Top Banner
PENULARAN EMOSr (EMOTTONAL CONTGrON) PADA PASIEN RAWA}INAP KELAS 3 INSTALASI RAWAT-INAP RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA Siti Ina Savira e-mail: [email protected] Program Studi Psikologi Universitas Negeri Surabaya Abstract Pasien yang dirawat di rumah sakit cenderung berada dalam keadaan emosionat yang negatif. Emotional contagion (penularan emosi) adalah suatu kecenderungan untuk secara otomaiis meniukan (mimicry) dan menyesuaikan (synchrony) ekspresiwajar, vokalatau suara, posturtubuh, dan gerakan orang lain, dan konsekuensinya, ikut terpiengaruh secara emosional. Akibatnya, pasien-pasien yang beradadalam satu ruangan dapat membaca emosipasien [ain melaluiperilaku ekspresif mereka. Penelitian ini menekankan perhatian pada penularan emosiyang terjadi pada pasien-pasien tersebut, yaitu mekanisme, akibat, serta Jaktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian- ini menggunakan pendekatan kuatitatiJ dengan metode studi kasis hotistik. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi, angket, dan arsip. Berdasarkan pene[itian ini peneliti menemukan bahwa penularan emosi dapat terjadi melaluitiga carat yaitu conscious cognitive process, conditioned and unconditioned responses, sefta mimicry/Jeedback. Keywords: penularon emosi, pasien rawatinap. Sebagai rnanusia, jatLrh sakit adalah hal yang wajar dan bisa terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, tiap orang tentunya tidak ingin sakit karena kondisi sakit bukanlah suatu kondisi yang menyenangkan. Ketika sakit, tubuh menjadi lemah dan tidak jalang diikuri rasa nyeri yang menyiksa. Kondisi tersebut membuat penderita seringkali menjadi tergantung pada orang lain. Pendek kata, kondisi sakit mengubah banyak hal dalam hidup penderita hingga ke hal-hal kecil. Kondisi sakit tertentu dapat ntenyebabkan penderita harus dirawat di runah sakit. Rumah sakit, sesuai namanya, adalah suatu tempat atau institusi unhrk merawat orang sakit. Akan tetapi, sedikit sekali orang yang merasa nyaman berada di rumah sakit, meskipun rumah sakit tersebut dalam keadaan atau kondisi yang paling baik (Sarafino, 1998:299-300). Ilustrasi berikut didapatkan dari wawancara penulis dengan pasien di sebuah rumah sakit yang terpaksa dirawat inap karena harus menjalani suatu pemeriksaan berkenaan dengan penyakitnya. Pasien tersebut tidak banyak mendapatkan infolmasi mengenai pemeriksaan yang akan dijalaninya. Dokter kemudian mehempatkan dirinya di satu ruangan atau instalasi bersama pasien-pasien lain. Ternyata beberapa dari pasien tersebut menunjukkan gejala penyakit yang lebih berat daripada dirinya. Pasien tersebut ikut mendengar dan ntelihat betapa parahnya keadaan beberapa pasien lain, bahkan pasien yang belada tepat di sebelahnya sudah' diperlakukan oleh sanak saudaranya seolah-olah si pasien sudah akan meninggal. Keadaan di sekitarnya itu temyata sangat mengganggu dan menjadi stresor baru bagi dirinya. Pasien tersebut menjadi cemas, tegang, dan tertekan. Pasien yang harus menjalani rawalinap di rumah sakit dituntut r"mtuk segera melakukan lebih banyak penyesuaian dalam rutinitasnya. Pasien- pasien tersebut tidak dapat berpindah tempat sekena hati, tidak fanliliar dengan lingkungan maupun bahasa yang digunakan petugas rumah sakit, dan juga tidak dapat selalu ditemani oleh 19
7

Penularan Emosi (Emotional Contagion) pada Pasien Rawat-Inap Kelas 3 Instalasi Rawat-Inap Rumah Sakit Haji Surabaya

Jan 01, 2016

Download

Documents

Alim Sumarno

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : Siti Ina Savira,
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Penularan Emosi (Emotional Contagion) pada Pasien Rawat-Inap Kelas 3 Instalasi Rawat-Inap Rumah Sakit Haji Surabaya

PENULARAN EMOSr (EMOTTONAL CONTGrON)PADA PASIEN RAWA}INAP KELAS 3 INSTALASIRAWAT-INAP RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA

Siti Ina Savirae-mail: [email protected] Studi Psikologi Universitas Negeri Surabaya

AbstractPasien yang dirawat di rumah sakit cenderung berada dalam keadaan emosionat yang negatif.Emotional contagion (penularan emosi) adalah suatu kecenderungan untuk secara otomaiismeniukan (mimicry) dan menyesuaikan (synchrony) ekspresiwajar, vokalatau suara, posturtubuh,dan gerakan orang lain, dan konsekuensinya, ikut terpiengaruh secara emosional. Akibatnya,pasien-pasien yang beradadalam satu ruangan dapat membaca emosipasien [ain melaluiperilakuekspresif mereka. Penelitian ini menekankan perhatian pada penularan emosiyang terjadi padapasien-pasien tersebut, yaitu mekanisme, akibat, serta Jaktor-faktor yang mempengaruhinya.Penelitian- ini menggunakan pendekatan kuatitatiJ dengan metode studi kasis hotistik.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi, angket, dan arsip.Berdasarkan pene[itian ini peneliti menemukan bahwa penularan emosi dapat terjadi melaluitigacarat yaitu conscious cognitive process, conditioned and unconditioned responses, seftamimicry/Jeedback.

Keywords: penularon emosi, pasien rawatinap.

Sebagai rnanusia, jatLrh sakit adalah halyang wajar dan bisa terjadi pada siapa saja. Akantetapi, tiap orang tentunya tidak ingin sakit karenakondisi sakit bukanlah suatu kondisi yangmenyenangkan. Ketika sakit, tubuh menjadilemah dan tidak jalang diikuri rasa nyeri yangmenyiksa. Kondisi tersebut membuat penderitaseringkali menjadi tergantung pada orang lain.Pendek kata, kondisi sakit mengubah banyak haldalam hidup penderita hingga ke hal-hal kecil.

Kondisi sakit tertentu dapat ntenyebabkanpenderita harus dirawat di runah sakit. Rumahsakit, sesuai namanya, adalah suatu tempat atauinstitusi unhrk merawat orang sakit. Akan tetapi,sedikit sekali orang yang merasa nyaman berada dirumah sakit, meskipun rumah sakit tersebut dalamkeadaan atau kondisi yang paling baik (Sarafino,1998:299-300).

Ilustrasi berikut didapatkan dari wawancarapenulis dengan pasien di sebuah rumah sakit yangterpaksa dirawat inap karena harus menjalanisuatu pemeriksaan berkenaan dengan

penyakitnya. Pasien tersebut tidak banyakmendapatkan infolmasi mengenai pemeriksaanyang akan dijalaninya. Dokter kemudianmehempatkan dirinya di satu ruangan atauinstalasi bersama pasien-pasien lain. Ternyatabeberapa dari pasien tersebut menunjukkan gejalapenyakit yang lebih berat daripada dirinya. Pasientersebut ikut mendengar dan ntelihat betapaparahnya keadaan beberapa pasien lain, bahkanpasien yang belada tepat di sebelahnya sudah'diperlakukan oleh sanak saudaranya seolah-olahsi pasien sudah akan meninggal. Keadaan disekitarnya itu temyata sangat mengganggu danmenjadi stresor baru bagi dirinya. Pasien tersebutmenjadi cemas, tegang, dan tertekan.

Pasien yang harus menjalani rawalinap dirumah sakit dituntut r"mtuk segera melakukan lebihbanyak penyesuaian dalam rutinitasnya. Pasien-pasien tersebut tidak dapat berpindah tempatsekena hati, tidak fanliliar dengan lingkunganmaupun bahasa yang digunakan petugas rumahsakit, dan juga tidak dapat selalu ditemani oleh

19

Page 2: Penularan Emosi (Emotional Contagion) pada Pasien Rawat-Inap Kelas 3 Instalasi Rawat-Inap Rumah Sakit Haji Surabaya

.IURNAL PSIKOLOGI: TEORI & TERAPAN, Vol. l, No. l, Agustus 201 0

orang-orang yang penting dalanl hidupnya.Keadaan semacam itu, dapat menjadikan stresor

lingkungan nenjadi stres tambahan terhadap stres

intrinsik yang berkenaan dengan penyakit yang

diderita pasien itu sendiri, seperti hilangnyabebelapa fungsi tubuh dan perasaan nyeri atau

srk it lMesser. dkk. lqS5:2 78).Menurut Cohen dan Lazarus (1979), salah

satu tugas paling penting yang hams dihadapipasien adalah mempertahankan keseirnbangan

erytosi (emotional equilibrium). yang telahterbrkti berperan penting dalam nrelakukancoplng dengan baik terhadap penyakit atarr cedera(dalam DiMatteo & Maltia, 2002:41 9). Sebuah

penelitian lain menunjukkan bahwa seseorargcenderung untuk melaporkan lebih banyak gejalagangguan fisik ketika mereka berada dalatn

keadaan emosional negatif, terutama kecemasan(Sarafino, I 998:273). Persepsi pasien pada sensasi

fisik sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial,kogrritif, dan errosi (Sarafino. 1998:21)),sehingga.jelaslah bahwa emosi dapat berpengaruhpada persepsi rasa sakit pasien, dimana emosinegatif cenderung meningkatkan rasa sakitsementara emosi positif cenderung dapatmengurangi rasa sakit itu (DiMatteo & Martia,2002:417). Oleh sebab itu, untuk mempercepatkesembuhan, seorang pasien harus dapatmengatasi enrosi-emosi negatifnya.

Adapun gangguan non-patologis ataugangguan pada psikologis individu tidakmenirnbulkan gangguan klinis seberat yangditinbulkan stres. Akan tetapi, penurunan dalarrkemampuan pemecahan nrasalah, kecenderunganuntuk melakukan generalisasi terhadap keadaannegati{, ketidaksabaran, iritabi I itas, perasaan tidakberharga, dan keadaan emosional negatif individutersebut, akan selalu menyertai respolt stres(Gatchel, 1989:62). Dengan demikian, keadaanemosional yang negalif terbukti berpengamhterhadap reaksi fisik maupun fisiologis indjvidu.Pada individu-individu yang sudah nenderitasakit, keadaan emosional negatif tersebLrtberpengaruh terhadap kecepatan kesembuhannya.

Suatu penelitian dengan kondisi yanghlm pir sama dengan kasus pada pasien lawat-inapdi atas, pernah dilakukan oleh Jarles Kuhlik danHeike Mahler (1987a). James Kuhlik dan HeikeMahler melakukan suatu eksperimen terhadappasien laki-laki belusia 46 hingga 69 tahun yangdi-jadwalkan untuk menjalani operasi b.ypass

20

lantung. Selama pelaksrnaan, tiap subyek dibcriteman sekamar beldasarkan ruangan yangtersedia, selanra I hari sebelum operasidilaksanakan. Separuh dari sr,rbyek pria inr berbagikamar dengan uereka yang juga sedangmenunggu untuk dioperasi, sedangkan sepatuh

subyek pria yang lain berbagi ruangan denganpasien yang sudah opetasi. Pengukuran dilakukanterhadap keceuasan pasien pada sore sebeh:nr

opelasi dilaksanakan, aktivitas fisik selamaserninggu setelah operasi, dan kecepatankesembuhan. Hasilnya menunjukkan bahwadibandingkan dengan pasien yang berbagi kamardengan pasierr yangjuga scilang menunggu untukdioperasi, para pasien yarg berbagi kanrar dengannrereka yang telah tliopcrasi trenunjukkankecernasarr yrng lebih kecil sebelum operasi.terlibat dalam lebih banvak aktivitas fisik setelahoper-asi, darr dapat ncninggalkan lunalt sakitdengan rata-rata 1,4 hari lcbih cepat. Penetttuanpada penelitian lanjutar menyatakan bahwa duapasien yarrg belurr diopelasi dan berbagi ruangan,

dapat neningkatkan kecemasan kcduanya dalam

suatu []entuk penularan ern'osi (enolionulcontagion) (Kuhlik, Moore, dan Mahler', 1993:

dalam Sarafino, 1998:3 I2).Menur ut Ilatfield. dkk (1994:81).

penularan enrosi adalah suatu keceudentngatruntuk secara otonratis nleniru dan nrenyesuaikanekspresi wajah. sLtara. postur, dan gerakan denganyang diperagakan orang lairr, dan konsekuensinya.ikut torpengarLrh secara cmosional. Ekspresiwajah, suara, postur, dan gelakan tubuh yangdiperagakan olang lain tersebut disebLrt sebagai

infbrrrasi emosional. Infblnrasi entosional inidapat diperoleh nrelalui se.junrlah pengamatanterhadap sescorang (dalanr I-latfield, dkk,1994: I 2).

Salah satu faktor yang tampak padapenelitian tersebut adalah adanya interaksi artarapasien yang berada dalaur satu ruangan bersana-sama. Keadaan semacanl ini memungkinkanpasien-pasien tersebut saling lrcngantati satu

sama lain. Keadaan serupa juga ter-iadi pada

ilustrasi kasus pada pasien rarvat-inap di atas.

Pasien-pasien tersebLrt ditenrpaikan dalam satu

ruangan yanq disebut instalasi. Keadaan inimemungkinkan tiap pasien mengantati pasien lainyang sekanrar denganrya.

Pengamatan terlradap orarrg lain dapat

rrrerrtberi ittibttrtt.i-irrlolnrrsi trtengettai oratrg

Page 3: Penularan Emosi (Emotional Contagion) pada Pasien Rawat-Inap Kelas 3 Instalasi Rawat-Inap Rumah Sakit Haji Surabaya

tersebut, hingga nengenai apa yang dirasakannya.Menulut Sniith (17 59, 197 6), perasaan-perasaansemacam itu muncul karena seseorangmengetahui apa yang akan mereka rasakan jikamereka sendiri yang rtrengalami penderitaanataupun luka-luka itu di tubuh mereka (dalamHatfield, dkk, J994:17). Penularan emosididefinisikan sebagai suatn kecenderungan untuksecara otomatis meniru dan menyesuaikaneksplesi wajah, suara, postur, dan ger.akan tubirhyang diperagakan orang lain, dan konsekuensinya,ikut tetpengaruli secara emosional (Hatfield, dkk,1992; dalam Flatfield, dkk, 1994:5).

Pasien yang dirawat di rumah sakit akancenderung mengalarni keadaan emosional yangnegatif. Keadaan emosional yang negatif akancenderung dikornunikasikan pada pasien laindalam bentuk-bentuk inforrnasi etnosional.lnformasi emosional yang dimaksud diperolelrnrelalui pengamatan pada ekspresi .lvajah, suara,geraka.n, hingga postur tubuh seseorang (llattleld,dkk, 1994, t2).

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihatbahwa terdapat penularan emosi pada pasienrawat-inap yang ditempatkan dalanr safu nranganbersama-sama. Penulalan emosi yang terjadicenderung bersifat negatif karena penularan enrosimenciptakan kondisi yang semakin memperburukkeadaan emosional pasien, yaifu nrenularkankeadaan emosional yang negatif dari satu pasienke pasien lain. Keadaan emosional yang negatifterbukti dapat belpengaluh terhadap kecepatankesembuhan pasien. Tulisan ini merrbahasf'enomena penularan emosi yang terjadi padapasien-pasien rawat-inap kelas 3 di InstalasiRawat-Inap kelas 3 di Instalasi Rarvat-lnap RSHajiSurabaya.

METODE

Studi kasus eksplarratolis dipilih sebagaitipe penelitian yang tepat bagi penelitian iniberdasarkan tiga kondisi. I,eltanra adalah tipepertanyaan penelitian vang berlbkus padapertanyaan-pertanyaan "bagainrana" dan'lnengapa" yang berusaha nrenjelaskan per.istiwa-peristiwa yang merniliki hubungan operasionaldalam satu periode waktu, dan bukan semata-matadalam satu kejadian atau frekuensi. Kedua,berkaitan dengan luas kontrol peneliti tcrhadapperistiwa vang diamati. Dalarn penelitian ini,

Siti lno Sovirc: Penularan Emosi...(l9 - 25)

peneliti tidak dapat melakukan manipulasi ataukontrol terlradap peristiwa ter.sebut. Ketiga,berkaitan dengan fokus penelitian, yaitu peristiwakontenrporer (kini) bukan h istor.is (Yin, I 994:4-8).

Desain penelitian yang digunakan adalahmu lti-kasus holistik. Pendekatan holistikmen-easumsikan bahwa keseluruhan lenomenaperlu dimengerti sebagai suatu sistem yangkompleks, dan bahwa yang menyeluruh tersebutlebih besar dan lebih bermakna daripadapenjumlahan bagian-bagian. Desain ini dipilihsebab penelitian ini berisi lebih dari satu kasustunggal dan hanya memiliki sahr un it analisis.

Pengolahan dan analisis data diawalidengan mengorgan isasikan data. Organisasi datayang sistematis memungkinkan peneliti untuk ( l)memperoleh data yan g baik; (2)mendokumentasikan analisis yang dilakukan;serta (3) nrenyirnpan data dan analisis yangberkaitan dalam penyelesaian pene lit ian(Poerwandari, 1998:84). Langkah pertama dalanrstralegi analisis data yang digunakan dalampenelitian ini adalah mengembangkan datadcskriptif yang diperoleh dari arsip, observasi,wawancara, dan angket nrengenai subyekpenclitian. Data deskliptif tersebut selanjutnyadigunakan untuk menganalisis tiap kasus. Teknikanalisis data semacam ini adalah teknikpenjodohan pola Qtattern tnatching). Langkahselanjutnya setelah melakukan penjodohan polaadalah rnelakukan analisis lintas kasus, untukmendapatkan gambalan dan penjelasan yang Iebihmdnyeluruh mengenai konsep yang diteliri.

HASILDAN PEMBAHASAN

- Mekanisme penularan emosi pada pasienrarvat-inap kelas 3 instalasi rawat-inap kelas 3 RSHaji Sulabaya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Stbjek I

Pada Subyek 1 terjadi conditioned andunconditioned respor6e:i. Adanya kekhawatirantelhadap gejala penyakit yang dirasahan Subyek I

mernbuat subyek urerasa takut unhlk batuk danlrlerasa terganggu ketika mendengar suara batukpasien lain karena slintulus semacarn iturneurbangkitkan ingatan yang nrempengaruh i

sensasi tubuhnya pula. Hal ini terjadi karenaSubyek I telah rnengkondisikan perasaan takut

21

Page 4: Penularan Emosi (Emotional Contagion) pada Pasien Rawat-Inap Kelas 3 Instalasi Rawat-Inap Rumah Sakit Haji Surabaya

JURNAL PSIKOLOGI:TEORI&TERAPAN, Vol. 1, No.l, Agustus 2010

atau khawatir tersebut dengan gejala batuk yangpemah dialaminya. Keadaan ini menyebabkanstimulus berupa suara batuk pasien lain tidakhanya membangkitkan ingatan subyek akansensasi tubuh yang muncul ketika ia batuk, tapijuga perasaan takut atau khawatir yang telahterasosiasi dengan sensasi tubuh tersebut.

Subjek2

Pada subyek 2 terjadi conditioned andunc orrditioned responses dan conscious cognitivaprocass. Proses ini dapat dijelaskan sebagaiberikut: subyek 2 mendengar pasien lainmengeluh 'sakit'; keluhan ini dianggap sebagaiisyarat mengenai apa yang sedang dirasakanpasien lain (conscious processing of infonnationdan analisis); berdasarkan pengalaman Subyek 2akan rasa sakil. subvek 2 membayanekan kembalirasa'sakit'yang plrnah dialaminya ( ihaj inasit:rasa sakit adalah sesuatu yang menjadikekhawatiran subyek belkenaan d enganpenyakitnya. Inrajinasi akan rasa sakit tersebutrnembangkitkan perasaan khawatir dalam diristrby ek (condi t i on ed an d uncond it i on ed e mot ionalresponses)1 perasaan khawatir Subyek 2 yangdipicu oleh isyarat 'sakit' dari pasien lain,kemudian dianggap Subyek 2 sebagai isyarat'sakit bagi dirinya sendiri (penularan emosi).

Subjek 3

Pada Subyek 3 penularan ernosi dapatdijelaskan sebagai berikut. Subyek 3 mengamatisejumlah inforrrasi emosional berupa posisi dangerakan tubuh, serta ekspresi dan sikap emosionalpasien lain. Subyek 3 cenderung membayangkanbagaimana perasaannya jika berada dalam posisiorang lain, dan dengan demikian, berbagiperasaan yang sama dengan orang lain tersebut.Keadaan ini merupakan salah satu bentuk transisienrosi yang diseblut conscious processing ofinfornation (Hatfield, dkk, 1994:9). Infonnasiemosional berupa perilaku ekspresifyang diamatiSubyek 3 dan pasien lain diterjemahkan olehSubyek 3 sebagai 'gelisah'.

Subyek 3 sangat peka terhadap perasaanatau emosi olang lain. Subyek 3 seringkalimengamati pasien lain yang tidur atau berbaringdengan gelisah, dan kemudian, membaca emosiatau apayang sedang mereka rasakan berdasarkan

22

imajinasinya tentang apa yang akan dirasakannyajika berada dalam posisi pasien tersebut. Subyek 3

menyimpulkan bahwa kegelisahan pasien lainseperti yang ditangkapnya merupakan isyaratbahwa pasien tersebut nerasa'pegal'. Proses inidisebut imaiinasi.

Subyek 3 menyadari respon emosionalnyasendili. Subyek 3 nenyadari bahwakecenderungannya untuk nrenirukan perilakuorang lain menyebabkan dirinya terpengaruhemosiyang sama dengan orang tersebut. Subyek 3

seringkali terpengaruh oleh hasil pengamatannyadan merasakannya seolah-olah mengalarninyasendiri. Subyek 3 kerap merasa memahamiperilaku dari pasien lain dan terlibat secaraemosional dengan mereka (penularan emosi).

Akibat penularan emosi merujuk padakeadaan emosional pengamat sebagai akibatlangsung setelah nenerima atau mefasakankeadaan emosional orang lain (Preston & de Waal,2000). Akan tetapi, akibat penularan emosi padaSubyek 1,2, dan 3, juga rnenimbulkan reaksi flsikyang negatif pada ketiga subyek tersebut. Dengandemikian, akibat penularan emosi pada ketigasubyek adalah subyek menjadi lebih pekaterhadap rasa sakit ataLrpun ketidaknyamananyang d irasakannya akibat kondisi sakitnya.

Pen u Iaran emosi memperlambatkesembuhan pasien. Pada Subyek 1, 2, dan 3,penularan emosi mengingatkan rnereka terhadapgejala sakit rnaupun ketidaknyamanan yangmereka rasakan akibat penyakit yang nrerekaderita. PengarLrh terhadap kesembuhan yangpaling jelas terlihat pada Subyek 2, dimanapenularan eurosi nemancing karnbuhnya gejalapenyakitnya.

Faktor-faktor yang mempenganrhipenulalan emosi pada pasien rawalinap kelas 3

Instalasi Rawat-lnap RS Haji Surabaya adalahatensi, emosi, dan behavinral synchrony. Hasilpenelitian ini diringkas dalam skema penularanemosi r lilrat Ganrbar I ,1.

Page 5: Penularan Emosi (Emotional Contagion) pada Pasien Rawat-Inap Kelas 3 Instalasi Rawat-Inap Rumah Sakit Haji Surabaya

Sitilno Savirc:penularon Emosi...0 9 - 25)

.B

.i:t8

(t)

u)

a.lv)Ni)

./)

(t

.,:li)

q)

Fc

{J

.:l(h

6

i==1no= uEoooiq0rp.>oiqB9F3IHF?.EEi

N

c

_ i: AE: To3! tr iJ tiHq-i(,-;;.1-oor=-!zrE.=,:0)

'= i,

PF.ts>.69;ElD;9F

o!! o.Ei g.DIe o oo

ar_itlEXlE:tddd.9 Y oov o

I 6 h o;!=Pst 6i€EEE>'69 E*c66iE FF e_eEE.EiXPFu-c:L

23

Page 6: Penularan Emosi (Emotional Contagion) pada Pasien Rawat-Inap Kelas 3 Instalasi Rawat-Inap Rumah Sakit Haji Surabaya

JURNAL PSIKOLOGI:TEORI &TERAPAN,VoI. I, No. l, Aqustus 2010

irPENUTUP

Penulq'ag emos; Ierjadi pada pasien rawat-inap kelas 3 Rar.rar-lnap Rurnah Sakit Ha.ji

Surabaya. Mekanisme penularan emosi tersebutterjadi nrelalui 3 cara utama, yai1rt conclitionedresponses, conscious cognilite process, sertaninicrlt rJan feedback. Ketiga cara ini padadasamya melalui proses yang sama. Dimulai dalipasien menerima informasi emosional daripengamatan telhadap pelilaku ekspresif pasienlain; kemudian pasien menterjemahkan informasiemosional tersebut berdasarkan ingatan danpengalaman masing-masing dan dihayati sebagaisesuatu yang seolah-olah muncul dali dilinyasendiri; lalu pasien berbagi perasaan, nood, danernos i 5 rng sarna dengan pasien l angrnengirimkan informasi emosional tersebut.

Akibat penularan erlosi pada pasien rawat-inap kelas J tersebut adalah berubahnya keadaarr

elrosional mereka lnenjadi sama dengan obyekyang dianratinya. Pasien yang dirawat di r-umah

sakit akan cenderung berada dalam keadaanemosional negatif. Mempertahankankeseimbangan enrosi terbukti berpengaruhterhadap kecepatan kesembuhan p as ien.Penularan emosi pada pasien-pasien tersebutdapat memperlambat kesembuhan, sebab pasienyang mengalami penularan emosi negatifcenderung memberikan reaksi fisik yang negatifpu la.

Penularan emosi tidak selalu terjadi padapasien rawat-inap kelas 3 yang ditempatkan dalamsatu ruangan bersama-sama. Faktor-faktortertentu dapat mempengaruhi terjad inyapenularan emosi pada pasien-pasien tersebut.Faktor-faktor tersebut adalah:( I ) Atensi individu telhadap informasi ekstemal,

terLrtarna intbrmasi emosional individu lain.

Atensi individu temtana dipengaruhi olehkesadaran terhadap informasi internalnya,seperti ingatan darr pcngalaman tertentu, seftakemampuan untuk nremberikan kontrol untnkrnenyeleksi stiurulus vang menjadi surnberperhatian. Irrfolmasi entosional dapatdiperoleh melalui pengarnatan terhadapekspresi wa.jah, postur', dan gerakan tubuh,serta verllal. dan intonasi suara.

(2) Emosi, yang mempengaluhi individu untukIebih peka teradap satu atau beberapainformasi emosional saja yang serupa ataumirip dengan keadaan eurosi pasien pada saatitu, atau yang dianggap lebih penting daripadastilnu llrs yxng la in.

(3) Behatioral synchronv, faktor ini dapatmemudahkan individu untukmengidentifikasi emosi individu lain secaralebih akurat. Individu yang memilikikecenderungan untuk nrelakukan behavioralsynchronv akan lebih mudah rnerrgalamipenularan emosi.

Penelitian yang mernberikan pelhatianpada penganrh interaksi pasien dengan sesamapasien yang ditempatkan dalam satu ruanganbersama-sama nrasih sangat kurang. Hendaknyapenelitian-penelitian selanjutnya menggali lebihlanjr.rt nrengenai dinanrika psikologis pada pasien-pasien rawat-inap yang saling berbagi ruangandengan pasien lain, terutama pengaruh interaksi diantara mereka

Bagi penyelenggara layanan kesehatanmasyarakat, saran yang bisa diberikan adalahuntuk lebih nrernperbatikan kebuhrhan privasipasien. Misalnya dengan membuat batasan antararuang pribadi pasien yang satu dengan yang lain.Penggunaan tirai, atau memperlebar jarak antaraternpat tidur satu dengan yang lain. dapat menjadipilihan solusi.

DAFTAR PUSTAKA

DiMatteo, M.R., Maftia, L.R. (2002). Health Psychology, Boston:Allyrr and BaconHatfield, E., Cacioppo, J.I, Rapson, R.L. ( 1994). Enotiottol Contogion, Cambridge: Cambridge

University PressMesser, D., Meldrum, C. (1995). Psychology: For Nurses and Health Care Professionals, New Jersey:

Prentice Hall Flarvester WheatsheafPoerwandari, K. ( 1998). Pendekatan Kualitatifunluk Penelitian PerilakuMarrrlsia, Jakarta: LPSP3

24

Page 7: Penularan Emosi (Emotional Contagion) pada Pasien Rawat-Inap Kelas 3 Instalasi Rawat-Inap Rumah Sakit Haji Surabaya

Sitilna Savira: Penularan Emosi...(19 - 25)

Preston, S.D., de Waal, F.B.M. (2000). Empathy: Its Ultimate and Proximate Bases [online].htp//cogprints.ecs.soton.ac.uk/archievei00O01042/00/preston_de_waal.html. Available e-mail:[email protected]. Diakses 6 April 2004

Yin, R.K. (1994). Car e Study Research: Designand Methods(2ded.) California: SAGE Publications

\

25