Laporan Preplanning Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas
Jember
Laporan Preplanning Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas
Jember2014
LAPORAN PREPLANNING KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA JAMBERUM
oleh Zulfa Makhatul IlmiNIM 122310101024
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER2015
LAPORAN PREPLANNING KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA JAMBERUM
diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas
IIIdosen pengampu: Latifa Aini S.,M.Kep.,Sp.Kom.
oleh Zulfa Makhatul IlmiNIM 122310101024
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER2015
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Saat ini, demam berdarah diperkirakan menyebabkan 50 100 juta
infeksi, setengah juta dirawat inap dan 22.000 kematian setiap
tahunnya lebih dari 100 negara, termasuk Amerika Selatan, Amerika
Tengah, Karibia, India, Asia Tenggara dan Afrika. Demam berdarah
telah meningkat 30 kali lipat dalam 50 tahun terakhir. Diperkirakan
sekitar 2,5 milyar orang (2/5 penduduk dunia) mempunyai risiko
untuk terkena infeksi virus dengue. Selain itu, penyakit DBD
biasanya terjadi pada daerah yang beriklim tropis, tetapi sekarang
telah menyebar sampai ke daerah yang beriklim sedang. Banyak yang
menganggap DBD merupakan penyakit paling penting di dunia yang
ditularkan oleh serangga karena penyebarannya yang cepat,
komplikasi yang semakin serius dan menyebabkan kematian. Wabah DBD
pernah terjadi di beberapa negara di dunia diantaranya India,
Pakistan, Bangladesh dan Sri Lanka. Keempat negara ini memiliki
jumlah kasus dan kematian terbesar. Wabah yang terjadi pada keempat
negara ini sangat dipengaruhi oleh iklim, curah hujan, suhu dan
kelembaban. Pada negara India (New Delhi) mengalami tujuh wabah
utama antara 1967 dan 2003. Kemudian pada tahun 2006 terjadi wabah
besar yang lain dengan lebih dari 11.000 kasus dilaporkan dan 165
kasus fatal. Pada tanggal 13 Oktober 2006 enam orang meninggal
karena DBD di New Delhi dan ini adalah jumlah kematian tertinggi
dilaporkan dalam satu hari. Wabah besar banyak terjadi di Sri Lanka
setelah tahun 2003 dan yang terburuk terjadi pada tahun 2004. Pada
tahun 2000 2003 terjadi peningkatan kasus DBD sekitar 3.000 kasus
dan tiba-tiba meningkat tajam menjadi 15.000 kasus pada tahun 2004.
Sejak tahun 2000 Sri Lanka telah terjadi wabah secara periodik
dengan jumlah kasus tertinggi pada tahun 2005. Angka kematian kasus
juga terus meningkat sejak tahun 2000.Pada tahun 2000 2002 terjadi
lonjakan tiba-tiba kasus DBD di negara Banglades dengan lebih dari
5.000 kasus dan 93 kematian pada tahun 2000. Demikian pula pada
tahun 2001 dilaporkan bahwa ada 2.430 kasus dengan 44 kematian dan
6.104 kasus dengan 58 kematian pada tahun 2002. Negara Pakistan
juga terjadi wabah tahun 2006 dengan 4800 kasus dan 50 orang
meninggal. Selain itu, di negara singapura juga terjadi wabah DBD
tahun 2005 dengan 13.984 kasus dan 19 orang meninggal serta negara
Bolivia pada tahun 2009 dengan 31.000 kasus dan 18 orang meninggal.
Kasus ini menjadi wabah terburuk bagi negara Bolovia. Demam
berdarah dengue (DBD) setiap tahunnya menginfeksi 50 hingga 100
juta orang di lebih dari 100 negara. Angka mortalitasnya rata-rata
mencapai satu persen. Demikian laporan organisasi kesehatan dunia
(WHO). Ini adalah penyakit dengan inang nyamuk yang tersebar paling
luas di dunia setelah malaria. Di India, tahun 2012 lalu dilaporkan
37.000 kasus penyakit demam berdarah, yang di negara itu dianggap
sebagai faktor utama kematian bayi. Para pakar epidemiologi
menduga, penularan virus demam berdarah secara cepat ini
diakibatkan oleh inang baru yang menyebar dengan cepat. Negara
tetangga India, Pakistan, menderita epidemi DBD terparah di tahun
2011. Demam berdarah dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan
sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati
urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya.
Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World
Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara
dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit demam
berdarah dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas
daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya
mobilitas dan kepadatan penduduk. Di Indonesia demam berdarah
pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana
sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal
dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Sejak saat itu, penyakit ini
menyebar luas ke seluruh Indonesia. Pada tahun 2014, sampai
pertengahan bulan Desember ini tercatat penderita DBD di 34
provinsi sebesar 71.668 orang, 641 diantaranya meninggal dunia.
Angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya
(2013) dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah
kasus meninggal sebanyak 871. Meskipun secara umum terjadi
penurunan kasus tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya namun pada
beberapa provinsi mengalami peningkatan jumlah kasus DBD,
diantaranya Sumatra Utara, Riau, Kepri, DKI Jakarta, Kalimantan
Barat, Sulawesi Utara, Bali dan Kalimantan Utara. Tercatat ada
lebih kurang 7 kabupaten/kota yang melaporkan terjadinya kejadian
luar biasa (KLB) DBD pada tahun 2014 ini yaitu Kabupaten Morowali
(Sulteng), Kabupaten Sintang (Kalbar), Kabupaten Belitung Timur
(Babel), Kabupaten Bangka Barat (Babel), Kabupaten Ketapang
(Kalbar), Kabupaten Karimun (Riau) dan Kota Dumai (Riau).
Diharapkan hingga akhir tahun 2014, baik jumlah penderita maupun
jumlah kematian DBD dapat ditekan di bawah jumlah kasus dan
kematian DBD yang dilaporkan pada tahun 2013.Data penelitian
tentang keadaan risiko penyakit DBD di daerah Jember menunjukkan di
Desa Jambearum Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember terindikasi
risiko tinggi DBD. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku masyarakat
Desa Jambearum Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember terhadap DBD
masih buruk. Observasi dilakukan pada rumah-rumah warga. Pihak
puskesmas menyebar dari RT 01 RW 01 hingga RT 10 RW 10. Observasi
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan-keadaan yang dapat
menjadi risiko tinggi terjadinya KLB DBD. Pihak puskesmas
mengobservasi keadaan dan kebersihan rumah warga, hal penting yang
dilakukan yaitu dengan memeriksa bak mandi dan penampungan air.
Hasil dari observasi tersebut didaptkan data bahwa sebesar 49,25%
bak mandi dan penampungan air terdapat jentik. Kemudian penelitian
dilanjutkan dengan mengamati perilaku masyarakat Desa Jambearum
Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember terhadap risiko KLB DBD.
Pengamat mengumpulkan data dengan wawancara terhadap masyarakat
mengenai kebiasaan menguras kamar mandi. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan didapatkan data bahwa masyarakat yang memiliki kebiasaan
menguras bak mandi seminggu sekali sebesar 20,58%. Sedangkan
sebesar 79,42% masyarakat memiliki kebiasaan menguras bak mandi
lebih dari seminggu. Berdasarkan data-data yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa kondisi dan perilaku masyarakat Desa Jambearum
Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember sangat berpotensi tinggi
terhadap terjadinya KLB DBD.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan diatas, maka
perumusan masalah yang dapat dimunculkan adalah bagaimana upaya
pencegahan penyakit demam berdarah dengue?
BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT
2.1 Tujuan UmumSetelah dilakukan pendidikan kesehatan pada
masyarakat Desa Jambearum Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember
tentang cara pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD)
diharapkan masyarakat mampu melakukan pencegahan penyakit DBD
secara mandiri.
2.2 Tujuan Khususa. Masyarakat dapat memahami tentang pengertian
demam berdarah dengue;b. Masyarakat dapat mengenal penyebab demam
berdarah dengue;c. Masyarakat dapat tahu dan tanggap terhadap tanda
gejala demam berdarah dengue;d. Masyarakat dapat mengetahui tentang
pencegahan yang tepat terhadap penyakit demam berdarah dengue.2.3
Manfaat2.3.1 Bagi Masyarakat/InstansiMeningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengenal dan memahami tentang konsep dasar
penyakit demam berdarah dan pencegahan yang tepat untuk mengurangi
risiko terjadinya KLB demam berdarah dengue serta menanamkan
perilaku tanggap terhadap penyakit demam berdarah dengue, sehingga
tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dengan
penunjukan penurunan tingkat kejadian penyakit demam berdarah
dengue di Desa Jambearum.2.3.2 Bagi Mahasiswaa. Meningkatkan
pengetahuan dan memperdalam tentang ilmu keperawatan khususnya pada
penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang akan disampaikan ke
masyarakat di Desa Jambearum.b. Sebagai bentuk latihan mental
sebelum terjun ke dunia kerja yang nantinya akan kembali lagi ke
masyarakat untuk berinteraksi dan beraktivitas.c. Mengetahui
masalah kesehatan yang sedang terjadi di masyarakat serta mencari
solusinya.
BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH
3.1 Dasar PemikiranDemam berdarah dengue (DBD) atau Dengue
Hemmorhargic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi akibat virus
dengue yang termasuk dalam kelompok B Arthropod Borne Virus
(Arboviroses), genus Flavivirus dan famili Flaviviridae. Virus ini
mempunyai 4 jenis serotipe yang akan masuk ke tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti betina dan beberapa spesies lain.
Adapun manifestasi klinis yang sering ditemui yaitu demam, nyeri
otot atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Berdasarkan data yang
diperoleh, terdapat bukti bahwa mekanisme imunopatologis berperan
dalam terjadinya DBD dan Dengue Shock Syndrome (DSS). Dewasa ini,
sekitar 2,5 miliar orang atau 40% dari populasi dunia, tinggal di
daerah risiko penularan DBD. World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa 50 sampai 100 juta infeksi terjadi setiap
tahun, termasuk 500.000 kasus DBD dan 22.000 kematian, dimana
korban terbanyak berasal dari kalangan anak-anak. Berdasarkan data
yang ada, Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD
setiap tahunnya. Jumlah kasus DBD meningkat di Asia Tenggara pada
periode 1996-2006.Saat ini, demam berdarah diperkirakan menyebabkan
50 100 juta infeksi, setengah juta dirawat inap dan 22.000 kematian
setiap tahunnya lebih dari 100 negara, termasuk Amerika Selatan,
Amerika Tengah, Karibia, India, Asia Tenggara dan Afrika. Demam
berdarah telah meningkat 30 kali lipat dalam 50 tahun terakhir.
Demam berdarah dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan
sub-tropis. Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember ini
tercatat penderita DBD di 34 provinsi sebesar 71.668 orang, 641
diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut sedikit lebih rendah
dibandingkan tahun sebelumnya (2013) dengan jumlah penderita
sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871.
Meskipun secara umum terjadi penurunan kasus tahun ini dibandingkan
tahun sebelumnya namun pada beberapa provinsi mengalami peningkatan
jumlah kasus DBD, diantaranya Sumatra Utara, Riau, Kepri, DKI
Jakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Bali dan Kalimantan
Utara. Tercatat ada lebih kurang 7 kabupaten/kota yang melaporkan
terjadinya kejadian luar biasa (KLB) DBD pada tahun 2014 ini yaitu
Kabupaten Morowali (Sulteng), Kabupaten Sintang (Kalbar), Kabupaten
Belitung Timur (Babel), Kabupaten Bangka Barat (Babel), Kabupaten
Ketapang (Kalbar), Kabupaten Karimun (Riau) dan Kota Dumai (Riau).
Diharapkan hingga akhir tahun 2014, baik jumlah penderita maupun
jumlah kematian DBD dapat ditekan di bawah jumlah kasus dan
kematian DBD yang dilaporkan pada tahun 2013.3.2 Kerangka
Penyelesaian Masalah3.2.1 UU RI No.4 tahun 1984 tentang wabah
penyakit menular;3.2.2 Kepmenkes No.581 tahun 1992 tentang
pemberantasan penyakit DBD;3.2.3 PP No.25 tahun 2000 tentang
kewenangan pemerintah & kewenangan provinsi sebagai daerah
otonom;3.2.4 Kepmenkes No.004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan
& strategi desentralisasi bidang kesehatan;3.2.5 Permenkes
No.741 tahun 2008 tentang SPM bidang kesehatan di kabupaten/kota
dengan target 100% kejadian DBD ditangani sesuai standard;3.2.6
Permenkes No.1501/Menkes/Per/X/2010 tentang jenis penyakit menular
tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangannya
(hasil revisi dari Permenkes No.560 tahun 1989 karena dipandang
tidak memadai lagi dalam penanggulangan berbagai penyakit menular
yang dapat menimbulkan wabah).Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 581/Menkes/SK/VII/1992 tentang pemberantasan penyakit
demam berdarah dengue Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
menimbang bahwa penyakit demam berdarah dengue merupaan salah satu
penyakit yang cenderung meningkat jumlah kasusnya dan
penyebarannya, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa dan
kematian sehingga menjadi masalah kesehatan masyarakat. Mengingat
hal tersebut perlu dilakukan kegiatan pemberantasan penyakit demam
berdarah dengue secara dini dan terus menerus. Menimbang kedua hal
tersebut maka diputuskan bahwa upaya pemberantasan penyakit demam
berdarah dengue dilakukan melalui kegiatan pencegahan, penemuan,
pelaporan penderita, pengamatan penyakit dan penyelidikan
epidemiologi, penanggulangan seperlunya, penanggulangan lain dan
penuluhan kepada msyarakat. Pelaksanaan kegiatan pemberantasan
penyakit demamberdarah dengue dilakukan oleh pemerintah dan
masyrakat di bawah koordinasi Kepala Wilayah/Daerah. Petunjuk
teknis pelaksanaan keputusan ini ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehat Lingkungan
Pemukiman.
BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1 Realisasi Penyelesaian MasalahRealisasi penyelesaian masalah
yaitu dengan melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga dan
masyarakat Desa Jambearum yang berada di kabupaten Jember,
khususnya terkait tentang konsep penyakit DBD dan cara mencegah
penyakit DBD dengan meminimalkan perkembangbiakan nyamuk demam
berdarah. Pelaksanaan pendidikan kesehatan tersebut dengan cara
menjelaskan secara langsung dan memberikan materi penyuluhan dalam
bentuk leaflet agar klien mampu mengetahui dan memahami terkait
konsep penyakit DBD dan cara mencegah DBD dengan meminimalkan
perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.
4.2 Khalayak Sasaran Khalayak sasaran pada pelaksanaan
pendidikan kesehatan tentang pencegahan penyakit DBD yaitu warga
Desa Jambearum Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember. Hal ini
karena DBD merupakan penyakit yang dapat menular di sebuah wilayah
dan mengancam wilayah tersebut sehingga diperlukan program
pendidikan kesehatan untuk pencegahan DBD guna mengurangi jumlah
penyakit dan wilayah atau daerah tersebut terbebas dari penyakit.
Pemberdayaan masyarakat seperti kader demam berdarah juga perlu di
tingkatkan. Kader harus dilatih hingga mandiri yaitu mempunyai
kemampuan dan keterampilan dalam melakukan PSN (Pemberantasan
Sarang Nyamuk), pemantauan jentik, pengenalan tanda gejala DBD,
penanganan primer gejala DBD, dan melakukan rujukan ke pelayanan
kesehatan. Sehingga di harapkan peran aktif dari masyarakat juga
ikut mendukung dalam pencapaian tujuan.
4.3 Metode yang DigunakanMetode yang digunakan dalam pelaksanaan
pendidikan kesehatan tentang konsep dan pencegahan penyakit DBD
yaitu ceramah dan diskusi yang meliputi pemaparan informasi oleh
pemateri tentang konsep dasar penyakit DBD dan cara tepat untuk
mencegah penyakit DBD dengan meminimalkan perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti. Setelah pemaparan tentang informasi selesai
diberikan maka akan dilakukan diskusi tanya jawab untuk menilai
tingkat pemahaman masyarakat terkait materi yang telah
diberikan.
BAB V. HASIL KEGIATAN
5.1 Analisis Evaluasi dan Hasil-Hasilnya5.1.1 Evaluasi
StrukturPendidikan kesehatan tentang Pencegahan terhadap Penyakit
DBD dilakukan pada hari Selasa, tanggal 10 Maret 2013 pukul
06.3007.00 WIB. Sebelum kegiatan pendidikan kesehatan berlangsung,
persiapan yang dilakukan adalah:a. Pemateri mengkonfirmasi tempat
dan waktu penyuluhan pada Kader Desa Jambearum.b. Pemateri
menyiapkan dan menyebarkan undangan kegiatan penyuluhan.c.
Persiapan penyuluhan yang terdiri dari preplanning (Bab I-IV, SAP,
lembar balik, leaflet, alat peraga, daftar hadir kosong, dan berita
acara kosong).d. Pemateri dan rekan menuju tempat penyuluhan pada
pukul 06.00 WIB dan beberapa peserta penyuluhan sudah berada di
tempat penyuluhan. Acara dimulai tepat pukul 06.30 WIB.e. Peserta
yang hadir dalam kegiatan penyuluhan adalah 30 orang yang terdiri
dari 28 peserta penyuluhan dan 2 mahasiswa Keperawatan Komunitas
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember..5.1.2 Evaluasi
ProsesSelama proses kegiatan berjalan dengan lancar dengan durasi
waktu tepat yaitu mulai perkenalan, penyampaian materi, diskusi dan
penutup. Kondisi ruang tidak optimal sehingga jalannya pendidikan
kesehatan sedikit terganggu.5.1.3 Evaluasi HasilBerdasarkan hasil
evaluasi yang telah dilakukan, didapatkan bahwa dari yang
sebelumnya peserta penyuluhan tidak dapat menjelaskan tentang
pengertian demam berdarah dengue (DBD), penyebab DBD, tanda dan
gejala DBD, dan cara mencegah penyakit DBD dengan meminimalkan
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, setelah diberikan pendidikan
kesehatan tentang konsep dasar penyakit DBD dan cara mencegah
penyakit, peserta penyuluhan dapat menjelaskan pengertian DBD,
penyebab, tanda dan gejala, serta cara pencegahan penyakit DBD
dengan meminimalkan perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Hal ini
disebabkan karena materi yang disampaikan mendapat perhatian yang
baik dari peserta penyuluhan. Kegiatan diskusi juga berjalan dengan
lancar. Peserta penyuluhan aktif bertanya dalam proses diskusi. Hal
ini menunjukkan bahwa peserta penyuluhan dapat memahami materi yang
disampaikan minimal 90% dengan baik dan benar.
5.2 Faktor Pendorong5.2.1 Kader memfasilitasi waktu dan tempat
untuk diberikannya pendidikan kesehatan.5.2.2 Banyak masyarakat
yang datang untuk mendapatkan penyluhan tentang DBD.5.2.3 Peserta
penyuluhan mendengarkan dengan baik dan antusias pada proses
kegiatan pendidikan kesehatan yang diberikan mahasiswa.5.2.4
Mahasiswa PSIK lainnya membantu pelaksanaan kegiatan pendidikan
kesehatan, baik menjadi fasilitator, dokumentasi, presensi, dan
sebagainya.5.2.5 Media leaflet mempermudah peserta penyuluhan dalam
menerima materi yang disampaikan.
5.3 Faktor Penghambat5.3.1 Pembagian tugas pada saat kegiatan
kurang berjalan optimal, fasilitator tidak dapat bergabung dengan
peserta dikarenakan ruangan yang kurang luas.5.3.2 Perilaku
kesehatan yang kurang di masyarakat yang telah lama dilakukan sulit
untuk diluruskan melalui pendidikan kesehatan.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan
didapatkan bahwa dari yang sebelumnya peserta penyuluhan tidak
dapat menjelaskan tentang pengertian demam berdarah dengue (DBD),
penyebab DBD, tanda dan gejala DBD, dan cara mencegah penyakit DBD
dengan meminimalkan perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, setelah
diberikan pendidikan kesehatan tentang konsep dasar penyakit DBD
dan cara mencegah penyakit, peserta penyuluhan dapat menjelaskan
pengertian DBD, penyebab, tanda dan gejala, serta cara pencegahan
penyakit DBD dengan meminimalkan perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pemberian materi
pendidikan kesehatan tentang pencegahan penyakit DBD dapat mengubah
pengetahuan dan pemahaman masyarakat dengan harapan memiliki sikap
dan perilaku yang sesuai dengan pengetahuan yang telah diperoleh.
Masyarakat akhirnya diharapkan dapat melakukan pencegahan penyakit
DBD secara mandiri dengan meminimalkan perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti dan berperilaku hidup bersih dan sehat.
6.2 Saran6.2.1 Bagi peserta penyuluhan Desa Jambearum Saran yang
dapat diberikan yaitu peserta penyuluhan sebaiknya mengubah
perilaku PHBS yang masih buruk. Peserta penyuluhan diharapkan dapat
melakukan upaya pencegahan penyakit DBD dan dapat menjadi kader
untuk pemberantasan penyakit DBD. Selain itu juga diharapkan dapat
tanggap terhadap tanda gejala penyakit DBD sehingga dapat segera
dilaporkan ke puskesmas terdekat dan dilakukan pemutusan rantai
penyakit.6.2.2 Bagi KeluargaSaran yang dapat diberikan bagi
keluarga yaitu keluarga dapat melakukan pencegahan penyakit DBD di
rumah secara mandiri dan juga menerapkan PHBS. 6.2.3 Bagi
MasyarakatSaran yang dapat diberikan masyarakat yaitu masyarakat
Desa Jambearum, khususnya Kepala Desa, Kepala Lingkungan, Ketua RW,
dan Ketua RT, sebaiknya juga turut memperhatikan dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat di wilayahnya. 6.2.4 Bagi Tenaga
KesehatanSaran yang dapat diberikan bagi tenaga kesehatan, yaitu
pihak puskesmas dan kader desa sebaiknya selalu aktif dalam
memberikan pengetahuan atau pendidikan kesehatan pada
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2013. Profil Kesehatan Jawa
Timur Tahun 2012. Surabaya: Dinkes Provinsi Jawa Timur.Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2006.
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.Ditjen PP&PL Depkes RI Ditjen PP
dan PL Depkes RI. 2007. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan 2006. Jakarta: Derektorat Jendral Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2014. Waspada DBD di Musim Pancaroba. Jakarta: Pusat Komunikasi
Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.Kementerian
Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. 2011. Modul Pengendalian Deman Berdarah
Dengue. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Lampiran 1
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Topik/Materi: Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD)Sasaran : Perwakilan masyarakat desaHari/Tanggal: Selasa, 10
Maret 2015Waktu: 30 menitTempat: Kantor Desa Jambearum Kecamatan
Sumber Jambe Kabupaten Jember
A. LATAR BELAKANGDemam berdarah dengue banyak terjangkit di
daerah tropis dan subtropis. Asia menempati urutan pertama dalam
jumlah penderita demam berdarah dengue tiap tahun. Hal ini
disebabkan oleh karena curah hujan di Asia yang sangat tinggi
terutama di Asia timur dan selatan ditambah dengan sanitasi
lingkungan yang tidak bagus. Puncak kasus Demam Berdarah Dengue
terjadi pada musim hujan yaitu bulan Desember sampai dengan Maret.
WHO memperkirakan lebih dari 500.000 dari 50 juta kasus demam
dengue memerlukan perawatan di rumah sakit. Lebih dari 40% penduduk
dunia hidup di daerah endemis demam berdarah dengue. Pihak
puskesmas mengobservasi keadaan dan kebersihan rumah warga, hal
penting yang dilakukan yaitu dengan memeriksa bak mandi dan
penampungan air. Hasil dari observasi tersebut didaptkan data bahwa
sebesar 49,25% bak mandi dan penampungan air terdapat jentik.
Kemudian penelitian dilanjutkan dengan mengamati perilaku
masyarakat Desa Jambearum Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember
terhadap risiko KLB DBD. Pengamat mengumpulkan data dengan
wawancara terhadap masyarakat mengenai kebiasaan menguras kamar
mandi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan didapatkan data bahwa
masyarakat yang memiliki kebiasaan menguras bak mandi seminggu
sekali sebesar 20,58%. Sedangkan sebesar 79,42% masyarakat memiliki
kebiasaan menguras bak mandi lebih dari seminggu. Berdasarkan
data-data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kondisi dan
perilaku masyarakat Desa Jambearum Kecamatan Sumberjambe Kabupaten
Jember sangat berpotensi tinggi terhadap terjadinya KLB DBD.
B. TUJUAN1. Tujuan Instruksional UmumSetelah mendapatkan
pendidikan kesehatan peserta penyuluhan dapat memahami tentang
pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD).2. Tujuan
Instruksional KhususSetelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama
30 menit, peserta penyuluhan dapat:a) menjelaskan pengertian DBD;b)
menjelaskan penyebab DBD;c) menjelaskan tanda dan gejala DBD;d)
menjelaskan tentang cara pencegahan yang tepat teradap DBD.
C. POKOK BAHASAN Pencegahan penyakit demam berdarah dengue
(DBD).
D. SUB POKOK BAHASAN1. Pengertian DBD.2. Penyebab DBD.3. Tanda
dan gejala DBD.4. Cara pencegahan yang tepat untuk DBD.
E. METODE1. Jenis model pembelajaran: pertemuan (tatap muka)2.
Landasan teori: ceramah dan diskusi3. Langkah pokok:a. Menciptakan
suasana pertemuan yang baikb. Mengajukan masalahc. Mengidentifikasi
pilihan tindakand. Memberi komentare. Menetapkan tindak lanjut
F. MEDIALeaflet
G. PENGORGANISASIANPenanggung jawab: Zulfa Makhatul IlmiPenyaji:
Zulfa Makhatul Ilmi
H. PROSES KEGIATAN
TahapKegiatanKegiatan PenyuluhKegiatan PesertaMedia
Pendahuluan(5 menit)
1. Memberi salam, memperkenalkan diri, dan membuka penyuluhan.2.
Menjelaskan materi secara umum.3. Menjelaskan tentang TIU dan
TIK.Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Leaflet
Penyajian(15 menit)
1. Menjelaskan pengertian DBD.a) Menanyakan peserta penyuluhan
apabila ada yang kurang jelas.b) Menerima dan menjawab pertanyaan
yang diajukan peserta penyuluhan.2. Menjelaskan penyebab DBD.a)
Menanyakan kepada peserta penyuluhan apabila ada yang kurang
jelas.b) Menerima dan menjawab pertanyaan yang diajukan peserta
penyuluhan. 3. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit DBD.a)
Menanyakan peserta penyuluhan apabila ada yang kurang jelas.b)
Menerima dan menjawab pertanyaan yang diajukan peserta
penyuluhan.4. Menjelaskan tentang pencegahan yang tepat terhadap
penyakit DBD.a) Menanyakan kepada peserta penyuluhan apabila ada
yang kurang jelas.b) Menerima dan menjawab pertanyaan yang diajukan
peserta penyuluhan.MemperhatikanMemberikan pertanyaan
Memperhatikan
MemperhatikanMemberikan pertanyaan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memberikan pertanyaan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memberikan pertanyaan
Memperhatikan
Leaflet
Penutup(10 menit)
1. Memberikan pertanyaan tentang materi yang baru dijelaskan.2.
Menampung jawaban yang diberikan peserta penyuluhan.3.
Mendiskusikan bersama jawaban dari peserta penyuluhan.4. Bersama
peserta penyuluhan menyimpulkan materi yang telah dibahas.5.
Membagikan leaflet.6. Menutup pertemuan dan memberi salam.Menjawab
pertanyaan yang diajukan pemateri.
Memperhatikan.
Memberikan sumbang saran.
Memberikan sumbang saran.
Menerima dengan baik.Memperhatikan dan membalas
salam.Leaflet
I. EVALUASIEvaluasi yang diberikan berupa pertanyaan terbuka,
antara lain:1. Apa pengertian dari DBD?2. Apa penyebab dari DBD?3.
Apa tanda dan gejala yang dapat dikenali saat seseorang terkena
DBD?4. Bagaimana cara pencegahan yang tepat terhadap penyakit
DBD?
Jember, 10 Maret 2015Pemateri,
Zulfa Makhatul IlmiNIM 122310101024Lampiran 3
Materi Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
a. Pengertian DBDDemam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang dapat menyerang pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang
biasanya memburuk setelah dua hari pertama. DBD adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Pengertian Demam berdarah adalah penyakit
demam akut yang disebabkan oleh virus Dengue, yang masuk kedalam
peredaran darah manusia lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti atau
Aedes albopictus. Penyakit demam berdarah ini sering ditemukan
didaerah tropis dan suptropis diseluruh belahan dunia. Demam
berdarah akan mewabah pada saat udara lembab, terutama disaat musim
hujan seperti sekarang ini. Hal ini akan bertambah parah jika
sistem imun sudah terbentuk akibat infeksi pertama justru akan
menyababkan kemunculan gejala penyakit demam berdarah yang lebih
parah saat terinfeksi untuk yang kedua kalinya.
b. Penyebab DBDPenyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti pada pembuluh darah.
Penularan DBD umumya melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Meskipun
dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang biasanya hidup di
kebun-kebun.Ciri-ciri nyamuk tersebut adalah :1. Tubuhnya belang
hitam putih.2. Menggigit pada siang hari.3. Berkembangbiak pada air
bersih dan jernih yang tidak mengalir.
c. Tanda dan Gejala DBD1. Demam tinggi 2 7 hari disertai
menggigil, kurang nafsu makan, nyeri pada persendiaan, serta sakit
kepala.2. Pendarahan dibawah kulit berupa bintik-bintik merah pada
kulit, mimisan, gusi berdarah, muntah darah dan BAB berdarah.3.
Nyeri perut (ulu hati) tapi tidak adagejala adanya warna tubuh
menguning.4. Mual dan muntah.5. Terjadi syok atau pingsan pada hari
ke 3-7 secara berulang, dengan tanda syok yaitu lemah, kulit dingin
, basah dan tidak sadar. Tanda bahaya DBD yaitu:1. Perdarahan
gusi2. Muntah darah3. Penderita tidak sadar4. Denyut nadi tidak
teraba Apabila mendapatkan seseorang yang mengalami tanda dan
gejala diatas maka segara periksakan diri ke RS atau sarana
pelayanan kesehatan terdekat.
d. Pencegahan penyakit DBDPencegahan penyakit DBD sangat
tergantung pada pengendalian penyababnya, yaitu nyamuk Aedes
aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :1. LingkunganMetode
lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,
modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan
manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:d. Menguras bak
mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.e.
Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu
sekali.f. Menutup dengan rapat tempat penampungan air. dan lain
sebagainya.g. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas
di sekitar rumah. 2. BiologisPengendalian biologis antara lain
dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang).3.
KimiawiCara pengendalian ini antara lain dengan:a.
Pengasapan/fogging.b. Memberikan bubuk abate (temephos) pada
tempat-tempat penampungan air. Cara yang paling efektif dalam
mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di
atas, yang disebut dengan 4 M Plus, yaitu menutup, menguras,
menimbun, memantau. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti
memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan
insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa
jentik berkala, dan lainnya sesuai dengan kondisi setempat.
Lampiran 4
LEAFLET
Oleh Zulfa Makhatul IlmiNIM 122310101024
Program Studi Ilmu KeperawatanUneiversitas Jember
Lampiran 5KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS
JEMBERPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A 2013/2014Alamat: Jl. Kalimantan No.37 Kampus Bumi Tegal Boto
JemberTelp./Fax (0331) 323450 Jember
BERITA ACARA
Jember, 10 Maret 2015
Lampiran 5KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS
JEMBERPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A 2013/2014Alamat: Jl. Kalimantan No.37 Kampus Bumi Tegal Boto
JemberTelp./Fax (0331) 323450 Jember
DAFTAR HADIRPendidikan kesehatan tentang pertolongan Pertama
Pada Balita Yang Mengalami Batuk di Rumah: Hari Rabu Tanggal 11
Desember 2013 Pukul 09.15 s.d 10.00 WIB Bertempat di rumah Ibu
Tatik Lingkungan Perbal Kelurahan Bintoro Kecamatan Patrang
Kabupaten Jember.
No.NamaAlamatTanda Tangan
Jember, 10 Maret 2015