1 PETUNJUK PRAKTIS PENULISAN KARYA ILMIAH 1 Usmawadi, SH.,MH 2 A. PENGANTAR Bentuk penulisan hukum, baik untuk kalangan praktisi maupun akademisi dalam pembuatan atau penulisannya tidak dapat dilepaskan dari peroses penelitian hukum (legal research). Hal ini selaras dengan pendapat salah seorang ahli yang menyatakan bahwa: 3 “… sesungguhnya kegiatan sehari-hari seorang dosen, seorang hakim, seorang pengacara, jaksa, notaris, konsultan hukum, dan penulis di bidang hukum tidak terlepas dari “legal research”…”. Jadi suatu “penelitian hukum” dapat dikatakan secara tanpa disadari telah dilakukan oleh kalangan yang tugasnya berkaitan dengan masalah hukum dalam tugas mereka sehari-hari. Tulisan untuk kedua kalangan ini, tidak akan dapat dibuat secara benar tanpa melalui proses penelitian hukum. Yakni sejak pemilihan topik (menentukan masalah) diikuti dengan pembuatan usulan penelitian, pengumpulan, pengolahan dan analisis data hingga penulisan laporan sebagai hasil akhir. Bentuk hasil akhirnya, tergantung pada “untuk apa penelitian (hukum) dilakukan”. Bagi mahasiswa hasil akhirnya dapat berupa skripsi (S1), thesis (S2), atau disertasi (S3). Sedangkan bagi (para) peneliti atau penulis dapat berupa laporan penelitian, makalah, naskah buku, dan lain-lain karya ilmiah. Karangan(tulisan) ilmiah harus memperhatikan syarat-syarat yang merupakan cirinya antara lain: 4 1. Obyektif. 2. Sopan dan rendah hati. 3. Jujur. 4. Jelas-tegas, singkat, sederhana dan teliti. 5. Kompak, berkelanjutan dan lancar. Dalam membuat karya ilmiah, penulisnya terikat dengan seperangkat norma (kode etik-penulis) yang berlakuh. Oleh sebab itu penulis harus memahami “etika” 1 . Disampaikan dalam acara “Pembekalan Teknis Penulisan Karya Ilmiah” mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya yang dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2014 di Palembang. 2 . Dosen FH UNSRI dalam mata kuliah Hukum Internasional, Hukum Laut Internasional dan Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Sekarang menjabat sebagai Koordinator Perkuliahan Fakultas Hukum UNSRI Kampus Palembang. 3 . Sunarjati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad Ke-20, Alumni, Bandung, 1994, hal. 131 4 .I Made Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Penerbit Andi, Yogyakarta., 2006., hal. 53- 54
23
Embed
PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PETUNJUK PRAKTIS
PENULISAN KARYA ILMIAH1
Usmawadi, SH.,MH2
A. PENGANTAR
Bentuk penulisan hukum, baik untuk kalangan praktisi maupun akademisi
dalam pembuatan atau penulisannya tidak dapat dilepaskan dari peroses penelitian
hukum (legal research). Hal ini selaras dengan pendapat salah seorang ahli yang
menyatakan bahwa:3 “… sesungguhnya kegiatan sehari-hari seorang dosen, seorang
hakim, seorang pengacara, jaksa, notaris, konsultan hukum, dan penulis di bidang
hukum tidak terlepas dari “legal research”…”. Jadi suatu “penelitian hukum” dapat
dikatakan secara tanpa disadari telah dilakukan oleh kalangan yang tugasnya
berkaitan dengan masalah hukum dalam tugas mereka sehari-hari.
Tulisan untuk kedua kalangan ini, tidak akan dapat dibuat secara benar tanpa
melalui proses penelitian hukum. Yakni sejak pemilihan topik (menentukan masalah)
diikuti dengan pembuatan usulan penelitian, pengumpulan, pengolahan dan analisis
data hingga penulisan laporan sebagai hasil akhir.
Bentuk hasil akhirnya, tergantung pada “untuk apa penelitian (hukum)
dilakukan”. Bagi mahasiswa hasil akhirnya dapat berupa skripsi (S1), thesis (S2),
atau disertasi (S3). Sedangkan bagi (para) peneliti atau penulis dapat berupa laporan
penelitian, makalah, naskah buku, dan lain-lain karya ilmiah.
Karangan(tulisan) ilmiah harus memperhatikan syarat-syarat yang merupakan
cirinya antara lain:4
1. Obyektif.
2. Sopan dan rendah hati.
3. Jujur.
4. Jelas-tegas, singkat, sederhana dan teliti.
5. Kompak, berkelanjutan dan lancar.
Dalam membuat karya ilmiah, penulisnya terikat dengan seperangkat norma
(kode etik-penulis) yang berlakuh. Oleh sebab itu penulis harus memahami “etika”
1. Disampaikan dalam acara “Pembekalan Teknis Penulisan Karya Ilmiah” mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya yang dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2014 di Palembang. 2. Dosen FH UNSRI dalam mata kuliah Hukum Internasional, Hukum Laut Internasional dan Hukum
Penyelesaian Sengketa Internasional. Sekarang menjabat sebagai Koordinator Perkuliahan Fakultas
Hukum UNSRI Kampus Palembang. 3. Sunarjati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad Ke-20, Alumni, Bandung,
1994, hal. 131 4.I Made Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Penerbit Andi, Yogyakarta., 2006., hal. 53-
54
2
penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering
diabaikan, sehingga masih sering terjadi kecurangan dalam bentuk plagiat.
B. PEMILIHAN TOPIK DAN PEMBUATAN PROPOSAL
Seperti disebutkan bahwa penulisan karya ilmiah dibuat sebagai hasil
penelitian. Penelitian melalui beberapa tahap, yakni sejak pemilihan topik
(menentukan masalah) diikuti dengan pembuatan usulan penelitian, pengumpulan,
pengolahan dan analisis data hingga penulisan laporan sebagai hasil akhir. Secara
garis besar, kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam setiap tahap adalah:
1. Tahap pendahuluan dan persiapan;
2. Tahap Pengumpulan data;
3. Pengolan Data dan Analisis Data; dan
4. Penulisan Laporan
1. Pemilihan Topik.
Suatu topik atau ide penelitian dapat ditemukan seseorang pada saat kapanpun
dan dimanapun. Semakin banyak seseorang membaca (igra) lingkungannya, semakin
banyak dan mudah pula yang bersangkutan menemukan topik-topik penelitian.5 Topik
suatu penelitian dapat ditemukan melalui: diskusi, membaca, berita lewat mess media
(cetak dan audio), dan hasil pengamatan di lapangan. Namun demikian dalam
pemilihan bidang (topik) penelitian perlu memperhatikan:6
a. Relevansi dan urgensi dari masalah atau bidang yang diteliti dengan keadan
masyarakat;
b. Waktu dan tenaga serta dana yang tersedia.
Pendapat lain, menyatakan bahwa dalam menentukan bidang (topik/ pokok
masalah) dalam suatu penelitian harus memperhatikan:7
a. Manageble topic .
Artinya topik harus terjangkau oleh penliti setelah mempertimbangkan latar
belakang pengetahuan, kecakapan dan kemampuan.
b. Obtainable.
Guna membahas topik cukup tersedia bahan-bahan, (kepustakaan, teknik
pengumpulan data dikuasai, letak daerah, penguasaan bahasa, larangan-larangan
Sedangkan seorang leader (pemimpin) ialah orang yang dengan mudah
menggerakan bawahannya untuk melakukan tugasnya dengan penuh
ketaatan….
Semua kutifan, baik kutipan langsung atau tidak langsung, pendek atau
panjang, pada bagian akhirnya (ada yang memberi dibagian awal) harus diberi
nomor urut kutifan. Nomor kutipan ini disebut superskrip footnote karena
digunakan untuk menunjukan hubunganya dengan sumber kutipan yang dimuat
dalam footnote yang tertulis di bagian bawah halaman yang memuat kutifan itu.
3. Penyebutan sumber.
Penyebutan sumber kutifan dapat dilakukan dengan membuat footnote
(catatan kaki), end note (catatan akhir) dan catatan perut. 27
Ketiganya berfungsi
27
. Dalam glosarium buku Mein A. Rifai disebutkan bahwa catatan kaki (footnote). adalah catatan
pengacuan, rujukan, penjelasan, atau komentar yang diletakan di dasar halaman teks tercetak.
Sedangkan catatan akhir (endnote) adalah catatan pengacuan, rujukan, penjelasan, atau komentar yang
diletakan di akhir teks, artikel atau bab. Lebih lanjut baca Mien A.Rifai., Op.Cit., hal. 171. Kemudian
16
sama, yaitu menyatakan sumber suatu kutifan, pendapat, buah pikiran, fakta-fakta
atau ikhtisar. Selain itu, khusus untuk catatan kaki dan end note dapat berupa
komentar atau penjelasan tentang suatu hal yang disampaikan dalam teks. Bentuk
apapun di antara ketiga cara ini yang dipakai tergantung kepada ketentuan yang
berlaku di setiap instansi, lembaga atau badan yang berkaitan dengan pembuatan
suatu karya ilmiah. Khusus di Fakultas Hukum UNSRI dalam menyusun skripsi
digunakan “catatan kaki (foot note)”.
Dalam catatan kaki secara garis besar mencantumkan:
a. Nama pengarang.
b. Judul tulisan/buku (dicetak miring = Italic), jilid atau volume atau nomor.
c. Nama penerbit, tempat penerbitan, tahun terbitan, halaman kutipan.
Dalam pada itu, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam pembuatan
cacatan kaki (footnote), yaitu:
a. Sumber kutifan dari buku.
Pembuatan catatan kaki (footnote) yang kutipannya bersumber dari buku,
tidak sama untuk semua buku. Jelasnya perbedaan dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Jika pengarang buku terdiri dari dua orang atau tiga orang, nama pengarang
dicantumkan semuanya. Sedangkan jika lebih dari tiga orang, maka hanya
nama pengarang pertama yang ditulis dan dibelakangnya ditambah et.al
(singkatan dari et alli = dengan orang lain).
Contoh seorang pengarang:
Ian Bronwlie, The Principles of Public International Law, 3 rd. Ed,
Oxford University Press, Oxford, 1979, hal…
Mochtar Kusumaatmadja., Konvensi-Konvensi Palang Merah th.
1949., Cet. Ketiga.,Binacipta, Bandung, 1979, hal…..
Contoh dua orang pengaran
Usmawadi dan Achmad Romson., Pengantar Hukum Internasional.,
Bagian Hukum Internasional FH.UNSRI, Palembang, 2002., hal…..
Contoh banyak pengarang atau lebih tiga orang:
Hugh M. Kindred et.al., International Law Chiefly as Interpreted and
Applied in Canada., 4 Th.Ed. Edmond Montgomery Publication Limited,
1987, hal…..
catatan perut adalah penyebutan sumber diakhir kutipan, biasanya diawali dengan tanda kurung buka
terdiri dari nama pengarang, tahun terbit, titik dua, dan halaman yang kutip, diakhiri dengan tanda
kurung tutup (penulis).
17
2. Tidak ada pengarang tertentu, disebutkan nama badan, lembaga,
perkumpulan, perusahaan, negara dan sebagainya yang menerbitkan buku
tersebut.
Contohnya.
Indonesia., Keputusan Presiden RI Nomor 22 tahun 1985 tentang
Jabatan Peneliti.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud Republik
Indonesis., Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.,
Pt. Gramedia Widia-sarana Indonesia, Jakarta, 1999., hal….
3. Buku terjemahan, yaitu cantumkan nama pengarang asli dan dibelakangnya
nama penerjemah.
Contoh:
Cesar M. Mercado., Langkah-langkah Penelitian Ilmu Sosial., Ali
bahasa C. Sardjono, FOSPOL., Universitas Sebelas Maret, 1982, hal….
b. Kutifan dari majalah atau surat kabar (koran).
Kutipan dari majalan atau surat kabar yang ditulis adalah:
1. Nama pengarang (seperti kutipan pada buku);
2. Judul karangan di antara tanda kutip;
3. Nama Majalah, diberi bergaris (cetak miring);
4. Nomor Majalah dengan angka Romawi (kalau ada);
5. Bulan dan Tahun Penerbitan;
6. Nomor halaman yang bersangkutan.
Kalau nama pengarang tidak diketahui, catatan kaki dimulai dengan judul
karangan.
Contohnya:
Usmawadi, ”Prospek Penyelesaian Sengketa kepulauan Spratly bagi
Keamanan Kawasan Asia Tenggara”., Sriwijaya., Vol. 32 Nomor 1 tahun 1996,
hal….
c. Kutifan dari surat kabar, dengan menuliskan:
1. Macam tulisan (tajuk, ruang ekonomi, pojok, dll);
2. Nama surat kabar;
3. Tanggal, bulan dan tahun penerbitan;
4. Halaman dan kolom.
Contohnya:
GAM dan POLRI Saling Tuduh., Sumatera Ekspres., 3 September 2001,
hal. 1, kolom 2
18
d. Karangan yang tidak diterbitkan (tesis, disertasi, laporan penelitian dan skripsi).
Untuk karangan yang tidak diterbitkan ini, disebutkan nama pengarang, judul
tulisan di antara tanda kutip, lembaganya, tempat lembaga, tahun dan halaman
yang dikutif.
Contohnya:
Usmawadi., “Pengaturan Hukum Pencemaran Laut yang Berasal dari
Penambangan Minyak Lepas Pantai Indonesia (Khusus Selat Malaka)”.,
Fakultas Pascasarjana, UNPAD, Bandung, 1989, hal……
e. Hasil wawancara (interview).
Hasil wawancara sama dengan kutipan yang bersumber dari keterangan
lisan. Dalam footnote memuat nama, kedudukan atau jabatan yang
bersangkutan, jenis dan tempat mengucapkan statemen tersebut, tanggal, bulan
dan tahun, jam (jika ada).
Contohnya:
Prima Putra, Direktur PT. X, Wawancara bertempat di…., 19 Februari
2001, pukul 09.00 (jika ada).
f. Karangan dalam Ensiklopedi.
Disebutkan nama penulis atau editor, nama ensiklopedi, nomor edisi atau
volume (jika ada), jilid, penerbit, kota penerbit, bulan, tahun terbit dan halaman
yang dikutif.
Contohnya:
Abdurachman., Ensiklopedi Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan., Jilid
II, 1963, hal…….
h. Sumber kutipan berupa perundang-undangan.
Pembuatan footnote dari kutipan yang bersumber dari perundang-
undangan unsurnya: Nama negara atau negara bagian, provinsi, kabupaten,
Nomor Undang-undang, Peraturan dan namanya, Bab, Pasal dan Tahun.
Contohnya:
Republik Indonesia., UU Nomor 23, tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup., Bab…, pasal…., tahun 1997.
i. Sumber kutifan berasal dari kutifan dari sumber lain.
Dalam hal atau keadaan seperti ini, pembuatan footnote mengandung
unsur: nama penulis (penyusun/editor): judul/nama buku, diiringi perkataan
dikutip dari (judul tulisan/buku) asli; nama pengarang asli, penerbit buku yang
mengutip, kota penerbitan, tahun terbitan dan halaman yang dikutip.
19
Terakhir berhubungan dengan pembuatan catatan kaki (footnote) adalah
mempersingkat atau menyingkat footnote. Footnote (catatan kaki) dapat disingkat
apabila sumber yang sama pernah disebutkan sebelumnya. Singkatan yang lazim
dipakai adalah:
1. Ibid = Ibidem = pada tempat yang sama.
Dipakai untuk menunjukan kutifan atau sumber yang diambil dari sumber yang
sama, dan belum diselingi oleh sumber yang lain.
Contohnya.
1. Usmawadi., “Pengaturan Hukum Pencemaran Laut yang Berasal dari
Penambangan Minyak Lepas Pantai Indonesia (Khusus Selat Malaka)”.,
Fakultas Pascasarjana, UNPAD, Bandung, 1989, hal……
2. Ibid., hal…….
2. Op cit= Opere citato= dalam karangan yang disebut.
Menunjukkan buku (sumber) yang telah disebutkan di muka dan telah
diselingi oleh sumber yang lain atau oleh cacatan kaki.
Contohnya:
1. Usmawadi., “Pengaturan Hukum Pencemaran Laut yang Berasal dari
Penambangan Minyak Lepas Pantai Indonesia (Khusus Selat Malaka)”.,
Fakultas Pascasarjana, UNPAD, Bandung, 1989, hal……
2. GAM dan POLRI Saling Tuduh., Sumatera Ekspres., 3 September
2001, hal. 1, kolom 2
3. Op cit., hal…….
Dianjurkan, jika pengarang dimaksud sudah banyak diselilingi oleh pengarang
lain, ditulis nama pengarang, setelah kata “Op cit”. Misalnya, dimaksud
pengarang catatan no. 1 yang telah diselingi oleh 10 pengarang lain, maka tulis
Op.Cit., Usmawadi, hal…..
3. Loc cit= Loco citato= pada tempat yang telah disebut.
Loc cit yaitu menunjuk pada halaman yang sama dari sumber yang telah
disebut dan telah diselingi oleh sumber yang lain. Perlu dikemukakan bahwa
dalam buku teks asing sering ditemukan istilah infra dan supra. Infra dipakai
untuk menunjuk sumber yang sama dan telah disebutkan di bagian atau halaman
di muka atau sebelumnya, sedangkan supra menunjuk sumber yang sama, tapi
terletak di bagian atau halaman belakang.
20
4. Pembuatan Abstrak
Secara umum abstrak dapat diartikan sebagai versi mini dari sebuah karya ilmiah
atau tulisan. Atau dengan kata lain bahwa abstrak adalah rangkuman atau ikhtisar dari
sebuah tulisan. Ada jenis abstrak, yaitu abstrak infromatif dan abstrak deskriptif. 28
Abstrak informatif merupakan ringkasan dan memuat hal-hal pokok yang asli
dalam sebuah karya ilmiah, yang banyak digunakan dalam penulisan makalah, jurnal atau
penulisan karya ilmiah hasil penelitian. Abstrak deskriptif adalah abstrak yang dirancang
untuk menunjukkan subjek atau bahasan dari sebuah karya ilmiah yang mempermudah
calon pembaca untuk memutuskan apakah mereka akan membaca seluruh karya tersebut
atau tidak.
Oleh karena “abstrak” adalah ikhtisar dari sebuah tulisan, menurut R. Day dalam
bukunya Write and Publish a Scientific Paper (1993), abstrak harus memaparkan:29
1. Tujuan utama dan ruang lingkup penelitian;
2. Bahan dan metode yang digunakan;
3. Memberika ringkasan hasil; dan
4. Kesimpulan untuk hal-hal yang mendasar.
Sementara Weisberg & Buker menyebutkan bahwa abstrak laporan penelitian pada
intinya terdiri dari lima hal penting, yaitu:30
1. Latar belakang;
2. Tujuan;
3. Metode;
4. Hasil; dan
5. Kesimpulan.
Latar belakang yang dituliskan adalah beberapa informasi penting yang mendasari
pelaksanaan penelitian secara singkat. Oleh karenanya harus selektif agar tidak terjebak
dalam pemaparan yang bertele-tele. Penulisan tujuan penelitian dalam abstrak juga harus
singkat, tetapi tidak mengurangi esensi tujuan penelitian. Informasi lain yang ditulis
dalam abstrak adalah metode dan hasil penelitian. Tuliskan metode penelitian dengan
jelas dan singkat, begitu juga hasil penelitian yang paling penting dan utama.
Kemudian perlu diingat, berhubung abstrak merupakan rangkuman dari isi tulisan
dalam format yang sangat singkat, maka panjang abstrak pada umumnya tidak melebihi
250 kata (bahkan adakalanya diminta maksimal 200 kata). Hal lain yang perlu
diperhatikan bahwa abstrak harus dituliskan sebagai laporan mengenai penelitian atau
kegiatan yang telah dilakukan. Informasi atau kesimpulan yang dituliskan dalam abstrak
harus terdapat dalam penelitian atau karya ilmiah yang ditulis. Sebab itu, penulisan
abstrak dilakukan pada akhir sebuah penulisan (penelitian atau artikel) karena abstrak
berisi informasi esensial yang telah dipaparkan dalam sebuah tulisan. Atau dengan kata
lain, dalam abstrak tidak diperkenankan menambahkan komentar, pendapat atau infromasi
yang tidak terdapat dalam tulisan.
28
. Dalam I.G.A.K. Wardani, dkk, I.G.A.K.Wardani., Teknik Menulis Karya Ilmiah., Universitas
Terbuka, Jakarta. Cet. Ketiga, 2007.,hal. 5.36 29
. Ibid., hal. 5.35. Lihat juga Etty Indriati., Menulis Karya Ilmiah, Artikel, Skripsi, Tesis dan
Disertasi., PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hal. 16 30
. Ibid.
21
Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pembuatan atau
penyusunan abstrak, lihat contohnya berikut.
ABSTRAK Selat Malaka-Singapura merupakan wilayah perairan di antara Indonesia dan Malaysia,
Indonesia dan Singapura. Selat ini merupakan jalur singkat dan murah yang menghubungkan
Samudera Indonesia ke Laut Cina Selatan, dan antara Eropa, Asia Selatan dan Asia Timur. Selat
Malaka-Singapura dianggap “surga” dan tempat ideal untuk melakukan kegiatan kejahatan atau
perompakan.Penenlitian bertujuan menjelaskan bentuk kerjasama dan mencari alternatif
tindakan yang perlu dikembangkan dalam menjaga keamanan pelayaran di selat ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa telah terjalin kerjasama antar ketiga Negara tepi untuk
menanggulangi aktivitas perompakan di Selat Malaka-Singapura melalui Patroli Koordinasi:
Indonesia-Singapura, Malaysia-Indonesia, Malaysia-Singapura dan Malaysia-Singapura-
Indonesia. Sedangkan antara Negara tepi dengan Negara pemakai dalam bentuk bantuan sarana
dan prasarana keamanan laut.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa kerjasama patroli koordinasi antara ketiga Negara
tepi dan operasi di wilayah masing-masing hanya mampu menekan angka aksi perompakan
priode 2008-2010, oleh karena itu kerjasama tersebut perlu digalakan lagi.
Kata kunci: Kerjasama, Negara-negara, Pemberantasan, Aksi
Perompakan dan Selat Malaka-Singapura.
Contoh abstrak di atas diambil dari salah penelitian yang penulis laksanakan, oleh
sebab itu walau sudah diusahakan sebaik mungkin, tentu masih terdapat kekurangan.
Namun demikian diharapkan sudah sedikit membantu pembaca dalam membuat sebuah
abstrak. Abstrak di atas, sudah berisikan pendahuluan, tujuan, hasil dan kesimpulan.
5. Pembuatan Daftar Pustaka
Penulisan daftar pustaka dilakukan dengan 3 sistem, yaitu :31
a. Sistem Harvard:
b. Sistem Vancouver; dan
c. Sistem alfabetik.
Dalam pada itu, perlu diingatkan kembali bahwa pembuatan daftar pustaka
bertalian dengan penulisan nama pengarang buku atau tulisan, baik untuk
pengarang Indonesia maupun pengarang asing, bila yang bersangkutan memiliki
nama keluarga (family name), maka penulisan nama yang bersangkutan dibuat
terbalik. Akan tetapi tidak semua penulis/pengarang Indonesia memiliki nama
keluarga, hanya untuk suku-suku tertentu, misalnya suku Batak atau Tapanuli,
seperti: Simbolon, Tamba, Nasution, Siregar, Simatupang dan lain-lainnya.
Sedangkan penulis atau pengarang asing dapat dikatakan semuanya memiliki nama
keluarga.
31
. Etty Indriati., Op.Cit., hal. 100
22
Dari kedua cara tadi, yang dipakai harus disesuaikan dengan aturan yang
berlaku di lingkungan (gaya selingkung) universitas, fakultas atau instansi dimana
tulisan tersebut diperlukan, sebab lazimnya setiap fakultas, universitas atau instansi
membuat aturan yang khusus berlaku di lingkungannya.
F. DAFTAR PUSTAKA
Bambang Waluyo., Penelitian Hukum Dalam Praktek., Sinar Grafika., Jakarta, 1991
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta., Cet.ke 3, Jakarta, 2001
Burhan Bungin., Metodologi Penelitian Soail Format-format Kuantitatif dan
Kualitatif., Airlangga University Press., Surabaya, 2001
Etty Indriati., Menulis Karya Ilmiah Artikel, Skripsi, Tesis dan Disertasi.,
PT.Gramedia Pustaka Utama., Jakarta., 2005
Haradi Nawawi., Metode Penelitian Bidang Sosial., Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, Cet. Kelima, 1991 I.G.A.K.Wardani., Teknik Menulis Karya Ilmiah., Universitas Terbuka, Jakarta. Cet. Ketiga,
2007.
Kamisa., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia., Kartika, Surabaya., 1997
Koentjaraningrat., Metode-Metode Penelitian Masyarakat., Gramedia, Jakarta, Cet.
Kedua, 1976
Lexy J. Maleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,