh disajikan secara deskriptif
dan dianalisis secara kualitatif. Kemudian peneliti juga menggunakan
pendekatan yuridis normatif dalam mengkaji permasalahan penelitian.
a. Analisis kualitatif, yaitu penyorotan masalah serta usaha
pemecahannya, yang dilakukan dengan upaya-upaya yang banyak
didasarkan pada pengukuran yang memecahkan obyek penelitian ke
dalam unsur–unsur tertentu, untuk kemudian ditarik suatu
generalisasi yang seluas mungkin ruang lingkupnya (Soerjono, 1986:
32).
b. Analisis deskriptif, yaitu menggambarkan dan menjelaskan data-data
yang diperoleh dari penelitian kepustakaan, sehingga mampu
menjawab rumusan masalah yang pada akhirnya dapat ditarik
kesimpulan.
Page 30
16
7. Pengecekan keabsahan data
Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan kriteria kreadibilitas. Hal inidimaksudkan untuk
membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan
kenyataan yang ada dalam latar penelitian. Menurut Lexy J. Moleong (
2000:175-178) dalam pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan
dengan cara perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan,
triangulasi, pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi, analisis kasus
negative, kecukupan refesional, pengecekan anggota, uraian rinci dan
auditing. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan pengecekan
keabsahan data sebahai berikut:
a. Ketekunan pengamatan
Bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam
situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara
rinci.
b. Triangulasi
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.
Page 31
17
8. Tahap-tahap penelitian
Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai
berikut:
a. Tahap pra lapangan
1) Mengajukan judul penelitian
2) Menyusun proposal penelitian
3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing
b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:
1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian.
2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus
penelitian.
3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan.
c. Tahap analisis data, meliputi kegiatan:
1) Coding, organisir data, katagori.
2) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian.
3) Pengecekan keabsahan data.
d. Tahap penulisan laporan penelitian
1) Penulisan hasil penelitian.
2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing.
3) Perbaikan hasil konsultasi.
4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian.
5) Ujian munaqosah skripsi.
Page 32
18
H. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan hasil laporan penelitian ini adalah
sebagai berikut;
Bab I Pendahuluan, yang merupakan garis-garis besar pembahasan isi
pokok penelitian yang terdiri atas; latar belakang masalah, fokus penelitian,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan penelitian, tinjauan
pustaka, metode penelitian, sistematika penelitian.
Bab II Kajian Pustaka, meliputi tinjauan umum tentang perjanjian
yaitu pengertian perjanjian, syarat-syarat perjanjian, asas-asas perjanjian,
batalnya perjanjian. diuraikan juga tentang tinjauan umum tentang kredit
yaitu pengertian kredit, unsur-unsur kredit, macam-macam kredit,
penyelesaian kredit macet. dan tinjauan umum tentang wanprestasi yaitu
pengertian wanprestasi, bentuk wanprestasi, akibat hukum yang timbul dari
wanprestasi.
Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian yaitu mendiskripsikan
tentang profil BMT ANDA Salatiga, struktur organisasi KJKS BMT ANDA,
produk-produk simpanan KJKS BMT ANDA, sistem pemasaran di bmt anda
salatiga, kegiatan manajemen terkait dengan marketing, prosedur pengajuan
pinjaman kredit di BMT ANDA Salatiga, data perjanjian kredit, wanprestasi
yang terjadi pada BMT ANDA Salatiga nomer 0152.
Bab IV Pembahasan yaitu membahas tentang proses penyelesaian
wanprestasi secara umum yang terjadi pada perjanjian kredit di BMT ANDA
Salatiga, faktor-faktor yang menyebabkan wanprestasi di BMT ANDA
Page 33
19
Salatiga, penyelesaian wanprestasi yang terjadi pada perjanjian kredit BMT
ANDA Salatiga Nomer 0152.
Bab V adalah penutup yang merupakan kesimpulan dan saran-saran
mengenai persoalan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya.
Kemudian pada bagian akhir dari skripsi adalah daftar pustaka dan lampiran-
lampiran.
Page 34
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian
1. Pengertian perjanjian
Istilah perjanjian sudah sangat popular dikalangan masyarakat
yang merupakan hal yang senantiasa ditemui dalam lalulintas hubungan
hukum. Terhadap pengertian perjanjian, sampai saat ini belum diperoleh
satu kesatuan pendapat di antara para sarjana atau ahli hukum. Hal ini
disebabkan karena luasnya aspek yang terkandung di dalam perjanjian itu
sendiri.
a. Pengertian perjanjian dalam hukum perdata.
Gambaran untuk mengetahui dan memahami pengertian
perjanjian, di dalam ketentuan pasal 1313 KUH Perdata dinyatakan
bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih lainnya.
Pengertian diatas tersebut, dapat dilihat bahwa hubungan
perjanjian dengan perikatan sangatlah erat karena dari setiap
perjanjian yang diadakan memberikan suatu perikatan hukum di
antara kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian tersebut
sehingga dapat dilihat bahwa perjanjian adalah sumber terpenting
yang melahirkan perikatan dan adanya suatu perjanjian antara kedua
belah pihak, maka akan mengakibatkan terjadi perikatan antara kedua
belah pihak tersebut.
Page 35
21
Uraian di atas dapat dinyatakan bahwa dalam suatu perjanjian
terdapat adanya para pihak, adanya prestasi yang akan dicapai,
adanya kesepakatan para pihak. Di samping itu, juga adanya
kecakapan, kejujuran serta kepercayaan masing-masing yang
mengikatkan diri dalam perjanjian. Mengenai perikatan ini diatur
dalam Buku III Pasal 1233 KUH Perdata. Suatu perikatan dapat
timbul, baik karena perjanjian maupun karena undang-undang
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1233 KUH Perdata yang
berbunyi tiap-tiap perikatan melahirkan baik karena persetujuan
maupun baik karena undang-undang.
Perikatan yang timbul karena perjanjian suatu hal yang
dikehendaki oleh pihak-pihak yang mengadakan perjanjian itu,
sedangkan yang timbul karena undang-undang merupakan hal yang di
luar kemauan para pihak yang bersangkutan.
b. Pengertian perjanjian menurut hukum Islam.
Menurut hukum Islam ada dua istilah dalam Al Qur‟an yang
berhubungan dengan perjanjian, yaitu al-„aqdu (akad) dan al-„ahdu
(janji). Pengertian akad secara bahasa adalah ikatan, mengikat.
Dikatakan ikatan maksudnya adalah menghimpun atau
mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan salah satunya pada
yang lainnya hingga keduanya bersambungan dan menjadi seperti
seutas tali yang satu. Para ahli hukum Islam memberikan definisi
akad sebagai pertalian antara Ijab dan Kobul yang dibenarkan oleh
Page 36
22
syara‟ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya (Gemala,
2006: 45).
Akad (al-„aqdu) sebagaimana dijelaskan dalam A-Qur‟an (QS.
5:1):
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu[388].
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya”(Al Maa-
idah: 1).
Janji (Al-„ahdu) sebagaimana dijelaskan dalam A-Qur‟an :
(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang
dibuat)nya dan bertakwa, Maka Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali-Imran 76).
Selain itu ada beberapa pendapat dari sarjana atau ahli
hukum,menurut Abdul Kadir Muhammad (1993: 225) berpendapat bahwa
perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih
saling mengikatkan diri untuk melaksanakan sesuatu hal dalam lapangan
harta kekayaan.
Page 37
23
Sementara itu Subekti (1995: 1) mengemukakan pula bahwa
pengertian perjanjian itu adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji
kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal. Sedangkan menurut hukum islam perjanjian
berasal dari kata aqad yang secara etimologi berarti “menyimpulkan”
(Mahmud, 1973:274).
Pengertian perjanjian menurut Handri Raharjo, “Suatu hubungan
hukum di bidang harta kekayaan yang didasari kata sepakat antara subjek
hukum yang satu dengan yang lain, dan diantara mereka (para
pihak/subjek hukum) saling mengikatkan dirinya sehingga subjek hukum
yang satu berhak atas prestasi dan subjek hukum yang lain berkewajiban
melaksanakan prestasinya sesuai dengan kesepakatan yang telah
disepakati para pihak tersebut serta menimbulkan akibat hukum” (Handri,
2009: 42).
Menurut Abdul Aziz Muhammad (2010: 15) kata aqad dalam
istilah bahasa berarti ikatan dan tali pengikat. Dari sinilah kemudian
makna aqad diterjemahkan secara bahasa sebagai menghubungkan antara
dua perkataan, masuk juga di dalamnya janji dan sumpah, karena sumpah
menguatkan niat berjanji untuk melaksanakanya isi sumpah atau
meninggalkannya. Demikan juga dengan janji halnya dengan janji sebagai
perekat hubungan antara kedua belah pihak yang berjanji dan
menguatkanya.
Page 38
24
Perspektif hukum Islam menurut Suhrawardi K. Lubis (1994: 1)
mengemukakan bahwa pengertian perjanjian adalah suatu perbuatan
kesepakatan antara seseorang atau beberapa orang dengan seseorang atau
beberapa orang lainnya untuk melakukan sesuatu perbuatan tertentu.
Pengertian perjanjian tersebut tersirat pula bahwa hubungan yang
terjadi antara kreditur dan debitur merupakan suatu hubungan hukum yang
artinya hukum itu sendirilah yang meletakkan hak pada suatu pihak dan
kewajiban pada pihak lainnya. Jika terjadi salah satu pihak tidak
melaksanakan kewajibannya maka hukum dapat memaksakan supaya
kewajiban-kewajiban itu dipenuhi disebut juga dengan ingkar janji.
Peristiwa saling ingkar janji timbullah suatu perikatan hukum
diantara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Adapun terhadap
pengertian perikatan ini, Subekti (1995: 14) mengatakan bahwa perikatan
adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak
yang lain dan pihak lain berkewajiban memenuhi tuntutan itu.
2. Syarat-syarat perjanjian.
a. Syarat-syarat perjanjian menurut hukum perdata.
Sahnya perjanjian berarti bagaimana terjadinya perjanjian itu
menurut hukum yang berlaku, perjanjian yang sah artinya perjanjian
yang dibenarkan menurut hukum yang berlaku (Hilman, 1992: 99).
Perjanjian yang sah adalah perjanjian yang memenuhi syarat-
syarat yang ditetapkan oleh undang-undang. Perjanjian yang sah
Page 39
25
diakui dan diberi akibat hukum (legally concluded contract). Menurut
pasal 1320 KUH Perdata, syarat-syarat sahnya perjanjian:
1) Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat
perjanjian (konsensus).
Persetujuan kehendak adalah kesepakatan, seia sekata
pihak-pihak mengenai pokok perjanjian. Apa yang dikendaki oleh
pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lainnya.
Persetujuan itu sifatnya sudah mantap, tidak lagi dalam
perundingan.
2) Ada kecakapan pihak-pihak untuk membuat perjanjian (capacity).
Pada umumnya orang dikatakan cakap melakukan
perbuatan hukum apabila ia sudah dewasa, artinya sudah
mencapai umur 21 tahun atau sudah kawin walaupun belum 21
tahun. Menurut ketentuan pasal 1330 KUH Perdata, dikatakan
tidak cakap membuat perjanjian ialah:
a) Orang yang belum dewasa.
b) Orang yang ditaruh di bawah pengampuan.
c) Wanita bersuami.
3) Ada suatu hal tertentu (objek).
Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian, objek
perjanjian, prestasi yang wajib dipenuhi. Prestasi itu harus
tertentu atau sekurang-kurangnya dapat ditentukan. Kejelasan
mengenai pokok perjanjian atau objek perjanjian ialah untuk
Page 40
26
memungkinkan pelaksanaan hak dan kewajiban pihak-pihak. Jika
pokok perjanjian, atau objek perjanjian, atau predtasi itu kabur,
tidak jelas, sulit bahkan tidak mungkin dilaksanakan, maka
perjanjian itu batal (nietig, void).
4) Ada suatu sebab yang halal (causa).
Kata causa berasal dari bahasa latin artinya sebab. Sebab
adalah suatu yang menyebabkan orang membuat perjanjian, yang
mendorong orang membuat perjanjian. Tetapi yang dimaksud
dengan cuasa yang halal dalam pasal 1320 KUHPerdata itu
bukanlah sebab dalam arti yang menyebabkan atau yang
mendorong orang membuat perjanjian, melainkan sebab dalam
arti isi perjanjian itu sendiri yang menggambarkan tujuan yang
akan dicapai oleh pihak-pihak.
Syarat pertama dan kedua pasal 1320 KUHPerdata disebut
syarat subjektif, karena melekat pada diri orang yang menjadi
subjek perjanjian. Jika syarat itu tidak dipenuhi, perjanjian dapat
dibatalkan. Tetapi jika tidak dimintakan pembatalan kepada
hakim, perjanjian itu tetap mengikat pihak-pihak, walaupun
diancam pembatalan sebelum lampau waktu lima tahun (pasal
1454 KUHPerdata).
Syarat ketiga dan keempat pasal 1320 KUHPerdata disebut
syarat objektif, karena mengenai sesuatu yang menjadi objek
perjanjian. Jika syarat itu tidak dipenuhi, perjanjian batal.
Page 41
27
Kebatalan itu dapat diketahui pabila perjanjian tidak mencapai
tujuan karena salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.
Kemudian diperkarakan ke muka hakim, dan hakim menyatakan
perjanjian batal, karena tidak memenuhi syarat objektif
(Abdulkadir, 1993:228-233)
b. Syarat-syarat perjanjian dalam Islam.
Syarat-syarat hukum perjanjian dalam Islam adalah sebagai
berikut (Pasaribu, 1994: 2-3):
1) Tidak menyalahi hukum syariah yang disepakati adanya.
Maksudnya bahwa perjanjian yang diadakan oleh para
pihak itu bukanlah perbuatan yang bertentangan hukum atau
perbuatan yang melawan huk syariah, sebab perjanjian yang
bertentangan dengan ketentuan hukum syariah adalah tidak sah,
dan dengan sendirinya tidak ada kewajiban bagi masing-masing
pihak untuk menempati atau melaksanakan perjanjian tersebut,
atau dengan perkataan lain apabila isi perjanjian itu merupakan
perbuatan yang melawan hukum (Hukum Syariah), maka
perjanjian diadakan dengan sendirinya batal demi hukum.
2) Harus sama ridha dan ada pilihan.
Maksudnya perjanjian yang diadakan oleh para pihak
haruslah didasakan kepada kesepakatan kedua belah pihak, yaitu
masing-masing kedua belah pihak ridha/ rela aka nisi perjanjian
Page 42
28
tersebut, atau dengan perkataan lain harus merupakan kehendak
bebas masing-masing pihak.
Dalam hal ini berarti tidak boleh ada paksaan dari pihak
yang satu kepada pihak yang lain, dengan sendirinya perjanjian
yang diadakan tidak mempunyai kekuatan hukum apabila tidak
didasarkan kepada kehendak bebas pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian.
3) Harus jelas dan gamblang.
Maksunya apa yang diperjanjikan oleh para pihak harus
terang tentang apa yang menjadi isi perjanjian, sehingga tidak
mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman di antara para pihak
tentang apa yang telah mereka perjanjikan di kemudian hari.
Demikian pada saat pelaksanaan/penerapan perjanjian masing-
masing pihak yang mengadakan perjanjian atau yang mengikatkan
diri dalam perjanjian haruslah mempunyai interprestasi yang sama
tentang apa yang telah mereka perjanjikan, baik terhadap isi maupun
akibat yang ditimbulkan oleh perjanjian itu.
3. Asas-asas perjanjian.
a. Asas-asas perjanjian dalam hukum Islam.
Asas-asas yang berkaitan dengan perjanjian (akad) dalam hukum Islam
adalah sebagai berikut (Pasaribu, 1994: 8-15):
1) Asas ibahah (Mabda‟ al-Ibahah)
Page 43
29
Asas ibahah adalah asas umum hukum Islam dalam bidang
muamalat secara umum. Asas ini dirumuskan dalam adagium
“pada asasnya segala sesuatu itu boleh dilakukan sampai ada
dalil yang melarangnya”. Asas ini merupakan kebalikan dari asas
yang berlaku dalam masalah ibadah. Dalam hukum Islam, untuk
tindakan-tindakan ibadah berlaku asas bahwa bentuk-bentuk
ibadah yang sah adalah bentuk-bentuk yang disebutkan dalam
dalil-dalil syariah. Orang tidak dapat membuat-buat bentuk baru
ibadah yang tidak pernah ditentukan oleh Nabi SAW, bentuk-
bentuk baru ibadah yang dibuat tanpa pernah diajarkan oleh Nabi
SAW itu disebut bid‟ah tidak sah hukumnya.
Sebaliknya, dalam tindakan-tindakan muamalat berlaku
asas sebaliknya, yaitu bahwa segala sesuatu itu sah dilakukan
sepanjang tidak ada larangan tegas atas tindakan itu. Bila
dikaitkan dengan tindakan hukum, khususnya perjanjian, maka
hal ini berarti bahwa tindakan hukum dan perjanjian apapun dapat
dibuat sejauh tidak ada larangan khusus mengenai tindakan
tersebut.
2) Asas kebebasan berakad (Mabda‟ Hurriyah at-Ta‟aqud)
Hukum Islam mengikuti kebebasan berakad, yaitu suatu
prinsip hukum yang menyatakan bahwa setiap orang dapat
membuat akad jenis apapun tanpa terikat dengan nama-nama
yang telah ditentukan dalam undang-undang syariah dan
Page 44
30
memasukkan klausul apa saja ke dalam akad yang dibuatnya itu
sesuai dengan kepentingannya sejauh tidak berakibat makan harta
sesama jalan batil. Namun demikian, dilingkungan madzhab-
madzhab yang berbeda terdapat perbedaan pendapat mengenai
luas sempitnya kebebasan tersebut. Nash-nash al-Qur‟an dan
sunnah Nabi SAW serta kaidah-kaidah hukum Islam
menunjukkan bahwa hukum Islam menganut asas kebebasan
berakad. Asas kebebasan berakad ini merupakan konkretisasi
lebih jauh dan spesifikasi yang lebih tegas lagi terhadap asas
ibahah dalam muamalat.
3) Asas konsensualisme
Asas konsensualisme menyatakan bahwa untuk terciptanya
suatu perjanjian cukup dengan tercapainya kata sepakat antara
para pihak tanpa perlu dipenuhinya formalitas-formalitas tertentu.
Dalam hukum Islam pada umumnya perjanjian-perjanjian itu
bersifat konsensual. Para ahli hukum Islam biasanya
menyimpulkan asas konsensualisme dalam firman Allah yang
berbunyi:
Page 45
31
“Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu makan harta
sesamamu dengan jalan bathil, kecuali (jika makan harta sesama
itu dilakukan) dengan cara tukar menukar berdasarkan perizinan
timbal balik (kata sepakat) diantara kamu “ (an-Nisa‟: 29).
Kutipan ayat diatas menjelaskan bahwa setiap pertukaran
secara timbal balik itu diperbolehkan dan sah selama didasarkan
atas kesepekatan antara kedua belah pihak.
4) Asas keseimbangan (Mabda‟ at-Tawazun fi al-Mu‟awadhah)
Meskipun secara faktual jarang terjadi keseimbangan
antara para pihak dalam bertransaksi, namun hukum perjanjian
Islam tetap menekankan perlunya keseimbangan itu, baik
keseimbangan antara apa yang diberikan dan apa yang diterima
maupun keseimbangan dalam memikul resiko. Asas
keseimbangan dalam transaksi (antara apa yang diberikan dengan
apa yang diterima) tercermin pada dibatalkannya suatu akad yang
mengalami ketidak seimbangan prestasi yang mencolok. Asas
keseimbangan dalam memikul resiko tercermin dalam larangan
terhadap transaksi riba, dimana dalam konsep riba hanya debitur
yang memikul segala resiko atas kerugian usaha, sementara
kreditur bebas sama sekali dan harus mendapat prosentase
tertentu sekalipun pada saat dananya mengalami kembalian
negatif.
5) Asas kemaslahatan (tidak memberatkan)
Dengan asas kemaslahatan dimaksudkan bahwa akad yang
dibuat oleh para pihak bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan
Page 46
32
bagi mereka dan tidak boleh menimbulkan kerugian (mudharat)
atau keadaan memberatkan (masyaqqah). Apabila dalam
pelaksanaan akan terjadi perubahan keadaan yang tidak dapat
diketahui sebelumnya serta membawa kerugian yang fatal bagi
pihak bersangkutan sehingga memberatkannya, maka
kewajibannya dapat diubah dan disesuaikannya kepada batas yang
masuk akal.
6) Asas amanah
Asas Amanah dimaksudkan bahwa masing-masing pihak
haruslah beri‟tikad baik dalam bertransaksi dengan pihak lainnya
dan tidak dibenarkan salah satu pihak mengeksploitasi
ketidaktahuan mitranya. Dalam kehidupan masa kini banyak
sekali obyek transaksi yang dihasilkan oleh satu pihak melalui
suatu keahlian yang amat spesialis dan profesionalisme yang
tinggi sehingga ketika ditransaksikan, pihak lain yang menjadi
mitra transaksi tidak banyak mengetahui seluk beluknya. Oleh
karena itu, ia sangat bergantung kepada pihak yang
menguasainya. Profesi kedokteran, terutama dokter spesialis,
misalnya hanya diketahui dan dikuasai oleh para dokter saja.
Masyarakat umum tidak mengetahui seluk beluk profesi tersebut.
Oleh karena itu, ketika seorang pasien sebagai salah satu pihak
transaksi akan diterapkan oleh suatu metode pengobatan dan
penenangan penyakitnya, sang pasien sangat bergantung kepada
Page 47
33
informasi dokter untuk mengambil keputusan menjalani metode
tersebut. Begitu juga terdapat barang-barang canggih, tetapi juga
menimbulkan resiko berbahaya bila salah dalam penggunaannya.
Dalam hal ini, yang bertransaksi dengan obyek barang tersebut
sangat bergantung kepada informasi produsen yang menawarkan
barang tersebut. Oleh karena itu, dalam kaitan ini dalam hukum
perjanjian Islam dituntut adanya sikap amanah pada pihak yang
menguasainya untuk memberi informasi yang sejujurnya kepada
pihak lain yang tidak banyak mengetahuinya.
Dalam hukum Islam, terdapat suatu bentuk perjanjian yang
disebut perjanjian amanah, salah satu pihak hanya bergantung
kepada informasi jujur dari pihak lainnya untuk mengambil
keputusan untuk menutup perjanjian bersangkutan. Diantara
ketentuannya, adalah bahwa bohong atau penyembunyian
informasi yang semestinya disampaikan dapat menjadi alasan
pembatalan akad bila dikemudian hari ternyata informasi itu tidak
benar yang telah mendorong pihak lain untuk menutup perjanjian.
Contoh paling sederhana dalam hukum Islam adalah akad
murabahah, yang merupakan salah satu bentuk akad amanah.
Pada zaman sekarang wilayah akad amanah tidak saja hanya
dibatasi pada akad seperti murabahah, tetapi juga meluas kedalam
akad takaful (asuransi) bahkan juga banyak akad yang
Page 48
34
pengetahuan mengenai obyeknya hanya dikuasai oleh salah satu
pihak saja.
7) Asas keadilan
Keadilan adalah tujuan yang hendak diwujudkan oleh
semua hukum. Dalam hukum Islam, keadilan langsung
merupakan perintah al-Qur‟an yang menegaskan (QS. 5:8):
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,
menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”(al-Maidah: 8).
Keadilan merupakan sendi setiap perjanjian yang dibuat
oleh para pihak. Sering kali zaman modern akad ditutup oleh satu
pihak dengan pihak lain tanpa ia memiliki kesempatan untuk
melakukan negosiasi mengenai klausul akad tersebut, karena
klausul akad tersebut telah dibakukan oleh pihak lain. Tidak
mustahil bahwa dalam pelaksanaannya akan timbul kerugian
Page 49
35
kepada pihak yang menerima syarat baku itu karena didorong
kebutuhan. Dalam hukum Islam kontemporer telah diterima suatu
asas bahwa demi keadilan syarat baku itu dapat diubah oleh
pengadilan apabila memang ada alasan untuk itu.
b. Asas-asas perjanjian dalam hukum perdata.
Dalam hukum perjanjian terdapat beberapa asas yaitu
(Handri,2009: 43-46):
1) Asas kebebasan berkontrak
Asas kebebasan berkontrak merupakan salah satu asas
yang penting dalam hukum perjanjian. Asas ini merupakan
perwujudan manusia yang bebas, pancaran hak asasi manusia.
Asas kebebasan berkontrak berhubungan erat dengan isi
perjanjian, yakni kebebasan untuk menentukan “apa” dan dengan
“siapa” perjanjian diadakan.
2) Asas konsensualisme
Asas konsensualisme dapat ditemukan dalam Pasal 1320
Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Dalam Pasal 1320 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata disebutkan secara tegas bahwa
untuk sahnya perjanjian harus ada kesepakatan antara kedua belah
pihak. Dalam Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
ditemukan dalam perkataan “semua” menunjukan bahwa setiap
orang diberi kesempatan untuk menyatakan kehendak yang
dirasakan baik untuk menciptakan perjanjian.
Page 50
36
3) Asas keseimbangan
Asas keseimbangan menghendaki para pihak memenuhi
dan melaksanakan perjanjian yang mereka buat. Kreditur
mempunyai hak untuk menuntut pelaksanaan prestasi dengan
melunasi utang melalui kekayaan debitur, namun kreditur juga
mempunyai beban untuk melaksanakan perjanjian dengan itikad
baik, sehingga dapat dikatakan bahwa kedudukan kreditur yang
kuat diimbangi dengan kewajiban untuk memperhatikan itikad
baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur seimbang.
4) Asas kepercayaan
Seseorang yang mengadakan perjanjian dengan orang lain,
menumbuhkan kepercayaan di antara para pihak antara satu
dengan yang lain akan memegang janjinya untuk memenuhi
prestasi di kemudian hari. Tanpa adanya kepercayaan itu, maka
perjanjian tidak mungkin diadakan para pihak.
5) Asas kebiasaan
Asas kebiasaan ini harus diperhatikan dalam pelaksanaan
perjanjian. Selain dari undang-undang, kebiasaan juga
menentukan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian.
Berdasarkan pasal 1339 KUH Perdata Pasal maka setiap perjanjian
dilengkapi dengan aturan-aturan yang terdapat dalam undang-
Page 51
37
undang dan kebiasaan. Selain ini, pasal 1347 KUH perdata diatur
mengenai kebiasaannya yang selamanya dianggap diperjanjikan.
4. Berakhirnya Perjanjian
Dalam suatu perjanjian kita harus tahu kapan perjanjian itu
berakhir. Perjanjian dapat berakhir karena (Handri Raharjo, 2009: 95):
a. Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak, misalnya persetujuan
yang berlaku untuk waktu tertentu.
b. Ditentukan oleh Undang-undang mengenai batas berlakunya suatu
perjanjian, misalnya menurut Pasal 1066 ayat 3 KUH perdata
disebutkan bahwa para ahli waris dapat mengadakan perjanjian untuk
selama waktu tertentu untuk tidak melakukan pemecahan harta
warisan, tetapi waktu persetujuan tersebut oleh ayat 4 dibatasi hanya
dalam waktu lima tahun.
c. Ditentukan oleh para pihak atau Undang-undang bahwa perjanjian
akan hapus dengan terjadinya peristiwa tertentu. Misalnya jika salah
satu pihak meninggal dunia, maka perjanjian tersebut akan berakhir.
d. Pernyataan menghentikan persetujuan (opzegging). Opzegging dapat
dilakukan oleh kedua belah pihak atau salah satu pihak. Opzegging
hanya ada pada perjanjian-perjanjian yang bersifat sementara,
misalnya perjanjian kerja dan perjanjian sewa-menyewa.
e. Perjanjian hapus karena putusan hakim.
f. Tujuan perjanjian telah dicapai.
g. Berdasarkan kesepakatan para pihak (herroeping).
Page 52
38
Berakhirnya perjanjian diatur di dalam Bab XII Buku III KUH
Perdata. Di dalam Pasal 1381 KUH Perdata disebutkan beberapa cara
hapusnya perjanjian yaitu:
a. Pembayaran
b. Penawaran tunai disertai dengan penitipan
c. Pembaharuan hutang
d. Perjumlahan hutang
e. Percapuran hutang
f. Pembebasan hutang
g. Musnahnya hutang yang terhutang
h. Kebatalan/ pembatalan
i. Berlakunya syarat batal
j. Kadaluarsa atau lewat waktu
Jika dalam perjanjian tersebut telah dipenuhi salah satu unsur dari
hapusnya perjanjian sebagaimana disebutkan di atas, maka perjanjian
tersebut berakhir sehingga dengan berakhirnya perjanjian tersebut para
pihak terbebas dari hak dan kewajiban masing-masing.
Page 53
39
B. Tinjauan Umum Tentang Kredit
1. Pengertian kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti
kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu dasar dari kredit ialah
kepercayaan. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit
(kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang
akan sanggup memenui segala sesuatu yang telah dijanjikan. Apa yang
telah dijanjikan itu dapat berupa barang, uang atau jasa (Thomas Suyatno,
1995: 12).
a. Pengertian kredit menurut hukum perdata.
Pengertian kredit menurut Undang-undang nomer 10
tahun1998 tentang Perbankan, pasal 1 angka 11, adalah “penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjaman antara bank dan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”
(Hariyani, 2010: 9).
Kredit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), salah
satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran
pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah
tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.
Page 54
40
b. Pengertian kredit merurut hukum Islam.
Istilah kredit juga berasal dari bahasa lain “Creditum” yang
berarti kepercayaan akan kebenaran. Dalam praktek sehari-hari
pengertian ini selanjutnya berkembang lebih luas lagi yaitu, kredit
adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau
mengadakan suatu pinjaman dengan jangka waktu yang disepakat
(Teguh, 1989: 9).
Buku III KUH Perdata Pasal 1338 yang memberikan hak kepada
para pihak untuk membuat dan melakukan kesepakatan apa saja dengan
siapa saja, selama mereka memenuhi syarat sahnya perjanjian, dan tidak
ditarik kembali atau dibatalkan secara sepihak. Pembatasan dalam
pembebasan berkontrak terdapat dalam Pasal 1337 KUH Perdata bahwa
suatu tidak boleh bertentangan dengan kesusilaan, ketertiban umum dan
Undang-undang.
Agar kegiatan perkreditan dapat terlaksana dengan baik, maka ada
beberapa prinsip yang perlu dipenuhi sebelum kredit disalurkan. Adapun
prinsip-prinsip tersebut dikenal dengan istilah “5 C”, yaitu:
a. Character
Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang
akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin
dari si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun
yang bersifat pribadi misalnya cara atau gaya hidup yang dianutnya,
Page 55
41
keadaan keluarga dan hoby. Tertulis diatas mengenai salah satu
ukuran kemauan membayar.
b. Capacity
Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang
bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis
juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang
ketentuan- ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya
dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlibat
kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
c. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat
laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan
pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan
ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja
modal yang ada sekarang ini.
d. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang
bersifat fisik maupun non-fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah
kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya,
sehingga jika terjadi suatu masalah maka jaminan yang dititipkan
akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
Page 56
42
e. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi
dan politik sekarang dan di masa akan datang sesuai dengan sektor
masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan.
Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar
memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut
bermasalah relatif kecil.
2. Unsur-unsur kredit
Dalam kata kredit mengandung berbagai maksud atau dengan kata
lain dalam kata kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi
satu. Sehingga jika kita bicara kredit maka termasuk membicarakan
unsure-unsur yang terkandung di dalamnya.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu
fasilitas kredit adalah sebagai berikut:
a. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu kenyakinan bagi si pemberi
kredit bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang, jasa)
bener-bener diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka
waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama
yang melandasi mengapa suatu kredit dikucurkan harus dilakukan
penelitian dan penyidikan lebih dulu secara mendalam tentang kondisi
nasabah, baik secara interen maupun dari eksteren. Penelitian dan
Page 57
43
penyidikan tentang kondisi pemohon kredit sekarang dan masa lalu,
untuk menilai kesunggunhan dan etika baik nasabah terhadap bank.
b. Kesepakatan
Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung
unsure kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima
kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana
masing-masing pihak menandatangi hak dan kewajiban masing-
masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan
ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikuncurkan.
c. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah
disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek
(dibawah 1 tahun), jangka menengah (1 sampai 3 tahun) atau jangka
panjang (diatas 3 tahun). Jangka waktu merupakan batas waktu
pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah
pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat diperpanjang
sesuai kebutuhan.
d. Resiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengambilan kredit akan
memungkinkan suatu resiko tidak tertagihkan atau macet pemberian
kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin
besar resikonya, demikian sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan
Page 58
44
bank, baik resiko yang tidak sengaja, misalnya karena bencana alam
atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya,
sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang
diperolehnya.
e. Balas jasa
Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan
atas pemberian kredit. Dalam bank konvensional balas jasa kita kenal
dengan nama bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bung juga
membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga
merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip
syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil (Kasmir, 2004:
103-105).
3. Macam-macam kredit.
Jenis kredit yang diberikan oleh bank kepada masyarakat dapat dilihat dari
berbagai sudut, yaitu (Suyatno, 1995: 19):
a. Kredit dilihat dari tujuannya
1) Kredit konsumtif
Yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli
barang-barangdan kebutuhan lainnya yang bersifat konsumtif.
2) Kredit produktif
Yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk
memperlancarjalannya proses produksi.
Page 59
45
3) Kredit perdagangan
Yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli
barang-baranguntuk dijualnya lagi.
b. Kredit dilihat dari jangka waktunya
1) Kredit jangka pendek
Yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun dan
kreditini juga termasuk untuk tanaman musiman yang berjangka
waktu lebihdari 1 tahun.
2) Kredit jangka menengah
Yaitu kredit yang berjangka waktu antara 1 sampai 3
tahun, kecualiuntuk kredit tanaman musiman.
3) Kredit jangka panjang
Yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun.
c. Kredit dilihat dari jaminannya
1) Kredit tanpa jaminan
Kredit ini disebut juga dengan istilah kredit blanko. Dalam
duniaperbankan di Indonesia jenis kredit ini tidak digunakan
sebab di sampingmengundang resiko yang besar bagi bank, juga
tidak sesuai denganketentraman yang ada dalam praktek
Perbankan.
Page 60
46
2) Kredit dengan jaminan
Kredit ini diberikan pada nasabah yang sanggup
menyediakan satubenda tertentu atau surat berharga atau orang
untuk dikaitkan sebagaijaminan.
d. Kredit dilihat dari penggunaannya
1) Kredit eksploitasi
Yaitu kredit jangka pendek yang diberikan oleh suatu bank
kepadaperusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja
perusahaansehingga dapat berjalan lancer.
2) Kredit investasi
Yaitu kredit jangka menengah atau panjang yang diberikan
olehbank kepada perusahaan untuk melakukan investasi
penanaman modal.
4. Penyelesaian Kredit macet.
Menurut Djumhana, penyelesaian secara administrasi perkreditan
antara lain sebagai berikut:
a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan syarat kredit
yang menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu
termasuk masa tenggang, baik meliputi perubahan besarnya angsuran
maupun tidak.
b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau
seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal
pembayaran, jangka waktu, dan atau persyaratan lainnya sepanjang
Page 61
47
tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit dan konversi
seluruh atau sebagian dari pinjaman menjadi penyertaan bank.
c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat kredit
berupa penambahan dana bank; dan/atau konversi seluruh atau
sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, dan/atau
konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam
perusahaan(http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50294244def
ee/langkah-langkah-penyelesaian-kredit-macet diunduh pada tanggal
26 februari 2016 pukul 23.00).
C. Tinjauan Umum Tentang Wanprestasi
1. Pengertian wanprestasi
Pengertian wanprestasi belum mendapatkan keseragaman, masih
terdapat bermacam-macam istilah yang dipakai untuk wanprestasi
sehingga tidak terdapat kata sepakat untuk menentukan istilah yang
hendak dipergunakan. Adanya bermacam-macam istilah wanprestasi
menurut beberapa sarjana yang telah mempergunakan istilah wanprestasi
dan member pendapat tentang pengertian wanprestasi tersebut.
a. Pengertian wanprestasi menurut hukum perdata
Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang
artinya prestasi buruk. Wanprestasi adalah suatu sikap dimana
seseorang tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagai
Page 62
48
mana yang telah ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara
kreditur dan debitur.
Pelaksanaan perjanjian, dapat terjadi wanprestasi yang berarti
tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan bersama dalam
perjanjian. Wanprestasi ialah keadaan dimana salah satu pihak tidak
melakukan kewajiban, terlambat atau tidak sempurna melakukan
kewajibannya. Keadaan cidera janji berbeda dengan keadaan di luar
kekuasaan atau kemampuan dari pihak yang tidak dapat
melaksanakan kewajibannya. Kemungkinan dapat atau tidak dapat
diatasi keadaan di luar kuasa/kemampuan harus diberitahukan dengan
segera kepada pihak lainnya dan bahwa telah dicoba untuk mengatasi
keadaan tersebut sebatas masuk akal sehingga tidak dapat
digolongkan pada cidera janji (Herlien, 2010: 258-259).
Wirjono Prodjodikoro (1981: 17), mengatakan bahwa
wanprestasi adalah ketiadaan suatu prestasi di dalam hukum
perjanjian, berarti suatuhal harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu
perjanjian. Barangkali dalam bahasa Indonesia dapat dipaki istilah
pelaksanaan janji untuk prestasi dan ketiadaan pelaksanaan janji untuk
wanprestasi.
Menurut Salim (2003: 98) berpendapat bahwa wanprestasi
adalah tidak mengetahui atau lalai melaksanakan kewajiban (prestasi)
sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara
kreditor dan debitur.
Page 63
49
Wanprestasi ialah keadaan dimana salah satu pihak tidak
melaksanakan kewajiban. Wanprestasi ini disebabkan karena (Munir,
2001: 88):
1) Kesengajaan
2) Kelalaian
3) Tanpa kesalahan
b. Pengertian wanprestasi menurut hukum Islam
Dalam perjanjian/akad dapat saja terjadi kelalaian, baik ketika
akad berlangsung maupun pada saat pemenuhan prestasi. Hukum
Islam dalam cabang fiqh muamalah juga mengakui/mengakomodir
wanprestasi, sanksi, ganti kerugian serta adanya keadaan memaksa,
berikut ini disajikan pemikiran salah satu ahli fiqh muamalah
Indonesia (Nasrun, 2000: 120-121).
Bahwa dalam setiap perjanjian prestasi merupakan suatu yang
wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap perjanjian, prestasi
merupakan isi perjanjian, apabila debitur tidak memenuhi prestasi
sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian maka dikatakan
wanprestasi.
Page 64
50
2. Bentuk wanprestasi
Adapun bentuk-bentuk dari wanprestasi yaitu:
a) Tidak memenuhi prestasi sama sekali.
Sehubungan dengan dengan debitur yang tidak memenuhi
prestasinya maka dikatakan debitur tidak memenuhi prestasi sama
sekali.
b) Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya.
Apabila prestasi debitur masih dapat diharapka pemenuhannya,
maka debitur dianggap memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya.
c) Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru.
Debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru, apabila prestasi
yang keliru tersebut tidak dapat diperbaiki lagi maka debitur dikatakan
tidak memenuhi prestasi sama sekali (Satrio, 1999: 84)
Pada kenyataannya, sangat sulit untuk menentukan apakah debitur
dikatakan tidak memenuhi perikatan, karena pada saat mengadakan
perjanjian pihak-pihak tidak menetukan waktu untuk melakukan suatu
prestasi tersebut.
3. Akibat hukum yang timbul dari wanprestasi.
Adapun akibat hukum bagi debitur yang lalai atau melakukan
wanprestasi, dapat menimbulkan hak bagi kreditur, yaitu (Handri Raharjo,
2009: 81-84):
a. Menuntut pemenuhan perikatan,
Page 65
51
b. Menuntut pemutusan perikatan atau apabila perikatan tersebut
bersifat timbal-balik, menurut pembatalan perikatan,
c. Menuntut ganti rugi,
d. Menuntut pemenuhan perikatan dengan disertai ganti rugi,
e. Menuntut pemutusan atau pembatalan perikatan dengan ganti rugi.
Akibat hukum yang timbul dari wanprestasi dapat juga disebabkan
karena keadaan memaksa (force majour). Keadaan memaksa (force
majour) yaitu salah satu alasan pembenar untuk membebaskan seseorang
dari kewajiban untuk mengganti kerugian (Pasal 1244 dan Pasal 1445
KUHPerdata). Menurut Undang-undang ada tiga hal yang harus dipenuhi
untuk adanya keadaan memaksa, yaitu:
a. Tidak memenuhi prestasi,
b. Ada sebab yang terletak di luar kesehatan debitur,
c. Faktor penyebab itu tidak terduga sebelumnya dan tidak dapat
dipertanggung jawabkan kepada debitur.
Terhadap kelalaian atau kealapaan debitur untuk melakukan
sesuatu sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian akan
mempunyai akibat-akibat yang tidak enak bagi pihak debitur sebagaimana
berikut ini.
a. Debitur harus membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh
kreditur (Pasal 1234 KUH Perdata).
b. Perikatan tetap ada, kreditur masih menuntut kepada debitur
pelaksanaan prestasi, apabila ia terlambat memenuhi prestasi. Di
Page 66
52
samping itu, kreditur berhak untuk menuntut ganti rugi akibat
keterlambatan melaksanakan prestasinya, hal ini disebabkan kreditur
akan mendapat keuntungan apabila debitur melaksanakan prestasi
tepat pada waktunya.
c. Resiko beralih kepada debitur sejak saat terjadi wanprestasi (Pasal
1237 ayat (2) KUH Perdata. Ketentuan ini hanya berlaku bagi
perikatan untuk memberikan sesuatu.
d. Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat
membebaskan diri dari kewajibannya memberikan kontra prestasi
dengan menggunakan Pasal 1266 KUH Perdata (Salim, 2011: 180).
Disimpulkan bahwa terdapat bentuk-bentuk wanprestasi yang
terjadi di dalam pelaksanaan perjanjian. Dimana para pihak terkadang
melakukan wanprestasi berupa telat membayar apa yang diperjanjikan
atau tidak melakukan pembayaran sehingga mengakibatkan kerugian
kepada salah satu pihak. Dengan adanya kerugian tersebut pihak yang
dirugikan tersebut dapat menuntut ganti rugi atas kerugian yang diderita
dengan cara-cara yang ditentukan oleh undang-undang.
Adapun ganti rugi yang dikenalkan dalam pasal KUH Perdata
adalah dipakai istilah biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhi suatu
perikatan. Biaya merupakan segala pengeluaran dan perongkosan yang
nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh salah satu pihak, sedangkan rugi
merupakan setiap kerugian yang disebabkan karena kerusakan barang
merupakan kepunyaan kreditur yang timbul sebagai akibat kelalaian
Page 67
53
debitur (Subekti: 1979:49).Sedangkan bunga merupakan kerugian yang
berupa kehilangan keuntungan yang sudah dibayangkan dan dihitung oleh
kreditur.
Abdulkadir (1993: 43) mengatakan bahwa bunga yang harus dibayar
karena lalai ini disebut “moratoir interest”, sebagai hukuman bagi debitur.
Moratoir berasal dari kata “mora” bahasa Latin yang berarti lalai.
Pembayaran ganti kerugian sebesar bunga moratorium tersebut semata-mata
digantungkan pada keterlambatan pembayaran tersebut sehingga kreditur
tidak perlu dibebani untuk membuktikan dasar penuntutan ganti kerugian
tersebut.
Penghitungan besarnya ganti kerugian tersebut terhitung bukan pada
saat utang tersebut tidak dibayar atau lalainya debitur, melainkan mulai
dihitung sejak tuntutan tersebut diajukan ke pengadilan, kecuali jika dalam
keadaan tertentu undang-undang memberikan kemungkinan bahwa
penghitungan bunga tersebut berlaku demi hukum (mulai saat terjadinya
wanprestasi) (Ahmadi, 2012: 16).
Page 68
54
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Profil BMT Anda Salatiga
1. Sejarah berdirinya KJKS BMT ANDA Salatiga.
BMT ANDA Salatiga merupakan salah satu Jasa Keuangan
Syariah dengan Badan Hukum No. 004/KWK.1132/X/1998. BMT ini
didirikan oleh 29 orang dan 3 orang merupakan pengelola inti BMT
tersebut, dengan maksud dan tujuan yang sama yaitu membentuk suatu
badan jasa keuangan syari‟ah dengan melakukan kesepakatan dan
perjanjian.
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT ANDA lahir
tanggal 20 oktober 1998. Kerja keras selama kurun waktu 14 tahun
membuat BMT ANDA butuh pembenahan dan penyegaran.. Sampai saat
ini sudah memiliki 1 Kantor Pusat dan 6 kantor cabang antara lain; kantor
pusat Jln. Merak No. 90 Cabean Sidomukti Salatiga dengan Bapak Budi
Santoso, SE. MM sebagai ketua pengurus, kantor cabang Jln. Raya
Ampel-Salatiga km 0.5 Ampel, kantor cabang Jln. Prawiro Digdoyo
Pasar Karanggedhe, kantor cabang Jln. Pemuda No.157-A Pojoksari
Ambarawa, kantor cabang Jln. Juwangi Godong km.1 Juwangi, kantor
cabang Jln. Sunggingan-Pasar Boyolali, kantor cabang Jln. Ngablak
Magelang.
BMT ANDA mulai peluncuran progam-program pembiayaan yang
valuable dan bersaing, setting costomer servis yang cepat dan tanggap,
Page 69
55
pemberian kompensasi yang beragam, renovasi kantor, ekspensi ke
daerah lain serta yang tak kalah pentingnya adalah peningkatan nominal
pembiayaan yang sesuai dengan jalan meningkatkan kerjasama pada
beberapa stakeholder yang relevan yang selama ini telah terlaksana
namun belum maksimal, diantaranya adalah bank-bank syariah dan
lembaga pembiayaan komersial yang selama ini telah bekerjasama
dengan koperasi-koperasi dan BMT di Salatiga dan sekitarnya.
Dalam kurun waktu 14 tahun Koperasi ANDA berjalan, telah
mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan walaupun belum
spektakuler. Pada akhir tahun 2012 modal berkembang menjadi Rp.
1.571.958.454,29 atau mengalami kenaikan sebesar 23,17% dari tahun
sebelumnya. Peran Koperasi BMT ANDA dalam membantu kesejahteraan
anggota cukup signifikan, hal ini terbukti dengan semakin banyak anggota
yang masuk dalam anggota semakin lama semakin meningkat, serta
pinjaman modal dapat dirasakan oleh anggota secara mudah dan
terjangkau.
2. Visi dan misi KJKS BMT ANDA Salatiga
a. Visi KJKS BMT ANDA
Menjadi Lembaga Keuangan Syariah yang maju, professional
dan mensejahterakan anggota.
b. Misi KJKS BMT ANDA
1) Menjalakan operasional koperasi sesuai standar koperasi yang
sehat.
Page 70
56
2) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang
berkesenambungan.
3) Mengusahakan penumpukan modal anggota dengan sistem
syariah.
4) Memberi pembiayaan modal anggota untuk tujuan produktif.
5) Mengusahakan program pendidikan dan pembinaan agama secara
intenfit kepada anggota.
6) Meningkatkan kesejahteraan anggota dan kemajuan lingkungan
kerja.
7) Menciptakan sumber pembiayaan anggota dengan prinsip syariah.
8) Menumbuhkan usaha-usaha produktif anggota.
9) Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam
lingkungan kerja yang sehat.
3. Tujuan
a. Meningkatkan pogram pemberdayaan ekonomi khususnya di kalangan
usaha mikro, kecil dan menengah dan koperasi melalui sistem syariah
b. Mendorong kegiatan ekonomi syariah dalam usaha mikro, kecil dan
menengah khususnya serta ekonomi Indonesia pada umumnya.
c. Meningkatkan semangat dan peran serta anggota masyarakat dalam
kegiatan koperasi jasa keuangan syariah.
Page 71
57
B. Struktur Organisasi KJKS BMT ANDA.
Struktur organisasi adalah gambaran secara sistematis tentang hubungan
kerjasama dari orang-orang yang mempunyai tujuan bagi suatu perusahaan agar
dapat berjalan dengan baik, lancar dan efisien. Maka sangatlah diperlukan
struktur organisasi yang jelas dan tegas yang menunjukkan garis kewenangan dan
tanggung jawab terhadap masing-masing bagian.
Tabel 3.1
Struktur Organisasi BMT Anda Salatiga
Rapat Anggota
Pengurus
Dewan Pengawas
Manajer Manajer Akuntansi
Kepala Cabang
Salatiga
Rapat Anggota
Pengurus
Dewan Pengawas
Manajer
Manajer Akuntansi
Kepala Cabang
Salatiga
Kepala Cabang
Ampel
Kepala Cabang
Karanggede
Staf Marketing
Staf Marketing
Staf Marketing
Staf Administrasi
.
Staf Administrasi
Staf
Administrasi
SECURITY/OB
Kepala Cabang
Ampel
Kepala Cabang
Karanggede
Staf Marketing
Staf Marketing
Staf Marketing
Staf Administrasi
.
Staf Administrasi
Staf
Administrasi
SECURITY/OB
Page 72
58
Keterangan:
1. Rapat anggota: pemegang rapat tertinggi BMT Anda Salatiga
2. Pengurus
Ketua : Budi Santoso, SE.MM
Sekretaris : Supardi, SE.
Bendahara : M. Fatur Rahman, SE.MM
3. Dewan Pengawas
Ketua : KH. Abdul Majid, BA
Anggota : H. Ulin Nuha
4. Manajer : Widodo, A.Md
5. Manajer Akuntansi: Madiyono, A.Md
6. Kepala cabang Salatiga: Haryanto, SE.
7. Kepala cabang Ampel: Agung Wisara Siku
8. Kepala cabang Karanggede: Iwan Wahyudi
9. Staf marketing BMT Anda Salatiga: Muhamad Yazid, Arif Hidayat, Heru
Fernanto.
10. Staf marketing BMT Anda cabang Ampel: Rudiyanto, Thoit Nawawi, Siti
Nur Janah
11. Staf marketing BMT Anda cabang Karanggede: Nur Salim
12. Staf administrasi BMT Anda Salatiga
Teller : Erni Afriyanti, A.Md
Customer service : Maftukhatul Khanifah, A.Md
Page 73
59
13. Staf administrasi BMT Anda cabang Ampel
Teller : Mutmainah, A.Md
Customer service : Nurul Siti
14. Staf administrasi BMT Anda cabang Karanggede
Teller : Ika Dewi Lestari
Customer service : Ani Nur‟aini
15. Security/OB BMT Anda Salatiga: M. Yasin Sahroni
C. Produk-Produk Simpanan KJKS BMT ANDA.
Sampai saat ini BMT ANDA Salatiga telah memproduksi berbagai
macam produk antara lain:
1. Simpanan qurban (si qurban), simpanan walimah (si wali), simpanan
pendidikan (si pendi), simpanan idul fitri (si fitri).
a. Setoran dapat dilakukan setiap saat, dan penarikan disesuaikan dengan
jenis simpanan masing-masing dengan jangka waktu yang telah
disepakati bersama.
b. Setoran minimal Rp. 25.000,00 setiap bulannya.
c. Nisbah bagi hasil 40% dan diberikan setiap bulan langsung menambah
saldo simpanan.
d. Setoran dan penarikan dapat langsung ke kantor BMT ANDA atau
dilayani di rumah atau tempat usaha.
Page 74
60
2. Simpanan haji/umroh (si haji)
a. Diperuntukan bagi umat Islam yang akan menjalankan ibadah
haji/umroh.
b. Setoran minimal Rp.100.000,00 setiap bulannya.
c. Nisbah bagihasil 40%.
d. Pendaftaran calon haji dilaksanakan jika simpanan mencukupi untuk
pemesanan kursi calon haji tahun yang bersangkutan.
e. Kekurangan dana bisa ditalangi oleh BMT dengan cara mengajukan
permohonan terlebih dahulu.
3. Simpanan berjangka
Sangat tepat untuk merencanakan usaha, setoran dan penarikan
dapat langsung ke kantor atau dilayani di rumah atau tempat usaha.
Setoran minimal Rp. 1.000.000,00
Tabel 3.2 Nisbah Bagi Hasil
Jangka
Waktu
3 Bulan 4 Bulan 6 Bulan 12 Bulan 24 Bulan
Nisbah
Bagi Hasil
40 : 60 42.5 : 57.5 45 : 55 50 : 50 60 : 40
Bagi Hasil 8.50 9.00 9.50 10.00 12.00
Diberikan setiap bulannya dan dapat diperpanjang secara otomatis.
Page 75
61
4. Simpanan dirham barokah (si dirham).
a. Peserta simpanan dirham minimal 80 orang.
b. Setoran Rp. 200.000,00 perbulan selama 24 bulan.
c. Simpanan hanya dapat diambil satu bulan setelah akhir periode atau
setoran akhir.
d. Disediakan dorprize menarik untuk seluruh peserta.
e. Grand prize satu buah sepeda motor diakhir periode.
5. Simpanan pensiun
a. Diperuntukan bagi perusahaan dan perorangan.
b. Untuk mensejahterakan karyawan setelah pesiun.
c. Setoran minimal Rp. 25.000,00 perbulan.
d. Pengambilan minimal 5 tahun.
e. Nisbah bagi hasil 60% diberikan setiap bulan langsung menambah
saldo.
6. PPOB (Playment Point On Line Bank)
BMT ANDA juga melayani pembayaran
a. Rekening listrik.
b. Rekening telepon.
Khusus untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY.
7. Arisan sepeda motor
a. Setoran dan lama arisan
1) Besaran setoran Rp. 125.000,00 (paket 1) dan Rp. 100.000,00
(paket 2).
Page 76
62
2) Lama arisan maksimal 70 putaran paket 1, 80 putaran paket 2,
karena akumulasi kas anggota pada bulan tertentu dapat dilelang
dua sepeda motor maka lama arisan tidak mencapai 70 putaran.
3) Standar sepeda motor yang disunakan adalah seharga Rp.
12.000.000,00
b. Sistem arisan
1) Arisan sepeda motor dilaksanakan dalam bentuk kelompok dengan
anggota maksimal 70 orang (paket 1) dan 80 orang (paket 2).
2) Arisan ditentukan dengan sistem lelang tertutup dengan batas
lelang Rp. 4.210.000,00 (paket 1) dan 4960.000,00 (paket 2).
3) Pelelang harus dapa saat arisan atau bisa diwakilkan dengan
menggunakan surat kuasa dan pelelang tidak harus menyediakan
uang atau pada saat lelang sisa uang akan menjadi kas anggota.
4) Apabila tidak ada lelang, maka pemenang lelang ditentukan
dengan diundi, dan bagi yang terpilih harus bersedia menjadi
pemenang.
5) Pemenang lelang harung menyelesaikan administrasi paling
lambat 1 bualan dari tanggal lelang, jika mengundurkan diri dari
lelang dikenakan biaya administrasi sebesar 8% dari besar lelang.
6) Panitia melaporkan saldo kas setiap bulan.
c. Jaminan keamanan dan keuntungan
1) BMT ANDA beradab hukum resmi dan telah berdiri sejak 12
tahun yang lalu.
Page 77
63
2) Setoran ringan dan ringan dibandingkan dengan kredit.
3) Pengunduran diri bisa diganti orang lain atau jika lebih dari 1 kali
angsuran maka dikembalikan 50%.
4) Keterlambatan pembayaran dikenakan denda Rp. 5.000,00
perbulan jika terlambat 2 kali angsuran maka panitia berhak
menyita sepeda motor arisan atau barang jaminan.
5) Pemenang lelang terakhir bebas minimal lelang.
6) Jika masih ada kas putaran selesai, sisa kas akan dibagikan kepada
seluruh anggota.
7) Hasil lelang dalam bentuk dana tunai yang dimasukkan ke dalam
rekening simpanan berjangka tidak dimintakan jamian (inventasi
yang sangat menguntungkan).
d. Persyaratan
1) Mengisi biodata peserta arisan.
2) Menyerahkan fotocopy KTP 1 lembar
3) Menandatangani pernyataan peserta arisan.
D. Sistem Pemasaran di BMT ANDA Salatiga.
1. Segmentasi pasar
Dalam konteks ini BMT melakukan segmentasi pasar dengan
melihat kondisi lingkungan secara umum dimana BMT itu berdiri.
Segmentasi pasar dari BMT cukup baik karena mengikuti perkembangan.
Detail segmentasi untuk BMT dapat dijelaskan sebagai berikut:
Page 78
64
a. Karakteristik umur: untuk semua usia.
b. Karakteristik pendapatan: semua pendapatan.
c. Karakteristik sektor usaha: yang terutama adalah pengusaha UKM.
d. Karakteristik pendidikan: semua jenjang pendidikan.
e. Karakteristik wilayah: lingkungan sekitar BMT, masyarakat sekitar
BMT dan wilayah kota Salatiga sebagai kota pusat dan sekitar.
2. Targeting
Targeting adalah suatu tindakan memilih salah satu atau lebih
segmen pasar yang akan dimasukan. Bagi BMT akan lebih menentukan
targeting pasar apabila karakteristik lingkungan tidak terlalu beragam.
Jika karakteristik lingkungan beragam maka BMT harus mampu
menentukan targeting pasar yang sesuai dengan kemampuan, baik SDM,
fasilitas, jaringan, dana, maupun kualifikasi produk sendiri. Untuk BMT
yang menjadi target pasar adalah masyarakat sekitar dan mitra BMT.
3. Positioning
Positioning adalah penetapan pasisi pasar. Tujuan positioning
adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing
produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen. Produk yang
ditawarkan BMT harus mampu membangun brand awarnes dianggotanya.
Brand awarnes yang dibangun harus sesuai dengan misi dan misi BMT
itu sendiri.
Page 79
65
E. Kegiatan Manajemen Terkait Dengan Marketing.
1. Produk (product).
Upaya pengelolaan anggota dapat dilakukan melalui upaya
pengembangan produk yang dimiliki. Hal ini mencakup antara lain:
a. Ide-ide baru bagi pengembangan produk.
b. Variasi jenis produk.
c. Spesifikasi kualitas dari produk yang dimiliki.
d. Logo, merk dagang, persepsi publik.
e. Pelayanan pendukung.
f. Tingakt pelayanan.
2. Keuntungan (benefit).
Upaya pengelolaan anggota dapat dilakukan melalui strategi
penetapan ragam keuntungan yang diperoleh anggota dari produk yang
dimilikinya seperti simpanan sukarela dan simpanan berjangka.
3. Tempat (place).
Mutu pelayanan dapat ditingkatkan melalui pengelolaan tempat
yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Kenyamanan dan lokasi fasilitas pelayanan.
b. Perencanaan rute kolektor hingga dapat mempercepat survise time.
4. Media informasi atau promosi (promotion).
Dengan adanya suatu sistem informasi yang baik pada anggota
maka akan dapat ditingkatkan mutu pengelolaan anggota. Beberapa hal
yang dilakukan terkait dengan maksimalisasi fungsi informasi adalah:
Page 80
66
a. Pembuatan media informasi anggota.
b. Pengelolaan manajemen dan product positioning.
c. Periklanan dan strateginya.
5. Bukti fisik (physical evidence).
Upaya pengelolaan anggota dapat dimaksimalkan dengan
meningkatkan pelayanan melalui:
a. Memperbaiki tata letak fasilitas (lay out) ruang kerja dan ruang
pelayanan.
b. Memperbaiki penampilan dan kesehatan karyawan.
c. Kredibilitas dan professional dalam pelayanan.
d. Kenyamanan peralatan yang digunakan.
6. Desain proses (process design).
Upaya pengelolaan anggota dapat menjadi lebih baik melalui:
a. Prosedur operasional yang terperinci, adanya manual dan deskripsi
pekerjaan.
b. Adanya prosedur untuk resolusi masalah anggota.
c. Prosedur pelatihan sebagai bahan dari pekerjaan.
d. Penetapan standar kinerja bagi karyawan yang pada akhirnya akan
menciptakan pelayanan yang baik pada pelanggan.
7. Partisipasi aktif anggota (participation).
Dengan melibatkan para anggota untuk berpartisipasi dalam proses
pengelolaan yang dilakukan antara lain pada:
Page 81
67
a. Workshop tentang ketrampilan interaksi dan resolusi masalah
pelanggan.
b. Sistem prosedur balas jasa karyawan.
c. Peningkatan ketrampilan interaksi pribadi dan fokus pada titik kontak
dengan anggota.
F. Prosedur Pengajuan Pinjaman Kredit di BMT ANDA Salatiga.
Yang dimaksud dengan pinjaman kredit disini adalah pinjaman yang
diberikan oleh BMT ANDA Salatiga terhadap anggota yang mana anggota
harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh pihak BMT ANDA
Salatiga dan juga anggota harus mematuhi prosedur yang telah dibuat oleh
pihak BMT ANDA Salatiga.
1. Syarat untuk mengajukan perjanjian kredit adalah sebagai berikut:
a. Anggota biasa, anggota luar biasa, maupun calon anggota yang
bertempat tinggal di wilayah lingkungan BMT dan memenuhi kriteria
yang ditentukan oleh BMT.
b. Mempunyai usaha/penghasilan.
c. Mempunyai tabungan aktif di BMT.
d. Permohonan dari anggota telah dikabulkan oleh BMT setelah melalui
survey ke alamat tinggal anggota maupun tempat usaha anggota.
e. Anggota yang masih mempunyai hutang/pinjaman tidak
diperkenankan untuk mengambil jaminan sebelum melunasi
hutangnya atau dengan persetujuan pengurus.
Page 82
68
f. Jaminan utama adalah barang yang dibiayai, jika dirasakan perlu
BMT dapat meminta jaminan tambahan. Jenis dan nilai jaminan
ditentukan oleh BMT pada saat mengajukan pinjaman, misalnya
sertifikat tanah atau surat bukti kepemilikan kendaraan bermotor.
g. Biaya pinjaman dikenakan biaya administrasi (fee/provisi) sesuai
ketentuan yang berlaku.
2. Mekanisme perjanjian kredit di BMT Anda Salatiga yaitu sebagai berikut:
a. Pengajuan permohonan
Proses pelaksanaan perjanjian kredit di BMT Anda Salatiga di
awali dengan proses pengajuan permohonan. Dalam proses pengajuan
permohonan tersebut seorang calon anggota harus melengkapi
ketentuan-ketentuan khusus yang telah di sediakan oleh pihak BMT.
Ketentuan-ketentuan khusus itu seperti tujuan mengajukan perjanjian
kredit, besarnya pengajuan, jangka waktu, jangka angsuran, data
pemohon, data pekerjaan, data usaha dan lain sebagainya.
Setelah surat permohonan diisi secara lengkap, maka langkah
selanjutnya adalah pihak BMT mensurvey dulu ke alamat tinggal
calon anggota, sekiranya untuk mengkroscek semua data yang diisi di
surat permohonan telah sesuai dengan faktanya atau tidak. Tujuan
untuk survey ini adalah untuk mengetahui bahwa permohonan calon
anggota layak dikabulkan atau tidak. Sebelum calon anggota
dikatakan untuk layak diterima permohonannya, melalui survey itulah
BMT sekaligus melakukan tahap analisa terlebih dahulu terkait calon
Page 83
69
anggota yang mengajukan perjanjian. Analisa tersebut melalui analisa
karakter yaitu seperti tanya jawab langsung dengan calon anggota,
menganalisa tempat tinggal calon anggota, analisa tempat usaha calon
anggota bagi yang mempunyai usaha. Kemudian analisa kapasitas
seperti seberapa nilai kekayaan yang dimiliki anggota dilihat dari latar
belakang pekerjaannya, dan analisa jaminan yang akan diajukan nanti,
seperti nilai jaminan lebih besar dari besarnya pinjaman atau tidak.
BMT Anda Salatiga tidak menghendaki adanya jaminan
kepada calon anggota yang mengajukan perjanjian kredit, kecuali
besarnya pinjaman di atas dua juta rupiah, calon anggota baru
diperkenankan untuk menyerahkan jaminan. Setelah tahap
menganalisa dinyatakan selesai maka BMT memutuskan permohonan
calon anggota layak dikabulkan atau tidak.
b. Proses pemberian pinjaman.
Dalam proses pembeian pinjaman, pinjaman diserahkan
kepada anggota setelah akad yang dibuat sah secara hukum. Pinjaman
tersebut diserahkan kepada anggota tidak bersamaan ketika akad itu
berlangsung, namun pinjaman itu dikirim kepada anggota melalui
marketing setelah pinjaman itu dikirim kepada anggota, kemudian
pihak marketing menginformasikan kepada BMT bahwa pinjaman
telah dinyatakan dikirim.
Page 84
70
c. Pembayaran Angsuran.
Dalam proses pembayaran angsuran, anggota mulai membayar
angsuran setelah satu bulan setelah akad ditandatangani. Setiap
pembayaran oleh anggota kepada BMT lebih dahulu digunakan untuk
melunasi biaya administrasi dan biaya lainnya berdasarkan akad yang
telah disepakati, dan sisanya baru dihitung sebagai pembayaran
angsuran atas pinjaman yang telah disepakati bersama. Berkaitan
dengan cara membayar angsuran tergantung kesepakatan di awal pra
perjanjian. Anggota bisa memilih angsuran dengan harian, mingguan
maupun bulanan.
Berkaitan dengan tempat pembayaran angsuran semua
tergantung kesepakatan di awal perjanjian, setiap pembayaran
angsuran oleh anggota kepada BMT bisa dilakukan di kantor BMT
atau di tempat lain yang ditunjuk BMT atau dilakukan melalui
rekening yang dibuka oleh dan atas nama anggota di kantor BMT.
G. Data Perjanjian Kredit
Tabel 3.2 Data Angsuran Perjanjian Kredit Tahun 2014
TGL REAL REK NAMA J.TEMPO POKOK BAHAS C.rsk JUMLAH KET
4 feb 14 0057 Muntofingah 4 feb 16 495.867 101.133 50.000 647.000 Lunas
20 feb 14 0080 Siti Nabesah 20 feb 16 104.934 14.566 10.000 129.500 Lancar
3 apr 14 0123 Subandi 03 okt 15 316.282 125.218 30.000 471.500 Lunas
8 may 14 0140 Suwarni 8 may 17 292.613 394.387 75.000 762.000 Lancar
12 jun 14 0152 Khairul Huda 12 jun 16 11.380.160 - - 11.380.160 Macet
Page 85
71
17 jun 14 0153 Mahya 17 jun 15 116.700 40.000 10.000 216.700 Lunas
17 jun 14 0155 M. Saefudin 17 jun 16 542.972 45.528 40.000 628.500 Lancar
5 jul 14 0163 Toriyatun 5 jul 17 974.896 856.604 200.000 2.031.500 Lancar
10 jul 14 0167 Witri 10 jul 17 224.265 233.735 50.000 508.000 Lancar
25 jul 14 0179 Muntiah 25 jul 16 438.267 158.733 50.000 647.000 Lancar
21 aug 14 0182 Suprapto 21 feb 16 192.246 28.754 15.000 236.000 Lancar
26 aug 14 0186 Imtihan 26 aug 15 335.283 19.717 17.500 372500 Lunas
16 sep 14 0192 Parliyah 16 sep 16 236.227 181.773 35.000 453.000 Lancar
8 okt 14 0218 Nur khoeriyah 18 okt 15 208.350 64.650 - 273.000 Macet
13 nov 14 0245 Yunani Atina 13 nov 16 1.382.734 705.766 175.000 2.263.500 Lancar
13 nov 14 0246 Untung S. 13 nov 16 195.907 222.093 35.000 453.000 Lancar
26 nov 14 0254 M. Rokib 26 nov 15 166.700 51.300 - 218.000 Macet
5 des 14 0263 Sukriyanto 5 des 16 372.104 33.396 20.000 425.500 Lancar
15 des 14 0268 Nurhadi 15 des 16 372.104 33.396 20.000 425.500 Lancar
13 des 14 0270 Daryati 13 des 15 83.350 20.000 5.050 108.400 Lancar
20 des 14 0274 Siti Kustina 20 des 16 166.700 51.300 - 218.000 Macet
26 des 14 0282 Wagianti 26 des 15 166.700 51.300 - 218.000 Macet
29 des 14 0285 Harni 29 okt 15 150.000 30.000 7.500 187.500 Lunas
Tabel 3.2 Data Angsuran Perjanjian Kredit Tahun 2015
TGL REAL REK NAMA J. TEMPO POKOK BAHAS C.rsk JUMLAH KET
5 jan 15 0287 Dwi 5 jan 16 361.027 44.473 20.000 425.500 Lunas
8 jan 15 0296 Jariyah 8 nov 15 111.455 6.545 5.000 123.000 Lancar
14 jan 15 0306 Golda Meyer 14 jan 17 402.894 253.606 55.000 711.500 Lancar
15 jan 15 0309 Nunik Pratiwi 15 jul 16 819.124 284.376 75.000 1.178.500 Lancar
Page 86
72
15 jan 15 0310 Siti Solichatun 15 nov 15 150.000 30.000 7.500 187.500 Lancar
26 jan 15 0327 Fatoni 26 jul 16 327.650 113.850 30.000 471.500 Lancar
27 jan 15 0330 Riko Hanafi 27 jan 16 541.539 66.461 30.000 638.000 Lancar
2 feb 15 0334 Khasnah 2 feb 16 108.182 9.818 5.0000 123.000 Lancar
2 feb 15 0335 Siti Umayah 2 agust 16 368.995 146.005 35.000 550.000 Lancar
20 feb 15 0353 Budiyono 20 agust 16 216.364 19.636 10.000 246.000 Lancar
5 mar 15 0367 Ariyadi 5 mar 16 254.154 49.846 15.000 319.000 Lancar
16 mar 15 0380 Zaenal Arifin 16 mar 16 100.150 24.050 5.800 130.000 Lancar
20 mar 15 0390 Nunik Pratiwi 20 mar 17 843.667 648.333 125.000 1.617.000 Lancar
23 mar 15 0391 Biyati 23 mar 16 423.591 83.409 25.000 532.000 Lancar
23 mar 15 0393 Nuruniyah 23 mar 16 423.591 83.409 25.000 532.000 Lancar
6 apr 15 0400 Sukarno 6 apr 17 323.067 273.933 50.000 647.000 Lancar
11 apr 15 0406 Subadi 11 apr 16 81.950 19.550 5.000 106.500 Lancar
16 apr 15 0408 Gunandar 16 apr 16 125.000 39.000 - 164.000 Macet
28 apr 15 0410 Gunandar 28 apr 17 117.707 121.293 20.000 259.000 Lancar
12 mei 15 0416 Purwanto 12 mei 16 277.129 77.871 17.500 372.500 Lancar
19 mei 15 0419 M. Mustofa 19 nov 16 141.089 79.911 7.500 236.000 Lancar
26 mei 15 0421 Kurniyawan 26 mai 16 152.821 50.179 10.000 213.000 Lancar
16 jun 15 0429 Siti Rofiah 16 apr 16 142.637 34.363 7.500 184.500 Lancar
16 jun 15 0430 Siti Solichatun 16 jun 16 152.821 50.179 10.000 150.000 Lancar
16 jun 15 0431 Suryanti 16 apr 16 142.637 34.363 7.500 1.707.000 Lancar
23 jun 15 0432 Nur Hayati 23 jun 16 152.821 50.179 10.000 184.500 Lancar
2 jul 15 0434 Soni Setiawan 2 mei 16 137.728 39.272 7.500 184.500 Lancar
7 jul 15 0435 Gustain 7 jan 16 - 125.000 25.000 150.000 Macet
7 jul 15 0438 Wahyu 7 jan 16 1.476.858 185.142 45.000 1.707.000 Lunas
28 jul 15 0442 Poniman 28 mei 16 132.819 44.181 7.500 184.500 Lancar
29 jul 15 0445 Pargiyanti 29 mei 16 137.728 39.272 7.500 184.500 Lancar
Page 87
73
29 jul 15 0446 Budiwartimi 29 jan 16 164.096 20.904 5.000 190.000 Lancar
6 agust 15 0449 Ita Dwi 6 jun 16 100.000 20.000 5.000 125.000 Lancar
13 agust 15 0453 Nur Fitriyah 13 jun 16 354.182 117.818 20.000 492.000 Lancar
20 agust 15 0462 Setyotigi 20 agust 16 106.308 45.692 7.500 159.500 Lancar
20 agust 15 0464 Fikri 20 agust 18 106.187 132.813 20.000 259.000 Lancar
21 agust 15 0465 Ningsih 21 jun 16 265.637 88.363 15.000 369.000 Lancar
21 agust 15 0466 Rahma 12 des 15 246.400 21.600 5.000 273.000 Lunas
24 agust 15 0468 Ahmad 24 feb 17 330.761 257.739 40.000 628.500 Lancar
27agust 15 0471 Dibyos 27 feb 16 238.429 38.571 7.500 284.500 Lancar
27 agust 15 0472 Bahriyanto 27 agust 16 248.052 106.948 17.500 372.500 Lancar
3 sep 15 0475 Mun‟im 3 sep 16 102.154 49.846 7.500 159.500 Lancar
4 sep 15 0476 Kaidah 4 feb 16 188.000 30.000 5.000 223.000 Lancar
14 sep 15 0483 Zaeni 14 sep 16 544.821 266.179 40.000 851.000 Lancar
22 sep 15 0489 Azizah 22 jul 16 127.910 49.090 7.500 184.500 Lancar
22 sep 15 0490 Siti Umayah 22 jul 16 - 50.000 10.000 60.000 Lancar
Keterangan
1. TGL REAL : Tanggal pencairan
2. REK : Nomer rekening
3. NAMA : Nama peminjam
4. J. TEMPO : Jatuh tempo
5. POKOK : Pokok angsuran
6. BAHAS : Bagi hasil
7. C. rsk : Cadangan resiko
8. JUMLAH : Besarnya angsuran
Page 88
74
Rumus Pemberian Angsuran:
Pokok Angsuran = Besarnya pinjaman
Lamanya pinjaman
Bagi Hasil = Besarnya pinjaman X 1,7 %
Cadangan Resiko = Besarnya pinjaman X 0,5 %
Besarnya Angsuran = POKOK + BAHAS + C. rsk
Sebagai contoh pemberian angsuran:
Seorang anggota BMT ANDA Salatiga bernama Siti Nabesah yang beralamat
Sukodono meminjam uang di BMT ANDA Salatiga sebesar Rp
2.5000.000,00 diangsur selama 2 tahun cara menghitung angsuran.
Pokok Angsuran = Besarnya pinjaman
Lamanya pinjaman =
2.500.000
24 bulan = 104.200
Bagi Hasil = Besarnya pinjaman X 1,7 %
= 2.500.000 X 1,7 % = 42.500
Cadangan Resiko = Besarnya pinjaman X 0,5 %
= 2.500.000 X 0,5 % = 12.500
Besarnya Angsuran = Pokok + Bahas + C. rsk
= 104.200 + 42.500 + 12.500 = 159.200
Page 89
75
Jadi besaran angsuran yang diberikan oleh BMT ANDA Salatiga kepada Siti
Nabesah adalah sebesar Rp 159.200,00/bulan selama 2 tahun.
Berdasarkan wawancara kepada bapak Ariyadi selaku marketing BMT
ANDA Salatiga, pada 15 januari 2016 pukul 09.00 WIB, menyatakan bahwa
dari tabel data angsuran perjanjian kredit diatas menyimpulkan bahwa
kreditur dan debitur sudah sepakat untuk melakukan perjanjian kredit
tersebut. Dalam data angsuran perjanjian kredit diatas bahwa ada beberapa
anggota yang lancar, lunas dan macet.
Jangka waktu peminjaman paling lama di BMT ANDA Salatiga adalah
empat tahun, dan besarnya pinjaman sesuai dengan besarnya jaminan.
Diperjanjian kredit antara kreditur dan debitur yang mengangsur lunas dan
lancar dikarenakan debitur percaya dengan kreditur dan melakukan kewajiban
yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Jadi dalam perjanjian kredit
tersebut tidak ada masalah karena sudah ada kesepakatan.
Data angsuran perjanjian kredit diatas terjadi wanprestasi yang terjadi
di BMT ANDA Salatiga. Perjanjian kredit di BMT ANDA Salatiga ada
anggota yang lalai akan kewajiban yang telah disepakati yang menyebabkan
kredit macet atau wanprestasi. Dalam perjanjian ini ada faktor-faktor
debitur/anggota melakukan wanprestasi antara lain:
k. Debitur sama sekali tidak memenuhi prestasi.
l. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan.
m. Debitur memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya (terlambat).
Page 90
76
n. Debitur melakukan sesuatu yang menuntut perjanjian tidak boleh
dilakukan.
BMT ANDA Salatiga pada tahun 2014 yang melakukan wanpretasi
ada lima orang sehingga kerugian yang ada di BMT ANDA Salatiga lebih
banyak daripada tahun 2015 yang melakukan wanprestasi lebih sedikit. Maka
BMT ANDA Salatiga lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, itu
dikarenakan kepercayaan anggota yang diberikan oleh BMT ANDA Salatiga
lebih baik dan maju dalam marketingnya.
H. Wanprestasi Yang Terjadi Pada BMT ANDA Salatiga Nomer 0152
Berdasarkan wawancara kepada bapak Ariyadi selaku marketing BMT
ANDA Salatiga, pada 15 januari 2016 pukul 09.00 WIB, menyatakan bahwa
dalam tabel data angsuram perjanjian kredit di BMT ANDA Salatiga ini ada
wanprestasi dilakukan anggotanya yang ditabel data angsuran perjanjian
kredit yang diwarnai itu adalah beberapa maslah wanprestasi. Alasan anggota
bermacam-macam yang belum melunasi perjanjian kredit misalnya Nur
Khoeriyah, M. Rokib, Siti Kustinah, Wagiyanti, dll melakukan wanprestasi
karena belum mempunyai uang walau sudah melampui jatuh timpo. Ada juga
yang melakuakan kredit macet/wanprestasi karena kelupaan dalam
mengangsur sehingga BMT ANDA Salatiga wanprestasi. Setelah diselidiki
oleh kreditur bahwa debitur/anggota BMT ANDA Salatiga akan memenuhi
kewajiabannya atau melunasi setelah mempunyai uang.
Page 91
77
Demikian halnya pada perjanjian kredit di BMT ANDA Salatiga yang
bernama Khoirul Huda meninjam uang sebesar Rp 15.000.000,00 pada tangal
12 juli 2014 diangsur 2 tahun cara menghitung angsuran:
Pokok Angsuran = Besarnya pinjaman
Lamanya pinjaman =
15.000.000
24 bulan = 625.000
Bagi Hasil = Besarnya pinjaman X 1,7 %
= 15.000.000 X 1,7 % = 225.000
Cadangan Resiko = Besarnya pinjaman X 0,5 %
= 15.000.000 X 0,5 % = 75.000
Besarnya Angsuran = Pokok + Bahas + C. rsk
= 625.000 + 225.000 + 75.000 = 925.000
Jadi besaran angsuran yang diberikan oleh BMT ANDA Salatiga kepada
Khoirul Huda adalah sebesar Rp 925.000,00/bulan selama 2 tahun. Total
keseluruhan yang harus dibayar Khoirul Huda sebesar 925.000 X 24 bulan
adalah Rp 22.200.000,00.
Syarat-syarat Khoirul Huda mengajuan perjanjian kredit di BMT
ANDA Salatiga antara lain:
1. Menjadi anggota terlebih dahulu.
2. Mengisi form aplikasi permohonan perjanjian kredit
3. Menyertakan photo copy KTP pemohon serta suami atau istri
Page 92
78
4. Photocopy KK.
5. Photo copy surat nikah.
6. Potho copy rekening listrik pada bulan terakhir.
7. Photo copy slip gaji bulan terakhir
8. Photo copy jaminan seperti sertifikat ataupun BPKB.
Setelah surat permohonan diisi secara lengkap, maka langkah
selanjutnya adalah pihak BMT ANDA Salatiga mensurvey dulu ke alamat
tinggal Khoirul Huda, sekiranya untuk mengkroscek semua data yang diisi di
surat permohonan telah sesuai dengan faktanya atau tidak. Melalui survey
itulah BMT sekaligus melakukan tahap analisa terlebih dahulu terkait dengan
Khoirul Huda yang mengajukan perjanjian. Analisa tersebut melalui analisa
karakter yaitu seperti tanya jawab langsung dengan calon anggota,
menganalisa tempat tinggal calon anggota, analisa tempat usaha calon
anggota bagi yang mempunyai usaha. Kemudian analisa kapasitas seperti
seberapa nilai kekayaan yang dimiliki anggota dilihat dari latar belakang
pekerjaannya, dan analisa jaminan yang akan diajukan nanti, seperti nilai
jaminan lebih besar dari besarnya pinjaman atau tidak.
BMT ANDA Salatiga menghendaki adanya jaminan kepada Khoirul
Huda bahwa besarnya pinjaman di atas dua juta rupiah. Besarnya pinjaman
harus lebih sedikit dengan besarnya jaminan. Setelah dinyatakan selesai maka
BMT memutuskan permohonan Khirul Huda layak dikabulkan pinjaman
tersebut. Kemudian pecairan pinjaman kepada Khoirul Huda oleh BMT
Page 93
79
ANDA Salatiga setelah sepakat dengan perjanjian tersebut dengan jaminan
BPKB motor.
Namun dalam perjanjian kredit tersebut Khoirul Huda tidak
mengangsur pinjaman pada bulan pertama setealah itu pihak BMT
menghubungi Khoirul Huda dan diberi peringatan dengan cara SMS atau
ditelepon. Pada bulan kedua Khirul Huda juga tidak mengangsur kemudian
pihak BMT menghubungi Khoirul Huda untuk diberikan peringatan tertulis
sebanyak 2 kali berturut-turut dalam jangka waktu selang 2 bulan antara
peringatan I dan II. Jika tidak ada respon pihak BMT datang ke rumah
Khoirul Huda untuk menemui dan diajak untuk musyawarah. Ternyata
Khoirul Huda tidak mengangsur pinjamannya dikarenakan jaminan Khoirul
Huda hilang berupa satu unit sepeda motor. Khoirul Huda tidak membayar
/mengangsur kewajibannya karena Khoirul Huda beralasan bahwa sudah
kehilangan jaminan yang berupa satu unit motor suruh mengangsur
pinjamannya. Maka Khoirul Huda tidak melakukan kewajiban yang telah
disepakati atau melunasi pinjamannya sehingga BMT ANDA terjadi
wanprestasi.
Page 94
80
BAB IV
PENYELESAIAN WANPRESTASI YANG TERJADI PADA PERJANJIAN
KREDIT DI BMT ANDA SALATIGA NOMER 0152
A. Proses Penyelesaian Wanprestasi Secara Umum Yang Terjadi Pada
Perjanjian Kredit di BMT ANDA Salatiga.
BMT ANDA Salatiga adalah sebuah lembaga keuangan non bank
yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana bagi kepentingan
masyarakat. BMT ANDA Salatiga yang beralamat di Jln. Merak No. 90
Cabean Sidomukti Salatiga. Prestasi atau penghargaan yang pernah dicapai
BMT Anda yang signifikan dari Perbankan memang belum ada, pernah ada
tawaran kerjasama dari BSM Salatiga tetapi sampai saat ini tidak ada
kelanjutan apapun. Kegiatan intern BMT salah satunya adalah perlombaan
antar karyawan dengan tujuan untuk meningkatkan semangat daya kinerja
karyawan di BMT ANDA Salatiga.
Berdasarkan wawancara dengan bapak Haryanto, SE. selaku kepala
Manager BMT ANDA Salatiga, pada hari kamis 14 januari 2016 pukul 10.00
WIB, menyatakan bahwa perjanjian kredit di BMT ANDA Salatiga adalah
suatu perbuatan kesepakatan antara seseorang atau beberapa orang dengan
seseorang atau beberapa orang lainnya untuk melakukan sesuatu perbuatan
tertentu di mana BMT dapat membantu anggotanya untuk permodalan
membeli bahan dan alat produksi, atau untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penggunaan perjanjian kredit untuk kegiatan yang bersifat konsumtif dan
Page 95
81
produktif. Untuk kegiatan yang bersifat produktif berupa pembelian sarana
untuk peralatan kerja sedangkan untuk kegiatan yang bersifat konsumtif
berupa perlengkapan atau alat rumah tangga.
Dalam perjanjian kredit BMT menyampaikan pinjaman dan angsuran
kepada anggota dengan harga lebih atau profit margin sebagai laba. Anggota
dengan ini berkewajiban membayar angsuran sesuai dengan kesepakatan
bersama.
Syarat-syarat pengajuan perjanjian kredit di BMT ANDA Salatiga
adalah orang yang mengajukan perjanjian kredit di BMT ANDA Salatiga
harus menjadi anggota terlebih dahulu. Kemudian mengisi form aplikasi
permohonan perjanjian kredit, dengan melengkapi beberapa persyaratan
seperti menyertakan photo copy KTP pemohon serta suami atau istri,
photocopy KK, photo copy surat nikah, potho copy rekening listrik pada
bulan terakhir, photo copy slip gaji bulan terakhir bagi PNS (Pegawai Negeri
Sipil) atau pekerja swasta, dan juga photo copy jaminan seperti sertifikat
ataupun BPKB.
Dalam pembayaran angsuran anggota sering lalai, maka anggota
melakukan wanprestasi/kredit macet. Penyebab wanprestasi yang terjadi
dalam perjanjian kredit karena debitur tidak bertanggung jawab dalam
pembayaran angsuran.
Upaya penyelesaian wanprestasi yang dilakukan BMT ANDA
Salatiga dalam menyikapi anggota yang wanprestasi yaitu dengan cara
musyawarah secara baik-baik antara pihak BMT ANDA Salatiga dengan
Page 96
82
anggota yang melakukan wanprestasi. BMT ANDA Salatiga melakukan
pendekatan dengan cara kekeluargaan dengan memberikan kelonggaran
waktu sesuai dengan kesepakatan bersama. Akan tetapi, apabila dengan cara
musyawarah atau kekeluargaan tidak berhasil maka, pihak BMT ANDA
Salatiga terpaksa menyita barang jaminan dari anggota (wawancara dengan
bapak Haryanto, SE. selaku kepala Manager BMT ANDA Salatiga, pada hari
kamis 14 januari 2016 pukul 10.00 WIB).
Adapun tahap-tahap yang dilakukan oleh pihak BMT ANDA Salatiga
terhadap anggota yang melakukan wanprestasi, dapat melalui beberapa
langkah yaitu:
1. Tingkat pertama peringatan tertulis sebanyak 2 (dua) kali berturut-turut
dalam jangka waktu selang 2 (dua) bulan antara peringatan I dan II.
2. Tingkat kedua, menetapkan hukuman berupa pemberhentian sementara
sebagai anggota koperasi, selama-lamanya 6 (enam) bulan.
3. Diberikan surat Somasi kepada anggota BMT jika surat peringatan yang
ke II tidak diindahkan juga oleh anggota BMT.
4. Pihak BMT menghubungi anggota BMT yang melakukan wanprestasi
dengan cara SMS dan juga telepon, jika tidak ada respon maka pihak
BMT datang ke rumah anggota untuk menemui anggota dan diajak untuk
musyawarah, musyawarah bisa dilakukan di rumah anggota, di kantor
BMT maupun pada rapat anggota.
5. Setelah musyawarah pihak BMT memberikan kelonggaran waktu untuk
mengangsur pembiayaan.
Page 97
83
6. Bilamana setelah anggota diberi kelonggaran waktu dan anggota tidak
membayar angsurannya maka pihak BMT akan menyita barang jaminan
dan menjualnya untuk melunasi pembiayaannya bila memang anggota
sudah benar-benar tidak mempunyai i‟tikad baik ataupun tidak mampu
lagi untuk membayar pembiayaannya.
7. BMT ANDA melakukan penjualan terhadap barang-barang yang
dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan pembiayaan. Di dalam BMT
penjualan jaminan yang harganya lebih dari hutang anggota, maka
kelebihan dari hutang akan dikembalikan, tetapi jika hasil penjualan
barang jaminan tidak menutup pembiayaan anggota, maka pihak BMT
akan menagih kembali sesuai kekurangannya, dan hal-hal tersebut
tentunya dimusyawarahkan terlebih dahulu antara pihak BMT dengan
anggota yang melakukan wanprestasi.
8. Apabila semua tahap telah dilakukan oleh pihak BMT dan ternyata
anggota tidak melaksanakan musyawarah yang telah disepakati bersama
oleh pihak BMT dengan anggota yang melakukan wanprestasi, maka
akan dilakukan pemberhentian terhadap anggota.
Anggaran Rumah Tangga (ART) pasal 44 tentang sanksi anggota,
tertulis bahwa “Bagi anggota yang terkena sanksi diberi kesempatan untuk
melakukan pembelaan didalam Rapat Anggota, anggota yang diberhentikan
sementara dan atau telah dikenakan sanksi oleh pengurus maka, apabila
hendak menggunakan haknya membela diri, menyampaikan maksudnya
kepada pengurus secara tertulis, mereka kehilangan hak dan kewajibannya
Page 98
84
sampai ada keputusan Rapat Anggota atas pemberhentian tersebut. Bagi
anggota yang pemberhentiannya sementaranya dan atau pemberhentiannya
tidak diterima oleh Rapat Anggota, maka hak dan kewajibannya pulih
kembali seperti semula”.
Dalam pelaksanaan pinjaman ini, kedua belah pihak tidak
mengharapkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, dikarenakan
perjanjian ini berdasarkan semata-mata karena Allah SWT. Namun apabila
terjadi hal-hal tersebut, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut melalui peraturan/prosedur yang berlaku di kantor
BMT ANDA Salatiga (wawancara dengan bapak Haryanto, SE. selaku kepala
Manager BMT ANDA Salatiga, pada hari kamis 14 januari 2016 pukul 10.00
WIB).
Bahwa seperti halnya dengan lembaga arbitrase yang lain
BASYARNAS, baru memiliki kewenangan/kompetensi untuk menyelesaikan
perjanjian di bidang ekonomi syari‟ah apabila para pihak yang wanprestasi
terlebih dahulu membuat perjanjian arbitrase baik sebelum wanprestasi
terjadi maupun sesudah wanprestasi terjadi. Yang pertama disebut sebagai
pactum de compramittedo, dimana biasanya melekat pada perjanjian
pokoknya dengan mencantumkam klausul arbitrase, sedangkan yang kedua
disebut dengan akta kompromis yakni berupa perjanjian arbitrase yang
terpisah dengan perjanjian pokoknya (Manan,2005:169-170). Bentuk-bentuk
penyelesaian wanprestasi diluar pengadilan yang lain yaitu:
Page 99
85
1. Negosiasi
Negosiasi merupakan komunikasi dua arah yang dirancang untuk
mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak mmemiliki berbagai
kepentingan yang sama maupun yang berbeda. Negoisasi merupakan
sarana bagi pihak-pihak yang wanprestasi untuk mendiskusikan
penyelesaian tanpa keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah, baik yang
tidak berwenang mengambil keputusan (mediasi).
2. Mediasi
Mediasi adalah upaya penyelesaian wanprestasi para pihak dengan
kesepakatan bersama melalui mediator yang bersikap netral dan tidak
membuat keputusan atau kesimpulan bagi para pihak tetapi menunjang
fasilisator untuk terlaksananya dialog antar pihak dengan suasana
keterbukaan, kejujuran, dan tukar pendapat untuk mencapai mufakat.
3. Konsiliasi
Konsiliasi adalah cara penyelesaian wanprestasi secara damai
dengan melibatkan pihak ketiga. Prosedur untuk baik, konsiliasi
dilaksanakan secara suka rela artinya, para pihak dapat menempuh cara
ini apabila kedua belah pihak setuju dan pelaksanaannya bersifat rahasia,
namun demikian pelaksanaan tersebut tidak mengurangi hak masing-
masing pihak untuk melangkah ke proses atau tata cara penyelesaian lebih
lanjut.
Page 100
86
Proses penyelesaian wanprestasi di BMT ANDA Salatiga melalui
jalur non litigasi, dengan cara negosiasi antara pihak BMT dengan anggota
BMT yang melakukan wanprestasi. BMT ANDA Salatiga juga
menyelesaikan wanprestasi berdasarkan hukum Islam yaitu dilakukan secara
damai dengan cara musyawarah oleh pihak-pihak yang berwanprestasi.
Dalam firman Allah pada QS. Al-Hujarat ayat 10:
Artinya: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
Ayat diatas menjelaskan bahwa bila ada persengketaan diantara orang-
orang mukmin, persengketaan bisa diselesaikan dengan jalur perdamaian.
Karena damai atau tidak bersengketa adalah salah satu bentuk taqwa kepada
Allah SWT.
Hal ini juga sesuai berdasarkan UUD 1945 pasal 33 ayat 1
menyatakan bahwa ” perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
azas kekeluargaan”. Jadi, BMT ANDA Salatiga telah melaksanakan
peraturan sesuai dengan UUD 1945. Yaitu apabila BMT ANDA Salatiga
mengahadapi permasalahan dengan para anggota BMT, maka BMT ANDA
Salatiga mengatasinya berdasarkan azas kekeluargaan (Wawancara dengan
Page 101
87
bapak Haryanto, SE. selaku kepala Manager BMT ANDA Salatiga, pada 14
januari 2016 pukul 10.00 WIB).
Dalam BMT ANDA ada anggota yang melakukan wanprestasi,
kebanyakan ada yang mengangsur tapi telat membayar apa yang
diperjanjikan/jatuh tempo yang telah disepakati. Tapi beda kasus wanprestasi
oleh Khoirul Huda, Khoirul Huda melakukan wanprestasi kasusnya meninjam
uang sebesar Rp 15.000.000,00 pada tangal 12 juli 2014 diangsur 2 tahun
yang jaminan berupa BPKB motor setelah itu Khoirul Huda tidak melakukan
angsuran lagi karena motor tersebut hilang. Khoirul Huda dari awal angsuran
tidak melakukan angsuran yang telah disepakati pada awal peminjaman
(Wawancara dengan bapak Ariyadi selaku marketing BMT ANDA Salatiga,
pada 15 januari 2016 pukul 09.00 WIB).
B. Faktor-faktor yang menyebabkan wanprestasi di BMT ANDA Salatiga.
Tidak menutup kemungkinan, di setiap lembaga keuangan pasti ada
anggota yang melakukan wanprestasi. BMT ANDA Salatiga berusaha
bagaimana baiknya agar anggota BMT tetap loyal terhadap BMT ANDA
Salatiga yaitu dengan cara menjalin hubungan baik, sopan, akrab terhadap
anggota. Dengan tujuan agar citra baik BMT ANDA tetap terjaga, dan apabila
ada anggota yang mengalami wanprestasi pihak BMT dapat
menyelesaikannya dengan cara yang baik. Faktor-faktor yang menyebabkan
wanprestasi di BMT ANDA Salatiga adalah sebagai berikut:
Page 102
88
1. Faktor Internal
Wanprestasi di BMT ANDA dipengaruhi oleh faktor internal
adalah kurangnya prinsip kehati-hatian, yaitu BMT ANDA dalam
memberikan perjanjian kredit kepada anggota kurang teliti menyeleksi
pada saat calon anggota mendaftarkan diri sehingga mengakibatkan
wanprestasi.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal di dominasi oleh permasalahan ekonomi pada
anggota BMT ANDA yang mengalami wanprestasi, dikarenakan
kebanyakan anggota di BMT ANDA yang melakukan pinjaman kredit
berprofesi sebagai pedagang dan petani. Penghasilan petani tidak
selamanya sama, karena petani disaat panen belum tentu hasilnya baik,
dan itu sangat mempengaruhi terhadap pendapatannya di saat mereka
menjual hasil panennya, jadi di saat petani itu hasilnya kurang baik bisa
saja petani tersebut mengalami kerugian dan dalam pembiayaan dapat
mengakibatkan wanpretasi dalam pengangsurannya.
C. Penyelesaian Wanprestasi Yang Terjadi Pada Perjanjian Kredit BMT
ANDA Salatiga Nomer 0152
Penyelesaian wanprestasi yang terjadi pada perjanjian kredit BMT
ANDA Salatiga nomer 0152, oleh Khoirul Huda yang melakukan wanprestasi
kasusnya meninjam uang sebesar Rp 15.000.000,00 pada tangal 12 juli 2014
diangsur 2 tahun yang jaminan berupa BPKB motor setelah itu Khoirul Huda
Page 103
89
tidak melakukan angsuran lagi karena motor tersebut hilang. Khoirul Huda
dari awal angsuran tidak melakukan angsuran yang telah disepakati pada awal
peminjaman. Maka BMT ANDA Salatiga terjadi wanprestasi yang dilakukan
oleh Khoirul Huda. Bunyi klausa dengan pasal 4 tentang cidera janji yang
berbunyi:
1. Kelalaian PIHAK II untuk melaksanakan kewajiban menurut perjanjian
ini untuk memilih dan membayarkan barang sesuai ketentuan.
2. Apabila terdapat suatu janji, pernyataan, jaminan, atau kesepakatan
menurut perjanjian ini atau berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam suatu
surat, sertifikat, atau bukti-bukti lain yang perlu diadakan menurut
perjanjian ini atau sehubungan dengan suatu perjanjian yang disebut
dalam perjanjian ini ternyata tidak benar, tidak tepat atau menyesatkan.
3. Diputuskan oleh suatu pengadilan atau instansi pemerintah lainnya bahwa
suatu perjanjian atau dokumen yang merupakan bukti kepemilikan atas
barang yang dipilih oleh PIHAK II adalah tidak syah atau dengan cara
yang lain tidak dapat di berlakukan.
4. Jikalau PIHAK II melanggar atau tidak dapat memenuhi peraturan-
peraturan dan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian ini atau tidak dapat
memenuhi syarat-syarat perjanjian ini serta perjanjian-perjanjiaban
lainnya yang bersangkutan dan atau syarat-syarat serta ketentuan yang
ditetapkan oleh BMT ANDA Salatiga baik surat-surat atau dokumen-
dokumen termasuk jaminan yang diberikan.
Page 104
90
5. Jikalau PIHAK II tidak menjalankan dengan sungguh-sunggguh dan atau
melanggar syar‟i hukum yang berlaku maka seluruh akad akan menjadi
jatuh tempo dan seluruh kewajiban-kewajiban dan biaya-biaya yang
menjadi kewajiban PIHAK II harus dibayarkan kepada PIHAK I, dan
PIHAK I dapat mengambil tindakan apapun yang perlu berhubungan
dengan perjanjian ini.
Penyelesaian wanprestasi yang dilakukan BMT ANDA Salatiga dalam
menyikapi anggota yang wanprestasi yaitu dengan cara musyawarah secara
baik-baik antara pihak BMT ANDA Salatiga dengan Khoirul Huda yang
melakukan wanprestasi. BMT ANDA Salatiga melakukan pendekatan
dengan cara kekeluargaan dengan memberikan kelonggaran waktu sesuai
dengan kesepakatan bersama. Penyelesaian wanprestasi oleh Khoirul Huda di
BMT ANDA Salatiga dengan tahap-tahap yang dilakukan oleh pihak BMT
ANDA Salatiga terhadap anggota yang melakukan wanprestasi.
Masalah yang dihadapi oleh pihak BMT, jaminannya Khoirul Huda
hilang yang berupa satu unit sepeda motor. Pihak BMT yang dilakukan
menyelidiki tentang jaminan tersebut setelah itu diputuskan bawa jaminan
hilang maka pihak BMT melaporkan ke POLDA dan dipublikan di media
masa bawa ada kehilangan motor atas nama Khoirul Huda. Masalah tersebut
jaminannya tidak ketemu, maka yang dilakukan pihak BMT dalam
penyelesaian wanprestasi kepada Khoirul Huda dengan cara pendekatan dan
kekeluargaan. Setelah itu BMT ANDA Salatiga memutuskan bahwa Khoirul
Huda tidak melaksanakan kewajibannya dalam perjanjian maka pihak BMT
Page 105
91
ANDA memberikan paksaan kepada Khoirul Huda dengan kesepakan pihak
BMT untuk membayar setengah dari pinjaman kredit maka kedua pihak
sama-sama rugi. Pembayaran yang diberikan kepada BMT ANDA Salatiga
oleh Khoirul Huda langsung dibayar sebesar Rp 11.460.000,00 dan sudah
menjadi kesepakatan BMT (wawancara dengan bapak Ariyadi selaku kepala
Marketing BMT ANDA Salatiga, pada hari jumat 5 februari 2016 pukul
09.00 WIB).
Setiap perjanjian pasti ada resiko yang hadapi. Menurut KUH Perdata
risiko adalah ialah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu
kejadian (peristiwa) diluar kesalahan salah satu pihak. Misalnya: barang yang
diperjual-belikan musnah diperjalanan karena kapal laut yang
mengangkutnya keram ditengah laut akibat serangan badai. Atau sebuah
rumah yang dijaminkan terbakar habis karena kontsluiting aliran listrik.
Siapakah yang (menurut hukum) harus memikul kerugian-kerugian tersebut.
Inilah persoalan risiko itu. Pihak yang menderita karena barang yang menjadi
objek perjanjian ditimpa oleh kejadian yang tak disengaja tersebut dan
diwajibkan memikul kerugian itu tanpa adanya keharusan bagi pihak
lawannya untuk mengganti kerugian itu, dinamakan pihak yang memikul
risiko atas barang tersebut.
Persoalan tentang risiko itu berpokok pangkal pada terjadinya sesuatu
peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak. Peristiwa semacam itu dalam
hukum perjanjian dengan suatu istilah hukum dinamakan keadaan memaksa
(overmarht, force majeur). Dengan demikian maka persoalan tentang risiko
Page 106
92
iyu merupakan buntut dari persoalan tentang keadaan memaksa, suatu
kejadian yang tak disengaja dan tak dapat diduga (Subekti, 1995: 24-25).
Ketentuan tentang keadaan memaksa diatur dalam:
1. Pasal 1244 KUH Perdata: Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya,
kerugian dan bunga. bila ia tak dapat membuktikan bahwa tidak
dilaksanakannya perikatan itu atau tidak tepatnya waktu dalam
melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh sesuatu hal yang tak terduga,
yang tak dapat dipertanggungkan kepadanya. walaupun tidak ada itikat
buruk kepadanya.
2. Pasal 1245 KUH Perdata: Tidak ada penggantian biaya, kerugian dan
bunga. bila karena keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi secara
kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang
diwajibkan, atau melakukan suatu perbuatan yang terlarang baginya.
Ketentuan ini memberikan kelonggaran kepada debitur untuk tidak
melakukan penggantian biaya, kerugian, dan bunga kepada kreditur, oleh
karena sesuatu keadaan yang berada di luar kekuasaannya. Ada tiga hal yang
menyebabkan debitur tidak melakukan penggantian biaya, kerugian, dan
bunga, yaitu:
1. Adanya suatu hal yang tak terduga sebelumnya.
2. Terjadinya secara kebetulan.
3. Keadaan memaksa.
Yang diartikan dengan keadaan memaksa adalah sesuatu keadaan di
mana debitur tidak dapat melakukan prestasinya kepada kreditur, yang
Page 107
93
disebabkan adanya kejadian yang berada diluar kekuasaannya. Misalnya
karena adanya gempa bumi, banjir, lahar, dan lain-lain.
Menurut penulis penyelesaian wanprestasi oleh BMT ANDA Salatiga
tidak menerapkan ketentuan hukum perdata. Dimana debitur kehilangan
jaminan/objek perjanjian dikarenakan sesuatu peristiwa diluar kesalahan
debitur. Seharusnya risiko yang terjadi pada perjanjian kredit di BMT ANDA
Salatiga diatas masih dipikul oleh kreditur. Namun demikian yang dilaukan
BMT ANDA Salatiga tidak merupakan suatu kesalahan dalam KUH Perdata
perjanjian menganut asas kebebasan berkontrak yang merupakan salah satu
asas yang penting dalam hukum perjanjian. Asas ini merupakan perwujudan
manusia yang bebas, pancaran hak asasi manusia. Asas kebebasan berkontrak
berhubungan erat dengan isi perjanjian, yakni kebebasan untuk menentukan
“apa” dan dengan “siapa” perjanjian diadakan.
Page 108
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti akan
memaparkan beberapa kesimpulan dari penelitian sebagai berikut:
1. Penyebab wanprestasi yang terjadi pada perjanjian kredit BMT ANDA
Salatiga nomer 0152.
Peneliti menyimpulkan bahwa penyebab wanprestasi yang terjadi
pada di BMT ANDA Salatiga adalah kreditur memberi pinjaman kepada
debitur dengan syarat tertentu yaitu berupa jaminan. Namun jaminan yang
diberikan anggota hilang dan tidak melakukan kewajiban yang disepakati
pada awal perjanjian. Dalam kasus ini anggota tidak mengangsur
pinjaman kredit, karena anggota yang melakukan perjanjian kredit tidak
mau rugi maka BMT ANDA terjadi wanprestasi.
2. Penyelesaian wanprestasi yang terjadi pada perjanjian kredit KJKS BMT
ANDA Salatiga nomer 0152.
Peneliti menyimpulkan bahwa penyelesaian wanprestasi yang
terjadi pada perjanjian kredit di BMT ANDA Salatiga adalah Pihak BMT
melakukan menyelidiki tentang jaminan tersebut setelah itu diputuskan
bawa jaminan hilang maka pihak BMT melaporkan ke POLDA dan
dipublikan di media masa bawa ada kehilangan motor. Masalah tersebut
jaminannya tidak ketemu, maka yang dilakukan pihak BMT dalam
penyelesaian wanprestasi dengan cara pendekatan dan kekeluargaan.
Page 109
95
Setelah itu BMT ANDA Salatiga memutuskan bahwa debitur tidak
melaksanakan kewajibannya dalam perjanjian maka pihak BMT ANDA
Salatiga memberikan paksaan kepada debitur dengan kesepakan pihak
BMT ANDA Salatiga untuk membayar setengah dari pinjaman kredit
maka kedua pihak sama-sama rugi.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan maka disarankan sebagai berikut:
1. Sebaiknya BMT dalam menjalankan usahanya lebih menerapkan prinsip
kehati-hatian dalam menjalankan perjanjian kredit agar pihak BMT tidak
mengalami kerugian.
2. Sebaiknya untuk mencegah adanya wanprestasi, mungkin ada baiknya
BMT ANDA Salatiga melakukan penelitian tentang bagaimana keadaan
debitur. Apakah debitur mampu menyelesaikan perjanjian kredit yang
dilakukan di BMT ANDA Salatiga atau tidak. Hal tersebut untuk
mengurangi adanya wanprestasi yang banyak terjadi pada perbankan
sekarang.
3. Diharapkan kepada pihak BMT dapat lebih selektif dalam pembuatan
perjanjian kredit terhadap anggota yang mengajukan pinjaman sehingga
tidak ada kerugian diantara kedua belah pihak.
4. Sebaiknya dalam pembuatan perjanjian kredit, mengeluarkan pinjaman
sedikit ataupun banyak, pihak BMT dapat melibatkan notaris, dan tidak
hanya membuat perjanjian/akta dibawah tangan yang berakibat
merugikan BMT itu sendiri. Dan perjanjian kredit tersebut harus
Page 110
96
dijelaskan terlebih dahulu kepada debitur segala sisi hukum yang ada
dalam perjanjian kredit tersebut, agar debitur memahami hak dan
kewajibannya serta akibat hukumnya.
Page 112
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Page 113
Lampiran ke-1
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
1. Bagaimana sejarah BMT ANDA Salatiga?
2. Apa visi misi BMT ANDA Salatiga?
3. Bagaimana struktur organisasi BMT ANDA Salatiga?
4. Apa tugas-tugas yang terdapat di BMT ANDA Salatiga?
5. Apa produk-produk yang ada di BMT ANDA Salatiga?
6. Sistem Pemasaran di BMT ANDA Salatiga?
7. Prosedur Pengajuan Pinjaman Kredit di BMT ANDA Salatiga?
8. Bagaimana caranya menghitung angsuran?
9. Apa penyebab wanprestasi yang terjadi pada perjanjian kredit di BMT
ANDA Salatiga?
10. Bagaimana cara penyelesaian wanprestasi yang terjadi pada perjanjian
kredit di BMT ANDA Salatiga?
11. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan wanprestasi di BMT ANDA
Salatiga?
Page 118
Lampiran ke-5
PROFIL DEPAN BMT ANDA
KARYAWAN BMT ANDA
Page 119
STRUKTUR ORGANISASI
LOGO BMT ANDA