B A B P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan seorang siswa jika lingkungan yang ditempatinya baik, maka siswa-siswi itu akan menjadi baik namun jika lingkungan siswa itu tidak baik maka siswa pun akan jadi tidak baik. Sebagian besar, siswa selalu menginginkan berbagai solusi mengenai bagaimana cara belajar yang baik. Namun, setelah diberikan solusi masih ada saja siswa yang minat belajarnya masih tidak berubah. Sekolah perlu menerapkan sistem kedisiplinan yang sangat tinggi. Hal ini didasari karena salah satu kunci keberhasilan ialah orang yang mampu menerapkan kedisiplinan dalam kehidupannya. Untuk mencapai sebagai predikat “Sekolah Unggul” bukanlah hal yang mudah yang seperti kata pepatah layaknya Membalikkan sebuah Telapak Tangan. Karena banyak sekolah-sekolah yang ingin mencapai perdikat tersebut. Mengapa mesti hal ini terjadi ? Karena dengan mencapai predikat sekolah unggul, itu bererti Oleh Nursalim Z. A. (210 110 025) 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
B A BP E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan seorang
siswa jika lingkungan yang ditempatinya baik, maka siswa-siswi itu akan
menjadi baik namun jika lingkungan siswa itu tidak baik maka siswa pun akan
jadi tidak baik. Sebagian besar, siswa selalu menginginkan berbagai solusi
mengenai bagaimana cara belajar yang baik. Namun, setelah diberikan solusi
masih ada saja siswa yang minat belajarnya masih tidak berubah.
Sekolah perlu menerapkan sistem kedisiplinan yang sangat tinggi.
Hal ini didasari karena salah satu kunci keberhasilan ialah orang yang mampu
menerapkan kedisiplinan dalam kehidupannya. Untuk mencapai sebagai
predikat “Sekolah Unggul” bukanlah hal yang mudah yang seperti kata
pepatah layaknya Membalikkan sebuah Telapak Tangan. Karena banyak
sekolah-sekolah yang ingin mencapai perdikat tersebut.
Mengapa mesti hal ini terjadi ? Karena dengan mencapai predikat
sekolah unggul, itu bererti sekolah tersebut telah memberikan yang terbaik
bagi siswa dan mampu memberikan pendidikan yang baik bagi siswanya.
Dengan kata lain, bukan hanya sekolah yang meraih predikat unggul
melainkan semua aspek dari sekolah itu sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut,
maka apakah yang sebaiknya kita lakukan untuk dapat meraih predikat
sebagai Sekolah Unggul ? Melalui pembahasan karya tulis ini, kita
menemukan jawabannya dan menjadi motivasi untuk kita semua.
Oleh Nursalim Z. A. (210 110 025) 1
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan yang akan dikaji atau dibahas
secara terperinci dalam kaitannya “Upaya Sekolah untuk Meraih Predikat
sebagai Sekolah Unggulan”, antara lain sebagai berikut :
1. Apa pengertian sekolah unggulan?
2. Adakah faktor-faktor yang mendukung sekolah untuk dapat meraih
predikat sebagai sekolah unggulan ?
3. Bagaimanakah peran sekolah sebagai agen penyebar virus karakter?
4. Bagaimana mempertahankan kreatifitas anak?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni, untuk mengetahui
alternatif terbaik dalam mengupayakan sekolah mencapai predikat sebagai
“Sekolah Unggulan” dan menjadikan motivasi untuk kita semua agar minat
belajar dalam diri siswa tetap terjaga. Selain itu juga makalah ini dimaksudkan
sebagai bagian dari pemenuhan tugas final Mata Kuliah Landasan Pendidikan.
Oleh Nursalim Z. A. (210 110 025) 2
B A BP E M B A H A S A N
A. Pengertian Sekolah Unggulan
Suatu sekolah dapat dikatakan bermutu, jika proses belajar-mengajar
berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat
belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses
pendidikan yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu
dan relevan dengan pembangunan. Untuk mewujudkan pendidikan yang
bermutu dan efisien perlu disusun dan dilaksanakan program-program
pendidikan yang mampu membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan,
karena dengan kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan dicapai
keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan,
keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang terus berkembang.
Apa sebenarnya sekolah unggulan itu? Tentu kita tidak setuju jika
sekolah unggulan hanya didefinisikan sebagai sekolah hebat yang berhasil
merekrut siswa-siswa yang ber-IQ tinggi, kemudian lulus dengan nilai
akademik yang sempurna, serta ditopang sarana dan prasarana yang mewah
dan lengkap pula. Sampai detik ini silang pendapat mengenai definisi Sekolah
Unggulan terus terjadi. Hal ini mengakibatkan lahirnya tipe-tipe sekolah
unggulan.
Pertama, sekolah yang menerima dan menyeleksi siswa secara ketat
dengan kriteria intelegensi dan prestasi akademik yang tinggi. Meski aktivitas
belajar di sekolah tersebut tidak luar biasa bahkan cenderung ortodok, namun
karena input-nya yang memang sudah unggul, maka output yang dihasilkan
tentu juga ‘unggul’.
Oleh Nursalim Z. A. (210 110 025) 3
Kedua, sekolah yang menawarkan fasilitas serba mewah, tentunya
dengan tebusan SPP yang melangit pula. Konon, sekolah-sekolah tipe ini uang
pangkalnya saja bisa mencapai jutaan. Bagi masyarakat kelas bawah, pastilah
mahal. Tapi, bagi masyarakat elit, kelas atas, itu adalah biasa. Buktinya
sekolah-sekolah tipe ini selalu diserbu siswa.
Tidak mahal menurut mereka dibandingkan biaya sekolah di luar
negeri, dan memang sekolah ini dibangun untuk membendung arus warga
negara Indonesia yang berbondong-bondong sekolah ke luar negeri. Otomatis
prestasi akademik yang tinggi bukan menjadi acuan input untuk diterima di
sekolah ini, namun sekolah ini biasanya mengandalkan beberapa “jurus” pola
belajar dengan membawa pendekatan teori tertentu sebagai daya tariknya.
Sehingga output yang dihasilkan dapat sesuai dengan apa yang dijanjikannya.
Ketiga, sekolah yang menekankan pada iklim belajar yang positif di
lingkungannya. Sekolah tipe ini hendak mencetak input yang biasa-biasa saja
menjadi output yang istimewa dan luar biasa.
B. Faktor-faktor Sekolah Unggulan
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Profesional
Kepala Sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan
akan memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar
dalam pembaruan sistem pendidikan di sekolah. Kepala Sekolah
seharusnya memiliki kemampuan dan pemahaman yang menonjol. Dari
beberapa penelitian, tidak didapati sekolah yang maju namun dengan
kepala sekolah yang bermutu rendah.
Penelitian Standfield, dkk (1987) selama 20 bulan di Sekolah Dasar
Garvin Missouri dan Gibbon (1986) di sekolah-sekolah negeri di Ohio
selama tahun ajaran 1982/1983, keduanya menemukan bahwa peran
kepala sekolah yang efektif dan profesional mampu mengangkat nama
sekolah mereka sehingga mampu memperbaiki prestasi akademik mereka.
Oleh Nursalim Z. A. (210 110 025) 4
Dampak tersebut antara lain terhadap efektifitas pendidikan,
kepemimpinan sekolah yang kuat, pengelolaan pendidikan yang efektif,
budaya mutu, team work yang kompak, cerdas, dinamis, transparansi
manajemen, kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik), evaluasi dan
perbaikan berkelanjutan, responsif dan antisipatif terrhadap kebutuhan,
akuntabilitas, dan sustainabilitas.
2. Guru-guru yang tangguh dan profesional
Guru merupakan ujung tombak kegiatan sekolah karena berhadapan
langsung dengan siswa. Guru yang profesional mampu mewujudkan
harapan-harapan orang tua dan kepala sekolah dalam kegiatan sehari-hari
di dalam kelas.
Guru yang demikian akan memahami tugas dan perannya secara lebih utuh
dan komprehensif. Tidak sekadar mentransfer pengetahuan (transfer of
knowledge), namun lebih dari itu, tugas guru mencakup tugas profesi,
kemanusiaan, dan kemasyarakatan. Pun peran guru, selain sebagai
pengelola kelas, juga demonstrator, mediator dan fasilitator, evaluator, dan
transformator atau agent of change.
Guru yang tangguh tidak hanya mempesona dan hebat menguasai materi
ajar (subject matter). Guru yang tangguh adalah mereka yang memiliki
empat kompetensi secara integral, yaitu kompetensi profesional,
kompetensi personal, kompetensi sosial, dan kompetensi paedagogi.
3. Memiliki tujuan pencapaian filosofis yang jelas
Tujuan filosofis diwujudkan dalam bentuk Visi dan Misi seluruh kegiatan
sekolah. Tidak hanya itu, visi dan misi dapat di cerna dan dilaksanakan
secara bersama oleh setiap elemen sekolah.
Sekolah yang tidak memiliki visi-misi yang matang dan jelas cenderung
asal-asalan dan komersil. Ibarat bahtera, berlayar di lautan tapi tidak
memiliki tujuan. Apa jadinya? Jelas anak akan terombang-ambing, bahkan
tidak mustahil potensinya justru akan mati di tangan sekolah.
Oleh Nursalim Z. A. (210 110 025) 5
4. Lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran
Lingkungan yang kondusif bukanlah hanya ruang kelas dengan berbagai
fasilitas mewah, lingkungan tersebut bisa berada di tengah sawah, di
bawah pohon atau di dalam gerbong kereta api.
Yang jelas lingkungan yang kondusif adalah lingkungan yang dapat
memberikan dimensi pemahaman secara menyeluruh bagi siswa.
5. Jaringan organisasi yang baik
Ke-solid-an jaringan organisasi kerap dipahami secara keliru oleh sebagian
pimpinan sekolah sebagai jaringan komando (instruktif top-down atau
ketundukan bawahan terhadap atasan). Padahal jaringan organisasi bisa
dinilai solid jika mengakomodasikan seluruh elemen atau stakeholder
pendidikan; dari pimpinan sekolah, guru, orangtua, masyarakat, sampai ke
tingkat siswa itu sendiri.
Jelas, organisasi yang baik dan solid baik itu organisasi guru, orang tua
akan menambah wawasan dan kemampuan tiap anggotanya untuk belajar
dan terus berkembang. Serta perlu pula dialog antar organisasi tersebut,
misalnya forum orang tua murid dengan forum guru dalam menjelaskan
harapan dari guru dan kenyataan yang dialami guru di kelas.
6. Kurikulum yang jelas
Kendati Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah digulirkan,
namun dalam implementasinya tetap dihadapkan pada setumpuk
persoalan. Sistem evaluasi yang kita sebut Ujian Nasional (UN) adalah
salah satu persoalan ironi yang mengelilingi KTSP. Ini menunjukkan
bahwa, sentralisasi pendidikan tetap ada sampai sekarang. Hanya saja, ia
menyaru secara apik dalam UN dan kebijakan-kebijakan pendidikan
nasional yang menegaskan kearifan lokal (daerah maupun sekolah).
Permasalahan di Indonesia adalah dimana Diknas membuat kurikulum dan
dilaksanakan secara nasional. Dengan hanya memuat 20% muatan lokal
menjadikan potensi daerah dan kemampuan mengajar guru dan belajar
Oleh Nursalim Z. A. (210 110 025) 6
siswa terpasung. Selain itu pola evaluasi yang juga sentralistik menjadikan
daerah semakin tenggelam dalam kekayaan potensi dan budayanya.
Ada baiknya kemampuan membuat dan mengembangkan kurikulum
disesuaikan di tiap daerah bahkan sekolah. Pusat hanya membuat kisi-kisi
materi yang akan diujikan secara nasional. Sedang pada pelaksanaan
pembelajaran diserahkan kepada daerah dan tiap sekolah menyusun
kurikulum dan target pencapaian pembelajaran sendiri. Diharapkan akan
muncul sekolah unggulan dari tiap daerah karena memiliki corak dan
pencapaian sesuai dengan potensinya. Seperti misalnya sekolah di
Kalimantan memiliki corak dan target pencapaian mampu mengolah hasil
hutan dan tambang juga potensi seni dan budaya mampu dihasilkan
sekolah.
7. Evaluasi belajar yang baik
Bila kurikulum sudah tertata rapi dan jelas, akan dapat teridentivikasi dan
dapat terukur targer pencapaian pembelajaran sehingga evaluasi belajar
yang diadakan mampu mempetakan kemampuan siswa.
Berdasarkan peta pemahaman, sikap, internalisasi nilai, dan partisipasi
peserta didik terhadap berbagai problem di sekitarnya. Sayangnya, sistem
evaluasi ini justru dimentahkan oleh UN yang tidak lagi menjadi alat
untuk menguji, tapi mengadili. Bukan memetakkan kemampuan, tapi