PROPOSAL PENELITIAN
MODEL PEMBELAJARAN GASING EFEKTIF MENINGKATKAN KEMAMPUAN DALAM
PENYELESAIAN SOAL KINEMATIKAOleh: Drs. Munarso, SMA Negeri 4
SurakartaAbstrak
Masalah yang sering muncul dalam pembelajaran Fisika adalah
pemahaman dan kecepatan siswa dalam menyelesaiakan soal-soal masih
kurang, selain itu juga siswa menganggap bahwa pelajaran fisika
sulit dan tidak menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar efektifitas pembelajaran dengan metoda
gasing dalam meningkatkan keberhasilan belajar siswa setelah
mengikuti pembelajaran dengan metoda gasing untuk pokok bahasan
Kinematika. Dengan metoda ini diharapkan siswa lebih senang dan
merasa mudah belajar fisika. Penelitian tindakan kelas ini terdiri
dari dua siklus, masing-masing siklus menggunakan empat tahap yakni
persiapan, pelaksanaan, observasi dan tahap refleksi. Pada
pembelajaran dengan metoda gasing ini siswa dapat memahami konsep
secara detail, menyampaikan pemahaman tersebut untuk menyelesaiakan
suatu problem dengan sangat cepat tanpa menggunakan rumus-rumus
yang sulit dihafalkan siswa.. Dengan metoda ini siswa dapat
menyelesaiakan soal-soal gerak lurus (GLB dan GLBB) dengan sangat
cepat dan mudah hanya menggunakan logika, tanpa perlu menghafal
rumus-rumus. Data hasil penelitian menunjukkan bahaw terjadi
peningkatan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I dan siklus II
yaitu nilai rerata semula 47,3 menjadi 60,3 dan akhir siklus II
menjadi 67,1. Ketuntasan belajar juga meningkat yang semula 39,5 %
meningkaat menjadi 47,4 % pada siklus I dan menjadi 65,8 % pada
akhir siklus II. Data hasil pengamatan tentang aktivitas siswa
meningkat dari 45,4 % menjadi 46,1 % dan pada siklus II menjadi
72,9 %. Metoda ini sangat bermanfaat karena siswa mendapatkan
kemudahan, kecepatan dan ketepatan dalam menyelesaikan soal tentang
gerak, hal ini akan membuat pelajaran lebih menarik, menyenangkan
dan lebih berhasil.
Kata Kunci: gasing, hasil belajar, pemahaman konsep, kinematika,
GLB dan GLBB.A. Pendahuluan
Fisika merupakan sebuah mata pelajaran yang bagi kebanyakan
siswa sebagai pelajaran yang sulit. Keluhan siswa tentang sulitnya
memahami fisika banyak sekali alasannya antara lain fisika banyak
menghafal rumus, konsepnya sulit untuk dipahami, sulit dalam
perhitungannya dan sulit memahami soal fisika. Dalam belajar fisika
siswa dituntut dapat berfikir logis, aktif, teliti utuk itu perlu
latihan secara tekun. Fisika sebagai ilmu yang mendasari ilmu
pengetahuan sains dan teknologi yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Untuk itu ilmu fisika harus dikembangkan dalam pendidikan
dasar hingga pendidikan tingkat atas seiring perkembangan jaman.
Oleh karena itu perlu adanya jalan keluar agar fisika tidak lagi
membosankan tetapi mejadi mata pelajaran yang mudah dan
menyenangkan bagi siswa.Paradigma pembelajarn fisika yang digunakan
dalam literatur selama ini berfokus pada rumus-rumus yang harus
dihafalkan. Rumus-rumus fisika dicari melalui generalisasi
gejala-gejala fisika. sehingga untuk menyelesaikan soal-soal fisika
siswa diperlukan hafalan rumus. Untuk itu diperlukan daya hafal
yang cukup, padahal sering kita jumpai pada kebanyakan siswa yang
mempunyai logika yang tinggi tidak menyukai dan merasa sulit
hafalan. Kesulitan yang dirasakan siswa pada mata pelajaran fisika
dapat diketahui bahwa hasil prestasi belajar ulangan harian siswa
masih sangat rendah. Dari sebanyak 38 siswa kelas X.C SMA Negeri 4
Surakarta tahun pelajaran 2008-2009 yang belum mencapai KKM
sebanyak 60,5 % dan yang sudah tuntas hanya 39,5 %, nilai tertinggi
9,5, nilai terendah 2,0 dengan nilai rata-rata 4,73. Hasil
wawancara siswa juga menunjukkan bahwa materi fisika sulit karena
banyaknya variasi rumus yang harus digunakan dan berbeda rumusnya
untuk soal yang berbeda lagi.Dari kenyataan tersebut diatas
perlunya perhatian khusus bagi para pengajar. Hal ini juga karena
siswa kurang memahami konsep dan kurang memaknai sebuah rumus
fisika, sehingga mereka masih bingung rumus mana yang lebih tepat
digunakan dalam menyelesaikan sebuah soal. Rendahnya hasil belajar
ini jika tidak mendapatkan perhatian dan solusi akan berakibat
siswa tidak akan tertarik dengan fisika dan mereka akan lebih
memilih untuk masuk pada jurusan Sosial di kelas XI. Pokok bahasan
Kinematika sangat strategis dalam membangun pemahaman siswa kelas X
terhadap fisika sekaligus dapat menentukan minat siswa kelas X
sebelum mereka menentukan jurusan di kelas XI.
Berangkat dari kenyataan tersebut peneliti ingin merubah metoda
yang biasa digunakan siswa dengan bermodalkan rumus menjadi
menggunakan logika, sehingga siswa akan mudah memahami, merasa
tertarik dan menyenangkan dan akhirnya menghasilkan prestasi yang
lebih baik. Salah satu metoda yang peneliti gunakan untuk merubah
kondisi tersebut diatas adalah menggunakan metoda gasingBerdasarkan
latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah : Apakah metoda gasing efektif untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
kinematika?
Manfaat penelitian ini secara teoritis dapat memberikan masukan
bagi para pengambil kebijakan dan pemerhati pendidikan tentang
berbagai metoda dalam pembelajaran fisika. Secara teoritis
bermanfaat bagi rekan guru sebagai tambahan masukan dalam memilih
metode yang digunakan dalam pembelajaran, dan bagi siswa dapat
memperoleh cara yang mudah dan menyenangkan dalam menyelesaikan
soal-soal kinematika khususnya GLB dan GLBB. Kinematika adalah
salah satu cabang ilmu fisika yang mempelajari gerak dan perubahan
gerak tanpa memandang penyebabnya. Metoda gasing dari dua kata
yakni metoda dan gasing. Metoda berarti cara atau sistim untuk
menyampaikan atau menyelesaikan suatu masalah atau pekerjaan.
Gasing adalah singkatan dari gampang, asyik dan menyenangkan.
Metoda gasing adalah sebuah metoda pembelajaran yang digunakan oleh
Prof. Yohannes Surya, MA., Ph.D dalam membina anak-anak Indonesia
dalam mengikuti lomba Fisika Internasional IPHO ( International
Physics Olympiad) yang tergabung dalam TOFI ( Team Olimpiade Fisika
Indonesia) maupun dalam Sekolah Yohannes Institute. Metoda ini pada
penerapannya adalah untuk menyelesaikan soal-soal fisika tidak
diperlukan hafalan rumus melainkan lebih pada pemahaman konsep
sebuah besaran dalam fisika dengan cara logika matematis. Dengan
metoda ini siswa dengan logika yang mereka miliki akan sangat mudah
menyelesaiakn sebuah soal. Untuk memudahkaan memahaami metoda ini
akan penulis uraikan perbandingan solusi soal dengan metode gasing
dan cara biasa (rumus). Metoda gasing menuntut siswa memiliki
pemahaman terhadap konsep-konsep besaran yang dikenal dalam
kinematika seperti kecepatan dan percepatan. Dalam matoda ini
dituntuk siswa memiliki pemahaman yang benar tentang besaran dalam
gerak terutama kecepatan dan percepatan. Pemahaman adalah tingkat
kemampuan yang mengharapkan siswa maampu memahami arti dari konsep,
situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini siswa tidak
hanya menghafal secara verbal tetapi lebih dari makna konsep atau
permasalahannya.
Pada kinematika gerak khususnya pada GLB dan GLBB dikenal
rumus-rumus sebagai berikut :
GLB: v = dimana, v = kecepatan, s = jarak yang di tempuh . t =
waktu.
GLBB: 1).
2).
3).
dimana , = kecepatan benda pada saat t
= kecepatan benda mula-mula
a = percepatan
t = selang waktu
S = jarak yang ditempuh
Berikut ini disampaikan contoh penyelesaian soal dengan cara
yang biasa digunakan ( cara rumus ) maupun dengan cara gasing. Soal
1 : (GLB)
Sebuah mobil meluncur dengan kecepatan tetap 2,5 m/s. Tentukan
jarak yang ditempuh mobil selama 1 menit !
a. Penyelesaian cara rumus
Diketahui : v = 2,5 m/s
t = 1 menit = 60 detik
Ditanyakan: S = ..?
Jawab :
rumus : v = maka S = v t
S = 2,5 m/s x 60 s = 150 m
b. Penyelesaian cara Gasing :
Kecepatan 2,5 m/s artinya dalam waktu 1 sekon benda menempuh
jarak 2,5 m. Maka waktu 60 sekon menempuh jarak 60 x 2,5 m = 150
m
Soal 2 : (GLB)
Dua buah benda berada pada jarak 25 m saling berhadapan bergerak
menyongsong satu sama lain. Benda A dari kiri dengan kecepatan 3m/s
dan benda B dari kanan dengan kecepatan 2 m/s. Kapan keduanya
bertemu? a.Penyelesaian cara rumus
Diketahui :
25 m
Ditanyakan : a. t bertemu = ?
Jawab:
Keduanya akan bertemu untuk A menempuh SA dan benda B menempuh
SB , maka ;
SA + SB = 25
vA . t +vB .t = 25
3 t + 2 t = 25
5t = 25
t = 5 sekon
jadi keduanya bertemu setelah masing-masing bergerak selama 5
sekon
b. Penyelesaian cara gasing dalam waktu 1 sekon keduanya dapat
saling mendekat 5 meter (dari3+2 ). Untuk menempuh 25 m diperlukan
waktu 25 /5 = 5 sekonSoal 3 : (GLBB)
Sebuah benda mula- mula kecepatanya 10 m/s. Kemudian benda
dipercepat dengan percepatan 2m/s2. Hitunglah kecepatan benda
tersebut selama 5 sekon ?a.Penyelesaian cara rumus
Diketahui : v0 = 8 m/s
a = 2 m/s2
t = 5 sekon
Ditanyakan : v setelah 5 sekon = ?
jawab :
Rumus GLBB , ).
vt = 8 + 2. 5
= 18 m/sb. Penyelesaian cara gasing Percepatan 2 m/s2 artinya
tiap 1 sekon kecepatannya bertambah 2 m/s, maka untuk 5 sekon
bertambah 10 m/s
kecepatan setelah 5 sekon = 8 m/s + 10 m/s = 18 m/sSoal 4 :
(GLBB)
Sebuah benda mula- mula kecepatanya 2m/s. Kemudian benda
dipercepat selama 4 detik hingga kecepatannya menjadi 4 m/s.
Hitunglah jarak yang ditempuh benda tersebut selama 4 sekon ?
a.Penyelesaian cara rumus
Diketahui : v0 = 2 m/s
vt = 4 m/s
t = 4 sekon
Ditanyakan : S setelah 4 sekon = ?
jawab :
Rumus GLBB , ). a = = = 0,5 m/s2
42 = 22 + 2.0,5. S
S = 12 mb. Penyelesaian cara gasing
benda bergerak dengan kecepatan 2 m/s selama 4 sekon menempuh 8
m.
benda bergerak dengan kecepatan 4m/s selama 4 sekon menempuh 16
m jarak benda selama 4 sekon = ( 8 + 16) /2 = 12 mSoal 5 : (GLBB
vertical keatas)
Sebuah peluru ditembakkan keatas dengan kecepatan mula- mula
kecepatanya 50 m/s. Hitunglah tinggi maksimum yang dicapai peluru
dan lama peluru diudara !
a.Penyelesaian cara rumus
Diketahui : v0 = 50 m/s
vt = 0
Ditanyakan : h maksimum = ?, dan t peluru diudara = ?
jawab :
Rumus GLBB , ). a = - g = - 10 m/s2
0 = 502 - 2.10. h
h = 125 m
0 = 50 10 t ------- t sampai titik teratas = 5 sekon
t peluru diudara = 2 . 5 = 10 sekonb. Penyelesaian cara
gasing
peluru bergerak dengan kecepatan 50 m/s akan mengalami
pengurangan kecepatan 10 m/s tiap sekon, maka kecepatan akan
menjadi 0 selama 5 sekon. Jadi t peluru diudara = 2 . 5 = 10
sekon
peluru bergerak dengan kecepatan 50m/s selama 5 sekon menempuh
250 m , sampai dititik teratas kecepatan nol, jadi ketinggian h = (
250 +0)/ 2 = 125 mDari lima contoh soal diatas sangat jelas bahwa
metode gasing tidak memerlukan hafalan rumus-rumus, akan tetapi
dengan sedikit logika saja siswa dapat dengan mudah dan cepat
menghitung tanpa banyak coretan. Siswa tidak terbebani harus
menghafal rumus-rumus fisika. Bahkan bagi siswa yang belum pernah
sama sekali belajar rumus akan mudah memahami dan bisa melakukannya
dalam menyelesaikan soal kinematika hanya memerlukan sedikit
penjelasan saja. Metode yang dirintis oleh Prof. Yohanes Surya ini
belum banyak digunakan oleh guru. Selain guru belum mengenal cara
ini juga guru masih ragu-ragu dalam implementasi didalam kelas.
Dengan metode ini pula siswa dapat mengembangkan daya logika dan
melatih mengemukakan pendapat sehingga juga dapat lebih percaya
diri.B. Metode PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas (PTK) dimana guru melakukan tindakan dengan
menggunakan pendekatan diskusi, dan informasi serta tanya jawab.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.C SMA Negeri 4 Surakarta
tahun pelajaran 2008-2009 yang terdiri dari 38 siswa. Penelitian
dilakukan selama 4 bulan yakni mulai bulan Agustus 2008 hingga
Nopember 2008 yang meliputi menyusun proposal, perangkat
penelitian, data awal, tindakan, analisa, pembahasan dan penulisan
laporan. Teknik pengumpulan data adalah teknik tes tertulis pilihan
ganda dan tes lisan. Sedangkan untuk data pengamatan menggunakan
data observasi.Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap, yaitu
merencanakan (Planning), tindakan (Acting), mangamati
(Observasing), dan refleksi (Reflecting). Tahapan yang dilalui
dalam PTK digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Scema Penelitian Tindakan Kelas
Adapun rincian alur kegiatan untuk masing-masing siklus
dijabarkan sebagai berikut :Siklus I: a. Perencanaan
1) Koordinasi dengan Kepala Sekolah;
2) Koordinasi dengan guru-guru pendukung;
3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
4) Membuat soal tes ;5) Membuat lembar observasi ;
6) menentukan Skor tingkat keberhasilan, sebagai berikut:
a) 0 40
= Sangat Kurang
b) 41 55 = Kurang
c) 56 70= Cukup
d) 71 85= Baik
e) 86 100 = Sangat Baik
b. Tindakan
Tindakan yang dimaksud dalam penelitian siklus I adalah tindakan
yang dilaksanakan selama proses pembelajaran di kelas.c.
Observasi
Observasi ini dilaksanakan sejak awal selama proses pembelajaran
sampai akhir pembelajaran. Aspek yang diamati dalam siklus I adalah
sikap dan aktifitas siswa dalam pembelajaran serta
hambatan-hambatan pelaksanaan pembelajaran.
d. Refleksi
Dari hasil pengamatan dan hasil tes formatif siklus I dilakukan
koreksi dan perenungan atas tindakan yang kurang sesuai dan kurang
memenuhi sasaran seperti cara guru menyampaikan materi pelajaran,
aktifitas siswa di kelas cara guru memotivasi siswa.Berdasarkan
hasil refleksi ini, dapat diketahui kelemahan dan kekurangan dalam
pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat digunakan
untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
Berdasarkan refleksi proses tindakan siklus I dapat diketahui
bahwa rancangan penelitian yang telah dipersiapkan telah terbukti
berhasil tetapi masih belum maksimal. Untuk itu dilakukan
penyempurnaan dalam proses pembelajaran dalam siklus berikutnya.
Langkah-langkah siklus II pada prinsipnya sama dengan siklus I
dengan perubahan kearah penyempurnaan disesuaikan dengan hasil
refleksi siklus I.Analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif komparatif, yaitu membandingkan antara nilai pretes atau
kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setelah
siklus II berdasarkan refleksi tindak lanjut. Demikian juga
keberanian berpendapat dan berfikir siswa dibandingkan antara hasil
tes kondisi awal, tes siklus I,dan hasil tes siklus II untuk
menentukan tindak lanjut.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah siswa
mengalami perbaikan hasil belajar sebelum dan sesudah belajar
dengan menggunakan metoda gasing.C. Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian dimaksudkan untuk menemukan jawaban
atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Dalam
penelitian PTK ini dilakukan 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II
pada siswa kelas X.C C SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran
2008-2009. Keadaan atau kondisi awal siswa berdasarkan hasil
ulangan pokok bahasan sebelumnya yaitu vector. Hasilnya ditampilkan
seperti pada table berikut :
Table 1. Kondisi Awal Siswa berdasrkan UH Vektor
NilaiJml siswaProsentase Jml SiswaketuntasanProsentase
ketuntasan
< 4,0718,4 %Belum60,5 %
4,1 6,01642,1 %Belum
6,1 8,0923,7 %Tuntas39,5 %
> 8,1615,8 %tuntas
Jumlah38100 %100 %
Nilai tertinggi = 9,5 ; nilai terendah = 2,0 dan rerata =
4,73
Hasil observasi terhadap aktifitas siswa pada kondisi awal saat
mengikuti pembelajaran sebelum pada pokok bahasan vector didapatkan
data yang dapat ditunjukan dalam table sebagai berikut :
Table 2. Kondisi Awal Aktivitas Siswa Sebelum Tindakan
SiklusKegiatanJml siswaProsentase Jml Siswa
pasif1015,7 %
Mendengarkan penjelasan2823,7 %
Mencatat3797,4 %
Bertanya guru415,8 %
Diskusi dg teman1144,7 %
Rata-rata skor aktivitas45,4 %
Setelah dilakukan tindakan ( acting ) siklus I yakni guru
memberikan sedikit informasi tentang metoda gasing dan memberi
contoh penyelesaian soal pada pokok bahasan Gerak Lurus, dan
melakukan tes hasil siklus I didapatkan data sebagai berikut :
Table 3. Kondisi Akhir Siklus 1 dengan Ulangan Harian GLB
NilaiJml siswaProsentase Jml SiswaketuntasanProsentase
ketuntasan
< 4,0821,0 %Belum52,6 %
4,1 6,01231,6 %Belum
6,1 8,01436,9 %Tuntas47,4 %
> 8,14 10,5 %tuntas
Jumlah38100 %100 %
Nilai tertinggi = 10 ; nilai terendah = 3,0 dan rerata =
6,30
Data aktifitas siswa pada saat dilakukan tindakan siklus I pada
poko bahasan GLB ditunjukan pada table sebagai berikut :
Table 4 . Kondisi Akhir setelah Setelah Tindakan Siklus
IKegiatanJml siswaProsentase Jml Siswa
pasif615,7 %
Mendengarkan penjelasan3123,7 %
Mencatat38100 %
Bertanya guru615,8 %
Diskusi dg teman1744,7 %
Rata-rata Aktivitas46,1%
Setelah dilakukan serangkaian kegiatan siklus I menunjukkana
bahwa hasil belajar dan aktivitas siswa meningkat berarti
penggunaan metode gasing menunjukkan perbaikan. Berdasarkan
refleksi siklus I perlu diadakan perbaikan dan pemantapan melalui
siklus II dengan melakukan penyempurnaan. Penyempurnaan pada siklus
II ini dilakukan dengan membentuk kelompok siswa.
Pembentukan kelompok pada siklus II bertujuan agar terjadi
tanggung jawab dan kerjasama masing-masing anggota dalam
kelompoknya sehingga lebih memacu aktivitas setiap siswa. Tiap
kelompok beranggotakan 6-7 siswa dan setiap kelompok terdapat 1
atau 2 siswa yang menguasai materi sebagai ahli. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan aktivitas siswaa. Pada siklus II ini pokok
bahasan yang dipelajarai adalah GLBB ( Gerak Lurus Berubah
Beraturan ). Setelah akhir siklus II dilakukan tes dan didapatkan
data sebagai berikut:Table 5. Kondisi Akhir Siklus II dengan
Ulangan Harian GLBB
NilaiJml siswaProsentase Jml SiswaketuntasanProsentase
ketuntasan
< 4,0718,4,0 %Belum34,2 %
4,1 6,0615,8 %Belum
6,1 8,01642,1 %Tuntas65,8 %
> 8,1923,7 %Tuntas
Jumlah38100 %100 %
Nilai tertinggi = 10 ; nilai terendah = 3,0 dan rerata =
6,30
Data aktifitas siswa pada saat dilakukan tindakan siklus II pada
pokok bahasan GLBB ditunjukan pada table sebagai berikut :
Table 6 . Kondisi Akhir setelah Setelah Tindakan Siklus II
KegiatanJml siswaProsentase Jml Siswa
pasif215,7 %
Mendengarkan penjelasan38100 %
Mencatat3386,7 %
Bertanya guru1128,9 %
Diskusi dg teman2976,3 %
Rata-rata Aktivitas72,9 %
Dari data awal, siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan hasil prestasi. Rata-rata hasil tes dan ketercapaian
ketuntasan KKM secara grafik dapat ditunjukkan pada gambar berikut
:
Gambar 2. Grafik Perbandingan Rerata Nilai Hasil Belajar
Gambar 3 . Grafik Perbandingan Ketuntasan Nilai Hasil
Belajar
Sedangkan berdasarkan pengamatan aktivitas siswa dalam
pembelajaran juga mengalami peningkatan seperti digambarkan pada
grafik berikut :
Gambar 4 . Grafik Perbandingan aktivitas Siswa
Peningkatan hasil belajar siswa maupun aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran dirangkum dalam tabel rekapitulasi dapat
disajikan seperti data tabel berikut :
Tabel 7. Rekapitulasi Data Peningkatan
ASPEKKONDISI AWALSIKLUS ISIKLUS II
MateriskorMateriskorMateriskor
Rerata Hasil BelajarVektor47,3GLB60,3GLBB67,1
Aktifitas Siswa45,4 %46,1 %72,9 %
Dari data tersebut diatas menunjukkan bahawa penelitian tindakan
kelas dengan pembelajaran menggunakan metoda Gasing dalam pokok
bahasan Kinematika Gerak khususnya GLB dan GLBB dapat meningkatkan
hasil belajar dan aktivitas siswa. Pencapaian Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan juga meningkat, siswa merasa
mudah dan senang dalam mengikuti proses pembelajaran serta
menumbuhkan rasa percaya diri siswa.D. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metoda gasing dalam
pembelajaran pokok bahasan kinematika dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini terbukti dengan meningkatnya skor rerata
serta peningkatan tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Skor rerata hasil belajar mengalami peningkatan yang ditunjukkan
melalui tes akhir tiap siklus. yaitu sebelum dilakukan tindakan
skor rerata sebesar 47,3, dan pada akhir siklus I menjadi 60,3 dan
pada akhir siklus II reratanya menjadi 67,1. Ketercapaian
ketuntasan juga mengalami peningkatan dari 39,5 % pada kondisi awal
menjadi 47,4 % pada akhir siklus I dan pada akhir siklus II menjadi
65,8 %.
Aktivitas siswa dari 4 aspek yang diamati yakni mendengarkan
informasi guru, mencatat, diskusi dan bertanya juga mengalami
peningkatan. Aktivitas siswa pada kondisi awal sebelum dilakukan
tindakan sebesar 45,4 % dan menjadi 46,1 % pada tindakan siklus I
dan pada tindakan siklus II aktivitas siswa menjadi 72,9 %. Secara
umum respon siswa terhadap metoda ini merasa lebih mudah dan merasa
senang. Penggunaan metoda gasing perlu dikembangkan lagi pada pokok
bahasan yang lebih luas, sehingga para siswa dapat belajar fisika
lebih mudah tidak terbebani dengan hafalan rumus-rumus yang cukup
banyak. DAFTAR PUSTAKAColin Rose, 2007, Super Accelerated Learning,
Penerbit Jabal, Bandung. Lexy Moleong,2006, Metodologi Penelitian
Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Martheen kanginan, 2004, Fisika Untuk SMA Kelas X Semester 1,
Penerbit Erlangga, Jakarta.Nyoman Kertiasa dkk, 1984, Energi
Gelombang dan Medan 1, Depdikbud RI, Jakarta.
Suharsimi Arikunto,2007, Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara,
Jakarta
Yohannes Surya,2008. Belajar Fisika dengan Gasing. Surya
Institute, JakartaSiklus ke-n
Rekomendasi
Rencana I
Tindakan
Observasi
Refleksisi
Siklus I
Refleksi
Rencana I
Tindakan
Observasi
Siklus II
PAGE 1
_1386388405.unknown
_1386388526.unknown
Chart10
Sheet1
Rerata kondisi awal47.3
Rerata Akhir siklus I60.3
Rerata Akhir siklus II67.1
Sheet2
13
26
34
45
55
68
77
810
99
105
116
126
134
143
154
169
178
189
1910
203
214
224
236
249
2510
269
279
289
298
304
316
327
337
348
358
369
378
386
6.7105263158
Sheet3
rerata aktivitasprosentase
aktivitas sebelum Tindakan45.40%
aktivitas saat tindakan siklus I46.10%
aktivitas saat tindakan siklus II72.95%
Sheet4
KETERCAPAIAN KKMPROSENTASE
ketercapaian awal39.50%
ketercapaian KKM setelah siklus I47.40%
ketercapaian KKM setelah siklus II65.80%
Sheet5
Rerata kondisi awal47.3
Rerata Akhir siklus I60.3
Rerata Akhir siklus II67.1
_1386585647.unknown
_1386585675.unknown
_1386586192.unknown
Chart11
Sheet1
Rerata kondisi awal47.3
Rerata Akhir siklus I60.3
Rerata Akhir siklus II67.1
Sheet2
13
26
34
45
55
68
77
810
99
105
116
126
134
143
154
169
178
189
1910
203
214
224
236
249
2510
269
279
289
298
304
316
327
337
348
358
369
378
386
6.7105263158
Sheet3
rerata aktivitasprosentase
aktivitas sebelum Tindakan45.40%
aktivitas saat tindakan siklus I46.10%
aktivitas saat tindakan siklus II72.95%
Sheet4
KETERCAPAIAN KKMPROSENTASE
ketercapaian awal39.50%
ketercapaian KKM setelah siklus I47.40%
ketercapaian KKM setelah siklus II65.80%
Sheet5
Rerata kondisi awal47.3
Rerata Akhir siklus I60.3
Rerata Akhir siklus II67.1
_1386388567.unknown
_1386394117.vsdB
A
3 m/s
2m/s
Chart3
Sheet1
Rerata kondisi awal47.3
Rerata Akhir siklus I60.3
Rerata Akhir siklus II67.1
Sheet2
13
26
34
45
55
68
77
810
99
105
116
126
134
143
154
169
178
189
1910
203
214
224
236
249
2510
269
279
289
298
304
316
327
337
348
358
369
378
386
6.7105263158
Sheet3
rerata aktivitasprosentase
aktivitas sebelum Tindakan45.40%
aktivitas saat tindakan siklus I46.10%
aktivitas saat tindakan siklus II72.95%
Sheet4
KETERCAPAIAN KKMPROSENTASE
ketercapaian awal39.50%
ketercapaian KKM setelah siklus I47.40%
ketercapaian KKM setelah siklus II65.80%
_1386388466.unknown
_1386388264.unknown
_1386388339.unknown