Top Banner
MODUL PPJFP PENULISAN ILMIAH PUSAT PEMBINAAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 2019
41

PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

Dec 29, 2019

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

MODUL PPJFP

PENULISAN ILMIAH

PUSAT PEMBINAAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

2019

Page 2: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

Bentuk penerbitan tulisan ilmiah mencakup:1. Buku ilmiah2. Bunga rampai3. Majalah/jurnal ilmiah4. Prosiding

Struktur Penulisan Ilmiah1. Struktur Tulisan Ilmiah2. Strategi Penulisan Ilmiah

Etika Publikasi Ilmiah1. Dalam melakukan penelitian, peneliti harus dapat memastikan bahwa

asal perolehan material atau sampel adalah legal, sesuai dengan standar prosedur dan etika baik terhadap manusia dan hewan, teknik perolehan data benar, dan data diinterpretasi secara obyektif.

2. Etika penulisan mewajibkan tulisan untuk belum pernah diterbitkan, bersifat orisinal dan bebas dari fabrikasi, falsifikasi, plagiasi, duplikasi, fragmentasi/salami dan pelanggaran hak cipta/isi, memasukkan pihak-pihak yang ber- kontribusi sebagai penulis atau sebaliknya tidak memasukkan pihak-pihak yang tidak berkontribusi dalam penelitian, serta memberikan urutan/ pengakuan pada penulis sesuai dengan kontribusi dan mencantumkan afiliasi tempat bekerja.

3. Kredibilitas penerbit atau jurnal ilmiah perlu dicermati oleh penulis. Penerbit yang disasar harus kredibel (terakreditasi untuk jurnal nasional, terindeks untuk jurnal internasional). Penerbit juga harus bebas dari pelanggaran hak cipta, penerbit predator, dan hijacked journal.

Strategi Publikasi di Jurnal Ilmiah1. Memahami ruang lingkup, kualitas dan persyaratan jurnal ilmiah yang

disasar.2. Memahami langkah-langkah teknis dalam mempersiapkan manuskrip KTI.3. Memahami teknis dari proses mitra bestari.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 2

Page 3: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

DAFTAR ISI, DAFTAR INFORMASI VISUAL, DAN DAFTAR LAMPIRAN

Pokok Bahasan 1: Konsep Penulisan Ilmiah .................................................... 4 1. Konsep Penulisan KTI ................................................................................. 4 2. Kriteria KTI yang Berkualitas dan Berintegritas ....................................... 6Rangkuman ............................................................................................................. 7Latihan ...................................................................................................................... 8Pokok Bahasan 2: Jenis, Format dan Bentuk Tulisan Ilmiah ............................ 10 1. Jenis Tulisan Ilmiah .................................................................................... 10 2. Format Tulisan Ilmiah ...... ..... .....................................................................10 3. Bentuk Tulisan Ilmiah .................................................................................12Rangkuman ........................................................................................................... 14Latihan ........................................................................................................... 14Pokok Bahasan 3: Struktur Penulisan Ilmiah ............................ .......................16 1. Struktur Tulisan Ilmiah ...........................................................................16 2. Strategi Penulisan Ilmiah ...........................................................................19Rangkuman ............................................................................................................ 20Latihan ............................................................................................................ 20Pokok Bahasan 4: Etika Publikasi Ilmiah.............................................................. 22 1. Etika Penelitian ...................................................................................... 22 2. Etika Penulisan ...................................................................................... 23 3. Kredibilitas Penerbit .......................................................................... 24Rangkuman ............................................................................................................ 25Latihan ............................................................................................................ 26Pokok Bahasan 5: Strategi Publikasi di Jurnal Ilmiah ......................................... 27 1. Ruang Lingkup Jurnal Ilmiah yang Disasar ......................................... 27 2. Memahami Kualitas dan Persyaratan Publikasi Jurnal yang Disasar ..................................................................................................................................... 27 3. Proses Mitra Bestari: Single Blind, Double Blind dan Open Review ..................................................................................................................................... 28 4. Melihat Proses Mitra Bestari dari Kacamata Editor dan Mitra Bestari ..................................................................................................................................... 29 5. Mitra Bestari yang Obyektif dan Tanpa Konflik Kepentingan ............... 29 6. Menanggapi Hasil Ulasan Mitra Bestari ................................................... 30Rangkuman ............................................................................................................ 30Latihan ............................................................................................................ 31Daftar Pustaka ................................................................................................. 32Referensi Pengayaan ...................................................................................... 32

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |3

Page 4: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

konseP Penulisan ilmiah

Indikator Keberhasilan:Peserta mampu untuk:1. Memahami konsep penulisan KTI dengan benar2. Menjelaskan kriteria KTI yang berkualitas dan berintegritas dengan benar

KONSEP PENULISAN KTI Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat selama satu abad terakhir baik di bidang ilmu pengetahuan dasar, teknik, medis maupun sosial - menegaskan pentingnya diseminasi hasil penelitian yang dituangkan dalam sebuah tulisan ilmiah. Karya tulis ilmiah atau yang biasa disingkat sebagai KTI berperan sebagai dokumentasi hasil penelitian, dimana hasil tersebut ke depannya akan dapat (i) dikembangkan secara keilmuan oleh komunitas ilmiah, (ii) dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, dan/atau (iii) diterapkan sebagai bahan rekomendasi bagi pembuat kebijakan (policy makers). Oleh karena itu, peran para peneliti dalam menuliskan hasil penelitian mereka dalam tulisan ilmiah memiliki manfaat yang luas.

Gambar 1. Jumlah publikasi KTI di majalah/jurnal ilmiah Nature dan Science oleh peneliti dari negara Asia Pasifik di tahun 2015. Nature Index (2016)

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 4

Page 5: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

Dalam arena perkembangan dunia ilmiah yang semakin pesat, kuantitas dan kualitas KTI menjadi cerminan produktifitas dan daya saing peneliti, lembaga bahkan bangsa. “Publish or Perish! (menulis atau tersingkir)” adalah sebuah istilah dalam komunitas ilmiah yang menekankan pentingnya penulisan KTI bagi kemajuan karir seorang peneliti. Saat ini, faktanya peneliti Indonesia perlu lebih menggiatkan upayanya dalam menghasilkan publikasi ilmiah. Apalagi bila mengingat tingginya kekayaan alam dan aspek sosial budaya Indonesia yang layak diangkat sebagai topik penelitian. Nature Index 2016 yang merangkum jumlah publikasi sepanjang tahun 2015 di dua majalah/jurnal ilmiah bergengsi bagi komunitas ilmiah internasional yaitu Nature dan Science, tidak menempat- kan Indonesia dalam 50 negara teratas. Di kawasan Asia-Pasifik, Indonesia berada di ranking 16, diungguli oleh enam negara Asia Tenggara lainnya (Gambar 1). Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas publikasinya, peneliti perlu mendalami dan menerapkan teknik-teknis penulisan KTI yang berkualitas dan berintegritas.

Karya tulis ilmiah bukan hanya hasil akhir dari sebuah penelitian, tetapi juga bagian dari rangkaian metode ilmiah (scientific methods) yang berkelanjutan. Perka LIPI No. 4 Tahun 2012 mendefinikasikan KTI sebagai:

“tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah.”

Dengan kata lain, KTI adalah inti dari kegiatan penelitian yang ditujukan untuk menyebarluaskan hasil penelitian yang melibatkan hipotesis, data, dan kesimpulan. Rangkaian metode ilmiah diawali dengan sebuah pengamatan yang menimbulkan pertanyaan yang dapat berupa “apa”, “kenapa” atau “bagaimana” akan suatu fenomena alam atau sosial di sekitar kita (Gambar 2). Sebagai kajian ilmiah, tentu pertanyaan tersebut harus ditinjau dengan studi literatur yang komprehensif untuk mengidentifikasi scientific gap yang ada dan mendesain penelitian yang hasilnya akan membawa kebaharuan. Setiap penelitian dibangun dengan hipotesis yang dituangkan ke dalam research questions. Sehingga, proses pengumpulan data yang dilakukan akan menjawab seluruh research questions guna memperoleh kesimpulan. Tidak ada kegagalan dalam proses ilmiah, karena kesimpulan yang dihasilkan baik mendukung hipotesis awal atau sebaliknya merupakan informasi baru yang perlu di- sampaikan kecuali apabila terjadi kesalahan metodologi atau pendekatan (approach). KTI yang telah dipublikasikan selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian literatur oleh penelitian-penelitian berikutnya, baik yang dilakukan oleh peneliti itu sendiri maupun peneliti lainnya.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |5

Page 6: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

Gambar 2. Penulisan KTI sebagai bagian dari rangkaian metode ilmiah (scientific method).

Apa yang membedakan tulisan ilmiah dengan tulisan lainnya? Yang membedakan KTI dengan tulisan lainnya adalah adanya proses mitra bestari (peer review) yang harus dilalui setiap manuskrip KTI sebelum layak di- terbitkan di penerbitan ilmiah. Sehingga, fungsi dari penerbitan ilmiah adalah untuk “meregistrasi kegiatan kecendekiaan, mensertifikasi hasil kegiatan yang memenuhi persyaratan ilmiah minimum, mendiseminasikannya secara meluas kepada khalayak ramai, dan mengarsipkan semua temuan hasil kegiatan kecendekiaan ilmuwan dan pandit yang dimuatnya” (Lukman, 2016).

KRITERIA KTI YANG BERKUALITAS DAN BERINTEGRITAS Lalu, apa kriteria tulisan yang sesuai dengan kaidah ilmiah sehingga dapat memenuhi persyaratan proses mitra bestari? Dari segi substansi, Perka LIPI No. 4 Tahun 2012 menguraikan kaidah penulisan KTI yang benar yaitu memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

Logis, berarti kerunutan penjelasan dari data dan informasi yang masuk ke dalam logika pemikiran kebenaran ilmu. Obyektif, berarti data dan informasi sesuai dengan fakta sebenarnya.Sistematis, berarti sumber data dan informasi yang diperoleh dari hasil kajian dengan mengikuti urutan pola pikir yang sistematis atau litbang yang konsisten/berkelanjutan.Andal, berarti data dan informasi yang telah teruji dan sahih serta masih memungkinkan untuk terus dikaji ulang.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 6

Page 7: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

Desain, berarti terencanakan dan memiliki rancangan. Akumulatif, berarti kumpulan dari berbagai sumber yang diakui kebenaran dan keberadaannya serta memberikan kontribusi bagi khasanah iptek yang sedang berkembang.

Kualitas data hasil penelitian sebagai intisari dari sebuah KTI menjadi faktor krusial dalam proses mitra bestari. Seluruh data penelitian yang disajikan harus bersifat valid dan reliable. Atau dalam istilah teknisnya, memiliki tingkat akurasi (validitas) dan presisi (reliabilitas) yang tinggi. Akurasi adalah tingkat kedekatan pengukuran terhadap nilai sebenarnya, sedangkan presisi adalah sejauh mana pengulangan pengukuran dalam kondisi yang tidak berubah mendapatkan hasil yang sama (Gambar 3). Salah satu implikasi penting dari sebuah KTI adalah penelitian yang telah dilakukan dapat diulang kembali oleh peneliti lain agar topik penelitian tersebut dapat terus berkembang. Oleh karena itu, data dengan akurasi dan presisi yang tinggi yang didapatkan melalui metodologi penelitian yang benar akan memudahkan peneliti lain untuk menghasilkan data yang sama atau mendekati sama.

Gambar 3. Ilustrasi tingkat akurasi dan presisi dari data penelitian. Data dengan akurasi dan presisi yang tinggi adalah standar ideal dari sebuah hasil penelitian.

Sebagai bentuk diseminasi hasil penelitian, KTI yang berkualitas juga memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Sebuah KTI yang ditulis dengan cermat akan mudah dipahami oleh pembacanya, baik oleh peneliti dengan latar belakang kepakaran yang sama, peneliti dengan latar belakang kepakaran yang berbeda, maupun masyarakat awam yang tertarik dengan ide yang dimunculkan di dalam tulisan tersebut. Tingkat keterbacaan yang tinggi dapat tercapai apabila tulisan tersebut memiliki struktur penyampaian ide yang runut, pemilihan kata (diksi) yang mudah dipahami serta ketatabahasaan yang benar. Misalnya, salah satu strategi untuk menyampaikan ide dengan runut dalam sebuah tulisan adalah dengan membuat kerangka penulisan (outline) yang kemudian dikembangkan dalam paragraf-paragraf yang memiliki kalimat topik yang mewadahi bahasan paragraf tersebut. Pemilihan diksi yang bersifat teknis atau biasa dikenal dengan jargon seringkali tidak dapat dihindari dalam beberapa jenis tulisan. Oleh karena itu, layaknya singkatan yang digunakan dalam tulisan, kata-kata teknis pun perlu dijelaskan di bagian awal sebelum dapat digunakan secara

Akurasi TinggiPresisi Tinggi

Akurasi RendahPresisi Tinggi

Akurasi TinggiPresisi Rendah

Akurasi RendahPresisi Rendah

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |7

Page 8: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

luas dalam sebuah tulisan ilmiah. Dan dalam hal ketatabahasaan, peneliti harus menguasai kaidah ketatabahasaan yang berlaku, baik dalam Bahasa Indonesia untuk penulisan di jurnal nasional terakreditasi maupun Bahasa Inggris untuk bagian Abstrak selain untuk penerbitan di jurnal internasional terindeks. Dengan menulis KTI yang memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, seorang peneliti dapat menyampaikan hasil penelitiannya kepada komunitas yang lebih luas, dan hasil penelitiannya dapat dijadikan sebagai acuan bagi karya-karya tulis ilmiah lainnya. Di dalam dunia penelitian, KTI yang memiliki sitasi tinggi dan di-publikasikan dalam jurnal ilmiah nasional terakreditasi atau jurnal internasional terindeks yang ber-impact factor tinggi merupakan salah satu indikator kinerja dan prestise bagi para penulisnya.

Pada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi standar KTI yang berintegritas. Setiap karya tulis ilmiah harus memenuhi kaidah etika penulisan ilmiah, mulai dari tahap penelitian (misalnya, karya yang dihasilkan menggunakan sampel yang didapatkan secara legal, interpretasi data berdasarkan hasil yang diperoleh tanpa dipilah-pilah sesuai keinginan peneliti untuk mendukung suatu kesimpulan, dsb.) sampai tahap penulisan manuskrip (tidak mengandung plagiarisme, dsb.) maupun aspek kredibilitas pihak penerbit (jurnal yang disasar adalah jurnal yang tepercaya, dsb.). Mengingat luasnya dan pentingnya pembahasan ini, etika penulisan ilmiah menjadi pokok bahasan modul terpisah dalam diklat ini.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 8

Page 9: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

RANGKUMANKarya tulis ilmiah (KTI) berperan sebagai dokumentasi hasil penelitian, dimana hasil tersebut akan dapat (i) dikembangkan oleh komunitas ilmiah, (ii) dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, dan/atau (iii) diterapkan sebagai bahan rekomendasi kebijakan. Dalam konteks perkembangan dunia ilmiah yang semakin pesat, kuantitas dan kualitas KTI menjadi cerminan produktifitas dan daya saing peneliti, lembaga bahkan bangsa.

Karya tulis ilmiah bukan hanya hasil akhir dari sebuah kegiatan penelitian, tetapi juga bagian dari rangkaian metode ilmiah (scientific methods) yang ber- kelanjutan yang meliputi hipotesis, data dan kesimpulan. Yang membedakan KTI dengan tulisan lainnya adalah adanya proses mitra bestari (peer review) yang harus dilalui setiap manuskrip KTI sebelum layak diterbitkan di jurnal atau penerbitan ilmiah.

Dari segi substansi, KTI yang baik memiliki kriteria logis, obyektif, sistematis, andal, desain dan akumulatif. Sebagai intisari dari setiap KTI, data yang memiliki tingkat akurasi dan presisi yang tinggi menjadi aspek penting dalam proses publikasi ilmiah dan perkembangan ilmu pengetahuan. Suatu KTI harus memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi yang dapat tercapai dengan struktur penyampaian ide yang runut, pemakaian diksi yang mudah dipahami, serta ketatabahasaan yang sesuai kaidah.

KTI yang baik tidak hanya unggul dalam kualitas, tetapi juga memenuhi kaidah etika penulisan ilmiah. Hal ini meliputi tahap penelitian, penulisan manuskrip, dan kredibilitas pihak penerbit.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |9

Page 10: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

LATIHAN1. Jelaskan manfaat dari tulisan ilmiah yang telah dipublikasikan.2. Jelaskan secara terperinci pengertian penulisan ilmiah menurut anda.3. Sebutkan dan jelaskan kriteria tulisan ilmiah yang baik. 4. Buatlah contoh kerangka penulisan (outline) ilmiah. Topik dapat disesuaikan

dengan bidang penelitian anda.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 10

Page 11: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

KUNCI JAWABAN

-

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |11

Page 12: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

Jenis, Format dan bentuk tulisan ilmiah

Indikator Keberhasilan:Peserta mampu:1. Membedakan jenis, format dan bentuk tulisan ilmiah dengan tepat. 2. Memilih jenis, format dan bentuk tulisan ilmiah yang sesuai dengan hasil

penelitiannya.3. Menulis karya tulis ilmiah sesuai dengan jenis, format dan bentuk tulisan

ilmiah yang telah dipilih

JENIS TULISAN ILMIAH Tujuan dari setiap KTI adalah untuk memberikan kontribusi ilmiah yang baru dalam bidang keilmuannya. Kontribusi tersebut dapat berupa pelaporan:

a. Hasil litbang, yang mengikuti kaidah metode ilmiah dengan uraian mengenai metodologi, hasil dan kesimpulan. b. Tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis. KTI dalam bentuk ini perlu memiliki pendekatan kajian yang obyektif dan sistematis serta studi literatur yang komprehensif. Sehingga, karya tulis ilmiah tersebut selain dapat memberikan informasi yang bersifat rangkuman dari hasil-hasil penelitan yang ada, juga dapat menarik sebuah benang merah mengenai arah kemajuan di bidang keilmuan tersebut seperti pengetahuan yang belum dan perlu dipahami ke depannya.

FORMAT TULISAN ILMIAH Karya tulis ilmiah juga dapat dipublikasikan dalam berbagai macam jenis penulisan misalnya dalam format artikel ilmiah maupun kajian kebijakan (policy review). Pada prinsipnya, format penulisan ilmiah dapat berkembang seiring dengan perkembangan masa dan menyesuaikan dengan kebutuhan agar dapat membawa kebaruan bagi bidang keilmuan.

Artikel IlmiahArtikel ilmiah dengan format yang seringkali disebut makalah lengkap adalah tulisan ilmiah yang disusun berdasarkan analisis dan sintesis data hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang belum pernah ditulis dan dipublikasikan oleh orang lain serta topik yang dibahas beru-pa topik baru yang menambah informasi baru dan/atau memperkuat temuan/topik sebelumnya. Pada umumnya, artikel ilmiah memiliki sistematika sebagai berikut: judul, nama dan alamat penulis, abstrak dan kata kunci, pendahuluan,

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 12

Page 13: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, saran (opsional), ucapan terima kasih, dan daftar acuan.

Beberapa majalah/jurnal ilmiah mengadopsi alur yang sedikit berbeda dan lebih ringkas, yang seringkali disebut sebagai komunikasi pendek. Majalah/jurnal ilmiah tersebut, seperti misalnya Kyoto Review of Southeast Asia, Nature dan Science, memuat informasi penting dan memiliki nilai ilmiah tinggi serta perlu segera diketahui oleh dunia litbang, yang dapat berupa laporan awal yang ringkas dan independen serta berkontribusi secara signifikan dan relevan untuk dipublikasikan, atau tulisan sederhana tetapi lengkap dengan maksud untuk menjelaskan hasil dari investigasi suatu masalah atau penjelasan mengenai model/hipotesis baru, inovasi metode, teknik, atau peralatan. Majalah/jurnal ilmiah jenis ini memiliki sistematika yang hampir sama dengan makalah lengkap namun formatnya dapat tidak mencantumkan kata-kata “Pendahuluan”, “Hasil”, dsb secara eksplisit, melainkan terkadang menggunakan topik bahasan sebagai sub-heading, dan menaruh bagian metode di akhir sebagai sisipan.

Dalam majalah/jurnal ilmiah di bidang medis juga terdapat artikel ilmiah yang dikenal dengan studi Clinical Case, yang isinya memaparkan detail mengenai kondisi seorang pasien dimana kasus medis tersebut memberikan pengetahuan baru yang signifikan. Studi tersebut umumnya mendiskusikan kondisi, gejala, diagnosis dan pengobatan akan suatu penyakit. Tulisan ilmiah dalam format clinical case dianggap sepadan dengan artikel ilmiah dan umum-nya ditulis oleh peneliti atau praktisi medis yang sudah sangat berpengalaman.

Gambar 4. Daftar isi sebuah edisi majalah ilmiah yang memuat beberapa artikel Comment dengan sebuah artikel Reply to Comment.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |13

Page 14: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

Artikel ilmiah yang telah dipublikasikan dalam perkembangannya dapat mendapat pengembangan dengan artikel lainnya yang berformat Correction, Comment dan Reply to Comments yang melibatkan argumentasi secara ilmiah. Correction ditulis oleh peneliti yang sama untuk mengkoreksi bagian dari tulisan ilmiah yang telah dipublikasikan. Artikel correction dapat memiliki format yang ringkas ataupun komrehensif yang dapat mengandung kontribusi ilmiah tersendiri di dalamnya. Artikel ilmiah yang telah dipublikasikan dapat ditanggapi oleh peneliti lain dengan artikel berformat comment untuk mengungkapkan kesangsian atas KTI yang telah dipublikasikan tersebut, baik dari aspek metode, hasil maupun kesimpulan yang dibentuk. Artikel berbentuk comment kemudian perlu dijawab oleh penulis awal dengan artikel berformat reply to comment untuk menjawab kesangsian yang diungkapkan berdasarkan argumentasi ilmiah. Seringkali artikel berformat comment dan reply to comment disatukan dalam satu edisi (Gambar 1).

Kajian Kebijakan (Policy Brief)Kajian kebijakan adalah tulisan yang dibuat atas respon terhadap suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh suatu instansi pemerintah maupun non-pemerintah dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pandangan lain bagi pengambil kebijakan dan pihak-pihak yang terkait atas kebijakan yang dibuat serta bagi masyarakat umum.

Kajian kebijakan merupakan dokumen yang berdiri sendiri, memfokuskan pada satu topik dan tidak lebih dari 2-4 halaman (atau berisi sekitar 1500 kata). Sistematika dari kajian kebijakan adalah sebagai berikut: Ringkasan eksekutif (Executive Summary), Pendahuluan (Introduction), Pendekatan dan Hasil (Approaches and Results), Kesimpulan (Conclusion), Implikasi dan Rekomendasi (Implications and Recommendations).

Dalam penulisannya, kajian kebijakan sebaiknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:• Untuk siapa kajian kebijakan dibuat? Seberapa dalam pemahaman pembaca

akan topik yang ditulis? Seberapa terbuka pembaca akan pesan yang akan disampaikan?

• Penulis juga harus mempertimbangkan bagaimana cara untuk menyentuh pembaca, dengan memperhatikan pertanyaan yang perlu dijawab, topik yang menjadi ketertarikan (interests) dan perhatian (concerns) pembaca, serta pendekatan segmen yang spesifik.

• Menggunakan kekuatan persuasi, dengan mendeskripsikan urgensi dari situasi yang ada serta memperhatikan nilai atau keuntungan yang akan ditawarkan untuk pembaca.

• Dalam hal pemilihan konten atau isi, sebaiknya memilih satu fokus yang spesifik dengan mendefinisikan tujuan, mengidentifikasi poin utama untuk mendukung tujuan dan menyaring poin-poin agar hanya menampung informasi yang esensial.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 14

Page 15: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

BENTUK TULISAN ILMIAH Karya tulis ilmiah dapat dipublikasikan dalam berbagai bentuk penerbitan ilmiah, yang meliputi:

Buku IlmiahBuku ilmiah berisi pembahasan mendalam tentang masalah kekinian suatu keilmuan dengan merangkum hasil-hasil penelitian yang terbaru dengan menekankan pada aspek teori, panduan penjelasan filosofis atas suatu langkah panduan atau suatu bentuk kajian yang dicetak dalam format buku serta susunan dalam bagian per bagian atau bab per bab yang dibuat secara berkesinambungan dan bertautan.

Sistematika buku ilmiah memiliki unsur-unsur sebagai berikut: Sampul & nama penulis, karya cipta, pengantar, daftar isi, pendahuluan, batang tubuh, ucapan penghargaan (opsional), indeks, glosarium (opsional), daftar acuan/bibliografi, dan lampiran (opsional).

Buku ilmiah harus memenuhi be- berapa persyaratan, yaitu: diterbitkan oleh Scientific Publishing House (SPH), memiliki International Standard Book Number (ISBN), telah melewati proses editorial yang mencakup pemeriksaan kebenaran keilmuan dan tata bahasa, dan berisi paling sedikit 49 halaman.

Bunga RampaiBunga rampai adalah kumpulan tulisan ilmiah dengan satu topik permasalahan dengan pendekatan dari beberapa aspek/sudut pandang keilmuan. Masing-masing bab dapat berdiri sendiri dengan susunan tulisan ilmiah lengkap dan ada benang merah yang mengkaitkan keseluruhan bab. Tulisan ilmiah yang dikeluarkan dalam bentuk bunga rampai mempunyai makna yang mandiri dan jelas. Sistematika bunga rangkai memiliki unsur-unsur yang sama dengan buku ilmiah, tetapi memiliki perbedaan dalam hal prakata/prolog yang mengantarkan keseluruhan isi dan dalam hal penutup/epilog yang merupakan analisis atas keseluruhan isi.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |15

Page 16: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

Dengan format tersebut, nama penulis menyertai judul bab (Gambar 2) dan nama editor dicantumkan dalam sampul bunga rampai. 

Bunga rampai harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: diterbitkan oleh SPH, memiliki ISBN, dan melewati proses editorial yang mencakup pemeriksaan kebenaran keilmuan dan tata bahasa.

Jurnal/Majalah IlmiahJurnal/majalah ilmiah adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah yang secara nyata mengandung data dan informasi yang memajukan iptek dan ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan ilmiah serta diterbitkan secara berkala.

Jurnal/majalah ilmiah harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: memiliki International Standard Serial Number (ISSN), memiliki mitra bestari paling sedikit empat orang, di-terbitkan secara teratur paling sedikit dua kali per tahun (kecuali yang me- miliki cakupan keilmuan spesialisasi), menerbitkan minimal 300 eksemplar bagi majalah ilmiah non-elektronik, dan memuat artikel utama tiap kali terbit minimal 5 artikel.

ProsidingProsiding adalah kumpulan tulisan ilmiah yang diterbitkan sebagai hasil suatu pertemuan ilmiah. Prosiding harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: mencantumkan tema dan institusi pelaksana seminar, memiliki paling sedikit dua orang editor, telah melalui proses editing, dan memiliki ISSN (untuk seminar berkala) dan ISBN (untuk seminar tidak berkala) kecuali seminar internasional.

RANGKUMANSetiap karya tulis ilmiah bertujuan untuk memberikan kontribusi ilmiah yang baru dalam bidang keilmuannya dalam bentuk pelaporan hasil litbang atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis.

Berdasarkan formatnya, tulisan ilmiah dapat dituangkan sebagai artikel ilmiah (yang dapat memiliki format makalah lengkap, komunikasi pendek, clinical case atau pengembangan dalam bentuk correction, comment, reply to comment) dan kajian kebijakan. Pada prinsipnya, format penulisan ilmiah dapat berkembang dengan waktu dan kebutuhan bidang keilmuan agar dapat memberikan informasi ilmiah yang memiliki kebaharuan.

Tulisan ilmiah dapat dipublikasikan dalam berbagai bentuk yang dapat dipilih berdasarkan hasil penelitian dan kedalaman topik yang diinginkan oleh seorang peneliti. Pada prinsipnya, terdapat empat bentuk tulisan ilmiah, yaitu buku ilmiah, bunga rampai, majalah/jurnal ilmiah, dan prosiding. Gambar 5. Daftar isi bunga rampai.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 16

Page 17: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

LATIHAN1. Jelaskan tujuan dan jenis-jenis tulisan ilmiah.2. Sebutkan format-format tulisan ilmiah beserta pengembangannya yang

saat ini dikenal. 3. Sebutkan perbedaan mendasar dari buku ilmiah dengan bunga rampai,

serta majalah/jurnal ilmiah dengan prosiding.4. Jelaskan beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penulisan kajian

kebijakan (policy brief).5. Pilih jenis, format dan bentuk tulisan ilmiah yang sesuai dengan hasil

penelitian anda dan jelaskan pilihan tersebut.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |17

Page 18: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

KUNCI JAWABAN

-

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 18

Page 19: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

struktur Penulisan ilmiah

Indikator Keberhasilan:Peserta mampu:Mengaplikasikan struktur dan strategi penulisan ilmiah dengan benar

STRUKTUR TULISAN ILMIAHFormat penulisan ilmiah secara umum mencakup Pendahuluan (Introduction), Bahan dan Metode (Materials and Method), Hasil dan Pembahasan (Results dan Discussion) dan Kesimpulan (Conclusion), dengan spesifikasi tertentu yang dapat dipersyaratkan oleh penerbit yang disasar. Sistematika KTI secara lengkap pada umumnya adalah sebagai berikut. Namun, beberapa tulisan ilmiah terutama di bidang ilmu sosial dapat memiliki penulisan dengan sistematika yang berbeda dengan menjaga runut penyampaian yang logis.

Judul (Title)Sebagai hal yang pertama kali dibaca oleh pembaca, judul artikel harus menarik minat para pembaca dengan memberikan gambaran yang ringkas dan informatif mengenai isi artikel yang sesungguhnya. Judul tidak perlu diawali dengan kata penelitian, analisis, studi, dll, dan sebaiknya menghindari pemilihan judul yang terlalu umum. Abstrak di bidang ilmu eksakta sebaiknya mampu menjelaskan mengenai apa, kapan, dan tergolong spesies/grup apa (jika relevan) mengenai penelitian yang dilakukan (Carraway, 2009). Bidang ilmu tertentu dapat memiliki judul yang berseri bila penelitian yang dilakukan merupakan sebuah rangkaian. Dan, penulis perlu menyesuaikan panjang judul dengan aturan penerbit yang disasar.

Abstrak dan Kata Kunci (Abstract and Keywords)Abstrak merupakan ringkasan dari tulisan ilmiah (umumnya satu paragraf berisi 150-250 kata) yang mencerminkan garis besar tulisan tersebut. Sebagai intisari dari tulisan ilmiah, abstrak harus mampu berdiri sendiri dengan meliputi latar belakang (perumusan masalah, research gap, alasan penelitian), bagaimana penelitian tersebut memberikan solusi melalui metodologi yang digunakan, serta hasil dan kesimpulan dengan menjelaskan implikasinya dalam konteks yang luas. Mengingat ringkasnya ruangan yang disediakan untuk menulis abstrak, pada umumnya abstrak tidak mengandung referensi kecuali di beberapa majalah/jurnal ilmiah yang dapat mencantumkan referensi dalam abstrak ditulis ringkas dengan angka sebagai superscript.

Kata kunci merupakan istilah dalam tulisan ilmiah yang mengandung informasi untuk indeks dan tujuan penelusuran. Kata-kata kunci dapat berupa

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |19

Page 20: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

kata tunggal atau majemuk, terdiri dari 3-5 kata, dan penulisannya dipisahkan dengan tanda koma.

Pendahuluan (Introduction)Pendahuluan memiliki peran penting dalam meyakinkan editor dan mitra bestari mengenai latar belakang dan motivasi kenapa penelitian tersebut penting dilakukan, serta ditutup dengan tujuan penulisan artikel dan hipotesis secara singkat dan jelas. Pendahuluan memberikan ruang yang lebih luas bagi penulis untuk menjelaskan lebih detail mengenai fenomena dan rumusan masalah yang diangkat, research gap dengan ulasan studi literatur yang komprehensif, research questions yang menjadi motivasi penelitian tersebut, hipotesis dan rancangan penelitian (research design) sehingga dapat menjelaskan bagaima penelitian tersebut membawa kebaharuan.

Turabian (2013) menekankan bahwa research questions yang solid bukan hanya mencari sebuah jawaban (why?), tetapi juga menjelaskan implikasi dari terjawabnya research questions tersebut dan mengapa pembaca perlu peduli (so what?).

Kajian literatur yang dipaparkan harus menggunakan referensi yang berkaitan langsung dan menghindari detail lain agar tidak mengalihkan perhatian pembaca dari intisari artikel. Penulis harus memahami substansi dan memastikan ketepatan referensi yang dikutip. Penulis juga harus cermat agar tidak terlalu mensitasi hasil penelitiannya sendiri, karena pemilihan referensi yang tidak obyektif justru dapat berdampak negatif bagi kredibilitas peneliti. Apabila suatu metode atau hasil penelitian sudah sering dilakukan, penulis sebaiknya memilih referensi yang mewakili dan kuat.

Metodologi (Methodology) Metodologi menjelaskan desain dan proses pengumpulan data termasuk di dalamnya detail mengenai objek penelitian, metode/instrumen yang digunakan dan prosedur pengolahan data. Bagian ini harus memiliki informasi yang utuh sehingga hasil penelitian dapat dipertahankan dan metode yang digunakan dapat ditiru di kemudian hari. Dalam beberapa bidang keilmuan terutama ilmu sosial, kata metodologi tidak harus dituliskan secara eksplisit dan dapat di- tuliskan misalnya sebagai deskripsi. Pada beberapa majalah/jurnal ilmiah terutama bidang eksakta, bagian Metodologi berada di belakang sebagai lampiran. Dan pada beberapa penerbit ilmiah, persetujuan dari dewan penelitian harus diberikan oleh peneliti di bagian Metodologi.

Hasil (Results)Bagian hasil adalah menjelaskan hasil penelitiannya secara obyektif sesuai dengan data dan fakta yang ada, tanpa melibatkan interpretasi dari hasil tersebut. Pemaparan hasil analisis dapat didukung dengan ilustrasi (gambar, diagram, dsb) dan tabel, sesuai dengan efektifitas penyampaian. Proses penyajian data sebaiknya dilakukan secara logis agar mempermudah pembaca

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 20

Page 21: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

untuk memahami hasil yang disajikan dan memungkinkan peneliti lain untuk mengulang penelitian tersebut. Bagian hasil merupakan inti dari prinsip karya tulis ilmiah dimana fakta digunakan sebagai kenyataan yang dapat diterima pembaca, terlepas dari pendapat pribadi pembaca dalam hal tersebut.

Diskusi (Discussion)Bagian diskusi mempunyai fungsi untuk menginterpretasikan dan menjelaskan implikasi hasil analisis di bagian hasil. Penulisan diskusi dapat dimulai dengan mendiskusikan hasil temuan dalam konteks hipotesis yang telah dibuat sebelum- nya. Dalam penjelasan hasil analisis data, kesimpulan yang dihasilkan perlu didiskusikan dengan hasil penelitian sebelumnya untuk mengidentifikasi kebaharuan dari hasil penelitian yang baru dilakukan. Apabila terdapat persamaan hasil dan kesimpulan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, hal ini dapat meningkatkan tingkat reliabilitas hasil penelitian. Dalam hal adanya perbedaan, peneliti harus mampu menjelaskan perbedaan yang ada. Acuan pustaka juga harus dimunculkan dalam membandingkan hasil atau pembahasan dengan publikasi sebelumnya. Pada bagian diskusi, penting untuk menyatakan kelebihan dan batasan/asumsi dari penelitian yang telah dikerjakan,

Beberapa penerbit ilmiah menggabungkan bagian hasil dengan diskusi. Meskipun demikian, penulis tetap harus membedakan penulisan hasil yang obyektif dengan interpretasi hasil sebagai komponen bagian diskusi. Hal ini penting karena hasil yang sama dapat diintrepetasikan berbeda tergantung dari paradigma ilmu yang diaplikasikan.

Kesimpulan (Conclusion) Kesimpulan merupakan bagian terakhir dari penulisan sebuah tulisan ilmiah, berisi tentang rangkuman ringkas beserta saran yang berguna untuk memberikan pedoman bagi penelitian serupa yang akan dilaksanakan. Dalam penulisan kesimpulan, penulis dapat mengingatkan kembali mengenai perumusan masalah dan tujuan dari penelitian.

Ucapan Terima Kasih (Acknowledgment)Ucapan terima kasih ditulis untuk pihak-pihak non-penulis yang telah membantu berjalannya penelitian dan proses penulisan artikel. Umumnya penyandang dana penelitian mewajibkan untuk menuliskan program dan nomer grant dalam bagian ini. Terkadang penulis juga mengucapkan terima kasih kepada mitra bestari yang telah membantu meningkatkan kualitas manuskrip selama proses mitra bestari, terutama apabila mitra bestari tersebut mengungkapkan nama mereka dalam hasil review.

Daftar Acuan atau Bibliografi (References or Bibliography)Daftar acuan atau referensi merupakan daftar sumber kutipan yang dipakai di dalam suatu artikel yang terletak pada bagian akhir suatu artikel. Komunikasi pribadi (personal communication) dapat menjadi acuan, tetapi tidak termasuk

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |21

Page 22: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

acuan primer dan tidak dicantumkan dalam daftar acuan. Gaya kutipan dan penulisan referensi harus konsisten dan mengikuti format yang dipakai oleh penerbit ilmiah yang disasar. Terdapat beberapa gaya selingkung/kutipan memiliki, yang paling banyak dipakai adalah American Psychological Association (APA), Modern Language Association (MLA), Chicago Manual of Style (CMS) dan lainnya. Penulis harus mencermati gaya selingkung pengutipan yang diminta oleh jurnal/penerbit ilmiah yang disasar untuk menghindari penolakan dengan sebab yang bersifat teknis. Penggunaan software pengutipan seperti Mendeley, EndNote, dan Zotero dapat membantu penulis karena penulisan referensi secara manual rentan untuk menimbulkan kesalahan penulisan sumber referensi.

Lampiran (Appendix) - opsionalTulisan ilmiah dapat pula menambahkan bagian lampiran apabila ternyata masih memerlukan ruang yang merupakan hasil-hasil analisis penguat. Hasil-hasil analisis penguat tersebut dapat dituangkan ke dalam bagian lampiran dengan beberapa alasan, yaituhasil-hasil tersebut diminta oleh mitra bestari dan dianggap penting untuk ditunjukkan namun tidak pas untuk dimasukkan dalam artikel utama karena dapat mengganggu alur penulisan artikel; atau jurnal dan/atau penerbit yang disasar memiliki format yang singkat (3-4 halaman).

STRATEGI PENULISAN ILMIAHBeberaga strategi dapat diadopsi oleh peneliti untuk menulis dengan efektif sesuai dengan bidang keilmuannya, seperti berikut ini:

Preferensi Urutan PenulisanPada praktiknya, proses penulisan ilmiah tidak harus mengikuti alur sistematika tulisan ilmiah itu sendiri, namun disesuaikan sesuai efektifitas cara kerja penulis. Pada umumnya, beberapa bidang dapat menerapkan urutan penulisan sesuai dengan sistematika: Introduction, Methods, Results, and Discussion (atau dikenal dengan pendekatan IMRAD), sedangkan penulis di bidang lainnya dapat juga menggunakan urutan: Methods, Result, Discussion dan Introduction (MRDAI). Setelah bagian artikel selesai ditulis, penulisan judul artikel dan abstrak perlu disempurnakan kembali agar selaras dengan isi yang disampaikan.

Penyajian Informasi (Gambar, Grafik, Foto, Diagram, Tabel) Ilustrasi (yang dapat berupa grafik, gambar atau tabel) merupakan representasi dari hasil dan analisis penelitian sehingga perlu disampaikan secara profesional. Salah satu strategi proses penulisan ilimiah yang efektif adalah dengan menyiapkan ilustrasi yang akan ditampilkan terlebih dahulu. Misalnya, gambar pertama menginformasikan lokasi penelitian, kemudian gambar kedua menggambarkan pola iklim di lokasi penelitian, dan gambar- gambar berikutnya memaparkan hasil-hasil penelitian. Mayoritas bidang keilmuan umumnya memiliki konsesus mengenai cara menampilkan data dan

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 22

Page 23: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

bahkan perangkat lunak (software) khusus untuk mengakomodasi kebutuhan bidang keilmuan tersebut.

Kerangka Penulisan (outline) dan Kalimat TopikProses penulisan dimulai dengan membuat sebuah kerangka mengenai alur penyampaian ide-ide yang akan dipaparkan. Struktur kerangka tersebut mengikuti sistematika tulisan ilmiah yang dilengkapi dengan pesan-pesan yang ingin disampaikan. Kerangka tersebut kemudian dikembangkan dengan kalimat-kalimat topik (topic sentences), yaitu kalimat pertama dalam tiap paragraf yang menjiwai isi paragraf tersebut yang kemudian diikuti oleh kalimat pelengkap. Karya tulis ilmiah yang berstruktur akan memudahkan pembacanya untuk memahami alur dan pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.

Kaidah Bahasa & Kesalahan Ketik Tulisan ilmiah harus ditulis mengikuti kaidah bahasa yang dipakai baik dalam bahasa Indonesia maupun asing. Untuk penulisan dalam Bahasa Indonesia, penggunaan bahasa daerah dan asing diperbolehkan sepanjang kata tersebut belum memiliki padanan katanya dalam Bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan masih seringnya terdapat kata-kata yang menunjukkan alat yang lebih mudah dikenali dalam bahasa asing, misalnya kata earphone yang lebih mudah di- kenali daripada kata pelantang telinga. Sebagai bahasa yang masih berkembang, Bahasa Indonesia masih terus menambah jumlah perbendaharaan kata baik yang berupa serapan dari bahasa daerah (contoh: langka = jarang ada), bahasa asing (contoh: prestise – dari Bahasa Inggris prestige), maupun bahasa yang sama sekali baru (contoh: penyintas, petahana, dsb.). Untuk menentukan apakah kata yang dipilih termasuk ke dalam bahasa baku atau tidak, peneliti dapat mengecek kata-kata tersebut ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Untuk penulisan dalam Bahasa Inggris, penulis harus memerhatikan pemakaian grammar yang benar.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |23

Page 24: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

RANGKUMANFormat penulisan ilmiah secara umum mencakup Pendahuluan (Introduction), Bahan dan Metode (Materials dan Method), Hasil dan Pembahasan (Results dan Discussion) dan Kesimpulan (Conclusion), dengan spesifikasi tertentu yang dapat dipersyaratkan oleh penerbit. Sistematika tulisan ilmiah pada umumnya adalah: Judul, Abstrak dan Kata Kunci, Pendahuluan, Metodologi, Hasil, Diskusi, Kesimpulan, Ucapan Terima Kasih, Daftar Acuan atau Bibliografi, dan Lampiran (opsional).

Dalam perkembangan karirnya, peneliti perlu mempelajari strategi-strategi penulisan ilmiah yang efektif sesuai dengan bidang keilmuannya. Secara umum, peneliti perlu memperhatikan urutan penulisan yang efektif, profesionalitas dalam menampilkan ilustrasi dan tabel sebagai representasi data hasil peneli-tian, struktur dan alur yang logis yang dapat terbantu dengan kerangka penu-lisan dan kalimat topik, serta penggunaan kaidah bahasa yang benar.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 24

Page 25: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

LATIHAN1. Jelaskan sistematika penulisan ilmiah. 2. Jelaskan hal-hal yang perlu dicermati dalam menulis bagian Pendahuluan.3. Jelaskan perbedaan mendasar antara bagian Hasil dengan Diskusi.4. Dengan kerangka penulisan (outline) yang telah dibuat sebelumnya, tulis

satu paragraf yang untuk mengembangkan kerangka penulisan tersebut dengan kalimat topik yang cermat.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |25

Page 26: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

KUNCI JAWABAN

-

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 26

Page 27: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

etika Publikasi ilmiah

Indikator Keberhasilan:Peserta mampu:1. Memahami etika publikasi ilmiah2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk pelanggaran etika publikasi ilmiah

Setiap tulisan ilmiah harus berpegang pada kaidah etika penelitian yang menjaga nilai-nilai integritas, kejujuran dan keadilan. Kaidah etika tersebut perlu diterapkan dari tahap penelitian dan penulisan serta kredibilitas jurnal yang disasar.

ETIKA PENELITIAN

Asal perolehan material atau sampel adalah legal, sesuai dengan standar prosedur dan etika baik terhadap manusia dan hewanMaterial atau sampel penelitian yang diperoleh dari suatu tempat yang memerlukan perizinan harus mengikuti ketentuan yang berlaku. Kolaborasi penelitian dengan peneliti asing yang melakukan kegiatan penelitian di Indonesia harus memiliki izin riset dari Kemenristekdikti. Sampel yang diperoleh dan perlu dibawa ke luar negeri untuk analisis perlu didampingi oleh dokumen material transfer agreement agar sampel tersebut digunakan sesuai dengan tujuan riset yang disetujui.

Dalam bidang keilmuan sosial, peneliti juga perlu menerapkan pertimbangan etis akan dampak sosial dari hasil penelitan mereka, misalnya dengan menyamarkan sumber informan dan lokasi yang akan berdampak sosial apabila diungkapkan, melaporkan hasil survey yang dapat merubah persepsi masyarakat untuk kepentingan politik tertentu, dsb.

Pada akhirnya, aturan-aturan yang mewajibkan perolehan sampel secara legal bertujuan juga untuk melindungi peneliti, selain asal dan material/sampel tersebut. Saat ini, jurnal-jurnal ilmiah mengharuskan penulis untuk memberikan penyataan bahwa material dan sampel yang digunakan diperoleh secara sah, dimana publikasi ilmiah dapat ditarik kembali oleh penerbit jurnal apabila dikemudian hari ditemukan pelanggaran.

Teknik perolehan data yang benarData dalam tulisan ilmiah harus bersifat valid dan reliable yang diperoleh melalui proses penelitian yang memenuhi baku ilmiah agar hasilnya dapat di- percaya dan dipertanggungjawabkan. Data peneletian dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, maupun campuran yang didapatkan melalui beberapa metode. Metode tersebut diantaranya adalah survey, interview, focused group discussion, pengambilan sampel di lapangan, analisa laboratorium dan

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |27

Page 28: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

sebagainya. Metode pengambilan data harus dilakukan melalui perlakuan yang terukur dan sistematis.

Interpretasi data yang obyektifKetelitian seorang peneliti diperlukan dalam menginterpretasikan hasil secara obyektif agar tidak terbawa dengan kecenderungan untuk mendukung hipotesis yang ada. Contohnya, hal ini dapat terjadi ketika data yang dihasil-kan mengandung datapoint yang nilainya di luar nilai kewajaran dan dianggap sebagai keterpencilan (outlier) apabila ditilik dengan kacamata hipotesis tertentu. Namun bisa saja data tersebut bukan merupakan keterpencilan tetapi memiliki arti tersendiri. Pemilahan data untuk menggunakan hasil yang mendukung suatu hipotesis atau kesimpulan tertentu dikenal dengan istilah cherrypicking dalam komunitas ilmiah.

ETIKA PENULISAN

Tulisan belum pernah diterbitkan. Bersifat orisinal dan bebas dari fabrikasi, falsifikasi, plagiasi, duplikasi, fragmentasi/salami, dan pelanggaran hak cipta/isiSuatu tulisan ilmiah harus berasal dari hasil penelitian penulis itu sendiri, baik yang berasal dari ide asli penulis maupun berupa pengembangan dari ide terdahulu yang sudah terlebih dahulu ada. Tulisan ilmiah harus bebas dari fabrikasi, falsifikasi, plagiasi, duplikasi, fragmentasi/salami, dan pelanggaran hak cipta. Salah satu syarat utama dari tulisan ilmiah yang akan diterbitkan adalah tulisan itu belum pernah diterbitkan pada penerbit atau jurnal manapun sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penerbitan ganda dan praktek self-plagiarism dimana hal tersebut merupakan pelanggaran hak cipta terhadap jurnal atau penerbit ilmiah. Untuk menghindari hal tersebut, penulis wajib mencantumkan sumber asli dari suatu tulisan yang disitasi.

Fabrikasi: Pemalsuan hasil penelitian dengan mengarang, mencatat dan/atau mengumumkan hasil penelitian tanpa pembuktian telah melakukan proses penelitian. Falsifikasi: Pemalsuan data penelitian dengan memanipulasi bahan penelitian, peralatan, atau proses, mengubah atau tidak mencantumkan data, sehingga hasil penelitian tidak akurat. Plagiasi: Pencurian proses dan/atau hasil dalam mengajukan usul penelitian, melaksanakannya, menilainya dan melaporkan hasil penelitian sebagai milik sendiri.Duplikasi: Penggunaan hasil/data penelitian sebelumnya tanpa mengutip.Fragmentasi/salami: Rekayasa memecah-mecah naskah dari satu ke-satuan utuh, tanpa tambahan informasi atau pengetahuan ilmiah baru

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 28

Page 29: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

Selain masalah sitasi, keorisinalitasan ide juga sangat penting di dalam menghasilkan tulisan ilmiah yang baik. Ide yang orisinal akan memacu para peneliti untuk mengadakan penelitian yang mendalam dan menyeluruh sehingga diperoleh hasil yang maksimal yang kemudian dituangkan ke dalam suatu tulisan ilmiah. Bagaimanapun, apabila seorang peneliti ingin mengembangkan suatu ide yang sudah dikenal, hal tersebut juga diperbolehkan. Pengembangan ide lama akan memberikan dampak hasil penelitian yang memiliki sifat kebaruan sesuai dengan perkembangan zaman. Hasil dari penelitian ini kemudian dapat dituangkan ke dalam tulisan ilmiah dengan tetap mencantumkan pemilik ide asli dan sumber referensi yang dikutip.

Memasukkan pihak-pihak yang berkontribusi sebagai penulis, atau sebaliknya, tidak memasukkan pihak-pihak yang tidak berkontribusi dalam penelitian. Serta memberikan urutan/pengakuan pada penulis sesuai dengan kontribusiKolaborasi antara peneliti maupun dengan siswa harus mengikuti kaidah keadilan. Pihak-pihak yang telah berkontribusi secara substansi (misalnya melakukan penelitian, berpartisipasi dalam membuat desain penelitian dan/atau menganalisis data) dan dalam proses penulisan wajib dimasukkan sebagai penulis yang menghindari praktik ghost author dalam penelitian. Dan sebalik- nya, penulis tidak boleh memasukkan nama seseorang yang kurang atau tidak sama sekali berkontribusi dalam pekerjaan/penelitian atau dikenal dengan “guest author”.

Kontribusi dari para penulis juga perlu diapresiasi dengan sistem penulisan urutan peneliti yang sesuai dan dengan mencantumkan kontributor utama sebagai corresponding author. Pada umumnya, urutan penulis diurutkan berdasarkan tingkat kontribusi dimana peneliti dengan kontribusi terbesar bagi penelitan menjadi penulis pertama. Sebagian peneliti ada juga yang berpendapat bahwa pembimbing utama ditaruh di urutan paling akhir. Sistem urutan dalam penulisan perlu dikomunikasikan dan disetujui oleh semua kontributor. Beberapa jurnal atau penerbit ilmiah bahkan meminta penulis untuk memapar-kan dengan detail kontribusi dari masing-masing penulis yang dicantumkan.

Penulisan afiliasi tempat bekerjaTerkadang penulisan ilmiah ditulis ketika peneliti baru saja mengalami per- pindahan institusi (umum terjadi pada mereka yang baru saja menyelesaikan studi) ataupun ketika seorang peneliti melakukan penelitian sabatikal. Dalam hal ini, afiliasi pertama yang dicantumkan adalah lembaga tempat peneliti tersebut melakukan penelitiannya.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |29

Page 30: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

KREDIBILITAS PENERBIT

Penerbit yang kredibel, terakreditasi (jurnal nasional) atau terindeks (internasional). Penerbit bebas dari pelanggaran hak cipta, penerbit predator dan hijacked journalKredibilitas penerbit mempunyai peran yang penting dalam menyampaikan hasil tulisan ilmiah kepada komunitas ilmiah dan masyarakat, karena KTI yang diterbitkan oleh penerbit yang kredibel dapat lebih dipercaya dan memiliki dampak yang lebih besar.

Penerbit yang kredibel memiliki beberapa karakteristik. Pada prinsipnya, jurnal yang kredibel adalah jurnal yang memiliki kontrol yang ketat terhadap proses mitra bestari tulisan. Saat ini, seluruh penerbitan buku ilmiah dilakukan oleh Scientific Publishing House yang telah memenuhi persyaratan untuk menerbitkan tulisan ilmiah. Jurnal ilmiah yang kredibel harus terdaftar, memiliki International Standard Serial Number (ISSN), memiliki transparansi tentang article processing charge (APC) dan tidak pernah melakukan pelanggaran hak cipta. Di dalam negeri, jurnal yang kredibel adalah jurnal yang telah terakreditasi, baik terakreditasi oleh KemenristekDikti maupun LIPI. Sedangkan untuk tingkat internasional, jurnal-jurnal terindeks dan memiliki impact factor yang tinggi dengan kontributor penulis oleh peneliti-peneliti ternama dapat menjadi acuan dalam menilai kredibilitas suatu penerbit atau jurnal ilmiah.

Di lain pihak, para peneliti harus waspada akan keberadaan penerbit atau jurnal yang tidak berintergritas yang menawarkan peneliti kemudahan publikasi dengan meniadakan atau memalsukan proses mitra bestari. Praktik seperti ini dikenal juga dengan istilah jurnal predator yang disusun untuk pertama kalinya oleh Jeffrey Beall, seorang pustakawan dari University of Colorado, Amerika Serikat, pada tahun 2009. Salah satu ciri utama dari jurnal predator adalah jurnal ini mengharuskan para peneliti untuk membayar sejumlah uang yang sangat besar agar tulisan ilmiah mereka diterbitkan oleh jurnal tersebut meskipun jurnal tersebut memiliki impact factor yang sangat kecil atau bahkan tidak memiliki impact factor sama sekali. Sebagian besar jurnal-jurnal tersebut meng-klaim bahwa mereka memiliki reputasi yang bagus dan terindeks di Scopus, walaupun pada kenyataannya mereka hanya terindeks di Google Scholar. Karena tidak menerapkan proses mitra bestari, jurnal predator sering menawarkan waktu terbit KTI yang jauh lebih singkat. Selain jurnal predator, terdapat juga kategori hijacked journal, yaitu jurnal yang membajak jurnal asli yang memiliki reputasi bagus dan memiliki impact factor yang tinggi. Cara pembajakannya adalah dengan membuat alamat website palsu bagi jurnal yang dibajak (misalnya mengganti ekstensi .com dengan .id). Sama dengan jurnal predator, hijacked journal juga akan meminta peneliti untuk membayar biaya yang tinggi agar tulisannya diterbitkan, dan tulisan tersebut tidak melewati proses mitra bestari.

Keberadaan jurnal-jurnal tidak berintegritas tersebut terkait dengan kebutuhan para peneliti akan adanya jurnal untuk menerbitkan tulisan ilmiah mereka. Orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi terhadap keberadaan

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 30

Page 31: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

jurnal predator adalah peneliti baru yang sedang memupuk curriculum vitae (CV) mereka (Beall, 2012). Misalnya, peneliti baru/muda terutama di negara-negara berkembang dan lingkungan akademisi yang mensyaratkan penerbitan tulisan ilmiah sebagai salah satu syarat kelulusan. Keberadaan jurnal-jurnal tidak berintegritas ini merupakan ancaman bagi perkembangan ilmu pengetahuan, akademik, dan kaum intelektual. Pada akhirnya, penerbit yang tidak kredibel akan merugikan peneliti baik material maupun immaterial.

Oleh karena itu, diharapkan para peneliti dapat menyediakan waktu mereka untuk menyelidiki tentang persyaratan dasar dari jurnal yang mereka sasar, alamat website asli jurnal tersebut, dan selalu mengecek daftar impact factor yang terdapat di Thomson Reuters sebelum mengirimkan tulisan ilmiah mereka ke jurnal tersebut agar terhindar dari jurnal predator maupun hijacked journal.

RANGKUMANDalam menerbitkan suatu tulisan ilmiah, terdapat beberapa etika yang harus dipenuhi oleh seorang peneliti, baik dari tahap penelitian, penulisan, maupun kredibilitas jurnal yang disasar. Dalam melakukan penelitian, peneliti harus dapat memastikan bahwa asal perolehan material atau sampel adalah legal, sesuai dengan standar prosedur dan etika baik terhadap manusia maupun hewan, teknik perolehan data yang benar, dan data diinterpretasi secara obyektif.

Etika Penulisan mewajibkan tulisan untuk belum pernah diterbitkan, bersifat orisinal dan bebas dari fabrikasi, falsifikasi, plagiasi, duplikasi, fragmentasi/salami, dan pelanggaran hak cipta/isi, memasukkan pihak- pihak yang berkontribusi sebagai penulis, atau sebaliknya, tidak memasukkan pihak-pihak yang tidak berkontribusi dalam penelitian, serta memberikan urutan/pengakuan pada penulis sesuai dengan kontribusi dan mencantumkan afiliasi tempat bekerja.

Kredibilitas penerbit atau jurnal ilmiah menjadi hal yang perlu diverifikasi oleh penulis. Penerbit yang dituju harus kredibel (terakreditasi untuk jurnal nasional, terindeks untuk jurnal internasional). Penerbit juga harus bebas dari pelanggaran hak cipta penerbit/lembaga, penerbit predator dan hijacked journal.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |31

Page 32: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

LATIHAN1. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga etika penelitian dan

penulisan. 2. Mengapa penulis sangat disarankan untuk memublikasikan tulisan

ilmiahnya di penerbit yang memiliki kredibilitas tinggi?3. Jelaskan apa yang perlu diperhatikan peneliti dalam memilih jurnal untuk

mempublikasikan karya tulis mereka.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 32

Page 33: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

KUNCI JAWABAN

-

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |33

Page 34: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

strategi Publikasi di Jurnal ilmiah

Indikator Keberhasilan:Peserta mampu:1. Memahami ruang lingkup, kualitas dan persyaratan jurnal ilmiah yang

disasar2. Memahami langkah-langkah teknis dalam mempersiapkan manuskrip

KTI3. Memahami teknis dari proses mitra bestari

PENDAHULUAN

Ruang Lingkup Jurnal Ilmiah yang DisasarPeneliti harus cermat dalam memilih jurnal ilmiah yang tepat untuk mem- publikasikan karya tulis mereka, agar meningkatkan kemungkinan manuskrip mereka diterima dan kemudian KTI tersebut dibaca oleh pembaca/peneliti dengan tepat sasaran. Menurut ruang lingkupnya, mayoritas jurnal ilmiah memiliki ruang lingkup topik yang spesifik atau seringkali disebut dengan single journal, sedangkan beberapa jurnal ilmiah memiliki ruang lingkup yang menampung beragam topik dalam payung keilmuan yang lebih luas atau seringkali disebut dengan multi journal.

Jenis medium penyampaian jurnal ilmiah juga dapat membantu proses publikasi bagi peneliti, dimana saat ini terdapat tiga macam jurnal yaitu: electronic journal, online jornal dan printed journal. Mayoritas jurnal ilmiah telah mengadopsi format elektronik (electronic journal) dimana seluruh proses pengerjaan sampai hasil terbitan sudah dilakukan via online. Hal ini mempermudah komunikasi antara penulis, dewan redaksi dan mitra bestari, dan juga penulis dapat menelusuri sudah sejauh mana proses penerbitan tulisannya melalui akun mereka. Online journal adalah jurnal yang seluruh proses pengerjaannya masih menggunakan metode manual, tetapi hasil akhirnya sudah dimuat dalam satu website khusus. Sedangkan printed journal atau jurnal tercetak merupakan jurnal yang seluruh proses pengerjaannya dilakukan secara manual dan diterbitkan dalam bentuk cetak minimum sebanyak 300 oplah. Karena seluruh komunikasi untuk jurnal cetak masih dilakukan dengan terpisah (melalui telepon, email), proses mitra bestari dapat memakan waktu lebih lama dan penulis sulit untuk menelusuri sampai sejauh mana tulisannya telah diproses tanpa menghubungi pihak redaksi. Beralihnya bentuk jurnal dari jurnal tercetak ke jurnal elektronik memberikan peluang yang lebih besar kepada peneliti untuk menerbitkan hasil tulisan mereka.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 34

Page 35: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

Memahami Kualitas dan Persyaratan Publikasi Jurnal yang Disasar Tingkat kesulitan publikasi karya tulis di jurnal ilmiah akan berbeda antara satu jurnal dengan jurnal yang lain yang mencerminkan kualitas dari masing-masing jurnal. Jurnal nasional terakreditasi maupun jurnal internasional terindeks yang memiliki high impact akan menerapkan proses mitra bestari yang ketat terhadap setiap manuskrip KTI yang masuk sebelum dapat diterbitkan. Dalam proses penerbitan artikel, tidak semua manuskrip KTI yang masuk (received) akan diterbitkan (accepted). Jurnal yang memiliki impact factor tinggi akan semakin selektif dalam memilih artikel yang diterbitkan, sehingga tinggi rendahnya nilai impact factor suatu jurnal berkaitan erat dengan kualitas yang dimiliki oleh jurnal tersebut. Meskipun jurnal berimpact factor tinggi lebih sulit untuk di- tembus, artikel yang diterima di jurnal tersebut akan memiliki sitasi yang lebih cepat berkembang di kemudian hari dibandingkan dengan publikasi di jurnal yang kurang kompetitif. Hal ini perlu menjadi bahan pertimbangan para peneliti dalam menginvestasikan waktu mereka untuk menuliskan dan mendiseminasikan hasil penelitian mereka dalam karya tulis ilmiah.

Sebelum mengirim tulisan ilmiah ke jurnal yang disasar, peneliti harus memahami setiap persyaratan yang diminta oleh dewan redaksi jurnal tersebut untuk menghindari naskah dikembalikan dikarenakan masalah teknis. Peneliti perlu mengecek format manuskrip dan gaya selingkung yang diminta oleh penerbit. Misalnya, saat ini umumnya penerbit meminta format penulisan dengan mencantumkan line numbers dibagian kiri dari sejak manuskrip dimasukkan untuk memudahkan mitra bestari dalam memberikan masukan (Gambar 1). Sehingga dalam prosesnya, mitra bestari dapat dengan cepat menunjuk pada bagian di dalam manuskrip ketika menyarankan hal yang perlu dikoreksi. Misalnya, “Line 5: Maksud kalimat perlu diperjelas. Line 9: Mohon memasukkan referensi,“ dan sebagainya.

Gambar 6. Penggunaan line numbers dalam manuskrip KTI.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |35

Page 36: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

Peneliti juga perlu memperhatikan biaya publikasi yang perlu dibayar-kan apabila artikel mereka diterima. Untuk mendukung operasional jurnal, mayoritas jurnal ilmiah mengharuskan peneliti untuk membayar bagi KTI yang telah lolos proses mitra bestari dan layak untuk diterbitkan. Beberapa penerbit memilki biaya publikasi yang sama bagi semua artikel, sedangkan penerbit lainnya menggunakan jumlah halaman, gambar dan jenis warna gambar (hitam-putih atau berwarna) dalam menentukan biaya publikasi. Beberapa jurnal juga memiliki skema harga khusus bagi para peneliti dari negara ber- kembang. Dengan mengetahui perkiraan biaya publikasi, peneliti akan dapat mengalokasikan biaya yang diperlukan dan mempercepat proses publikasi apabila manuskrip mereka diterima.

Proses Mitra Bestari: Single Blind, Double Blind dan Open Review Setiap jurnal atau penerbit ilmiah memilki aturan yang berbeda mengenai proses mitra bestari yang diterapkan, yang dapat berbentuk single blind, double blind ataupun open review. Mayoritas jurnal mengadopsi single blind review dimana mitra bestari mengetahui identitas penulis namun penulis tidak mengetahui identitas mitra bestari (tetapi mitra bestari boleh saja mengungkapkan identitas mereka dalam proses mitra bestari kepada penulis). Keunggulan dari sistem ini adalah mitra bestari dapat menilai kredibilitas penulis karena dapat mengetahui portfolio dan institusi penelitian para penulis. Dalam double blind review, baik pihak penulis dan mitra bestari saling tidak mengetahui identitas masing-masing. Keunggulan dari sistem ini adalah obyektifitas absolut dari proses mitra bestari. Open review mulai digunakan di beberapa jurnal ilmiah dimana identitas penulis dan mitra bestari sailng terbuka. Keunggulan dari sistem ini adalah adanya akuntabilitas dalam proses mitra bestari.

Melihat Proses Mitra Bestari dari Kacamata Editor dan Mitra Bestari Layaknya melamar pekerjaan, dimana calon pekerja perlu memahami kriteria yang dicari oleh perusahaan yang disasar, peneliti pun perlu memahami apa yang diinginkan oleh dewan editor dan mitra bestari dari jurnal yang disasar.

Editor akan terbantu dengan hal-hal yang telah dibahas sebelumnya, seperti kesesuaian topik antara manuskrip dan jurnal, penulis menyiapkan manuskrip dalam format yang diminta oleh penerbit, kualitas dan originalitas hasil penelitian dapat menjadi kontribusi menarik bagi jurnal tersebut, serta saran penulis mengenai mitra bestari yang dapat membantu proses mitra bestari bagi manuskrip tersebut dengan objektif dan substantif.

Dari kacamata mitra bestari, peneliti perlu mengingat bahwa mitra bestari adalah kolega sesama peneliti yang memiliki jadwal yang padat. Oleh karena itu, cara penampilan manuskrip yang apik seperti tampilan gambar yang profesional, penulisan yang dilakukan dengan cermat selain data yang menarik dan meminimalisir kesalahan penulisan (typos), dapat meningkatkan kesempatan bagi manuskrip untuk diterima. Apabila kita berada di posisi mitra bestari, tentu kita pun akan merasa lebih semangat dalam memberikan masukan yang baik dan mendalam apabila manuskrip yang dibaca telah dipersiapkan dengan

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 36

Page 37: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

sungguh-sungguh oleh para penulis. Sebaliknya, bila manuskrip tersebut masih mengandung banyak kesalahan ketik, maka layaknya hal tersebut harus diatasi terlebih dahulu oleh penulis agar mitra bestari dapat menfokuskan ulasan mereka lebih pada hal-hal yang bersifat substantif.

Mitra Bestari yang Obyektif dan Tanpa Konflik Kepentingan Dalam proses mitra bestari, editor menginginkan proses yang obyektif dan substantif bagi setiap manuskrip yang diterima. Oleh karena itu dalam proses submission manuskrip, dimana penulis mengunduh manuskrip mereka ke dalam portal jurnal, beberapa jurnal ilmiah juga meminta saran dari penulis mengenai mitra bestari yang akan dapat memberikan ulasan dan masukkan dengan baik. Tentunya penulis yang lebih mengetahui bidang keilmuan mereka juga mengetahui nama-nama peneliti lain dengan bidang kepakaran yang sama dan dapat membantu meningkatkan kualitas manuskrip yang dikirimkan, sehingga dapat menyediakan informasi kontak mereka. Dalam hal ini, penulis harus dapat memberikan nama-nama calon mitra bestari secara obyektif, misalnya dengan tidak menyarankan bawahan mereka apabila dirasakan akan tidak obyektif. Sebaliknya, penulis juga dapat mencantumkan nama-nama peneliti lain yang dirasakan tidak akan dapat memberikan ulasan secara obyektif, misalnya peneliti dari lab-lab lain yang saat itu juga tengah melakukan kegiatan yang sama yang dapat dianggap sebagai kompetitor. Namun pada akhirnya, siapapun peneliti yang diminta untuk mengulas sebuah manuskrip KTI harus juga dapat menyatakan kemampuannya untuk memberi-kan ulasan secara obyektif.

Beberapa jurnal juga mengharuskan penulis untuk menyiapkan surat pengantar (cover letter) dalam proses submission. Surat pengantar tersebut sebaiknya memiliki kop surat, mencantumkan judul dan spesifikasi manuskrip, intisari manuskrip, serta saran untuk mitra bestari yang potensial dengan informasi kontak mereka maupun potensi mereka untuk memiliki konflik kepentingan untuk mereview manuskip tersebut.

Menanggapi Hasil Ulasan Mitra BestariPeneliti perlu mengingat bahwa proses mitra bestari tidak hanya ditujukan untuk menseleksi manuskrip tetapi yang lebih penting lagi adalah untuk memberikan masukan-masukan yang membangun bagi sebuah manuskrip. Oleh karena itu, apapun keputusan yang diambil oleh editor dengan masukkan para mitra bestari (accept, major revision, minor revision, resubmit, reject), penulis perlu memperhatikan pada saran-saran yang diterima. Apabila hasilnya berupa revisi, saran-saran dari mitra bestari perlu ditanggapi, baik diterima maupun tidak diterima dengan suatu argumen yang logis. Dan, penulis harus merespon hasil ulasan mitra bestari tersebut dengan tepat waktu sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan oleh editor dan pihak penerbit. Manuskrip KTI yang belum diterima bukan akhir dari upaya penulisan karya tulis. Saran-saran yang diberikan oleh mitra bestari akan dapat membantu peneliti dalam memperbaiki

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |37

Page 38: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

manuskrip tersebut untuk dapat dimasukkan lagi dalam proses mitra bestari baik di jurnal yang sama maupun berbeda yang lebih sesuai.

RANGKUMAN Jurnal-jurnal ilmiah memiliki ruang lingkup yang berbeda, baik yang spesifik maupun lebih luas, dimana peneliti perlu mencermatinya sebelum mengirim-kan manuskrip KTI mereka ke jurnal yang disasar. Selain itu, jurnal-jurnal ilmiah juga dapat dibagi berdasarkan metode penyampaiannya, yaitu electronic journal, online journal dan printed journal. Kepraktisan yang ditawarkan oleh electronic journal dapat membantu peneliti dalam proses publikasi.

Peneliti juga harus memperhatikan kualitas dan persyaratan yang diminta oleh dewan editor agar menghindari dikembalikannya manuksrip mereka dengan alat teknis. Jurnal nasional terakreditasi dan jurnal internasional terindeks yang memiliki impact factor yang tinggi lebih sulit untuk ditembus, namun merupakan investasi waktu yang sepadan bagi peneliti karena ke depannya akan lebih memiliki sitasi yang tinggi dengan lebih tingginya keterbacaan jurnal tersebut. Persyaratan teknis yang diminta oleh jurnal seperti format manuskrip (misalnya saat ini umum diminta mencantumkan line numbers untuk memudahkan para mitra bestari, penggunaan gaya selingkungan tertentu) juga perlu diperhatikan. Selain itu, peneliti juga perlu mengantisipasi biaya publikasi yang akan diperlukan apabila manuskrip mereka diterima untuk diterbitkan oleh dewan editor, agar dapat mempercepat proses publikasi.

Proses publikasi manuksrip akan terbantu dengan pemahaman peneliti mengenai proses mitra bestari. Peneliti harus paham dengan sistem mitra bestari yang diadopsi oleh jurnal yang disasar (single blind review, double blind review atau open review), memberikan saran bagi peneliti-peneliti yang dapat memberikan masukkan yang obyektif dan substantif dalam proses mitra bestari, memahami apa yang diharapkan oleh editor dan para mitra bestari dari sebuah manuskrip KTI, serta memberikan respon yang baik dan tepat waktu dari hasil ulasan oleh para mitra bestari.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 38

Page 39: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

LATIHAN1. Sesuai dengan tema tulisan anda, berikan kandidat jurnal tujuan. dan

jelaskan ruang lingkup dan medium penyampaian jurnal tesebut. 2. Jelaskan perbedaan antara single blind review, double blind review dan open

review, beserta keunggulannya.3. Jelaskan hal-hal yang pada umumnya diharapkan oleh editor dan mitra

bestari.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |39

Page 40: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

KUNCI JAWABAN

-

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah | 40

Page 41: PENULISAN ILMIAHpusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Modul-Penulisan-Ilmiah-new.pdfPada akhirnya, sebuah KTI yang baik tidak hanya unggul dalam segi kualitas, tetapi juga memenuhi

DAFTAR PUSTAKA Beall, J. (2012). Predatory Publishers are Corrupting Open Access. Nature,

489(4715), 179. http://doi.org/10.1038/489179aCarraway, L. N. (2009). Improve Scientific Writing and Avoid Perishing. The

American Midland Naturalist, 161(2), 361–370. http://doi.org/10.1674/0003-0031-161.2.361

Lukman. (2016). Finding and Assessing Journal. In Lokakarya Finding dan As-sessing Journal (pp. 1–29). Jakarta: Universitas Indonesia. Retrieved from http://www.farmasi.ui.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/Finding-Assess-ing-Journal-Final_10-Agustus-2016.pdf

Nature Index. (2016). 2016 Tables. Retrieved from http://www.natureindex.comPerka LIPI No. 4/2012. (2012). Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Jakarta. Retrieved

from http://pusbindiklat.lipi.go.id/wp-content/uploads/Perka-LIPI-No-4E2012-ttg-KTI.pdf

Turabian, K. L. (2013). A manual for writers of research papers, theses, and disser-tations. (W. C. Booth, G. G. Colomb, & J. M. Williams, Eds.) (8th ed.). Chicago: The University of Chicago Press.

REFERENSI PENGAYAANCals, J. W., & Kotz, D. (2013). Effective writing and publishing scientific papers,

part III: Introduction. Journal of Clinical Epidemiology, 66, 702.Hoogenboom, B. J., & Manske, R. C. (2012). How to write a scientific article. The

International Journal of Sports Physical Therapy, 7(5).Hrynaszkiewicz, I., Norton, M. L., Vickers, A. J., & Altman, D. G. (2010). Preparing

raw clinical data for publication: guidance for journal editors, authors, and peer reviewers. BMJ, 340, c181–c181.

Kiefer, J. C. (2010). Science communications: Publishing a scientific paper. Devel-opmental Dynamics, 239(2), 723–726.

Körner, A. M. (2008). Guide to publishing a scientific paper. Biochemistry. Abing-don, Oxon: Routledge.

Kotsis, S. V, & Chung, K. C. (2010). A Guide for Writing in the Scientific Forum. Plastic and Reconstructive Surgery, 126(5), 1763–1771.

Kotz, D., Cals, J. W., Tugwell, P., & André Knottnerus, J. (2013). Introducing a new series on effective writing and publishing of scientific papers.

Whitesides, G. M. (2004). Whitesides’ Group: Writing a Paper. Advanced Materials, 16(15), 1375–1377.

Modul PPJFP Penulisan dan Publikasi ilmiah |41